28
13 KONSEP DASAR MOBILISASIM obilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satukebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhikebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatukeadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirahbaring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, menguranginyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baringakan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karenaadanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatantekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatantekanan otot atau kerja otot

132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

KONSEP DASAR MOBILISASIM

obilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah

satukebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah

memenuhikebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan

aktifitas rekreasi),mempertahankan diri (melindungi diri dari

trauma), mempertahankan konsep diri,mengekspresikan emosi dengan

gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatukeadaan di mana individu

mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.Mobilisasi dan

immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirahbaring

yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,

menguranginyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang

mengalami tirah baringakan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi

disuse).Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi

sistem otot, skeletal,sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal

mengatur gerakan tulang karenaadanya kemampuan otot berkontraksi dan

relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.Ada dua tipe kontraksi otot:

isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatantekanan otot

menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan

peningkatantekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan

aktif dari otot,misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.

Gerakan volunter adalah kombinasidari kontraksi isotonik dan

isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan ototmemendek,

namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanyapeningkatan

energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanandarah)

karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit

(infarkmiokard atau penyakit obstruksi paru kronik).Postur dan Gerakan Otot

merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dantergantung pada ukuran

skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan

darikelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang

berlawanan,sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu

Page 2: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

keadaan tegangan ototyang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan

adanya kontraksi dan relaksasi yangbergantian melalui kerja otot. Tonus otot

mempertahankan posisi fungsional tubuh danmendukung kembalinya aliran darah

ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dantonus otot menjadi

berkurang.Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat

tipe tulang: panjang, pendek,pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal

berfungsi dalam pergerakan, melindungiorgan vital, membantu mengatur

keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan seldarah merah.Sendi

adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:- Sendi sinostotik

mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidakada

pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra- Sendi

kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis

danmenggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago

terdapat padatulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi,

kostosternal antara sternumdan iga.- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di

mana kedua permukaan tulang disatukandengan ligamen atau membran. Serat

atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapatbergerak dengan jumlah

yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia danfibula)- Sendi

sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara

bebas di mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago

artikular dan dihubungkanoleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi

putar seperti sendi pangkal paha (hip)dan sendi engsel seperti sendi interfalang

pada jari.Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,

fleksibel mengikatsendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan

kartilago. Ligamen itu elastisdan membantu fleksibilitas sendi dan

memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antaravertebra, ligamen non elastis,

dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord(tulang belakang)saat

punggung bergerak.Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,

mengkilat, yang menghubungkan ototdengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel,

dan tidak elastis, serta mempunyai panjang danketebalan yang bervariasi,

misalnya tendon akhiles/kalkaneus.Kartilago adalah jaringan penghubung

Page 3: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutamaberada di sendi dan toraks,

trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlahbesar kartilago

temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usialanjut

dan penyakit, seperti osteoarthritis.Sistem saraf mengatur pergerakan dan

postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada dikonteks serebral, yaitu di

girus prasentral atau jalur motorik.Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai

melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu danaktifitas otot. Proprioseptor

memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secaraberkesinambungan. Misalnya:

proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberipostur yang benar

ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kakisecara

terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini

sampaimemutuskan untuk mengubahposisiJoint mobility1. Prinsip-prinsip

mekanika tubuh2.

Factor-faktor yang mempengaruhi

mobilisasi1. Sistem neuromuskular2. Gaya hidup3. Ketidakmampuan4. Tingkat

energi5. Tingkat perkembangan- Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat

fleksibel. Ekstremitas lentur danpersendianmemiliki ROM lengkap. Posturnya

kaku karena kepala dan tubuh bagian atasdibawa kedepan dan tidak seimbang

sehingga mudah terjatuh.- Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada

tulang belakangservikal dan lumbal lebih nyata- Balita dan anak sekolah: tulang-

tulang panjang pada lengan dan tungkaitumbuh. Otot,ligamen, dan tendon

menjadi lebih kuat, berakibat pada perkembanganpostur danpeningkatan kekuatan

otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anakmelakukan tugas-tugas yang

membutuhkan keterampilan motorik yang baik.Remaja: remaja putri biasanya

tumbuh dan berkembang lebih dulu dibandingyang laki-laki.

Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan bokong.Perubahan

laki-lakipada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang

danmeningkatnya massaotot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul menjadi

lebih sempit.Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai

atas.Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal

Page 4: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

padatubuh dankesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada

wanita hamil.Perubahan iniakibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan

berat danpertumbuhan fetus. Pusatgravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita

hamil bersandar ke belakangdan agakberpunggung lengkung. Dia biasanya

mengeluh sakit punggung.Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total

terjadi pada orangtua. 3. Efek psikologisAntara lain meningkatkan respon

emosional, intelektual, sensori, dansosiokultural. Perubahan emosional yang

paling umum adalah depresi,perubahan perilaku,perubahan dalam siklus tidur-

bangun, dan gangguan koping.Efek fisiologisperubahan pada:- muskuloskeletal

seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,atropi dan abnormalnyasendi

(kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium- kardiovaskuler seperti

hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukanthrombus

6- pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik- metabolisme dan

nutrisi antara lain laju metabolic; metabolismekarbohidrat, lemak dan protein;

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan

kalsium;dangangguan pencernaan (seperti konstipasi)- eliminasi urin seperti stasis

urin meningkatkan risiko infeksi saluranperkemihan dan batu ginjal- integument

seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan

anoksia jaringan- neurosensori: sensori deprivation4. Gangguan

mobilisasiGangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan

pergerakan fisik secaramandiri yang dialami oleh seseorang.Penyebab imobilitas

fisik bermacam-macam dan dapat dikategorikan berhubungan denganlingkungan

internal dan eksternal.

• Faktor internal1.

penurunan fungsi muskuloskeletala. otot-otot (atrrofi, distrofi, atau

cedera)b.tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalasia)c.sendi

(arthritis dan tumor)d.kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan)2.perubahan

fungsi neurologisa. infeksi (mis.ensefalitis)b. tumorc. traumad. obat-obatane.

penyakit vaskuler (mis. Stroke) f. penyakit demielinasi (mis. Sklerosis multiple)g.

penyakit degeneratif (mis. Penyakit parkinson)h. terpajan produk racun

(mis. Karbonmonoksida)i. gangguan metabolik (mis. Hipoglikemia) j. gangguan

Page 5: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

nutrisi3. nyeripenyebabnya multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis dan

trauma.4. defisit perseptualkelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.5.

berkurangnya kemampuan kognitif gangguan proses kognitif, seperti demensia

berat6. jatuha. efek fisik : cedera atau frakturb. efek psikologis : sindrom setelah

jatuh 7. perubahan hubungan sosiala. faktor-faktor aktual (mis. Kehilangan

pasangan, pindah jauh dari keluarga atauteman-teman)b. faktor-faktor persepsi

(mis. Perubahan pola pikir seperti depresi)8. aspek psikologisketidakberdayaan

dalam belajar, depresi.

• Faktor eksternal1. program terapeutikprogram penanganan medis memiliki

pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan kuantitaspergerakan pasien. Contoh

program pembatasan meliputi : faktor-faktor mekanis danfarmakologis, tirah

baing, dan restrein.a.faktor mekanis dan farmakologis : mencegah atau

menghambat pergerakan tubuh denganmenggunakan peralatan eksternal (gips dan

traksi) atau alat-alat ( yang dihuubuungkandengan pemberian cairan intravena,

pengisapan gaster, kateter urin, dan oksigen). Agen farmasetik seperti sedatif,

analgesik, tranquilizer, dan anesteti yang digunakan unntukmengubah tingkat

kesadaran pasien dapat mengurangi pergerakan atau menghilangkansecara

keseluruhan.b.Tirah baring dapat dianjurkan pada penanganan penyakit atau

sekuela cedera. Istirahatdapat menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan

oksigen, dan beban kerja jantung.Selain itu, istirahat memberikan kesempatan

pada sistem muskuloskeletal untuk relaksasi,menghilangkan nyeri, mencegah

iitasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, danmeminimalkan efek

gravitasi.c.Restrein fisik dan pengaman tempat tidur biasanya diunakan pada

lansia yangdiinstitusionalisasi. 2.karakteristik penghuni institusitingkat mobilitas

dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien dapat mempengaruhipola

mobilitas dan perilaku.3.karakteristik staff tiga karakteristik dari staff

keperawatan yang mempenaruhi pola mobilitas adalahpengetahuan, komitmen,

dan jumlah. Pengetahuan dan pemahaman tentang konsekuensifisiologis dari

imobilitas dan tindakan keperawatan untuk mencegah pengaruh imobilitassangat

penting untuk mengimplementasikan perawatan untuk memaksimalkan

mobilitas.Jumlah anggota staff yang adekuat dengan suatu komitmen untuk

Page 6: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

menolong lansiamempertahankan kemandiriannya harus tesedia untuk

mencegah komplikasi imobilitas. 4.sistem pemberian asuhan keperawatanalokasi

praktek fungsional dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi

dariimobilitas. Ketika perawatan dibagi menjadi tugas-tugas, keutuhan dan

interaksi klien akanterabaikan.5.hambatan-hambatanhambatan fisik dan arsitektur

dapat mengganggu mobilitas. Hambatan fisik termasukkurangnya alat bantu yang

tersedia untuk mobilitas, pengetahuan dalam mengunakan alatbantu mobilitas

tidak adekuat, lantai yang licin, dan tidak adekuatnya san daran untuk

kaki.Seringkali rancangan asitektur umah saki atau panti jompo tidak

memfasilitasi ataumemotivasi klien untuk aktif dan tetap bergerak.6.kebijakan-

kebijakan institusionalpraktek pengaturan formal dan informal mengendalikan

keseimbangan antara pemeintahinstitusional dan kebebasan individu. Semakin

ketat kebijakan, semakin besar efeknya padamobilitas.Dampak fisiologis dari

imobilitas dan ketidakaktifan antara lain :No. efek hasil

Page 7: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

2. Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak

secara bebas, teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat

menuju kemandirian Mobilisasi : Mobilisasi dini adalah

kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita

keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

mungkin berjalan (Soelaiman,1993). Menurut Carpenito (2000),

Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada

fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan

kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan

kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita

untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep mobilisasi mula

– mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian

secara berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk

mencegah komplikasi (Roper,1996)

Mobilisasi terbagi menjadi 2 yaitu :

a. Aktif Yaitu latihan pada tulang dan sendi yang dapat

dilakukan sendiri tanpa bantuan perawata atau keluarga

b. Pasif Mobilisasi pasif adalah latihan yang diberikan pada

klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot

kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana klien

tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien

memerlukan bantuan perawat atau keluarga. Mobilisasi

Pasif ini sebaiknya dilakukan sejak hari pertama klien tidak

diperkenankan meninggalkan tempat tidur atau klien yang

jarang bergerak sehingga terjadi kekakuan pada otot,

maka dalam hal ini dilakukan mobilisasi pasif

Page 8: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

Manfaat Mobilisasi

 Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendis

 Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulangs

 Meningkatkan kekuatan otots

Hal – Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Mobilisasi

Perhatikan keadaan umum penderita, apakah merasa

kelelahan, pusing atau kecapaians

Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk menghindari

terjadinya pembengkakan dan lukas

Pastikan pakaian dalam keadaan longgars

Jangan lakukan pada penderita patah tulangs

Jangan lakukan latihan fisik segera setelah penderita

makans

 Gunakan gerakan badan yang benar untuk menghindari

ketegangan atau luka pada penderitas

 Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman ketika

melakukan latihans

 Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan beriramas

 Hindari gerakan yang terlalu sulits

 Jika kejang pada saat latihan, hentikans

 Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku,

teruskan latihan dengan perlahans

Gerakan – gerakan Mobilisasi

a. Pergerakan bahu  Pegang pergerakan tangan dan siku

penderita, lalu angkat selebar bahu, putar ke luar dan ke

dalams  Angkat tangan gerakan ke atas kepala dengan di

Page 9: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

bengkokan, lalu kembali ke posisi awals

 Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan kearah badan,

hingga menjangkau tangan yang lains

b. Pergerakan siku Buat sudut 90 0 pada siku lalu gerakan

lengan keatas dan ke bawah dengan membuat gerakan

setengah lingkarans Gerakan lengan dengan menekuk siku

sampai ke dekat dagus

c. Pergerakan tangan  Pegang tangan pasien seperti

bersalaman, lalu putar pergelangan tangans Gerakan tangan

sambil menekuk tangan ke bawahs Gerakan tangan sambil

menekuk tangan keatass

d. Pergerakan jari tangan Putar jari tangan satu persatus Pada

ibu jari lakukan pergerakan menjauh dan mendekat dari jari

telunjuk, lalu dekatkan pada jari – jari yang lain.

e. Pergerakan kaki  Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut

kaki lalu angkat sampai 30 o lalu putars

Gerakan lutut dengan menekuknya sampai 90 os Angkat kaki

lalu dekatkan kekaki yang satu kemudian gerakan menjauhs 

Putar kaki ke dalm dan ke luars  Lakukan penekanan pada

telapak kaki keluar dan kedalams Jari kaki di tekuk – tekuk lalu

di putar

f. Pergerakan Leher  Pegang pipi pasien lalu gerakan kekiri dan

kekanans Gerakan leher menekuk kedepan dan kebelakang.

Page 10: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

3. Pengertian Immobiliasasi

Immobilisasi atau tirah baring adalah keadaan dimana seseorang tidak

dapat bergerak secara aktif  atau bebas karena kondisi yang mengganggu

pergerakan (aktivitas ). Misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak

berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya. Imobilisasi secara fisik,

merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah

terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.

Jenis Imobilisasi

a. mobilisasi fisik

Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah

terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang

tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat

mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.

b. Imobilisasi intelektual

Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya piker,

seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.

Page 11: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

c. Imobilisasi emosional

Keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena

adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh,

keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang

mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling

dicintai.

d. Imobilisasi sosial

Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi

sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam

keadaan sosial.

Penyebab Immobilisasi

Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi, yaitu

sebagai contoh :

a. Gangguan sendi dan tulang

Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulangakan

menghambat pergerakan.

b. Penyakit Saraf

Adanya stroke, penyakit parkinson dan gangguan saraf tepi juga

menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.

c. Penyakit Jantung atau Pernafasan

Penyakit jantung atau pernafasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak

nafas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ- organ

tersebut akan mengurangi mobilitasnya.

d. Gangguan Penglihatan

Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada gangguan penglihatan

karena ada kekhawatiran terpeleset, terbentur atau tersandung.

Page 12: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

e. Masa Penyembuhan

Pasien yang masih lemah setelah menjalani operasi atau penyakit berat

tertentu memerlukan bantuan untuk berjalan atau banyak istirahat.

Tirah baring atau immobilisasi berkepanjangan dapat membawa akibat-

akibat yang merugikan bagi fisik maupun psikologis. Konsep immobilisasi

merupakan hal yang relatif, dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total

tetapi juga terjadi.

Page 13: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995),

antara lain :

1. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan

tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan

cara yang sehat.

2. Proses Penyakit dan injury

Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi

mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk

mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi,

karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk

bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur

karena menderita penyakit tertentu.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas

misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau

banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.

4. Tingkat energi

Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga.

Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan

orang dalam keadaan sehat.

5. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan

dengan seorang remaja.

Page 14: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

Respon fisiologi dan Psikologi pada imobilisasi

Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi

terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan

dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.

Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang dipasangkan

dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons

adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika

rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk

tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.

Kegiatan aktifitas fisik pada periode sumaksimal, maksimal, atau kombinasi dari

keduanya dapat membuat pengaruh yang baik pada peningkatan aktifitas. Tubuh

kita menemui kebutuhan peningkatan aktifitas dalam waktu yang lama, dengan

aktifitas sedang dengan perbedaan respon fisiologis. Pada periode peningkatan

aktifitas memunculkan respon tubuh dengan menghabiskan cadangan oksigen dan

phospat dengan melalui pemecahan glikogen menjadi asam laktat. Keadaan ini

menghasilkan defisit oksigen yang harus segera tergantikan. Penggunaan energi

ini dapat digunakan dalam waktu yang singkat yang disebut dengan anaerobik

power, jumlah toleransi defisit oksigen yang dapat diterima disebut dengan

kapasitas anaerobik. Adaptasi dari kebutuhan dari peningkatan aktifitas pada

jangka waktu pendek memiliki jumlah yang sama pada anak maupun orang

dewasa.

Pada waktu melakukan latihan akan terjadi perubahan jangka pendek. Perubahan

atau respon akut tersebut diperoleh karena beberapa faktor termasuk tingkatan

dari latihan.

Respon akut yang terjadi pada kardio vaskuler pulmonal adalah :

Page 15: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

1. Peningkatan denyut nadi; denyut nadi meningkat pada saat setelah latihan

diakibatkan kebutuhnan penyedaiaan darah yang lebih banyak pada waktu latihan

2. Peningkatan stroke volume; stroke volume adalah jumlah darah yang dipompkan

oleh jantung dalam satu kali denyutan. Stroke volume ini dipengaruhi oleh jumlah

darah yang kembali ke jantung, kekuatan kontraksi otot jantung dan stimulasi dari

syaraf simpatic. Pada waktu latihan ketiga faktor tersbut mengalami perubahan

sehingga terjadilah peninbgkatan stroke volume

3. Peningkatan cardica output. Dengan peningkatan stroke volume dan denyut nadi

maka COP juga akan meningkat.

4. Peningkatan VO2 max. Ketika beban kerja meningkat konsumsi oksigen juga akan

meningkat pada saat tersebut ambilan oksigen akan mencapai nilai maksimal.

Respon Jangka Panjang

Tidak sama dengan latihan dalam jangka waktu yang pendek. Energi pada

latihan dengan pemanasan diperoleh dari hasil proses oksidatif dari sumber

makanan yang mulai muncul pada beberapa menit latihan dilakukan. Jumlah yang

ditemukan dalam proses penyediaan energi dalam waktu lama dengan penggunaan

oksigen dikenal dengan nama aerobik power. Penyediaan energi dalam latihan

dengan pemanasan ini tergantung pada kesediaan oksigen dalam penggunaan

kerja otot dalam waktu yang lama. Denyut nadi, frekwensi pernapasan, cardiac

output, dan kebutuhan oksigen meningkat dalam latihan dalam waktu yang lama.

Peningkatan frekwensi pernapasan akan meningkatkan jumlah oksigen dalam

paru-paru yang akan meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah.

Peningkatan cardiac output akan meningkatkan jumlah darah yang ada pada

pembuluh darah, akibatnya akan meningkatkan jumlah oksigen dalam otot. Dalam

bagian penting peningkatkan cardiac output dapat diperoleh dengan adanya

peningkatkan denyut nadi dan stroke volume. Perubahan stroke volume selama

latihan relatif kecil, tapi salah satu keuntungan dari latihan adalah peningkatan

stroke volume secara bermakna. Faktor penghambat dari aktifitas yang keras

Page 16: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

adalah kemampuan jantung sebagai pompa yang mampu mengirimkan darah

dalam memenuhi kebutuhan oksigen ketika terjadi kerja otot. Pada kerja yang

sangat berat peningkatan deyut nadi akan melewati batas kemampuan akhir dari

aktifitas. Ketika aktifitas kerja yang berat dihentikan denyut nadi akan turun

secara cepat dalam 2 – 3 menit, lalu secara bertahap.

latihan ROM Aktif Dan Pasif

 

A. Pengertian

Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk

melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan

aktif dan pasif / ROM dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik tidak aktif

dan disesuaikan dengan keadaan pasien.

B. Tujuan

1. Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.

2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dari persendian.

3. Untuk merangsang sirkulasi darah.

4. Untuk mencegah kelainan bentuk.

5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.

C. Langkah-langkah Latihan Aktif dan Pasif / ROM

Page 17: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

1. Latihan pasif anggota gerak atas

a. Gerakkan menekuk dan meluruskan sendi bahu :

Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memegang lengan.

Luruskan siku, naikkan dan turunkan lengan dengan siku tetap lurus.

b. Gerakkan menekuk dan meluruskan siku :

Pegangan lengan atas dengan lengan satu, tangan lainnya menekuk dan

meluruskan siku.

c. Gerakkan memutar pergelangan tangan :

Pegangan lengan bawah dengan lengan satu, tangan lainnya menggenggam

telapak tangan pasien.

Putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah

dalam (telungkup).

d. Gerakkan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan :

Pegang lengan bawah dengan lengan satu, tangan lainnya memegang

pergelangan tangan pasien.

Tekuk pergelangan tangan keatas dan kebawah.

e. Gerakkan memutar ibu jari :

Pegang telapak tangan dan keempat jari dengan tangan satu, tangan

lainnya memutar ibu jari tangan.

f. Gerakkan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan :

Page 18: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk

dan meluruskan jari-jari tangan.

2. Latihan pasif anggota gerak bawah.

a. Gerakkan menekuk dan meluruskan pangkal paha :

Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai.

Naikkan dan turunkan kaki dengan lutut tetap lurus.

b. Gerakkan menekuk dan meluruskan lutut :

Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai.

Tekuk dan luruskan lutut.

c. Gerakkan untuk pangkal paha :

Gerakkan kaki pasien menjauh dan mendekati badan (kaki satunya)

d. Gerakkan memutar pergelangan kaki :

Pegang tungkai dengan tangan satu, tangan lainnya memutar pergelangan

kaki.

3. Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah

a. Latihan 1

Angkat tangan yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat keatas.

Letakkan kedua tangan diatas kedua kepala

Kembalikan tangan ke posisi semula.

b. Latihan 2

Angkat tangan yang lumpuh melewati dada kearah tangan yang sehat

Page 19: 132989066 Konsep Dasar Mobilisasi

13

Kembali ke posisi semula

c. Latihan 3

Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat keatas

Kembali seperti semula

d. Latihan 4

Tekuk siku yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat

Luruskan siku, kemudian angkat keatas

Letakkan kembali tangan yang lumpuh ditempat tidur.

e. Latihan 5

Pegang pergelangan tangan yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat,

angkat keatas dada

Putar pergelangan tangan kearah dalam dan kearah luar