58

1 Lapbul Januari 2011.pdf

  • Upload
    vodien

  • View
    227

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 Lapbul Januari 2011.pdf
Page 2: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

i

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ………………………………………...………………………………………............................. i KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………….......…………………………………….......................... iv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................................ viii BAB I KINERJA ………………...................................................................................... 1 A. Forum Kerja Sama Multilateral …………..…………………………………………… 1 Sidang Committee on Agriculture-Special Session (CoA-SS) .............. 1 B. Forum Kerja Sama ASEAN ………………….……………………………………......... 3 1. The Third Meeting of the Sub-Committee on ATIGA Rules of Origin

(3rd SC-AROO) ................................................................................. 3 2. Pertemuan the 3rd ASEAN Trade Facilitation Joint Consultative

Committee (3rd ATF-JCC) …………………………………………………………..... 6 3. Pertemuan Legal Experts ………………………………………………………… 8 4. The Third Meeting of the Coordinating Committee on the

Implementation of the ATIGA (3rd CCA) …………………………………… 8 5. Senior Economic Official Meeting for the Forty-Second ASEAN

Economic Ministers Meeting (SEOM 1/42) ................................. 11 6. Rapat Kelima Sekretariat Nasional ASEAN ................................. 22 C. Forum Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya ………… 23 1. Pertemuan Tahunan World Economic Forum ................................ 23 2. Pertemuan Organizing Committee dan Editorial Committee ……… 27 3. 47th Asia Pacific Coconut Community Session/Ministerial Meeting…. 30 D. Forum Kerja Sama Bilateral ................................................................. 33 Kunjungan Kerja ke New Delhi Dalam Rangka Mengikuti Kunjungan

Kenegaraan Presiden RI ....................................................................... 33 E. Perundingan Perdagangan Jasa ........................................................... 36 1. Pertemuan Working Party on GATS Rules (WPGR) ........................ 36 2. Pertemuan Bilateral dalam rangka Services Week ......................... 38 3. Pertemuan Working Party on Domestic Regulation (WPDR) ......... 40 BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT .……………....................................... 43 A. Kendala dan Permasalahan ……………………………………………................... 43 1. Rangkaian Sidang ASEAN ........................................................... 43 2. Rapat Kelima Sekretariat Nasional ASEAN ................................. 43 3. Persiapan Penyelenggaraan Peringatan 10 Tahun Kerja Sama Tiga

Negara di Bidang Karet Alam ............................................................ 43 4. Pertemuan ke-47 Asia Pacific Coconut Community Session ………. 44

Page 3: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

ii

5. Kunjungan Delegasi RI ke New Delhi, India ....................................... 44 6. Pertemuan Working Party on GATS Rules (WPGR) ........................ 44 7. Pertemuan Working Party on Domestic Regulation (WPDR) ........... 44 B. Tindak Lanjut Penyelesaian …………………………………………………………….. 45 1. Rangkaian Sidang ASEAN ........................................................... 45 2. Rapat Kelima Sekretariat Nasional ASEAN ................................. 46 3. Persiapan Penyelenggaraan Peringatan 10 Tahun Kerja Sama Tiga

Negara di Bidang Karet Alam ............................................................ 46 4. Pertemuan ke-47 Asia Pacific Coconut Community Session ………. 46 5. Kunjungan Delegasi RI ke New Delhi, India ....................................... 47 6. Pertemuan Working Party on GATS Rules (WPGR) ........................ 47 7. Pertemuan Working Party on Domestic Regulation (WPDR) ........... 47 BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………………………………. 48

Page 4: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

iii

KATA PENGANTAR

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan

Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang

terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di forum kerja sama

Multilateral, ASEAN, APEC dan organisasi internasional lainnya, Bilateral serta

Perundingan Perdagangan Jasa setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk

memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan,

dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami

harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini,

dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasionalnya.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Januari 2011

DIREKTORAT JENDERAL KPI

Page 5: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

iv

RINGKASAN EKSEKUTIF

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Januari 2011, antara lain:

Sidang Committee on Agriculture-Special Session (CoA-SS)

Beberapa kemajuan yang dicapai dalam rangkaian sidang kali ini adalah tercatat adanya indikasi yang kuat dari para anggota akan terus melakukan konsultasi setelah sidang ini berakhir baik untuk membahas isu outstanding maupun isu teknis lainnya.

The Third Meeting of the Sub-Committee on ATIGA Rules of Origin (3rd SC-AROO)

Pertemuan antara lain membahas: (i) Self Certification; (ii) Multiple Back-to-Back CO; (iii) Mechanism for Recognition of ASEAN-Originated Products Imported under Various Forms, e.g. Form E, Form AK, Form AJ and so forth, to be cumulated under Form D; (iv) Mechanism to Communicate and Circulate Specimen Signatures; (v) Most Appropriate ROO for Automotive Products; dan (vi) Private Sector Inputs on the ROO.

Pertemuan the 3rd ASEAN Trade Facilitation Joint Consultative Committee (3rd ATF-JCC)

Pertemuan antara lain membahas: (i) Survey of Trade Facilitation; (ii) Proposed Benchmark Indicators; (iii) Monitoring of Implementation of ASEAN Trade Facilitation Work Programme (ATF WP); dan (iv) Participation of Private Sector

Pertemuan Legal Experts

Pertemuan ini membahas: (i) perlu/tidaknya legal instrument bagi negara anggota untuk bergabung dalam self-certification pilot project; (ii) legal arrangements untuk memasukkan provisi self-certification ke dalam ATIGA ROO; (iii) draft Second Protocol to Amend the Basic Agreement of AICO; dan (iv) draft Protocol to Amend Certain ASEAN Economic Agreements related to Trade in Goods.

The Third Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the ATIGA (3rd CCA)

Pertemuan ini membahas: (i) ATIGA Tariff Reduction Schedule (Annex 2 of ATIGA); (ii) Issuance of ATIGA Legal Enactment for CLMV; (iii) ASEAN Committee on SPS (AC-SPS); (iv) Review of the Waiver for Rice and Sugar; (v) Elimination of Non-Tariff Barriers; (vi) Development of NTM Guidelines; (vii) AICO Matters; serta (viii) ASEAN Trade Repository; dan ASEAN Consultation to Solve Trade and Investment (ACT).

Senior Economic Official Meeting for the Forty-Second ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/42)

Pertemuan ini didahului dengan penyelenggaraan High-Level Workshop on the Establishment of ASEAN Trade Repository dan pertemuan kedua ASEAN Plus Working Group on Economic Cooperation. SEOM membahas program kerja dan rencana

Page 6: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

v

pencapaian (deliverables) untuk tahun 2011 yang antara lain mencakup kegiatan pada keempat pilar dari AEC Blueprint.

Rapat Kelima Sekretariat Nasional ASEAN

Rapat membahas dan memutuskan hal-hal terkait dengan (i) 2011 notional calendar; (ii) Pelibatan stakeholders (People Oriented & People Centered ASEAN); dan (iii) Launching situs ASEAN Indonesia.

Pertemuan Tahunan World Economic Forum

Pertemuan Tahunan di Davos tahun 2011 bertema besar “Shared Norms of the New Reality” dengan fokus utama pembicaraan terpusat pada isu-isu ketahanan pangan dan gejolak harga komoditas pangan internasional, pertumbuhan yang menyeluruh dan berkelanjutan, perubahan iklim serta bergesernya tata kelola global seiring dengan krisis finansial yang terjadi di tahun 2008.

Pertemuan Organizing Committee (OC) dan Editorial Committee (EC)

Tujuan pertemuan adalah sebagai persiapan penyelenggaraan peringatan 10 tahun kerja sama tiga negara di bidang karet alam. Rangkaian acara peringatan 10 tahun kerja sama tiga negara di bidang karet alam akan diselenggarakan pada tanggal 10-12 Desember 2011 di Bali dengan tema "towards an affluent natural rubber growing community”.

47th Asia Pacific Coconut Community Session/Ministerial Meeting

Pertemuan menyetujui rekomendasi pertemuan ke-44 APCC COCOTECH yang mengusulkan diadakannya multi-country clinical trials di beberapa negara anggota untuk membuktikan keandalan dan manfaat kesehatan produk-produk olahan dari kelapa

Kunjungan Kerja ke New Delhi Dalam Rangka Mengikuti Kunjungan Kenegaraan Presiden RI

Dalam rangka kunjungan kenegaraan Bapak Presiden Republik Indonesia, telah dilaksanakan rangkaian kegiatan antara lain rapat persiapan pertemuan bilateral dan business forum, pertemuan dengan pengusaha India, pertemuan bilateral Presiden RI dengan Perdana Menteri Dr. Manmohan Singh, serta penandatanganan nota kesepahaman kerja sama bilateral antara kedua Pemerintah dan business forum.

Pertemuan Working Party on GATS Rules (WPGR)

Agenda utama sidang adalah pembahasan isu Emergency Safeguards Measures (ESM), Government Procurement (GP), dan subsidi.

Pertemuan Bilateral dalam rangka Services Week

Delri telah melakukan pertemuan bilateral dengan Jepang, Uni Eropa, dan Australia. Pertemuan bilateral ini ditujukan sebagai follow up dari pembahasan request and offer yang terakhir dilakukan pada bulan November 2010.

Page 7: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

vi

Pertemuan Working Party on Domestic Regulation (WPDR)

Pada umumnya negara anggota mendukung usulan work programme tahun 2011 dengan menekankan pentingnya WPDR melakukan intensifikasi perundingan dalam formal/informal group dan small group untuk drafting process yang bersifat inclusive dalam rangka akan dikeluarkannya revisi Chairman draft text pada akhir Maret 2011.

Page 8: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Pelaksanaan The Third Meeting of the Sub-Committee on ATIGA Rules of

Origin (3rd SC-AROO) ………………………………………………………………………….

6 Gambar 2 Pelaksanaan Senior Economic Official Meeting (SEOM-1/42) …………….. 22 Gambar 3 Pelaksanaan Acara Breakfast Session: Implications on Business of the

Inclusive Growth Paradigm of India and Indonesia - Discussion on the Imperatives of Business of Inclusive Growth Paradigm ……………………….

27 Gambar 4 Pelaksanaan Business Meeting .............................................................. 35

Page 9: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

viii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Tindak Lanjut Coordinating Committee on the Implementation of the

ATIGA ………………………………………………………………………………………………

45

Page 10: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

1

BAB I KINERJA

A. Forum Kerja Sama Multilateral Sidang Committee on Agriculture-Special Session (CoA-SS)

Sidang Committee on Agriculture-Special Session (CoA-SS) berlangsung pada tanggal 17-21 Januari 2011 di Jenewa. Sidang dipimpin oleh Ketua CoA-SS Duta Besar David Walker dan dihadiri oleh seluruh negara anggota World Trade Organization.

Pembahasan draf teks pertanian

Ketua CoA-SS menekankan program kerja yang telah disampaikan oleh Ketua Trade Negotiating Committee pada tanggal 30 November 2010 untuk mengeluarkan draf teks ke-5 Pertanian pada Kuartal I Tahun 2011. Untuk itu Ketua CoA-SS mengusulkan pembahasan sidang CoA-SS ke depan tetap didasarkan draf Pertanian teks ke-4 bulan Desember 2008 yang akan mencakup empat komponen pendekatan utama serta usulan negara anggota yang terkait dengan draf teks ke-4 yaitu:

1) Outstanding issues, pending issues yang masih ''bracketed or otherwise annotated" dalam Draf Teks Desember 2008 serta paper yang terkait dengan isu tersebut, seperti Sensitive Products, Tariff Rate Quota (IRQ), Tariff Escalation, Tariff Quotas, Special Agricultural Safeguard (SSG), Tropical Products, Preference Erosion, Special Safeguard Mechanism (SSM), dan Sanitary and Phyto-Sanitary (SPS);

2) Isu yang belum jelas dan memerlukan klarifikasi dalam draf teks Desember 2008, seperti yang diajukan dalam paper Argentina, China, dan India;

3) Koreksi kesalahan typographical;

4) Penyelesaian dan penyerahan data dari masing-masing negara anggota yang terkait dengan modalitas seperti data Value of Production untuk menghitung domestic support serta data domestic consumption untuk menghitung tariff quota yang baru.

Pembahasan Agriculture Week dilaksanakan dalam format perundingan informal open-ended, Room E, konsultasi informal baik plurilateral maupun bilateral.

Page 11: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

2

Beberapa kemajuan yang dicapai dalam rangkaian sidang kali ini adalah tercatat adanya indikasi yang kuat dari para anggota akan terus melakukan konsultasi setelah sidang ini berakhir baik untuk membahas isu outstanding maupun isu teknis lainnya. Arah pendekatan pembahasan isu teknis dan outstanding ke depan akan lebih diserahkan ke negara-negara key players untuk menyelesaikannya baik dalam format small groups maupun konsultasi bilateral. Indonesia terlibat aktif melakukan konsultasi bilateral dan plurilateral mengenai isu SSM dengan beberapa negara yang berkepentingan untuk mengamankan ekspor produk pertanian mereka seperti Australia, Selandia Baru, dan Norwegia.

Pertemuan Bilateral Indonesia-Australia dan

Selandia Baru

Dalam pertemuan Bilateral Indonesia-Australia dan Indonesia–Selandia Baru, terungkap bahwa negera-negara maju eksportir pertanian, meyakinkan bahwa SSM akan tetap dipertahankan dalam modalitas draf teks pertanian, namun isu disiplin pelaksanaan kebijakan SSM seperti tertuang dalam draf teks W/7 perlu dibahas secara terbuka.

Australia dan Selandia Baru memahami kepentingan SSM bagi negara berkembang namun kedua negara tersebut menghimbau agar penerapan SSM tidak disalahgunakan dalam ragka mendistorsi pasar ekspor. Penerapan SSM juga dapat menjadi bumerang bagi Indonesia sebagai negara eksportir karena negara tujuan ekspor dikhawatirkan juga akan menerapkan SSM bagi beberapa komoditas pertanian tropis Indonesia. Oleh sebab itu, perlu kompromi bagi negara eksportir dan importir mengenai elemen dalam SSM. Indonesia akan terlibat aktif dalam pembahasan bilateral mengenai SSM dengan prinsip dasar mempertimbangkan kepentingan defensif dan ofensif.

Dalam rangka mengintensifkan proses konsultasi yang member-driven, Norwegia dan Australia berinisiatif menyelenggarakan pertemuan plurilateral tingkat Duta Besar/SOM tujuh negara termasuk Indonesia, Kanada, Meksiko, Kolombia, dan Mauritus. Dari komposisi peserta, dapat diartikan pertemuan plurilateral ini sebagai keinginan untuk mengumpulkan kekuatan kelompok likeminded di “second layer” setelah G-5 (AS, UE, China, India, dan Brasil). Delegasi Indonesia dipimpin Duta Besar RI-WTO/Dewatapri II, beranggotakan unsur delegasi pusat maupun PTRI Jenewa.

Page 12: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

3

Pertemuan plurilateral “Oslo Group”

Pertemuan plurilateral “Oslo Group” menghasilkan kesepakatan agar upaya plurilateral dalam format kelompok likeminded yang terbatas dalam format “Oslo Group” terus ditingkatkan untuk mendukung Ketua COA-SS dalam mencapai target penyelesaian perundingan draf modalitas pertanian pada semester I/2011. Untuk itu akan dilakukan pertemuan lanjutan pada minggu kedua bulan Februari 2011.

Para Dubes/Senior Oficials mencoba mengidentifikasi isu-isu pending utama dalam draf modalitas yang dapat didorong penyelesaiannya di Jenewa melalui semangat problem solving. Pandangan yang mengemuka adalah SSM sebagai isu yang paling rumit secara teknis, sehingga penting untuk mendapat perhatian penyelesaiannya. Namun untuk memberikan keseimbangan, Oslo Group juga memandang perlu untuk memperhatikan penyelesaian atas isu-isu lain seperti tariff simplification.

Diharapkan jika terjadi kemajuan substantif dalam perundingan plurilateral/bilateral atas isu-isu pending, Ketua COA/SS memiliki dasar yang memadai untuk mengesahkan sidang open-ended dan menuangkannya pada Revisi 5 draf modalitas yang ditargetkan selesai pada saat hari raya Paskah tahun 2011. Mauritius mengingatkan bahwa proses perundingan antara bulan Desember 2008 sampai tahun 2010 telah menghasilkan prestasi substantif berupa penyelesaian sebagian isu preference erosion (pisang), yang dapat menjadi sebagai salah satu dasar mengubah draf modalitas revisi 4.

Indonesia menyatakan kesiapannya untuk terus berpartisipasi dalam pembahasan problem solving atas isu SSM. Diharapkan agar sementara waktu proses ini dilakukan secara hati-hati agar Indonesia dapat memperoleh dukungan konstruktif dari para anggota G-33 dalam menyelesaikan perundingan plurilatera/bilateral atas isu SSM.

B. Forum Kerja Sama ASEAN

1. The Third Meeting of the Sub-Committee on ATIGA Rules of Origin (3rd SC-AROO)

Pertemuan berlangsung pada tanggal 10-11 Januari 2011 dan dihadiri oleh perwakilan dari negara anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN.

Self Certification Pertemuan mencatat pelaksanaan Pilot Project on Self Certification sejak 1 November 2010 oleh Brunei,

Page 13: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

4

Malaysia, dan Singapura dan menekankan perlunya information sharing kepada negara anggota lainnya. Pertemuan juga mencatat rencana Thailand untuk bergabung dalam pilot project mulai bulan Mei 2011, dan menghimbau kepada seluruh negara anggota untuk menyampaikan kepada Sekretariat ASEAN kebutuhan technical assistance/capacity building untuk mengembangkan self certification ini.

Indonesia kembali menjelaskan 4 (empat) requirements yang diperlukan untuk dapat bergabung dalam pilot project. Melalui diskusi dan penjelasan antara peserta pilot project dan Indonesia, maka dalam pertemuan ini “tersisa” 2 (dua) dari 4 (empat) requirements yang dipersyaratkan Indonesia untuk dapat bergabung dalam pilot project. Kedua requirements dimaksud adalah (i) hanya menerima invoice declaration yang diterbitkan oleh certified exporter manufacturer; dan (ii) membatasi penandatangan pada invoice declaration untuk setiap certified exporter manufacturer. Peserta pilot project meminta Indonesia mempertimbangkan kembali dua requirements ini untuk ditanggalkan dan segera bergabung dalam pilot project.

Multiple Back-to-Back CO

Pertemuan kembali membahas paper Sekretariat ASEAN mengenai the Establishment of the Multiple Back to Back CO Issuance Agreement. Mengingat beberapa negara anggota ternyata menyampaikan kesulitannya untuk menerapkan 12 Guiding Principles yang secara prinsip sudah disetujui dalam pertemuan sebelumnya, dan tidak adanya mandat yang jelas dari AFTA Council, pertemuan sepakat menghentikan pembahasan mengenai hal ini sampai ada perkembangan baru untuk mempertimbangkan kembali gagasan ini.

Mechanism for Recognition of ASEAN-

Originated Products Imported under Various

Forms, e.g. Form E, Form AK, Form AJ and

so forth, to be cumulated under Form

D

Pertemuan mengkaji kembali paper Sekretariat ASEAN mengenai hal ini dan mencatat bahwa AFTA Council belum/tidak memberikan arahan yang jelas. Beberapa negara khususnya Indonesia dan Filipina tetap berpendapat belum dapat melihat kejelasan manfaat dari mekanisme ini bagi ASEAN dan UKM. Pertemuan sepakat agar Sekretariat ASEAN memperbaiki paper-nya dengan ilustrasi yang mudah dimengerti dan kemungkinan permasalahan yang mungkin muncul dalam penerapannya, untuk selanjutnya dibahas dalam pertemuan mendatang.

Page 14: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

5

Mechanism to Communicate and

Circulate Specimen Signatures

Pertemuan kembali membahas mekanisme ini dan mencatat bahwa permasalahan yang muncul bukanlah antar negara anggota atau antara negara anggota dengan Sekretariat ASEAN, tetapi lebih pada mekanisme di tingkat nasional yang kurang efektif untuk menyampaikan spesimen kepada kantor pabean di seluruh entry points. Atas masukan dari negara anggota, Sekretariat ASEAN akan menyusun usulan perbaikan atas mekanisme yang sudah ada saat ini.

Most Appropriate ROO for Automotive Products

Konsultan APRIS II telah menyelesaikan kunjungan lapangan di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam serta mempresentasikan hasil akhir kajiannya. Hal menarik untuk dicatat adalah temuan konsultan bahwa industri perakitan (umumnya industri besar dengan dukungan ATPM) merasa cukup puas dengan kriteria RVC 40%, namun industry parts dan komponen (umumnya adalah perusahaan UKM dan usaha “asli” ASEAN—tanpa investasi asing) merasa berat untuk mengikuti/memenuhi kriteria RVC 40% dan lebih menginginkan penerapan kriteria CTC (change in tariff chapter seperti untuk pipa knalpot, sistem rem, dan lain-lain). Berdasarkan hasil mapping maka konsultan dimaksud menyampaikan beberapa rekomendasi, termasuk di antaranya agar masalah AICO diputuskan secepat mungkin, dan agar dilakukan penyederhanaan prosedur ekspor-impor termasuk dengan menerapkan self certification.

Private Sector Inputs on the ROO

Pertemuan membahas surat Menteri Perdagangan dan Industri Singapura tanggal 1 November 2010 yang meneruskan usulan dari sektor bisnis bagi (i) penghapusan pencantuman invoice pada saat mengajukan permohonan SKA dan penghapusan cost statement apabila digunakan kriteria CTC; (ii) penghapusan nilai FOB pada SKA; dan (iii) dimasukkannya aturan ASEAN’s partial cumulation pada ASEAN+1FTAs. Posisi negara-negara anggota sangat bervariasi untuk ketiga usulan dimaksud sehingga disepakati agar setiap negara anggota menyampaikan penjelasan tertulis mengenai posisinya masing-masing untuk selanjutnya disusun sebagai masukan kepada AEM melalui SEOM.

Page 15: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

6

Gambar 1. Pelaksanaan The Third Meeting of the Sub-Committee on ATIGA Rules of Origin (3rd SC-AROO)

2. Pertemuan the 3rd ASEAN Trade Facilitation Joint Consultative Committee (3rd ATF-JCC)

Pertemuan berlangsung pada tanggal 11-12 Januari 2011 dan dihadiri oleh wakil seluruh negara anggota ASEAN dan wakil Sekretariat ASEAN.

Survey of Trade Facilitation

Sebagaimana dilaporkan dari pertemuan pertama dan kedua ATF-JCC, negara anggota ASEAN perlu melakukan survei nasional mengenai status trade facilitation di negara masing-masing. Survei ini pernah dilakukan di Indonesia dan Vietnam oleh konsultan ASEAN-US Technical Assistance and Training Facility (AUSTATF), namun hasilnya sangat tidak memuaskan karena sangat rendahnya respon dari dunia usaha. Untuk itu disepakati agar AUSTATF melakukan konsultasi dan kerja sama dengan World Bank untuk menggelar regional workshop mengenai modalitas, persiapan, dan pelaksanaan survei trade facilitation ini. Atas usulan anggota, regional workshop yang dijadwalkan ulang ke bulan Maret/ April 2011 akan mengundang pula wakil dari pelaku bisnis dan industri di ASEAN. Dengan demikian, target waktu penyampaian hasil survei itu sendiri kepada AFTA Council pada bulan Agustus 2011 diperkirakan akan mengalami penundaan, namun tetap akan menjadi salah satu deliverable utama pada tahun 2011 ini.

Proposed Benchmark Indicators

Terkait dengan hal di atas, pertemuan kembali membahas benchmark indicators untuk mengukur kemajuan kerja sama ASEAN di bidang trade facilitation. Konsep benchmarks yang telah disetujui oleh 23rd AFTA Council menjadi rujukan ATF-JCC dalam mencoba merumuskan quantifiable benchmarks namun negara anggota masih berbeda pandangan mengenai hal ini.

Page 16: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

7

Atas saran Sekretariat ASEAN yang melakukan konsultasi dengan AUSTATF, direkomendasikan agar ASEAN menggunakan data “doing business” yang dikembangkan oleh World Bank yang secara jelas dapat mengidentifikasikan “time and costs” terkait kegiatan ekspor dan impor. Berdasarkan masukan ini, Sekretariat ASEAN akan memperbaiki matriks Proposed Benchmark Indicators untuk mendapatkan pertimbangan anggota namun negara anggota juga diminta memberikan masukan terhadap matriks yang ada.

Monitoring of Implementation of

ASEAN Trade Facilitation Work

Programme (ATF WP)

Pertemuan membahas status usulan Indonesia untuk memasukkan ke dalam ATF-WP: (i) pelaporan kemajuan penerapan International Sanitary and Phyto-Sanitary Mechanism dalam rangka harmonisasi prosedur karantina dan inspeksi; dan (ii) pertukaran informasi pengembangan electronic certification system di masing-masing negara anggota. Pada prinsipnya usulan ini diterima baik namun ATF-JCC masih perlu mempertimbangkan kaitanya dengan tugas ASEAN Committee on SPS yang saat ini belum terbentuk. Untuk itu, masing-masing negara anggota dan Sekretariat ASEAN diminta mengkonsultasikan hal ini kepada perwakilan SPS masing-masing.

Participation of Private Sector

Pertemuan membahas daftar usulan yang disampaikan oleh berbagai perwakilan bisnis khususnya yang terkait dengan trade facilitation. Pertemuan juga membahas matriks tanggapan yang disusun oleh Sekretariat ASEAN dan meminta agar tanggapan dimaksud di-reformat berdasarkan common queries dan menambahkan kolom “responsible party/ASEAN sectoral body(ies).” Pertemuan juga sepakat agar tanggapan ini dapat diselesaikan sebelum diselenggarakannya konsultasi dengan Federation of Japan Chamber of Commerce and Industry in ASEAN pada bulan Juli 2011 di Kuala Lumpur, dan untuk itu Sekretariat ASEAN akan mensirkulasikan matriks hasil perbaikannya selambatnya tanggal 28 Februari 2011 untuk mendapatkan tanggapan maupun update dari negara anggota.

Page 17: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

8

3. Pertemuan Legal Experts

Pertemuan berlangsung secara paralel dengan pertemuan ATF-JCC dan CCA pada tanggal 12-13 Januari 2011. Delegasi Indonesia terdiri dari wakil dari Kemlu dan Pusat Pelayanan Advokasi Kerja Sama Internasional, serta Direktorat Kerja Sama ASEAN, Kemendag.

Pertemuan ini membahas (i) perlu/ tidaknya legal instrument bagi negara anggota untuk bergabung dalam self-certification pilot project; (ii) legal arrangements untuk memasukkan provisi self-certification ke dalam ATIGA ROO; (iii) draft Second Protocol to Amend the Basic Agreement of AICO; dan (iv) draft Protocol to Amend Certain ASEAN Economic Agreements related to Trade in Goods.

Legal instrument Khusus mengenai legal instrument untuk menerapkan self certification, Indonesia dan beberapa negara lainnya menggarisbawahi kemungkinan diperlukannya proses ratifikasi karena penerapan self certification secara definitif (mulai 2012) akan terkait dengan keberadaan Undang-Undang Kepabeanan. Sementara mengenai draft Second Protocol to Amend the Basic Agreement of AICO, pertemuan sepakat untuk menunggu arahan SEOM mengenai kelanjutan dari skim AICO itu sendiri. Pertemuan juga sepakat untuk melakukan konsultasi domestik apakah draft Protocol to Amend Certain ASEAN Economic Agreements related to Trade in Goods kelak harus melalui proses ratifikasi sebelum berlaku efektif.

4. The Third Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the ATIGA (3rd CCA)

Pertemuan berlangsung pada tanggal 12-14 Januari 2011, dihadiri oleh wakil dari seluruh negara anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN. Pertemuan CCA ini menerima laporan-laporan yang disampaikan dari pertemuan-pertemuan SC-AROO, ATF-JCC, dan legal expert serta membahas isu-isu yang belum/ tidak dapat disepakati dalam ketiga forum tersebut.

ATIGA Tariff Reduction Schedule (Annex 2 of

ATIGA)

Pertemuan mencatat bahwa Laos dan Kamboja telah menyampaikan tariff schedule-nya masing-masing untuk tahun 2010-2012 dan 2010-2015 melalui surat Sekretaris Jenderal ASEAN kepada seluruh Menteri AFTA Council. Pertemuan sepakat untuk merekomendasikan

Page 18: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

9

Menteri AFTA Council masing-masing menyampaikan persetujuannya secara ad-referendum agar Laos dan Kamboja dapat segera menerapkan tariff schedule-nya. Pertemuan juga sepakat meminta Vietnam menyampaikan tariff schedule setidaknya hingga tahun 2013, termasuk di dalamnya 47 pos tarif untuk automotive dan bicycle yang selama ini tidak dicantumkan besaran tarifnya.

Issuance of ATIGA Legal Enactment for CLMV

Kamboja menginformasikan bahwa legal enactment belum dapat diterbitkan sampai AFTA Council memberikan persetujuan, sehingga sementara ini masih memberlakukan tariff schedule untuk tahun 2010 tanpa kemungkinan bagi dilakukannya refund pada saat 2011 schedule diterapkan. Laos telah menerbitkan legal enactment untuk tahun 2010-2012, sehingga persetujuan AFTA Council lebih merupakan kebutuhan akan formalitas hukum. Sementara itu Vietnam menginformasikan bahwa legal enactment untuk CEPT AFTA berlaku sampai tahun 2013.

ASEAN Committee on SPS (AC-SPS)

Pertemuan mencatat bahwa terms of reference pembentukan AC-SPS telah disahkan oleh the 24th AFTA Council, dan sepakat agar AC-SPS segera diaktivasikan guna menyepakati program kerja dan rencana kegiatannya. Untuk itu negara anggota kembali diminta untuk menyampaikan nama-nama wakilnya yang akan duduk dalam AC-SPS kepada Sekretariat ASEAN dan memulai kerjanya secara inter-sessional.

Review of the Waiver for Rice and Sugar

Pertemuan meminta Indonesia dan Filipina untuk menyusun justifikasi apabila ingin memperpanjang fasilitas waiver untuk produk beras dan gula berdasarkan Protocol to Provide Special Consideration on Rice and Sugar (untuk menunda penurunan tarif dan mempertahankannya pada General Exception List). Kedua negara menyatakan akan menyiapkan usulan berikut data yang diperlukan untuk disampaikan pada pertemuan CCA mendatang. Kesepakatan CCA mengenai usulan Indonesia dan Filipina ini akan disampaikan kepada SEOM guna direkomendasikan kepada AFTA Council pada bulan Agustus 2011.

Elimination of Non-Tariff Barriers

Pertemuan antara lain membahas penghapusan NTMs tranches ketiga (2012) bagi Filipina serta program penghapusan NTMs dalam tiga tranches bagi Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (2013, 2014, dan 2014), dan updates on newly introduced NTMs. Filipina

Page 19: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

10

menyatakan tidak ada rencana penghapusan NTMs pada tranches ketiga karena NTMs yang berlaku sudah sesuai ketentuan WTO. Demikian pula dengan Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Keempat negara anggota tersebut menyatakan belum ada rencana untuk melakukan penghapusan karena NTMs yang diterapkan sudah sesuai dengan ketentuan WTO.

Pertemuan menyadari tidak banyak kemajuan yang dapat dicapai dalam program penghapusan NTMs sesuai mandat ATIGA karena masing-masing negara menyatakan NTMs yang diterapkannya tidak melanggar ketentuan WTO. Negara anggota sepakat untuk mencoba mendapatkan masukan dari pelaku usaha dan melakukan dialog yang melibatkan “regulator” dan dunia usaha. Sekretariat ASEAN akan menyiapkan detail dari rencana ini sebelum pertemuan CCA berikutnya.

Development of NTM Guidelines

Pertemuan mencatat hasil studi konsultan ADB mengenai berbagai licensing yang diterapkan di masing-masing negara ASEAN, serta rekomendasi yang dihasilkan dari studi ini. Disepakati agar seluruh negara anggota melakukan konsultasi domestik atas rekomendasi konsultan ini dan atas draft Import Licensing Procedures (ILP) Guidelines, dan menyampaikan tanggapan atau saran perbaikan kepada Sekretariat ASEAN. ILP Guidelines ini selanjutnya akan disampaikan kepada SEOM untuk disahkan pada pertemuan AFTA Council ke-25.

AICO Matters Anggota CCA mencatat bahwa pertemuan WGIC yang berlangsung pada tanggal 13-14 Desember 2010 tidak mencapai kata sepakat sehingga CCA saat ini tidak dalam posisi untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan penyesuaian skim AICO dengan ATIGA. Pertemuan sepakat untuk meminta arahan dan keputusan SEOM utamanya untuk isu yang terkait dengan (i) kelanjutan Certificate of Eligibility (COE) yang diterbitkan sebelum Januari 2005 yang masih mengenal tariff bands 0%-3%; dan (ii) kelanjutan skim AICO itu sendiri.

ASEAN Trade Repository Pertemuan mencatat rencana dilaksanakannya High-Level Workshop on the Establishment of ATR pada tanggal 18 Januari 2011 di Jakarta yang mendahului pertemuan SEOM 1/42. Delegasi Indonesia meminta dukungan CCA agar dapat merekomendasikan SEOM Leads masing-masing menghadiri workshop ini.

Page 20: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

11

ASEAN Consultation to Solve Trade and

Investment (ACT)

Sekretariat ASEAN menginformasikan bahwa sampai saat ini pihaknya masih mencari penyandang dana dalam rangka memperkuat ACT yang didasarkan pada model yang dikembangkan EU. Pertemuan menekankan perlunya promosi untuk meningkatkan utilisasi ACT oleh sektor swasta, dan sepakat agar (i) Sekretariat ASEAN menyediakan link ACT pada halaman pertama website ASEAN; (ii) Sekretariat ASEAN menerbitkan kutipan manual mengenai ACT system untuk dipublikasikan; dan (iii) membuat hyperlink antara ACT dan ATR pada saat ATR telah terbentuk.

5. Senior Economic Official Meeting for the Forty-Second ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/42)

Pertemuan diselenggarakan pada tanggal 19-21 Januari 2011 di Jakarta, Indonesia. Pertemuan ini dipimpin oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional selaku SEOM Chair tahun ini, dan dihadiri oleh SEOM Leaders dari seluruh anggota ASEAN serta wakil Sekretariat ASEAN.

Pertemuan SEOM dilakukan dalam dua format. Pertama adalah dalam format retreat (SEOM Lead+2) pada tanggal 19 Januari 2011 dan kedua dalam format plenary pada tanggal 20 dan 21 Januari 2011.

SEOM Work Program and Deliverables for

2011

SEOM membahas program kerja dan rencana pencapaian (deliverables) untuk tahun 2011 yang antara lain mencakup kegiatan pada keempat pilar dari AEC Blueprint. SEOM sepakat bahwa untuk terwujudnya fokus yang jelas, daftar program kerja dan rencana capaian yang akan dilaporkan kepada ASEAN Economic Ministers (AEM) ini dibagi ke dalam dua kelompok: (i) program kerja dan rencana pencapaian yang merupakan amanat dari AEC Blueprint; dan (ii) program kerja dan rencana pencapaian yang tidak termaktub dalam AEC Blueprint (termasuk rencana kerja dan rencana capaian untuk ASEAN+1 FTAs).

Di bawah mata agenda ini dibahas pula gagasan untuk merampingkan pertemuan-pertemuan dan memperkuat koordinasi antara SEOM dengan badan-badan bawahannya. SEOM sepakat agar pertemuan SEOM diadakan maksimal 3 (tiga) kali dalam setahun (di luar pertemuan preparatory SEOM yang mendahului pertemuan AEM dan AEC Council). Kesepakatan lain di antaranya adalah (i) ketua dari badan-badan bawahan

Page 21: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

12

SEOM menyampaikan secara langsung laporannya kepada SEOM (hadir dalam pertemuan SEOM, tidak diwakilkan kepada Sekretariat ASEAN); (ii) badan-badan bawahan SEOM memberikan prioritas program kerja pada kegiatan yang memiliki high impacts bagi pemangku kepentingan; (iii) badan-badan SEOM mengurangi waktu pertemuan fisiknya sepanjang memungkinkan; dan (iv) laporan dan agenda SEOM dan High-Level Task Force on Economic Integration (HLTF-EI) dipertukarkan secara rutin untuk menghindari duplikasi penanganan isu.

Comprehensive Mid-Term Review of the

AEC Blueprint

SEOM membahas draft TOR Mid-Term Review of the Implementation of AEC Blueprint yang penyusunannya dibantu oleh ERIA. Diharapkan SEOM dapat mengkonsultasikan draf TOR ini kepada sectoral bodies di masing-masing negara dan menyampaikan tanggapan selambatnya pada minggu kedua Februari 2011 agar dapat disahkan oleh AEM dalam kesempatan AEM Retreat pada tanggal 26-27 Februari 2011.

Elimination of Non-Tariff Barriers

SEOM mencatat kegiatan dan kesepakatan yang dicapai oleh CCA terkait program kerja penghapusan NTBs. SEOM menekankan arti penting program kerja ini untuk mendukung peningkatan perdagangan intra-ASEAN terutama dengan telah dihapuskannya hambatan tarif oleh ASEAN-6. Untuk itu, SEOM menginstruksikan CCA untuk memberi perhatian pada high-impact sectors yang telah membentuk regional production base di ASEAN, yakni otomotif, eletronik, dan produk tekstil antara lain dengan menyiapkan tanggapan atas masukan yang pernah disampaikan ketiga industri ini kepada AEM, dan kemungkinan mengundang wakil asosiasi ASEAN untuk ketiga sektor ini ke pertemuan CCA.

Self Certification (SC) Pertemuan mencatat pelaksanaan pilot project on Self Certification sejak 1 November 2010 oleh Brunei, Malaysia, dan Singapura, serta pentingnya information sharing kepada negara anggota lainnya. Indonesia dan beberapa anggota lain menekankan perlunya memasukkan provisi mengenai Operational Certification Procedures (OCP) untuk SC ini ke dalam ATIGA agar negara anggota memiliki dasar hukum yang kuat untuk menerapkan dual regime of certification (conventional dan SC) mulai tahun 2012. Untuk itu SEOM menugaskan CCA mulai menyusun draft protocol untuk mengamendemen ATIGA beserta OCP-nya guna mendapatkan pengesahan AEM pada tahun 2011 ini.

Page 22: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

13

Private Sector Inputs on Rules of Origin

SEOM mencatat bahwa Sub-Committee on Rules of Origin (SCAROO) yang berada di bawah naungan CCA telah membahas surat Menteri Perdagangan dan Industri Singapura yang mengangkat usulan pelaku usaha untuk (i) menghapus keharusan menyertakan invoice dalam pengajuan permohonan Certificate of Origin (CO) dari cost statement bila kriteria CTC digunakan; (ii) penghapusan nilai FOB pada CO; dan (iii) memasukan fasilitas ASEAN's partial cumulation ke dalam ASEAN+1 FTAs. Mengingat posisi negara anggota yang beragam menanggapi usulan ini maka sesuai kesepakatan dalam pertemuan CCA di Jakarta pada tanggal 13-14 Januari 2011, negara anggota akan memberikan penjelasan tertulis mengenai posisinya masing-masing untuk dikonsolidasikan oleh Sekretariat ASEAN dan dilaporkan kepada AEM Retreat melalui SEOM.

Standards and Conformance

Kepala Badan Standardisasi Nasional mewakili Ketua ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality (ACCSQ) menyampaikan perkembangan kerja sama standards and conformance di ASEAN, antara lain terkait Priority Integration Sectors, conformity mark, penerapan ASEAN Cosmetic Directive, dan kerja sama technical barriers to trade (TBTs) dengan RRT.

Dalam kesempatan ini Indonesia menginformasikan bahwa ASEAN Cosmetic Directive telah diimplementasikan penuh mulai tanggal 1 Januari 2011 dengan on-line notification system, dan Indonesia telah meratifikasi ASEAN Harmonised Electrical and Electronic Equipment Regulatory Regime (AHEEERR) pada tanggal 21 Desember 2010 dan menotifikasikannya kepada Sekretariat ASEAN pada tanggal 18 Januari 2011. Mengingat perkembangan yang pesat dalam kerja sama standar ini dan perlunya kegiatan outreach agar pemangku kepentingan lebih memahami dan memanfaatkan kesepakatan-kesepakatan yang telah dicapai oleh ASEAN, Indonesia mengusulkan agar ACCSQ mengkaji kembali TOR-nya dan merevisinya bila perlu.

ASEAN Single Window SEOM mencatat bahwa ASW pilot project saat ini belum dapat dimulai karena Laos belum menandatangani MoU for the ASW Pilot Project. Negara anggota lainnya menghimbau agar Laos segera menyelesaikan prosedur domestiknya dan segera menandatangani MoU dimaksud.

Page 23: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

14

ASEAN Framework Agreement on Services

(AFAS)

SEOM mendapatkan laporan langsung dari Ketua Coordinating Committee on Services (CCS) mengenai perkembangan pemenuhan persyaratan AFAS 8 menyusul penandatanganan Protokol dimaksud oleh AEM pada tanggal 28 Oktober 2010 di Hanoi. SEOM sepakat agar persyaratan AFAS 8 dipenuhi oleh seluruh Negara anggota selambatnya pada saat pertemuan AEM bulan Agustus 2011 meskipun disadari bahwa praktis seluruh negara anggota menghadapi kesulitan untuk memenuhi persyaratan AFAS 8 ini.

ASEAN Comprehensive Investment Agreement

(ACIA)

Indonesia dan Thailand mengindikasikan bahwa proses ratifikasi ACIA memerlukan waktu lebih lama dari perkiraan semula sehingga target waktu Entry into Force (EIF) pada bulan Februari 2011 (saat AEM Retreat) kemungkinan besar tidak dapat dicapai. Negara anggota lainnya meminta kedua negara untuk mempercepat penyelesaian ratifikasi masing-masing agar implementasi ACIA tidak tertunda lebih lama lagi. Khusus mengenai target waktu liberalisasi atas reservation list pada tahun 2015, negara anggota masih berbeda pendapat mengenai batasan "2015," apakah 1 Januari 2015 atau 31 Desember 2015.

ASEAN Industrial Cooperation (AICO)

Pertemuan membahas isu yang diangkat oleh Thailand mengenai pemberlakuan ATIGA terkait keabsahan Certificate of Eligibility/COEs yang diterbitkan sebelum Januari 2005 dan usulan perpanjangan skim AICO yang tidak dapat diputuskan oleh Working Group on Industrial Cooperation yang bertemu di Jakarta pada tanggal 13-14 Desember 2010. Thailand, yang menginginkan perpanjangan skim AICO melalui sebuah protokol, menggarisbawahi pentingnya skim AICO yang menawarkan “insentif” yang tidak diberikan ATIGA. Sementara itu Indonesia menyampaikan bahwa persetujuan prinsip dari AEM pada tahun 2009 untuk memperpanjang skim AICO ini adalah dalam rangka mengakomodasi kepentingan Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (CLMV). Dengan adanya perubahan alasan seperti dikemukakan Thailand sepanjang tahun 2010 maupun dalam SEOM 1/42 ini, Indonesia tidak melihat adanya alasan yang kuat untuk memperpanjang skim AICO mengingat ASEAN-6 telah mencapai tingkat tarif 0% untuk seluruh produk dalam Inclusion List sejak 1 Januari 2010, dan pendapat ini didukung oleh negara lainnya (khususnya Malaysia dan Filipina).

Page 24: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

15

Indonesia juga mempermasalahkan argumen Thailand bahwa AICO menawarkan “insentif” yang tidak diberikan ATIGA. Ini menunjukkan adanya perlakuan diskriminatif yang akan merugikan pengguna ATIGA, sementara ATIGA itu sendiri merupakan platform utama kesepakatan ASEAN di bidang perdagangan barang. Meskipun Thailand menekankan bahwa AEM telah memberikan mandat pada tahun 2009 untuk memperpanjang skim AICO, Indonesia menegaskan lebih baik SEOM meminta AEM mempertimbangkan kembali keputusannya daripada merekomendasikan AEM menandatangani sebuah protokol yang dapat "mencederai" ATIGA. Karena tidak dicapai kata sepakat, masalah ini akan dibahas kembali pada saat SEOM 2/42 bulan Maret 2011.

Small and Medium Enterprises

SEOM mencatat dibentuknya ASEAN SME Advisory Board (SME Board) akan mengangkat masalah-masalah SME secara lebih "prominen" untuk mendapatkan perhatian AEM. Namun terkait keinginan anggota SME Board untuk mendapatkan letter of recognition of appointment, SEOM berpendapat bahwa hal ini cukup diselesaikan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN. SEOM juga mencatat program kerja pembentukan ASEAN SME Development Fund yang diamanatkan AEC Blueprint dan bahwa hingga saat ini belum ditentukan sumber-sumber bagi "fund" ini. SEOM mencatat bahwa masalah access to finance ini akan dibahas oleh Expert Panel dan SME Board dalam pertemuan pada bulan Juni 2011 di Singapura.

Intellectual Property, Competition Policy

Consumer Protection dan Cooperation on

Statistics

SEOM mencatat hasil-hasil pertemuan kelompok-kelompok yang menangani kerja sama di keempat bidang ini. Secara khusus SEOM juga mencatat (i) rencana pembentukan ASEAN Community Statistical System (ACSS) Committee pada tahun 2011; (ii) keterbatasan SDM pada unit ASEANstats di Sekretariat ASEAN; dan (iii) mekanisme paralel penyampaian data perdagangan kepada ASEANstats melalui Task Force on IMTS dan National AFTA Unit.

Private Sector Engagement

SEOM membahas secara mendalam keterlibatan sektor swasta dalam proses ASEAN, termasuk dialog antara AEM dan perwakilan bisnis seperti ABAC, US-ASEAN Business Council, Hast Asian Business Council, dan Federation of Japanese Chamber of Commerce and Industry in ASEAN (FJCCIA). Beberapa negara anggota

Page 25: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

16

mengusulkan beragam proposal mengenai ini, antara lain agar dialog AEM dengan bisnis dipandu dengan tema khusus (misalnya infrastruktur atau NTMs), agar prioritas diberikan kepada asosiasi industri ASEAN, atau agar SEOM menghadiri berbagai simposium atau seminar yang diselenggarakan oleh sektor swasta.

Indonesia menekankan bahwa yang diharapkan AEM pada intinya adalah terciptanya dialog yang interaktif, responsif dan berimbang, dan agar dialog AEM dengan keempat wakil sektor swasta tersebut di atas dirasionalisasikan supaya lebih efektif dan efisien. Pertemuan menyepakati mekanisme dan format yang diusulkan Indonesia untuk dikembangkan lebih lanjut guna mendapatkan persetujuan AEM pada saat AEM Retreat. Usulan dimaksud pada intinya menyangkut pentahapan persiapan menuju dialog AEM dengan sektor swasta sebagai berikut:

1) SEOM mengundang wakil swasta ke pertemuan SEOM berikutnya guna menyampaikan masukan atau rekomendasinya. Masukan juga dapat disarikan dari papers yang pernah disampaikan oleh sektor swasta kepada AEM dalam kesempatan sebelumnya;

2) SEOM menyusun konsep tanggapan yang terkonsolidasi dan dikelompokkan ke dalam beberapa issue areas (misalnya customs, NTMs, investment, standards, licensing, dan seterusnya). Mendahului tanggapan berdasarkan issue areas ini, perlu ditambahkan informasi mengenai hal-hal penting yang telah dicapai ASEAN dalam issue area masing-masing;

3) Dialog antara AEM dengan sektor swasta diintegrasikan dalam satu sesi berdurasi sekitar dua jam, di mana wakil-wakil dari ABAC, US-ABC, EABC dan FJCCIA hadir bersamaan. Dalam kesempatan ini designated AEM menyampaikan informasi dan tanggapan yang telah disiapkan sesuai issue areas yang diserahkan kepada AEM yang bersangkutan (misalnya Indonesia untuk customs, Singapura untuk NTMs, Thailand untuk investment dan seterusnya) sementara AEM lainnya dapat memberikan tambahan informasi atau tanggapan.

Priority Integration Sectors

Di bawah mata agenda Priority Integration Sectors, Indonesia menginformasikan penyelenggaraan workshop untuk sektor otomotif ASEAN pada bulan

Page 26: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

17

Desember 2010 yang ternyata hanya dihadiri oleh peserta dari Indonesia karena waktu yang mendesak dan promosi yang kurang optimal. Indonesia mengindikasikan kemungkinan menyelenggarakan ulang workshop untuk sektor otomotif di tahun 2011 dengan partisipasi dari seluruh negara anggota. Indonesia juga meminta petunjuk perlu tidaknya menyelenggarakan workshop untuk wood-based products mengingat hanya 3-4 negara anggota yang tampaknya memiliki kepentingan di sektor ini. Dalam kaitan ini Thailand mengusulkan untuk menyelenggarakan workshop bagi sub-sektor wood furniture, Indonesia akan mempertimbangkan usulan ini selain berkonsultasi dengan perwakilan ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF). Namun pertemuan juga sepakat apabila tidak ada ketertarikan dari dunia usaha/industri yang bersangkutan, maka perhatian seyogyanya dialokasikan kepada langkah-langkah yang lebih produktif.

Study on Enhancing the Implementation of

ASEAN Agreements

SEOM menerima hasil akhir dari kajian yang dilakukan oleh ITS Global Consultant bekerja sama dengan University of Asia-Pacific berjudul "Study on Enhancing the Implementation of ASEAN Agreements." Kajian ini menghasilkan rekomendasi baik yang bersifat ASEAN-wide maupun untuk masing-masing negara anggota, yang selanjutnya akan disampaikan kepada pertemuan AEM pada bulan Agustus mendatang. SEOM sepakat untuk menugaskan CCA, CCI dan CCS untuk mengkaji dan menyampaikan masukan terkait rekomendasi yang bersifat ASEAN-wide kepada SEOM 2/42. Sementara itu, SEOM juga sepakat agar masing-masing negara anggota melakukan kajian komprehensif mengenai kesesuaian (atau ketidaksesuaian) dari peraturan perundangan dan hukum nasionalnya dengan kesepakatan ATIGA, ACIA, dan AFAS sebagaimana diindikasikan dalam kajian di atas, dan menyampaikan hasilnya kepada SEOM 3/42. Hasil kajian kolektif dan individual ini diharapkan dapat dilaporkan kepada AEM pada bulan Agustus 2011.

Matters Relating to ASEAN's Relations with

Dialogue and Sectoral Partners

Di bawah mata agenda ini SEOM membahas perkembangan kerja sama ASEAN dengan para mitranya, termasuk kerja sama ASEAN-China FTA, ASEAN-Korea FTA, ASEAN-Japan CEPA, ASEAN-lndia FTA, dan ASEAN-Australia-New Zealand FTA. Di bawah ini adalah forum kerja sama yang dibahas oleh SEOM guna mendapatkan perhatian khusus dari negara anggota.

Page 27: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

18

ASEAN-China FTA SEOM mencatat bahwa Brunei, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan RRT telah menerapkan OCR yang baru sejak 1 Januari 2011, sementara negara lainnya diharapkan mengimplementasikan OCR baru ini selambatnya pada tanggal 1 Juli 2011. SEOM juga mencatat bahwa Protocol to Implement the Second Package of Specific Commitments under the ASEAN-China Trade in Services Agreement siap untuk ditandatangani oleh seluruh pihak pada saat AEM-MOFCOM Consultations pada bulan Agustus 2011.

ASEAN-lndia FTA SEOM membahas perkembangan perundingan ASEAN-India di bidang services dan investment yang cukup sulit mencatatkan perkembangan. SEOM sepakat agar ASEAN mengambil posisi lebih offensive dan mencatat bahwa:

1) India akan meninggalkan opsi "geographical carve out" dan modalitas offer 10:10 bila ASEAN dapat menawarkan substantive package of commitments di bidang jasa. Dalam hal ini Indonesia menginformasikan telah menyampaikan improved offers pada tanggal 14 Januari 2011 namun menggarisbawahi bahwa batasan "substantif" dapat diukur secara berbeda-beda, baik oleh India maupun negara ASEAN yang telah memiliki atau sedang menyelesaikan negosiasi FTA bilateral dengan India (Singapura, Malaysia);

2) Perundingan mengenai teks untuk Movement of Natural Person (MNP) yang sangat diinginkan oleh India sudah dimulai sejak akhir 2010. Pertemuan mencatat usulan untuk menggali kemungkinan adanya opsi bagi negara anggota untuk bergabung ke dalam kesepakatan MNP ini "at a later stage";

3) India sepakat untuk menggunakan pendekatan "negative list" dalam perundingan investasi seperti diinginkan ASEAN, namun ASEAN harus "bulat" untuk menggunakan "negative list" ini (Thailand menyatakan masih memerlukan konsultasi domestik karena mandatnya saat ini adalah menggunakan "positive list");

4) Perundingan mengenai Product Specific Rules (PSR) harus didorong lebih kuat agar India menerima usulan ASEAN atas 200 produk yang memerlukan PSR. SEOM mencatat bahwa India masih menggunakan pendekatan restriktif dalam

Page 28: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

19

pembahasan PSR (PSR digunakan untuk memperketat pemanfaatan preferensi tarif) sementara pendekatan ASEAN adalah agar PSR bersifat lebih fasilitatif. Diharapkan PSR ini dapat disepakati sebelum pertemuan AEM-lndia Consultations pada bulan Agustus 2011.

Emerging Regional Architecture in East Asia

SEOM membahas pelaksanaan arahan AEM untuk mengangkat secara paralel kajian mengenai EAFTA dan CEPEA ke tingkat officials. SEOM juga mencatat usulan RRT "Roadmap on Trade Facilitation among ASEAN Plus China, Japan, and Korea" dan usulan Jepang "Initial Steps toward Regional Economic Integration in East Asia: a Gradual Approach" yang di-refer kepada empat ASEAN Plus Working Groups (on ROO, Tariff Nomenclatures, Customs Procedures, dan Economic Cooperation). Sebagai langkah ke depan, SEOM sepakat agar:

1) Keempat ASEAN Plus Working Groups mengkaji kembali TOR masing-masing bagi kemungkinan memasukkan elemen dari proposal RRT dan Jepang yang belum tercakup dalam working group masing-masing;

2) Sekretariat ASEAN mengkaji ulang matriks perbandingan kesepakatan bidang barang dalam ACFTA, AKFTA, AJCEP, AANZFTA, dan AIFTA guna mengidentifikasi points of convergence and divergence;

3) ASEAN Plus Working Groups segera menghasilkan rekomendasi mengenai kerangka waktu dan target pencapaian konsolidasi internal ASEAN untuk dilaporkan kepada Menteri dan Kepala Negara.

Indonesia bersama Malaysia dan Filipina menekankan bahwa pendekatan terhadap emerging regional architecture melalui pembentukan ASEAN Plus Working Groups sudah tepat untuk mempertahankan sentralitas ASEAN. Namun Indonesia menggarisbawahi pentingnya keempat working groups dimaksud segera menghasilkan rekomendasi yang nyata mengingat dinamika kerja sama di Asia Timur (antara lain perundingan TPP dan bergabungnya AS dan Rusia ke dalam East Asia Summit) telah meningkatkan tekanan bagi segera dirundingkannya EAFTA atau CEPEA.

Page 29: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

20

Other Strategic Partnership: ASEAN-

Canada

Indonesia selaku Country Coordinator menggarisbawahi adanya 4 pending issues yang menghambat kemajuan penyelesaian draft text ASEAN-Canada TIFA, yakni (i) core labor standards; (ii) human rights; (iii) Corporate Social Responsibility (CSR); dan (iv) signing. Indonesia mengusulkan agar ASEAN tetap menggunakan wordings dalam ASEAN-US TIFA mengenai labor standard; ASEAN menerima dimasukkannya provisi mengenai CSR agar Kanada menanggalkan usulannya untuk memasukkan provisi mengenai human rights; dan mengubah format teks dari TIFA-type menjadi joint declaration-type. Pertemuan sepakat agar negara anggota mempertimbangkan usulan ini termasuk draft Joint Declaration dan membahasnya secara inter-sessional. SEOM juga mencatat harapan besar dari pihak Kanada agar teks ini dapat diselesaikan pada saat SEOM-Canada Consultations pada bulan Maret 2011 (saat SEOM 2/42).

Other Strategic Partnership: ASEAN-US

Indonesia sebagai Country Coordinator menyampaikan perkembangan kerja sama ASEAN-US TIFA di bidang trade facilitation, trade finance dialogue, government-business dialogue, trade and environment, dan standards. Untuk trade facilitation, ASEAN kembali akan meminta klarifikasi AS mengingat usulan AS bersifat bilateral sehingga tidak perlu diangkat dalam forum ASEAN-US TIFA. Sementara itu untuk trade finance dialogue, pertemuan mencatat bahwa Chamber of Commerce and Industry dari Filipina, Vietnam, dan Indonesia telah menandatangani MoU dengan US Export-Import Bank untuk bertukar informasi peluang bisnis.

Malaysia sebagai shepherd untuk government-business dialogue menginformasikan rencana penyelenggaraan dialog antara ABAC dengan USABC, sementara Singapura sebagai sheperd untuk standards menginformasikan perkembangan kerja sama di bidang standards yang terus berjalan maupun yang diusulkan yakni di bidang Medical Devices, Automotive Safety, Electrical Equipment, Building Constructions. Indonesia juga mengindikasikan usulan USABC kepada AEM Chair (Indonesia) untuk menyelenggarakan AEM Roadshow to the US pada tanggal 16-18 Mei 2011 mendahului pertemuan APEC Ministers Responsible for Trade di Montana. Usulan ini akan dibahas pada saat AEM Retreat pada tanggal 26-27 Februari 2011 untuk mendapatkan pertimbangan AEM.

Page 30: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

21

Indonesia yang juga bertugas sebagai shepherd untuk trade and environment dialogue menginformasikan kesediaan USTATF untuk mengorganisasi sebuah workshop mengenai keterkaitan perdagangan dengan isu lingkungan. Untuk itu Indonesia mengusulkan agar workshop dimaksud dapat diselenggarakan pada saat SEOM 2/42 di Singapura.

Other Strategic Partnership: ASEAN-EU

Mengingat proposal EU "ASEAN-EU Trade Dialogue" telah disepakati dalam SEOM-EU Consultations di Brunei tahun lalu, maka SEOM meminta Sekretariat ASEAN bersama Vietnam sebagai country coordinator untuk menyusun ASEAN-EU Trade and Investment Work Programme guna dibahas dalam SEOM-EU Consultations pada bulan Maret 2011 di Singapura. Sementara itu Indonesia menyampaikan secara umum rencana penyelenggaraan ASEAN-EU Business Summit yang direncanakan pada tanggal 5 Mei 2011 disusul dengan AEM-EU Trade Commissioner pada tanggal, 6 Mei 2011 namun detail rencana ini akan dikomunikasikan lebih lanjut.

Other Strategic Partnership: ASEAN-GCC

Terkait usulan GCC untuk melakukan pertemuan membahas kerja sama perdagangan dan invesatasi di Oman, maka SEOM menugaskan Sekretariat ASEAN untuk menyusun agenda/ indicative topics yang dapat diusulkan. Bila agenda/ indicative topics telah disusun maka SEOM akan memutuskan tanggapan atas usulan GCC untuk mengadakan pertemuan di Oman. SEOM juga meminta kesediaan Brunei untuk menjadi country coordinator untuk forum SEOM-GCC Consultations dan Brunei akan mempertimbangkan hal ini.

Other Strategic Partnership: ASEAN-

Russia

SEOM membahas status terakhir dari engagement antara ASEAN dan Rusia. Dalam kaitan ini SEOM meminta Sekretariat ASEAN untuk mendapatkan informasi mengenai ASEAN-Russia Business Council, dan bersama Kamboja selaku country coordinator menyusun TOR pembentukan Joint Expert Group yang akan ditugaskan menyusun comprehensive economic cooperation roadmap.

Page 31: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

22

Gambar 2. Pelaksanaan Senior Economic Official Meeting (SEOM-1/42)

6. Rapat Kelima Sekretariat Nasional ASEAN

Pada tanggal 4 Januari 2011 bertempat di ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri telah diselenggarakan pertemuan/ rapat anggota Sekretariat Nasional ASEAN yang secara khusus membahas hal-hal terkait dengan kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN pada tahun 2011.

Prioritas Indonesia pada tahun 2011

Dirjen Kerjasama ASEAN Kemenlu, menginformasikan hasil-hasil rapat di tingkat Menteri, Wakil Presiden dan Kabinet yang berlangsung pada bulan Desember 2010. Pada intinya disepakati 3 (tiga) hal yang menjadi prioritas Indonesia pada tahun 2011 ini dengan tindak lanjutnya yaitu:

1) Memastikan kemajuan pencapaian ASEAN Community 2015 pada ketiga pilar kerja sama ASEAN. Untuk tindak lanjutnya intansi terkait diharapkan dapat mengidentifikasi deliverables utama ASEAN di bawah kepemimpinan Indonesia;

2) Memastikan terwujudnya arsitektur kawasan dan lingkungannya yang tetap kondusif bagi pencapaian dynamic equilibrium di mana ASEAN tetap memainkan peran sentral. Untuk tindak lanjutnya akan dibahas dalam forum retreat para Menteri Luar Negeri ASEAN, termasuk visi baru bagi East Asia Summit yang keanggotaannya bertambah dengan masuknya Amerika Serikat dan Rusia;

Page 32: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

23

3) Mengantisipasi dan mencanangkan visi ASEAN pasca-2015 dengan penekanan pada peran dan kontribusi ASEAN kepada masyarakat dunia (ASEAN Community in a Global Community of Nations). Untuk tindak lanjutnya instansi terkait diharapkan agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah global yang dapat disikapi bersama oleh ASEAN

2011 notional calendar Mengenai 2011 notional calendar, pertemuan sepakat agar setiap instansi menyampaikan informasi mengenai rencana penyelenggaraan sidang masing-masing, baik yang diadakan di Indonesia maupun di negara anggota ASEAN lainnya.

Pelibatan stakeholders (People Oriented &

People Centered ASEAN)

Sementara untuk pelibatan stakeholders, dihimbau agar setiap instansi sesuai dengan kewenangannya dapat meningkatkan komunikasi dan dialog dengan stakeholders masing-masing dan ditingkatkan menjelang penyelenggaraan KTT ASEAN.

Launching situs ASEAN Indonesia

Situs ASEAN Indonesia telah diluncurkan dan dapat diakses "mock-up" dari website ASEAN Indonesia pada alamat www.aseancommunityindonesia.org. Diharapkan setiap instansi yang relevan dapat ikut melengkapi website ini yang direncanakan akan tetap tersedia dan terus di-update sampai tahun 2015 sebagai sarana komunikasi kepada publik.

C. Forum Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya

1. Pertemuan Tahunan World Economic Forum

Pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) dilaksanakan pada tanggal 26–30 Januari 2011 di Davos, Switzerland.

Beberapa tren dalam topik pembahasan

Pertemuan Tahunan di Davos tahun 2011 bertema besar “Shared Norms of the New Reality” dengan fokus utama pembicaraan terpusat pada isu-isu ketahanan pangan dan gejolak harga komoditas pangan internasional, pertumbuhan yang menyeluruh dan berkelanjutan, perubahan iklim serta bergesernya tata kelola global seiring dengan krisis finansial yang terjadi di tahun 2008.

Krisis finansial global telah membawa pergeseran besar dalam pilar kekuatan ekonomi dunia yang sebelumnya berpusat di Amerika Serikat dan Eropa menjadi berpusat di Asia. Saat ini dua pertiga dari pertumbuhan dunia ditopang oleh perdagangan di Asia dan pada akhir

Page 33: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

24

dekade ini diperkirakan emerging economies di Asia akan menyumbang lebih dari setengah dari ekonomi dunia dengan total GDP mencapai 45% dari GDP dunia. Asia juga akan menyumbang lebih dari setengah penduduk dunia yang diperkirakan akan mencapai 9 sampai 10 miliar di tahun 2015.

Proses transformasi di Asia

Pada saat ini Asia sedang melalui proses transformasi luar biasa baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, maupun posisi strategis. Proses transformasi yang apabila tidak ditopang oleh tata kelola (governance) yang baik akan menyebabkan tekanan luar biasa pada kebutuhan akan pangan, energi, air dan bahan baku lainnya, dan dapat menyebabkan konflik.

Meningkatnya kerja sama dan dialog, baik kerja sama regional maupun antar negara akan sangat menentukan bagaimana negara-negara di dunia akan berhasil melewati dan mengatasi tantangan global yang timbul (keterbatasan pangan, krisis energi, keterbatasan air, dan perubahan iklim) secara bersama-sama. Dan dengan demikian akan merubah tantangan (challenges) menjadi kesempatan (opportunity) dan akan mendorong terciptanya tata kelola baru yang tidak hanya menekankan pada pertumbuhan (growth) belaka akan tetapi bagaimana pertumbuhan tersebut bersifat inklusif dan berkesinambungan. Tata kelola yang baru juga harus merefleksikan secara akurat pergeseran (shifting) kekuatan ekonomi yang baru di mana Asia adalah pemain yang perannya sangat signifikan.

Peran Indonesia dalam pembentukan tata

kelola dunia yang baru

Indonesia memiliki peran yang sangat signifikan dalam pembentukan tata kelola dunia yang baru. Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dengan tingkat pertumbuhan tertinggi di dunia setelah Tiongkok dan India, yang baru-baru ini digolongkan oleh Goldman Sachs sebagai “growth market” dan sebagai “I” yang berikutnya dalam BRIC, anggota G-20, dan ketua ASEAN 2011 pembentukan tata kelola dunia yang baru akan sangat membutuhkan peran aktif Indonesia.

Persiapan Pelaksanaan World Economic Forum

East Asia

Indonesia secara resmi akan menjadi tuan rumah pelaksanaan World Economic Forum East Asia pada tanggal 12-13 Juni 2011 di Jakarta. Pelaksanaan WEF-EA kali ini berbeda dengan pelaksanaan WEF-EA biasanya karena bertepatan dengan pelaksanaan 20 tahun perayaan penyelenggaraan World Economic Forum di Asia dan Keketuaan Indonesia di ASEAN.

Page 34: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

25

Sehubungan dengan pelaksanaan WEF-EA telah dilakukan beberapa kali pertemuan baik di dalam negeri sebagai koordinasi antar Kementerian maupun mengambil momen di Davos di mana seluruh stakeholders berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Tahunan WEF.

Sesi Asia Brainstorming For 2011 East Asia

Summit

Di sela-sela pertemuan tahunan WEF di Davos dilakukan sesi Asia Brainstorming For 2011 East Asia Summit. Dalam sesi ini dilakukan diskusi dan tukar pendapat mengenai topik-topik serta tema bagi WEF-East Asia yang akan berlangsung di Jakarta pada tanggal 12-13 Juni 2011. Salah satu kemungkinan sesi adalah yang berkaitan dengan New Vision of Agriculture di mana akan dibahas pentingnya kemitraan swasta dan pemerintah (public private partnership) untuk mengatasi kelangkaan bahan pangan yang diakibatkan oleh berbagai faktor, di antaranya perubahan iklim. Selanjutnya juga telah diadakan pertemuan terpisah dengan tim WEF yang bergerak di bidang tersebut dan telah pula melakukan koordinasi dengan Kementerian terkait sehubungan dengan usulan sesi ini.

Sesi debriefing Selain itu juga diadakan sesi debriefing segera setelah IBC session. Sesi debriefing ini dihadiri oleh seluruh anggota WEF yang berasal dari Indonesia termasuk wakil Indonesia dalam Young Global Leaders, forum WEF untuk calon pemimpin potensial masa depan. Dalam sesi debriefing ini dibahas hal-hal sehubungan dengan persiapan penyelenggaraan WEF-EA di Jakarta, antara lain:

1) Penandatanganan MoU antara WEF dengan Panitia Pelaksana di Indonesia. Hal ini sudah ditindaklanjuti dengan koordinasi antar Kementerian dan direncanakan MoU dapat ditandatangani secepatnya;

2) Meningkatkan partisipasi swasta dalam rancangan sesi acara WEF-EA sehingga Indonesia mendapatkan sesi yang strategis dengan ekspos maksimum;

3) Mendiskusikan keterlibatan daerah/provinsi dalam WEF-EA terutama di beberapa sesi yang relevan sehingga hasil WEF-EA dapat juga dirasakan manfaatnya oleh daerah;

4) Mendiskusikan strategi komunikasi yang tepat baik baik untuk dalam negeri maupun luar negeri.

Page 35: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

26

Pertemuan Terbatas Tingkat Menteri

Perdagangan World Trade Organization

(WTO)

Salah satu agenda penting dalam World Economic Forum adalah mendorong percepatan perundingan perdagangan Putaran Doha. Dalam kaitan tersebut telah diadakan Pertemuan Terbatas Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) pada tanggal 29 Januari 2011.

Pertemuan terbatas tersebut secara reguler diadakan sejak pertemuan tahunan WEF tahun 2007 yang diselenggarakan oleh Sekretariat WTO dan Menteri Perdagangan Swiss selaku tuan rumah. Pada pertemuan tahun ini terdapat 24 menteri dari negara maju, negara berkembang, negara kecil (small and vulnerable), dan negara kurang berkembang/LDCs (Least Developed Countries) yang turut hadir. Tingginya antusiasme para Menteri menghadiri konsultasi WTO merupakan gambaran akan harapan untuk menyelesaikan putaran Doha yang telah berlangsung selama sembilan tahun terakhir. Indonesia merupakan anggota yang dipandang sangat penting oleh negara lain karena posisi Indonesia sebagai Emerging Economy dengan pangsa ekspor ke dunia yang semakin besar, anggota G20, maupun Ketua G-33 (kelompok negara berkembang di WTO yang memperjuangkan perlindungan terhadap masa depan produksi petani kecil).

Dalam pertemuan tersebut, seluruh Menteri Perdagangan yang hadir sepakat untuk mengadopsi Roadmap yang disampaikan oleh Dirjen WTO, yaitu: pada bulan April 2011 diselesaikannya draft Revised text; pada bulan Juli 2011 negosiasi DDA diselesaikan; dan pada akhir Desember 2011 scheduling telah dituntaskan.

Penyelesaian putaran Doha

Pertemuan juga menyepakati pentingnya penyelesaian putaran Doha sesuai jadwal pada tahun 2011 ini. Dalam kesempatan tersebut, telah disampaikan dukungan penyelesaian Putaran Doha dan komitmen Indonesia untuk tidak hanya menyerahkan penyelesaian isu-isu Putaran Doha pada tataran perunding teknis akan tetapi langsung melibatkan menteri dan leaders.

Kegagalan Putaran Doha merupakan hal yang dikhawatirkan akan dapat merusak sistem perdagangan multilateral yang telah banyak berjasa menopang bangkitnya perekonomian dunia dari keterpurukan akibat krisis tahun 2008. Selain itu penyelesaian Putaran Doha merupakan respon yang tepat atas perubahan

Page 36: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

27

peta perdagangan global di mana 31% dari total perdagangan dunia merupakan perdagangan antara negara berkembang.

Penyelesaian Putaran Doha juga akan makin memperkuat pengaturan perdagangan dunia dalam menghadapi bahaya proteksionisme serta dampak negatif proliferasi regional trade agreement. Putaran Doha merupakan solusi penataan kembali pelbagai aturan perdagangan seperti subsidi pertanian, aturan anti dumping, dan lain-lain yang apabila tidak selaras dengan prinsip perdagangan terbuka yang dianut oleh WTO maka akan sangat mengganggu kredibilitas sistem perdagangan multilateral dunia.

Indonesia secara konsisten menyampaikan pentingnya proses perundingan yang menempatkan kepentingan perdagangan negara berkembang sebagai fokus dengan terus mengembangkan program Aid for Trade untuk mendukung pengembangan kapasitas produksi dan ekspor negara berkembang serta pentingnya melindungi kepentingan petani.

Gambar 3. Pelaksanaan Acara Breakfast Session: Implications on Business of the Inclusive Growth Paradigm of India and Indonesia - Discussion on the Imperatives of Business of Inclusive Growth Paradigm

2. Pertemuan Organizing Committee (OC) dan Editorial Committee (EC)

Pertemuan Pertama Organising Committee (OC) dan Editorial Committee (EC) diselenggarakan pada tanggal 24 Januari 2011 di Bangkok, Thailand yang dipimpin oleh

Page 37: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

28

Mr. Yium Tavarolit selaku Acting Chief Executive Officer (CEO) International Rubber Consortium Limited (IRCo) dan dihadiri oleh anggota OC dan EC dari lndonesia, Malaysia, dan Thailand.

Tujuan pertemuan adalah sebagai persiapan penyelenggaraan peringatan 10 tahun kerja sama tiga negara di bidang karet alam.

Acara peringatan 10 tahun kerja sama tiga

negara di bidang karet alam

Rangkaian acara peringatan 10 tahun kerja sama tiga negara di bidang karet alam akan diselenggarakan pada tanggal 10-12 Desember 2011 di Bali dengan tema "towards an affluent natural rubber growing community”.

Acara tersebut rencananya akan diawali dengan sidang komite-komite yaitu Committee on Strategic Market Operation (CSMO), Expert Group on Establishment of Regional Rubber Market (EGERRM), Komite Statistik, dilanjutkan dengan joint meeting ke-2 antara Board of Directors (BoDs) IRCo dan International Tripartite Rubber Council (ITRC) pada tanggal 10-11 Desember 2011.

Acara utama akan diadakan pada tanggal 12 Desember 2011 yaitu Ministerial Committee Meeting (MCM) dan grand dinner yang akan dihadiri oleh Menteri Perdagangan Indonesia, Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi, Malaysia dan Minister of Agriculture and Cooperatives, Thailand. Sebelum acara tersebut, turnamen golf akan dilakukan pada pagi hari dan dilanjutkan dengan rubber conference pada siang hari.

Grand dinner IRCo Selain para menteri yang saat ini menjabat, pada grand dinner IRCo akan mengundang pihak-pihak yang terkait dengan ITRC/IRCo maupun pioneer ministers yaitu (i) Ibu Rini M.S. Soewandi, mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia; (ii) Mr. Prapat Panyachatraksa, mantan Deputy Minister of Agriculture and Cooperatives, Thailand; dan (iii) Dato' Seri Dr. Lim Keng Yaik mantan Minister of Primary Industries, Malaysia.

Salah satu mata acara dalam grand dinner adalah pemberian penghargaan berupa sertifikat kepada satu smallholder yang dipilih dari tiap-tiap negara. Tiap smallholder diberikan waktu tiga menit untuk menampilkan presentasi yang dapat berbentuk video klip dan foto-foto terkait aktivitas di bidang karet alam. Selanjutnya, bahan presentasi dari tiap-tiap negara akan

Page 38: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

29

digabung menjadi satu presentasi berdurasi 10 menit yang akan ditayangkan pada acara grand dinner. Untuk Indonesia, GAPKINDO akan menentukan smallholder tersebut.

Pimpinan pertemuan mengusulkan agar acara peringatan dilaksanakan di tempat penandatanganan Bali Declaration sepuluh tahun lalu (Istana Tampak Siring). Mengenai permintaan ini, telah diindikasikan dalam pertemuan bahwa proses untuk penggunaan Istana Tampak Siring membutuhkan proses perizinan yang tidak sederhana dan umumnya Istana Tampak Siring digunakan untuk acara-acara yang melibatkan dan dihadiri oleh Kepala Negara. Berkaitan dengan tempat penyelenggaraan tersebut, anggota OC sepakat untuk memberikan mandat kepada anggota OC Indonesia sebagai tuan rumah untuk menentukan tempat pelaksanaan yang representatif bagi para menteri di Bali.

Usulan biaya penyelengaraan sidang

Terkait biaya penyelenggaraan, pertemuan sepakat mengusulkan agar biaya acara ditanggung oleh IRCo kecuali biaya yang akan ditanggung oleh Indonesia sebagai tuan rumah dan maupun biaya yang akan ditanggung oleh ketiga negara. Berkenaan dengan biaya turnamen golf, pertemuan sepakat agar biayanya ditanggung oleh masing-masing peserta. IRCo mengusulkan agar OC Indonesia dapat bekerja sama dengan GAPKINDO dalam pengaturan turnamen golf tersebut.

Pertemuan mengusulkan agar biaya penyelenggaraan sidang pada tanggal 10-11 Desember 2011 ditanggung oleh Indonesia. Sedangkan biaya rubber conference Ministerial Committee Meeting, Grand Dinner, door gifts serta Commemoration Book diusulkan dibiayai bersama-sama oleh ketiga negara (cost sharing)

Menanggapi usulan cost sharing tersebut, perwakilan Ditjen KPI menyampaikan akan memberikan informasi lengkap pada pertemuan mendatang guna memeriksa kesesuaian dengan peraturan pertanggungjawaban keuangan negara di Indonesia. Terkait cost-sharing ini, pertemuan sepakat untuk membicarakan lebih lanjut pada pertemuan OC berikut.

Pertemuan sepakat pula agar anggota OC Indonesia dapat memberikan perkiraan jumlah biaya dan tempat penyelenggaraan, baik sidang, tempat turnamen golf,

Page 39: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

30

dan tempat grand dinner pada pertemuan OC dan EC mendatang, yang rencananya akan dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan sidang ITRC ke-19 di Kuala Terengganu, Malaysia awal bulan Maret 2011.

Pada acara grand dinner juga akan diluncurkan Commemoration Book. Terkait visi dan misi, anggota OC dan EC sepakat agar hal ini dibahas pada Sidang ITRC ke-19 mendatang.

3. 47th Asia Pacific Coconut Community Session/ Ministerial Meeting

Sidang APCC ke-47 diselenggarakan di Bangkok, Thailand, pada tanggal 25-28 Januari 2011. Pertemuan dipimpin oleh Mr. Jirakorn Kosaisawe, Director General, Department of Agriculture and Cooperatives of Thailand, selaku tuan rumah dan ketua APCC serta Mr. Romulo Arancon, Executive Director APCC.

Pertemuan dihadiri oleh negara-negara anggota APCC yaitu: Federated States of Micronesia, Fiji, India, Indonesia, Kiribati, Malaysia, Marshall Islands, Papua New Guinea, Filipina, Samoa, Solomon Islands, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Hadir pula dalam pertemuan tersebut pengamat dari Secretariat of the Pacific Community (SPC), dan Rainbow Sustainable Solution (RSS).

Pembukaan oleh tuan rumah

Mrs. Weena Pongpattananon, Deputy Director General, Department of Afgriculture, mewakili pemerintah Thailand selaku ketua APCC dan tuan rumah, menyampaikan harapannya agar pertemuan The 47th Asia Pacific Coconut Community Session/ Ministerial Meeting dapat menjadi pertemuan yang efektif untuk saling menukar pengalaman dan pengetahuan di bidang produksi hingga pemasaran produk komoditas kelapa. Disebutkan bahwa pemerintah Thailand menaruh perhatian yang tinggi untuk upaya pengembangan kelapa serta berharap dapat meningkatkan kerja sama pengembangan komoditas tersebut melalui kegiatan APCC. Thailand merupakan salah satu pendiri APCC pada tahun 1969 bersama dengan Sri Lanka, India, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Pembukaan oleh ketua APCC

Mr. Romulo Arancon, Jr., Executive Director APCC, dalam pembukaannya menyebutkan bahwa Sidang APCC ke-47 berupaya untuk mendapatkan hasil-hasil yang lebih substantif melalui presentasi country paper dari para negara anggota. Masing-masing negara

Page 40: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

31

anggota diminta untuk menyampaikan perkembangan data dan informasi serta kebijakan nasional yang terkait dengan komoditas kelapa untuk kurun waktu tiga tahun terakhir, khususnya mengenai perkembangan produksi, riset, investasi, penanaman kembali pohon kelapa, pendidikan serta pelatihan untuk para petani.

Saat ini, negara-negara anggota APCC tengah menikmati harga jual yang tertinggi yang pernah dialami komoditas kelapa. Executive Director APCC menegaskan pentingnya dukungan politik dari pemerintah masing-masing untuk dapat meneruskan pengembangan, rehabilitasi serta peningkatan produksi komoditas kelapa secara berkesinambungan.

Presentasi Country-Paper

Pertemuan mencatat country-paper para negara anggota APCC serta pengalaman dari masing-masing negara menangani produksi dan pemasaran komoditas kelapa. Disebutkan, sekalipun terjadi peningkatan harga di dalam negeri maupun di pasar internasional, umumnya negara produsen kelapa mengalami penurunan produksi disebabkan oleh berbagai faktor seperti pohon kelapa yang sudah menua, terjadinya hama dan penyakit, perubahan cuaca yang cepat dan tidak menentu, minat petani untuk menanam komoditas yang lebih bernilai komersial, kurangnya pelatihan dan riset, serta dukungan infrastruktur yang belum memadai.

Pemerintah di masing-masing negara anggota berupaya untuk meningkatkan produksi kelapa yang pada umumnya ditanam oleh para petani berskala kecil, tradisional, dan miskin. Sekalipun tahapan pengembangan kelapa berbeda-beda di antara anggota APCC, masing-masing pemerintah menyadari pentingnya peningkatan produksi kelapa dalam rangka ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, dan perolehan devisa. Filipina, Indonesia, dan Sri Lanka merupakan eksportir utama produk kelapa di dunia dengan tujuan pasar di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia, ASEAN, dan Afrika Selatan.

Di Indonesia, sebanyak 98% perkebunan kelapa dimiliki oleh para petani berskala kecil (smallholders) dan sebanyak 61% produksinya ditujukan untuk pasar dalam negeri. Pada tahun 2009 Indonesia mengekspor coconut oil senilai USD 266,167 juta. Hingga tahun 2015,

Page 41: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

32

Indonesia menargetkan program intensifikasi tanaman kelapa di atas lahan sebesar 1,4 juta hektar. Dalam kesempatan tersebut, Indonesia menawarkan kesediaannya untuk mendukung program-program peningkatan kapasitas produksi kelapa yang dilakukan melalui APCC.

Laporan Executive Director APCC

Mr. Romulo Arancon, Jr., Executive Director APCC, melaporkan produksi komoditas kelapa di negara-negara anggota APCC, evaluasi kegiatan proyek APCC tahun 2010, dan usulan proyek baru untuk tahun 2011 ED APCC menjelaskan bahwa tantangan utama pemasaran internasional produk minyak kelapa adalah adanya kompetisi yang ketat dari produk kelapa sawit, kacang kedelai, sunflower, rapeseed, minyak zaitun, dan jagung. Menurutnya, untuk menghadapi tantangan tersebut, minyak kelapa harus dapat membuktikan keandalannya dan jaminan ketersediaan pasokan.

Executive Director APCC mendesak agar pemerintah masing-masing anggota APCC menggalakkan program-program yang sasaran utamanya adalah peningkatan produksi melalui penanaman kembali, rehabilitasi serta fertilisasi lahan perkebunan kelapa, dan pengembangan produk (value added product).

Adapun program baru kegiatan APCC yang diusulkan untuk tahun 2011, di antaranya yaitu (i) Consultative meeting on Phytoplasma/Wilt diseases on coconut; (ii) Conduct of the APCC workshop on coir fibre processing; (iii) APCC workshop on value-added coconut product; (iv) reguler/ ad-hoc publications; dan (v) generic market promotion. Pertemuan menyambut baik laporan serta usulan program baru kegiatan APCC tersebut di atas.

Endorsement of the 44th APCC COCOTECH

Meeting

Pertemuan menyetujui rekomendasi pertemuan ke-44 APCC COCOTECH yang mengusulkan diadakannya multi-country clinical trials di beberapa negara anggota untuk membuktikan keandalan dan manfaat kesehatan produk-produk olahan dari kelapa. Hal ini terutama untuk memerangi pencitraan yang negatif terhadap kesehatan manusia atas produk-produk olahan kelapa oleh beberapa kalangan konsumen. Pertemuan juga menyambut baik usulan COCOTECH untuk melakukan studi mengenai komoditas kelapa terkait dengan perubahan iklim dan strategi peningkatan kesejahteraan di kalangan petani dan masyarakat pengelola komoditas kelapa.

Page 42: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

33

Proposal Pengenaan Standar Kualitas Produk

Kelapa

Menanggapi usulan atas pengadopsian APCC tentang standar kualitas produk kelapa, pertemuan menegaskan bahwa standar APCC untuk 15 jenis produk kelapa hanya digunakan sebagai referensi atau pedoman bagi negara-negara anggota APCC yang ingin menyusun dan mengembangkan standar kualitas nasionalnya.

Administrative Matters

Melalui pemilihan secara tertulis, Mrs. Wilaiwan Twishsri dari Thailand, dipilih oleh para negara anggota dengan mendapatkan nilai tertinggi sebagai APCC Assistant Director, terhitung aktif mulai tanggal 1 September 2011 untuk periode selama tiga tahun.

Pertemuan mencatat keinginan Pemerintah Palau dan Tuvalu untuk bergabung sebagai APCC regular member. Brasil, Kenya, Meksiko, dan Nigeria telah menyampaikan keinginannya untuk bergabung sebagai APCC associate member.

Menanggapi usulan APCC Executive Director untuk mempertimbangkan keinginan Jamaika bergabung sebagai regular member dengan voting rights, Indonesia didukung oleh para anggota APCC lainnya, mengusulkan supaya voting rights untuk sementara ini dibatasi dahulu untuk negara-negara anggota di kawasan Asia dan Pasifik. APCC tetap melakukan perluasan kerja sama dengan negara-negara di luar kawasan dengan memperluas associate membership-nya.

Untuk tahun 2011, Pemerintah Solomon Islands akan menjadi ketua APCC dan wakilnya oleh Pemerintah Vietnam. Direncanakan pertemuan ke-48 APCC Session akan diadakan di Solomon Islands pada minggu ke-4 bulan November 2011.

D. Forum Kerja Sama Bilateral

Kunjungan Kerja ke New Delhi Dalam Rangka Mengikuti Kunjungan Kenegaraan Presiden RI

Kunjungan kerja ke New Delhi, India dalam rangka kunjungan kenegaraan Presiden Republik Indonesia dilaksanakan pada tanggal 23 – 27 Januari 2011.

Pertemuan Presiden RI dengan Perdana Menteri

Dr. Manmohan Singh

Pada kesempatan pertemuan dengan Perdana Menteri Dr. Manmohan Singh, secara umum telah dibahas isu-isu bilateral, regional, dan global yang menjadi perhatian kedua negara. Isu bilateral yang dibahas adalah evaluasi Kemitraan Strategis yang dibentuk pada saat kunjungan pertama Presiden RI pada tahun 2005.

Page 43: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

34

Pelaksanaan Kemitraan Strategis telah mengalami berbagai kemajuan antara lain di bidang politik, keamanan, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, pertanian, olah raga, pariwisata, dan pertukaran budaya antara kedua negara. Pemimpin kedua negara sependapat perlu dilanjutkan upaya peningkatan perluasan hubungan ekonomi perdagangan di masa depan karena kedua negara mempunyai peluang yang dapat dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kedua negara. Kedua negara juga bertekad untuk bekerja lebih erat dalam menghadapi tantangan global.

Setelah pertemuan bilateral, pemimpin kedua negara menyaksikan penanda tanganan 15 (lima belas) Memorandum of Understanding antar kedua pemerintah yaitu: Forum Menteri Perdagangan Dua Tahunan; Bantuan Hukum Timbal Balik dalam masalah Pidana RI-India; Ekstradisi; Pendidikan; Scientific and Technological; Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; Migas; Pengolahan Urea; Kelautan dan Perikanan; Transportasi Udara; Pertukaran Intelijen Keuangan antara Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; Layanan Cuaca, Iklim, Geofisika. dan Peringatan Dini Bahaya Pesisir; Zona Perdagangan Bebas BP Batam dengan Santacruz Electronics Export Processing Zone; dan Kerja sama antara Dewan Pers RI-India. Nota kesepahaman tersebut telah ditanda tangani oleh para menteri dan kepala lembaga kedua Negara.

MoU on Biennial Trade Ministers Forum yang ditanda tangani oleh Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan dan Industri India bertujuan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang dan jasa agar tercapai target nilai total perdagangan sebesar US$ 25 milyar pada tahun 2015. Di samping itu akan dibentuk Forum Perdagangan dan Investasi antara kedua Menteri Perdagangan untuk memanfaatkan peluang dan identifikasi potensi perdagangan serta investasi kedua Negara. Forum Menteri Perdagangan Dua Tahunan yang pertama direncanakan akan dilaksanakan di Indonesia pada akhir tahun 2011.

Joint Statement

Pemimpin kedua negara mengeluarkan Joint Statement: Vision for the India – Indonesia New Strategic Partnership over the coming decade. Joint Statement tersebut memuat kemajuan kerja sama yang telah dicapai dalam kerangka kemitraan strategis dan kerja

Page 44: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

35

sama yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan yang akan dicapai dalam sepuluh tahun mendatang.

Kerja sama bilateral yang akan ditindak lanjuti antara lain: bidang politik; keamanan; perdagangan; ilmu pengetahuan dan teknologi; pertanian; kesehatan; kelautan dan perikanan; pendidikan, budaya, dan pariwisata; kegiatan pemuda dan olah raga; kesehatan; jasa transportasi udara; usaha mikro, kecil, dan menengah; migas, batubara, dan pembaruan energi; pelayanan meteorologi, geofisika, dan perubahaan iklim; penanganan penyelundupan, perdagangan narkoba, dan teroris.

Pertemuan Bisnis Forum dan Penandatanganan

Delapan Belas Kerja Sama

Kalangan bisnis India memanfaatkan kunjungan Presiden RI tersebut dengan mengundang Presiden RI pada acara Bisnis Forum. Bisnis Forum diselenggarakan oleh tiga perkumpulan bisnis yaitu Associated Chambers of Commerce and Industry of India (ASSOCHAM), Confederation of Indian Chambers of Commerce and Industry (CII), dan Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry (FICCI). Pihak India telah menyampaikan bahwa hubungan bisnis kedua Negara telah lama berjalan baik dan ingin meningkatkan investasi di Indonesia.

Sebelum Bisnis Forum berakhir Presiden beserta hadirin menyaksikan penandatangan delapan belas Memorandum of Understanding G to B dan B to B dengan nilai total investasi sebesar US$ 15,12 milyar. Delapan belas MoU tersebut mencakup berbagai sektor strategis yaitu infrastruktur pembangunan rel kereta api, pelabuhan udara dan pembangkit listrik, perkapalan, teknologi informasi, industri pupuk dan mineral, pengembangan SDM, dan kawasan perdagangan bebas.

Gambar 4. Pelaksanaan Business Meeting

Page 45: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

36

E. Perundingan Perdagangan Jasa

1. Pertemuan Working Party on GATS Rules (WPGR)

Pada tanggal 17 Januari 2011 di Jenewa telah dilaksanakan pertemuan informal Working Party on GATS Rules (WPGR) dalam rangka Services Week WTO yang berlangsung pada tanggal 17-21 November 2011. Agenda utama sidang adalah pembahasan isu Emergency Safeguards Measures (ESM), Government Procurement (GP), dan subsidi.

Emergency Safeguards Measures (ESM)

Merujuk hasil pertemuan WPDR bulan November 2010 dan dokumen ESM pada tanggal 22 Desember 2010 (S/C/W/329). Pimpinan sidang menyampaikan perlunya sesi khusus yang membahas data statistik perdagangan jasa terkait dengan penerapan Emergency Safeguards Measures (ESM).

Thailand sebagai wakil dari ASEAN Minus menyampaikan bahwa negara-negara proponen meminta agar sekretariat WTO menyusun program untuk membahas statistik perdagangan jasa dengan mengundang pembicara (expert).

Sekretariat menyampaikan bahwa proposal yang disampaikan tidak jelas dan meminta agar dapat disampaikan rinciannya mengenai apa yang perlu dibahas dalam sesi khusus tersebut.

Thailand menyampaikan bahwa rincian dari program sedang disusun, dalam hal ini proponen ingin agar sekretariat WTO membuat suatu program mengenai ketersediaan data statistik jasa terkait dengan penerapan ESM. Disepakati untuk dilakukan pertemuan antara ASEAN minus Singapura dengan sekretariat WTO di sela-sela waktu services week untuk membahas rincian dari proposal.

Amerika Serikat menyampaikan apresiasi kepada Thailand atas ide pelaksanaan sesi khusus mengenai data statistik perdagangan jasa, dan mendorong agar dilakukannya konsultasi dengan sekretariat mengenai program tersebut.

Government Procurement

Menindaklanjuti pembahasan Government Procurement pada bulan November, Uni Eropa mengusulkan agar pada bulan April mendatang dilaksanakan sesi khusus untuk membahas Government Procurement Agreement (GPA) pada saat Services Cluster. Proposal Uni Eropa ini didukung oleh Amerika Serikat.

Page 46: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

37

Subsidi Pembahasan subsidi diarahkan pada bagaimana mencapai kemajuan yang lebih berarti dari pembentukan Disciplines on Export Subsidies, termasuk mendorong agar negara-negara yang belum menyampaikan informasi mengenai subsidi jasa dapat menyampaikannya kepada sekretariat WTO.

Swiss menjelaskan dokumen Job/Serv/36 yang berisi konsep Disciplines on Export Subsidies. Menurut Swiss paper tersebut telah mengadopsi tanggapan yang disampaikan oleh banyak negara mengenai definisi subsidies. Terkait isu kata instrument [INSTRUMENT] yang masih perlu didiskusikan lebih lanjut. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah mengenai waktu yaitu limited extension of transitional period dan unlimited period.

AS menyampaikan bahwa Swiss perlu lebih mengelaborasi lebih lanjut mengenai definisi tersebut dan melihat bahwa definisi dimaksud diambil dari perjanjian SCM (Agreement on Subsidies and Countervailing Measures). Selanjutnya AS meminta Swiss agar dapat melakukan identifikasi dari beberapa submisi yang disampaikan oleh negara-negara anggota dan mengklasifikasikannya mana yang disebut subsidi dan mana yang bukan subsidi ekspor.

Selanjutnya Swiss menyampaikan terdapatnya dua hal penting, yaitu persiapan dan pertukaran informasi. Sebagaimana diketahui pertukaran informasi telah berakhir waktunya, dan banyak negara yang belum menyampaikan submisinya, oleh sebab itu perlu suatu work program mengenai langkah lebih lanjut melalui pembahasan di tingkat chair maupun delegation agar negara-negara yang mengalami kesulitan untuk menyampaikan informasi dapat mengatasi permasalahan tersebut.

Beberapa negara menyampaikan, bahwa sekretariat perlu menindaklanjuti dan menganalisis submisi yang disampaikan oleh negara. Selanjutnya mendorong negara yang belum menyampaikan submisi untuk segera menyampaikan submisi dengan mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi masing-masing negara.

Page 47: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

38

2. Pertemuan Bilateral dalam rangka Services Week

Pertemuan bilateral dengan Jepang, Uni Eropa, dan Australia berlangsung pada tanggal 17-21 Januari 2011 di Jenewa, Swiss.

Pertemuan bilateral dengan Jepang

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan bilateral sebelumnya. Jepang kembali menanyakan perihal kesiapan Indonesia untuk memberikan komitmen penuh terkait mode 1, 2, dan 3 di bidang jasa komputer dan distribusi. Pada kesempatan ini Jepang menyampaikan non-paper yang menjelaskan posisi Jepang atas request kepada Indonesia di kedua sektor tersebut. Jepang menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk menyesuaikan tingkat schedule dengan ketentuan yang berlaku.

Baik Jepang maupun Indonesia menyadari pentingnya tahun 2011 sebagai "window of opportunity" untuk menyelesaikan negosiasi Doha dan secara serius mempertimbangkan requests. Namun demikian Indonesia menyampaikan bahwa pada saat ini masih dalam tahap penyesuaian klasifikasi jasa informasi teknologi sehingga belum dapat memberikan komitmen baru. Klasifikasi ini akan direfleksikan dalam suatu peraturan baru yang sedang disusun. Penentuan komitmen tentunya juga harus sesuai dengan peraturan baru tersebut.

Untuk jasa telekomunikasi, Jepang menginginkan agar Indonesia memberikan komitmen penuh di mode 1 serta peningkatan foreign equity caps. Terkait itu Jepang meminta agar komitmen Indonesia dapat ditingkatkan sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan. Terhadap hal ini Indonesia mengatakan bahwa pengaturan dalam IJEPA sudah merupakan yang terbaik yang dapat diberikan oleh Indonesia, sehingga tidak dapat memberikan komitmen lebih di WTO.

Terkait dengan jasa distribusi, Jepang menginginkan Indonesia untuk membuat komitmen khususnya terkait franchise untuk convenient stores. Hal ini dipandang Jepang dapat memberikan akses kepada UKM untuk meningkatkan usahanya. Indonesia menjelaskan bahwa sektor ini merupakan sektor yang sensitif sebab Indonesia masih memiliki banyak pasar dan toko tradisional, sehingga tertutup bagi pihak asing.

Page 48: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

39

Pertemuan bilateral dengan Uni Eropa

EU menyampaikan bahwa diskusi selama ini dirasakan hanya terfokus pada aspek-aspek kecil dari requests dan kurang memaknai pentingnya mandat untuk meningkatkan komitmen. EU menginginkan adanya peningkatan di seluruh modes of supply dengan cakupan sektor yang luas. Fokus perlu diarahkan kembali pada negosiasi akses pasar dan refleksikan hasilnya dalam schedule. Dalam hal ini EU ingin juga mendiskusikan masalah foreign equity caps sebab dianggap sebagai isu yang cukup kompleks.

Indonesia sepakat dengan upaya untuk melakukan liberalisasi secara progresif dan mengakomodasi request seluruh pihak, namun demikian setiap offer yang diberikan harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Indonesia memahami pentingnya peningkatan foreign equity caps namun peningkatan tersebut sangat tergantung kesiapan rnasing-masing sektor. Di samping itu Indonesia merupakan negara berkembang, sehingga beberapa sektor tetap direservasi untuk pemain domestik, terutama sektor yang jika dibuka tidak akan menguntungkan.

Sehubungan dengan permintaan EU agar Indonesia mencantumkan foreign participation terhadap bank komersial di Indonesia sebesar maksimum 99% sebagaimana diatur dalam prevailing taws and regulations ke dalam initial offer. Indonesia menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) Pada prinsipnya akses pasar oleh pihak asing terhadap kepemilikan bank komersial di Indonesia sudah sangat terbuka jika dibandingkan dengan negara-negara sesama anggota ASEAN, yaitu sebesar maksimum 51% yang telah dicantumkan dalam Conditional Initial Offer. Jumlah maksimum tersebut diputuskan setelah rnemperhatikan prinsip asymmetric level playing field antara negara maju dan negara berkembang, berbagai aspek (ekonomi, sosial, politik) di dalam negeri, serta terlebih dahulu berkonsultasi dengan parlemen. Conditional Initial Offer tersebut pun harus dilakukan sacara balanced package, tergantung dari hasil perundingan di bidang pertanian, NAMA, dan sebagainya;

2) Di samping itu, permintaan EU agar komitmen Indonesia ditingkatkan menjadi 99% sulit untuk

Page 49: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

40

dipenuhi rnengingat Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan Indonesia sedang melakukan konsolidasi perbankan nasional;

3) Dari aspek hukum, kepemilikan asing sebesar maksimum 51% merupakan minimum majority yang akan mengakibatkan kedudukan pihak asing sebagai pemegang saham pengendali (controlling shareholder).

Sektor telekomunikasi Indonesia menjelaskan kepada pihak EU bahwa Indonesia sudah memiliki jasa long distance calls melalui penyedia yang sudah beroperasi. Sektor jasa telekomunikasi ini juga sudah terbuka bagi para penyedia jasa baik lokal maupun asing. Dalam hal ini tidak dibutuhkan adanya joint venture. Di samping itu EU juga menginginkan Indonesia untuk meningkatkan komitmen terkait international freight shipping lines dan auxiliary services.

Pihak EU juga menjelaskan bahwa seluruh negara anggota EU menggunakan peraturan roaming yang sama. Terkait MFN exemption, EU masih memberikan preferensi kepada negara-negara Eropa yang memiliki kemungkinan suatu saat untuk menjadi anggota EU.

3. Pertemuan Working Party on Domestic Regulation (WPDR)

Pertemuan diselenggarakan pada tanggal 18 November 2011 di Kantor Pusat WTO di Jenewa. Pertemuan dipimpin oleh Ketua WPDR Ahmed Mochtar dan membahas Working Party’s future Work, Development of Regulatory Disciplines under GATS Article VI.4 khususnya definition (chapter II) dan development (chapter X).

Work programme tahun 2011

Pada umumnya negara anggota mendukung usulan work programme tahun 2011 dengan menekankan pentingnya WPDR melakukan intensifikasi perundingan dalam formal/informal group dan small group untuk drafting process yang bersifat inclusive dalam rangka akan dikeluarkannya revisi Chairman draft text pada akhir Maret 2011. Negara anggota juga menekankan bahwa keterlibatan para Dubes/Watap dan SOM akan dilakukan apabila perundingan domestic regulation sudah ada arah yang jelas dan mencapai suatu kesamaan pandangan terhadap elemen-elemen yang dibahas. Ketua WPDR juga mengemukakan bahwa setelah mendapat masukan dari negara anggota, revisi draft text akan di sampaikan kepada negara anggota pada bulan Maret atau April 2011.

Page 50: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

41

Pembahasan mengenai definisi

Mengenai definisi, pembahasan lebih terfokus pada para 7 dan 8 rnengenai qualification requirements, yang secara spesifik menanyakan apakah cakupannya hanya untuk natural persons atau termasuk juridical persons. Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, delegasi China akhirnya dapat menerima bahwa qualification requirements cakupannya hanya mencakup natural person.

Pembahasan mengenai technical standards

Mengenai technical standards (para 9), pembahasan difokuskan mengenai apakah mandatory technical standards harus termasuk di dalam definisi licensing requirements dan/atau technical standards dan mengenai cakupan dari voluntary standards dalam definisi technical standards. Masih terdapat perbedaan pandangan mengenai hal tersebut sehingga Ketua WPDR akan membahasnya kembali pada pertemuan berikutnya.

Pembahasan mengenai development

Dalam pembahasan development, negara berkembang pada umumnya menyampaikan bahwa isu development merupakan bagian integral dari seluruh isu DDA termasuk domestic regulation sebagaimana dimandatkan di DDA dan Deklarasi Hong Kong. Negara berkembang menekankan mengenai penting dan perlunya transition period dan extension of a transition period bagi negara berkembang untuk mengimplementasikan disiplin domestic regulation ini. Berapa lamanya periode transisi akan sangat tergantung pada disiplin yang harus diterapkan dan tingkat pembangunan suatu negara Indonesia menyampaikan periode transisi sangat tergantung pada tingkat pembangunan dari sektor yang diliberalisasikan.

Pembahasan mengenai administrative fee

Mengenai pengurangan administrative fee, beberapa negara maju menekankan bahwa pengurangan administrative fee hanya bisa diberikan sepanjang rasional dan reasonable. Terkait dengan bantuan teknik, delegasi EU menggarisbawahi bahwa pihaknya baru akan memberikan komitmen untuk bantuan teknik setelah terdapat kejelasan mengenai bantuan teknik yang diminta.

Proposal Amerika Serikat

Pertemuan juga membahas proposal Amerika Serikat mengenai penambahan definisi dari authorization (dokumen RD/SERV/33). Menurut delegasi AS, definisi baru ini akan memperjelas terminologi yang diterapkan baik untuk lisensi dan kualifikasi serta natural dan legal persons serta memperjelas yang tidak termasuk masalah

Page 51: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

42

perizinan yang mungkin dipersyaratkan dalam rangka memberikan jasa. Sebagai tanggapan awal, negara anggota menyampaikan contoh yang disampaikan AS tidak sesuai dengan proposal yang disampaikan

Proposal Swiss Delegasi Swiss juga menyampaikan proposal necessity test dalam disiplin domestic regulation. Dalam proposalnya, delegasi Swiss menekankan pentingnya necessity test bagi disiplin multilateral mengenai licensing, qualification, dan technical standards sebagaimana dimandatkan Artikel VI.4 GATS.

Page 52: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

43

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kendala dan Permasalahan 1. Rangkaian Sidang ASEAN

Rangkaian sidang ASEAN yaitu (i) The Third Meeting of the Sub-Committee on ATIGA Rules of Origin (3rd SC-AROO); (ii) The Third Meeting of the ASEAN Trade Facilitation Joint Consultative Committee (3rd ATF-JCC); (iii) The Meeting of the Legal Experts on the ATIGA (MLE); dan (iv) The Third Meeting of the Coordinating Committee on the Implementation of the ATIGA (3rd CCA), dilaksanakan pada tanggal 10-14 Januari 2011, di Jakarta.

Keketuaan Indonesia Keempat pertemuan di atas merupakan pertemuan pembuka sidang ASEAN tahun 2011 pada pilar ekonomi di bawah kepemimpinan Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia perlu menunjukkan “leadership” untuk isu-isu penting di bawah koordinasi CCA dan AFTA Council dan hal ini memerlukan dukungan dan koordinasi dari seluruh instansi terkait.

2. Rapat Kelima Sekretariat Nasional ASEAN

Website ASEAN Indonesia telah di-launching dengan alamat www.aseancommunityindonesia.org. Setiap instansi yang relevan kiranya dapat ikut melengkapi website yang direncanakan akan tetap tersedia dan terus di-update sampai tahun 2015 sebagai sarana komunikasi kepada publik.

3. Persiapan Penyelenggaraan Peringatan 10 Tahun Kerja Sama Tiga Negara di Bidang Karet Alam

Rangkaian acara peringatan 10 tahun kerja sama tiga negara di bidang karet alam akan diselenggarakan pada tanggal 10-12 Desember 2011 di Bali dengan tema "towards an affluent natural rubber growing community”.

Biaya penyelenggaraan sidang

Dalam pertemuan persiapan diusulkan agar biaya penyelenggaraan sidang pada tanggal 10-11 Desember 2011 ditanggung oleh Indonesia. Sedangkan biaya rubber conference, Ministerial Committee Meeting, grand dinner, door gifts, serta commemoration book diusulkan dibiayai bersama-sama oleh ketiga (cost sharing).

Page 53: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

44

4. Pertemuan ke-47 Asia Pacific Coconut Community Session

Indonesia selaku salah satu penghasil kelapa terbesar di dunia, belum sepenuhnya memanfaatkan potensi tersebut baik untuk keperluan peningkatan kesejahteraan masyarakat maupun untuk perolehan devisa. Terkesan pula, Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan kerja sama dalam rangka Asia Pacific Coconut Community untuk meningkatkan produksi serta pengolahan kelapa.

5. Kunjungan Delegasi RI ke New Delhi, India

Melihat bahwa ekspor Indonesia ke India masih didominasi oleh produk-produk primer yang belum diolah, maka pasar yang besar di India perlu diisi lebih banyak dengan produk manufaktur Indonesia.

6. Pertemuan Working Party on GATS Rules (WPGR)

Pembahasan tentang GATs Rules khususnya mengenai Emergency Safeguard Measures (ESM) nampaknya masih akan membutuhkan waktu yang cukup panjang, sebab masih terdapat perbedaan pandangan dan posisi di antara negara anggota, khususnya mengenai feasibility dan desirability. Salah satu masalah yang dihadapi ASEAN minus dalam pembahasan ESM adalah sulitnya memperoleh data statistik perdagangan jasa dalam menentukan adanya import surge. Oleh karena itu, Thailand atas nama ASEAN minus meminta sekretariat WTO untuk menyusun program untuk membahas mengenai ketersediaan data jasa statistik terkait dengan penerapan ESM dengan mengundang pembicara (expert).

7. Pertemuan Working Party on Domestic Regulation (WPDR)

Melihat situasi perundingan Doha Development Agenda (DDA) dan Domestic Regulation (DR), yang akan makin intensif di tahun 2011. Indonesia harus segera menentukan posisi mengenai DR khususnya untuk periode transisi dan bagaimana penerapannya. Dalam kaitannya dengan bantuan teknik, sektor-sektor juga perlu menetapkan bantuan teknik apa yang perlu di-request kepada negara-negara donor.

Page 54: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

45

B. Tindak Lanjut Penyelesaian

1. Rangkaian Sidang ASEAN

Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti dari rangkaian pertemuan Coordinating Committee on the Implementation of the ATIGA di Jakarta adalah sebagaimana matriks berikut:

Tabel 1. Tindak Lanjut Coordinating Committee on the Implementation of the ATIGA No Isu Area Tindak Lanjut Instansi/Unit Waktu

1 Self Certification Mempertimbangkan

kembali posisi Indonesia

untuk bergabung dalam

pilot project

Ditjen Bea dan Cukai,

Kemenkeu; Ditjen

Perdagangan Luar

Negeri, Kemendag.

Pertemuan SCAROO

berikutnya

2 Study of Most

Appropriate ROO

for Automotive

Product

Menyusun tanggapan Dit. IATD; Dit. Kerja

Sama Industri

Internasional Wilayah II

dan Regional

Kemenperin

25 Februari 2011

3 Input from private

sectors on ROO

Menyampaikan justifikasi

terhadap posisi Indonesia

atas 3 rekomendasi yang

diajukan private sector

Dit. Fasilitasi Eskspor

Impor, Kemendag

31 Januari 2011

4 Review of the

Waiver for Rice

and Sugar

Mempersiapkan

dokumen justifikasi

perpanjangan waiver

Pusat Kerja Sama Luar

Negeri dan Dit.

Pemasaran

Internasional,

Kementan

25 Maret 2011.

5 Development of

NTM Guidelines

Tanggapan atas konsep

ILP Guidelines

Pusat Pelayanan

Adokasi, Dit. Impor,

Kemendag.

13 Februari 2011

6 SPS Committee Menyampaikan nama

contact point(s) Indonesia

untuk AC-SPS

Badan Karantina,

Kementan

28 Januari 2011

7 ASEAN Trade

Repository

Membahas technical

design, penempatan

(hosting) bagi NTR, dan

keterkaitannya dengan

INSW

KEMENKO

Perekonomian

Sesegera mungkin

Page 55: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

46

2. Rapat Kelima Sekretariat Nasional ASEAN

Guna mendukung pengembangan website ASEAN Indonesia, Kementerian Luar Negeri akan menyampaikan surat permohonan penunjukkan contact points kepada instansi terkait yang akan berperan sebagai penghubung instansi yang bersangkutan. Direncanakan pula bahwa beberapa nama dari contact points ini akan ditunjuk sekaligus sebagai anggota tim editor website. Diharapkan contact points yang akan ditunjuk adalah mereka yang kompeten dan memahami serta terlibat dalam proses ASEAN sesuai bidang tugasnya masing-masing.

3. Persiapan Penyelenggaraan Peringatan 10 Tahun Kerja Sama Tiga Negara di Bidang Karet Alam

Untuk menindaklanjuti rencana acara peringatan 10 tahun kerja sama tiga negara di bidang karet alam, akan dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yaitu:

1) Sekretariat Ditjen KPI, mengenai tempat penyelenggaraan sidang dan grand dinner serta mekanisme dan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan administrasi penggunaan APBN jika pembiayaan penyelenggaraan ditanggung secara bersama oleh Indonesia, Malaysia, dan Thailand;

2) Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), mengenai penentuan satu smallholder yang akan memperoleh sertifikat penghargaan termasuk persiapan bahan yang akan ditampilkan pada saat grand dinner;

3) International Rubber Consortium Limited (IRCo), mengenai finalisasi susunan acara dan daftar undangan untuk turnamen golf, rubber conference, dan grand dinner.

4. Pertemuan ke-47 Asia Pacific Coconut Community Session

Patut dipertimbangkan secara positif mengenai kemungkinan Indonesia mencalonkan diri sebagai Executive Director Asia Pacific Coconut Community menggantikan Executive Director saat ini yang masa jabatannya akan berakhir pada bulan Juli 2012. Kepimpinan Indonesia da!am Asia Pacific Coconut Community kiranya akan memberikan keuntungan strategis dan mendukung diplomasi Indonesia secara keseluruhan.

Page 56: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

47

5. Kunjungan Delegasi RI ke New Delhi, India

Rencana pembentukan Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreeement diharapkan dapat semakin membuka peluang masuknya produk manufaktur Indonesia dengan nilai tambah yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk menghadapi negosiasi pembukaan akses pasar barang dan jasa serta investasi dengan pihak India, perlu dilakukan pendalaman terhadap rekomendasi Joint Study sehingga dapat memberikan masukan yang lebih lengkap kepada tim negosiasi Indonesia.

6. Pertemuan Working Party on GATS Rules (WPGR)

Indonesia perlu segera melakukan kajian-kajian mengenai Emergency Safeguard Measures dengan mengembangkan konsep-konsep yang sudah disampaikan oleh Thailand dan Filipina bersama dengan ASEAN minus. Di samping itu perlu segera dilakukan kajian untuk mempersiapkan data statistik jasa yang lebih komprehensif.

Melihat kemajuan yang dicapai dalam pertukaran informasi dan pembahasan-pembahasan mengenai subsidi jasa, nampaknya perundingan mengenai draft text on discipline on export subsidies sudah tidak dapat dielakkan lagi akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan mempelajari submisi yang disampaikan oleh sekitar 18 negara anggota.

7. Pertemuan Working Party on Domestic Regulation (WPDR)

Pembahasan WPDR memperlihatkan kemajuan dan nampaknya akan menjadi isu yang akan diselesaikan lebih dahulu (sebagaimana dimandatkan di Deklarasi Hong Kong) dibandingkan isu akses pasar dan GATS Rules. Oleh sebab itu hendaknya sektor-sektor yang telah dan akan menyampaikan offers-nya melakukan pemeriksaan atas aturan-aturan yang terkait dengan licensing dan qualification requirement, licensing dan qualification procedure, technical standards, dan transparansi.

Page 57: 1 Lapbul Januari 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Januari 2011

48

BAB III PENUTUP

Selama bulan Januari 2011, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah berpartisipasi dalam tiga belas perundingan baik di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dalam perundingan tersebut diperoleh beberapa hasil kesepakatan yaitu: (i) Memorandum of Understanding between the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia and the Ministry of Commerce and Industry of the Republic of India on the Establishment of Biennial Trade Ministers’ Forum; dan (ii) Joint statement: Vision for the India-Indonesia New Strategic Partnership Over the Coming Decade.

MoU on Biennial Trade Ministers’ Forum yang ditandatangani bertujuan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang dan jasa agar tercapai target nilai total perdagangan sebesar US$ 25 milyar pada tahun 2015. Sedangkan Joint Statement memuat kemajuan kerja sama yang telah dicapai dalam kerangka kemitraan strategis dan kerja sama yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan akan dicapai dalam waktu sepuluh tahun mendatang.

Page 58: 1 Lapbul Januari 2011.pdf