34
BAB I PRESENTASI KASUS I. IDENTITAS Nama : Tn. K Umur : 48 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Buruh harian lepas Alamat : Pasalakan Tanggal masuk : 7 Desember 2015 Tanggal pemeriksaan : 15 Desember 2015 II. ANAMNESIS (autoanamnesis 15 Desember 2015) 1. Keluhan Utama Kelemahan mendadak pada lengan sebelah kanan sejak ±2 jam SMRS. 2. Keluhan tambahan Tangan kanan sering bergerak sendiri ke kanan dan ke kiri tanpa disadari 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 7 Desember 2015, dengan kelemahan pada secara mendadak pada lengan sebelah kanan sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan hilang timbul terutama ketika bangun tidur. Pasien juga mengeluh 1

Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

s

Citation preview

Page 1: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

BAB I

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. K

Umur : 48 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh harian lepas

Alamat : Pasalakan

Tanggal masuk : 7 Desember 2015

Tanggal pemeriksaan : 15 Desember 2015

II. ANAMNESIS (autoanamnesis 15 Desember 2015)

1. Keluhan Utama

Kelemahan mendadak pada lengan sebelah kanan sejak ±2 jam SMRS.

2. Keluhan tambahan

Tangan kanan sering bergerak sendiri ke kanan dan ke kiri tanpa disadari

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 7 Desember

2015, dengan kelemahan pada secara mendadak pada lengan sebelah kanan sejak

6 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan hilang timbul terutama

ketika bangun tidur. Pasien juga mengeluh bahwa tangan kanannya sering

bergerak sendiri ke kanan dan ke kiri secara berulang kali kurang lebih setiap 10

menit sekali, terutama ketika pasien sedang mengangkat tangannya. Keluhan

diawali dengan rasa nyeri pada lengan bawah hingga ke leher ketika pasien sedang

beristirahat dan kadangkala terasa kesemutan di jari-jari tangan kanan

Pasien mempunyai riwayat Diabetes Melitus yang tidak terkontrol sejak 6

bulan yang lalu. Keluhan seperti pingsan, kejang, demam, mual, muntah,

pandangan ganda, riwayat penyakit jantung dan riwayat darah tinggi disangkal.

1

Page 2: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Pasien juga menyangkal adanya gangguan menelan, bicara cadel dan wajah

miring ke salah satu sisi.

Buang air besar dan buang air kecil lancer, tidak ada keluhan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Terdapat riwayat diabetes mellitus namun tidak terkontrol.

Riwayat penyakit jantung disangkal.

Riwayat trauma kepala disangkal.

Riwayat darah tinggi disangkal.

Pasien sebelumnya tidak pernah berada dalam kondisi seperti saat ini.

5. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat kondisi seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

KU : Tampak sakit sedang

Tanda Vital : Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu : 36 oC

Kepala : Normocephale

Mata : Konjungtiva Anemis -/-,

Sklera ikterik -/-, Pupil bulat, Isokor

Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba masa

Thoraks : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan

Cor : BJ I-II regular, Gallop (-), Murmur (-)

Pulmo : Terdengar suara vesikuler di kedua lapang paru,ronkhi (-),

wheezing (-)

Abdomen : Supel, datar,nyeri tekan - , bising usus +

Extremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

2. Status Psikis

Cara Berpikir : Dalam batas normal

2

Page 3: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Perasaan hati : Dalam batas normal

Tingkah laku : Dalam batas normal

Ingatan : Dalam batas normal

Kecerdasan : Dalam batas normal

3. Status Neurologis

Kesadaran : Composmentis

GCS : E4 M6 V5

Gerakan abnormal : terdapat gerakan involunter pada lengan kanan

Tanda Rangsang Meningeal

Badan da

Anggota Gerak

Kanan Kiri

Kekuatan

ekstremitas atas

ekstremitas bawah

Gerakan

ekstremitas atas

ekstremitas bawah

3333

5555

Terbatas

Bebas

5555

5555

Bebas

Bebas

Refleks fisiologis

biceps

triceps

patella

Achilles

+

+

+

+

+

+

3

Kanan Kiri

Kaku kuduk -

Brudzinski I - -

Laseque >70° >70°

Kernig >135° >135°

Brudzinski II - -

Brudzinski III - -

Brudzinski IV - -

Page 4: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

+ +

Refleks patologis

Hoffman

Tromner

Babinski

Chaddok

Oppenheim

Gordon

Schifer

Gorda

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Sistem Saraf Otonom

Miksi

Inkontinentia : Tidak ada kelainan

Retensi : Tidak kelainan

Anuria : Tidak ada kelainan

Defekasi

Inkontinentia : Tidak ada kelainan

Retensi : Tidak ada kelainan

Fungsi Luhur

Fungsi Bahasa : Baik

Fungsi orientasi : Baik

Fungsi memori : Baik

Fungsi emosi : Baik

Fungsi kognisi : Baik

4

Page 5: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Keseimbangan dan Koordinasi

Nervus Kranialis

Kanan Kiri

N. I (olfactorius) Baik Baik

N. II(opticus)

Visus

Lapang pandang

Warna

Funduskopi

Konfrontasi

Reflek cahaya

langsung

Baik

+

Baik

+

N. III (oculomotorius)

BaikBaik

N. IV (troklearis) Baik Baik

N. V (trigeminus)

Mengunyah simetris

5

Kanan Kiri

Romberg - -

Disdiadokokinesis - -

Tes finger to nose - -

Tes tumit- lutut - -

Rebound phenomen - -

Page 6: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Sensibilitas wajah

Reflek kornea

kanan=kiri

Kanan=kiri

+

N. VI(abdusen) Baik Baik

N. VI(abdusen) Baik Baik

N. VII (facialis)

Siul

Kerut dahi

Tersenyum

Perasa lidah

Angkat alis

Baik

Baik

Baik

Baik

Kanan=kiri

N.VIII(vestibulococlearis

)

Tes rhinne

Tes weber

Tes swabach

Baik Baik

N. IX (glossofaringeus)

Posisi uvula

Reflek muntah

Ditengah

Baik

N. X (vagus) + +

N. XI (asesorius)

Menengok

Mengangkat bahu

Baik

Baik

Baik

Baik

N. XII (hipoglosus)

Menjulurkan lidah

Tremor

Atrofi lidah

Tidak ada deviasi

Tidak ada

Tidak ada

6

Page 7: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

(8 Desember 2015)

(12 Desember 2015)

7

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai

rujukan

Metode

Kimia Klinik

Glukosa Sewaktu

Ureum

Kreatinin

> 500

36,4

1,54

mg/dL

mg/dL

mg/dL

70 - 140

10 - 45

0,50 – 1,10

GHOD - PAP

GLDH

Jaffe

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai

rujukan

Metode

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

138

1.9

99

mmol/l

mmol/l

mmol/l

135 – 155

3.5 – 5.5

95 - 105

ISE

ISE

ISE

Page 8: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

(15 Desember 2015)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai

rujukan

Metode

Kimia Klinik

Glukosa Sewaktu 342 mg/dL 70-140 GHOD - PAP

V. RESUME

Subyektif

Tn. K, 75 tahun dengan lengan kanan terasa lemah sejak 6 hari SMRS. Keluhan

kelemahan pada lengan dirasakan tiba – tiba ketika bangun tidur dan hilang timbul, selain

itu tangan sebelah kanan sering bergerak sendiri ke kanan dan kiri secara berulang tanpa

disadari terutama ketika mengangkat tangan. Keluhan bicara pelo, mual dan muntah, hilang

kesadaran sebelumnya disangkal keluarga pasien. Pasien mempunyai riwayat diabetes

mellitus, namun tidak rutin kontrol ke pelayanan kesehatan.

8

Page 9: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Obyektif

Pemeriksaan fisik :

TD: 110/70 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 24 x/menit, T: 36,5 0C

Status generalis : Tampak sakit sedang

Pemeriksaan neurologis : dalam batas normal

Kekuatan motorik : 3333 5555

5555 5555

VI. DIAGNOSIS

1. Diagnosis klinis : Monoparese dekstra, kejang parsial sederhana

2. Diagnosis topis : Miogenik

3. Diagnosis etiologis : Paralisis periodic ec hipokalemia

VII. DIAGNOSIS BANDING

Neuropati Diabetikum

Guillain Barre Syndrome

Anderson sindroma

Khorea

Stroke Infark

VIII. PENATALAKSAAN

Medikamentosa :

- RL 20 tpm- Koreksi KCl 25 mEq/kolf, 12 jam- KSR 3x1 tablet (PO)- Levorapid 2x5 mg- Glukoidon 2x1 mg- Ketorolac 2x1 (IV)

Edukasi

- Pasien diminta untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium

- Pasien diminta untuk cukup beristirahat

9

Page 10: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

IX. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Fungtionam : Ad Bonam

Quo Ad Sanctionam : Ad Bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PERIODIK PARALISIS

2.1 Definisi

Paralisis Periodik (PP) adalah sekelompok gangguan otot rangka dengan bermacam

etiologi, bersifat episodik, berlangsung sebentar, hiporefleks, dengan atau tanpa miotonia

tetapi tanpa defisit sensorik dan tanpa kehilangan kesadaran. Paralisis periodik adalah

gangguan otot rangka di mana pasien mengalami serangan kelemahan otot dengan durasi dan

derajat yang bervariasi. Serangan dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa

hari. Kelemahan dalam serangan dapat general atau fokal. Dalam perjalanan penyakitnya dari

penyakit otot ini, kekuatan normal kembali setelah serangan, tetapi kemudian kelemahan otot

signifikan yang menetap sering berkembang.1 Pada awal perjalanan penyakit ini, kelumpuhan

periodik primer atau yang diturunkan (familial), kekuatan otot normal diantara serangan.

Setelah bertahun-tahun serangan ini, kelemahan interiktal terjadi dan mungkin progresif.

Gangguan ini dapat diobati dan kelemahan progresif dapat dicegah atau bahkan dapat

sembuh.1,2

2.2 Klasifikasi

10

Page 11: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Paralisis periodik dibagi menjadi dua golongan berdasarkan penggolongan secara

konvensional yaitu paralisis periodik primer atau familial dan paralisis periodik sekunder.

Paralisis periodik primer atau familial merupakan kelompok gangguan akibat mutasi gen

tunggal yang mengakibatkan kelainan saluran kalsium, kalium natrium, dan klorida pada sel

otot - membran. Oleh karena itu, ini juga dikenal sebagai channelopathies atau

membranopathies.2 Paralisis periodik sekunder mungkin karena terbukti diketahui oleh

beberapa penyebab. Riwayat penggunaan ACE inhibitor, angiotensin-II-reseptor-blocker,

diuretik, atau carbenoxolone memberikan petunjuk untuk diagnosis paralisis periodik

sekunder. Karakteristik klinis atau biokimia dari gagal ginjal kronis, tirotoksikosis,

paramyotonia kongenital, atau sindrom Andersen dapat ditemukan kelumpuhan periodik

sekunder. Berikut di bawah ini penggolongan paralisis periodik secara konvensional.2

2.2.1 Paralisis periodik primer atau familial :

a. Paralisis periodik hipokalemik

b. Paralisis periodik hiperkalemik

c. Paralisis periodik normokalemik

Semua di atas diturunkan secara autosomal dominan

2.2.2 Paralisis periodik sekunder:

a. Paralisis periodik hipokalemik :

- Tirotoksikosis

- Thiazide atau loop-diuretic induced

- Nefropati yang menyebabkan kehilangan kalium

- Drug-induced : gentamicin, carbenicillin, amphotericin-B, turunan

tetrasiklin, vitamin B12 , alkohol, carbenoxolone

- Hiperaldosteron primer atau sekunder

- Keracunan akut akibat menelan barium karbonat sebagai rodentisida

- Gastro-intestinal potassium loss

b. Paralisis periodik hiperkalemik :

- Gagal ginjal kronis

- Terapi ACE-inhibitor dosis tinggi, atau nefropati diabetik lanjut

- Potassium supplements jika digunakan bersama potassium sparing

diuretics (spironolactone, triamterene, amiloride) dan atau ACE-

inhibitors

- Andersen’s cardiodysrhythmic syndrome

11

Page 12: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

- Paramyotonia congenita-periodic paralysis terjadi spontan atau dipicu

oleh paparan suhu dingin

2.2.3 Paralisis periodik hipokalemik

Paralisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai kelemahan otot akut

karena hipokalemia yang terjadi secara episodik. Sebagian besar paralisis periodik

hipokalemik merupakan paralisis periodik hipokalemik primer atau familial. Paralisis

periodik hipokalemik sekunder bersifat sporadik dan biasanya berhubungan dengan

penyakit tertentu atau keracunan. Salah satu kelainan ginjal yang dapat menyebabkan

paralisis periodik hipokalemik sekunder adalah asidosis tubulus renalis distal (ATRD) yang

biasanya terjadi pada masa dewasa. Gejala klinis yang karakteristik adalah kelemahan otot

akut yang bersifat intermiten, gradual, biasanya pada ekstremitas bawah, dapat unilateral

atau bilateral, disertai nyeri di awal serangan. Paralisis periodik hipokalemik diterapi

dengan kalium dan mengobati penyakit dasarnya. Analisis yang cermat diperlukan untuk

mengetahui penyakit dasarnya karena sangat menentukan tata laksana dan prognosis

selanjutnya.3

Paralisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai dengan kadar kalium

yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan, disertai riwayat episode

kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. Hipokalemia dapat terjadi karena adanya

faktor pencetus tertentu, misalnya makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, istirahat

sesudah latihan fisik, perjalanan jauh, pemberian obat, operasi, menstruasi, konsumsi

alkohol dan lain-lain. Kadar insulin juga dapat mempengaruhi kelainan ini pada banyak

penderita, karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel. Pada saat serangan

akan terjadi pergerakan kalium dari cairan ekstra selular masuk ke dalam sel, sehingga pada

pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia. Kadar kalium biasanya dalam batas normal

diluar serangan. Pencetus untuk setiap individu berbeda, juga tidak ada korelasi antara

besarnya penurunan kadar kalium serum dengan beratnya paralisis (kelemahan) otot

skeletal.4

Penderita dapat mengalami serangan hanya sekali, tetapi dapat juga serangan berkali-

kali (berulang) dengan interval waktu serangan juga bervariasi. Kelemahan biasanya terjadi

pada otot kaki dan tangan, tetapi kadang-kadang dapat mengenai otot mata, otot pernafasan

dan otot untuk menelan, di mana kedua keadaan terakhir ini dapat berakibat fatal. Angka

kejadian adalah sekitar 1 diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan biasanya

lebih berat. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1–20 tahun, frekuensi serangan

12

Page 13: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

terbanyak di usia 15–35 tahun dan kemudian menurun dengan peningkatan usia.

Hipokalemik periodik paralisis biasanya terjadi karena kelainan genetik otosomal dominan.

Hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya hipokalemik periodik paralisis adalah

tirotoksikosis (thyrotoxic periodic paralysis), hiperinsulin.4

Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan berdasarkan kadar

kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,9–3,0 mmol/L) ] pada waktu serangan,

riwayat mengalami episode flaccid paralysis dengan pemeriksaan lain dalam batas normal.

Paralisis yang terjadi pada penyakit ini umumnya berlokasi di bahu dan panggul meliputi

juga tangan dan kaki, bersifat intermiten, serangan biasanya berakhir sebelum 24 jam, pada

EMG dan biopsi otot ditemukan miotonia, refleks Babinsky positif, kekuatan otot normal

diluar serangan. Terdapat 2 bentuk kelainan otot yang diobservasi yaitu episode paralitik

dan bentuk miopati, kedua keadaan ini dapat terjadi secara terpisah ataupun bersama-sama.

Sering terjadi bentuk paralitik murni, kombinasi episode paralitik dan miopati yang

progresifitasnya lambat jarang terjadi, demikian pula bentuk miopatik murni jarang terjadi.

Episode paralitik ditandai terutama adanya flaccid paralysis dengan hipokalemia sehingga

dapat terjadi para paresis atau tetraparesis berpasangan dengan otot pernafasan. Pada pasien

ini murni flaccid paralysis dengan hipokalemia dan akan sembuh atau remisi sendiri 5–6

jam kemudian, dengan pemberian kalium per oral serangan menjadi lebih ringan. Tidak

terdapat kelainan pada otot pernafasan. Jika terdapat kelainan genetik maka pada analisa

didapatkan kelainan antara lain adalah autosomal dominan inheritance yaitu mutasi pada

kromososm CACNA1S (70%) disebut hipokalemik periodik paralisis tipe 1, mutasi lokus

pada kromosom SCN4A (10%) disebut hipokalemik periodik paralisis tipe 2.4

2.2.4 Paralisis periodik hiperkalemik

Lebih jarang dibanding paralisis periodik hipokalemik. Mulai timbul sebelum umur

10 tahun. Frekuensi dan berat serangan berkurang pada masa remaja dan hilang

pada saat dewasa. Frekuensi laki-laki dan wanita sama. Berbagai faktor pencetus terjadinya

paralisis periodik hiperkalemik diantaranya : 5,6

1. Lapar

2. Istirahat setelah kena dingin atau setelah latihan

3. Asupan kalium yang berlebihan

4. Infeksi

5. Kehamilan

6. Anestesi

13

Page 14: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Pada paralisis periodik hiperkalemia, karbohidrat dan garam bukan merupakan faktor

pencetus. Gejala lebih ringan dibandingkan paralisis periodik hipokalemia. Biasanya

berlangsung kurang dari 1 jam. Serangan lebih sering terjadi pada siang hari dan biasanya

terjadi waktu istirahat, misalnya sedang duduk. Keluhan berkurang bila penderita berjalan-

jalan. Kelemahan dimulai dari tungkai lalu menjalar ke paha, punggung, tangan, lengan dan

bahu. Sebelum timbul kelemahan biasanya terdapat rasa kaku dan kesemutan pada kedua

tungkai. Jarang terjadi gangguan menelan dan napas. Sering terdapat miotonia pada otot

mata, wajah, lidah dan faring. Pada saat serangan didapatkan tonus dan refleks fisiologis

yang menurun dan tanda Chovstek yang positif. Diluar serangan kekuatan otot normal, pada

fase lanjut terdapat kelemahan otot-otot proksimal.5,6

2.2.5 Paralisis Periodik Normokalemik

Jenis ini paling jarang ditemui. Patofisiologinya belum diketahui. Serangan lebih berat

dan lebih lama daripada paralisis periodik hiperkalemia. Serangan dapat ditimbulkan oleh

pemberian KCl dan dapat dihentikan dengan pemberian NaCl. Serangan tidak dipicu oleh

pemberian insulin, glukosa ataupun kalium.7 Karakteristik klinis perbedaan dari paralisis

periodik hiperkalemik dan paralisis hipokalemik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.1

Paralisis periodik

hiprekalemik

Paralisis peiodik hipokalemik

Onset Dekade pertama Dekade kedua

Pemicu Istirahat sehabis latihan,

dingin, puasa, makanan kaya

kalium

Istirahat sehabis latihan,

kelebihan karbohidrat

Waktu serangan Kapan pun Pada saat bangun tidur pagi hari

Durasi serangan Beberapa menit sampai

beberapa jam

Beberapa jam sampai beberapa

hari

Keparahan

serangan

Ringan sampai sedang, fokal Sedang sampai berat

Gejala tambahan Miotonia atau paramiotonia -

Kalium serum Biasanya tinggi, bisa normal Rendah

14

Page 15: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Pengobatan Acetazolamide,

dichlorphenamide, thiazide,

beta-agonist

Acetazolamide,

dichlorphenamide, suplemen

kalium, diuretik hemat kalium

Gen/ ion channel SCN4A: Nav1.4 (sodium

channel subunit

KCNJ2: Kir2.1 (pottasium

channel subunit)

CACNA1S: Cav1.1 (calcium

channel subunit)

SCN4A: Nav1.4 (sodium channel

subunit)

KCNJ2: Kir2.1 (pottasium

channel subunit)

2.3 Etiologi

Sinyal listrik pada otot skeletal, jantung dan saraf merupakan suatu alat untuk

mentransmisikan suatu informasi secara cepat dan jarak yang jauh. Kontraksi otot skeletal

diinisiasi dengan pelepasan ion kalsium oleh retikulum sarkoplasma, yang kemudian terjadi

aksi potensial pada motor end-plate yang dicetuskan oleh depolarisasi dari transverse tubule

(T tubule). Ketepatan dan kecepatan dari jalur sinyal ini tergantung aksi koordinasi beberapa

kelas kanal ion voltage-sensitive. Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan

kelainan yang diturunkan pada manusia. Dan kelainannya disebut chanelopathies yang

cenderung menimbulkan gejala yang paroksismal : miotonia atau periodik paralisis dari otot-

oto skeletal. Defek pada kanal ion tersebut dapat meningkatkan eksitasi elektrik suatu sel,

menurunkan kemampuan eksitasi, bahkan dapat menyebabkan kehilangan kemampuan

eksitasi. Dan kehilangan dari eksitasi listrik pada otot skeletal merupakan kelainan dasar dari

periodik paralisis.8

Potensial Aksi

Ketika sel saraf mendapat stimulus, aksi potensial dimulai. Kanal natrium terbuka,

menyebabkan ion Na+ masuk ke dalam sel. Ini merupakan proses difusi pasif. Setelah impuls

melewati bagian tertentu sel saraf, pompa sodium dan potasium memompa keluar 3 ion

natrium untuk setiap 2 ion kalium yang dipompa kembali ke dalam sel.

15

Page 16: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Gambar 1. Anatomi Sel saraf

Selama depolarisasi pada potensial aksi, ion natrium masuk ke dalam otot (melalui tubulus T)

dan sel saraf (melalui kanal natrium) secara pasif, dimana kelistrikan/voltage nya antara -70

sampai -90 mV (saat istirahat) hingga +30 sampai +35 mV pada puncak potensial aksi.

Secara teknis, sel saraf mengalami depolarisasi ketika voltage mencapai 0 mV. Selama

repolarisasi, ion kalium meninggalkan sel saraf. Selama pemulihan (recovery), ion natrium

dan kalium dipompa kembali ke posisi awalnya dengan mekanisme transpor aktif

menggunakan ATP. Sel saraf dan otot harus mencapai potensi ambang sebelum masing-

masing dapat meneruskan impuls atau kontraksi.

Gambar 2. Mekanisme potensial aksi

2.4 Patofisiologi

2.4.1 Kalium

16

Page 17: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik dalam tubuh dan

menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai peranan yang dominan dalam hal

eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot lurik. Kalium mempunyai peran

vital di tingkat sel dan merupakan ion utama intrasel. Ion ini akan masuk ke dalam sel dengan

cara transport aktif, yang memerlukan energi. Fungsi kalium akan nampak jelas bila fungsi

tersebut terutama berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot lurik, dan ginjal.

Eksitabilitas sel sebanding dengan rasio kadar kalium di dalam dan di luar sel. Berarti bahwa

setiap perubahan dari rasio ini akan mempengaruhi fungsi dari sel–sel yaitu tidak

berfungsinya membran sel yang tidak eksitabel, yang akan menyebabkan timbulnya keluhan–

keluhan dan gejala–gejala sehubungan dengan tidak seimbangnya kadar kalium. Kadar kalium

normal intrasel adalah 135 –150 mEq/L dan ekstrasel adalah 3,5–5,5mEq/L. Perbedaan kadar

yang sangat besar ini dapat bertahan, tergantung pada metabolisme sel. Dengan demikian

situasi di dalam sel adalah elektro negatif dan terdapat membran potensial istirahat kurang

lebih sebesar -90 mvolt. 8

2.4.2 Paralisis periodik hipokalemik

Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang sering terjadi pada praktek klinis yang

didefinisikan dengan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L, pada hipokalemia sedang

kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia berat kadar kalium serumnya kurang dari

2,5 mEq/L. Keadaan ini dapat dicetuskan melalui berbagai mekanisme, termasuk asupan

yang tidak adekuat, pengeluaran berlebihan melalui ginjal atau gastrointestinal, obat-obatan,

dan perpindahan transelular (perpindahan kalium dari serum ke intraselular). Gejala

hipokalemi ini terutama terjadi kelainan di otot. Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5

mEq/L berhubungan dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan

mialgia. Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat

terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika serum kalium turun hingga dibawah dari

2,5 mEq/L maka dapat terjadi kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisis dan

mioglobinuria. Peningkatan osmolaritas serum dapat menjadi suatu prediktor terjadinya

rhabdomiolisis. Selain itu suatu keadaan hipokalemia dapat mengganggu kerja dari organ

lain, terutama sekali jantung yang banyak sekali mengandung otot dan berpengaruh terhadap

perubahan kadar kalium serum. Perubahan kerja jantung ini dapat kita deteksi dari

pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada

kadar kalium serum dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi

17

Page 18: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

gelombang T, timbulnya gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT

interval. 2,5

Periodik paralisis hipokalemi (HypoPP) merupakan bentuk umum dari kejadian

periodik paralisis yang diturunkan, dimana kelainan ini diturunkan secara autosomal

dominan. Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis hipokalemi terjadi karena mutasi

dari gen reseptor dihidropiridin pada kromosom 1q. Reseptor ini merupakan calcium channel

yang bersama dengan reseptor ryanodin berperan dalam proses coupling pada eksitasi-

kontraksi otot. Fontaine et.al telah berhasil memetakan mengenai lokus gen dari kelainan

HypoPP ini terletak tepatnya di kromosom 1q2131. Dimana gen ini mengkode subunit alfa

dari L-type calcium channel dari otot skeletal secara singkat di kode sebagai CACNL1A3.

Mutasi dari CACNL1A3 ini dapat disubsitusi oleh 3 jenis protein arginin (Arg) yang berbeda,

diantaranya Arg-528-His, Arg-1239-His, dan Arg-1239-Gly. Pada Arg-528-His terjadi sekitar

50 % kasus pada periodik paralisis hipokalemi familial dan kelainan ini kejadiannya lebih

rendah pada wanita dibanding pria. Pada wanita yang memiliki kelainan pada Arg-528-His

dan Arg-1239-His sekitar setengah dan sepertiganya tidak menimbulkan gejala klinis.9,10

Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan kelemahan

dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun kognitif yang

berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan tidak ditemukan tanda-

tanda miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang menyebabkan hipokalemi. Gejala

pada penyakit ini biasanya timbul pada usia pubertas atau lebih, dengan serangan kelemahan

yang episodik dari derajat ringan atau berat yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai

penurunan kapasitas vital dan hipoventilasi, gejala lain seperti fatigue dapat menjadi gejala

awal yang timbul sebelum serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya

serangan kelemahan. Serangan sering terjadi saat malam hari atau saat bangun dari tidur dan

dicetuskan dengan asupan karbohidrat yang banyak serta riwayat melakukan aktivitas berat

sebelumnya yang tidak seperti biasanya. Serangan ini dapat terjadi hingga beberapa jam

sampai yang paling berat dapat terjadi beberapa hari dari kelumpuhan tersebut.1,8

Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai biasanya terjadi

lebih dulu daripada lengan dan sering lebih berat kelemahannya dibanding lengan, dan bagian

proksimal dari ekstremitas lebih jelas terlihat kelemahannya dibanding bagian distalnya.

Terkecuali, kelemahan ini dapat juga terjadi sebaliknya dimana kelemahan lebih dulu terjadi

pada lengan yang kemudian diikuti kelemahan pada kedua tungkai dimana terjadi pada pasien

ini. Otot-otot lain yang jarang sekali lumpuh diantaranya otot-otot dari mata, wajah, lidah,

pharing, laring, diafragma, dan spingter, namun pada kasus tertentu kelemahan ini dapat saja

18

Page 19: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

terjadi. Saat puncak dari serangan kelemahan otot, refleks tendon menjadi menurun dan terus

berkurang menjadi hilang sama sekali dan reflek kutaneus masih tetap ada. Rasa sensoris

masih baik. Setelah serangan berakhir, kekuatan otot secara umum pulih biasanya dimulai

dari otot yang terakhir kali menjadi lemah. Miotonia tidak terjadi pada keadaan ini, dan bila

terjadi dan terlihat pada klinis atau pemeriksaan EMG menunjukkan terjadinya miotonia

maka diagnosis HipoPP kita dapat singkirkan.3,8

Selain dari anamnesa, pemeriksaan penunjang lain seperti laboratorium darah dalam hal

ini fungsi ginjal, elektrolit darah dan urin, urinalisa urin 24 jam, kadar hormonal seperti T4

dan TSH sangat membantu kita untuk menyingkirkan penyebab sekunder dari hipokalemia.

Keadaan lain atau penyakit yang dapat menyebabkan hipokalemi diantaranya intake kalium

yang kurang, intake karbohidrat yang berlebihan, intoksikasi barium, kehilangan kalium

karena diare, periodik paralisis karena tirotoksikosis, renal tubular asidosis, dan

hyperaldosteronism.1

2.5 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah 1,2

2.5.1 Laboratorium

a. Kadar kalium serum

Kalium serum merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling penting.

Diantara serangan paralisis, kalium serum abnormal pada tipe paralisis periodik

sekunder, tetapi biasanya normal pada paralisis periodik primer. Selama serangan

kadar kalium serum dapat tinggi, rendah, atau di atas batas normal dan bisa di

bawah batas normal. Pemeriksaan secara random kadar kalium serum dapat

menunjukan fluktuasi yang periodik pada paralisis periodik normokalemik.

Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan dengan suatu

keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia. Pada

konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat

terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika serum kalium turun hingga

dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi kerusakan struktural dari otot,

termasuk rhabdomiolisisdan miogobinuria.

b. Fungsi ginjal

c. Kadar glukosa darah pengambilan glukosa darah ke dalam sel menyebabkan

kalim berpindah dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel tubuh.

19

Page 20: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

d. pH darah

Dibutuhkan untuk menginterpretasikan K+ yang rendah. Alkalosis biasa

menyertai hipokalemia dan menyebabkan pergeseran K+ ke dalam sel. Asidosis

menyebabkan kehilangan K+ langsung dalam urin.

e. Hormon tiroid : T3,T4 dan TSH untuk menyingkirkan penyebab sekunder

hipokalemia.

f. Kadar CPK (creatinin phospokinase) dan mioglobin serum

Kadar CPK tinggi pada paralisis periodik primer selama atau baru saja

setelah serangan. Kadar mioglobin serum juga mungkin tinggi.

2.5.2 EKG

Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum dibawah 3,5

dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang T, timbulnya gelombang

U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT interval. 8

2.5.3 EMG

Di antara serangan, mungkin ada fibrilasi dan pengulangan keluaran kompleks,

meningkat dengan dingin dan menurun dengan latihan (dalam paralisis periodik

hipokalemik). Selama serangan, EMG akan menunjukkan listrik diam, baik pada

paralisis periodik hiperkalemik dan paralisis periodik hipokalemik.

2.5.4 Biopsi otot

Biopsi otot diperlukan pada beberapa kasus yang dengan penampilan klinis yang

tidak spesifik. Pada paralisis periodik hipokalemik primer muangkin terdapat vakuola

sentral yang tunggal atau mutipel. Pada paralisis periodik hiperkalemik sekunder,

vakuala dan agregat tubular dapat ditemukan.

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Paralisis periodik hipokalemik

Seperti pada bentuk lain dari periodik paralisis dan miotonia, kebanyakan pasien

dengan HypoPP tidak memerlukan intervensi farmakologis. Pasien kita edukasi dan berikan

informasi untuk mencegah dan menurunkan kejadian serangan melalui menghindari kegiatan

yang memerlukan kekuatan fisik yang berat, hindari kedinginan, mengkonsumsi buah-buahan

atau jus yang tinggi akan kalium, membatasi intake karbohidrat dan garam (160 mEq/hari).

Pemberian obat-obatan seperti penghambat carbonic anhidrase dapat diberikan untuk

menurunkan frekuensi dan beratnya serangan kelemahan episodik dan memperbaiki kekuatan

20

Page 21: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

otot diantara serangan. Acetazolamide merupakan obat jenis tersebut yang banyak diresepkan,

dosis dimulai dari 125 mg/hari dan secara bertahap ditingkatkan hingga dosis yang

dibutuhkan maksimum 1500 mg/hari. Pasien yang tidak berespon dengan pemberian

acetazolamide dapat diberikan penghambat carbonic anhidrase yang lebih poten seperti,

dichlorphenamide 50 hingga 150 mg/hari atau pemberian diuretik hemat kalium seperti

spironolactone atau triamterine (keduanya dalam dosis 25 hingga 100 mg/hari). Pemberian

rutin kalium chlorida (KCL) 5 hingga 10 g per hari secara oral yang dilarutkan dengan cairan

tanpa pemanis dapat mencegah timbulnya serangan pada kebanyakan pasien. Pada suatu

serangan HypoPP yang akut atau berat, KCL dapat diberikan melalui intravena dengan dosis

inisial 0,05 hingga 0,1 mEq/KgBB dalam bolus pelan, diikuti dengan pemberian KCL dalam

5% manitol dengan dosis 20 hingga 40 mEq, hindari pemberian dalam larutan glukosa

sebagai cairan pembawa. Kepustakaan lain KCL dapat diberikan dengan dosis 50 mEq/L

dalam 250 cc larutan 5 % manitol.2.4

2.6.2 Paralisis periodik hiperkalemik

Penatalaksanaan dari paralisis periodik hiperkalemik diantaranya : 3

a. Profilaksis : acetazolamide atau diuretik thiazide dapat digunakan untuk mencegah

serangan.

b. Pengobatan saat serangan: pada kasus yang sedang tidak membutuhkan terapi obat-

obatan yang mana hanya dengan minum minuman yang manis atau permen gula dapat

mengurangi serangan. Pada kasus yang memanjang atau serangan yang lanjut diuretik

thiazide dan loop diuretik (furosemide, bumetanide) digunakan dalam dosis yang

cukup tinggi untuk menurunkan kadar kalium menjadi normal. Jika kadar kalium

darah sangat tinggi dapat diberikan secara intravena 20 ml kalsium glukonas 20% atau

drip normal saline atau secara intravena glukosa 10% ditambah insulin. Jika gagal

atau intoleransi terhadap diuretik, salbutamol dapat diberikan secara intravena untuk

mengatasi serangan.

2.6.3 Pengobatan paralisis periodik normokalemik

Penatalaksanaan sama dengan paralisis periodik hiperkalemik, seperti: 3

a. Diet tinggi karbohidrat, seperti permen gula

b. Thiazide, seperti chlorthalidone 250-1000 mg/hari

c. Pemberian secara intravena normal saline dan kalsium glukonas

d. Pemberian secara intravena insulin dan glukosa

21

Page 22: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

2.6.4 Pengobatan paralisis periodik sekunder

Prinsip utamanya adalah penyebeb utamanya harus diobati dahulu, obat-obatan yang

memperburuk kondisi dihentikan. Suplemen kalium harus diberikan pada paralisis periodik

hipokalemik. Loop diuretik, glukosa ditambah insulin secara intravena, atau kalsium

glukonas harus diberikan pada paralisis periodik hiperkalemik.3

a. Paralisis periodik karena tirotoksikosis: pada kelainan ini terdapat hipokalemia,

pengobatan dengan memberikan kalium klorida dengan beta bloker dan carbimazole

(Neomercazole). Acetazolamide tidak efektif Pada kondisi emergensi propanolol

secara intravena dapat diberikan.

b. Paralisis periodik karena keracunan barium akut: diberikan larutan magnesium sulfat

2,5 gm secara intravena bolus tunggal. Pada kasus yang masih awal, lavase lambung

dengan magnesium sulfat (2,5%) dapat dibeikan. Bantuan ventilator dapat diberikan

jika diperlukan. Hipokalemia diatasi dengan pemberian secara intravena kalium

klorida. Natrium sulfat dapat digunakan menggantikan magnesium sulfat.

c. Paralisis periodik karena paramyotonia kongenital: biasanya terdapat hiperkalemia

dan paralisis dipicu oleh dingin. Karenanya itu, pasien harus di tempatkan di tempat

yang hangat. Pengobatan terdiri dari pemberian oral atau secara intravena glukosa dan

oral thiazide.

d. Sindrom Andersen: pasien harus dimasukkan ke ICU untuk monitoring jantung dan

pengobatan segera untuk disritmia jantung. Jika kadar kalium serum rendah,

meningkat, atau normal pengobatan untuk hipokalemia atau hiperkalemia dilakukan

berdasarkan kadar kalium serum.

2.7 Prognosis

Hiperkalemik periodik paralisis dan paramyotonia kongenital

- Ketika tidak dihubungkan dengan kelemahan, kelainan ini biasanya tidak mengganggu

pekerjaan.

- Myotonia bisa memerlukan pengobatan

- Harapan hidup tidak diketahui.

Hipokalemik periodik paralisis

- Pasien yang tidak diobati bisa mengalami kelemahan proksimal menetap, yang bisa

mengganggu aktivitas

22

Page 23: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

- Beberapa kematian sudah dilaporkan, paling banyak dihubungkan dengna aspirasi

pneumonia atau ketidakmampuan membersihkan sekresi

DAFTAR PUSTAKA

1. Fialho D, Michael GH. Periodic Paralysis. 2007. p. 77-105.

2. Arya, SN. Lecture Notes: Periodic Paralysis. Journal Indian Academy of Clinical

Medicine. 2002; 3(4): 374-82.

3. Souvriyanti E, Sudung OP. Paralisis Periodik Hipokalemik pada Anak dengan Asidosis

Tubulus Renalis Distal. 2008. p. 53-59.

4. Widjajanti A, Agustini SM. Hipokalemik Periodik Paralisis. 2005. p. 19-22

5. Graber M. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik, Ed. 1. Jakarta: Farmedia; 2002.

6. Kawamura S, Ikeda Y, Tomita K. A Family of Hypokalemic Periodic Paralysis with

CACNA1S Gene Mutation Showing Incomplete Penetrance in Women. Internal

Medicine. 2004; 43(3): 218 – 222.

7. Graves TD, Hanna MG. Neurological Channelopathies. Postgrad Med Journal. 2005;

81: 20-32.

8. Cannon SC. Myotonia and Periodic Paralysis: Disorders of Voltage-Gated Ion Channels.

In: Neurological Theurapeutics Principles and Practice. United Kingdom: Mayo

Foundation; 2003. p. 225; 2365-2377

23

Page 24: Preskas Paralisis Periodik Mau Fix

9. Sternberg D, Masionobe T, Jurkat-Rott K. Hypokalaemic Periodic Paralysis type 2

caused by mutasions at codon 672 in the muscle sodium channel gene SCN4A. Barain;

2001. p. 1091–9.

10. Sternberg D, Tabt IN, Haingue B, Fontaine B. Hypokalemic Periodic Paralysis. Gene

Reviews. Seatle: NIH University of Washington; 2004. p. 1–22.

24