78
i STUDI KOMPARASI TINGKAT KECERDASAN SOSIAL ANTARA KELAS KINESTETIK, KELAS VERBAL LINGUISTIK, DAN KELAS LOGIS MATEMATIS PADA SISWA KELAS III DI SDIT NIDAUL HIKMAH SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/ 2012 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Disusun oleh: WORO SEPTIYARSIH NIM: 115 07 013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012

17e6d3eb09297fbe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dfdsfsfs

Citation preview

  • i

    STUDI KOMPARASI TINGKAT KECERDASAN SOSIAL

    ANTARA

    KELAS KINESTETIK, KELAS VERBAL LINGUISTIK, DAN

    KELAS LOGIS MATEMATIS

    PADA SISWA KELAS III DI SDIT NIDAUL HIKMAH

    SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/ 2012

    SKRIPSI

    Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

    Disusun oleh:

    WORO SEPTIYARSIH

    NIM: 115 07 013

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    JURUSAN TARBIYAH

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2012

  • ii

  • iii

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Woro Septiyarsih

    NIM : 115 07 013

    Jurusan : Tarbiyah

    Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

    saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

    orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

    etik ilmiah.

    Salatiga, 3 Maret 2012

    Yang menyatakan,

    Woro Septiyarsih

  • v

    MOTTO

    sebaik-baiknya umat adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

    We worry about what a child will become tomorrow, yet we forget that he is

    someone today. (Stacia Tausher)

    Tidak ada kesuksesan sejati tanpa penolakan. Semakin banyak penolakan yang

    anda alami, semakin unggul, semakin belajar dan semakin dekat dengan harapan

    anda (Anthony Robbins)

    Lebih baik terasing daripada menyerah pada kemunafikan (Soe Hok Gie)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Penulis persembahkan skripsi ini kepada:

    1. Ibuku (Asih Sri Hardini S.Pd), bapakku (Sugeng Dumadi) you are my

    everything dan adik-adikku tercinta nothing can compare to you.

    2. Keluarga besar Drs. Agung Wibowo, terimakasih tak terkira untuk

    kesempatan ini.

    3. Lahmudin Baihaqi S.Pd.I, my guardian angel, nuhun pisan arek ngadoa,

    semangat, sumanget ngebantu. Mugi-mugi Allah ngaridoan rencana

    urang. Insyaallah well find a way. Amien.

    4. Keluarga besar Mapala MITAPASA 2007/2008 2011/2012 cacian

    makian pujian tangisan bersama kalian membuat hidup lebih hidup.

    Terimakasih khususnya kepada sejawat senasib sepenanggungan di

    PENDASPALA XIII terutama sejawat Siti ceblenk Maunah, sejawat

    Syarif Anam pendhel Muhammad, sejawat Muhammad bendhol Saiful

    thanks for the first step. Kepada sejawat Paryono dobleh, sejawat

    Khomsun shontow Mashadi, sejawat Hafidh Arif ciwil Rahman,

    sejawat polo, sejawat Mustaghfiril wader Asror, sejawat Muhammad

    piqun Mufid, sejawat Munawar keci Sholeh dan sejawat-sejawat lain

    yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih untuk dukungan dan

    kebersamaan selama ini, salam lestari!!!!

    5. Alm. Titik Puji Lestari, terimakasih untuk semua kenangan bersamamu.

    Mengenang kebersamaan kita adalah semangat untukku. Semoga kau

    tenang dan bahagia di sisiNya. Amien.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT yang

    telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    pengerjaan skripsi.

    Penulis sependapat bahwa sekolah merupakan tempat utama

    berlangsungnya transformasi ilmu pengetahuan. Seiring perkembangan anak usia

    sekolah, sekolah memegang peran yang lebih dari sekedar tempat transformasi

    ilmu, namun juga tempat perkembangan jiwa sosial dan perkembangan beragam

    potensi anak berdasarkan kecerdasan masing-masing anak untuk bekal

    menghadapi masa dewasanya. Skripsi ini mencoba untuk mengukur dan

    membandingkan tingkat kecerdasan sosial berdasarkan latarbelakang kecerdasan

    anak di masa-masa awal sekolah dasar.

    Namun yang penulis kemukakan dalam skripsi ini masih sangat jauh dari

    sempurna. Boleh jadi nampak sangat subjektif. Penulis sadari pada subjektifitas

    mengandung banyak kelemahan. Oleh karena itu penulis tetap mengharapkan

    koreksi dan kritik konstruktif dari manapun.

    Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.

    Oleh karenanya penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada:

    1. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa M.Pd beserta ibu Miftachurrifah M.Ag

    selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah (PGMI) yang telah mengarahkan, mendidik serta memberikan

    motivasi kepada penulis.

  • viii

    2. Ibu Muna Erawati M.Si selaku pembimbing yang begitu sabar dan telaten

    memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis selama

    penyusunan skripsi ini.

    3. Ibu dan bapakku, serta adik-adikku you are my everything, nothing cant

    compare to you.

    4. Paryono dobleh, terimakasih untuk kebersamaan dan diskusi kita selama

    ini. Finnaly we can finish our study!

    5. Keluarga besar Mapala MITAPASA 2007/2008 2011/2012. Thanks to

    always there for me. Salam lestari!!!!!

    6. Teman-teman seperjuangan di PGMI 07, be the first and be the best. Alm.

    Titik Puji Lestari, your spirit make me burned, thank you.

    Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis berharap semoga Allah

    SWT membalasnya dengan pahala yang berlimpah, Amin. Penulis menyadari

    bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun

    metodologi penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat

    penulis harapkan.

    Salatiga, 3 Maret 2012

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    Septiyarsih, Woro. 2012. Studi Komparasi Tingkat Kecerdasan Sosial antara

    Kelas Kinestetik, Kelas Verbal Linguistik dan Kelas Logis Matematis pada

    Siswa Kelas III di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun pelajaran 2011/

    2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru

    Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

    Pembimbing: Muna Erawati, M.Si.

    Kata kunsi: Kecerdasan Sosial, Kecerdasan Majemuk.

    Penelitian ini merupakan bagian upaya untuk mengetahui perkembangan

    kecerdasan sosial siswa di samping ragam kecerdasan lain (kecerdasan

    majemuk) di tingkat pendidikan dasar. Pertanyaan utama yang ingin dijawab

    melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana profil SDIT Nidaul Hikmah

    Salatiga? (2) Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa kelas kinestetik di

    SDIT Nidaul Hikmah Salatiga? (3) Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa

    kelas verbal/ linguistik di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga? (4) Bagaimana

    tingkat kecerdasan sosial siswa kelas logis/ matematis di SDIT Nidaul Hikmah

    Salatiga? (5) Apakah ada perbedaan tingkat kecerdasan sosial siswa antara

    kelas kinestetik, kelas verbal/ linguistik dan kelas logis/ matematis di SDIT

    Nidaul Hikmah Salatiga? Guna menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian

    ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan studi komparasi.

    Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (a) Hingga saat ini SDIT

    Nidaul Hikmah masih menjadi Sekolah Dasar dengan sistem full day school

    pertama dan satu-satunya di kota Salatiga. SDIT Nidaul Hikmah mendasarkan

    pembagian kelas pada teori kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang

    dikemukakan oleh Howard Gardner. (b) Tingkat kecerdasan sosial anak di

    kelas kinestetik temasuk pada kategori tinggi. Terbukti dengan 36% anak di

    kelas tersebut menduduki kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi. (c) Tingkat

    kecerdasan sosial anak di kelas verbal linguistik temasuk pada kategori

    sedang. Hal ini ditunjukkan dengan 40% anak di kelas tersebut menduduki

    kategori tingkat kecerdasan sosial sedang. (d) Tingkat kecerdasan sosial anak

    di kelas logis matematis termasuk pada kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan

    dengan 43% anak di kelas tersebut menduduki kategori tingkat kecerdasan

    sosial tinggi. (e) Dari hasil pengumpulan data, pengolahan data hingga analisis

    data diketahui bahwa tingkat kecerdasan sosial siswa kelas logis matematis

    lebih besar dari siswa kelas kinestetik dan tingkat kecerdasan sosial siswa

    kelas kinestetik lebih besar daripada siswa kelas verbal. Melalui uji beda dapat

    disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat

    kecerdasan sosial siswa antara kelas kinestetik dengan kelas verbal linguistik

    pada taraf signifikansi 0,000 < 0,005.

    Melalui penghitungan anava dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

    yang signifikan mengenai tingkat kecerdasan sosial siswa antara kelas

    kinestetik, kelas verbal linguistik dan kelas logis matematis dengan

    signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 atau pada taraf kesalahan 5 %.

    (Hasil dan pembahasan temuan selengkapnya dapat disimak lebih lanjut.)

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv

    HALAMAN MOTTO ................................................................................ v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

    ABSTRAK .................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar belakang masalah ............................................................... 1

    B. Rumusan masalah ........................................................................ 6

    C. Tujuan penelitian ......................................................................... 7

    D. Hipotesis penelitian ...................................................................... 7

    E. Kegunaan penelitian ..................................................................... 8

    F. Definisi operasional ..................................................................... 8

    G. Metode penelitian ......................................................................... 9

    1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ......................................... 9

    2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 9

    3. Populasi dan Sampel .................................................................... 9

  • xi

    4. Prosedur penelitian ....................................................................... 10

    5. Metode pengumpulan data ........................................................... 11

    6. Instrumen penelitian ..................................................................... 11

    7. Analisis data ................................................................................. 13

    H. Sistematika penulisan ................................................................... 14

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Kecerdasan sosial ......................................................................... 15

    1. Pengertian kecerdasan sosial .............................................. 15

    2. Teori-teori kecerdasan sosial .............................................. 15

    3. Dimensi-dimensi kecerdasan sosial .................................... 18

    4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial ........ 20

    B. Kecerdasan majemuk (multiple intelligence) ................................ 22

    C. Perkembangan sosial anak ........................................................... 25

    1. Pengertian perkembangan sosial ........................................ 25

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial .. 26

    3. Tingkatan perkembangan sosial anak ................................ 28

    D. Tugas perkembangan ................................................................... 29

    1. Pengertian tugas perkembangan ......................................... 29

    2. Tugas fase perkembangan masa sekolah ............................ 29

    E. Teori perkembangan psikososial .................................................. 31

    BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum SDIT Nidaul Hikmah ..................................... 34

    1. Identitas sekolah ........................................................................... 34

  • xii

    2. Visi, misi dan tujuan sekolah ....................................................... 35

    3. Keadaan guru ............................................................................... 37

    4. Keadaan siswa .............................................................................. 38

    5. Sarana Prasarana sekolah ............................................................. 41

    6. Kegiatan sekolah .......................................................................... 42

    B. Penyajian Data ............................................................................. 47

    BAB IV ANALISIS DATA

    A. Analisis variabel ........................................................................... 48

    B. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 56

    C. Pembahasan .................................................................................. 57

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................. 61

    B. Saran ............................................................................................ 62

    Lampiran- Lampiran

    Lampiran 1 Skala kecerdasan sosial ....................................................... 63

    Lampiran 2 Tabel daftar responden kelas A, B dan C ............................. 66

    Lampiran 3 Tabel hasil angket kelas A, B dan C .................................... 69

    Lampiran 4 Tabel nilai kelas A, B dan C ................................................ 72

    Lampiran 5 Tabel penghitungan anava dan t test dengan SPSS

    for windows ........................................................................ 75

    Lampiran 6 Daftar riwayat hidup ............................................................ 77

    Lampiran 7 Surat Pembimbing Skripsi ................................................... 78

    Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian ....................................... 79

  • xiii

    Lampiran 9 Lembar Konsultasi Skripsi .................................................. 80

    Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian .............................................. 81

    Lampiran 11 Surat Keterangan Kegiatan ................................................ 82

    Daftar Pustaka

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Blue Print Instrumen Skala Kecerdasan Sosial .................. 13

    Tabel 3.2 Data Guru dan Pendidikan Terakhir SDIT Nidaul Hikmah

    Tahun Ajaran 2010/2011..................................................... 37

    Tabel 3.3 Daya Tampung Sekolah SDIT Nidaul Hikmah

    Tahun Ajaran 2010/2011 .................................................... 38

    Tabel 3.4 Data Siswa SDIT Nidaul Hikmah ...................................... 38

    Tabel 3.5 Data Siswa Mengulang Kelas SDIT Nidaul Hikmah ......... 39

    Tabel 3.6 Jumlah Siswa, Jumlah Lulusan dan Jumlah Putus Sekolah

    SDIT Nidaul Hikmah ......................................................... 39

    Tabel 3.7 Data Siswa Berprestasi SDIT Nidaul Hikmah ................... 40

    Tabel 3.8 Data Sarana Prasarana SDIT Nidaul Hikmah .................... 41

    Tabel 4.9 Pengolahan Data Kelas A, B dan C ................................... 48

    Tabel 4.10 Nilai dan Frekuensi Kelas A (kelas kinestetik) .................. 50

    Tabel 4.11 Nilai dan Frekuensi Kelas B (kelas verbal) ....................... 52

    Tabel 4.12 Nilai dan Frekuensi Kelas C (kelas logis matematis) ........ 54

    Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis ................................................. 55

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Anak sebagai generasi penerus akan tumbuh dan berkembang menjadi

    dewasa. Seiring pertumbuhannya anak akan selalu berinteraksi dan

    bersosialisasi dengan sesamanya. Melalui interaksi dan sosialisasi yang

    dilakukannya anak mendapat banyak pengaruh baik positif maupun negatif

    yang sangat berperan dalam pembentukan karakternya.

    Perkembangan sosial anak dimulai sejak anak lahir di dunia. Anak

    merupakan makhluk pribadi-sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi

    dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya (Kartini,1986:50). Pada masa

    awal pertumbuhannya, seorang anak yang menangis adalah dalam rangka

    berkomunikasi/ mengadakan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut

    yang perlahan akan memberikan lebih banyak pengalaman padanya tentang

    manusia yang tak hanya sebagai makhluk individu namun juga sebagai

    makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Sebagaimana tertuang dalam

    Al Quran Surat Al Hujurat (49)13:

    Artinya ; Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

    berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

    mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

    kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

    Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

  • 2

    Keluarga merupakan lingkup sosial pertama dimana anak mendapat

    pondasi pembentukan karakternya melalui pendidikan agama, pendidikan

    moral, dan pendidikan sosial. Pembinaan sikap sosial yang baik oleh orangtua

    diharapkan dapat menumbuhkan perilaku sosial yang baik pada anak. Oleh

    karena itu sejak dini perlu penanaman sikap sosial yang baik sebagai bekal

    agar ia dapat menentukan sikap yang semestinya dalam situasi apapun dan

    dimanapun ia berada. Sebagaimana tertuang dalam Al Quran Surat Ali Imran

    (3)112:

    Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali

    (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat

    kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang

    demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan

    membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu

    disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

    Ruang lingkup seorang anak akan terus berkembang seiring

    bertambahnya usia. Pada usia sekolah anak akan memasuki lingkup sosial

    yang lebih luas yaitu dunia sekolah. Sekolah akan memberikan pengaruh yang

    sangat besar terhadap anak sebagai individu dan makhluk sosial, peraturan

    sekolah, otoritas guru, disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul dan

    macam-macam tuntutan sekolah yang cukup ketat itu memberikan segi-segi

    keindahan dan kesenangan belajar pada anak (Kartini, 1986:136). Melalui

    pergaulan dengan teman sebayanya anak melakukan lebih banyak hubungan

  • 3

    sosial dan interaksi daripada sebelumnya. Sebagaimana tertuang dalam Al

    Quran Surat Al Israa (17)23:

    Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada

    ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara

    keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam

    pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan

    kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu

    membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan

    yang mulia.

    Kemampuan intelektual atau kecerdasan intelektual (IQ) pada anak

    perlu disertai kemampuan anak dalam mengatur emosi, spiritual, dan sikap

    sosial. Sikap sosial yang baik diharapkan dapat menumbuhkan toleransi dan

    sikap solider dan tenggang rasa dalam menghadapi perbedaan yang mungkin

    timbul di lingkungannya.

    Anak yang terbiasa berinteraksi di lingkungan sosial akan mudah

    beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru, mampu

    bersosialisasi dengan baik, mampu memahami dan berempati kepada orang

    lain. Berdasar karakteristik tersebut seorang anak dapat dikategorikan

    memiliki kecerdasan sosial. Namun di negeri ini, kecerdasan sosial masih

    menjadi barang yang mahal dan langka. Aktualisasi kecerdasan sosial anak

    dalam kehidupan sehari-hari masih rendah. Terbukti dengan seringnya terjadi

    bunuh diri anak dan tawuran pelajar di negeri ini. Pertengahan 2010 Nuraini

    siswa kelas 5 Sekolah Dasar di Jakarta memilih mengakhiri hidupnya setelah

  • 4

    menyesali kenapa ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga penjual bubur yang

    membuatnya diejek oleh teman-teman sekelasnya (Kompas, 17 Mei 2010,

    Angka Bunuh Diri Anak Meningkat, hal 5). Peringatan hari Sumpah Pemuda

    2011 di Kota Depok diwarnai tawuran pelajar SMA

    (http://komnaspa.wordpress.com, online, diakses 13 November 2011). Meski

    anak-anak muda yang bunuh diri itu memiliki alasan, sebenarnya mereka lebih

    didorong perasaan tidak mampu menanggung beban sosio-emosional yang

    kadang tidak sepenuhnya mereka mengerti

    (http://www.duniaesai.com/index.php, online, diakses 13 November 2011).

    Kejadian tersebut terjadi karena tipisnya kemampuan empati pada

    anak. Daniel Goleman (1997:145) mengemukakan empati memungkinkan

    seseorang untuk menghayati masalah atau kebutuhan yang tersirat di balik

    perasaan orang lain yang tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata. Melalui

    empati anak tidak hanya berusaha memahami orang lain, tetapi juga berusaha

    memahami dirinya sendiri.

    Kecerdasan atau intelegensi adalah kapasitas atau kecakapan umum

    pada individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang

    dihadapinya (Alex Sobur, 2003:158). Sedangkan kecerdasan sosial menurut

    Khilstrom dan Cantor, adalah suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia

    sosial, menjalin hubungan dengan orang lain, dan kemampuan dalam

    menghadapi orang-orang yang berbeda latar belakang dengan cara bijaksana.

    (Suyono, 2007:103). Menurut Amstrong (1994) ketika seseorang berpikir atau

    mengerjakan sesuatu beberapa kecerdasan bekerja secara padu dan simultan

    (http://beritapendidikan.com, online, diakses 13 November 2011). Walaupun

    hanya membahas dan mengembangkan kecerdasan sosial hendaknya tidak

  • 5

    melepaskan keterkaitan kecerdasan sosial dengan kecerdasan lain seperti

    kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), kecerdasan emosi

    (emotional quotient) dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient).

    Pada tahun 1995 Howard Garner mengidentifikasi delapan macam

    kecerdasan yang masing-masing memiliki tingkatan yang bervariasi. Macam

    kecerdasan tersebut kemudian disebut multiple intelligence atau kecerdasan

    majemuk. Delapan kecerdasan tersebut diantaranya kecerdasan verbal

    linguistik, kecerdasan logis/ matematis, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan

    jasmaniah/ kinestetik, kecerdasan musikal/ ritmis, kecerdasan intrapersonal,

    kecerdasan antarpersonal dan kecerdasan naturalis (English, 2005: 17).

    Kecerdasan beragam menunjukkan bahwa individu mana pun yang diajar

    dengan cara yang melibatkan kecerdasannya sendiri yang dominan akan bisa

    mempelajari, memahami, dan menerapkan pengetahuan secara lebih efektif

    (English, 2005: 19). Keidentikan kemampuan anak yang beragam akan

    mempengaruhi kehidupan sosialnya. Interaksi mereka bisa saja terbatas hanya

    pada lingkup mereka sendiri.

    Menurut Kartini (1986:136) saat anak memasuki usia sekolah ia

    mengalami banyak perkembangan, termasuk perkembangan fungsi intelektual

    atau kemampuan kognitif yang tidak mampu diberikan secara maksimal oleh

    keluarga. Pada usia sekolah dasar awal (6-9 tahun) adalah awal anak mulai

    memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap

    yang kooperatif (bekerja sama) atau sosio-sentris (mau memperhatikan

    kepentingan orang lain) (Yusuf, 2001:180). Dengan proses belajar di sekolah,

    pengembangan kemampuan kognitif, ketrampilan sosial, pemerolehan

    pengetahuan dapat berjalan seimbang dan bersamaan.

  • 6

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk

    mengungkap dan mendeskripsikan ragam kecerdasan anak khususnya

    kecerdasan kinestetik, kecerdasan verbal/ linguistik dan kecerdasan logis/

    matematis, serta mengenai perbedaan profil kecerdasan sosial anak diantara

    ketiganya. Penelitian ini berjudul STUDI KOMPARASI TINGKAT

    KECERDASAN SOSIAL ANTARA KELAS KINESTETIK,

    KELAS VERBAL LINGUISTIK, DAN KELAS LOGIS

    MATEMATIS PADA SISWA KELAS III DI SDIT NIDAUL

    HIKMAH SALATIGA TAHUN AJARAN 2011/2012.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

    dapat merumuskan pokok pemasalahan yang perlu mendapat pembahasan.

    Permasalahan tersebut adalah:

    1. Bagaimana profil SDIT Nidaul Hikmah Salatiga?

    2. Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas kinestetik di SDIT

    Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?

    3. Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas verbal/ linguistik di

    SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?

    4. Bagaimana tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas logis/ matematis di

    SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?

    5. Apakah ada perbedaan tingkat kecerdasan sosial siswa antara kelas

    kinestetik, kelas verbal/ linguistik dan kelas logis/ matematis di SDIT

    Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012?

  • 7

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Berdasar dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini

    adalah:

    1. Untuk mengetahui profil SDIT Nidaul Hikmah.

    2. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas kinestetik di

    SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.

    3. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas verbal/

    linguistik di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.

    4. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan sosial siswa di kelas logis/

    matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.

    5. Untuk mengetahui adakah perbedaan tingkat kecerdasan sosial siswa

    antara kelas kinestetik, kelas verbal/ linguistik dan kelas logis/ matematis

    di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga tahun ajaran 2011/ 2012.

    D. HIPOTESIS PENELITIAN

    Ha : Ada perbedaan yang signifikan tingkat kecerdasan sosial antara

    siswa kelas kinestetis, kelas verbal/ linguistis dan kelas logis/

    matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga.

    Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat kecerdasan sosial

    antara siswa kelas kinestetis, kelas verbal/ linguistis dan kelas

    logis/ matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga.

  • 8

    E. KEGUNAAN PENELITIAN

    Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

    keperluan sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia

    pendidikan Islam secara khusus dan dunia pendidikan dasar secara

    umum.

    2. Manfaat Praktis

    a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pendidik dan orangtua

    tentang pentingnya kecerdasan sosial anak.

    F. DEFINISI OPERASIONAL

    Langkah awal dalam menyatukan persepsi dalam penelitian ini perlu

    memberikan batasan dan penegasan istilah dari judul yang diangkat. Dengan

    demikian, kecerdasan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuai

    dengan yang dikemukakan oleh Khilstrom dan Cantor bahwa kecerdasan

    sosial adalah suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia sosial, menjalin

    hubungan dengan orang lain, dan kemampuan dalam menghadapi orang-orang

    yang berbeda latar belakang dengan cara bijaksana. (Suyono, 2007:103).

    Kecerdasan sosial disini erat kaitannya dengan perkembangan sosial

    anak, dimana perkembangan sosial anak menurut Syamsu Yusuf (2001)

    merupakan pencapaian kematangan sosial. Berkat perkembangan sosial, anak

    dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan

    lingkungan.

  • 9

    Dengan demikian, kecerdasan sosial yang dimaksud dalam penelitian

    ini adalah kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain dengan

    memahami dan bertindak bijaksana dalam menghadapi perbedaan latar

    belakang di dunia sosial.

    G. METODE PENELITIAN

    1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

    Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif,

    yaitu pendekatan penelitian yang bersifat objektif mencakup pengumpulan

    data, analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian

    statistik (Hermawan, 2004:14). Jenis penelitian yang digunakan penelitian

    ini ialah penelitian komparatif, yaitu sejenis penelitian deskriptif yang

    ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebab akibat, dengan

    menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu

    fenomena tertentu (Nazir, 1988:68).

    2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian akan dilaksanakan di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga

    pada bulan Januari 2012.

    3. Populasi dan Sampel

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian baik terdiri dari

    benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan

    sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarumidi,

    2004:47). Populasi dari penelitian ini adalah siswa SDIT Nidaul Hikmah

    Salatiga secara keseluruhan yang berjumlah 413 orang.

  • 10

    Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti

    (Prasetyo, 2011: 119). Menurut Bailey (1994) sampel harus dilihat sebagai

    suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri

    (Prasetyo, 2011: 119). Dalam menentukan sampel (sampling) peneliti

    menggunakan teknik cluster sampling (sampel kelompok). Kelompok

    yang dimaksud adalah kelompok belajar yang dibagi berdasar latar

    belakang kecerdasannya. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas III yang

    terdiri dari 3 kelompok belajar yaitu kelas kinestetis, kelas verbal/

    linguistik dan kelas logis matematis. Penulis tidak bisa melakukan

    pengelompokan karena pengelompokan siswa berdasar kecerdasannya

    merupakan wewenang sekolah. Pengelompokan dilakukan sekolah ketika

    pendaftaran siswa dengan cara melakukan tes. Demi menjaga kerahasiaan

    responden selanjutnya akan disebut sebagai kelas A untuk kelas

    kinestetis, kelas B untuk kelas verbal/linguistik dan kelas C untuk kelas

    logis matematis. Jumlah keseluruhan sampel pada penelitian ini adalah 69

    anak.

    4. Prosedur Penelitian

    Sebelum dilakukan pengambilan data, untuk membangun rapport

    (hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian) maka akan

    ditempuh dengan cara memberikan ice breaking dalam bentuk permainan

    setelah sesi perkenalan. Langkah selanjutnya adalah mengadministrasikan

    instrumen pengukuran yang berupa skala. Proses pengambilan data akan

    diakhiri dengan ice breaking dengan menyanyi bersama.

  • 11

    5. Metode Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan data yang cukup dan sesuai dengan

    permasalahan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data

    yaitu:

    a. Metode Kuesioner/ Angket

    Metode kuesioner atau angket adalah suatu metode dengan

    menggunakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan

    mengenai sesuatu hal atau dalam suatu bidang (Koentjaraningrat,

    1994:124). Angket yang digunakan adalah angket tertutup. Angket

    tertutup yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan disertai

    alternatif jawabannya.

    b. Metode Dokumentasi

    Menurut Irawan dalam Sukandarrumidi (2004:100) metode

    dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan

    kepada subyek penelitian. Penulis menggunakan metode ini guna

    mendapatkan data mengenai profil sekolah berupa letak geografis,

    keadaaan guru, pegawai, siswa, sarana dan prasarana, kegiatan belajar

    mengajar, dan kegiatan ekstrakulikuler.

    6. Instrument Penelitian

    Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel

    yang akan diteliti. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

    lembar skala yang digunakan untuk mengetahui seberapa perbedaan

    tingkat kecerdasan sosial anak antara kelas kinestetik, verbal linguistik dan

    kelas logis matematis di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga.

  • 12

    Penulis akan membuat satu macam skala yang disebut sebagai

    skala kecerdasan sosial. Skala tersebut nantinya akan diisi oleh siswa

    SDIT Nidaul Hikmah Salatiga. Skala terdiri dari tigabelas pertanyaan yang

    disusun berdasar indikator-indikator kecerdasan sosial menurut Khilstrom

    dan Cantor dalam Suyono (2007:110). Tigabelas indikator tersebut adalah

    indikator dasar dari enambelas indikator kecerdasan sosial. Tiga indikator

    tidak digunakan dengan pertimbangan bahwa pengukuran kecerdasan

    sosial pada penelitian ini ditujukan untuk siswa yang masih anak-anak

    yang berusia antara 8-9 tahun. Sedangkan tiga indikator tersebut lebih

    sesuai digunakan dalam pengukuran kecerdasan sosial pada usia yang

    lebih dewasa. Indikator tersebut kemudian diubah dalam sebuah dalam

    sebuah soal cerita. Masing-masing soal terdapat tiga pilihan jawaban yang

    mewakili pilihan setuju/ positif, tidak tahu/ netral dan tidak setuju/ negatif.

    Secara berurutan pilihan tersebut memiliki nilai 3, 2, dan 1. Penilaian

    dengan cara ini memudahkan penulis untuk menganalisis jawaban.

    Jawaban yang condong ke arah positif bernilai lebih besar dan sebaliknya

    jawaban yang condong ke arah negatif memiliki nilai yang lebih kecil.

  • 13

    Tabel 1.1

    Blue Print Instrumen Skala Kecerdasan Sosial

    No. Aspek Nomor Item Jumlah

    1. Menerima kelebihan orang lain 1 1

    2. Menerima kekurangan orang lain 2 1

    3. Memahami perbedaan pemikiran orang lain 3 1

    4. Membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain 4 1

    5. Memperluas interaksi dengan orang lain 5 1

    6. Membuat orang yang bersamanya maju dan berkembang 6 1

    7. Mengakui kesalahan yang diperbuat 7 1

    8. Menunjukkan perhatian pada dunia yang lebih luas 8 1

    9. Tepat waktu dalam membuat perjanjian 9 1

    10. Mempunyai hati nurani sosial 10 1

    11. Menunjukkan rasa ingin tahu 11 1

    12. Peka terhadap kebutuhan dan hasrat orang lain 12 1

    13. Menunjukkan perhatian segera terhadap lingkungan 13 1

    Total 13

    7. Analisis data

    Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka penulis

    menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Data yang terkumpul

    selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik prosentase

    untuk mengetahui dan mengukur frekuensi gejala yang muncul. Rumus

    prosentase adalah sebagai berikut:

  • 14

    %100xN

    FP

    Keterangan:

    P = Prosentase

    F = Frekuensi

    N = Jumlah responden

    Kemudian untuk mencari perbedaan tingkat kecerdasan sosial di

    dua obyek penelitian tersebut penulis menggunakan teknik statistik anova

    (analysis of varians) atau anava dengan menggunakan program SPSS for

    windows.

    H. SISTEMATIKA PENULISAN

    Sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari sub bab latar belakang,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian,

    definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

    Bab II merupakan landasan teori yang terdiri dari sub bab tinjauan

    umum kecerdasan, kecerdasan sosial, perkembangan anak, perkembangan

    sosial anak dan pendidikan sosial anak sekolah.

    Bab III berisi laporan hasil penelitian, meliputi keadaan umum obyek

    penelitian dan penyajian data.

    Bab IV merupakan analisis data, dari analisis data pertama hingga

    analisis lanjutan uji hipotesis.

    Bab V memuat kesimpulan, saran dan kritik.

  • 15

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kecerdasan Sosial

    1. Pengertian Kecerdasan Sosial

    Edward Lee Thorndike menyatakan bahwa kecerdasan sosial adalah

    kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam

    hubungan antar manusia dalam Goleman (1997: 56). Berdasarkan

    pengertian tersebut Khilstrom dan Cantor mendefinisikan kembali

    kecerdasan sosial sebagai suatu simpanan pengetahuan mengenai dunia

    sosial, menjalin hubungan dengan orang lain, dan kemampuan dalam

    menghadapi orang-orang yang berbeda latar belakang dengan cara

    bijaksana (Suyono, 2007: 103). Kemudian Moss dan Hunt dalam Suyono,

    (2007: 103)berpendapat bahwa kecerdasan sosial merupakan kemampuan

    dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara terus-menerus.

    Dengan demikian kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk

    menjalin hubungan dengan orang lain dengan memahami dan bertindak

    bijaksana dalam menghadapi perbedaan latar belakang di dunia sosial.

    2. Teori-Teori Kecerdasan Sosial

    Jauh sebelum munculnya hasil penelitian tentang kecerdasan sosial,

    Alfred Binet yang hidup antara tahun 1857-1911 berhasil menemukan

    konsep intelligence quotient (IQ). Olehnya kecerdasan didefinisikan dalam

    3 komponen, yaitu kemampuan mengarahkan pikiran atau tindakan,

  • 16

    kemampuan mengubah arah tindakan jika telah dilaksanakan dan

    kemampuan mengkritik diri sendiri atau autocritism (Suyono, 2007: 93).

    Selanjutnya Howard Gardner dalam Sulistami (2006: 39) dalam

    bukunya frames of mind memaparkan pendapatnya tentang multiple

    intelligences atau kecerdasan majemuk yang meliputi 8 kecerdasan: logis

    matematis, linguistik, visual, kinestetis, musikal, naturalis, interpersonal,

    dan intrapersonal). Dari sekian kecerdasan, kecerdasan antarpersonal

    (interpersonal intelligence) memiliki hubungan yang lebih erat dengan

    kecerdasan sosial. Hatch dan Gardner dalam Goleman (1997: 166)

    mengidentifikasi empat kemampuan sosial sebagai komponen-komponen

    kecerdasan antarpersonal (interpersonal intelligence):

    a. Mengorganisir kelompok, ketrampilan esensial seorang pemimpin, ini

    menyangkut memprakarsai dan mengkoordinasi upaya menggerakkan

    orang. Di tempat bermain, bakat ini dimiliki anak yang mengambil

    keputusan apa yang akan dimainkan oleh setiap orang, atau yang

    menjadi ketua regu.

    b. Merundingkan pemecahan, bakat seorang mediator, yang mencegah

    konflik atau menyelesaikan konflik-konflik yang meletup. Mereka ini

    adalah anak-anak yang mendamaikan perbantahan di tempat bermain.

    c. Hubungan pribadi, bakat ini memudahkan untuk masuk ke dalam

    lingkup pergaulan atau untuk mengenali dan merespon dengan tepat

    akan perasaan dan keprihatinan orang lain. Anak-anak ini cenderung

  • 17

    paling pintar membaca emosi dari ungkapan wajah dan paling disukai

    oleh teman-teman sekelasnya.

    d. Analisis sosial, mampu mendeteksi dan mempunyai pemahaman

    tentang perasaan, motif dan keprihatinan orang lain. Pemahaman akan

    bagaimana perasaan orang lain ini dapat membawa ke suatu keintiman

    yang menyenangkan atau perasaan kebersamaan.

    Kemudian muncullah Emotional Quotient (EQ) yang dipopulerkan

    oleh Daniel Goleman tahun 1995 melalui bukunya Emotional Quotient.

    EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan potensi IQ secara

    efektif (Sulistami, 2006: 38). IQ hanya berperan 20% dalam keberhasilan

    kehidupan seseorang, 80% lainnya ditentukan oleh kecerdasan

    emosionalnya (Goleman, 1997: 58). Emotional Quotient (EQ) terdiri atas

    kecakapan pribadi yang meliputi awareness (kasadaran diri), pengaturan

    diri, motivasi, dan kecakapan sosial yang berfokus pada empati dan

    bagaimana seorang terampil secara sosial (Goleman,1997: 157).

    Menurut Suyono (2007: 123) orang yang memiliki kecerdasan sosial

    menuntut adanya kualitas diri, dan untuk mencapai manusia yang

    berkualitas tersebut diperlukan kecerdasan emosi.

    Tahun 2001 Danah Zohar dan Ian Marshal pertamakali

    memperkenalkan spiritual quotient (SQ). SQ adalah landasan yang

    diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif (Sulistami,

    2006: 39). Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual dapat

    mempertajam kecerdasan sosial, karena kecerdasan spiritual membentuk

  • 18

    ketangguhan sosial seseorang (Suyono, 2007: 140). Menurut Agustina

    dalam Suyono (2007: 140) ada empat cara mengembangkan kecerdasan

    spiritual sebagai fondasi menumbuhkan kecerdasan sosial, yaitu:

    1. Penjernihan emosi, hal ini ditandai dengan terbebasnya seseorang dari

    prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang menyesatkan, egoisme

    kepentingan, pembanding subjektif, dan literatur yang menyesatkan.

    2. Mendengarkan suara hati, kebiasaan untuk terlebih dahulu memberi,

    memperhatikan, dan mencintai orang lain.

    3. Ketangguhan pribadi, yaitu mampu menetapkan misi membangun

    karakter dan pengendalian diri.

    3. Dimensi-Dimensi Kecerdasan Sosial

    Secara lebih luas dapat dijelaskan bahwa pengertian kecerdasan

    sosial berkaitan dengan ketrampilan sosial atau kompetensi sosial.

    Khilstrom dan Cantor dalam Suyono (2007: 110) menemukan bentuk

    perilaku kecerdasan sosial yang berupa kompetensi sosial, diantaranya

    adalah:

    a. Menerima orang lain.

    Orang yang memiliki kecerdasan sosial mampu untuk:

    1) Menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

    2) Memahami dan memperlakukan secara tepat bahwa orang lain itu

    memiliki latar belakang pemikiran dan perilaku yang berbeda-

    beda.

    3) Selalu membuka diri untuk bergaul dengan orang-orang baru.

  • 19

    4) Berusaha untuk selalu memperluas interaksi dengan orang lain.

    5) Berusaha membuat orang lain yang bersamanya menjadi maju dan

    berkembang.

    b. Mengakui kesalahan yang diperbuat.

    c. Menunjukkan perhatian pada dunia yang lebih luas.

    d. Tepat waktu dalam membuat perjanjian.

    e. Mempunyai hati nurani sosial.

    f. Berpikir, berbicara secara sistemik.

    g. Menunjukkan rasa ingin tahu.

    h. Tidak membuat penilaian secara tergesa-gesa.

    i. Membuat penilaian secara objektif.

    j. Meneliti informasi terlebih dahulu sebagai bahan pertimbangan

    memecahkan masalah.

    k. Peka terhadap kebutuhan dan hasrat orang lain.

    l. Menunjukkan perhatian segera terhadap lingkungan.

    Sedangkan menurut Chang dalam Suyono (2007: 117) menyebutkan,

    ada empat hal yang menjadi kriteria seseorang dapat disebut sebagai

    individu yang mempunyai kecerdasan sosial:

    a. Membaca diversi sosial di masyarakat.

    b. Memahami pentingnya pembinaan diri seumur hidup.

    c. Mengenal tuntutan sosial, aksi sosial, dan merancang reformasi sosial.

    d. Mengembangkan belas kasih dan memperhatikan sesama.

  • 20

    Lawrence E. Saphiro mengemukakan tentang indikator seorang anak

    memiliki kecakapan sosial, kecakapannya meliputi (Saphiro, 2001: 177):

    a. Memiliki kemampuan berempati artinya anak memiliki kemampuan

    menempatkan diri dalam posisi orang lain.

    b. Ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain.

    c. Pandai menjalin persahabatan.

    d. Kemampuan dalam bergabung dan berperan serta dalam kelompok

    sebaya.

    e. Kemampuan dalam bergaul dengan orang dewasa maksudnya anak

    mampu bersikap sopan, hormat kepada orang lain, dan berbicara

    dengan baik.

    Daniel Goleman (1997: 167) mengatakan bahwa orang-orang yang

    terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin hubungan dengan orang

    lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan perasaan mereka,

    mampu memimpin dan mengorganisir, dan pintar menangani perselisihan

    yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.

    4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Sosial

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan sosial diartikan sama

    dengan faktor yang mempengaruhi kecerdasan secara umum termasuk

    dalam hal ini kecerdasan kinestetis, kecerdasan verbal, dan kecerdasan

    logis matematis dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor bawaan

    (genetically determined) dan faktor lingkungan (learned) terus

    berlangsung (Azwar, 2006: 71).

  • 21

    a. Faktor bawaan (genetically determined)

    Secara biologis individu berkembang dari sel telur (ovum) dan

    sperma. Sel telur dan sperma masing-masing berisi kromosom.

    Didalam kromosom tersebut berisi gen yang menjadi penentu sifat-

    sifat yang akan diturunkan. Anak akan menerima rangkaian gen yang

    berbeda karena mereka menerima kombinasi kromosom yang tidak

    sama.

    Suatu gen disebut dominan jika ia memiliki kekuatan untuk

    menekan efek gen yang lain. Dan disebut resesif bila pengaruhnya

    dikalahkan oleh gen yang lain. Gen kedua orang tua akan

    berkolaborasi pada diri anak, dan memberi kontribusi besar terhadap

    pembentukan kepribadian anak. Kemampuan sosialisasi dan interaksi

    orangtua dengan lingkungannya adalah satu dari sekian sifat yang

    dibawa oleh gen tersebut.

    b. Faktor lingkungan (learned)

    Banyak faktor lingkungan yang ikut mempengaruhi tingkat

    kecerdasan seorang anak. Mulai dari proses kehamilan hingga proses

    melahirkan. Namun setelah kelahiran, pengaruh faktor lingkungan

    terhadap individu semakin penting dan besar. Proses yang paling

    berpengaruh adalah proses belajar (learning) yang menyebabkan

    perbedaan perilaku individu satu dengan yang lainnya. Melalui proses

    belajar, pengaruh budaya secara tidak langsung juga mempengaruhi

    individu. Standar dan norma sosial yang berlaku pada suatu kelompok

  • 22

    budaya tempat individu berada akan menentukan apa yang benar dan

    apa yang salah, apa yang dianggap salah dan apa yang dianggap baik

    dan apa yang dianggap buruk (Azwar, 2006: 75).

    Berdasar pada pengertian kecerdasan sosial yang menitikberatkan

    pada kemampuan berhubungan atau berinteraksi dengan sesama dapat

    disimpulkan bahwa faktor lingkungan lebih berpengaruh dari pada faktor

    genetic atau faktor bawaan.

    Kedua faktor di atas jika dapat diolah dengan baik akan melahirkan

    individu yang berkecerdasan sosial dan intelektual yang bagus dan

    seimbang.

    B. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

    Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dikembangkan oleh

    Howard Gardner seorang profesor psikologi dari Harvard University- pada

    tahun 1983 (Uno, 2009: 42). Gardner dalam Uno (2009: 43)memaparkan

    beberapa kelebihan teori kecerdasan majemuk sebagai berikut:

    1. Memiliki dukungan riset multi disiplin yakni, antropologi, psikologi

    kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi

    hewan, dan neuroanatomi.

    2. Apabila dibandingkan dengan teori kecerdasan yang lain, jumlah

    kecerdasan dalam kecerdasan majemuk lebih beragam sehingga akan

    tampak keadilan dalam menentukan dominasi kecerdasan tertentu untuk

    tiap individu.

  • 23

    Menurut Gardner kecerdasan majemuk tersebut meliputi:

    1. Kecerdasan verbal linguistik (Linguistic intelligence)

    Kecerdasan verbal linguistik adalah yang berkenaan dengan

    kata-kata dan secara luas, komunikasi (English, 2005: 17). Peserta

    didik dengan kecerdasan verbal linguistik yang tinggi ditandai dengan

    kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan

    suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi

    (Uno, 2009: 12). Peserta didik seperti ini cenderung memiliki daya

    ingat kuat terhadap nama orang, istilah baru, maupun hal-hal yang

    bersifat detil. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara

    mendengarkan dan verbalisasi (Sulistami, 2006: 39).

    2. Kecerdasan logis matematis (Logical-mathematical intelligence)

    Kecerdasan logis matematis memuat kecerdasan peserta didik

    dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan

    logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta

    memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir

    (Uno, 2009: 11). Kecerdasan ini memungkinkan seseorang terampil

    dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi

    mengemukakan preposisi dan hipotesis dan melakukan operasi

    matematis yang kompleks (Sulistami, 2006: 39).

    3. Kecerdasan visual/ spasial (Spatial intelligence)

    Kecerdasan visual/ spasial memuat kemampuan seseorang

    untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara obyek dan

  • 24

    ruang (Uno, 2009: 13). Kecerdasan spasial memungkinkan individu

    dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal

    dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis (English,

    2005: 17).

    4. Kecerdasan jasmaniah/ kinestetik (Bodily-kinesthetic intelligence)

    Kecerdasan jasmaniah kinestetik merupakan kemampuan

    seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh

    tubuh untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah (Uno, 2009:

    13). Kecerdasan ini memberi ciri pada kemampuan untuk mengontrol

    dan menafsirkan aneka gerakan tubuh dan untuk memanipulasi serta

    membentuk harmoni antara tubuh dan pikiran (English, 2005: 18).

    5. Kecerdasan musikal/ ritmis (Musical intelligence)

    Kecerdasan musikal/ ritmis adalah kecerdasan yang terkait

    dengan bahasa yang diukur dengan sensitivitas yang dimiliki seseorang

    terhadap susunan suara dan kemapuan merespon pola-pola suara ini

    secara emosional (English, 2005: 52). Peserta didik jenis ini cenderung

    senang sekali mendengarkan nada dan irama, mereka juga lebih mudah

    mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan apabila dikaitkan

    dengan musik (Uno,2009: 12).

    6. Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence)

    Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk

    membentuk sebuah model diri seseorang yang akurat dan

    menggunakan model itu untuk dilaksanakan secara efektif dalam

  • 25

    kehidupan (English, 2005: 142). Peserta didik dengan kecerdasan

    intrapersonal cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan

    maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri (Uno, 2009: 14).

    7. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence)

    Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk

    memahami dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain (English,

    2005: 162). Peserta didik dengan kecerdasan interpersonal yang kuat

    lebih suka bekerja dalam berbagai situasi dimana mereka dapat

    menjadi sosial, merencanakan secara bersama dan bekerja dengan

    orang lain demi keuntungan timbal balik (Uno, 2009: 13).

    8. Kecerdasan naturalis (Naturalist intelligence)

    Kecerdasan naturalis ialah kemampuan seseorang untuk peka

    terhadap lingkungan alam (Uno, 2009: 14). Kecerdasan ini

    memungkinkan orang-orang berkembang pesat dalam lingkungan-

    lingkungan yang berbeda dan mengkategorisasi, mengamati,

    beradaptasi dan menggunakan fenomena alam (English, 2005: 180).

    C. Perkembangan Sosial Anak

    1. Pengertian Perkembangan Sosial

    Menurut Syamsu Yusuf (2001: 15) perkembangan adalah perubahan-

    perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat

    kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung

  • 26

    secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik

    (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

    Herbert Sorensen dalam Ahmadi (2005: 7). mengemukakan bahwa

    perkembangan adalah suatu proses perubahan yang lebih dapat

    mencerminkan sifat-sifat mengenai gejala psikologis yang tampak

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah

    proses perubahan pada individu atau organisme menuju tingkat

    kedewasaannya atau kematangannya (maturation) dalam perubahan fisik

    (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) yang diiringi dengan pencerminan

    sifat-sifat gejala psikologis yang tampak.

    Menurut Syamsu Yusuf (2001: 122) perkembangan sosial

    merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga

    diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-

    norma kelompok, moral dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu

    kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

    Selanjutnya perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses

    perubahan pada individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya

    atau kematangannya (maturation) untuk menyesuaikan diri terhadap

    norma-norma kelompok, moral dan tradisi untuk menjadi satu kesatuan

    dan saling berinteraksi dan bekerja sama.

    2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

    Perkembangan sosial merupakan sebuah pencapaian kematangan

    dalam hubungan sosial. Dalam pencapaian setiap tahapnya diperlukan

  • 27

    sebuah kemampuan bersosialisasi, berinteraksi dan kemampuan

    menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang lebih familiar disebut

    kecerdasan sosial.

    Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun

    faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak adalah

    (Baharuddin, 2009: 137):

    a. Keluarga

    Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak yang

    memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosialnya. Di dalam

    keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga yang mewarnai

    perilaku kehidupan budaya anak.

    b. Kematangan

    Baik kematangan fisik ataupun kematangan psikis, keduanya

    diperlukan dalam bersosialisasi untuk mampu mempertimbangkan

    proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain. Kemudian

    selanjutnya didukung pula oleh kematangan intelektual, emosional dan

    kemampuan berbahasa.

    c. Status Sosial Ekonomi

    Perilaku anak banyak dipengaruhi oleh kondisi normatif yang

    ditanamkan oleh keluarganya. Masyarakat akan memandang dan

    kemudian menyesuaikan antara perilaku anak dengan latar belakang

    status sosial ekonomi keluarganya.

  • 28

    d. Pendidikan

    Pendidikan dalam arti luas diartikan bahwa perkembangan anak

    dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan kelembagaan.

    Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan melalui

    belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).

    e. Kapasitas Mental: Emosional

    Perkembangan emosi berpengaruh terhadap perkembangan sosial

    anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain

    adalah modal utama dalam kehidupan sosial.

    Para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat perlu

    memberikan rangsangan kepada mereka ke arah perilaku yang

    bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.

    3. Tingkatan Perkembangan Sosial Anak

    Charlotte Buhler dalam Ahmadi (2005: 102) membagi tingkatan

    perkembangan sosial anak menjadi empat tingkatan:

    a. Tingkatan pertama (usia 0,4 0,6 tahun)

    Anak mulai mengadakan reaksi positif terhadap orang lain.

    b. Tingkatan kedua

    Adanya rasa bangga dan senang yang terpancar dalam gerakan dan

    mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang lainnya.

  • 29

    c. Tingkatan ketiga (usia 2 tahun)

    Anak mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa antipati

    (rasa tidak setuju) kepada orang lain, baik yang sudah dikenalnya atau

    belum.

    d. Tingkatan keempat (usia lebih dari 2 tahun)

    Anak telah menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarga,

    anak timbul keinginan untuk ikut campur dalam gerak dan lakunya.

    D. Tugas Perkembangan

    1. Pengertian Tugas Perkembangan

    Tugas perkembangan didefinisikan oleh Robert Havighurst dalam

    Baharuddin (2009: 78) sebagai tugas yang timbul pada alam di sekitar

    suatu periode tertentu daripada kehidupan seseorang; kemajuan yang baik

    dalam tugas akan membawa kebahagiaan dan akan berhasil dalam tugas-

    tugas yang akan datang, sedangkan kegagalan akan membawa kekecewaan

    pada seseorang, penentangan dari masyarakat dan akan menemui

    kesukaran dalam tugas-tugas berikutnya.

    2. Tugas Fase Perkembangan Masa Sekolah

    Berikut tugas fase perkembangan masa sekolah menurut Syamsu

    Yusuf (2001: 69):

    a. Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan.

    b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai

    makhluk biologis.

  • 30

    c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.

    Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi

    yang baru serta teman-teman sebayanya. Tahap ini merupakan tahap

    awal ketika anak memasuki dan berusaha menempatkan dirinya di

    wilayah sosial yang lebih luas dan keluar dari lingkup keluarga.

    d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

    Ketika memasuki usia sekolah, perbedaan jenis kelamin akan

    semakin tampak. Anak akan mulai membedakan teman bermainnya

    sesuai jenis kelaminnya. Pada saat-saat tertentu pada tahap ini anak

    akan menganalisa dan mengidentikkan segala sesuatu dengan jenis

    kelamin. Seperti jenis permainan, warna baju atau sepatu dan

    pembagian peran dalam permainan bahkan pada kegiatan sehari-hari.

    e. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.

    f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.

    Pada fase ini sekolah mempunyai tugas untuk menanamkan

    konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi

    kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat

    istiadat dan sebagainya.

    g. Mengembangkan kata hati.

    Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan

    yang berhubungan dengan norma-norma agama. Tugas perkembangan

    ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh,

    seperti jujur itu baik, bohong itu buruk dan sebagainya.

  • 31

    h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.

    Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri

    sendiri, dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa

    sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan

    orang lain.

    i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan

    lembaga-lembaga.

    Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang

    demokratis dan menghargai hak orang lain.

    E. Teori Perkembangan Psikososial

    Erik Erikson (1902-1994) dianggap tokoh utama dalam teori

    psikoanalitik kontemporer setelah kematian Sigmund Freud. Salah satu

    sumbangan terbesarnya dalam psikologi perkembangan adalah psikososial.

    Istilah psikososial dalam kaitannya dengan perkembangan manusia diartikan

    oleh Hall dan Linzey dalam Desmita (2010: 42).sebagai tahap-tahap

    kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh

    sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara

    fisik dan psikologis

    Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan

    berdasarkan kualitas ego dalam kedelapan tahap perkembangan. Berikut ini

    diuraikan secara singkat kedelapan tahap perkembangan psikososial Erikson

    dalam Desmita (2010: 43):

  • 32

    1. Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan (basic trust versus basic

    mistrust).

    Ini merupakan tahap psikososial pertama saat anak berusia 12-18

    bulan.

    2. Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomy versus shame and

    doubt).

    3. Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt).

    Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial ketiga yang

    berlangsung antara usia 3 sampai 6 tahun.

    4. Tahap kerajinan dan rendah diri (industry versus inferiority)

    Tahap ini merupakan salah satu dasar penelitian ini. Tahap ini

    berlangsung kira-kira pada antara usia 6 sampai 12 tahun. Tahap ini

    merupakan tahap perkembangan psikososial keempat. Dimana pada tahun

    ini anak memasuki dunia baru, yakni dunia sekolah dengan segala aturan

    dan tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju penguasaan

    pengetahuan dan ketrampilan intelektual.

    5. Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus identity

    confusion).

    Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial yang kelima

    yang berlangsung selama anak pada awal masa remaja.

    6. Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation).

    Ini merupakan tahap perkembangan psikososial keenam yang

    dialami individu selama awal masa dewasa.

  • 33

    7. Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus stagnation).

    Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial ketujuh

    yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa.

    8. Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus despair).

    Ini merupakan tahap perkembangan kedelapan yang dialami

    individu selama akhir masa dewasa.

  • 34

    BAB III

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum SDIT Nidaul Hikmah

    Data mengenai profil sekolah diperoleh dengan mengunduh file dari

    alamat www.sdit-nhsalatiga.ac.id dengan tanggal update per Oktober 2010.

    berdasar pada file tersebut diperoleh data mengenai identitas sekolah, visi, misi

    dan tujuan sekolah, keadaan siswa dan keadaan guru.

    1. Identitas Sekolah

    Nama Sekolah : SDIT NIDAUL HIKMAH

    NSS/NIS : 102 236 202 028/ 100260

    Status : Swasta

    Yayasan Pendiri : Wahana Bina Masyarakat (WABIM)

    SK Pendirian : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Salatiga

    Nomor : 420/4418.a Tanggal 29 Desember 2006

    Alamat : JL. Marditomo No. 48 Salatiga,

    Telp. (0298) 328581

    Email : [email protected]

    Website : www.sditnh-salatiga.sch.id

    Kelurahan : Sidorejo Kidul

    Kecamatan : Tingkir

    Kabupaten : Salatiga

    Provinsi : Jawa Tengah

  • 35

    2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

    a. Visi

    Menjadi Sekolah Unggul dan Berkualitas, dengan

    Mengedepankan Implementasi nilai-nilai Islam.

    b. Misi

    1. Mengembangkan bakat dan potensi siswa baik di bidang akademik

    atau minat bakat, serta penguasaan teknologi Informasi (Aspek

    IQ).

    2. Mengembangkan kemandirian siswa dalam hal ketrampilan hidup,

    strategi belajar, sensitifitas dan responsibilitas, serta managemen

    diri siswa (Aspek EQ).

    3. Mengembangkan watak dan karakter Islami dalam seluruh aspek

    kehidupan siswa dan elemen sekolah yang lain (Aspek SQ).

    4. Mengembangkan profesionalisme dan skill guru, kepala sekolah,

    dan pengelola sekolah yang lain menuju sekolah yang berkualitas.

    c. Tujuan

    Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

    pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk

    hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada

    tujuan dasar tersebut, maka tujuan SDIT Nidaul Hikmah adalah

    sebagai berikut :

  • 36

    1. Memberikan penyadaran kepada siswa untuk mengamalkan ajaran

    agama sebagai hasil dari proses pembelajaran dan kegiatan

    pembiasaan.

    2. Meletakkan dasar-dasar penguasaan ilmu pengetahuan dan

    teknologi sebagai bekal siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang

    lebih tinggi.

    3. Menjadi pelopor dan penggerak pendidikan di lingkungan

    masyarakat sekitar yang berbasis pada pendidikan karakter.

    4. Mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya pencapaian prestasi

    akademik maupun non akademik

    5. Menjadi sekolah yang diminati dan memberikan kemanfaatan bagi

    masyarakat kota Salatiga dan sekitarnya.

  • 37

    3. Keadaan Guru

    a. Data Guru Berdasar Pendidikan

    Tabel 3.2

    Data Guru dan Pendidikan Terakhir SDIT Nidaul Hikmah

    Tahun Ajaran 2010/2011

    NO Nama Tingkat

    Pendidikan

    Status Guru Ket

    Lulusan GTT GTY DPK

    1 Imam Wijayanto S1 2004 Kepsek

    2 Fakhri Niswati S1 2001

    3 Ahmad Rokhim S1 2000

    4 Yarti S1 2004

    5 Nur Isna Hidayati S1 2005

    6 Dwi Ari Astutik S1 2004

    7 Susilowati S1 2000

    8 Tri Ari Setianawati S1 2007

    9 Luluk Shoimatul M S1 1997

    10 Khikayah S1 2002

    11 Nur Hamidah W S1 2007

    12 Tri Lestariningsih S1 2002

    13 Mardiyah S1 2002

    14 Hendra Gunawan S1 2007

    15 Muhammad Syaifudin S1 2007

    16 Nurma Hanik S1 2005

    17 Eisa Putri Khomsatin S1 2007

    18 Musyarofah S1 2006

    19 Nila Zahara Astanti S1 2002

    20 Erna Kurniawati S1 2007

    21 Dony Prasetyo N S1 2009

    22 Deti Rifmawati S1 2005

    23 Narsini D1

    24 Aly Barokah SMK 2003

    25 Andari Puji Astuti S1 2009

    26 Masrukan MAN 2006

    27 Nur Imam Yuwono S1 2009

    28 Ajeng Gumilarras S1 2009

    29 Zairina Nurul Umam D II 2009

    30 Sri Mulyani S1 2007

    31 Ratih Putri Kuswoyo S1 2007

  • 38

    4. Keadaan Siswa

    a. Daya Tampung Sekolah

    Tabel 3.3

    Daya Tampung Sekolah SDIT Nidaul Hikmah Tahun Ajaran

    2010/2011

    b. Data Siswa

    Tabel 3.4

    Data Siswa SDIT Nidaul Hikmah

    Tahun Ajaran 2010/2011

    Kelas

    2008/2009 2009/2010 2010/2011

    L P Jml Jml

    Kls L P Jml

    Jml

    Kls L P Jml

    Jml

    Kls

    I 35 40 75 3 40 35 75 3 61 39 100 4

    II 38 32 70 3 36 39 75 3 40 35 75 3

    III 27 20 47 2 40 34 74 3 36 39 75 3

    IV 20 13 33 2 27 19 46 2 41 34 75 3

    V - - - - 24 15 39 2 27 20 47 2

    VI - - - - - - - - 25 16 41 2

    124 105 229 10 167 142 309 13 230 183 413 17

    Tahun

    Jumlah

    Pendaftar

    Jumlah yang

    Diterima

    Rasio

    Pendaftar

    Diterima

    L P Jml L P Jml %

    2005/2006 19 13 32 19 13 32 100 %

    2006/2007 30 20 50 26 21 48 96 %

    2007/2008 40 33 73 36 32 68 93 %

    2008/2009 46 43 90 35 40 75 83 %

    2009/2010 58 47 105 44 36 80 76 %

    2010/2011 61 39 100 61 39 100 100 %

  • 39

    c. Angka Mengulang Kelas

    Tabel 3.5

    Data Siswa Mengulang Kelas SDIT Nidaul Hikmah

    Tahun Ajaran 2010/2011

    Tahun

    Pelajaran

    Kelas Jumlah

    I II III IV V VI

    2009/2010 - - - - - - 0

    2010/2011 - - - - - - 0

    d. Jumlah Siswa, Jumlah Tamatan dan Jumlah Putus Sekolah

    Tabel 3.6

    Jumlah Siswa, Jumlah Lulusan dan Jumlah Putus Sekolah SDIT Nidaul

    Hikmah Tahun Ajaran 2010/2011

    Tahun Jumlah Siswa Jumlah Tamatan Angka DO

    L P Jml L P Jml %

    2005/2006 19 13 32 - - - -

    2006/2007 46 33 79 - - - -

    2007/2008 82 65 147 - - - -

    2008/2009 118 107 229 - - - -

    2009/2010 167 142 309 - - - -

    2010/2011 230 183 413

  • 40

    e. Daftar siswa berprestasi

    Tabel 3.7

    Data Siswa Berprestasi SDIT Nidaul Hikmah

    Tahun Ajaran 2010/2011

    No. Nama siswa Jenis Lomba Tahun Tingkat Juara

    1. Laily Asna Syafira Olimpiade bhs. Indonesia JSIT 2009 JATENG DIY I

    2. Naufal Abiyyu H.H

    Adzan pekan maulid nabi 2010 Kec. Tingkir I

    Adzan pekan maulid nabi 2010 Kota salatiga II

    3. Abdullah Matin Dacil pekan maulid nabi 2010 Kec. Tingkir II

    Dacil pekan maulid nabi 2011 Kec. tingkir III

    4.

    Aisyah Kafa Dina

    Tartil Pekan Maulid Nabi 2010 Kec. Tingkir III

    MTQ Pelajar Putri Cabang Tartil 2010 Kota Salatiga III

    Siswa Berprestasi Putri 2011 Kec. Tingkir H-2

    Siswa Berprestasi Putri 2011 Kota Salatiga FINALIS

    KOMPETENSI MATEMATIKA

    PASIAD (KMP) 8

    2012 Nasional FINALIS

    5. M. Muhyidin mufid MENGARANG PHBS 2010 Kec. Tingkir II

    6.

    Hasna Khoirunisa

    Siswa Berprestasi 2010 Kec. Tingkir I

    Siswa Berprestasi 2010 Kota Salatiga III

    Melukis Pekan Seni 2010 Kec. Tingkir II

    Melengkapi Gambar 2010 Kota Salatiga I

    KOMPETENSI MATEMATIKA

    PASIAD (KMP) 7

    2011 Nasional Finalis

    7.

    Tsabit Fii Sabilil Haq

    Wushu Junior 2010 JATENG DIY II

    Wushu POR STAIN 2010 Kota Salatiga I

    Wushu KAJURDA 2011 JATENG H-2

    Wushu POR STAIN 2011 Kota Salatiga I

    Wushu TAOLU JUNIOR 2012 Kota Salatiga I

    8. Kurniawan Anggoro Wushu POR STAIN 2010 Kota Salatiga II

    9. M. Rais hasan firdaus Wushu POR STAIN 2010 Kota Salatiga II

    10. Ikhsan Bagus Wushu Kelas Tombak POR STAIN 2010 Kota Salatiga II

    11. Amelia Wushu Kelas Pemula POR STAIN 2010 Kota Salatiga II

    12.

    Wahyu Mufti

    Mahendra

    Olimpiade Sains JSIT 2009 JATENG-DIY Finalis

    Olimpiade Ipa 2010 Kota Salatiga Finalis

    Olimpiade Ipa 2011 Kec.Tingkir III

    Olimpiade Ipa 2011 Kota Salatiga Finalis

    13. Ahmad Alif Naufal Olimpiade Sains KUARK 2010 Nasional Finalis

    14. Nila Ishmawati Shinta

    Dayana

    Olimpiade Matematika 2011 Kec.Tingkir Harapan

    1

    15. Dany Firdaus Abadi Siswa Berprestasi Putra 2011 Kota Salatiga Finalis

    16. Reza Audrya Azhari Wushu POR STAIN Pi 2011 Kota Salatiga I

    17. Linda Lutfidya Wushu POR STAIN Pi 2011 Kota Salatiga II

    18. Nur Hamammur

    Ratnaningtyas

    MTH Kota Salatiga 2011 Kota Salatiga I

    19. Salma Dian H Melengkapi Gambar Batqo 2011 Kota Salatiga III

    20. Mazaya Sabrina Nk Kompetensi Matematika PASIAD (KMP) 8 2012 Nasional Finalis

  • 41

    5. Sarana dan Prasarana

    Tabel 3.8

    Data Sarana Prasarana SDIT Nidaul Hikmah

    Tahun Ajaran 2010/2011

    No. Sarana dana prasarana Kondisi Jumlah

    1. Lapangan Baik 1

    2. Gedung aula Baik 1

    3. Masjid Baik 1

    4. Perpustakaan Baik 1

    5. Koperasi dan copy centre Baik 1

    6. Mobil Baik 2

    7. Ruang tata usaha Baik 1

    8. Laboratorium komputer Baik 1

    9. Komputer Baik 25

    10. Laboratorium bahasa Baik 1

    11. Mading Baik 4

    12. Papan pengumuman Baik 3

    13. Meja Baik 220

    14. Kursi Baik 450

    15. Whiteboard Baik 20

    16. Rak sepatu Baik 8

    17. Proyektor Baik (1 rusak) 6

    18. Laboratorium MIPA Baik 1

    19. Peta dunia Baik 2

    18. Globe Baik 2

    19. Bola basket Baik 1

    20. Bola sepak Baik 2

  • 42

    6. Kegiatan SDIT Nidaul Hikmah

    SDIT Nidaul Hikmah Salatiga sebagai Lembaga Pendidikan

    Formal untuk mewujudkan visi dan misi sekolah, selain

    menyelenggarakan kegiatan pokok/intrakurikuler seperti : kegiatan

    belajar mengajar, ulangan harian, ujian akhir kelas 6, maka SDIT

    Nidaul Hikmah juga melaksanakan berbagai bentuk kegiatan

    pendidikan baik yang bersifat akademik, spiritual, emosional,

    ekstrakurikuler dan umum, yang dikelola dalam bentuk aktivitas yang

    bersifat rutin maupun insidentil, seperti :

    a. Kegiatan Rutin

    1. Pembacaan ikrar dan doa

    Pembacaan ikrar dan doa dilakukan di kelas masing-masing

    sambil baris di depan kelas. Kegiatan ini untuk mengajarkan

    siswa mengutamakan Allah sebelum melakukan kegiatan di

    sekolah dalam bentuk: pembacaan ikrar syahadat, ikrar

    kerelaan, doa belajar, doa pembuka hati dan doa pagi hari.

    2. Sholat Dhuha

    Sholat dhuha dilakukan siswa setiap hari untuk

    meningkatkan kedekatan siswa kepada Allah setiap waktunya.

    3. Klub Belajar

    Kegiatan kelompok belajar pada mata pelajaran tertentu,

    yang diikuti oleh sebagian para siswa kelas 3 6 setelah

  • 43

    melalui proses seleksi. Ada 4 macam kegiatan klub belajar : a.

    Sains Club b. Mathematic Club c. Computer Club, dll

    4. Ekstrakurikuler

    Kegiatan ekstrakurikuler di SDIT Nidaul Hikmah bertujuan

    untuk mengembangkan bakat, minat dan prestasi siswa,

    meliputi :

    a. Ekstra Wajib : Pramuka SIT

    b. Ekstra Pilihan : Seni Lukis/mewarnai, seni musik, wushu,

    sepak bola,bulu tangkis, tenis keja, khitobah, qiroah,

    english club, dan teater

    5. Perpustakaan

    Kegiatan membaca di ruang perpustakaan semakin

    digiatkan bagi setiap siswa. Setiap hari sekolah memberi

    kesempatan pada semua siswa untuk datang ke perpustakaan.

    Di samping membiasakan siswa untuk membaca, seminggu

    sekali siswa diberi kesempatan untuk meminjam buku-buku

    yang tersedia. Kegiatan Insidentil

    b. Kegiatan Insidentil

    1. Outing Class

    OC merupakan kegiatan pembelajaran yang

    dilakukan di luar kelas / sekolah dalam bentuk

    kunjungan belajar di beberapa tempat yang dapat

    menjadi sumber belajar siswa. Kegiatan ini sebagai

  • 44

    bentuk pembelajaran yang dilaksanakan saat tengah

    semester.

    Tujuan dari OC adalah :

    a. Mengenalkan siswa pada sumber belajar yang ada di

    luar kelas/sekolah

    b. Melatih siswa untuk melakukan pengamatan terhadap

    obyek yang menjadi sumber belajar.

    c. Melatih siswa menghimpun keterangan dengan nara

    sumber melalui kegiatan tanya jawab/wawancara.

    d. Melatih siswa menyusun laporan secara tertulis dari

    hasil pengamatan, wawancara/tanya jawab dan

    sumber informasi lain yang diperoleh

    e. Melatih siswa untuk mengkomunikasikan hasil

    kunjungan belajar pada orang lain

    f. Melengkapi bahan penilaian terhadap siswa

    2. Pekan Maulid Nabi

    Pekan Maulid Nabi dilakukan setiap bulan Rabbiul

    Awwal (tahun Hijriyah), dengan tujuan agar siswa selalu

    mengingat dan mensyukuri akan kelahiran Nabi

    Muhammad SAW. Biasanya sekolah mengadakan

    lomba-lomba pekan maulid nabi.

  • 45

    3. Peringatan Hari Raya Idul Adha dan Qurban

    Perayaan memperingati Idul Adha dilakukan setiap

    tahun, dengan tujuan agar para siswa dan guru semakin

    menghayati makna pengorbanan. Dalam perayaan ini,

    anak-anak menyaksikan penyembelihan hewan qurban

    dan membagikan daging qurban untuk fakir miskin di

    sekitar sekolah.

    4. Outbond

    Bentuk kegiatan untuk pembentukan karakter pribadi

    yang positif melalui beragam permainan yang meliputi

    unsur jasmani, intelegensi, hubungan sosial, tantangan,

    ilmu pengetahuan dan nilai-nilai empati. Dilaksanakan

    secara berkelompok maupun perorangan di alam terbuka.

    5. Pendidikan Luar Sekolah

    Kegiatan widya wisata khusus bagi siswa kelas V,

    bertujuan untuk menunjukkan kepada siswa secara

    langsung pada obyek wisata di sekitar Jawa Tengah,

    mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari obyek

    tersebut serta menumbuhkan rasa bangga dan cinta

    terhadap peninggalan sejarah atau potensi yang ada di

    obyek wisata yang dikunjungi.

  • 46

    6. Mabit (Malam Bina iman dan Taqwa)

    Bentuk kegiatan Mabit bagi siswa IV VI. Bertujuan

    untuk memberikan bekal rohani bagi siswa. Mabit

    diadakan setahun minimal 2 kali.

    7. Akhirussanah

    Kegiatan akhirussanah bagi siswa Kelas VI yang bertujuan

    mewisuda siswa-siswi yang telah menyelesaikan/ mencapai

    kelulusan dari pendidikan di SDIT Nidaul Hikmah.

    8. Pertemuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG)

    Kegiatan pertemuan antara sekolah dengan orangtua/

    wali siswa dalam bentuk: perkumpulan, ceramah,

    keakraban dan lain-lain, bertujuan untuk menjalin

    komunikasi, kerjasama dan partisipasi yang berguna

    untuk kemajuan anak-anak maupun sekolah.

    9. Festival Kreativitas Anak

    Kegiatan untuk menghadirkan anak-anak TK-B dari

    sekolah-sekolah di dalam dan luar JSIT untuk mengikuti

    beberapa kegiatan lomba/ pelatihan yang menarik dan

    bermanfaat bagi mereka tanpa dipungut biaya/ gratis, sehingga

    anak-anak dapat mengetahui lebih dekat keberadaan dari SDIT

    Nidaul Hikmah, sehingga diharapkan pada akhirnya saat

    Menjelang PSB, mereka akan berminat mendaftarkan diri

    sebagai calon siswa baru.

  • 47

    B. Penyajian Data

    Dengan menggunakan acuan aspek kecerdasan sosial anak menurut

    Khilstrom dan Cantor menulis lalu menyusun skala. Dari skala tersebut

    penulis ingin mengukur tingkat kecerdasan sosial dari kelas A (kelas

    kinestetik), kelas B (kelas verbal linguistik) dan kelas C (kelas logis

    matematis). Skala tersebut diisi oleh siswa-siswi kelas 3 SDIT Nidaul Hikmah

    sejumlah 69 anak yang terbagi dalam 3 kelas. Siswa di kelas A (kelas

    kinestetik) berjumlah 25 siswa terdiri dari 19 orang siswa perempuan dan 6

    siswa laki-laki. Siswa di kelas B (kelas verbal) berjumlah 20 siswa yang

    terdiri dari 4 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki. Siswa di

    kelas C (kelas logis matematis) berjumlah 24 orang siswa terdiri dari 9 orang

    siswa perempuan dan 14 orang siswa laki-laki. Pada kelas C terdapat 1 anak

    yang didrop dari daftar responden dikarenakan tidak mampu mengikuti

    prosedur pengisian angket.

    Berdasar kode etik penelitian, penulis merahasiakan identitas asli para

    responden. Untuk kepentingan pengolahan data penulis menggunakan sistem

    coding (pengkodean) untuk menggantikan identitas responden. Pada nomor

    angket tertera huruf kapital sebagai penanda kelas diikuti 2 digit angka yang

    menggantikan nama siswa.

    Selengkapnya daftar nama dan jenis kelamin responden disampaikan

    dalam bentuk tabel pada lampiran tabel.

  • 48

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    A. Analisis Variabel

    Berdasarkan hasil penyebaran instrumen penelitian pada 68 responden di 3

    kelas di SDIT Nidaul Hikmah Salatiga diperoleh data hasil angket yang

    dipaparkan pada lampiran daftar tabel dan diolah menjadi nilai sebagai berikut:

    Tabel 4.9

    Pengolahan Data Kelas A, B dan C

    A B C

    A 2A B 2B C 2C

    38 1444 34 1156 38 1444

    39 1521 36 1296 38 1444

    39 1521 38 1444 38 1444

    39 1521 35 1225 36 1296

    38 1444 32 1024 39 1521

    38 1444 38 1369 39 1521

    39 1521 35 1225 39 1521

    38 1444 31 961 27 729

    39 1521 37 1369 33 1089

    39 1521 32 1024 32 1024

    38 1444 37 1369 38 1444

    36 1296 36 1296 39 1521

    37 1369 36 1296 39 1521

    38 1444 36 1296 39 1521

    38 1444 38 1444 38 1444

    38 1444 37 1369 37 1369

    35 1225 37 1369 37 1369

    38 1444 36 1296 32 1024

    36 1296 35 1225 38 1444

    38 1444 31 961 38 1444

    38 1444 39 1521

    37 1369 39 1521

    39 1521 39 1521

    37 1369

    38 1444

    n=25

    947A

    358992A

    n=20

    707B

    250892B

    n=23

    851C

    316972C

  • 49

    Sebelum memasuki langkah penghitungan anava, terlebih dahulu

    mengolah data yang telah didapat untuk mengukur persentase tingkat

    kecerdasan sosial anak di masing-masing kelas. Persentase tingkat kecerdasan

    sosial dihitung menggunakan rumus %100xN

    FP . Untuk memudahkan

    penghitungan dibutuhkan tabel nilai dan frekuensi terlebih dahulu menentukan

    range dan lebar kelas dari masing-masing kelas. Lebar kelas telah ditentukan

    yaitu, 5. lebar kelas tersebut mewakili 5 kategori yakni, sangat tinggi, tinggi,

    sedang, rendah, sangat rendah.

    1) Range dan lebar kelas untuk kelas A

    Range = (nilai tertinggi nilai terendah) + 1

    = (39 35) + 1

    = 5

    Lebar kelas = lebarkelas

    range

    = 5

    5

    = 1

  • 50

    Tabel 4.10

    Nilai dan Frekuensi Kelas A (kelas kinestetik)

    Nilai Frekuensi Kategori

    39 7 Sangat tinggi

    38 9 Tinggi

    37 3 Sedang

    36 2 Rendah

    35 1 Sangat rendah

    JUMLAH 25

    Dari data yang tersaji di atas kemudian dihitung persentasenya:

    1. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat tinggi

    %100xN

    FP

    %10025

    7x

    %28

    2. kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi

    %100xN

    FP

    %10025

    9x

    %36

    3. kategori tingkat kecerdasan sosial sedang

    %100x

    N

    FP

    %10025

    3x

    %12

  • 51

    4. kategori tingkat kecerdasan sosial rendah

    %100xN

    FP

    %10025

    2x

    %8

    5. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat rendah

    %100xN

    FP

    %10025

    1x

    %4

    2) Range dan lebar kelas untuk kelas B

    Range = (nilai tertinggi nilai terendah) + 1

    = (38 31) + 1

    = 8

    Lebar kelas = lebarkelas

    range

    = 5

    8

    = 1,6 = 2 (pembulatan ke atas)

  • 52

    Tabel 4.11

    Nilai dan Frekuensi Kelas B (kelas verbal)

    Nilai Frekuensi Kategori

    39-40 0 Sangat tinggi

    37-38 7 Tinggi

    35-36 8 Sedang

    33-34 1 Rendah

    31-32 4 Sangat rendah

    JUMLAH 20

    Dari data yang tersaji di atas kemudian dihitung persentasenya:

    1. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat tinggi

    %100xN

    FP

    %10020

    0x

    %0

    2. kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi

    %100xN

    FP

    %10020

    7x

    %35

    3. kategori tingkat kecerdasan sosial sedang

    %100xN

    FP

    %10020

    8x

    %40

  • 53

    4. kategori tingkat kecerdasan sosial rendah

    %100xN

    FP

    %10020

    1x

    %5

    5. kategori tingkat kecerdasan sosial sangat rendah

    %100xN

    FP

    %10020

    4x

    %20

    3) Range dan lebar kelas untuk kelas C

    Range = (nilai tertinggi nilai terendah) + 1

    = (39 27) + 1

    = 13

    Lebar kelas = lebarkelas

    range

    = 5

    13

    = 2,6 = 3 (pembulatan ke atas)

  • 54

    Tabel 4.12

    Nilai dan Frekuensi Kelas C (kelas logis matematis)

    Nilai Frekuensi Kategori

    39-41 9 Sangat tinggi

    36-38 10 Tinggi

    33-35 1 Sedang

    30-32 2 Rendah

    27-29 1 Sangat rendah

    JUMLAH 23

    Dari data yang tersaji di atas kemudian dihitung persentasenya:

    1. Kategori tingkat kecerdasan sosial sangat tinggi

    %100xN

    FP

    %10023

    9x

    %39

    2. Kategori tingkat kecerdasan sosial tinggi

    %100xN

    FP

    %10023

    10x

    %43

    3. Kategori tingkat kecerdasan sosial sedang

    %100xN

    FP

    %10023

    1x

    %3,4

  • 55

    4. Kategori tingkat kecerdasan sosial rendah

    %100xN

    FP

    %10023

    2x

    %6,8

    5. Kategori tingkat kecerdasan sosial sangat rendah

    %100xN

    FP

    %10023

    1x

    %3,4

    Langkah berikutnya adalah menghitung mean (rerata) dan standar

    deviasi dari tiap-tiap kelas. Berikut rangkuman hasil analisis data menggunakan

    program SPSS for windows:

    Tabel 4.13

    Rangkuman Hasil Analisis

    Kelas N

    (jumlah responden)

    Mean

    (rerata)

    SD

    (standar deviasi)

    Koefisien

    t

    Taraf

    signifikansi

    Kinestetik

    (A)

    25 37,88 2.62528 43,44 .000

    Verbal

    (B)

    20 35,35 3.11659 -1937 .068

    Logis

    matematis

    (C)

    23 37 3.46296 -1,264 .219

  • 56

    B. Pengujian Hipotesis

    Berdasar dengan hasil analisis diatas dengan menggunakan analisis

    t pada SPPS for windows (tabel terlampir) untuk uji t antara kelas A

    (kinestetik) dan kelas B (verbal) didapati hasil t-hitung sebesar 4,344 > T

    table (19,0,05) sebesar 2,093, dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,005. Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain hal

    ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecerdasan sosial

    antara kelas A (kinestetik) dan kelas B (verbal).

    Analisis selanjutnya untuk menguji t antara kelas B (verbal) dan

    kelas C (logis matematis). Untuk uji t antara kelas B (verbal) dan kelas C

    (logis matematis) didapat hasil t-hitung sebesar 1,937 < T table (19,0,05)

    sebesar 2,093, dan tingkat signifikansi 0,068 >0,05. Hal ini berarti bahwa

    Ho diterima atau tidak ada perbedaan tingkat kecerdasan sosial antara

    kelas B (verbal) dan kelas C (logis matematis).

    Berlanjut pada analisis untuk menguji t antara kelas A (verbal) dan

    kelas C (logis matematis). Untuk uji t antara kelas A (kinestetik) dan kelas

    C (logis matematis) didapat hasil t-hitung sebesar ,264 < T table (19,0,05)

    sebesar 2,093, dan tingkat signifikansi 0,219 > 0,05.

    Dengan demikian Ho diterima atau tidak ada perbedaan yang signifikan

    antara kelas A (kinestetik) dan kelas C (logis matematis)

    Langkah selanjutnya adalah penghitungan anava untuk mencari

    perbedaan pada ketiga kelas tersebut. Melalui pengolahan data

    menggunakan program SPSS for windows didapati besarnya f hitung

  • 57

    (7,026) dan signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 atau pada taraf kesalahan 5

    % (tabel penghitungan terlampir). Ini berarti terdapat perbedaan tingkat

    kecerdasan sosial pada signifikansi 0,002 antara kelas A (kinestetik), kelas

    B (verbal), dan kelas C (logis matematis).

    C. Pembahasan

    Setelah melalui beberapa teknik penghitungan stastistik akhirnya dapat

    diketahui bahwa sebagian besar siswa di kelas A (kinestetik) memiliki tingkat

    kecerdasan sosial yang tinggi. Hal ini berarti siswa di kelas ini mampu

    bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik. Sesuai dengan Azzet (2010: 83)

    kemampuan anak dalam memahami bahasa nonverbal melalui ekspresi wajah,

    pandangan mata, dan gerak tubuh sebagai kekuatan yang membantu anak