Upload
vothien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
RIRI ARISYIA
108046100139
KONSENTRASIPERBANKANSYARIAH
PROGRAM STUD I MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
VIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434/2012
APLIKASI KEBIJAKAN MUHAMMADIYAH DALAM PENGGUNAAN
LAYANANPERBANKANSYARIAH
Skripsi
Diajukan K<ipada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
RIRI ARISYIA
NIP.196303051991031002
KONSENTRASIPERBANKANSYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433/2012
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang be1judul "Aplikasi Kebijakan Muhammadiyah Dalam Penggunaan
Layanan Perbankan Syariah", telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 07 Desember
2012. Skripsi ini telah diterima sebagai sa!ah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 07 Desember 2012
/' 1 uhammad Amin Suma, SH, MA, MM
Ketua
NIP. 197107011998032002 -Sekretaris : Mu'min Rauf, M.A.
NIP. 197004161997031004 /
Pernbimbing : Noryarnin Aini, MA. (................ . ................. )
( .......... ~ ........... ) NIP. 1963030351991031002
Penguji I : Dwi Nur'aini lhsan, SE,MM.
Penguji II : Mu'min Rauf, M.A.
NIP. 197004161997031004
LEMEAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Desember 2012
.'~~~~-00; 'it:
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi kebijakan Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia dalam penggunaan layanan bank syariah. Penulis mencari tahu apakah kebijakan dalam penggunaan layanan bank syariah yang dibuat oleh PP Muhammadiyah sudah dilaksanakan oleh Amal Usaha Muhammadiyah sebagai salah satu sumber daya ekonomi Muhammadiyah. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang menjadi kendala dalam menerapkan kebijakan tersebut. Data yang didapatkan penulis melalui wawacara dengan pihak Amal Usaha Muhammadiyah sebagai pelaksana kebijakan juga dari Tim Asistensi Bendahara sebagai pembuat kebijakan. Penelitian dilakukan di berbagai Amal Usaha Muhammadiyah bidang pendidikan dan kesehatan. Di bidang pendidikan, penulis memilih Sekolah-sekolah yang berada di cabang yang aktif, yaitu cabang Tebet Timur, Kebayoran Lama, dan Kebayoran Baru. Selain sekolah, penulis juga memilih Perguruan Tinggi Muhammdiyah, yaitu Uniersitas Muhammadiyah Jakaiia, STIE Ahmad Dahlan dan Universitas Prof. Hamka. Pada bidang kesehatai1, penulis memilih Rumah Sakit Islam Pondok Kopi dan Rumah Sakit Jiwa Islain Klender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AUM sudah banyak menggunakan layanan bank syariah jauh sebelum adanya kebijakan tersebut, Hal ini terjadi karena para pengurus AUM menyadari bahwa perbankan syai·iah adalah lembaga keuangan yang sesuai dengai1 syariat Islam. Namun dalam menerapkan isi kebijakan dimana setiap AUM harus menandatangani dan menerapkan layanan cash management dalam rangka menyatukan dan mengoptimalkan kekuatan ekonomi Muhammadiyah belum banyak diterapkan. Kendala dalam menerapkan kebijakan ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu ketidakjelasan detail dari isi kebijakan karena kurangnya sosialisasi secara mendalam kepada pelaksana kebijakan atau pengurus AUM. Selain itu AUM belum bisa menggunakan bank syariah secai·a total dikarenalcan struktur birokrasi AUM yang berkaitan dengai1 stakeholder lain ataupun pemerintah.
Kata kunci: Kebijakan, Muhammadiyah, Perbankan Syariah
KATA PENGANTAR
Pttji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha
Pemurah, pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah SWT. Berka! kehendak dan
kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan pengorbanan dan
ketulusan hatinya dapat membuka jalan pengetahnan untuk ummatnya.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menemni hambatan yang
harus dihadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Penulis menyadari sepenulmya bahwa
pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
I. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Summa, SH.,
MA,MM.
2. Ketua Prodi Muamalat (Ekonomi Islam), Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. dan
Sekretaris Prodi Muamalat Bapak Mu'min Rauf, M.A.
3. Dosen pembimbing Drs. Noryamin Aini, MA yang telah banyak membantu
dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih telah meluangkan banyak waktu,
atas arahan dan bimbingan, tenaga dan pikiran serta kesabarannya dalam
membimbing penulis.
4. Para penguji dalam ujian Munaqasyah, Ibu Dwi Nur'aini Ihsan, SE,MM dan
Bapak Mu'min Rauf, M.A. Terima kasih atas bimbingan, kritik dan saran
dalam perbaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya jurusan perbankan
syariah yang telah memberikan ilmunya serta membimbing penulis.
6. Para Narasumber yang meluangkan waktunya untulc memeberi informasi
kepada penulis, yaitu Bapak Syafrudin Anhar, Bapak Agus Suradika, Bapak
ii
lrfan, Bapak Sukoto, Bapak Suyatno, Bapak Gandang, !bu Yeti, Bapak Pudjo,
Bapak Suparno dan Bapak Waluyo.
7. Terima kasih yang paling utama kepada Mama untuk support, nasehat dan
doanya, juga kepada almarhum Papa untuk nasehatnya <lulu yang selalu
penulis ingat sehingga menjadi penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih kepada saudara-saudaraku, juga keluarga untuk do'a dan
suppot1nya.
9. Widyo Hatmadi yang setia memberikan semangat, do'a, dan nasihat. Terima
kasih atas bantuannya.
10. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku khususnya Wulan, Dinda, Diba, dan
teman-teman seperjuangan PS-D 2008 atas kebersanrnannya selama ini.
Terima kasih atas bantuan, semangat dan do'a nya.
11. Terima kasih juga kepada teman-teman KKN RSP, Marisa, Azmi, Opha,
Muharram, dan Rifa untuk doa dan bantaun-bantuannya.
12. Bu Oke yang selalu sabar dan membantu penulis terkait segala ha! dalam
administrasi dan lain-lain.
13. Terima kasih kepada selurnh teman-teman angkatan 2008 yang ikut
memberikan semangat dan bantuannya kepada penulis.
14. Terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini
semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik dan
dimudahkan segala urusannya. Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin.
Jakarta, 07 Desember 2012
Penulis
iii
DAFTARISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFT AR ISi ············································································································ IV
DAFT AR TABEL .................................................................................................... v
DAFT AR GAMBAR ............................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Mas al ah .................................................................. 1
B. ldentifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Peuelitian ........................................................ 7
F. Metode Penelitian ............................................................................ 8
G. Review Studi Terdahulu .................................................................. 10
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Kebijakan
I. Definisi Kebijakan ..................................................................... 13
2. Implementasi Kebijakan ............................................................ 16
3. Evaluasi Kebijakan .................................................................... 23
B. Organisasi
1. Pengertian Organisasi ................................................................ 24
iv
2. Struktur Organisasi ..................................................................... 26
a. Prinsip Struktur Organisasi .................................................. 27
b. Hubungan dalam Struktur Organisasi .................................. 29
BAB III GAMBARAN UMUM PERSYARIKA TAN MUHAMMADIY AH
A. Sejarah Singkat Muhammadiyah ..................................................... 32
B. Struktur Organisasi Muhammdiyah ................................................. 35
C. Amal UsahaMuhammadiyah .......................................................... 41
BAB IV APLIKASI KEBIJAKAN MUHAMMADIYAH DALAM
PENGGUNAAAN LAY ANAN PERBANKAN ·SYARIAH
A. Kebijakan Muhammadiyah dalam Penggunaan Lembaga
Perbankan Syariah ........................................................................... 46
B. Aplikasi Kebijakan Penggunaan Perbankan Syariah di
Amal Usaha Muhammadiyah .......................................................... 57
1. Aplikasi Kebijakan di AUM Pendidikan Dasar Menengah ........ 60
2. Aplikasi Kebijakan di AUM Perguruan Tinggi Swasta .............. 63
3. Aplikasi Kebijakan di AUM Rumah Sakit Islam
Muhammadiyah ......................................................................... 67
C. Kendala dalam Penerapan Kebijakan ............ .c •••••••••••••••••••••••••••••••• 70
I. AUM Pendidikan Dasar Menengah ............................................ 72
2. AUM Perguruan Tinggi Swasta ................................................. 73
3. AUM Rurnah Sakit Isla111 Muhru11llladiyal1 .............................. 74
v
D. Analisis Aplikasi Kebijakan Muhammadiyah dalam
Penggunaan Layanan Perbankan Syariah ........................................ 75
BABY PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 84
B. Saran ........................................................................... 86
DAFTARPUSTAKA
LAMP IRAN
vi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Kerja (Framework) untuk studi tentang
Organisasi-organisasi .................................................................................... 26
4.1 Data Amal Usaha Muhammadiyah .............................................................. 58
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Dampak Langsung dan Tidak Langsung pada Implementasi ....................... 22
3.1 Struktur Organisasi Muhammadiyah ............................................................ 35
4.1 Optimalisasi Bagi Hasil Dana AUM dan PP Muhammadiyah .................... 53
4.2 Optimalisasi Iuran ........................................................................................ 57
viii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Bclakang Masalah
Perbankan syariah di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk
dikembangkan. Hal ini mengingat mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim.
Namun kenyataannya, market share perbankan syariah saat ini barn mencapai
4,23% dari total perbankan nasional. 1 Sebenarnya banyak faktor mengapa umat
Islam belum berhubungan dengan bank. syariah. Menurut Agustianto, Sekjen
Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI), salah satu faktornya adalah peran
Organisasi Masyarakat Islam yang belum optimal dalam membantu dan
mendukung gerakan bank syariah. 2
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia
mulai memiliki perhatian kepada perkembangan perbankan syariah.
Keberpihakan Muhammadiyah terhadap bank syariah dituangkan dalam sebuah
kebijakan dimana seluruh organisasi di bawah naungan Muhammadiyah wajib
menggunakan jasa layanan bank syariah, atau berpindah dari bank konvensional
ke bank syariah. Kebijakan ini lahir alas pertimbangan bahwa Muhammadiyah
sebagai orga111sas1 dakwah Is}am bertanggung j awab untuk berperan dalam
1 Charles MS, "BI Targctkan Market Share Perbankan Syariah 15-20%'', diakses pada 27 Juni 2012 dari http://ekonomi.inilah.com/read/detail/18673 8 l/bi-targetkan-market-share-perbankan-syariah-15-20
2 Agustianto, "10 Pilar Pengembangan Bank Syariah" h. I
2
pengembangan sistem ekonomi syariah. Sesuai fatwa Majelis Ta1jih dan Tajdid
No 8 tahun 2006, tentang keharaman bunga bank, Muhammadiyah juga ingin
organisasinya secara keseluruhan terbebas dari unsur riba, tidak lagi
menggunakan bank konvensional.
Di samping tujuan pembebasan dari unsur riba, Muhammadiyah dengan
seluruh organisasi di bawah naungannya, memiliki potensi dana untuk dikelola
secara lebih produktif, efektif, efisien, dan akuntabel. Organisasi di bawah
naungan Muhammadiyah merupakan sumber daya ekonomi bagi Muhammdiyah,
salah satunya adalah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Muhammadiyah
memiliki ribuan AUM, di antaranya lembaga pendidikan sejak taman kanak
kanak hingga perguruan tinggi, sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan
sebagainya.
Meskipun AUM merupakan sumber daya ekonomi Muhammadiyah,
Muhammadiyah memiliki keterbatasan dalam informasi keuangan dari tiap-tiap
AUM yang dikelola masing-masing pimpinan pusat, wilayah, daerah, cabang
maupun ranting. Akibatnya dana yang di miliki Muhammadiyah tidak dapat
dihitung secara akurat dan tidak dapat dikelola secara efektif. Terlebih lagi tidak
adanya kekuatan Muhan1madiyah pada perbankan karena menggunakan puluhan
bank, sehingga bargaining position organisasi rendah pada setiap bank yang
digunakam1ya. Maka melalui kebijakan ini pula, Muhammadiyah memiliki tujuan
dalam memperbaiki pengelolaan keuangan mereka. Muhammadiyah memilih
3
layanan cash management perbankan syariah, dimana dengan layanan tersebut,
Muhammadiyah bisa mengetahui cash flow yang dimiliki organisasi di bawah
naungan Muhammadiyah.
Dalam surat keputusan Nomor: 37/KEP/I.O/C/2012 tentang Penetapan Bank
Syariah Mitra Muhammadiyah dalam Sistem Pengelolaan Dana Terpadu Layanan
Manajemen Kas, Muhammadiyah bekerja sania dengan tujuh bank syariah, yaitu
Bank Syariah Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank
BRI Syariah, Bank BNI Syariah, Barile Danamon Syarial1, dan BTN Syariah.
Dalam keputusan ini ditetapkan bahwa Amal Usaha Muhammadiyah harus
menempatkan dananya di bank-bank syariah tersebut.
Kerjasama ini tentunya sangat menguntungkan bank syariah, mengingat
organisasi ini memiliki jumlah jamaah jutaan orang. Menurut Riawan Amin,
Ketua Asosiasi Bank Syarial1 Indonesia, kerjasama ini menjadi simbol
bersinerginya perbankan syariah dengan organisasi massa Islam dan jutaan umat
Muslim yang tergabung di dalamnya.3 Implikasi dari kebijalcan ini tentunya
memiliki efek positif, bukan hanya untuk Muhammadiyah, namun juga bagi
perbankan syariah.
Pimpinan pusat Muhammadiyah sejak awal telah melakukan sosialisasi
kepada seluruh organisasi di bawah naungan Muhammadiyal1 dan memberikan
3 Tim Dak\vatuna, "Tujuh Bank Syariah Jalin Kerja Sama dengan Muhammadiyah", artikel diakses pada 28 Juni 2012 dari http://www.dakwatuna.com/2011/12/17783/tujuh-bank-syariah-jalin-kerja-sama-denganmuhammadiyah/
4
waktu atau masa transisi hingga Desember 2012 untuk seluruh organisasi di
bawah naungan Muhammadiyah agar berpindah dari bank konvensional ke bank
syariah seutuhnya. Adanya masa transisi bukan suatu jaminan bahwa suatu
kebijakan nantinya akan sepenuhnya dilaksanakan oleh pelaksana kebijakan.
Menurut Andrew Dunsire dalam buku karya Solichin Abdul Wahab, dalam proses
kebijaksanaan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa
yang diharapkan ( direncanakan) oleh pembuat kebijaksanaan dengan apa yang
senyatanya dicapai (sebagai hasil atau prestasi dari pelaksanaan kebijaksanaan)4.
Sehingga diperlukan evaluasi kebijakan terhadap setiap proses kebijakan itu
sendiri. Begitupun juga dengan kebijakan ini, perpindahan seluruh AUM dari
bank konvenisonal ke bank syariah harus terns dipantau, karena dari langkah
penting inilah kebijakan tersebut akan tercapai tujuan yang diharapkan.
Melalui latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui apakah lembaga-
lembaga di bawah naungan Muhammadiyah sudah melaksanakan kebijakan
pimpinan pusat Muhammdiyah untuk berpindah dari bank konvensional ke bank
syariah, serta permasalahan yang timbul dalam pengaplikasian kebijakan tersebut.
Dari latar belakang tersebut, penulis merumuskan judul penelitian sebagai berikut
"Aplikasi Kebijakan Muhammadiyah dalam Penggunaan Layanan
Perbankan Syariah".
4 Solich in Abdul Wahab, Analisis Kebi)aksanaan dari Fonnu/asi ke llnplenientasi Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), cet ke 6, h. 61.
5
B. ldcntifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penelitian ini penulis melihat
beberapa faktor yang terkait dalam pebahasan penelitian ini, yaitu:
I. Rendahnya market share perbankan syariah karena beberapa faktor,
salah satunya, kurangnya dukungan dari organisasi Islam.
2. Pengelolaan keuangan Muhammadiyah tidak terkelola dengan baik,
sehingga tidak adanya informasi yang akurat tentang asset yang dimiliki
Muhammadiyah.
3. Dalam sebuah kebijakan terdapat kemungkinan adanya gap antara
pelaksanaan kebijakan dengan harapan dari sebuah kebijakan.
C. Pcmbatasan Masalah
Dalam Penelitian ini, penulis akan melihat penerapan kebijakan tersebut
pada Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sebagai salah satu sumber daya
ekonomi bagi Muhan1madiyah. AUM bergerak di beberapa bidang, yaitu:
pendidikan, kesehatan, sosial, dan dakwah. Pada bidang pendidikan, terdapat
Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan sekolah dari tingkat taman kanak-kanak
hingga sekolah menengah atas atau kejuruan. Di bidang kesehatan,
Muhanunadiyah mendirikan banyak rumah sakit, serta klinik. Di bidang sosial,
Muhammadiyah memiliki panti asuhan dan di bidang dakwal1, Muhammadiyal1
mendirikan masjid dan mushola. Karena begitu banyaknya amal usaha yang
dimiliki Muhammadiyah, penulis membatasi permasalahan dengan melakukan
6
penelitian terhadap AUM yang berada di wilayah DKI Jakatia serta AUM yang
tergolong besar, yaitu :
I. Perguruan Tinggi Swasta, yaitu Universitas Muhammadiyah Jakaiia,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ahmad Dahlan, dan Universitas
Prof. Hamka.
2. Sekolah Dasar dan Menengah, sekolah dasar dan menengah yang dipilih
penulis adalah sekolah yang berada di bawah cabang-cabang yang besar
dan aktif dengan rata-rata akreditasi sekolah yang baik. Sekolah yang
dipilih adalah, sekolah-sekolah yang berada di bawah cabang Tebet
Timur, Kebayoran Barn, dan Kebayoran Laina. Total Sekolah di tiga
cabang tersebut adalah 13 sekolah.
3. Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Islam Pondok Kopi dan Rumah Sakit
Jiwa Islam Klender
D. Perumusan Masalah
Untuk menjadikan penelitian ini lebih terarah maka diperlukan rumusan
masalah untuk memperoleh jawaban terhadap masalah tersebut. Perumusan
masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menjadikan
bank syariah sebagai mitra dalam pengelolaan keuangan suda11
diterapkan oleh lembaga-lembaga "Amal Usaha Muhammadiyah"?
2. Apa faktor yang menjadi kendala dalatn penerapan kebijakan tersebut?
7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dan manfaat penelitian
adalah sebagai berikut :
I. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah kebijakan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dalam penggunaan layanan perbankan syariah
sudah diterapkan oleh Amal Usaha Muhammadiyah
b. Untuk mengetahui faktor yang menjadi kendala dalam penerapan
kebijakan tersebut.
2. Manfaat penelitian
a. Menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
khususnya dan masyarakat tentang kebijakan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dalam penggunaan layanan perbank:an syariah.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
evaluasi kebijakan bagi Muhammadiyah clan saran bagi organisasi
Islam dalam memanfaatkan dan mendukung pertumbuhan perbankan
syariah.
F. Metode penelitian
I. Jenis Penelitian
8
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif terkait dengan
penerapan kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam penggunaan
layanan perbankan syariah yang harus diterapkan oleh Amal Usaha
Muhammadiyah.
2. Sumber Data
a. Data
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh melalni hasil wawancara dengan pihak
pembuat kebijakan dan pimpinan atau karyawan Amal Usaha
Muhammadiyah. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi yang
terkait dengan kebijakan Pimpinan Pusat dalam penggunaan bank syariah
maupun file yang diterbitkan oleh media lain yang terkait. Data yang
diperlukan dalam penelitian 1m Surat Keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah yang terkait dengan penggunaan bank syariah, materi
sosialisasi kebijakan, serta jumlah dan jenis "Amal Usaha Muhan1mdiyah" di
wilayah DKI Jakarta sebagai informasi awal penulis dalam menentukan amal
usaha yang akan dijadikan sasaran penelitian.
9
b. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan cara sebagai
berikut :
1) Studi Dokumentasi
Pengumpulan data melalui studi dokumentasi meliputi Surat
Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang terkait dengan
penggunaan bank syariah, materi sosialisasi kebijakan, se1ia jumlah dan
jenis "Amal Usaha Muhammdiyah" di wilayah DKI Jakarta sebagai
infonnasi awal penulis dalam menentukan amal usaha yang akan dijadikan
sasaran penelitian.
2) Wawancara
Penulis melakukan dialog dengan narasumber yang berhubungan
langsung dengan masalah yang dibahas. Pada penelitian ini diperlukan
beberapa narasumber. Pertama, tim asistensi bendahara yang merumuskan
kebijakan ini (Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Kedua, Pimpinan
Wilayah Muhammdiyah (PWM) DKI Jakarta, penulis mencari informasi
jenis dan jumlah amal usaha yang ada di DKI Jakarta. Ketiga, Pimpinan
atau perwakilan Amal Usaha Muhammadiyah sebagai pelaksana kebijakan
tersebut.
No I
2
3
10
3. Teknik penulisan
Teknik penulisan ini berpedoman kepada buku: "Pedoman Penulisan Skripsi,
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2007"
G. Review Studi Terdahulu
Na ma Judul Penelitian Kebijakan dan Strategi Ormasormas Islam
Purwanti Naratasati (Fakultas Syariah Hukum
dan Kota Sukabumi UIN dalam
Syarif Hidayatullah Jakarta) tah un 2008.
Kuny Mahfudhoh (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) tahun 2010
Guruh Safaat (Do sen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Sekolah Tinggi Ilmu Admini strasi Banten) tahun 2008
Pengembangan Ekonomi Syariah
Kebijakan KUR dan Implementasinya oleh Bank Pelaksana
Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis Untuk Sekolah Dasar dan Madras ah Ibtidaiyah di Kabupaten Pandeglang
Fokus Penelitian Skripsi ini membahas mengenai peran ormas Islam melalui kebijakan dan strateginya dalam pengembangan ekonomi syariah. Ormas Islam yang dipilih dalam penelitian ini ada!ah NU, Muhammadiyah, Mathla'ul Anwar, Persis dan PU!. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa keseluruhan omms sudah terfokus kepada program pengembangan ekonomi syariah. Kebijakannya antara lain membentuk koperasi syariah, mengikuti pelatihan ekonomi syariah, sosia!isasi ekonomi syariah, membentuk usaha syariah, pengembangan ZIS serta pengembangan wakaf.
Dalam Penelitian nu dibahas mengenai beberapa peraturan Menkeu tentang KUR dimana setiap bank pelaksana wajib menaati peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah tanpa melanggar aspek kehati-hatian. Bank pelaksana yang dipilih adalah Bank Mandiri dan Bank Mandiri Syariah. Hasil penelitian ini terlihat kedua bank pelaksana hanya mematuhi beberapa peraturan atau konsep yang dibuat oleh pemerintah dan ada pula konsep yang tidak dipatuhi oleh bank pelaksana yaitu penjaminan dan SID (Sistem Infommsi Debitur).
Fokus penelitian dalam jurnal ini adalah strategi aktor dan kepatuhan serta daya tanggap peaksana kebijakan terkait bebas biaya sekolah. Hasil penelitian m1 menunjukkan pelaksanaan pendidikan gratis temyata masih belum dilaksanakan oleh sekolah di kabupaten Pandeglang. Hal ini disebabkan terbatasnya anggaran yang dimiliki pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang.
11
Dengan melihat review stndi terdahulu di atas, penulis berkesimpulan
bahwa penelitian yang akan dibahas berbeda dengan penelitian yang telah ada.
Persamaan dengan penelitian sebe!umnya adalah me!akukan penelitian tentang
kebijakan sebuah institusi yang harus dilaksanakan oleh pelaksana kebijakan.
sedangkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penulis memfokuskan
penelitian ini pada Amal Usaha Muhammadiyah sebagai pelaksana kebijakan
Muhammadiyah dalam penggunaan layanan bank syariah, juga dilihat kendala
apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam penerapan kebijakan tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam slaipsi ini, penulis membagi menjadi
lima bab, yaitu:
BABI
BAB II
PENDAHULUAN
Pendahuluan, meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Review Studi
Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.
LANDASAN TEORI
Bab 1111 membahas mengenai Pengertian Kebijakan,
Implementasi Kebijakan, Evaluasi Kebijakan, Pengertian
BAB III
BAB.IV
BABY
12
Organisasi, Struktur Organisasi, dan Hubungan Komunikasi
Organisasi.
GAMBARAN UMUM
Pada bab III ini akan dibahas mengenai sejarah singkat
Muhammadiyah, Struktur Organisasi, dan Amal Usaha
Muhammadiyah.
APLIKASI KEBI.TAKAN MUHAMMADIYAH DALAM
PENGGUNAAN LA YANAN PERBANKAN SYARIAH
Dalam bab ini dibahas mengenai kebijakan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dalam penggunaan layanan Perbankan
Syariah, dijabarkan data yang didapat mengenai penerapan
kebijakan pada Amal Usaha Muhammadiyah, serta dianalisis
menggunakan variabel yang mempengaruhi penerapan
kebijakan tersebut.
PENUTUP
Bab ini berisi tentang penutup yang meliputi Kesimpulan dan
Saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kebijakan
1. Definisi Kebijakan
Secara um um istilah "kebijakan" atau policy digunakan untuk menunjuk
perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun
suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan
tertentu. 1 Adapun menurut James Anderson yang dikutip oleh Budi Winamo
menyatakan kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud
yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor untuk mengatasi suatu
masalah atau suatu persoalan.2 Sehingga kebijakan dapat diartikan sebagai
suatu alat yang digunakan oleh sekelompok orang atau Iembaga untuk
mencapai maksud tertentu.
Kebijakan dalam kamus bahasa Indonesia berarti rangkaian konsep dan
asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak.3 Berkenaan dengan istilah
1 Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007), h.16 2 Jbid, h.18 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kanius Besar Bahasa Indonesia, edisi III, Cet.I, (Jakarta: Balai
Puslaka, 2001) h. 149
14
kebijakan, istilah ini ternyata memiliki keragaman arti dan dapat
mengemukakan beberapa ha!: 4
a. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli tentang pengertian
kebijakan. Jelasnya, konsep kebijakan itu sulit untuk dirumuskan dan
diberikan makna yang tunggal, atau sulit sebagai sebuah gejala yang khas
dan kongkrit, terutama bila kebijakan tersebut dilihat sebagai proses yang
terns berkembang dan berkelanjutan.
b. Terdapat perbedaan "penekanan" tentang kebijakan di antara para ahli.
Sebagian dari mereka melihat kebijakan sebagai sebuah perbuatan dan
sebagian yang lain melihat kebijakan sebagai suatu sikap yang
direncanakan, (suatu rencana) atau bahkan suatu rencana dan juga suatu
tindakan.
c. Para ahli juga berbeda pendapat berkaitan dengan tujuan dan sarana, ada
yang berpendapat, bahwa kebijakan meliputi tujuan dan sarana bahkan ada
yang tidak lagi menyebut.baik tujuan maupun sarana.
Pada dasarnya sangat sulit untuk menjabarkan pengertian kebijakan
dengan earn yang tepat. Namun tidak adanya kebijakan dalam suatu organisasi
akan menimbulkan hal-hal sebagai berikut: 5
a. Tidak jelasnya tujuan yang digariskan oleh pimpinan
4 Bambang Sanggono, Hukum dan Kebijakan Publik. (Jakarta: Sinar Grafika, 1994) h. 14-15 5 Faisal Affif, Paemeleire, Seluk Beluk Organisasi Perusahaan Modern, (Bandung: Pt Eresco, 1994)h. S
15
b. Tidak jelasnya alat dan cara yang akan ditempuh oleh pimpinan untuk
meraih tujuan yang telah digariskan
c. Tidak tegasnya pimpinan dalam pengambilan keputusan walaupun tujuan
serta alat dan cara yang akan ditempuh telah digariskan.
Dari beberapa ciri di atas, dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa
kebijakan dapat dirumuskan sebagai formulasi terhadap peraturan serta earn
untukmencapai tujuan.
Hakikat kebijakan sebagai jenis tindakan yang mengarah pada tujuan
tertentu di alas akan dapat kita pahami lebih baik lagi apabila kebijakan itu
kita perinci lebih lanjut ke dalam beberapa kategori, yakni policy demands
(tuntutan kebijakan ), policy decision (keputusan kebijakan), policy statement
(penyataan kebijakan), policy outputs ( keluaran kebijakan), dan policy
outcomes (hasil akhir kebijakan). 6
Masing-masing kategori mi akan dibahas secara ringkas dalam
penjelasan sebagai berikut: 7
a. Tuntutan kebijakan ialah tuntutan atau desakan yang ditujukan oleh
pejabat-pejabat pemerintah yang dilakukan oleh aktor-aktor -lain, baik
swasta ataupun kalangan pemerintah sendiri.
6 /bidh.7 7 Ibid,
16
b. Keputusan kebijakan ialah keputusan-keputusan yang telah dibuat oleh
para pejabat pemerintah yang dimaksud untuk memberikan kesahihan,
kewenangan, atau memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan
Negara.
c. Pernyataan kebijakan ialah pernyataan resmi atau artikulasi (penjelasan)
mengenai kebijakan publik untuk negara tersebut.
d. Keluaran kebijakan adalah merupakan wujud kebijakan yang paling dapat
dilihat dan dirasakan karena menyangkut hal-hal yang senyatanya
dilakukan guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam
keputusan-keputusan pernyataan kebijakan.
e. Hasil akhir kebijakan adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar
dirasakan oleh masyarakat, baik yang diharapkan maupun yang tidak
diharapkan sebagai konsekuensi dari adanya tindakan atau tidak adanya
tindakan dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada
dalam masyarakat.
2. Implementasi Kebijakan
Menurut Van Mener dan Van Horn yang dikutip oleh Budi Winarno,
implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu atau kelonipok-kelompok pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
17
keputusan-keputusan kebijakan sebelunmya. Tindakan-tindakan ini mencakup
usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-
tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan
kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. 8 Sehingga dapat
dikatakan implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses
kebijakan publik karena tanpa implementasi kebijakan, malca tujuan-tujnan
yang telah ditetapkan tidak akan terwujud.
Menurut George C. Edwards yang dikutip oleh Budi Winarno, studi
implementasi kebijakan adalah krusial bagi public administration dan public
policy. Implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik,
antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi
masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijalcan tidalc tepat atau tidalc
dapat mengurangi masalah yang merupalcan sasaran dari kebijakan, malca
kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu
diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang
telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami
kegagalan, jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik
oleh para pelaksana kebijakan. 9
8 Bu di \Vinarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses (Yogyakarta: Media Pressindo, 2007), h.146 9 Ibid. 174
Dalam ilmu kebijakan atau analisis kebijakan telah banyak
dikembangkan model-model atau teori-teori yang membahas mengenai
implementasi kebijakan. Namun pada bab ini penulis hanya membahas secara
singkat model atau teori implementasi kebijakan yang sesuai derigan tulisan
yang akan penulis bahas.
Berkaitan dengan kompleksitas implementasi kebijakan, para ahli yang
mendalami implementasi kebijakan, keberhasilan implementasi akan
ditentukan oleh banyak variabel, dan variabel-variabel tersebut saling
berhubungan satu sama lain. Budi Winamo berupaya menjelaskan kebijakan
yang merujuk pada model implementasi milik Edwards. Edwards
mengklasifikasikan empat variabel krusial yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan, yaitu:
a. Komunikasi
Secara umum Edwards membahas tiga ha! penting dalam proses
komunikasi, yakni trasmisi, konsistensi dan kejelasan. 10
1) Transmisi. Sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu
keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan
suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Hal ini tidak
to Ibid, h.175
19
selalu merupakan proses yang langsung sebagaimana nampaknya. 11
Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah
perintah menurut Edward. Pertama, pertentangan pendapat antara para
pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh pengambil
kebijakan. Kedua, informasi melewati berlapis-lapis birokrasi. Ketiga,
pada akhimya penangkapan komunikasi-komunikasi mungkin
dihambat oleh persepsi yang selektif dan ketidakmauan para pelaksana
untuk mengetahui persyaratan-persyaratan suatu kebijakan. kadang
kadang para pelaksanan mengabaikan apa yang sudah jelas dan
mencoba menduga-duga makna komunikasi-komunikasi yang
se benarn ya.
2) Kejelasan. Faktor yang kedua yang dikemukakan Edwards adalah
kejelasan. Jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana
yang diinginkan, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya
harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi
kebijakan tersebut harus jelas. Instruksi-instruksi yang diteruskan
kepada pelaksana-pelaksana seringkali kabur dan tidak menetapkan
kapan dan bagaimana suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan
pesan kornunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implemntasi
11 Ibid. h. 176
20
kebijakan akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan
mnngkin bertentangan dengan makna pesan awal. 12
3) Konsistensi. Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap komunikasi
kebijakan adalah konsitensi. Jika implementasi kebijakan ingin
berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus
konsisten dan jelas. Walaupun perinta11-perintah yang disampaikan
kepada para pelaksana kebijakan mempnnyai unsur kejelasan. Tetapi
bila perintah tersebut bertentangan malca perintah tersebut tidak akan
memudahkan para pelaksana kebijakan meajalankan tugasnya dengan
baik. Di sisi lain, perintah-perintah implementasi kebijakan yang tidak
konsisten akan mendorong para pelaksanan mengambil tindakan yang
sangat longgar dalam menafsirkan dan mengimplementasikan
kebijakan. 13 Tindakl!!1 yang sangat longgar menyebabkan
ketidakefektifan dalam implementasi kebijakan sehingga tujuan tidak
dapat tercapai.
b. Sumber-snmber
Perintah-perintah implementasi kebijakan mungkin diteruskan secara
cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kebijalcan
kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
12 Ibid, h. 177 13 Ibid.
21
kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun cenderung tidak efektif.14
Sumber-sumber yang penting meliputi: staf yang memadai beserta
keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka,
wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menerjemahkan
usul-usul di atas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan publik.
c. Kccenderungan-kecenderungan
Kecenderungan dari para pelaksana merupakan faktor ketiga yang
mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi
kebij akan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu
kebijakai1 te1ientu, dan ha! ini berarti adanya dukungan, kemungkinan
besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yai1g diinginkan oleh
para pembuat keputusan awal. 15
d. Struktur Birokrasi
Pada dasarnya, para pelaksana kebijakai1 mungkin mengetahui apa yang
dilakukan dan mempunyai cukup keinginan serta sumber-sumber untuk
melakukannya. Tetapi dalam pelaksanaannya mungkin mereka masih
dihambat oleh struktur-struktur organisasi dimai1a mereka menjalankan
kegiatan tersebut. Hambatan biasanya berasal dari tekanan-tekanan di luar
unit-unit birokrasi seperti komite legislative, kelompok-kelompok
14 Ibid. 181 15 Ibid, h.194
22
kepentingan, pejabat-pejabat ekesekutif, konstitusi Negara dan sifat
kebijakan yang memengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi. 16
Empat variabel tersebut akan mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan. Variabel-variabel tersebut secara tidak langsung mempengaruhi
implementasi kebijakan melalui dampak pada masing-masing faktor. Dengan
kata lain, komunikasi mempengaruhi sumber, kecenderungan dan struktur
birokrasi, yang pada gilirannya mempengaruhi implementasi. Dampak
tersebut terlihat seperti gambar berikut: 17
Gambar 2.1
Dampak Langsung dan Tidak Langsung pada Implementasi
komunikasi
Struktur Birokrasi
16 Ibid, h.203 17 Ibid, h.208
Sumber-sumber
Kecenderungan
kecenderungan
lmplementasi
23
3. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi menurut William N. Dunn dapat disamakan dengan penaksiran
(apprasial), pemberian angka (rating), dan penilaian (assessment), kata-kata
yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan
nilai. 18
Adapun Lester dan Stewart dalam kutipan bukn Budi Winarno membagi
evaluasi kebijakan lee dalam dua tugas yang berbeda. Tugas pertaaia adalah
untuk menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh suatu
kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Sedangkan tugas kedua
adalah untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan
berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. 19
Dalam melakukan evaluasi yang baik dengan margin kesalahan yang
minimal beberapa ahli mengembangkan langkah-langkah dalan evaluasi
kebijakan. Edward A. Suchman dalam Budi Winarno mengemukakan enam
langkah dalan1 evaluasi kebijaJcan, yaitu: 20
a. Mengidentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi
b. Analisis terhadap masalah
c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
18 \Villia1n N. Dunn, Pengantar Ana/isis Kebijakan Publik. Pcncrjemah Sainodra Wibav1a, dkk
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2003), h.608
19 Ibid. h.226. 20 Ibid, h.230
24
d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
e. Menentukan apakah perubahan yang diarnati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.
f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak.
Evaluasi memiliki sejumlah fungsi utarna dalam analisis kebijakan.
Pertama, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai kine1ja kebijakan. Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada
klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan
target. Ketiga, evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode
analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.21
Hal ini bermii bahwa evaluasi dapat dijadikan altematif kebijakan barn atau
revisi dengan menunjukkan bahwa basil evaluasi lebih baik dm·i sebelumnya.
B. Organisasi
I. Definisi Organisasi
Sifat abstrak menyebabkan organisasi bisa didefinisikan dengan
berbagai macmn cara melalui berbagai literatur. Walaupun begitu, terdapat
kesarnaan pengertian dari keseluruhan definisi tersebut yaitu pada dasamya
21 \Villiam N. Dunn, Pengantar A11alisis Kebijakan Publik. Penerje1nah Sainodra Wiba\va, dkk (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2003), h.609-61 l.
25
menyatakan organisasi sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok
rnanusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap
anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-rnasing yang sebagai
suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang
jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari Iingkungannya. 22
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja
atas dasar yang relatif terns rnenerus untuk rnencapai suatu tujuan bersama
atau sekelompok tujuan. 23
Apabila ingin mempelajari organisasi-organisasi khususnya teori
organisasi, maka perlu dipelajari struktumya, prosesnya, dan perilaku
organisasi-organisasi. Tabel berikut diterangkan oleh Geoffrey Hutton yang
dikutip oleh J. Winarda dalam karyanya manajemen perilaku organisasi,
memberikan penjelasan awal tentang aspek-aspek struktur, proses-proses dan
perilaku manusia sehubungan dengan organisasi-organisasi.
22 1-Iari Lubis & Martani Huseini, Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), (Jakarta: Pusat antar Universitas ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia), h.1
23 Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi (Jakarta: Penerbit Arcan), h.4
26
Tabel 2.2
Kerangka Ke1ja (Framework) untuk studi tentang Organisasiorganisasi .24
Apa Organisasi Itu Apa Yang Mereka Miliki Apa Yang Mereka Lakukan Tumbuh Berkembang
Wadah yang Struktur
Berubah terorganisir Mengalami kemunduran
Mengombinasi
Membagi Ia terdiri dari manusia Berkomunikasi
yang melaksanakan Proses-proses Mengan1bil keputusan-kegiatan tertentu keputusan
Memotivasi
Memimpin
Mereka terdiri dari Perilaku manusia Mengembangkan kelompok-kelompok
Mengembangkan iklim
keorganisasian
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah keseluruhan dari tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam fungsi-
fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan harmonis, yakni
24 J. \Vinarda, Manajenien Perilaku Organisasi (Edisi revisi), (Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2004).h. 53-54
27
diarahkan dan dikembangkan secara terns menerus pada suatu tujuan tertentu
menuju kondisi optimal. 25
Salah satu unsur penting dari struktur adalah pembagian kerja,
maksudnya suatu spesialisasi ke1ja dimana kegiatan-kegiatan yang serupa
pada umumnya dikelompoldcan ke dalam kesatuan-kesatuan fungsional atau
kesatuan-kesatuan kegiatan. 26
a. Prinsip- Prinsip Struktur Organisasi
Prinsip-prinsip struktur orgamsas1 menurut J Winardi adalah sebagai
berikut: 27
I) Pembagian kerja dan spesialisasi
Spesialiasi dapat kita dipandang dari dua macam sudut, yakni :
Pe1iama, dengan jalan rnembagi sesuatu pekerjaan dalam bagian yang
kecil (analogi: perhatian seorang dokter atas mata, telinga, hidung, dan
tenggorokan). Kedua, dengan mernusatkan usaha-usaha individual
pada aktivitas-aktivitas yang memanfaatkan bakatnya semaksimum
mungkin.
25 Faisal Affit: Paen1eleire, Seluk Beluk Organisasi Perusahaan Modern, (Bandung: Pt Eresco, 1994 ), h. 17
26 Jbid,h.54 27 J. Winarda, A1anajemen Perilaku Organisasi (Edisi revisi), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2004),h. 119-120
...... --·-- ..... . ----·-····-- .... - 28 '
FERPUSTP1i(.~N UT/\MA j I UIN SYAHID J1\l<All:!TA I L~.~--------···
2) Garis-garis otoritas yang jelas
Aktivitas-aktivitas perusahaan harns dibagi dalam segmen-segmen
yang digariskan dengan jelas, sehingga masing-masing segmen
ditempatkan dalam hubungan yang berimbang satu sama lain.
3) Penetapan tanggungjawab secarajelas
Setiap orang harns mengerti dengan baik tugas-tugas untuk apa ra
berianggungjawab
4) Otoritas yang sesuai dengan tanggungjawab
Penetapan tanggung jawab diikuti dengan otoritas yang cukup untuk
melaksanakannya. Otoritas untuk membuat keputusan-keputusan harns
diberikan hingga di mana problem timbul dan di mana keputusan-
keputusan akan diterapkan. Seseorang tak dapat diminta pertanggung
jawab tentang kelakuan pihak lain, kecuali apabila orang tersebut
dapat mengendalikan tindakan-tindakan mereka.
5) Kesatuan penugasan (Unity of Assignment)
Fungsi-fungsi yang serupa sebaiknya berhubungan erat di dalam
struktur yang ada. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan masing-
masing posisi barns konsisten dan harus adanya syarat-syarat yang
cukup sama dengan skill.
6) Rentang pengawasan (Span a/Control)
Seorang manajer diharapkan dapat mensupervisi sejumlah bawahan,
( dalan1 jumlah yang la.yak). Apa yang dimaksud dengan la yak
tergantung dari sejumlah faktor dan batas-batas atbitrer tidak
mempunyai arti.
7) Komunikasi
Semua unit dan individu-individu di dalam organisasi, yang
bersangkutan, yang bertanggung jawab mereka mengharuskan adanya
kontak dengan pihal lain harus dapat melaksanakannya tanpa
pembatasan-pembatasan dari struktur formal
8) Komite-komite
Suatu sistem komite yang dibentuk dengan baik, dapat merupakan alat
administrasi yang berharga.
b. Hubungan dalam Struktur Organisasi
Skema organisasi memberikan gambaran mengenai tugas-tugas,
tanggung jawab, serta hubungan pelaporan resmi dalam suatu organisasi.
Aspek penting lainnya yang digambarkan oleh suatu skema organisasi
adalah yang ada antara para karyawan, bagian-bagian, serta antara
berbagai tingkatan hirarki yang ada dalam organiasai. "Hubungan"
didefinisikan sebagai tingkatan koordinasi yang terjadi antara elemen-
elemen oraganisasi. Para anggota organisasi, dari berbagai bagian dan
tingkatan yang berbeda, mungkin saja berada pada lokasi yangs secara
fisik te1pisah satu sama yang lain, sehingga sulit untuk berhubungan.
30
Akan tetapi diperlukan adanya mekanisme yang dapat mengkoordinasikan
serta menyatukan kegiatan para individual tersebut.
Dalam organ1sas1 terdapat hubungan vertikal dan horizontal.
Hubungan vertikal diperlukan untuk mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan kegiatan dari berbagai tingkatan hirarki dalam suatu
organisasi. Kegiatan setiap anggota organisasi, pada tingkatan manapun
juga ia berada, hams sesuai dengan kegiatan dari semua tingkatan hirarki
lainnya, agar keseluruhan tingkatan tersebut dapat dipersatukan
kegiatannya dengan baik.28
Hubungan horizontal diperlukan untuk mengkoordinasikan kegiatan
individu ataupun bagian organisasi yang berbeda pada tingkatan hirarki
yang sama, tanpa koordinasi horizontal, keputusan-keputusan se1ia
berbagai kegiatan pada bagian-bagian organisasi menjadi tumpang tindih
satu sama lain. Kegiatan yang sama dapat dilakukan satu kali saja untuk
keseluruhan organisasi, sehingga kurang efisien.29
Adapun Faisal Affif dalam buknnya menerangkan bahwa terdapat
empat macan1 hubungan dalam struktur organisasi, yakni:
28 I-Iari Lubis & Martani 1-Iuseini, Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), (Jakarta: Pusat antar Universitas ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia), h.122
29 Ibid, h.122-123
39
31
1) Hubungan gans, hubungan atasan bawahan, dimana pimpinan
memiliki wewenang memberikan perintah pelaksanaan dan para
pelaksana harus mengerjakan yang diperintahkannya.
2) Hubungan staf, hubungan informasi dan nasihat yang disampaikan
oleh staf ahli.
3) I-Iubungan fungsional, hubungan instruksi atas pekerjaan-pekerjaan
tertentu yang berkenaan dengan satu atau sekelompok orang dan
bagian tertentu.
4) Hubungan horizontal, hubungan informasi ke samping antara individu
individu pada tingkat hierarki yang sanrn. 30
3° Faisal Affif, Paemeleire, Seluk Beluk Organisasi Perusahaan Modern, (Bandung: Pt Eresco, I 994)h.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
A. Sejarah Singkat Muhammadiyah
Kata "Muhammadiyah" secara bahasa beratii "pengikut Nabi Muhammad".
Penggunaan kata "Muhammadiyah" dimaksudkan untuk menglrnbungkan dengan
ajaran danjejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Muhammadiyah didirikan di
Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan
dengan 18 Nopember 1912 oleh seorang yaµg bernama Muhammad Darwis,
kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan.
Kyai Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya, telah menampilkan
Islam sebagai "sistem kehidupan manusia dalam segala seginya". Artinya, secara
Muhammadiyah bukan hanya memandang ajaran Islam sebagai aqidah dan ibadah
semata, tetapi merupakan suatu keseluruhan yang menyangut akhlak dan
mu'amalat dunyawiyah. Selain itu, aspek aqidah dan ibadah pun hams
teraktualisasi dalam akhlak dan mu'amalah, sehingga Islam benar-benar mewujud
dalam kenyataan hidup para pemeluknya. Karena itu, Muhammadiyah memulai
gerakannya dengan meluruskan dan memperluas paham Islam untuk diamalkan
dalam sistem kehidupan yang nyata. 1
1 http://www.m u ham madiya h. or. id/ content-178-det-seja rah-singkat.html
32
33
Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan
dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan didorong oleh dan atas pergumnlannya
dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala
itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan. Menurut
Solichin Salam sebagaimana dikutip oleh Weinata Sairin, terdapat faktor intern
dan ekstern yang mendorong Iahirnya Muhammadiyah, yaitu:2
Hal-ha! yang dimaksud dengan faktor intern adalah:
I. Kehidupan beragama tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits, karena
merajaleleanya perbuatan syirik, bid'ah dan khurafat yang menyebabkan
Islam menjadi beku
2. Keadaan bangsa Indonesia serta umat islam yang hidup dalam
kemiskinan, kebodohan, kekolotan dan kemunduran.
3. Tidak terwujudnya semangat ukhuwah Islamiyah dan tidak adanya
organisasi Islam yang kuat.
4. Lembaga pendidikan Islam tak dapat memenuhi fungsinya dengan baik,
dan sistem pesantren yang sudah sangat kuno.
Faktor-faktor ekstern, mencaknpi:
1. Adanya kolonialisme Belanda di Indonesia
2. Kegiatan serta kemajuan yang dicapai oleh golongan Kristen dan Katolik
di Indonesia.
2 Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2008)h. 27-28
35
B. Struktur Organisasi Muhammadiyah
Persyarikatan Muhammadiyah memiliki struktur layaknya seperti sebuah
negara, seperti yang tergambar dalam gambar berikut:
Gambar3.l
Struktur Organisasi Muhammadiyah4
' .. Peri3SCh3t
..., fv1usyc3ri" i
MWM"Jll J . - G>m"o>o•>od,o •~"~"'"" ~. .., --- G,ur~Pt-r>µw~,.d~n B;nibln,i.t<'!
·-···· ·-- C..:in~PiMflin•n Trknh.t>n f.d111l'lio;r1~1,f
4 http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-54-det-struktur-organisasi.html
36
Susunan persyarikatan Muhammadiyah terdiri atas beberapa tingkat, yaitu: 5
1. Pimpinan Pusat Mnhammadiyah
Pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah jenjang stmktur
Muhammadiyah tertinggi. Dalam level yang paling tinggi dari selumh level
Pimpinan Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhamrnadiyah mempunyai
fungsi koordinatif dari selumh Pimpinan Muhammadiyah yang ada di
Indonesia, sekaligus juga mengkoordinasikan gerakan dakwah Islamiyah di
seluruh wilayah Indonesia melalui berbagai bentuk aktivitas dakwah, seperii
aktivitas keagamaan, pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan, dan
sebagainya.
2. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah adalah Jen.1ang struktural
Muhann11adiyah setingkat propinsi. Dalam level yang lebih tinggi dari
Pimpinan Daerah Muhamrnadiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah
mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan Muhammadiyah yang
ada di wilayah propinsi tersebut, sekaligus juga mengkoordinasikan gerakan
dakwah Islan1iyah di seluruh wilayah propinsi tersebut melalui berbagai
bentuk, seperti aktivitas keagamaan, pendidikan, kesejahteraan sosial,
kesehatan, dan sebagainya.
5 http://www.m uh am madiya h.or.id/id/ conten t-45-det-ja ri ngan-muha mmadiya h. htm I
37
3. Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Pimpinan Daerah Muhammadiyah adalah jenjang struktural
Muhammadiyah setingkat kabupaten (district). Dalam level yang lebih tinggi
dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah
mempunyai fungsi koordinatif bagi selmuh Pimpinan Muhammadiyah yang
ada di wilayah kabupaten tersebut, sekaligus juga mengkoordinasikan gerakan
dakwah Islamiyah di seluruh wilayah Kabupaten tersebut melalui berbagai
bentuk, seperti aktivitas keagamaan, pendidikan, kesejahteraan, sosial,
kesehatan, dan sebagainya.
4. Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Pimpinan Cabang Muhammadiyah adalah jenjang struktural
Muhammadiyah setingkat kecamatan (sub-district). Dalam level yang lebih
tinggi dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Pimpinan Cabang
Muhammadiyah mempunyai fungsi koordinatif bagi seluruh Pimpinan
Muhammadiyah yang ada di wilayah kecainatan tersebut, sekaligus juga
mengkoordinasikan gerakan dakwah Islamiyah di seluruh wilayah kecamatan
tersebut melalui berbagai bentuk, seperti aktivitas keagamaan, pendidikan,
kesej ahteraan sosial, kesehatan, dan sebagainya.
38
5. Pimpinan Ranting Muhammadiyah
Pimpinan Ranting Muhammadiyah adalah JenJang struktnral
Muhammadiyah setingkat desa, dan merupakan ujung tombak bagi gerakan
dakwah Islamiyah yang dilaksanakan Muhammadiyah, karena Pimpinan
Ranting Muhammadiyah menjangkau dan berinteraksi secara langsung
dengan warga Muhammadiyah. Sebagai ujung tombak dari gerakan dakwah
Islamiyah yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah, Pimpinan Ranting
Muhammadiyah adalah kekuatan paling nyata yang dimiliki Muhammadiyah,
karena di level inilah sebenarnya basis-basis gerakan Muhammadiyah bisa
dilaksanakan secara nyata.
Untuk membantu pimpinan Persyarikatan melaksanakan program-program
persyarikatan, dibentuk satuan organisasi Pembantu Pimpinan
(Majelis/Lembaga/Badan/Biro) yang dibentuk dan bertanggungjawab kepada
Pimpinan Persyarikatan masing-masing tingkat.
1. Majelis
Majelis adalah w1sur Pembantu Pimpinan Persyarikatan yang diserahi
tugas sebagai penyelenggara amal usaha, program, dan kegiatan sesuai
dengan kebijakan Pimpinan Persyarikatan masing-masing tingkat. Majelis
berfungsi sebagai Pembantu Pimpinan Persyarikatan dalam menentukan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan amal usaha,
program dan kegiatan sesuai dengan kebijalcan Persyarikatan. Majelis
·--------··--·--_ .. .:l2 .. PF.f::;PUS';:'.'' 'AN UT1\MA l
U!N Sf/\.:rn··. 1'.'\ i
--··--~-···----·---·---·----!%
be1iugas secara operasional menyelenggarakan amal usaha, program dan
kegiatan sesuai dengan kebijakan Pimpinan Persyarikatan. Majelis
berwenang mengarahkan, memutuskan dan memberi tuntutan teknis
operasional pelaksanaan program dalam bidangnya masing-masing.
Majelis-majelis yang dibentuk sesuai keputusan Muktamar ke-46 di
Y ogyakarta ada sebanyak 13 majelis, yaitu:
a. Majelis Tabligh
b. Majelis Tarjih dan Tajdid
c. Majelis Pendidiksn Tinggi
d. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
e. Mejelis Pendidikan Kader
f. Majelis Pembina Kesehatan Umum
g. Majelis Pemberdayaan Masyarakat
h. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan
I. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
J. Majelis Pustaka dan Infonnasi
k. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
I. Majelis Pelayanan Sosial
m. Majelis Lingkungan Hidup
40
2. Lembaga
Lembaga adalah unsur Pembantu Pimpinan yang diserahi tugas dalam
bidang tertentu. Lembaga berfungsi sebagai Pembantu Pimpinan
Persyarikatan dalam pelaksanaan keputusan dan kebijakae Persyarikatan,
sesuai bidang tugasnya. Lembaga bertugas membantu Pimpinan
Persyarikatan dalan1 bidang tertentu yang bersifat pelaksanaan kebijakan.
Lembaga berwenang mengadakan kegiatan setelah mendapat persetujuan
dari Pimpinan Persyarikatan. Lembaga-lembaga tersebut terdiri dari:
a. Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
b. Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan
c. Lembaga Hubungan dan Kerjasaina Luar Negeri
d. Lembaga Penelitian dan Pengembangan
e. Lembaga Penanggulangan Bencana
f. Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqah
g. Lembaga Hikmal1 dan Kebijakan Publik
h. Lembaga Seni Budaya dan Olal1raga
l. Lembaga Hubungan dan Ke1jasaina Internasional
3. Badan/Biro
Badan/Biro adalah unsur Pembantu Pimpinan yang diserahi tugas
membantu penyelenggaraan administrasi dan manajemen Persyarikatan.
41
Badan I Biro berfungsi sebagai Pembantu Pimpinan Persyarikatan dalam
pelaksanaan administrasi dan manajemen persyarikatan. Badan I Biro
bertugas membantu Pimpinan Persyarikatan dalam penyelenggaraan
administrasi dan manajemen Persyarikatan. Badan I Biro berwenang
member tuntunan teknis administrasi dan manajemen atas nama Pimpinan
Persyarikatan.
C. Amal Usaha Muhammadiyah
Muhammadiyah dalam mencapai maksud dan tujuannya melaksanakan
usaha-usaha yang dirumuskan secara sistematis melalui kebijakan pengelolaan
amal usaha program dan kegiatan di masyarakat luas.6 Usaha-usaha
Muhammadiyah yang meno1tjol sejak awal kehadirannya di bumi Nusantara ini
adalah kegiatan-kegiatan dakwah yang langsung menyentuh kepentingan nyata
masyarakat yang terdiri dari kegiatan pendidikan, sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Jumlah amal usaha Muhammadiyah dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Pertambahan amal usaha yang secara kuantitatif ini diimbangi oleh
usaha-usaha peningkatan kualitatif agar mampu berkembang secara lebih baik di
masa mendatang. Pimpinan pusat Muhammadiyah bahkan pernah menerapkan
6Tim Penyusun Ensiklopedi Muhammadiyah, Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 2005) h. 254
42
kebijakan mengerem pertumbuhan kuantitas amal usaha jika tanpa dibarengi
perimbangan kualitas. 7
Sudah barang tentu sebagai organisasi yang JUga mendapat predikat
"organsiasi dengan amal usaha terbesar" perlu mulai memikirkan dan
n;.emfokuskan bahwa keberadaan AUM akan dapat pula meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonomi anggota Muhammadiyah, mengembangkan jumlah
anggota dan simpatisan, memperkokoh dan memperkuat organisasi, serta
menjadikan Persyarikatan Muhammadiyah memiliki kekuatan politik yang besar,
yang akan dapat mempengamhi jalannya kehidupan bangsa dan negara. Sebagai
lembaga dibawah naungan Muhammadiyah, Amal Usaha Muhammadiyah yang
dijalankan hams mentaati ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 8
I. Amal Usaha Muhannnadiyah adalah salah satu usaha dari usaha-usaha dan
media da'wah Persyarikatan untuk. mencapai maksud dan tujuan
Persyarikatan, yakni menegaldrnn dan menjunjung tinggi Agama Islam
sehingga terwujud Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Oleh
karenanya semua bentuk kegiatan amal usaha Muhammadiyah hams
mengarah kepada terlaksananya maksud dan tujuan Persyarikatan dan
selumh pimpinan serta pengelola amal usaha berkewajiban untuk
7 Ibid, h. 255 88 http://www. mu ham madiya h.or .id/id/ content-8-det-amal-usa ha. html
43
melaksanakan misi utama Muhammadiyah itu dengan sebaik-baiknya
sebagai misi da'wahh.
2. Amal usaha Muhammadiyah adalah milik Persyarikatan dan Persyarikatan
bertindak sebagai Badan Hukum/Yayasan dari seluruh amal usaha itu,
sehingga semua bentuk kepemilikan Persyarikatan hendaknya dapat
diinventarisasi dengan baik serta dilindungi dengan bukti kepemilikan
yang sah menurut hukum yang berlaku. Karena itu, setiap pimpinan dan
pengelola amal usaha Muhammadiyah di berbagai bidang dan tingkatan
berkewajiban menjadikan amal usaha dengan pengelolaannya secara
keseluruhan sebagai an1anat umat yang harus ditunaikan dan
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.
3. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah diangkat dan diberhentikan oleh
pimpinan persyarikatan dalam kurun waktu terientu. Dengan demikian
pimpinan amal usaha dalam mengelola an1al usahanya harus tunduk
kepada kebijaksanaan Persyarikatan dan tidak menjadikan anml usaha itu
terkesan sebagai milik pribadi atau keluarga, yang akan menjadi fitnah
dalam kehidupan dan bertentangan dengan amanat.
4. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah adalah anggota Muhammadiyah
yang mempunyai keahlian terientu di bidang amal usaha tersebut, karena
itu status keanggotaan dan komitmen pada misi Muhammadiyah menjadi
sangat penting bagi pimpinan tersebut agar yang bersangkutan memahami
secara tepat tentang fungsi amal usaha tersebut bagi Persyarikatan dan
44
bukan semata-mata sebagai pencari nafkah yang tidak peduli dengan
tugas-tugas dan kepentingan-kepentingan Persyarikatan.
5. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah harus dapat memahami peran dan
tugas dirinya dalam mengemban amanah Persyarikatan. Dengan semangat
amanah tersebut, maka pimpinan akan selalu menjaga kepercayaan yang
telah diberikan oleh Persyarikatan dengan melaksanakan fungsi
manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang sebaik
baiknya dan sejujur jujurnya.
6. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah senantiasa berusaha meningkatkan
dan mengembangkan amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya
dengan penuh kesungguhan. Pengembangan ini menjadi sangat penting
agar amal usaha senantiasa dapat berlomba-lomba dalam kabaikan
(jastabiq al khairat) guna memenuhi tuntutan masyarakat dan tuntutan
zaman.
7. Sebagai anml usaha yang bisa menghasilkan keuntungan, maka pimpinan
amal usaha Muhammadiyah berhak mendapatkan nafkah dalam ukuran
kewajaran (sesuai ketentuan yang berlaku) yang disertai dengan sikap
amanah dan tanggungjawab akan kewajibannya. Untuk itu setiap
pimpinan persyarikatan hendaknya membuat tata aturan yang jelas dan
tegas mengenai gaji terse but dengan dasar kemampuan dan keadilan.
8. Pimpinan amal usaha Muhammadiyah berkewajiban melaporkan
pengelolaan amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya, khususnya
45
dalam ha! keuangan/kekayaan kepada pimpinan Persyarikatan secara
bertanggung jawab dan bersedia untuk diaudit serta mendapatkan
pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9. Pimpinan amal nsaha Muhammadiyah harus bisa menciptakan suasana
kehidupan Islan1i dalam amal usaha yang menjadi tanggung jawabnya dan
menjadikan amal usaha yang dipimpinnya sebagai salah satu a!at da'wah
malrn tentu saja usaha ini menjadi sangat perlu agar juga menjadi contoh
dalam kehidupan bermasyarakat.
IO. Karyawan amal usaha Muhammadiyah adalah warga (anggota)
Muhammadiyah yang dipekerjakan sesuai dengan keahlian atau
kemampuannya. Sebagai warga Muhammadiyah diharapkan karyawan
mempunyai rasa memiliki dan kesetiaan untuk memelihara serta m
engembangkan an1al usaha tersebut sebagai bentuk pengabdian kepada
Allah dan berbuat kebajikan kepada sesama. Sebagai karyawan dari amal
usaha Muhanunadiyah tentu tidak boleh terlantar dan bahkan berhak
memperoleh kesejahteraan dan memperoleh hak-hak lain yang layak tanpa
te1jebak pada rasa ketidakpuasan, kehilangan rasa syukur, melalaikan
kewajiban dan bersikap berlebihan.
11. Seluruh p1mpman dan karyawan atau pengelola amal usaha
Muhan1madiyah berkewajiban dan menjadi tuntutan untuk menunjukkan
keteladanan diri, melayani sesama, menghonnati hak-hak sesama, dan
46
LPERP'\JST.AK;\<1N UTA!vLA UIN SY/\HIO •. !/\KAH TA
~--·~-·· , ____ ,
memiliki kepedulian social yang tinggi sebagai cerminan dari sikap ihsan,
ikhlas, dan ibadah.
12. Seluruh pimpinan, karyawan, dan pengelola amal usaha Muhanrn1adiyah
hendaknya memperbanyak silatnrahim dan membangun hubungan-
hubungan sosial yang harmonis (persaudaraan dan kasih sayang) tanpa
mengurangi ketegasan dan tegaknya sistem dalam penyelenggaraan amal
usaha masingmasing.
13. Seluruh pimpinan, karyawan, dan pengelola amal usaha Muhammadiyah
selain melakukan aktivitas pekerjaan yang rutin dan menjadi
kewajibannya juga dibiasakan melakukan kegiatan-kegiatan yang
memperteguh dan meningkatkan taqarrub kepada Allah dan memperkaya
ruhani se1ia kemuliaan akhlaq melalui pengajian, tadanus serta kajian Al-
Quran dan As-Sunnah dan bentuk-bentuk ibadah dan mu'amalah laim1ya
yang tertanam kuat dan menyatu dalam seluruh kegiatan amal usaha
Muhammadiyah.
BAB IV
APLIKASI KEBIJAKAN MUHAMMADIYAH DALAM
PENGGUNAAN LAY ANAN PERBANKAN SY ARIAH
A. Kebijakan Mubammadiyah dalam Penggunaan Layanan Perbankan Syariah
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam memiliki tujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan organisasi dan jaringan untuk menjadi
gerakan Islam yang maju, profesional, dan modem 1• Salah satu usaha
Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya dibutuhkan sarana dan prasarana serta
sumber dana untuk mensukseskan gerakannya. Sumber dana keuangan dan
kekayaan Muhammadiyah diperoleh dari beberapa sumber, yaitu:
I. Uang pangkal, iuran dan bantuan
2. Basil hak milik Muhammadiyah
3. Zakat, infaq, shadaqah, wakaf, wasiat dan hibah
4. Usaha-usaha perekonomian Muhairunadiyah
5. Sumber-sumber lain2
Sumber dana Mnhan1madiyah selama ini tidak terkelola dengai1 baik, jika
dianalisis struktur organisasi pengelolaan dana di Muhammadiyah bersifat
otonomi, individual dan egaliter. Pengelolaan dana diserahkan kepada masmg
1 http://\V\Yw.muhamn1adiyah.or.id/7-content-55-det-program-kerja.html 2 Tim Asistensi Bendahara Pimp in an Pusat Muhammadiyah, Juran, lnfaq, Layanan Manajemen Kas Muhanunadiyah,
2012, h. 8
46
47
masing lembaga di bawah Muhammadiyah. Akibatnya tidak ada aturan yang balm
tentang tata cara pengelolaan dana sehingga alokasi aset sangat bervariatif antar
lembaga dan menciptakan ketidakefisienan dalam memaksimalkan pendapatan
untuk Muhammadiyah. Lembaga yang kekurangan dana meminjam secara
otonom sementara lembaga lain yang kelebihan dana menempatkannya di giro
yang berbagi hasil rendah. Selain itu, banyaknya bank yang digunakan
Muhammadiyah (76 Bank) membuat posisi tawar Muhammadiyah pada level
masing-masing lembaga dalam mengoptimalkan pendapatan menjadi rendah.
Pendapatan penempatan deposito yang tidak seragam pada beberapa bank
menyebabkan tidak maksimalnya return investasi pada deposito.3
Dalam membenahi dan mengatur tata kelola keuangan persyarikatan,
Pimpinan Pusat membentuk Tim Asistensi Bendahara. Sesuai dengan Surat
Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 351/KEP/I.O/C/2011, Tim
Asistensi Benda!Jara memiliki tugas sebagai berikut:
1. Menghimpun iuran anggota dan iuran pimpinan serta infaq dari warga
dan simpatisan.
2. Mengelola penempatan dana persyarikatan dan dana Amal Usaha
Muhammadiya!1 di Perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya, agar
dapat keuntungan yang sebesar-besarnya bagi persyarikatan.
'Ibid, h. 19
48
3. Merancang dan mengelola dana investasi yang ada ke tempat-tempat
yang aman dan menguntungkan berdasarkan persetujuan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah.
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Asistensi Bendahara yang telah dipilih
oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah merancang empat program dalam tata
kelola keuangan Muhammadiyah, yaitu;
I. Program revitalisasi iuran anggota dan non anggota
2. Progran1 optimalisasi dana di perbankan
3. Program investasi
4. Program Fund Raising (Pengumpulan dana dari luar Organisasi)
Untuk merealisasikan program yang telah dirancang, PP Muhannnadiyah
mengeluarkan kebijakan sebagai pedoman bagi semua organisasi di bawah
naungan Muhammadiyah untuk turut mensukseskan progran1 tersebut. Kebijakan
tersebut djbuat dalam tiga surat keputusan, yaitu:
I. SK PP Muhammadiyah Nomor: 36/KEP/I.O/C/2012 tanggal 18 Shafar
1433 H/12 Januari 2012 M tentang Sistem Pengelolaan Dana Terpadu
Layanan Manajemen Kas.
2. SK PP Muhammadiyah Nomor: 37/KEP/I.O/C/2012 tanggal 18 Shafar
1433 H/ 12 januari 2012 M tentang Penetapan Bank Syariah Mitra
49
Muhammadiyah dalam Sistem Pengelolaan Dana Terpadu Layanan
Manajemen Kas.
3. SK PP Muhammadiyah Nomor: 38/KEP/I.O/C/2012 tanggal 30 Shafar
1433 H/ 24 Januari 2012 M tentang Iuran Anggota, Infaq Tetap, Infaq
Siswa dan Mahasiswa serta Alokasi Dana Persyarikatan.
Dalam ketiga SK tersebut PP Muhammadiyah menjabarkan secara teknis
tata kelola keuangan Muhammadiyah. Dalam SK Nomor: 36/KEP/I.O/C/2012,
Pimpinan Pusat Muharnmadiyah memberikan pertimbangan sebagai berikut:
I. Bahwa untuk mendukung kesinambungan dan kemandirian
Muhammadiyah dalam menyampaikan dakwah Islamiyah yang sesuai
denga Al-Qur'an dan As-Sunnah, diperlukan dukungan finansial yang
cukup.
2. Bahwa dana Muhammadiyah di setiap jeqjang, unsur dan amal usahanya
perlu dikelola lebih produktif, efektif, efisien dan akuntabel.
3. Bahwa untuk tindak lanjut pertimbangan di atas, serta untuk menjadi
pedoman bagi semua jenjang, unsur dan amal usaha Muhammadiyah,
perlu dibuat sebuah surat keputusan.
Di SK Nomor: 36/KEP/I.O/C/2012 tersebut, dijelaskan dalam diktum
pertama ayat I, bahwa Sistem Pengelolaan Dana Terpadu Layanan Manajemen
Kas adalah sistem dan prosedur manajemen kas terpadu yang dikembangkan oleh
so
PP Muhammadiyah beserta sistem informasi manaJemen berbasis teknologi
infonnasi dan komunikasi pendukungnya yang ditujukan untuk terciptanya
manajemen kas persyarikatan yang efisien, efektif, dan akuntabel. Layanan
Manajemen Kas ini biasa dikenal dengan layanan cash management perbankan.
Dalam layanan ini, ada beberapa fitur yang bisa digunakan oleh organisasi besar
sepetii Muhammadiyah, dimana salah satunya, Muhammadiyah dapat melihat
real time online pergerakan keuangan seluruh lembaga di bawah naungan
Muhammadiyah. Hal ini yang menjadi dasar kebijakan, yaitu mengetahui arus kas
dari lembaga di bawah naungan Muhammadiyah sehingga terlihat dan dapat
diukur kekuatan ekonomi Muhammadiyah, klmsusnya Amal Usaha
Muhammadiyah yang menjadi salah satu sumber pendapatan Muhammadiyah.
Dasar kebijakan ini juga diungkapakan oleh salah satu anggota Tim Asistensi
Bendahara, Bapak Syafrudin Anhar.
Pengelolaan secara terintegrasi melalui teknologi perbankan, yang di perbankan itu. sendiri disebut cash management. Dalam cash management itu sendiri ada beberapa fitur atau beberapa sistem yang bisa digunakan oleh organisasi besar seperti Muhammadiyah ini. Muhammadiyah besar sekali dengan berbagai amal usahanya yang begitu banyak baik dibidang pendidikan, kesehatan. Sehingga diperlukan sistem pengelolaannya yang pimpinan pusat bisa real time online memantau pergerakan keuangan dari amal nsaha Muhammadiyah itu. Dalam teknologi perbankan atau sistem cash management itu ada namanya inquiry. Aspek inquiry itu bagaimana dia bisa melacak atau melihat pergerakan dari rekening-rekening dari AUM. Itu yang sesungguhnya yang menjadi dasar kebijakan. Kerjasama cash management ini oleh pusat perusahaan multinasional itu sudah dipakai, apalagi perusahaan-perusahaan atau corporate-corporate yang besar.
Dan Muhammadiyah, meskipun dia sebagai organisasi masyarakat, karena memiliki amal usaha maka sistem atau teknologi perbankan yang seperti itu dibutuhkan oleh Muhammadiyah. !tu kebijakannya, dan mungkin ini satusatunya yang namanya organisasi masa memanfaatkan teknologi perbankan dalam aspek pengelolaan keuangan atau layanan cashnya secara terpa<lu.4
51
Dalam layanan cash management 1m Muhammadiyah bertujuan
mengefisiensikan pengelolaan dana Muhammadiyah, secara teknis tujuan ini
dilaksankan melalui tata kelola rekening, seperti yang tertera dalam diktum kedua
tentang tata kelola rekening. Dalam diktum tersebut dijelaskan bahwa akan
adanya perpindahan otomatis dali rekening giro lee rekening tabungan, jika dana
untuk kebutuhan operasional di rekening giro melebihi batas minimum, atau
sebaliknya alcan dipindal1ican dari rekening tabungan ke rekeninggiro jika
kebutuhan operasional di bawah batas minimum. Perpindahan ini menggunakan
fasilitas autosave atau transweep. Dengan perpindahan otomatis ini, maka akan
didapatkan bagi hasil yang lebih tinggi.
Dalam rangka transparansi, pengecekan terhadap saldo rekening AUM bisa
diketahui real time online oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Daerah atau Pimpinan Cabang terhadap AUM yang berada di bawah
kewenangannya. Hal ini seperti yang tertulis pada diktum ketiga di SK Nomor:
36/KEP/LO/C/2012
4Syafrudin Anhar, Anggota Tin1 Asistensi Bendahara PP Muhammadiyah, ~Vawancara Pribadi, Jakarta, 5 Juli 2012
52
/
1 fii~lfiPllf:H/\/(/11\N UTAMA i
. ~ Y·;,.!l!iv,i\H;o ,JAK1\Rr:__/
Dalam kaitannya dengan bagi hasil yang hams dibagi dengan PP
Muhammadiyah, ha! ini juga diatur dalam diktum ke empat tentang distribusi bagi
hasil, yang berbunyi:
1. PP Muhammadiyah menyepakati bersama bank syariah mitra
Muhammadiyah tarif bagi hasil rekening giro, tabungan bisnis, dan
deposito yang paling menguntungkan bagi Persyarikatan.
2. Bagi Hasi! yang diperoleh dari rekening giro menjadi hak dari jenjang,
unsur, atau Amal Usaha Muhammadiyah yang bersangkutan.
3. Selisih bagi has ii antara tabungan bisnis dan giro didistribusikan antara
jenjang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah dengan perbandingan 2
banding 1.
4. Selisih bagi hasil deposito sebelumnya dengan special rate yang
diperjuangkan oleh PP Muhammadiyah didistribusikan anara jenjang,
unsur, atau Amal Usaha Muhammadiyah dan PP Muhammadiyah
dengan perbandingan 2 banding I.
5. PP Muhammadiyah memerintahkan kepada bank syariah mitra
l\1uhammadiyah untuk melakukan pembagian bagi basil sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 secara otomatis.
53
Aturan tersebut sebagaimana tergambar dalam gambar berikut:
Gambar4.l
Optimalisasi Bagi Hasil Dana AUM dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah5
Ta!:mncrnn/Oeposlto
i Tabungan
t 0 Cash Management
i
Kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan layanan bank syariah juga
menerapkan konsep ta'awun sesama AUM. Amal Usaha Muhammadiyah sangat
banyak dengan kondisi infrastruk-tur yang berbeda-beda. Untuk itulah diatur juga
tata kelola pembiayaan dengan agunan deposito (Mudharabah Muqayyadah atau
back to back deposit). Dimana AUM yang melakukan pembiayaan bisa
5 Tim Asistensi Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah, !t1ran, lnfaq, Layanan Manajemen Kas Muha111111adiyah, 2012,h.34
55
Ada tujuh bank syariah yang menjadi mitra Muhammadiyah, yaitu:
a. Bank Syariah Bukopin
b. Bank Syariah Mandiri
c. Bank Muamalat Indonesia
d. Bank BRI Syariah
e. Bank BNI Syariah
f. Bank BTN Syariah
g. Bank Danamon Syariah, dan
h. Bank Syariah lainnya yang ditetapkan Muhammadiyah
dikemudian hari.
Di daiam diktum ketiga SK ini, ditegaskan bahwa setiap jenjang, unsur dan
Amal Usaha Muhammadiyah harus menempatkan dananya di bank
banksebagaimana tercantum pada diktum kedua yang meajabarkan tujuh bank
syariah mitra Muhammadiyah. Penggunaan bank syariah yang telah ditetapkan
oleh PP, bukan hanya berlaku bagi lembaga di bawah naungan Muhammadiyah,
tetapi seluruh anggota, baik pimpinan persyarikatan, pimpinan amal usaha dan
karyawan diminta untuk membuka rekening di bank syariah terkait pembayaran
iuran dan infaq melalui sistem autodebet dengan membuat surat pernyataan yang
menyatakan bersedia atau memberi kuasa kepada bank syariah yang bersangkutan
untuk mendebet sejumlah dana yang ada pada saldo rekening ke rekening PP
Muhammadiyah yang khusus menampung pembayaran iuran dan infaq.
56
Ketentuan mengenai mran dan infaq, tertulis dalam SK Nomor
38/KEP/I.O/C/2012.
Mekanisme iuran anggota dirumuskan dalam keputusan tersebui, setiap
iuran yang dikenakan sebagai kontribusi anggota Muhammadiyah berbeda pada
setiap tingkatannya. Semakin tinggi jabatan anggota Muhammadiyah, akan
semakin tinggi juga iuran yang harus dibayarkan. Dalam diktum kedua pasal
kedua dijelaskan ai1ggota Muhammadiyah yang menjabat sebagai Pimpinan Amal
Usaha ditetapkan iurai1 sebesar Rp. 5.000,- perbulan, untuk anggota
Muhammadiyah ditetapkan sebesar Rp. 2.500,- perbulan, dan anggota
Muhammadiyah diluar amal usaha sebesar Rp. 2.500,- perbulan.
Diatur juga infaq dari mahasiswa dan siswa di Sekolah Muhammadiyah,
mahasiswa sebesar Rp. 2.500,- perbulan, dan siswa sebesar Rp. 1.500,-. Infaq
tersebut disetorkan oleh Amal Usaha Muhan11nadiyah yang bersangkutan paling
lambat satu bulan setelah berakhirnya semester yang bersangkutan. Selain
anggota dan mahasiswa serta siswa Muharnmadiyah, ditetapkan juga infaq
donatur tetap dan simpatisan dari donatur tingkat A sebesar Rp. 100.000,
perbulan, B sebesar Rp. 75.000,- perbulan, C sebesar RP. 50.000,- perbulai1, D
sebesar Rp. 25.000,- perbulan dan tingkat E sebesar Rp. 20.000,- perbulan. Infaq
tersebut dapat dibayarkai1 setiap bulan, tiga bulai1, enain bulan atau setiap
tahunnya.
57
Setelah dana terkumpul, maka akan ada alokasi dana persyarikatan yang
nantinya akan dibagikan kepada jenjang Muhammadiyah dan untuk
diinvestasikan. Alokasi dana persyarikatan tergambar dalam gambar berikut:
Ket.!rangan: r.1~ Semua.jenis luran ~ wajib disetorkan
secara langsung ke rekening PP (h.any.a 1 r'<ngJ
! 2 ~ l.. .- Dari iuran yang
terkurnpul tersebut PPM mengalokasikan kepad3 seti39 jenjang org.anisasi sesuai por.;.i yang sudah ditetapk.an.
Gambar4.2
Optimalisasi Iuran 7
l.JRAN NON ANGGOTA
...... ;PPM
2. r 7%
;PWM'
1 PDM 13%
·r 20%
30%
Dal<wah 20% Abadi 20'X
B. Aplikasi Kebijakan Muhammadiyah dalam Penggunaan Layanan
Perbaukan Syariah di Amal Us_aha Muhammadiyah
Penggunaan layanan perbankan syariah yang telah dirumuskan oleh
Pimpinan Pusat Mubammadiyah mengikat seluruhjeajang, unsur dan amal usaha
7 Tim Asistensi Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Juran, Infaq, Layanan Manajemen Kos Muhan1madiyah, 2012,h.31
58
Muhammadiyah, yang artinya seluruh lembaga yang terkait dengan hierarki
Muhammadiyah harus menggunakan layanan bank syariah. Dalam penelitian ini,
penulis membatasi aplikasi kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan layanan
bank syariah di AUM (Amal Usaha Muhammadiyah). Pemilihan AUM karena
AUM merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar di Muhammadiyah
dengan jumlah yang sangat ban yak seperti yang tertera dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Data Amal Usaha Muhammadiyah
No Jenis Amal Usaha Jumlah
1 TK/TPQ 4.623
2 Seka I ah Dasar (SD )/MI 2.604
3 Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.772
4 Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.143
5 Pondok Pesantren 67
6 Perguruan tinggi Muhammadiyah 172
7 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 457
8 Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. 318
9 Pantijompo * 54
10 Rehabilitasi Cacat * 82
11 Sekolah Luar Biasa (SLB) * 71
12 Masjid * 6.118
13 Musholla * 5.08
14 Tanah * 20.945.504 M'
Sumber : www.muhammad1yah.or.1d
Selama ini Muhammadiyah tidak mengetahui seberapa besar aset yang
dimilikinya, padahal j ika dilihat A UM yang dimiliki sangat ban yak dan
59
mempunyai potensi yang luar biasa jika dikelola dengan efektif, efisien dan
akuntabel. Denganjumlah AUM yang berjumlah puluhan ribu tersebut diperlukan
waktu dalam menerapkan kebijakan yang sudah dirancang oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Untuk itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan masa
transisi sampai dengan akhir desember 2012, sehingga sampai batas ini, AUM
masih diperbolehkan untuk menggunakan bank konvensional dalam penempatkan
dana mereka, sepe1ti yang diungkapkan Bapak Syafrudin.
Belum semua AUM berpindah ke bank syariah, karena memang kebijakam1ya diberikan tenggang waktu. Memang tidak mudah karena menyangkut ke persoalan ke1jasama yang sudah begitu lama dibangun oleh bank konvensional kepada AUM. Sehingga tidak mudah, tidak secepat apa yang ditargetkan, tapi karena memang kita beri tenggang waktu untuk melakukan perubahan. Ada masa transisi sampai Desember 2012. 8
Menurut penuturannya, hingga saat ini, baru sekitar 40% AUM yang sudah
menerapkan kebijakan ini. Untuk sosialisasi kebijakan tersebut, Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dibantu oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Pimpinan
Pusat mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada Pimpinan Wilayah dan Amal
Usaha yang besar melalui forum tertentu, lalu dibuat lagi forum oleh Pimpinan
Wilayah yang mengundang seluruh pimpinan daerah, cabang, ranting, juga
pimpinan dan bendahara AUM untuk disosialisasikannya kebijakan dalam
penggunaan layanan bank syariah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Agus Suradika selaku Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah OKI Jakarta.
8 Syafrudin Anhar, Anggota Tim Asistensi Bcndahara PP Muhammadiyah, ivawancara Pribadi, Jakarta, 5 Juli 2012
PWM melakukan sosialisasi. baru sekali dipanggil kesini. Semua bendahara daerah, cabang, ranting, kepala mesjid, dan kepala sekolah diberitahukan terkait dengan SK yang hams ke1jasama dengan bank syariah ini. Rencananya memang ada akan ada sekali lagi, kalau tidak September, Oktober. Kita sudah laksanakan bulan Februari. Kalau PP sosialisasinya turun, kita belum, baru panggil sekali. PP turun ke provinsi, ke Makasaar, ke Medan, Kalimantan, ke kita juga DKI, dari DKI itu baru kita sosialisasi ke bawah. Karena PP kan luas, tidak mungkin dikumpul jadi satu.9
60
Dengan sosialisasi ini, seluruh AUM di DKI Jakarta telah mengetahui
kebijakan tersebut. Sehingga penulis membatasi penelitian ini pada AUM di DKI
Jakarta yang menurut informasi tersebut, sosialisasinya sudah menyeluruh ke
seluruh jenjang organisasi. Sepe1ii yang juga sudah dipaparkan dalam batasan
penelitian, penulis membatasi pembahasan an1al usaha pada bidang pendidikan
yaitu pendidikan menengah dasar, perguruan tinggi swasta, dan kesehatan, yaitu
Rumah Sakit Islam.
1. Amal Usaha Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen)
Amal usaha Muhammadiyah untuk pendidikan dasar menengah
(Dikdasmen) umumnya berada di bawah pimpinan cabang. Di wilayah DIG
Jakarta, terdapat setidaknya kurang lebih tiga cabang besar dengan akreditasi
sekolah yang baik sehingga penulis te1iarik untuk melihat apakah amal usaha
atau sekolah dibawah pimpinan cabang atau ketua Majelis Dikdasmen pada
cabang tersebut sudah dijalankan atau belum. Penulis menelusuri tiga cabang,
yaitu cabang Tebet Timur, Kebayoran Baru, dan Kebayoran Lama.
9 Agus Suradika, Ketua Pin1pinan Wilayah DKi Jakarta, rvawancaraPribadi Jakarta, 13 Agustus 2012
61
Dalam temuan di lapangan, kebijakan dalam pengelolaan keuangan
untuk sekolah tidak berada di bawah putusan pimpinan amal usaha, dalam hal
ini Kepala Sekolah, tetapi keputusan dalam pengelolaan keuangan termasuk
penggunaan rekening bank syariah ada di bawah putusan Majelis Dikdasmen
yang membawahi sekolah-sekolah di cabang tersebut. Pengetahuan tentang
kebijakan tersebut, singkatnya sudah diketahui oleh Majelis Dikdasmen ketiga
cabang tersebut. Dalam penerapannya pun ketiga Majelis Dikdasmen tersebut
sudah menggunakan bank syariah untuk penempatan dana mereka bahkan
jauh sebelum adanya kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan layanan
bank syariah. Hal ini seperti yang dikatakan Bapak Irfan selaku ketua Majelis
Dikdasmen cabang tebet Timur yang menjelaskan "Kita sudah pakai Bank
Syariah Mandiri dari tahun 2007''. 10 Hal yang serupa juga disampaikan oleh
Bapak Sukoto, Ketua Majelis Dikdasmen Cabang Kebayoran Lama "Bank
Muamalat kita pakai itu sudah 6 talmn yang lalu"," begitu pun juga dengan
ketua majelis Dikdasmen cabang Kebayoran Baru, Bapak Suyatno,
menyatakan sekolah yang dikelola sudah menggunakan bank DKI Syariah.
Sayangnya bank tersebut bukan salah satu mitra Muhammadiyah seperti yang
dikatakannya "Sekarang masih pakai bank DKI Syariah, baru akan kita follow
up akhir September" 12
10 lrfan, Kettrn Majelis Dikdasmen Cabang Tcbet Ti1nur, H'awancara Pribadi, Jakarta, 18 Juli 2012 11 Sukoto, Ketua Majelis Dikdasmen Cabang Kebayoran Lama, 1¥awancara Prihadi, Jakarta, 7 Agustus 2012 12 Suyatno, Ketua Majelis Dikdasn1en Cabang kebayoran Barn, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 agustus 2012
62
Para Ketua Majelis memiliki tanggapan yang positif atas kebijakan ini.
Dinilai dari agama, kebijakan ini membebaskan AUM dari unsur riba danjuga
dari sisi organisasi akan berdampak baik karena PP bisa mengetahui
pergerakan keuangan sekolah dalam rangka mengetahui kekuatan ekonomi
Muhammadiyah. Hanya saja ada sedikit perbedaan respon dalam ha!
ketjasama dengan bank syariah yang dilontarkan oleh ketua majelis
Dikdasmen cabang Kebayoran Lama, Bapak Sukoto. Beliau menyatakan
bahwa "kita menilai kebijakan itu bagus, tetapi bukan serta merta, antara
metaati juga hams berhubungan baik dengan yang selama ini berjasa dengan
Muhammadiyah khusunya cipulir. kita hams sama-sama. ,d3
Selain itu, penggunaan bank syariah di amal usaha pendidikan dasar dan
menengah ini tidak bisa sepenuhnya menggunakan bank syariah, Hal ini
terkait dengan bantuan dari pemerintah yang menghamskan menggunakan
bank lokal. Sehingga meskipun dalam penempatan dana maupun payroll
menggunakan layanan bank syariah, amal usaha Dikdasmen ini tetap saja
hams memiliki dan menempatkan dananya meskipun sedikit di bank
konvensional yang ditunjuk pemerintah.
Dapat disimpulkan bahwa dalam pengaplikasian kebijakan dalam
menggunakan layanan Bank Syariah, AUM Dikdasmen sudah menggunakan
bank syariah sebelum adanya keputusan dari PP Muhammadiyah. Hal tersebut
13 Sukoto, Ketua Majelis Dikdasmen Cabang Kebayoran Lama, 1Vawancara Pribadi, Jakarta, 7 Agustus 2012
63
menyiratkan kesadaran untuk menggunakan transaksi yang sesuai syariah
sudah terbangun di AUM Dikdasmen. Namun, pengaplikasian kebijakan yang
sesuai dengan substansi SK Nomor: 36/KEP/I.O/C/2012 tentang sistem
pengelolaan dana terpadu layanan manajemen kas belum diterapkan oleh
AUM Dikdasmen. Dengan kata lain mereka sudah menggunakan bank syariah
hanya saja belum menandatangani surat kerjasama layanan manajemen kas di
bank syariah yang mereka gunakan.
2. Amal Usaha Perguruan Tinggi Swasta Muhammadiyah
Di wilayah DKI Jakarta, Muhammadiyah memiliki lima Perguruan
Tinggi Swasta. Penulis mengambil tiga PTS untuk dijadikan sasaran
penelitian untuk mengetahui penerapan kebijakan terkait penggunaan bank
syariah ini, yaitu Universitas Muhammadiyah Jakaiia (UMJ), Sekolah Tinggi
Ilnm Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD), dan Universitas Prof. DR. Hamka
(Uhamka).
Seperti halnya amal usaha Dikdasmen, PTS dibawah naungan
Muhammadiyah juga sudah mengetahui kebijakan ini melalui sosialisasi dari
Pimpinan Pusat. Hanya saja dalam penerapannya jauh lebih baik
dibandingkan dengan amal usaha Dikdasmen. Hal ini terlihat dari penggunaan
layanan Bank Syariah di UMJ dan STIE AD yang lebih optimal. Kedua PTS
ini sudah menerapkan kebijakan tersebut untuk penempatan dana, payroll,
biaya operasional, pembayarai1 ullilg kuliah mahasiswa, bahkan terkait
64
kewajiban anggota atau karyawan yang harus mendebet iuran ke rekening PP.
Dengan kata lain dua PTS ini bukan hanya sudah menggunakan bank syariah
untuk menempatkan dana, namun juga sudah mengaplikasikan layanan cash
management. Hal ini diterangkan oleh Direktur Keuangan dan SDM STIE
AD, Ibu Yeti. Dia mengungkapkan bahwa, "Kebijakannya sekitar bulan Mei
begitu juga dengan kewajiban-kewajiban anggota. Sudah langsung debet
rekening ke PP"14. Ketika ditanyakan perihal mekanisme penggunaan
layanan, ibu Yeti menambahkan "Penempatan dana, Bank Muamalat sudah
lama ya. Yang baru BNI dan BRI Syariah Penempatan dana dalam bentuk
deposito dan giro. Kedua, untuk Payroll, tadinya di Mandiri konvensional,
untuk 2 bulan ini sudah di BNI Syariah dan ketiga mungkin nanti ada ruang
lingkup kerjasan1a". 15
Hal senada dinyatakan Bapak Gandang selaku Direktur Keuangan UMJ,
yang menyatakan sudah berpindah Ice Bank Syariah sejak bulan Maret 2012.
Dia menambahkan hal yang terkait dengan infaq anggota atau karyawan UMJ
melalui pemyataannyabahwa, "Kepada staff, khusus untuk payroll kita
beke1jasama dengan dua bank. Dibukakan seluruh karyawan Ice semua
rekening Bank Syariah" 16
Namun, lain halnya dengan Uhamka. Bapak Pudjo Sumedi selaku Wakil
Rektor bagian keuangan menyatakan sudah membangun ke1jasama dengan
14 Husnayetti, Direkiur Keuangan dan SOM STJE Ahn1ad Dahlan, lVawancara Pribadi, Jakarta. 13 Agustus 2012 15/bid, 16 Gandang Sungka\va, Dircktur Keuangan dan SDM Universitas Muhammadiyah Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 4 Agustus 2012
66
Keuntungan yang didapat oleh UMJ lebih bersifat proteksi, sedangkan
keuntungan bersifat ekonomis diperoleh oleh Uhamka, seperti yang dikatakan
Bapak Pudjo Sumedi saat ditanyakan tentang maksud dan tnjuan kebijakan.
Beliau memberi contoh adanya kekuatan Muhammadiyah di bank syariah,
seperti yang dinyatakannya berikut ini "Kita menggunakan Bank Muamalat
apa rewardnya untuk Uhamka?. Harns ada timbal balik. Kita diberi dua mobil,
oke kita dorong ke Muamalat semua, jadi ada kekuatan. Selain PP juga bisa
!control keuangan Muhammadiyah seluruh Indonesia." 19
Meskipun pengaplikasian kebijakan ini sudah cukup baik pada PTS
Muhammadiyah, namun PTS Muhammadiyah saat ini juga belum melepaskan
bank konvensional seutuhnya, sepe11i yang dikatakan oleh Ibu Yeti selaku
direktur keuangan STIE AD yang menjelaskan,
Ada hal-hal yang otomatis menggunakan bank konvensional karena berkaitan dengan dana-dana bantuan. Misalnya bank Mandiri. Kita dapat beasiswa dari Kopertis, dimintanya pakai bank pemerintah, mau tidak mau kan. Jadi istilahnya bank konvensional hanya untuk penampungan saja, nanti setelah masuk akan kita pindahkan ke bank syariah lagi. 20
Berbeda dengan Direktur keuangan UMJ, Bapak Gandang menyatakan
masih menggunakan bank konvensional karena saat ini masih masa transisi,
seperti penuturannya saat ditanyakan apakah masih menggunakan bank
konvensional atau tidak.
I'> Pudjo Sumedi, Wakil Rektor II bagian Keuangan Uhamka, TVawancara Pribadi, Jakarta, 13 Agustus 2012 10 Husnayetti, Direktur Keuangan dan SDM STIE Ahn1ad Dahlan, TVawancara Prihadi, Jakarta. 13 Agustus 2012
2012
2012
68
Penggunaan Bank Syariah sndah lama diterapkan oleh RSJI Klender,
seperti yang diungkapan Kepala Bagian Keuangan RSJI Klender, Bapak
Suparno yang menyatakan bahwa "Kalau kebijakan Muhammadiyah dalam
penggunaan bank syariah, kita sudah menggunakan bank syariah. Kita sudah
dari awal, sudah lan1a sejak tahun 200 I sudah pakai Muan1alat. Sebelumnya
BCA, BRI, sekarang Muamalat."23 Begitupun dengan RSI Pondok Kopi,
Bapak Wa!uyo selaku Manajer Keuangan menyatakan "Kalan bank syariah,
kita memang sudah pakainya bank syariah. Kita pakai Bank Muamalat."24
Meskipun sudah menggnnakan bank Syariah, RSJI Klender jnga masih
menggunakan Bank Konvensional, seperti yang dikatakan Bapak Suparno
berikut;
Kalan disini memang ada yang sifatnya harus memakai bank konvensional karena lmbnngarmya dengan pemerintah. Tetapi kan itn sebagai alat perantara pembayaran rumah sakit dengan dinas-dinas pemerintah. Jadi harus tetap ada. Tapi Iangsnng kita ambil, tidak beku disitu. Itu perihal !claim. Kita melayani pasien, lain klaim, kemudian kita dapat pembayaran. Jadi !claim pembayaran. kita melayani total berapa nanti !claim ke sana.25
Bapak Waluyo sebagai manager keuangan RSI Pondok Kopi jnga
mengatakan bahwa masih menggnnakan Bank Konvensional karena alasan
berikut;
23 Suparno, Kepala Bagian Keuangan Rmnah skit Jiwa Islam Klender, IVawancara Pribadi, Jakarta, 3 sepeten1ber
2~ \Valuyo, Manajer Keuangan Rumah Sakit Islan1 Pondok Kopi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 September 2012 25 Suparno, Kepala Bagian Keuangan Rumah skit Jiwa Islam Klender, Wawancara Pribadi, Jakarta, 3 September
Ke1jasama kita itu tidak hanya dengan institusi yang bisa memanfaatkan bank syariah. Misalnya supplier kita. Tapi kalau hams, kenapa tidak?. Karena memang prakteknya sudah di
bank syariah. Prinsipnya jika kita ada instmksi senrna hams ke bank syariah atau bank syariah sendiri menyanggupi di sistemnya. Sistem di bank syariah bisa mendukung. Misalnya pasien pakai kartu !credit, kita bisa ke bank syariah sepenuhnya. 26
69
Sedangkan untuk penerapan dari isi kebijakan belumlah dilaksanakan
oleh kedua Rumah Sakit tersebut. Kedua RSI belum menerapkan perjanjian
layanan cash management. Begitupun juga dengan kewajiban anggota atau
karyawan Rumah Sakit, belum adanya sistem auto debet untuk mentransfer
1uran anggota secara otomaiis Ice rekening PP Muhammadiyah. Meskipun
yang didapat hanya dua RSI, penulis mendapatkan informasi tambahan
tentang penerapan kebijakan di RSI ini dari Bapak Syafrudin disela
wawancarn yang menyatakan bahwa RSI Islam Cempaka Putih, RSI Pondok
Kopi dan RSI Sukapura sudah menerapkan kebijakan ini. Pemyataan ini juga
didukung oleh pernyataan Pimpinan Wilayah DKI Jakarta, Bapak Agus
Suradika yang dengan yakin menyatakan prediksinya tentang penerapan
kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan bank syariah ini. "Kalau
prediksi ,saya belum 100%, hanya tinggal yang kecil-kecil, kalau sekolah-
sekolah belum semua, kalau AUM besar. Saya yakin sudah.".27 Begitupun
dengan RSIA Taman Puring yang berada di bawah naungan Pimpinan Cabang
26 \Va!uyo, Man~jer Keuangan Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 September2012 27 Agus Suradika, Pin1pinan \Vilayah DKi Jakarta, 11'awancaraPribadi Jakarta, 13 Agustus 2012
70
Kebayoran Baru. Penulis mendapat infom1asi saat mengurus perizinan
wawancara dengan Majelis Dikdasmen, bahwa RSIA sudah menerapkan
kebijakan tersebut, hanya saja tidak mendetail dengan bank apa dan sejak
kapan menerapkan kebijakan tersebut.
C. Kcndala dalam Mencrapan Kebijakan Muhammadiyah dalam Penggunaan
Layanan Bank Syariah
Seluruh Amal Usaha Muhammadiyah pada dasamya patuh dan taat akan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh PP. Hal ini didasari karena mereka
menyadari amal usaha yang dijalankan adalah milik Muhammadiyah, dan barns
taat pada peraturan yang dikeluarkan oleh pimpinan tertinggi Muhammadiyah.
Hal ini dikuatkan oleh pernyataan pimpinan wilayah Muhammadiyah DKI
Jakarta, Bapak Suradika.
Pembangkangan Insya Allah tidak ada. Kendalanya paling perihal teknis. Teknisnya misalnya, bank syariah masih pada lokasi yang belum memadai. Dasamya mereka taat pada pimpinan, sami'na waatho'na. Ialu teknisnya jauh dari jangkauan bank syariah. Juga terkait bantuan BOS, ada kendala itu, sangat dimaklumi, terkait dengan kondisi Iingkungan dan ke1jasama dengan pihak ketiga. Sekarang ini transisi, jadi masih dua-duannya, tidak balik tangan. Masih ada tahapan, tidak 100%, karena juga terkait dengan pihak-pihak lain ya. Sejauh ini tidak ada kendala prinsip.28
Pernyataan Bapak Agus Suradika yang menyatakan tidak adanya
pembangkangan secara prinsip didukung dengan pengamatan penulis bahwa tidak
28 Agus Suradika, Pimpinan Wilayah DKi Jakarta, 1VawancaraPribadi Jakarta, 13 Agustus 2012
71
ada narasumber yang tidak menyetujui dan mendukung kebijakan ini. Hanya saja
ada kendala-kendala teknis sehingga kebijakan ini belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan dengan optimal. Hal lain yang bisa dilihat juga sudah banyak AUM
yang membangun kerjasama dengan bank syariah sebelum adanya kebijakan
Muhammadiyah dalam penggunaan layanan bank syariah.
Hal ini mengindikasikan bahwa amal usaha sendiri sudah memihak kepada
perbankan syariah sebelum a:danya keputusan tersebut. Meskipun sudah
beke1jasama dengan Perbankan syariah, beberapa AUM belum menerapkan
substansi kebijakan yaitu menggunakan layanan cash management seperti terkait
tata kelola rekening dan pembagian bagi hasil belum sepenuhnya diaplikasi!can,
dalam arti belum menandatangani pe1janjian kerjasama layanan cash management
dengan bank syariah bersangkutan. Meskipun begitu, penulis juga tidak
menemukan amal usaha yang dalam penempatan dananya tidak menggunakan
bank syariah sama sekali.
Kendala selain terbatasnya cabang Bank Syariah, kendala lain juga
diungkapkan oleh Bapak Sayafrudin yang menyatakan masih ada bank syariah
yang masih membangun sistem cash management, seperti yang dikatannya bahwa
"Karena ini menyangkut persoalan di banknya itu sendiri melakukan proses
mendevelopnya. Memang ada beberapa bank sayariah mitra Muhammadiyah
2012
72
yang belum final mendevelopnya. Jadi belum 100 %. Ya mungkin baru ada
beberapa bank, baru 3 atau 4 bank yang sudah"29
Meskipun masih menggunakan bank konvensional, bukan berarti aktivitas
ekonomi atau penempatan dana amal usaha Muhammadiyah Iebih banyak di bank
konvenisonal. Penempatan dana AUM dominan di bank syariah, kecuali pada
AUM Dikdasmen Kebayoran Lama dan Uhamka. Pada umumnya karena saat ini
masih masa transisi, AUM masih menggunakan bank konvensional hanya untuk
penempatan dana sementara, misalnya saja bantuan-bantuan dari pemerintah.
Setelah dana itu didapat, AUM langsung rnemasukkannya pada rekening Bank
Syariah. Secara singkat, AUM sudah menggunakan layanan bank syariah, hanya
saja dalam penerapannya belum sempnrna atau sesuai dengan kebijakan yang
dibuat PP Muhammadiyah.
1. Amal Usaha Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen)
Pada AUM Dikdasmen tidak ada kendala yang berarti karena Iembaga
lembaga yang diteliti memang sudah beke1jasama dengan bank syariah
sebelum adanya keputusan tersebut. Kendala yang dihadapi AUM Dikdasmen
pada umumnya terkait bantuan operasional sekolah (BOS) yang
mengharuskan mereka menggunakan bukan hanya bank syariah tapi juga bank
konvensional. Namun ha! ini di maklumi karena kaitannya dengan kerjasanm
29 Syafrudin Anhar, Anggota Ti111 Asistensi Bendahara PP Muha:n1nadiyah, H1awancara Pribadi, Jakarta, 5 Juli
·--- -·----· - ... -7.:L
l PERPUSTl\Ki\!\N UT AMA i
UlN SYAl~iD JA~v\RT~I
dengan pihak ketiga dan uang yang ada di bank konvensional juga tidak beku
disana. Selain dana BOS, kendala terkait hutang juga dialami AUM
Dikdasmen Kebayoran Lama. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Sukoto selaku
ketua Majelis Dikdasmen.
Ya instruksi itu juga harus ditelaah Iebih jauh, tidak bisa serta metia ketika ada instruksi Iangsung d:jalankan. Karena selama nu sebelum instruksi juga pakai bank konvensional. Konvensional itu sudah be1jasa sama kita. Bangunan gedung ini bangunan bank konvensional. Bagaimana mungkin kita akan meninggalkan begitu saja dengan kondisi belum Iunas. Paling tidak, kita dalam taat mentaati, kita buka juga bank syaria11. Pakai dua-duanya, kita pakai Muamalat.30
2, Amal Usaha Perguruan Tinggi Swasta Muhammadiyah
Kendala yang dihadapi PTS Muhammadiyah berhubungan dengan
ke1j asama yang sudah lama terbangun dengan bank konvensional seperti di
UMJ, sedangkan bantuan untuk beasiswa juga membuat STIE AD masih
menggunakan bank konvensional sebagai penampungan sementara. Lain
halnya dengan Uhamka, meskipun sudah bekerja sama dengan Bank
Muamalat, namun unutk bayaran mahasiswa dan payroll gaji belum
menggunakan bank syariah karena Uhanika menunggu Bank Muamalat
membangun sistemnya terlebih dalmlu, seperti yang dikatalrnnnya "Belum
30Sukoto, Ketua Majelis Dikdasmen Cabang Kebayoran Lama, ivawancara Pribadi, Jakarta, 7 Agustus 2012
74
semuanya ke bank syariah, bank Muamalat membangun sistemnya <lulu, bank
M I 'k d . d " 31 uama at menyesuai an engan s1stem yang a a.
Selain sistem harus dibangun terlebih dahulu, yang dirasakan menjadi
kendala adalah tidak adanya ketentuan teknis dalam pemilihan bank syai'iah
sehingga seluruh bank sangat kompetitif menawarkan layanan mereka.
Sehingga ha! ini dikritisi oleh Bapak Pudjo yang menyatakan bahwa,
"Kai·ena dengan kebijakan tersebut seluruh bank syariah datang ke kita. Jadi
unsur kekuatannya kalau dipakai semua juga jadi kecil. Menurut saya
misalnya saja DKI Jakarta ke bank ini, Jawa Barat ke bank ini. Tapi kalau
sudah begitu menjadi kornpetitif, berebutan lahan. Yang pusing kita"32
3. Amal Usaha Kcschatan (Rumah Sakit Islam Muhammadiyah)
AUM RSJI Klender maupun RSI Pondok Kopi sudah menggunakan
bank syariah, hanya masih menggunakan bank konvensional dikarenakan
kepentingan klaim ke pemerintah dan demi kemudahan customer dalam
membayar, seperti yang dipaparkan. Hal yang sama juga dipaparkan Bapak
Waluyo bahwa yang menjadi kendala adalah kerjasama RSI yai1g
menghar,1skan bekerjasama tidak hanya dengan bank syariah. Kendala di RSI
Muhammadiyah terkait dengan sosialiasi yang belum didapatkan secara utuh
31 Syafrudin Anhar, Anggota Tim Asistensi Bendahara PP Muhammadiyah, JVawancara Pribadi, Jakarta, 5 Juli
2012 32
Pudjo Sumcdi, \Vakil Rektor II bagian Keuangan uhamka, fVawancara Pribadi, Jakarta. 13 Agustus 2012
75
untuk operator pelaksana, sehingga mereka tidak mengetahui ketentuan dalam
ke1jasama layanan cash management yang harus diterapkan oleh AUM,
sepe1ii yang dikatakan Bapak Waluyo yang menyatakan bahawa.
Sosialisasi secara resmi di kami sebagai operator pelaksana belum ya. Tapi kalau untuk di top management sudah ada, di direktur atau dari aliansi, tentunya sudah ada pengarahan dari BPH. BPH dalam ha! ini perwakilan dari PP Muhammdiyah. Ada untuk itu, tapi kalau di tingkat pelaksana kita disini barn dapat himbauan.33
D. Analisis Aplikasi Kebijakan Muhammadiyah dalam Penggunaan Layanan
Perbankan Syariah
Data yang didapatkan penulis melalui studi dokumentasi dan wawancara
dengan narasumber yang sudah dipaparkan sebelumnya. Dalam analisis penelitian
ini, penulis mencoba menganalisis kebijakan Muhamrnadiyah dalam penggunaan
bank syariah dilihat dari aplikasiatau implementasi kebijakan yang dilakukan oleh
amal usaha Muhanunadiyah sebagai pelaksana kebijakan.
Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa kebijakan ini dalam
pelaksanaannya belum optimal. Penulis mencoba menganalisis berdasarkan teori
implementasi kebijakan yang dipaparkan Edward dalam Budi \Vinarno. Edward
menyatakan ada beberapa variabel yang mempengaruhi proses pelaksanaan
kebijakan, sehingga dengan dianalisis variabel tersebut dapat dilihat apa yang
33 \Valuyo, Manajer Keuangan Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 September 2012
76
mempengaruhi belum maksimalnya penerapan kebijakan ini. Variable-variabel
tersebut adalah:
1. Komunikasi
Menurut Edward, jilrn kebijakan-kebijakan ingin diimplementasikan
sebagaimana mestinya, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya
harus dipahami, melainkan juga petunjuk-petunjuk itu harus jelas. Jika
petunjuk-petunjuk itu tidak jelas, maka para pelaksana akan mengalami
kebingungan tentang apa yang hams mereka lakukan. 34 Dalam proses
komunikasi sendiri ada tiga ha! penting yang harus diperhatikan, yaitu
trm1smisi, konsistensi, dan kejelasan.
Komunikasi mengenai kebijakan penggunaan bank syariah ini dilakukan
melalui sosialisasi Pimpinan Pusat kepada seluruh Iembaga di bawah naungan
Muhanunadiyah, dalam ha! ini menjadi tugas Tim Asistensi
Bendahara.Mengenai sosialisasi bapak Syafrudin selaku anggota tim asistensi
bendahara menyatakan,
Sosialisasi dilakukan melalui membuat jadwal sosialisasi, apa mm1faatnya, apa kelebihannya, apa kebaikmmya, sehingga kita jelaskan kepada seluruh pimpinan pengelola an1al usaha. Kita jelaskan bahwa ini adalah satu sistem yang dalam konteks akuntabilitas dan transparansi sangat mendukung, sehingga sesungguhnya mereka tidak perlu Iagi atau hilll1pir bisa dikatakan hanya membuat final report saja nantinya. Karena di final report yang dijelaskan penggunaan dana, tapi kalau
3 ~ Budi Winarno,Kebijakan Pub/ik Teori dan Proses, (Jakarta; PT Buku Kita, 2007)h. 175
77
melihat dari reporting rekeningnya kita sudah tau real time, dan . I . b. k l . 35 setiap saat Gta 1sa eta mi.
Sosialisasi yang dilakukan pada wilayah DKI Jakarta bisa dikatakan
baik karena penulis tidak mendapati satu narasumber pun yang tidak
mengetahui kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan layanan bank
syariah. Di Iihat dari proses transmisi perintah, perintah untuk menggunakan
bank syariah tidak ada masalah yang berarti dari pelaksana kebijakan. Hal ini
dilihat dari tidak adanya pertentangan pendapat antara pimpinan AUM
sebagai pelaksana dengan perintah yang dikeluarkan oleh PP. Sedangkan
dalam kejelasan dari kebijakan ini, penulis melihat ada sebagian narasumber
yang tidak mengetahui dari isi kebijakan tersebut. Narasumber hanya tahu
untuk menggunakan bank syariah, sedangkan dalam kaitannya dengan
penggunaan ke1jasama layanan cash management dengan bank belum
selurulmya diketahui oleh pelaksana AUM.
Hal terakhir dilihat dari konsistensi. Penulis menemukan ada ha! tidak
senada yang disampaikan · Prof Yunan Yusuf, Ketua Tim Asistensi
Kebendaharaan PP Muhammadiyah dengan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah. Penulis mengutip dari media masa bahwa Bapak Yunan
meminta masyarakat Muhammadiyah segera hijrah ke rekening syariah.
Setidaknya, mereka diberi tenggang waktu hingga pengujung Desember 2012.
Jika dalan1 tempo itu tidak segera pindah dari transaksi ribawi menuju
35 Syafrudin Anhar,Anggota Tim Asistensi Bendahara PP Muhammadiyah, rVawancara Pribadi, Jakarta, 5 Juli 2012
78
transaksi syar' i alias tidak pindah rekening, ten tu akan ada hukuman setimpal.
Tetapi sayangnya, sanksi yang dimaksud tidak diungkap secara detail.36.
Sedangkan bapak Agus Suradika menyatakan tidak ada sanksi bagi Amal
Usaha yang tidak berpindah ke bank Syariah, seperti yang dikatakannya
"Tidak pakai sanksi, kita himbau terns dan insya Allah orang patuh".37 Untuk
sanksipun seharusnya jelas dikomunikasikan sejak awal ada atau tidak, agar
anggota Muhammadiyah yang terkenal sami 'na wa atho 'na tidak
meremehkan atau setidaknya menunda-nunda untuk segera pindah ke bank
syariah.
Hal tersebut seperti yang dikatakan Edward mengenai tidak
konsistensinya komunikasi. Edward menyatakan jika implementasi kebijakan
diinginkan berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus
konsisten dan jelas. Walaupun perintah-perintah yang disampaikan kepada
para pelaksana kebijakan mempunyai unsur kejelasan, tetapi apabila perintah
tersebut bertentangan maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para
pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik. Di sisi lain, perintah-
perintah implementasi kebijakan yang tidak konsisten akan mendorong para
36"Muham1nadiyah tinggalkan transaksi ribawi" http://www.jpnn.com/index.php?n1ib=berita.detail&id""'l I 1421 diakses pada tanggal 20 Agustus 2012
37 Agus Suradika, Pimpinan Wilayah DKi Jakarta, 1VawancaraPribadi Jakarta, 13 Agustus 2012
79
pelaksana mengambil tindakan yang sangat Ionggar dalam menafsirkan dan
mengimplementasikan kebijakan. 38
2. Sumber-sumbcr
a. Aparat dan Staff
Jika dilihat dari Pimpiilan Pusat yang merumuskan kebijakan ini, Tim
asistensi bendahara dipandang mampu melaksanakan tugas yang diembam1ya
serta kompeten dalam merumuskan program-program untuk Muhammadiyah
kedepan. Hanya saja dalam pelaksanaannya belum maksimal, ha! ini
mengingat bahwa dengan Tim Asistensi yang hanya be1jumlah sebelas orang
harus . mensosialisasikan kebijakan tersebut Ice seluruh Indonesia. Maka
diperlukan manajemen yang baik untuk mengatumya. Dan ha! itupun telah
diatur dan dikoordinasikan dengan PWM dalam mensosialisasikan sampai ke
tingkat bawah.
b. Informasi
Informasi mempunyai dua bentuk. Pertama, informasi bagaimana
melaksanakan suatu kebijakan. Informasi yang kedua adalah data tentang
ketaatan personil-personil ·Iain terhadap peraturan-peraturan pemerintah.39
Dalam informasi bentuk pe1iama, penulis menyimpulkan bahwa seluruh
pimpinan amal usaha tahu bahwa mereka hams menggunakan bank syariah,
38 Budi Winamo,Kebijakan Pub/ik Teori dan Proses, (Jakarta: PT Buku Kita, 2007)h. 177 39/bid,h.183~184
80
bank yang terbebas dari unsur ribawi serta bagaimana melaksanakan
kebijakan tersebut, kecuali beberapa ha! yang penulis katakan sebelumnya
bahwa ada sebagian amal usaha yang tidak tahu tentang isi kebijakan tersebut
secara detail. Untuk bentuk kedua yakni informasi ketaatan, belum dapat
diketahui dengan pasti berapa persen AUM yang sudah mentaati keputusan
PP tersebut. Hal ini dinyatakan oleh Bapak Agus Suradika, Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah DIG Jakarta, yang dalam mekanismenya berwewenang
dalam melihat berapa amal usaha yang sudah pindah ke bank syariah melalui
layanan cash management,hal ini tersirat dari pernyataannya "Habis
sosialisasi tidak ada la po ran yang kami terima. Dalam arti lisan dari A UM
yang besar-besar saja, itu yang barn bisa kita monitor. Mungkin kalau sudah
satu tahun barn bisa kita data. "40
3. Kecenderungan-kecenderungan
Kecenderungan dari para pelaksana merupakan faktor ketiga yang
mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan
yang efektif. Jika para pelaksanan bersikap baik terhadap suatu kebijakan
tertentu, dan ha! ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka
4(1 Agus Suradika, Pimpinan Wilayah DKi Jakarta, TVawancaraPribadi Jakarta, 13 Agustus 2012
81
melakSanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat
keputusan awal. 41
Jika penulis cermati, kecenderungan para p1mpman amal usaha atau
pelaksana kebijakan cenderung positif. Hal ini terlihat dari tanggapan mereka
yang m~ndukung dan mengatakan kebijakan penggunaan bank syariah ini
bagus baik dilihat dari sisi agama maupun dari internal organisasi. Sehingga
kebijakan ini sebenarnya bisa berjalan efektif. Hanya saja diperlukan
komitmen dari pelaksana maupun pembuat kebijakan untuk mengontrol
kebijakan tersebut. Dalam mengontrol kebijakan tersebut PP melakukan
evaluasi dua arah baik dari internal maupun eksternal, yaitu:42
a. Evaluasi eksternal, evaluasi secara ekstemal yang dimaksud disini
adalah koordinasi dengan pihak perbankan, misalnya saja untuk bank
yang belum seutuhnya membangun sistem untuk layanan cash
management atau keluhan-keluhan yang berhubungan dengan sistem
dan layanan perbankan itu sendiri. Evaluasi ini dilakukan rutin oleh
tim asistensi melalui pertemuan-pertemuan dengan mengundang pihak
perbankan untuk membenahi permasalahan-permasalahan yang ada di
lapangan.
41 Budi Winarno,Kebijakan Publik Teori dan Proses, (Jakarta: PT Buku K~ta, 2007)h.l94 42 Syafrudin Anhar, Anggota Tim Asistensi Bendahara PP Muhammadiyah, TVawancara Pribadi, Jakarta, 5 Juli
2012
82
b. Evaluasi internal, evaluasi internal yang dilak:ukan PP dalam tahap ini
adalah menanyak:an apakah amal usaha tersebut sudah pindah atau
belum ke bank syariah. Namun, yang terjadi di lapangan saat ini, PP
barn melaksanakan eval uasi terse but pada A UM yang besar yang
umumnya berada pada tingkat pusat.
4. Struktur Birokrasi
Pada dasarnya, para pelak:sana kebijakan mungkin mengetahui apa yang
dilakukan dan mempunyai cukup keinginan serta mengetahui sumber-sumber
informasi yang cukup untuk melakukarmya. Tetapi dalam pelak:sanaannya
mungkin mereka masih dihambat oleh struktur-struktur organisasi dimana
mereka menjalankan kegiatan AUM tersebut. Biasanya berasal dari tekanan
tekanan di luar unit-unit birokrasi seperti komite legislatif, kelompok
kelompok kepentingan, pajabat-pejabat ekesekutif, konstitusi Negara dan sifat
kebijakan yang memengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi.43
Tekanan dari luar datang dari kelompok kepentingan pihak bank
konvensional yang selama ini sudah beke1jasama dengan AUM. Hal ini
dialami oleh AUM Dikdasmen cabang Kebayoran Lama yang masih memiliki
hutang dengan bank konvensional, atau ada rasa tidak: enak: ketika hams
memutuskan kerjasama dengan pihak bank konvensional karena kerjasama
43 Budi \Vinarno,Kehijakan Publik Teori dan Proses, (Jakarta: PT Buku Kita, 2007)h.203
83
yang sndah terbangnn lama dan sndah banyak kenntnngan yang AUM dapat
dari Bank Konvensional.
Pengamh dari lnar jnga timbnl dari instansi pemerintah dimana banyak
dana bantnan yang diperoleh AUM yang menghamskan mereka membnka
rekening di bank konvensional. Dari sisi internal biasanya disebabkan oleh
kemndahan dalam membayar biaya knliah bagi mahasiswa seperti yang
dilaknkan Uhamka jnga UMJ. Begitnpnn dengan RSJI Klender dan RSI
Pondok Kopi, yang jnga memperhitnngkan kemndahan pasien dalam
membayar, seperti yang dijelaksan Bapak Snparno "Kalan pasien membayar,
langsnng di Mnamalat, tapi kalan ada yang man membayar ke rekening apa,
pnnyanya apa, man lewat rekening apa, kita tidak bisa snmh cnma kesatn
bank ini. Yang paling mndah yang mana. "44
Dari penjelasan tersebnt ter!ihat bahwa kebijakan dalam penggnnaan
layanan bank syariah sndah baik, namnn pelaksanaannya hams disesnaikan
dengan sifat dan kondisi dari A UM itn sendiri. Seperti halnya sekolal1 yang
hams menerima bantnan dari.instansi pemerintah. Pertentangan kebijakan dari
sisi ektern dan intern Mnhammadiyah membnat pelaksanaan kebijakan ini
belum optimar
44 Suparno, Kepa!a Bagian Keuangan Run1ah skit Jiwa Islam Klender, wawancara Prihadi, Jakarta
A. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
I. Aplikasi Kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan layanan Bank Syariah
di Amal Usaha Muhammadiyah belum diaplikasikan secara optimal. Belum
dikatakan optimal karena masih banyak AUM yang masih menggunakan bank
konvensional serta masih banyak AUM yang belum menerapkan kerjasama
layanan cash management dengan bank syariah. Namun, dalam
pengaplikasian dalam penggunaan layanan bank syariah, sudah banyak AUM
yang menggunakan bank syariah sebelum adanya kebijakan dari
Muhammadiyah mengenai penggunaan layanan bank syariah. Hal ini
mengindikasikan bahwa kesadaran untuk menggunakan transaksi yang sesuai
syariah sudah terbangun terlebih dahulu di A UM.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaplikasian kebijakan Muhammadiyah
dalam penggunaan layanan perbankan syariah terdiri dari beberapa faktor.
Jika dianalisis menggunakan variabel-variabel yang mempengaruhi penerapan
kebijakan menurut Edwards, setidaknya ada tiga variabel yang perlu
diperhatikan oleh pembuat kebijakan, yaitu:
85
a. Kejelasan dan konsistensi keputusan
Kejelasan dalam kebijakan penggunaan bank syariah ini sudah
mendetail di jabarkan dalam SK Nomor: 36/KEP/I.O/C/2012 tanggal
18 Shafar 1433 H/12 Januari 2012 M tentang Sistem pengelolaan
Dana Terpadu Layanan Manajemen Kas. Hanya saja tidak semua
pengelola amal usaha mengetahuinya apalagi pada tingkat pelaksana
sehingga perlu dijeiaskan dalam sosialisasi secara utuh. Sedangkan
untuk konsistensi, adanya informasi yang berbeda dari para pimpinan
dan pembuat kebijakan mengenai sanksi jika sampai masa transisi
belum melaksanakan kebijakan ini.
b. Informasi ketaatan
Belum adanya informasi yang akurat di tingkat wilayah tentang berapa
amal usaha yang sudah berpindah atau menggunakan Iayanan bank
syariah membuat kebijakan ini sulit untuk diukur keberhasilannya.
Sehingga diperlukan evaluasi serta koordinasi dari setiap hierarki
organisasi Muhammadiyah.
c. Struktur Birokrasi
Amal usaha memiliki kaitan bukan hanya sebagai unit usaha dari
Muhan1madiyah, namun juga kerjasama dengan berbagai pihak dalan1
menjalankan usahanya. Misalnya, sekolah yang terkait dengan bantuan
dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan beasiswa untuk
mahasiswa di perguruan Tinggi.
87
2. Perlu ditingkatkannya koordinasi pada tingkatan hierarki Muhammadiyah
dalam mengontrol kebijakan di Amal Usaha Muhammadiyah di tingkat
wilayah, daerah, cabang maupun ranting.
3. Evaluasi rutin mengenai masalah yang dihadapi AUM dalam menerapkan
kebijakan tersebut serta mencarikan solusi bersama sehingga kebijakan
tersebut dapat be1jalan secara optimal.
4. Diharapkan penelitian sdanjutnya bisa meneliti lebih banyak lagi Amal
Usaha khususnya di daerah-daerah serta individu-individu atau anggota
Muhammadiyah yang juga diharuskan menggunakan layanan perbankan
syariah untuk pembayaran infaq.
87
DAFTAR PUST AKA
Affif, Faisal & Paemeleire, Seluk Beluk Organisasi Perusahaan Modern, Bandung:
PT. Eresco, 1994.
Dunn, William N, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Penerjemah Samodra
Wibawa, dkk ,Yogyakaria: Gadjah Mada University Press,2003.
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id= 111421
http:// ekonomi .ini !ah. com/read/ detail/ 18673 81 /bi-targetkan-market-share-perbankan
syariah-15-20
http://wv.;w.dakwatuna.com/2011/12/17783/tujuh-bank-syariah-jalin-kerja-sama
dengan-muhammadiyah/
http://www.muhammadiyah.or.id
Lubis, Hari & Maiiani Huseini, Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro), Jakarta:
Pusat Antar Universitas ilmu-ilmu sosial Universitas Indonesia.
Makmur, Filsafat Administrasi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Minka, Agustianto, artikel "IO Pilar Pengembangan Bank Syariah"
89
Wawancara Pribadi dengan Gandang Sungkawa, Direktur Keuangan dan SDM
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta, 4 Agustus 2012
Wawancara Pribadi dengan Husnayetti, Direktur Keuangan dan SDM STIE Ahmad
Dahlan,, Jakarta. 13 Agustus 2012
Wawancara Pribadi dengan Sukoto, Ketua Majelis Dikdasmen Cabang Kebayoran
Lama, Jakarta, 7 Agustus 2012
Wawancara Pribadi dengan Suparno, Kepala Bagian Keuangan Rumah skit Jiwa
Islam Klender, Jakarta, 3 sepetember 2012
Wawancara Pribadi dengan Suyatno, Ketua Majelis Dikdasmen Cabang kebayoran
Baru, Jakarta, 14 agustus 2012
Wawancara Pribadi dengan Syafrudin Anhar, Anggota Tim Asistensi Bendahara PP
Muhammadiyah,, Jakaiia, 5 Juli 2012
Wawancara Pribadi dengan Waluyo, Manajer Keuangan Rumah Sakit Islam Pondok
Kopi, Jakaiia, 15 September 2012
Winarda, J, Manajemen Perilaku Organisasi (Edisi revisi), Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2004
Winarno, Budi, Kebijakan Publik Teori dan Proses, Jakarta: PT Buku Kita, 2007
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
Nomor: 36 /KEP/I.O/C/2012 Tentang
SISTEM PENGELOLAAN DANA TERPADU LA YANAN MANAJEMEN KAS
Bisn1illahirrahn1anirrahin1
Lampiran 1
Pi1npinan Pusat J\1uhan1TI1adiyah:
J\1cnin1hang
lv1engingat
Mcmperhatikan
Menetapkan
1. Bah\va untuk mendukung kesina1nbungan dan kcn1andirian l\1uhan1rnadiyah dala1n n1cnyampaikan dak\vah Islan1iyah yang sesuni dengan Al-Quran dan r'\s-Sunnah, diperlukan dukungan finansial yang cukup.
2. Balnva dana Muhmnmadiyah di setiap jenjang, unsur dan an1al usahanya perlu dikeJola lcbih produktif, cfcktif, efisien clan akuntabel.
3. Balnva untuk tindak lanjut pertin1bangan di atas, serta untuk menjadi pedon1an bagi se1nua jcnjang, unsur dan amal usaha ·Muhainrnadiyah~ perlu dibuat sebuah Surat Keputusai1.
!. AD/ART Muhammadiyah 2. Keputusan Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad Muhammadiyah) di
Yogyakaita, tanggal 22-27 Rajab 1431 H/3-8 Juli 2010M.
1. Keputusan Rapat Pleno PP Muhammadiyah tanggal 11 November 2011 2. Keputusan Rapat Plcno PP Muhmnmadiyah tanggal 12 Desember 2011 3. Usulan dan pendapat .pcserta Rakernas Kebcndaharaan Regional I
Yogyakarta tanggal 27-29 November 2011, Regional JI Jakarta tanggal 12-14 Descmber 2011, dan Regional III Makassar tanggal 22-24 Desember 201 l.
MEMUTUSKAN Keputusan Pin1pinan Pusat l\1uhaiumadiyah tentang SISTE1Vf PENGELOLAAN DANA TERP ADU LA YANAN MANAJEMEN KAS.
Pcrtama Kctcntuan U1num
I. Sistim Pengelolaan Dana Terpadu Layanan Manajemen Kas adalah sistim dan prosedur rnanajemen kas terpadu yang dikembm1gkan <ileh PP Muhammadiyah beser\a sistim informasi manajemen bcrbasis teknologi infonnasi dan komunikasi pendukm1gnya yang ditujukan untuk terciptanya n1anajen1en kas persyarikatan yang efisien~ efektif, dan akuntabel.
2. Yang dimaksud Oenganjenjang Mubammadiyah dalatn surat keputusan ini adalah jenjang kepe_mitnpinan Persyariktan scsuai AD dan ART Pcrsyarikatan.
90
Lampiran I (Lanjutan)
3. Yang dimaksud dengan unsur Muhammadiyah adalah semua majelis, lembaga, dan unsur otonom sesuai AD dan ART persyarikatan.
4. Yang dimaksud dengan amal usaba Muhmnmadiyab adalah semua amal usalm yang dimiliki Muhammadiyah <lengan ekuitas lebih dari limapuluh persen.
5. Sen1ua jenjang, unsur, dan an1al usaha Muhamrnadiyah 1ncnempatkan danunya pada bank-bank syarial1 atau lembaga keuangan syariah lainnya yang ditunjuk oleh PP Muhanlmadiyah.
6. Untuk pe!aksanaan sistem pcngelolaan dana terpadu Jayanan manajemen kas, PP Mtman1madiyah dibantu Tim Asistensi Bendahara menerbitkllil aturan teknis pelaksanaan yang mengikat.
7. Setiap saat PP Muhamrnadiyah dapat memperbaiki aturan teknis pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada Ayat 6.
8. Dalan1 pelaksanaan sistc1n pengelolaan dana terpadu layanan manajemen kas setiap jenjang, unsur dan a1nal usaha h1uhammadiyah diaudit baik secara periodik atau secara adhoek sesuai kebutuhan oleh Lernbaga Pembina dan Pengawas Keuangan (LPPK) sesuai jcnjang kewenangan masing-masing atau oleh auditor independent yang ditunjuk o!eh PP Muhammadiyah.
9. Audit sebagaimana dimaksud pada ayat 8 dapat merupakan audit keuangau umum, audit investigasi, atau audit khusus 1ainnya.
Kedua Tata Ketola Rekcning
I. Dllila Muhammadiyah disimpan di rekening giro, tabungan bisnis, dan deposito pada bank dllil lembaga keuangllil sebagaimana dimaksud pada diktum Pertama ayat 5.
2. H..ekening giro sebagainu1na din1aksud pada Ayat 1 digunakan untuk menyin1pan dana minimum kebutuhan operasional sehari-hari.
3. Kelebihan dana di rekening giro di atas minimum kebutuhan operasional seliari-hari dipindahkan secant otomatis ke rekening tabungan bisnis sebagai1nana di1naksud pada Ayat I.
4. Dal am hal saldo rckcning giro jum!ahnya di bawah minimum kebutuhm1 operasional seharihari kckurangannya dipindahkan secara otomatis dari rekening tabungan bisnis.
5. Pemindahan secara otomatis sebagainu1na dimaksud pada Ayat 3 clan Ayat 4 menggunukan fasi1itas autosave atau trans\veep, yang secara otomatis me1nindahkan dana dari rekening giro ke rekening tabungan bisnis atau sebaliknya.
6. Pimpinoo Pusat Muhammadiyah memerintahkan kepada bank syariah mitra Muhammadiyah sebagaimllila dimaksud pada diktum Pertama untuk memindallkan dana seeara otomatis sebagairnana dimaksud pada Ayat 3, Ayat 4, dan Ayat 5.
7. Saldo rekening tabungan bisnis yang sudah meneapai jumlah tertentu dipindahka11 me1tjadi deposito untuk mendapatkan bagi basil yang lebih tinggi.
8. Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat 7 diatur oleh jenjang, unsur, dan amal usaha Muhammadiyah yang !Jersangkutan.
Kctiga Pcngecekan dan Pemantauan Rckcning
I. Da!am rangka mengamankan clan memantau kebutuhan dana sehari-hari sehubungan dengllil pemindahan dllila secara otomatis dari rekening giro ke rekening tabungan, maka setiap Amal Usaha dan Lembaga Persyarikatan Muhammadiyah, diwajibkllil: a. Meminta fasilitas auto debet ke bank syariah mitra Muhammadiyah, yaitu fasilitas yang
dapat memindahkan secara otomatis dana dari rekening giro ke rekening tabungan bisnis atau sebaliknya.
91
Lampiran 1 (Lanjutan)
b. Setiap je1ljang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah wajib melakukan pengecekan saldo rekening giro dan rekening tabungan bisnis sebelun1 1nelakukan penarikan dana dari rekening giro agar tidak terjadi penarikan dana yang melebihi dana yang dimilikinya (over
draft). c. Pengecekan saldo rekening sebagaimana dimaksud pada huruf b, dapat dilakukan sccara
elektronik baik melalui internet, mobilefsms banking, phone banking atau saluran lainnya, dengan meminta fasilitas transaksi non-financial yang tidak berdampak pada perubahan
saldo rekening. 2. Dalam rangka transparansi kcuangan Persyarikatan:
a. PP Muhanunadiyah berwenang untuk setiap saat mengecck atau memantau saldo rekening giro, tabungan bisnfa, atau deposito yang dimiliki olch setiap jenjang, unsur, dan amal
usaha Muhammadiyah. b. PW Muhan1madiyah berwenang u1'tuk setiap saat mengecek atau memantau saldo rekening
giro, tabungan bisnis, atau deposito yang dimiliki oleh setiap jenjang, unsur, dan amal usaha Muhammadiyah yang berada di bawah kewenangarmya.
c. PD Muhanunadiyah berwenang untuk setiap saat mcngecek atau memantau saldo rekening giro, tabungan bisnis, atau deposito yang dimilil<l oleh setiap jenjang, unsur, dan amal usaha Muhanunadiyal1 yang berada di bawah kewenangannya.
d. PC Muhammadiyah berwenang untuk setiap saat mengecek atau memantau saldo rekening giro, tabungan bisnis, atau deposito yang dimiliki oleh setiap jenjang, tmsur, dan an1al usaha Muhan1madiyah yang berada di bawah lcewenangannya.
Keempat Distribusi Bagi Hasil
!. PP Muhammadiyah menyepakati bersama bank syariah mitra Muhammadiyah tarif bagi hasil rekening giro, tabungan bisnis, dan deposito yang paling mcnguntungkan bagi Persyarikatan.
2. Bagi hasil yang diperoleh dari rekc•'iing giro n1enja<li hak dari jenjang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah yang bersangkutan.
3. Selisih bagi hasil antara tabungan bisnis dan giro didistribusikan antara jenjang, unsur, atau
amal usaha Muhammadiyah yang bersangkutan dan PP Muhammadiyah dengan perbandingan 2 dibanding 1.
4. Selisih bagi basil deposito sebelumnya dengan special rate yang diperjuangkan oleh PP Muhan1madiyah didistribusikan antara jenjang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah dan PP Muhammadiyah dengan perbandingan 2 banding 1.
5. PP Muhammadiyah memerintahkan kepada bank syariah mitra Muhammadiyah untuk melakukan pembagian bagi basil sebagaimana dimaksud pada ayat 3 seeara otomatis.
Kelima
TATA KELOLA PEMBIAYAAN DENG AN A GUN AN DEPOSITO
Dalam rangka mewujudkan prinsip ta'awun atau tolong menolong antara jenjang, unsur, atau
amal usaha Muhammadiyah dalam pembiayaan investasi untukmembangun infrastruktur berlaku aturan sebagai berikut:
!. Untulc meminimwnkan biaya pembiayaan yang dilakukan jenjang, unsur, atau 301aJ usaha
Muhammadiyah dalam rangka investasi untuk membangun infrastruktur, PP Muhammadiyah dapat mengupayakan pembiayaan investasi dengan agunan deposito (mudharabah
muqayyadah atau back to back deposit).
92
Lampiran I (Lanjutan)
2. Penggunaan deposito sebagai agunan pembiayaan investasi sebagaimana dimaksud pada Ayat J dapat dilakukan dengan mengagunkan deposito milik jenjang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah yang bersangkutan atau deposito milik jenjang, unsur, atau amal usal1a Muhammadiyah Iainnya.
3. Penggunaan deposito sebagai agunan pembiayaan sebagai mana dimaksud pada Ayat 2 han1s
seizin PP Muhammadiyah. 4. Atas penjaminan deposito milik jenjang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah untuk
pe1nbiayaan investasi pe1nbangunan infi·astruktur n1ilik jcnjang, unsur, atau a1nal usaha Muhammadiyah Iainny&, pemilik deposito yang diagunkan dapat memperolch avalist fee sebesar-hesamya 0.5% dari pokok pembiayaan, yang dikreditkan pada rekening yang bersangkutan.
5. Pelaksanaan penjarninan deposito antar jenjang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah scbagaimana dimaksud pada Ayat 2 dapat mendapatkan tambahan jaminan avalis dari Pi1npinan Pusat Muham1nadiyah.
6. Atas pcnjaminan PP Muhammadiyah pada pembiayaan yang dilakukan oleh je1:ijang, unsur, atau amal usaha Muhammadiyah sebagaimana dimaksud pada Ayat 5, PP Muhan1madiyah dapat memperoleh avalist fee sebcsar-besamya 0.5% dari pokok pembiayaan, yang dikreditkan pada rekening PP Muhanuuadiyah.
7. Untuk keperluan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada Ayat 3 dan pemberian tambahan jaminan avalist sebagaimana dimaksud pada Ayat 5 PP Muhammadiyal1 dapat memerintahkan Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan (LPPK) PP Muhammadiyah untuk melakukan studi kelayakan.
8. PP Muharnmadiyah mengupayakan fasilitas pembiayaan back to back deposit kcpada Bank
Syariah mitra Muhammadiyah sampai mendekati 100% dari jumlah deposito yang diagunkan. 9. PP Muhammadiyah mengupayakru1 fasilitas pembiayaan back to back deposit kepada bank
syarial1 mitra Muhammadiyah dengan biaya pembiayaan yang mendekati 0% di atas bagi basil deposito yang diagunkan.
Keenam Pcnutup
Hal-ha! yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini akru1 diatur kemudian melalui surat keputusan Pimpinan Pusat Muhan1madiyah.
Tembusan:
Pimpinan Pusat Muhanuuadiyal1 kantor Yogyakarta
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 18 Shafar 1433 H.
12 Januari 2012 M
93
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
SURAT KEPUTUSAN PIMP!NAN PUSAT MUHAMMADIYAH
Nomor: 37/KEPII.OIC/2012 Ten tang
PENETAPAN BANK SY AIUAH MITRA MUHAMMADIY AH DALAM SISTEM PENGELOLAAN DANA TERP ADU
LAYANAN MANAJEMEN KAS
Bis1niflahirrah1nanirrahin1
94
Lampiran2 /
?i1npinan Pusat Muhammadiyah:
Mcnilnbang
Mengingat
Memperhatikan
Menetapkan
Pe1inma
I. Bah\va salah satu usaha Muhan1madiyah untulc me\vujudkan visi dan kemandiriannya adalah mengembangkfu1 sarana dan prasarana serta sumber dana untuk n1ensukseskan gerakan.
2. Bah,va Muhmn1uadiyah dengan selun1h an1al usahanya 1nen1iliki potcnsi dana untuk dikelola secara Iebih produktif, efektif, efisien clan akuntabel n1elalui siste1n pengeloiaan dana terpadu layanan manajetnen kas.
3. Bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah Islam bertanggung ja\vab untuk berperan dalam pengeri1bangari sistin1 ekonon1i syaria~:
4. Bah:va P:~ _J\1uham1n_adiyah _telah .trferiefl~_i~~n_S_l111:lt-=K~py_t~<;~Il TI,8:T=b;f: 36/~P/LO(C/2012 tanggal I~ SJmfar j433 Hll2.Jan:iari20J2 M lent~ng' Sisf_cn1 Pengelolaan Dana Terpadu:Layanan Manajemen Kas. - -
5. Bahwa untuk lindak Ianjut pertimbangan di atas, serta ul1tuk menjadi pedon1an bagi sen1ua jenjang, unsur, dan amal usaha l\1uban1triadiyah, pcrlu dibuat sebuah Surat Keputusan.
I. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah 2. Keputusan Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad Muhammadiyah) di
Yogyakarta, tanggal 22-27 Rajah 1431 H/3-8 Juli 2010 M. 3. Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor: 36/KEPII.OIC/2012
tanggal 18 Shafar 1433 H/12 .Tanuari 2012 M tentang Sistem Pengelolaan Dana Terpadu Layanan Mauajemen Kas.
I. Keputusan Rapat Pleno PP Muhammadiyah tanggal 11 November 2011 2. Keputnsan Rapat Pleno PP Muhamrnadiyah tanggal 12 Desember 201 l 3. Nota Kcsepahan1an PP Muhan1madiyah dengan Bank Syaria11 yang
telah ditetapkan menjadi Bank Syariah Mitra Muhammadiyah tanggal 15 Desember2011.
MEMUTUSKAN Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang PENETAPAN BANK SYARIAH MITRA MUHAMMADIYAH DALAM SfSTEM PENGELOLAAN IlANA TERPAilU LA YANAN MANAJEMEN KAS.
Menetapkan Bank-bank Syariah sebagai mitra Muhammadiyah, dalam pelaksanaan Sistem Pengelolaan Dana Terpadu Layanan Manajemen Kas pada setiap jenjang, unsur, dan amal usaha Muhammadiyah.
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
Kccnan1
Tembusan:
Lampiran 2 (Lanjutan)
Bank-bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama adalah:
1. Bank Syariah Bukopin 2. Bank Syariah Mandiri 3. Bank Muamalat Indonesia 4. Bank BR! Syariah 5. Bank BNI Syariah 6. Bank BTN Syariah 7. Bank Danan1011 Syariah, dan 8. Bank Syariah lain yang ditetapkan oleh PP Muhammadiyah dikemudian
hari.
Setiap jenjang, unsur, dan amal usalm Muharmnadiyah menempatkan dananya di Bank-bank Syariah sebagaimana tercantum pada dik:tum kedua.
Setiap jenjang, unsnr, dan amal usaha __ Muhammadiyah juga diperbolehkan
menempatkan dananya di BPD ~ariaJi. yang ditunjuk oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dan di lembaga-lembaga keuangan milik Muhammadiyah
seperti: Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal wa Tamwil
(BMT), dan Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM).
Setiap jenjang, unsur, dan amal usaha Muhammadiyah, melaksanakan diktum
Kesatu, Kedua, dan Ketiga, se!ambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2012.
Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan.
Ditctapkan di : Jakarta
Padatanggal : 18Shafar 1433H. 12 Januari 2012 M
Pimpinan Pusat Muhammadiyah kantor Y ogyakarta
95
96
Lampiran3 I
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIY AH
Nomor: 38 /KEP/I.O/C/2012 Tcntang
!UR.Ai'! ANGGOTA, !NFAQ TETAP, INFAQ SISWA DAN MAHASISWA SERTAALOKASIDANAPERSYARIKATAN
Bis1nillahirrahmanfrrahi111
Pimpinan Pusat Muhanunadiyah: Ivfenimb::tng 1. Balnva unt1;1k n1endu_kung kesinambungan dan ke1nandirian Peryarikatan
Mengingat
f\.1en1perhatikan
l\1cnctapkan
dalan1 menyampaikan dak\1.iah lslan1iyah yang sesuai dengan Al-Quran dun As-Sunnah, diperlukan dukungan finansial yang n1encukupi.
2. Persyarikatan Muhamn1adiyah ndalah sebuah organisasi mnndiri daian1 pen1biayaan aktifitasnya.
3. Bah\Va unluk tindak lanjut pcrti1nb~mgan di atas, serta untuk menjadi pedoinan bagi sen1ua unsur yang ada di Persyarikatan dan .i:\111al USahanya. perlu dibuat sebuah Surat Keputusan.
I. Anggaran Run1ah Tanggn Muhan1n1ndiyah pasal 4 2. Keputusan Muktamar ke-46 (Muktamar Satu Abad Muhmnmadiyah) di
Yogyakarta, tanggal 20-25 Rajab 143i H/3-8 Juli 2010 M. 3. Progran1 Kerja PP Muhanuuadiyah 2010-2015.
I. Keputusan Rapat Pleno PP Muhammadiyah tanggal 18 Juli 2011 di Jakarta, 1ncngcnai Iuran anggota dan Infaq.
2. Surat Kepulusan PP Muhammadiyah nomor: 36/KEP/1.0/C/2012 tangga! 18 Shaf.:1! 1433 H/12 Januari 2012 M tcnta.ng: Sistin1 Pengelolaan Dana Terpadu Layanan Manajemen Kas.
3. Usulan dan pendapat peserta Rakernas Kebendaharaan Regional I Yogyakarta tanggal 27-29 November 2011, Regional II Jakmia tanggal 12-14 Desember 2011, dan Regional Ill Makassar tanggal 22-24 Desember 2011.
MEMUTUSKAN Keputusan Pi111pinan Pusat ~'1uhamn1adiyah tentang IUllAN ANGG01'A, INFAQ TETAP, INFAQ SISWA- DAN MAIJASISWA SERTA ALOKASI DANA i'ERSY ARIKATAN.
l. Mencabut Surat Ednran Pin1pinnn Pusat J\1uhmnmadiyah nornor: l~t\/3.b/ 764/J 996 tentang lnfaq Mnhasisiva Pcrg:uruan Tinggi !vfuhan1n1adiyah.
2. Mencabut Surat Edaran Phnpinan Pusat :t-.1uha1nn1adiyah nornor: I-1V3.b/ 833/l 996 tenmng Penarikan lnfaq Karyawan Amal Usaha dan lnfaq Mahasiswa Muhamn1adiyah.
Kedua
Ketiga
Kce1npat
Lampiran 3 (Lanjutan) I. Menetapkan luran Anggota Muhammadiyah, yaitu
a. Anggota Muhan1madiyah yang n1enjabat sebagai Phupinan Persyarikatan disemua tingkatan dan Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sebesar Rp. 5.000,- perbulan.
b. Anggota Muhan1madiyah yang menjabat sebagai karyawan di jenjang, unsur, dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sebesar Rp. 2.500,perbulan.
c. Anggota Muhammadiyah di luar Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) sebesar Rp. 2.500,- perbulan.
2. Iuran anggota sebagaimana di111aksud pada ayat 1 dibayarkan sccara bulanan, 3 bulanan, 6 bulanan, atau tahunan ke rekening PP Muhan1madiyah.
3. Untuk keperluan pembayaran iuran sebagain1ana din1aksud pada ayat l setiap anggota Pcrsyarikatan Muhammadiyah \Vajib inemiliki rekening tabungan Ci bank syariah n1itra J\1uharrunadiyah.
4. Pembayaran iuran bulanan dengan pola sebagaimana ditnaksud pada ayat 2 dilakukan 1nelalui mckanisme autodebet oleh bank syariah 1nitra Muhammadiyah.
l. Menetapkan Jnfoq Mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah sebesar Rp. 2.500,- perbulan.
2. Menetapkan Infaq Siswa di Sekolah Muhammadiyah sebesar Rp. l.500,perbulan
3. !nfaq sebagaimana dimaksud pada ayat l dan ayat 2 disetorkan oleh Amal Usaha Muharmnadiyah yang bersangkutan kc rckening PP Muhammadiyah paling Jrunbat I bulan setelah berakhirnya semester yang bersangkutan.
4. Menetapkan lnfaq Tetap Donatur dan Simpatisan, yaitu: a. Donatur TingkatA sebesar Rp. 100.000,- perbulan atau lebih b. Donatur Tit1gkat B sebesar Rp. 75.000,- perbulan c. Donatur Tingkat C sebesar Rp. 50.000,- perbulan d. Donatur Tingkat D sebesar Rp. 25.000,- perbulan c. Donatur Tingkat E sebesar Rp. 20.000,- perbulan atau kurang
5. lnfaq tetap sebagaimana dimaksud pada ayal 4 dapat dibayarkan setiap bulan> setiap 3 bul~ setiap 6 bulan~ ataU sctiap tahun.
6. Pembayaran infaq tetap sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dengan pola sebagaimana dimaksud pada ayat 5 dilakukan melalui mekanisme autodebet dan di transfer ke rekening PP Muhammadiyah.
1. Pembagian dari iuran anggota, inf..1q mahasis\va, infaq sis\va dan infaq donatur tetap, adalah sebagai berikut: a. Dana Dakwah dan Pengembangan AUM !0% b. Dana Abadi Persyarikak~n I 0% e. Pimpinan Pusat Muhammadiyah 7% d. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah I 0% e. Pin1pinan Daerah Muhan1madiyah 13% f. Pimpinan Cabru1g Muhammadiyah 20% g. Pimpinan Ranting Muhammadiyah 30%
2. Pembagian dana jatah untuk Pimpinan \Vilayah Muhammadiyah sebagaimana dimaksud pada Ayat I huruf d adalah sebagai berikut: a. Sebesar 20% dibagi sama rata untuk semua Pimpinan Wi!ayah
Muhanimadiyah.
b. Sebesar 80% dibagi antar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah secara
,Pl'.1?P9~il)µal ~_esuai denga~_k:o_n~ril:J_usi rn~s_ing-:-111P.?i:n,g ':\':ila,ya11. __ -,. '" ,;,;;;,-.-:-:· -- - <"-"'\,> 'v,;,-:.~-, ··cc:-- '·ii)·;~;;;:·;.; i · >:c /_.;_;.,, ~ti:h-:!<.';,0[:;_";.;::,,:; ;-_;;;<<:!:.'0i6:~'. c{{;.~-~;:(Lic•cc,J.,,\;,', :.-
97
98
Lampiran 3 (Lanjutan) /
Kclhna
Keenmn
Kctujuh
3. Pembagian datia jatah untuk Pimpinan Daerah Muliammadiyah sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 huruf e adalah sebagai berikut: a. Sebesar 20% dibagi san1a rata untuk semua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah. b. Sebesar 80% dibagi antar Piinpinan Daerah Muhanunadiyah secara
proporsional sesuai dengan kontribusi masing-n1asing daerah. 4. Pcn1bagian dana jatah untuk Pimpinan Cabang Muhan11nadiyah
sebagaiinana dimaksud oada Ayat 1 huruff adalah sebagai berih.-ut:
a. Sebesar 20% dibagi sruna rata untuk semua Pimpinan Cabang
Muhrunntadiyah.
b. Sebesar 80% dibagi antar Pirnpinan Cabang :tvfuhamnK1diyah secara proporsionaI sesuai dengan kontribusi masing-n1asing cabang.
5. Pcmbagian dana jatah untuk Pimpinan Ranting Muhanunadiyah sebagain1ana dimaksud pada Ayat 1 hu1uf g adalah sebagai berikut: a. Sebesar 20% dibat,ri sa1na rata untuk semua Pitnpinan Ranting
Muhan1madiyah.
b. Sebesar 80% dibagi antar Pin1pinan Ranting Mul1amn1adiyah secara proporsional sesuai dengan kontribusi rnasing-n1asing ranting.
Pelaksanaan diktum kesatu, kedua, kctiga~ kecn1pat, dan kelima diatur lebih lanjut oleh Bendahara Umun1 PP Muhan11nadiyah.
Dengan ditetapkannya surat keputusan ini rnaka sennia surat keputusan dan/atau aturan PP lvfuhamn1adiyah yang bertentangan dengan surat keputusan ini dinyatakan tidak berlaku.
Keputusan ini berlaku n1ulai tanggal ditetapkan sampai diadakan petubahan atau dicabut ken:hali.
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 30 Shafar 1433 H.
24 Januari 2012 M ,,%~--:.'::-~
PIMPINAN ~1~ ~l);iADIYAH, Ketua Um um, r;/f! ;l'B'.'.q' Sekretaris Umum,
~ #S -~ .. \ ~ ~ - ~
i~ ;""'?!ii{~::~"' : ~ of.Dr.H.M.DinS amsuddin.MA~~1) · .H.AgungDanarto,M.Ag ~
NBM: 563 653 · ·~"' NBM: 608 658
·ren1busan:
Piinpinan Pusat Muhanunadiyah kantor Yogyakarta
99
Lampiran4
Hasil Wawancara Pewawancara Narasumber
: Riri Arisyia : Syafruddin Anhar, SE., MM. ( Anggota Tim Asistensi Bendahara PP Muhammadiyah Periode 20120-2015)
Tempat dan Tanggal : Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 5 Juli 2012.
1. Apa yang menjadi dasar kebijakan ini dibnat?
Jawab: Pengelolaan secara terintegrasi melalui teknologi perbankan, yang di perbankan itu sendiri disebut cash management. Dalam cash management itu sendiri ada beberapa fitur atau beberapa sistem yang bisa digunakan oleh organisasi besar seperti Muhammadiyah ini. Muhammadiyah kan besar sekali dengan berbagai amal usahanya yang begitu banyak baik dibidang pendidikan, kesehatan. Sehingga diperlukan sistem pengelolaannya yang pimpinan pusat bisa real time online memantau pergerakan keuangan dari amal usaha Muhammadiyah itu. Dalam teknologi perbankan atau sistem cash management itu ada namanya inquiry. Aspek inquiry itu bagaimana dia bisa melacak atau melihat pergerakan dari rekening-rekening dari AUM. !tu yang sesungguhnya yang menjadi dasar kebijakan. Kerjasama cash management ini oleh pusat perusahaan multinasional itu sudah dipakai, apalagi perusahaan-perusahaan atau corporate-corporate yang besar. Dan Muhammadiyah, meskipun dia sebagai organisasi masyarakat, karena memiliki amal usaha maka sistem atau teknologi perbankan yang seperti itu dibutuhkan oleh Muhammadiyah. Itu kebijakannya, dan mungkin ini satu-satunya yang namanya organisasi masa memanfaatkan teknologi perbankan dalam aspek pengelolaan keuangan atau layanan cashnya secara terpadu.
2. Bagaimana Pim pi nan Pusai Muhammadiyah mensosialisasikan kebijakan ini kepada Amal Usaha?
Jawab:
3. Apakah Usaha? Jawab:
Sosialisasi dilakukan melalui membuat jadwal sosialisasi, disampaikan apa manfaatnya, apa k0lebihannya, apa kebaikannya. Kita jelaskan kepada seluruh pimpinan pengelola AUM. Kita jelaskan bahwa ini adalah satu sistem yang dalam konteks akuntabilitas dan transparansi sangat mendukung, sehingga sesungguhnya mereka hampir bisa dikatakan hanya membuat final report saja nantinya. Karena di final report yang menjelaskan penggunaan dana, tapi kalau melihat dari reporting rekeningnya kita sudah tau real time. Dan setiap saat kita bisa ketahui.
kebijakan ini hanya untuk Amal Usaha yang besar atau seluruh Amal
Semuanya, karena memang target. Tahap awal memang yang besar-besar tapi kebijakan itu untuk seluruh AUM, bahkan bukan hanya AUM , anggota dan warga Muhammadiyah. Seperti saya, saya wajib untuk memiliki rekening di salah satu 7 bank syariah itu. Karena menyangkut pada persoalan kewajiban saya sebagai anggota Muhammadiyah, kewajiban saya sebagai pengurus Muhammadiyah untuk membayar iuran menggunakan teknologi perbankan itu
100
Lampiran 4 (Lanjutan) I
4. Apakah ada pembagian dalam pemilihan Bank Syariah dari tujuh bank syariah yang sudah ditetapkau PP? Jawab: Tidak, untuk pembagiannya kita bebaskan setiap amal usaha boleh memilih
salah satu, dua atau tiga dari tujuh bank itu. Tergantung kemanfaatan dan kemudahan dari amal usaha untuk melakukan proses transaksi, kemudian juga mungkin meningkatkan hubungan yang selama ini sudah terjalin atau segala macam . Tidak kita khususkan atau kita atur kalau pergurnan tinggi harns dengan bank syariah ini. Kita berikan kebebasan. Setiap AUM boleh memilih satu, dua atau tiga dari tujuh bank. Biasanya memang satu amal usaha itu tidak menggunakan satu rekening bank saja. Mungkin dia bisa ada yang tiga. Jadi kami persilahkan. Bebas.
5. Bagaimana mekanisme kerjasama antara AUM dengan bank syariah mitra Mnhammadiyah? Jawab: Mekanisme teknisnya setiap Amal Usaha Muhamamdiyah itu membuat
perja1tjian kerjasama yang PP Muhammadiyah MoU nya. Tapi implementasi dari MoU itu adalah perserikatan kerjasama antara AUM dengan banknya masing-masing, tidak secara otomatis Muhammadiyah tanda tangan MoU terns kebawahnya mengikuti. Dia perlu tanda tangan kerjasama
6. Apakah dalam kebijakan_ ini Amal Usaha masih boleh menggunakan bank konvensional?
Jawab: Sampai Desember 2012, itu masih dibolehkan memakai bank konvensional ta pi setelah itu ya harns total bank syariah.
7. Apakah kebijakan ini sudah diterapkan oleh seluruh Amal Usaha Muhammadiyah?
Jawab: Memang belum I 00 % ya. Karena ini menyangkut persoalan di banknya itu sendiri melakukan proses mendevelopnya, membangun sistemnya sendiri. Memang ada beberapa bank syariah mitra Muhammadiyah yang belum final mendevelopnya. Jadi belum 100 %. Ya mungkin barn ada beberapa bank, baru 3 atau 4 bank yang sudah, dan kira-kira baru 40% dari amal usahnaya. Selain itu, tidak semuanya bank syariah itu sampai pada kabupaten kota. Dari kabupaten kota yang ada di indonesia tidak seluruhnya perbankan syariah atau tujuh mitra bank syariah itu memiliki cabang-cabang di kabupaten kota.
8. Bagaimana evaluasi yang dilalmkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait penerapan kebijakan ini?
Jawab: Evaluasi kita dua arah, internal dan eksternal. Artinya evaluasi terhadap bank itu sendiri. Kita sering mengundang rapat bersama sebagai media evaluasi, kita tanya mereka "bagaimana nih, ada laporan disana staf anda atau kru anda seperti ini, tolong diperbaiki". Lalu dari internal kita evaluasi ke amal usahanya, kita tanya bagaimana perkembangannya sudah sejauh mana.
9. Kalan di Jakarta sendiri yang sudah banyak sekali cabang bank syi:riahnya bagaimana penerapannya?
102
Lampiran 4 (Lanjutan) /
berkaitan dengan pangsa pasar ini !ah Muhammadiyah kerjasama dengan bank syariah juga untuk mempercepat cakupan bank syariah terhadap pangsa pasar masyarakat Islam yang begitu besar di Indonesia. Karena ini satu-satunya organisasi masyarakat yang bekerja sama dengan bank syariah mengenai satu teknologi perbankan yang kita sebut dengan cash management. Karena biasanya cash management dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar.
104
Lampiran 5 (Lanjutan) /
Jadi keuangan kita tidak perlu lapor ke PP. sama dengan cabang disana, tidak ada hubungannya sama kita, tapi kalau dapat uang, kita dibagi, ada namanya SWO. Artinya teradministrasi. Dalam arti tidak sentralisasi, PP tidak tanggung jawab, tapi kalau kita dapat, tetap dipertanggung jawabkan melalui LPJ. Ada hutang juga tidak dipikirkan. Kaitannya dengan pertanggungjawabannya dimusyawarah. !tu juga yang menjadi prinsip buat acara harus ada sisasnya, kalau dikasih uang orang ga boleh dihabiskan. Kita lapor kesana, tapi tetap ada yang namanya otonomi daerah.
4. Apakah amal usaha di DKI Jakarta sudah menerapkan kebijakan ini?
Jawab: Kalau prediksi saya I 00% belum, paling tinggal yang kecil-kecil, kala:i s<Jkolahsekolah belum semua, kalau AUM besar sudah. Saya yakin sudah. Karena habis sosialisasi tidak ada laporan yang kami terima dalam arti lisan dari AUM yang besar-besar saja, itu yang baru bisa kita monitor, mungkin kalau sudah I tahun baru bisa kita data.
5. Apakah ada kendala dalam menerapkan kebijakan ini? Jawab: Kendala saya rasa tidak ada. Pembangkangan juga insya Allah tidak ada.
Kendalanya paling perihal teknis. misalnya, itu tadi bank syariah masih pada lokasi yang belum memadai. Taal pada pimpinan sami'na waatho'na. teknisnya jauh dari jangkauan bank syariah. Lalu terkait bantuan BOS. Ada kendala itu, sangat dimaklumi, terkait dengan kondisi lingkungan dan kerjasama dengan pihak ketiga. Sekarang ini masih transisi, jadi masih dua-duanya, tidak balik tangan. Masih ada tahapan, tidak !00%, karenajuga terkait dengan pihak-pihak lain ya.secara prinsip tidak ada kendala.
6. Bagaimana cara bapak dalam mengatasi kendala tersebut? Jawab: Kami akan evaluasi lagi, bulan September atau Oktober kami undang, akan kami
evaluasi siapa yang sudah pindah dan ada masalah apa. 7. Apakah PWM ikut berperan dalam evaluasi kebijakan ini?
Jawab: Evaluasi, kita turut, tapi belum tersistem. Tapi tetap kita punya kewenangan evaluasi. Evaluasi sampai saat ini baru pertemuan. Memang yang dirancang oleh Pembina dan pengawas keuangan, memang di Muhammadiyah sistem keuanganya belum jalan. Kita mungkin yang terbaik dari Ormas lain, meskipnn menurut kita juga belum baik. Karena kita lahir dari bottom up, masih ada egosentris kewilayahan. Disilang belum bisa karena mereka bekerja sendiri. Tidak bisa kita intervensi, A UM yang kurang, kita juga tidak bisa ngapangapain.
8. Apakah ada sanksi jika sampai masa transisi ada AUM yang belum pindah ke bank syariah?
Jawab: Tidak pakai sanksi kita himbau terus, dan Insya Allah orang patuh.
105
Lampiran 6 I
Hasil Wawancara Pewawancara Narasumber
Tempat dan Tanggal
: Riri Arisyia :Irfan Khaliq, S.Kom (Ketua Majelis Dikdasmen PCM Tebet Timur) : Kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebet Timur, 18
Juli2012
1. Dari mana dan kapan bapak mendapat sosialisasi mengenai kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan la ya nan bank syariah? Jawab: Kita dapat dari PP. semua kerjasama secara simultan begitu, semua bank itu cari
nasabah, saya disini ke tujuh banknya datang. Saya bilang "ini dulu" nanti kalau ada kelebihan barn buka lagi.
2. Apakah bapak tahu maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut? Jawab: Agar PP bisa melihat aset secara keseluruhan, karena kalau dengan bank
konvensional dia tidak bisa lihat ada berapa sih uang Tebet Timur. Dalam rangka apa? Dalam rangka mengetahui kekuatan ekonomi Muhammadiyah. Karena selama ini majelis ekonomi Muhammadiyah tidak bisa eksis, karena modalnya kepercayaan dan ternyata ada masalah-masalah. Uangnya ada di cabang sebagai yang terdepan, di sekolah, universitas, rumah sakit. Dan itu sudah otonom ya. Kayak saya disini, disini ya uang tebet timur, tapi saya kasih SWO, dibagi ke wilayah, daerah. Sebcnarnya besar, tapi karena PP tidak bisa memantau, ada sifatnya dia hanya menunggu. Menunggu dan percaya karena dia tidak punya data.
3. Bagaimana tanggapan bapak mengenai kebijakan ini? Jawab: Ya kita ikuti instruksi PP, kan setelah ada bank syariah ini dianggap lebih sesuai
aturan islam. Mt:lailah beberapa cabang pindah ke bank syariah. Wak'tu itu masih BR! karena memang BR! itu ada sampai di tingkat kelurahan. Sekarang yang kerjasama itu kan ada 7 bank, maka 7 bank itu ditunjuk oleh PP untuk jadi banknya Muhammadiyah, jadi tidak dimonopoli oleh satu bank. Kebijakan ini juga untuk menghilangkan keragu-raguan tentang riba ya, jadi intinya itu. Kalau dulu kita disini karena belum ada bank syariah, bank konvensional masih halal buat kita, setalah ada bank syariah baru menjadi haram buat kita. Maka setelah itu, asset-aset kita yag ada di BR! , BNI, kita overbook semuanya ke syariahnya. Tapi masih pakai beberapa bank karena keamanan.
4. Apakah kebijakan tersebut sudah diterapkan di AUM yang bapak jalankan? Jawab: Sudah, kita sudah pakai Bank Syariah Mandiri dari tahun 2007, semua ke BSM.
Guru-gurunya juga sudah kesana. Anak-anak barn juga langsung ke bank, Saya tidak mau ada uang di TU. Saya tidak miiu memberi kesempatan untuk orang jahat.
5. Apakah masih menggunakan bank konvensional? Jawab: Secara umum karena ekonomi kita masih bebas, kita masih terikat juga dengan
bank konvensional, seperti bantuan BOS ada di DK.I, BR!. Kalau kita tidak mau, sayang. Jadi tetap kita buka, tapi uang tidak kita masukkan kesana. cuma untuk bantuan-bantuan saja. Nanti juga ada BOP biar SMA tidak bayar. Jadi intinya kita sudah pindah ke bank syariah, tapi karena sistem ekonomi kita
106
Lampiran 6 (Lanjutan) J
masih liberal, karena pemerintah masih pakai bank konvensional dan supaya pengiriman itu masih kita dapatkan.
6. Bagaimana tentang iuran anggota yang harus ditransfer langsung ke rekening PP, apa sudah dilaksanakan?
Jawab: Kalau kebijakan di daerah-daerah mungkin dilaksanakan, kalau anggota di Jakarta agak susah. Paling di handle sama cabang. Kan mereka sudah kerja. Kalau disini memang agak susah. Mereka sibuk. Kalau yang pun ya kesadaran untuk bayar, kalau tidak cabang yang handle. Supaya organisasi ini juga jalan. Itu yang kadang dilupakan orang, karena memang kalau tidak ada iuran, tidak ada SWO, ya tidak akan jalan organisasi ini. itu yg kadang dilupakan orang. Jadi semua keuntungan dari unit-unit ini harus diberikan ke perserikatan, dalam rangka membesarkan perserikatan.karena terbalik kadang-kadang.karena kadang pimpinan amalusaha tidak mengerti Muhammadiyah, ujuk-ujuk jadi rektor padahal bukan orang Muhammadiyah. Entar kalau Muhammadiyah minta sumbangan,dibilangnya Muhammadiyah minta sumbangan mulu sih. Padahal itu punya dia, itu dibangun untuk membesarkan perserikatan. Makanya kitajuga harus seleksi orang-orangjadi pimpinan AUM.
107
Lampiran 7 I
Hasil Wawancara
Pewawancara Narasumber
Tempat dan Tanggal
: Riri Arisyia : Sukoto, S.Pd (Ketua Majelis Dikdasmen PCM Kebayoran Lama)
: Kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebayoran Lama, 7 Agusutus 2012
1. Dari mana dan kapan bapak mendapat sosialisasi mengenai kel>ijakan Muhammadiyah dalam penggunaan layanan bank syariah? Jawab: Ada edaran, edaran saya terima ada 7 bank, ada pemberitahuan dari PP
2. Apakah bapak tahu maksud dan tujnan dari kebijakan tersebut? Jawab: Ya supaya kita untuk mengelola terhindar dari riba, harus mengarah ke syariah.
Kan selama ini banyakan bank konvensional. 3. Bagaimana tanggapan bapak mengenai kebijakan ini?
Jawab: Ide bagus, tapi pelaksanaannya harus kondisional. Contohnya pemabayaran SPP melalui bank belum bisa dilakukan disini karena murid kita menengah kebawah, yang kesadarannya rendah selalu ditagih. Apalagi menambah birokrasi ke bank siapa yang belum bayaran. Kalau uang yg diterima disetor ke bank sudah, tapi kalau sistem kita belum terapkan. Kalau saya kritisi itu tidak cocok.
4. Apakah kebijakan tersebut sudah diterapkan di AUM yang bapakjalankna?
Jawab: Ya instruksi itu kan juga harus ditelaah lebih jauh, tidak bisa serta merta ketika ada instruksi langsung dijalankan. Kan selama ini sebelum instruksi juga pakai bank konvensional. Konvensional itu sudah berjasa sama kita. Bangunan gedung ini bangunan bank konvensional. Bagaimana mungkin kita akan meninggalkan begitu saja dengan kondisi belum lunas. Paling tidak, kita dalam taat mentaati, kita buka juga bank syariah. Pakai dua-duanya, kita pakai Muamalat.
5. Mana yang lebih dominan digunakan antara bank syariah dan bank konvensioanl? Jawab: Untuk penempatan dana sendiri, sama-sama. itu kan nilainya tidak masalah
administrasi, nilainya kan masalah kita terhindar dari bunga-bunga untuk syariahnya tidak ada kan. Itu ditinjau dari sisi agama. Ditinjau dari sisi keamanan pengelolaan keuangan sama saja, orang produknya sama.mau syariah mau konvensioanl, bedanya hanya disitu saja. Bank konvensional juga mau bayar lewat sana, syariah juga mau gaji dibayar lewat sana. Produknya hampir sama, hanya memang produknya beda. Bahasanya yg berbeda. Jadi sekarang kita konvensional jalan , masih punya hutang, tapi pelan-pelan nanti kita akan mengarah ke instruksi PP. kita sudah ke Muamalat. Uang kita tidak banyak, tidak milyaran sebulan. Tapi kita menilai kebijakan itu bagus. Tapi bukan serta merta . antara mentaati, juga harus berhubungan baik dengan yang selama ini berjasa dengan Muhammadiyah khusunya Cipulir, ya kita harus sama-sama.
6. Apakah kebijakan ini sesuai dengan kebutuhan AUM yang bapakjalankan?
108
Lampiran 7 (Lanjutan)
Jawab: Relative. Itu tadi, menawarkan anak-anak bayar sekolah dengan bank. Untuk Dikdasmen agak kurang pas, sulit. Sekarang ini kita tau yang belum bayar saja ditagih sulit. Kalau kita mau tau siapa yang belum bayar kesana <lulu lihat print out, ya repot. Bukan salah, itu baik. Tapi dalam pelaksanaan tidak hitam putih. Harns dikondisikan.
7. Apakah ada kendala dalam menerapkan kebijakan ini?
Jawab: Pelayanannya hampir sama. kalau kita sebagai orang Islam, ya ke syariah. Pelayanannya sama. Bank Muamalat itu sudah 6 tahun yang lalu. Untuk PP membuka internet setiap saat keuangan di Cipulir. Yang saya tahu, hal seperti itu di Muhammadiyah tidak menjadi barang penting. Karena pengelolaan keuangan itu ada intern masing-masing. Saya belum dengar kalau PP mau tahu kondisi keuangan cipulir gimana, bukan itu tujuannya. Tapi ada suatu kewajiban organisasi, seperti SWO. !ya seperti begitu, udah bayar belum ni SWO. Tapi maaftidak mengarah kesitu.
Hasil Wawancara Pewawancara Narasumber
Tempat dan Tanggal
Lampiran 8
: Riri Arisyia : Bapak Suyatno (Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah Cabang Muhammadiyah Kebayoran Baru)
: Kantor Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebayoran Baru, 14 Agustus 2012
109
1. Apakah bapak sudah mengetahui tentang kebijakan Muhammadiyah dalam pengguuaan layanan bauk syariah? Jawab: Ya, sudah. Kalau kita berkaitan dengan keputusan tersebut nanti bulan
September, sekarang masih pakai Bank DK! Syariah, baru akan kita follow up akhir September.
2. Dari maua dan kapau bapak mendapat sosialisasi mengenai kebijakan Muhammadiyah dalam pengguuaan layanan bank syariah?
Jawab: Sosialisasi kita sudah tahu lama, dikirim melalui wilayah. Malah kita sudah mengundang dari tim keuangan PP. Kita mengadakan sendiri, PDM Jaksel yang memfasilitasi, megundang dari pusat untuk sosialisasi, untuk didatangi oleh cabang se Jaksel. Sudah lama ini. Di puncak sosialisasinya.
3. Apakah bapak tahu maksud dau tujuan dari kebijakan tersebut? Jawab: Maksud dan tujuannya sih bagus karena memang untuk mengetahui kekuatan
dana Muhammdiyah secara nasional. 4. Apakah kebijakan tersebut sudah diterapkan di amal usaha yang bapakjalankan?
Jawab: Kita baru bulan September akan pindah sesuai kebijakan, meskipun sekarang sudah di Bank Syariah DK!. Akan pindah ke bank yng ditunjuk PP.
5. Kena pa belum berpindah menggunakan bank syariah yang ditunjuk oleh PP?
Jawab: Ya ini kan sama-sama syariah, dan masih ada perjanjian. Operasionalnya kan sama, hanya saja DKI itu nasional. Untuk sekolah menggunakan Bank DKI kaitannya dengan bantuan dari pemerintah, seperti BOS, BOP.
6. Apakah masih menggunakan bank konvensional selaian bank DKI syariah?
Jawab: Konven tadinya kita di Mandiri, sudah lama, hanya setoran saja, persoalan dekat saja, lebih nyaman karena dekat. Mekanisme penempatan di Mandiri, di DKI untuk payroll dan pinjaman. Kalau sudah dipindahkan semuanya akan kita pindahkan kesana. Mungkin ke BRI Syariah. Karena dekat, administrasinya lebih kecil dari bank-bank lain. Akhir bulan ini kita kesana, suratnya sudah kita siapkan.
7. Apakah guru, karyawan dan orang tua murid tahu tentang kebijakan ini? Jawab: Untuk guru dan karyawan sudah kita sampaikan akan kita pindahkan ke bank
syariah yang ditunjukkan dari PP. 8. Bagaimana tanggapan mereka?
110
Lampiran 8 (Lanjutan)
Jawab: Orang tua tidak tahu, karena masih setor sendiri, belum setor ke bank. Karena susah ada yang disiplin ada yang masa bodo, ini pernah kita coba tapi gaga!.
9. Apakah kebijakan ini sesuai dengau amal usaha yang bapakjalankan?
Jawab: Kalau kebutuhan sebenarnya sama saja dengan Bank DK! Syariah juga sama dengan bank-bank syariah yang ditunjuk. Hanya bank syariah nasional tidak bisa dilihat pimpinan pusat. Kalau DK! kan tidak. Karena kerjasama dengan bank konvensional atau syariah pun layanannya sama saja, syaratnya sama saja tergantung kitanya mampu tidak melewati kendala itu.
10. Apakah ada kendala dalam menerapkan kebijakan ini?
Jawab: Selama ini Bank DKI memudahakan para guru dalam peminjaman fasilitas untuk karyo.wan. Soal timing saja, lagi pula guru-guru lebih suka menggunakan bank yang akan kita gunakan karena sifatnya nasional, kalau Bank DKI kan lokal. Kalau nasional dimanapun ada.
Hasil Wawancara Pewawancara Narasumber
Tempat dan Tanggal
Lampiran 9
: Riri Arisyia : Gandang Sungkawa, SE., MM. (Direktur Keuangan dan SDM
Universitas Muhammadiyah Jakarta) : Universitas Muhammadiyah Jakarta, 4 Agusutus 2012
111
1. Apakah bapak mengharnskan dananya?
sudah mengetahui tentang kebijakan PP Mnhammadiyah yang amal usaha menggunakan bank syariah dalam penempatan
Jawab: Sudah, dan sudah kami terima SK PP Muhammadiyah Nomor: 36/KEP/I.O/C/2012 tentang Sistem pengelolaan Dana Terpadu Layanan Manajemen Kas, SK PP Muhammadiyah Nomor: 37/KEP/I.O/C/2012 tanggal 18 Shafar 1433 HI 12 januari 2012 M tentang Penetapan Bank Syariah Mitra Muhammadiyah Dalam Sistem Pengelolaan Dana Terpadu Layanan Manajemen Kas, dan SK PP Muhammadiyah Nomor: 38/KEP/I.O/C/2012 tanggal 30 Shafar 1433 H/ 24 Januari 2012 M tentang Juran Anggota, lnfaq Tetap, lnfaq Siswa dan Mahasiswa serta Alokasi Dana Persyarikatan. Tentang penetapan dasar inilah kita mensosialiasaiskan AUM di bawah UMJ, terima ini harus disosialisaiakan , contohnya pihak asrama, atau koperasi, atau AUMAUM lainnya. Jadi pengelolaan dananya harus sentralisasi.
2. Memangnya dulu pengelolaan dana di UMJ belum tersentralisasi pak? Jawab: Awalnya desentralisasi, kita sosialoisasikan ke unit kerja, ada pro dan kontra.
Karena sudah biasa kelola sendiri uangnya. Khawatir uangnya dipakai yang tidak-tidak. Untuk mensosialisasikan itu tidak mudah juga. Kita sebenarnya sudah projek dari PP juga, mensentralisasi dari PP. Bahwa keuangan harus dikelola oleh universitas.
3. Dari mana dan kapan bapak mendapat sosialisasi kebijakan tersebut? Jawab: Begitu kita terima SK PP ini, kita mendapat satu set copy tentang SK-SK
mengenai perujukan bank syariah sebagai mitra kerja. Sejak keluar SK ini kita dapat, langsung kita terapkan, Sekitar maret.
4. Bagaimana tanggapan bapak tentang kebijakan tersebut?
Jawab: Sangat bagus dan harus dilaksanakan. Kebijakan yang luar biasa bagus. Jadi tidak bisa main-main lagi, ngumpetin-ngumpetin dana, semua dana terkontrol oleh PP, fakultas termonitor oleh universitas. Oh berapa sih saldonya. kontrol management tiap hari disini. Pendapatannya berapa, operasional berapa, dengan online sistem bisa termonitor. Berapa saldo kas kita. Ini tersistem lihat saja disini, jadi tidak bisa bohong.
S. Apakah masih menggunakan bank konvensional?Mengapa?
Jawab: Masih, karena ini masa transisi, jadi rekening-rekening itu sebagai penampungan sementara. Mahasiswa yang di daerah masih di konven, tapi sudah ada yang ke bank syariah. Hasil rekening penampungan dipindahkan ke BNI Syariah. Tapi belum ditutup.
112
Lampiran 9 (Lanjutan) I
6. Mana yang lebih dominan digunakan antara bank konvensional dan bank syariah?
Jawab: Yang Iebih dominan ya syariah, konvensional hanya penampungan sementara.
7. Bagaimana bapak/ibu mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada staffyg lain? Jawab :Kepada staff, khusus untuk payroll kita bekerjasama dengan 2 bank, pembayaran
gaji. Dibukakan seluruh karyawan ke semua rekening bank syariah 8. Bagaimana tannggapan karyawan dan mahasiswa tentang perpindahan rekening ke
bank syariah ini? Jawab: Tanggapan awalnya biasa, rame. Namanya perubahan, mereka tanya kok
berubah-berubah sih? !tu dari karyawan. Kalau dari sisi mahasiswa, kok dipusingkan sih?. Terus kita juga harus mensosialisaikan nomor rekeningrekening. Kita juga harus menganalisis cabang-cabangnya dimana ini. Jangan sampai dipersulit. Kalau kemarin ada mobil untuk sementara, mobil layanan yang ada A TMnya.
9. Apakah kebijakan ini sesuai dengan kebutuhan amal usaha yang bapakjalankan?
Jawab: Ya sudah jelas, untuk infaq saja sudah Iangsung ada kelompok, iuran wajib, SWO. Sumbangan wajib organisasi. Sudah ditentukan oleh PP. paling besar UMJ, 600jt.
10. Kendala apa saja yang bapak/ibu hadapi dalam pelaksanaan kebijakan ini?
Jawab: Menyatukan persepsi. Sudah terbiasa dengan bank konven, biasa dapat hadiah, disupport kegiatannya oleh bank. Hampir tiap hari kepala cabang kesini, bertanya kenapa kok dipindahkan. Ada yang sakit. !tu sisi eksternal. Internalnya, kebijakan yang bersifat proteksi di syariah.
11. Bagaimana mengatasi kendala tsb?
Jawab: Ya perlahan-Iahan. Dibuat analisisnya, kendala-kendalanya, ya kita tidak tutup dulu, sebagai penampungan saja , tapi langsung kita pindahkan ke syariah. Kita akan tutup perlahan-lahan di bank konvensional.
Hasil Wawancara
Pewawancara Narasumber
Tempat dan Tanggal
113
Lampiran IO I
: Riri Arisyia : Husnayetti, SE, MM (Direktur Keuangan dan SDM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan)
: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan, 13 Agustus 2012
1. Apakah ibn sndah mengetahni tentang kebijakan PP Mnhammadiyah yang mengharuskan amal nsaha menggnnakan bank syariah dalam penempatan dananya?
Jawab: Sudah semenjak SK itu ada kita sudah sosialisasi ya. Sekitar bulan Juni kita memindahkan gajian kesana. Kebijaknnya sekitar bulan mei begitu juga dengan kewajiban-kewajiban anggota. Sudah langsung debet rekening ke PP. Sebelumnya proses, bank mana sih yang kira-kira memenuhi kebutuhan kita. Sebenernya untuk Bank Muamalat sudah dari dulu ya, kalau sekarag ada 3, Muamalat, BNI Sayariah, dan BRI syariah. Meskipun ada hal-hal yang otomatis tidak menggunakan bank konven karena berkaitan dengan dana-dana bantuan. · Misalnya bank Mandiri. Kita dapat beasiswa dari Kopertis, dimintanya pakai bank pemerintah, mau tidak mau kan. Jadi istilahnya bank konven hanya untuk penampungan saja ya, nanti setelah masuk akan kita pindahkan ke bank syariah lagi.
2. Apakah ibn tahn maksud dan tnjuan dari kebijakan tersebnt?
Jawab: Yang pertama, Kan banyak PTS di bawah naungan Muhammadiyah, 150an seluruh Indonesia, kebijakannya otonom, artinya pendapatan dikelola sendiri, nanti laporan ke PP paling hanya anggaran dan realisasi. Tanpa tahu berapa asset mereka. PP diberi hak untuk melihat asset PTS, sehingga itu bisa menggambarkan kekuatan Muhammadiyah seperti apa, dilihat dari assetnya.Yang kedua, supaya Muhammadiyah itu diperhitungkan, meskipun secara kuantitatif anggota kita lebih banyak, tapi kita belum bisa jadi penentu di suatu bank. Meskipun asset kita ada, tapi karena secara jumlah lebih kecil, berarti tidak ada negosiasi. Tapi ketika nanti akan dihimpun di 7 bank itu dengan asset yang nanti cukup luar biasa, nanti kita ada bargaining position, bahwa kalau kita melakukan invest atas suatu pengembangan dibantu dong, kalau tidak saya tarik lho. Kira-kira begitu. Jadi kita bisa memanfaatkan asset yang ada karena kita menyadari bahwa PTS itu tidak semua eksis, tidak semuanya besar. Sehingga tujuan lainnya adalah dengan asset yang ada atau PTS yang punya asset yang besar nanti bisa mengembangkan PTS atau AUM yang masih kecil, yang baru mulai merangkak, kira-kira begitu. Jadi untuk ke depan Muhammadiyah itu bisa eksis dimanapun, itu salah satu tujuannya kenapa kok perlu ada pengalokasian atau penyamaan bank. Nah kalau untuk kenapa bank syariah sudah tau ya.
116
Lampiran 11
Hasil Wawancara Pewawancara : Riri Arisyia Narasumber : H. Pudjo Sumedi AS., M.Ed. (Wakil Rektor II bagian
Keuangan Universitas Prof. Dr. Hamka) Tempat dan Tanggal : Universitas Prof. Dr. Hamka, 13 Agustus 2012.
1. Apakah bapak sudah mengetahui tentang kebijakan PP Muhammadiyah yang mengharuskan amal usaha menggunakan bank syariah dalam penempatan dananya?
Jawab: !ya, sudah.
2. Dari mana dan kapan bapak mendapat sosialisasi kebijakan tersebut? Jawab: Dapat sosialisasinya dua kali, di Jakarta dan Makassar, bulannya lupa sebelum
tanda tangan MoU sudah tahu. 3. Apakah bapak tahu maksud dan tujuan dari kebijakan tsb?
Jawab: Supaya Muhammadiyah punya kekuatan, karena keuangan Muhammdiyah yang dikelola perbankan terpisah pisah, sehingga kita punya power. Jika seluruh dana Muhammdiyah dikumpulkan di bank syariah, kita jadi punya kekuatan. Contoh. Kita menggunakan bank Muamalat, apa rewardnya untuk Uhamka? Jadi ada timbal balik. Kita dikasih dua mobil, oke kita dorong ke Muamalat semua, tapi kita bisa dikasih apa sama Muamalat, jadi ada kekuatan. Selain PP juga bisa kontrol keuangan Muhammadiyah seluruh Indonseia.
4. Bagaimana tanggapan bapak tentang kebijakan tersebut?
Jawab: Bagus, hanya saja kalau kritik saya, harusnya lebih bijak jika PP memutuskan pembagian wilayah. Karena dengan kebijakan tersebut seluruh bank syariah datang ke kita. Bingung kitanya, jadi unsur kekuatannya kalau dipakai semua juga jadi kecil. Menurut saya DKI Jakarta ke bank ini, Jawa Barat ke bank ini. Tapi kalau sudah begitu menjadi kompetitif, berebutan lahan. Yang pusing kita.
5. Apakah kebijakan tersebut sudah dilaksanakan oleh Amal Usaha bapak?sejak kapan?
Jawab: Sudah. Kita di Bank Muamalat, kita sudah komit didorong kesana. Mereka juga dengan hati-hati karena kalau pelayanannya mengecewakan akan kami cabut. Kita jadi punya daya tawar. Kita juga punya mahsaiwa jurusan bank syariah, jadi berbagi informasi kalau ada lowongan. Kita juga cari yang menguntungkan kita.
6. Apakah masih menggunakan bank konvensional?mengapa?
Jawab: Uang kuliah, masih di mandiri bank konvensional. Kalau langsung dicabut nanti malah merusak sistem. Kita juga harus jeli melihat perkembangan perbankan, yang tidak menguntungkan. Agar mahasiswa juga dapat
117
Lampiran 11 (Lanjutan) /
kemudahan. Belum semuanya ke bank syariah, bank Muamalat membangun sistemnya dulu, bank Muamalat menyesuaikan dengan sistem yang ada.
7. Bagaimana Bapak mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada staffyg lain?
Jawab : Sering adakan sosialisasi, Melalui forum-forum untuk khusus sosialiasi, secara tertulis juga, secara instruksi. Misalnya saja, untuk simpan pin jam masih pakai BSM. Pegawai bisa pinjam kesana, tapi konsekuensinya payrollnya harus kesana. Kalau dengan bank muamalat belum ada peminjaman.
8. Bagaimana tannggapan karyawan dan mahasiswa tentang perpindahan rekening ke bank syariah ini?
Jawab: Bertahap, kalau mahasiSwa kita tidak memindahkan, yang sudah disana, ya tetap disana. Karyawan, masih manual. Nanti karena ada kerjasama dengan bank barn nanti pengambilan gaji disana.
9. Apakah kebijakan ini sesuai dengan kebutuhan amal usaha yang bapakjalankan?
Jawab: Sesuai, tidak ada masalah, Cuma seharusnya ada ketegasan dari awal bank mana yang harns kita pakai. Karena setengah memaksakan bank syariah itu minta waktu untuk presentasi, saya rasa itu wasting time. Memudahkan kontrolnya juga nanti jika ada pembagian bank.
10. Kendala apa saja yang Bapak hadapi dalam pelaskanaan kebijakan ini?
Jawab: Ya tadi itu kendalanya satu, semua orang ingin masuk, kita sulit memanagenya. Penyesuaian itu tidak mudah, program yaug sudah dibangun disini, selain itu SDM dan sistemnya. Harns sinkron dengan sistem yang ada.
11. Bagaimana mengatasi kendala tersebut?
Jawab: Saya cenderung mereka yang harus menyesuaikan sistem nya dikita
12. Bagaimana dampak kebijakan ini terhadap amal usaha Bapak?
Jawab: Kita jadi bisa menawar, punya keuntungan seperti misalnya sponsor, karena setiap bank ada dana beasiswa, dana masjid, mereka juga akan memilih-milih untuk memberikannya ke nasabah yang bagus, yang loyal. Mudah-mudahan nanti kita bisa gunakan bank Muamalat untuk kegiatan Uhamka, yang penting semua dana kita dorong kesana.
118
Lampiran 12 I
Hasil Wawancara
Pewawancara : Riri Arisyia Narasumber : Bapak Suparno (Kepala bagian Keuangan Rumah Sakit Jiwa
Islam Klender) Tempat dan Tanggal : Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, 3 September 2012
1. Apakah kebijakan Muhammadiyah dalam penggunaan Iayanan bank syariah sudah diterapkan oleh RSJI ini? Jawab: Kita sudah menggunakan bank syariah kalau masalah kebijakan Muhammadiyah
dalam penggunaan bank syariah. Kita sudah dari awal, sudah lama sejak tahun 2001 sudah pakai Muamalat. Sebelumnya BCA, BRI, sekarang Muamalat.
2. Kapan dan dari mana bapak mendapatkan sosialisasi mnegnai kebijakan ini? Jawab: Kita sudah diundang ke semacam workshop di asrama haji sekitar September
atau Oktober, 3 hari tentang penggunaan bank syariah. 3. Sosialisasi dari pimpinan wilayah DKI Jakarta tidak hadir?
Jawab: Yang di PWM kita tidak ada, tidak diundang. 4. Apakah bapak tahu maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut?
Jawab: Tujuan intinya seluruh AUM harus menggunakan bank syariah, nah bagi yang belum harap segera pindah. Kan banyak itu ada 9 bank yang ditunjuk, salah satunya bank Muamalat, BR! Syariah, BSM. Kalau kita memang ada yang sifatnya harus memakai bank konvensional.karena dari pemerintah tidak mau, tetap ada hubungannya dengan pemerintah. Tapi kan itu sebagai alat perantara pembayaran rumah sakit dengan dinas-dinas pemerintah. Jadi harus tetap ada. Tapi langsung kita ambil, tidak beku disitu, Dari masing-masing pemerintah itu memberi kebijakan masing-masing. Misalnya kalau departemen kesehatan yang di Rasuna Sahid itu pakai Bank BRl, kan tidak bisa langsung Bank Muamalat. Pertama pemerintah tidak mau langsung ke bank tersebut. Karena setiap ada transaski pembayaran itu akan di eek badan keuangan, akan ketahuan rekening ini kemana. Jadi lebih mudah Departemen Kesehatan ke bank BRl. Kalau dinas kesehatan yang di DK! itu ke bank DKI. Itu perihal klaim kita melayani. Kita klaim, kita dapat pembayaran. 1adi klaim pembayaran . kita melayani total berapa nanti klaim ke sana.
5. Mana yang Iebih dominan digunakan antara bank syariah dan bank konvensional? Jawab: Kalau untuk operasional, Muamalat semua. Kalau pasien membayar, langsung di
Muamalat. Tapi kalau ada yang mau membayar, ke rekening apa, punyanya apa, mau lewat rekening apa, kita tidak bisa suruh hanya kesatu bank ini, yang paling mudah mana. Kalan untuk payrollnya kita Muamalat. Yang dominan muamalat. Semua transaksi dari Muamalat.
6. Apakah ada kendala dalam menerapkan kebijakan ini?
Jawab: Tidak ada masalah, sudah terbiasa dengan kebijakan ini, karena sudah berjalan. Karena juga yang terdekat di kita Bank Muamalat. Kita ditawarin dengan BRlS, banyak yang nawarin tapi kita sudah dengan yang ini. Jadi setelah ada kebijakan ini, kita sudah berjalan.
119
Lampiran 12 (Lanjutan)
7. Lalu bagaimana dengan infaq anggota atau karyawan yang harus di autodebet ke rekeniug PP? apa sud ah diterapkan? Jawab: Belum autodebet dari karyawan, karena belum semua anggota menyadari. Ada
juga orang yang hatinya belum terbuka, belum ikhlas, hanya orang-orang tertentu yang begitu, kadang cuma seribu, 2 ribu masih dimasalahkan, diomongkan karena ada yang terbebani. Karena kita juga ada sumbangan internal untuk masjid, itupun juga ada yang cuma seribu 2 ribu tiap bulannya. Belum bisa disamakan peserta a dengan peserta b, karena hati Muhammadiyah ada yang iklas ada yang tidak. Jadi belum rutin.
8. Apakah kebijalrnn ini sesuai dengan kebutuhau AUM RSJI ini?
Jawab: Secara namanya pendapatan dari instansi ini, apakah ini dibalikan kembali lagi kesini atau tidak. Intinya kita dapat legalitas sebagai anak rumah sakit. Kan induknya Cempaka putih. Pertimbangan awalnya karena direksi kita memang mengusulkan menggunakan bank syariah,, di sebarkan angket ke karyawan, yang setuju siapa yang tidak setuju siapa. Tenyata 50 lebih mau Muamalat, yasudah Bank Muamalat awalnya kita menalangi pembukaan rekening, nanti pada saat gajian kita kurangi. Memang awal-awal sulit, tapi karena kita kasih kemudahan itu, karyawan mau. Mereka merasa dipersulit kan awalnya pakai BCA. Awalnyajuga untuk menghindari nilai yang tidak-tidak.
121
Lampiran 13 (Lanjutan) /
rekening bank syariah. Atau bank syariah sendiri menyanggupi di sistemnya. Sistem di bank syariah bisa mendukung tidak. Misalnya pasien pakai kartu kredit, nah sistemnya itu mendukung tidak. Kalau debet sih bisa tapi kalau kredit itu bisa atau tidak, itu masalahnya.
123
Lampiran 15 I
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSfTAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARTF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
No1nor: Un.01/F4/PI1.0"L1/1Jl!1 /20'12 La1np : 'J (salu) Bcrkns Proposal Ilal : r-.1ohon Kcsedi<lan 1nenjadi Pc1nbimbing Skripsi
Yang Terhonnat, Drs. Noryatnin Aini, M.A Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jaknrta
Assn/amunlnikmu waralunatullnh wabarakntuh
Jakarta, 29 Februari 2012 Iv1
7 Rabhtl Akhir 1433 H
Pin1pinan Pakullas Syarfo.h dan I-Iuku1n UIN Syarif I·Iidayatullah Jakarta
rncngharapkan kcsediaan Saudara unluk n1enjadi pcn1bimbing skripsi iuahnsis\va: Na1na Riri Arisyia NIM 108046100139 Prodi/Konsentrasi J udu! Skripsi
Muamafot/Pcrbankan Syariah Pcrau Socittf Enterpre11eurship dalm11 Pe11gembm1g1111 Ekonomi .h1asyan1kat
Bcbcrapa ha! yang dapatdipcrtirnbangkan adalah sebagai berikut: 1. Topik bahasan dan out line diinana perhL dapat diadakan per~bahan dan
penyen1purnaan. 2. Teknik penu!isa1t supaya mcrujuk kepada buku "Pedo1nan Pcnu1isan Skripsi
Fakultas Syariah dan Huku1n UIN Syarif I-lidayatuliah Jakarta"
Demikianlah at11s kt'-'>ediaan saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassn/r.111uala · u 1 warnlmzntullnlii wnlmrakntuh .,...,'\_. Kct~a Prqgr.~ Studi J\1uamalat (Ekonomi Islan1)
--.. ~~~?~~ii~lo2 ~ Tcu1busan'
Disrunpaikan dengan hormat kepada: I. Kasubag Akade1nik & Kcm.ahasis\Yaau l'akultns Syariah dan 1-Iukmn 2. Sekretaris Program Sl11di Muamalat Fakultas Syariah dan Hukun1 3. Arsip