2. Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ptk

Citation preview

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS / PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan yang kita jalani, kita pasti pernah mengalami sebuah kegiatan yang kita sebut dengan belajar. Ya belajar merupakan sebuah kegiatan penting yang dilakukan oleh seorang individu untuk dapat mengenali dan mengetahui lebih lanjut tentang sebuah hal yang berguna bagi hidup dan kehidupannya. Membicarakan tentang belajar maka hal ini dilakukan oleh setiap orang mulai dari mereka masih kecil hingga meninggal dunia. Mengapa? ini karena kegiatan belajar tersebut merupakan sebuah kebutuhan yang dimiliki oleh setiap orang agar dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang terus mengalami perkembangan dan perubahan seperti pada era modern yang dinamis saat ini.

Ketika kita membicarakan lebih lanjut tentang kegiatan belajar tersebut mungkin akan banyak di antara kita yang mengaitkannya dengan kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah. Nah karena itulah maka pada perjumpaan kita kali ini saya sengaja menyajikan kepada anda tentang sebuah bahasan yang cukup menarik mengenai proses pembelajaran.Proses pembelajaran dapat kita artikan sebagai sebuah kegiatan di mana terjadi penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga pendidik kepada para peserta didik yang dimilikinya. Karenanya kegiatan pembelajaran ini sangat bergantung pada komponen-komponen yang ada di dalamnya. Dari sekian banyak komponen tersebut maka yang paling utama adalah adanya peserta didik, tenaga pendidik, media pembelajaran, materi pembelajaran serta adanya rencana pembelajaran.

Keberadaan komponen tersebut dalam sebuah proses pembelajaran merupakan sebuah hal yang teramat penting karena komponen tersebut sangat bergantung satu sama lain. Misalkan saja tentang adanya tenaga pendidik yang berkualitas. Tenaga pendidik yang berkualitas dan dapat menjalankan fungsinya secara aktif dan kondisional merupakan sebuah hal yang cukup berpengaruh dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Tenaga pendidik tersebut berperan dalam mewujudkan sebuah situasi pembelajaran yang baik bagi para peserta didiknya, menggunakan rencana pembelajaran yang baik dan sesuai sehingga jalannya proses pembelajaran yang diterima oleh para peserta didik dapat dikontrol, serta mampu menggunakan dan memaksimalkan adanya media pembelajaran guna meningkatkan pemahaman para peserta didik terkait dengan materi pelajaran yang disampaikannya. Jika hal tersebut dipahami sebagai sebuah kebutuhan dalam proses pembelajaran maka akan menjadikan sebuah kegiatan pembelajaran yang lebih berkualitas.Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Namun hasil perolehan nilai beberapa mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran KRIYA KAYU. Berdasarkan pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton. Sejauh ini pembelajaran KRIYA KAYU di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih melemahkan motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran KRIYA KAYU, KRIYA KAYU dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sehingga jangan disalahkan apabila disetiap jam pelajaran KRIYA KAYU siswa cenderung merasa enggan dan malas. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ada solusi dalam penyampaian mata pelajaran KRIYA KAYU dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sunardi (2006:13) menyarankan untuk mengupayakan agar pelajaran KRIYA KAYU menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak hingga anak percaya diri.

Pembelajaran KRIYA KAYU haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus pada kebiasaan dengan strategi atau urutan penyajian sebagai berikut: diajarkan definisi, diberikan contoh-contoh dan diberikan latihan soal. Hal ini sangat memungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima konsep yang tidak berasosiasi dengan pengalaman sebelumnya. Dalam latihan soal sebaiknya dihadapi bentuk soal cerita yang mungkin terkait dengan terapan KRIYA KAYU atau kehidupan sehari-hari (Guntur Sumilih 2002:103).

Memperhatikan uraian di atas keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SMKN 1 Laguboti, siswa masih merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami, sementara itu peneliti kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai pelajaran KRIYA KAYU akan semakin menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep.

Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-konsep dasar KRIYA KAYU, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah. Pengalaman peneliti sebagai guru KRIYA KAYU di SMKN 1 Laguboti sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas. Namun disisi lain peneliti sebagai guru memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga banyak diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru bahkan sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang dapat dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Guru hendaknya mengemas proses belajar mengajar dengan metode yang tepat dan menarik dalam penyajiannya. Salah satu langkahnya adalah menggunakan metode variasi dan bantuan alat peraga. Menurut Holstein (1986: 67) media akan memperjelas dan membuat pelajaran menjadi lebih konkrit dan jelas bagi siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMKN 1 Laguboti pada KRIYA KAYU ?

2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas SMKN 1 Laguboti pada materi norma dalam kehidupan bermasyarakat ?

3. Bagaimanakah peningkatan kreativitas siswa kelas SMKN 1 Laguboti melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri ?

4. Bagaimanakah respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMKN 1 Laguboti?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran melalui implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMKN 1 Laguboti.2. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas SMKN 1 Laguboti.3. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas SMKN 1 Laguboti.4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas SMKN 1 Laguboti.1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini sangat bermanfaat, baik bagi siswa, guru, maupun guru lain.

1. Bagi siswa : Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat, makna pembelajaran bagi siswa, dan meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa tentang benda dan sifatnya.2. Bagi guru :

Dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan, metode atau model dalam proses pembelajaran di kelas.3. Bagi guru lain :

Dapat meningkatkan pemahaman tentang penelitian dan menumbuhkan minat untuk melakukan penelitian.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Inkuiri

Metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis, dan argumentative (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan (Usman, 1993:124).

Metode inkuiri memberikan perhatian dalam mendorong diri siswa mengembangkan masalah. Sudyna (1986:21) mengemukakan bahwa inkuiri adalah metode mengajar yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah.

Metode inkuiri merupakan metode discovery artinya suatu proses mental yang lebih tingkatannya (Anita, 2001:1-4). Upaya mengembangkan disiplin intelektual dan ketrampilan yang dibutuhkan siswa untuk membantu memecahkan masalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu merupakan bagian proses inkuiri. Keterlibatan aktif secara mental dalam kegiatan belajar yang sebenarnya. Inkuiri secara kooperatif memperkaya cara berpikir siswa dan mendorong mereka hakekat timbulnya pengetahuan tentative dan berusaha menghargai penjelasan.

Inkuiri atau penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya (Oemar Hamalik, 2001:219). Penemuan yang dilakukan tentu saja bukan penemuan yang sesungguhnya, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan orang lain. Jadi penemuan disins adalah penemuan pura-pura atau penemuan siswa yang bersangkutan saja.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya.Model inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

Dahar (1988) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan. Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas

Menurut (Trowbridge, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional .

Sementara itu, Trowbridge (1990) dalam (Putrayasa, 2001) menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Hal senada dikatakan oleh Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

2.2 Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Ajar

Tingkatan pemahaman (the levels of understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001). Tingkatan pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, tingkatan pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.

Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya, meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal. 2.3 Pengertian Kreativitas

S.C. Utami Munandar (1992) dalam bukunya mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, merumuskan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Selanjutnya dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan mendalami bahan yang dipelajari.(penalaran) tetapi juga berhubungan dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan.

Pentingnya kreativitas dikembangkan karena : (1) dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya; (2) kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah; (3) bersibuk diri dengan kratif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada diri sendiri; (4) kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya (S.C. Utami Munandar, 1992).

Dari uraian yang ada diatas maka yang dimaksud dengan kreativitas adalah seorang yang selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba, bertualang, suka bermain-main, intuisif, dan mempunyai potensi untuk menjadi orang yang kreatif. Semua orang lahir dengan kreativitas dan jika ia yakin ia adalah orang yang kreatif maka ia akan menemukan cara yang kreatif untuk mengatasi masalah harian baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadinya.(Depoter,2000)

2.4 Pengertian Hasil Belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a) Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.

b) Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.

c) Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.

d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan , terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik .

2.5 Tipe Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54) juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :

2.5.1 Tipe hasil belajar bidang kognitif

Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu tipe hasil belajar :

a. Pengetahuan hafalan (Knowledge), yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual. Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya.

b. Pemahaman (Comprehension), kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep

c. Penerapan (Aplication), yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu.

d. Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai arti .

e. Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.

f. Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.2.5.2 Tipe hasil belajar afektif

Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.

Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :

g. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi dan gejala.

h. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .

i. Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.j. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .k. Karakteristik nilai atau internalisasi, yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya 2.5.3 Tipe hasil belajar bidang psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :

a. Gerakan refleks yaitu ketrampilan pada gerakan tidak sadar.

b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya membedakan visual , adaptif, motorik, dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketetapan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks .

f. Kemampuan yang berkenaan dan komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretative.2.6 Penilaian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:a. Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.

b. Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.c. Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Laguboti. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas XI SMKN 1 Laguboti, sebanyak 19 siswa. Latar belakang orang tua wali murid sebagian pedagang, sebagian lagi wiraswasta, dan sebagian besar petani.

3.2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/ 2015

1) Persiapan minggu I bulan Nopember 20152) Pelaksanaan tindakan I Nopember minggu II tanggal 19 Nopember 20153) Pelaksanaan tindakan II Nopember minggu II tanggal 22 Nopember 20154) Pelaksanaan tindakan III Nopember minggu II tanggal 24 Nopember 20155) Pengumpulan data bulan Desember 20156) Pelaporan bulan Desember 2014 tanggal 28 Desember 20153.3 Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan kegiatan berulang-ulang atau bersiklus, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu dipecahkan. Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru dapat meneliti sendiri terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara langsung, sehingga bila guru menemukan permasalahan dalam pembelajaran guru dapat merencanakan tindakan alternatif, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi apakah tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang sama dengan peneliti. Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK Depdiknas (2001:5) disebutkan penelitian bersiklus, tiap siklus terdiri dari:

a) Persiapan/perencanaan (Planning)

b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)

c) Observasi (Observing)

d) Refleksi (Reflecting)

a. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 siklus yaitu :

1) Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan bahan pembelajaran

2. Menyusun silabus dan RPP

3. Menyiapkan alat bantu pembelajaran

4. Menyiapkan lember tes

5. Menyiapkan lembar observasi.

b. Tindakan / pelaksanaan (Acting)

Dalam tahap ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah tertuang dalam rencana pembelajaran dengan modifikasi pelaksanaan sesuai dengan situasi yang terjadi :

1. Tindakan Siklus 1

Langkah-langkah tindakan:

Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk membangkitkan motivasi belajar.

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa seputar tentang pengetahuan yang berkaitan dengan Kriya Kayu Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas simulasi memahat kayu Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk maju dan memamerkan hasil mereka. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembahasan materi dengan seksama dan tepat

Beberapa hal yang diharapkan dalam siklus ini adalah:

1. Siswa mengalami peningkatan minat belajar dan aktivitas di kelas selama guru melakukan kegiatan pembelajaran

2. Terdapat peningkatan konsentrasi belajar siswa sehingga aktivitas siswa menjadi terfokus dalam penyelesaian tugas-tugas yang diberikan oleh guru

3. Siswa memiliki kemauan dan keberanian untuk bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dialami pada saat menyelesaikan tugas yang diberikanc. Observasi (Observing)

Dalam tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, juga teman, guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi aktifitas guru.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan, kuesioner, dan tes. Dalam refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang mengamati dan kepala sekolah. Untuk melakukan perencanaan pada siklus berikutnya, peneliti mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah yang timbul pada pembelajaran siklus I.

2) Siklus II

a. Persiapan/ perencanaan (Planning)

Sebelum melaksanakan tindakan siklus II, peneliti melakukan perbaikan-perbaikan terkait dengan temuan-temuan pada siklus I

b. Tindakan/ pelaksanaan (Acting)

Langkah-langkah tindakan:

Guru mengajak siswa untuk mengenal kriya kayu yang terkenal Guru mengajak siswa melakukan studi kelompok dalam rangka memahami dan mengenal lebih jauh tentang kriya kayu Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas kelompok

Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya

Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama

Harapan yang dimungkinkan muncul dalam siklus II ini adalah bahwa :

1. Guru dapat mengelola kelas dengan lebih baik dan lebih mampu memahami siswa

2. Siswa dapat meningkatkan kemampuan komunikasinya dan penguasaan konsep materi pembelajaran

3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang baik

c. Observasi (Observing)

Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, peneliti juga meminta bantuan teman guru untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan siswa.

d. Refleksi (reflecting)

Dari hasil pengamatan pada siklus kedua dapat digunakan untuk melakukan refleksi apakah hasil ulangan siswa sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal maupun individual. 3.4 Perangkat penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas digunakan beberapa perangkat penelitian sebagai berikut :

a. Rencana Pembelajaran

Skenario pembelajaran dengan pokok bahasan perpangkatan dan akar yang berisi tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tentang bagaimana menerapakan metode variasi sehingga mampu meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran

b. Media Pembelajaran

Alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peneliti, dalam rangka mempermudah proses pembelajaran dengan metode variasi

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan beberapa analisa, antara lain :

1. Lembar observasi

Lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran.

2. Soal tes

Berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.

3. Angket/ Kuisioner

Angket diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat dalam lampiran.

3.6 Teknik Analisis Data Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data yang telah dikumpulkan sebagai berikut :

1. Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;

Baik

apabila tercatat10 tallySedang apabila tercatat6 tallyRendahapabila tercatat 6 tally

Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan tulis, dan menyelesaikan tugas mandiri. (Lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran form pengamatan)

2. Data Hasil Tes Belajar Siswa

Data hasil tes adalah data yang diperoleh oleh peneliti setelah melakukan tes formatif terhadap siswa setelah pembelajaran. Tes belajar siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual. Ketuntasan individiual ditentukan dengan ketentuan:

Adapun rumusan yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :

a). Ketuntasan secara individu

Rumus persentase

Jumlah skor yang diperoleh

x 100 %

Jumlah skor maksimal

b) Ketuntasan secara klasikal

Rumus persentase ketuntasan :

Jumlah siswa yang tuntas

X 100 %

Jumlah seluruh siswa

Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 65 %, sedangkan untuk tingkat klasikal minimal mencapai 85 % (Depdikbud, 1994, dalam Kustantini:10)

3. Angket/ Kuisioner

Data yang diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan jumlah responden yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori jawaban terbagi menjadi 3 (tiga) macam: ya, tidak dan cukup.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari satu tindakan yang diwujudkan dalam satu kali pertemuan pembelajaran yang lamanya 2 x 35 menit. Jadi pada penelitian tindakan kelas ini diadakan proses pembelajaran sebanyak tiga pertemuan.

4.1.1 Pelaksanaan Siklus 11) Perencanan ( planning )

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah :

a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai materi yang diajarkan

b. Membuat instrumen penelitian

c. Membuat silabus

d. Membuat lembar kerja sesuai materi

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa bersam-sama mengamati dan mencatat kegiatan Kriya Kayu. Guru dan siswa kemudian memperhatikan ilustrasi yang diberikan oleh guru. Siswa kemudian oleh guru diminta menjelaskan kegiatan yang dapat terjadi. Guru membagi siswa dalam 3 (tiga) kelompok. Kemudian guru mempersilahkan siswa untuk menyusun bersama kelompoknya bagaimana simulasi peristiwa tersebut diatas pada nanatinya akan disimulasikan didepan kelas. Setelah simulasi kelas selesai dilakukan, setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 1 adalah sebagai berikut:

Temuan positif

a) Melalui penggunaan metode inquiry ini siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar

b) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja

c) Motivasi siswa dalam memahami norma-norma dan adat istiadat yang terlihat dengan adanya beberapa siswa bertanya terkait dengan simulasi yang dilakukan oleh siswa-siswa yang lainTemuan negatif

a) Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya

b) Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal.

4.1.2 Pelaksanaan Siklus 2

1) Perencanan ( planning )

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah :

a. Membuat rencana pembelajaran atau skenario metode variasi, sesuai materi yang diajarkan

b. Membuat instrumen penelitian

c. Membuat silabus

d. Membuat lembar kerja sesuai materi

Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam perkembangan Kriya Kayu. Sesi selanjutnya setelah siswa telah menyelesaikan tugas yang diberikan guru maka guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memaparkan permasalahan dan siswa yang ditunjuk secara acak diminta untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan oleh guru

Kemudian guru juga meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan atau pendapat yang berbeda sehingga kemudian pada saat siswa telah dianggap kondusif tugas yang telah disiapkan oleh guru. Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok

Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya. Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama

Setelah diskusi kelas selesai dilakukan, setelah itu guru peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus 2 adalah sebagai berikut:

1. Temuan positif

a) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja

b) Jumlah siswa yang aktif meningkat hal ini terlihat dengan adanya bertambahnya siswa yang bertanya

2. Temuan negatif

a) Pertanyaan siswa dalam diskusi kelas masih belum terarah, sehingga alur diskusi masih belum berjalan lancer. Dan masih didominasi oleh beberapa siswa yang, nyata-nyata berprestasi

b) Sebagian siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya

c) Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal.4.2 Pengamatan tindakan (observing)

Pengamatan dilakukan pada setiap pelaksanaan tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen yaitu: (1) pengamatan terhadap kreativitas siswa (2) evaluasi pemahaman siswa; (3) angket untuk mengetahui dampak model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terhadap kreativitas dan pemahaman siswa. Berikut dipaparkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dari pelaksanaan tindakan pada setiap siklus sebagai berikut:4.2.1 Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa

Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator yang meliputi keseriusan siswa, inisiatif siswa, partisipasi siwa dalam pembelajaran, kemampuan siswa menyebutkan fakta, kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri, berdiskusi, kemampuan siswa memahami perintah guru.

Tabel 4.1

Pengamatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran

NoIndikatorHasil Observasi

Siklus ISiklus II

BCKBCK

1.Keseriusan siswa(--(- -

2.Inisiatif bertanya--((--

3.Partisipasi siswa dalam pembelajaran-(-(-

4.Kemampuan siswa menyebutkan fakta--(-(-

5.Kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri--(-(-

6.Berdiskusi--((--

7.Kemampuan siswa memahami perintah guru--((--

Sumber : Hasil pengamatan dan data diolah

Keterangan : B = baik C = cukup baik K = kurang baik

4.2.2 Hasil tes formatif pemahaman benda dan sifatnya.

Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa dan telah dianalisis berdasrkan indikator pencapaian pemahaman materi benda dan sifatnya maka diperoleh data sebagai berikut:Tabel 4.2

Hasil Tes Formatif Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran

NoIndikatorMampu menjawabMengalami kesulitan

IIIIII

1.Mampu mendeskripsikan hubungan antara norma dan adat istiadat 4380,5%47(94,4%)1019,5%3(5,6%)

2.Mampu membedakan macam-macam norma3467%46(91,6%)1733,4%4(8,4%)

3.Mampu menjelaskan kegunaan norma dan adat istiadat34

67%48(97,2%)1733,4%1

(2,8%)

4.Mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian adanya norma2856%46(91,6%)2244,5%4(8,4%)

5

Mampu mendeskripsikan tujuan penggunaan norma dalam masyarakat2958%48(97,2%)2141,7%1

(2,8%)

Rata-rata65 %91,534,75%8,5 %

Sumber data: hasil tes formatif siswa dan data diolah

4.2.3 Hasil penilaian berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa.

Berdasarkan angket yang telah diberikan dan diisi oleh siswa maka diperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 4. 3

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

NoPertanyaanJawaban Siswa

YaTidak

1Siswa senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilkakukan oleh guru47(94,4%)3(5,6%)

2Siswa merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya.44(88,8%)6(11,2%)

3Siswa memerlukan metode pendekatan inkuiri seperti yang telah dilakukan.44(88,8%)6(11,2%)

4Siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan.43(86,1%)7(13,9%)

5Siswa tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan guru47(94,4%)3(5,6%)

Sumber data: hasil angket siswa dan data diolah4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan pada Siklus I dan Siklus II diolah dan di analisis dengan hasil sebagai berikut :

1. Dari data penilaian tentang kreativitas jelaslah bahwa implementasi pembelajaran berbasis inkuiri pada pokok bahasan benda dan sifatnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan (positif) terhadap peningkatan kreativitas siswa. hal ini terlihat dari siklus ke-1 ke siklus ke-2 tampak pada tabel diatas pada siklus ke-1 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 1 baik, 1 cukup dan kurang 5, sedangkan pada siklus ke-2 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 5 baik, 2 cukup hal ini membuktikan terdapat adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa.

2. Dari data formatif I dan tes formatif II tampak terdapat peningkatan yang signifikan, hal ini tampak pada hasil formatif I rata-rata siswa yang mampu menjawab soal tes 65,25 % dan mengalami kesulitan 34,75 %, sedangkan pada hasil tes formatif II yang mampu menjawab soal tes 91,5% dan yang mengalami kesulitan 8,5%. Maka telah terjadi kenaikan sekitar 26,25% pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa implementasi metode inkuiri dapat dikatak efektif dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan siswa terhadap pembelajaran.

3. Berdasarkan data hasil angket yang diberikan kepada siswa didapatkan sebagian besar 47 atau (94,4%) siswa menyatakan senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan hanya 3 (5,6%) siswa menyatakan tidak senang. Dalam aspek kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya sekitar 44 (88,8%) siswa mampu merasakan hal tersebut sedangkan 6 (11,2%) siswa belum dapat. Prosentase tersebut juga berlaku dalam aspek tentang perlu tidaknya metode pembelajran itu digunakan. Padahal sebagian besar siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan, hal ini ditunjukkan oleh 43 (86,1%) siswa dan 7 (13,9%) siswa merasa tidak ada tantangan. Bahkan siswa yang secara terbuka merasakan tertarik metode yang dikembangkan guru 47 (94,4%)siswa dan hanya 3 (5,6%) siswa menyatakan tidak tertarik. Maka dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa metode inkuiri yang dikembangkan oleh guru (peneliti) secara garis besar dapat diterima oleh siswa.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Implementasi berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya untuk siswa kelas XI SMKN 1 Laguboti dilakukan dalam 3 (tiga) siklus dengan tanpa hambatan berarti.

2. Implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas XI SMKN 1 Laguboti. Terbukti terdapat kenaikan persentase tingkat pemahaman dari siklus I sebesar 65,25 % menjadi 91,5% pada siklus II, atau mengalami peningkatan sebesar 26,25%3. Implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas XI SMKN 1 Laguboti.

4. Respon siswa terhadap implementasikan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya untuk siswa kelas XI SMKN 1 Laguboti termasuk positif

5.2 Saran-Saran

1. Guru dalam pembelajaran ini hendaknya lebih banyak strategi pembelajaran daripada sekedar memberikan informasi.

2. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya, dan guru sebaiknya sebagai fasilitator.

3.Kepala sekolah diharapkan mendukung dan memotivasi guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna Wilis,1988, Teori-Teori Belajar,Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta.

Degeng, S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel ,IKIP Malang, Malang.

Depdikbud, 2002, Pendekatan Kontekstual, Balai Pustaka, Jakarta

Dimyati Dkk,2002, Belajar Dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung

Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta.Jakarta.

Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.idWahyudi, 2001, Tingkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Pelajaran, Editorial Pendidikan Dan Kebudayaan Edisi 36, Depdiknas, Jakarta

ANGKET RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

Jawablah pertanyaan berikut dengan jujur dengan memilih salah satu jawaban yang menurut kamu tepat.

1. Apakah Anda senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh gurua. Ya

b. Tidak2. Apakah Anda merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupanmu sehari-haria. Ya

b. Tidak3. Apakah menurut mu metode pendekatan inkuiri diperlukan dalam pembelajaran dikelas seperti yang telah dilakukan.a. Ya

b. Tidak4. Apakah Anda merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan.a. Ya

b. Tidak5. Apakah Anda tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan gurua. Ya

b. TidakLEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA

Nama Pengamat : .

Pokok Bahasan : ..

Siklus : ...

Petunjuk penggunaan lembar pengamatan

1. Pengamatan dilakukan untuk semua aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung

2. Pengamat harus berada pada posisi yang memudahkan dirinya untuk memperhatikan siswa yang diamati

3. Pengamat tidak diperkenankan untuk membantu siswa selama pembelajaran berlangsung

NoIndikatorFrekuensi Aktivitas

12345678910

1.Keseriusan siswa

2.Inisiatif bertanya

3.Partisipasi siswa dalam pembelajaran

4.Kemampuan siswa menyebutkan fakta

5.Kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri

6.Berdiskusi

7.Kemampuan siswa memahami perintah guru

., .

Pengamat

(----------------------------------)

11218