Upload
nia-aimmatul-fauzia
View
36
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
13
KONSEP DASAR MOBILISASIM
obilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah
satukebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah
memenuhikebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan
aktifitas rekreasi),mempertahankan diri (melindungi diri dari
trauma), mempertahankan konsep diri,mengekspresikan emosi dengan
gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatukeadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.Mobilisasi dan
immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirahbaring
yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
menguranginyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang
mengalami tirah baringakan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi
disuse).Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal,sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karenaadanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.Ada dua tipe kontraksi otot:
isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatantekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatantekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan
aktif dari otot,misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasidari kontraksi isotonik dan
isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan ototmemendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanyapeningkatan
energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanandarah)
karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit
(infarkmiokard atau penyakit obstruksi paru kronik).Postur dan Gerakan Otot
merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dantergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
darikelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan,sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu
13
keadaan tegangan ototyang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan
adanya kontraksi dan relaksasi yangbergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh danmendukung kembalinya aliran darah
ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dantonus otot menjadi
berkurang.Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat
tipe tulang: panjang, pendek,pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungiorgan vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan seldarah merah.Sendi
adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:- Sendi sinostotik
mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidakada
pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra- Sendi
kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis
danmenggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago
terdapat padatulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi,
kostosternal antara sternumdan iga.- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di
mana kedua permukaan tulang disatukandengan ligamen atau membran. Serat
atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapatbergerak dengan jumlah
yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia danfibula)- Sendi
sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara
bebas di mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago
artikular dan dihubungkanoleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi
putar seperti sendi pangkal paha (hip)dan sendi engsel seperti sendi interfalang
pada jari.Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikatsendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan
kartilago. Ligamen itu elastisdan membantu fleksibilitas sendi dan
memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antaravertebra, ligamen non elastis,
dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord(tulang belakang)saat
punggung bergerak.Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,
mengkilat, yang menghubungkan ototdengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel,
dan tidak elastis, serta mempunyai panjang danketebalan yang bervariasi,
misalnya tendon akhiles/kalkaneus.Kartilago adalah jaringan penghubung
13
pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutamaberada di sendi dan toraks,
trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlahbesar kartilago
temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usialanjut
dan penyakit, seperti osteoarthritis.Sistem saraf mengatur pergerakan dan
postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada dikonteks serebral, yaitu di
girus prasentral atau jalur motorik.Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai
melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu danaktifitas otot. Proprioseptor
memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secaraberkesinambungan. Misalnya:
proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberipostur yang benar
ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kakisecara
terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini
sampaimemutuskan untuk mengubahposisiJoint mobility1. Prinsip-prinsip
mekanika tubuh2.
Factor-faktor yang mempengaruhi
mobilisasi1. Sistem neuromuskular2. Gaya hidup3. Ketidakmampuan4. Tingkat
energi5. Tingkat perkembangan- Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat
fleksibel. Ekstremitas lentur danpersendianmemiliki ROM lengkap. Posturnya
kaku karena kepala dan tubuh bagian atasdibawa kedepan dan tidak seimbang
sehingga mudah terjatuh.- Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada
tulang belakangservikal dan lumbal lebih nyata- Balita dan anak sekolah: tulang-
tulang panjang pada lengan dan tungkaitumbuh. Otot,ligamen, dan tendon
menjadi lebih kuat, berakibat pada perkembanganpostur danpeningkatan kekuatan
otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anakmelakukan tugas-tugas yang
membutuhkan keterampilan motorik yang baik.Remaja: remaja putri biasanya
tumbuh dan berkembang lebih dulu dibandingyang laki-laki.
Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan bokong.Perubahan
laki-lakipada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang
danmeningkatnya massaotot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul menjadi
lebih sempit.Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai
atas.Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal
13
padatubuh dankesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada
wanita hamil.Perubahan iniakibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan
berat danpertumbuhan fetus. Pusatgravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita
hamil bersandar ke belakangdan agakberpunggung lengkung. Dia biasanya
mengeluh sakit punggung.Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total
terjadi pada orangtua. 3. Efek psikologisAntara lain meningkatkan respon
emosional, intelektual, sensori, dansosiokultural. Perubahan emosional yang
paling umum adalah depresi,perubahan perilaku,perubahan dalam siklus tidur-
bangun, dan gangguan koping.Efek fisiologisperubahan pada:- muskuloskeletal
seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,atropi dan abnormalnyasendi
(kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium- kardiovaskuler seperti
hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukanthrombus
6- pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik- metabolisme dan
nutrisi antara lain laju metabolic; metabolismekarbohidrat, lemak dan protein;
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan
kalsium;dangangguan pencernaan (seperti konstipasi)- eliminasi urin seperti stasis
urin meningkatkan risiko infeksi saluranperkemihan dan batu ginjal- integument
seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan
anoksia jaringan- neurosensori: sensori deprivation4. Gangguan
mobilisasiGangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan
pergerakan fisik secaramandiri yang dialami oleh seseorang.Penyebab imobilitas
fisik bermacam-macam dan dapat dikategorikan berhubungan denganlingkungan
internal dan eksternal.
• Faktor internal1.
penurunan fungsi muskuloskeletala. otot-otot (atrrofi, distrofi, atau
cedera)b.tulang (infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalasia)c.sendi
(arthritis dan tumor)d.kombinasi struktur (kanker dan obat-obatan)2.perubahan
fungsi neurologisa. infeksi (mis.ensefalitis)b. tumorc. traumad. obat-obatane.
penyakit vaskuler (mis. Stroke) f. penyakit demielinasi (mis. Sklerosis multiple)g.
penyakit degeneratif (mis. Penyakit parkinson)h. terpajan produk racun
(mis. Karbonmonoksida)i. gangguan metabolik (mis. Hipoglikemia) j. gangguan
13
nutrisi3. nyeripenyebabnya multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis dan
trauma.4. defisit perseptualkelebihan atau kekurangan masukan persepsi sensori.5.
berkurangnya kemampuan kognitif gangguan proses kognitif, seperti demensia
berat6. jatuha. efek fisik : cedera atau frakturb. efek psikologis : sindrom setelah
jatuh 7. perubahan hubungan sosiala. faktor-faktor aktual (mis. Kehilangan
pasangan, pindah jauh dari keluarga atauteman-teman)b. faktor-faktor persepsi
(mis. Perubahan pola pikir seperti depresi)8. aspek psikologisketidakberdayaan
dalam belajar, depresi.
• Faktor eksternal1. program terapeutikprogram penanganan medis memiliki
pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan kuantitaspergerakan pasien. Contoh
program pembatasan meliputi : faktor-faktor mekanis danfarmakologis, tirah
baing, dan restrein.a.faktor mekanis dan farmakologis : mencegah atau
menghambat pergerakan tubuh denganmenggunakan peralatan eksternal (gips dan
traksi) atau alat-alat ( yang dihuubuungkandengan pemberian cairan intravena,
pengisapan gaster, kateter urin, dan oksigen). Agen farmasetik seperti sedatif,
analgesik, tranquilizer, dan anesteti yang digunakan unntukmengubah tingkat
kesadaran pasien dapat mengurangi pergerakan atau menghilangkansecara
keseluruhan.b.Tirah baring dapat dianjurkan pada penanganan penyakit atau
sekuela cedera. Istirahatdapat menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan
oksigen, dan beban kerja jantung.Selain itu, istirahat memberikan kesempatan
pada sistem muskuloskeletal untuk relaksasi,menghilangkan nyeri, mencegah
iitasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, danmeminimalkan efek
gravitasi.c.Restrein fisik dan pengaman tempat tidur biasanya diunakan pada
lansia yangdiinstitusionalisasi. 2.karakteristik penghuni institusitingkat mobilitas
dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien dapat mempengaruhipola
mobilitas dan perilaku.3.karakteristik staff tiga karakteristik dari staff
keperawatan yang mempenaruhi pola mobilitas adalahpengetahuan, komitmen,
dan jumlah. Pengetahuan dan pemahaman tentang konsekuensifisiologis dari
imobilitas dan tindakan keperawatan untuk mencegah pengaruh imobilitassangat
penting untuk mengimplementasikan perawatan untuk memaksimalkan
mobilitas.Jumlah anggota staff yang adekuat dengan suatu komitmen untuk
13
menolong lansiamempertahankan kemandiriannya harus tesedia untuk
mencegah komplikasi imobilitas. 4.sistem pemberian asuhan keperawatanalokasi
praktek fungsional dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi
dariimobilitas. Ketika perawatan dibagi menjadi tugas-tugas, keutuhan dan
interaksi klien akanterabaikan.5.hambatan-hambatanhambatan fisik dan arsitektur
dapat mengganggu mobilitas. Hambatan fisik termasukkurangnya alat bantu yang
tersedia untuk mobilitas, pengetahuan dalam mengunakan alatbantu mobilitas
tidak adekuat, lantai yang licin, dan tidak adekuatnya san daran untuk
kaki.Seringkali rancangan asitektur umah saki atau panti jompo tidak
memfasilitasi ataumemotivasi klien untuk aktif dan tetap bergerak.6.kebijakan-
kebijakan institusionalpraktek pengaturan formal dan informal mengendalikan
keseimbangan antara pemeintahinstitusional dan kebebasan individu. Semakin
ketat kebijakan, semakin besar efeknya padamobilitas.Dampak fisiologis dari
imobilitas dan ketidakaktifan antara lain :No. efek hasil
13
2. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat
menuju kemandirian Mobilisasi : Mobilisasi dini adalah
kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas
mungkin berjalan (Soelaiman,1993). Menurut Carpenito (2000),
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada
fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan
kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita
untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep mobilisasi mula
– mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian
secara berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk
mencegah komplikasi (Roper,1996)
Mobilisasi terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Aktif Yaitu latihan pada tulang dan sendi yang dapat
dilakukan sendiri tanpa bantuan perawata atau keluarga
b. Pasif Mobilisasi pasif adalah latihan yang diberikan pada
klien yang mengalami kelemahan otot lengan maupun otot
kaki berupa latihan pada tulang dan sendi dimana klien
tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien
memerlukan bantuan perawat atau keluarga. Mobilisasi
Pasif ini sebaiknya dilakukan sejak hari pertama klien tidak
diperkenankan meninggalkan tempat tidur atau klien yang
jarang bergerak sehingga terjadi kekakuan pada otot,
maka dalam hal ini dilakukan mobilisasi pasif
13
Manfaat Mobilisasi
Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendis
Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulangs
Meningkatkan kekuatan otots
Hal – Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Mobilisasi
Perhatikan keadaan umum penderita, apakah merasa
kelelahan, pusing atau kecapaians
Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk menghindari
terjadinya pembengkakan dan lukas
Pastikan pakaian dalam keadaan longgars
Jangan lakukan pada penderita patah tulangs
Jangan lakukan latihan fisik segera setelah penderita
makans
Gunakan gerakan badan yang benar untuk menghindari
ketegangan atau luka pada penderitas
Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman ketika
melakukan latihans
Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan beriramas
Hindari gerakan yang terlalu sulits
Jika kejang pada saat latihan, hentikans
Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku,
teruskan latihan dengan perlahans
Gerakan – gerakan Mobilisasi
a. Pergerakan bahu Pegang pergerakan tangan dan siku
penderita, lalu angkat selebar bahu, putar ke luar dan ke
dalams Angkat tangan gerakan ke atas kepala dengan di
13
bengkokan, lalu kembali ke posisi awals
Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan kearah badan,
hingga menjangkau tangan yang lains
b. Pergerakan siku Buat sudut 90 0 pada siku lalu gerakan
lengan keatas dan ke bawah dengan membuat gerakan
setengah lingkarans Gerakan lengan dengan menekuk siku
sampai ke dekat dagus
c. Pergerakan tangan Pegang tangan pasien seperti
bersalaman, lalu putar pergelangan tangans Gerakan tangan
sambil menekuk tangan ke bawahs Gerakan tangan sambil
menekuk tangan keatass
d. Pergerakan jari tangan Putar jari tangan satu persatus Pada
ibu jari lakukan pergerakan menjauh dan mendekat dari jari
telunjuk, lalu dekatkan pada jari – jari yang lain.
e. Pergerakan kaki Pegang pergelangan kaki dan bawah lutut
kaki lalu angkat sampai 30 o lalu putars
Gerakan lutut dengan menekuknya sampai 90 os Angkat kaki
lalu dekatkan kekaki yang satu kemudian gerakan menjauhs
Putar kaki ke dalm dan ke luars Lakukan penekanan pada
telapak kaki keluar dan kedalams Jari kaki di tekuk – tekuk lalu
di putar
f. Pergerakan Leher Pegang pipi pasien lalu gerakan kekiri dan
kekanans Gerakan leher menekuk kedepan dan kebelakang.
13
3. Pengertian Immobiliasasi
Immobilisasi atau tirah baring adalah keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara aktif atau bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas ). Misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak
berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya. Imobilisasi secara fisik,
merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
Jenis Imobilisasi
a. mobilisasi fisik
Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang
tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b. Imobilisasi intelektual
Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya piker,
seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
13
c. Imobilisasi emosional
Keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena
adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh,
keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.
d. Imobilisasi sosial
Keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi
sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam
keadaan sosial.
Penyebab Immobilisasi
Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya immobilisasi, yaitu
sebagai contoh :
a. Gangguan sendi dan tulang
Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulangakan
menghambat pergerakan.
b. Penyakit Saraf
Adanya stroke, penyakit parkinson dan gangguan saraf tepi juga
menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.
c. Penyakit Jantung atau Pernafasan
Penyakit jantung atau pernafasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak
nafas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ- organ
tersebut akan mengurangi mobilitasnya.
d. Gangguan Penglihatan
Rasa percaya diri untuk bergerak akan terganggu bila ada gangguan penglihatan
karena ada kekhawatiran terpeleset, terbentur atau tersandung.
13
e. Masa Penyembuhan
Pasien yang masih lemah setelah menjalani operasi atau penyakit berat
tertentu memerlukan bantuan untuk berjalan atau banyak istirahat.
Tirah baring atau immobilisasi berkepanjangan dapat membawa akibat-
akibat yang merugikan bagi fisik maupun psikologis. Konsep immobilisasi
merupakan hal yang relatif, dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total
tetapi juga terjadi.
13
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995),
antara lain :
1. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan
tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan
cara yang sehat.
2. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk
mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi,
karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur
karena menderita penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau
banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga.
Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan
orang dalam keadaan sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan
dengan seorang remaja.
13
Respon fisiologi dan Psikologi pada imobilisasi
Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi
terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan
dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan.
Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang dipasangkan
dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons
adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika
rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk
tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.
Kegiatan aktifitas fisik pada periode sumaksimal, maksimal, atau kombinasi dari
keduanya dapat membuat pengaruh yang baik pada peningkatan aktifitas. Tubuh
kita menemui kebutuhan peningkatan aktifitas dalam waktu yang lama, dengan
aktifitas sedang dengan perbedaan respon fisiologis. Pada periode peningkatan
aktifitas memunculkan respon tubuh dengan menghabiskan cadangan oksigen dan
phospat dengan melalui pemecahan glikogen menjadi asam laktat. Keadaan ini
menghasilkan defisit oksigen yang harus segera tergantikan. Penggunaan energi
ini dapat digunakan dalam waktu yang singkat yang disebut dengan anaerobik
power, jumlah toleransi defisit oksigen yang dapat diterima disebut dengan
kapasitas anaerobik. Adaptasi dari kebutuhan dari peningkatan aktifitas pada
jangka waktu pendek memiliki jumlah yang sama pada anak maupun orang
dewasa.
Pada waktu melakukan latihan akan terjadi perubahan jangka pendek. Perubahan
atau respon akut tersebut diperoleh karena beberapa faktor termasuk tingkatan
dari latihan.
Respon akut yang terjadi pada kardio vaskuler pulmonal adalah :
13
1. Peningkatan denyut nadi; denyut nadi meningkat pada saat setelah latihan
diakibatkan kebutuhnan penyedaiaan darah yang lebih banyak pada waktu latihan
2. Peningkatan stroke volume; stroke volume adalah jumlah darah yang dipompkan
oleh jantung dalam satu kali denyutan. Stroke volume ini dipengaruhi oleh jumlah
darah yang kembali ke jantung, kekuatan kontraksi otot jantung dan stimulasi dari
syaraf simpatic. Pada waktu latihan ketiga faktor tersbut mengalami perubahan
sehingga terjadilah peninbgkatan stroke volume
3. Peningkatan cardica output. Dengan peningkatan stroke volume dan denyut nadi
maka COP juga akan meningkat.
4. Peningkatan VO2 max. Ketika beban kerja meningkat konsumsi oksigen juga akan
meningkat pada saat tersebut ambilan oksigen akan mencapai nilai maksimal.
Respon Jangka Panjang
Tidak sama dengan latihan dalam jangka waktu yang pendek. Energi pada
latihan dengan pemanasan diperoleh dari hasil proses oksidatif dari sumber
makanan yang mulai muncul pada beberapa menit latihan dilakukan. Jumlah yang
ditemukan dalam proses penyediaan energi dalam waktu lama dengan penggunaan
oksigen dikenal dengan nama aerobik power. Penyediaan energi dalam latihan
dengan pemanasan ini tergantung pada kesediaan oksigen dalam penggunaan
kerja otot dalam waktu yang lama. Denyut nadi, frekwensi pernapasan, cardiac
output, dan kebutuhan oksigen meningkat dalam latihan dalam waktu yang lama.
Peningkatan frekwensi pernapasan akan meningkatkan jumlah oksigen dalam
paru-paru yang akan meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah.
Peningkatan cardiac output akan meningkatkan jumlah darah yang ada pada
pembuluh darah, akibatnya akan meningkatkan jumlah oksigen dalam otot. Dalam
bagian penting peningkatkan cardiac output dapat diperoleh dengan adanya
peningkatkan denyut nadi dan stroke volume. Perubahan stroke volume selama
latihan relatif kecil, tapi salah satu keuntungan dari latihan adalah peningkatan
stroke volume secara bermakna. Faktor penghambat dari aktifitas yang keras
13
adalah kemampuan jantung sebagai pompa yang mampu mengirimkan darah
dalam memenuhi kebutuhan oksigen ketika terjadi kerja otot. Pada kerja yang
sangat berat peningkatan deyut nadi akan melewati batas kemampuan akhir dari
aktifitas. Ketika aktifitas kerja yang berat dihentikan denyut nadi akan turun
secara cepat dalam 2 – 3 menit, lalu secara bertahap.
latihan ROM Aktif Dan Pasif
A. Pengertian
Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk
melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara bebas. latihan
aktif dan pasif / ROM dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik tidak aktif
dan disesuaikan dengan keadaan pasien.
B. Tujuan
1. Untuk memelihara fungsi dan mencegah kemunduran.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dari persendian.
3. Untuk merangsang sirkulasi darah.
4. Untuk mencegah kelainan bentuk.
5. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
C. Langkah-langkah Latihan Aktif dan Pasif / ROM
13
1. Latihan pasif anggota gerak atas
a. Gerakkan menekuk dan meluruskan sendi bahu :
Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memegang lengan.
Luruskan siku, naikkan dan turunkan lengan dengan siku tetap lurus.
b. Gerakkan menekuk dan meluruskan siku :
Pegangan lengan atas dengan lengan satu, tangan lainnya menekuk dan
meluruskan siku.
c. Gerakkan memutar pergelangan tangan :
Pegangan lengan bawah dengan lengan satu, tangan lainnya menggenggam
telapak tangan pasien.
Putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah
dalam (telungkup).
d. Gerakkan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan :
Pegang lengan bawah dengan lengan satu, tangan lainnya memegang
pergelangan tangan pasien.
Tekuk pergelangan tangan keatas dan kebawah.
e. Gerakkan memutar ibu jari :
Pegang telapak tangan dan keempat jari dengan tangan satu, tangan
lainnya memutar ibu jari tangan.
f. Gerakkan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan :
13
Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk
dan meluruskan jari-jari tangan.
2. Latihan pasif anggota gerak bawah.
a. Gerakkan menekuk dan meluruskan pangkal paha :
Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai.
Naikkan dan turunkan kaki dengan lutut tetap lurus.
b. Gerakkan menekuk dan meluruskan lutut :
Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai.
Tekuk dan luruskan lutut.
c. Gerakkan untuk pangkal paha :
Gerakkan kaki pasien menjauh dan mendekati badan (kaki satunya)
d. Gerakkan memutar pergelangan kaki :
Pegang tungkai dengan tangan satu, tangan lainnya memutar pergelangan
kaki.
3. Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah
a. Latihan 1
Angkat tangan yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat keatas.
Letakkan kedua tangan diatas kedua kepala
Kembalikan tangan ke posisi semula.
b. Latihan 2
Angkat tangan yang lumpuh melewati dada kearah tangan yang sehat
13
Kembali ke posisi semula
c. Latihan 3
Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat keatas
Kembali seperti semula
d. Latihan 4
Tekuk siku yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat
Luruskan siku, kemudian angkat keatas
Letakkan kembali tangan yang lumpuh ditempat tidur.
e. Latihan 5
Pegang pergelangan tangan yang lumpuh menggunakan tangan yang sehat,
angkat keatas dada
Putar pergelangan tangan kearah dalam dan kearah luar