7
11 TAHUN USIA SULAWESI BARAT ; MENUJU MASYARAKAT YANG SETARA DAN MALA’BI Oleh : Ir. H. Iskandar Muda Baharuddin Lopa*) Pendahuluan Keberadaan pemerintahan daerah, tidak lain untuk mengurangi sentralisasi yang selalu berpusat pada pemerintah pusat, sebagaimana yang sering terjadi dalam sistem nasional, sebelum berlakunya undang-undang otonomi daerah Tahun 1999. Penyelenggara pemerintahan daerah adalah Pemerintah Daerah (Pemda) dan DPRD. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintahan pusat menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, serta dekonsentrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam banyak literatur fungsi pemerintah daerah antara lain : Pertama, Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Kedua, Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Ketiga, Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Dengan demikian relasi hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah harus tetap terjalin dengan baik meskipun Pemerintah Daerah diberikan hak otonom. Refleksi 11 Tahun Usia Sulawesi Barat

11 Tahun Usia Sulawesi Barat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sulawesi

Citation preview

Page 1: 11 Tahun Usia Sulawesi Barat

11 TAHUN USIA SULAWESI BARAT ; MENUJU MASYARAKAT YANG SETARA DAN MALA’BI

Oleh : Ir. H. Iskandar Muda Baharuddin Lopa*)

PendahuluanKeberadaan pemerintahan daerah, tidak lain untuk mengurangi sentralisasi yang

selalu berpusat pada pemerintah pusat, sebagaimana yang sering terjadi dalam sistem

nasional, sebelum berlakunya undang-undang otonomi daerah Tahun 1999.

Penyelenggara pemerintahan daerah adalah Pemerintah Daerah (Pemda) dan DPRD.

Dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintahan pusat menggunakan asas

desentralisasi, tugas pembantuan, serta dekonsentrasi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dalam banyak literatur fungsi pemerintah daerah antara lain : Pertama, Pemerintah

daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan. Kedua, Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Ketiga, Pemerintah

daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan pemerintahan

pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi wewenang,

keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

Dengan demikian relasi hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah

harus tetap terjalin dengan baik meskipun Pemerintah Daerah diberikan hak otonom.

Refleksi 11 Tahun Usia Sulawesi Barat

Sulawesi Barat adalah provinsi hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan.

Provinsi yang dibentuk pada 22 September 2004 ini berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004.

Dalam perjalanannya yang kini telah memasuki usia ke 11, tentunya telah banyak

dinamika yang dihadapi sejak mulai diantarkan oleh dua Carateker Gubernur yakni DR.

Oentarto Sindung Mawardi (2004-2005) dan DR. Syamsul Arief Rivai, MS (2005-2006)

hingga Gubernur defenitif pertama yakni Drs. H. Anwar Adnan Saleh (2006 – hingga

sekarang) situasi Sulawesi Barat mengalami perkembangan yang pesat jika dibandingkan

Page 2: 11 Tahun Usia Sulawesi Barat

ketika masih belum dimekarkan. Secara kasat mata kondisi infrastruktur di Sulawesi Barat

seperti jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, gedung pemerintahan dan berbagai

infrastruktur lainnya dapat dikatakan berkembang secara signifikan. Gencarnya geliat

pembangunan di Sulawesi Barat tentunya berdampak pada bergairahnya roda

perekonomian di Provinsi ke 33 ini. Menurut data yang dirilis oleh BPS Sulawesi Barat

dinyakan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat hingga Semester 1 2015 adalah

sebesar 7,15 %. Untuk Jumlah dan prosentase penduduk miskin di Sulawesi Barat dari

maret 2007 sampai maret 2013 terus menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun,

dimana statistik menunjukkan bahwa jumlah dan prosentase kemiskinan di Sulawesi Barat

pada maret 2007 adalah 189,9 ribu jiwa (19,03 %) hingga maret 2013 menjadi 151,1 ribu

jiwa (12,30 %). Adapun Indeks Pembangunan Manusia di Sulawesi Barat masih dalam

angka 71,41 %.

Berangkat dari gambaran tentang perkembangan jalannya pembangunan di

Sulawesi Barat selama kurun waktu 2004-2015 sebagai bentuk refleksi, maka kami selaku

Wakil Daerah Sulawesi Barat di Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)

memberikan sejumlah catatan atas kinerja pelaksanaan dan penyelenggaraan

pembangunan dan pemerintahan di Provinsi Sulawesi Barat antara lain :

1. DPD RI memberikan apresiasi atas kerja keras Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat

dibawah kepemimpinan Bapak Drs. H. Anwar Adnan Saleh dan Bapak Ir. H. Aladin S.

Mengga telah menunjukkan berbagai prestasi dan capaian-capaian pembangunan baik

dari aspek fisik maupun non fisik. Capaian pembangunan secara fisik kini telah bisa kita

rasakan dan saksikan seperti misalnya pada sarana transportasi udara dimana bandara

Tampa Padang di Kalukku, Mamuju yang dulu hanya bisa didarati oleh pesawat

berbadan kecil dengan kapasitas hanya 10 sampai 25 orang kini telah mampu di darati

oleh pesawat kapasitas menengah hingga kapasitas besar sekelas boeing dan air bus

dengan kapasitas penumpang mulai dari 60 orang hingga 200 orang. Tidak hanya itu

pada tahun 2013 di Kabupaten Mamasa tepatnya di Kecamatan Sumarorong telah

diresmikan bandara meski masih berstatus bandara perintis. Pada sarana transportasi

laut juga semakin terlihat peningkatan dan volume dari kapasitas Pelabuhan Belang-

Page 3: 11 Tahun Usia Sulawesi Barat

belang, pelabuhan penyeberangan simboro, pelabuhan perikanan nusantara palipi dan

pelabuhan silopo. Untuk sarana mobilitas darat, infrastruktur jalan dan jembatan telah

mengalami peningkatan yang signifikan, dimana status jalan negara sepanjang

perbatasan Polman-Pinrang (Batas Sulbar-Sulsel) hingga Suremana (Batas Sulbar-

Sulteng) dapat dirasakan menjadi semakin baik dari waktu ke waktu. Sehingga jarak

tempuh sepanjang jalur trans Sulawesi semakin efektif dan efisien jika dibandingkan

pada era sebelum terbentuknya Sulawesi Barat. Sarana dan Prasarana Pemerintahan,

ekonomi, pendidikan dan kesehatan juga terus menggeliat dengan telah terwujudnya

kompleks perkantoran Gubernur, DPRD Provinsi, RSUD, Perkantoran instansi vertical,

TVRI, RRI dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan realitas dari indicator bahwa

pemekaran daerah berbanding linier dengan geliat pembangunan.

2. Meski pembangunan infrastruktur di Sulawesi Barat selama kurun waktu 2004-2015

telah berkembang dengan pesatnya, namun masih belum diimbangi dari sisi tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance). Indikasinya terlihat dari

sejumlah hal antara lain ; masih buruknya kualitas layanan publik baik yang sifatnya

pelayanan dasar maupun perijinan. Reformasi birokrasi yang sering digaungkan masih

berjalan ditempat, rekrutmen pejabat yang professional dan berintegritas masih berjalan

tertatih-tatih, masih kurang akuntabel yang kemudian berdampak dengan banyaknya

deretan pejabat yang bermasalah dengan hukum bahkan terdapat diantara mereka

yang sudah berstatus terdakwa hingga telah divonis oleh pengadilan. Dari sisi

penyerapan anggaran baik yang bersumber dari APBD maupun APBN juga

menunjukkan situasi yang masih kurang maksimal dimana penyerapan anggaran masih

dalam kategori rendah. Padahal jika penyerapan anggaran rendah, maka dapat

dipastikan jalannya pembangunan di berbagai sektor akan menjadi terganggu karena

terjadi keterlambatan. Dengan demikian maka kondisi ini menjadi tantangan tersendiri

bagi Pemprov Sulawesi Barat agar ke depannya persoalan tata kelola pemerintahan,

pelayanan public, rekrutmen pejabat birokrasi dan ASN, serta penyerapan anggaran

dan pengelolaan keuangan daerah harus benar-benar dapat dikelola secara transparan

dan akuntabel. Perlu ada roadmap mulai dari tahapan perencanaan, penganggaran,

Page 4: 11 Tahun Usia Sulawesi Barat

pelaksanaan, monitoring, pertanggungjawaban hingga evaluasi agar capaian-capaian

pembangunan dan pemerintahan benar-benar bisa terealisasi sebagaimana yang

dicita-citakan. Sesuai prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan.

Menuju masyarakat yang Setara dan Mala’bi

Banyak pertanyaan yang selalu datang kepada kami di DPD RI apakah dengan

situasi terkini dari perjalanan Provinsi Sulawesi Barat yang kini telah memasuki tahun ke

11 sejak terbentuk pada 22 September 2004 apakah Sulawesi Barat bisa mengejar

ketertinggalannya dari Provinsi-provinsi yang telah lebih dulu eksis ? Pertanyaan demikian

menurut hemat kami sesungguhnya merupakan sebuah tantangan bagi kita semua, bukan

hanya Pemerintah Daerah namun juga bagi seluruh stakeholder di Sulawesi Barat, agar

ke depannya kita semua dituntut untuk terus bekerja dan berkarya mengentaskan

kemiskinan, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, meningkatkan kualitas

sumber daya manusia, mengembangkan segala potensi sumber daya alam dan potensi-

potensi lainnya. Tekad dan komitmen yang kuat untuk bisa setara dengan daerah lain di

Indonesia harus menjadi landasan agar kita senantiasa terpacu dan termotivasi bukannya

justru frustasi sehingga menjadi semakin tidak percaya diri. Dalam perjuangan

pembentukan Provinsi Sulawesi Barat ada sebuah jargon yang diyakini menjadi salah satu

kearifan local masyarakat Mandar yang merupakan etnis terbesar di Sulawesi Barat yakni

jargon Mala’bi. Mala’bi dianggap dapat merepresentasi identitas masyarakat Sulawesi

Barat karena di dalamnya terdapat sistem nilai. Menurut Idham Khalid Bodi (2011), Sistem

nilai Mala’bi memiliki keterkaitan dengan aspek moralitas, etika dan budaya yaitu Pau

(tutur kata), Kedo (gerak-gerik) dan Gau’ (perilaku sosial). Akumulasi dari kesemuanya

itulah yang dikatakan Mala’bi, yang jika sederhanakan dapat dimaknakan bahwa Mala’bi

adalah sebuah system nilai yang bersumber dari keseluruhan aspek kemuliaan, moralitas,

etika dan budaya dengan berlandaskan pada agama.

Jadi relevansinya dengan upaya menuju masyarakat yang setara adalah bahwa

melalui semangat Mala’bi diharapkan bisa menjadi landasan spirit dan motivasi bagi

masyarakat Sulawesi Barat untuk berkiprah dalam pembangunan dan pemerintahan.

Page 5: 11 Tahun Usia Sulawesi Barat

Penutup

Dengan demikian dapatlah kita simpulkan bahwa dalam memasuki usia Sulawesi

Barat yang ke 11 di tahun 2015 ini, maka upaya menuju masyarakat Sulawesi Barat yang

setara dengan daerah-daerah lain akan dapat diwujudkan atau dicapai dengan landasan

kearifan lokal (local wisdom) dari warga Sulawesi Barat yakni nilai-nilai Amala’biang atau

kumpulan dari nilai-nilai Mala’bi itu sendiri. Dengan usaha yang sungguh-sungguh

dilandasi ketaqwaan kepada Allah SWT kita semua sebagai warga Sulawesi Barat baik

yang ada di lita’ pembolongan (kampong halaman) maupun yang ada di perantauan akan

tetap optimis bahwa Sulawesi Barat bisa terus maju dan berkembang setara dengan

daerah-daerah lain di Nusantara demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera lahir dan

bathin baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur sebagaimana dicita-citakan oleh para the

foundhing fathers Negara kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama. Amin

ya Rabbal Alamin.

*) Penulis adalah Anggota DPD RI Dapil Sulawesi Barat (Periode 2014-2019)

Referensi :

Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Rhineka Cipta,

Jakarta, 2004

BPS Sulawesi Barat, Sulbar Dalam Angka 2014, Media Press, Mamuju, 2015

DR.Idham Khalid Bodi, M.Pd, Mala’bi ; Identitas Orang Mandar, Zada Haniva Publishing,

Yogyakarta, 2011