74

10 lapbul oktober 2011.pdf

  • Upload
    lykhanh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 10 lapbul oktober 2011.pdf
Page 2: 10 lapbul oktober 2011.pdf

DITERBITKAN OLEH : DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DITJEN KPI / LB / 101 / XI / 2011

Page 3: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI....………………………………………...………………………………………............................. 1 KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF...……………………….......…………………………………….......................... 4 DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... 8 BAB I KINERJA…………....……...................................................................................... 9 A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral............................ 9 1. Sidang Komite Anti Dumping …………………………………………………………… 9 2. Sidang Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights

(TRIPS) Council.................................................................................... 14 3. Konsultasi Informal TRIPS Council-Special Session............................. 17 4. Sidang Komite Subsidies and Countervailing Measures………………….. 18 5. Sidang Komite Safeguards.................................................................. 21 B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN ….………………….………….. 22 1. Pertemuan ASEAN - Kanada.………………………………………………………………. 22 2. Pertemuan ASEAN - India Trade Negotiating Committee (AI-TNC) ke-

29 dan Pertemuan Terkait Lainnya............................................................ 23 3. Joint Preparatory Meeting untuk KTT ASEAN ke-19 dan Pertemuan

Terkait Lainnya............................................................................................ 33 4. Pertemuan Asean Economic Community (AEC) Council Retreat.............. 34 5. Pertemuan Preparatory Meeting ASEAN-China Joint Committee

(ACFTA-JC)…………………………………………………………………………………………. 37 C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi

Internasional Lainnya.................................................................................... 44 Pertemuan 27th Session of the Standing Committee for Economic and

Commercial Cooperation (COMCEC) of the Organization of the Islamic Cooperation……………………………………………………………………….. 44

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral.................................... 50 1. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia - Brasil …………………….. 50 2. Pertemuan Pertama Bilateral Trade Ministers’ Forum (BTMF)

Indonesia-India dan Konsultasi Pra- Negosiasi Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement (II-CECA)............ 52

3. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Ekuador...................... 54 4. Pertemuan ke-3 Joint Study Group (JSG) Indonesia-Korea……………… 56 5. Pertemuan Working Level Task Force (WLTF) Indonesia-Korea ke-2 59 6. Indonesia-Rusia High Level Meeting on Bilateral Economic

Cooperation dan Indonesia-Russia Business Forum........................... 62 7. The 11th Joint Commision for Bilateral Cooperation (JCBC) between

Indonesia and Malaysia…………………………………………………………………. 64

Page 4: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

2

E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa.................................................. 66 Preparatory Meeting ASEAN-China FTA Joint Committee (ACFTA-JC)…… 66 BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT......……………....................................... 111 A. Kendala dan Permasalahan….……………………………………………....................... 111 B. Tindak Lanjut Penyelesaian…..……………………………………………………………….. 113 BAB III PENUTUP…..………………………………………………………………………………………………. 115

Page 5: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

3

KATA PENGANTAR

Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

merupakan uraian pelaksanaan kegiatan dari tugas dan fungsi Direktorat-direktorat dan

Sekretariat di lingkungan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, yang

terdiri dari rangkuman pertemuan, sidang dan kerja sama di fora Multilateral, ASEAN,

APEC dan organisasi internasional lainnya, Bilateral, serta Perundingan Perdagangan Jasa

setiap bulan baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan bulanan ini adalah untuk

memberikan masukan dan informasi kepada unit-unit terkait Kementerian Perdagangan,

dan sebagai wahana koordinasi dalam melaksanakan tugas lebih lanjut. Selain itu, kami

harapkan Laporan Bulanan Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional ini,

dapat memberikan gambaran yang jelas dan lebih rinci mengenai kinerja operasional

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Akhir kata kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sejak penyusunan hingga penerbitan laporan bulanan ini.

Terima kasih.

Jakarta, Oktober 2011

DIREKTORAT JENDERAL KPI

Page 6: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

4

RINGKASAN EKSEKUTIF

Beberapa kegiatan penting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional pada bulan Oktober 2011, antara lain:

Sidang Komite Anti Dumping

Sidang membahas agenda rutin Working Group on Implementation, Informal Group on Anti-Circumvention, dan Regular Meeting Committee on Anti-Dumping Practices.

Sidang Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) Council

Pertemuan antara lain membahas: (i) Mata agenda D: Review of the Provisions of Article 27.3(b); (ii) Mata agenda E: Relationship Between the TRIPS Agreement and the Convention on Biological Diversity; (iii) Mata agenda F: Protection of Traditional Knowledge and Folklore; (iv) Mata Agenda G: Review Under Paragraph 8 of the Decision on the Implementation of Paragraph 6 of the Doha Declaration on the TRIPS Agreement and Public Health; (v) Mata Agenda H: Non-Violation and Situation Complaints (NVSC); (vi) Mata Agenda N: Australia's Tobacco Plain Packaging Bill 2011; (vii) Mata Agenda O: Enforcement of Intellectual Property Rights (Part III of the TRIPs Agreement); dan (viii) Mata Agenda Q: Observer Status of International Intergovernmental Organizations.

Konsultasi Informal TRIPS Council-Special Session

Konsultasi informal TRIPS Council-SS diwarnai dengan adanya keinginan beberapa anggota untuk mengubah bentuk sesi konsultasi informal Special Session menjadi sesi formal. Isu-isu utama lainnya yang dibahas secara intensif dalam pertemuan tersebut adalah isu transparansi dan mandat.

Sidang Komite Subsidies and Countervailing Measures

Sidang dipimpin oleh Ketua Komite Subsidies and Countervailing Measures (SCM), dengan pembahasan agenda rutin Special Meeting SCM dan Sidang Reguler SCM yang meliputi peninjauan notifikasi negara anggota dan pembahasan isu-isu terkait dengan kepentingan negara anggota.

Sidang Komite Safeguards

Sidang dipimpin oleh Ketua Komite Safeguards dengan pembahasan agenda rutin Regular Meeting Committee on Safeguards.

Pertemuan ASEAN - Kanada

Menteri Perdagangan RI telah melakukan pertukaran surat dengan Minister of International Trade and Minister for the Asia – Pacific Gateway of Canada untuk menandai telah diadopsinya Joint Declaration between ASEAN and Canada on Trade and Investment pada tanggal 2 Oktober 2011 di Jakarta.

Page 7: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

5

Pertemuan ASEAN - India Trade Negotiating Committee (AI-TNC) ke-29 dan Pertemuan Terkait Lainnya

Rangkaian pertemuan AI-TNC terdiri dari pertemuan ASEAN-lndia Trade Negotiating Group (AI-TNG), Working Group on Services (WGS), Working Group on Rules of Origin (WGROO), dan Working Group on Investment (WGI).

Joint Preparatory Meeting untuk KTT ASEAN ke-19 dan Pertemuan Terkait Lainnya

Hasil-hasil penting dari rangkaian pertemuan yang berada di bawah kewenangan SEOM (mewakili unsur ASEAN Economic Minister/AEM dan ASEAN Economic Community Council/AECC) adalah: (i) Preparation for the 19th ASEAN Summit; (ii) Preparation for the 6th Meeting of the ASEAN Economic Community Council; dan (iii) Preparation for the AEC Retreat in October 2011.

Pertemuan ASEAN Economic Community (AEC) Council Retreat

Pertemuan AEC Council Retreat dirancang untuk membahas penyelesaian 3 (tiga) concept papers yang merupakan prioritas ASEAN pada tahun 2011 yang akan menjadi outcome documents pada KTT ASEAN bulan November 2011, yaitu: (i) ASEAN Framework for Equitable Economic Development; (ii) ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic Partnership; dan (iii) kontribusi pilar ekonomi untuk Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations.

Pertemuan Preparatory Meeting ASEAN-China Joint Committee (ACFTA-JC)

Pembahasan menitikberatkan pada isu: (i) Tindak lanjut AEM-MOFCOM Consultation; (ii) Konfirmasi TOR ACFTA-JC; (iii) ACFTA-JC Work Plan and Deliverables 2012; (iv) Implementasi ACFTA; (v) Report WG ROO dan Ad-hoc WG Custom Procedures and Trade Facilitation (CPTF), WG Economic Cooperation (WGEC); dan (vi) Presentasi keinginan Hongkong untuk bergabung dengan ACFTA.

Pertemuan 27th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) of the Organization of the Islamic Cooperation

Sekretariat Jenderal OKI menyampaikan laporan perkembangan Ten Year Program of Action (TYPOA) dan mengharapkan agar negara-negara anggotanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan, proyek dan program dalam kerangka Plan of Action dan TYPOA.

Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia - Brasil

Agenda sidang pada hari pertama adalah pelaksanaan Working Group yang dibagi menjadi tiga sesi, yaitu: Working Group on Trade and Investment, Working Group on Agriculture, dan Working Group on Energy. Sedangkan agenda pada hari kedua adalah Plenary Session dengan susunan acara: Opening Remarks, Consideration and Adoption of Agenda, Exchange of Views on Domestic Situation in Both Countries, Discussion on Bilateral Cooperation, Reports of the Working Groups, Exchange of Views on Regional and International Issues, dan Closing Remarks.

Page 8: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

6

Pertemuan Pertama Bilateral Trade Ministers’ Forum (BTMF) Indonesia - India dan Konsultasi Pra - Negosiasi Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement (II-CECA)

Kedua Menteri Perdagangan menyepakati untuk membentuk dua Working Group, yakni: (i) Working Group on Trade and Investment; dan (ii) Working Group on Trade Facilitation and Resolution. Pembentukan kedua Working Group tersebut dilakukan sebagai upaya kedua negara untuk lebih meningkatkan laju perdagangan bilateral dalam rangka mencapai target volume perdagangan sebesar US$ 25 miliar pada tahun 2015.

Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Ekuador

SKB ke-2 Indonesia-Ekuador sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi dalam rangka meningkatkan kerja sama bilateral kedua negara. Diharapkan forum seperti ini dapat terus berlanjut guna mempererat hubungan kerja sama bilateral kedua negara di masa yang akan datang.

Pertemuan ke-3 Joint Study Group (JSG) Indonesia-Korea

Pertemuan ke-3 JSG bertujuan untuk menyusun dan menfinalisasi Draft JSG Report dengan lebih concise dan comprehensive, mengklarifikasi data dan statistik yang telah digunakan oleh kedua pihak dan menyepakati final draft dan JSG Report yang telah dihasilkan.

Pertemuan Working Level Task Force (WLTF) Indonesia-Korea ke-2

Pertemuan WLTF Indonesia-Korea ke-2 terdiri dari delapan Working Group (WG), yaitu: WG on Trade and Investment; WG on Forestry, Agriculture, and Fisheries; WG on Energy and Mineral Resources; WG on Infrastructure and Construction; WG on Defense Industry; WG on Industry Cooperation; WG on Policy Support and Financing Development; dan WG on Environmental Cooperation.

Indonesia-Rusia High Level Meeting on Bilateral Economic Cooperation dan Indonesia-Russia Business Forum

Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Rusia yang sudah terjalin cukup baik perlu ditingkatkan dan dapat dicarikan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak terutama di sektor perdagangan dan investasi.

The 11th Joint Commision for Bilateral Cooperation (JCBC) between Indonesia and Malaysia

Dalam rangka mengefektifkan mekanisme kerja JCBC, telah disepakati Concept Paper of the Revitalization of the JCBC Between the Republic of Indonesia and Malaysia. Dengan mekanisme baru JCBC ini, maka 3 (tiga) woking groups (kelompok kerja) di bawah koordinasi JCBC yang pembentukannya telah disepakati pada the 10th JCBC Meeting berdasarkan keputusan Kepala Negara pada the 7th Annual Consultation, diharapkan dapat bekerja melengkapi kinerja JCBC.

Page 9: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

7

Preparatory Meeting ASEAN-China FTA Joint Committee (ACFTA-JC)

Pembahasan menitikberatkan pada isu: (i) Tindak lanjut AEM-MOFCOM Consultation; (ii) Konfirmasi TOR ACFTA-JC; (iii) ACFTA-JC Work Plan and Deliverables 2012; (iv) Implementasi ACFTA: (a) TIG Agreement Legal Commitment and General Exception Provision, (b) TIS Agreement: Second Package of Specific Commitment Trade in Services; dan (v) Report Working Group.

Page 10: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

8

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Sesi Foto Bersama Pertemuan Asean - Kanada.............................................. 23 Gambar 2 Dirjen KPI Memimpin Joint Preparatory Meeting ….…................................... 34 Gambar 3 Sesi Foto Bersama AEC Council Retreat.........................…………………............. 35 Gambar 4 Pertemuan ke-27 COMCEC…........................................................................... 45 Gambar 5 Penandatanganan Joint Statement................................................................. 54 Gambar 6 Mendag Membuka Forum Bisnis Indonesia – Rusia………………………………….. 62 Gambar 7 11th Meeting of the JCBC………………………………………………………………………….. 65

Page 11: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

9

BAB I KINERJA

A. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Multilateral

1. Sidang Komite Anti Dumping

Sidang Komite Anti Dumping dilaksanakan pada tanggal 24-25 Oktober 2011 di Jenewa dan dipimpin oleh Ketua Committee on Anti Dumping Practices.

Working Group on Implementation

Art. 2.3 - Constructed Export Price (G/ADP/AHG/W/190) Paper dari Afrika Selatan

Dalam paper ini Afrika Selatan menjelaskan bagaimana cara Otoritas Investigasi Afrika Selatan (International Trade Administration Commission/ITAC) melakukan konstruksi harga ekspor dalam kondisi informasi harga ekspor tidak dapat dipercaya. Paper Afrika Selatan ini mendapat tanggapan dari Turki, India, Amerika Serikat, Australia, Kanada, RRT, dan Selandia Baru. Secara garis besar negara-negara tersebut menyoroti tentang cara dan praktik Afrika Selatan dalam melakukan konstruksi harga ekspor dalam hal tidak ada harga ekspor atau harga ekspor yang diketahui tidak dapat dipercaya (unreliable) dengan "alasan apapun".

Art. 3.5 - Other Known Causes of Injury (G/ADP/AHG/W/194) Paper dari Kolombia

Dalam paper ini, Kolombia menjelaskan tentang faktor lain yang wajib diuji untuk menentukan apakah penurunan kinerja industri dalam negeri (petisioner) disebabkan oleh faktor-faktor selain barang dumping, antara lain: volume dan harga barang impor dari negara selain yang dituduh, praktik pembatasan perdagangan terhadap produsen asing maupun dalam negeri serta persaingan antara sesama produsen di pasar domestik, perkembangan teknologi global dibandingkan dengan teknologi yang dimiliki pemohon, produktivitas dan kinerja ekspor industri dalam negeri, kapasitas industri dalam negeri untuk memenuhi permintaan pasar, dan perubahan dalam permintaan maupun pola konsumsi pasar domestik.

Paper Kolombia ini mendapat tanggapan dari Kanada, Jepang, Turki, Amerika Serikat, Australia, dan Pakistan. Secara garis besar negara-negara tersebut menanyakan tentang bagaimana Kolombia memisahkan perhitungan kerugian yang diakibatkan oleh krisis dengan kerugian yang diakibatkan oleh barang dumping, terutama mengenai produktivitas, apakah kepentingan nasional dipertimbangkan dalam menganalisis penyebab kerugian

Page 12: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

10

pemohon, dan bagaimana mendapatkan data tentang perkembangan teknologi.

Art. 5.3 - Accuracy and Adequacy Test (G/ADP/AHG/W/189), paper dari Afrika Selatan (G/ADP/AHG/W/189) dan Kolombia

Dalam paper ini, Afrika Selatan menjelaskan bagaimana ITAC menerapkan accuracy and adequacy test sebelum dimulainya penyelidikan (inisiasi). Otoritas selalu melakukan penilaian atas akurasi dan kelengkapan informasi yang tersedia dalam permohonan untuk menentukan kecukupan bukti awal sebelum dimulainya penyelidikan. Langkah-langkah yang diambil dalam melakukan penilaian tersebut adalah: (i) kunjungan ke pabrik; (ii) praktik akuntansi; (iii) biaya produksi; (iv) indikator kerugian; (v) informasi statistik dan harga lain; dan (vi) hal-hal lain.

Sedangkan Kolombia dalam paper-nya menjelaskan bagaimana Otoritas Penyelidikan Kolombia menerapkan accuracy and adequacy test sebelum dimulainya penyelidikan (inisiasi). Langkah-langkah yang diambil dalam melakukan penilaian tersebut adalah: (i) identifikasi perusahaan pemohon; (ii) identifikasi produk yang diselidiki; (iii) identifikasi negara asal barang impor tersebut; (iv) alasan utama yang disampaikan pemohon untuk membenarkan dilakukannya inisiasi penyelidikan; (v) informasi harga produk di dalam negeri; (vi) informasi harga ekspor; (vii) informasi tren volume impor produk yang diduga melakukan praktik dumping; (viii) verifikasi atas data-data yang disampaikan; dan (ix) menentukan hubungan kausalitas antara dumping dan kerugian.

Paper Afrika Selatan dan Kolombia tersebut mendapat tanggapan dari Brasil, Jepang, Honduras, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, RRT, dan Uni Eropa. Secara garis besar, negara-negara tersebut menyoroti tentang: bagaimana Afrika Selatan dan Kolombia sebelum inisiasi melakukan on-the-spot verification, terutama jika industri dalam negeri jumlahnya banyak dan barangnya heterogen; bagaimana cara memverifikasi data impor; serta bagaimana cara mengidentifikasi like-product dan kecukupan standing petitioner.

Art. 11.3 - Sunset Reviews, Paper dari Pakistan (G/ADP/AHG/W/191) dan Kolombia (G/ADP/AHG/W/193)

Dalam paper ini, Pakistan menjelaskan pertimbangan apa yang dilakukan Otoritas dalam menentukan apakah akan dilakukan sunset reviews atau tidak. Langkah-langkah yang diambil adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor (i) penghitungan dumping margin; (ii) apakah masih ada ekspor atau tidak setelah dikenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD); (iii) apakah eksportir telah membangun pasar ekspor lainnya setelah pengenaan BMAD; (iv)

Page 13: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

11

kapasitas produksi eksportir, produksi, dan perlengkapan terkait produk tersebut; (v) harga yang digunakan eksportir atas produk ekspornya ke negara ketiga; dan (vi) pengenaan BMAD, Bea Masuk Imbalan (BMI), dan tindakan safeguard terhadap eksportir oleh negara lainnya. Mulai tahun ini Pakistan akan mengubah praktik dengan menghitung kembali margin dumping dan mengubah tarif BMAD sesuai dengan temuan margin dumping pada penyelidikan peninjauan kembali.

Sedangkan Kolombia dalam paper-nya menjelaskan bahwa dalam rangka melakukan dan penilaian sunset reviews, otoritas melakukan verifikasi beberapa aspek seperti: (i) the existence of positive margins of dumping; (ii) the existence of injury to the domestic industry and the recurrence thereof; dan (iii) the causal link between the dumped imports and the injury suffered by the domestic industry.

Paper Pakistan mendapat tanggapan dari Turki, RRT, Brasil, Jepang, India, Australia, Amerika Serikat, dan Selandia Baru. Secara garis besar negara-negara tersebut menanyakan tentang: apakah pada penyelidikan peninjauan kembali (sunset review) pihak yang dapat berpartisipasi dibatasi hanya pada pihak yang kooperatif dalam penyelidikan awal atau semua pihak, termasuk yang tidak melakukan ekspor barang dumping ke Pakistan pada periode penyelidikan awal; alasan keputusan Pakistan untuk menghitung kembali margin dumping pada saat sunset review dan memakai margin dumping yang baru tersebut sebagai pengenaan tindakan anti dumping; apakah standing petitioner dihitung kembali; dan bagaimana memperoleh data kerugian. Sedangkan terkait paper Kolombia, tidak ada tanggapan dari anggota lainnya.

Informal Group on Anti-Circumvention

Agenda dari Informal Group on Anti-Circumvention adalah: (i) Apa yang mendasari terjadinya circumvention; (ii) Apa yang telah dilakukan oleh para anggota untuk menghadapi apa yang mereka sebut sebagai circumvention; (iii) Sampai seberapa jauh circumvention dapat/tidak dapat diatasi dengan menggunakan aturan WTO, dan apa alternatif tindakan lain yang bisa dilakukan.

Tidak ada yang memberikan tanggapan atas topik-topik yang diajukan untuk didiskusikan sehingga Ketua Sidang memutuskan untuk menunda agenda sidang ini sampai adanya paper dari negara-negara anggota untuk dibahas.

Page 14: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

12

Regular Meeting

National Legislation-Review of Notifications of New or Amended Legislation or Regulations Not Previously Reviewed by the Committee

Terdapat tiga national legislation-review of notifications of new or amended legislation or regulations not previously reviewed by the committee (including supplemental notifications of existing provisions not previously reviewed) yang dibahas dalam agenda ini yaitu dari negara Brasil yang mendapat tanggapan dari Amerika Serikat, Ekuador yang mendapat tanggapan dari Amerika Serikat, Jepang, Korea, dan Kuwait.

Semi-Annual Reports of Anti-Dumping (AD) Actions

Dari semua laporan berbagai negara yang dibahas, 23 di antaranya tidak mendapatkan tanggapan dari peserta sidang. Terkait semi-annual reports RRT, tanggapan berasal dari Amerika Serikat dan Jepang yang mempersoalkan kurang transparannya perhitungan margin dumping oleh RRT dalam penyelidikan kasus dumping photographic paper dari negara Amerika Serikat dan Jepang. Jepang memberikan tanggapan tambahan bahwa photographic paper diimpor dari Jepang tidak dapat diproduksi oleh industri dalam negeri RRT sehingga tidak dapat dikatakan sebagai barang sejenis.

Terkait semi-annual reports Dominika Turki menanyakan mengapa dalam penyelidikan kasus dumping steel rods and bars for concrete reinforcement, Dominika mengenakan tindakan anti dumping dengan besaran yang sama untuk seluruh eksportir dari Turki, mengingat dalam temuan penyelidikan, terdapat besaran margin dumping yang berbeda-beda untuk masing-masing eksportir.

Terkait semi-annual reports AS, Jepang menyampaikan keberatannya karena merasa menjadi target terbesar penyelidikan dumping oleh Amerika Serikat terutama impor produk baja, dan memintanya untuk segera mengakhiri tindakan anti-dumping atas impor baja dari Jepang karena sudah diperpanjang berkali-kali, bahkan salah satunya diperpanjang sampai hampir 33 tahun. Tanggapan lainnya berasal dari RRT yang meminta AS untuk tidak menggunakan metode zeroing untuk penghitungan margin dumping dalam penyelidikan.

Terkait semi-annual reports Indonesia, Turki menanyakan apakah Indonesia mempunyai batas waktu penyelidikan kasus dumping tepung gandum (wheat flour), mengingat sampai saat ini, hampir tiga tahun sejak tanggal dimulainya penyelidikan, Indonesia belum memberikan keputusan atas kasus tersebut. Turki mengingatkan bahwa Indonesia telah melanggar ketentuan dalam Anti Dumping

Page 15: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

13

Agreement artikel 5.10, yang menyebutkan bahwa waktu penyelidikan adalah 12 bulan, dan bisa diperpanjang sampai 18 bulan, sejak waktu dimulainya penyelidikan. Uni Emirat Arab (UEA) menambahkan pernyataan Turki, bahwa UEA juga pernah mengalami masalah yang hampir sama atas pengenaan BMAD terhadap impor tepung terigu dari UEA. Pengenaan BMAD tersebut telah berakhir pada 19 Juni 2011, namun Indonesia tidak memberitahukan kepastian ada atau tidaknya penyelidikan peninjauan kembali atas kasus tersebut. Menanggapi hal ini, Indonesia meminta UEA untuk menyampaikan tanggapan tersebut secara tertulis.

Preliminary and Final Anti-Dumping Actions

Selama periode 1 Januari - 30 Juni 2011, terdapat 6 (enam) negara yang melakukan preliminary and final anti-dumping actions yaitu: Argentina, Brasil, Kanada, RRT, Dominika, Mesir, Uni Eropa, India, Korea, Meksiko, Maroko, Selandia Baru, Pakistan, Panama, Peru, Afrika Selatan, Taiwan, Turki, Ukraina, dan Amerika Serikat. Tidak ada tanggapan dari peserta sidang.

Transitional Review Under Para 18 of the Protocol of Accession of the People's Republic of China to WTO

Review Amerika Serikat untuk komite anti-dumping membahas mengenai beberapa isu yang terjadi selama sepuluh tahun pertama keanggotaan RRC dalam WTO, yaitu: (i) diperlukannya transparansi; (ii) ketidakcukupan informasi dalam laporan versi tidak rahasia; (iii) ketidakcukupan penjelasan atas bukti dan argumen yang disampaikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan; (iv) ketidakcukupan informasi mengenai perhitungan margin dumping dan dalam essential facts; (v) diperlukannya pertimbangan yang adil untuk permintaan dengar pendapat, (vi) diperlukannya peraturan mengenai peninjauan kembali (expiry review); (vii) kurang meyakinkannya bukti kerugian dan hubungan kausal; (viii) kurangnya komunikasi antara otoritas penyelidik (Ministry of CommerceIMOFCOM) dan pabean RRT; dan (ix) ketidaklengkapan notifikasi undang-undang dan peraturan.

Chairperson's Report On Working Group On Implementation

Ketua menyampaikan bahwa ada 6 (enam) paper yang disampaikan oleh negara anggota terkait dengan isu-isu ini, antara lain: 2 paper dari Afrika Selatan, 3 paper dari Kolombia, dan 1 paper dari Pakistan. Beberapa negara anggota menyampaikan tanggapan atas isu-isu ini dan menjelaskan praktik terkait di negara mereka.

Page 16: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

14

2. Sidang Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) Council

Sidang TRIPS Council diselenggarakan pada tanggal 24-25 Oktober 2011 di Jenewa, Swiss. Pada sesi pembukaan, Ketua menyampaikan status perkembangan Anggota yang telah menyampaikan acceptance atas Protocol Amending the TRIPS Agreement. Ketua menyampaikan bahwa Sekretariat telah menerima instrumen acceptance dari Indonesia, Argentina, dan New Zealand. Terkait batas waktu penyampaian acceptance yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, Ketua akan menyampaikan usulan kepada General Council untuk memperpanjang batas waktu acceptance hingga 2 (dua) tahun lagi sampai tanggal 31 Desember 2013.

Pembahasan Mata Agenda D

Pada mata agenda D: Review of the Provisions of Article 27.3(b), Bolivia kembali menyampaikan proposal untuk mengubah Pasal 27.3 (b). Posisi Bolivia didukung oleh Venezuela dan Peru.

Pembahasan Mata Agenda E dan F

Pada mata agenda E: Relationship Between the TRIPS Agreement and the Convention on Biological Diversity dan mata agenda F: Protection of Traditional Knowledge and Folklore, Delri menyampaikan statement yang menggarisbawahi pentingnya implementasi disclosure requirement untuk dapat memberikan perlindungan efektif pada Genetic Resources Traditional Knowledge and Folklore (GRTKF). Ditegaskan bahwa Protokol Nagoya yang telah diadopsi perlu untuk direalisasikan dalam berbagai kebijakan Anggota dalam rangka pembentukan rezim perlindungan GRTKF. Rezim perlindungan tersebut dilandasi oleh hubungan antara TRIPS Agreement dan Protokol Nagoya yang bersifat mutually supportive.

Pada mata agenda E dan F, negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada berpandangan bahwa TRIPS Agreement dan CBD bersifat mutually supportive sehingga tidak diperlukan adanya amandemen TRIPS Agreement. Negara-negara berkembang seperti Brasil dan China mendukung adanya mandatory disclosure requirement.

Mata Agenda G: Review Under Paragraph 8 of the Decision on the Implementation of Paragraph 6 of the Doha Declaration on the TRIPS Agreement and Public Health

Mata agenda ini terbagi ke dalam 6 (enam) topik diskusi, seperti pengalaman Anggota yang telah atau mempertimbangkan untuk menggunakan Para 6 System dan proses acceptance Protocol Amending the TRIPS Agreement. Delri menyampaikan statement yang menekankan penyampaian notifikasi Indonesia kepada Dirjen WTO atas acceptance Protocol Amending the TRIPS Agreement. Dokumen telah diterima oleh Sekretariat WTO

Page 17: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

15

pada tanggal 20 Oktober 2011. Delri juga menghimbau agar Anggota lainnya dapat menyampaikan instrumen acceptance sebelum KTM ke-8 Desember 2011, guna terpenuhinya ketentuan kuorum.

Terkait topik diskusi mengenai pengalaman Anggota yang telah atau mempertimbangkan untuk menggunakan Para 6 System, kiranya Pemri dapat mempersiapkan jawaban atas pertanyaan/tanggapan Kanada atas intervensi Delri pada sidang TRIPS Council pada bulan Oktober 2010. Hal ini merupakan antisipasi hal tersebut bila akan diajukan kembali pada sidang TRIPS Council berikutnya.

Pembahasan Mata Agenda H: Non-Violation and Situation Complaints (NVSC)

Negara maju, dalam hal ini Amerika Serikat dan Swiss, tetap berpandangan bahwa Non-Violation and Situation Complaints (NVSC) dapat diberlakukan dalam TRIPS Agreement. Sementara itu, negara-negara berkembang seperti India, China, Brasil, Afrika Selatan, Angola atas nama Least Developed Countries memandang bahwa NVSC menghambat pelaksanaan fleksibilitas TRIPS Agreement. Ada juga yang memandang bahwa TRIPS Agreement adalah suatu Sui Generis Agreement yang memberikan perlindungan yang bersifat standar guna dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, NVSC dipandang tidak perlu diberlakukan terhadap TRIPS Agreement. Guna menengahi perbedaan posisi tersebut, Ketua memutuskan untuk tetap menempatkan NVSC dalam agenda sidang TRIPS Council sementara tetap melanjutkan konsultasi dengan Anggota. Dalam waktu dekat Ketua akan menyampaikan rekomendasi terkait NVSC untuk diputuskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Menteri (KTM).

Pembahasan Mata Agenda N: Australia's Tobacco Plain Packaging Bill 2011

Republik Dominika menyampaikan bahwa kebijakan kemasan polos Australia atas produk tembakau dianggap bertentangan dengan Pasal 20 TRIPS Agreement, Pasal 10bis Paris Convention, dan Technical Barriers to Trade Agreement. Kebijakan dimaksud juga akan berdampak pada perekonomian khususnya nilai ekspor dan juga tenaga kerja.

Tanggapan atas kebijakan tersebut diwarnai dengan dinamika posisi para anggota yang terbagi ke dalam beberapa kelompok. Posisi Republik Dominika didukung oleh negara-negara antara lain: Honduras, Nigeria, dan Kuba. Australia didukung oleh Brasil, India, Uruguay, Norwegia, China, dan Selandia Baru. Dukungan tersebut dilandasi prinsip bahwa negara berhak membuat kebijakan untuk melindungi kesehatan publik sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 TRIPS Agreement dan diperkuat

Page 18: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

16

dengan Doha Declaration on the TRIPS Agreement and Public Health 2001. Selain kedua kelompok tersebut terdapat juga Anggota yang mencoba menempatkan diri pada posisi netral dengan meminta klarifikasi dan informasi lebih lanjut, antara lain mengenai data empiris dan keterkaitan antara kemasan rokok dengan dampak kesehatan.

Pembahasan Mata Agenda O: Enforcement of Intellectual Property Rights (Part III of the TRIPs Agreement)

Mata agenda O diusulkan oleh para penandatangan Anti-Counterfeiting Trade Agreement (ACTA) dalam rangka transparansi perjanjian tersebut. Para penandatangan ACTA intinya menyampaikan bahwa ACTA ditujukan untuk melawan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) khususnya pemalsuan (counterfeiting) dan pembajakan (piracy) karena berdampak negatif bagi perekonomian. Selain itu, perlindungan terhadap pemegang HKI seperti creator, inventor, dan pemegang merek perlu diberikan secara efektif. Ditegaskan bahwa ACTA bersifat komplementer terhadap TRIPS Agreement dan tidak menghalangi Anggota menerapkan kebijakan sesuai dengan Doha Declaration on the TRIPS Agreement and Public Health 2001. Para penandatangan ACTA kemudian menawarkan Anggota untuk dapat bergabung atau aksesi ke dalam ACTA.

Anggota yang tidak setuju dengan keberadaan ACTA juga menyampaikan argumentasinya. Pertama, pembahasan dan perkenalan ACTA yang dianggap sebagai benchmark penegakan hukum di bidang HKI, dianggap tidak tepat dalam mata agenda ini karena TRIPs Agreement sudah memiliki mekanisme tersendiri mengenai penegakan hukum HKI. Kedua, implementasi sistemik dari ACTA dipandang mengganggu keseimbangan pelaksanaan hak dan kewajiban Anggota. Ketiga, dengan ketentuan border measure dalam ACTA maka dikhawatirkan dapat berdampak negatif pada akses obat generik sebagaimana terungkap dalam kasus penahanan obat dalam transit di Belanda dari India menuju Brasil. Keempat, tidak adanya data empiris yang dapat mendukung ACTA untuk melawan pelanggaran HKI khususnya pemalsuan (counterfeiting) dan pembajakan (piracy).

Pembahasan Mata Agenda Q: Observer Status of International Intergovernmental Organizations

African Group yang diwakili Nigeria mengusulkan agar Organisation Africaine de la Propriete Intellectuelle (OAPI) dan African Regional Intellectual Property Organization (ARIPO) mendapatkan status sebagai peninjau tetap (permanent observer). Namun demikian hal ini ditentang Mesir dengan argumen bahwa status observer keduanya

Page 19: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

17

diberikan secara ad-hoc meeting-by-meeting basis. Mengenai usulan status observer atas Sekretariat Convention on Biological Diversity (CBD), Indonesia dan beberapa Anggota menyampaikan intervensi yang pada intinya mendukung agar Sekretariat CBD dapat diberikan status observer.

3. Konsultasi Informal TRIPS Council-Special Session

Konsultasi Informal TRIPS Council-Special Session berlangsung pada tanggal 27 Oktober 2011 di Jenewa, Swiss.

Draft Composite Text Periode 2010-2011 merupakan periode waktu yang paling penting dalam perumusan draft composite text. Perlu pendekatan yang lebih sensible untuk dapat menyelesaikan isu Gl - Register untuk wine dan spirit. Pada Konsultasi Informal bulan Juli 2011 diusulkan agar sidang TRIPS Council-Special Session dapat menggunakan draft composite text dengan mengesampingkan isu teknis. Beberapa isu teknis antara lain mencakup format notifikasi, format registrasi, cost and fee, dan Special and Differential Treatment.

Joint Proposal Group Chile, atas nama Joint Proposal Group (JPG), menyampaikan bahwa sejak awal negosiasi JPG telah berpartisipasi secara konstruktif. JPG bahkan bersedia memodifikasi proposal awal dengan memasukkan ketentuan seperti Special and Differential Treatment (S&D). Chile menekankan pentingnya penyelesaian isu ini dan bersedia untuk melanjutkan pembahasan. Dalam hal ini, Chile menyayangkan kelompok anggota lain yang tidak ingin melanjutkan pembahasan. Ditambahkan, mandat perundingan secara jelas ditujukan untuk wines and spirits dan hal tersebut sudah diperjelas dalam laporan Ketua kepada TNC.

Uni Eropa menyampaikan dukungannya agar perundingan berjalan dalam suasana low conflict. Dijelaskan bahwa saat ini anggota belum memiliki clear views tentang bagaimana kelanjutan dan finalisasi perundingan tersebut. Untuk itu, Uni Eropa berkomitmen untuk melanjutkan perundingan dan berharap finalisasi perundingan pada bulan Januari 2012.

Proponen JPG seperti Australia, Jepang, Taiwan, Amerika Serikat, Kanada, dan Selandia Baru, menegaskan kembali posisi mereka sebagaimana telah disampaikan oleh Chile. Para Anggota proponen tersebut mendukung agar draft

Page 20: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

18

composite text menjadi basis perundingan ke depan. Di samping itu, proponen juga menyatakan bahwa demi kepentingan transparansi kepada seluruh Anggota, draft tersebut dapat disampaikan dalam sesi formal sidang TRIPS Council - Special Session, mengingat selama ini perundingan dilakukan dalam bentuk sesi konsultasi informal.

Afrika Selatan berpandangan perundingan ke depan harus dibawa dan diputuskan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu pada tingkat Menteri. Lebih lanjut, Afrika Selatan menyambut baik draft composite text yang dinilai seimbang dan telah mencerminkan mandat, untuk menjadi basis bagi perundingan selanjutnya. Sementara China berpandangan bahwa perundingan harus dilanjutkan dalam kerangka perundingan Doha yang lebih luas. Anggota sebaiknya juga dapat memilih isu-isu perundingan yang bersifat less disparity guna langkah maju perundingan ini. Ditambahkan, untuk isu terkait LDCs harus menjadi prioritas utama, jika pembahasan isu ini tidak dapat memperluas cakupan perlindungan seluruh produk Gl (GI-Extension), maka dianggap akan menghambat aspek pembangunan dan berdampak kegagalan perundingan ini. China juga sepakat untuk menjadikan draft composite text sebagai dasar perundingan ke depan.

Delri menyampaikan kesiapan Pemri untuk membahas draft composite text dan mengharapkan adanya clarity akan jalannya perundingan pada awal tahun 2012. Hal senada juga disuarakan oleh Turki.

4. Sidang Komite Subsidies and Countervailing Measures

Sidang Komite Subsidies and Countervailing Measures dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2011 di Jenewa, Swiss.

Special Meeting Subsidies and Countervailing Measures

Review of 2011 New and Full Subsidy Notifications not yet Reviewed

Agenda sidang diawali pembahasan beberapa notifikasi yang disampaikan oleh 7 (tujuh) negara anggota, yaitu: Armenia, Kolombia, Kroasia, Kuba, Ekuador, Hongkong, Meksiko, dan Qatar. Terhadap beberapa notifikasi tersebut, negara anggota yang menyampaikan pertanyaan adalah Amerika Serikat, Australia, dan Uni Eropa.

Continuation of Review of 2009 New and Full Subsidy Notifications

Pada agenda pembahasan tersebut, terdapat 12 (dua belas) notifikasi yang disampaikan oleh: Albania, Brasil, Uni Eropa, Republik Makedonia, Gabon, India, Jepang, Korea,

Page 21: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

19

Republik Kirgiztan, Namibia, Turki, dan Amerika Serikat. Terhadap beberapa notifikasi tersebut, negara anggota yang menyampaikan pertanyaan yaitu: Amerika Serikat, Jepang, India, Turki, Thailand, Australia dan Brasil. Pada akhir sesi, Ketua Komite menyampaikan bahwa jadwal pertemuan berikutnya akan dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012.

Continuation of Review of 2005 New and Full Subsidy Notifications

Pada agenda pembahasan Continuation of Review of 2005 New and Full Subsidy Notifications hanya notifikasi yang disampaikan oleh India yang dibahas. Terhadap notifikasi ini, Uni Eropa menyampaikan pertanyaan kepada India.

Regular Meeting Subsidies and Countervailing Measures

National Legislation: Review of Notification of New or Amended Legislation or Regulation not Previously Reviewed by the Committee

Terdapat 5 (lima) peraturan nasional yang dibahas dalam agenda National Legislation - Review of Notification of New or Amended Legislation or Regulation not Previously Reviewed by the Committee (Including Supplemental Notifications of Existing Provisions not Previously Reviewed) yaitu: Brasil, Ekuador, Jepang, Kuwait, dan Togo. Terkait peninjauan terhadap kelima peraturan nasional tersebut tidak ada tanggapan dari Negara Anggota.

Continued Review of Previously Reviewed Notifications of Legislation or Regulation

Hanya peraturan nasional dari Brasil yang dibahas dalam agenda National Legislation - Continued Review of Previously Reviewed Notifications of Legislation or Regulation. Tidak ada tanggapan dari Negara Anggota terkait peraturan nasional Brasil ini.

Semi-Annual Reports of Countervailing Duty Actions

Selama periode 1 Januari - 30 Juni 2011, terdapat 6 (enam) negara yang telah menyampaikan Semi-Annual Reports of Countervailing Duty Actions, yaitu: Australia, Brasil, Kanada, China, Uni Eropa, Meksiko, dan Amerika Serikat. Tidak ada tanggapan dari Negara Anggota terkait Semi-Annual Reports of Countervailing Duty Actions dari keenam negara tersebut. Terdapat 36 negara yang menyampaikan tidak pernah melakukan Countervailing Duty Actions Selama periode 1 Januari - 30 Juni 2011. Masih banyak Negara Anggota yang belum menyampaikan Semi-Annual Reports of Countervailing Duty Actions.

Notifications of Preliminary and Final Countervailing Duty Actions

Selama periode 1 Januari - 30 Juni 2011, terdapat 4 (empat) negara yang telah menyampaikan Notifications of Preliminary and Final Countervailing Duty Actions yaitu: Kanada, China, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. Tidak ada tanggapan dari negara anggota terkait Notifications of Preliminary and Final Countervailing Duty Actions dari keempat negara tersebut.

Page 22: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

20

Extension of Transition Period Under Art. 27.4 of the SCM Agreement

Selama periode 1 Januari - 30 Juni 2011, terdapat 15 (lima belas) yang telah menyampaikan ke Sekretariat Komite yaitu: Antigua dan Barbuda, Belize, Kostarika, Dominika, El Savador, Grenada, Guatemala, Jamaika, Jordania, Mauritius, Panama, Saint Kitts & Nevis, Saint Vincent & the Grenadines, dan Uruguay. Tidak ada tanggapan dari Negara Anggota terkait extension of transition period under Art. 27.4 of the SCM Agreement tersebut.

Transitional Review Under Para 18 of the Protocol of Accession of the People's Republic of China to WTO

Sejak diterima sebagai anggota WTO pada 2001, RRT telah melanjutkan reformasi dalam mekanisme penentuan harga. RRT telah menghapus praktik penentuan harga yang bervariasi untuk satu barang atau jasa selama beberapa tahun. Pada saat ini, harga sebagian besar barang dan jasa di RRT adalah harga pasar, dan sangat sedikit yang menggunakan harga pemerintah yang ditetapkan pemerintah ataupun yang ditetapkan berdasarkan petunjuk pemerintah. Pada saat ini, tidak ada lagi pengawasan dan mekanisme penetapan harga pada perusahaan milik negara RRT yang bergerak dalam bidang perdagangan. Perusahaan-perusahaan itu menentukan harga ekspornya secara independen, sesuai dengan kondisi pasar, termasuk situasi permintaan dan penawaran, biaya produksi, serta biaya pengadaan dan distribusi barang dan jasa.

Request from the United States to China Pursuant to art. 25.10 of the SCM Agreement

Permintaan Amerika Serikat (AS) kepada China telah disampaikan ke Sekretariat Komite. Delegasi RRT meminta perpanjangan waktu dalam memberikan tanggapan atas pertanyaan AS karena masih didiskusikan di dalam negeri, AS dapat memahami hal tersebut dan menunggu jawaban resmi RRT.

Request from the United States to India Pursuant to art. 25.10 of the SCM Agreement

Permintaan AS kepada India telah disampaikan ke Sekretariat Komite. Delegasi India meminta perpanjangan waktu dalam memberikan tanggapan atas pertanyaan AS karena masih didiskusikan di dalam negeri. AS dapat memahami hal tersebut dan menunggu jawaban resmi RRT.

Page 23: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

21

5. Sidang Komite Safeguards

Sidang Komite Safeguards berlangsung pada tanggal 27 Oktober 2011 di Jenewa, Swiss dan dipimpin oleh Ketua Komite Safeguards.

National Legislation Terdapat 3 national legislation yang dibahas dalam agenda National legislation-review of notifications of new or amended legislation or regulations not previously reviewed by the committee (including supplemental notifications of existing provisions nor previously reviewed) yaitu dari negara Chile, Kuwait, dan Ekuador. Ketiga national legislation tersebut telah mendapat tanggapan dari Amerika Serikat.

Notifications of Actions Related to Safeguard Measures

Dalam agenda Notifications of Actions Related to Safeguard Measures terdapat 4 (empat) kasus Indonesia, yaitu Articles of Iron or Steel Wire Under HS Code 7326.20.90, Tarpaulins Made From Synthetic Fibres Apart From Awning and Sunblinds, Polypropylene in Granule Form, Cotton Yarn Other Than Sewing Thread.

Dari kasus-kasus tersebut di atas, Jepang memberikan tanggapan untuk kasus Polypropylene in Granule Form. Jepang menyatakan walaupun Indonesia telah menghentikan penyelidikan terhadap kasus tersebut, telah terjadi distorsi pasar yang diakibatkan oleh inisiasi kasus tersebut. Selain Jepang, European Union (EU) juga memberikan tanggapan untuk jumlah kasus Indonesia. Tanggapan Indonesia adalah bahwa jumlah kasus tersebut disebabkan oleh kesadaran para pelaku usaha di Indonesia terhadap instrumen safeguards, dan dalam melakukan penyelidikan Otoritas Indonesia telah melakukan tugasnya secara profesional dan transparan, dalam hal ini Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI), telah sesuai dengan WTO Agreement on Safeguards.

Request Under Article 13.1(b) of the Agreement on Safeguards

Kolombia mengajukan untuk meninjau ulang prosedural penyelidikan yang telah dilakukan oleh Ekuador dalam kasus Windshield. Selain Kolombia, India juga mengajukan untuk meninjau ulang prosedural penyelidikan yang telah dilakukan oleh Turki dalam kasus Cotton Yarn. Sehubungan dengan perkembangan diskusi pada saat sidang, Komite Safeguard atas usul para negara anggota WTO telah memutuskan agar segala bentuk masukan dan tanggapan disampaikan secara tertulis agar negara anggota WTO lainnya dapat mengkajinya.

Page 24: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

22

Other Business Kosta Rika telah melakukan konsultasi dengan Republik Dominika dalam hal kasus Polypropylene Bag. Kosta Rika meminta kepada Republik Dominika agar mengevaluasi pengenaannya. Selain Kosta Rika, El Savador, dan Honduras juga menyatakan keprihatinannya terhadap pengenaan Polypropylene Bag oleh Republik Dominika. Honduras dalam hal ini beranggapan bahwa Republik Dominika tidak sesuai dengan Article 7,4 di mana dalam pengenaannya tidak memperhatikan persyaratan "the measure shall progressively liberalize".

Pada kesempatan ini Komite SG menyatakan perihal di mana notikasi 12.1(b) dan (c) dilakukan berbeda/tidak secara bersamaan. Komite SG mengemukakan agar notifikasi yang dilakukan sesuai dengan format yang telah disetujui pada Oktober 2010, namun bukan untuk dibahas secara rinci pada sidang ini.

Annual Report to the Council for Trade and Goods

Komite Safeguards telah membuat draf laporan, di mana tidak terdapat tanggapan dari negara anggota WTO yang menghadiri sidang terhadap draf tersebut. Namun terdapat beberapa revisi dalam Annex 1, 2, dan 3, yaitu dari Ukraina mengenai format penulisan tahun, Turki untuk kasus Cotton Yarn mengenai format penulisan tanggal.

B. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN

1. Pertemuan ASEAN - Kanada

Menteri Perdagangan RI selaku Ketua Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN di tahun kepemimpinan ASEAN 2011, telah melakukan pertukaran surat dengan Minister of International Trade and Minister for the Asia – Pacific Gateway of Canada untuk menandai telah diadopsinya Joint Declaration between ASEAN and Canada on Trade and Investment pada tanggal 2 Oktober 2011 di Jakarta.

Deklarasi bersama ini pada intinya memuat kesepakatan antara ASEAN dan Kanada untuk mendorong hubungan perdagangan dan investasi kedua pihak dengan cara menyusun program kerja pada waktu yang akan datang. Deklarasi ini bertujuan juga untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang dan jasa, kerja sama industri, investasi, dan peningkatan usaha kecil menengah, koordinasi dalam forum WTO dan APEC, serta pertukaran informasi peluang perdagangan dan investasi.

Page 25: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

23

Gambar 1. Sesi Foto Bersama Pertemuan Asean - Kanada

2. Pertemuan ASEAN - India Trade Negotiating Committee (AI-TNC) ke - 29 dan Pertemuan Terkait Lainnya

Rangkaian pertemuan ASEAN-lndia Trade Negotiating Committee and other related Meetings (AI-TNC) ke-29 dilaksanakan pada tanggal 8-11 Oktober 2011 di New Delhi, India. Pertemuan dihadiri oleh seluruh Negara Anggota ASEAN (AMS) dan India.

Rangkaian pertemuan AI-TNC terdiri dari pertemuan ASEAN-lndia Trade Negotiating Group (AI-TNG), dan Working Group on Services (WGS), Working Group on Rules of Origin (WGROO), dan Working Group on Investment (WGI). Pertemuan didahului oleh ASEAN Caucus untuk menyamakan posisi AMS untuk bernegosiasi dengan India.

Pertemuan TNC dipimpin secara bersama oleh Senior Director for Ministry International Trade and Industry (MITI), Malaysia, dan Joint Secretary, Ministry of Commerce & Industry, India. Sementara itu, pertemuan WGS dipimpin secara bersama (co-chaired) oleh Deputy Director, Ministry of Trade and Industry, Singapore (ASEAN), dan Joint Director, Ministry of Commerce and Industry, India. Sedangkan pertemuan WGROO dipimpin bersama oleh chair AI-TNC untuk ASEAN dan Director (Foreign Trade), Department of Commerce, Ministry of Commerce and Industry, India, dan WGI (Working Group on Investment) dipimpin secara bersama oleh Senior Director MITI, Malaysia (ASEAN) dan Development Officer, Department of Industrial Policy and Promotion, India.

Pertemuan ke-29 AI-TNC ini merupakan mandat dari para Menteri ASEAN dan India pada pertemuan ASEAN-lndia

Page 26: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

24

Economic Ministers' Meeting di Manado di mana telah disepakati untuk difinalisasikannya paket pertama Product Specific.

ASEAN India Trade in Goods (AI-TIG)

Pada Caucus dibahas mengenai 216 pos tarif (PT) yang diusulkan oleh ASEAN dan India untuk first package Product Specific Rules (PSR) dari Persetujuan AI-TIG. Telah disepakati 26 PT pada HS level 6 digit untuk Product Specific Rules (PSR), yang terdiri dari: 9 PT telah disetujui, 4 PT yang disetujui dengan persyaratan tertentu dari penawaran India kepada ASEAN, dan 13 PT yang disetujui dari penawaran ASEAN kepada India.

ASEAN India Trade in Services Agreement

Article Objective 1) ASEAN sepakat untuk tidak mengaitkan MNP text dan investment agreement. Indonesia menyampaikan alasan bahwa izin kerja (working permit) tidak diberikan bagi calon investor yang belum menanamkan modalnya. Working permit hanya diberikan pada natural person yang telah menjadi investor yang merupakan bagian dari struktur organisasi host company. Selain itu, ada kemungkinan tidak diselesaikannya secara bersamaan AI-TISA dan AI-IA. ASEAN tetap untuk tidak menyetujui usulan India menambahkan kata "enhancement".

Article Definition 2) Mengingat Indonesia tidak mengenal konsep temporary entry dalam peraturan domestiknya, maka Indonesia meminta agar setiap kata temporary entry ditambahkan “and stay". ASEAN sepakat bahwa definisi natural person hanya terbatas pada warga Negara (citizen) dan tidak berlaku untuk permanent resident.

Article Spouse and Dependant

3) ASEAN sepakat bahwa spouse and dependent tidak dihalangi untuk bekerja, namun secara independent harus mengajukan sebagai natural person untuk bekerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masing-masing negara.

Article Grant of Temporary Entry

4) Pertemuan mencatat bahwa social security funds merupakan mandatory requirement bagi lima negara ASEAN, sedangkan di lima negara lainnya termasuk Indonesia bukan merupakan mandatory requirement. Hampir semua AMS (kecuali Singapura dan Myanmar) menerapkan Economic Need Test (ENT) dalam menetapkan terbukanya pasar tenaga kerja bagi pekerja asing.

Article Transparency 5) ASEAN sepakat untuk menyetujui usulan India untuk mempublikasikan aturan-aturan dalam website masing-

Page 27: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

25

masing Negara. ASEAN meminta pasal untuk mewajibkan pertukaran informasi sebelum entry into force dihapus, mengingat telah ditetapkan kewajiban sebelum adanya perjanjian merupakan hal yang tidak lazim.

Article Consultation and Dispute Settlement

6) ASEAN tetap tidak setuju mengenai usulan India mengenai kalimat yang hanya menyatakan bahwa dispute hanya berlaku untuk right to entry mengingat dispute mungkin akan terjadi terkait dengan semua ketentuan yang tercakup dalam text MNP. Terkait usulan India untuk menetapkan jangka waktu penyelesaian sengketa, ASEAN berpandangan merupakan suatu hal yang sulit karena akan tergantung dari proses judicial di masing-masing negara dan hal ini juga sudah diatur pada perjanjian dispute settlement ASEAN-lndia.

Pembahasan Definisi Kategori Movement of Natural Persons (MNP)

1) Sebagai respons hasil AEM ASEAN-lndia Consultation ke-9 khususnya request India untuk memfokuskan pembahasan MNP pada definisi kategori MNP, Ketua TNC ASEAN memberikan arahan untuk menyusun draft definisi kategori tersebut. Untuk itu, telah dilakukan pembahasan dengan benchmark pada hasil pembahasan definisi kategori MNP pada ASEAN MNP agreement yang saat ini juga masih merupakan initial draft (hasil CCS ke-66).

2) Beberapa AMS telah memiliki definisi kategori MNP dalam domestic regulation-nya, untuk itu perlu dipastikan tidak akan ada konflik antara common definition pada kerangka ASEAN-lndia dengan definisi kategori MNP yang telah berlaku di AMS.

3) ASEAN akan menyampaikan kategori Business Visitor (BV), Contractual Service Supplier (CSS), dan Intra Corporate Transferee (ICT). Sementara untuk kategori Independent Professional (IP), Delri secara tegas menyampaikan posisinya untuk tidak memasukkan kategori tersebut, hal ini pun didukung oleh beberapa AMS.

Page 28: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

26

Pembahasan Text Al-TISA

Pembahasan text ASEAN-lndia Trade in Services Agreement (AI-TISA) fokus pada beberapa article yang masih pending:

Article Recognition 1) Disepakati bahwa Mutual Recognition Arrangement (MRA) akan diserahkan pada professional bodies masing-masing negara. ASEAN tidak menyetujui usulan India untuk memperluas MRA yang dimiliki ASEAN untuk dinikmati oleh India. AMS diminta untuk menyampaikan daftar sektoral MRA yang telah dimiliki ASEAN untuk dibuat MRA-nya dengan India. Hal yang juga penting adalah apapun yang disetujui oleh professional body masing-masing pihak tidak menjadi subject to dispute settlement. Disepakati bahwa AMS akan menyampaikan kepada Sekretariat ASEAN daftar sektor yang mungkin untuk dibahas MRA-nya dengan India paling lambat tanggal 31 Oktober 2011.

Article Safeguard dan Security Exception

AMS sepakat untuk dapat mengusulkan trade off antara Article Safeguard dengan Article Security Exception yang diusulkan India.

Article Increasing Participation of CLMV dan Withdrawal & Termination

ASEAN sepakat untuk tetap mempertahankan kedua article tersebut. Untuk Withdrawal & Termination akan memberikan perlindungan bagi para investor apabila pada masa implementasi perjanjian ini akan ada pihak yang melakukan withdrawal and termination. Untuk itu, ASEAN sepakat untuk terlebih dulu menunggu hasil pembahasan di Working Group on Investment (WGI).

Pertemuan Bilateral dengan India

Pada pertemuan AI-TNC ke-29, dilakukan pertemuan bilateral untuk membahas request India di beberapa sub sektor yaitu: Professional Services, Other Business Services, dan Computer and Related Services.

Delegasi India menyampaikan ketidakpuasannya terhadap 3rd revised offer yang telah disampaikan oleh Indonesia dan menekankan keinginan agar Indonesia dapat memberikan offer dengan level komitmen yang sama seperti yang telah dikomitmenkan pada kerangka AANZFTA (AANZFTA plus).

Menanggapi hal tersebut, Delri menyampaikan saat ini Indonesia akan memberikan penambahan offers di 3 sub sector, yaitu untuk Professional Services: Bookkeeping Services except Tax Return (CPC 86220), Other Business Services: Market Research Services (CPC 86401), dan

Page 29: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

27

Management Consulting Services for: Marketing Management Consulting Services (CPC 86503).

Computer and Related Services

Untuk Computer and Related Services, saat ini Indonesia belum bisa menambah coverage offer pada sub sektor ini, namun akan ada peningkatan komitmen untuk level partisipasi kepemilikan asing (FEP) dari 35% menjadi 49% bagi CPC 841 dan 842. Hal ini merupakan suatu kemajuan dibandingkan dengan komitmen Indonesia di berbagai fora yang hanya mengikat pada FEP 35%, termasuk pada kerangka AANZFTA.

Health Related and Social Services

India meminta agar Indonesia memberikan offer di sektor health related and social services, di mana pada AANZFTA Indonesia telah memberikan komitmennya untuk sub sektor hospital services (CPC 9311). Melihat sensitivitas Indonesia untuk mode 4, India menyampaikan agar Indonesia bisa membuat offer di sub sektor ini dengan tidak membuat komitmen untuk mode 4 (unbound). Selain itu, ditanyakan pula mengenai penurunan offer pada sektor konstruksi di mana pada 3rd revised offer Indonesia mengurangi tingkat FEP dari 55% menjadi 51%. India juga meminta offer pada sektor Air Transport Services.

Menanggapi hal tersebut, Delri menyampaikan bahwa saat ini tidak dapat disampaikan offer untuk sektor Health related and Social Services. Untuk sektor konstruksi disampaikan bahwa offer India untuk sektor ini memiliki cakupan yang lebih rendah daripada yang sudah di-offer oleh Indonesia, di samping itu offer juga belum bisa diberikan pada Air Transport Services.

Horizontal Commitment Pada bahasan horizontal commitment, India memiliki concern terkait hambatan national treatment untuk mode 4 yang mewajibkan bagi tenaga kerja asing untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Hal ini sebelumnya tidak dicantumkan pada horizontal commitment Indonesia di berbagai fora. Selain itu, dipertanyakan pula mengenai izin masuk business visitor apakah 60 hari atau 30 hari.

Terkait hal tersebut, Delri menyampaikan akan meminta persetujuan dari instansi terkait mengenai permintaan India untuk tidak mengomitmenkan aturan mengenai kewajiban mampu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, walaupun hal ini tercantum dalam peraturan domestik. Sementara, untuk jangka waktu yang diberikan bagi business visitor, Delri masih perlu untuk mengonsultasikan hal tersebut dengan pihak imigrasi.

Page 30: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

28

Secara umum, India tetap menyampaikan ketidakpuasanya walaupun di pihak lain Indonesia sudah berusaha untuk memenuhi request India dengan memberikan penambahan offer sebagaimana disebutkan di atas. India masih secara tegas menginginkan Indonesia memberikan offer dengan level seperti yang dikomitmenkan oleh Indonesia pada kerangka AANZFTA.

Menanggapi hal tersebut, Delri juga menyampaikan sulit untuk memberikan hal tersebut karena India dan Australia & Selandia Baru memiliki karakteristik yang berbeda. Selain itu secara tegas disampaikan bahwa jika India masih tidak puas dengan apa yang akan ditambahkan pada offer Indonesia, maka akan diusulkan untuk mengangkat isu ini/meminta arahan langsung dari tingkat Menteri. Sementara itu, Indonesia tidak dapat memberikan tambahan offer lagi. Disampaikan pula untuk meningkatkan offer yang lebih tinggi sebaiknya dirundingkan dalam kerangka Indonesia-India CECA di mana saat ini sudah memulai pre konsultasi.

Selanjutnya, delegasi India menyampaikan akan meminta arahan dari chief negosiator-nya mengenai indikasi penambahan offer yang akan diberikan oleh Indonesia.

ASEAN - India Investment Agreement

Dalam pertemuan ini seluruh negara anggota ASEAN menyamakan persepsi terkait rumusan teks dari modalitas perjanjian investasi ASEAN-lndia, serta sepakat untuk menyampaikan rumusan teks baru dan penjelasan terhadap usulan ASEAN, yang antara lain terdiri dari:

1) Relation to Services Agreement;

2) Preferential Treatment of Investors (MFN);

3) Reservations;

4) Expropriation and Compensation;

5) Subrogation;

6) Investment Disputes between a Party and an Investor;

7) Withdrawal and Termination, Survival clause.

Pertemuan Plenary AITNC

Pertemuan membahas perkembangan implementasi ASEAN-lndia Free Trade Agreement (AIFTA), Working Group on Services (WGS), Working Group on Rules of Origin (WGROO), Working Group on Investment (WGI), serta keterlibatan sektor swasta dalam kerja sama ASEAN-lndia.

Page 31: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

29

Pertemuan mencatat bahwa semua Pihak telah menyelesaikan prosedur domestiknya untuk implementasi ASEAN-lndia Trade in Goods Agreement (AI-TIGA). Pertemuan juga sepakat untuk mempublikasikan semua dokumen terkait AIFTA dalam domain public. Sekretariat ASEAN telah mempublikasikan perjanjian (termasuk jadwal komitmen tarif) untuk dokumen terkait dengan pemberlakuan AI-TIGA lainnya, termasuk legal enactment dan jadwal tarifnya (dalam bahasa Inggris). Pertemuan meminta agar menyampaikan kepada Sekretariat ASEAN untuk mempublikasikannya pada website, demikian juga India sebelum tanggal 31 Oktober 2011.

Negosiasi Bidang Jasa Dalam membahas market access India menyatakan telah menurunkan level ambisinya dengan tidak sepenuhnya terfokus pada komitmen mode 4, khususnya untuk IP dan CSS (sebagaimana disampaikan India pada AEM-lndia Consultation). India akan lebih meminta negara anggota ASEAN meningkatkan offer-nya pada level yang sama seperti yang telah dikomitmenkan pada AANZFTA (AANZFTA plus). Level yang dimaksud di sini tidak sama persis dengan offer yang diberikan pada AANZFTA, namun lebih kepada cakupan/coverage sector serta kedalaman tingkat komitmennya (AANZFTA plus).

India menyampaikan akan memberikan single MFN offers kepada ASEAN Member States (AMS), jika AMS memberikan improved offers mode 4 pada sub sektor yang menjadi interest India termasuk CRS, Construction and Related Engineering, Environmental Consultancy Services, Other Business Services, R&D and Professional Services. Terkait dengan request India tersebut, ASEAN sepakat untuk tidak menjadikan AANZFTA sebagai benchmark pada penyusunan offer pada kerangka AIFFTA.

India menyampaikan bahwa benchmarking tersebut pada awalnya disampaikan ASEAN pada pertemuan AI-TNC WGS ke-9 bulan Juli 2010 di Bangkok, Thailand, di mana pada pertemuan tersebut India menolak usulan ASEAN.

Dibahas pula tanggapan India terhadap discussion paper mengenai definisi kategori MNP, dengan beberapa tanggapan terutama pada kategori business visitor dan ICT (ASEAN's paper incorporated with India's comments). India menyampaikan agar definisi kategori IP dimasukkan dalam paper tersebut.

Page 32: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

30

Disampaikan pula bahwa, delegasi India tidak memiiliki mandat untuk membahas isu selain improved offers AMS. Untuk itu, pembahasan text AI-TISA, India akan memberikan proposed proposal untuk article recognition dan safeguard. Sementara untuk text MNP, dibahas sekilas mengenai konfirmasi AMS terkait mandatory requirement untuk social security funds.

Persetujuan Perdagangan Barang

Pertemuan WGROO dihadiri oleh perwakilan seluruh AMS dan Sekretariat ASEAN kecuali Brunei Darussalam dan membahas first package PSR yang diusulkan oleh ASEAN dan India mengenai 216 PT yang terdapat dalam Perjanjian AI-TIGA.

Pertemuan menyepakati tidak akan menambah PT yang ditawarkan sampai dilakukan AI-TIGA di-review. Kedua pihak sepakat untuk tidak membuka kembali pos tarif baru guna mencapai kesepakatan atas komitmen tarif yang dinegosiasikan.

ASEAN dan India telah menyepakati 40 (empat puluh) PT pada HS level 6 digit bagi first package PSR untuk dapat diikutsertakan dalam AITIG. Aturan ini akan menggantikan General Rule of RVC 35% and CTSH. ASEAN juga menyepakati untuk mempertimbangkan tambahan 10 PT untuk dimasukkan daiam first package PSR untuk mencapai total 50 PT.

PSR disepakati akan menggunakan HS 2012 untuk dimasukkan dalam Persetujuan AI-TIG. Implementasi persetujuan bagi semua pihak diusulkan dapat dilaksanakan paling lambat tanggal 1 Juli 2012. Bagi pihak yang tidak dapat mengimplementasikan pada jadwal yang ditetapkan, diwajibkan untuk menyampaikan kepada AMS lainnya dan India 1 (satu) bulan sebelumnya.

Untuk transposisi HS 2007 ke HS 2012, pertemuan mencatat bahwa beberapa Negara telah melakukan latihan transposisi. Semua pihak diminta untuk menotifikasikan pada jadwal implementasi HS 2012.

Para pihak diharapkan memberikan updated list dari focal point untuk issuing dan receiving authority, dan Sekretariat ASEAN juga diminta untuk segera meng-update AI-TNC WGROO group email. Indonesia telah menyampaikan updated list tersebut kepada Sekretariat ASEAN.

WGROO telah menyelesaikan tugas yang diberikan untuk penyelesaian first package PSR. Penambahan PSR lainnya hanya akan dilakukan apabila terjadi proses review AI-TIG.

Page 33: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

31

Negosiasi bidang Investasi

Pertemuan Working Group on Investment (WGI) dilaksanakan pada tanggal 10-11 Oktober 2011, dan kali ini membahas isu-isu utama baik yang berkaitan dengan rumusan naskah maupun modalitas negosiasi perjanjian investasi ASEAN-lndia, yang antara lain mencakup:

Approach to Scheduling Reservation

1) Sehubungan dengan pendekatan yang akan digunakan dalam penyusunan komitmen liberalisasi, ASEAN menyampaikan klarifikasi ke India terkait kesepakatan untuk menggunakan pendekatan negatif (negative list approach). Hal tersebut merupakan arahan Para Menteri sebagaimana dicantumkan dalam Summary of Discussion dari pertemuan AEM-lndia Consultations ke-9 yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 di Manado, Indonesia. India menyampaikan bahwa posisinya sesuai dengan hasil pertemuan AEM-lndia Consultations ke-9, dan menyatakan kesiapannya untuk menggunakan pendekatan negatif dalam penyusunan komitmen liberalisasi.

Number of Reservation 2) ASEAN meminta klarifikasi pada India mengenai jumlah reservasi yang akan dicantumkan dalam komitmen liberalisasi investasi. India memberikan penjelasannya bahwa apabila pihak-pihak sepakat untuk menggunakan pendekatan negatif (negative list approach), maka sedianya masing-masing negara termasuk India hanya dapat menyusun 1 (satu) buah reservasi/komitmen liberalisasi, karena reservasi tersebut akan berisikan ketentuan (laws and regulations) masing- masing negara yang bersifat membatasi investasi. Namun India juga menyampaikan bahwa hal tersebut masih memerlukan keputusan pada tingkat senior official.

Most Favoured Nation (MFN) Clause

3) ASEAN kembali meminta klarifikasi mengenai posisi India terkait penempatan pasal MFN dalam perjanjian investasi. ASEAN juga menegaskan bahwa usulan pasal MFN yang disampaikan oleh ASEAN bukan merupakan "automatic MFN" melainkan "negotiated MFN". India menyampaikan posisinya bahwa mereka tidak menginginkan adanya pasal tersendiri mengenai klausul MFN, melainkan mengusulkan agar konten pasal MFN agar dimasukkan ke dalam pasal Review of Commitments.

New Sectors 4) Sehubungan dengan usul India untuk memasukkan sektor konstruksi dan pembangkit tenaga listrik (power generation), ASEAN menyampaikan penjelasannya kepada India bahwa sektor konstruksi merupakan

Page 34: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

32

cakupan dari perjanjian bidang perdagangan jasa, dan sektor pembangkit tenaga listrik dapat dikategorikan sebagai bidang usaha industri, sehingga tidak perlu untuk mencantumkan kedua bidang usaha tersebut ke dalam cakupan perjanjian investasi, India menjelaskan bahwa khusus untuk bidang usaha pembangkit tenaga listrik, terdapat nomenklatur yang berbeda dalam ketentuan domestiknya, sehingga bidang usaha dimaksud dikategorikan tersendiri dan tidak dimasukkan ke dalam kategori industri. Khusus untuk hal ini, kedua belah pihak sepakat untuk terlebih dahulu menyamakan persepsi dan mencari solusi bagi penempatan kedua sektor usulan India tersebut.

Portfolio Investment 5) Terkait usulan untuk mengecualikan investasi portofolio dari cakupan perjanjian investasi, India menyampaikan bahwa salah satu alasan utama adalah sifat dari investasi portofolio yang cenderung berorientasi jangka pendek (short term) dan spekulatif, sehingga tidak perlu diberikan perlindungan (protection) dalam perjanjian investasi. ASEAN memberikan respons bahwa concern India dapat diatasi melalui pasal Scope yang memberikan keleluasaan bagi masing-masing negara termasuk India untuk menentukan cakupan investasi yang akan diberikan perlindungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan domestiknya.

Intellectual Property Right (IPR)

6) India memberikan klarifikasi terkait usulannya untuk mengecualikan IPR dari cakupan investasi yang diberikan perlindungan, karena adanya kemungkinan dilakukan tuntutan terhadap India ke arbitrase internasional apabila pihak India melakukan pembatasan dengan dasar kemanusiaan terhadap IPR (seperti kebijakan penyediaan obat generik). Terkait dengan hal tersebut, ASEAN menjelaskan bahwa tindakan pembatasan dengan dasar kemanusiaan sebagaimana sudah diatur dalam pasal General Exception, sehingga India tidak perlu khawatir akan dituntut oleh pihak investor.

ASEAN dan India juga membahas pasal-pasal lain dalam Draft Text AI-IA, namun belum dapat dicapai kesepakatan, kedua belah pihak sepakat untuk melakukan pembahasan secara intersessional serta melanjutkannya pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan juga bertukar pandangan mengenai keputusan para Menteri untuk mengeksplorasi kemungkinan untuk mengadakan Pertemuan Konsultasi Spesial AEM-lndia di

Page 35: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

33

daerah Timur Laut India. India mengusulkan untuk diadakan di Guwahati/Kolkata (tentative) pada bulan Maret 2012 dan meminta AMS untuk kembali mengatur kesediaan jadwalnya untuk Konsultasi tersebut.

3. Joint Preparatory Meeting untuk KTT ASEAN ke-19 dan Pertemuan Terkait Lainnya

Joint Preparatory Meeting untuk KTT ASEAN ke-19 dan Pertemuan Terkait Lainnya berlangsung di Nusa Dua, Bali pada tanggal 11-12 Oktober 2011. Hasil-hasil penting dari rangkaian pertemuan yang berada di bawah kewenangan SEOM (mewakili unsur ASEAN Economic Minister/AEM dan ASEAN Economic Community Council/AECC) adalah sebagai berikut:

1) Preparation for the 19th ASEAN Summit

Dokumen outcome KTT-19

a) Pertemuan membahas dan mencatat beberapa dokumen yang akan menjadi outcome pada KTT ASEAN ke-19. Adapun dokumen pilar ekonomi yang akan diadopsi oleh Leaders adalah Framework/Guiding Principles for Equitable Economic Development dan ASEAN Emerging Regional Architecture for Comprehensive Economic Partnership. Keduanya merupakan dokumen yang berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari Bali Declaration. Lebih lanjut Para Menteri Ekonomi ASEAN juga akan menandatangani Protocol to Implement the 2nd Package of Specific Commitments under the ASEAN-China Trade in Services Agreement dan Protocol to Amend the ASEAN-Korea Trade in Goods Agreement.

b) Hal lain yang juga disepakati dalam pertemuan adalah penghapusan wording CEPEA and EAFTA dari the draft Declaration of the EAS on the Principles of Mutually Beneficial Relations dan mengeluarkan the Report on the ASEAN Framework for Regional Comprehensive Partnership dari list outcomes documents the ASEAN Plus Three Summit and East Asia Summit (EAS).

c) Secara khusus SEOM juga mempelajari dan mendiskusikan draft report on the ASEAN Framework for Regional Comprehensive Partnership yang telah dipersiapkan Sekretariat ASEAN. Lebih lanjut, draf dimaksud akan didiskusikan pada AEC Counci Retreat yang akan diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober 2011 di Selangor, Malaysia.

Page 36: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

34

2) Preparation for the 6th Meeting of the ASEAN Economic Community Council

Pertemuan juga membahas draft agenda the 6th AEC Council Meeting yang dijadwalkan pada tanggal 16 November 2011. Direncanakan pada pertemuan AEC Council nanti masing-masing Ketua relevant sectoral bodies akan diminta hadir guna membahas perkembangan dan tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan AEC Blueprint. Pertemuan juga sepakat untuk menambahkan isu the current global financial/economic yang akan dipresentasikan oleh Sekjen ASEAN.

3) Preparation for the AEC Retreat in October 2011

Prep SEOM for JPM juga membahas mengenai administrative arrangement dan revisi agenda Pertemuan AEC Retreat yang dijadwalkan akan diselenggarakan tanggal 15 Oktober 2011 di Selangor, Malaysia.

Gambar 2. Dirjen KPI Memimpin Joint Preparatory Meeting

4. Pertemuan Asean Economic Community (AEC) Council Retreat

Pertemuan AEC Council Retreat dihadiri oleh para Menteri AEC Council (yang juga adalah ASEAN Economic Ministers—AEM) dan dipimpin oleh Menteri Perdagangan R.I., selaku alternate AEC Council Chair, berlangsung dari tanggal 14-15 Oktober 2011.

Concept Papers Pertemuan AEC Council Retreat yang dirancang secara khusus untuk membahas penyelesaian 3 (tiga) concept papers yang merupakan prioritas ASEAN pada tahun 2011 yang akan menjadi outcome documents pada KTT ASEAN

Page 37: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

35

bulan November 2011, yaitu: (i) ASEAN Framework for Equitable Economic Development, (ii) ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic Partnership; dan (iii) kontribusi pilar ekonomi untuk Bali Declaration on ASEAN Community in a Global Community of Nations. Isu penting lainnya yang turut dibahas adalah hambatan perdagangan intra-ASEAN yang non-tarif (non tariff barries).

Gambar 3. Sesi Foto Bersama AEC Council Retreat

Equitable Economic Development

Para Menteri membahas dan memfinalisasikan konsep ASEAN Framework for Equitable Economic Development yang merupakan prakarsa Indonesia. Pada umumnya negara anggota menunjukkan respons yang sangat positif secara aktif memberikan masukan bagi penyempurnaan dan finalisasi konsep tersebut. Framework ini memuat prinsip-prinsip penting untuk mendorong terwujudnya pembangunan ekonomi yang merata di antara dan di dalam Negara masing-masing anggota. Prinsip-prinsip yang telah disepakati adalah pertumbuhan ekonomi yang inclusive dan sustainable, connectivity, cohesive actions yang secara simultan saling memperkuat dengan tiga pilar AEC lainnya (Single Market and Production Base, Competitive Economic Region, Integration into the Global Economy). Para Menteri juga menyepakati 2 (dua) agenda/program penting di bawah framework ini yakni Financial Inclusion dan International Remittances serta draft Chair’s Statement yang merefleksikan ketiga issues di atas. Framework for Equitable Economic Development ini merupakan dokumen yang berdiri sendiri (stand alone).

Emerging Regional Architecture

Pembahasan konsep emerging regional architecture di tingkat SEOM berjalan sangat lambat bahkan mengalami dead lock. Terdapat perbedaan pandangan di antara anggota ASEAN mengenai definisi “partners” dan langkah tindak-lanjut bila dokumen ini disahkan para Kepala

Page 38: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

36

Negara pada bulan November 2011. Langkah tindak-lanjut yang menjadi pembicaraan panjang adalah terkait dengan penyelesaian Template for ASEAN ++FTA, pembentukan tiga working groups, dan dimulainya partisipasi Negara mitra (non-ASEAN) dalam proses penyelesaian template. Konsep yang ditawarkan Indonesia bersifat terbuka, yakni Negara mitra yang dapat bergabung dalam proses ini tidak dibatasi hanya pada mitra FTA ASEAN meskipun secara alamiah yang akan berpartisipasi sejak tahap awal adalah mitra FTA ASEAN. Pandangan ekstrem lain justru menekankan bahwa konsep ini berlaku hanya untuk mitra FTA ASEAN, dan bila mitra non-FTA tersebut ingin bergabung maka harus lebih dahulu membentuk ASEAN+1 FTA dengan ASEAN.

Pada pertemuan AEC Council Retreat keesokan harinya, para Menteri sepakat bahwa prinsip ASEAN dalam membentuk regional architecture-nya haruslah bersifat open accession (termasuk kepada non FTA partners) namun dengan pendekatan sequential yang memberikan prioritas utama kepada FTA/CEP partners. Para Menteri juga sepakat untuk mengganti judul dokumen dari ASEAN Architecture for Comprehensive Economic Partnership menjadi ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic Partnership. Untuk menjawab keraguan mengenai langkah tindak-lanjut, para Menteri menyepakati Work Plan for ASEAN Framework fo Regional Comprehensive Economic Partnership 2011-2013. Work Plan ini memuat secara garis besar namun jelas langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menyelesaikan template ASEAN dan proses pelibatan mitra FTA, termasuk pembentukan working groups.

Bali Declaration

Para Menteri selanjutnya berkesempatan untuk memfinalisasikan kontribusi pilar ekonomi pada Bali Declaration. Economic section dari Bali Declaration ini diusulkan terdiri dari tiga bagian, yakni: (i) economic integration; (ii) economic stability; dan (iii) economic development. Kesepakatan atas dua framework yang disepakati di atas secara eksplisit direfleksikan dalam economic section dari Bali Declaration ini, selain dalam Chair’s Statement.

Trade Measures Affecting Intra-Asean Trade

Sekretaris Jenderal ASEAN menyampaikan briefing mengenai kendala yang dihadapi Negara anggota dengan semakin maraknya penerapan non-tariff measures (NTMs) yang mengandung elemen barriers. Untuk mengatasi masalah ini, para Menteri sepakat menugaskan SEOM dan

Page 39: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

37

badan bawahannya untuk mengkaji penerapan prosedur notifikasi sebagaimana diamanatkan dalam ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA).

5. Pertemuan Preparatory Meeting ASEAN-China Joint Committee (ACFTA-JC)

Rangkaian Pertemuan Preparatory Meeting ASEAN-China FTA Joint Committee (ACFTA-JC) diselenggarakan di Makati, Filipina pada tanggal 18-20 Oktober 2011.

Tindak lanjut Hasil Pertemuan ke-10 AEM - MOFCOM Consultation

ASEAN dan China mencatat kesepakatan AEM-MOFCOM Consultation atas hal-hal yang akan ditindaklanjuti antara lain: (i) Notification Second Protocol TIG; (ii) Penandatanganan Second Package of Specific Commitment Trade in Services; (iii) Finalisasi Chapter SPS dan TBT serta Chapter Customs Procedures and Trade Facilitation; (iv) Kesepakatan mengadopsi pengertian umum GE provision TIG; (v) Review ACFTA ROO; (vi) Establishment ACFTA Joint Committee (ACFTA-JC); (vii) ASEAN China Cooperation Fund (ACCF); dan (viii) Aksesi Hongkong to ACFTA.

Notifikasi Second Protocol TIG (OCP)

Indonesia menyampaikan bahwa Second Protocol to Amend the Agreement on TIG telah dinotifikasikan kepada para Pihak pada tanggal 3 Oktober 2011. Dengan selesainya proses notifikasi tersebut, maka Indonesia telah memenuhi prosedur internal pengesahan berlakunya Protokol dimaksud dan efektif mulai berlaku (entry into force) sejak tanggal 3 Oktober 2011.

General Understanding Implementation GE provision TIG

Pertemuan mencatat agar negara - negara yang belum menyampaikan data-data berkaitan dengan penerapan GE List seperti justifikasi, peraturan domestik, data ekspor dan impor tahun 2009 dan 2010 dapat segera menyelesaikannya.

Legal Standing of the ACFTA Joint Committee

Pertemuan sepakat bahwa pertemuan ini formatnya Preparatory Meeting karena struktur ACFTA-JC termasuk subsidiary bodies di bawahnya belum difinalisasikan. Pembentukan ACFTA-JC merupakan amanat dari hasil Pertemuan Para Menteri ASEAN dan China (10th AEM-China Consultation) di Manado, sebagai transformasi dari ASEAN-China Trade Negotiating Committee (ACTNC), yang mempunyai tugas pokok untuk mengatur, mengawasi, mengoordinasikan dan mengkaji implementasi dari berbagai Persetujuan yang berada di bawah payung Framework ASEAN-China.

Term of Reference of the ACFTA-JC

Hal yang mengemuka dalam pembahasan TOR ACFTA-JC adalah legalitas dari forum ACFTA-JC. Pada sesi ASEAN

Page 40: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

38

Caucus, pembahasan diawali dengan pertanyaan Singapura tentang status legal forum ACFTA-JC untuk membuat agreement. Pertemuan akhirnya menyepakati untuk menyusun protokol baru dalam Annex Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and China (FTA) untuk mengakomodir status legal ACFTA-JC. Menanggapi hal tersebut, Singapura bersedia untuk membuat draft awal protokol dan kemudian mensirkulasikan ke semua Negara Anggota ASEAN untuk mendapatkan feedback sebelum tanggal 20 November 2011.

Pembahasan status legal ACFTA-JC berlangsung hingga sesi plenary, dan China menyadari concern ASEAN terhadap legal status ACFTA-JC. Pihak China juga akan berkonsultasi dengan legal expert internal untuk menyusun protokol baru. Namun China berpandangan bahwa hal itu tidak perlu menghambat forum yang sedang dilaksanakan untuk menghasilkan rekomendasi. Hal ini didukung pandangan Filipina bahwa sesungguhnya forum Joint Committee (JC) dapat dilakukan di dalam struktur perjanjian goods dan services (tetapi tidak untuk investment) sehingga forum JC yang sedang dilaksanakan dapat terus dilakukan tanpa ada kekhawatiran kehilangan legal basis. Di sisi lain, Thailand selaku chair berpendapat bahwa jika hal itu dilakukan, protokol baru yang mengatur legal basis ACFTA-JC tidak diperlukan.

Establishment of the Ad-hod Legal Experts Group

Pertemuan menyepakati untuk membentuk sebuah ad-hoc legal experts working group yaitu ad-hoc Working Group on Legal and Institutional Issues untuk membahas dan memberikan masukan bagaimana prosedur perubahan dari ACFTA- TNC menjadi ACFTA-JC dan legal formal Protocol terhadap perubahan dengan perjanjian- perjanjian di bawahnya (WGROO, WGEC, WGS, Ad-hoc WGCPTF). Expert Group ini diharapkan dapat menyelesaikan pembentukan kelembagaan ACFTA-JC pada kuartal pertama tahun 2012.

Subsidiary Bodies under the ACFTA-JC

Pertemuan menyepakati pembentukan subsidiary bodies di bawah ACFTA-JC dan pembentukan Committee atau Sub-Committee Rules of Origin (ROO). Dalam pembahasan WGEC, dicatat agar lebih proaktif untuk mengidentifikasi proposal yang mungkin dapat dikerjasamakan dan supaya lebih efektif, karena pengalaman selama ini menunjukkan perkembangan kerja sama ekonomi di bawah ACFTA terasa lambat dibandingkan dengan AKFTA dan AANZ FTA, karena masalah proses persetujuan (approval) pendanaan.

Page 41: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

39

Work Program and Deliverables for 2012

Transposisi HS 2007 ke HS 2012, semua Negara Anggota ASEAN menginformasikan dalam proses penyelesaian untuk dapat implementasi 1 Januari 2012, kecuali Filipina dan Kamboja pada akhir kuartal pertama tahun 2012. Isu Iain adalah Finalisasi CPTF, Implementasi PSR, Tariff Reduction Schedule, Implementasi Second Packaged setelah ditandatangani, Review ROO, dan Finalisasi Legal Formal AJFTA-JC diharapkan dapat diselesaikan pada tahun 2012.

Implementasi ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) Perdagangan Barang

Legal Enactment (LE) implementasi penurunan tarif berdasarkan Para 3 Annex 1 dan 2 Agreement on TIG, akan dilakukan penurunan tarif sesuai dengan modalitas penurunan tarif untuk ASEAN-6 dan China: (i) untuk kategori produk NT2, tarifnya diturunkan menjadi 0% pada 1 Januari 2012; dan (ii) untuk kategori produk sensitive, tarifnya harus diturunkan maksimal menjadi 20% pada 1 Januari 2012 dan menjadi 0 - 5% pada tahun 2018. Semua ASEAN Member States (AMS) dan China menginformasikan bahwa LE untuk penurunan tarif dimaksud sedang dalam proses internal, karena berkaitan langsung dengan transposisi dari HS 2007 ke HS 2012 yang akan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2012. Para Pihak diminta menyampaikan data utilisasi ACFTA tahun 2009, 2010 dan tahun 2011 kepada Sekretariat ASEAN.

Perdagangan Jasa Semua AMS dan China menginformasikan kesiapannya untuk menandatangani Second Package of Specific Commitment under the Agreement on TIS pada Pertemuan ke-14 ASEAN-China Commemorative Summit pada bulan November 2011 di Bali dan Para Pihak akan mempersiapkan prosedur internal untuk penandatangan second packaged dimaksud.

Working Group Rules of Origin (ROO)

Second Protocol Revise OCP

Kamboja dan Indonesia merupakan pihak yang terakhir meratifikasi Protokol ini terhitung berlaku masing-masing sejak tanggal 1 Agustus 2011 dan 3 Oktober 2011. Indonesia diminta memberikan salinan notifikasinya kepada pihak customs China, karena China menginformasikan belum menerima notifikasi pemberlakuan Protokol tersebut (baru menerimanya dari MOFCOM di Indonesia), untuk menghindari kebingungan atas perlakuan barang yang menggunakan Form-E baru yang berasal dari Indonesia.

Pertemuan juga mengingatkan kembali mengenai keputusan/persetujuan terdahulu bahwa Form E lama

Page 42: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

40

diterbitkan menggunakan Operational Certification Procedures (OCP) lama, termasuk yang diterbitkan oleh para Pihak yang mengimplementasikan revised OCP harus memiliki masa berlaku 4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal penerbitan sesuai dengan OCP lama. China menginformasikan bahwa keputusan ini juga akan berlaku untuk Kamboja dan Indonesia.

Implementasi Transposisi Product Specific Rules (PSR)

Laos telah mengimplementasikan transposisi PRS HS.2007, Thailand masih dalam proses ratifikasi pemberlakuan transposisi PRS tersebut, sementara Indonesia masih dalam proses namun akan menginformasikan lebih lanjut tanggal pemberlakuannya. Mengingat bahwa HS.2012 akan segera dilaksanakan, China menyarankan untuk memulai proses pembahasan transposisi PSR HS.2007 ke HS.2012 pada pertemuan yang akan datang.

Review ACFTA ROO Menindaklanjuti proposal ASEAN sebelumnya, China meminta klarifikasi terperinci mengenai amandemen aturan ROO (mengubah origin criteria "RVC 40%" menjadi "RVC 40% or CTH"), dengan PSR sebagai pengurangan atas general rule dan elemen-elemen yang diusulkan pada ROO text. Berdasarkan kuesioner China, ASEAN memberikan klarifikasi yang menekankan bahwa amandemen yang diusulkan secara khusus pada penerapan co-equal and alternative rules yang akan memungkinkan memfasilitasi manufacturer dan exporter dalam memilih origin kriteria yang paling sesuai yang akhirnya dapat meningkatkan utilisasi pemanfaatan ACFTA. Untuk membantu China dalam melakukan konsultasi domestiknya, maka ASEAN sepakat untuk memberikan full package atas proposal tersebut yang mencakup legal text dan daftar PSR sebagai pengurangan atas general rule dalam kesempatan pertama.

Permasalahan Implementasi

Pada pertemuan ini juga dilakukan konsultasi penyelesaian isu implementasi yang diangkat oleh beberapa negara ASEAN dan China. Untuk itu pertemuan mengharapkan semua Pihak dapat mematuhi aturan yang ada dalam OCP agar Persetujuan ACFTA dapat dijalankan sesuai maksud dan tujuannya. Pertemuan juga mencatat saran China mengenai kemungkinan adanya explanatory notes (mencakup informasi best practise dalam implementasi FTA lainnya) agar semua Pihak memiliki pemahaman yang lebih baik atas legal text yang memfasilitasi kelancaran penerapan Persetujuan ini.

Monitoring Sheet ASEAN mengusulkan untuk memonitor implementasi Persetujuan ACFTA dalam rangka untuk mengetahui

Page 43: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

41

apakah Persetujuan ini memberikan dampak dan manfaat untuk para Pihak. Untuk itu ASEAN mengusulkan suatu format sebagai pertukaran informasi di antara para Pihak yang meliputi jumlah CO Form E yang diterbitkan oleh pihak pengekspor dan nilai perdagangan atas barang yang diekspor, China mengindikasikan akan menyampaikan counter proposal atas format usulan ASEAN tersebut pada pertemuan mendatang.

Ad-hoc Custom Procedures dan Trade Facilitation (CPTF)

Pembahasan draf CPTF berjalan lambat, karena tidak semua wakil Negara Anggota ASEAN yang hadir berasal dari Customs termasuk dari Indonesia. Oleh sebab itu untuk mempercepat proses pembahasan draft CPTF dimaksud, pertemuan mencatat agar pada pertemuan berikutnya diharapkan dihadiri oleh focal point dari masing-masing negara. Pertemuan menyepakati bahwa meeting Ad-hoc CPTF akan dilaksanakan tersendiri/terpisah walaupun Ad-hoc CPTF berada di bawah WGROO.

Working Group Economic Cooperation (WGEC)

Portal Bisnis (PB) ASEAN-China

China mengusulkan penggunaan domain terpisah untuk platform e-commerce yang disebut NewAsia.com dan mendorong kamar dagang dan industri ASEAN dan China mempromosikan platform e-commerce tersebut untuk sektor bisnis. China - ASEAN Business Council (CABC) akan mempromosikan Portal Bisnis ini ke depan baik di media lokal, nasional, maupun regional.

Malaysia telah mempromosikan Portal Bisnis di media lokal bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri mereka. Portal Bisnis juga turut serta pada Konferensi UKM ASEAN-China yang telah diselenggarakan pada bulan Juni 2011 di Kuala Lumpur. Pada kesempatan tersebut, China menginformasikan bahwa mereka telah bekerja sama dengan kantor berita Xin Hua dalam memberikan berita-berita di Portal Bisnis.

Pengunggahan Data dan Berita Portal Bisnis

Beberapa kemajuan Implementasi Bisnis Portal, China, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand aktif mengunggah data dan berita. Koordinator Portal Bisnis yang belum memutakhirkan data dan berita, termasuk Indonesia, untuk aktif meng-update data/berita mereka di Portal Bisnis.

Proposal yang sudah disetujui dan mendapat pendanaan

Proposal International Workshop on Economic and Trade Relations between China and ASEAN during Post FTA Age (China), akan dilaksanakan pada tanggal 12-13 Desember 2011 di Provinsi Guizhou, peserta terdiri dari: 1 orang

Page 44: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

42

pemerintah, 1 orang ahli ACFTA dari ASEAN, dan 2 orang dari Sekretariat ASEAN. Proposal ASEAN-China Workshop on Operational Certification Procedure under the ASEAN-China FTA (China/Thailand), akan dilaksanakan bulan Maret di Customs College, Shanghai. Durasi workshop 5 hari dengan modul termasuk pengenalan ROO dan Customs Procedures serta kunjungan ke Customs' houses lokal pelabuhan dengan jumlah peserta diperkirakan sebanyak 49 orang terdiri dari ASEAN-6, CLMV, dan Sekretariat ASEAN.

Proposal yang disetujui tapi pembiayaannya belum ada

Proposal Indonesia: (i) Joint Research on Non-Wood for the ASEAN Pulp Substitute of Paper Industry (Indonesia/China); and (ii) Training of Trainers on Clean Technology & Energy Efficiency Practices for ASEAN in the Manufacturing Sector. Case Study: Paper Industry (Indonesia/China) telah disetujui oleh CPR tetapi belum mendapat dana dari ACCF/China.

Proposal Baru Proposal "ASEAN-China SME Conference 2012 (Indonesia)", merupakan kegiatan Konferensi UKM ASEAN-China bulan Juni 2011 di Kuala Lumpur Malaysia. China merespons positif dan akan mendukung agar terlaksana. Malaysia berharap agar Indonesia memasukkan umpan balik tahun 2011 di Malaysia, misalnya regulasi, standar, dan sektor-sektor spesifik. Pertemuan Preparatory Meeting of the ACFTA-JC menerima usulan ini untuk diteruskan kepada CPR.

Proposal Baru Lainnya Proposal Forum on China-ASEAN Free Trade Area 2012 (China) akan dilaksanakan di Nanning pada bulan Maret 2012 untuk implementasi dan perkembangan CAFTA yang lebih baik. China berharap mendapat masukan dan komentar mengenai topik dan tema. Pertemuan merekomendasikan proposal ini untuk diajukan kepada Preparatory Meeting of the ACFTA Joint Committee untuk diajukan ke CPR dan disetujui untuk diajukan ke CPR.

Protocol Chapters on SPS, TBT, and Custom Procedures and Trade Facilitation

Draft Chapter Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan Technical Barrier to Trade (TBT) telah siap untuk ditandatangani, sedangkan Custom Procedures and Trade Facilitation (CPTF) masih dalam pembahasan karena masih banyak pending issues yang memerlukan pembahasan dalam beberapa meeting ke depan. Oleh sebab itu disepakati bahwa SPS dan TBT dalam 1 (satu) Chapter protokol untuk dimajukan sedangkan CPTF menyusul.

Page 45: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

43

ASEAN China Cooperation Fund (ACCF)

ASEAN mempertanyakan kepada China lambatnya proses approval terhadap proposals project yang diajukan oleh ASEAN dan meminta agar dapat membantu untuk mempercepat proses prsetujuan. Delegasi China menyampaikan, bahwa masalah ACCF tersebut berada di MOFA dan untuk pendanaan dalam kerangka kerja sama ACFTA dapat disampaikan melalui Committee Permanent Representative (CPR).

Hongkong Presentation on the Interest to Join ACFTA

Pertemuan dengan Hongkong dilakukan secara informal, dan dalam presentasinya Hongkong menyampaikan keinginannya untuk bergabung menjadi anggota ACFTA serta menginformasikan bahwa ASEAN merupakan partner dagang terbesar kedua dan juga investasi Hongkong di ASEAN cukup besar, sehingga dengan bergabungnya Hongkong ke ACFTA akan berdampak positif terhadap perdagangan ACFTA.

Delegasi China menyampaikan apresiasi kepada ASEAN atas kesempatan ini dan mendukung Hongkong bergabung dengan ACFTA. ASEAN belum dapat memberikan jawaban dapat menyetujui atau tidak, namun ASEAN menyarankan sebagai tahap awal agar Hongkong dapat mengajukan accession secara resmi ke Sekretariat ASEAN.

Page 46: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

44

C. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Lainnya

Pertemuan 27th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) of the Organization of the Islamic Cooperation

Pertemuan 27th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) of the Organization of the Islamic Cooperation telah dilaksanakan di Istanbul, Turki, tanggal 17-20 Oktober 2011. Pertemuan diawali dengan Senior Official Meeting (SOM) dan dilanjutkan dengan COMCEC Ministerial Meeting yang dipimpin oleh Turki selaku ketua COMCEC. Pertemuan ini dihadiri oleh 49 negara anggota, 4 negara observer, Macedonia sebagai undangan, organ-organ subsider OIC, organ-organ yang berafiliasi dengan bawah OIC, Standing Committee OIC, dan institusi internasional lainnya.

Review of the Implementation of the QIC Ten Year Program of Action and the Plan of Action to Strengthen Economic and Commercial Cooperation among the QIC Member States (Agenda Item:2)

Pada Pertemuan ke-27 COMCEC, Sekretariat Jenderal OKI menyampaikan laporan perkembangan Ten Year Program of Action (TYPOA) dan mengharapkan agar Negara- negara anggotanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan, proyek dan program dalam kerangka Plan of Action dan TYPOA. Sessional Committee dalam laporannya menyampaikan tinjauan proyek-proyek kerja sama COMCEC yang diusulkan dan pertimbangan mengenai usulan proyek yang baru. Terhadap laporan ini, pertemuan COMCEC meminta agar negara-negara anggota yang berminat agar dapat berpartisipasi aktif dalam proses implementasi proyek-proyek tersebut.

Terkait upaya peningkatan perdagangan intra-OKI, Negara-negara anggota OKI diminta untuk segera menandatangani dan meratifikasi semua agreements kerja sama ekonomi-perdagangan. Terkait dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara OKI melalui investasi, negara-negara anggota OKI diharapkan dapat membuat regulasi penanaman modal yang dapat memperbaiki iklim investasi dan men-share peraturan-peraturan terkait, data dan statistik kepada negara anggota lainnya.

Pada pertemuan tersebut, COMCEC Coordination Office dan Sekretariat Jenderal OKI diminta untuk mengkaji lebih lanjut Plan of Action agar menjadi lebih komprehensif dan meng-update kerangka kerja sama dengan mekanisme yang lebih implementatif.

Page 47: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

45

Gambar 4. Pertemuan ke-27 COMCEC

World Economic Developments with Special Reference to the QIC Member Countries (Agenda ltem:3)

Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC) melaporkan bahwa volume perdagangan intra-OKI terus mengalami peningkatan sejak tahun 2005. Penguatan tersebut didorong oleh antara lain, adanya peningkatan kegiatan trade financing dan trade promotion. Persentase peningkatan volume perdagangan tersebut dari 14.5% pada tahun 2004, menjadi 17.03% pada tahun 2010. Nilai perdagangan intra-OKI meningkat dari sebesar US$ 205 miliar pada tahun 2004, menjadi sebesar US$ 539 miliar pada tahun 2010. Demikian halnya dengan total perdagangan negara-negara OKI meningkat dari 8.0% pada tahun 2004, menjadi 10.05% pada tahun 2010 dari total perdagangan dunia. Apabila tren kenaikan terus berlanjut, maka pencapaian target pertumbuhan volume perdagangan intra-OKI sebesar 20% pada tahun 2015 sebagaimana dicanangkan dalam OIC Ten Year Programme of Action diperkirakan dapat dicapai.

Pertemuan ke-27 COMCEC meminta SESRIC untuk terus memonitor perkembangan ekonomi dunia dan implikasinya terhadap negara-negara anggota dan melaporkannya dalam sidang tahunan COMCEC, serta memberikan rekomendasi kebijakan-kebijakan yang relevan.

Intra-OIC Trade (Agenda Item: 4)

COMCEC Coordination Office menyampaikan bahwa dengan telah diratifikasinya RoO oleh 10 negara anggota (Bangladesh), maka RoO entry into force pada tanggal 9 Agustus 2011. Sedangkan kedua agreement lainnya, yakni Framework Agreement telah entry into force pada bulan Oktober 2002 dan PRETAS pada bulan Februari 2010.

Page 48: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

46

Dengan demikian, TPS-OIC kini secara resmi telah berlaku sepenuhnya, tetapi hal ini belum menjamin efektivitas pelaksanaan TPS-OIC.

Mengingat TPS-OIC terdiri dari tiga agreement, yakni: Framework Agreement on TPS- OIC, the Protocol on Preferential Tariff Scheme (PRETAS), dan Rules of Origin (RoO) yang merupakan satu instrumen yang tidak terpisahkan dalam implementasinya, maka untuk tercapainya efektivitas pemberlakuan TPS-OIC tersebut, negara anggota yang telah meratifikasi Framework Agreement (termasuk Indonesia), dihimbau untuk meratifikasi dan menotifikasi PRETAS dan RoO kepada Sekretariat Trade Negotiating Committee (TNC).

Berdasarkan artikel 3 ayat 4 dan artikel 2 ayat 2 PRETAS, negara-negara anggota yang telah meratifikasi PRETAS, harus menyampaikan notifikasi annual reduction rates bersama dengan offer list of products (OLP), sesuai dengan MFN 1 Oktober 2003, kepada Sekretariat TNC. Namun sampai saat ini baru Malaysia, Turki, Gulf Cooperation Council (Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, dan UAE) yang telah menyampaikan concession lists. Pertemuan meminta TNC untuk dapat mempertimbangkan dilaksanakannya pertemuan setelah setidaknya 10 negara yang meratifikasi PRETAS, menyampaikan concession lists kepada Sekretariat TNC.

Delegasi Indonesia menyampaikan bahwa Indonesia telah meratifikasi TPS-OIC tanggal 20 Mei 2011 dan Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani PRETAS dan RoO pada tanggal 6 September 2011. Selanjutnya, Indonesia akan memproses ratifikasi atas kedua perjanjian dimaksud, yakni PRETAS dan RoO, serta penyusunan concession lists.

Pertemuan ke-27 COMCEC menghimbau Negara-negara anggota OKI untuk berpartisipasi aktif dalam 2nd Tourism Fair of OIC Member States yang akan diselenggarakan di Kairo, Mesir pada tahun 2012 dan 1st OIC Health Expo yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-4 Maret 2012 di Tunis, Tunisia.

Negosiasi WTO Terkait dengan prospek proses negosiasi WTO, negara-negara anggota menggarisbawahi pentingnya sistem perdagangan dunia yang didasarkan pada aturan-aturan WTO dan terus mendukung perundingan Putaran Doha yang masih berlangsung. Pertemuan meminta IDB dan ICDT melanjutkan koordinasi dengan negara-negara OKI dengan memberikan technical assistance khususnya

Page 49: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

47

kepada Least Development Countries (LDCs) baik yang akan aksesi WTO maupun dalam bernegosiasi dan implementasi hasil-hasilnya melalui bantuan konsultasi dan keahlian

Pada pertemuan ke-27 COMCEC ini juga disampaikan bahwa selain kegiatan trade facilitation dan trade promotion, prioritas juga diberikan pada upaya-upaya untuk meningkatkan skema trade financing. Kerja sama untuk pembiayaan perdagangan yang ditawarkan International Islamic Trade Finance Coorporation (ITFC), yang merupakan salah satu anggota IDB, berkonsentrasi dalam mendorong perdagangan intra-OKI dan aktif dalam mengembangkan diversifikasi solusi keuangan syariah. Kerja sama ini diyakini akan berkontribusi bagi pengembangan model-model praktis yang mampu membuat perubahan signifikan dalam perdagangan antar negara-negara anggota OKI.

Pertemuan ke-27 COMCEC menyambut positif keputusan 18th Meeting of the Board of Governors of Islamic Corporation for the Insurance of Investment and Export Credit (ICIEC) untuk meningkatkan modal dasar Korporasi dari USD 240 juta menjadi USD 600 juta. Selain itu, negara-negara anggota diharapkan dapat berkontribusi bagi peningkatan modal Korporasi, yang bertujuan agar memudahkan Korporasi sesuai kebutuhan negara-negara anggota dan meningkatkan partisipasinya di dalam pengembangan perdagangan dan investasi intra-OKI.

Standards and Metrology Institute for Islamic Countries

Pertemuan menyambut positif institusionalisasi Standards and Metrology Institute for Islamic Countries (SMIIC) yaitu dengan diratifikasinya Headquarters Agreement of SMIIC oleh Pemerintah Turki. Tujuan didirikannya SMIIC adalah dalam rangka membantu negara-negara anggota meningkatkan kualitas standar produk dan jasa, SMIIC juga akan mewakili platform OKI untuk menjalin kerja sama dengan badan standar internasional dan regional. Dengan demikian, SMIIC potensial untuk memainkan peran penting dalam membantu penentuan standardisasi perdagangan intra-OKI.

Pertemuan ke-27 COMCEC mencatat kajian IDB mengenai relevansi pembentukan Arbitration Mechanism dan meminta Sekretariat Jenderal OKI menyirkulasi kajian ini kepada negara-negara anggota sebagai masukan dan meminta pandangan mereka atas hasil kajian dimaksud, yang selanjutnya pandangan dari masing-masing anggota dimaksud akan disampaikan pada 28th Meeting of the Follow-up Committee of the COMCEC.

Page 50: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

48

Priority Sectors (Agenda Item: 5)

Pertemuan ke-27 COMCEC menyambut positif usul Kazakhstan mengenai rencana untuk mendirikan Kantor Ketahanan Pangan OKI di Kazakhstan dan usul dimaksud akan direkomendasikan pada 7th OIC Ministerial Meeting on Food Security and Agricultural Development yang akan diselenggarakan pada tahun 2012 di Senegal. Dalam kaitan ini, Indonesia menyoroti perlunya dirumuskan framework mengenai food security untuk dibahas bersama negara-negara OKI dan implikasinya terhadap biaya operasionalisasi kantor tersebut, mengingat jumlah kontribusi yang harus dibayarkan karena dianggap udah cukup memberatkan oleh beberapa negara anggota.

Pertemuan ke-27 COMCEC mendukung inisiatif pembentukan COMCEC Tourism Platform dan menghimbau negara-negara anggota OKI untuk mendorong sektor swasta turut berkontribusi aktif atas inisiatif tersebut.

Pertemuan ke-27 COMCEC mengadopsi Framework of Cooperation in the Field of Transport among the OIC Member States dan meminta COMCEC Coordination Office untuk mengkaji isu-isu terkait perumusan modalitas kerja Transport Working Group yang diusulkan dalam dokumen Framework dan melaporkannya pada 28th Session of COMCEC.

Financial Cooperation (Agenda Item: 6)

Pertemuan ke-27 COMCEC mendukung rencana peluncuran Islamic Index pada awal tahun 2012, dan meminta negara-negara anggota untuk menandatangani perjanjian terkait index pada tanggal 1 Desember 2011, untuk dimasukkan ke dalam lampiran perjanjian dimaksud.

Pertemuan ke-27 COMCEC meminta Central Bank di masing-masing negara anggota untuk menjawab kuesioner yang dikirim SESRIC, yaitu mengenai kebutuhan dan kapasitas masing-masing negara dalam merencanakan program capacity building dan training.

Pertemuan ke-27 COMCEC menyambut baik penyelenggaraan 11th OIC Central Banks and Monetary Authorities Meeting, yang difasilitasi oleh Pemerintah Malaysia bekerja sama dengan SESRIC. Pertemuan ini direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 13-16 November 2011, di Kuala Lumpur, Malaysia. COMCEC Coordination Office menghimbau agar negara-negara anggota untuk dapat berpartisipasi pada pertemuan dimaksud.

Page 51: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

49

Sementara itu, terkait dengan isu Capital Market Board, Pemerintah Turki juga menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraaan 2nd Meeting of the Forum pada bulan Oktober 2012 di Istanbul, Turki. COMCEC Coordination Office mengundang semua negara anggota untuk dapat berpartisipasi pada pertemuan dimaksud.

Poverty Alleviation (Agenda Item: 7)

Terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan, Pemri c.q. Kementerian Keuangan telah menyampaikan persetujuan peningkatan jurnlah kontribusi Indonesia ke ISFD menjadi sebesar USD 10 juta (pada Pertemuan ke-26 COMCEC Indonesia menyampaikan besaran pledge kontribusi Indonesia kepada ISFD sebesar USD 200.000). Kontribusi Pemri tersebut akan diberikan secara bertahap selama 4 (empat) tahun, yang dimulai pada tahun 2012. Sesuai dengan keputusan COMCEC ke-26, negara-negara anggota yang telah menyampaikan pledge-nya diminta untuk segera merealisasikannya.

Pertemuan ke-27 COMCEC meminta IDB menyiapkan laporan yang komprehensif mengenai status 16 proyek kapas yang tertinggal, khususnya yang belum mendapatkan pembiayaan dan menyampaikan laporan dimaksud kepada Sekretariat Jenderal OKI dan COMCEC Coordination Office. Khusus bagi negara-negara yang mengajukan proposal terkait proyek kapas, apabila belum menyampaikan permintaan bantuan dana diharapkan dapat menyampaikan surat resmi kepada IDS melalui otoritas yang berwenang.

Enhancing Relations with the Private Sector (Agenda Item: 8)

Pertemuan ke-27 COMCEC meminta negara-negara anggota untuk memfasilitasi penerbitan visa bagi pebisnis untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan di antara negara-negara anggota OKI dan meminta ICCl, ICDT, dan badan OKI lainnya untuk memberikan kesempatan bagi kalangan swasta dapat berpartisipasi dalam kegiatan kerja sama di bidang ekonomi - perdagangan.

Sampai saat ini ada 14 pertemuan di kalangan swasta telah dilakukan sepanjang tahun 2011 dan salah satunya adalah OIC Trade Expo yang diselenggarakan di Sharjah, UEA pada tanggal 24 - 26 April 2011.

Date of the 28th Session of the COMCEC (Agenda Item: 9)

Pertemuan ke-27 COMCEC menyepakati bahwa pertemuan COMCEC berikutnya akan dilaksanakan pada tanggal 8-11 Oktober 2012, dengan didahului oleh 28th Meeting of the Follow-up Committee tanggal 9-10 Mei 2012 di Istanbul, Turki.

Page 52: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

50

Any Other Business (Agenda Item: 10)

Pertemuan ke-27 COMCEC menyetujui tema Exchange of Views pada Pertemuan tingkat menteri ke-28 COMCEC yaitu "Enhancing Competitiveness of Small and Medium Enterprises in the Member States".

Exchange of Views on "The Impact of Transportation Networks on Trade and Tourism" (COMCEC Ministerial Meeting Agenda)

Mengingat kelancaran perdagangan dan pariwisata perlu didukung oleh transportasi dalam memfasilitasi pergerakan barang dan manusia. Delegasi Indonesia menyambut positif pelaksanaan sesi exchange of view mengenai dampak jaringan transportasi terhadap perdagangan dan pariwisata pada pertemuan ke-27 COMCEC. Diharapkan pembahasan ini akan menghasilkan pengembangan kebijakan transportasi di Negara-negara OKI.

Pada sesi ini, Delegasi Indonesia menyampaikan secara garis besar mengenai kebijakan-kebijakan dan pendekatan pengembangan transportasi nasional di Indonesia yang berdampak secara langsung dalam peningkatan kinerja perdagangan dan pariwisata di Indonesia.

D. Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral

1. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia - Brasil

Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Brasil dilaksanakan pada tanggal 3-4 Oktober 2011 di Jakarta.

Working Group on Trade and Investment

1) Indonesia menawarkan perdagangan produk-produk potensial di luar komoditas yang selama ini telah diekspor ke Brasil. Hal ini disambut baik oleh pihak Brasil dan menyambut baik tawaran Indonesia untuk bekerja sama dan saling bertukar informasi mengenai value-added products kedua negara.

2) Indonesia menyampaikan berbagai isu terkait hambatan perdagangan yang selama ini dihadapi Indonesia, di antaranya tuduhan dumping oleh Brasil terhadap beberapa produk Indonesia dan rencana pelarangan penjualan rokok kretek di Brasil. Indonesia mengharapkan agar Brasil dapat meminimalisir dan mengurangi pemberlakuan tuduhan dumping terhadap Indonesia, mengingat bahwa hal tersebut dapat mengganggu keharmonisan hubungan perdagangan kedua negara. Menanggapi hal tersebut, Brasil berjanji untuk menyampaikan isu terkait kepada Department of Trade Defence (DECOM) yaitu badan yang

Page 53: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

51

berwenang menangani urusan pengamanan perdagangan di Brasil dan mencoba menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Indonesia tersebut.

3) Selain itu, Indonesia juga menyampaikan perlunya memanfaatkan KADIN kedua negara dalam rangka meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara. Menanggapi hal tersebut Brasil mendukung kerja sama antara KADIN dan sektor swasta kedua negara. Selain itu, kedua belah pihak juga setuju untuk bertukar informasi mengenai event-event perdagangan yang berlangsung di kedua negara.

4) Brasil menyampaikan bahwa Menteri Luar Negeri Brasil akan mengunjungi Indonesia pada bulan November 2011 pada saat berlangsungnya ASEAN Summit Meeting di Bali bersama Misi Dagang Brasil yang akan mengunjungi Trade Expo Indonesia pada akhir bulan Oktober 2011.

5) Terkait MoU between the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia and the Ministry of Development, Industry and Foreign Trade of the Federative Republic of Brazil on Enhancing the Promotion of Trade and Investment, Indonesia masih menunggu tanggapan dari pihak Brasil. Brasil mengusulkan kemungkinan penandatanganan MoU tersebut dilakukan pada saat kunjungan Menteri Luar Negeri Brasil ke Bali pada bulan November 2011.

6) Indonesia menyambut baik keinginan Perusahaan VALE dari Brasil untuk kembali berinvestasi di Indonesia. Terkait hal tersebut, instansi terkait akan berkoordinasi dengan VALE untuk menginformasikan Kebijakan dan Peraturan investasi di Indonesia.

7) Brasil menyambut baik niat Indonesia untuk berpartisipasi dalam menyediakan suplai kebutuhan World Cup 2014 dan Olimpiade 2016 yang akan berlangsung di Brasil dan mengundang Indonesia untuk meninjau ke Brasil.

Working Group on Agriculture

Impor Daging Dari Brasil

1) Disampaikan bahwa merujuk pada hasil Peninjauan Kembali (PK) UU No. 18/2009 oleh Mahkamah Konstitusi terkait persyaratan impor ternak hidup dan daging sapi, kebijakan impor yang sebelumnya

Page 54: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

52

mengacu pada zone base berubah menjadi country base.

Impor Bebek dan Kalkun

2) Delegasi Brasil menanyakan mengenai rencana inspeksi oleh Indonesia terhadap unit pengolahan bebek dan kalkun di Brasil yang telah disepakati saat Consultative Committee on Agriculture (CCA) pada tahun 2010 dan awal 2011 yang sampai saat ini belum terlaksana. Terkait hal tersebut, delegasi Indonesia menyampaikan bahwa inspeksi tersebut memerlukan konsolidasi internal terlebih dahulu, namun diinformasikan bahwa kemungkinan Kementerian Pertanian akan melakukan inspeksi pada tahun 2012.

MoU antara Kementerian Pertanian dan EMBRAPA

3) Kementerian Pertanian (Kementan) mengusulkan agar penandatanganan MoU antara Kementan dan EMBRAPA dapat segera dilaksanakan, begitu juga dengan MoU Kerja sama Teknik kedua negara di bidang pertanian.

Working Group on Energy

1) Kedua belah pihak setuju untuk mengembangkan investasi di bidang energi, terutama dengan adanya Perusahaan Swasta Brasil yang telah beroperasi di Sulawesi Selatan. Disampaikan juga mengenai kemungkinan adanya investasi baru oleh di Wilayah Indonesia yang lain.

2) Delegasi Indonesia menyampaikan keinginannya untuk bekerja sama di sektor bio fuel/bio energy dan meminta informasi mengenai kebijakan dan pengalaman pemerintah Brasil dalam pengembangan bio fuel.

3) Disampaikan juga mengenai rencana pembentukan kerja sama teknik dan capacity buiding dengan pihak Brasil, sebagai tindak lanjut pertemuan antara delegasi Indonesia dengan APLA di Brasil pada bulan Juli 2011.

2. Pertemuan Pertama Bilateral Trade Ministers’ Forum (BTMF) Indonesia-India dan Konsultasi Pra - Negosiasi Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement (II-CECA)

Pertemuan pertama BTMF Indonesia-India didahului oleh pertemuan Konsultasi Pra-Negosiasi II-CECA yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2011 di Kementerian Perdagangan. Pelaksanaan perundingan II-CECA sendiri

Page 55: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

53

sudah diluncurkan oleh Presiden RI dan Perdana Menteri India pada saat kunjungan Presiden RI ke New Delhi, India bulan Januari 2011. Pada konsultasi ini para perunding kedua negara membahas langkah awal yang perlu dipersiapkan oleh kedua belah pihak dalam menghadapi perundingan II-CECA. Konsultasi juga mendiskusikan guiding principles dan modalitas umum yang akan digunakan dalam perundingan.

Sementara itu, pertemuan pertama BTMF Indonesia-India dihadiri oleh Menteri Perdagangan RI dan Menteri Perdagangan, Perindustrian dan Tekstil India serta didampingi oleh perwakilan dari Kementerian terkait. Pertemuan didahului dengan pertemuan tingkat Senior Officials Meeting (SOM) dan mendiskusikan sejumlah permasalahan perdagangan seperti larangan impor daging sapi dari India, hambatan non tarif yang dialami produk farmasi India, hambatan non tarif untuk ekspor biji pinang dan produk makanan Indonesia ke India serta struktur tarif India yang kompleks.

Pembentukan Working Group

Selain hal-hal tersebut, kedua Menteri menyepakati untuk membentuk dua Working Group, yakni: (i) Working Group on Trade and Investment; dan (ii) Working Group on Trade Facilitation and Resolution. Pembentukan kedua Working Group tersebut dilakukan sebagai upaya kedua negara untuk lebih meningkatkan laju perdagangan bilateral dalam rangka mencapai target volume perdagangan sebesar US$ 25 miliar pada tahun 2015. Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan pertama BTMF juga dituangkan dalam Joint Statement yang ditandatangani oleh kedua Menteri.

Sebagai penutup pertemuan BTMF, Menteri Perdagangan kedua negara berkesempatan untuk menyaksikan penandatanganan Memorandum of Undertanding (MoU) antara The Government of East Kalimantan and National Alumunium Company Limited mengenai Technical Cooperation on Alumunium Smelter Industry. MoU ini bertujuan untuk meningkatkan investasi dalam rangka pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui pembangunan industri Aluminium Smelter dan pembangkit listrik bertenaga batubara khususnya di Provinsi Kalimantan Timur. Estimasi investasi tersebut diperkirakan senilai US$ 4 miliar, smelter aluminium sebesar 0,5 juta metric ton dan pembangkit listrik sebesar 1.250 MW.

Page 56: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

54

Gambar 5. Penandatanganan Joint Statement

3. Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Ekuador

Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Ekuador yang dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2011 di Jakarta.

Situasi Ekonomi Dalam Negeri

Krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika banyak berpengaruh pada perekonomian dunia. Namun sampai saat ini belum ada dampak yang signifikan dari krisis tersebut terhadap perekonomian Indonesia. Diinformasikan bahwa baru-baru ini Presiden SBY telah meluncurkan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 di mana dalam Master Plan tersebut dapat dilihat road map Indonesia dalam 14 tahun mendatang. Master Plan ini membawa banyak peluang bisnis dan ekonomi bagi negara mitra Indonesia, termasuk Ekuador. Ekuador menyampaikan bahwa informasi mengenai MPEI ini sangat penting dan berguna dan akan mempelajarinya dalam rangka meningkatkan kerja sama perdagangan kedua negara.

Bidang Perdagangan dan Investasi

Pihak Ekuador mengusulkan adanya FTA antara Indonesia dan Ekuador. Hal ini akan sangat bermanfaat terutama bagi para pengusaha kedua negara. Menanggapi pihak Indonesia menyampaikan bahwa terdapat sentimen publik di Indonesia terhadap perjanjian FTA, oleh karena itu diusulkan mengenai kemungkinan pembentukan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang kiranya dapat lebih fokus dan terarah.

Bidang Energi Disampaikan bahwa Indonesia mempunyai sumber daya panas bumi yang mencukupi dan saat ini Indonesia sedang

Page 57: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

55

mengembangkan panas bumi sebagai sumber listrik yang ditargetkan dapat menyediakan hingga 12 gigawatt listrik bagi penduduk Indonesia. Diinformasikan juga bahwa di Indonesia terdapat Universitas dengan program studi ilmu Geologi hingga jenjang post graduate. Para lulusan tersebut mempunyai kualitas dan pemahaman yang baik dan selama ini telah membantu Indonesia dalam pengembangan energi panas bumi. Terkait hal tersebut, Indonesia mengundang pihak Ekuador untuk berinvestasi di sektor tersebut, mengingat sudah adanya MoU di bidang energi antara Indonesia-Ekuador. Saat ini sudah terdapat investasi perusahaan Bakrie Indonesia di tiga wilayah di Ekuador. Menanggapi hal tersebut, Ekuador yakin bahwa kedua negara dapat bekerja sama di sektor energi dan akan menkoordinasikan hal ini dengan Kementerian ESDM Ekuador.

Bidang Manajemen Bencana

Disampaikan bahwa dengan banyaknya bencana alam yang terjadi, Indonesia telah mengembangkan sistem peringatan bencana sendiri. Untuk itu, Indonesia menawarkan kepada Ekuador kerja sama di bidang teknologi early warning system bencana tsunami, konsep rumah tahan gempa bagi wilayah rawan gempa, dan information and technology di bidang manajemen bencana.

Bidang Komunikasi dan Informatika

Disampaikan bahwa sejak beberapa tahun lalu telah dijajaki kerja sama antara PT. Telkom dengan Perusahan Telekomunikasi Ekuador, Fondo de Solidaridad. Namun informasi terakhir yang diterima pihak Indonesia adalah bahwa Fondo de Solidaridad tidak lagi beroperasi. Untuk itu delegasi Indonesia meminta kepastian apakah ada pengganti dari perusahaan tersebut terkait dengan kerja sama dengan PT. Telkom. Ekuador menyampaikan bahwa pihaknya masih mencari pengganti dari Fondo de Solidaridad dan akan memberitahukan kepada Indonesia jika sudah terdapat informasi mengenai hal tersebut.

Bidang Budaya dan Pariwisata

Diinformasikan bahwa pada tahun 2007 telah ditandatangani MoU kerja sama di bidang Budaya dan terdapat juga MoU kerja sama di bidang Pariwisata. Sementara MoU mengenai perlindungan cagar budaya yang diajukan Ekuador sedang dalam pembahasan internal oleh instansi terkait di Indonesia.

Page 58: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

56

4. Pertemuan ke-3 Joint Study Group (JSG) Indonesia-Korea

Pertemuan ke-3 Joint Study Group (JSG) Indonesia - Korea diselenggarakan pada tanggal 10 Oktober 2011 di Jakarta. Pertemuan bertujuan untuk memfinalisasi Draft JSG Report for A Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) between Indonesia and Korea yang telah disusun oleh kedua pihak.

Pertemuan ke-3 JSG Indonesia - Korea terbagi atas dua sesi yaitu plenary Session dan Sub-Group Session. Kedua pihak sepakat untuk membagi Sub-Group menjadi dua yaitu: Sub-Group I yang membahas Trade in Goods dan Sub- Group II yang membahas Trade in Services, Investment, and Economic Cooperation.

Sub-Group I: Trade in Goods

Sub-Group I bertugas untuk membahas dan menyusun Draft JSG Report yang terkait dengan trade in goods, non-tariff measures, trade remedy, intellectual property of rights, customs procedures dan trade facilitation, serta possible economic effects of a CEPA yang terdapat pada chapter 3.

Kedua pihak sepakat untuk mengadopsi beberapa paragraf yang telah disepakati pada pertemuan ke-2 JSG.

Sebagai upaya penyusunan Draft JSG Report dengan lebih concise dan comprehensive, kedua pihak juga sepakat untuk memodifikasi dan menyusun kembali label dan gambar serta menempatkannya ke dalam halaman annex.

Pada Chapter III, kedua pihak sepakat untuk menggunakan Computable General Equilibrium (CGE) model khususnya simulasi 2 dan 3 guna menganalisis possible effect of Korea-Indonesia CEPA. Pada Chapter IV, kedua pihak sepakat untuk membahas mengenai konsistensi isi dari chapter tersebut dengan chapter yang lainnya.

Sub-Group II: Trade in Services and Investment

Sub-Group II bertugas untuk membahas dan menyusun Draft JSG Report yang terkait dengan trade in services, investment, government procurement, economic cooperation, dan capacity building.

Kedua pihak sepakat untuk melakukan modifikasi dan revisi terhadap Draft JSG Report menjadi lebih concise, balanced, dan consistent.

Kedua pihak sepakat untuk hanya menggunakan data ekspor guna menghindari adanya overlapping antara data ekspor dan impor yang ada dalam trade in services. Dalam kesempatan ini, kedua pihak juga sepakat untuk

Page 59: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

57

memasukkan paragraf mengenai ekspor perdagangan jasa Indonesia untuk menjaga keseimbangan isi dari Draft JSG Report.

Terkait dengan investment dan guna tetap menjaga keseimbangan isi dari Draft, kedua pihak juga sepakat untuk menggunakan data statistik yang bersumber dari Indonesia dan Korea. Dalam hal ini, kedua pihak sepakat untuk memasukkan data realisasi investasi Korea di Indonesia yang bersumber dari BKPM.

Terkait dengan Government Procurement (GP), meskipun kedua negara memiliki pandangan yang berbeda, kedua pihak sepakat untuk memasukkan posisi GP dari kedua negara secara pararel. Dalam hal ini Korea mengharapkan adanya liberalisasi government procurement di Indonesia. Sementara, Indonesia menekankan mengenai pentingnya capacity building dalam area government procurement.

Terkait dengan economic cooperation, kedua pihak mengharapkan agar kerja sama ekonomi dalam kerangka CEPA merupakan kerja sama di luar kerja sama yang sudah ada dan telah ditandatangani oleh kedua negara.

Plenary

Dalam plenary sesion, kedua pihak memfinalisasi JSG Report, Executive Summary, serta Summary Record of The Meeting.

Dalam conclusion dari JSG report telah menyebutkan bahwa possible effect dari adanya CEPA antara kedua negara dengan adanya penghapusan tarif dari High Sensitive List under AKFTA, Indonesia akan mengalami peningkatan welfare sebesar US$ 7,97 juta dengan pertumbuhan GDP sebesar 0,03%. Sementara Korea akan mengalami peningkatan welfare sebesar USS 1,5 miliar dengan pertumbuhan GDP sebesar US$ 0,13%. Namun, jika mempertimbangkan peningkatan produktivitas dari beberapa sektor utama dalam kerangka CEPA termasuk trade in goods, trade in services, investment dan economic cooperation, maka Indonesia akan memperoleh peningkatan welfare sebesar US$ 10,6 miliar dengan pertumbuhan GDP sebesar 4,37%.

Dalam conclusion juga telah disepakati bahwa possible coverage of CEPA antara Indonesia dan Korea meliputi trade in goods, trade in services and investment, non-tariff measures, trade remedy, government procurement, intellectual property rights, customs procedures and trade facilitation, and economic cooperation including capacity building.

Page 60: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

58

Dalam recommendation dan JSG Report juga telah disebutkan bahwa beberapa prinsip dasar Indonesia — Korea CEPA antara lain:

1) CEPA harus sesuai dengan peraturan WTO serta mempertimbangkan multilateral dan bilateral arrangement lain yang sudah dibuat oleh Indonesia dan Korea dengan mitra negara lainnya.

2) Untuk menjaga suasana kondusif dalam perundingan Indonesia-Korea CEPA, agar lebih menekankan perhatian khusus pada sektor-sektor sensitif di negara masing-masing.

3) Arsitektur CEPA meliputi tiga unsur antara lain: (i) Market Access on Trade in Goods and Services; (ii) Facilitation on Trade and Investment; dan (iii) Economic Cooperation termasuk Capacity Building.

Dalam JSG Report juga memuat beberapa rekomendasi antara lain terkait dengan: trade in goods; trade in services and investment; economic cooperation; other issues: trade remedy, government procurement, intellectual property rights and customs procedures and trade facilitation, dan negotiation.

Trade in Goods Pada trade in goods, JSG memberikan rekomendasi agar Indonesia-Korea CEPA dapat menegosiasikan dan mempertimbangkan liberalisasi lebih jauh mengenai produk Sensistive List (SL) dan High Sensitive List (HSL) di bawah kerangka ASEAN-Korea FTA dan rule of origin dan produk tertentu dengan maksud untuk meliberalisasi lebih jauh akses pasar di kedua negara di luar AKFTA tersebut.

Trade in Services and Investment

Pada sektor Trade in Services and Investment, JSG memberikan rekomendasi agar trade in services dalam kerangka CEPA dapat memasukkan commitments yang lebih spesifik dibandingkan dengan apa yang sudah disepakati dalam AKFTA dengan maksud untuk dapat menikmati preferential treatment di berbagai area di Iuar AKFTA. Terkait dengan investment, JSG merekomendasikan agar CEPA dapat memberikan perlindungan yang lebih baik, transparansi, dan mekanisme penyelesaian sengketa yang lebih efektif kepada para investor dari kedua negara dengan tujuan untuk mempromosikan investasi dengan cara yang saling menguntungkan dan memberikan kontribusi dalam penguatan kerja sama kemitraan strategis antara kedua negara di masa datang.

Page 61: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

59

Economic Cooperation Terkait dengan economic cooperation, JSG berpandangan bahwa dalam rangka meningkatkan kerja sama yang lebih jauh dan saling menguntungkan, maka ruang lingkup kerja sama dalam CEPA meliputi agriculture, fishery, and forestry development termasuk SPS, food safety and quarantine; industrial development including acceleration of upstream and downstream industries; TBT; mineral and energy sector; environment: Information and Communication Technology (ICT) industry; dan business to business dialogues.

Secara umum, JSG merekomendasikan bahwa CEPA akan layak dan dapat membawa keuntungan bersama bagi Indonesia dan Korea. Disarankan agar Pemerintah dari kedua negara dapat mengambil langkah yang diperlukan sesuai dengan internal procedure dari masing-masing negara guna pembentukan CEPA. JSG juga merekomendasikan kepada kedua negara agar dapat melakukan konsultasi maupun sosialisasi kepada seluruh stakeholders termasuk business people, politicians, government officials, and civil society.

Dalam kesempatan plenary, Ketua Delegasi dari kedua pihak menekankan kembali bahwa sebagai tindak lanjut finalisasi atas JSG Report. Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea dapat menyelesaikan internal procedure terlebih dahulu sebelum dilakukan launching yang direncanakan pada bulan November 2011.

Pada akhir pertemuan. Ketua Delegasi dari kedua pihak menyampaikan harapannya agar hasil studi yang termuat dalam JSG Report dapat menjadi basis dan referensi bagi Pemerintah kedua negara dalam mengambil langkah yang tepat guna pembentukan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) between Indonesia and Korea.

5. Pertemuan Working Level Task Force (WLTF) Indonesia-Korea ke-2

Pertemuan Working Level Task Force (WLTF) Indonesia-Korea ke-2 dilaksanakan pada tanggal 24-25 Oktober 2011 di Seoul. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional dari Kemenko. Sedangkan Delegasi Korea dipimpin oleh Deputy Minister for International Affairs, Ministry of Knowledge Economy.

Page 62: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

60

Working Group on Trade and Investment

Pertemuan diawali dengan penyampaian hubungan perdagangan dan investasi bilateral Indonesia-Korea terkini yang semakin erat. Kedua Pimpinan juga mengakui peningkatan hubungan yang telah dicapai oleh kedua negara sejak pertemuan pertama di Bali pada bulan Mei 2011. Diharapkan pertemuan WGTI ini dapat memperkuat kerja sama kedua negara, terutama terkait dengan implementasi MP3EI.

Economic Cooperation Goals

Kedua Pimpinan menyepakati Economic Cooperation Goals, yaitu pencapaian volume perdagangan bilateral sebesar US$ 40 juta pada tahun 2014 dan US$ 100 juta pada tahun 2020. Target perdagangan tersebut rencananya akan diumumkan pada pertemuan Pimpinan kedua negara di Bali pada bulan November 2011. Penetapan pencapaian target tersebut juga didukung dengan kajian ilmiah yang dipaparkan oleh pihak Korea dengan judul Bilateral Trade Vision between Indonesia and Korea yang antara lain mencakup potensi, hambatan dan usulan solusi bagi hubungan perdagangan dan investasi bilateral dalam rangka mencapai target 2014 dan 2020.

Investasi Terkait dengan investasi, pihak Indonesia sepakat untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengatasi hambatan yang dihadapi oleh investor Korea di Indonesia. Pihak Indonesia meminta Korea untuk membuat daftar isu-isu yang dihadapi secara spesifik oleh perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia sehingga mempermudah Pemerintah Indonesia dalam mencari penyelesaian isu tersebut. Indonesia juga akan mempertimbangkan permintaan Korea untuk menyediakan Korean desk di BKPM.

Terkait dengan promosi investasi yang sesuai dengan implementasi MP3EI, Korea (KOTRA) mengajukan proposal pengiriman delegasi untuk melakukan riset investasi bersama secara mendalam ke Indonesia. Pengiriman delegasi tersebut direncanakan untuk dilakukan pada tanggal 28 November-2 Desember 2011.

Pada kesempatan ini, Badan Promosi Investasi Korea yang memiliki 111 business centers di 76 negara, juga menyampaikan paparan mengenai Invest Korea. Paparan tersebut antara lain mencakup sistem pelayanan “one stop service” yang terdiri dari pro-investment consultation, execution, dan after care. Perwakilan KADIN Komite Korea memberi masukan agar Korea memperhatikan partisipasi local businesses dalam investasi yang dilakukan Korea di

Page 63: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

61

Indonesia, dan meminta investor Korea untuk menyampaikan localization plan dan rencana partnership dengan local businesses.

Indonesia, c.q. Kementerian Perdagangan, akan menyampaikan designate contact sebagai tindak lanjut proposal How to Plan and Operate Trade Master Program yang diajukan Korea bagi profesor dan pejabat Indonesia. Ketua delegasi Indonesia meminta agar peserta pelatihan tersebut juga mencakup praktisi.

Kedua pihak menyambut baik Joint Study Report yang merekomendasikan pembentukan sebuah comprehensive economic partnership agreement (CEPA) antara Indonesia dan Korea. Terkait permintaan Korea untuk melakukan launching of negotiation pada pertemuan Pimpinan kedua negara di bulan November 2011 Indonesia menegaskan kembali bahwa Indonesia harus melakukan berbagai prosedur internal terlebih dahulu, termasuk mengadakan sosialisasi Joint Study Report kepada stakeholders. Kedua belah pihak sepakat akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk pembentukan CEPA.

Plenary Session

Plenary Session dipimpin secara bersama oleh Deputi bidang Kerja Sama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Deputy Minister for International Affairs, Ministry of Knowledge Economy.

Mengawali pertemuan, kedua Ketua Delegasi menyampaikan apresiasi terhadap upaya bersama delegasi kedua negara yang telah melaksanakan diskusi yang intensif dan produktif. Kedua pimpinan pertemuan percaya bahwa kedua negara akan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi untuk peningkatan kerja sama yang saling menguntungkan. Pihak Korea mengharapkan dengan finalisasi pembentukan Joint Secretariat, kedua negara dapat memanfaatkannya untuk mengoptimalisasi kerja sama bilateral. Terms of Reference Joint Secretariat rencananya akan ditandatangani pada pertemuan Pimpinan kedua negara pada bulan November 2011 di Bali. Acara Pertemuan WLTF Indonesia-Korea ke-2 diakhiri dengan penandatanganan Agreed Minutes oleh kedua Ketua Delegasi.

Page 64: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

62

6. Indonesia-Rusia High Level Meeting on Bilateral Economic Cooperation dan Indonesia-Russia Business Forum

Pertemuan bilateral Indonesia-Rusia berlangsung pada tanggal 27 Oktober 2011 di Jakarta. High Level Meeting dipimpin oleh Menko Perekonomian dan Business Forum dipimpin oleh Mendag.

Gambar 6. Mendag Membuka Forum Bisnis Indonesia - Rusia

Pelaksanaan Pertemuan Indonesia-Russia High Level Meeting on Bilateral Economic Cooperation tersebut merupakan tindak lanjut hasil pertemuan bilateral antara Menko Perekonomian dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia pada tanggal 18 Juni 2011 di sela-sela acara Saint Petersburg Economic Forum (SPIEF) 2011 yang berlangsung di St. Petersburg, Rusia, membahas peningkatan hubungan ekonomi kedua negara.

Peningkatan Kerja Sama Indonesia - Rusia

Sebelum dilakukan pertemuan tersebut Menko Perekonomian RI dan Deputi Perdana Menteri Rusia melakukan pertemuan tete a tete. Menko Perekonomian menyampaikan pentingnya meningkatkan hubungan kerja sama bilateral kedua negara, khususnya di bidang teknologi dan energi serta merealisasikannya ke dalam proyek-proyek yang nyata. Selain di kedua bidang tersebut, Menko Perekonomian juga menyampaikan bahwa telah terjalin kerja sama di berbagai bidang seperti transportasi, yaitu kerja sama dalam perkeretaapian dan pembelian helikopter kargo serta rencana pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia, serta pariwisata.

Pada pertemuan Indonesia-Russia High Level Meeting on Bilateral Economic Cooperation, kedua belah pihak membahas berbagai hal mengenai peluang, rencana, dan

Page 65: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

63

hambatan kerja sama bilateral kedua negara di berbagai bidang.

Kerja Sama Perdagangan

Kedua pihak sepakat untuk memperluas kerangka kerja sama selama keketuaan Rusia dalam APEC di tahun 2012 dan keketuaan Indonesia pada forum yang sama di tahun 2013.

Kedua pihak sepakat bahwa meskipun tren perdagangan bilateral kedua negara terus menunjukkan peningkatan namun volume perdagangan tersebut belum mencerminkan potensi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, disepakati untuk mendorong dan meningkatkan volume perdagangan kedua negara sehingga pada tahun 2015 volume perdagangan kedua negara ditargetkan mencapai US$ 5 miliar.

Untuk mencapai target dimaksud, pihak Indonesia mengusulkan beberapa hal yang perlu dilakukan kedua belah pihak diantaranya adalah: (i) menyelenggarakan trade and investment mission minimal 1 kali setahun di masing-masing negara; (ii) melakukan pertukaran informasi peluang dagang melalui business council; (iii) mengurangi hambatan perdagangan di kedua negara; (iv) mengikuti international exhibition; (v) memberlakukan sistem pembayaran yang dapat diterima kedua negara; (vi) meningkatkan hubungan perbankan; dan (vii) menggali kemungkinan membangun Comprehensive Partnership Agreement (CPA).

Pihak Rusia mendukung usulan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan dan mengusulkan agar rencana pertemuan antara Menteri Perdagangan RI dengan Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia yang tidak jadi berlangsung di Jakarta bulan Oktober 2011 dapat dilangsungkan di Honolulu, Hawai, pada saat pertemuan APEC.

Terkait dengan modernisasi ekonomi, kedua belah pihak mempunyai pandangan yang sama tentang pentingnya kerja sama dan saling mendukung untuk modernisasi ekonomi kedua negara. Disepakati pula bahwa Indonesia akan mempelajari secara mendalam pengembangan modernisasi ekonomi Rusia yang terimplementasi dalam Skolkovo Innovation Center sedangkan Rusia akan berpatisipasi dalam pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.

Page 66: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

64

7. The 11th Joint Commision for Bilateral Cooperation (JCBC) between Indonesia and Malaysia

Pertemuan JCBC berlangsung pada tanggal 11 Oktober 2011 dipimpin oleh Menteri Luar Negeri kedua Negara.

Mengawali pertemuan, kedua Menteri menyampaikan appresiasinya atas perkembangan kerja sama dan hubungan baik yang selama ini telah berhasil dijalin oleh kedua belah pihak, khususnya sejak diselenggarakannya the 10th Meeting of the Joint Comission for Bilateral Cooperation yang diadakan di Jakarta pada tanggal 7-8 Desember 2010 dan disusul dengan pertemuan Kepala Negara kedua Negara, the 7th Leaders Annual Consultation di Putrajaya, Malaysia, pada tanggal 18 Mei 2010; serta berkomitmen untuk menjadikan Joint Commission on Bilateral Cooperation (JCBC) sebagai suatu wadah pertemuan bilateral yang secara reguler dilaksanakan guna menggali potensi dan memonitor kemajuan kerja sama kedua negara.

Mekanisme Kerja JCBC Dalam rangka mengefektifkan mekanisme kerja JCBC, kedua Menteri telah pula menyepakati Concept Paper of the Revitalization of the JCBC Between the Republic of Indonesia and Malaysia. Dengan mekanisme baru JCBC ini, maka 3 (tiga) woking groups (kelompok kerja) di bawah koordinasi JCBC yang pembentukannya telah disepakati pada the 10th JCBC Meeting berdasarkan keputusan Kepala Negara pada the 7th Annual Consultation, diharapkan dapat bekerja melengkapi kinerja JCBC. Ketiga kelompok kerja tersebut adalah: (i) Kelompok Kerja Politik, Keamanan dan Isu Perbatasan; (ii) Kelompok Kerja Isu Ekonomi; dan (iii) Kelompok Kerja Sosial-Budaya. Dengan demikian semua kerja sama bilateral Indonesia-Malaysia yang telah ada, di antaranya termasuk Joint Trade and Investment Committee (JTIC) yang membidangi pembahasan draf revisi BTA dan Joint Committee lainnya, diharapkan dapat menyampaikan kemajuan perundingannya masing-masing kepada kelompok kerja tersebut.

Berdasarkan konsep revitalisasi JCBC tersebut disepakati bahwa kelompok kerja bertemu sebelum/menjelang pertemuan JCBC yang berlangsung setiap 6 (enam) bulan. Oleh karenanya, kelompok kerja sama lainnya (komite lainnya) diharapkan dapat bertemu sebelum atau sesudah pertemuan kelompok kerja tersebut.

Page 67: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

65

Gambar 7. 11th

Meeting of the JCBC

Perkembangan Kerja Sama Indonesia - Malaysia

Pertemuan secara khusus membahas perkembangan beberapa kerja sama di antara kedua Negara, yaitu: (i) Review of Progress on Maritime Boundaries Delimitation; (ii) Review of Progress on Standard Operating Procedures (SOP) and Rules of Engagement (ROE); (iii) Implementation of the Protocol to Amend the Memorandum of Understanding (MOU) on the Recruitment and Placement of Indonesian Domestic Workers 2006 yang telah ditandatangani kedua Negara pada 30 Mei 2011; (iv) Welfare of Migrant Workers; (v) Progress on the Community Learning Center in Sabah; (vi) Cooperation on Consular Matters; (vii) Revitalization of the Eminent Persons Group; dan (viii) Exchange of Visit Between Senior Officials of Indonesia – Malaysia.

Pertemuan juga mencatat perkembangan penyelesaian 15 MOU/Agreements yang masih tertunda hingga saat ini, salah satu di antaranya adalah draf Revisi Border Trade Agreement (BTA). Dalam pembahasan isu ini, Direktur Kerja Sama Bilateral, yang dalam kesempatan ini memimpin Delegasi dari Kementerian Perdagangan, melaporkan proses konsultasi yang sedang dilakukan hingga saat ini. Untuk dapat memfinalisasi draf revisi BTA dimaksud sebelum dibahas bersama dengan pihak Malaysia, Indonesia masih harus melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian terkait khususnya untuk membahas beberapa pending issues terkait dengan, antara lain nilai barang yang diperdagangkan di wilayah perbatasan, exit/entry points, dan negative list. Lebih lanjut, Indonesia menyampaikan harapannya agar Malaysia juga melakukan upaya yang sama di dalam negeri

Page 68: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

66

agar kedua belah pihak dapat melanjutkan pembahasan draft revisi tersebut setelah terhenti selama dua tahun dan melaporkan perkembangannya pada pertemuan JCBC yang akan datang pada kuartal I tahun 2012. Pihak Malaysia menyambut baik harapan Indonesia dan mengusulkan rencana pertemuan BTA pada akhir bulan Oktober 2011 setelah pertemuan Annual Consultation yang akan berlangsung di Lombok, Indonesia tanggal 20 Oktober 2011.

Meskipun waktu sangat sempit menuju the 8th Annual Consultation, namun kedua Menteri meminta kelompok kerja sama tertentu khususnya yang proses pembahasan MOU/Agreements sudah pada tahap akhir, dapat segera bertemu dan menyelesaikannya agar dapat dilaporkan dan ditandatangani pada pertemuan Annual Consultation tanggal 20 Oktober di Lombok.

Pada kesempatan lain dalam pertemuan, Indonesia juga meminta dukungan Malaysia untuk menyukseskan penyelesaian target dan prioritas ASEAN dan proposed outcomes dari ASEAN Summit (antara lain Bali Declaration, Emerging Regional Architecture) pada masa Keketuaan Indonesia di ASEAN pada tahun 2011 ini.

E. Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Jasa

Preparatory Meeting ASEAN-China FTA Joint Committee (ACFTA-JC)

Preparatory Meeting ASEAN-China FTA Joint Committee (ACFTA-JC) berlangsung pada tanggal 18-20 Oktober 2011 di Makati, Filipina.

Pada Preparatory Meeting ASEAN-China FTA Joint Committee (ACFTA-JC), terkait perkembangan perdagangan jasa, disampaikan bahwa saat ini pada ASEAN China Trade Negotiations Committee (ACTNC) ke-37. Pertemuan mencatat revisi yang disampaikan Malaysia dan Myanmar mengenai perubahan Horizontal Commitment yang akan dilampirkan dalam "Protocol to Implement the 2nd Package of Specific Commitments ACFTA".

Protokol Komitmen Paket ke-2

Pada pertemuan ke-38 ACTNC, China telah memfinalisasi dan mengonfirmasikan revisi atas Commitment paket ke-2 Malaysia dan Myanmar. Sebagai persiapan penandatanganan Draf Protokol komitmen paket ke-2 tersebut para pihak terkait diharapkan dapat mempersiapkan prosedur internal penandatanganan para Menteri Ekonomi pada Pertemuan ke-14 ASEAN China

Page 69: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

67

Summit yang direncanakan akan diselenggarakan pada bulan November 2011 di Bali, Indonesia.

Dalam paket kedua tersebut, Indonesia memberikan komitmen tambahan dengan menghapus ketentuan income tax law pada mode 3 National Treatment, serta memberikan komitmen di beberapa sub-sektor sebagai berikut:

1) Financial services: Non banking services (limited to factoring services) CPC 8113.

2) Air transport services:

a) Aircraft repair and maintenance services;

b) Computer reservation system services ; and

c) Selling and marketing.

3) Maritime services:

a) Passenger transportation, excluding cabotage (CPC 7211);

b) Freight transportation, excluding cabotage (CPC 7212);

c) Maritime cargo handling services; and

d) Rental of vessel without crew.

Ratifikasi Protocol to Implement The Second Package of Specific Commitments Under The Agreement on Trade in Services of The Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between The Association of Southeast Asian Nations and The People's Republic of China.

Pelaksanaan Ratifikasi Final offer Indonesia telah diselesaikan, dirundingkan, dan telah disetujui oleh seluruh kementerian pada bulan September 2009. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia perjanjian tersebut belum dapat diimplementasikan sebelum diratifikasi. Sementara itu, untuk melaksanakan ratifikasi perlu menunggu ditandatanganinya Protocol To Implement The Second Package of Specific Commitments Under The Agreement on Trade in Services of The Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation Between The Association of Southeast Asian Nations and The People's Republic of China. Dengan demikian sampai saat ini belum dapat dipastikan bahwa perjanjian tersebut dapat diimplementasikan pada tanggal 1 Januari 2012.

Page 70: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

68

BAB II PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

A. Kendala dan Permasalahan

Sidang Komite Anti Dumping

Ketua Committee on Anti Dumping Practices menekankan kepada seluruh negara anggota agar menyampaikan semi-annual report of AD actions secara berkala serta melakukan notifikasi atas preliminary and final determination of anti dumping actions kepada Sekretariat Komite. Sekretariat komite mendorong kepada peserta untuk dapat menyampaikan paper dalam Working Group on Implementation dan informal group on circumvention agar dapat dibahas dalam agenda sidang berikutnya.

Pertemuan ASEAN - India Trade Negotiating Committee (AI-TNC) ke - 29 dan Pertemuan Terkait Lainnya

Secara umum India menginginkan Indonesia untuk membuat offer dengan level komitmen yang sama dengan apa yang telah dikomitmenkan pada kerangka AANZFTA, di mana diketahui ada beberapa subsektor di AANZFTA yang belum di-offer pada ASEAN-India antara lain Legal Services, Building Completion and Finishing Works Education Services, Banking and other Financial Services, Hospital Services, dan Air Transport Services.

Indonesia telah mengindikasikan akan menambahkan tiga sub sektor baru untuk di-offer yang tidak dikomitmenkan di AANZFTA, namun India menyatakan belum puas.

Disepakati agar ASEAN Member States dapat menyampaikan revised offer yang baru pada tanggal 15 November 2011. Indonesia menegaskan bahwa sangat sulit untuk menambah offer, jika India tidak dapat menerima indikasi tambahan offer Indonesia, maka Indonesia tidak akan merubah offer pada bulan Juli 2011, mengingat telah dilakukan pertemuan dan dikirimkannya surat kepada sektor-sektor untuk menambahkan offer. Namun sedemikian jauh belum ditanggapi atau tidak menyetujui sektornya untuk di-offer ke India, maka perlu adanya arahan dari Menteri Perdagangan untuk arah perundingan tersebut.

Pertemuan Preparatory Meeting ASEAN-China Joint Committee

Rangkaian Pertemuan Preparatory Meeting ACFTA-JC, berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan sejumlah kesepakatan, namun masih terdapat perbedaan pendapat terhadap beberapa isu yang masih memerlukan pembahasan lebih lanjut.

Page 71: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

69

Perlu dilakukan koordinasi lintas kementerian/lembaga secara intensif dan berkesinambungan sebelum dan sesudah sidang dilaksanakan. Tujuannya agar dapat mengikuti perkembangan hasil perundingan dan juga dalam mempersiapkan bahan posisi untuk negosiasi selalu siap dan lengkap sehingga mempermudah dalam memberikan masukan dalam pertemuan.

Pertemuan 27th Session of the COMCEC

Sehubungan dengan telah ditandatanganinya the Protocol on Preferential Tariff Scheme (PRETAS) dan Rules of Origin (RoO), Ditjen KPI akan melaksanakan rapat koordinasi guna menyelesaikan proses ratifikasi kedua agreement tersebut termasuk penyusunan Offer List of Products (OLP).

B. Tindak Lanjut Penyelesaian

Sidang Komite Anti Dumping

Pemerintah Indonesia perlu memberikan perhatian khusus atas pertanyaan Turki yang telah disampaikan dalam beberapa kali dalam Sidang Reguler Komite Anti Dumping terkait kasus tepung terigu yang hingga saat ini belum ada keputusan akhir apakah dikenakan Bea Masuk Anti Dumping atau tidak. Sidang Reguler Committee on Anti Dumping Practices berikutnya sebaiknya dapat dimanfaatkan Indonesia untuk menyampaikan keberatan atas peraturan nasional anti dumping atau proses penyelidikan anti dumping negara anggota lainnya yang merugikan atau mengancam terjadinya kerugian ekspor Indonesia di negara tersebut.

Pertemuan ASEAN - India Trade Negotiating Committee (AI-TNC) ke - 29 dan Pertemuan Terkait Lainnya

Terkait dengan disepakatinya untuk disusun daftar sektor yang menjadi interest ASEAN terkait Mutual Recognition Arrangement (MRA) ASEAN-India Free Trade Area, maka diharapkan agar Kementerian terkait yang menangani MRA di ASEAN untuk dapat menyampaikan indikasi mengenai kemungkinan dapat dilakukannya MRA dengan India.

Indonesia c.q. BKPM akan melakukan rapat konsultasi baik internal maupun inter - kementerian guna membahas isu-isu utama baik yang berkaitan dengan rumusan naskah maupun modalitas negosiasi perjanjian investasi ASEAN-lndia termasuk menyiapkan bahan posisi Indonesia untuk pertemuan ASEAN-lndia Working Group on Investment berikutnya.

Page 72: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

70

Pertemuan Preparatory Meeting ASEAN-China Joint Committee

Agar target Indonesia pada Pertemuan Working Group Economic Cooperation (WGEC) berikutnya dapat dicapai, hasil pertemuan WGEC di Makati ini agar ditindaklanjuti para pemangku kepentingan. Delegasi Indonesia harus proaktif menghubungi lembaga terkait di lapangan baik di Indonesia maupun di luar negeri dengan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan secara komprehensif. Hasil pertemuan ini agar didesiminasikan dan didukung oleh komunikasi yang intensif dengan semua pemangku kepentingan dan pihak terkait.

Pertemuan 27th Session of the COMCEC

Dalam rangka memenuhi prosedur ratifikasi Trade Preferential System-Organisation of Islamic Conference (TPS-OIC), Ditjen KPI akan mengadakan rapat koordinasi untuk membahas: draf terjemahan the Protocol on Preferential Tariff Scheme (PRETAS) dan Rules of Origin (RoO), serta naskah penjelasan (uraian latar belakang, arti penting ratifikasi, dan pokok-pokok dari isi PRETAS dan RoO), untuk dibahas dan diberi tanggapan/masukan pada rapat tersebut.

Page 73: 10 lapbul oktober 2011.pdf

Laporan Bulanan Ditjen KPI Periode Oktober 2011

71

BAB III PENUTUP

Kesimpulan umum Selama bulan Oktober 2011, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah berpartisipasi dalam berbagai perundingan baik di forum multilateral, regional, dan bilateral. Dari perundingan tersebut diperoleh beberapa hasil kesepakatan, yaitu: Joint Statement, Agreed Minutes, Summary of Discussions, Summary Record, dan Summary of Outcomes. Sementara itu sebagian perundingan lainnya sedang dalam proses pembahasan.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional menyadari adanya kendala-kendala dalam mencapai kesepakatan kerja sama perdagangan internasional dalam berbagai perundingan internasional baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal-hal yang belum optimal dilaksanakan pada bulan ini menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan. Sedangkan hal-hal yang harus ditindaklanjuti menjadi catatan untuk pelaksanaan kinerja pada bulan berikutnya oleh unit terkait.

Page 74: 10 lapbul oktober 2011.pdf