Upload
ricky
View
321
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
BAB IIKEBIJAKAN TERKAIT
INFRASTRUKTUR WILAYAH
PERBATASAN menguraikan tentanakan – kebijakan yang terkait dengan Penyiapan Pengembangan Database Pengelolaan KSN Perbatasan. Adapun kebijakan yang digunakan adalah RTRW Nasional, RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur dan RTRW Kabupaten Belu.
2.1 Kawasan Strategis Nasional Kawasan Perbatasan Kabupaten Belu-Malaka
Menurut PP 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN), definisi Kawasan Strategis Nasional adalah “wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia”.
Penetapan Kriteria Kawasan Strategis Nasional pasal 75 dalam PP 26 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dilakukan berdasarkan
kepentingan:
a. Pertahanan dan keamanan;
b. Pertumbuhan ekonomi;
c. Sosial dan budaya;
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan negara
memiliki hal-hal yang bersifat sensitif sehingga perlu pengaturan yang khusus. Secara makro,
pengaturannya diatur dalam Peraturan Pemerintah ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Untuk operasionalisasi RTRWN, disusun rencana rinci tata ruang yang meliputi
rencana tata ruang pulau/kepulauan; dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional.
Sedangkan Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
Halaman | II - 1
KEBIJAKAN RTRWN STRATEGI RTRWN
Pengembangan Kawasan Strategis
Nasional (1)
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Pengembangan & peningkatan fungsikawasan dalampengembanganperekonomiannasional
menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasionalyang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangankegiatan budi daya;mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitarkawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyanggayang memisahkan kawasan lindung dengankawasan budi daya terbangunmerehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampakpemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitarkawasan strategis nasional.
menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khususpertahanan dan keamanan;mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanandan keamanan; mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidakterbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zonapenyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengankawasan budi daya terbang
mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber dayaalam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utamapengembangan wilayah;menciptakan iklim investasi yang kondusif;mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampauidaya dukung dan daya tampung kawasan;mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkankualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;mengintensifkan promosi peluang investasimeningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatanekonomi
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara
KEBIJAKAN RTRWN STRATEGI RTRWN
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional (2)
Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa
Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarkat
mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi;meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya; mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.
meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur;mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat; melestarikan situs warisan budaya bangsa.
melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya;meningkatkan kepariwisataan nasional;mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup
Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia
Pengembangan kawasan tertinggal
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah;mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat;meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan;meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
nasional ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Kawasan strategis nasional diatur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Gambar 2.1 :Konsepsi KSN Kebijakan & Strategi RTRWN
Halaman | II - 2
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan
nasional,kedudukan RTR KSN dapat ditunjukkan pada Gambar sebagai berikut:
Gambar 2.2 : Kedudukan RTR KSN dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2.1.1. Kawasan Strategis Nasional dari Sudut Kepentingan Pertahanan Keamanan
2.1.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Tahun 2005 -2025
Tinjauan Kebijakan Pembangunan Kawasan Perbatasan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Undang Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional 2005-2025) telah menetapkan arah pengembangan
wilayah perbatasan negara yaitu “dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang
selama ini cenderung berorientasi ‘inward looking’, menjadi ‘outward looking’ sehingga
Halaman | II - 3
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan
perdagangan dengan negara tetangga”.
Paradigma pembangunan kawasan perbatasan di Indonesia berdasarkan Undang-
undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2004-2025, menyatakan adanya 5 (lima) fungsi yang menjadi dasar kebijakan, yaitu
1. Kawasan perbatasan sebagai “beranda depan Negara dan pintu gerbang
internasional ke negara tetangga.
2. Kawasan perbatasan menerapkan keserasian prinsip pembangunan kesejahteraan
dan pertahanan keamanan.
3. Pembangunan kawasan memberikan perlindungan terhadap kawasan konservasi
dunia dan kawasan lindung nasional.
4. Pengembangan ekonomi secara selektif sesuai potensi eksternal dan internal.
5. Sebagai kerjasama ekonomi yang menguntungkan antar negara dengan melibatkan
pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha.
Berdasarkan UU tersebut, di samping pendekatan keamanan, upaya pengelolaan batas
wilayah negara dan pembangunan kawasan perbatasan menggunakan pendekatan
kesejahteraan. Di samping itu, perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau-pulau
kecil terluar di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian.
2.1.1.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2010 – 2014
Visi dan Misi pemerintah 2009‐2014, telah dirumuskan dan dijabarkan lebih
operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah diimplementasikan
dan diukur tingkat keberhasilannya. Sebelas Prioritas Nasional di bawah ini bertujuan untuk
merespon sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang.
Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi
dari 11 prioritas nasional yaitu:
1. Reformasi birokrasi dan tata kelola;
2. Pendidikan;
3. Kesehatan;
4. Penanggulangan kemiskinan;
5. Ketahanan pangan;
6. Infrastruktur;
7. Iklim investasi dan usaha;
Halaman | II - 4
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
8. Energi;
9. Lingkungan hidup dan bencana;
10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik;
11. Kebudayaan,kreativitas, dan inovasi teknologi.
Dalam RPJMN 2010-2014 Prioritas Bidang Kawasan Strategis, Kawasan Perbatasan,
Daerah Tertinggal Dan Kawasan Rawan Bencana secara khusus, pengelolaan batas negara
dan kawasan perbatasan diarahkan ke dalam 5 fokus prioritas yaitu:
1. Penyelesaian penetapan dan penegasan batas negara;
2. Peningkatan upaya pertahanan, keamanan serta penegakkan hukum;
3. Peningkatan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan;
4. Peningkatan pelayanan sosial dasar; dan
5. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pengembangan kawasan perbatasan
secara terintegrasi.
Tabel 2.1 Prioritas Lokasi Penanganan Wilayah Perbatasan dan
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Dalam RPJMN 20102014
No Provinsi Kab/Kota PKSN
1 Kalbar
1 Sambas Paloh‐Aruk
2 Bengkayang Jagoibabang
3 Sanggau Entikong
4 Sintang ‐5 Kapuas Hulu Nanga Badau
2 Kaltim
6 Nunukan Nunukan
Simanggaris
Long Midang
7 Malinau ‐8 Kutai Barat ‐
3 Sulut9 Kepulauan Talaud Melonguane
10 Kepulauan Sangihe Tahuna
4 NTT 11 Kupang ‐12
Timor Tengah
Utara
Kefamenanu
13 Belu Atambua
Halaman | II - 5
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
No Provinsi Kab/Kota PKSN
14 Alor ‐15 Rote Ndao ‐
5 Papua
16 Keerom ‐17 Merauke Merauke
18 Boven Digoel Tanah Merah
19 Pegunungan Bintang ‐20 Kota Jayapura Jayapura
21 Supiori ‐6 Kepulauan Riau
22 Kepulauan Anambas ‐23 Karimun ‐
24 Kota Batam Batam
25 Natuna Ranai
26 Kota Bintan ‐
7 Riau
27 Dumai Dumai
28 Bengkalis ‐29 Rokan Hilir ‐30 Indragiri Hilir ‐31 Kepulauan Meranti ‐
8 Papua Barat 32 Raja Ampat ‐9 Maluku
33 Maluku Barat Daya ‐34
Maluku Tenggara
Barat
Saumlaki
35 Kepulauan Aru ‐10 Maluku Utara 36 Morotai Daruba
11 Sumatera Utara 37 Serdang Bedagai ‐ 12 NAD 38 Kota Sabang Sabang
Sumber: BAPPENAS, 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008
2.1.2. PP Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN
1. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan.
Halaman | II - 6
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
2. Pasal 76 berbunyi Kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan
dan keamanan ditetapkan dengan kriteria:
a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategi nasional;
b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan;
c. Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
3. Pasal 81 berbunyi Penetapan kawasan strategis nasional berdasarkan kepentingan
pertahanan dan keamanan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pengaturan lokasi yang spesifik yang mempertimbangkan sifat sensitif diatur menurut
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pertahanan negara. Kawasan strategis
nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain meliputi
kawasan pertahanan, seperti: kawasan basis militer, kawasan latihan militer, kawasan
disposal amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, arsenal (gudang amunisi), kawasan uji
coba sistem pertahanan, kawasan pengembangan energy nuklir, kawasan pengembangan uji
coba nuklir, dan kawasan perbatasan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar.
Berdasarkan PP No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis nasional dari sudut pandang pertahanan
dan keamanan yang meliputi 10 kawasan (3 kawasan perbatasan darat serta 7 kawasan
perbatasan laut dan pulau-pulau kecil terluar). Secara rinci, kawasan perbatasan sebagai
Kawasan Strategis Nasional Pertahanan dan Keamanan meliputi :
1. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan
Berhala) dengan Negara Thailand/India/Malaysia (Provinsi Aceh dan Sumut)
2. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut,
Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong
Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu
Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan
Negara Malaysia/Vietnam/Singapura (Provinsi Riau dan Kepulauan Riau)
3. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Malaysia dan Jantung Kalimantan
(Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur)
4. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau
Sebatik,Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan,
Halaman | II - 7
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Bangkit,Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang,
Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan Negara Malaysia dan Filipina
(Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara)
5. Kawasan Perbatasam Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd,
Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau (Provinsi
Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua)
6. Kawasan Perbatasan RI dengan Papua Nugini (Provinsi Papua)
7. Kawasan perbatasan laut termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula,
Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu
Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar,
Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan Negara Timor Leste/Australia (Provinsi
Maluku dan Papua)
8. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan Negara Timor Leste (Provinsi Nusa
Tenggara Timur)
9. Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek,
Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan Negara Timor Leste
10. Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeleucut,
Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibaru-baru, Sinyaunyau,
Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel,
Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas (Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu. Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat)
Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan
perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
Reorientasi paradigma pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan menjadi
outward looking, diwujudkan pula ke dalam kebijakan spasial nasional. Undang-Undang No.
26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, menetapkan kawasan perbatasan sebagai Kawasan
Strategis Nasional (KSN) dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ditargetkan pada tahun 2019
seluruh kawasan perbatasan negara sudah dapat dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya
dalam aspek kesejahteraan, pertahanan-keamanan, dan lingkungan. Untuk mendorong
pertumbuhan kawasan perbatasan, 26 kota di kawasan perbatasan diarahkan menjadi Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pusat pelayanan
Halaman | II - 8
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
atau pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Namun
demikian, pemerintah menyadari bahwa komitmen melalui kebijakan di atas belum dapat
diimplementasikan secara optimal karena berbagai kendala dari sisi konsep pembangunan,
kebijakan, maupun sistem dan prosedur pengelolaan kawasan perbatasan. Hal ini tercermin
dari masih kuatnya pendekatan sektoral, lemahnya sinergi antar sektor serta antara pusat dan
daerah, serta lemahnya affirmative action dari sektor terkait.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW Nasional terdapat
26 PKSN yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan negara, yang letaknya
berada di wilayah administrasi pemerintahan daerah otonom provinsi dan kabupaten/kota
tersebar di 11 provinsi. Mengingat keberadaannya yang demikian, maka pengelolaan wilayah
perbatasan dan PKSN di dalamnya, tidak dapat dilepaskan dengan berbagai urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom, baik provinsi mau pun
kabupaten/kota. Sebuah kawasan perbatasan, membutuhkan model pengelolaan yang mampu
mensinergikan antar kewenangan (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) yang direfleksikan
dalam norma, standard, prosedur, dan kriteria tertentu terkait pengelolaan batas wilayah
negara dan kawasan perbatasan.
Sumber : PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWNGambar 2.3 :
Halaman | II - 9
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Gambar Ruang Lingkup Kawasan Perbatasan di Indonesia
Tabel 2.2Cakupan Pengelolaan Kawasan Perbatasan
Cakupan Kawasan
Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP
Lokasi Prioritas (Kecamatan)
A.KAWASA N PERBATASAN DARAT
KawasanPerbatasanDarat RI-Malaysia
Kalimantan Barat Sambas WKP I Paloh, Sajingan Besar, Teluk Keramat, Sejangkung
Bengkayang WKP I Seluas, Jagoi Babang, Siding
Sanggau WKP I Entikong, Sekayam
Sintang WKP I Ketungau Tengah, Ketungau Hulu
Kapuas Hulu WKP I Puttussibau, Embaloh Hulu, Batang Lupar, Empanang, Badau, Puring Kencana
Cakupan Kawasan
Provinsi WKP (Kab)Prioritas
WKPLokasi Prioritas
(Kecamatan)
Kalimantan Timur Kutai Barat WKP I Long Pahangai, Long Apari
Nunukan WKP I Lumbis, Krayan Selatan,
Sebuku, Krayan
Malinau WKP I Long Pujungan, Kayan Hulu,Kayan Hilir
KawasanPerbatasanDarat RI-PNG
Papua Jayapura WKP I Jayapura Utara, Jayapura
Selatan, Abepura, Muara Tami
Keerom WKP II Arso, Senggi, Web, Waris, Skanto
Pegunungan Bintang
WKP II Oksibil, Kiwirok, Iwur, Kiwirok Timur, Batom, Okbibab
Merauke WKP I Merauke, Sofa, Eligobel, Ulilin, Muting
Boven Digul WKP I Jair, Mindiptana, Waropko, Kouh, Tanah Merah, Bomakia
KawasanPerbatasanDarat RI-
Nusa Timur
Tenggara Kupang WKP I Amfoang Timur
Timor Tengah Utara
WKP I Kefamenanu, Nalbenu, Insana Utara, Miaomaffo
Halaman | II - 10
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Cakupan Kawasan
Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP
Lokasi Prioritas (Kecamatan)
Timor Leste Barat, Bikomi Utara, Bikomi Tengah,Bikomi Nalulat, Mutis, Musi
Belu WKP I Atambua, Kobalima Timur, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Lasiolat, Raihat, Tasifeto Timur, TasifetoBarat, Nanaet Dubesi,Kakuluk Mesak, MalakaBarat, Kobalima, Wewiku
B.KAWASAN PERBATASAN LAUT
KawasanPerbatasanLaut RI-Thailand/India/Malaysia
Aceh Kota Sabang WKP II Sukakarya
Sumatera Utara Serdang Bedagai WKP II Tanjung Beringin
KawasanPerbatasanLaut RI-Malaysia/Vietnam/Singapura
Riau Bengkalis WKP II Bukit Batu, Bantan, RupatUtara
Indragiri hilir WKP II Enok, Gaung, Kateman
Rokan hilir WKP II Sinaboi, Pasirlimau Kapuas
Kep. Meranti WKP II Merbabu, Rangsang
Dumai WKP II Dumai
Pelalawan WKP III Kuala Kampar
Kepulauan Riau Bintan WKP II Bintan Pesisir, Bintan Utara, Bintan Timur, Tambelan,Teluk Bintan
Karimun WKP II Tebing, Kundur, Melar, Moro
Kep. Anambas WKP II Paltamak, Siantan, Jemaja
Kota Batam WKP I Nongsa, Batam, Bulang,
Belakang Padang, Sekupang
Natuna WKP I Bunguran Barat, Midai, Pulau Laut, Serasan, BunguranTimur, Subi
KawasanPerbatasanLaut RI-
Kalimantan Timur Berau WKP III Maratua, Talisayang
Nunukan WKP I Nunukan, Sebatik
Sulawesi Tengah Toli-toli WKP III Dampal Utara, Toli-Toli
Halaman | II - 11
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Cakupan Kawasan
Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP
Lokasi Prioritas (Kecamatan)
Malaysia danFilipina
Utara
Sulawesi Utara BolaangMongondouw Utara
WKP III Pinogaluman
Minahasa Utara WKP III Wori
Sangihe WKP I Kandahe, Tabukan Utara, Tahuna
Kep. Talaud WKP I Nanusa, Melonguane
Siau
TagulandangBiaro
WKP III Siau Barat
KawasanPerbatasanLaut RI
–Palau
Maluku Utara Halmahera Tengah
WKP III Patani Utara
P. Morotai WKP I Morotai Selatan
Papua Supiori WKP II Supiori Barat
Papua Barat Raja Ampat WKP II Kep. Ayau
Tambrauw WKP III Sausapor
KawasanPerbatasanLaut RI-TimorLeste danAustralia
Papua Merauke WKP I Kimaam
Asmat WKP III Agats
Maluku Maluku TenggaraBarat
WKP II Selaru, Tanimbar Utara,
Tanimbar Selatan
Maluku Barat Daya
WKP II Babar Timur, Leti Moa Lakor, Mdona Heira, PP. Terselatan, PP. Wetar
Kep. Aru WKP II Aru Selatan, Aru Tengah, PP. Aru
KawasanPerbatasanLaut RI-TimorLeste
NTT Alor WKP II Kalabahi, Kabola, Lembur, Mataru, PantarPantar Barat, Pantar Barat Laut, Pantar Tengah, Pantar TimurPulau Pura, Pureman, Teluk Mutiara, Alor Barat Daya, Alor Barat LautAlor Selatan, Alor Tengah Utara, Alor Timur, Alor Timur Laut
Rote Ndao WKP II Rote Barat Daya
Halaman | II - 12
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Cakupan Kawasan
Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP
Lokasi Prioritas (Kecamatan)
Sabu Raijua WKP III Raijua
Sumba Timur WKP III Karera
KawasanPerbatasan Laut RI – laut lepas
Aceh Aceh Jaya WKP III Sampai Niat
Aceh Besar WKP III Lok Nga
Simeuleu WKP III Alafan, Simeuleu Tengah
Sumatera Utara Nias WKP III Pulau-Pulau Batu
Cakupan Kawasan
Provinsi WKP (Kab)PrioritasWKP
Lokasi Prioritas (Kecamatan)
Nias Selatan WKP III Afulu
Sumatera Barat Kep. Mentawai WKP III Pagai Selatan, Siberut Selatan
Bengkulu Bengkulu Utara WKP III Enggano
Lampung Lampung Barat WKP III Krui
Banten Pandeglang WKP III Cikeusik
Jawa Barat Tasikmalaya WKP III Cikalong
Jawa Tengah Cilacap WKP III Cilacap Selatan
Jawa Timur Jember WKP III Puger
Trenggalek WKP III Watulimo
NTB Lombok Barat WKP III SekotongSumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014
Cakupan Wilayah Administratif (CWA) Kawasan Perbatasan Darat dan Kawasan
Perbatasan Laut tersebar di 21 provinsi, dengan Wilayah Konsentrasi Pengembangan (WKP)
sebanyak 66 kabupaten, serta Lokasi Prioritas (Lokpri) berada di 187 kecamatan. Namun
demikian, mengingat keterbatasan sumberdaya dan fokus pengelolaan, tidak seluruh lokasi
tersebut ditangani pada periode Rencana Induk ini (2010-2014). Adapun CWA pada periode
tahun 2010-2014 meliputi 12 provinsi, dengan 38 kabupaten sebagai WKP, serta 111
kecamatan sebagai lokasi prioritas. Daftar Lokasi Prioritas terbagi dalam 3 kelompok, yaitu
lokasi prioritas (Lokpri) I, II, dan III baik di darat maupun di laut. Secara rinci, daftar tersebut
ditunjukkan Tabel.
Halaman | II - 13
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Tabel 2.3Daftar Lokasi Prioritas Penanganan Tahun 2010-2014
Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan
Provinsi KabupatenBatas Kecamatan
D/LLokasi
Prioritas ILokasi
Prioritas IILokasi Prioritas
III
NTT
Kupang D Amfoang Timur
Kefamenanu Nalbenu
TTU
D Insana Utara - Miaomaffo Barat
D Bikomi Utara - Bikomi TengahD Bikomi
Nalulat - Mutis
D - - Musi
Belu
D Kobalima Timur
Atambua Lamaknen
D Lamaknen Selatan
- Lasiolat
D Tasifeto Timur - RaihatD - - Tasifeto BaratD - - Nanaet DubesiD - - Malaka Barat
Rote Ndao L Rote Barat Daya
- -
Alor L Kalabahi - -
KALBAR
Sambas D Paloh Sajingan Besar
-
Bengkayang D Jagoi Babang Siding - Sanggau D Entikong Sekayam -
Sintang D Ketungau Hulu - Ketungau Tengah
Kapuas Hulu
D Badau Puring Kencana
Batang Lupar
D - - Embaloh Hulu
D - - Puttussibau Utara
D - - Puttussibau Selatan
KALTIM Kutai Barat
D - Long Apari -D - Long
Pahangai -
Malinau D Kayan Hulu Pujungan Kayan HilirD - - Bahau Hulu
Halaman | II - 14
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Provinsi KabupatenBatas Kecamatan
D/LLokasi
Prioritas ILokasi
Prioritas IILokasi Prioritas
IIID - - Kayan Selatan
Nunukan
D Nunukan Krayan Selatan
Sebatik barat
D Krayan Lumbis SebukuD/L Sebatik* - -
PAPUA
MeraukeD Eligobel - MutingD Sota - UlilinD Merauke - Noukenjeri
BovendigulD Mindiptana Tanah Merah JairD Waropko - -
Peg. BintangD Batom - OksibilD Iwur - -D Kiwirok - -
Keerom
D Arso - -D Web - -D Senggi - -D Waris - -
Kota Jayapura
D Muara Tami Jayapura Utara
-
Supiori D - Supiori Barat -NAD Kota Sabang L Sukakarya -SUMUT Serdang
BedagaiL - Tanjung
Beringin -
RIAU
Rokan Hilir L Pasirlimau Kapuas
Sinaboi -
BengkalisL - Bukit Batu -L - Bantan -L - Rupat Utara -
Indragiri HilirL - Enok -L - Gaung -L - Kateman -
Kep. MerantiL - Merbau -L - Rangsang -
Kota Dumai L - Dumai -KEPRI
Natuna
L Bunguran Timur
Serasan Bunguran Barat
L - - MidaiL - - Pulau Laut
Kep. L - Jemaja -
Halaman | II - 15
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Provinsi KabupatenBatas Kecamatan
D/LLokasi
Prioritas ILokasi
Prioritas IILokasi Prioritas
IIIAnambas
Kota BatamL - Belakang
PadangBatam
L - - Bulang
Bintan
L - - Bintan TimurL - - Bintan UtaraL - - TambelanL - - Teluk Bintan
KarimunL - - KundurL - - MeralL - - Moro
SULUT
Kepulauan Sangihe
L Tabukan Utara Tahuna -
Kepulauan Talaud
L Melonguane Nanusa -L Miangas - -
MALUKU
MBD L PP. Wetar - PP. TerselatanMTB L Tanimbar
Selatan - -
Kep. Aru L - Pulau-pulau Aru
MALUKU UTARA
Morotai LMorotai Selatan
- -
PAPUA BARAT
Raja Ampat L - - Kep. Ayau
TOTAL 111 40 31 40Catatan: * Kecamatan Sebatik termasuk dalam kawasan perbatasan laut dan darat. D = kecamatan termasuk dalam kawasan perbatasan darat L = kecamatan termasuk dalam kawasan perbatasan laut Sumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014
Wilayah yang belum termasuk dalam daftar Lokasi Prioritas penanganan tahun 2010-
2014 akan menjadi wilayah penanganan pada periode selanjutnya setelah tahun 2014.
Adapun wilayah tersebut seluruhnya berada di kawasan perbatasan laut yang meliputi 20
Provinsi, 39 Kabupaten, dan 76 Kecamatan sebagaimana tergambar pada Tabel.
Halaman | II - 16
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Tabel 2.4Daftar Lokasi Prioritas I
(Penanganan setelah tahun 2014) 9 Prov, 14 Kab, 26 Kecamatan
Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar
Riau Pelalawan Kuala KamparKet: Merupakan ExitEntry Point/ PLB
Kep. Riau Karimun TebingP. Iyu Kecil, P. Karimun Kecil
Kep. Riau Natuna Subi P. Subi KecilKep. Riau Lingga Senayang Merupakan Exit-Entry
Point/ PLBKep. Riau Lingga Daek Nusa Tenggara Timur
Alor Mataru Ket: Daftar kecamatan rekomendasi Bappeda kab. Alor, dimana P. Alor merupakan salah satu PPKT.
Nusa Tenggara Timur
Alor Pantar Tengah
Nusa Tenggara Timur
Alor Pantar Timur
Nusa Tenggara Timur
Alor Pureman
Nusa Tenggara Timur
Alor Alor Barat Daya
Nusa Tenggara Timur
Alor Alor Selatan
Nusa Tenggara Timur
Alor Alor Timur
Kalimantan Timur Berau Maratua P. Maratua Kalimantan Timur Berau Talisayang P. SambitSulawesi Utara Kepulauan Sangihe Kandahe P. Kawalusu, P. KawioSulawesi Utara Minahasa Utara Wori P. ManterawuSulawesi Utara Siau Tagulandang
BiaroSiau Barat P. Makalehi
Sulawesi Tengah Toli-Toli Dampal Utara P. LingianSulawesi Tengah Toli-Toli Toli-Toli
UtaraP. Salando, P. Dolangan
Maluku Maluku Barat Daya Babar Timur P. MaselaMaluku Maluku Barat Daya Leti Moa
LakorP. Leti
Maluku Maluku Tenggara Barat
Selaru P. Selaru, P. Batarkusu
Maluku Maluku Tenggara Barat
Tanimbar Utara
P. Larat
Maluku Utara Halmahera Timur Patani Utara P. Jiew
Halaman | II - 17
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar
Papua Merauke Kimaam P. KoleponSumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014
Tabel 2.5Daftar Lokasi Prioritas II
(Penanganan setelah tahun 2014) 16 Provinsi, 27 Kab, 31 Kecamatan
Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar
N A D Aceh Besar Lok Nga P. Rusa
N A D Aceh Jaya Sampai Niat P. Raya
N A D Simeulue Alafan P. Salaut Besar
N A D Simeulue Simeulue Tengah P. Simeleucut
Sumatera Barat Kepulauan
Mentawai
Pagai Selatan P. Sibarubaru
Sumatera Barat Kepulauan
Mentawai
Siberut Selatan P. Sinyaunyau
Sumatera Utara Nias Pulau-Pulau Batu P. Wunga
Sumatera Utara Nias Selatan Afulu P. Simuk
Bengkulu Bengkulu Utara Enggano P. Enggano, P. Mega
Lampung Lampung Barat Krui P. Batu Kecil
Kep. Riau Bintan Bintan Pesisir P. Sentut
Kep. Riau Kep. Anambas Palmatak P. Tokongbelayar
Kep. Riau Kep. Anambas SiantanP. Tokongmalangbiru, P.
Tokongnanas
Kep. Riau Kota Batam Nongsa P. Nongsa
Kep. Riau Kota Batam Sekupang P. Batu Berhanti
Jawa Barat Tasikmalaya Cikalong P. Manuk
Jawa Tengah Cilacap Cilacap Selatan P. Nusa Kambangan
Jawa Timur Jember Puger P. Barung
Jawa Timur Trenggalek Watulimo P. Sekel, P. Panehan
Banten Pandeglang Cikeusik P. Deli
Nusa Tenggara
Barat
Lombok Barat Sekotong P. Sophialouisa
Halaman | II - 18
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Provinsi Kabupaten Kecamatan Pulau Kecil Terluar
Nusa Tenggara
Timur
Alor Kolona Utara P. Alor
Nusa Tenggara
Timur
Sabu Raijua Raijua P. Dana
Nusa Tenggara
Timur
Sumba Timur Karera P. Mangudu
Sulawesi Utara Bolang Mongondow
Utara
Pinogaluman P. Bangkit
Maluku Kep. Aru Aru SelatanP. Karang, P.
Batugoyang, P. Enu
Maluku Kep. Aru Aru Tengah Gosong Ararkula,
Gosong Karaweira, P.
Penambulai, P. Kultubai
Utara, P. Kultubai
Selatan
Maluku Maluku Barat Daya Mdona Heira P. Meatimearang
Papua Barat Sorong Sausapor P. Miossu
Papua Sarmi Sarmi P. Liki
Papua Asmat Agats P. Laag
Sumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014
Tabel 2.6Daftar Lokasi Prioritas III
(Penanganan setelah tahun 2014) 1 Prov, 2 Kab, 20 Kecamatan
Provinsi Kabupaten Kecamatan Keterangan
Nusa Tenggara Timur Alor Kabola Merupakan
kecamatan yang
berada di wilayah
Kab. Alor, dimana P.
Alor adalah salah
satu
PPKT
Nusa Tenggara Timur Alor Lembur
Nusa Tenggara Timur Alor Pantar
Nusa Tenggara Timur Alor Pantar Barat
Nusa Tenggara Timur Alor Pantar Barat Laut
Nusa Tenggara Timur Alor Pulau Pura
Nusa Tenggara Timur Alor Teluk Mutiara
Nusa Tenggara Timur Alor Alor Barat Laut
Halaman | II - 19
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Provinsi Kabupaten Kecamatan Keterangan
Nusa Tenggara Timur Alor Alor Tengah Utara
Nusa Tenggara Timur Alor Alor Timur Laut
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rotendao Direkomendasikan
oleh Bappeda
Rotendao, dimana
PPKT nya hanya
berada di kecamatan
Rote Barat
Daya
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Timur
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Baru
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Selatan
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Tengah
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Lolobain
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Barat
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Rote Barat Laut
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Lamduleko
Nusa Tenggara Timur Rote Ndao Ndao Nose
Sumber : Rencana Induk Kawasan Perbatasan Negara Tahun 2010-2014
2.1.3. Instansi terkait dalam Pengembangan Kawasan Strategis nasional dari Sudut
Kepentingan Pertahanan Keamanan
Lembaga fungsional dalam kegiatan penataan ruang nasional adalah Badan
Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), berdasarkan Keppres Nomor 4 Tahun 2009
tentang organisasi BKPRN. Salah satu tugas BKPRN yang terkait dengan pemantauan
Evaluasi RTRWN adalah pemantauan pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
dan pemanfaatkan hasil pemantauan tersebut untuk penyempurnaan Rencana Tata Ruang.
Susunan Organisasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional adalah :
A. Ketua :
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
B. Wakil Ketua I :
Menteri Pekerjaan Umum;
C. Wakil Ketua II :
Menteri Dalam Negeri;
D. Sekretaris :
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan
Nasional;
Halaman | II - 20
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
E. Anggota :
1. Menteri Pertahanan;
2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
3. Menteri Perindustrian;
4. Menteri Pertanian;
5. Menteri Kehutanan;
6. Menteri Perhubungan;
7. Menteri Kelautan dan Perikanan;
8. Menteri Negara Lingkungan Hidup;
9. Kepala Badan Pertanahan Nasional;
Sejalan dengan reorientasi kebijakan yang baru, pemerintah kemudian menerbitkan
UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara yang memberi mandate bagi pembentukan
Badan Pengelola Perbatasan di tingkat pusat dan daerah untuk mengelola kawasan
perbatasan; yang kemudian diikuti dengan terbitnya Perpres No. 12 Tahun 2010 tentang
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). BNPP merupakan suatu badan atau organisasi
pemerintah yang dibentuk dengan tugas menetapkan kebijakan program pembangunan
perbatasan, menetapkan rencana kebutuhan anggaran, mengoordinasikan pelaksanaan, dan
melaksanakan evaluasi
serta pengawasan terhadap pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan
(Perpres No. 12/2010, Pasal 3). Untuk melaksanakan tugas tersebut, salah satu fungsi yang
diselenggarakan BNPP adalah penyusunan dan penetapan Rencana Induk dan Rencana Aksi
Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (Perpres No. 12/2010, Pasal 4
poin a). Susunan keanggotaan BNPP terdiri atas:
a. Ketua Pengarah : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan
Keamanan;
b. Wakil Ketua Pengarah I : Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian;
c. Wakil Ketua Pengarah II : Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat;
d. Kepala BNPP : Menteri Dalam Negeri
e. Anggota :
1. Menteri Luar Negeri;
2. Menteri Pertahanan;
3. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
Halaman | II - 21
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
4. Menteri Keuangan;
5. Menteri Pekerjaan Umum;
6. Menteri Perhubungan;
7. Menteri Kehutanan;
8. Menteri Kelautan dan Perikanan;
9. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional;
10. Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal;
11. Panglima Tentara Nasional Indonesia;
12. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
13. Kepala Badan Intelijen Negara;
14. Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional;
15. Gubernur Provinsi terkait.
2.1.4. Kawasan Strategis Nasional Di NTT
Kawasan strategis nasional yang ada di provinsi NTT merupakan wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Penetapan Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) menjadi kewenangan dan ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Adapun kawasan strategis Nasional yang ada di NTT antara lain sebagai berikut :
Tabel 2.7Kawasan Strategis Nasional Di NTT
No Arahan Spasial Lokasi Keterangan
1Kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Kupang (I/C/1) I – IV: Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan PerbatasanA/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsiA/2 : Pengembangan BaruA/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
2 Kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW )
Soe (II/B) Kefamenanu
(II/B) Ende (I/C/1) Maumere (I/C/1) Waingapu (II/C/1)
Halaman | II - 22
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
No Arahan Spasial Lokasi Keterangan
Ruteng (II/C/1) Labuan Bajo
(I/C/1)
B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra ProduksiC : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan NasionalC/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsiC/2 : Pengembangan BaruC/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsiD : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi BencanaD/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alamD/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana
3Kota Pusat Kegiatan Strategis Nasional(PKSN)
Atambua (I/A/1) Kalabahi (II/A/2) Kefamenanu
(I/A/2)
4 Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)
Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor,Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan Negara Timor Leste/Australia(Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/E/2)
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay (Provinsi
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut KepentinganEkonomiA/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanA/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
B : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan HidupB/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanB/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
C : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan
Halaman | II - 23
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
No Arahan Spasial Lokasi Keterangan
Nusa TenggaraTimur) (I/A/2)
Kawasan Taman Nasional Komodo (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/B/1)
Sudut Kepentingan Sosial BudayaC/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanC/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional DenganSudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan TeknologiTinggiD/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanD/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional denganSudut Kepentingan Pertahanan dan KeamananE/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi KawasanE/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) PP no. 26 Tahun 2008
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mencakup beberapa bagian yang dikaji, yaitu
meliputi :
1. Keterkaitan antara kawasan perdesaan dan perkotaan dapat diwujudkan dengan
pengembangan kawasan agropolitan;
2. Pada wilayah pulau yang luas kawasan berfungsi lindungnya harus mencapai 30%
(tiga puluh persen) dari luas wilayah yang ada;
3. Kawasan budidaya yang dikembangkan bersifat saling menunjang satu sama lain;
Halaman | II - 24
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
4. Kawasan strategis Nasional adalah kawasan yang menjadi tempat kegiatan
perekonomian yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Nasional
dan/atau menjadi tempat kegiatan pengolahan sumber daya strategis seperti kawasan
pertambangan dan pengolahan migas, radioaktif, atau logam mulia;
5. Dikembangkannya prasarana dan sarana pendukung seperti jaringan jalan, air bersih,
jaringan listrik, dan telekomunikasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di
kawasan tersebut dan di kawasan sekitarnya;
6. Strategi mengembangkan dan mempertahankan kawasan budi daya pertanian pangan
dilaksanakan, antara lain, dengan mempertahankan lahan sawah beririgasi teknis di
kawasan yang menjadi sentra produksi pangan Nasional;
7. Pengembangan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan di ALKI, ZEE Indonesia,
dan/atau landas kontinen didasarkan pada hak berdaulat atas sumber daya alam yang
terkandung di dalamnya berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang
Hukum Laut Internasional;
8. Adanya daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan;
9. Pemanfaatan ruang secara vertikal pemanfaatan ruang secara kompak; serta
10. Kegiatan penunjang adalah kegiatan yang turut menunjang atau mendukung
terselenggaranya suatu kegiatan atau kegiatan utama yang memanfaatkan sumber
daya alam dan/atau teknologi strategis kegiatan turunan adalah kegiatan yang
memanfaatkan hasil atau produk dari kegiatan utama sebagai input produksinya.
2.1.1. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah Nasional meliputi :
2.1.1.1. Sistem Pusat Pelayanan
Sistem perkotaan Nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL :
a) PKN ditetapkan dengan kriteria :
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala Nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
serta
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala Nasional atau melayani beberapa provinsi.
b)PKW ditetapkan dengan kriteria :
Halaman | II - 25
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
serta
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c) PKL ditetapkan dengan kriteria :
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;
serta
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
Sistem perkotaan Nasional juga dikembangkan PKSN untuk mendorong
perkembangan kawasan perbatasan Negara.
d)PKSN ditetapkan dengan kriteria :
1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
Negara tetangga;
2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan Negara tetangga;
3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya; serta
4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Pada RTRW Nasional, Kabupaten Belu berkedudukan sebagai PKSN (Pusat Kegiatan
Strategis Nasional) dengan fungsi pengembangan/peningkatan fungsi kawasan perbatasan
Negara.
2.1.1.2. Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana
Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana Wilayah terdiri dari :
1. Sistem Jaringan Prasarana Utama
a. Sistem jaringan transportasi darat
Jaringan Jalan, dalam hal ini jaringan jalan strategis nasional untuk Pulau
Timor direncanakan pada ruas jalan yang menghubungkan Batuputih –
Halaman | II - 26
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Panite – Kalbano – Oinlasi – Boking – Wanibesak – Besikama – Webua –
Motamasin – Batas Timor Leste.
Jaringan jalan, dalam hal ini. Jalan Nasional, Jalan Propinsi serta Jalan
Perbatasan yang melintasi Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan
Jaringan prasarana lalu lintas, dalam hal ini adalah rencana pengembangan
terminal Tipe A terdapat di Mota’ain sebagai penghubung perbatasan antar
negara disesuaikan dengan kapasitas pelayanan dan jumlah penumpang.
Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan, dalam hal ini
pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota yang ada di Kabupaten
Belu adalah Pelabuhan Teluk Gurita. Lintas penyeberangan yang
menghubungkan titik-titik pergerakan antar pulau dan antar kabupaten/kota
dalam wilayah Provinsi yaitu jalur Baranusa – Atapupu.
b. Sistem jaringan transportasi laut
Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan jalur
pelayaran. Tatanan kepelabuhanan, dalam hal ini pelabuhan pengumpul yang
berada di Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Atapupu. Alur pelayaran internasional
meliputi jalur Kupang - Timor Leste; Atapupu – Timor Leste; dan Kalabahi –
Timor Leste. Alur pelayaran regional meliputi jalur Kupang – Mananga –
Lewoleba – Balauring – Baranusa – Kalabahi – Atapupu.
c. Sistem jaringan transportasi udara
Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang
udara untuk penerbangan. Tatanan kebandarudaraan, dalam hal ini Bandar udara
pengumpul skala tersier di Kabupaten Belu adalah Bandar Udara Haliwen. Untuk
bandar udara pengumpan adalah Bandar Udara Lekunik. Ruang udara untuk
penerbangan antara lain berupa jalur penerbangan, dalam hal ini jalur penerbangan
lokal dari Bandara El Tari; Bandara Wai Oti dan Bandara Komodo; Bandara Umbu
Mehang Kunda dan Tambolaka ke Bandara Haliwen dan Bandara Lekunik yang
berada di Kabupaten Belu.
2. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
a. Sistem jaringan energi
Halaman | II - 27
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Untuk sistem jaringan energi, di Kabupaten Belu memiliki Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) Atambua, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Apoik,
dan Gardu Induk Atambua. Jaringan transmisi tenaga listrik nasional di Pulau
Timor berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan tegangan 150 KV
menghubungkan Kota Kupang – Oelmasi – Soe – Kefamenanu – Atambua.
Jaringan transmisi tenaga listrik tegangan 70 KV yang menghubungkan PLTU
Bolok ke Maulafa, Maulafa ke Naibonat, Naibonat ke Nonohamis / Soe,
Kefamenanu – Atambua. Depot Bahan Bakar Minyak terdiri atas Depot Waingapu,
Depot Reo, Depot Ende, Depot Maumere, Depot Kupang, Depot Kalabahi, dan
Depot Atapupu.
b. Sistem jaringan sumber daya air
Sistem Jaringan Sumber Daya Air terdiri atas wilayah sungai lintas negara; wilayah
sungai strategis nasional; wilayah sungai lintas kabupaten/kota; jaringan air baku
untuk kebutuhan air minum; jaringan air baku untuk pertanian; sumber air baku di
wilayah perbatasan; dan sistem pengendalian banjir.
Wilayah sungai lintas negara yang melintasi Kabupaten Belu – Timor Leste adalah
Wilayah Sungai Benanain. Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Belu terdiri atas D.I.
Alas, D.I. Fatubesi, D.I. Maubusa dan D.I. Obor. Sumber Air Baku di Wilayah
Perbatasan yaitu Sungai Warmre, Muturi, Aitinyo, Klasagun (SWS Wasi – Kais –
Omba), Sungai Buik, Luradik, Baukama, Baukoek, Malibaka, Motamuru,
Noelbesi, Welulik, Murabesi dan Napan.
c. Sistem jaringan telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan terestrial; dan jaringan satelit.
Jaringan terrestrial tersebar hampir di seluruh ibukota Kabupaten dan di beberapa
ibukota kecamatan, termasuk Atambua dan Betun di Kabupaten Belu
Tabel 2.1Jaringan Jalan Nasional, Provinsi dan Perbatasan
Di Kabupaten BeluStatus Jalan Fungsi Jalan Ruas Jalan
Nasional Arteri Primer Maubesi – Nesam (Kiupukan)
Halaman | II - 28
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Status Jalan Fungsi Jalan Ruas Jalan
Nesam (Kiupukan) – Halilulik
Halilulik – Bts Kota Atambua
Jl. Suprapto
Jl. Supomo
Jl. M.Yamin
Jl. Basuki Rahmat
Bts Kota Atambua – Motaain
Jl. Martadinata
Jl.Yos Sudarso
Provinsi Kolektor Primer Kefamenanu – Wini – Biboki
Anleu – Atapupu
Atambua – Lamaknen –
Haekesak
Malaka Tengah – Boking –
Kolbano – Amanuban Selatan
– Amarasi – Kupang Barat
(Selatan Pulau Timor)
Jalan Perbatasan Wini – Maubesi – Sakato –
Wini – Atapupu
Mota’ain – Atapupu –
Atambua
Motamasin – Halilulik
Haekesak – Atambua
Sumber : Perda no. 1 Tahun 2011
2.1.2. Rencana Pola Ruang
2.1.2.1. Rencana Pola Ruang Lindung Nasional terdiri atas :
a) Kawasan Lindung Nasional
1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
2. Kawasan perlindungan setempat;
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
4. Kawasan rawan bencana alam;
5. Kawasan lindung geologi; serta
6. Kawasan lindung lainnya.
Halaman | II - 29
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
b) Kawasan Budi Daya yang memiliki nilai strategis Nasional
1. Kawasan Budi Daya
Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk menyediakan
komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan
industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang ditetapkan
sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat
pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali.
2. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan akan hasil hutan. Kawasan hutan rakyat berada pada lahan-
lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.
3. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian selain dimaksudkan untuk mendukung
ketahanan pangan Nasional juga dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku industri dan penyediaan lapangan kerja.
4. Kawasan Peruntukan Perikanan
Penerapan kriteria kawasan peruntukan perikanan secara tepat diharapkan
akan mendorong terwujudnya kawasan perikanan yang dapat memberikan
manfaat berikut:
Meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan investasi;
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub
sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
Meningkatkan fungsi lindung;
Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
Meningkatkan pendapatan masyarakat;
Meningkatkan pendapatan Nasional dan daerah;
Meningkatkan kesempatan kerja;
Meningkatkan ekspor; serta
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria:
Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri;
Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; serta
Tidak mengubah lahan produktif.
Halaman | II - 30
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
6. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria:
Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan
bencana;
Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan;
serta
Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung.
7. Kawasan Peruntukan Lainnya.
Pada Kabupaten Belu terdapat kawasan lindung Nasional yang ditetapkan
oleh RTRW Nasional yaitu Suaka Margasatwa Kateri dan Cagar Alam
Maubesi.
Kawasan strategis yang terdapat di Provinsi terdiri atas Kawasan Strategis
Nasional; dan Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan Strategis Nasional,
dalam hal ini Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan Negara, yaitu Kawasan perbatasan darat Republik Indonesia
dengan Negara Timor Leste; Kawasan perbatasan laut Republik Indonesia
termasuk 5 (lima) pulau kecil terluar dengan Negara Timor Leste dan
Australia yaitu Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mengkudu;
Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategik nasional; dan Diperuntukkan bagi basis
militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan
pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah ujicoba persenjataan,
dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.
Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan ekonomi yang
terdapat di Kabupaten Belu yaitu Kawasan Mena. Kawasan strategis dari
sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu
Kawasan Benanain di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten
Belu. Kawasan Motaain dan Motomasin di Kabupaten Belu digolongkan
Kawasan Pendukung Strategis Perbatasan sebagai penunjang Kawasan
Strategis Nasional perbatasan darat dengan Negara Timor Leste.
2.1.2.2. Rencana Pola Ruang Budidaya Nasional terdiri atas :
Halaman | II - 31
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Kabupaten Belu merupakan bagian dari kawasan andalan, dengan sektor
unggulannya yaitu kawasan perbatasan darat RI dengan Negara Timor Leste dengan fungsi
pengembangan/ peningkatan kualitas kawasan.
2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Perda no. 1 Tahun 2011
Rencana struktur ruang wilayah Provinsi terdiri atas sistem pusat kegiatan dan sistem
jaringan prasarana wilayah. Dalam Peraturan Daerah no. 1 Tahun 2011, salah satu
pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Adapun kota yang menjadi Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) yaitu Kota Atambua di Kabupaten Belu; Kota Kefamenanu di
Kabupaten Timor Tengah Utara; dan Kota Kalabahi di Kabupaten Alor.
2.2.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi
Rencana struktur ruang wilayah Provinsi terdiri atas sistem pusat kegiatan dan sistem
jaringan prasarana wilayah. Dalam Peraturan Daerah no. 1 Tahun 2011, salah satu
pengembangan sistem pusat kegiatan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Adapun kota yang menjadi Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) yaitu Kota Atambua di Kabupaten Belu; Kota Kefamenanu di
Kabupaten Timor Tengah Utara; dan Kota Kalabahi di Kabupaten Alor.
2.2.1.1. Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana
Sistem Pengembangan Jaringan Prasarana Wilayah terdiri dari :
1. Sistem Jaringan Prasarana Utama
a. Sistem jaringan transportasi darat
Jaringan Jalan, dalam hal ini jaringan jalan strategis nasional untuk Pulau
Timor direncanakan pada ruas jalan yang menghubungkan Batuputih –
Panite – Kalbano – Oinlasi – Boking – Wanibesak – Besikama – Webua –
Motamasin – Batas Timor Leste.
Jaringan jalan, dalam hal ini. Jalan Nasional, Jalan Propinsi serta Jalan
Perbatasan yang melintasi Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.2
Halaman | II - 32
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Jaringan Jalan Nasional, Provinsi dan PerbatasanDi Kabupaten Belu
Status Jalan Fungsi Jalan Ruas Jalan
Nasional Arteri Primer Maubesi – Nesam (Kiupukan)
Nesam (Kiupukan) – Halilulik
Halilulik – Bts Kota Atambua
Jl. Suprapto
Jl. Supomo
Jl. M.Yamin
Jl. Basuki Rahmat
Bts Kota Atambua – Motaain
Jl. Martadinata
Jl.Yos Sudarso
Provinsi Kolektor Primer Kefamenanu – Wini – Biboki
Anleu – Atapupu
Atambua – Lamaknen –
Haekesak
Malaka Tengah – Boking –
Kolbano – Amanuban Selatan
– Amarasi – Kupang Barat
(Selatan Pulau Timor)
Jalan Perbatasan Wini – Maubesi – Sakato –
Wini – Atapupu
Mota’ain – Atapupu –
Atambua
Motamasin – Halilulik
Haekesak – Atambua
Sumber : Perda no. 1 Tahun 2011
Jaringan prasarana lalu lintas, dalam hal ini adalah rencana
pengembangan terminal Tipe A terdapat di Mota’ain sebagai penghubung
perbatasan antar negara disesuaikan dengan kapasitas pelayanan dan jumlah
penumpang. Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan, dalam
hal ini pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota yang ada di
Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Teluk Gurita. Lintas penyeberangan yang
Halaman | II - 33
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
menghubungkan titik-titik pergerakan antar pulau dan antar kabupaten/kota
dalam wilayah Provinsi yaitu jalur Baranusa – Atapupu.
Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan
Jaringan prasarana lalu lintas, dalam hal ini adalah rencana pengembangan
terminal Tipe A terdapat di Mota’ain sebagai penghubung perbatasan
antar negara disesuaikan dengan kapasitas pelayanan dan jumlah
penumpang. Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan,
dalam hal ini pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota yang ada
di Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Teluk Gurita. Lintas penyeberangan
yang menghubungkan titik-titik pergerakan antar pulau dan antar
kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi yaitu jalur Baranusa – Atapupu.
b. Sistem jaringan transportasi laut
Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan jalur
pelayaran. Tatanan kepelabuhanan, dalam hal ini pelabuhan pengumpul yang
berada di Kabupaten Belu adalah Pelabuhan Atapupu. Alur pelayaran
internasional meliputi jalur Kupang - Timor Leste; Atapupu – Timor Leste; dan
Kalabahi – Timor Leste. Alur pelayaran regional meliputi jalur Kupang –
Mananga – Lewoleba – Balauring – Baranusa – Kalabahi – Atapupu.
c. Sistem jaringan transportasi udara
Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan
ruang udara untuk penerbangan. Tatanan kebandarudaraan, dalam hal ini Bandar
udara pengumpul skala tersier di Kabupaten Belu adalah Bandar Udara
Haliwen. Untuk bandar udara pengumpan adalah Bandar Udara Lekunik. Ruang
udara untuk penerbangan antara lain berupa jalur penerbangan, dalam hal ini
jalur penerbangan lokal dari Bandara El Tari; Bandara Frans Seda dan Bandara
Komodo; Bandara Umbu Mehang Kunda dan Tambolaka ke Bandara Haliwen
dan Bandara Lekunik yang berada di Kabupaten Belu.
2. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
a. Sistem jaringan energi
Untuk sistem jaringan energi, di Kabupaten Belu memiliki Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD) Atambua, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Halaman | II - 34
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Apoik, dan Gardu Induk Atambua. Jaringan transmisi tenaga listrik nasional di
Pulau Timor berupa Saluran Udara Tegangan Tinggi dengan tegangan 150 KV
menghubungkan Kota Kupang – Oelmasi – Soe – Kefamenanu – Atambua.
Jaringan transmisi tenaga listrik tegangan 70 KV yang menghubungkan PLTU
Bolok ke Maulafa, Maulafa ke Naibonat, Naibonat ke Nonohamis / Soe,
Kefamenanu – Atambua. Depot Bahan Bakar Minyak terdiri atas Depot
Waingapu, Depot Reo, Depot Ende, Depot Maumere, Depot Kupang, Depot
Kalabahi, dan Depot Atapupu.
b. Sistem jaringan sumber daya air
Sistem Jaringan Sumber Daya Air terdiri atas wilayah sungai lintas negara;
wilayah sungai strategis nasional; wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
jaringan air baku untuk kebutuhan air minum; jaringan air baku untuk pertanian;
sumber air baku di wilayah perbatasan; dan sistem pengendalian banjir.
Wilayah sungai lintas negara yang melintasi Kabupaten Belu – Timor Leste
adalah Wilayah Sungai Benanain. Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Belu terdiri
atas D.I. Alas, D.I. Fatubesi, D.I. Maubusa dan D.I. Obor. Sumber Air Baku di
Wilayah Perbatasan yaitu Sungai Warmre, Muturi, Aitinyo, Klasagun (SWS
Wasi – Kais –Omba), Sungai Buik, Luradik, Baukama, Baukoek, Malibaka,
Motamuru, Noelbesi, Welulik, Murabesi dan Napan.
c. Sistem jaringan telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan terestrial; dan jaringan
satelit. Jaringan terrestrial tersebar hampir di seluruh ibukota Kabupaten dan di
beberapa ibukota kecamatan, termasuk Atambua dan Betun di Kabupaten.
2.2.2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi
2.2.2.1. Kebijakan Penetapan Kawasan Lindung dan Budidaya di Nusa Tenggara
Timur
a) Kawasan Lindung
Kebijaksanaan Nasional dalam Pengembangan Kawasan Lindung meliputi
kebijaksanaan untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup.
Sedangkan strategi untuk memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi
lingkungan hidup diselenggarakan dengan :
1. Menetapkan kawasan lindung di darat dan di lautan;
Halaman | II - 35
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
2. Mempertahankan luas kawasan berfungsi lindung dalam satu bentangan
wilayah pulau dan pesisir minimum 30% dari luas wilayah pulau, serta
sesuai kondisi ekosistem wilayah yang bersangkutan;
3. Memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup, melalui perlindungan
kawasan – kawasan di darat, laut dan udara secara serasi dan selaras;
4. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang sudah terlanjur dikembangkan
dan telah terganggu fungsinya untuk tetap memelihara kesinambungan
alam;
5. Kawasan lindung meliputi : kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya; kawasan perlindungan setempat; kawasan
suaka alam; kawasan pelestarian alam; kawasan cagar budaya; kawasan
rawan bencana; kawasan cagar alam geologi; kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap air tanah dan kawasan lindung lainnya, yang
selanjutnya dijelaskan sebagai berukut : Kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya, meliputi : Kawasan Hutan Lindung,
Kawasan Bergambut dan Kawasan Resapan air; Kawasan Perlindungan
Setempat, meliputi : Sempadan Mata Air; Sempadan Pantai, Sempadan
Sungai, Kawasan sekitar Danau atau Waduk, Embung dan Bendung; dan
Kawasan Terbuka Hijau Kota termasuk di dalamnya Hutan Kota;
Kawasan Suaka Alam, meliputi : Cagar Alam, Suaka Margasatwa;
Kawasan Pelestarian Alam, meliputi : Taman Nasional; Taman Hutan
Raya; Taman Wisata Alam; Kawasan Cagar Budaya tidak terbagi lagi
dalam kawasan yang lebih kecil.
6. Kawasan Rawan Bencana, meliputi : Kawasan Rawan Bencana Alam Banjir
yang tidak terbagi lagi dalam kawasan yang lebih kecil dan Kawasan
Rawan Bencana Geologi, yang mencakup : Kawasan Rawan Gerakan
Tanah, Bencana Gunung Api, Gempa Bumi, Patahan, Tsunami, Abrasi,
Lahar dan Bahaya Gas Beracun;
7. Kawasan Cagar Alam Geologi, mencakup : Kawasan Keunikan Batuan dan
Fosil, Kawasan Keunikan Bentang Alam, dan Kawasan Keunikan Proses
Geologi;
Halaman | II - 36
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
8. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah mencakup :
Kawasan resapan (imbuhan) air tanah dan mata air serta sempadan mata
air;
9. Kawasan Lindung Lainnya, meliputi : Taman Buru, Cagar Biosfir, Kawasan
Perlindungan Plasma Nutfah, Kawasan Pengungsian Satwa, Kawasan
Pantai Berhutan Bakau, dan Kawasan perlintasan bagi jenis biota laut
yang dilindungi.
b) Kawasan Budidaya
Kebijaksanaan pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya
diselenggarakan untuk mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan. Strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya
diselenggarakan dengan : (a)
Menetapkan kawasanbudidaya untuk pemanfaatan sumberdaya alam di
darat maupun dilaut secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan
pemanfaatan ruang wilayah;
Mengembangkan kegiatan – kegiatan budidaya beserta prasarana
penunjangnya baik di darat maupun di laut secara sinergis;
Mengembangkan dan mempertahankan kawasan budidaya pertanian
pangan Nasional;
Mengembangkan kegiatan untuk ketahanan budidaya pengelolaan
sumberdaya alam laut yang bernilai ekonomi di ZEE dan landas kontinen;
Mengendalikan masalah perkotaan.
1. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan hutan produksi, yaitu
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi berbagai
hasil hutan;
2. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan hutan rakyat, yaitu
kawasan hutan yang tidak terbagi lagi menjadi kawasan yang lebih
kecil;
3. Kawasan yang diperuntukan sebagai pertanian, meliputi : kawasan
budidaya tanaman pangan; kawasan budidaya holtikultura; kawasan
budidaya perkebunan; kawasan budidaya peternakan.
4. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan perikanan meliputi
wilayah pesisir dan laut, yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
perikanan;
5. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan pertambangan meliputi
peruntukan ruang dengan potensi pengembangan bahan-bahan galian
Halaman | II - 37
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
yang dibagi atas tiga golongan, yaitu golongan bahan galian strategis,
bahan galian vital, atau golongan bahan galian yang tidak termasuk
dalam kedua golongan diatas;
6. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan industri merupakan
kawasan yang dikembangkan bagi berbagai kegiatan industri;
7. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan pariwisata merupakan
kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata;
8. Kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan permukiman meliputi
kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi
utama sebagai tempat tinggal;
9. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih efisien
maka ditetapkan kawasan andalan, yaitu kawasan yang
mengupayakan pengembangan sektor-sektor unggulan secara terpadu,
untuk keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sektor.
Kawasan strategis yang terdapat di Provinsi terdiri atas Kawasan Strategis
Nasional; dan Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan Strategis Nasional, dalam
hal ini Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
Negara, yaitu Kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan Negara
Timor Leste; Kawasan perbatasan laut Republik Indonesia termasuk 5 (lima)
pulau kecil terluar dengan Negara Timor Leste dan Australia yaitu Pulau Alor,
Batek, Dana, Ndana, dan Mengkudu; Diperuntukkan bagi kepentingan
pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategik
nasional; dan Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah
ujicoba persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.
Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan ekonomi yang terdapat
di Kabupaten Belu yaitu Kawasan Mena. Kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu Kawasan Benanain
di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu. Kawasan Motaain dan
Motomasin di Kabupaten Belu digolongkan Kawasan Pendukung Strategis
Perbatasan sebagai penunjang Kawasan Strategis Nasional perbatasan darat
dengan Negara Timor Leste.
Halaman | II - 38
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
2.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Belu, Perda no. 6 Tahun 2011
Kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Belu antara lain meliputi
peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan, yang meliputi mendukungnya
penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khususu pertahanan dan keamanan di
perbatasan Negara RI-RDTL, mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan
disekitar kawasan stratrgis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan,
mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar
kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis
nasional dengan kawasan budidaya terbangun, dan turut serta menjaga dan memelihara asset-
aset pertahanan TNI.
Kebijakan lainnya adalah pengembangan kawasan industry dan perdagangan antara
Negara RI-RDTL. Adapun strategis pengembangan yang dipakai meliputi penetapan PKSN
Perkotaan Atambua dan PKLp Perkotaan Betun sebagai pusat distribusi barang dan jasa antar
Negara RI-RDTL, serta menetapkan kawasan-kawasan pengembangan antara lain :
Tabel 2.3Kawasan Pengembangan Industri Dan Perdagangan Antar Negara RI-RDTL
Di Kabupaten BeluKawasan Pengembangan Kecamatan Pusat Pengembangan
I
Kecamatan Raihat Haekesak/Kecamatan Raihat
Kecamatan Lasiolat
Kecamatan Lamaknen
Kecamatan Lamaknen Selatan
II
Kecamatan Tasifeto Timur khusus perdagangan di
Lakafehan
Kecamatan Kakuluk Mesak Pusat industry di Desa
Kenebibi/Kecamatan Kakuluk
Mesak
IIIKecamatan Tasifeto Barat Kinbana/Kecamatan Tasifeto
BaratKecamatan Nanaet Dubesi
IVKecamatan Kobalima Rainawe/Kecamatan Kobalima
Kecamatan Kobalima Timur
Sumber : Perda Kabupaten Belu no 6 Tahun 2011
2.3.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah
Pusat – pusat kegiatan di Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel berikut :
Halaman | II - 39
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Tabel 2.4Pusat – Pusat Kegiatan
Di Kabupaten BeluPusat Kegiatan Lokasi (Kecamatan/Kelurahan/Desa)
PKWp (Perkotaan Atambua) Kecamatan Kota Atambua
Kecamatan Atambua Barat
Kecamatan Atambua Selatan
PKSN (Perkotaan Atambua) Kecamatan Kota Atambua
Kecamatan Atambua Barat
Kecamatan Atambua Selatan
PKLp (Perkotaan Betun ibu kota
Kecamatan Malaka Tengah)
PPK Haekesak (Kecamatan Raihat)
Kimbana (Kecamatan Tasifeto Barat)
Eokpuran (Kecamatan Laen Manen)
Raihenek (Kecamatan Kobalima)
PPL Umarese (Kecamatan Kakuluk Mesak)
Wedomu (Kecamatan Tasifeto Timur)
Halibete (Kecamatan Lasiolat)
Piebulak (Kecamatan Lamaknen Selatan)
Weluli (Kecamatan Lamaknen)
Teteseban (Kecamatan Nanaet Duabesi)
Webora (Kecamatan Raimanuk)
Maroma Rai (Kecamatan Kobalima Timur)
Fatuao (Kecamatan Io Kufeu)
Kaputu (Kecamatan Sasitamean)
Sarina (Kecamatan Botin Leo Bele)
Boas (Malaka Timur)
Besikama (Kecamatan Malaka Barat)
Biudukfoho (Kecamatan Rinhat)
Kmilaran (Kecamatan Weliman)
Hanamasin (Kecamatan Wewiku)
Sumber : Perda Kabupaten Belu no 6 Tahun 2011
Halaman | II - 40
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
2.3.1.1. Sistem Jaringan Prasarana Utama, meliputi :
Sistem Prasarana Transportasi :
a. Sistem jaringan transportasi darat
Salah satu rencana pengembangan sistem transportasi darat adalah jaringan jalan,
meliputi :
Tabel 2.5Rencana Pengembangan Jaringan Jalan
Di Kabupaten BeluFungsi Jalan Ruas Jalan Kegunaan
Arteri Primer ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota
Atambua–Weluli/Kecamatan
Lamaknen (P.87)
penghubung antara Perkotaan
Atambua sebagai PKSN menuju
ke Pintu Lintas Batas RI – RDTL
pada Pintu Lintas Batas II
Turiskain
ruas Jalan Webua/Kecamatan Malaka
Tengah–Motamasin/Kecamatan
Kobalima Timur (P.125)
penghubung menuju Pintu Lintas
Batas RI–RDTL pada Pintu
Lintas Batas III Motamasin
ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota
Atambua – Haliwen/Kecamatan
Perkotaan Atambua –
Salore/Kecamatan Tasifeto Timur
(P.85)
penghubung antara Kecamatan
Perkotaan Atambua dan akses
menuju Pintu Lintas Batas RI–
RDTL pada Pintu Lintas Batas I
Motaain
ruas jalan yang mengalami
peningkatan kelas dari kolektor
menjadi arteri yaitu ruas jalan yang
menghubungkan Kupang–RDTL
(Timor Leste), melalui Kupang– TTS–
TTU–Sp.Halilulik–Boas–Uarau–
Wemasa–Motamasin-Timor Leste; dan
ruas jalan yang menghubungkan
Pintu Lintas Batas I dengan
RDTL.
ruas jalan Motaain-Atapupu-Anleu–
Biboki-Wini–RDTL (Oekusi)
Kolektor Primer ruas jalan yang menghubungkan
Malaka Tengah – Weliman –
Biudukfoho – Nunfutu - Boking–
Kolbano – Amanuban Selatan –
penghubung antara perbatasan
Kabupaten Belu dengan
Kabupaten TTU menuju PKlp
Halaman | II - 41
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Fungsi Jalan Ruas Jalan Kegunaan
Amarasi – Kupang Barat (Selatan
Timor); dan
Betun
ruas jalan Rainino–Kaputu–
Umasakaer
Lokal Primer penghubung jalan-jalan dalam Kota
Atambua
penghubung jalan-jalan yang
menghubungkan antar desa dalam
kecamatan, antar kecamatan
Jalan Lingkar ruas jalan yang mengelilingi Perkotaan
Atambua yang terdiri dari lingkar barat
yang menghubungkan Naekasa –
Tukuneno – Fatuketi - Umanen
dan lingkar timur yang
menghubungkan Naekasa –
Derokfaturene - Manleten
peningkatan jalan sabuk perbatasan
yang menghubungkan 3 Pintu Lintas
Batas yaitu Pintu Lintas Batas I
Motaain, Pintu Lintas Batas II
Turiskain dan Pintu Lintas Batas III
Metamauk meliputi ruas jalan Motaain
– Silawan – Salore- Haliwen – Sadi–
Maneikun –Baudaok – Asumanu;
Cbg.Lalu – Haekesak– Turiskain;
ruas jalan Haekesak – Rusan –
Builalu– Fulur– Kewar;
ruas jalan Fulur – Henes;
ruas jalan Wedomu – Nualain;
ruas jalan Wedomu–Dafala– Lookeu –
Fatubesi - Laktutus– Fatusakar–
Metamauk;
Sumber : Perda no. 6 Tahun 2011
Halaman | II - 42
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
b. Sistem jaringan transportasi laut; dan
Rencana pengembangan sistem transportasi laut meliputi rencana pengembangan
pelabuhan Atapupu dan pelabuhan Teluk Gurita sebagai pelabuhan penyeberangan
dan pelabuhan barang; dan rencana pengembangan sarana dan prasarana penunjang
pelabuhan sesuai dengan standar kebutuhan fasilitas pelabuhan. Rencana lainnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.6Rencana Pengembangan Pelabuhan
Di Kabupaten BeluJenis Pelabuhan Lokasi Alur Pelayaran
Pelabuhan Penyeberangan
lintas kabupaten/provinsi
Teluk Gurita Teluk Gurita –Kalabahi/Alor,
Teluk Gurita –Waibalun/Flores
Timur
Teluk Gurita – Lewoleba /
Lembata
Teluk Gurita – Kisar/Provinsi
Maluku
Pelabuhan Pengumpul Atapupu alur pelayaran regional
meliputi Jalur Kupang –
Naikliu – Wini – Atapupu –
Ende – Umbu Haramburu
Kapita;
alur pelayaran internasional
meliputi Atapupu – Timor
Leste (RDTL).
Sumber : Perda no. 6 Tahun 2011
Jaringan transportasi penyeberangan yaitu rencana pengembangan prasarana
dan sarana penyeberangan dan feri menuju Kisar, Alor, Lembata dan Flores
Timur. Jaringan prasarana lalu lintas yaitu rencana pengembangan terminal,
meliputi :
Perbaikan dan peningkatan pelayanan terminal penumpang tipe A di Pintu
Lintas Batas Motaain Kecamatan Tasifeto Timur dan Terminal Tipe B di
Kecamatan Atambua Selatan;
Halaman | II - 43
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Pengembangan terminal penumpang tipe B di ibu kota Kecamatan Malaka
Tengah dan terminal penumpang tipe C untuk masing – masing ibukota
kecamatan lainnya di Kabupaten Belu;
Peningkatan pengelolaan di setiap terminal penumpang yang ada;
Memisahkan lokasi terminal yang tergabung dengan fasilitas perdagangan
dan jasa sehingga tidak berdampak terhadap arus masuk dan keluar
kendaraan; dan
Pengembangan terminal angkutan barang di Kecamatan Kakuluk Mesak
dan Perkotaan Atambua sebagai sarana distribusi barang dalam
mendukung kegiatan perdagangan baik skala lokal, regional maupun
internasional.
c. Sistem jaringan transportasi udara
Rencana pengembangan sistem transportasi udara mengacu pada rencana induk
Bandar udara Haliwen. Tatanan kebandarudaraan berupa bandar udara Haliwen
sebagai bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier.
2.3.1.2. Sistem jaringan prasarana lainnya, meliputi :
a. Sistem jaringan energi
Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui pembangkit listrik meliputi
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Atambua; Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Au Fuik Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk Mesak dengan kapasitas 4 X
6 MW; Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kecamatan Lamaknen,
Kecamatan Lasiolat dan Kecamatan Raihat; Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
di Kecamatan Lamaknen Selatan; dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di
seluruh wilayah Kabupaten terutama pada daerah–daerah yang belum terlayani energi
listrik.
Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui gardu induk yaitu Gardu
Induk (GI) Atambua dan seluruh ibu kota kecamatan dengan kapasitas 20 MW dan
tegangan 70/20 KV. Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui jaringan
transmisi tenaga listrik meliputi jaringan transmisi tenaga listrik nasional berupa
saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dengan tegangan 150 KV menghubungkan
Kota Kupang – Oelmasi – Soe – Kefamenanu – Atambua; jaringan transmisi tenaga
listrik tegangan 70/20 KV menghubungkan Kefamenanu – Atambua; dan jaringan
Halaman | II - 44
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
transmisi tenaga listrik tegangan 70/20 KV yang menghubungkan Kota Atambua
dengan seluruh ibu kota kecamatan.
Pengembangan pelayanan energi listrik meliputi peningkatan pemenuhan kebutuhan
energi listrik untuk penerangan jalan umum (PJU) pada jaringan-jaringan; dan untuk
wilayah terisolasi dan tidak layak secara ekonomis untuk dibangun jaringan distribusi
tenaga listrik diprioritaskan dibangun sistem pembangkit tenaga listrik Hybrid.
b. Sistem jaringan telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi terdiri atas jaringan teresterial; jaringan satelit; dan
jaringan telekomunikasi lainnya. Jaringan teresterial tersebar di ibu kota Kabupaten
yaitu Atambua dan di ibu kota Kecamatan Malaka Tengah yaitu Betun. Jaringan
satelit meliputi penyediaan infrastruktur telekomunikasi tower BTS (Base Transceiver
Station) bagi wilayah di Kabupaten yang belum terlayani; dan kerja sama
pengembangan telekomunikasi dengan provider yang khususnya belum melayani
wilayah Kabupaten melalui pelayanan menara bersama telekomunikasi. Jaringan
telekomunikasi lain meliputi penyediaan layanan internet; rencana pengembangan
telekomunikasi untuk penanganan bencana; rencana pengembangan jaringan stasiun
televisi lokal hingga ke desa – desa; dan rencana pengembangan jaringan stasiun radio
lokal hingga ke desa – desa.
c. Sistem jaringan sumber daya air
Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi wilayah sungai (WS); cekungan
air tanah (CAT); daerah irigasi (DI); prasarana air baku untuk air minum; dan sistem
pengendalian banjir. Wilayah Sungai (WS) meliputi WS Benenain yang merupakan
WS lintas negara yang melintasi wilayah Kabupaten Belu dengan negara Timor Leste
(RDTL), dimana kewenangannya menjadi kewenangan pemerintah. Daerah aliran
sungai (DAS) pada WS tersebut yang berada di Kabupaten terdiri atas DAS Talau;
DAS Masin; DAS Babulu; DAS Tomutu. Cekungan air tanah (CAT) meliputi CAT
Aroki, CAT Besikama, dan CAT Oemeo. Daerah Irigasi (DI) meliputi :
Tabel 2.7Daerah Irigasi (DI)Di Kabupaten Belu
Kewenangan Daerah Irigasi (DI) Luasan (Ha)
Pemerintah DI Malaka 6.700 ha
DI Haekesak 3.400 ha
Halaman | II - 45
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Kewenangan Daerah Irigasi (DI) Luasan (Ha)
Pemerintah Provinsi NTT DI Alas 1650 ha
DI Fatubesi 1650 ha
DI Maubusa 1350 ha
DI Obor 1815 ha
Pemerintah Kabupaten DI Ainiba 150 ha
DI Bakateu 100 ha
DI Bauatok 100 ha
DI Buitasik 150 ha
DI Derok 9 100 ha
DI Eturaifou 125 ha
DI Haekesak 600 ha
DI Halileki 450 ha
DI Halilulik 200 ha
DI Haliwen 299 ha
DI Holeki 450 ha
DI Lakekun I & II 250 ha
DI Nobelu 128 ha
DI Raimea 400 ha
DI Raimetan 150 ha
DI Salore 150 ha
DI Seonpasar 100 ha
DI Taeksoruk 150 ha
DI Takirin 120 ha
DI Teun 100 ha
DI Tolok 600 ha
DI Tubaki 300 ha
DI Wemaromak 200 ha
DI Webua 100 ha
DI Webuni 100 ha
DI Wematek 200 ha
DI Weoan 100 ha
DI Kimbana 50 ha
DI Lalosuk 50 ha
DI Wekari Lalosuk 50 ha
Halaman | II - 46
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Kewenangan Daerah Irigasi (DI) Luasan (Ha)
DI Weliman 1000 ha
DI Hasimetan 250 ha
DI Lahurus 175 ha
DI Dualasi 200 ha
DI Lawalu 250 ha
DI Webot 250 ha
DI Beabo 235 ha
DI Buburlaran 350 ha
DI Mausaka 450 ha
DI Weharani 230 ha
DI Raiikun 350 ha
DI Halimodok 125 ha
DI Maudemu 100 ha
DI Lelowai 138 ha
DI Halioan 75 ha
DI Daris 60 ha),
DI Kala Mesak 65 ha
DI Ekin 50 ha
Sumber : Perda no. 6 Tahun 2011
Prasarana air baku untuk air minum meliputi pendayagunaan sumber daya air
untuk air minum tetap mengutamakan pemanfaatan sumber daya air yang berasal dari
air permukaan; rencana sistem air minum yang dilayani suatu perusahaan air minum
dan non perusahaan air minum (Hippam); pemenuhan kebutuhan akan air minum baik
dari suatu perusahaan air minum dan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan
sampai ke wilayah yang belum terjangkau, sedangkan irigasi dengan peningkatan
saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis;
upaya penanganan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yaitu dengan
pengembangan sistem jaringan air minum yang dilayani dari Embung Haikrit,
Embung Sirani dan embung lainnya serta waduk, dam dan sumber daya air lainnya
yang potensial;dan upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih
dengan pemanfaatan air tanah dengan mengutamakan pemanfaatan air permukaan di
daerah.
d. Sistem jaringan prasarana lingkungan, meliputi :
Halaman | II - 47
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Rencana pengelolaan persampahan
Rencana pengelolaan limbah persampahan di wilayah perkotaan meliputi
penetapan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kecamatan Tasifeto Barat
dan Kecamatan Kakuluk Mesak sebagai TPA untuk penanganan sampah
Perkotaan Atambua dan sekitarnya; penetapan lokasi TPA di Kecamatan
Malaka Tengah sebagai TPA untuk penanganan sampah Perkotaan Betun dan
sekitarnya; penambahan jumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan
perluasan jangkauan pelayanan; dan sistem pengelolaan TPA yang
dikembangkan adalah dengan menggunakan sistem controlled landfill dan
sanitary landfill.
Rencana penanganan limbah
Rencana penanganan limbah meliputi penanganan limbah padat rumah tangga
(black water) dilakukan dengan konsep septic tank, dan untuk kawasan
permukiman padat digunakan sistem septic tank komunal; penanganan limbah
untuk kawasan ekonomi, sistem gabungan antara sistem individual dan cara
kolektif; dan penanganan limbah untuk kawasan Industri dengan sistem Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) terutama untuk kawasan industri terencana
dengan proses pengelolaan secara kimia dan biologis (disarankan memakai
proses lumpur aktif).
Kawasan Peruntukan Lainnya, salah satunya adalah Kawasan pertahanan dan
keamanan Negara meliputi Kodim 1605 Belu yang berlokasi di Kecamatan Kota
Atambua; Koramil yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten ; Batalyon 744
yang berlokasi di Kecamatan Tasifeto Timur; Markas Komando (MAKO)
Satuan tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) yang berlokasi di
Kecamatan Atambua Barat; Markas Komando (MAKO) Brimob yang berlokasi
di Kecamatan Tasifeto Barat; dan Pos–pos pengamanan perbatasan (Pos
Pamtas) yang tersebar di sepanjang garis batas pada kawasan perbatasan RI –
RDTL.
Kawasan pertanian tanaman pangan meliputi daerah irigasi malaka,
Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur,
Halaman | II - 48
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen dengan luas kurang lebih 31.946
Ha.
Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di
kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak dan
Kecamatan Tasifeto Timur; dan kawasan pesisir pantai selatan meliputi
Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Wewiku, dan
Kecamatan Malaka Tengah; dengan pelabuhan pendaratan ikan, pelabuhan
perikanan di Atapupu. Kawasan perikanan tangkap di perairan umum
diarahakan di sekitar Bendung Benenai di Kecamatan Malaka Tengah, dan
Embung Haekrit serta Embung Sirani di Kecamatan Tasifeto Timur. Kedua
embung tersebut juga digolongkan dalam potensi kawasan wisata buatan yang
ada di Kabupaten Belu.
Penetapan kawasan strategis meliputi kawasan strategis nasional yang berada
di wilayah Kabupaten; kawasan strategis provinsi yang berada di wilayah
Kabupaten; dan kawasan strategis kabupaten. Kawasan strategis nasional yang
berada di wilayah Kabupaten adalah kawasan perbatasan darat Republik
Indonesia dengan Negara Republik Demokratic of Timor Leste. Kawasan
strategis provinsi yang berada di wilayah Kabupaten adalah kawasan strategis
kepentingan ekonomi daratan pada Wilayah Pengembangan I yaitu Kawasan
Benenain.
Kawasan strategis kabupaten dengan sudut kepentingan pertahanan dan
keamanan meliputi kawasan perbatasan antara RepubIik Indonesia – Republik
Democratic Of Timor Leste (RDTL); kawasan perbatasan di wilayah Kabupaten
meliputi 2 (dua) kawasan yaitu kawasan Perbatasan Utara Motaain dan
Kawasan Perbatasan Selatan Motamasin; dan panjang garis batas negara darat
RI-RDTL di sektor wilayah Kabupaten adalah 149,1 km (seratus empat puluh
sembilan koma satu), berada pada 9 (sembilan) wilayah Kecamatan dari utara ke
selatan meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak, KecamatanTasifeto Timur,
Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Lamaknen
Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan
Kobalima dan Kecamatan Kobalima Timur. Kawasan strategis dengan sudut
kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
meliputi kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Dualaus
Kecamatan Kakuluk Mesak.
Halaman | II - 49
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
2.3.2. Rencana Pola Ruang Meliputi :
2.3.2.1. Penetapan Kawasan Lindung
Berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan dan disertai dengan aturan-aturan yang
sedang berlaku pada saat ini maka kawasan lindung yang ditetapkan di wilayah Kabupaten
Belu terdiri dari :
1. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung terletak menyebar hampir diseluruh wilayah kecamatan
dalam wilayah administratif Kabupaten Belu terutama di sepanjang daerah perbatasan
dengan Timor Leste yaitu yang termasuk dalam Daerah Lini I (pertama) dalam selebar
1 Km, kecuali Kecamatan Rinhat, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Laenmanen,
Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Raihat.
2. Kawasan Cagar Alam
Kawasan cagar alam hanya terletak di pantai selatan Kabupaten Belu yang terletak
dalam wilayah kecamatan Malaka Tengah, kecamatan Malaka Barat, kecamatan
Kobalima dan kecamatan Wewiku
3. Kawasan Suaka Margasatwa
Kawasan suaka margasatwa terletak di wilayah Kecamatan Malaka Tengah dan dalam
wilayah Kecamatan Sasitamean.
4. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Belu ditetapkan di bagian pantai utara
yang memiliki hutan bakau dan yang tidak tergolong dalam tiga kawasan Yang
disebut pertama, yaitu yang terdapat di kecamatan Malaka Timur dan kecamatan
Kakuluk Mesak.
5. Kawasan Pengamanan Pantai
Kawasan sempadan pantai meliputi daerah sepanjang pesisir pantai Kabupaten Belu
yang tidak tergolong dalam empat kawasan diatas, dengan jarak minimal 200 m dari
garis pasang tertinggi air laut kearah darat.
6. Kawasan Pengamanan Sungai
Kawasan sempadan sungai ditetapkan 50m dari tepi kiri kanan sungai besar
(lebar ≥ 10 m); dan 25 m dari tepi kiri kanan sungai kecil (lebar < 10 m).
7. Kawasan Sekitar Mata Air
Halaman | II - 50
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Kawasan sekitar mata air ditetapkan dengan jarak minimal radius 200 m dari sumber
mata air.
8. Penetapan Kawasan Budidaya
1. Kawasan Budidaya Pertanian
Kawasan Hutan Produksi Tetap
Kawasan hutan produksi tetap diarahkan di wilayah Kecamatan Tasifeto
Barat.
Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan hutan produksi terbatas diarahkan di Kecamatan Sasitamean,
Kecamatan Rinhat dan Kecamatan Kakuluk Mesak.
Kawasan Hutan Produksi Konversi
Kawasan hutan produksi konversi diarahkan di Kecamatan Laenmanen
dan Kecamatan Wewiku.
Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah
Kawasan Tanaman pangan lahan basah diarahkan di Kecamatan
Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto
Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen.
Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah
Kawasan Tanaman pangan lahan basah diarahkan di Kecamatan
Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto
Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen.
Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering
Kawasan tanaman pangan lahan kering diarahkan disemua wilayah
kecamatan, dekat dengan permukiman penduduk dan pada lereng
permukaan lahan yang relatif landai.
Kawasan Tanaman Perkebunan/Tahunan
Kawasan tanaman tahunan diarahkan hampir merata disemua wilayah
kecamatan terutama pada daerah-daerah dengan kemiringan lahan agak
curam.
Kawasan Perikanan
Halaman | II - 51
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Kawasan Perikanan diarahkan di Kecamatan Malaka Tengah,
Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Kakuluk
Mesak.
2. Kawasan Budidaya Non Pertanian
Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata diarahkan pada beberapa wilayah Kecamatan yang
potensial yaitu di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Malaka
Tengah, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Malaka Timur,
Kecamatan Kobalima, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Lamaknen, dan Kecamatan Kota Atambua.
Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada Kota Atambua sebagai
ibukota Kabupaten Belu dan semua ibukota kecamatan yang ada dalam
wilayah Kabupaten Belu.
Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan permukiman pedesaan diarahkan di pusat-pusat permukiman
penduduk yang tidak termasuk dalam kawasan permukiman perkotaan
dan yang terletak diluar kawasan lindung.
Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan diarahkan di Kecamatan Rinhat, Kecamatan
Tasifeto Barat, dan kecamatan-kecamatan yang memiliki sungai-sungai
yang mengandung bahan galian C untuk pembangunan/konstruksi.
2.4. Arahan UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang
ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Peran utama jalan diantaranya:
1. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara.
2. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan
mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan
umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Dilihat dari sistemnya,
sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
Halaman | II - 52
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
Dilihat dari fungsinya, jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan arteri merupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Sedangkan jalan kolektor
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan nasional merupakan jalan arteri
dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota
provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan strategis nasional adalah jalan yang
melayani kepentingan nasional atas dasar kriteria strategis yaitu mempunyai peranan untuk
membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah-daerah rawan, bagian dari jalan
lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antarnegara, serta
dalam rangka pertahanan dan keamanan.
Selain itu, untuk pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas, jalan dibagi
dalam beberapa kelas jalan. Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan
prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan
kecil. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang
memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara
penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik
jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median
Jalan itu sendiri terdiri atas bagian-bagian jalan yang meliputi ruang manfaat jalan,
ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan. Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang
dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta
ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah
dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian
paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.
Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
Halaman | II - 53
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Ruang milik jalan (right of way) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat
jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang
milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan
jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.
Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang
manfaat jalan.
Adapun ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang
milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu
pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas,
dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh pemanfaatan
ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Ruang pengawasan jalan
merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan
2.5. Arahan PP NO. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Penyelenggaraan jalan umum dilakukan dengan mengutamakan pembangunan
jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusatpusat
produksi dengan daerah pemasaran, pembangunan jaringan jalan dalam rangka memperkokoh
kesatuan. Penyelenggaraan jalan umum harus dapat:
1. Mengusahakan agar jalan dapat digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat,
terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan mengusahakan
agar biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya.
2. Mendorong ke arah terwujudnya keseimbangan antardaerah, dalam hal
pertumbuhannya mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan orientasi
geografis pemasaran sesuai dengan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional
yang dituju.
3. Mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah yang sudah berkembang agar
pertumbuhannya tidak terhambat oleh kurang memadainya prasarana transportasi
jalan, yang disusun dengan mempertimbangkan pelayanan kegiatan perkotaan.
4. Memperhatikan bahwa jalan merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan. Jalan
umum dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan
kelas jalan. Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin
dalam hubungan hierarki.
Halaman | II - 54
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai
berikut:
1. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah,
pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
2. Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan
perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer,
fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya
sampai ke persil.
Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan
dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Fungsi jalan tersebut terdapat pada
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Jalan berdasarkan fungsinya
pada sistem jaringan primer dibedakan atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan
lokal primer, dan jalan lingkungan primer. Sedangkan pada sistem jaringan sekunder
dibedakan atas jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan
lingkungan sekunder.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan atas jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.Adapun jalan nasional terdiri atas:
1. Jalan arteri primer;
2. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota provinsi;
3. Jalan tol; dan
4. Jalan strategis nasional.
Jaringan jalan arteri primer ditetapkan dengan kriteria:
1. Menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
2. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam
puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
3. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
4. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.
Halaman | II - 55
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
5. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa sehingga
ketentuan di atas harus tetap terpenuhi.
6. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ketentuan di atas.
7. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Jaringan jalan kolektor primer ditetapkan dengan kriteria:
a. Menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lokal
b. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
(empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9
(sembilan) meter.
c. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
d. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan di atas masih
tetap terpenuhi.
e. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu
harus tetap memenuhi ketentuan di atas.
f. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.
Jalan strategis nasional adalah jalan yang melayani kepentingan nasional dan
internasional atas dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina
kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian dari jalan
lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antarnegara,
melayani aset penting negara serta dalam rangka pertahanan dan keamanan.
Jaringan jalan bebas hambatan ditetapkan dengan kriteria:
a. Pengendalian jalan masuk secara penuh
b. Tidak ada persimpangan sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi
dengan median
c. Paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah
d. Dan lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
Halaman | II - 56
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Untuk lebih jelasnya, peran dari masing-masing jalan berdasarkan fungsinya (arteri
primer, kolektor primer, strategis nasional dan bebas hambatan) dapat dilihat dapat
gambar 2.5
PP No.34 Tahun 2006 ini juga mengatur mengenai spesifikasi kebutuhan ruang untuk
masing-maisng fungsi jalan. Bagian-bagian jalan meliputi
a. Ruang manfaat jalan, meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang
pengamannya.
b. Ruang milik jalan, meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar
ruang manfaat jalan.
c. Ruang pengawasan jalan. ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di
bawah pengawasan penyelenggara jalan.
Untuk lebih jelasnya, spesifikasi kebutuhan ruang untuk masing-masing jalan
berdasarkan fungsinya dapat dilihat pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.
Halaman | II - 57
Gambar 2.1 :Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsinya
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Selain itu, peraturan pemerintah ini juga mengatur mengenai pengendalian
pemanfaatan ruang untuk jalan, walaupun masih bersifat umum, yaitu:
1. Setiap orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan
yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
2. Apabila terjadi gangguan dan hambatan terhadap fungsi ruang milik jalan,
penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan
pengguna jalan.
3. Setiap orang dilarang menggunakan dan memanfaatkan ruang milik jalan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
4. Setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.
5. Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara jalan
yang bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan larangan
terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi
dan konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan tertentu untuk
menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan.
2.6. Arahan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum NO. 369/KPTS/M/2005 Tentang
Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional
Halaman | II - 58
Gambar 2.2 :Spesifikasi Kebutuhan Ruang Minimal untuk Jalan Arteri Primer
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Kepmen PU : Nomor : 369 / Kpts / M / 2005 Tentang Rencana Umum Jaringan Jalan
Nasional , Menetapkan rencana umum jaringan jalan nasional, yang terdiri dari jaringan
jalan nasional bukan jalan tol dan jaringan jalan nasional jalan tol.
2.7. Kebijakan Terkait Prasarana Wilayah
2.7.1. Muatan KSNP – SPAM
Melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 20/PRT/M/2006 telah menetapkan
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang
selanjutnya disingkat KSNP-SPAM.
KSNP – SPAM merupakan pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan
pengembangan sistem penyediaan air minum, baik bagi pemerintah pusat maupun daerah,
dunia usaha, swasta dan masyarakat.
KSNP-SPAM digunakan sebagai pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan, dan
pengembangan sistem penyediaan air minum berkualitas, baik ditingkat pusat, maupun
daerah sesuai dengan kondisi daerah setempat.
KSNP-SPAM meliputi uraian tentang visi dan misi pengembangan sistem penyediaan
air minum, isu strategis, permasalahan, dan tantangan pengembangan SPAM, tujuan/sasaran
serta kebijakan dan strategi nasional pengembangan SPAM dengan rencana tindak yang
diperlukan.
Sasaran dari Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) melalui perpipaan dan non perpipaan terlindungi, antara lain sebagai berikut:
1. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga
terjangkau dengan peningkatan cakupan pelayanan melalui sistem perpipaan yang
semula 18% pada tahun 2004 menjadi 32% pada tahun 2009 dan selanjutnya
meningkat menjadi 60% pada tahun 2015.
2. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air dengan menekan tingkat
kehilangan air direncanakan hingga pada angka 20% dengan melibatkan peran serta
masyarakat dan dunia usaha.
3. Penurunan persentase cakupan pelayanan air minum dengan sistem non perpipaan
terlindungi dari tahun 2004 sebesar 37.47% menjadi 33% pada tahun 2009 dan 20%
pada tahun 2015, sehingga persentase penggunaan SPAM melalui sistem non-
perpipaan tidak terlindungi semakin menurun dari tahun ke tahun.
4. Pembiayaan pengembangan SPAM meliputi pembiayaan untuk membangun,
memperluas serta meningkatkan sistem fisik (teknik) dan sistem nonfisik. Dalam hal
Halaman | II - 59
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
pemerintah daerah tidak mampu melaksanakan pengembangan SPAM, Pemerintah
dapat memberikan bantuan pendanaan sampai dengan pemenuhan standar pelayanan
minimal sebesar 60 l/o/h yang dibutuhkan secara bertahap; Bantuan Pemerintah
diutamakan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin.
5. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa
pelayanan
Kebijakan pengembangan SPAM dirumuskan dengan menjawab isu strategis dan
permasalahan dalam pengembangan SPAM. Secara umum kebijakan dibagi menjadi lima
kelompok yaitu:
9. Kebijakan Peningkatan cakupan dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Kebijakan ini darahkan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan secara konsisten dan bertahap, menurunkan tingkat kehilangan air melalui
perbaikan dan rehabilitasi serta memprioritaskan pembangunan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah.
a. Strategi Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum
terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang dilakukan secara
bertahap di setiap propinsi.
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan fasilitasi perluasan pelayanan melalui penambahan kapasitas &
pengembangan jaringan untuk PDAM sehat
Bantuan teknis/ program fasilitasi penyelenggaraan SPAM dengan pola
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) terutama di kota metro dan besar
maupun kawasan perumahan baru
Bantuan Program Penyehatan PDAM melalui:
- Perluasan pelayanan bagi PDAM kurang sehat untuk meningkatkan
pendapatan
- Optimalisasi sistem dengan menurunkan kapasitas tak
termanfaatkan hingga < 10%
- Perluasan pelayanan hingga mencapai skala ekonomis
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan fisik pembangunan baru SPAM untuk kota sedang/kecil (IKK)
diutamakan:
- Ibukota Kecamatan yang belum memiliki sistem
Halaman | II - 60
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
- Ibukota Kabupaten/kota pemekaran
- Kawasan/desa rawan air, kawasan perbatasan, daerah pesisir,
pulaupulau terpencil
Bantuan fisik pengembangan SPAM melalui perluasan pelayanan dari
wilayah tetangga yang sudah memiliki SPAM
Bantuan fisik pengembangan SPAM untuk
Masyarakat Berpenghasilan Rendah di kawasan RSH
b. Strategi Mengembangkan aset manajemen SPAM dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis peningkatan manajemen dan optimalisasi asset PDAM
Bantuan program penurunan tingkat kehilangan air dari rata-rata nasional
37% menjadi sekurang-kurangnya 20%
Bantuan teknis penyusunan studi kelayakan kerja sama pengelolaan
antardaerah atas dasar pertimbangan ketersediaan air baku dan/atau
efektifitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan (skala ekonomis)
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan fisik pengembangan SPAM melalui kerjasama regional pengembangan
SPAM
c. Strategi Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui non
perpipaan terlindungi bagi masyarakat berpenghasilan rendah
Bantuan teknis/fisik pengembangan baru prasarana air minum
nonperpipaan terlindungi
Bantuan program meningkatkan prasarana air minum dari tidak
terlindungi menjadi terlindungi
d. Strategi Mengembangkan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem
sanitasi
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi dan
penyusunan studi kelayakan
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi dan
penyusunan studi kelayakan
Halaman | II - 61
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
e. Strategi Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai
dengan standar baku mutu
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan program adopsi ISO 4064 menjadi Standar Nasional Indonesia
(SNI), dan menetapkan sebagai SNI wajib.
Bantuan teknis peningkatan pelayanan sekurang-kurangnya mencapai
standar pelayanan minimal sesuai NSPM yang berlaku
Bantuan teknis peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan standar
baku mutu kualitas air minum berdasarkan ketentuan Dep. Kesehatan
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan teknis pengawasan kualitas air minum
Bimbingan teknis konstruksi SPAM individual/komunal
f. Strategi Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka
monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan air minum
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan air
minum
Bantuan teknis pendidikan dan pelatihan teknis SDM
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan air
minum
10. Kebijakan Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai
sumber secara optimal. Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana
pembangunan SPAM melalui pengembangan alternatif sumber dan pola pembiayaan
serta memperkuat kemampuan finansial PDAM
a. Strategi Mengembangkan sumber alternatif pembiayaan melalui penciptaan
sistem pembiayaan dan pola investasi
Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui bank komersial
untuk PDAM sehat
Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui lembaga nonbank
Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan untuk pengembangan
SPAM melalui PHLN
Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui penerbitan
obligasi daerah dan obligasi perusahaan
Halaman | II - 62
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Pengembangan pola pembiayaan melalui skema Water Fund
b. Strategi Meningkatkan peran dunia usaha/swasta & atau masyarakat
(koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama pemerintah
dan dunia usaha/swasta
Bantuan teknis peningkatan pendanaan melalui kerja sama pemerintah dan
dunia usaha/swasta
Bantuan dana stimulan untuk mendorong pengembangan SPAM oleh
masyarakat secara mandiri
Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM
melalui koperasi dan masyarakat
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama pemerintah
dan dunia usaha/swasta
Bantuan teknis peningkatan investasi melalui dana masyarakat dan dunia
usaha/swasta
Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM
melalui koperasi dan masyarakat
Meningkatkan kemampuan finansial PDAM
Restrukturisasi/penetapan tarif:
- Menerapkan tarif dengan prinsip pemulihan biaya penuh
- Menerapkan subsidi pemerintah daerah apabila tarif lebih rendah
dari tarif pemulihan biaya penuh - Penetapan tarif:
Untuk masyarakat mampu diberlakukan tarif pemulihan
biaya penuh dan progresif
Untuk masyarakat berpenghasilan rendah, diberlakukan tarif
subsidi sampai dengan 60 L/o/h
Restrukturisasi hutang melalui:
- Penjadwalan ulang
- Pengkondisian (peninjauan persyaratan) hutang
- Penghapusan denda
Halaman | II - 63
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
11. Kebijakan Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan
Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam
penyelenggaraan SPAM, menerapkan prinsip kepengusahaan pada lembaga
penyelenggaraan dan menyusun peraturan perundangan.
a. Strategi Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat
kabupaten/kota dalam pengembangan SPAM
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas
terkait pengembangan SPAM
Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:
- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan
- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM
Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan
melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan
Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki
kompetensi yang sesuai
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas
terkait pengembangan SPAM
Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:
- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan
- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM
Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan
melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan
Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki
kompetensi yang sesuai
b. Strategi Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Good Corporate
Governance terutama untuk penyelenggara/operator SPAM
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis untuk PDAM sehat:
Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:
- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan
- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM
Halaman | II - 64
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan
prinsipprinsip good corporate governance
Menerapkan sistem manajemen mutu dalam penyelenggaraan SPAM
Peningkatan manajemen pengusahaan melalui pengisian jabatan
struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai
Peningkatan manajemen kepengusahaan melalui pengisian jabatan
struktural/fungsional PDAM oleh SDM dengan kompetensi yang sesuai di
setiap tingkatan
Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:
- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan
- Pelatihan manajerial
- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM
- Peningkatan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan good
corporate governance
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas
terkait pengembangan SPAM
Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:
- Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan
- Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM
Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan
melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan
Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki
kompetensi yang sesuai
c. Strategi Melengkapi produk-produk peraturan perundangan dalam
penyelenggaraan SPAM
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Nasional
Pengembangan SPAM propinsi, kabupaten/kota
Penyusunan NSPM pengembangan SPAM
Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia
usaha/swasta
Halaman | II - 65
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan
pengembangan SPAM
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Nasional
Pengembangan SPAM propinsi, kabupaten/kota
Penyusunan NSPM pengembangan SPAM
Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia
usaha/swasta
Penyusunan peraturan tentang kerjasama koperasi dan masyarakat
Penyusunan pedoman pembentukan kelembagaan pengelola SPAM
Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan
pengembangan SPAM
Penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM melalui koperasi dan
masyarakat
12. Peningkatan penyediaan Air Baku secara berkelanjutan. Arah dari kebijakan ini
adalah untuk meningkatkan penyediaan air baku untuk kebutuhan air minum,
meningkatkan pengelolaan sumber daya air terpadu berbasis wilayah sungai serta
meningkatkan perlindungan air baku dari pencemaran
a. Strategi Konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Mengembalikan kapasitas DAS kritis
Pengembangan pengelolaan dan konservasi melalui pemulihan sungai,
danau, dan sumber air lainnya
Peningkatan efisiensi penyelenggaraan SPAM dan perlindungan air baku
- Perlindungan air baku dari pencemaran
- Pengendalian laju permukiman
- Pengendalian penggunaan air tanah
- Keterpaduan antara penyelenggaraan SPAM dengan sanitasi
Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur resapan
terutama di daerah permukiman
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL)
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Halaman | II - 66
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur resapan
terutama di daerah permukiman
Rehabilitasi situ-situ dan tandon air
Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
b. Strategi Peningkatan dan penjaminan kuantitas dan kualitas air baku terutama
bagi kota metro dan besar
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Bantuan teknis identifikasi kebutuhan air baku untuk penyediaan air
minum nasional
Pemeliharaan danau dan waduk untuk air baku
Bantuan program penyediaan air baku melalui pembangunan bendungan,
intake, saluran transmisi, pembangunan embung, rehabilitasi prasarana
pengambilan dan pembawa, serta pembangunan sumur air tanah
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Penyediaan air baku untuk rumah tangga melalui penyediaan jaringan
pembawa air, khusus untuk kawasan terpencil, pulau-pulau kecil,
perbatasan, dan kawasan rawan air
c. Strategi Menyediakan air baku bagi daerah-daerah rawan air
Pembuatan waduk-waduk lapangan, embung-embung, dan jaringan
pembawa
Pembangunan sumur-sumur air tanah
Rehabilitasi situ-situ dan tandon air
Mendorong pemerintah daerah untuk membangun sumur-sumur resapan
terutama di daerah permukiman
d. Strategi Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air
melalui pendekatan berbasis wilayah sungai. Bantuan teknis dan fasilitasi
dalam rangka mendorong kerja sama antardaerah dalam penyelenggaraan
SPAM
13. Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta dan masyarakat Kebijakan ini
diarahkan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta
dalam penyelenggaraan SPAM.
a. Strategi Meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah
Halaman | II - 67
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM
Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan
SPAM
Sosialisasi hidup bersih dan sehat
Untuk daerah yang belum dilayani SPAM
Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan
SPAM
Sosialisasi hidup bersih dan sehat
Penyebarluasan ciri keberhasilan kelompok masyarakat yang membangun
SPAM
Sosialisasi NSPM SPAM berbasis masyarakat (khusus PAM berbasis
masyarakat)
Mendorong pertumbuhan penyelenggara SPAM berbasis masyarakat
dengan konsep pemberdayaan terutama utk masyarakat miskin & yg
belum mendapatkan pelayanan air minum
Bantuan teknis pembentukan kelembagaan masyarakat pengelola air
minum
b. Strategi Menciptakan iklim investasi dengan pola insentif dan kepastian
hukum
Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM melalui fasilitasi
kemitraan pemerintah dan dunia usaha/swasta/ masyarakat dalam pengembangan SPAM.
Berkaitan dengan pentingnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) maka
pihak Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) – institusi pelaksana
pengembangan infrastruktur penyedia air baku, bersama Direktorat Jenderal Cipta Karya
akan melakukan sinkronisasi program air baku dan program pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM). Sinkronisasi dilakukan melalui kerjasama antara Balai
Besar maupun Balai Wilayah Sungai milik Ditjen SDA dengan Satuan Kerja (Satker) dari
Ditjen Cipta Karya di daerah. Sinkronisasi dilakukan untuk menghindari terjadinya tumpang
tindih pekerjaan. Dalam hal ini Dtijen SDA hanya melakukan pengerjaan pengambilan air
dari sumbernya hingga ke penampungan di bak terdekat di pedesaan warga sementara
distribusinya diserahkan ke Ditjen CK atau pemerintah daerah (pemda).
Halaman | II - 68
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 16/2005 tentang
Pengembangan SPAM, unit air baku merupakan sarana pengambilan dan atau penyediaan air
baku adalah wewenang Ditjen SDA yang batas wilayahnya ditentukan kemudian.
Mengingat pengembangan SPAM yang berkaitan erat dengan ketersediaan SDA atau
air baku yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum, kedua Ditjen merasa
perlu menyelaraskan program pada TA 2010.
Air baku makin susah dicari, sebaiknya dipikirkan secara tidak parsial, karena
kedepannya permasalahan air baku dan penyediaan air minum ini bisa semakin membebani,
air minum bisa semakin mahal harganya oleh karena itu sinkronisasi program menjadi
penting.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 294/PRT/M/2005 tentang
Badan Pendukung Pengembangan SPAM dan PP. No. 16/2005 tentang Pengembangan
SPAM, disebutkan SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana
dan sarana air minum, yang pengembangannya meliputi kegiatan yang bertujuan
membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik (kelembagaan,
manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara/badan usaha
milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum, yang
pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana
sanitasi.
Saat ini penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan
untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan yang diantaranya disebabkan
oleh masih rendahnya tarif dan masih tingginya beban utang
2.7.2. Matriks Keterkaitan Substansi RTRWN Dengan KSNP-SPAM
Berdasarkan muatan di dalam KSNP SPAM, maka berikut ini diuraikan mengenai
keterkaitan muatan RTRWN (fungsi eksternal) dengan muatan didalam KSNP SPAM. Dari
tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa kawasan perkotaan memiliki fungsi eksternal yang
didukung melalui pengembangan SPAM, kerjasama antardaerah dalam pengembangan
SPAM, standar baku mutu air dan konservasi WS dan perlindungan sumber air baku.
Halaman | II - 69
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Tabel 2. 8Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN Dengan KSNP SPAM –
Terkait Fungsi Kawasan Perkotaan Dan PerdesaanRTRWN Muatan KSNP SPAM
Fungsi Eksternal KawasanPerkotaan dan Perdesaan
KeterkaitanImplikasi dan Kebutuhan Pengembangan Infrastsruktur KOTDES
Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan Kota Besar dan Metro diarahkan untuk mengembangkan SPAM secara bertahap di setiap
provinsi(Perpipaan dan Non Perpipaan Terlindung) Konservasi WS dan Perlindungan
Sumber Air Baku Peningkatan dan penjaminan
kuantitas air baku terutama bagi kota metro dan besar
Kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan SPAM
Simpul Transportasi Darat, Laut dan UdaraSimpul Pelayanan PrasaranaLainnya (energi/listrik, telekomunikasi)Simpul kegiatan ekspor - imporSimpul Kegiatan Industri dan Jasa
Mendukung simpul kegiatan industri dan jasa melalui pengembangan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem sanitasi
Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu (adopsi ISO 4064)
Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Halaman | II - 70
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Dapat dikatakan bahwan “kekuatan KSNP – SPAM dalam konstelasi fungsi eksternal
kawasan perkotaan adalah pada perkuatan sebagai pusat kawasan andalan (didukung oleh
pengembangan SPAM, kerjasama antar daerah, konservasi WS, penjaminan kuantitas air
baku bagi kota metro dan besar) dan mendukung kota sebagai simpul kegiatan industri dan
jasa melalui keterpaduan sistem air minum dengan sistem sanitasi (drainase, prasarana dan
sarana pengelolaan persampahan dan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah).
2.8. Muatan KSNP – Sistem Pengelolaan Persampahan
Acuan Penyelenggaraan pengelolaan persampahan telah diatur di dalam UU No. 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan serta Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun
2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Persampahan. Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan dirumuskan sebagai
berikut:
1. Kebijakan Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
Pengurangan sampah dari sumbernya yang dimana merupakan aplikasi pengelolaan
sampah dengan paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system,
dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke
TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang.
Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat
mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang
yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan
sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah yang dihasilkan. Untuk
operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:
a. Strategi Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R
(ReduceReuse¬Recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan
Berbahaya) rumah tangga. Mengingat upaya pengurangan volume sampah di
sumber sangat erat kaitannya dengan perilaku masyarakat, diperlukan suatu
upaya penyadaran dan peningkatan pemahaman untuk mendorong perubahan
perilaku yang dilakukan secara berjenjang baik melalui promosi yang dapat
memberi gambaran mengenai “nilai” pengurangan sampah di sumber dan
dampaknya bagi kualitas kesehatan dan lingkungan maupun kampanye yang
terus menerus untuk membangun suatu komitmen sosial. Pengurangan
sampah di sumber ini dilakukan melalui mekanisme 3 R, yaitu reduce (R1),
reuse (R2) dan recycle (R3).
Halaman | II - 71
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
R1 adalah upaya yang lebih menitikberatkan pada pengurangan pola
hidup konsumtif serta senantiasa menggunakan bahan "tidak sekali
pakai" yang ramah lingkungan.
R2 adalah upaya memanfaatkan bahan sampah melalui penggunaan
yang berulang agar tidak langsung menjadi sampah.
R3 adalah setelah sampah harus keluar dari lingkungan rumah, perlu
dilakukan pemilahan dan pemanfaatan/pengolahan secara setempat.
Selain itu, diperlukan juga penanganan sampah B3 rumah tangga
(lampu neon, kemasan pestisida, batu batere dan lain-lain) secara
khusus.
Rencana tindak lanjut dari strategi ini adalah pelaksanaan promosi dan
kampanye 3R secara luas melalui berbagai media massa untuk menjangkau
masyarakat dari berbagai kalangan
b. Strategi Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif
dalam pelaksanaan 3R. Upaya pengurangan sampah di sumber perlu didukung
dengan pemberian insentif yang dapat mendorong masyarakat untuk
senantiasa melakukan kegiatan 3R.
Insentif tersebut antara lain dapat berupa pengurangan retribusi sampah,
pemberian kupon belanja pengganti kantong plastik, penghargaan tingkat
kelurahan dan lain-lain. Penerapan mekanisme insentif/disinsentif tersebut
harus diawali dengan kesiapan sistem pengelolaan sampah kota yang
memadai
Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut:
Penyusunan pedoman insentif dan disinsentif dalam pengelolaan
persampahan di sumber
Pelaksanaan uji coba/pengembangan dan replikasi 3R (pemanfaatan
sampah melalu pemilahan sampah di sumber, pembuatan kompos dan
daur ulang) di permukiman
Pemberian insentif kepada masyarakat dan swasta yang berhasil
melaksanakan reduksi sampah
Replikasi model-model best practice
c. Strategi mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian &
perdagangan. Keterlibatan sektor industri dan perdagangan dalam hal ini akan
sangat signifikan dalam upaya reduksi sampah kemasan oleh masyarakat.
Halaman | II - 72
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Sedangkan disinsentif juga perlu diperlakukan untuk mendorong masyarakat
tidak melakukan hal-hal diluar ketentuan. Disinsentif dapat berupa antara lain
peringatan, peningkatan biaya pengumpulan/pengangkutan untuk jenis
sampah tercampur dan lain-lain.
Rencana tindak selanjutnya adalah fasilitasi pembentukan forum koordinasi
interdepartemen untuk penerapan 3R sebagai wadah saling bertukar pikiran
dan penyusunan
untuk dapat diimplementasikan di masing-masing Departemen terkait.
2. .Kebijakan Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra
pengelolaan. Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan
pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan
pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai
mitra yang mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan
sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai.
Disamping masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi yang besar
untuk dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa pengalaman
buruk dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga tidak berkembang
perlu mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta jangan lagi dimanfaatkan bagi
kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk bersama mewujudkan
pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya sangat diperlukan
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:
a. Strategi Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini
melalui pendidikan bagi anak usia sekolah
Upaya merubah perilaku pembuangan sampah seseorang yang sudah dewasa
terbukti tidak efektif; terutama dalam hal pemilahan sampah sejak dari
sumber. Untuk itu diperlukan strategi peningkatan yang lebih sistematik, yaitu
melalui mekanisme pendidikan masalah kebersihan / persampahan sejak dini
di sekolah. Strategi ini perlu dilaksanakan secara serentak di seluruh kota di
Indonesia (SD, SMP dan SMA).
Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan ujicoba / pengembangan
dan replikasi sekolah bersih dan hijau untuk memotivasi anak usia sekolah
secara dini mengenal dan memahami berbagai metode pengelolaan sampah
sederhana di lingkungan sekolahnya
Halaman | II - 73
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
b. Strategi Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan
kepada masyarakat umum
Pemerintah perlu menyusun berbagai pedoman dan penduan bagi masyarakat
agar mereka lebih memahami tentang pengelolaan persampahan sehingga dapat
bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai produk panduan dan
pedoman ini perlu disebarluaskan melalui berbagai media terutama media massa
yang secara efektif akan menyampaikan berbagai pesan yang terkandung di
dalamnya. Rencana tindak yang diperlukan akan mencakup : Penyusunan
pedoman / panduan pengelolaan persampahan dan penyebarluasannya melalui
media massa
c. Strategi Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan
dalam pengelolaan sampah
Selain melalui pendidikan sejak dini yang hasilnya akan dirasakan dalam jangka
panjang, strategi pembinaan dalam rangka meningkatkan kemitraan masyarakat
terutama kaum perempuan juga sangat diperlukan. Perempuan sangat erat
kaitannya dengan timbulan sampah di rumah tangga (75 % sampah kota berasal
dari rumah tangga), sehingga diperlukan mekanisme pembinaan yang efektif
untuk pola pengurangan sampah sejak dari sumbernya. Forum kaum perempuan
yang saat ini eksis di masyarakat seperti PKK perlu dilibatkan sebagai vocal
point. Rencana tindak yang diperlukan adalah fasilitasi forum lingkungan oleh
kaum perempuan yang diharapkan dapat secara efektif berlanjut pada penerapan
di rumah dan kelompok masing-masing.
d. Strategi Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat
Masyarakat terbukti mampu melaksanakan berbagai program secara efektif dan
bahkan dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terutama bila
keikutsertaan mereka dilibatkan sejak awal. Kegiatan ini dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan pengelolaan sampah di lingkungan perumahan melalui
pemberdayaan masyarakat setempat, yang selanjutnya dapat dreplikasi di tempat
lainnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan
ujicoba/pengembangan/replikaasi pengelolaan berbasis masyarakat
e. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia
usaha/swasta. Iklim yang menarik dan kondusif bagi swasta serta berbagai
insentif perlu diciptakan dan dikembangkan agar semakin banyak pihak swasta
yang mau terjun dalam bisnis pelayanan publik persampahan. Peninjauan
Halaman | II - 74
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
kembali pedoman dan ketentuan penanaman modal swasta dalam bidang
persampahan perlu segera dilakukan untuk mengurangi hambatan faktor resiko
dan dapat menarik faktor keuntungan yang proporsional.
Pemerintah perlu memberikan fasilitasi dan melakukan ujicoba kerjasama
swasta dalam skala yang signifikan di beberapa kota percontohan. Kerjasama ini
hendaknya dilakukan secara profesional dan transparan sehingga dapat menjadi
contoh untuk menerapkannya di kota lain.
Rencana tindak yang diperlukan adalah :
Penyusunan pedoman investasi dan kemitraan
Fasilitasi Pelaksanaan pengembangan kemitraan pengelolaan sampah
Replikasi pengembangan kemitraan pengelolaan sampah skala kawasan 3.
Kebijakan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem
pengelolaan
3. Kebijakan Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan
Tingkat pelayanan yang 40% pada saat ini menyebabkan banyak dijumpai TPS yang
tidak terangkut dan masyarakat yang membuang sampah ke lahan kosong / sungai.
Banyak anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan pengumpulan sampah
secara memadai. Sementara itu berbagai komitmen internasional sudah disepakati
untuk mendorong peningkatan pelayanan yang lebih tinggi kepada masyarakat.
Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang mengarah pada
pencapaian 70% penduduk juga telah ditetapkan bersama.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:
a. Strategi Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan
Rendahnya tingkat pelayanan pengumpulan sampah sering diakibatkan oleh
rendahnya tingkat pemanfaatan armada pengangkut. Banyak kota masih
mengoperasikan truck sampah dengan ritasi tidak efisien (tidak lebih dari 2 rit
/ hari). Sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan ritasi kendaraan
pengangkut dan peralatan lainnya sehingga lebih banyak sampah terangkut
dan lebih banyak masyarakat dapat terlayani.
Rencana tindak yang diperlukan adalah :
Pelaksanaan evaluasi kinerja prasarana dan sarana persampahan
Penyusunan pedoman manajemen asset persampahan
Halaman | II - 75
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
b. Strategi Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan
Pelayanan juga diharapkan dapat disediakan dengan jangkauan yang
memberikan rasa keadilan. Disamping pusat kota yang mendapat prioritas,
pelayanan juga tetap harus disediakan bagi masyarakat kelas ekonomi rendah
agar mereka juga dapat menikmati lingkungan permukiman yang bersih dan
sehat. Perluasan jangkauan pelayanan juga harus dilakukan secara terencana dan
terprogram dengan baik dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
ketersediaan sumber daya
c. Strategi Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan
Dalam batas pemanfaatan optimal telah tercapai dan masih dibutuhkan
peningkatan cakupan pelayanan maka akan diperlukan adanya peningkatan
kapasitas sarana persampahan khususnya armada pengangkutan.
Rencana tindak yang diperlukan adalah penambahan sarana persampahan
khususnya armada pengangkut sampah sesuai dengan kebutuhan yang
direncanakan
d. Strategi Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan
Pengelolaan TPA yang buruk dibanyak kota harus diakhiri dengan upaya
peningkatan pengelolaan sesuai ketentuan teknis yang berlaku. TPA yang
jelasjelas telah menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya perlu segera
mendapatkan langkah-langkah rehabilitasi agar permasalahan lingkungan yang
terjadi dapat diminimalkan.
Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan rehabilitasi TPA yang
mencemari lingkungan sesuai dengan prioritas
e. Strategi Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfi TPA
yang masih dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama perlu segera
dilakukan upaya peningkatan fasilitas dan pengelolaan mengarah pada metode
sanitary landfiull dan Controlled landfill agar tidak menimbulkan masalah
lingkungan di kemudian hari.
Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman peningkatan
pengelolaan TPA yang sangat diperlukan oleh daerah untuk perbaikan fasilitas
persampahan yang dmiliki.
f. Strategi Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional
Kota-kota besar pada umumnya mengalami masalah dengan lokasi TPA yang
semakin terbatas dan sulit diperoleh. Kerjasama pengelolaan TPA dengan kota /
Halaman | II - 76
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
kabupaten lainnya akan sangat membantu penyelesaian masalah dengan
mempertimbangkan solusi yang saling menguntungkan.
Rencana tindak yang diperlukan adalah :
Penyusunan studi lokasi dan kelayakan pengembangan TPA regional
sesuai Tata Ruang
Uji coba pengelolaan TPA regional secara profesional
Strategi Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan
persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan
Kekeliruan dalam pemilihan teknologi seperti insinerator tungku yang
banyak dilakukan oleh Pemerintah Daerah perlu segera dihentikan dengan
memberikan pemahaman akan kriteria teknisnya. Disamping itu juga
sangat diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk
mendapatkan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi sampah di
Indonesia pada umumnya.
Rencana tindak yang diperlukan adalah :
Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan
Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA
Penyusunan pedoman waste-to-energy
Ujicoba waste-to-energy untuk kota besar /metro
4. Kebijakan Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan
Motor penggerak pengelolaan persampahan adalah institusi yang diberi kewenangan
untuk melaksanakan seluruh aspek manajemen untuk menghasilkan kualitas
pelayanan persampahan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Untuk itu
diperlukan suatu kebijakan yang yang mendukung perkuatan kapasitas kelembagaan
pengelola persampahan. Perkuatan kelembagaan tersebut ditinjau dari bentuk institusi
yang memiliki kewenangan yang sesuai dengan tanggung jawabya, memiliki fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta didukung oleh tenaga yang terdidik
dibidang manajemen persampahan. Banyak kelemahan masih dilakukan oleh hampir
semua pemangku kepentingan persampahan dan belum ada langkah-langkah strategis
untuk menyelesaikannya. Beberapa kelemahan tersebut misalnya dapat dilihat pada
beberapa contoh berikut : Pengelola Kebersihan (Pemerintah Daerah) belum
mengangkut sampah dari TPS sesuai ketentuan; atau mengoperasikan pembuangan
sampah secara open dumping. Masyarakat juga memiliki andil kelemahan misalnya
Halaman | II - 77
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
dalam hal tidak membayar retribusi sesuai ketentuan, atau membuang sampah
sembarangan. Legislatif belum menyediakan anggaran sesuai kebutuhan minimal
yang harus disediakan. Pemerintah Pusat belum mampu menyediakan ketentuan
peraturan secara lengkap, dan lain-lain.
Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan adanya kebijakan agar aturan-
aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk
menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masingmasing secara
bertanggung jawab.
Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:
a. Strategi Meningkatkan Status dan Kapasitas Institusi Pengelola
Peningkatan bentuk institusi pengelola persampahan menjadi setingkat “Dinas”
atau “Perusahaan Daerah” untuk kota besar dan metropolitan didasarkan pada
kebutuhan manajemen untuk menyelesaikan masalah persampahan yang sudah
cenderung lebih komplek. Sedangkan untuk kota sedang dan kota kecil
diperlukan institusi setingkat "Sub Dinas" atau "Seksi" atau "UPT" (unit
pelaksana teknis). Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman
kelembagaan pengelolaan persampahan.
b. Strategi Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan
Institusi pengelola persampahan perlu meningkatkan diri secara terus menerus
dengan melakukan evaluasi kinerja pengelolaan sehingga dapat diidentifikasi
berbagai kelemahan yang ada dan melakukan upaya-upaya peningkatan yang
terarah. Rencana tindak yang diperlukan adalah meningkatkan pelaksanaan
evaluasi kinerja pengelola persampahan
c. Strategi Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator
Profesionalisme pelayanan persampahan saat ini sudah mendesak untuk segera
diwujudkan. Sehingga satu institusi yang berperan ganda sebagai operator
sekaligus regulator sudah waktunya dipisahkan. Adanya dua peran dalam satu
institusi telah menyebabkan kerancuan dalam mekanisme pengawasan
pelaksanaan pengelolaan sampah, seperti yang saat ini terjadi. Apabila intitusi
akan berperan sebagai operator maka diperlukan intitusi pengawas yang
berperan sebagai regulator . Namun apabila untuk menyelenggarakan pelayanan
persampahan dikontrakkan dengan pihak ketiga, maka Dinas/Sub dinas menjadi
regulator dengan tetap berkordinasi dengan instansi terkait.
Halaman | II - 78
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Struktur organisasi suatu Dinas/Perusahaan Daerah/Sub Dinas/Seksi/UPT
sebaiknya hanya menangani masalah kebersihan saja dan perlu memiliki fungsi
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang efisien dan efektif Rencana
tindak yang diperlukan adalah :
Penyusunan Pedoman pemisahan fungsi regulator dan operator
Bantuan teknis pemisahan fungsi regulator dan operator
d. Strategi Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku
kepentingan lain
Perkuatan kapasitas kelembagaan juga akan sangat dipengaruhi oleh pola-pola
kerjasama horizontal maupun vertikal termasuk kerjasama antar kota dalam
penerapan pola pengelolaan sampah secara regional. Kerjasama antar instansi
dibutuhkan untuk berbagai hal yang berkaitan dengan kewenangan instansi lain
seperti pengelolaan sampah pasar, drainase / sungai, pihak
produsen/industri/perdagangan (penanganan sampah kemasan dan B3 rumah
tangga dan bahan¬bahan daur ulang), pertanian/kehutanan (pemasaran kompos),
bidang pendidikan dan lain-lain. Selain itu kerjasama dengan pihak PLN
(kerjasama penarikan retribusi), pihak developer/kelurahan/LSM (penanganan
sampah skala kawasan berbasis masyarakat) dan perguruan tinggi (penelitian
dan pengembangan serta inovasi teknologi) juga sangat diperlukan
e. Strategi Meningkatkan kualitas SDM manusia
Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola persampahan,
profesionalisme sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu unsur
utama yang dapat menggerakkan roda manajemen persampahan secara
menyeluruh. Peningkatan kualitas SDM menjadi sangat penting untuk
terselenggaranya suatu sistem pengelolaan persampahan yang berkelanjutan.
Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
baik ditingkat pusat, provinsi, dan kota / kabupaten
f. Strategi Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan
skala regional
Keterbatasan lahan TPA (tempat pengolahan akhir) sampah dikawasan
perkotaan, memerlukan solusi penanganan bersama secara regional agar lebih
efisien. Pengelolaan regional dikembangkan dengan memperhatikan azas
manfaat bagi setiap Pemerintah Daerah yang terlibat. Model pengelolaan
kolektif untuk 2 kota atau lebih perlu diterapkan secara lebih memadai. Rencana
Halaman | II - 79
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman organisasi pengelola
fasilitas regional
g. Strategi Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan dan
acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan
Produk hukum baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Daerah, Peraturan Menteri, dll haruslah disediakan secara lengkap dan mampu
mengantisipasi segala perkembangan dinamika pengelolaan persampahan.
Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan dan pengembangan NPSM
persampahan
h. Strategi Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum
secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya
Semua pelaksanaan ketentuan hukum dan peraturan haruslah mendapat
pengawasan yang baik dan bila diperlukan dilakukan tindakan pengenaan sanksi
terhadap pelaku penyimpangan baik dari unsur Pemerintah, Masyarakat,
Swasta, dan lain-lain untuk membina setiap pemangku kepentingan
melaksanakan tugas dan kewajibannya secara bertanggung jawab. Rencana
tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman penarapan produk dan
sanksi hukum persampahan
5. Kebijakan Pengembangan alternatif sumber pembiayaan
Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus
disediakan oleh Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian
pengelolaan persampahan juga merupakan tanggung jawab masyarakat untuk menjaga
keberlanjutannya. Masukan dari masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga agar
pelayanan pengelolaan persampahan dapat berlangsung dengan baik dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk masukan dari masyarakat adalah melalui
pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai tingkat yang
dapat membiayai dirinya sendiri.
Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah investasi untuk menyediakan
kebutuhan prasarana dan sarana yang memadai untuk mewujudkan pelayanan
tersebut; dan masyarakat secara bertahap memberikan kontribusi untuk membiayai
pelaksanaan pengelolaannya
a. Strategi Penyamaan persepsi para pengambil keputusan
Halaman | II - 80
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terdapat perbedaan persepsi akan prioritas
dan pentingnya pengelolaan persampahan termasuk perlunya pemulihan biaya
pengelolaan; bahkan diantara para pengambil keputusan di Pemerintah Daerah.
Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk membangun dan menyamakan persepsi
agar pengelolaan persampahan mendapatkan perhatian yang seimbang.
Untuk dapat menyediakan anggaran dan menggali alternatif pembiayaan
persampahan, diperlukan proses penyamaan persepsi ditingkat para pengambil
keputusan baik pusat maupun daerah sehingga pemahaman akan pentingnya
pelayanan persampahan dapat dimiliki dan menjadi pertimbangan dalam
pengalokasian anggaran selanjutnya Rencana tindak yang diperlukan adalah :
Pelaksanaan sosialisasi prioritas pengelolaan persampahan bagi para
pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif.
Pengalokasian anggaran yang seimbang / adil bagi pengelolaan
persampahan agar dapat menyediakan pelayanan yang baik secara
kuantitas maupun kualitas
b. Strategi mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan
Pemerintah Daerah perlu didorong untuk meningkatkan pemulihan biaya dari
pengelolaan persampahan agar subsidi bagi pelayanan publik ini dapat dibatasi
dan mengupayakan semaksimal mungkin pendanaan dari masyarakat.
Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman dan aturan untuk
memudahkan Pemerintah Daerah melaksanakan upaya pemulihan biaya
pengelolaan persampahan. Pedoman dan aturan tersebut akan meliputi pedoman
penyusunan rencana biaya, pedoman pengelolaan keuangan, pedoman
penyusunan tarif retribusi; yang akan menjadi acuan yang memudahkan
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan upaya-upaya pemulihan biaya
2.9. Matriks Keterkaitan Fungsi Eksternal (RTRWN) Dengan Muatan KSNP –
Sistem Pengelolaan Persampahan
Pengelolaan persampahan (Prasarana dan Sarana) memiliki nilai strategis dalam
mendukung fungsi perkotaan maupun perdesaan secara eksternal di dalam hal peningkatan
kualitas permukiman. Peningkatan kualitas permukiman melalui pengelolaan persampahan
dapat terwujud apabila terpenuhinya hak dan kewajiban masyarakat serta terlaksananya
secara efektif kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan
kota. Sesuai dengan kebutuhannya maka kerjasama antar pemerintah daerah dalam
Halaman | II - 81
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
pengelolaan sampah telah didorong dalam undang-undang ini. Kerjasama inilah yang
menjadi cikal bakal pengembangan TPA Regional.
Kriteria Penanganan TPA Regional yang diarahkan pemerintah pusat antara lain:
1. Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA regional
2. Penetapan daerah yang bersedia menyediakan tanah sebagai lokasi TPA regional
3. Master Plan, FS dan DED telah dibuat oleh daerah (kab/kota)
4. Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada kab/kota dimana lokasi
TPA regional berada di wilayahnya dengan memberikan kewenangan
membentuk/menetapkan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional
5. Pelibatan peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan TPA regional
6. Penandatanganan kesepakatan (MoU) antar Bupati/Walikota yang sepakat melakukan
pengelolaan TPA regional
7. Pembentukan forum/tim yang melibatkan daerah penandatanganan MoU sebagai
forum/tim pengendalian pengelolaan TPA regional
Disamping mendorong kerjasama antar daerah dalam pengelolaan sampah, hal yang
juga strategis dilakukan adalah apa yang disebut Konsep Pengelolaan Sampah 3R.
Pengelolaan sampah skala kawasan di perkotaan dengan cara meningkatkan proses
pemberdayaan masyarakat dalam pemilahan sampah sejak dari sumbernya atau desentraliasi
pengelolaan sampah.
Lingkup kegiatan:
1. Merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk melayani sebagian atau
keseluruhan sumber sampah yang ada dalam area dimana pengelola kawasan berada
2. Pengelolaan sampah tingkat kawasan harus mendorong peningkatan upaya
minimasi sampah untuk mengurangi beban pada pengelolaan tingkat kota,
khususnya yang akan diangkut ke TPA
3. Pengelolaan sampah kawasan harus harus mampu melayani masyarakat yang
berada dalam daerah pelayanan yang telah ditentukan
Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah
paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system, dimaksudkan untuk
mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan
semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Pengurangan sampah tersebut selain
dapat menghemat lahan TPA juga dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan
menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik karena tidak tercampur dengan
Halaman | II - 82
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
sampah lain. Potensi pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah
yang dihasilkan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketentuan tersebut adalah pengembangan
prasarana dan sarana pengelolaan persampahan dapat mendung fungsi eksternal kota (dalam
hal ini kualitas lingkungan permukiman yang sehat dan produktif) dan salah satu
pengembangannya (sesuai dengan kebutuhan) adalah Pengelolaan TPA Regional yang diikuti
dengan pola pengurangan volume sampah melalui pengelolaan sampah secara 3R
Tabel 2. 9 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN dengan Muatan KNSP
Sistem Pengelolaan Persampahan RTRWN Muatan KSNP SPPFungsi Eksternal KawasanPerkotaan dan Perdesaan Keterkaitan
Implikasi dan Kebutuhan InfrastrukturKOTDES
Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan memungkinkan meningkatkan pengelolaan TPA Skala Regional (Kota Besar dan Metro) melalui kerjasama antardaerah.
Sebagai pusat kawasan andalan memungkinkan untuk mengembangkanwaste to energy (Kota Besar dan Metro)
Simpul Transportasi Darat, Laut dan UdaraSimpul Pelayanan PrasaranaLainnya (energi/listrik, telekomunikasi)Simpul kegiatan ekspor - imporSimpul Kegiatan Industri dan Jasa
Sebagai simpul kegiatan dan jasa, maka didalam KSN SPP sangat strategis untuk menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R dan mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan
Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Halaman | II - 83
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
2.10. Muatan UU NO. 7 Tahun 2004 Terkait Pengelolaan Air Limbah
Dapat dikatakan bahwa “kekuatan” pengelolaan air limbah dalam konstelasi fungsi
eksternal kawasan perkotaan adalah dengan mengupayakan kerjasama antar daerah dalam
pengembangan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah secara terpusat (off site system).
Tabel 2. 10 Matriks Keterkaitan Substansi Antara RTRWN
dengan Muatan Pengelolaan Air Limbah RTRWN Muatan Peratuan Terkait Pengelolaan Air Limbah
Fungsi EksternalKawasan Perkotaan
dan Perdesaan
Keterkaitan Implikasi dan Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur KOTDES
1 Pusat Kawasan Andalan Sebagai Pusat Kawasan Andalan kerjasama dalam pengelolaan air limbah
RTRWN Muatan Peratuan Terkait Pengelolaan Air Limbah
secara terpadu (Sewerege system) akan didorong dengan pola insentif terutama di kota besar dan metro
2 Simpul Transportasi Darat, Laut dan Udara
3 Simpul Pelayanan Prasarana Lainnya (energi/listrik, telekomunikasi)
4 Simpul kegiatan ekspor - impor
5 Simpul Kegiatan Industri dan Jasa
6 Pintu gerbang internasional yang menghubungkan negara tetangga atau kawasan internasional
Sumber: Hasil Analisis, 2009
2.11. Kaitan/ Implikasi RTRWN Terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA
Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang dalam RTRWN
tersebut memiliki keterkaitan dengan pengembangan infrastruktur SDA, dengan bentuk
kaitan sebagai berikut :
1. Kaitan Kebijakan Struktur Ruang terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA:
a. Kebijakan penetapan sistem jaringan SDA nasional berupa penetapan WS.
Kaitannya terhadap pengembangan infrastruktur SDA berupa batasan
Halaman | II - 84
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
kewenangan pengelolaan SDA untuk menunjang berbagai aktivitas dan
kebutuhan di WS tersebut.
b. Kebijakan penetapan kota-kota PKN, PKW, dan PKSN. Kaitannya dengan
pengembangan infrastruktur SDA berupa kebutuhan pemenuhan air baku
bagi penduduk dengan berbagai aktivitasnya di ketiga kategori kota tersebut.
2. Kaitan Kebijakan Pola Ruang terhadap Pengembangan Infrastruktur SDA:
a. Kebijakan penetapan kawasan lindung. Dalam kaitannya dengan
sumberdaya air, penetapan kawasan lindung ini (kecuali kawasan cagar
budaya dan suaka margasatwa) relevan dengan upaya konservasi atau
pelestarian sumberdaya air. Selanjutnya, dalam rangka pelaksanaan
pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan
kawasan hutan paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai. Di
samping terkait dengan upaya konservasi, penetapan beberapa kawasan
lindung, seperti kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai memiliki
keterkaitan dengan upaya pengendalian dari daya rusak air, yaitu dari
kemungkinan kerusakan akibat banjir dan abrasi pantai/ gelombang pasang.
b. Kebijakan berupa penetapan kawasan andalan dengan sektor unggulan.
Kegiatan budidaya unggulan merupakan kegiatan yang menjadi penggerak
utama perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya. Agar kegiatan
budidaya unggulan tersebut dapat berkembang dengan baik, perlu
dikembangkan prasarana dan sarana pendukung yang memadai, termasuk di
dalamnya prasarana SDA. Dari sekian kawasan andalan tersebut, yang
memiliki kaitan erat dengan pengembangan infrastruktur SDA (berupa
pendayagunaan SDA) adalah kawasan pertanian dan kawasan perikanan
(berupa kebutuhan akan irigasi), serta kawasan industri, pariwisata,
perdagangan dan jasa, berupa kebutuhan akan pemenuhan air baku.
Bentuk keterkaitan atau implikasi RTRWN terhadap pengembangan SDA
dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.
Halaman | II - 85
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Tabel 2. 11 Matriks Konsepsi Pengembangan Infrastruktur SDA Berbasis RTRWN
ARAHAN RUANG RTRWN FUNGSI SUMBERDAYA AIRFungsiUtama
Fungsi Terkait Konservasi
Pendayagunaan SDA
PengendalianDari Daya Rusak AirIrigasi Air
BakuWSNasional
Struktur RuangSistem pusat perkotaan nasional (PKN,PKW,PKSN)
V V
Pola RuangARAHAN RUANG RTRWN FUNGSI SUMBERDAYA AIRFungsiUtama
Fungsi Terkait Konservasi
Pendayagunaan SDA
PengendalianDari Daya Rusak AirIrigasi Air
BakuKawasan lindung (semua jenis kawasan lindung kecuali cagarbudaya, suaka margasatwa, taman buru, taman wisata alam laut)
V
Kawasan lindung (sempadanpantai, sempadan sungai, kawasan rawan bencana)
V
Kawasan andalan dengansektor unggulan pertanian, perikanan
V
Kawasan andalan dengansektor unggulan industri, pariwisata, perdagangan, jasa
V
Kawasan strategis nasional(KSN) dengan sudut kepentingan ekonomi
V
Kawasan strategis nasional(KSN) dengan sudut kepentingan lingkungan hidup
V
Sumber : PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, diolah
Tabel 2.11 di atas memperlihatkan arahan pengembangan infrastruktur SDA,
berdasarkan pertimbangan yang mengkaitkan antara RTRWN (UU No 7/2004 dan PP No
Halaman | II - 86
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
26/2008) dengan pola pengelolaan SDA (UU No 7/2004, PP 42/2008), dan kelembagaan
terkait (PP 38/2007). Adapun sebarannya secara spasial dapat dilihat pada peta-peta berikut
di bawah ini.
Beberapa kawasan dalam kewenangan nasional tersebut ada yang berlokasi di WS
nasional (WS strategis nasional, WS lintas provinsi, WS lintas negara), namun ada pula yang
berlokasi bukan di WS nasional, misalnya di WS provinsi. Ada pula kawasan-kawasan,
umumnya berupa kawasan andalan yang menempati 2 (dua) WS, baik WS nasional maupun
WS bukan nasional. Di samping itu ada pula WS nasional yang ternyata di dalamnya tidak
terdapat kota-kota PKN, PKW, PKSN maupun kawasan andalan. Rincian kawasan-kawasan
yang tidak berlokasi di WS nasional tersebut dapat dilihat pada tabel, dengan tanda berupa
tulisan bercetak miring berwarna merah. Sedangkan kawasan yang menempati lebih dari satu
WS ditandai dengan tulisan berwarna biru. Seperti telah diuraikan di atas, beberapa kawasan
nasional berlokasi di WS nasional, beberapa kawasan nasional lainnya tidak berlokasi di WS
nasional, ada beberapa kawasan nasional yang menempati lebih dari satu WS, serta adanya
WS nasional yang dio dalamnya tidak ada kawasan nasional.
Permasalahannya adalah :
1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan SDA untuk kawasan berlevel nasional (kota-kota
PKN, PKW, dan PKSN, serta kawasan andalan nasional) yang tidak berlokasi di WS
nasional.
2. Untuk kawasan berlevel nasional yang menempati lebih dari satu WS, baik WS
nasional maupun WS bukan nasional, bagaimana pula pemenuhan kebutuhan SDA
nya, bagaiman bentuk kerjasama antar kedua WS yang bersangkutan.
3. Untuk WS nasional yang tidak ada di dalamnya kawasan berlevel nasional, lalu
pelayanan dari WS tersebut untuk apa.
Halaman | II - 87
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Tabel 2. 12 Arahan Pengembangan Infrastruktur SDA (20 Tahun)
Berdasarkan Kaitan RTRWN (UU 7/2004, PP 26/2008) Dengan Rencana Pengelolaan SDA (UU No 7/2004, PP 20/2006, PP 42/2008)
No
Provinsi
Nama WS
Kategori WS
Konservasi SDA *
Pendayagunaan SDA
Pendendali an DayaRusak Air
Irigasi
Air Baku
Kota PKNKota PKW
Kota PKSN
KawasanAndalan(Industri)
KawasanAndalan(Pariwisata,Perdagangan, Jasa)
KawasnStrategis
1.
NADMeureudu-Baro
SN
Pengamananpantai di pantai barat
Krueng Aceh
KSN KawEkosistemLeuser (I/B/1) ;Kaw lindung TNGn Leuser(I/A/4); CAHutan PinusJhanto (I/B/3)
Banda Aceh dsk (I/A/1)
Banda Aceh(I/D/1), (I/C/1)
Banda Aceh dsk(II/D/1)
Banda Aceh(II/E/1)
Kapet BandaAcehDarussalam(I/A/2)
Pengamananpantai di pantai barat
Halaman | II - 88
PENYIAPAN PENGEMBANGAN DATABASE PENGELOLAAN KSNKABUPATEN BELU, KABUPATEN MALAKA DENGAN NEGARA REPUBLIC DEMOKRATIC OF TIMOR LESTE (RDTL)
Sabang (I/C/1)
Sabang(I/A/2)
Kaw Perdagangan bebas & pelabuhan bebas (I/A/2)
PasePeusangan
Lhokseumasedsk (III/A/2), (I/F/2)
Lhokseumawe(I/C/I)
Takengon(II/C/1)
Lhokseumawe(I/D/1)
Kaw industri Lhokseumawe (I/A/2)
Pengamananpantai di pantai barat
Jambo Aye
SN
Tamiyang Langsa
Langsa (II/C/3)
Woyla-Seunagan
SN
Kaw lindungTHR Cut NyakDien (II/B/5)
KawasanPantai BaratSelatan(IV/A/2),((II/F/2)
Pengamananpantai di pantai barat
Halaman | II - 89