Upload
dekyed
View
364
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
DASAR TEORI
III.1Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat - Alat
Faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah segala sesuatu yang
memungkinkan untuk mempengaruhi pengaruh kondisi kerja.Salah satu tolak ukur
yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja (keberhasilan) suatu
alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat
berat yang digunakan.Oleh sebab itu usaha dan upaya untuk dapat mencapai produksi
yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus (serious). Adapun faktor – faktor
yang akan ditinjau tersebut adalah :
III.1.1. Pola Penggalian dan Pemuatan.
Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi
pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat
angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat sudah terisi penuh dan siap
ditumpahkan.Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan
alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat
gali-muatnya.
Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan
berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi dump truck
terhadap back hoe. Proses pemuatan pada operasi penambangan dapat dibagi tiga
macam yaitu frontal cut, parallel cut with drive-by, dan parallel cut with turn and
back.
III.1
III.1.1.1 Frontal cut
Back hoe berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada pola ini
back hoe memuat pertama pada dump truck sebelah kanan sampai penuh dan
berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.
III.1.1.2. Parallel cut with Drive-by
Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini
ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan dengan lokasi
penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar daripada sudut frontal cut, tetapi waktu
tunggu bagi backhoe dan dump truck lebih kecil daripada parallel cut with turn and
back.
III.1.1.3. Parallel cut with turn and back
Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode berdasarkan cara
pemuatannya, yaitu:
a. Single stopping
Dump truck kedua menunggu selagi back hoe memuat ke dump truck pertama.
Setelah dump truck pertama berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur.Saat
dumptruck kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk bermanuver
dan seterusnya. Didalam sistem pemuatan Batubara dan overburden di Pit 3 Barat
Bangko Barat Operator dominan menggunakan metode single stopping. Pemilihan
metode single stopping dikarenakan sesuai dengan keadaan lapangan.
III.2
b.Double stopping
Dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi back hoe selagi back hoe
memuati dump truck pertama. Begitu dump truck pertama berangkat, back hoe
mengisi dump truck kedua.Ketika dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang
dan seterusnya.(Gambar2.13)
GAMBAR 3.1
III.2 Pola Pemuatan Berdasarkan Tempat PenempatanAlat Angkut
Berikut adalah pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang
berada di atas atau di bawah jenjang.
III.2.1Top Loading
Top Loading yaitu metode yang digunakan dimana alat gali muat melakukan
penggalian dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di
bawah alat gali muat (Gambar 2.14).
III.2.2 Bottom LoadingIII.3
Bottom Loading yaitu metode yang digunakan dimana alat gali muat
melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan
posisi alat angkut.(Gambar 2.14).
GAMBAR 3.2
III.2.3. Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.Beberapa geometri perlu
diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan/hambatan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan kegiatan pengangkutan.
Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang
dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang digunakan maka operasi
pengangkutan akan semakin aman dan lancar. Berikut adalah perhitungan ukuran
lebar jalan dalam usaha penambangan.
III.2.3.1 Lebar Jalan Angkut Minimum pada Jalan Lurus
III.4
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih (Gambar
2.15)menurut “AASHTO manual Rural High-Way Design” adalah :
Keterangan :
L = Lebar jalan angkut minimum, meter
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar truk jungkit, meter
III.2.3.2. Lebar Jalan Angkut Minimum pada Tikungan
Lebar jalan angkut produksi tambang pada keadaan lurus dan belokan penting
ditentukan untuk kelancaran dan keberhasilan operasi pengangkutan.Lebar jalan
angkut minimum pada tikungan (Gambar 2.16) selalu lebih besar daripada jalan
angkut pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar jalan angkut
minimum pada belokan, adalah :
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut minimum pada tikungan, meter
U = Jarak jejak terluar roda depan dengan jejak terluar roda belakang
kendaraan, meter
Fa = Jarak roda depan dengan sisi samping terluar truck dikalikan sinus
sudutpenyimpangan roda, meter
III.5
Fb = Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar dikalikan sinus sudut
penyimpangan roda, meter
Z = Jarak sisi luar truk ke tepi jalan, meter
C = Jarak antara dua truck yang bersimpangan, meter
GAMBAR 3.3
LEBAR JALAN ANGKUT DUA JALUR PADA JALAN LURUS
GAMBAR 3.4LEBAR JALAN ANGKUT UNTUK DUA JALUR PADA TIKUNGAN
III.2.4. Faktor Material
III.6
Jenis dan kondisi material yang akan digali akan berpengaruh pada hasil
produksi. Karena perbedaan kekerasan material yang digali sangat bervariasi maka
sering dilakukan pengelompokan sebagai berikut :
1. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau top soil,
pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), pasir lempungan (clayed sand).
2. Agak keras atau medium hard digging, misalnya tanah liat atau lempung (clay)
yang basah dan lengket. Batuan yang sudah lapuk (weathered rock).
3. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya : batu sabak (slate), material yang
kompak (compactedmaterial), batuan sediman (sedimentaryrock), konglomerat
(conglomerate), breksi (breccia).
4. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar (fresh
rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat digali, misalnya :
batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan segar (fresh metamorphic
rock).
Pada penggalian overburden di Bangko Barat Pit 3 Barat, tanah galian
cendrung memiliki kategori agak keras karena terdiri dari lempung (clay) yang basah
dan lengket yang mengakibatkan gesekan besar terhadap bucket Backhoe.
III.2.5. Keadaan Jalan
III.7
Keadaan jalan yang dimaksud adalah tingkat kekerasan dan kemulusan
permukaannya.Semakin keras dan mulus atau rata jalan tersebut, maka semakin kecil
tahanan gulirnya. Macamnya tanah atau material yang dipergunakan untuk membuat
jalan tidak terlalu berpengaruh.adapun faktor – faktor mendetail mengenai tahanan –
tahanan yang ada di jalan atau track yang dilalui kendaraan tambang adalah sebagai
berikut.
III.2.5.1 Tahanan Gali (Digging Resistance )
Yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian
tanah. Tahanan ini disebabkan oleh :
a. Gesekan antara alat gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar kelembaban
dan kekerasan butiran tanah, semakin besar pula gesekan yang terjadi.
b. Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali ke dalam
tanah.
c. Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah.
d. Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali, dan kohesi antara butiran – butiran
tanah itu sendiri.
e. Berat jenis tanah juga merupakan hal yang terutama berpengaruh terhadap alat
gali yang juga berfungsi sebagai alat muat (power shovel, clam sheel,dragline).
III.8
III.2.5.2 Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (rolling resistance)
Tahanan gulir atau tahanan gelinding (rolling resistance) adalah jumlah segala
gaya luar (external forces) yang berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang
berjalan diatas jalur jalan (jalan raya atau kereta api) atau permukaan tanah. Dengan
sendirinya yang mengalami tahanan (rolling resistance = RR) ini secara langsung
adalah bagian luar ban – bannya. . Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam
“pounds”, (lbs) dari “tractive pull” yang diperlukan untuk menggerakkan tiap gross
ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur jalan mendatar dengan kondisi jalur
jalan tertentu. untuk mengetahui nilai tahanan gulir dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
RR =
Keterangan : RR = Tahanan Gulir, lb/gross ton
P = Gaya tarik, lb
W = Berat Kendaraan, Gross ton
Ukuran ban, tekanan ban dan kecepatan gerak kendaraan pun sebenarnya
dapat mempengaruhi tahanan gulir. Maka untuk menemukan nilai konstan yang
dibutuhkan bagi kendaraan dapat ditentukan dengan rumus:
RP / TP / TE / DBP = Berat kendaraan x RR
Keterangan RP = Rimpull
TP = Tractive Pull
TE = Tractive Effort
III.9
DBP = Draw Ball Pull
RR = Tahanan Gulir
Tahanan gulir ini tergantung dari banyak hal diantaranya:
a. Keadaan Bagian Kendaraan Yang Bersentuhan Dengan Permukaan Jalur Jalan
Adapun pengaruh dari bagian luar kendaraan yang bersentuhan langsung dengan
permukaan adalah sebagai berikut:
1. Jika memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah: Ukuran ban, tekanan
dan keadaan permukaan bannya, apakah masih baru atau sudah gundul, dan
jenis kembangan pada ban tersebut.
2. Jika memakai crawler track, maka keadaan dan macam track kurang
berpengaruh.Tetapi yang lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.
III.2.6. Percepatan
Percepatan merupakan waktu yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan
dengan memakai kelebihan rimpull yang tidak dipergunakan untuk menggerakkan
kendaraan pada keadaan jalur tertentu. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
percepatan kendaraan tergantung dari beberapa faktor,yaitu :
a) Berat kendaraan, Semakin berat, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
mempercepat kendaraan.
b) Kelebihan rimpull yand ada, semakin besar rimpull yang berlebihan, maka
semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat.
Percepatan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus:
F = x a
Keterangan :
III.10
F = Kelebihan Rimpull.
g = Percepatan karena gaya gravitasi, 32,2 ft per sec2
W = Berat alat yang harus dipercepat, lbs.
Istilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan yang beroda ban karet.
Sementara untuk yang menggunakan roda rantai disebut Draw Bar Pull (DBP).
III.2.7 Tahanan Kemiringan ( Grade Resistance)
Tahanan kemiringan merupakan gaya berat yang melawan atau membantu gerak
kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Jika jalur jalan itu naik
( kemiringan positive), maka tahanan kemiringan atau grade resistance (GR) akan
melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull yang
diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun ( Minus Slope), maka tahanan
kemiringanmya, membantu gerak kendaraan, artinya mengurangi rimpull yang
dibutuhkan. Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor, yaitu :
a. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan
1% berarti jalur jalan itu naik atau turun 1 meter untuk tiap jarak mendatar
sebesar 100 meter, atau naik/turun 1 ft untuk setiap 100 ft jarak mendatar.
b. Berat kendaraan itu sendiri, yang dinyatakan dalam “gross ton”
Kemiringan negatif selalu membantu mengurangi rimpull kendaraan, maka
sedapat mungkin harus diusahakan agar pada waktu alat itu mengangkut muatan
melalui jalur jalan yang menurun.ini berarti bahwa sedapat mungkin tempat
penimbunan atau tempat membuang material harus memiliki letak yang lebih rendah
dari tempat penggalian.
III.11
III.2.8.Coeficient of traction atau tractive coeficient
Coeficient of traction adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa bagian dari
seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai untuk menarik
atau mendorong. Dan dapat ditentukan dengan rumus :
CT = x 100%
CT tergantung dengan beberapa hal yaitu :
a. Keadaan ban, yaitu keadaan dan macamnya bentuk kembangan ban, yaitu
keadaan dari kendaraan yang digunakan.
b. Keadaan permukaan jalur jalan, basah atau kering, keras atau lunak,
bergelombang atau rata dan sebagainya.
c. Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.
Didalam proses pengangkutan overburden di pit 3 bangko barat yang
memiliki permukaan tanah rata dan keras, pihak dari operator menggunakan ban
yang optimal untuk track tersebut, tetapi pada proses pengangkutan batubara dengan
permukaan track yang lunak operator menggunakan dumb truck scannia P 420 yang
cenderung memiliki permukaan ban yang kurang optimal, mengakibatkan sering
terjadinya selip pada ban, sehingga harus dibantu dengan dorongan doozer.
III.12
III.2.9. Rimpull / tractive, Pull / tractive, effort / draw, bar draw
Rimpull / tractive, Pull / tractive, effort / draw, bar draw ialah merupakan
besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat kepada
permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan. Bila
coeficient of traction cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka rimpull (
RP) maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan gear ratios (versnelling)
antara mesin dan roda-rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama
dengan besarnya tenaga pada roda penggeraknya dikalikan coefficient of traction.
RP =
Keterangan : RP = Rimpull atau kekuatan tarik, lb
HP = Tenaga mesin, HP
375 = Angka Konversi
III.2.10. Ketinggian Dari Permukaan Air Laut atau Elevasi (altitude or elevation)
Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja mesin –
mesin, karena mesin-mesin tersebut bekerja dipengaruhi oleh tekanan atau temperatur
udara luar.Pada umumnya dikatakan bahwa semakin tinggi letak suatu tempat dari
permukaan air laut, maka semakin rendah tekanan udaranya, sehingga jumlah oxygen
nya pun semakin sedikit.Berarti mesin - mesin kurang sempurna dalam bekerja.
III.13
III.2.11 Efficiensi Operator (Operator Efficiency)
Efficiensi Operator (Operator Efficiency) merupakan faktor manusia yang
menggerakkan alat - alat yang sangat sukar untuk ditentukan effisiensinya secara
tepat, karena selalu berubah - ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam,
tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang dikemudikannya,suasana kerja,dan
lain - lain. Effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan pekerja,
tetapi juga karena kelambatan - kelambatan dan hambatan - hambatan yang tak
mungkin dihindari. Sehubungan dengan effisiensi operator tersebut di atas perlu juga
diingat keadaan alat mekanisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat
effisiensi operatornya. Dalam pengambilan data dilapangan penulis sering
menemukan banyak hambatan yang mengurangi keefisiensian dari operasi penggalian
dan pengangkutan, seperti perawatan mesin diwaktu jam operasi, pengaruh cuaca
juga sangat berpengaruh dalam operasi tambang di pit 3 bangko barat seperti hujan,
sehingga proses penambangan untuk sementara dihentikan sampai hujan berhenti.
III.2.12 Availability index atau mechanical availability
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya
dari alat yang sedang dipergunakan. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :
A.I = x 100%
Keterangan : W = Working Hours, atau jumlah jam kerja alat
R = Repair Hours, atau jumlah jam perbaikan.
III.14
III.2.13 Phisical Availability atau Operational Availability
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang
dipergunakan.
Persamaannya adalah:
P.A = x 100%
Keterangan :
S = Standby Hours atau jumlah jam dalam suatu alat yang tidak dapat
dipergunakan padahal alat itu tidak rusak dan dalam keadaan siap
beroperasi.
W + R + S = Schedule Hours atau jumlah seluruh jam jalan dimana alat
dijadwalkan untuk beroperasi. Tingkat efisiensi dari sebuah alat
mekanis naik jika angka physical availability mendekati angka
availability index.
III.2.14 Use of Availability
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available).
Persamaannya adalah:
U.A = x 100 %
Angka use of availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif
suatu alat yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran
seberapa baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.
III.15
III.16
III.2.15 Effective Utilitization
Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif.Effective Utilization sebenarnya sama dengan
pengertian effisiensi kerja.
Persamaannya adalah :
E.U : x 100%
Keterangan:
W + R + S = T = Total hours available atau schedule hours atau jumlah
jam kerja yang tersedia.
III.2.16 Faktor Pengembangan atau faktor pemuaian ( Swell Factor)
Material dialam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan
baik, sehingga hanya sedikit bagian- bagian yang kosong atau ruangan – ruangan
yang terisi udara (voids) diantara butir – butirnya, lebih – lebih kalau butir – butir itu
halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya,maka akan
terjadi pengembangan atau pemuaian volume ( swell). Jadi 1,00cuyd tanah liat dialam
bila telah digali dapat memiliki volume kira – kira 1,25 cuyd. Ini berarti terjadi
penambahan volume sebesar 25%, dan dikatakan material tersebut mempunyai faktor
pengembangan (swell Factor) sebesar 0,80 atau 80%. Adapun persamaan yang
digunakan untuk menemukan nilai sweelfactor adalah:
Swell Factor = x 100%
III.17
III.2.17 Berat Material (Weight of Material)
Berat Material yang diangkut oleh alat- alat angkut dapat mempengaruhi :
a. Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
c. Membatasi volume material yang dapat diangkut.
Oleh sebab itu berat jenis material pun harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
kapasitas alat muat maupun alat angkut.
III.2.18 Sifat Kohesi
Sifat pengikatan/kelengketan material yang sama jenis, terutama ditentukan
oleh kadar lempung.
III.3. Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
III.18
III.3.1. Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antar waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu yang
tersedia.Dari hasil pengamatan dilapangan tentu terdapat keterlambatan dalam
penggunaan jam kerja yang tersedia, sehingga jam kerja efektif berkurang.
Hambatan–hambatan yang terjadi selama jam kerja dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu hambatan yang dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat dihindari. Waktu
kerja efektif dapat dihitung dengan rumus :
sedangkan efisiensi kerja =
Keterangan :
Wke = Waktu kerja efektif, menit
Whd = Waktu hambatan yang dapat dihindari
Wkt = Waktu kerja yang tersedia
Whtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari
III.19
III.3.2. Produktivitas Alat Gali Muat
Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat, dapat digunakan rumus
berikut ini :
Keterangan :
Q = Produktivitas alat gali muat (Bcm/jam)
Kb = Kapasitas bucket (Kb spec.Alat x Faktor Koreksi Bucket x SF), m3
Eff = Effisiensi Kerja
Ct = Cycle Time, detik
III.20
III.3.3. Produktivitas Alat Angkut
Untuk memperkirakan produktivitas alat angkut, dapat digunakan rumus
berikut ini :
Keterangan :
Q = Produktivitas alat gali-muat ( Bcm/jam )
n = Jumlah pengisian
Kb = Kapasitas Bucket (Kb spec.Alat x Faktor Koreksi Bucket x SF), m3
Eff = Effisiensi Kerja
Ct = Cycle Time, detik
III.21
III.4. Keserasian Kerja
Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali-muat dan alat
angkut, maka produktivitas alat gali-muat harus sesuai dengan produktivitas alat
angkut. Faktor keserasian alat gali-muat dan alat angkut didasarkan pada
produktivitas alat gali-muat dan produktivitas alat angkut, yang dinyatakan dalam
Match factor ( MF ).
Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat gali muat haruslah sama dengan
produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-
muat mempunyai nilai satu, yaitu :
Keterangan :
MF = Match Factor atau faktor keserasian
CT = Cycle Time
Bila hasil perhitungan diperoleh :
a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat
angkut yang belum datang.
b. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi waktu
tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang dari
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
III.22
3)
III.5. Dasar Teknis Pemilihan Alat Berat
Adapun dasar-dasar teknis pemilihan alat berat yaitu melihat kondisi umum
daerah kerja, mengetahui karakteristik formasi dan sifat material yang ada, serta
parameter penambangan lainnya. Berikut ini akan dijabarkan dasar teknis pemilihan
alat seperti berikut ini :
III.5.1.Kondisi Umum Daerah Kerja
Kondisi umum daerah kerja harus dipertimbangkan agar alat berat yang akan
digunakan sesuai dengan kondisi sesungguhnya dilapangan, sehingga alat dapat
bekerja dengan optimal dan memberikan produktifitas yang optimal.Kondisi daerah
kerja atau medan kerja yang harus dipertimbangkan adalah keadaan topografi,
pencapaian daerah, ketinggian lokasi kerja, iklim, dan kesanggupan pabrik dari alat-
alat berat yang dipergunakan untuk menjamin kelangsungan operasional.
III.5.2. Karakteristik Formasi dan Sifat Material
Material yang akan digali tentu memiliki karakteristik tersendiri, oleh karena
itu alat berat yang akan digunakan dipilih agar dapat dioperasikan secara optimal
pada material tersebut.Karakteristik formasi dan material yang harus diperhatikan
adalah kemantapan lereng, kemiringan, ketebalan, derajat konsolidasi, permeabilitas,
porositas, pola aliran air, abrasivitas, kelengketan material, kohesivitas, faktor
pengembangan, dan daya dukung tanah.
III.23
III.5.3.Parameter Penambangan
Adapun parameter penambangan yang dimaksud adalah batas akhir tambang,
laju produksi, umur/lama pekerjaan, dan dampak lingkungan yang diakibatkan
kegiatan penambangan.
III.5.4. Biaya Produksi Alat Mekanis
Biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk baik berupa barang
ataupun jasa merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan perusahaan
sebab biaya sangat menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.
Sebagaimana yang diketahui bahwa keuntungan merupakan sumber modal
utama bagi perusahaan. Pengertian biaya atau cost adalah semua pengeluaran yang
dapat diukur dengan uang baik yang telah , sedang maupun yang akan dikeluarkan
untuk menghasilkan suatu produk.
Untuk menentukan biaya alat yang diperlukan dalam suatu operasi yang
menggunakan alat-alat mekanis, perlu diperhitungkan biaya tetap dan biaya variabel
pada alat tersebut.Biaya tetap merupakan biaya kepemilikan dan biaya variable pada
alat merupakan biaya operasi alat.
III.24
III.5.5. Biaya kepemilikan ( Owning Cost )
Biaya tetap alat merupakan biaya produksi alat yang termasuk kedalam satu
komponen biaya kepemilikan yang dikeluarkan untuk keperluan pemilikan alat, yang
dipergunakan untuk kegiatan operasional penambangan.
Biaya ini harus diusahakan untuk bias kembali dalam jangka waktu tertentu
dengan cara memperoleh produksi dari peralatan tersebut. Biaya kepemilikan
bertambah tanpa memperdulikan terpakai atau tidaknya alat tersebut, sehingga alat
tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Biaya ini adalah jumlah antara -
biaya penyusutan alat (depresiasi) dan bunga modal (interest), asuransi (insurance),
dan pajak (taxes) .
III.5.6. Biaya Operasi ( Operating Cost )
Biaya operasi alat adalah biaya yang berkaitan dengan pengoperasian suatu
peralatan. Biaya operasi hanya terjadi saat peralatan tersebut digunakan , sehingga
biaya operasi tidak akan dikeluarkan bila alat dalam keadaan tidak beroperasi. Biaya
ini meliputi biaya bahan bakar, biaya pergantian ban ( untuk alat beroda ban ), biaya
perlengkapan khusus (untuk alat yang dilengkapi dengan perlengkapan khusus seperti
ripper tip, blade buldozer, dll), biaya reparasi,biaya roda rantai, dan biaya operator.
Untuk menghitung biaya produksi alat mekanis yaitu alat gali muat Excavator
dan alat angkut dump truck dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Excavator
Biaya Produksi Alat Mekanis = Biaya sewa x Jumlah Unit x Jam Kerja
b.Dump truck
Biaya Produksi Alat Mekanis = Tarif Angkut x Volume batubara.III.25