35
BAB III DASAR TEORI III.1Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat - Alat Faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah segala sesuatu yang memungkinkan untuk mempengaruhi pengaruh kondisi kerja.Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja (keberhasilan) suatu alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat berat yang digunakan.Oleh sebab itu usaha dan upaya untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus (serious). Adapun faktor – faktor yang akan ditinjau tersebut adalah : III.1.1. Pola Penggalian dan Pemuatan. Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang III.1

13 BAB III

  • Upload
    dekyed

  • View
    364

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 13 BAB III

BAB III

DASAR TEORI

III.1Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat - Alat

Faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah segala sesuatu yang

memungkinkan untuk mempengaruhi pengaruh kondisi kerja.Salah satu tolak ukur

yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja (keberhasilan) suatu

alat pemindahan tanah mekanis adalah besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat

berat yang digunakan.Oleh sebab itu usaha dan upaya untuk dapat mencapai produksi

yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus (serious). Adapun faktor – faktor

yang akan ditinjau tersebut adalah :

III.1.1. Pola Penggalian dan Pemuatan.

Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan operasi

pengupasan serta alat mekanis yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat

angkut yang datang, mangkuk (bucket) alat gali muat sudah terisi penuh dan siap

ditumpahkan.Setelah alat angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan

alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat

gali-muatnya.

Pola pemuatan pada operasi pengangkutan di tambang terbuka dikelompokkan

berdasarkan posisi back hoe terhadap front penggalian dan posisi dump truck

terhadap back hoe. Proses pemuatan pada operasi penambangan dapat dibagi tiga

macam yaitu frontal cut, parallel cut with drive-by, dan parallel cut with turn and

back.

III.1

Page 2: 13 BAB III

III.1.1.1 Frontal cut

Back hoe berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian. Pada pola ini

back hoe memuat pertama pada dump truck sebelah kanan sampai penuh dan

berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah kiri.

III.1.1.2. Parallel cut with Drive-by

Back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front penggalian. Pola ini

ditetapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua akses dan berdekatan dengan lokasi

penimbunan. Sudut putar rata-rata lebih besar daripada sudut frontal cut, tetapi waktu

tunggu bagi backhoe dan dump truck lebih kecil daripada parallel cut with turn and

back.

III.1.1.3. Parallel cut with turn and back

Parallel cut with turn and back terdiri dari dua metode berdasarkan cara

pemuatannya, yaitu:

a. Single stopping

Dump truck kedua menunggu selagi back hoe memuat ke dump truck pertama.

Setelah dump truck pertama berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur.Saat

dumptruck kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk bermanuver

dan seterusnya. Didalam sistem pemuatan Batubara dan overburden di Pit 3 Barat

Bangko Barat Operator dominan menggunakan metode single stopping. Pemilihan

metode single stopping dikarenakan sesuai dengan keadaan lapangan.

III.2

Page 3: 13 BAB III

b.Double stopping

Dump truck memutar dan mundur ke salah satu sisi back hoe selagi back hoe

memuati dump truck pertama. Begitu dump truck pertama berangkat, back hoe

mengisi dump truck kedua.Ketika dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang

dan seterusnya.(Gambar2.13)

GAMBAR 3.1

III.2 Pola Pemuatan Berdasarkan Tempat PenempatanAlat Angkut

Berikut adalah pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali muat yang

berada di atas atau di bawah jenjang.

III.2.1Top Loading

Top Loading yaitu metode yang digunakan dimana alat gali muat melakukan

penggalian dengan menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di

bawah alat gali muat (Gambar 2.14).

III.2.2 Bottom LoadingIII.3

Page 4: 13 BAB III

Bottom Loading yaitu metode yang digunakan dimana alat gali muat

melakukan penggalian dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan

posisi alat angkut.(Gambar 2.14).

GAMBAR 3.2

III.2.3. Lebar Jalan Angkut

Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran operasi

penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.Beberapa geometri perlu

diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan/hambatan yang dapat mempengaruhi

keberhasilan kegiatan pengangkutan.

Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar kendaraan terbesar yang

dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang digunakan maka operasi

pengangkutan akan semakin aman dan lancar. Berikut adalah perhitungan ukuran

lebar jalan dalam usaha penambangan.

III.2.3.1 Lebar Jalan Angkut Minimum pada Jalan Lurus

III.4

Page 5: 13 BAB III

Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih (Gambar

2.15)menurut “AASHTO manual Rural High-Way Design” adalah :

Keterangan :

L = Lebar jalan angkut minimum, meter

n = Jumlah jalur

Wt = Lebar truk jungkit, meter

III.2.3.2. Lebar Jalan Angkut Minimum pada Tikungan

Lebar jalan angkut produksi tambang pada keadaan lurus dan belokan penting

ditentukan untuk kelancaran dan keberhasilan operasi pengangkutan.Lebar jalan

angkut minimum pada tikungan (Gambar 2.16) selalu lebih besar daripada jalan

angkut pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar jalan angkut

minimum pada belokan, adalah :

Keterangan :

W = Lebar jalan angkut minimum pada tikungan, meter

U = Jarak jejak terluar roda depan dengan jejak terluar roda belakang

kendaraan, meter

Fa = Jarak roda depan dengan sisi samping terluar truck dikalikan sinus

sudutpenyimpangan roda, meter

III.5

Page 6: 13 BAB III

Fb = Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar dikalikan sinus sudut

penyimpangan roda, meter

Z = Jarak sisi luar truk ke tepi jalan, meter

C = Jarak antara dua truck yang bersimpangan, meter

GAMBAR 3.3

LEBAR JALAN ANGKUT DUA JALUR PADA JALAN LURUS

GAMBAR 3.4LEBAR JALAN ANGKUT UNTUK DUA JALUR PADA TIKUNGAN

III.2.4. Faktor Material

III.6

Page 7: 13 BAB III

Jenis dan kondisi material yang akan digali akan berpengaruh pada hasil

produksi. Karena perbedaan kekerasan material yang digali sangat bervariasi maka

sering dilakukan pengelompokan sebagai berikut :

1. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging), misalnya tanah atas atau top soil,

pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), pasir lempungan (clayed sand).

2. Agak keras atau medium hard digging, misalnya tanah liat atau lempung (clay)

yang basah dan lengket. Batuan yang sudah lapuk (weathered rock).

3. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya : batu sabak (slate), material yang

kompak (compactedmaterial), batuan sediman (sedimentaryrock), konglomerat

(conglomerate), breksi (breccia).

4. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan segar (fresh

rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum dapat digali, misalnya :

batuan beku segar (fresh igneous rock), batuan malihan segar (fresh metamorphic

rock).

Pada penggalian overburden di Bangko Barat Pit 3 Barat, tanah galian

cendrung memiliki kategori agak keras karena terdiri dari lempung (clay) yang basah

dan lengket yang mengakibatkan gesekan besar terhadap bucket Backhoe.

III.2.5. Keadaan Jalan

III.7

Page 8: 13 BAB III

Keadaan jalan yang dimaksud adalah tingkat kekerasan dan kemulusan

permukaannya.Semakin keras dan mulus atau rata jalan tersebut, maka semakin kecil

tahanan gulirnya. Macamnya tanah atau material yang dipergunakan untuk membuat

jalan tidak terlalu berpengaruh.adapun faktor – faktor mendetail mengenai tahanan –

tahanan yang ada di jalan atau track yang dilalui kendaraan tambang adalah sebagai

berikut.

III.2.5.1 Tahanan Gali (Digging Resistance )

Yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian

tanah. Tahanan ini disebabkan oleh :

a. Gesekan antara alat gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar kelembaban

dan kekerasan butiran tanah, semakin besar pula gesekan yang terjadi.

b. Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat gali ke dalam

tanah.

c. Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah.

d. Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali, dan kohesi antara butiran – butiran

tanah itu sendiri.

e. Berat jenis tanah juga merupakan hal yang terutama berpengaruh terhadap alat

gali yang juga berfungsi sebagai alat muat (power shovel, clam sheel,dragline).

III.8

Page 9: 13 BAB III

III.2.5.2 Tahanan Gulir atau Tahanan Gelinding (rolling resistance)

Tahanan gulir atau tahanan gelinding (rolling resistance) adalah jumlah segala

gaya luar (external forces) yang berlawanan dengan arah gerak kendaraan yang

berjalan diatas jalur jalan (jalan raya atau kereta api) atau permukaan tanah. Dengan

sendirinya yang mengalami tahanan (rolling resistance = RR) ini secara langsung

adalah bagian luar ban – bannya. . Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam

“pounds”, (lbs) dari “tractive pull” yang diperlukan untuk menggerakkan tiap gross

ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur jalan mendatar dengan kondisi jalur

jalan tertentu. untuk mengetahui nilai tahanan gulir dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus :

RR =

Keterangan : RR = Tahanan Gulir, lb/gross ton

P = Gaya tarik, lb

W = Berat Kendaraan, Gross ton

Ukuran ban, tekanan ban dan kecepatan gerak kendaraan pun sebenarnya

dapat mempengaruhi tahanan gulir. Maka untuk menemukan nilai konstan yang

dibutuhkan bagi kendaraan dapat ditentukan dengan rumus:

RP / TP / TE / DBP = Berat kendaraan x RR

Keterangan RP = Rimpull

TP = Tractive Pull

TE = Tractive Effort

III.9

Page 10: 13 BAB III

DBP = Draw Ball Pull

RR = Tahanan Gulir

Tahanan gulir ini tergantung dari banyak hal diantaranya:

a. Keadaan Bagian Kendaraan Yang Bersentuhan Dengan Permukaan Jalur Jalan

Adapun pengaruh dari bagian luar kendaraan yang bersentuhan langsung dengan

permukaan adalah sebagai berikut:

1. Jika memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah: Ukuran ban, tekanan

dan keadaan permukaan bannya, apakah masih baru atau sudah gundul, dan

jenis kembangan pada ban tersebut.

2. Jika memakai crawler track, maka keadaan dan macam track kurang

berpengaruh.Tetapi yang lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.

III.2.6. Percepatan

Percepatan merupakan waktu yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan

dengan memakai kelebihan rimpull yang tidak dipergunakan untuk menggerakkan

kendaraan pada keadaan jalur tertentu. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

percepatan kendaraan tergantung dari beberapa faktor,yaitu :

a) Berat kendaraan, Semakin berat, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk

mempercepat kendaraan.

b) Kelebihan rimpull yand ada, semakin besar rimpull yang berlebihan, maka

semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat.

Percepatan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus:

F = x a

Keterangan :

III.10

Page 11: 13 BAB III

F = Kelebihan Rimpull.

g = Percepatan karena gaya gravitasi, 32,2 ft per sec2

W = Berat alat yang harus dipercepat, lbs.

Istilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan yang beroda ban karet.

Sementara untuk yang menggunakan roda rantai disebut Draw Bar Pull (DBP).

III.2.7 Tahanan Kemiringan ( Grade Resistance)

Tahanan kemiringan merupakan gaya berat yang melawan atau membantu gerak

kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Jika jalur jalan itu naik

( kemiringan positive), maka tahanan kemiringan atau grade resistance (GR) akan

melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull yang

diperlukan. Sebaliknya jika jalur jalan itu turun ( Minus Slope), maka tahanan

kemiringanmya, membantu gerak kendaraan, artinya mengurangi rimpull yang

dibutuhkan. Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor, yaitu :

a. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Kemiringan

1% berarti jalur jalan itu naik atau turun 1 meter untuk tiap jarak mendatar

sebesar 100 meter, atau naik/turun 1 ft untuk setiap 100 ft jarak mendatar.

b. Berat kendaraan itu sendiri, yang dinyatakan dalam “gross ton”

Kemiringan negatif selalu membantu mengurangi rimpull kendaraan, maka

sedapat mungkin harus diusahakan agar pada waktu alat itu mengangkut muatan

melalui jalur jalan yang menurun.ini berarti bahwa sedapat mungkin tempat

penimbunan atau tempat membuang material harus memiliki letak yang lebih rendah

dari tempat penggalian.

III.11

Page 12: 13 BAB III

III.2.8.Coeficient of traction atau tractive coeficient

Coeficient of traction adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa bagian dari

seluruh berat kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai untuk menarik

atau mendorong. Dan dapat ditentukan dengan rumus :

CT = x 100%

CT tergantung dengan beberapa hal yaitu :

a. Keadaan ban, yaitu keadaan dan macamnya bentuk kembangan ban, yaitu

keadaan dari kendaraan yang digunakan.

b. Keadaan permukaan jalur jalan, basah atau kering, keras atau lunak,

bergelombang atau rata dan sebagainya.

c. Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.

Didalam proses pengangkutan overburden di pit 3 bangko barat yang

memiliki permukaan tanah rata dan keras, pihak dari operator menggunakan ban

yang optimal untuk track tersebut, tetapi pada proses pengangkutan batubara dengan

permukaan track yang lunak operator menggunakan dumb truck scannia P 420 yang

cenderung memiliki permukaan ban yang kurang optimal, mengakibatkan sering

terjadinya selip pada ban, sehingga harus dibantu dengan dorongan doozer.

III.12

Page 13: 13 BAB III

III.2.9. Rimpull / tractive, Pull / tractive, effort / draw, bar draw

Rimpull / tractive, Pull / tractive, effort / draw, bar draw ialah merupakan

besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin suatu alat kepada

permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan. Bila

coeficient of traction cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka rimpull (

RP) maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan gear ratios (versnelling)

antara mesin dan roda-rodanya. Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama

dengan besarnya tenaga pada roda penggeraknya dikalikan coefficient of traction.

RP =

Keterangan : RP = Rimpull atau kekuatan tarik, lb

HP = Tenaga mesin, HP

375 = Angka Konversi

III.2.10. Ketinggian Dari Permukaan Air Laut atau Elevasi (altitude or elevation)

Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja mesin –

mesin, karena mesin-mesin tersebut bekerja dipengaruhi oleh tekanan atau temperatur

udara luar.Pada umumnya dikatakan bahwa semakin tinggi letak suatu tempat dari

permukaan air laut, maka semakin rendah tekanan udaranya, sehingga jumlah oxygen

nya pun semakin sedikit.Berarti mesin - mesin kurang sempurna dalam bekerja.

III.13

Page 14: 13 BAB III

III.2.11 Efficiensi Operator (Operator Efficiency)

Efficiensi Operator (Operator Efficiency) merupakan faktor manusia yang

menggerakkan alat - alat yang sangat sukar untuk ditentukan effisiensinya secara

tepat, karena selalu berubah - ubah dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam,

tergantung dari keadaan cuaca, keadaan alat yang dikemudikannya,suasana kerja,dan

lain - lain. Effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan pekerja,

tetapi juga karena kelambatan - kelambatan dan hambatan - hambatan yang tak

mungkin dihindari. Sehubungan dengan effisiensi operator tersebut di atas perlu juga

diingat keadaan alat mekanisnya, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat

effisiensi operatornya. Dalam pengambilan data dilapangan penulis sering

menemukan banyak hambatan yang mengurangi keefisiensian dari operasi penggalian

dan pengangkutan, seperti perawatan mesin diwaktu jam operasi, pengaruh cuaca

juga sangat berpengaruh dalam operasi tambang di pit 3 bangko barat seperti hujan,

sehingga proses penambangan untuk sementara dihentikan sampai hujan berhenti.

III.2.12 Availability index atau mechanical availability

Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya

dari alat yang sedang dipergunakan. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut :

A.I = x 100%

Keterangan : W = Working Hours, atau jumlah jam kerja alat

R = Repair Hours, atau jumlah jam perbaikan.

III.14

Page 15: 13 BAB III

III.2.13 Phisical Availability atau Operational Availability

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang

dipergunakan.

Persamaannya adalah:

P.A = x 100%

Keterangan :

S = Standby Hours atau jumlah jam dalam suatu alat yang tidak dapat

dipergunakan padahal alat itu tidak rusak dan dalam keadaan siap

beroperasi.

W + R + S = Schedule Hours atau jumlah seluruh jam jalan dimana alat

dijadwalkan untuk beroperasi. Tingkat efisiensi dari sebuah alat

mekanis naik jika angka physical availability mendekati angka

availability index.

III.2.14 Use of Availability

Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk

beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available).

Persamaannya adalah:

U.A = x 100 %

Angka use of availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif

suatu alat yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran

seberapa baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.

III.15

Page 16: 13 BAB III

III.16

Page 17: 13 BAB III

III.2.15 Effective Utilitization

Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat

dimanfaatkan untuk kerja produktif.Effective Utilization sebenarnya sama dengan

pengertian effisiensi kerja.

Persamaannya adalah :

E.U : x 100%

Keterangan:

W + R + S = T = Total hours available atau schedule hours atau jumlah

jam kerja yang tersedia.

III.2.16 Faktor Pengembangan atau faktor pemuaian ( Swell Factor)

Material dialam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan

baik, sehingga hanya sedikit bagian- bagian yang kosong atau ruangan – ruangan

yang terisi udara (voids) diantara butir – butirnya, lebih – lebih kalau butir – butir itu

halus sekali. Akan tetapi bila material tersebut digali dari tempat aslinya,maka akan

terjadi pengembangan atau pemuaian volume ( swell). Jadi 1,00cuyd tanah liat dialam

bila telah digali dapat memiliki volume kira – kira 1,25 cuyd. Ini berarti terjadi

penambahan volume sebesar 25%, dan dikatakan material tersebut mempunyai faktor

pengembangan (swell Factor) sebesar 0,80 atau 80%. Adapun persamaan yang

digunakan untuk menemukan nilai sweelfactor adalah:

Swell Factor = x 100%

III.17

Page 18: 13 BAB III

III.2.17 Berat Material (Weight of Material)

Berat Material yang diangkut oleh alat- alat angkut dapat mempengaruhi :

a. Kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.

b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan

tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.

c. Membatasi volume material yang dapat diangkut.

Oleh sebab itu berat jenis material pun harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap

kapasitas alat muat maupun alat angkut.

III.2.18 Sifat Kohesi

Sifat pengikatan/kelengketan material yang sama jenis, terutama ditentukan

oleh kadar lempung.

III.3. Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut

Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat dan alat angkut, dapat

digunakan rumus sebagai berikut :

III.18

Page 19: 13 BAB III

III.3.1. Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau

merupakan perbandingan antar waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu yang

tersedia.Dari hasil pengamatan dilapangan tentu terdapat keterlambatan dalam

penggunaan jam kerja yang tersedia, sehingga jam kerja efektif berkurang.

Hambatan–hambatan yang terjadi selama jam kerja dapat dikelompokan menjadi dua,

yaitu hambatan yang dapat dihindari dan hambatan yang tidak dapat dihindari. Waktu

kerja efektif dapat dihitung dengan rumus :

sedangkan efisiensi kerja =

Keterangan :

Wke = Waktu kerja efektif, menit

Whd = Waktu hambatan yang dapat dihindari

Wkt = Waktu kerja yang tersedia

Whtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari

III.19

Page 20: 13 BAB III

III.3.2. Produktivitas Alat Gali Muat

Untuk memperkirakan produktivitas alat gali-muat, dapat digunakan rumus

berikut ini :

Keterangan :

Q = Produktivitas alat gali muat (Bcm/jam)

Kb = Kapasitas bucket (Kb spec.Alat x Faktor Koreksi Bucket x SF), m3

Eff = Effisiensi Kerja

Ct = Cycle Time, detik

III.20

Page 21: 13 BAB III

III.3.3. Produktivitas Alat Angkut

Untuk memperkirakan produktivitas alat angkut, dapat digunakan rumus

berikut ini :

Keterangan :

Q = Produktivitas alat gali-muat ( Bcm/jam )

n = Jumlah pengisian

Kb = Kapasitas Bucket (Kb spec.Alat x Faktor Koreksi Bucket x SF), m3

Eff = Effisiensi Kerja

Ct = Cycle Time, detik

III.21

Page 22: 13 BAB III

III.4. Keserasian Kerja

Untuk mendapatkan hubungan kerja yang serasi antara alat gali-muat dan alat

angkut, maka produktivitas alat gali-muat harus sesuai dengan produktivitas alat

angkut. Faktor keserasian alat gali-muat dan alat angkut didasarkan pada

produktivitas alat gali-muat dan produktivitas alat angkut, yang dinyatakan dalam

Match factor ( MF ).

Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat gali muat haruslah sama dengan

produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-

muat mempunyai nilai satu, yaitu :

Keterangan :

MF = Match Factor atau faktor keserasian

CT = Cycle Time

Bila hasil perhitungan diperoleh :

a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja

100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu alat

angkut yang belum datang.

b. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi waktu

tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang dari

100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

III.22

3)

Page 23: 13 BAB III

III.5. Dasar Teknis Pemilihan Alat Berat

Adapun dasar-dasar teknis pemilihan alat berat yaitu melihat kondisi umum

daerah kerja, mengetahui karakteristik formasi dan sifat material yang ada, serta

parameter penambangan lainnya. Berikut ini akan dijabarkan dasar teknis pemilihan

alat seperti berikut ini :

III.5.1.Kondisi Umum Daerah Kerja

Kondisi umum daerah kerja harus dipertimbangkan agar alat berat yang akan

digunakan sesuai dengan kondisi sesungguhnya dilapangan, sehingga alat dapat

bekerja dengan optimal dan memberikan produktifitas yang optimal.Kondisi daerah

kerja atau medan kerja yang harus dipertimbangkan adalah keadaan topografi,

pencapaian daerah, ketinggian lokasi kerja, iklim, dan kesanggupan pabrik dari alat-

alat berat yang dipergunakan untuk menjamin kelangsungan operasional.

III.5.2. Karakteristik Formasi dan Sifat Material

Material yang akan digali tentu memiliki karakteristik tersendiri, oleh karena

itu alat berat yang akan digunakan dipilih agar dapat dioperasikan secara optimal

pada material tersebut.Karakteristik formasi dan material yang harus diperhatikan

adalah kemantapan lereng, kemiringan, ketebalan, derajat konsolidasi, permeabilitas,

porositas, pola aliran air, abrasivitas, kelengketan material, kohesivitas, faktor

pengembangan, dan daya dukung tanah.

III.23

Page 24: 13 BAB III

III.5.3.Parameter Penambangan

Adapun parameter penambangan yang dimaksud adalah batas akhir tambang,

laju produksi, umur/lama pekerjaan, dan dampak lingkungan yang diakibatkan

kegiatan penambangan.

III.5.4. Biaya Produksi Alat Mekanis

Biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk baik berupa barang

ataupun jasa merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan perusahaan

sebab biaya sangat menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.

Sebagaimana yang diketahui bahwa keuntungan merupakan sumber modal

utama bagi perusahaan. Pengertian biaya atau cost adalah semua pengeluaran yang

dapat diukur dengan uang baik yang telah , sedang maupun yang akan dikeluarkan

untuk menghasilkan suatu produk.

Untuk menentukan biaya alat yang diperlukan dalam suatu operasi yang

menggunakan alat-alat mekanis, perlu diperhitungkan biaya tetap dan biaya variabel

pada alat tersebut.Biaya tetap merupakan biaya kepemilikan dan biaya variable pada

alat merupakan biaya operasi alat.

III.24

Page 25: 13 BAB III

III.5.5. Biaya kepemilikan ( Owning Cost )

Biaya tetap alat merupakan biaya produksi alat yang termasuk kedalam satu

komponen biaya kepemilikan yang dikeluarkan untuk keperluan pemilikan alat, yang

dipergunakan untuk kegiatan operasional penambangan.

Biaya ini harus diusahakan untuk bias kembali dalam jangka waktu tertentu

dengan cara memperoleh produksi dari peralatan tersebut. Biaya kepemilikan

bertambah tanpa memperdulikan terpakai atau tidaknya alat tersebut, sehingga alat

tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Biaya ini adalah jumlah antara -

biaya penyusutan alat (depresiasi) dan bunga modal (interest), asuransi (insurance),

dan pajak (taxes) .

III.5.6. Biaya Operasi ( Operating Cost )

Biaya operasi alat adalah biaya yang berkaitan dengan pengoperasian suatu

peralatan. Biaya operasi hanya terjadi saat peralatan tersebut digunakan , sehingga

biaya operasi tidak akan dikeluarkan bila alat dalam keadaan tidak beroperasi. Biaya

ini meliputi biaya bahan bakar, biaya pergantian ban ( untuk alat beroda ban ), biaya

perlengkapan khusus (untuk alat yang dilengkapi dengan perlengkapan khusus seperti

ripper tip, blade buldozer, dll), biaya reparasi,biaya roda rantai, dan biaya operator.

Untuk menghitung biaya produksi alat mekanis yaitu alat gali muat Excavator

dan alat angkut dump truck dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Excavator

Biaya Produksi Alat Mekanis = Biaya sewa x Jumlah Unit x Jam Kerja

b.Dump truck

Biaya Produksi Alat Mekanis = Tarif Angkut x Volume batubara.III.25