Upload
atna-ryan
View
118
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
DR I.B.GD SURYA PUTRA P, SpFBAGIAN IKF DAN ML FK UGM/
RSUP DR SARDJITO
PENDAHULUAN50 – 75 % KASUS YG MASUK UGD RS DI
JAKARTA ADALAH KASUS-KASUS FORENSIK KLINIK
CONTOH KASUS FORKLIN : TRAUMA KLL, PENGANIAYAAN , KERACUNAN, KDRT, & KEJAHATAN SEKSUALS
BAGAIMANA DI RSUP DR SARDJITO?SIAPA YANG MENGERJAKAN?LANGSUNG DIKERJAKAN ATAU DARI RM?
DASAR HUKUMPASAL 133 KUHAP :(1)Dalam hal penyidik utk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yg diduga karena peristiwa yg merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Lanjutan.........................................(2)Permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yg dalam surat itu disebutkan dgn tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Lanjutan.....................................Pasal 179 KUHAP (1) : Setiap orang yg diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi peradilan
Pasal 186 KUHAP : Keterangan ahli ialah apa yg seorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 187 (c) : Surat keterangan dari seorang ahli yg
memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau suatu keadaan yg diminta secara resmi kepadanya.
Istilah atau nama visum et repertum didalam KUHAP maupun didalam RIB (Reglemen Indonesia yg diBaharui) tidak pernah disebut, Namanya hanya disebut didalam Statsblad atau Lembaran Negara No.350 tahun 1937 pasal 1 dan 2
Pasal 184 (1) KUHAP : alat bukti yang syah adalah :
keterangan saksiKeterangan ahliSuratPetunjukKeterangan terdakwa
Dari pasal-pasal di atas tampak bahwa yg dimaksud keterangan ahli maupun surat dalam KUHAP sepadan dengan yg dimaksud dgn VER dalam Statsblad No. 350 tahun 1937.
SANKSIKewenangan penyidik meminta VER
mengakibatkan kewajiban bagi dokter yg dimintai VER
Kewajiban tsb dituangkan dalam bentuk sanksi bagi pelanggarnya, spt yang tertera di dalam pasal 216, dan 222 KUHP
Pasal 216 KUHP (1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti
perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa utk mengusut atau memeriksa tindak pidana, demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
Lanjutan.................................. Diancam dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah
Pasal 222 KUHP Barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
DEFINISI VISUM ET REPERTUMKETERANGAN YG DIBUAT OLEH DOKTER
ATAS PERMINTAAN PENYIDIK YG BERWENANG MENGENAI HASIL PEMERIKSAAN MEDIK TERHADAP MANUSIA BAIK HIDUP ATAU MATI ATAUPUN BAGIAN ATAU DIDUGA BAGIAN TUBUH MANUSIA BERDASARKAN KEILMUANNYA DAN DIBAWAH SUMPAH, UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN
PERANAN DAN FUNGSI VERSebagai alat bukti yg syahSebagai pengganti barang buktiSebagai jembatan ilmu kedokteran dan ilmu
hukum
JENIS VISUM ET REPERTUM• Ada 3 yaitu :1. V ER Korban hidup (klinik) :
a. VER Lukab. VER Keracunanc. VER Kejahatan seksual
2. VER jenasah 3. VER Psikiatrikum
STRUKTUR DAN ISI VERHarus dibuat memenuhi ketentuan umum
yaitu :a.Diketik diatas kertas berkepala surat instansi
pemeriksab.Bernomer dan bertanggalc.Mencantumkan kata “Pro justitia” di bagian
atas (kiri atau tengah)a.Menggunakan bahasa Indonesia yg baik dan
benar
Lanjutan.....................................e. Tidak menggunakan singkatan, terutama
pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan
f. Tidak menggunakan istilah asingg. Ditandatangani dan diberi nama jelash. Berstempel instansi pemeriksa tersebuti. Diperlakukan sebagai surat yang harus
dirahasiakanj. Bila VER melebihi satu halaman, maka harus
diberi nomer halaman lanjutan dicantumkan jg nomer VER dibagian kanan atasnya
Lanjutan..................................k. Apabila kalimat tidak berakhir pada tepi
kanan halaman kertas, maka sesudah titik harus dibuat garis hingga tepi kanan untuk menutupnya.
l. Bila terjadi salah ketik tidak boleh dihapus atau dibubuhi cairan penghapus (tipp-ex), melainkan kata yg salah dicoret dgn garis shg masih bisa dibaca, kemudian dilanjutkan dgn kata yg benar.
Lanjutan....................................m.Hanya diberikan kepada peminta VER,
apabila ada lebih dari satu instansi peminta (misal penyidik POLRI dan penyidik POM)dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tsb dapat diberi VER masing-masing “asli”
n.Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan disimpan sebaiknya hingga 30 tahun.
STRUKTUR VER1. Bagian Pembukaan2. Bagian Pendahuluan3. Bagian Hasil Pemeriksaan (Pemberitaan)4. Bagian kesimpulan5. Bagian penutup
PEMERIKSAAN KORBAN HIDUPDimulai dengan penelitian administratip,
yaitu surat permintaan VER (bila sudah ada) dan pencocokan identitas korban.
Tidak perlu diperiksa dan dicatat secara rinci spt pada pemeriksaan mayat karena korban masih bisa dihadirkan sebagai saksi, yg perlu diperiksa dan dicatat adalah “barang buktinya” yaitu segala sesuatu yg berkaitan dgn tindak pidana yg berkaitan.
Lanjutan...................................Pemeriksaan dilakukan dgn urutan seperti
biasa yaitu : anamnesis (allo-anamnesis), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan tindakan-tindakan.
Tindakan yg dilakukan harus didahului dgn penjelasan dan permintaan persetujuan korban atau orang tuanya atau keluarga terdekatnya.
Lanjutan.................................Pemeriksaan luka-luka pada korban hidup
harus seteliti mungkin, karena tidak hanya untuk terapi juga untuk pembuktian. Pada kasus keracunan dokter sering lupa mengambil bahan untuk pemeriksaan toksikologis.
DESKRIPSI LUKAREGIOLOKASI (KOORDINAT)JENIS LUKASIFAT LUKA (BENTUK, ARAH, WARNA,
KONDISI, DASAR LUKA)UKURAN
VER PADA KASUS PERLUKAANTujuan pemeriksaan korban hidup :1.Mengetahui luka yg dialami dan penyebab
luka/sakit2.Mengetahui derajat parahnya luka atau
sakitnya tersebut (untuk memenuhi rumusan delik dalam KUHP)
Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil tindak pidana penganiyaan ringan
(Pasal 352 KUHP)Korban dengan luka “sedang” dapat
merupakan hasil tindak pidana penganiyaan (Pasal 351 (1) atau 353 (1)).
Korban dengan luka berat (pasal 90 KUHP) dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiyaan dgn akibat luka berat (pasal 351 (2) dan pasal 353 (2) atau akibat penganiyaan berat pasal 354 (1) atau 355 (1)
DERAJAT LUKADerajat satu (Luka ringan)Derajat Dua (Luka sedang)Derajat Tiga (Luka berat)
Derajat satu ( Luka ringan ) :Tidak menimbulkan halangan atau penyakit
untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan. Derajat dua ( Luka sedang ) :Menimbulkan halangan atau penyakit untuk
sementara waktu atau beberapa hari.Derajat tiga ( Luka berat ) :Diuraikan didalam pasal 90 KUHP :
Jatuh sakit atau mendapat luka yg tidak memberi harapan akan sembuh kembali, atau yg menimbulkan bahaya maut
Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian
Kehilangan salah satu panca inderaMendapat cacat berat, sakit lumpuhTerganggu daya pikir selama empat miggu
lebihGugur atau matinya kandungan s.perempuan
PERMASALAHAN YG DIJUMPAI DI RSUP DR SARDJITORekam medis sering ditulis tidak sesuai
ketentuanPenilaian luka sering tidak lengkap (aspek
forensik klinik belum terpenuhi)
SOLUSISosialisasi tentang rekam medisSosialisasi tentang pengelolaan visum et
repertum klinik kepada tenaga medis (terutama bagian bedah, obsgyn dan anak)
KESIMPULANPengadaan VER klinik di RSUP Dr Sardjito
bersifat parsial, artinya tidak dikerjakan sepenuhnya oleh dokter forensik, tetapi dikerjakan team medis dengan konsultan dokter forensik.
Visum et repertum Klinik RSUP Dr Sarjito tetap bermutu bila team medis yg menangani memahami forensik klinik