Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Kristen Petra
16
2. KERANGKA TEORI
2.1 Model Komunikasi
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
pehatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.
Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah
komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk
mengubah Respon (Effendy, 2003, p.254-256).
Salah satu model komunikasi yang digunakan untuk menggambarkan
proses komunikasi ialah dengan menggunakan model S - O – R (Stimulus –
Organisme – Respon). Ketiganya diuraikan menjadi:
- Stimulus, yaitu sebuah tindakan yang dilakukan oleh komunikator
kepada komunikan. Dalam hal ini, proses komunikasi adalah pesan
yang dikirim dan masih dalam tahapan kognitif.
- Organisme, yaitu proses dimana komunikan atau orang yang menerima
stimuli melakukan proses terhadap apa yang akan dilakukan setelah
menerima stimuli, dalam hal stimuli yang dimaksud adalah pesan
dalam sebuah proses komunikasi.
- Respon, yaitu sebuah efek dari suatu proses komunikasi. Dalam hal ini
pendekatan yang dilakukan sudah dalam taraf behavior atau konatif,
artinya sudah ada tindakan yang dilakukan setelah menerima stimuli
dimana disini unsur kognitifnya bertambah, dan setelah melalui proses
afektif atau berpikir, maka tampaklah suatu tindakan yang dilakukan,
dan hal ini merupakan salah satu efek komunikasi dalam sebuah proses
komunikasi (Mulyana, 2008).
Mar’at dalam bukunya “Respon Manusia, perubahan, serta
pengukurannya” yang dikutip oleh Effendi mengutip Hovland, Janis,
Universitas Kristen Petra
17
dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah Respon ada tiga
variabel penting, yaitu:
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan
Bagan 2.1 Teori S-O-R
Sumber: Effendy, 2003, p.255
Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme akan melakukan perubahan sikap
jika diterpa oleh suatu stimulus. Organisme menghasilkan perilaku jika ada
kondisi stimulus tertentu pula, sehingga seseorang dapat mengharapkan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur – unsur yang menyusun
teori S-O-R yaitu stimulus (pesan), organism (komunikan), dan reponse (efek)
(Effendy, 2003, p.254). Menurut Azwar (2011, p.15), respon timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon diklasifikasikan dalam tiga yaitu, respon kognitif (respon
perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon
syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respon perilaku atau konoatif
(respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku) (Azwar, 2011, p.7).
STIMULUS ORGANISME:
1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan 4.
RESPON
Universitas Kristen Petra
18
2.2 Public Relations
2.2.1 Definisi Public Relationss
Public Relations menurut Cutlip, Center, dan Broom adalah fungsi
manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanaan
dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan public serta
merencanakan dan melakukan program kegiatan untuk meraih pengertian
dan dukungan dari public.“ Public Relations is the management function
that establishes and maintains mutually beneficial relationship between an
organization and the publics on whom its success or failure depend.”
(Cutlip, Center, & Broom, 2007, p.5)
Baskin, Aronoff, dan Lattimore mendefinisikan Public Relations
sebagai alat dari manajemen untuk membantu mencapai tujuan organisasi,
merumuskan filosofi organisasi dan juga menjadi fasilitator dalam
perubahan sosial. Public Relations menjalin komunikasi dengan seluruh
publik baik eksternal untuk menjalin hubungan komunikasi dengan
seluruh publik baik internal maupun eksternal untuk membangun relasi
yang positif dan untuk menjaga konsistensi dari lingkungan sosial
disekitar organisasi. Public Relations mempunyai tugas dan wewenang
untuk mengembangkan, mengimplementasikan, serta melakukan evaluasi
kegiatan-kegiatan organisasi yang bertujuan mempertemukan dan
menghasilkan rasa saling pengertian antara organisasi dan publiknya.
“Public Relations is a management function that helps achieve
organizational objectives, define philosophy and facilitate organizational
change. Public Relations practitioners communicate with all relevant
internal and external publics to develop positive relationship and to create
consistency between organizational goals and societal expectations;
public relations practitioners develop, execute and evaluate
organizational programs that promote the exchange of influence and
understanding among an organization’s constituent parts and publics.
(Baskin & Lattimore, 1997, p.5).
Grunig dan Hunt (1984, p. 6) mengatakan bahwa Public Relations
adalah "manajemen komunikasi antara organisasi dengan publiknya”.
Universitas Kristen Petra
19
Definisi ini menyetarakan PR dengan manajemen komunikasi. PR /
manajemen komunikasi lebih luas dari teknik komunikasi dan juga lebih
luas dari program Public Relations khusus seperti hubungan dengan media
atau publisitas. Public Relations dan manajemen komunikasi menjabarkan
keseluruhan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi komunikasi
organisasi dengan publik / kelompok baik eksternal dan internal yang
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk memenuhi tujuan yang
diharapkan.
2.2.2 Public Relations for NonProfit Organizations
Sebuah wilayah yang luas dari pekerjaan Public Relations, dan sumber
dari banyak pekerjaan, adalah organisasi nirlaba. Berbagai lembaga nirlaba
sangatlah menakjubkan, mereka memiliki sejarah dari masyarakat kota
kecil menjadi yayasan internasional raksasa yang mengeluarkan hibah
jutaan dolar (Wilcox, 2005, p.402).
Titik penting tentang organisasi nirlaba adalah bahwa mereka bebas
pajak. Pemerintah federal memberikan mereka status ini karena mereka
meningkatkan kesejahteraan anggotanya, seperti dalam asosiasi
perdagangan, atau meningkatkan kondisi manusia dalam beberapa cara,
seperti lingkungan kerja atau penelitian medis. Banyak organisasi nirlaba
tidak bisa bertahan jika mereka dikenakan pajak karena Public Relations
harus menghadapi tugas mengumpulkan uang untuk membayar
pengeluaran mereka dan membiayai proyek-proyek mereka (Wilcox, 2005,
p.402).
Public Relations for nonprofit Organization adalah hal yang penting.
Hal ini karena lembaga nirlaba membutuhkan kerja PR untuk menyusun
program yang akan dilakukan, menyusun strategi, membantu mencapai
tujuan, menarik perhatian khalayak, dan membentuk citra (Feinglass,
2005, p. 7).
Universitas Kristen Petra
20
Menurut Mothers Against Drunk Driving dan America Red Cross or
the National Academy of Songwriters, ada tiga cara untuk sukses dalam
kegiatan ini (Feinglass, 2005, p. 7):
1. Ketika membuat kampanye komunikasi dan program-program
seperti acara khusus, situs web internet, brosur, radio dan televisi
yang merangsang minat publik dalam tujuan organisasi dan
mengundang partisipasi publik.
2. Mengembangkan staf yang kuat untuk menangani pekerjaan serta
merekrut relawan dan menjaga mereka tetap antusias sangat
penting.
3. Suatu organisasi menetapkan tujuan penggalangan dana yang
realistis dan rencana untuk mencapainya.
2.2.3 Organisasi Sosial
2.2.3.1 Kategori Organisasi Sosial
Oganisasi sosial nirlaba berdasarkan fungsi dikelompokkan ke
dalam tujuh kategori, antara lain (Wilcox, 2005, p. 411).:
1. Social Service Agencies, melayani kebutuhan sosial dari individu
atau keluarga yang membutuhkan bantuan.
2. Health agencies, organisasi ini bersama-sama melawan penyakit
berbahaya dengan memberikan pendidikan, melakukan penelitian,
dan perawatan ketika yang lain menerima perawatan di dalam
komunitas.
3. Hospitals, peran rumah sakit telah berada pada dimensi baru.
Selain merawat pasien yang sakit dan terluka, rumah sakit
melakukan program kesehatan preventif dan memberikan layanan
lain yang berhubungan dengan kesehatan sosial yang melampaui
konsep kelembagaan tradisional. Rumah sakit mungkin lembaga
yang didukung pajak, organisasi nirlaba, atau usaha mengambil
keuntungan korporasi.
Universitas Kristen Petra
21
4. Religious Organizations, organisasi ini memiliki fungsi dan tujuan
untuk membimbing seseorang memiliki iman yang kuat melebihi
apa yang hanya mereka pelajari di gereja atau sekolah.
5. Welfare agencies, sebagian pembayaran kesejahteraan terus orang-
orang yang membutuhkan yang dibuat oleh instansi pemerintah,
dengan menggunakan dana pajak yang dihasilkan. petugas
informasi publik dari badan-badan tersebut memiliki fungsinya
yang penting, untuk memastikan bahwa mereka berhak atas
layanan tahu tentang mereka dan untuk meningkatkan
pemahaman publik tentang bagaimana fungsi pelayan.
6. Cultural Organizations, lembaga yang mengurus mengenai
berbagai kegiatan-kegiatan budaya. Seperti pertunjukkan musik,
museum seni, dll.
7. Foundations, suatu organisasi yang membantu masyarakat dalam
hal tertentu dan mendapat bantuan dana dari orang atau keluarga
yang berkecukupan sebagai modal untuk memperoleh tenaga
kerja yang berkualifikasi tinggi.
2.2.4 Fungsi Public Relations
Menurut Oemi, fungsi Public Relations adalah menyelenggarakan
komunikasi yang sifatnya persuasif dan informatif. Jadi, PR dikatakan
berfungsi apabila mampu melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik,
berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan dan menjamin
kepentingan publik (Oemi, 2001, p. 35).
Menurut Assumpta, Fungsi PR adalah (Assumpta, 2002, p. 32):
1. Kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh goodwill,
kepercayaan, saling pengertian dan juga mendapatkan citra
yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.
Misalnya saja menyelenggarakan program-program PR.
2. Memiliki sarana untuk menciptakan opini publik yang dapat
diterima dan menguntungkan semua pihak.
Universitas Kristen Petra
22
3. Unsur penting dalam manajemen guna untuk mencapai tujuan yang
spesifik sesuai dengan harapan publik, tetapi merupakan
kekhasan perusahaan. Sangatlah penting bagi organisasi untuk
memiliki warna, budaya, citra, suasana yang kondusif dan
menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas dapat
dicapai secara maksimal.
4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan
dengan publiknya, internal dan eksternal.
2.2.5 Proses Public Relations dalam melakukan suatu program
Menurut Scott M. Cutlip (2009, p. 321), menyatakan bahwa proses
perencanaan program kerja harus melalui empat tahapan atau langkah-langkah
pokok, yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja PR, antara
lain:
1. Mendefinisikan problem ( Defining Public Relations Problem)
Dalam tahap ini, penelitian mencakup penyelidikan dan memantau
pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan,
dan dipengaruhi oleh organisasi. Pada dasarnya ini adalah fungsi inteligen
organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk menjawab masalah
dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”
2. Perencanaan dan pemrograman (Planning and Programming)
Informasi yang telah dikumpulkan digunakan untuk mengambil keputusan
tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik,
dan sasaran. Langka kedua ini menjawab pertanyaan “Apa yang harus kita
ubah dan mengapa?”
3. Mengambil tindakan dan berkomunikasi (Taking Action and
Communication)
Mengimplementasikan program dan mengkomunikasikan program
yang telah didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing
publik dalam rangka mencapai tujuan program. Langka ini menjawab
pertanyaan “ Siapa yang harus melakukan dan menyampaikan, kapan,
dimana, dan bagaimana caranya?”
Universitas Kristen Petra
23
4. Mengevaluasi Program (Evaluating)
Melakukan penilaian atau persiapan, implementasi dan hasil
program. Penyesuaian akan dilakukan sembari progam dijalankan, dan
didasarkan pada evaluasi atas umpan balik tentang berhasil atau tidak
program tersebut. Langkah ini menjawab pertanyaan “Seberapa baik
langkah yang telah kita lakukan?”
Pada penelitian kali ini, peneliti akan fokus pada tahap ketiga yaitu
mengambil tindakan dan juga pengkomunikasian yang telah dilakukan oleh para
pengurus Bank Sampah Bina Mandiri. Peneliti ingin melihat apa saja yang telah
dilakukan oleh Bina Mandiri dan apakah cara pengkomunikasian mereka
mengenai bank sampah mendapatkan respon dari masyarakat Surabaya?
2.2.5.1 Tahap Mengambil Tindakan dan Komunikasi
Menurut Harold Burson, PR telah memegang peran membantu organisasi
menentukan bukan hanya apa yang dikatakan, tetapi juga apa yang dilakukan.
Beberapa komponen komunikasi dan strategi (Cutlip, 2009, p.392-408):
1. Membingkai Pesan (framing the message)
- Menggunakan media yang paling dekat pandangannya dengan
pandangan audien.
- Untuk topik komunikasi, gunakan sumber komunikasi yang
berkredibilitas tinggi untuk audien.
- Kurangi perbedaan antara posisi komumikator dan audien.
- Menggunakan bahasa dan isu yang sesuai dengan audien.
- Bangun posisi komunikator sebagai opini mayoritas, dengan
mendefinisikan mayoritas dari audien itu sendiri.
- Gunakan identifikasi kelompok audien apabila identifikasi itu
akan membantu menghasilkan respon positif, sebaliknya juga
berlaku.
- Modifikasikan pesan agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Semantik
Universitas Kristen Petra
24
Semantik adalah ilmu tentang arti kata-kata. Bahasa senantiasa
berubah, selalu muncul kata baru dan kata yang sudah tidak lagi
dipakai. Public Relations harus mampu memilih dan mentrasmisikan
kata ke berbagai audien sehingga kata-kata tersebut dapat dipahami
oleh mereka karena jika memilih kata-kata yang tidak tepat akan
timbul salah intepretasi dari kata-kata tersebut.
3. Simbol
Komunikasi bukan sekedar semantik, komunikasi juga
menggunakan simbol dan stereotip. Simbol menawarkan cara dramatis
dan langsung untuk komunikasi dengan banyak orang dijalur
komunikasi yang panjang. Simbol harus jelas, berbeda, dan memuat
karakteristik organisasi yang menggunakannya, misalnya logo dari
suatu organisasi.
4. Menyebarkan Pesan
Usaha agar ide atau inovasi diterima bukan hanya sekedar memberikan
informasi kepada audien melalui media massa atau publikasi internal.
Komunikasi harus diarahkan pada sasaran yang tepat, bukan ke segala
arah. Ada lima tahap dalam penerimaan pesan:
- Pengetahuan. Mempelajari tentang inovasi dan mendapatkan
pemahaman terhadapnya.
- Persuasi. Mencari lebih banyak informasi dan
mempertimbangkan manfaatnya secara umum.
- Keputusan. Memutuskan untuk mengadopsi atau menolak
setelah mempertimbangkan manfaatnya.
- Implementasi. Para penerima inovasi akan mengaplikasikannya
pada situasi mereka.
- Konfirmasi. Adopsi akan dilanjutkan, atau keputusan untuk
mengadopsi akan diubah berdasarkan evaluasi.
5. Mempertimbangkan kembali proses
Tiga elemen yang ada untuk semua upaya komunikasi adalah
sumber pengirim, pesan, dan tujuan atau penerima. Komunikator harus
Universitas Kristen Petra
25
memiliki informasi yang memadai dan juga kredibilitas di mata
penerima. Pesan harus sesuai dengan kapasitas pemahaman penerima
dan relevan dengan kepentingan atau kebutuhan penerima. Pesan juga
harus memotivasi kepentingan penerima dan menimbulkan respon.
2.3 Respon
2.3.1 Definisi Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan
(reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan
reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indra. Hal yang menunjang
dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi,dan partisipasi.
Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan
kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi
suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon
terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku
atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian,
pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu
fenomena tertentu (Sobur, 2003).
Respon sendiri dibagai dalam dua tipe yaitu verbal dan nonverbal. Respon
kognitif verbal merupakan pernyataan mengenai apa yang dipercayai atau diyakini
mengenai objek sikap. Respon kognitif nonverbal lebih sulit diungkapkan
disamping informasi tentang sikap yang diberikannya pun lebih bersifat tidak
langsung. Respon afektif verbal dilihat pada pernyataan verbal perasaan seseorang
mengenai sesuatu. Respon afektif nonverbal berupa rekasi fisik seperti ekspresi
muka yang menjadi petunjuk perasaan seseorang apabila dihadapkan pada objek
sikap. Respon konatif merupakan kecenderungan untuk berbuat atau bertindak.
Dalam bentuk verbal, hal ini terungkap melalui pernyataan keinginan melakukan
atau kecenderungan untuk melakukan. Respon konoatif nonverbal berupa ajakan
pada orang lain (Azwar, 2002, p.20 – 21).
Universitas Kristen Petra
26
2.3.2. Komponen Respon
Respon memiliki tiga kompenen, yakni komponen Kognitif, Afektif, dan
konatif.
- Komponen Kognitif, yaitu kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek Respon. Kepercayaan datang dari
apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa
yang telah kita lihat kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan
mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan
itu terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai
apa yang diharapkan dari objek tertentu.
- Komponen Afektif, yaitu perasaan yang dimiliki seseorang terhadap suatu
objek. Komponen ini menyangkut masalah emosional terhadap suatu
objek Respon. Objek tersebut dirasakan sebagai hal yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.
- Komponen Konatif, yaitu kecenderungan seseorang untuk berlaku
berkaitan dengan objek Respon yang dihadapinya. Kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi perilaku, bagaimana orang berperilaku
dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu, akan banyak
ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannyaterhadap stimulus
tersebut. Pengertian kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa
komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang tidak hanya dapat dilihat
secara langsung saja, tetapi meliputi pula bentuk-bentuk perilaku yang
berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang (Azwar,
2000).
2.3.3 Respon Kognitif
Secara umum, pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang
tersimpan dalam ingatan sehingga tingkat pengetahuan dapat didefinisikan
sebagai seberapa banyak informasi yang tersimpan dalam ingatan ketika
seseorang menerima sebuah informasi, apakah tinggi, sedang, atau rendah
(Engel, 1994, p.316). Pengetahuan merupakan wujud dari kenyataan atau
Universitas Kristen Petra
27
kebenaran, informasi dan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh umat manusia.
Jika seseorang mengetahui sesuatu berarti ia mengamati secara langsung,
memilik pengalaman, mengenali atau sudah biasa terhadap suatu hal,
menginsyafi kesamaan dengan yang sudah lebih dulu diketahui, memahami,
meyakini atau merasa pasti, serta menyadari kebenaran tentang suatu hal
(Kincaid, Schramm, 1987, p. 115).
Salah satu cara mengukur pengetahuan menurut Engel, Blackwell dan
Miniard (1994) adalah dengan mengukur pengetahuan objektif (objective
knowledge). Pengukuran ini dilakukan dengan cara menyadap apa yang benar-
benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan. Teori kognitif
menghadirkan kapasitas mental seseorang untuk mengelolah suatu informasi.
Kapasitas ini mengacu pada kognitif perorangan yang berdasarkan waktu
untuk pengolahan informasi.
2.3.4 Aspek Respon Kognitif
Respon kognitif Menurut Bloom (1956) tujuan utama respon kognitif
terdiri atas enam bagian
a. Pengetahuan (knowledge)
Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah
dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang
penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini
satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang
rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
Universitas Kristen Petra
28
penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan
berpikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam
komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu
memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya
sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis
merupakan tingkat kemampuan berpikir yang lebih tinggi daripada aspek
pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (synthesis)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-
komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
Aspek ini memerluakn tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan
kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan
sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-
nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan
berpikir yang tinggi.
2.4 Media Komunikasi
Media adalah alat perantara, sedangkan media komunikasi adalah alat
perantara dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, media komunikasi adalah
perantara dari seorang komunikator kepada komunikan dalam menyampaikan isi
pesan dan menerima umpan balik dari komunikan ( Soehoet, 2003, p.4).
Sedangkan definisi lain mendefinisikan media komunikasi ialah alat ataupun
sarana yang digunakan dalam proses komunikasi yang dikenal sebagai channel
atau saluran (Pareno, 2002, p.32). John Vivian secara fundamental
Universitas Kristen Petra
29
mengklasifikasikan media secara umum berdasarkan teknologi yang digunakan
menjadi (Vivian, 2008, p. 26):
1. Printing
Media cetak yang terdiri atas buku, koran, dan majalah.
2. Chemistry
Termasuk fotografi dan film yang menggunakan teknologi kimia
dalam prosesnya.
3. Elektronics
Termasuk rekaman suara atau phonograph, telegraph, radio, dan
televisi.
4. New Technologies
Termasuk di dalamnya orbit satelit dan tv cable yang menggunakan
gelombang satelit sebagai komunikasi.
5. Digital Integration
Termasuk di dalamnya adalah semi konduktor yang berupa chip,
merupakan inovasi yang digunakan dalam jaringan komunikasi
modern dan internet.
2.5 Elemen – elemen dalam event / program
Di dalam membuat suatu kegiatan, program atau event, ada beberapa
elemen yang perlu diperhatikan agar kegiatan dapat sukses diselenggarakan.
Elemen-elemen tersebut adalah (Pudjiastuti, 2010):
1. Who, berkaitan dengan khalayak sasaran, pengisi acara serta siapa saja
yang terlibat dan bertanggung jawab.
2. When, berkaitan dengan cermat dan penuh perhitungan sesuai dengan
ketersediaan waktu khalayak. Ini penting dilakukan agar kegiatan yang
akan diadakan dihadiri banyak sasaran khalayak.
3. Where, berkaitan dengan lokasi penyelenggaraan serta fasilitas
pendukung. Banyak pertimbangan yang harus dilakukan ketika memilih
tempat, antara lain: strategis, lokasi sesuai dengan kondisi khalayak
sasaran, mampu menampung semua khalayak, fasilitas yang tersedia di
lokasi, dan kegiatan yang diadakan outdoor atau indoor.
Universitas Kristen Petra
30
4. Why, berkaitan dengan tujuan dan maksud penyelenggaraan kegiatan.
Tujuannya harus ditentukan dengan SMARRTT (specific, measurable,
achievable, realistic, relevant, targeted, timed).
5. What, berkaitan dengan bentuk acara, format acara, dan kesan yang ingin
ditampilkan.
6. How, berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan acara meliputi:
ramah tamah, fasilitas, staff briefing, katering, perjalanan, informasi,
follow up, dan evaluasi.
2.6 Komunitas
2.6.1. Definisi Komunitas
Dalton et al (2007) menyatakan komunitas sebagai wadah dimana ide
individu-individu muncul bersama-sama di dalam beberapa kegiatan atau usaha
bersama maupun hanya karena adanya kedekatan secara geografis. Hal ini sejalan
dengan pernyataan dari Sarason pada tahun 1974 (dalam Dalton et al, 2007)
bahwa komunitas adalah penyedia dengan mudah jaringan hubungan salaing
mendukung satu sama lain dan masing-masing individu memiliki ketergantungan
di dalamnya.
Berdasarkan makna kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
komunitas adalah kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu yang
hidup dan saling berinteraksi satu sama lain di daerah tertentu. Namun
selanjutnya, Dalton et al (2007) menyatakan bahwa definisi dari sebuah
komunitas merupakan defenisi yang diberikan oleh komunitas itu sendiri,
sehingga setiap komunitas akan berbeda-beda dalam mendefenisikan
komunitasnya.
Kata komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu communis, yang berarti
umum, publik yang saling berbagi. Istilah community dalam bahasa inggris
berasal dari istilah Latin yaitu communitatus, awalan “Com-“ mengandung arti
dengan atau bersama, “-Munis-“ mempunyai arti perubahan atau pertukaran, dan
akhiran “-tatus” berarti kecil, intim, atau lokal (Dalton et al 2007). Sejak akhir
abad ke 19, istilah komunitas mempunyai makna sebuah perkumpulan dengan
Universitas Kristen Petra
31
harapan dapat demakin dekat dan harmonis antara sesama anggota (Elias 1974,
dikutip oleh Hogget 1997). Kemudian beberapa definisi tentang komunitas mulai
bermunculan. Beberapa memfokuskan komunitas sebagai daerah geografis;
sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa orang yang tinggal berdekatan; dan
ada yang melihat komunitas sebagai daerah yang mempunyai kehidupan yang
sama. Komunitas dapat berarti sebuah nilai (Frazer, 2000). Komunitas dapat
digunakan untuk membawa nilai-nilai seperti: solidaritas, komitmen, saling
tolong-menolong, dan kepercayaan.
Pengertian komunitas mengacu pada sekumpulan orang yang saling
berbagi perhatian, masalah, atau kegemaran terhadap suatu topik dan
memperdalam pengetahuan serta keahlian mereka dengan saling berinteraksi
secara terus menerus (Wenger, 2004). Komunitas merupakan bagian dari
masyarakat yang saling berbagi informasi mengenai suatu subjek tertentu. Mereka
mendiskusikan keadaan, aspirasi dan kebutuhan mereka . Pengertian komunitas
ialah sekelompok orang yang berinteraksi dan saling berbagi sesuatu secara
berkelompok.
2.6.2 Komponen Komunitas
Menurut Crow dan Allan (1994), komunitas dapat terbagi menjadi 3
komponen:
1. Berdasarkan Lokasi atau Tempat
Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat
dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis
2. Berdasarkan Minat
Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai
ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun
berdasarkan gender.
3. Berdasarkan Komuni
Universitas Kristen Petra
32
Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu
sendiri.
2.6.3 Bentuk-bentuk Komunitas
Menurut Wenger (2002), Komunitas mempunyai berbagai macam bentuk
dan karakteristik, diantaranya:
1. Besar atau Kecil
Beberapa komunitas hanya terdiri dari beberapa anggota atau
bahkan terdiri dari 1000 anggota. Besar atau kecilnya anggota tidak
menjadi masalah, meskipun demikian komunitas yang mempunyai
banyak anggota biasanya dibagi menjadi sub divisi berdasarkan
wilayah atau sub topik tertentu.
2. Berumur Panjang atau Berumur Pendek
Perkembangan sebuah komunitas memerlukan waktu yang lama,
sedangkan jangka waktu eksis sebuah komunitas sangat beragam.
Terdapat beberapa komunitas yang tetap bertahan dalam waktu
puluhan tahun, tetapi ada pula komunitas yang berumur pendek.
3. Terpusat atau Tersebar
Mayoritas sebuah komunitas berawal dari sekelompok orang yang
bekerja di tempat yang sama atau tempat tinggal yang berdekatan.
Mereka saling berinteraksi secara tetap dan bahkan ada beberapa
komunitas yang tersebar di beberapa wilayah.
4. Homogen atau Heterogen
Beberapa komunitas berasal dari latar belakang yang sama, atau
ada yang terdiri dari latar belakang yang berbeda. Jika berasal dari
latar belakang yang sama komunikasi lebih mudah terjalin, sebaliknya
Universitas Kristen Petra
33
jika komunitas terdiri dari berbagai macam latar belakang diperlukan
rasa saling menghargai satu sama lain.
5. Internal atau Eksternal
Sebuah komunitas dapat bertahan sepenuhnya dalam unit bisnis
atau bekerjasama dengan divisi yang berbeda. Beberapa komunitas
bahkan bekerjasama dengan organisasi yang berbeda.
6. Spontan atau Disengaja
Terdapat beberapa komunitas yang berdiri tanpa adanya intervensi
atau usaha pengembangan dari organisasi. Anggota secara spontan
bergabung karena kebutuhan berbagi informasi dan membutuhkan
rekan yang mempunyai minat yang sama. Pada beberapa kasus,
terdapat komunitas yang secara sengaja didirikan untuk
mengaspirasikan kebutuhan anggota. Komunitas yang didirikan secara
spontan atau disengaja tidak menentukan formal atau tidaknya sebuah
komunitas.
7. Tidak Dikenal atau Dibawah sebuah Institusi
Komunitas mempunyai berbagai macam hubungan dengan
organisasi, baik itu komunitas yang tidak dikenali, maupun komunitas
yang berdiri dibawah sebuah insitusi.
Berdasarkan teori diatas, Bina Mandiri memiliki bentuk kecil, tersebar,
masih berumur pendek, homogen, eksternal, spontan dan ada dibawah suatu
institusi.
2.6.4. Karakteristik komunitas
Untuk membangun sebuah komunitas yang efektif, sangat penting untuk
mengetahui 7 elemen atau karakteristik yang dibutuhkan dalam sebuah komunitas,
yaitu:
Universitas Kristen Petra
34
1. Kontak Sosial
Untuk menjadi bagian dari suatu komunitas, sangat penting untuk saling
melakukan kontak dengan anggota komunitas. Interaksi, membuat suatu program,
adalah salah satu contoh dari kontak sosial.
2. Berbagi nilai-nilai
Dalam komunitas, harus ada seperangkat tujuan dan nilai yang diyakini
dan dipenuhi secara konsisten. Sebagai contoh ialah ekspresi dari sebuah nilai,
yaitu multikultural, bahasa spesifik, bidang pekerjaan yang sama.
3. Komunikasi
Dalam komunitas harus mempunyai media komunikasi antara sesama
anggota, sebagai contoh: voice mail, e-mail, web pages, pertemuan, buletin, dan
tatap muka. Jika terdapat lebih dari satu media komunikasi maka dapat
menjangkau lebih banyak orang.
4. Peraturan
Sebuah komunitas harus memiliki peraturan yang dijadikan standar dalam
menjalani rutinitas komunitas tersebut. Setiap anggota memberikan saran dalam
menyusun peraturan tersebut dan harus konsisten.
5. Partisipasi Anggota
Partisipasi aktif anggota ke dalam komunitas dapat membantu
perkembangan komunitas dan pengetahuan anggota maupun kelompok.
Komitmen dan rasa kebersamaan sangat penting.
6. Sarana
Sebuah komunitas memerlukan tempat untuk berkumpul dan berinteraksi
antar sesama anggota.
Universitas Kristen Petra
35
7. Rasa Kebersamaan
Anggota komunitas harus merasa diterima oleh kelompok dan merasa
dihargai.
2.7 Nisbah Antar Konsep
Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respon) merupakan efek yang
menimbulkan reaksi khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur-unsur yang
mempengaruhi adalah Pesan (Stimulus), Komunikan (organism), dan juga efek
(response). Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah
aspek “how” (bagaimana) bukan “what” (apa) dan “why” (mengapa). Dalam
proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus
yang menerpa benar-benar melebihi semula.
Stimulus atau pesan yang disampaikan mungkin akan diterima atau
ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika komunikan memiliki perhatian
terhadap stimulus tersebut. Setelah tertarik, komunikan akan memasuki tahap
mengerti dan akan berlanjut pada tahap mengolah dan menerimanya. Setelah
menerima stimulus tersebut, maka terjadilah perubahan respon pada komunikan
tersebut.
Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan
(reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan
reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indra. Hal yang menunjang
dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi,dan partisipasi.
Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan
kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi
suatu rangsangan tertentu. Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon
terlepas dari pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku
atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian,
pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu
fenomena tertentu.
Universitas Kristen Petra
36
Suatu perusahaan, lembaga, atau organisasi melakukan komunikasi
dengan publik bukan merupakan suatu hal yang mudah. Butuh perencanaan
sebelum melakukan komunikasi, sehingga dewasa ini ada bagian khusus dalam
suatu perusahaan, organisasi, lembaga, atau organisasi yang berperan untuk
merencanakan dan menyelanggarakan komunikasi yang dikenal sebagai bagian
Public Relations. Dengan demikian, peran Public Relations dalam suatu
organisasi atau lembaga adalah “ menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two
way communication) antara lembaga atau organisasi dengan pihak publik yang
bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya
suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa,
dan sebagainya, demi kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga
bersangkutan. Jadi, kegiatan Public Relations tersebut sangat erat hubungannya
dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat”.
Salah satu cara Public Relations untuk mencapai tujuan dan cita-cita dari
perusahaan atau organisasi adalah dengan menyelenggarakan program Public
Relations. Program tersebut yang kemudian dikomunikasikan melalui cara-cara
yang memang telah disiapkan oleh Public Relations atau disebut strategi Public
Relations. Dalam membuat suatu program Public Relations ada 4 tahapan yang
harus dilakukan, yaitu: mendefinisikan problem Public Relations, perencanaan
dan pemograman, mengambil tindakan dan berkomunikasi, dan melakukan
evaluasi program.
Salah satu program yang ingin dikomunikasikan oleh peneliti kepada
masyarakat adalah Bank sampah. Para aktivis yayasan Cita Bina Insani
membentuk bank sampah pada tanggal 11 Oktober 2010. Bank sampah sendiri
adalah jenis program usaha yang disebut social enterprise. Program ini tidak
mungkin dilaksanakan, jika tujuannya hanya profit. Mengelola bank sampah harus
ada misi sosialnya.
Universitas Kristen Petra
37
2.8 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
Sumber: Olahan Peneliti, 2014
Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme akan melakukan perubahan sikap jika diterpa oleh suatu stimulus. Organisme menghasilkan perilaku jika ada kondisi stimulus tertentu pula, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Unsur – unsur yang menyusun teori S-O-R yaitu stimulus (pesan), organism (komunikan), dan reponse (efek) (Effendy, 2003, p.254).
Program Bank Sampah yang dilakukan oleh Komunitas Bina Mandiri sejak Oktober 2010. Program ini adalah program yang dikampanyekan agar masyarakat bisa mengetahui program ini. Kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi khalayak tertentu untuk membujuk dan memotivasi khalayak untuk berpartisipasi terhadap sesuatu dan menciptakan dampak sesuai yang direncanakan. Kampanye dilaksanakan dengan tema spesifik dan dalam waktu yang tertentu. (Ruslan, 2007, p. 24). Hal ini sesuai dengan tujuan dari Komunitas Bina Mandiri untuk mempengaruhi masyrakat dalam hal pengolahan sampah dan ingin menciptakan perubahan agar masyarakat bisa mengolah sampah.
Program bank sampah dikomunikasikan kepada masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan di setiap kelurahan yang ada di seluruh wilayah Surabaya. Selain itu juga melalui media cetak, media massa dan sosial media. Media cetak melalui koran Jawapos pada rubrik Green and Clean, media massa disiarkan di Trans 7, sedangkan sosial media melalui web, facebook, dan twitter.
Respon diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003).
Respon Kognitif merupakan kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek Respon. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui. Berdasarkan apa yang telah kita lihat kemudian akan terbentuk suatu ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan itu terbentuk, maka akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.
Respon Kognitif Masyarakat Kelurahan Bratang Surabaya Mengenai Program “Bank Sampah” yang Dilakukan oleh Komunitas Bina Mandiri
Peneliti melakukan survei dengan menyebarkan kuesioner kepada sampel penelitian
Respon Tinggi mengenai bank sampah
Respon Sedang mengenai bank sampah Sedang
Respon Rendah mengenai bank sampah
Tahap Perencanaan dan pemrograman (Planning and Programming) Informasi yang telah dikumpulkan digunakan untuk mengambil keputusan tentang program publik, strategi tujuan, tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Langka kedua ini menjawab pertanyaan “Apa yang harus kita ubah dan mengapa?” (Cutlip, 2009, p,321)