33
BAB I PENDAHULUAN Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot skeletal. Kelainan ini dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan pada kadar kalium serum. Paralisis periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan / paralisis otot akut. Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak-anak, sedangkan kasus yang ringanseringkali mulai pada dekade ketiga. Penyakit ini sebagian besar bersifat herediter dan diturunkan secara autosomal dominan. Prevalensi 1 per 100.000 populasi. Mekanisme yang mendasari penyakit ini adalah malfungsi pada ion channel pada membran otot skelet / channelopathy. Pada paralisis periodik terdapat serangan kelemahan flaksid yang hilang timbul ,dapat bersifat setempat maupun menyeluruh. Penderita mengalami kelemahan bagian proksimal ekstremitas yang cepat dan progresif tapi otot-otot kranial dan pernafasan biasanya terhindar dari kelemahan. Serangan dapat menyebabkan kelemahan yang asimetris dengan derajat kelemahan yang berbeda pada beberapa golongan otot saja sampai pada suatu kelumpuhan umum. Kelemahan biasanya menghilang dalam beberapa jam, namun defisit yang permanen bisa terjadi pada penderita yang sering mendapatkan serangan. Di luar serangan tidak ditemukan kelainan neurologi maupun kelainan elektromiografis.

109960415 Paralisis Periodik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neuro

Citation preview

Page 1: 109960415 Paralisis Periodik

BAB I

PENDAHULUAN

Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini dikenal sebagai

salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot skeletal. Kelainan ini

dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan

pada kadar kalium serum. Paralisis periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan /

paralisis otot akut. Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak-anak, sedangkan kasus

yang ringanseringkali mulai pada dekade ketiga. Penyakit ini sebagian besar bersifat herediter

dan diturunkan secara autosomal dominan. Prevalensi 1 per 100.000 populasi. Mekanisme yang

mendasari penyakit ini adalah malfungsi pada ion channel pada membran otot

skelet / channelopathy.

Pada paralisis periodik terdapat serangan kelemahan flaksid yang hilang timbul ,dapat

bersifat setempat maupun menyeluruh. Penderita mengalami kelemahan bagian proksimal

ekstremitas yang cepat dan progresif tapi otot-otot kranial dan pernafasan biasanya terhindar dari

kelemahan. Serangan dapat menyebabkan kelemahan yang asimetris dengan derajat kelemahan

yang berbeda pada beberapa golongan otot saja sampai pada suatu kelumpuhan umum.

Kelemahan biasanya menghilang dalam beberapa jam, namun defisit yang permanen bisa terjadi

pada penderita yang sering mendapatkan serangan. Di luar serangan tidak ditemukan kelainan

neurologi maupun kelainan elektromiografis.

Dibedakan menjadi paralisis periodik primer dan sekunder. Paralisis periodik

primermemiliki karakteristik : bersifat herediter, sebagian besar berhubungan dengan perubahan

kadar kalium dalam darah, kadang disertai miotonia, adanya gangguan pada ion channels.

Paralisis periodik primer meliputi paralisis periodik hipokalemia, hiperkalemia dan

paramiotonia. Paralisis periodik tirotoksikosis adalah paralisis periodik sekunder. Atas dasar

kadar kalium darah pada saat serangan , dibedakan 3 jenis paralisis periodik yaitu:1

1. Paralisis periodik hipokalemia

2. Paralisis periodik hiperkalemia

3. Paralisis periodik normokalemi

Page 2: 109960415 Paralisis Periodik

BAB II

PARALISIS PERIODIK

2.1 Definisi

Paralisis periodik adalah suatu sindrom klinis dengan kelemahan / paralisis otot

akut.Penyakit yang berat dapat dimulai pada masa anak-anak, sedangkan kasus yang ringan

seringkali mulai pada dekade ketiga. Penyakit ini sebagian besar bersifat herediter dan

diturunkansecara autosomal dominan. Prevalensi 1 per 100.000 populasi. Mekanisme yang

mendasaripenyakit ini adalah malfungsi pada ion channel pada membran otot skelet / 

channelopathy.

Kelompok penyakit otot yang dikenal dengan periodik paralisis (PP) cirinya adalah

episode kelemahan flaksid otot yang terjadi pada interval yang tidak teratur. Umumnya

diturunkan dan lebih episode daripada periode. Penyakit ini dapat dibagi dengan baik

dalamkelainan primer dan sekunder. Karakteristik umum PP primer sebagai berikut :

(1)diturunkan; (2) umumnya dihubungkan dengan perubahan kadar kalium serum; (3)

kadangdisertai myotonia; dan (4) myotonia dan PP primer keduanya akibat defek ion channel.1

 

2.3. Patofisiologi

Klasifikasi PP untuk kepentingan klinis, ditunjukkan pada tabel l, termasuk tipehipokalemik,

hiperkalemik dan paramyotonia.

Dasar fisiologis kelemahan otot flaksid adalah tidak adanya eksitabilitas membranotot (yakni,

sarkolema). Perubahan kadar kalium serum bukan defek utama pada PP primer;perubahan

metabolismse kaliuim adalah akibat PP. Pada primer dan tirotoksikosis PP,paralisis flaksid

terjadi dengan relatif sedikit perubahan dalam kadar kalium serum,sementara pada PP sekunder,

ditandai kadar kalium serum tidak normal.2,4

Page 3: 109960415 Paralisis Periodik

Tidak ada mekanisme tunggal yang bertanggung jawab untuk kelainan pada kelompok penyakit ini.

Kelemahan biasanya secara umum tetapi bisa lokal. Otot-otot kranial dan pernapasan biasanya

tidak terkena. Reflek regang tidak ada atau berkurang selama serangan. Serat otot secara elektrik

tidak ada hantaran selama serangan. Kekuatan otot normal diantara serangan, tetapi setelah

beberapa tahun, tingkat kelemahan yang menetap semakin berkembang pada beberapa tipe PP

(khususnya PP primer). Semua bentuk PP primer kecuali Becker myotonia kongenital (MC) juga

terkait autosomal dominan atau sporadik (paling sering muncul dari paint mutation).

Ion channel yang sensitif tegangan secara tertutup meregulasi pergantian potensialaksi

(perubahan singkat dan reversibel tegangan mebran sel). Disana terdapat permeabelitasion

channel yang selektif dan bervariasi. Energi tergantung voltase ion channel terutama gradien

konsentrasi. Selama berlangsungnya potensial aksi ion natrium bergerak melintasi membran

melalui voltage-gated ion channel.

Masa istirahat membran serat otot dipolarisasi terutama oleh pergerakan klorida melalui

channel klorida dan dipolarisasi kembali oleh gerakan kalium, natrium, klorida dan kalsium

channelopati sebagai sebuah grup , dihubungkan dengan myotonia dan PP. Subunit fungsional

channel natrium, kalsium dan kalium adalah homolog. Natrium channelopati lebih dipahami

daripada kalsium atau klorida channelopati.

Diskusi ini terutama ditujukan pada natrium dan kalsium channelopatisebagaimana

bentuk sekunder PP sekunder. Klorida channelopati tidak dihubungkan dengankelemahan

episode dan didiskusikan lebih rinci pada artikel kelainan myotonik.3

 

2.4. Frekuensi

Di Amerika: Frekuensi hiperkalemik PP, PC, dan PAM tidak diketahui. Hipokalemik PP

mempunyai prevalensi 1 per 100.000. Becker MC mempunyai prevalensi sekitar 1 per50.000,

sementara Thomson MC lebih jarang. Tirotoksikosis PP paling sering pada laki -1aki (85 %) dari

keturunan asia dengan frekuensi kira-kira 2 %.5

2.5. Riwayat

Semua PP dicirikan oleh kelemahan periodik. Kekuatan normal diantara serangan.

Kelemahan yang menetap bisa berkembang dalam beberapa bentuk. Paling banyak pasien dengan PP

primer berkembang gejala sebelum dekade ketiga.2,3

Page 4: 109960415 Paralisis Periodik

 

• Hiperkalemik periodik paralisis

Onset pada umur kurang dari 10 tahun. Pasien biasanyamenjekaskan suatu rasa berat dan

kekakuan pada otot. Kelemahandimulai pada paha dan betis, yang kemudian menyebar ke tangan danleher.

Predominan kelemahan proksimal; otot-otot distal mungkin bisaterlibat setelah latihan-latihan

yang melelahkan.

Pada anak, suatu lid lag myotonik (kelambatan kelopak mata atas saat menurunkan

pandangan) bisa menjadi gejala awa. Paralisis komplet jarang dan masih ada sedikit sisa gerakan.

Keterlibatanotot napas jam serangan terakhir kurang dari 2 jam dan pada sebagianbesar kasus,

kurang dari 1 jam. Spinkter tidak terlibat. Disfungsipencernaan dan buli disebabkan oleh

kelemahan otot abdomen.

Kelemahan terjadi selama istirahat setelah suatu latihan berat atau selama puasa. Hal ini juga

bisa dicetuskan oleh kalium, dingin, etanol, karboidrat, atau stres. Penyakit ini bisa

dsembuhkandengan latihan ringan atau intake karbohidrat. Pasien juga mungkinmelaporkan

nyeri otot dan parestesia. Beberapa keluarga tidak mempunyai myotonia. Kelemahan interiktal,

jika ada, tidak seberathipokalemik PP.

• Hipokalemik periodik paralisis 

Kasus yang berat muncul pada awal masa kanak-kanak dan kasus yang ringan mungkin muncul

selambat-lambatnya dekade ketiga. Sebagian besar kasus muncul sebelum umur 16 tahun. Kelemahan

bisa bertingkat mulai dari kelemahan sepintas pada sekelompok otot yang terisolasi sampai

kelemahan umumyang berat. Serangan berat di mulai pada pagi hari, sering dengan latihan yang

berat atau makan tinggi karbohidrat pada hari sebelumnya. Pasien bangun dengan kelemahan

simetris berat,sering dengan keterlibatan batang tubuh. Serangan ringan bisa sering dan hanya

melibatkan suatu kelompok otot pentig, dan bisa unilateral, parsial, atau monomelic. Hal ini bisa

mempengaruhi kaki secara predominan kadang-kadang, otot ektensor dipengaruhi lebih dari fleksor.

Durasi bervariasi dari beberapa jam sampaihampir 8 hari tetapi jarang lebih dari 72 jam.

Serangannya intermiten dan infrekuen pada awalnya tetapi bisa meningkat frekuensinya sampai

serangan terjadi hampir setiap hari. Frekuensi mulai berkurang oleh usia 30 tahung hal ini jarang

terjadi setelahumur 50 tahun.

Page 5: 109960415 Paralisis Periodik

Pengeluaran urin menurun selama serangan karenaakumulasi air intrasel meningkat.

Myotonia interictal tidak sesering hiperkalemik PP. Lidlag myotonia diobservasi diantara

serangan. Kelemahan ototpermanen mungkin terlihat kemudian dalam perjalanan penyakitdan

bisa menjadi tajam. Hipertropi betis pernah diobservasi. Ototproksimal wasting daripada

hipertropi, bisa terlihat pada pasiendengan kelemahan permanen.

• Potassium aggravated myotonia

Kelainan terkait autosom dominan ini dibagi dalam 3 kategori,myotonia flunctuan,

myotnia permanen, azetazolamideresponsive MC. Kelemahan jarang pada kelainan ini. Tetapi

nyeri otot. Episodik kekakuan disebabkan myotonia muncul pada myotonia flunctuan dan

acctazolamide-responsive MC, ketika kelainan itu berlanjut pada myotonia permanen.

Serangan dimulai pada istirahat segera setelah latihan pada myotoniatetapi lebih sering

dcngan latihan pada asetazolamid- responsive MC. Kalium dan dingin merperburuk myotonia

dalam 3 kelainan.

• Paramyotonia kongenital

Pada kelainan terkait autosomal dominan ini, myoton ia diperburuk dengan aktivitas

(paradoxical myotonia) atau temperatur dingin. Gejala-gejalapaling diperberat pada wajah.

Kelemahan episodik juga bisa berkembangsetelah latihan atau temperatur dingin dan biasanya

berkangsung hanyabeberapa menit, tetapi bisa berlangsung sepanjang hari.

Pemasukan kalium biasanya memperburuk gejala, tetapi pada beberapakasus,

menurunkan kadar kalium serum mencetuskan serangan.

• Tirotoksikosis periodik paralisis

 Ini adalah hipokalemik PP yang paling banyak. lni paling banyak terjadi pada dewasa umur 20-

40 tahun. Hiperinsulinemia, pemasukankarbohidrat, dan latihan penting dalam mencetuskan

serangan paralitik.Kelemahannya proksimal dan jika berat terjadi pada otot pernapasan dan

mata.Serangan dalam jam sampai hari . Prevalensi tirotoksikosis periodik paralisis(TPP) pada

pasien dengan tirotoksikosis diperkirakan 0,1-0,2 % padakaukasian dan 13-14 % pada chinese.

95 % kasus TPP adalah sporadik. Karena TPP lebih sering pada orang asia, diduga kuat

Page 6: 109960415 Paralisis Periodik

predisposisinya adalah genetik. Kelompok keluarga TPP menunjukkan membuka tabir dari

suatupenyakit keturunan (yang sporadik) oleh tirotoksikosis.1,2,4

 

2.6. Pemeriksaan fisik

Banyak pasien dengan mempunyai kesamaan gambaran klinik, sebagaimana berikut:

Eyelid myotonia

Sensasi normal

Pada beberapa kasus, kelemahan menetap bagian proksimal, khususnya dengan hipokalemik

PP

Berkurangnya reflek regang selama serangan

Page 7: 109960415 Paralisis Periodik
Page 8: 109960415 Paralisis Periodik

2.7. Diferensial diagnosa

Masalah lainnya untuk dipertimbangkan:4,5

Neuropati motor dan sensori herediter

Anderson sindroma: sindroma ini, dicirikan dengan kalium sensitif PP dan

aritmia jantung, adalah kelainan terkait autosomal dominan. Kadar kalium bisa meningkat atau

berkurang selama serangan.

2.8. Pemeriksaan penunjang

• Hipokalemik periodik paralisis

Penurunan kadar serum , tetapi tidak selalu dibawah normal, selama serangan. Pasien

punya pengalaman retensi urin dengan penigkatan kadar sodium, kalium danklorida urin.

Penurunan kadar fosfor serum secara bertahap juga terjadi. Kadar fosfokinase (CPK) meningkat

selama serangan. ECG bisa menunnjukkan sinus bradikardi dan bukti hipokalemi (gelombang

Tdatar, gelombang U di lead Il, V2,V3 dan V4 dan depresi segment ST).

• Hiperkalemik periodik paralisis

  Kadar kalium serum bisa meningkat setinggi 5-6 mEq /L. Kadang bisa diatas batas

normal, dan jarang mencapai kadar yang kardio toksik. Kadar natrium serum bisa turun karena

kenaikan kadar kalium. Hal ini bisa terjadi karena masuknya ion natrium kedalam otot. Air juga

bergerak pada arah ini, menyebabkan hemokonsentrasi dan selanjutnya hiperkalemi,

Hiperregulasi bisa terjadi pada akhir serangan,disebabkan hipokalemi. Diuresis air kretinuria,

dan peningkatan kadar CPK juga bisaterjadi pada akhir serangan. EKG bisa menunjukkan

gelombang T tinggi.

• Elektrodiagnosis 

o Pemeriksaan konduksi saraf 

o Pendinginan otot

o Tes latihan pada periodik paralisis

o Pemeriksaan jarum elektrode

o Tes provokatif 

 

Page 9: 109960415 Paralisis Periodik

2.9 Tatalaksana

Pengobatan sering dibutuhkan untuk serangan akut hipokalemik PP tetapi jarang untuk

hiperkalemik PP. Pengobatan profilaksis dibutuhkan ketika serangan semakin sering.2,5,6

 

• Hipokalemik periodik paralisis

  Selama serangan, suplemen oral kalsium lebih baik dari suplemen IV. Yang terakhir

diberikan untuk pasien yang mual atau tidak bisa menelan. Garam kalium oral pada dosis 0,25

mEq/kg seharusnya diberikan setiap 30 menit sampai kelemahan improves.Kalium Klorida IV

0,05-0,1 mEq/kgBB dalam manitol 5% bolus adalah lebihbaik sebagai lanjutan infus. Monitoring

ECG dan pengukuran kalium serum berturutdianjurkan. Untuk proifilaksis, asetazolamid

diberikan pada dosis 125-1500 mg/haridalam dosis terbagi. Dichlorphenamide 50-150 mg/hari

telah menunjukkan keefektifan yang sama. Potasium-sparing diuretik seperti triamterene (25-100

mg/hari) danspironolakton (25- 100 mg/hari) adalah obat lini kedua untuk digunakan pasien

yangmempunyai kelemahan buruk (worsens weakness) atau mereka yang tidak respon dengan

penghambat karbonik anhidrase. Karena diuretik ini potassium sparing,suplemen kalium bisa

tidak dibutuhkan.

• Tirotoksikosis PP

Pengobatan terdiri dari kontrol tirotoksikosis dan agen beta-blocking.

• Hiperkalemik periodik paralisis

Beruntungnya, serangan biasanya ringan dan jarang meminta pengobatan.

Kelemahan terjadi terutama karena makanan tinggi karbohidrat. Stimulasi betaadrenergik seperti

salbutamol inhaler juga memperbaiki kelemahan (tetapi kontraindikasi pada pasien aritmia

jantung). Pada serangan berat, terapetik measure yang mengurangi hiperkalemia berguna.

Monitoring EKG yang berkelanjutan selalu dibutuhkan selama pengobatan.Diuretik tiazid dan

karbonik anhidrase inhibitor digunakan sebagi protilaksis. Diuretik tiazid mempunyai beberapa

efek samping jangka pendek; obat-obat ini dicoba sebagaiterapi lini pertama. Kadang-kadang

diuretik tiazid bisa menghasilkan kelemahanhipokalemik paradoksal, yang respon dengan

suplementasi kalium.

Page 10: 109960415 Paralisis Periodik

• Paramyotonia kongenital

Karena kelemahannya tidak biasa ( uncommon), pengobatan ditujukan untuk mengurangi

myotonia. Ketika diuretik yang disebut diatas bisa dicoba, obat tersebutsering tidak efektif

Mexiletine telah ditunjukkan membantu tetapi kontraindikasi padapasien dengan blok jantung.

• Potasium-associated myotonia

Pengobatan dengan mexiletine atau diuretik tiazid bisa mengurangi keparahanmyotonia.

2.10. Diet

• Hipokalemik PP : Diet rendah karbohidrat dan rendah natrium bisa menurunkan frekuensi

serangan.

• Hiperkalemik PP : Diet permen yang berisi glukosa atau karbohidrat dengan rendah kalium

bisa memperbaiki kelemahan.

2.11. Prognosis

• Hiperkalemik periodik paralisis dan paramyotonia kongenita

Ketika tidak dihubungkan dengan kelemahan, kelainan ini biasanya tidak mengganggu

pekerjaan.

Myotonia bisa memerlukan pengobatan

Harapan hidup tidak diketahui.

• Hipokalemik periodik paralisis

 Pasien yang tidak diobati bisa mengalami kelemahan poksimal menetap, yang bisa mengganggu

aktivitas.Beberapa kematian sudah dilaporkan, paling banyak dihubungkan dengan aspirasi

pneumonia atau ketidakmampuan membersihkan sekresi.

Page 11: 109960415 Paralisis Periodik
Page 12: 109960415 Paralisis Periodik

2.12 PARALISIS PERIODIK NORMOKALEMIA

Jenis ini paling jarang ditemui. Patofisiologinya belum diketahui. Serangan lebih

beratdan lebih lama daripada paralisis periodik hiperkalemia. Serangan dapat ditimbulkan

olehpemberian KCl dan dapat dihentikan dengan pemberian NaCl. Serangan tidak dipicu

olehpemberian insulin, glukosa ataupun kalium.1,10

 

5.1. Laboratorium

Pada saat serangan kadar K dalam batas normal atau sedikit menurun.

5.2. Pengobatan

 – Acetazolamid 3 x 250 mg per oral

 – Kortikosteroid

5.3 Prognosis

Prognosis paralisis periodik pada umumnya baik dengan terapi, biasanya rekuren.

Page 13: 109960415 Paralisis Periodik

ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien

Nama/ No.MR : Hidayati Rahmah/ 78 06 50

Umur : 15 tahun 5 bulan

Ayah/Ibu : Ahmad Sahrudin/ Ernawati

Alamat : Bagan Siapi-api

Tanggal masuk : 14 September 2012

Alloanamnesis

Diberikan oleh : Ibu Kandung Pasien

Keluhan Utama : Lemah pada kedua kaki dan tangan sejak 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Pasien mengeluhkan lemah pada kaki dan tangan sejak 1 minggu SMRS. Kelemahan dimulai

dari kaki kemudian 1 hari kemudian pasien mengeluhkan lemah pada tangan, kemudian mulut

dan sekarang mulut terasa sulit untuk dibuka. Pasien merasa lemah sampai tidak bisa bangkit

dari duduk ke berdiri, 1 hari SMRS pasien tidak sanggup mengangkat tangan atau

menggenggam. Tidak ada kesulitan bernafas yang dirasakan oleh pasien.

- Kelemahan yang dirasakan pasien tidak didahului oleh demam, batuk maupun pilek. Kebas

(-), sakit punggung/leher (-), riwayat trauma (-), BAK dan BAB normal, mudah lelah (+)

- Keluhan seperti ini sudah dirasakan pasien sejak 8 tahun SMRS. Sakit ini sudah sering terjadi

dan sembuh dalam 1 minggu, biasanya timbul saat pasien kelelahan. Pasien sudah berobat ke

spesialis anak dan hanya diberi vitamin.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada yang berhubungan

Riwayat Penyakit Keluarga :

Ibu dan kakak kandung pasien menderita penyakit yang sama

Riwayat orang tua : Ayah : Swasta

Ibu : IRT

Page 14: 109960415 Paralisis Periodik

Riwayat kehamilan :

Anak ke 7 dari 7 bersaudara, hamil cukup bulan, ANC teratur ke bidan, lahir normal dibantu

bidan.

Riwayat makan dan minum :

- ASI : 0-2 tahun

- Susu formula : 1-2.5 tahun

- Bubur : 6 bulan

- Nasi : 1 tahun

Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap

Riwayat pertumbuhan :

- BBL : 3100 gram

- BBM : 37 kg

Riwayat Perkembangan :

- Mengangkat badan : 3 bulan

- Duduk : 7 bulan

- Merangkak : 7 bulan

- Berdiri : 10 bulan

- Berjalan : 13 bulan

Keadaan perumahan dan tempat tinggal :

Sumber air minum : Air hujan dan air galon

MCK : Air sumur

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

TTV : Tekanan darah : 110/70 mmHg T: 36.7 C

HR : 50x / menit RR : 16x/menit

Page 15: 109960415 Paralisis Periodik

Gizi :

TB : 142 cm

BB : 37 kg

LILA : 27.5 cm

Lingkar Kepala : 51.5 cm

Kepala : Normochepal

Rambut : Hitam, lebat, tidak mudah dicabut

Mata :

Konjungtiva : Anemis (-/-)

Sklera : Ikterik (-/-)

Pupil : Isokor, diameter 3mm/3mm

Refleks cahaya : (+/+)

Telinga : Sekret (-), dbn

Hidung : sekret (-), dbn

Mulut :

Bibir : Basah

Selaput lendir : Basah

Palatum : Utuh

Lidah : Tidak kotor

Gigi : Caries (-)

Leher :

KGB : Pembesaran KGB (-)

Kaku kuduk : (-)

Dada :

Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi (-)

Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru

BBI : 36 kg

Status gizi : 37 x 100% = 102 % 36

= Normal

Page 16: 109960415 Paralisis Periodik

Auskultasi : Vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen:

Inspeksi : Perut datar, venektasi (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) Normal

Alat kelamin : Perempuan, dalam batas normal

Ekstremitas :

Kekuatan otot

Status Neurologis :

- Refleks fisiologis : Biseps , trisep , patela

- Refleks patologis : (-)

- Jalan seperti bebek (waddling gait)

Pemeriksaan laboratorium :

Darah :

Hb : 13,2 gr/dl

Ht : 39,2 L%

WBC : 9,5 x 103/ µL

Plt : 219 x 103/ µL

LED : 11/jam

BUN : 15 mg/dL

CR-S : 0,51 mg/dL

AST : 31 IU/L

ALT : 18 IU/L

Ureum : 32.1 mg/dL

5 55

5555

5 4 3 3 4

Elektrolit :

Na+ : 136 mmol/L

K+ : 4,6 mmol/L

Ca2+ : 0,39 mmol/L

Page 17: 109960415 Paralisis Periodik

Diagnosis kerja : Paraparese tipe LMN e.c ??

Diagnosis gizi : Normal

Diagnosis banding : Susp Miastenia Gravis

Page 18: 109960415 Paralisis Periodik

Follow up :

15/9/2012

S : - Kedua kaki dan tangan masih lemah, namun sudah lebih kuat dari kemarin

- Sudah bisa berdiri dan berjalan

- Kesulitan bernafas

O : TD : 100/80 mmHg RR : 18x/menit

HR : 60x/menit T : 37.4 C

Refleks fisiologis : biseps (+), triseps (+), patela (+) lemah

Refleks patologis : (-)

Kerut dahi (+)

Gerakan mata : Lateral/ medial/ atas/ bawah

Lidah : Miring (-)

Jalan seperti waddling gait

A : Paraparese tipe LMN e.c ??

Pemeriksaan anjuran :

- Prostigmin test

- MRI lumbosakral

- EMG

- KHS

- Biopsi otot

- Rontgen lumbosakral

17-9-2012

S : Kaki masih lemah, tapi mulai membaik, dapat berjalan, berdiri kuat

O : HR : 60x/menit, RR: 18x/menit, TD : 100/70 mmHg, T: 36.8 C

Refleks fisiologis (+/+) lemah. Refleks patologis (-/-)

5 5 5 5 5 5

5 4 2 2 4 5

Page 19: 109960415 Paralisis Periodik

A : Paraplegia tipe LMN e.c ??

P : B complex 1x1

Inj.Prostigmin

Jam 11.50 : Injeksi prostigmin 1mg/ IM

Tiap 5 menit dinilai kekuatan otot dan frekuensi nadi hingga jam 12.15

Follow up :

Jam 12.00 : - HR : 48x/menit, irreguler

- Kekuatan otot tungkai atas 4/4

- Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-)

Jam 12.05 : - HR : 40x/menit, irreguler

- Kekuatan otot tungkai atas 4/4

- Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-)

Jam 12.10 : - HR : 34x/menit, irreguler

- Kekuatan otot tungkai atas 4/4

- Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-)

Jam 12.15 : - HR : 45x/menit, irreguler, TD : 90/70

- Kekuatan otot tungkai atas 4/4

- Pusing (-), kesemutan (-), kram (-), berdebar-debar (-), hipersalivasi (-)

Kesan : Uji prostigmin negatif

18/09/2012

S : kaki masih lemah, tapi mulai membaik, dapat berjalan seperti biasa

O : TD : 100/70 mmHg, HR: 86x/menit, RR: 22x/menit, T: 36.3 C

Refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)

Page 20: 109960415 Paralisis Periodik

Kekuatan otot :

5 5 5 5 5 5

5 4 3 3 4 5

A : Paraplegi tipe LMN

P : B complex 1x1

Ro. Lumbosakral

Hasil rontgen lumbosakral terlihat normal

19-09-2012

S : Kaki sudah kuat, bisa bangkit dari duduk ke berdiri. Sudah bisa berjalan seperti biasa

O: TD : 110/70 mmHg, HR : 84x/menit, RR: 22x/menit, T: 36.4 C

Refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)

Kekuatan otot :

5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5

Page 21: 109960415 Paralisis Periodik

A : Paraplegia tipe LMN

P : B compleks 3x1

20-9-2012

S : Kaki sudah kuat, bisa bangkit dari duduk ke berdiri dan berjalan

O : TD : 100/70, HR : 88x/menit, RR: 22x/menit, T : 36.3 C

Refleks fisiologis (+/+), refleks patologis (-/-)

Kekuatan otot

5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5

A : Periodik paralisis normokalemi

P : B complex 3x1

Page 22: 109960415 Paralisis Periodik

PEMBAHASAN

Diagnosis klinis awal pada pasien ini adalah Paraplegia tipe LMN. Diagnosis ini

ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari

anamnesis pasien mengeluhkan lemah pada kaki dan tangan. Kelemahan dimulai dari kaki

kemudian 1 hari kemudian pasien mengeluhkan lemah pada tangan, kemudian mulut dan

sekarang mulut terasa sulit untuk dibuka. Tidak ada kesulitan bernafas yang dirasakan oleh

pasien. Kelemahan tidak didahului oleh adanya demam, batuk maupun pilek. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan adanya kelemahan pada otot, tonus otot menurun, refleks patologis negatif,

refleks fisiologis melemah.

Menurut literatur, parese merupakan suatu kelemahan/

kelumpuhan parsial yang ringan / tidak lengkap atau suatu kondisi

yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu. Kelemahan

adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih kelompok otot yang dapat

menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena. dapat disebabkan karena kerusakan

Upper Motor Neuron (UMN) atau kerusakan  Lower Motor Neuron

(LMN). Kelumpuhan/kelemahan yang   t e r j ad i   pada  ke rus akan Upper Motor

Neuron (UM N )  d i s ebabka n  ka rena adanya lesi di medula spinalis. Kerusakannya

bisa dalam bentuk jaringan scar,atau kerusakan karena tekanan dari  vertebra atau

diskus intervetebralis. Hal  ini  b e r b e d a   d e n g a n   l e s i   p a d a   L M N   y a n g  

b e r p e n g a r u h p a d a   s e r a b u t   s a r a f   y a n g  berjalan dari horn anterior medula spinalis

sampai ke otot. Adapun perbedaan lesi tipe UMN dan UMN adalah sebagai berikut :

 

  UMN LMN

 Kekuatan Perese – Paralisis Perese - Paralisis

 Tonus Meningkat/Spastik

Clonus (+)

Menurun -

Flaccid

Page 23: 109960415 Paralisis Periodik

Refleks Patologi (+) (-)Refleks Fisiologi Meningkat Menurun -

HilangAtropi Disuse Atropi (+)

 

Pada pasien terdapat kelainan gait berupa waddling gait. Waddling gait terdapat pada

berbagai keadaan miopati dimana terdapat kelemahan pada otot-otot gelang panggul. Paling khas

terdapat pada distropi otot, tetapi dapat juga pada miosists atau penyakit spinomuskuler. Berdiri

dan berjalan dengan lordosis yang berlebih, saat jalan terdapat goyangan yang nyata akibat

kesulitan memfiksasi pelvis. Pasien berjalan dengan langkah yang lebar dan terlihat rotasi pelvis

yang berlebihan, memutar atau melempar pelvisnya dari satu sisi ke sisi lainnya pada setiap

langkah untuk memindahkan berat badannya. Gerakan kompensasi kelateral ini terutama

disebabkan karena kelemahan otot-otot gluteal. Pasien sulit naik tangga, bila tidak dibantu

dengan tangan yang menarik keatas. Terdapat kesulitan berdiri dari posisi berbaring atau duduk

tanpa bantuan tangannya (mendaki pada dirinya sendiri). Waddling gait ini juga terdapat pada

dislokasi panggul.

Pada pasien kecurigaan dislokasi panggul dapat disingkirkan dengan hasil rontgen

lumbosakral yang normal. Kelemahan pada otot panggul dan ekstremitas bawah bagian

proksimal dapat pula terjadi atrofi muskular spinal (AMS) tetapi sering disertai dengan fasikulasi

pada lidah dan pada bentuk fokal dapat melibatkan otot didaerah muka, okular serta bulbar. Pada

pasien ini, pada saat terjadi kelemahan otot, pasien masih dapat mengerutkan dahi,

menggerakkan mata kearah lateral,medial serta atas dan bawah, dan pasien pun tidak ada

mengalami kelumpuhan pada otot lidah. Kelemahan otot yang disebabkan oleh Miastenia Gravis

disingkirkan dengan adanya hasil prostigmin tes yang negatif.

Penegakan diagnosis periodik paralisis ditegakkan berdasarkan anamnesis, serta

pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis ditemukan adanya serangan kelumpuhan yang berulang

pada saat istirahat setelah latihan atau kelelahan. Kelemahan ini lebih sering terbatas pada otot

proksimal dan jarang menyerang otot ekstraokular dan otot pernafasan. Danya riwayat keluarga

yang positif, berupa ibu serta kakak kandung pasien yang juga mengalami keluhan yang sama

juga mendukung karna penyakit ini diturunkan secara autosomal dominan. Pada hasil

Page 24: 109960415 Paralisis Periodik

pemeriksaan elektrolit, didapatkan kadar kalium yang normal yaitu sebesar 4,6 mmol/L yang

mengarahkan diagnosis menjadi periodik paralisis normokalemi.

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Graves TD. Hanna MG. Neurological Channelopathies. Postgrad. Med. J 2005;81;20-32.

2. Sripathi N MD. Periodic Paralyses.  www.emedicine.com . Updated November 2003.

3. Cannon SC. Myotonia and Periodic Paralysis: Disorders of Voltage-Gated IonChannels in

Neurological Theurapeutics Principles and Practice, vol.2 part 2. MayoFoundation. United

Kingdom.2003; 225;2365-2377.

4.Tawil R. Periodic Paralysis in Current Therapy Neurologic Disease, 6 th ed. 422-424.Mosby,

USA. 2002.

5. Ropper AH, Brown RH, Phil D. Adams and Victor’s Principles of Neurology, 8 th ed.McGraw-

Hill Comp. USA. 2005.

6. Riggs JE. Neurological Manifestations of Electrolyte Disturbances in Neurology andGeneral

Medicine, 2nd ed. Churchill Livingstone, New York. 1995; 17; 326.

7. Ahlawat SK, Sachdev A. Hypokalaemic paralysis. Postgraduate Medical Journal; Apr 1999;

75, 882; ProQuest Medical Library. p. 193

8.Graber M. Terapi Cairan, Elektroli dan Metabolik, ed.1. Farmedia. Jakarta.2002.

9. Kawamura S, Ikeda Y, Tomita K, et.al. A Family of Hypokalemic Periodic Paralysis with

CACNA1S Gene Mutation Showing Incomplete Penetrance in Women. InternalMedicine

Vol.43, No.3 March 2004. p 21-8-222.

10.Folsy PA, Ringel SP. Neuromuscular Disorders in Emergent and Urgent Neurology2nd ed.

Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 1999