10 Aspek Dasar Ilmu Manthiq

Embed Size (px)

Citation preview

10 ASPEK DASAR ILMU MANTIQ1. Pengertiannya [tarif] 2. Obyeknya [maudhu] 3. Kegunaannya [tsmarah] 4. Keutamaannya [fadhl] 5. Hubungannya dengan ilmu lain [nisbah] 6. Peletak dasar / yang pertama menyusunnya [wadhi] 7. Namanya [ism] 8. Pengambilannya [istimdad] 9. Hukum mempelajarinya [hukm al-syari] al10. Problematikanya [masail]

Pengertian Ilmu mantikPengertian [tarif] Ilmu Mantik telah dirumuskan oleh para ulama dengan rumusan yang bervariasi meskipun maksudnya sama, yaitu mengungkapkan makna sebagai suatu kata yang dibakukan untuk nama suatu disiplin ilmu. 1.Ilmu Mantik adalah tatanan berpikir yang dapat memelihara otak dari kesalahan berpikir dengan pertolongan Allah swt. 2.Suatu alat yang mengatur kerja otak dalam berpikir agar terhindar dari kesalahan; selain merupakan ilmu kecermatan praktis. 3.Ilmu yang membahas obyek-obyek pengetahuan tashawwur dan obyektashdiq untuk mencapai interaksi dari keduanya atau suatu pemahaman yang dapat mendeskripsikan tashawwur dan tashdiq. Dari ketiga pengertian di atas, yang penuturannya bersifat fungsional dan operasional, dapatlah disimpulkan bahwa Ilmu manitik adalah ilmu yang membahas tata aturan berpikir benar berkenaan dengan obyek pikir untuk memperoleh kebenaran [hak]

Obyek Ilmu MantikObyek ilmu mantik adalah suatu istilah dalam setiap disiplin ilmu. Pengertian obyek adalah 1.segala sesuatu berupa esensi dan substansi yang dikaji dalam berbagai ilmu. 2.Suatu esensi dan substansi yang dibahas oleh suatu disiplin ilmu Dengan demikian, obyek ilmu mantik adalah esensi dan substansinya. Lebih lanjut yang menjadi obyek Ilmu Mantik adalah seperti yang dikemukakan oleh beberapa ulama berikut: 1.Tashawwur dan tashdiq yang akan menghasilkan takrif/definisi [hujjah] 2.Pemahaman makna suatu variabel obyek pikir [tashawwur] dan pemahaman hubungan antara dua variabel atau lebih [tashdiq] untuk menghasilkan suatu pengertian dan argumentasi. Karena suatu disiplin ilmu merupakan pembeda dari disiplin ilmu lainnya, menurut al-Ghazali- obyek ilmu mantik berkenaan dengan batasan [hadd] dan al-Ghazalisilogisme [qiyas] serta hal-hal yang berkaitan dengan keduanya. halDengan demikian, kegiatan berpikir merupakan kesatuan antara pelaku, obyek, dan metode yang ditempuh. Sebagai kesimpulan, bahwa obyek kajian Ilmu Mantik adalah pengkajian terhadap esensi dan substansi subyek/pelaku nalar (nathiq), obyek nalar (manthuq), dan metode nalar (manhaj nathiq).

Tujuan, Kegunaan, dan Manfaat Mempelajari Ilmu MantikTujuan dan kegunaan mempelajari Ilmu mantik diantaranya adalah: 1.Melatih, mendidik, dan mengembangkan potensi akal dalam mengkaji obyek pikir dengan menggunakan metodologi berpikir. 2.Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi yang tepat, 3.Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang benar [hak] dan yang salah [batil]. Sumber lain mengatakan bahwa tujuan dan kegunaan mempelajari ilmu mantik dapat memelihara pikiran dari kesalahan berpikir, memperdalam pemahaman, dan menyingkap selimut kebodohan.

Keutamaan Ilmu mantikKeutamaan ilmu mantik di antaranya dapat mengungguli dan memberi nilai tambah terhadap disiplin ilmu-ilmu ilmulainnya, sebab kegunaan ilmu mantik bersifat umum. Artinya ilmu mantik membahas tashawwur dan tashdiq, sedangkan setiap disiplin ilmu memuat hasil kegiatan tashawwur dan tashdiq sesuai dengan obyek kajiannya. Pemahaman kita terhadap ilmu mantik seperti halnya terhadap ilmu-ilmu lainnya, bertujuan menumbuhkan ilmukesadaran betapa pentingnya nilai ilmu bagi kehidupan manusia serta mendorong manusia agar tertarik dan mau mempelajarinya sebagai bagian dari tugas kesehariannya.

Hubungan Ilmu Mantik Dengan Ilmu Ilmu LainnyaHubungan Ilmu Mantik dengan ilmu ilmu lainnya, dapat dilihat dari segi obyek bahasannya yang universal, yaitu tashawwur dan tashdiq. Sebab, setiap disiplin ilmu berisikan tashawwur dan tashdiq. Tashawwur dan tashdiq merupakan cara menerangkan dan menetapkan obyek pikir secara esensial dan substansial, yang metodenya dijelaskan dalam Ilmu Mantik. Adapun perwujudan dari tashawwur dan tashdiq adalah suatu disiplin ilmu isi setiap disiplin ilmu adalah keterangan mengenai segala sesuatu yang menjadi obyek bahasannya yang disebut teori. Jadi, isi suatu disiplin ilmu adalah teori tentang sesuatu yang menjadi obyek kajiannya, sedangkan teori berintikan tashawwur dan tashdiq yang menjadi obyek kajian ilmu mantik. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa hubungan Ilmu mantik dengan ilmu ilmu lainnya terletak pada fungsinya sebagai alat dan kaidah pembuatan teori yang menjadi isi setiap disiplin ilmu.

Sejarah Ilmu MantikPerkembangan ilmu mantik tidak terlepas dari perjalanan sejarah Filsafat Yunani dan transformasinya ke dalam pemikiran Muslim dalam kegiatan ilmiah. Sejarah perkembangan ilmu mantik tentu saja berkaitan dengan latar belakang munculnya ilmu mantik dan perintis perintisnya. Para peneliti sejarah pemikiran manusia menjuluki Aristoteles sebagai peletak dasar bangunan ilmu mantik. Karya tulis Aristoteles dalam bidang logika di antaranya Organon Oa Laterpratation dan Prior Arsilyteis. Dalam perkembangan berikutnya, mantik Aristo ditrnsfer ke dunia Islam melalui kegiatan penerjemahan ke dalam bahasa Arab pada zaman Daulah Abbasiyah [tahun 153-656 H]. Upaya penerjemahan itu antara lain 153dilakukan oleh Abdullah bin Mughafa sekretaris Abu Jafar al-Mansur- dan al-MansurMuhammad bin Abdullah Mughafa. Setelah itu disusul oleh penulis lain seperti Yakub bin Ishak al-Kindi, al-Farabi, alalibn Sina, al-Ghazali, dan ibn Rusyd dengan cara memberi ulasan (syarah) aldan memilah-milah disesuaikan dengan tradisi ilmiah islami pada memilahzamannya. Pada era modern muncul pemikir Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, aldan pemikir lainnya yang mengembangkan ilmu mantik melalui karya-karya karyatulisnya.

Setelah ditransfer ke dunia Islam, Mantik Yunani terdiri dari tiga corak berikut: 1. Mantik hasil karya kelompok Peripateticieus (Masyaiyyun) atau mantik aliran Peripatetisme (Masyaiyah), yaitu pengembangan metode Aristo. 2. Mantik hasil karya keplompok Stoicieus (Rawaqiyun) atau mantik aliran Stoicisme (Rawaqiyah) yangf dikembangkan oleh ahli ilmu Kalam dan ahli Ushul Fiqh. 3. Mantik hasil karya ahli Tasawuf yang disebut Mantik Isyraqi (Mantik Isyraqi). Dalam kategori lain, corak ilmu mantik dapat pula dikelompokkan menjadi tiga kelompok berikut: 1. Mantik murni Yunani 2. Mantik Yunani yang bercampur dengan pemikiran Islam, dan 3. Mantik Islami Mantik Aristo dapat diterima dan berkembang di dunia pemikiran Islam disebabkan oleh beberapa faktor berikut; 1. Islam mengajarkan prinsip persamaan derajat antara pemeluk Islam bangsa Arab dan non Arab, berbeda dengan agama non-Islam yang nonkerapkali memandang rendah masyarakat jajahannya. 2. Adanya prinsip[ kebebabasan berpikir bagi setiap individu muslim 3. Adanya sikap terbuka untuk mempelajari ilmu pengetahuan peninggalan karya pemikir Yunani sebagai bagian obyek kajian ilmiah.

Nama Nama Ilmu MantikPara pakar bidang pemikiran menyebut disiplin ilmu yang membahas metodologi berpikir ini dengan sebutan-sebutan berikut: sebutan1. Ilmu Mantik 2. Mayar al-Ulum al3. Ilm al-Mizan al4. Ilm al-Ulum al-

Sumber Pengambilan Ilmu MantikSumber pengambilan ilmu mantik adalah akal, yang merupakan hidayah dari Allah swt. Dengan akal, manusia berbeda dengan makhluk Allah lainnya. Bahkan, karena akal inilah manusia diberi beban untuk memikul hidayah Din al-Islam. Hidayah yang diberikan Allah alkepada manusia menurut salah seorang mufassir- ada lima macam: mufassir1. Hidayah Gharizah (instink), hidayah jenis ini diberikan Allah kepada manusia dan kepada makhluk lainnya. 2. Hidayah Hawasi (penglihatan, pendengaran, peniuman, perasaan, dan perabaan). Hidayah ini diberikan Allah kepada mausia dan makhluk lainnya. 3. Hidayah Akal (penalaran), hidayah ini diberikan Allah kepada manusia, malaikat, dan jin. 4. Hidayah Din al-Islam, hidayah ini diberikan Allah kepada manusia dan jin. al5. Hidsayah Taufiq (kemampuan untuk mencocokkan perilaku dengan hidayah yang keempat). Hidayah ini diberikan Allah kepada manusia dan jin berupa daya ikhtiyari.

Hukum Mempelajari Ilmu MantikPara ulama sepakat bahwa hukum mempelajari ilmu mantik Islami adalah sama dengan mempelajari ilmu keislaman lainnya, sesuai dengan perintah Nabi Muhammad saw Adapun mempelajari ilmu mantik yang termasuk kategori Mantik murni Yunani dan Mantik campuran antara Yunani dan Islam terdapat perbedaan pendapat (ikhtilaf) seperti berikut: 1. Kelompok ibnu Shalah dan Imam Abu Zakaria Yahya berpendapat bahwa hukum mempelajarinya adalah haram 2. Kelompok Imam al-Ghazali berpendapat bahwa mempelajarinya aldiperbolehkan, dengan catatan: a) orang yang mempelajarinya cerdas, b) dikaitkan dalam upaya memperdalam al-Quran dan alalalSunnah, serta mempertahankan keduanya dari serangan pemikiran yang mengingkari keduanya, dan c) dalam upaya mencari kebenaran. 3. Sebagian kelompok Sunni dan Sufi, seperti Syukhrawardi menganggapnya haram, bahkan menentang dan memeranginya. Selain itu ada pula yang beranggapan bahwa mempelajari Mantik murni Yunani dan Mantik campuran antara Yunani dan Islam adalah wajib kifayah, yaitu suatu kewajiban yang dapat diwakili, tidaks etiap orang mesti mempelajarinya.

Problematika Kajian Ilmu MantikProblematika [masail] jamak dari masalah secara bahasa berarti persoalan. Adapun secara terminologi atau definitif sebagai berikut: 1. Problematika adalah keputusan-keputusan yang dicari dalam keputusansuatu disiplin ilmu. Adapun yang menjadi obyeknya adalah obyek ilmu, sifat esensial ilmu, atau susunan kaidah-kaidah, kaidahsedangkan yang menjadi subyeknya adalah perkara-perkara perkarabagian luar yang melekat pada esensi persoalan ilmu. 2. Problematika kajian Mantik adalah keputusan-keputusan keputusanpealaran yang dikaji dalam proses pemahaman obyek nalar, kias (silogisme), dans esuatu yang dibuktikan oleh Mantik. Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi problematika Ilmu Mantik adalah: a) Pengkajian terhadap pengertian, b) Pengkajian terhadap kekputusan, c) Pengkajian terhadap penuturan, dan d) Pengkajian terhadap pembuktian kebenaran penalaran.