1
WEB OF CAUTION (WOC) IKTERUS NEONATORUM Digunakan lagi oleh tubuh adanya enzim glukoronil transferase reduksi enzim β glucuronidase KETERANGAN GAMBAR ANGKA KEJADIAN IKTERUS FISIOLOGIS IKTERUS PATOLOGIS PEMERIKSAAN PENUNJANG FAKTOR Faktor Faktor Neonatus Komplikasi kehamilan ( DM, Inkompatabilitas ABO dan Rh) Penggunaan infuse oksitosin dalam larutan hipotonik ASI Trauma lahir ( sefalhematoma, ekimosis ) Infeksi (bakteri, virus, protozoa) Prematuritas Faktor genetic Polisitemia Obat (streptomisin, kloramfenikol, sulfisoxazol) Rendahnya asupan ASI Hipoglikemia Faktor ETIOLOGI METABOLISME BILIRUBIN Masa hidup eritrosit nenonatus Degradasi Hemoglobin dalam darah Biliverdin Mengalami reduksi Bilirubin Bebas/ tidak terkonjugasi Berikatan dengan albumin Hepar Bilirubin terikat reseptor membrane sel hepar Bilirubin masuk ke sel hepar Terikat dengan ligandin (protein Y), protein Z Masuk ke reticulum endoplasma hati Terjadi proses konjugasi Blirubin direk/ bilirubin terkonjugasi Diekskresi dalam empedu Usus Urobilinoge Inkompatabilitas darah Rh, ABO Kelainan morfologi eritrosit Defisiensi enzim G-6-PD, pirufat kinase, hexokinase Imaturitas hepar Kurangnya substrat u konjugasi bilirubin Akibat asidosis, hipoksia, infeksi Tidak terdapatnya enzim Obat: salisilat, sulfafurazole Obstruksi dalam hapar : infeksi, kerusakan hepar karena penyebab lain Kerusakan di luar hepar: kelainan bawaan Nutrisi kurang dari Tujuan: kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi Kriteria Hasil: BB tidak mengalami penurunan, reflek menghisap bayi meningkat, bayi tenang Intervensi: Kaji kemampuan menghisap bayi Monitor intake dan output Monitor berat badan tiap hari Beri minum melalui sonde (ASI yang diperah) Lakukan oral hygiene, olesi mulut dengan kapas basah Resiko tinggi Tujuan: Bayi tidak mengalami cidera selama pemberian fototerapi Kriteria hasil: Tidak terjadi iritasi mata dan kelamin, bayi tenang, tidak ada dehidrasi Intervensi: Tutup mata bayi dengan eye protector khusus yang dapat memantulkan cahaya Tutup kelamin, periksa tiap 4 jam untuk drainase atau iritasi Buka seluruh pakaian bayi dan tempatkan bayi di bawah sinar untuk pemajanan maksimal Ubah posisi setiap 6 – 8 jam Pantau suhu tubuh Dokumentasikan pelaksanaan fototerapi dengan tepat Hindari penggunaan bahan yang mengandung minyak pada kulit Pastikan masukan cairan yang adekuat Peningkatan suhu Tujuan: Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh Kriteria hasil: Suhu 36°c- 37°c, membrane mukosa lembab, Intervensi: Pertahankan suhu lingkungan yang netral Kaji suhu tubuh tiap 2-4 jam/ sesuai kebutuhan Jika panas lakukan kompres Tingkatkan masukan cairan peroral Kolaborasi pemberian antipiretik Perubahan proses Tujuan: Bayi mendapat dukungan dari keluarga Kriteria Hasil: Keluarga paham tentang terapi pada bayinya, Intervensi: Kaji pemahamaman keluarga tentang ikterik dan tujuan terapi Beritahukan keluarga bahwa kulit akan kembali normal Jelaskan pada keluarga tentang penyakit dan terapinya Hentikan fototerapi saat keluarga datang : Faktor resiko : Etiologi : Metabolisme bilirubin : Patofisiologi : Penanganan : Manifestasi klinis : Diagnosa keperawatan : Tujuan, kriteria hasil, Intervensi Referensi: Brethauer, M, Carey, L. (2010). Maternal experience with neonatal jaundice. Pediatric Journal 23, 270- 273 diambil dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ pada tanggal 19 Februari 2010. Hay, W.W., et. al. (1997). Current pediatric diagnosis & treatment. Stamford, Connecticut: Appleton & lange. Hockenberry, M.J, Wilson, D. (2009). Essentials of pediatric nursing. St. Louis, Missouri: Mosby Insley, J. (2003). A paediatric vade-mecum. Alih bahasa oleh Achmad Surjono. Jakarta: EGC Weng, Y.H., Chiu, Y.W. (2009). Spectrum and outcome analysis of marked neonatal hyperbilirubinemia with blood group incompatibility. Cang Gung Medical Journal 32, 400- 408. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ pada tanggal 19 Februari 2010. Wong, Donna, L. (2003). Wong and whaley’s clinical manual of pediatric nursing. Alih bahasa oleh Monica Ester. Jakarta: EGC Zong, D.N, Gao, Z.Y. (2009). Relationship between glucose-6-pphosphate dehydrogenase gene mutations and neonatal jaundice in Naning. Pubmed.Gov 12, 970- 972. Heme Globin Hem bebas mengalami proses Feses Bilirubin terkonjugasi dikonversi menjadi tidak Diserap mukosa ususs Ditransport ke hati Peningkatan hemolisis Peningkatan destruksi SDM Peningkatan produksi bilirubin Gangguan konjugasi hepar Anemi a Keadaan umum lemah Defisiensi albumin Gangguan transport bilirubin Gangguan ekskresi bilirubin Akumulasi bilirubin dalam darah Ikterik pada sclera, leher, tubuh, kuku Reflek hisap lemah Melalui membrane biologik Sawar darah otak Kern ikterus Bersifat lipofilik Sulit diekskresi Resiko tinggi Penanganan Fototerapi Transfusi tukar Tujuan: Anak mendapatkan terapi yang tepat jika diutuhkan untuk mempercepat ekskresi bilirubin Kriteria hasil: Anak menyusu segera setelah lahir, anak dipajankan pada sumber sinar yang ditentuakan Intervensi: Berikan makanan secepatnya untuk meningkatkan ekskresi bilirubin dalam feses Kaji kulit akan adanya tanda ikterik yang mengindikasikan peningkatan kadar bilirubin Ukur kadar bilirubin dgn bilirubinometri transkutan untuk menentukan peningkatan kadar Ikterus neonatorum merupakan masalah yang umum pada bayi baru lahir. Hampir semua bayi baru lahir perkembangan jumlah bilirubin diatas 2 mg/ dl dan 65 % dari mereka akan menunjukkan perkembangan level bilirubin di atas 5 mg/ dl selama minggu pertama kehidupan. Di Amerika Serikat, sebanyak 65 % bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Malaysia, hasil survei pada tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan di bawah Departemen Kesehatan mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Angka kejadian insiden ikterus pada bayi baru lahir di RSU Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta ialah 32,19% dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg%. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo Surabaya, ikterus patologis sebanyak 9,8% pada tahun 2002 dan 15,66% pada tahun 2003. Warna kuning timbul pada hari ke 2 dan 3 tampak jelas pada hari ke 5 dan k3 6 serta menghilang pada hari ke 10 Bayi tampak biasa, minum baik dan pertambahan berat badan biasa Kadar bilirubin serum tidak > 10 mg/ dl pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/ dl pada bayi cukup bulan Peningkatan konsentrasi bilirubin serum < 12 mg/ dl Ikterus timbul pada 24 Jam pertama Ikterus menetap setelah 2 minggu pertama Kadar bilirubin > 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan dan > 10 mg/dl pada bayi kurang bulan Peningkatan bilirubin > 5 mg/dl/ hari Kadar bilirubin direk > 1 mg/ dl Terdapa factor resiko Tinja berwarna pucat Pemeriksaan kadar bilirubin serum berkala Pemeriksaan darah tepi Pemeriksaan penyaring G- 6-PD Uji Coombs Biakan darah, biopsy hepar bila perlu Siklus eritropoetik

137671162 WEB of CAUTION Icterus Neonatorum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 137671162 WEB of CAUTION Icterus Neonatorum

WEB OF CAUTION (WOC)IKTERUS NEONATORUM

Digunakan lagi oleh tubuh

adanya enzim glukoronil transferase

reduksi enzim β glucuronidase

dan terbe

KETERANGAN GAMBAR ANGKA KEJADIAN IKTERUS FISIOLOGIS IKTERUS PATOLOGIS PEMERIKSAAN PENUNJANG

FAKTOR

Faktor Faktor

Neonatus

• Komplikasi kehamilan ( DM, Inkompatabilitas ABO dan Rh)

• Penggunaan infuse oksitosin dalam larutan hipotonik

• ASI

• Trauma lahir ( sefalhematoma, ekimosis )

• Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

• Prematuritas• Faktor genetic• Polisitemia• Obat (streptomisin, kloramfenikol,

sulfisoxazol)• Rendahnya asupan ASI• Hipoglikemia

Faktor

ETIOLOGI

METABOLISME BILIRUBIN

Masa hidup eritrosit nenonatus rendah

Degradasi Hemoglobin dalam darah

Biliverdin

Mengalami reduksi

Bilirubin Bebas/ tidak terkonjugasi

Berikatan dengan albumin

Hepar

Bilirubin terikat reseptor membrane sel hepar

Bilirubin masuk ke sel hepar

Terikat dengan ligandin (protein Y), protein Z

Masuk ke reticulum endoplasma hati

Terjadi proses konjugasi

Blirubin direk/ bilirubin terkonjugasi

Diekskresi dalam empedu

Usus

Urobilinogen

• Inkompatabilitas darah Rh, ABO

• Kelainan morfologi eritrosit• Defisiensi enzim G-6-PD,

pirufat kinase, hexokinase

• Imaturitas hepar• Kurangnya substrat u

konjugasi bilirubin• Akibat asidosis, hipoksia,

infeksi• Tidak terdapatnya enzim

• Obat: salisilat, sulfafurazole

• Obstruksi dalam hapar : infeksi, kerusakan hepar karena penyebab lain

• Kerusakan di luar hepar: kelainan bawaan

Nutrisi kurang dari

Tujuan: kebutuhan nutrisi bayi terpenuhiKriteria Hasil:BB tidak mengalami penurunan, reflek menghisap bayi meningkat, bayi tenang

Intervensi:• Kaji kemampuan menghisap bayi• Monitor intake dan output• Monitor berat badan tiap hari • Beri minum melalui sonde (ASI

yang diperah)• Lakukan oral hygiene, olesi mulut

dengan kapas basah

Resiko tinggi

Tujuan:Bayi tidak mengalami cidera selama pemberian fototerapiKriteria hasil:Tidak terjadi iritasi mata dan kelamin, bayi tenang, tidak ada dehidrasi

Intervensi:• Tutup mata bayi dengan eye protector

khusus yang dapat memantulkan cahaya • Tutup kelamin, periksa tiap 4 jam untuk

drainase atau iritasi• Buka seluruh pakaian bayi dan tempatkan

bayi di bawah sinar untuk pemajanan maksimal

• Ubah posisi setiap 6 – 8 jam• Pantau suhu tubuh• Dokumentasikan pelaksanaan fototerapi

dengan tepat• Hindari penggunaan bahan yang

mengandung minyak pada kulit• Pastikan masukan cairan yang adekuat

Peningkatan suhu

Tujuan: Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuhKriteria hasil:Suhu 36°c- 37°c, membrane mukosa lembab,

Intervensi:• Pertahankan suhu lingkungan yang

netral• Kaji suhu tubuh tiap 2-4 jam/ sesuai

kebutuhan• Jika panas lakukan kompres• Tingkatkan masukan cairan peroral• Kolaborasi pemberian antipiretik

Perubahan proses

Tujuan: Bayi mendapat dukungan dari keluargaKriteria Hasil: Keluarga paham tentang terapi pada bayinya,

Intervensi:• Kaji pemahamaman keluarga tentang

ikterik dan tujuan terapi• Beritahukan keluarga bahwa kulit akan

kembali normal• Jelaskan pada keluarga tentang penyakit

dan terapinya• Hentikan fototerapi saat keluarga datang

: Faktor resiko

: Etiologi

: Metabolisme bilirubin

: Patofisiologi

: Penanganan

: Manifestasi klinis

: Diagnosa keperawatan

: Tujuan, kriteria hasil, Intervensi

Referensi: Brethauer, M, Carey, L. (2010). Maternal

experience with neonatal jaundice. Pediatric Journal 23, 270- 273 diambil dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ pada tanggal 19 Februari 2010.

Hay, W.W., et. al. (1997). Current pediatric diagnosis & treatment. Stamford, Connecticut: Appleton & lange.

Hockenberry, M.J, Wilson, D. (2009). Essentials of pediatric nursing. St. Louis, Missouri: Mosby

Insley, J. (2003). A paediatric vade-mecum. Alih bahasa oleh Achmad Surjono. Jakarta: EGC

Weng, Y.H., Chiu, Y.W. (2009). Spectrum and outcome analysis of marked neonatal hyperbilirubinemia with blood group incompatibility. Cang Gung Medical Journal 32, 400- 408. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ pada tanggal 19 Februari 2010.

Wong, Donna, L. (2003). Wong and whaley’s clinical manual of pediatric nursing. Alih bahasa oleh Monica Ester. Jakarta: EGC

Zong, D.N, Gao, Z.Y. (2009). Relationship between glucose-6-pphosphate dehydrogenase gene mutations and neonatal jaundice in Naning. Pubmed.Gov 12, 970- 972.

Heme Globin

Hem bebas mengalami proses oksidasi

Feses

Bilirubin terkonjugasi dikonversi menjadi tidak

Diserap mukosa ususs

Ditransport ke hati

Peningkatan hemolisis

Peningkatan destruksi SDM

Peningkatan produksi bilirubin

Gangguan konjugasi hepar

Anemia

Keadaan umum lemah

Defisiensi albumin

Gangguan transport bilirubin

Gangguan ekskresi bilirubin

Akumulasi bilirubin dalam darah

Ikterik pada sclera, leher, tubuh, kuku

Reflek hisap lemah

Melalui membrane biologik

Sawar darah otak

Kern ikterus

Bersifat lipofilik Sulit diekskresi Resiko tinggi

Penanganan

Fototerapi Transfusi tukar

Tujuan: Anak mendapatkan terapi yang tepat jika diutuhkan untuk mempercepat ekskresi bilirubinKriteria hasil:Anak menyusu segera setelah lahir, anak dipajankan pada sumber sinar yang ditentuakan

Intervensi:• Berikan makanan secepatnya untuk

meningkatkan ekskresi bilirubin dalam feses

• Kaji kulit akan adanya tanda ikterik yang mengindikasikan peningkatan kadar bilirubin

• Ukur kadar bilirubin dgn bilirubinometri transkutan untuk menentukan peningkatan kadar

Ikterus neonatorum merupakan masalah yang umum pada bayi baru lahir.Hampir semua bayi baru lahir perkembangan jumlah bilirubin diatas 2 mg/ dl dan 65 % dari mereka akan menunjukkan perkembangan level bilirubin di atas 5 mg/ dl selama minggu pertama kehidupan. Di Amerika Serikat, sebanyak 65 % bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Malaysia, hasil survei pada tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan di bawah Departemen Kesehatan mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya.Angka kejadian insiden ikterus pada bayi baru lahir di RSU Dr. CiptoMangunkusumo Jakarta ialah 32,19% dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg%. Sedangkan di RSU Dr. Soetomo Surabaya, ikterus patologis sebanyak 9,8% pada tahun 2002 dan 15,66% pada tahun 2003.

Warna kuning timbul pada hari ke 2 dan 3 tampak jelas pada hari ke 5 dan k3 6 serta menghilang pada hari ke 10Bayi tampak biasa, minum baik dan pertambahan berat badan biasaKadar bilirubin serum tidak > 10 mg/ dl pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/ dl pada bayi cukup bulanPeningkatan konsentrasi bilirubin serum < 12 mg/ dl

Ikterus timbul pada 24 Jam pertama

Ikterus menetap setelah 2 minggu pertama

Kadar bilirubin > 12,5 mg/dl pada bayi cukup bulan dan > 10 mg/dl pada bayi kurang bulan

Peningkatan bilirubin > 5 mg/dl/ hari

Kadar bilirubin direk > 1 mg/ dl

Terdapa factor resikoTinja berwarna pucat

Pemeriksaan kadar bilirubin serum berkala

Pemeriksaan darah tepiPemeriksaan penyaring G-

6-PDUji CoombsBiakan darah, biopsy

hepar bila perlu

Siklus eritropoetik