periodik paralisis hypokalemia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    1/27

    BAB I

    TINJAUAN PUSTAKA

    1.

    Definisi

    Paralisis periodik (PP) adalah sekelompok gangguan otot rangka dengan

    bermacam etiologi, episodik, berlangsung sebentar, dan hiporefleks kelemahan otot

    rangka, dengan atau tanpa myotonia tetapi tanpa defisit sensorik dan tanpa

    kehilangan kesadaran. Pasien mengalami serangan kelemahan otot dengan durasi dan

    keparahan yang bervariasi. Serangan dapat berlangsung dari beberapa menit sampai

    beberapa hari. Kelemahan dalam serangan dapat general atau fokal. Dalam

    perjalanan penyakitnya dari penyakit otot ini, kekuatan normal kembali setelah

    serangan, tetapi kemudian kelemahan otot signifikan yang menetap sering

    berkembang. Pada awal perjalanan penyakit ini, kelumpuhan periodik primer atauyang diturunkan (familial), kekuatan otot normal di antara serangan. Setelah

    bertahun-tahun serangan ini, kelemahan interiktal terjadi dan mungkin progresif.

    Gangguan ini dapat diobati dan kelemahan progresif dapat dicegah atau bahkan dapat

    sembuh 1,3.

    2. Klasifikasi

    Paralisis periodik dibagi menjadi dua golongan berdasarkan penggolongan secara

    konvensional yaitu paralisis periodik primer atau familial dan paralisis periodik

    sekunder. Paralisis periodik primer atau familial merupakan kelompok gangguanakibat mutasi gen tunggal yang mengakibatkan kelainan saluran kalsium, kalium

    natrium, dan klorida pada sel otot - membran. Oleh karena itu, ini juga dikenal

    sebagai channelopathiesatau membranopathies 1.

    Paralisis periodik sekunder mungkin karena terbukti diketahui oleh beberapa

    penyebab. Pada paralisis periodik sekunder, bahkan antar-iktal tingkat kalium dalam

    serum tidak normal. Riwayat penggunaan ACE inhibitor, angiotensin-II-reseptor-

    blocker, diuretik, atau carbenoxolone memberikan petunjuk untuk diagnosis paralisis

    periodik sekunder. Karakteristik klinis atau biokimia dari gagal ginjal kronis,

    tirotoksikosis, paramyotonia kongenital, atau sindrom Andersen dapat ditemukankelumpuhan periodik sekunder. Berikut di bawah ini penggolongan paralisis periodik

    secara konvensional 1.

    A. Paralisis periodik primer atau familial:

    i. Paralisis periodik hipokalemik

    ii.

    Paralisis periodik hiperkalemik

    iii. Paralisis periodik normokalemik

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    2/27

    Semua di atas diturunkan secara autosomal dominan

    B. Paralisis periodik sekunder:

    i.

    Paralisis periodik hipokalemik.

    a) Tirotoksikosis

    b)

    Thiazide atau loop-diuretic induced

    c) Nefropati yang menyebabkan kehilangan kalium

    d) Drug-induced: gentamicin, carbenicillin,amphotericin-B, turunan

    tetrasiklin, vitamin B12 , alkohol, carbenoxolone

    e) Hiperaldosteron primer atau sekunder

    f) Keracunan akut akibat menelan barium karbonat sebagai rodentisida

    g) Gastro-intestinal potassium loss

    ii. Paralisis periodik hiperkalemik:

    a)

    Gagal ginjal kronis

    b) Terapi ACE-inhibitor dosis tinggi, atau nefropati diabetik lanjut

    c)

    Potassium supplements jika digunakan bersama potassium sparingdiuretics (spironolactone, triamterene, amiloride) dan atau ACE-

    inhibitors.

    d) Andersens cardiodysrhythmic syndrome

    e) Paramyotonia congenita-periodic paralysis terjadi spontan atau dipicu

    oleh paparan suhu dingin

    A. Paralisis periodik hipokalemik

    Paralisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai kelemahan ototakut karena hipokalemia yang terjadi secara episodik. Sebagian besar paralisis

    periodik hipokalemik merupakan paralisis periodik hipokalemik primer atau

    familial. Paralisis periodik hipokalemik sekunder bersifat sporadik dan biasanya

    berhubungan dengan penyakit tertentu atau keracunan. Salah satu kelainan ginjal

    yang dapat menyebabkan paralisis periodik hipokalemik sekunder adalah asidosis

    tubulus renalis distal (ATRD) yang awitan pertama biasanya terjadi pada masa

    dewasa. Gejala klinis yang karakteristik adalah kelemahan otot akut yang bersifat

    intermiten, gradual, biasanya pada ekstremitas bawah, dapat unilateral atau

    bilateral, disertai nyeri di awal serangan. Paralisis periodik hipokalemik diterapi

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    3/27

    dengan kalium dan mengobati penyakit dasarnya. Analisis yang cermat

    diperlukan untuk mengetahui penyakit dasarnya karena sangat menentukan tata

    laksana dan prognosis selanjutnya 5.

    Paralisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai dengan kadarkalium yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan, disertai

    riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. Hipokalemia dapat

    terjadi karena adanya faktor pencetus tertentu, misalnya makanan dengan kadar

    karbohidrat tinggi, istirahat sesudah latihan fisik, perjalanan jauh, pemberian

    obat, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol dan lain-lain. Kadar insulin juga

    dapat mempengaruhi kelainan ini pada banyak penderita, karena insulin akan

    meningkatkan aliran kalium ke dalam sel. Pada saat serangan akan terjadi

    pergerakan kalium dari cairan ekstra selular masuk ke dalam sel, sehingga pada

    pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia. Kadar kalium biasanya dalambatas normal diluar serangan. Pencetus untuk setiap individu berbeda, juga tidak

    ada korelasi antara besarnya penurunan kadar kalium serum dengan beratnya

    paralisis (kelemahan) otot skeletal 4.

    Penderita dapat mengalami serangan hanya sekali, tetapi dapat juga serangan

    berkali-kali (berulang) dengan interval waktu serangan juga bervariasi.

    Kelemahan biasanya terjadi pada otot kaki dan tangan, tetapi kadang-kadang

    dapat mengenai otot mata, otot pernafasan dan otot untuk menelan, di mana

    kedua keadaan terakhir ini dapat berakibat fatal. Angka kejadian adalah sekitar 1

    diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan biasanya lebih berat.Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 120 tahun, frekuensi serangan

    terbanyak di usia 1535 tahun dan kemudian menurun dengan peningkatan usia.

    Hipokalemik periodik paralisis biasanya terjadi karena kelainan genetik otosomal

    dominan. Hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya hipokalemik periodik

    paralisis adalah tirotoksikosis (thyrotoxic periodic paralysis), hiperinsulin 4.

    Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan berdasarkan

    kadar kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,93,0 mmol/L) ] pada

    waktu serangan, riwayat mengalami episode flaccid paralysis dengan

    pemeriksaan lain dalam batas normal. Paralisis yang terjadi pada penyakit ini

    umumnya berlokasi di bahu dan panggul meliputi juga tangan dan kaki, bersifat

    intermiten, serangan biasanya berakhir sebelum 24 jam, pada EMG dan biopsi

    otot ditemukan miotonia, refleks Babinsky positif, kekuatan otot normal diluar

    serangan. Terdapat 2 bentuk kelainan otot yang diobservasi yaitu episode

    paralitik dan bentuk miopati, kedua keadaan ini dapat terjadi secara terpisah

    ataupun bersama-sama. Sering terjadi bentuk paralitik murni, kombinasi episode

    paralitik dan miopati yang progresifitasnya lambat jarang terjadi, demikian pula

    bentuk miopatik murni jarang terjadi. Episode paralitik ditandai terutama adanya

    flaccid paralysis dengan hipokalemia sehingga dapat terjadi para paresis atau

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    4/27

    tetraparesis berpasangan dengan otot pernafasan. Pada pasien ini murni flaccid

    paralysis dengan hipokalemia dan akan sembuh atau remisi sendiri 56 jam

    kemudian, dengan pemberian kalium per oral serangan menjadi lebih ringan.

    Tidak terdapat kelainan pada otot pernafasan. Jika terdapat kelainan genetik

    maka pada analisa didapatkan kelainan antara lain adalah autosomal dominan

    inheritance yaitu mutasi pada kromososm CACNA1S (70%) disebut hipokalemik

    periodik paralisis tipe 1, mutasi lokus pada kromosom SCN4A (10%) disebut

    hipokalemik periodik paralisis tipe 2 4.

    B. Paralisis periodik hiperkalemik

    Lebih jarang dibanding paralisis periodik hipokalemik. Mulai timbul sebelum

    umur 10 tahun. Frekuensi dan berat serangan berkurang pada masa remaja dan

    hilang pada saat dewasa. Frekuensi laki-laki dan wanita sama. Berbagai faktor

    pencetus terjadinya paralisis periodik hiperkalemik diantaranya 6,7.

    1. Lapar

    2.

    Istirahat setelah kena dingin atau setelah latihan

    3. Asupan kalium yang berlebihan

    4. Infeksi

    5. Kehamilan

    6. Anestesi

    Pada paralisis periodik hiperkalemia, karbohidrat dan garam bukan

    merupakan faktor pencetus. Gejala lebih ringan dibandingkan paralisis periodik

    hipokalemia. Biasanya berlangsung kurang dari 1 jam. Serangan lebih sering

    terjadi pada siang hari dan biasanya terjadi waktu istirahat, misalnya sedang

    duduk. Keluhan berkurang bila penderita berjalan-jalan. Kelemahan dimulai dari

    tungkai lalu menjalar ke paha, punggung, tangan, lengan dan bahu. Sebelum

    timbul kelemahan biasanya terdapat rasa kaku dan kesemutan pada kedua

    tungkai. Jarang terjadi gangguan menelan dan napas. Sering terdapat miotoniapada otot mata, wajah, lidah dan faring. Pada saat serangan didapatkan tonus dan

    refleks fisiologis yang menurun dan tanda Chovstek yang positif. Diluar serangan

    kekuatan otot normal, pada fase lanjut terdapat kelemahan otot-otot proksimal 6,7.

    C. Paralisis Periodik Normokalemik

    Jenis ini paling jarang ditemui. Patofisiologinya belum diketahui. Serangan lebih

    berat dan lebih lama daripada paralisis periodik hiperkalemia. Serangan dapat

    ditimbulkan oleh pemberian KCl dan dapat dihentikan dengan pemberian NaCl.

    Serangan tidak dipicu oleh pemberian insulin, glukosa ataupun kalium2

    .

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    5/27

    Karakteristik klinis perbedaan dari paralisis periodik hiperkalemik dan paralisis

    hipokalemik dapat dilihat pada tabel di bawah ini 3.

    Paralisis periodik

    hiprekalemik

    Paralisis peiodik

    hipokalemik

    Onset Dekade pertama Dekade kedua

    Pemicu Istirahat sehabis latihan,

    dingin, puasa, makanan

    kaya kalium

    Istirahat sehabis latihan,

    kelebihan karbohidrat

    Waktu serangan Kapan pun Pada saat bangun tidur

    pagi hari

    Durasi serangan Beberapa menit sampai

    beberapa jam

    Beberapa jam sampai

    beberapa hari

    Keparahan serangan Ringan sampai sedang,

    fokal

    Sedang sampai berat

    Gejala tambahan Miotonia atau

    paramiotonia

    -

    Kalium serum Biasanya tinggi, bisa

    normal

    Rendah

    Pengobatan Acetazolamide,

    dichlorphenamide,

    thiazide, beta-agonist

    Acetazolamide,

    dichlorphenamide,

    suplemen kalium,

    diuretik hemat kalium

    Gen/ion channel SCN4A: Nav1.4 (sodium

    channel subunit

    KCNJ2: Kir2.1 (pottasium

    channel subunit)

    CACNA1S: Cav1.1

    (calcium channel

    subunit)

    SCN4A: Nav1.4

    (sodium channel

    subunit)

    KCNJ2: Kir2.1

    (pottasium channel

    subunit)

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    6/27

    3. Etiologi

    Sinyal listrik pada otot skeletal, jantung, dan saraf merupakan suatu alat

    untuk mentransmisikan suatu informasi secara cepat dan jarak yang jauh. Kontraksi

    otot skeletal diinisiasi dengan pelepasan ion kalsium oleh retikulum sarkoplasma,yang kemudian terjadi aksi potensial pada motor end-plate yang dicetuskan oleh

    depolarisasi dari transverse tubule (T tubule). Ketepatan dan kecepatan dari jalur

    sinyal ini tergantung aksi koordinasi beberapa kelas voltage-sensitive kanal ion.

    Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan kelainan yang diturunkan

    pada manusia. Dan kelainannya disebut chanelopathies yang cenderung

    menimbulkan gejala yang paroksismal : miotonia atau periodik paralisis dari otot-oto

    skeletal. Defek pada kanal ion tersebut dapat meningkatkan eksitasi elektrik suatu

    sel, menurunkan kemampuan eksitasi, bahkan dapat menyebabkan kehilangan

    kemampuan eksitasi. Dan kehilangan dari eksitasi listrik pada otot skeletalmerupakan kelainan dasar dari periodik paralisis 8.

    4. Patofisiologi

    A. Kalium

    Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik dalam

    tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai peranan yang

    dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot

    lurik. Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utama

    intrasel. Ion ini akan masuk ke dalam sel dengan cara transport aktif, yang

    memerlukan energi. Fungsi kalium akan nampak jelas bila fungsi tersebut

    terutama berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot lurik, dan ginjal.

    Eksitabilitas sel sebanding dengan rasio kadar kalium di dalam dan di luar sel.

    Berarti bahwa setiap perubahan dari rasio ini akan mempengaruhi fungsi dari sel

    sel yaitu tidak berfungsinya membran sel yang tidak eksitabel, yang akan

    menyebabkan timbulnya keluhankeluhan dan gejalagejala sehubungan dengan

    tidak seimbangnya kadar kalium. Kadar kalium normal intrasel adalah 135150

    mEq/L dan ekstrasel adalah 3,55,5mEq/L. Perbedaan kadar yang sangat besar

    ini dapat bertahan, tergantung pada metabolisme sel. Dengan demikian situasi didalam sel adalah elektro negatif dan terdapat membran potensial istirahat kurang

    lebih sebesar -90 mvolt 8.

    B. Paralisis periodik hipokalemik

    Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang sering terjadi pada praktek

    klinis yang didefinisikan dengan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L,

    pada hipokalemia sedang kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia

    berat kadar kalium serumnya kurang dari 2,5 mEq/L. Keadaan ini dapat

    dicetuskan melalui berbagai mekanisme, termasuk asupan yang tidak adekuat,

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    7/27

    pengeluaran berlebihan melalui ginjal atau gastrointestinal, obat-obatan, dan

    perpindahan transelular (perpindahan kalium dari serum ke intraselular). Gejala

    hipokalemi ini terutama terjadi kelainan di otot. Konsentrasi kalium serum pada

    3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot

    ringan, fatigue, dan mialgia. Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L

    kelemahan otot menjadi lebih berat terutama pada bagian proximal dari tungkai.

    Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi

    kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis dan miogobinuria.

    Peningkatan osmolaritas serum dapat menjadi suatu prediktor terjadinya

    rhabdomiolisis. Selain itu suatu keadaan hipokalemia dapat mengganggu kerja

    dari organ lain, terutama sekali jantung yang banyak sekali mengandung otot dan

    berpengaruh terhadap perubahan kadar kalium serum. Perubahan kerja jantung

    ini dapat kita deteksi dari pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Perubahan

    pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum dibawah 3,5 dan 3,0mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang T, timbulnya gelombang

    U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT interval 1,6.

    Periodik paralisis hipokalemi (HypoPP) merupakan bentuk umum dari

    kejadian periodik paralisis yang diturunkan, dimana kelainan ini diturunkan

    secara autosomal dominan. Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis

    hipokalemi terjadi karena mutasi dari gen reseptor dihidropiridin pada kromosom

    1q. Reseptor ini merupakan calcium channel yang bersama dengan reseptor

    ryanodin berperan dalam proses coupling pada eksitasi-kontraksi otot. Fontaine

    et.al telah berhasil memetakan mengenai lokus gen dari kelainan HypoPP ini

    terletak tepatnya di kromosom 1q2131. Dimana gen ini mengkode subunit alfa

    dari L-type calcium channel dari otot skeletal secara singkat di kode sebagai

    CACNL1A3. Mutasi dari CACNL1A3 ini dapat disubsitusi oleh 3 jenis protein

    arginin (Arg) yang berbeda, diantaranya Arg-528-His, Arg-1239-His, dan Arg-

    1239-Gly. Pada Arg-528-His terjadi sekitar 50 % kasus pada periodik paralisis

    hipokalemi familial dan kelainan ini kejadiannya lebih rendah pada wanita

    dibanding pria. Pada wanita yang memiliki kelainan pada Arg-528-His dan Arg-

    1239-His sekitar setengah dan sepertiganya tidak menimbulkan gejala klinis 9,10.

    Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan

    kelemahan dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun

    kognitif yang berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan

    tidak ditemukan tanda-tanda miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang

    menyebabkan hipokalemi. Gejala pada penyakit ini biasanya timbul pada usia

    pubertas atau lebih, dengan serangan kelemahan yang episodik dari derajat ringan

    atau berat yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai penurunan kapasitas

    vital dan hipoventilasi, gejala lain sepertifatiguedapat menjadi gejala awal yang

    timbul sebelum serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya

    serangan kelemahan. Serangan sering terjadi saat malam hari atau saat bangun

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    8/27

    dari tidur dan dicetuskan dengan asupan karbohidrat yang banyak serta riwayat

    melakukan aktivitas berat sebelumnya yang tidak seperti biasanya. Serangan ini

    dapat terjadi hingga beberapa jam sampai yang paling berat dapat terjadi

    beberapa hari dari kelumpuhan tersebut 3,8.

    Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai biasanya

    terjadi lebih dulu daripada lengan dan sering lebih berat kelemahannya dibanding

    lengan, dan bagian proksimal dari ekstremitas lebih jelas terlihat kelemahannya

    dibanding bagian distalnya. Terkecuali, kelemahan ini dapat juga terjadi

    sebaliknya dimana kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang kemudian

    diikuti kelemahan pada kedua tungkai dimana terjadi pada pasien ini. Otot-otot

    lain yang jarang sekali lumpuh diantaranya otot-otot dari mata, wajah, lidah,

    pharing, laring, diafragma, dan spingter, namun pada kasus tertentu kelemahan

    ini dapat saja terjadi. Saat puncak dari serangan kelemahan otot, refleks tendonmenjadi menurun dan terus berkurang menjadi hilang sama sekali dan reflek

    kutaneus masih tetap ada. Rasa sensoris masih baik. Setelah serangan berakhir,

    kekuatan otot secara umum pulih biasanya dimulai dari otot yang terakhir kali

    menjadi lemah. Miotonia tidak terjadi pada keadaan ini, dan bila terjadi dan

    terlihat pada klinis atau pemeriksaan EMG menunjukkan terjadinya miotonia

    maka diagnosis HypoPP kita dapat singkirkan 1,8.

    Selain dari anamnesa, pemeriksaan penunjang lain seperti laboratorium darah

    dalam hal ini fungsi ginjal, elektrolit darah dan urin, urinalisa urin 24 jam, kadar

    hormonal seperti T4 dan TSH sangat membantu kita untuk menyingkirkanpenyebab sekunder dari hipokalemia. Keadaan lain atau penyakit yang dapat

    menyebabkan hipokalemi diantaranya intake kalium yang kurang, intake

    karbohidrat yang berlebihan, intoksikasi barium, kehilangan kalium karena diare,

    periodik paralisis karena tirotoksikosis, renal tubular asidosis, dan

    hyperaldosteronism 3.

    5. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah 1,3

    A. Laboratorium

    1) Kadar kalium serum

    Kalium serum merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling

    penting. Diantara serangan paralisis, kalium serum abnormal pada tipe

    paralisis periodik sekunder, tetapi biasanya normal pada paralisis periodik

    primer. Selama serangan kadar kalium serum dapat tinggi, rendah, atau di

    atas batas normal dan bisa di bawah batas normal. Pemeriksaan secara

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    9/27

    random kadar kalium serum dapat menunjukan fluktuasi yang periodik pada

    paralisis periodik normokalemik.

    Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan

    suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia. Padakonsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat

    terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika serum kalium turun

    hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi kerusakan struktural dari

    otot, termasuk rhabdomiolisisdan miogobinuria.

    2)

    Fungsi ginjal

    3) Kadar glukosa darah pengambilan glukosa darah ke dalam sel

    menyebabkan kalim berpindah dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel

    tubuh.

    4)

    pH darah

    Dibutuhkan untuk menginterpretasikan K+ yang rendah. Alkalosis biasa

    menyertai hipokalemia dan menyebabkan pergeseran K+ ke dalam sel.

    Asidosis menyebabkan kehilangan K+langsung dalam urin.

    5) Hormon tiroid: T3,T4 dan TSH untuk menyingkirkan penyebab sekunder

    hipokalemia.

    6)

    Kadar CPK (creatinin phospokinase) dan mioglobin serum

    Kadar CPK tinggi pada paralisis periodik primer selama atau baru saja setelah

    serangan. Kadar mioglobin serum juga mungkin tinggi.

    B. EKG

    Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum

    dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang

    T, timbulnya gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan

    QT interval

    8

    .

    C. EMG

    Di antara serangan, mungkin ada fibrilasi dan pengulangan keluaran

    kompleks, meningkat dengan dingin dan menurun dengan latihan (dalam

    paralisis periodik hipokalemik). Selama serangan, EMG akan menunjukkan

    listrik diam, baik pada paralisis periodik hiperkalemik dan paralisis periodik

    hipokalemik.

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    10/27

    D. Biopsi otot

    Biopsi otot diperlukan pada beberapa kasus yang dengan penampilan klinis

    yang tidak spesifik. Pada paralisis periodik hipokalemik primer muangkin

    terdapat vakuola sentral yang tunggal atau mutipel. Pada paralisis periodikhiperkalemik sekunder, vakuala dan agregat tubular dapat ditemukan.

    6. Penatalaksanaan

    A. Paralisis periodik hipokalemik

    Seperti pada bentuk lain dari periodik paralisis dan miotonia, kebanyakan

    pasien dengan HypoPP tidak memerlukan intervensi farmakologis. Pasien kita

    edukasi dan berikan informasi untuk mencegah dan menurunkan kejadian

    serangan melalui menghindari kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik yang

    berat, hindari kedinginan, mengkonsumsi buah-buahan atau jus yang tinggi akan

    kalium, membatasi intake karbohidrat dan garam (160 mEq/hari).

    Pemberian obat-obatan seperti penghambat carbonic anhidrase dapat

    diberikan untuk menurunkan frekuensi dan beratnya serangan kelemahan

    episodik dan memperbaiki kekuatan otot diantara serangan. Acetazolamide

    merupakan obat jenis tersebut yang banyak diresepkan, dosis dimulai dari 125

    mg/hari dan secara bertahap ditingkatkan hingga dosis yang dibutuhkan

    maksimum 1500 mg/hari. Pasien yang tidak berespon dengan pemberian

    acetazolamidedapat diberikan penghambat carbonic anhidraseyang lebih potenseperti, dichlorphenamide50 hingga 150 mg/hari atau pemberian diuretik hemat

    kalium sepertispironolactoneatautriamterine(keduanya dalam dosis 25 hingga

    100 mg/hari). Pemberian rutin kalium chlorida (KCL) 5 hingga 10 g per hari

    secara oral yang dilarutkan dengan cairan tanpa pemanis dapat mencegah

    timbulnya serangan pada kebanyakan pasien. Pada suatu serangan HypoPPyang

    akut atau berat, KCL dapat diberikan melalui intravena dengan dosis inisial 0,05

    hingga 0,1 mEq/KgBB dalam bolus pelan, diikuti dengan pemberian KCL dalam

    5% manitol dengan dosis 20 hingga 40 mEq, hindari pemberian dalam larutan

    glukosa sebagai cairan pembawa. Kepustakaan lain KCL dapat diberikan dengan

    dosis 50 mEq/L dalam 250 cc larutan 5 % manitol 1,5.

    B. Paralisis periodik hiperkalemik

    Penatalaksanaan dari paralisis periodik hiperkalemik diaantaranya 1:

    1.

    Profilaksis : acetazolamide atau diuretik thiazide dapat digunakan untuk

    mencegah serangan.

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    11/27

    2. Pengobatan saat serangan: pada kasus yang sedang tidak membutuhkan

    terapi obat-obatan yang mana hanya dengan minum minuman yang manis

    atau permen gula dapat mengurangi serangan. Pada kasus yang

    memanjang atau serangan yang lanjut diuretik thiazide dan loop diuretik

    (furosemide, bumetanide) digunakan dalam dosis yang cukup tinggi untuk

    menurunkan kadar kalium menjadi normal. Jika kadar kalium darah

    sangat tinggi dapat diberikan secara intravena 20 ml kalsium glukonas

    20% atau drip normal saline atau secara intravena glukosa 10% ditambah

    insulin. Jika gagal atau intoleransi terhadap diuretik, salbutamol dapat

    diberikan secara intravena untuk mengatasi serangan.

    C. Pengobatan paralisis periodik normokalemik

    Pengobatan sama dengan paralisis periodik hiperkalemik, seperti 1:

    1.

    Diet tinggi karbohidrat, seperti permen gula

    2. Thiazide, seperti chlorthalidone 250-1000 mg/hari

    3.

    Pemberian secara intravena normal saline dan kalsium glukonas

    4. Pemberian secara intravena insulin dan glukosa

    D.

    Pengobatan paralisis periodik sekunder

    Prinsip utamanya adalah penyebeb utamanya harus diobati dahulu, obat-

    obatan yang memperburuk kondisi dihentikan. Suplemen kalium harus diberikan

    pada paralisis periodik hipokalemik. Loop diuretik, glukosa ditambah insulin

    secara intravena, atau kalsium glukonas harus diberikan pada paralisis periodik

    hiperkalemik 1.

    a) Paralisis periodik karena tirotoksikosis: pada kelainan ini terdapat

    hipokalemia, pengobatan dengan memberikan kalium klorida dengan

    beta bloker dan carbimazole (Neomercazole). Acetazolamide tidakefektif Pada kondisi emergensi propanolol secara intravena dapat

    diberikan.

    b) Paralisis periodik karena keracunan barium akut: diberikan larutan

    magnesium sulfat 2,5 gm secara intravena bolus tunggal. Pada kasus

    yang masih awal, lavase lambung dengan magnesium sulfat (2,5%) dapat

    dibeikan. Bantuan ventilator dapat diberikan jika diperlukan.

    Hipokalemia diatasi dengan pemberian secara intravena kalium klorida.

    Natrium sulfat dapat digunakan menggantikan magnesium sulfat.

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    12/27

    c) Paralisis periodik karena paramyotonia kongenital: biasanya terdapat

    hiperkalemia dan paralisis dipicu oleh dingin. Karenanya itu, pasien

    harus di tempatkan di tempat yang hangat. Pengobatan terdiri dari

    pemberian oral atau secara intravena glukosa dan oral thiazide.

    d) Sindrom Andersen: pasien harus dimasukkan ke ICU untuk monitoring

    jantung dan pengobatan segera untuk disritmia jantung. Jika kadar

    kalium serum rendah, meningkat, atau normal pengobatan untuk

    hipokalemia atau hiperkalemia dilakukan berdasarkan kadar kalium

    serum.

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    13/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Arya, SN. Lecture Notes: Periodic Paralysis. Journal Indian Academy ofClinical Medicine. 2002. Vol 3 No 4.

    2. Graves TD. Hanna MG. Neurological Channelopathies. Postgrad. Med. J

    2005;81;20-32

    3.

    Fialho, D & Michael GH.Periodic Paralysis. Chapter 4. 2007;77-105

    4. Widjajanti, A & SM Agutini. Hipokalemik Periodik Paralisis. 2005; 19-22

    5.

    Souvriyanti, Elsye; Sudung OP.. Paralisis Periodik Hipokalemik pada Anak

    dengan Asidosis Tubulus Renalis Distal. 2008. Vol 1. 53-59

    6. Graber M. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik, ed.1. Farmedia.

    Jakarta.2002

    7. Kawamura S, Ikeda Y, Tomita K, et.al. A Family of Hypokalemic Periodic

    Paralysis with CACNA1S Gene Mutation Showing Incomplete Penetrance in

    Women. InternalMedicineVol.43, No.3 March 2004. p 21-8222

    8. Cannon SC. Myotonia and Periodic Paralysis: Disorders of Voltage-Gated

    Ion Channels in Neurological Theurapeutics Principles and Practice, vol.2

    part 2. Mayo Foundation. United Kingdom. 2003; 225;2365-2377

    9. Sternberg, D., Masionobe, T., Jurkat-Rott, K., et al., 2001, Hypokalaemic

    Periodic Paralysis type 2 caused by mutasions at codon 672 in the muscle

    sodium channel geneSCN4A. Barain. 124: 10919.

    10.

    Sternberg, D., Tabt,i N., Haingue, B., Fontaine, B., 2004, Hypokalemic

    periodic Paralysis,. Gene Reviews. Funded by NIH University of Washington,

    Seattle19 May, 122.

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    14/27

    BAB II

    ILUSTRASI KASUS

    Seorang pasien berusia 41 tahun dirawat di Bangsal Saraf RSUP dr.M Djamil

    Padang dengan keluhan :

    Keluhan utama :

    Lemah ke empat anggota gerak

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Lemah ke empat anggota gerak sejak 3 hari sebelum masuk RS, lemah

    dirasakan pasien ketika baru bangun tidur. Pasien merasakan kelemahan pada

    ke empat anggota gerak secara bersamaan. Kelemahan dirasakan sama antara

    tungkai dan lengan. Pasien hanya mampu menggerakkan tangan kanan dan

    kiri serta telapak kaki kanan dan kiri. Akibat kelemahan ini pasien hanya bisa

    berbaring selama 3 hari.Untuk makan dan minum dibantu oleh orang lain

    Rasa kesemutan dan mati rasa pada anggota tubuh tidak ada

    BAB dan BAK baik

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien pernah mengalami kelemahan seperti ini pada tahun 2007. Dirawat di

    rumah sakit selama 1 minggu, pulang bisa berjalan seperti semula.

    Riwayat demam, batuk pilek 2 minggu sebelumnya tidak ada

    Riwayat penyakit ginjal dan gondok tidak ada

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita penyakit seperti ini.

    Riwayat Sosial Ekonomi :

    Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, aktifitas fisik cukup, kebiasaan makan nasi

    pada malam hari ( + ), sulit untuk tidur dimalam hari sejak 8 hari sebelum masuk RS.

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    15/27

    B. Pemeriksaan Fisik.

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos Mentis Cooperative, GCS E4M6V5 = 15

    Tekanan darah : 110/70 mmHg

    Nadi : Teraba, teratur, frekwensi 90 x/menit

    Nafas : 22 x/menit

    Suhu : 36,7 C

    C. Status Internus.

    Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut

    Kelenjar getah bening : Tidak teraba

    Kepala : Tidak ada kelainan

    Mata : Sklera tidak ikterik

    Konjungtiva tidak anemis

    Pupil isokor, d : 2mm/2mm, refleks cahaya

    +/+, reflek kornea +/+

    Telinga dan hidung : Tidak ada kelainan

    Tenggorokan : Uvula terletak di tengah, refleks muntah (+)

    Leher : JVP 5-2 cmH2O, bruit (-)

    Thorax :

    Paru :

    Inspeksi : simetris kiri dan kanan

    Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan

    Perkusi : sonor

    Auskultasi : vesikuler normal, ronki tidak ada, wheezing

    tidak ada

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    16/27

    Jantung:

    Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

    Perkusi : kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

    kanan : linea sternalis dextra

    atas : RIC II

    Auskultasi : BJ murni, teratur, HR = 90 kali/menit

    Abdomen

    Inspeksi : tidak tampak membuncit

    Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

    Perkusi : tympani

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Corpus vertebralis : Deformitas ()

    Genitalia : tidak diperiksa

    D. Status Neurologis.

    Kesadaran : Compos Mentis Cooperative, GCS E4M6V5 = 15

    1. Tanda rangsangan selaput otak

    Kaku kuduk : (-)

    Brudzinsky I : (-)

    Brudzinsky II : (-)

    Tanda Kernig : (-)

    2. Tanda peningkatan tekanan intrakranial

    Tekanan darah : normal

    Bradikardi :tidak ada

    Muntah proyektil tidak ada

    Nyeri kepala hebat tidak ada

    3. Nervus kranial:

    N I : Penciuman baik

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    17/27

    N II : Mata kiri /kanan dalam batas normal

    N III, IV, VI : Bola mata dapat bergerak ke segala arah, pupil isokor, diameter

    3mm/3mm,

    bentuk bulat, refleks cahaya +/+

    N V : Kanan Kiri

    Motorik

    Membuka mulut Normal Normal

    Menggerakkan rahang Normal Normal

    Menggigit Normal Normal

    Mengunyah Normal Normal

    Sensorik

    Divisi oftalmika

    Refleks kornea Normal Normal

    Sensibilitas Normal Normal

    Divisi maksila

    Refleks masseter Normal Normal

    Sensibilitas Normal Normal

    Difisi mandibula

    Sensibilitas Normal Normal

    N VII :

    Kanan Kiri

    Raut wajah Normal Normal

    Sekresi air mata Dalam batas normal

    Fisura palpebra Normal Normal

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    18/27

    Menggerakkan dahi + +

    Menutup mata + +

    Mencibir / bersiul + +

    Memperlihatkan gigi + +

    Sensasi lidah 2/3 depan + +

    Hiperakusis

    Plika nasolabialis simetris kiri dan kanan

    N VIII : Pendengaran dalam batas normal

    N IX, X : Refleks muntah baik, arkus faring simetris, uvula ditengah

    N XI : Dapat menoleh ke kiri dan ke kanan, dapat mengangkat bahu

    kiri dan kanan

    N XII : Kedudukan lidah di luar tidak ada deviasi

    4.

    Pemeriksaan fungsi motorik.

    Kanan Kiri

    Ekstrimitas superior

    Gerakan Kurang Kurang

    Kekuatan 5 2 1 1 2 5

    Tropi Eutropi Eutropi

    Tonus hipotonus hipotonus

    Ekstrimitas inferior

    Gerakan Kurang Kurang

    Kekuatan 5 2 1 1 2 5

    Tropi Eutropi Eutropi

    Tonus hipotonus hipotonus

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    19/27

    5.

    Fungsi Otonom.

    Miksi defekasi dan sekresi keringat baik.

    6. Refleks.

    Refleks fisiologis:

    Bisep : +/+

    Trisep : +/+

    KPR : +/+

    APR : +/+

    Refleks Patologis:

    HoffmanTromner : /

    Babinski : /

    Chaddoks : /

    Oppenheim : /

    Gordon : /

    Schaffer : /

    7.

    Fungsi Luhur

    Kesadaran : Baik

    Tanda demensia : tidak ada

    Refleks glabella : ()

    Refleks snout : ()

    Refleks menghisap : ()

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    20/27

    Refleks memegang : ()

    Refleks palmomental : ()

    8. Sensorik

    Respon (+) terhadap rangsangan nyeri, taktil,termis, kortikal,pengenalan 2

    titik dan rabaan.

    PEMERIKSAAN LABOR

    Gula darah sewaktu : 132mg/dl

    Ureum/Kreatinin : 23/0,9 mg/dl

    Na/K/Cl : 138/0/109 mmol/L

    DIAGNOSA

    Diagnosa klinis : Tetraparese tipe LMN

    Diagnosa topik : Otot Rangka

    Diagnosa etiologi : Periodik Paralisis Hipokalemia

    Diagnosa sekunder : -

    TERAPI

    UMUM : O2 3L/menit

    IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf

    MB rendah karbohidrat

    KHUSUS : KCl drip 50 meq dalam IVFD RL12 jam/kolf

    PROGNOSIS

    Quo ad Vitam : dubia ad bonam

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    21/27

    Quo ad functionam : dubia ad malam

    Quo ad sanam : dubia ad bonam

    Follow Up

    Tanggal 7/2/2014

    S/ lemah keempat anggota gerak

    O/

    KU Kesadaran TD Nd Nf T

    Sedang CMC 120/80 81 x/ menit 20 x/menit 36,8 C

    Status Internus : dalam batas normal

    Status Neurologikus :

    GCS : 15

    N.Cranial : pupil isokor diameter 2mm/2mm

    Motorik :

    542 245

    542 245

    Hipotonus, Eutrofi

    Sensorik dan otonom : baik

    RF : +/+

    RP : -/-

    A/ Periodik Paralisis Hipokalemia

    P/ Cek Elektrolit post koreksi

    Terapi :

    - Umum : IVFD Asering 12 jam/kolf

    O2 3L/menit

    - Khusus :

    KCl 50meq dalam RL habis dalam 12 jam

    KSR 2x600 mg PO

    Tanggal 7/2/2014

    Jam 23.30 Hasil lab Na/K/Cl : 142/2,1/110 mmol/L

    Koreksi Kalium 40 meq KCl dalam 300 cc RL habis dalam 6 jam

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    22/27

    Tanggal 8/2/2014

    S/ kelemahan berkurang

    O/KU Kesadaran TD Nd Nf T

    Sedang CMC 120/70 78 x/ menit 20 x/menit Afebris

    Status Internus : dalam batas normal

    Status Neurologikus :

    GCS : 15

    N.Cranial : dalam batas normal

    Motorik :

    444 444

    444 444

    Eutonus, Eutrofi

    Sensorik dan otonom : baik

    RF : ++/++

    RP : -/-

    A/ Periodik Paralisis Hipokalemia

    P/ Cek Elektrolit post koreksi

    Terapi :

    - Umum : IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf

    - Khusus :

    KCl 40meq dalam 300cc RL

    KSR 2x600 mg PO

    Labor

    Hb : 14,7 g/dl

    Ht : 37,2 %Leukosit : 11.490

    Trombosit : 388.000

    Ur/Kr : 20,1/0,7

    Kolesterol total : 165 mg/dl

    Kolesterol LDL/HDL : 106,6/42 mg/dl

    Trigriserida : 82 mg/dl

    Jam 22.38

    Hasil labor Na/K/Cl : 142/2,7/109

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    23/27

    Koreksi Kalium : (4,5-2,7)x50x0,3 = 27

    Drip KCl 25 meq (1flc) dalam NaCl 0,9 % 300 cc habis dalam 6 jam

    Tanggal 9/2/2014

    S/ lemah keempat anggota gerak berkurang

    O/

    KU Kesadaran TD Nd Nf T

    Sedang CMC 120/80 81 x/ menit 20 x/menit 36,8 C

    Status Internus : dalam batas normal

    Status Neurologikus :

    GCS : 15

    N.Cranial : dalam batas normal

    Motorik :

    444 444

    444 444

    Eutonus, Eutrofi

    Sensorik dan otonom : baikRF : ++/++

    RP : -/-

    A/ Periodik Paralisis Hipokalemia

    P/ Cek Elektrolit post koreksi

    Terapi :

    -

    Umum : IVFD Asering 12 jam/kolfO2 3L/menit

    - Khusus : KCl 40 meq dalam 300 cc RL habis dalam 6 jam

    KSR 2x600 mg PO

    Jam 20.20

    Hasil Lab Na/K/Cl : 139/2,6/109 mmol/L

    Koreksi KCl : (4,5-2,6)x 50 x 0,3 = 30 meq KCl dalam 250 cc RL habis dalam 6 jam

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    24/27

    Tanggal 10/2/2014

    S/ kelemahan anggota gerak (-)

    O/KU Kesadaran TD Nd Nf T

    Sedang CMC 110/70 80 x/ menit 21 x/menit Afebris

    Status Internus : dalam batas normal

    Status Neurologikus :

    GCS : 15

    N.Cranial : dalam batas normal

    Motorik :

    555 555

    555 555

    Eutonus, Eutrofi

    Sensorik dan otonom : baik

    RF : ++/++

    RP : -/-

    A/ Periodik Paralisis dalam perbaikan

    P/ Cek Elektrolit post koreksi

    Terapi :

    - Umum : IVFD NaCl 0,9% 12 jam/kolf

    - Khusus : KSR 2x600 mg PO

    Jam 13.00

    Hasil Lab Na/K/Cl : 140/2,8/111 mmol/LKoreksi KCl : (5-2,8)x 50 x 0,3 = 33 meq KCl dalam 250 cc RL habis dalam 6 jam

    dengan kecepatan 10 tetes/menit

    Tanggal 11/2/2014

    S/ kelemahan anggota gerak (-)

    O/

    KU Kesadaran TD Nd Nf T

    Sedang CMC 110/70 80 x/ menit 21 x/menit Afebris

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    25/27

    Status Internus : dalam batas normal

    Status Neurologikus : dalam batas normal

    Sensorik dan otonom : baikRF : ++/++

    RP : -/-

    A/ Periodik Paralisis dalam perbaikan

    P/ Cek Elektrolit post koreksi

    Hasil labor Na/K/Cl : 140/3,1/140

    Terapi Khusus : KSR 2x600 mg PO

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    26/27

    BAB III

    DISKUSI

    Seorang pasien berusia 41 tahun dirawat di Bangsal Saraf RSUP dr.M Djamil

    Padang dengan keluhan utama lemah ke empat anggota gerak. Lemah ke empat

    anggota gerak sejak 3 hari sebelum masuk RS, lemah dirasakan pasien ketika baru

    bangun tidur. Kelemahan dirasakan sama antara tungkai dan lengan. Pasien hanya

    mampu menggerakkan tangan kanan dan kiri serta telapak kaki kanan dan kiri.

    Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis ditandai dengan kelemahan dari otot-otot

    skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun kognitif yang berhubungan

    dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan tidak ditemukan tanda-tanda

    miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang menyebabkan hipokalemi. Dari

    anamnesis tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita penyakit seperti ini.

    Dari pemeriksaan fisik ditemukan kelemahan motorik keempat anggotagerak,tidak ada gangguan sensoris dan otonom, didapatkan reflek fisiologis (+)

    menurun dan pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal. Pemeriksaan

    laboratorium elektrolit didapatkan nilai kalium 0 mmol/L. Berdasarkan anamnesis

    dan pemeriksaan fisik ini ditegakkan dignosis klinis tetraparese tipe LMN. Diagnosis

    topik yaitu otot rangka. Diagnosis etiologi yaitu Periodik Paralisis Hipokalemia.

    Terapi yang diberikan pada pasien berupa terapi umum dengan pemberian

    oksigen 3L/menit dan IVFD RL 12 jam/kolf. Terapi khusus yang diberikan adalah

    KCl drip 50 meq dalam RL habis dalam 12 jam. Untuk terapi pada hari berikutnya

    disesuaikan dengan nilai kalium darah, dan dikoreksi dengan kalium sesuaikebutuhan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah elektromiografi.

    Prognosis dari kasus ini adala dubia ad bonam.

  • 8/10/2019 periodik paralisis hypokalemia

    27/27

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Paralisis periodik merupakan sindroma klinis yang dapat menyebabkan

    kelemahan yang akut pada anak-anak maupun dewasa muda. Pasien akan mengalami

    kelemahan progresif dari anggota gerak baik tungkai maupun lengan tanpa adanya

    gangguan sensoris.Gangguan ini secara konvensional dibagi menjadi paralisisperiodik primer atau diturunkan (familial), dan paralisis periodik sekunder. Paralisis

    periodik primer atau familial merupakan kelompok gangguan akibat mutasi gen

    tunggal yang mengakibatkan kelainan saluran kalsium, kalium natrium, dan klorida

    pada sel otot - membran. Oleh karena itu, ini juga dikenal sebagai channelopathies

    atau membranopathies.

    Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik dalam

    tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai peranan yang

    dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot lurik.

    Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utama intrasel.Paralisis periodik dapat diobati dan kelemahan progresif dapat dicegah atau bahkan

    dapat sembuh.