Upload
mustikadr
View
51
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
SKENARIO 1
BATUK
Seorang wanita, 50 tahun datang ke dokter dengan keluhan batuk. Batuk
timbul kadang – kadang disertai gatal di tenggorokan. Batuk berdahak yang mula
– mula berwarna putih jernih kemudian menjadi kekuningan, disertai hidung
buntu, panas badan, dan nyeri telan sejak 5 hari yang lalu.
pg. 1
I. Klarifikasi Istilah
BATUK adalah suatu reflek protektif yang timbul akibat iritasi
percabangan trakeabronkial yang gunanya untuk membersihkan saluran
pernapasan bagian bawah.
DAHAK (SPUTUM) adalah bahan / sekret yang dikeluarkan dari paru,
bronkus, dan trakea.
pg. 2
II. Permasalahan
1. Anatomi sistem respirasi
2. Histologi sistem respirasi
3. Mikrobiologi sistem respirasi
4. Patofisiologi
a. Batuk
b. Hidung buntu
c. Demam
d. Nyeri telan
5. Tanda dan gejala gangguan sistem pernapasan
pg. 3
III. ANALISIS MASALAH
1. ANATOMI SISTEM RESPIRASI
Tractus respiratorius adalah saluran pernafasan yang dimulai dari hidung
sampai alveoli (unit fungsional terkecil dari pulmo). Secara anatomis, tractus
respiratorius ini terdiri dari :
a. Upper respiratory tract / saluran pernafasan atas
b. Lower respiratory tract / saluran pernapasan bawah
Upper respiratory tract / saluran pernafasan atas
a.1. HIDUNG
Hidung terletak di dalam
cavum nasi. Cavum nasi
dibagi menjadi dua oleh
septum nasi, yaitu cavum nasi
dextra dan cavum nasi
sinistra. Pintu masuk dari
saluran pernafasan adalah
nares (lubang hidung).
Kemudian terdapat
vestibulum nasi. Pada
vestibulum nasi terdapat rambut-rambut tebal yang menjulur keluar (vibrissae)
untuk menyaring partikel kasar (>5 mikrometer).
Bagian-bagian dari hidung terdiri atas :
1. Atap
- septal cartilage, os. Nasalis,spina frontal, lamina cribosa ossis
ethmoideal, corpus os. Ethmoidea.
- bulbus olfaktorius → tempat keluarnya saraf olfaktorius.
2. Dasar
- Palatina durum
pg. 4
- Palatine molle
3. Medial
Septum nasi septum nasi yang membagi cavum nasi menjadi 2 bagian
yaitu dextra dan sinistra. Septum nasi terdiri dari:
a. Superior : os ethmoidale
b. Inferior : os vomer
4. Lateral
- Concha nasalis (Superior, medial,dan inferior)
Pada concha
nasalis terdapat jaringan
mukosa yang berisi sel-sel
goblet dan kelenjar
mukosa. Sel dan kelenjar
ini menghasilkan mukus
yang menyaring partikel
halus (1-5 mikrometer).
Gerakan silia dari jaringan ini mendorong mukus ke posterior menuju faring.
Mukus ini akan ditelan menuju oesophagus atau dibatukkan keluar. Jaringan
mukosa ini juga berisi anyaman pembuluh darah (plexus venosus) memberi panas
pada udara inspirasi sehingga dapat menghangatkan udara pernafasan. Adanya
palut lendir (mukosa blanket) pada jaringan mukosa membuat udara inspirasi
menjadi lembab. Pintu keluar pada hidung adalah choana yang terletak dekat
nasopharynx.
- Meatus Nasi
Bagian pada meatus superior (muara dari sinus etmoidea posterior),
medial (muara dari sinus frontalis,sinus ethmoide anterior dan medial serta sinus
maksila), dan inferior (muara dari ductus nasolacrimalis). Pada daerah apex
terdapat recessus sphenoethmoidea (muara dari sinus sphenoidalis).
Tempat muara dari meatus adalah sinus. Sinus adalah rongga yang berisi udara.
Sinus dilapisi oleh lapisan mukosa. Ada 4 sinus:
a. Sinus frontalis paling beda karena mengalami involusi.
pg. 5
b. Sinus ethmoidalis
c. Sinus sphenoidalis
d. Sinus maxillaris
Sinus frontal terbentuk dalam intrauterus dan sinus yang lain terbentuk saat
kanak-kanak. Pada orang perokok bahan yang terkandung dalam rokok yang
terhisap akan menyebabkan silia yang ada dalam sinus dan saluran sinus
memendek atau bahkan menghilang, sedangkan sinus yang terlapisi epitel
respirasi tetap mensekresikan mucus karena pembersihan oleh silia tidak terjadi,
akan menyebabkan penyumbatan mucus dan akumulasi mucus pada sinus akan
menyebabkan sinusitis.
a.2. PHARYNX
Terletak antara bagian dorsal cavum nasi, cavum oris dan bagian atas
laring.
Tabung muskular merentang dari dasar tulang tengkorak sampai esofagus.
Terbagi menjadi:
a. Nasofaring (Epifaring)
pg. 6
- Bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah
rongga nasal melalui dua naris internal (koana).
- Dua tuba eustachius (auditorik) menghubungkan
nasofaring dengan telinga tengah yang berfungsi untuk menyetarakan
tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga.
b. Orofaring (Mesofaring)
- Dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak (palatum
molle) yang merupakan perpanjangan dari palatum keras (palatum
durum).
- Uvula merupakan prosesus kerucut (conical) kecil yang
menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.
c. Laringofaring (Hypofaring)
- Mengelilingi mulut esofagus dan laring yang merupakan
gerbang untuk sistem respirasi selanjutnya.
Pada tunika mukosa banyak mengandung jaringan lymphoid:
a. Tonsila Pharingeal, merupakan penumpukan jaringan limfatik yang
terletak di dekat naris internal.
b. Tonsila Palatine, terletak pada kedua sisi orofaring posterior.
c. Tonsila Lingualis, terletak di lidah.
Struktur khas -> Waldeyer’s Ring, merupakan cincin tonsilaris pada isthmus
orofarigeal yang dibentuk oleh tonsil lingual, tonsila palatine, tuba eustachii, dan
pharigeal.
pg. 7
a.3. LARYNX
Laring sebagai jalan masuk menuju saluran pernafasan bagian bawah. Rangka
laring tersusun atas :
1. Tulang rawan - epiglotis yg berperan sebagai katup
- cartilago tyroidea (jakun)
- cartilago cricoid
- cartilago arytenoids
- corniculata
2. Tulang sejati
Bagian dalam laring terdapat 2 lipatan:
1. Plica vestibularis (pita suara palsu)
Pita suara ini tidak berfungsi saat produksi suara.
2. Plica vocalis (pita suara asli). Pita suara ini berfungsi saat produksi suara dan
melekat pada cartilago aritenoid, cartilago tiroid, serta cartilago krikoid. Pada
plica vocalis terdapat ligamentum dan musculus vocalis yang bergatar pada
saat proses pembentukan suara. Proses pembentukan suara terjadi saat
ekspirasi udara. Udara yang keluar akan menggetarkan plica vocalis dan
adanya kontraksi otot labialis, lingualis, dan palatine. Maka terjadi resonansi
pg. 8
serta articulasi dari cavitas oralis, nasalis, dan pharingialis, sehingga timbul
suara.
Pada pita suara ini terdapat sisi pembuka yang diseebut glotis. Saat bernafas pita
suara berada dalam sisi glotis sehingga glotis membuka berbentuk trianggular.
Hal ini memungkinkan udara melintas secara bebas menuju dan keluar trakea.
Sedangkan saat menelan makanan, glotis akan menyempit hampir menutup
sehingga mencegah makanan masuk ke saluran nafas.
Plica Vestibularis
Tertutup udara dibawah terperangkap tekanan intratorakal naik
terbuka batuk/mengejan/miksi/defikasi
- Plica Vokalis
Saling merapat phonasi
Kontraksi mm. abductors dilatasi plica vokalis relaksasi (saling menjauh)
Kontraksi mm. adductors kontriksi plica vokalis kontraksi (saling mendekat)
a.4. TRACHEA trachea
Trakea dimulai dari tepi bawah
cartilago cricoid (CV 6) sampai
pecah menjadi bronkus primarius
dextra dan sinistra.
Panjang trachea sekitar 9-15 cm yang
terdiri dari 16-20 buah cartilago
hialin yang tidak lengkap.
Ventral → cartilagines tracheae dan
ligamentum anularis. Berbentuk
cincin tulang rawan (huruf C).
Dorsal → membran dan oesophagus.
Bentuk trachea yang seperti itu untuk
Bagian Anterior mencegah trachea terlipat-lipat.
pg. 9
Lower respiratory tract
b.1. Bronchus Primarius dan Bronchiolus
bagian posterior
Bronchus primarius dextra
Bronchus primarius sinistra
Bronchus primarius dextra lebih besar dibandingkan dengan sinistra, sebab
bronchus primarius dextra melayani 3 lobus paru sedangkan yang sinistra
melayani 2 lobus paru.
Bronchus primarius (dextra & sinistra)
Bronchus lobaris
Bronchus segmentalis
Bronchiolus
Bronchiolus terminalis
pg. 10
Bronchiolus respiratorius
- Merupakan percabangan dari trachea yang berakhir pada pulmo.
- Di bagian luar dilapisi oleh Cartilago Bronchiales.
- Ada 2 bronchus utama, yaitu Bronchus Principalis (Primarius) Dexter
yang akan bercabang-cabang ke pulmo dexter dan Bronchus Principalis
(Primarius) Sinister yang akan bercabang-cabang ke pulmo sinister.
- Bronchus primarius dexter lebih pendek karena mempercabangi 3 lobus
pada pulmo dexter.
- Bronchus Primarius bercabang lagi menjadi Bronchus Lobaris. Pada
pulmo dexter disebut Bronchus Lobaris Superior Dexter pada lobus
superior, Bronchus Lobaris Medius Dexter pada lobus medius, dan
Bronchus Lobaris Inferior Dexter pada lobus inferior.
- Pada pulmo sinister disebut Bronchus Lobaris Superior Sinister pada lobus
superior dan Bronchus Lobaris Inferior Sinister pada lobus inferior.
- Bronchus Lobaris bercabang lagi menjadi Bronchus Segmentales
- Bronchus Segmentales bercabang lagi menjadi Bronchus Terminales.
- Bronchus Terminales bercabang lagi menjadi Bronchus Respiratorius yang
akan bercabang menjadi alveolus-alveolus.
b.2. ALVEOLUS
- bentuk heksagonal
- antar dinding dihubungkan oleh septum interalveolare
- Macam-macam sel :
a. Tipe I untuk difusi O2 dan CO2
b. Tipe II sekresi surfactant -> untuk mengurangi tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak kolaps.
c. Endotel pembuluh darah.
d. Alveolar macrophage fungsinya untuk memfagosit partikel yang
ukurannya sangat kecil yang tak dapat di saring dalam vibris hidung
maupun oleh silia epitel respiratorius
pg. 11
b.3. PULMO
Paru-paru terletak di dalam rongga thorax berbentuk piramid seperti spons dan
berisi udara.
Pulmo dextra terbagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, medius, dan
inferior. Antara lobus superior dan lobus medius terdapat fisura obliqua,
antara lobus medius dan lobus inferior terdapat fisura horizontal. Sedangkan
pulmo sinistra terbagi menjadi 2 lobus yaitu lobus superior dan
inferior,diantara lobus tersebut terdapat fisura obliqua.
Dibungkus oleh selaput serosa yang disebut pleura. Ada 2 macam pleura : a.
Pleura viceralis langsung melekat pada paru – paru
b. Pleura parietalis melapisi rongga dada sebelah luar.
b.1. Cupula -> pada bagian puncak pleura
b.2. Pleura costalis -> berhadapan dengan costae dan cartilage costae
b.3. Pleura diafragmalis -> berhadapan dengan diafragma
b.4. Pleura mediastinum -> berada pada bagian medial yang membatasi
mediastinum
Setiap pulmo memiliki bagian :
Apex Menjulang sampai setinggi colum costae I dan melewati
aperture superior.
Basis Bagian yang bertumpu pada kubah diafragma
3 Permukaan paru yaitu :
a. Facies Mediastinalis : menghadap ke medial dan berhubungan
dengan mediastinum. Pada begian tengah facies ini terdapat hilus
pulmonalis (akar) yaitu tempat masuknya percabangan bronchus
primaries serta pembuluh arteri maupun vena pulmonalis.
b. Facies diafragmatica : Merupakan basis pulmo yang terletak di dasar
di atas diafragma.
pg. 12
c. Facies costalis : Terdiri dari bagian yang menghadap sternum,
cartilage costae, dan costae
2. HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI
A. Rongga Hidung
a. Vestibulum : Epitel tidak bertanduk dan beralih menjadi epitel respirasi
sebelum memasuki ke fosa nasalis.
b. Fossa Nasalis
Konka di hidung ada 3 : konka superior,medial dan inferior
1) Konka Superior : Epitel Olfaktorius Epitel bertingkat silindris
yang terdiri atas 3 jenis sel yaitu:
a. Sel bipolar pada ujung bebas yang berkontak langsung dengan
lingkungan adalah dendritnya yang pada ujungnya terdapat rambut
untuk reseptor bau.
b. Sel penyokong , merupakan sel terbanyak di epitel olfaktorius
bercirikan adanya brush border pada ujung bebasnya.
c. Sel basal ,merupakan sel induk dari sel penyokong.
Selain itu memiliki kelenjar bowman yang menghasilkan serus untuk
membersihkan silia yang memudahkan akses zat pembau yang baru.
2) Konka Media dan Inferior : Epitel Respirasi Epitel Berderet
Silindris Berkinosilia. Terdapat sel goblet sebagai penghasil mukus
dan terdapat saluran kelenjar seromukus. terdapat yang namanya badan
pengembang yang akan mengembang bergantian pada fosa nasal kanan
dan kiri hal ini berfungsi untuk memberi kesempatan pada mucosa
yang akan mengering sehingga akan mensekret mucus untuk
membasahi mukosa, pada keadaan patologi baik karena infeksi atau
peradangan akan terjadi pengembangan pada kedua konka kanan dan
kiri hingga menyebabkan hidung buntu.
pg. 13
B. Faring
Epitel Respirasi (Epitel Berderet Silindris Berkinosilia). Terdapat juga
lamina propia yang terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung
kelenjar dan banyak sabut elastis.
C. Laring
Mempunyai kerangka tulang rawan hialin dan tulang rawan elastis yang
dihubungkan bersama os hyoid oleh membran yg terdiri dari jaringan ikat
padat yang mengandung sabut elastis.
Plica vestibularis dilapisi oleh epitel berderet silindris
Plica vocalis dilapisi oleh epitel berlapis pipih, otot bergaris yg bernama
musculus vocalis.
D. Trakea dan bronchus
Permukaan trakea dilapisi oleh sel epitel berlapis silindris dengan kinosilia
dan sel goblet yg berupa sel piala mukous.
Struktur histologi bronchus sama dengan trakea.
E. Bronkiolus: Epitel Selapis Kubis Bersilia.
F. Bronkiolus Terminalis :
Epitel selapis silindris → epitel selapis kuboid
Ada sel clara.
Ada otot polos, serat elastin, dan serat retikulin.
G. Bronchus respiratorius : Epitel selapis kuboid dengan silia → epitel selapis
pipih
H. Duktus Alveolaris: Epitel Selapis Pipih.
I. Saccus Alveolaris:
Epitel selapis pipih.
pg. 14
Serat elastin → alveolus mengembang saat inspirasi dan kontraksi saat
ekspirasi.
Serat retikulin → mencegah pengembangan yang berlebihan, pengrusakan
kapiler halus dan septa alveolar yang tipis.
J. Alveolus:
Epitel selapis pipih.
Ada fibroblast, jaringan ikat, serat elastin dan retikulin, serta kapiler.
Ada 4 tipe sel :
a. Sel tipe I (90%) → epitel selapis pipih. Pada sitoplasmanya ada vesikel
pinositik yang berisi cairan pengganti surfaktan.
b. Sel tipe II → epitel selapis kuboid. Berisi surfaktan untuk mengurangi
tegangan permukaan.
c. Sel endotel → melapisi dinding kapiler.
d. Makrofag alveolar → memfagositir debu (dust cell) dan eritrosit (heart
failure cell
K. Pulmo
Epitel selapis pipih.
Rongga pleura dilapisi sel mesotel pipih, serat kolagen dan elastin.
pg. 15
3. MIKROBIOLOGI
A. GAMBARAN BAKTERI SECARA UMUM
Ciri-ciri Umum bakteri
a) Tubuh uniseluler (bersel satu)
b) Tidak berklorofil (meskipun begitu ada beberapa jenis bakteri yang
memiliki pigmen seperti klorofil sehingga mampu berfotosintesis dan
hidupnya autotrof
c) Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan Amitosis)
d) Habitat: bakteri hidup dimana-mana (tanah, air, udara, mahluk hidup)
e) Satuan ukuran bakteri adalah mikron (10-3)
Bentuk-bentuk Bakteri
a) Kokus : bentuk bulat, monokokus, diplokokus, streptokokus, stafilokokus,
sarkina
b) Basil : bentuk batang, diplobasil, streptobasil
c) Spiral : bentuk spiral, spirilium (spiri kasar), spirokaet (spiral halus)
d) Vibrio : bentuk koma
Alat Gerak Bakteri
Beberapa bakteri mampu bergerak dengan menggunakan bulu
cambuk/flagel. Berdasarkan ada tidaknya flagel dan kedudukan flagel tersebut,
kita mengenal 5 macam bakteri.
a) Atrich : bakteri tidak berflagel. contoh: Escherichia coli
b) Monotrich : mempunyai satu flagel salah satu ujungnya. contoh: Vibrio
cholera
c) Lopotrich : mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu ujungnya.
contoh: Rhodospirillum rubrum
d) Ampitrich : mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua ujungnya.
contoh: Pseudomonas aeruginosa
pg. 16
e) Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
contoh: salmonella typhosa
Nutrisi Bakteri
Dengan dasar cara memperoleh makanan, bakteri dapat dibedakan menjadi
dua :
1. Bakteri heterotrof: bakteri yang tidak dapat mensintesis makanannya
sendiri. Kebutuhan makanan tergantung dari mahluk lain. Bakteri saprofit
dan bakteri parasit tergolong bakteri heterotrof.
2. Bakteri autotrof adalah bakteri yang dapat mensistesis makanannya
sendiri.
Dibedakan menjadi dua yaitu (1) bakteri foto autotrof dan (2) bakteri
kemoautotrof.
Kebutuhan Akan Oksigen Bebas
Dengan dasar kebutuhan akan oksigen bebas untuk kegiatan respirasi,
bakteri dibagi menjadi 2:
1. Bakteri aerob: memerlukan O2 bebas untuk kegiatan respirasinya
2. Bakteri anaerob : tidak memerlukan O2 bebas untu kegiatan respirasinya.
Pertumbuhan Bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 - 35
derajat C.
2. Kelembaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat
menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri
3. Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari
dapat mematikan bakteri.
4. Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu
dapat menghambat bahkan mematikan bakteri.
pg. 17
B. FLORA NORMAL SISTEM PERNAFASAN
Flora normal ada 2:
1. Flora residen → mikroorganisme yang secara relatif tetap dan secara
teratur ditemukan di daerah tertentu. Dapat menghidupkan dirinya sendiri.
2. Flora transien → mikroorganisme non patogen atau secara potensial
bersifat patogen selama beberapa hari, jam, minggu. Berasal dari
lingkungan, tidak menyebabkan penyakit, dan tidak dapat menghidupkan
dirinya sendiri secara permanen.
Flora residen terganggu + mikroorganisme berkolonisasi dan berproliferasi
↓
penyakit
Flora Normal Mulut Dan Saluran Pernapasan Atas
1. Flora hidung
a. corynebacterium → corynebacterium diptheriae
- basil gram + tidak membentuk spora
- bentuk gada (bentuk tidak beraturan)
- kandungan sitosin dan guanin tinggi
- aerob
- mengakibatkan: a. toksik pada daerah tertentu → paralysis
pallatum mole, kerusakan saraf
b. radang difteri → nyeri tenggorokan, demam,
sulit menelan.
b. Stafilococcus (S.Epidermidis dan S.Aureus)
c. Sreptococcus yang menonjol
2. Flora membran mukosa mulut dan faring
a. Flora membrane mukosa mulut
pg. 18
Steril saat lahir tetapi terkontaminasi saat melewati jalan lahir.
4-12 jam setelah lahir→ Streptococcus viridans (angota flora residen yang
menonjol dan tetap seumur hidup) berasal dari saluran pernapasan ibu dan
orang yang hadir saat persalinan.
Flora yang lain: - stafilococcus aerob dan anaerob
- diplococcus gram – (neisseira dan moraxella catarhallis)
- difteroid
- laktobasilus yang ditambahkan.
Gigi mulai erupsi : - spiroketa anaerob
- prevotella melaninogenica
- spesies fusobacterium
- spesies rothia
- spesies kapnositofaga
- vibrio anaerob
- laktobasilus
- spesies aktinomises → jaringan tonsilar dan gingival
- fungi (spesies candida) di mulut
- protozoa
b.Flora faring: - neisseira
- streptococcus α hemolitik dan non-hemolitik
- stafilococcus
- difteroid
- hemofilia
- pneumococcus
- mikoplasma
- prevotella
3. pada bronchus dan alveoli secara normal steril.
pg. 19
Streptoccocus
Ciri khas :
- Berupa bekteri sferis gram positif yang khas menampakkan gambaran
kokus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai.
- Kokus tunggal bentuk batang/ avoid
- Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai
- Beberapa sterptokokus menguraikan polisakarida
kapsuler( mis:pneumunokokus)
- Starin group A,B,C menghasilkan asam hialuronat.
- Bakteri anaerob
- Dinding mengandung protein, karbohidrat, dan peptidoglikan.
- Pili terdiri dari protein M dilapisi asam lipoteinoat(penting untuk
pelekatan sterptokokus ke sel epitel)
Sifat pertumbuhan
Energi terutama didapatkan dari penggunaan gula, kebutuhan energi tiap
jenis berbeda.
Bakteri streptokokus penyebab penyakit pada manusia dikelompokkan
menjadi 4 grup:
1. Streptokokus grup A :
Paling mematikan meskipun manusia adalah tuan rumah alaminya.
Streptokokus ini bisa menyebabkan infeksi tenggorokan, tonsilitis (infeksi
amandel), infeksi kulit, septikemia (infeksi dalam darah), demam Scarlet,
pneumonia, demam rematik, korea Sydenham (kelainan saraf yang ditandai
oleh kekakuan otot/St. Vitu's dance) dan peradangan ginjal
(glomerulonefritis).
2. Streptokokus grup B :
Lebih sering menyebabkan infeksi yang berbahaya pada bayi baru lahir (sepsis
neonatorum), infeksi pada sendi (artritis septik) dan pada jantung
(endokarditis).
pg. 20
3. Streptokokus grup C dan G :
Sering terdapat pada binatang, tetapi bisa juga hidup di dalam tubuh manusia,
yaitu di tenggorokan, usus, vagina dan kulit. Streptokokus ini bisa
menyebabkan infeksi yang berat seperti infeksi tenggorokan, pneumonia,
infeksi kulit, sepsis post-partum (setelah melahirkan) dan sepsis neonatorum,
endokarditis dan artritis septik. Setelah terinfeksi oleh bakteri ini bisa juga
terjadi peradangan ginjal.
4. Streptokokus grup D dan enterokokus :
Dalam keadaan normal hidup di saluran pencernaan bagian bawah, vagina dan
kulit. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi pada luka dan katup jantung,
kandung kemih, perut dan darah.
Beberapa streptokokus yang menyebabkan penyakit saluran nafas antara lain :
o S pyogens
- Habitatnya di tenggorok dan menyebabkan penyakit faringitis.
Dinding mengandung protein jenis M. Protein M inilah yang merupakan
factor virulensi karena menyebabkan strep.pyogens mampu bertahan
terhadap proses fagosit oleh leukosit polimorfonuklear. Terdapat 80 jenis
protein jenis M sehingga menyebabkan seseorang dapat terinfeksi
berulang kali oleh strep.pyogens(1 jenis antibodi yang terbentuk pasca
infeksi tidak spesifik untuk jenis protein M jenis lain).
- Kapsul Hialuranidase
Memecah as.hialuronat (komponen dasar jaringan ikat) sehingga mampu
membantu penyebaran mikroorganisme infeksius yang lain.
o S viridans Habitat di mulut dan tenggorokan yang menyebabkan
penyakit karies gigi, endokarditis, dll.
pg. 21
o S pneumoniae
- Habitat di tenggorok serta menyebabkan penyakit pneumonia,
meningitis, dan endokarditis.
- Pneumokokus (S Pneumoniae) adalah diplokokus gram-positif. Bakteri
ini, yang sering berbentuk lanset atau tersusun dalam bentuk rantai,
mempunyai simpai polisakarida yang mempermudah penentuan tipe
dengan antiserum spesifik. Pneumokokus mudah dilisiskan oleh zat aktif
permukaan, misalnya garam-garam empedu. Zat aktif permukaan
mungkin menghilangkan atau menonaktifkan penghambat autolisin
dinding sel. Organisme ini adalah penghuni normal pada saluran
pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia,
sinusitis, otitis, bronkitis, bakteremia, meningitis. Pneumokokus
merupakan diplokokus berbentuk lanset dan termasuk bakteri gram-
positif. Pada dahak atau nanah, juga terlihat kokus tunggal atau rantai.
Semakin tua, organisme ini cepat menjadi gram-negatif dan cenderung
melisis secara spontan
o S Grup C dan D Terdapat di nasofaring dan dapat menyebabkan
sinusitis.
Stafiloccocus (S Aureus, S Epidermidis).
Stafilokokus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya
berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan
berbagai zat ekstraseluler. Beberapa zat ini adalah enzim, sedangkan yang lain
diduga toksin, meskipun berfungsi sebagai enzim. Kebanyakan toksin berada
di bawah pengendalian genetik plasmid; beberapa di bawah pengendalian
kromosom dan ekstrakromosom.
S aureus yang patogen dan invasif cenderung menghasilkan koagulase dan
pigmen kuning, dan bersifat hemolitik. Stafilokokus yang non patogen dan
pg. 22
tidak invasif, seperti S epidermidis, cenderung bersifat koagulase-negatif dan
non hemolitik.
Neisseria
Ciri khas organisme:
- Bakteri gram negative
- Tidak dapat bergerak
- Diplokokus(hidup berpasangan)
- Diameter kira-kira 0,8 mikrometer
- Kokus individual berbentuk seperti ginjal
- Jika berpasangan, sisi rata/konkaf saling menempel
Sifat pertumbuhan:
- Tumbuh baik dalam keadaan aerob, beberapa anaerob
- Memerlukan syarat yang rumit agar dapat tumbuh
- Sebagian besar memfermentasi karbohidrat, menghasilkan asam tetapi
tidak gas
- Pola fermentasi ini yang digunakan untuk membedakan antar
jenisnya.
- Neisseria memproduksi enzim autolitik yang dapat menyebabkan
inflamasi.
- Pertumbuhan dihambat oleh toksin medium(lemak/garam)
- Cepat dibunuh dengan pengeringan, sinar matahari, dan pemanasan
lembab.
Neisseria umumnya merupakan flora normal dan tidak patogen namun
yang paling berbahaya adalah N gonorrhoeae & N meningitidis penyebab
penyakit gonorrhoe dan meningitis
Neisseria pada saluran pernafasan:
N. sicca
N. subflova
N. cinera
pg. 23
N. mucosa
N. flavescens
* Flora Normal yang lain:
1. Haemophilus Aprophilus
Species yang merupakan bagian dari flora normal yang terletak pada
rongga mulut dan saluran pernafasan, serta bertalian dengan
Actinobacilus.
2. Haemophilus Halmolyticus
Merupakan species Non-Patogen, yang ditemukan sebagai flora normal
disaluran pernafasan atas.
3. Haemophilus Parainfulenza
Species yang merupakan oral normal namun terkadang berikatan dengan
Endokarditis Bakterial
4. Haemophilus Paraphropilus
Species yang merupakan bagian mikro flora oral normal dan berikatan
dengan endokarditis Bakterial
5. Moroxella Catarrhalis
Merupakan flora normal pada 40-50% anak usia sekolah yang
normal. Dapat menyebabakan bronchitis, pneumonia, sinusitis, otitis
media. Dapat dibedakan dengan neisseria lain karena menghasilkan
DNAase dan tidak memfermentasikan karbohidrat.
pg. 24
Kuman Pathogen Saluran Nafas Bagian Bawah
Bakteri Parasit Jamur Virus
Klebsiella
pneumoniae
Strep. Pneumoniae
Strep. Pyogens
Staph. Aureus
Neissheria
Meningitidis
H. Influenza
Pseud. Aeruginosa
Legionella
pneumophilla
Mycobacterium
tuberculosis
Pneumocytis
carinii
Coccidiodes
immitis
Histoplasma
capsulatum
Phycomycetes sp.
Aspergillus sp.
Myxovirus
C. PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Pemeriksaan laboratorium mencakup studi mikroskopik bahan segar yang
diwarnai ataupun yang tidak diwarnai serta persiapan biakan.
Mikroorganisme yang diisolasi bisa digunakan untuk :
Identifikasi agen penginveksi dengan tepat sebelum dilakukan
pengobatan
Uji kerentanan agen terhadap obat antimikroba untuk kepentingan
pengobatan
Menegakkan diagnosa dan jenis terapi yang akan dilakukan
Beberapa hal yang perlu disiapkan antara lain :
1. Spesimen
- Pemilihan spesimen ini merupakan langkah yang paling penting
pg. 25
dalam pemeriksaan mikrobiologi terutama untuk menentukan
diagnosa yang tepat
- Spesimen akan menunjukan hasil yang paling signifikan jika agen
diisolasi
dari tempat yang secara normal tidak terdapat mikroorganisme atau
bersifat steril.
- Beberapa aturan pengambilan spesimen antara lain :
a. Kualitas materi yang adekuat
b. Sampel mewakili penyakit menular misalnya sampel yang
diambil adalah sputum bukan saliva
c. Hindari kontaminasi yang akan mencemari spesimen
d. Dibawa ke laboratorium dan diperiksa dengan cepat
2. Pemeriksaan mikroskopik dan pewarnaan
- Pada pemeriksaan mikroskopik yg perlu diperhatikan antara lain :
a. Pewarnaan
* Yang digunakan adalah pewaraan gram. Ada 2 macam
pewarnaan gram yaitu Gram positif (berwarna ungu biru)
dan gram negatif (berwarna merah).
b. Morfologi
* Ada beberapa bentukan yang bisa dilihat seperti kokus,
sferis, fusiformis, batang.
Tujuan
1. Diagnosis klinik
2. Evaluasi therapy
3. Disease’s control
4. Epidemiology survey
5. Research
6. Biomoleculer Techniques
pg. 26
Pengambilan dan pengiriman bahan pemeriksaan
1. Pendataan mengenai penderita, jenis bahan, lokasi atau waktu
pengambilan bahan
a) Nama dan jenis kelamin
b) Umur -> menentukan pola kuman yang terdapat pada mukosa bagian
tubuh tertentu
c) Tanggal dan jam pengambilan bahan -> ‘penting’, khususnya untuk
bahan yang berasal dari penderita dengan infeksi kuman anaerob
2. Syarat umum pengambilan bahan pemeriksaan
a. sebelum mendapat pengobatan
b. dilakukan secara aseptic
c. dimasukkan dalam transport medium -> sesuai dengan jenis kuman
d. bahan diperoleh dengan cara aspirasi
e. bahan diperoleh dengan kapas lidi
f. bahan berupa biopsy
3. Pengiriman bahan
a. secepat mungkin
b. tidak dalam suasana dingin
c. bila transport lama -> gunakan gaskit anaerobic jar
Pemeriksaan Bahan ( Mikrobiologi)
1. Tes Aglutinasi
- reaksi antara antibody dengan antibody seluler
- dapat dilakukan pada object glass, tiles tube, dan cawan
mikrotitrasi
a.Tes Aglutinasi Slide dan Tile (TASnT)
- cepat dan mudah
- kurang sensitive dibandingkan dengan tes aglutinasi tube /
mikrotitrasi
pg. 27
Untuk kuman
anaerob
b. TASnT Aktif
- Ag bakteri + antibody
- Salmonella, leptospira, dan vibrio cholera
c.TASnT Pasif
- Ag/Ab yang sudah diketahui diikatkan pada partikel/ sel sebagai
karier, misalnya latex, carbon, dan staphylococcus sel + protein A
d.Tes Aglutinasi Tube
- lebih sensitive dan reagensi daripada TASnT
- Aplikasi klinis : tes widal, tes bruchellosis
e.Tes Aglutinasi Mikrotitrasi
- Lebih sensitive,ekonomis, dan mudah
2. Tes Precipitasi
- Bila antigen yang larut bereaksi dengan antibody
a. Tes tabung (tube test)
- Ag + Ab dlm tabung (inkubasi)
- Aplikasi klinik: penentuan Ig dengan nefelometer
- Tes VDRL makro (cincin presipitasi)
b. Tes slide
- Menggunakan obyek glass utk mencampur bahan
- Mudah kering
- > cepat membentuk presipitasi cepat
- Aplikasi klinik: tes VDRL mikro
c. Tes tabung kapiler
- Memakai tabung kapiler
- Aplikasi klinis penentuan: C-reactive protein, penentuan group
streptococcus
d. Tes diffusi agar (gel diffusion test)
- Diffusi tunggal (single diffusion)
- Diffusi ganda (sederhana dan majemuk)
pg. 28
- Simple : Ab jamur (histoplasmosis, aspergilosis, blastomycosis);
tes elek= C diphteri
3.Tes Haemaagulination
a. Indirect Haemaaglutination Test
- Agglutitrasi pasif dimana Ag yang sudah diketahui disalutkan pada
eritrosit
- Aplikasi klinis: treponema Haemagglutination (TPHA) untuk
syphilis
b. Haemaaglutination Inhibition Antibody Test
-Mendeteksi antibody terhadap arbovirus, virus influenza, morbili,
dan rubella
-Virus memiliki haeagglutinin pada permukaannya
c.Reverse Passive Haemaaglutination Test
- Eritrosit yang disalut Ab dicampur dengan spesimen yang
mengandung virus
- Mendeteksi virus yang tidak memiliki haemagglutinin
4. Tes Komplemen Terikat
- Prinsip pemeriksaan
> Ab + Ag + komplemen = komplemen terikat
> Ab + komplemen tidak terikat (serum) + SDM = lysis
> Ab + komplemen terikat (serum) + tak lysis
> Aplikasi klinis: tes Wasserman (syphilis), ricketsiosis, penyakit
virus dan parasit
5. Tes Imunofluorescent
- Zat warna fluoroscens (fluorochrome) g disinari sinar ultraviolet
(UV)
pg. 29
- Dipakai untuk menunjukkan rx Ag dan Ab
- Kompleks Ag – Ab akan tampak fluorescen
- Zat warna yang dipakai:
> Fluorescein isothiocyanate (FITC) memberi warna hijau apel
> Rhodamin (TRITC) berwarna fluorescen jingga (orange)
a. Tes fluorescens langsung:
- Deteksi dan identifikasi antigen di spesimen
- Aplikasi klinis: identifikasi cepat untuk bakteri streptococcus
group A diapus tenggorokan kuman di luar liquor CS (H.
influenza, N. meningitidis, S. pneumoniae)
b. Tes fluorescens tak langsung
- Kompleks antigen-antibody dideteksi dengan memberi antihuman
globulin yang dilabel
- Aplikasi klinis: tes anti-nuclear antibody (ANA), penentuan Ig G
terhadap basil tbc, penentuan antibody terhadap T. gondii
6. Enzymimuno Assay
- Pemeriksaan dibagi 2 kelompok:
1. EIA homogen
2. EIA heterogen, lazim disebut enzyme linked immunosorbent
assay (ELISA)
- Prinsip dan macam teknik ELISA:
Pemberian label enzyme pada antigen
1. Competitive ELISA untuk penentuan Ag
2. Titration ELISA untuk penentuan Ag
Aplikasi klinis:
> Penentuan hormon secara kuantitative seperti: T4, T3, TSH,
Insulin, cortisol
pg. 30
> Penentuan protein tertentu: CRP, AFP,
> Obat-obatan seperti: digoksin
Pemberian label enzyme pada antibody
- Double antibody sandwich ELISA untuk penentuan antibody
- Immunoenzymetric ELISA untuk penentuan antigen
Aplikasi klinis: penentuan total IgE, HBs Ag dan beberapa
hormon dengan molekul yang besar
Pemberian label enzyme pada anti-immunoglobulin:
- Indirect ELISA untuk penentuan antibody
- Double antibody sandwich antiglobulin ELISA untuk penentuan
antigen
-Competitive antigen ELISA untuk penentuan antigen
pg. 31
4. PATOFISIOLOGI
a. BATUK
Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari
trauma mekanik, kimia dan suhuBatuk juga merupakan mekanisme pertahanan
paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan napas tetap bersih dan terbuka,
dengan jalan :
1) Mencegah masuknya benda asing ke saluran napas.
2) Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari
dalam saluran napas.
Refleks Batuk
Batuk dimulai .dari suatu rangsangan reseptor batuk, kemudian melalui
serabut aferen, rangsangan ini akan diteruskan ke pusat batuk di medulla, melalui
serabut eferen diteruskan ke otot-otot pernapasan
Daerah refleks batuk yang paling sensitif pada saluran napas adalah daerah
laring, karina, trakea dan bronkus.
Mekanisme Batuk
Mekanisme batuk dibagi menjadi tiga fase:
1. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi, glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot
abduktor kartilago arytenoideus. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga
udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru.
Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan
keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat serta
kuat dan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan
mekanisme pembersihan yang potensial
2. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor
kartilago arytenoideus, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan
intratoraks meninggi sampai 300 cm/Hg
pg. 32
3. Fase ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot
ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-
bahan lain.
Penyebab Batuk
Batuk secara garis besarnya dapat disebabkan oleh rangsang berikut:
1. Rangsang inflamasi seperti edema mukosa dengan secret.
2. Rangsang mekanik seperti benda asing dalam saluran napas, aspirasi.
3. Rangsang suhu seperti asap rokok (merupakan oksidan), udara panas/dingin.
4. Rangsang psikogenik.
Komplikasi Batuk
Pada sistim saraf pusat dapat terjadi cough syncope, Keadaan ini biasanya
terjadi setelah batuk-batuk yang paroksismal dan kemudian penderita akan
kehilangan kesadaran selama 10 detik. Cough syncope terjadi karena peningkatan
tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan tekanan intratoraks dan
intraabdomen. Dapat pula terjadi gejala konstitusi antara lain insomnia, kelelahan,
nafsu makan menurun, muntah, suhu tubuh meninggi dan sakit kepala.
Batuk dapat dibedakan menjadi :
- Batuk berdahak, yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada
tenggorokan. Batuk jenis ini lebih sering terjadi pada saluran napas yang
peka terhadap paparan debu, lembab berlebih dan sebagainya
- Batuk tak berdahak (batuk kering), terjadi apabila tidak ada sekresi saluran
napas, iritasi pada tenggorokan sehingga timbul rasa sakit
Sputum
Warna
1. Kuning -> infeksi
2. Hijau -> penimbunan nanah akibat aktivitas leukosit polimorfisme
yang menghasilkan verdoperoksidase -> sering pada brokiektasis
Sifat dan Konsistensi
1. Merah muda + berbusa -> oedema pulmo akut
pg. 33
2. Abu-abu/putih, berlendir dan lekat -> bronchitis kronik
3. berbau busuk -> abses pulmo / brokiektasis
Macam-macam batuk:
Batuk Akut (=/< 3 minggu) -> H. influenza, dan B. Pertusis
Batuk Subakut (3-8 minggu) -> sinusitis dan asma
Batuk Kronis ( =/> 8 minggu) -> postnasal drip, asma, TB, dan PPOK
Penanggulangan :
- Terapi non-obat :
Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi
dengan cara sebagai berikut:
Sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,
mengurangi iritasi atau rasa gatal.
Hindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang
tenggorokan dan udara malam yang dingin.
- Terapi obat :
Obat batuk, seperti halnya obat pilek dan flu/influenza, merupakan obat
simptomatik, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk mengatasi keadaan ringan
dan hanya merupakan tindakan terhadap gejala penyakit. Pengobatan simptomatik
atau pengobatan terhadap gejala penyakit tersebut dilakukan dengan maksud
untuk meningkatkan quality of life penderita, sehingga yang bersangkutan tetap
dapat melakukan aktifitas.
Apabila batuk berlangsung lebih dari tiga hari atau setelah pengobatan
dengan obat batuk tidak ada perbaikan, atau batuk menjadi lebih berat, dahak
bercampur darah atau berwarna hijau/kuning, sesak napas maka penderita
diharuskan konsultasi dengan dokter.
Terapi obat batuk dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
1. ekspektoran (pengencer dahak) misalnya gliseril guaikolat, ammonium
klorida, bromheksin dan succus liquiritiae.
2. antitusif (penekan batuk) misalnya dekstrometorfan dan difenhidramin.
pg. 34
b. HIDUNG BUNTU
merupakan proses inflamasi dari mukosa hidung sehingga menyababkan saluran
pernafasan tersumbat, penyebabnya adalah alergi, infeksi, cuaca, atau terpapar
bahan kimia.
Gangguan pada silia → banyak sekret terkumpul → hidung tersumbat.
Hidung tersumbat dapat terjadi karena berbagai hal, yaitu:
1.Deviasi Septum
Merupakan kelainan pada septum nasi. Pada kasus ini, septum nasi tidak ter
letak di tengah rongga hidung. Sehingga terjadi penyempitan di salah satu
sisi hidung.
2. Polip Hidung
Merupakan massa lunak, putih di rongga hidung. Menyebabkan mukosa
hidung membengkak. Biasanya terletak pada Tonsila Pharyngealis.
3. Hipertrofi Adenoid
Merupakan pembesaran jar. Limfoid pada dinding posterior nasofaring
dan cincin waldayer. Yang menyebabkan sumbatan pada Quane dan Tuba
Eustachii.
4. Angiofibroma Nasofaring
Merupakan tumor jinak di nasofaring yang dapat menyumbat hidung.
5. Rinitis Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh
perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa
saluran hidung dan sinus yang disebabkan alergi terhadap partikel, seperti debu,
asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Ada dua penyebab:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever) umumnya disebabkan kontak dengan
allergen dari luar rumah seperti benang sari dari tumbuhan yang
menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau
asap.
pg. 35
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial) diakibatkan karena
kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu
rumah, debu perabot rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan
yang menyengat.
Ketika allergen masuk ke dalam saluran pernafasan(hidung) maka selaput lender
hidung akan melepaskan beberapa zat mediator dari sel mast yaitu histamine,
leukotrien, dan prostlagandin yang akan menyebabkan vasodilatasi sehingga akan
menyebabkan inflamasi pada selaput lender hidung.
Gejala:
1. Bersin berulang-ulang sering kali pagi dan malam hari (umumnya bersin
lebih dari 6 kali).
2. Hidung mengeluarkan secret cair seperti air (runny nose). Itu sebabnya
penderita tidak bisa terlepas dari tisue atau sapu tangan.
3. Terasa cairan menetes ke belakang hidung (post nasal drip) karena hidung
tersumbat.
4. Pada keadaan lanjut dapat menyebabkan gejala hidung tersumbat serta
batuk parah.
5. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan
tenggorok.
6. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
Pengobatan:
Rinitis alergi tak bisa disembuhkan secara total sehingga tujuan
pengobatan adalah untuk menguragi gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan
yang utama adalah menghindari atau meminimalkan kontak dengan allergen.
Misalnya menghindari penyebab terjadinya reaksi rinitis alergi. Contohnya enjaga
kebersihan rumah dan menghindari memakai alat atau bahan yang mudah
menyimpan debu misalnya karpet. Bila diperkirakan alergi dengan bulu atau
protein hewan, menghindari memelihara hewan tersebut. Dapat juga
menggunakan filter debu udara di rumah.
pg. 36
Untuk menghindari pembengkakan pada hidung, biasanya dokter
memberikan terapi medikamentosa baik yang diminum atau dalam bentuk spray
hidung untuk mengurangi pembengkakan selaput lender hidung.
Pengobatan lainnya adalah imunoterapi yaitu memberi allergen dalam
jumlah kecil bertahap dengan harapan tubuh menjadi kurang sensitive sehingga
reaksi yang terjadi berkurang. Pengobatan ini ditujukan bila penderita tidak
responsive dengan pengobatan medikamentosa, atau mengalami komplikasi
misalnya radang sinus dan telinga yang sering kambuh. Atau penderita menolak
minum oabt-obatan dalam jangka waktu lama.
6. Rinitis Non-Alergika
Rinitis Non-Alergika adalah suatu peradangan pada selaput lendir hidung
tanpa latar belakang alergi.
Penyebab
Jenis-jenis rinitis non-alergika:
1. Rinitis Infeksiosa
Rinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus.
2. Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma Eosinofilia
Penyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme
prostaglandin.
Pada hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil
sebanyak 10-20%.
Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa
gatal dan penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).
3. Rinitis Okupasional
Gejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja.
Gejala-gejala rinitis biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan
(misalnya debu kayu, bahan kimia).
Penderita juga sering mengalami asma karena pekerjaan.
4. Rinitis Hormonal
pg. 37
Beberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan
keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas,
pemakaian pil KB).
Estrogen diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di
selaput hidung.
Gejala rinitis pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua,
terus berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang pada saat
persalinan tiba.
Gejala utamanya adalah hidung tersumbat dan hidung meler.
5. Rinitis Karena Obat-obatan
Obat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah:
- ACE inhibitor
- reserpin - gabapentin
- penisilamin - guanetidin
- fentolamin - obat anti peradangan non-steroid
- kokain - beta-bloker
- klorpromazin - estrogen eksogen
- pil KB. - aspirin
- metildopa
6. Rinitis Gustatorius
Rinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu,
terutama makanan yang panas dan pedas.
7. Rinitis Vasomotor
Rinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya
keseimbangan sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi
lebih dominan sehingga terjadi pelebaran dan pembengkakan pembuluh
darah di hidung. Gejala yang timbul berupa hidung tersumbat, bersin-
bersin dan hidung meler. Penyumbatan hidung yang dikarenakan
vasodilatasi concha. Rhinitis vasomotor disebabkan karena adanya
peningkatan aktivitas saraf parasimpatis. Sedangkan saraf parasimpatis
sendiri akan menyebabkan pelepasan asetilkolin di concha nasi.
pg. 38
Pada kasus ini terjadi sumbatan hidung yang bergantian kiri dan kanan.
Gejala biasanya dipicu oleh:
- cuaca dingin
- bau yang menyengat
- stres
- bahan iritan.
* Gejala yang khas untuk rinitis adalah:
- hidung terasa gatal
- hidung meler
- hidung tersumbat.
Ciri khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir hidung yang bernanah, yang
disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah, penurunan fungsi indera penciuman
serta batuk.
Untuk mengatasi hidung tersumbat menggunakan dekongestan, ada 2 cara yaitu
inhalasi dan secara oral.
* Pada alergi → kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan
permebilitas kapiler → terjadi rinore ( keluar ingus).
Mekanisme hidung tersumbat pada pemakaian obat congestive:
OBAT CONGESTIVE
↓
Dilatasi dan kongesti jaringan
↓
Pertambahan mukosa jaringan + rangsangan sel-sel mukoid
↓
Produksi sekret berlebih
↓
Hidung tersumbat
pg. 39
c. DEMAM
Demam terjadi karena vasodilatasi kapiler darah yg merupakan reaksi
inflamasi. Pada saat terjadi inflamasi, prostaglandin akan menstimulus
hipotalamus untuk mensekresikan serotonin dan epinefrin yang kemudian akan
panas tubuh dinaikkan atau di turunkan.
d. NYERI TELAN / ODYNOPHAGIA
Merupakan nyeri yang dirasakan pada saat menelan. Odynophagia
sendiri dapat menyebabkan Disphagia atau sulit menelan. Odynophagia terjadi
pada region orofaring / fase Faringal pada saat proses menelan.
Odynophagia dapat disebabkan oleh:
1. Faktor Mekanik
a. Sumbatan lumen esophagus oleh massa tumor dan benda asing.
b. Peradangan mukosa esophagus.
c. Penyempitan lumen fagus. Normal: 2,5 – 4cm.
2. Faktor Motorik
Disebabkan oleh kelainan neuromuscular. Biasanya terjadi akibat
gangguan pada n. Vagus yang menyebabkan gangguan kontraksi dinding
esophagus.
3. Gangguan Emosi (Globus Histerikus)
Merupakan sensasi subjektif yang mengganggu benjolan di faring.
4. Bisa disebabkan oleh tonsillitis /faringitis akut yg disebabkan oleh
streptokokus β hemolitikus, viridans, atau pyogenes. Ditularkan lewat
droplet menginfiltrasi epitel dan apabila terkikis akan
mengaktifakan jaringan limfoid, terjadi peradangan dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear (neutrofil). Jadilah suatu edema
tonsil, gatal, nyeri, panas badan karena infeksinya.
pg. 40
5. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT PERNAPASAN
Penyakit paru-paru dapat menimbulkan tanda serta gejala umum maupun
pernapasan.
Tanda dan gejala secara umum Pernapasan
Batuk
Sputum
Hemoptisis
Dispnea
Nyeri dada
Umum
Jari-jari tabuh
Dan manifestasi lain yang berkaitan
dengan pertukaran gas yang tidak
adekuat
1. Batuk
Batuk suatu refleks protektif yang timbul akibat iritasi percabangan
trakeobronkial mekanisme penting untuk membersihkan saluran napas.
Batuk merupakan gejala yang palinga umum penyakit pernapasan jika
lebih dari tiga minggu perlu diselidiki untuk memastikan penyebabnya.
Rangasangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan
mekanik (inhalasi debu, asap, dan partike-partikel kecil), kimia, dan
peradangan.
2. Sputum
Orang dewasa normal membentuk mukus sekitar 100ml dalam saluran
napas setiap hari.
Pembentukan mukus berlebih proses normal pembersihan dari silia
tidak efektif penimbunan mukus membran mukosa terangsang
mukus dibatukan sputum.
pg. 41
Pembentukan mukus berlebih gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi
membran mukosa.
Sputum perlu dipelajari sumber, warna, volume, dan konsistensinya.
Misalnya:
- Sumber : sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan
kemungkinan besar berasal dari sinus-sinus atau saluran hidung dan
bukan dari saluran napas bawah.
- Warna : kekuningan infeksi
kehijauan penimbunan nanah. Sering terjadi pada
bronkiektasis terjadi penimbunan nanah pada bronkiolus
yang melebar dan terkena infeksi. Biasanya terjadi infeksi
pada saluran napas bawah sputum hijau pada pagi hari dan
siang menjadi kuning. Penimbunan sputum yang purulen
(mengandung nanah) di malam hari.
3. Hemoptisis
Hemoptisis istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau
sputum yang berdarah.
Setiap proses yang merusak kesinambungan pembuluh darah paru-paru
dapat mengakibatkan pendarahan.
Hemoptisis suatu gejala yang serius dan dapat merupakan manifestasi
pertama tuberkulosis aktif.
Sputum yang mengandung darah (berwarna seperti karat) ciri khas yang
sering ditemukan pada pneumokok.
Jika terdapat darah atau sputum mengandung darah ketika dibatukan, perlu
sekali ditentukan apakah sumbernya memang berasal dari saluran napas
bagian bawah, bukan dari hidung atau saluran cerna
pg. 42
4. Dispnea
Dispnea atau sesak napas perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala
utama dari penyakit kardiopulmolar. Keluhan utama seorang penderita
dispnea napas menjadi pendek dan merasa tercekik.
Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan yang mengakibatkan dispnea
tergantung dari usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, dan jenis latihan
fisik serta keterlibatan emosi dalam melakukan kegiatan tersebut.
Gejala yang peling nyata pada penyakit yang menyerang percabangan
ttrakeobronkial, parenkim paru-paru, dan rongga pleura.
5. Nyeri dada
Ada berbagai penyebab nyeri dada, tetapi yang paling khas dari penyakit
paru-paru adalah akibat radang pleura (pleuritis). Hanya lapisan parietalis
plura saja yang merupakan sumber nyeri karena pleura viseralis dan
parenkim paru-paru dianggap sebagai organ yang tidak peka.
Dapat sedikit diredakan menekan daerah yang terkena peradangan.
6. Jari-jari tabuh
Jari-jari tabuh suatu perubahan bentuk ujung jari-jari tangan dan kaki
yang khas sehingga tampak menggelembung tanda fisik yang nyata dan
penting tanda dari berbagai keadaan yang cukup serius.
Penyakit paru-paru seperti karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses,
dan tuberkulosis paru-paru penyebab utama jari-jari tabuh (70-80%
kasus).
pg. 43