Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Wirausaha
Seorang pelaku usaha dalam skala yang kecil sekalipun dalam
menjalankan kegiatannya akan selalu menggunakan sumber daya. Sumber daya
organisasi usaha meliputi sumber daya manusia, finansial, peralatan fisik,
informasi, dan waktu. Dengan demikian seorang pelaku usaha telah melakukan
pengorganisasian terhadap sumber daya yang dimilikinya dalam ruang dan
dimensi yang terbatas dan berusaha mengoperasikan sebagai kegiatan usaha guna
mencapai laba.
Dalam mengorganisasikan dan mengoperasikan usahanya tersebut para
pelaku usaha berhadapan dengan sejumlah resiko, utamanya resiko kegagalan.
Berbagai sumber daya yang dimiliki pelaku usaha pada umumnya dalam kondisi
terbatas. Pengertian terbatas tersebut bisa berkaitan dengan jumlah, dalam kualitas
atau dalam kedua-duanya. Mengorganisasikan dan mengoperasikan berbagai
sumber daya yang memiliki keterbatasan, jelas mengandung sejumlah resiko.
Itulah yang dilakukan oleh seorang pelaku usaha yang memiliki jiwa
kewirausahaan (Nitisusastro, 2009, p. 27).
2.2. Perusahaan Keluarga
2.2.1. Pengertian Perusahaan Keluarga
Menurut Bowman (1991), perusahaan keluarga adalah “perusahaan yang
didirikan oleh sebuah keluarga, dan kepemilikannya sebagian besar dimiliki oleh
keluarga tersebut” (dalam Kristianti, 2011, p. 653). Perusahaan keluarga di
definisikan sebagai “unit bisnis yang dioperasikan oleh keluarga atau kelompok
keluarga yang mempunyai visi dan bermaksud mencapai visi tersebut” (Wahjono,
2009, p. 5).
10
Universitas Kristen Petra
2.2.2. Jenis Perusahaan Keluarga
Menurut Susanto (2007), ada dua jenis perusahaan keluarga, yaitu (dalam
Kristianti, 2011, p. 654) :
1. Family Owned Enterprise (FOE), yaitu perusahaan yang dimiliki keluarga,
tetapi dikelola oleh eksekutif profesional yang berasal di luar lingkungan
keluarga. Dalam hal ini, keluarga berperan sebagai pemilik dan tidak
melibatkan diri dalam operasi di lapangan agar pengelolaan perusahaan
bisa berjalan secara profesional. Anggota keluarga hanya mengambil
fungsi pengawasan.
2. Family Business Enterprise (FBE), yaitu perusahaan yang dimiliki dan
dikelola oleh anggota keluarga pendirinya. Jadi, baik kepemimpinan
maupun pengelolaan dipegang oleh pihak yang sama, yaitu keluarga. Tipe
perusahaan keluarga ini dicirikan oleh posisi kunci yang dipegang oleh
anggota keluarga.
2.2.3. Karakteristik Perusahaan Keluarga
Karakteristik yang dimiliki oleh perusahaan keluarga pada umumnya,
yaitu (Wahjono, 2009, p. 4):
1. Adanya keinginan untuk melestarikan suksesi antar generasi.
2. Perusahaan dikendalikan oleh anggota keluarga tunggal atau keluarga
pemilik mayoritas saham.
3. Dalam proses pengambilan keputusan bisnis yang penting dilakukan oleh
anggota keluarga.
4. Pengambilan kebijakan perusahaan didominasi oleh anggota “emotional
kinship group.”
Suatu perusahaan keluarga manakala dominasi anggota keluarga yang
termasuk dalam kelompok yang mempunyai pertalian keluarga secara
emosional dan sangat besar dan kelihatan secara kasat mata.
5. Dimiliki oleh kelompok keluarga tunggal yang dominan dengan jumlah
kepemilikan saham lebih dari 50%.
6. Posisi kunci di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga.
11
Universitas Kristen Petra
7. Motivasi kerja tinggi.
8. Tumpang tindih fungsi manajemen di mana keluarga, bisnis, dan
kepemilikan bercampur menjadi satu sehingga terjadi konflik.
9. Diturunkan atau dialihkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2.2.4. Kelebihan Perusahaan Keluarga
Menurut Walsh (2011) & Susanto (2007), sebuah perusahaan keluarga
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya, yaitu
(dalam Kristianti, 2009, p. 655):
1. Loyalitas (loyalty)
Perusahaan yang didirikan, dan dimiliki oleh sebuah keluarga biasanya
dikelola oleh keluarga besarnya, maka tingkat loyalitas pengelola sangat
tinggi mengingat apa yang dihasilkan, mereka juga yang menikmatinya.
2. Budaya keluarga
Budaya keluarga merupakan suatu kebanggaan tersendiri yang
menunjukkan adanya stabilitas, identitas, motivasi, komitmen yang kuat
serta komunitas dalam kepemimpinan.
3. Kesempatan berkarir
Perusahaan keluarga menciptakan kesempatan berkarir bagi anggota
keluarganya baik anggota keluarga inti maupun keluarga besarnya, dari
level pegawai sampai pada level manajer puncak.
4. Investasi
Adanya kemauan untuk menginvestasikan kembali profit sesuai
kesepakatan bersama untuk mengembangkan perusahaan.
5. Hubungan yang kuat
Keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam menjalankan bisnis akan
menciptakan hubungan yang kuat antar pegawai dan pengelolanya.
Hubungan kuat ini diharapkan akan menciptakan rasa kepemilikan yang
kuat terhadap perusahaan sehingga dapat menjamin kelangsungan dan
kesuksesan perusahaan tersebut.
12
Universitas Kristen Petra
2.2.5. Kelemahan Perusahaan Keluarga
Perusahaan keluarga juga memiliki kelemahan yaitu (Kristianti, 2009, p.
655):
1. Konflik tujuan/nilai
Bisnis keluarga khususnya antar generasi dapat menciptakan tujuan dan
nilai-nilai pribadi yang berbeda.
2. Harapan yang berbeda
Setiap anggota keluarga memiliki harapan yang berbeda dari bisnis
keluarganya. Harapan tersebut berhubungan dengan pegawai, manajemen,
kepemilikan, kompensasi, penilaian kerja, training, penggunaan aset
perusahaan dan lain-lain.
3. Dominasi keluarga dalam perusahaan
Adanya dominasi anggota keluarga dalam perusahaan di mana alasan-
alasan keluarga mengalahkan logika bisnis.
4. Terjadinya milking the business
Anggota keluarga yang sangat berpengaruh dalam keluarga untuk
menggunakan revenue dari bisnis tersebut untuk keperluan lain atau
pribadi.
2.3. Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT)
Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 Bab I pasal 1
mengenai Ketentuan Umum yang berbunyi (Bapepam, n.d., p. 1):
1. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
2. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan
Dewan Komisaris.
3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
13
Universitas Kristen Petra
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik
bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya.
4. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-
undang ini dan/atau anggaran dasar.
5. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
6. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi.
7. Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan
penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.
8. Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi kriteria jumlah
pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
9. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang telah ada
yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari Perseroan yang menggabungkan
diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima penggabungan
dan selanjutnya status badan hukum Perseroan yang menggabungkan diri
berakhir karena hukum.
10. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua Perseroan atau
lebih untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu Perseroan baru
yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari Perseroan yang
meleburkan diri dan status badan hukum Perseroan yang meleburkan diri
berakhir karena hukum.
14
Universitas Kristen Petra
11. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan
yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut.
12. Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva
Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau
sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu)
Perseroan atau lebih.
13. Surat Tercatat adalah surat yang dialamatkan kepada penerima dan dapat
dibuktikan dengan tanda terima dari penerima yang ditandatangani dengan
menyebutkan tanggal penerimaan.
14. Surat Kabar adalah surat kabar harian berbahasa Indonesia yang beredar
secara nasional.
15. Hari adalah hari kalender.
16. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
hukum dan hak asasi manusia.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 Bab VI mengenai
Rapat Umum Pemegang Saham pasal 75 (Bapepam, n.d., p. 19):
1. RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini
dan/atau anggaran dasar.
2. Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang
berkaitan dengan Perseroan dari Direksi dan/atau Dewan Komisaris,
sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan
dengan kepentingan Perseroan.
3. RUPS dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan,
kecuali semua pemegang saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan
menyetujui penambahan mata acara rapat.
4. Keputusan atas mata acara rapat yang ditambahkan harus disetujui dengan
suara bulat.
15
Universitas Kristen Petra
Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 Bab VII bagian
kesatu mengenai Direksi pasal 92 (Bapepam, n.d., p. 24):
1. Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
2. Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang ini dan/ atau anggaran dasar.
3. Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih.
4. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan
utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.
5. Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, pembagian
tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan
berdasarkan keputusan RUPS.
6. Dalam hal RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak menetapkan,
pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi ditetapkan berdasarkan
keputusan Direksi.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 Bab VII bagian
kesatu mengenai Direksi pasal 94 (Bapepam, n.d., p. 24):
1. Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.
2. Untuk pertama kali pengangkatan anggota Direksi dilakukan oleh pendiri
dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b.
3. Anggota Direksidiangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat diangkat
kembali.
4. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan
pemberhentian anggota Direksi dan dapat juga mengatur tentang tata cara
pencalonan anggota Direksi.
16
Universitas Kristen Petra
5. Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian
anggota Direksi juga menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian tersebut.
6. Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai berlakunya pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi, pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi tersebut mulai berlaku
sejak ditutupnya RUPS.
7. Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
Direksi, Direksi wajib memberitahukan perubahan anggota Direksi kepada
Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS
tersebut.
8. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum
dilakukan, Menteri menolak setiap permohonan yang diajukan atau
pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh Direksi yang belum
tercatat dalam daftar Perseroan.
9. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) tidak termasuk
pemberitahuan yang disampaikan oleh Direksi baru atas pengangkatan
dirinya sendiri.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 Bab VII bagian
kedua mengenai Dewan Komisaris pasal 108 (Bapepam, n.d., p. 28):
1. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun
usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
2. Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan.
3. Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih.
Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota
merupakan majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat
17
Universitas Kristen Petra
bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan Dewan
Komisaris.
4. Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan
utang kepada masyarakat atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
sedikit 2 (dua) orang anggota Dewan Komisaris.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 Bab VII bagian
kedua mengenai Dewan Komisaris pasal 111 (Bapepam, n.d., p. 29):
1. Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS.
2. Untuk pertama kali pengangkatan anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh
pendiri dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
huruf b.
3. Anggota Dewan Komisaris diangkat untuk jangka waktu tertentu dan dapat
diangkat kembali.
4. Anggaran dasar mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan
pemberhentian anggota Dewan Komisaris serta dapat juga mengatur tentang
pencalonan anggota Dewan Komisaris.
5. Keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian
anggota Dewan Komisaris juga menetapkan saat mulai berlakunya
pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.
6. Dalam hal RUPS tidak menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian anggota Dewan Komisaris, pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian mulai berlaku sejak ditutupnya RUPS.
7. Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota
Dewan Komisaris, Direksi wajib memberitahukan perubahan tersebut
kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu
paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS
tersebut.
8. Dalam hal pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) belum
dilakukan, Menteri menolak setiap pemberitahuan tentang perubahan
18
Universitas Kristen Petra
susunan Dewan Komisaris selanjutnya yang disampaikan kepada Menteri
oleh Direksi.
2.4. Definisi Konsep Manajemen
Manajemen adalah “proses bekerja dengan orang-orang dan sumber daya
untuk mencapai tujuan organisasi” (Batemen & Snell, 2009, p. 19).
Menurut James Stoner (1986), manajemen adalah “proses perencanaan,
pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
proses penggunaan semua sumber daya dalam organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi” (dalam Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p. 4).
Berdasarkan definisi manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan,
dan pengendalian sumber daya organisasi dan bekerja sama dengan orang-orang
di dalamnya untuk mencapai tujuan organisasi.
2.5. Fungsi-Fungsi Manajemen
Di dalam dunia bisnis hari ini, eksekutif yang baik tidak hanya beradaptasi
terhadap kondisi perubahan, tetapi juga menerapkan prinsip dasar manajemen.
Para eksekutif tetap memberikan dasar-dasar yang diperlukan untuk membangun
sebuah perusahaan (Bateman & Snell, 2009, p. 9). Dasar-dasar tersebut terdiri
atas fungsi manajemen tradisional seperti perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengendalian
(controlling) (Bateman & Snell, 2009, p. 19).
2.5.1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah “fungsi manajemen atas proses sistematis dalam
pembuatan keputusan mengenai tujuan dan aktivitas yang akan dikejar di masa
depan oleh individu, kelompok, unit kerja, atau organisasi” (Bateman & Snell,
2009, p. 132).
Langkah-langkah perencanaan dijabarkan sebagai berikut: (a) analisis
situasional (b) menghasilkan tujuan dan rencana alternatif, (c) evaluasi tujuan dan
19
Universitas Kristen Petra
rencana alternatif (d) pemilihan tujuan dan rencana, (e) implementasi, (f)
mengamati dan mengontrol (Bateman & Snell, 2009, p. 132).
Di dalam perencanaan manajemen dikenal istilah mission/misi, dan
strategic vission/visi strategis. Misi didefinisikan sebagai suatu tujuan dasar
organisasi dan lingkup operasi yang jelas dan ringkas yang menggambarkan apa
yang organisasi lakukan, untuk siapa melakukannya, barang dan jasanya, dan
nilai-nilainya. Visi strategis didefinisikan sebagai arah jangka panjang dan tujuan
strategis perusahaan (memberikan perspektif kemana organisasi menuju dan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut). Perencanaan
menggambarkan sebuah pendekatan top-down di mana eksekutif atas/top
executives menetapkan rencana bisnis dan memberitahukan yang lain untuk
melaksanakannya (Bateman & Snell, 2009, p. 19).
2.5.2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah “fungsi manajemen yang mengumpulkan, dan
mengkoordinasi manusia, finansial, fisik, informasi, dan sumber daya lainnya
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan” (Bateman & Snell, 2009, p. 20).
Tujuan dari pengorganisasian adalah “mencapai upaya pengkoordinasian
dengan mendefinisikan tugas dan wewenang” (David, 2011, p. 133). Proses
pengorganisasian membawa ke arah pembentukan struktur organisasi, yang
menjelaskan bagaimana tugas-tugas dibagi dan sumber daya dimanfaatkan.
Serangkaian tugas formal dan hubungan pelaporan formal memberikan kerangka
kerja untuk kontrol vertikal dalam organisasi. Karakteristik struktur vertikal
digambarkan dalam bagan organisasi. Bagan organisasi menjelaskan rantai
komando, mengindikasikan tugas departemen dan bagaimana mereka saling
menyesuaikan, serta memberikan urutan dan logika bagi organisasi (Daft, 2006, p.
5).
Rantai komando (chain command) merupakan garis wewenang tidak
terputus yang menghubungkan semua orang dalam organisasi dan menunjukkan
kepada siapa seseorang harus bertanggung jawab. Hal ini dikaitkan dengan dua
prinsip dasar. Kesatuan perintah berarti bahwa tiap karyawan bertanggung jawab
20
Universitas Kristen Petra
kepada satu atasan. Prinsip Scalar merujuk pada garis wewenang yang
terdefinisikan dengan jelas, termasuk seluruh karyawan. Wewenang dan tanggung
jawab untuk tugas berbeda harus jelas. Semua orang di organisasi harus
mengetahui kepada siapa mereka harus bertanggung jawab seperti juga tingkat
manajemen yang berjenjang hingga ke atas (Daft, 2006, p. 7).
Aktivitas-aktivitas pengorganisasian terdiri dari: (a) work specialization
dibagi menjadi job specifications dan job description, (b) departementalization,
(c) delegating authority (David, 2011, p. 133).
Work specialization adalah “merincikan tugas-tugas organisasi ke dalam
pekerjaan-pekerjaan yang dikembangkan untuk job specifications dan job
specialization”. Job specifications adalah “suatu penjelasan tertulis terhadap
pengetahuan, keterampilan, kemampuan, perilaku, dan karakteristik lainnya untuk
efektifitas kinerja terhadap pekerjaan yang dilakukan”. Dan job description adalah
“ringkasan tertulis mengenai suatu pekerjaan yang dapat diidentifikasi dalam unit
organisasi” (Jauhar & Subekhi, 2012, p. 103).
Departementalisasi (departementalization) adalah “membagi sebuah
organisasi ke dalam sub unit yang lebih kecil” (Bateman & Snell, 2009, p. 290).
Pendelegasian adalah “penugasan atas hak dan tanggung jawab kepada
bawahan pada lower level” (Bateman & Snell, 2009, p. 296).
2.5.3. Pemimpinan (Leading)
Leading merupakan fungsi manajemen yang melibatkan usaha manajer
untuk merangsang kinerja karyawan. Di antaranya dengan memotivasi dan
komunikasi dengan karyawan, secara individu dan dalam kelompok. Leading
terdiri atas hubungan hari ke hari, memandu dan menginspirasi karyawan untuk
mencapai tujuan tim dan organisasi. Leading berlangsung di dalam tim,
departemen, divisi, serta puncak organisasi besar/tops of large organization
(Bateman & Snell, 2009, p. 20).
Di dalam pemimpinan terdapat istilah penting yang mesti dipahami yaitu
mengarahkan/directing, pengikut/follower, pengaruh/influence dan
kekuatan/power. Leading termasuk mengarahkan perusahaan di mana
21
Universitas Kristen Petra
kepemimpinan menginspirasi orang untuk mencapai visi dan fokus pergerakan
organisasi terhadap masa depan yang dianggap ideal dan memotivasi orang
terhadap apapun yang menjadi rintangan dalam mencapai tujuan organisasi
(Bateman & Snell, 2009, p. 437).
Pengarahan/directing adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar
mau bekerja sama dan bekerja efektif dan efisien dalam membantu tercapainya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pimpinan
dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik
(Subekhi & Jauhar, 2012, p. 40).
Organisasi dikatakan sukses atau gagal tidak hanya karena bagaimana baik
mereka memimpin, tetapi bagaimana baik pengikut/follower untuk mengikuti
pemimpin. Sebagai manajer, akan diminta untuk memerankan peran sebagai
pemimpin dan pengikut. Dikatakan pemimpin ketika sebagai seorang atasan yang
memimpin orang-orang yang memiliki tanggung jawab untuk melapor.
Sedangkan sebagai pengikut ketika memiliki tanggung jawab untuk memberikan
pelaporan kepada atasan (Bateman & Snell, 2009, p. 439).
Kekuatan/power adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di
dalam organisasi. Di dalam organisasi pengaruh/influence tersebut sering
diartikan sebagai kemampuan untuk memerintahkan agar sesuatu diselesaikan
atau mengerjakan satu tujuan meskipun berlawanan dengan yang lain (Bateman &
Snell, 2009, p. 439).
2.5.4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah fungsi manajemen dengan memonitor kinerja, dan
membuat perubahan yang dibutuhkan apabila adanya ketidaksesuaian antara hasil
aktual dengan tujuan awal. Dengan adanya controlling memastikan sumber daya
organisasi digunakan sesuai dengan perencanaan dan organisasi menemukan
tujuannya (Bateman & Snell, 2009, p. 20).
Langkah-langkah pengendalian (Bateman & Snell, 2009, p. 575):
1. Menetapkan standar kinerja
2. Mengukur kinerja
22
Universitas Kristen Petra
3. Membandingkan kinerja terhadap standar dan menentukan penyimpangan
4. Mengambil aksi untuk mengoreksi masalah dan memperkuat kesuksesan
2.6. Analisis Lingkungan Internal (Fungsi Bisnis)
Analisis lingkungan internal adalah menilai kekuatan dan kelemahan pada
area fungsional utama di organisasi. Fungsi bisnis pada internal perusahaan,
sebagai berikut:
1. Fungsi pemasaran:
Proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan, serta pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Di dalam
pemasaran tersebut terdapat fungsi pemasaran penjualan produk/jasa.
Kemampuan sebuah organisasi untuk menjual produk atau jasa tertentu
meliputi banyak aktivitas pemasaran seperti penjualan, promosi, penjualan
perorangan, hubungan konsumen, hubungan diler, dan manajemen tenaga
penjualan (David, 2010, p. 198).
2. Fungsi keuangan:
Dalam fungsi keuangan mencakup aktivitas perusahaan yang mencerminkan
bagaimana perolehan modal, alokasi modal, dan pengelolaan modal kerja
termasuk dalam pembagian keuntungan (Umar, 2002, p. 8).
3. Fungsi sumber daya manusia (human resource):
Kebijakan dari praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek
orang atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi
perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian (Subekhi &
Jauhar, 2012, p. 18).
4. Fungsi produksi/operasional:
Suatu bisnis mencakup semua aktivitas yang mengubah input menjadi
barang atau jasa. Manajemen produksi/operasi menangani input,
transformasi, dan output yang beragam dari satu industri dan pasar ke
industri dan pasar yang lain. Mentransformasi atau mengubah input seperti
bahan mentah, tenaga kerja, modal, mesin, dan fasilitas menjadi barang atau
jasa jadi. Hal-hal dalam manajemen operasional meliputi inventarisasi,
23
Universitas Kristen Petra
prosedur pembelian barang, pengendalian mutu, biaya produksi,
produktivitas kerja, jadwal produksi, tenaga kerja, penggunaan fasilitas, dan
pemeliharaan peralatan (David, 2010, p. 214).
2.7. Analisis Lingkungan Eksternal (Analisis Kompetitif Porter’s Five
Forces Model)
Analisis lingkungan eksternal adalah menilai peluang dan ancaman pada
lingkungan luar organisasi (Bateman & Snell, 2009, p. 144). Analisis kompetitif
Porter’s Five-Forces Model adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk
mengembangkan strategi dalam banyak industri pada intensitas persaingan di
antara perusahaan yang bervariasi. Porter’s Five Forces terdiri dari lima kekuatan
persaingan yaitu persaingan perusahaan yang ada dalam industri (rivalry among
competiting firms), ancaman masuk pendatang baru (potential entry of new
competitors), menghadapi potensi pengembangan produk pengganti (potential
development of subtitute products), kekuatan tawar-menawar pemasok
(bargaining power of supplier), kekuatan tawar-menawar pembeli (bargaining
power of buyers) (David, 2011, p. 106). Ilustrasi Porter’s Five-Forces Model
dapat dilihat pada gambar berikut (David, 2011, p. 106).
Gambar 2.1. The Five-Forces Model of Competition
Sumber: David (2011, p. 106)
Potential development of
subtitute products
Potential entry of new
competitors
Rivalry among
competiting firms
Bargaining power of
suppliers
Bargaining power of
consumers
24
Universitas Kristen Petra
2.7.1. Persaingan Perusahaan yang Ada Dalam Industri (Rivalry Among
Competiting Firms)
Intensitas persaingan di antara perusahaan yang bersaing cenderung
meningkat seiring meningkatnya jumlah pesaing. Suatu perusahaan dapat berhasil
hanya sejauh bahwa mereka dapat memberikan keunggulan kompetitif dibanding
perusahaan pesaing. Persaingan perusahaan dapat berhasil hanya sejauh bahwa
mereka memberikan keunggulan kompetitif atas strategi yang dimiliki. Strategi
persaingan tersebut dapat berupa penurunan harga, peningkatan kualitas,
penyediaan jasa, memperpanjang garansi, dan meningkatkan kegiatan periklanan.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada peningkatan persaingan di antara
perusahaan tergantung pada (David, 2011, p. 107):
a. Meningkatnya jumlah pesaing dan memiliki kesetaraan dalam ukuran
antar pesaing
b. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah
c. Hambatan untuk meninggalkan pasar yang tinggi
d. Ketika fixed cost tinggi
e. Ketika permintaan konsumen tumbuh lambat atau menurun sehingga
memiliki persaingan atas kelebihan kapasitas dan/atau persediaan.
f. Ketika produk yang dijual adalah komoditas
2.7.2. Ancaman Masuk Pendatang Baru (Potential Entry of New
Competitors)
Para pendatang baru pada suatu jenis industri memiliki kemampuan yang
barangkali sebelumnya tidak dimiliki oleh yang lain, ambisi untuk merebut bagian
pasar, dan juga sumber daya yang besar. Akibatnya, harga pasar dapat merosot
sehingga dapat mengurangi tingkat profitabilitas. Tingginya ancaman pendatang
baru ke dalam suatu jenis industri tergantung pada kuatnya hambatan masuk
(barrier to entry) ditambah dari para pesaing yang ada sebelumnya. Ada beberapa
sumber utama rintangan masuk, yaitu (Lukiastuti & Hamdani, 2011, p. 32):
25
Universitas Kristen Petra
a. Skala ekonomis
Skala ekonomis menggambarkan besarnya satuan unit keluaran yang harus
dihasilkan oleh suatu perusahaan dan biaya yang harus dibayar agar ia
mampu mengetik keuntungan, selain itu skala ekonomis menggambarkan
turunnya biaya satuan (unit cost) suatu produk atau kegiatan operasional
yang dilakukan untuk menghasilkan produk.
b. Diferensiasi produk
Artinya bahwa perusahaan tertentu mempunyai identifikasi merek yang
kesetiaan pelanggan disebabkan oleh periklanan, pelayanan, atau
perbedaan produk di masa yang lampau.
c. Kebutuhan akan modal
Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar
perusahaan dapat bersaing menciptakan hambatan masuk, terutama jika
modal tersebut diperlukan untuk periklanan di garis depan (frontier
advertising) yang tidak dapat diharapkan untuk kembali atau dialokasikan
bagi kegiatan penelitian dan pengembangan yang penuh resiko.
d. Akses menuju saluran distribusi
Hambatan masuk dapat pula ditimbulkan oleh keinginan pendatang baru
untuk mengamankan distribusi produk bila jalur distribusi untuk produk
tersebut telah ditangani oleh perusahaan yang telah mapan, perusahaan
baru harus berusaha melakukan pendekatan kepada perusahaan yang
memiliki jalur distribusi tersebut agar bersedia menerima produknya
melalui penurunan harga, kerjasama dalam bidang periklanan dan lain
sebagainya yang tentu saja akan mengurangi laba perusahan yang baru
masuk tersebut.
e. Keunggulan lain
Pemain lama yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan yang
tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk tidak peduli
berapapun besarnya pencapaian skala ekonomis yang telah diraih oleh para
pendatang baru ini. Keunggulan-keunggulan penting itu di antaranya
adalah faktor-faktor seperti halnya kepemilikan teknologi, penguasaan atas
26
Universitas Kristen Petra
bahan baku, lokasi usaha yang strategis, subsidi yang diberikan oleh
pemerintah dan tentunya pengalaman yang telah terakumulasikan selama
sekian tahun.
f. Kebijakan pemerintah
Pemerintah bisa membatasi atau bahkan menutup kemungkinan masuknya
pendatang baru dengan regulasi seperti halnya persyaratan lisensi dan
membatasi akses kepada bahan baku.
2.7.3. Menghadapai Potensi Pengembangan Produk Pengganti (Potential
Development of Subtitute Products)
Semua perusahaan yang berada dalam suatu jenis industri bersaing
dengan perusahaan lain yang menghasilkan produk pengganti. Produk pengganti
mampu menurunkan tingkat laba dengan menetapkan harga yang dapat diberikan
oleh perusahaan yang ada sebelumnya. Semakin menarik alternatif harga yang
ditawarkan oleh produk pengganti, maka besarlah kemungkinan menurunnya
pendapatan karena berkurangnya permintaan. Produk pengganti adalah produk
lain yang mampu menjalankan fungsi yang sama seperti produk yang telah ada
sebelumnya. Produk pengganti yang mendapatkan perhatian besar adalah produk
yang mempunyai kecenderungan untuk menampilkan tingkat harga atau
keunggulan yang lebih baik daripada produk yang ada sebelumnya (Lukiastuti &
Hamdani, 2011, p. 35).
2.7.4. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
Pemasok bisa saja menggunakan kekuatan tawar-menawar yang dimiliki
dengan mengancam akan menaikkan harga atau menurunkan mutu produk atau
jasa yang dijual pada perusahaan. Kelompok pemasok dikatakan kuat jika
situasinya adalah sebagai berikut (Lukiastuti & Hamdani, 2011, p. 31):
a. Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih
terkonsentrasi.
b. Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain.
27
Universitas Kristen Petra
c. Suatu perusahaan bukan merupakan pelanggan yang penting bagi
kelompok pemasok.
d. Produk pemasok merupakan input penting bagi kegiatan usaha pembeli.
e. Produk yang dihasilkan oleh kelompok pemasok mengalami diferensiasi
atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan. Yang dimaksud denga
biaya peralihan di sini adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan
pembeli bilamana ia beralih dari produk pemasok tertentu ke produk
pemasok lainnya. Biaya peralihan ini meliputi biaya pelatihan kembali
karyawan, biaya peralatan perlengkapan yang baru, biaya maupun waktu
untuk menguji atau menerima sumber daya baru, kebutuhan terhadap suatu
bantuan teknis sebagai akibat dari ketergantungan pada bantuan teknis
penjualan, serta proses rancang ulang produk.
f. Kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk
melakukan integrasi ke depan.
2.7.5. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli (Bargaining Power of Buyers)
Para pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang tidak dapat
dipandang begitu saja dengan sebelah mata. Apabila mereka tidak bersedia
merespon pembelian produk barang atau jasa perusahaan secara positif, berarti
tidak ada gunanya proses produksi ataupun kegiatan penjualan yang dilakukan
perusahaan. Mereka mampu memaksa perusahaan menurunkan harga produknya,
menuntut standar mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik dengan
mengorbankan kemampuan laba industri. Pembeli dikatakan memiliki daya tawar
kuat jika situasinya adalah (Lukiastuti & Hamdani, 2011, p. 30):
a. Kelompok pembeli jumlahnya lebih sedikit daripada penjual atau
produsen.
b. Produk yang dibeli dari pihak perusahan bukanlah merupakan komoditas
utama yang vital bagi pembeli itu.
c. Produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak terdeferensiasi.
d. Pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil.
e. Pembeli mengancam untuk melakukan integrasi balik.
28
Universitas Kristen Petra
f. Pembeli mampu membuka akses informasi pasar yang lengkap.
2.8. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah “sebuah perbandingan atas kekuatan (strengths),
kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) yang
membantu para eksekutif dalam memformulasi strategi” (Bateman & Snell, 2009,
p. 149).
Kekuatan adalah sesuatu atau aspek-aspek yang positif dan unggul yang
membantu kesuksesan perusahaan. Kelemahan adalah sesuatu atau aspek-aspek
negatif yang dapat menghambat keberhasilan dan membuat kondisi yang tidak
menguntungkan seperti pengurangan profitabilitas perusahaan. Peluang adalah
sesuatu atau cara yang membuat aktivitas perusahaan menjadi lebih sukses serta
menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi profitabilitas
perusahaan. Ancaman adalah sesuatu yang potensial yang berasal dari luar
perusahaan seperti suatu peristiwa atau kondisi yang apabila terjadi akan
membahayakan aktivitas dan mengurangi kemungkinan keberhasilan (David,
2005, para. 2)
Dalam menformulasi strategi perusahaan matriks SWOT menjadi alat
analisis yang digunakan untuk menyusun deskripsi tentang faktor-faktor strategi
perusahaan. Matriks SWOT dinilai mampu menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan harus
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu SO, ST, WO, dan WT
(Lukiastuti & Hamdani, 2011, p. 74). Matriks SWOT dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
29
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1. Matriks SWOT
Sumber: David (2011, p. 210)
Keterangan: EFAS adalah external factor analysis strategy
IFAS adalah internal factor analysis strategy
2.9. Formulasi Strategi
Dari hasil analisis internal dan eksternal perusahaan atau organisasi, maka
dapat memformulasikan suatu strategi yang disesuaikan dengan kondisi dari
perusahaan itu. Strategi memungkinkan organisasi untuk memperoleh keunggulan
kompetitif yaitu dengan strategi generik Porter. Strategi generik terdiri dari tiga
landasan yaitu kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus (David, 2010, p. 273)
IFAS
EFAS
Kekuatan (S)
Menentukan beberapa faktor
yang merupakan kekuatan
internal
Kelemahan (W)
Menentukan beberapa
faktor yang merupakan
kelemahan internal
Peluang (O)
Menentukan beberapa
faktor yang dianggap
sebagai peluang
Strategi SO
Menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Memperbaiki
kelemahan dengan
memanfaatkan peluang
Ancaman (T)
Menentukan beberapa
faktor yang dinilai
sebagai ancaman
Strategi ST
Menggunakan kekuatan
untuk mengurangi dampak
dari ancaman
Strategi WT
Mengurangi kelemahan
dan menghindari
ancaman
30
Universitas Kristen Petra
STRATEGI GENERIK
Kepemimpinan Biaya Diferensiasi Fokus
UKURAN Besar
PASAR
Kecil
Gambar 2.2. Lima Strategi Generik Porter
Sumber: David (2010, p. 275)
2.9.1. Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership)
Strategi kepemimpinan biaya menekankan pemroduksian produk-produk
yang distandarisasi dengan biaya per unit yang sangat rendah untuk para
konsumen yang peka terhadap harga. Terdapat dua tipe alternatif kepemimpinan
biaya. Tipe 1 adalah strategi biaya rendah (low-cost) yang menawarkan produk
atau jasa kepada konsumen dengan harga terendah yang tersedia di pasar. Tipe 2
adalah strategi nilai terbaik (best-value) yang menawarkan produk atau jasa
kepada konsumen pada nilai harga terbaik yang tersedia di pasar, strategi tersebut
bertujuan untuk menawarkan serangkaian produk atau jasa pada harga yang
serendah mungkin dibandingkan dengan produk pesaing dengan atribut serupa.
Sasaran target 1 dan 2 adalah pasar yang besar.
2.9.2. Diferensiasi (Differentiation)
Tipe 3 strategi generik Porter adalah strategi diferensiasi, yaitu sebuah
strategi yang bertujuan menghasilkan produk atau jasa yang dianggap unik di
industri dan diarahkan kepada konsumen yang relatif peka terhadap harga.
Diferensiasi yang berhasil bisa berarti fleksibilitas produk yang lebih besar,
kompatibilitas yang lebih luas, biaya yang lebih rendah, layanan yang lebih baik,
pemeliharaan yang lebih mudah, kenyamanan yang lebih terjamin, atau fitur yang
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
Tipe 5
Tipe 3 -
-
31
Universitas Kristen Petra
lebih banyak. Strategi ini sangat efektif dalam kondisi-kondisi seperti ketika ada
banyak cara untuk mendiferensiasikan produk atau jasa dan banyak pembeli
memandang perbedaan ini sebagai sesuatu yang bernilai, ketika kebutuhan dan
penggunaan pembeli beragam, ketika perubahan teknologi berlangsung cepat dan
kompetisi terjadi di seputar fitur-fitur produk yang berubah dengan pesat.
2.9.3. Fokus (Focus)
Fokus berarti memproduksi produk dan jasa yanng memenuhi kebutuhan
sekelompok kecil konsumen. Strategi fokus paling efektif ketika konsumen
mempunyai preferensi atau kebutuhan khusus dan ketika perusahaan pesaing tidak
berusaha untuk menspesialisasi diri di segmen target yang sama. Sebuah
organisasi yang menggunakan strategi tersebut mungkin berkonsentrasi pada
kelompok konsumen, pasar geografis, atau segmen lini produk tertentu untuk
dapat lebih baik melayani pasar yang lebih sempit namun terdefinisikan secara
jelas daripada pesaing yang melayani pasar yang lebih luas.
Dua tipe alternatif strategi fokus adalah tipe 4 dan 5. Tipe 4 adalah strategi
fokus biaya rendah (low-cost focus) yang menawarkan produk atau jasa kepada
sekelompok kecil konsumen pada harga terendah yang tersedia di pasar. Tipe 5
adalah strategi fokus nilai terbaik (best-value focus) yang menawarkan produk
atau jasa kepada sejumlah kecil konsumen dengan nilai harga terbaik yang
tersedia di pasar. Strategi fokus nilai terbaik bertujuan untuk menawarkan kepada
konsumen tertentu produk dan jasa yang dengan lebih baik memenuhi selera dan
permintaan mereka dibandingkan dengan produk pesaing.
Target dari strategi kedua tersebut adalah pasar yang kecil, Perbedaannya
adalah strategi tipe 4 menawarkan produk atau jasa tertentu kepada konsumen
tertentu dengan harga terendah, sedangkan tipe 5 menawarkan produk atau jasa
tertentu kepada konsumen tertentu pada harga yang lebih tinggi namun dengan
fiture tambahan yang cukup banyak sehingga tawaran tersebut dianggap memiliki
nilai terbaik.
32
Universitas Kristen Petra
2.10. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan bagian dari
manajemen keorganisasian yang memusatkan perhatian pada unsur manusia.
Unsur manusia (Man) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu khusus untuk
mempelajari bagaimana mengatur suatu bidang ilmu khusus untuk mempelajari
bagaimana mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat memberikan kepuasan bagi
semua pihak (Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p. 3).
Menurut Garry Dessler (1997), manajemen sumber daya manusia adalah
“kebijakan dari praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek
orang atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen, meliputi
perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan dan penilaian” (dalam Subekhi,
Jauhar, 2012, p. 18).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat mengangkat definisi
manajemen sumber daya manusia adalah manajemen yang mengatur dan
mengelola sumber daya manusia dengan memanfaatkan kompetensi,
keterampilan, dan kemampuannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Veithzal Rivai (2003), manajemen sumber daya manusia
merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Dalam usaha
pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi manajemen bukan
hanya terdapat pada bahan mentah, alat-alat meja, mesin-mesin produksi, uang
dan lingkungan saja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya manusia)
yang mengelola faktor-faktor produksi lainnya tersebut. Namun, perlu diingat
bahwa sumber daya manusia sendiri sebagai faktor produksi, seperti halnya faktor
produksi lainnya, merupakan masukan (input). Karyawan baru yang belum
mempunyai keterampilan dan keahlian. Apabila dilatih lebih lanjut serta diberikan
pengalaman dan motivasi, dia akan menjadi karyawan yang matang. Pengolahan
manusia inilah yang disebut MSDM (dalam Subekhi, Jauhar, 2012, p. 20).
33
Universitas Kristen Petra
2.11. Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006), sumber daya manusia merupakan
modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan manusia. Manusia
sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan dikembangkan. Waktu, tenaga, dan
kemampuannya benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan
organisasi, maupun bagi kepentingan individu (dalam Subekhi, Jauhar, 2012, p.
13).
Menurut Sonny Sumarsono (2003), sumber daya manusia atau human
resources mengandung dua pengertian. Pertama, SDM mengandung pengertian
usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain
SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua, SDM
menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha
kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang
mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat (dalam Subekhi,
Jauhar, 2012, p. 14).
Berdasarkan definisi sumber daya manusia diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah aset yang penting
bagi suatu perusahaan/organisasi di mana dengan adanya usaha organisasi untuk
mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia tersebut dapat
menghasilkan suatu kualitas dan manfaat seperti keterampilan untuk
menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan harapan perusahaan.
2.12. Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Mullins (2005), berdasarkan The Chartered Institute of Personnel
and Development (CIPD) manajemen sumber daya manusia dinyatakan: “the
design, implementation and maintenance of strategies to manage people for
optimum business performance including the development of policies and process
to support these strategies” yang berarti strategi perancangan, pelaksanaan dan
pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal
34
Universitas Kristen Petra
termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi (dalam
Subekhi, Jauhar, 2012, p. 18).
Menurut Veithzal Rivai (2005), sudah merupakan tugas manajemen
sumber daya manusia (SDM) untuk mengelola manusia seefektif mungkin agar
diperoleh suatu SDM yang merasa puas dan memuaskan (dalam Subekhi, Jauhar,
2012, p. 42).
Terdapat fungsi operasional manajemen SDM, di antaranya adalah:
1. Perencanaan SDM
Perencanaan SDM adalah sebagai proses untuk menemukan
jumlah dan jenis manusia yang dibutuhkan suatu organisasi atau
perusahaan dalam waktu dan tempat yang tepat serta melakukan tugas
sesuai dengan yang diharapkan. Perencanaan SDM merupakan bagian
penting pada proses perencanaan strategis, karena tidak saja membantu
perusahaan dalam menentukan SDM yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, tetapi membantu menentukan apa yang benar-benar dapat dicapai
dengan SDM yang tersedia (Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p. 43).
Proses perencanaan SDM adalah pembuatan ramalan tentang
kebutuhan jumlah SDM untuk masa yang akan datang dibandingkan
dengan proyeksi persediaan SDM yang ada. Terdapat langkah proses
perencanaan SDM (Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p.46):
a. Meramalkan kebutuhan SDM
Tujuan perusahaan merupakan dasar untuk meramalkan kebutuhan
SDM pada masa yang akan datang. Ramalan permintaan SDM
dipengaruhi oleh permintaan akan barang atau jasa dalam aktivitas
penjualan pada suatu perusahaan. Permintaan barang atau jasa yang
meningkat akan mengakibatkan peningkatan permintaan SDM dan
begitu juga sebaliknya.
Untuk mengetahui kebutuhan SDM perusahaan, departemen SDM
perlu melihat kondisi perusahaan saat itu dan perencanaan dari setiap
fungsi bisnis di perusahaan seperti perencanaan keuangan, operasional,
35
Universitas Kristen Petra
pemasaran, dan lain-lain. Dengan demikian dapat diketahui jumlah
persyaratan dan karakteristik SDM yang dibutuhkan.
Berikut ini adalah pendekatan atau teknik yang dapat digunakan
untuk meramalkan kebutuhan SDM, yaitu (Ardana, Mujiati, & Utama,
2012, p. 46):
a.1. Perencanaan status quo: pendekatan meramalkan kebutuhan SDM
yang paling sederhana, dengan anggapan persediaan tenaga kerja
yang ada cukup, dan penggantiannya hanya untuk SDM yang
keluar maupun dipromosikan.
a.2. Petunjuk praktis: meramalkan SDM dengan keyakinan
perbandingan pengaruh dengan karyawannya. Misalnya satu
orang pengawas membawahi 10 orang karyawan.
a.3. Metode delphi: meramalkan SDM dengan mengandalkan
pendapat para ahli dalam membuat ramalan jangka panjang.
a.4. Skenario: dengan skenario memungkinkan para perencana SDM
untuk mempertimbangkan beberapa faktor guna meramalkan
kebutuhan SDM untuk tiap keadaaan tertentu.
a.5. Peramalan unit: melakukan peramalan berdasarkan kebutuhan
unit organisasi/perusahaan di mana hanya membutuhkan manajer
atau supervisor dalam menentukan kebutuhan SDM.
a.6. Simulasi komputer: peramalan kebutuhan SDM yang paling rumit
dengan menggunakan simulasi komputer. Simulasi tersebut
berupa gambaran matematis mengenai proses organisasi,
kebijakan, dan gerakan-gerakan SDM yang penting.
b. Meramalkan SDM yang tersedia
Perkiraan jumlah dan kualitas SDM diharapkan sesuai dengan
kebutuhan pada masa yang akan datang di mana perkiraan tersebut
didasarkan pada SDM yang sudah ada dan perubahan susunan SDM
yang dapat berubah sepanjang waktu akibat promosi, pemindahan, dan
pemberhentian.
36
Universitas Kristen Petra
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memproyeksikan
persedian SDM pada yang masa akan datang, yaitu:
b.1. Persediaan SDM sekarang : berupa jumlah dan kualifikasi tenaga
kerja yang ada, masa kerja tiap pekerja, pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki baik pendidikan formal maupun non
formal, bakat yang masih perlu dikembangkan, minat pekerja yang
bersangkutan.
b.2. Tingkat produktivitas: proyeksi kebutuhan SDM akan datang
didasarkan pada pengalaman masa lampau dan perubahan dalam
tingkat produktivitas.
b.3. Tingkat perputaran tenaga kerja (turnover): menunjukan perubahan
tenaga kerja karena ada yang meninggalkan dan masuk menjadi
karyawan perusahaan.
b.4. Tingkat ketidakhadiran: keadaan pada saat seseorang karyawan
tidak dapat hadir untuk melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan
jam dan hari kerja.
b.5. Perpindahan antar tenaga kerja: keadaan yang menunjukkan
perpindahan pekerja antar kantor cabang yang biasanya diikuti oleh
tindakan promosi atau mutasi.
c. Membandingkan kebutuhan dan persediaan SDM
Berdasarkan analisis kedua perkiraan di atas, maka perusahaan
dapat mengetahui kebutuhan SDM yang sebenarnya pada masa yang
akan datang. Dengan membandingkan kebutuhan yang diramalkan dan
persediaan yang diproyeksikan dapat diketahui berapa jumlah kelebihan
dan kekurangan SDM.
Data perbandingan tersebut bermanfaat bagi langkah proses
perencanaan selanjutnya yaitu menentukan kebijaksanaan dan program
untuk mengatasi kelebihan dan kekurangan SDM.
d. Merencanakan kebijakan dan program
Dengan adanya hasil data perbandingan kebutuhan dan persediaan
SDM, maka perencana SDM dapat memilih kebijakan untuk mengatasi
37
Universitas Kristen Petra
permasalahan kekurangan dan kelebihan SDM. Strategi untuk
mengatasi kekurangan dan kelebihan SDM, sebagai berikut:
d.1. Merencanakan kekurangan SDM: memindahkan tenaga kerja ke
jabatan yang kekurangan tenaga kerja, melatih tenaga kerja untuk
dipromosikan ke jabatan yang kekurangan tenaga kerja, menyuruh
tenaga kerja untuk lembur, mempekerjakan tenaga kerja dengan
bekerja tidak penuh, mempekerjakan tenaga kerja dengan bekerja
penuh sementara waktu, dan memperkerjakan tenaga kerja dengan
bekerja penuh untuk selamanya.
d.2. Merencanakan kelebihan SDM: memindahkan tenaga kerja dengan
tidak perlu mencari penggantinya, mengurangi jumlah jam kerja
yang berarti tenaga kerja bekerja kurang dari jumlah kerja yang
semestinya, mengadakan pembagian kerja, mengurangi dan tidak
memberikan kenaikan upah/gaji kepada tenaga kerja, melatih
tenaga kerja dengan memberikan keterampilan tertentu sehingga
mereka dapat pindah ke perusahaan lain atau berwirausaha,
mengadakan pemutusan sementara dengan memeberikan pesangon,
memberhentikan tenaga kerja selamanya, dan memberhentikan
tenaga kerja sementara waktu.
e. Menilai keefektifan perencanaan SDM
Ukuran keefektifan perencanaan dilihat dari kebutuhan akan SDM
yang diperkirakan dapat dipenuhi. Suatu ukuran perkiraan-perkiraan
kebutuhan SDM yang efektif adalah jumlah lowongan jabatan dalam
perusahaan dan berapa lama jabatan ini tetap lowong. Jabatan yang
tetap lowong untuk jangka waktu lama dan jumlahnya banyak
menunjukkan gagalnya perencanaan kebutuhan SDM oleh perusahaan.
2. Perekrutan SDM
Perekrutan SDM adalah “suatu proses mencari tenaga kerja dan
mendorong serta memberikan harapan dari mereka untuk melamar
pekerjaan pada perusahaan” (Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p. 57).
38
Universitas Kristen Petra
Menurut Hariandja (2002), perekrutan adalah “pencarian sejumlah
calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga
mengisi lowongan kerja yang ada” (dalam Subekhi & Jauhar, 2012,
p.123).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan definisi perekrutan
adalah proses pencarian sejumlah calon sumber daya manusia yang
berpotensi untuk menjadi karyawan perusahaan yang memenuhi
persyaratan untuk mengisi lowongan pekerjaan.
Ada dua sumber perekrutan, yaitu (Ardana, Mujiati, & Utama,
2012, p. 58):
a. Perekrutan SDM dari dalam perusahaan: kebijakan perekrutan SDM
yang dalam perusahaan atau memberi kesempatan yang lebih banyak
bagi karyawan yang sudah ada di dalam perusahaan. Terdiri atas:
a.1. Promosi pemindahan, rotasi atau mutasi
a.2. Penempatan yang berasal dari cabang-cabang
a.3. SDM yang dalam masa percobaan, magang atau bekerja sama
a.4. Penempatan kembali karyawan yang sudah bebas bekerja
a.5. Penempatan kembali karyawan yang sudah pensiun
b. Perekrutan SDM dari luar perusahaan: kebijakan perekrutan SDM dari
luar perusahaan atau memberikan kesempatan kepada masyarakat luas
untuk melamar pekerjaan. Terdiri atas:
b.1. Pelamaran langsung: pelamar datang langsung ke perusahaan
dengan membawa surat lamaran kerja.
b.2. Rekomendasi dari karyawan: calon pelamar kerja yang
dirokemendasikan sudah mengenal karyawan yang
merekomendasikannya untuk bekerja di perusahaan.
b.3. Iklan: biasanya pemasangan iklan dilakukan media cetak
ataupun surat kabar yang mudah dibaca oleh masyarakat.
b.4. Kantor penempatan tenaga kerja: kantor penempatan kerja di
Indonesia ditangani oleh departemen tenaga kerja, dan juga
ditangani oleh swasta sebagai bursa tenaga kerja.
39
Universitas Kristen Petra
b.5. Lembaga pendidikan: merekrut SDM melalui lembaga
pendidikan seperti sekolah, atau universitas.
b.6. Serikat pekerja: perusahaan dapat merekrut tenaga kerja dengan
keterampilan tertentu yang diinginkan melalui organisasi
karyawan atau serikat pekerja yang ada di perusahaan.
b.7. Lembaga penyalur tenaga kerja
b.8. Penarikan dari perusahaan lain: sering terjadinya perpindahan
karyawan dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya
disebabkan adanya balas jasa yang menjanjikan yang lebih
tinggi dan lebih baik. Biasanya perpindahan tersebut tejadi
disebabkan adanya kebutuhan dari perusahaan lain untuk
memperoleh SDM yang berpengalaman.
b.9. Penarikan SDM langsung ke tempat asal mereka: cara
perekrutan SDM yang biasanya dilakukan perusahaan untuk
mendapatkan tenaga kerja kasar, seperti buruh pabrik,
bangunan, perkebunan, pembantu rumah tangga dan sejenisnya
dengan mendatangi langsung sumber asal tenaga kerja tersebut.
b.10. Nepotisme: perekrutan SDM melalui sanak keluarga, biasanya
diadopsi oleh perusahaan kecil, perseorangan dan perusahaan
milik keluarga.
3. Seleksi SDM
Seleksi SDM adalah “suatu proses mempertemukan syarat yang
dituntut oleh suatu jabatan, dengan orang yang mempunyai syarat itu”
(Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p. 70).
Menurut Mathis dan Jackson (2006), seleksi adalah “proses
pemilihan orang-orang yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan untuk
mengisi lowongan pekerjaan di sebuah organisasi” (dalam Subekhi,
Jauhar, 2012, p. 137).
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seleksi
adalah suatu cara yang dilakukan suatu perusahaan dengan menyaring
40
Universitas Kristen Petra
orang-orang yang berpotensial apakah bisa diterima untuk bekerja dalam
perusahaan atau tidak.
Untuk mendapatkan SDM yang berdaya guna dan berhasil, maka
diperlukan beberapa kriteria sebagai dasar dalam mengadakan seleksi.
Kriteria dasar dalam mengadakan seleksi SDM, yaitu (Ardana, Mujiati, &
Utama, 2012, p.70):
a. Berpedoman pada analisis jabatan
Deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan merupakan hasil dari analisis
jabatan yang tercantum rincian tugas dan tanggung jawab serta kriteria
yang harus dipenuhi oleh pelamar kerja. Tanpa berpedoman pada
analisis jabatan kemungkinan besar seleksi yang dilaksanakan tidak
akan berhasil dalam menentukan dan memilih SDM sesuai yang
diharapkan.
b. Seleksi harus efektif dan efisien
Seleksi harus dilaksanakan tepat sesuai dengan alokasi dana, waktu,
dan rencana yang telah ditetapkan. Dikatakan efisien apabila
pelaksanaan seleksi sesuai dengan biaya anggaran yang tersedia, tetapi
tetap dapat memilih SDM yang tepat.
c. Berpedoman pada perencanaan SDM
Dalam perencanaan kebutuhan SDM terlihat berapa jumlah SDM yang
diperlukan perusahaan untuk mengisi lowongan pekerjaan yang
tersedia. Seleksi mengacu pada banyaknya SDM yang dibutuhkan,
apabila kebutuhan tenaga kerja tidak terpenuhi, maka seleksi ulang
dapat dilaksanakan untuk periode berikutnya sehingga mendapatkan
SDM yang tepat.
d. Seleksi harus memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku
Dalam pelaksanaan seleksi harus memperhatikan peraturan dan
ketentuan yang berlaku. Seperti ketentuan larangan mempekerjakan
tenaga kerja di bawah umur, memperhatikan etika, dan norma agama
yang disesuaikan pada kondisi adat istiadat setempat.
e. Seleksi harus objektif dan jujur
41
Universitas Kristen Petra
Para penyeleksi harus berlaku objektif yang lebih menekankan
pertimbangan rasional daripada perasaan dan perhitungan uang
sogokan demi memperkaya diri sendiri dengan mengorbankan profesi
jabatan. Serta, sifat kejujuran penyeleksi mutlak diperlukan sehingga
tidak mudah disuap untuk meluluskan pelamar kerja dan tidak
membedakan, menyembunyikan sesuatu yang dianggap merugikan
atau menguntungkan pihak pelamar.
Menurut Manulang (2001), untuk mendapatkan calon tenaga kerja
yang tepat sesuai dengan persyaratan jabatan, maka betapa pentingnya
proses seleksi didasarkan pada beberapa kualifikasi (dalam Ardana,
Mujiati, & Utama, 2012, p. 73) :
a. Keahlian: merupakan salah satu indikator kualifikasi utama sebagai
acuan dalam seleksi. Keahlian dikelompokkan menjadi tiga yaitu
technical skill yang harus dimiliki karyawan pelaksana, human skill
yang harus dimiliki oleh pimpinan menengah, conceptual skill yang
harus dimiliki oleh pimpinan puncak.
b. Pengalaman: calon tenaga kerja yang berpengalaman lebih mampu
dalam melaksanakan tugas.
c. Umur: umur mempengaruhi kondisi fisik, mental, kemampuan kerja,
dan tanggung jawab.
d. Jenis kelamin: menjadi pertimbangan khusus dalam proses seleksi,
terutama untuk sifat pekerjaan tertentu, waktu kerja, dan peraturan
pemerintah.
e. Pendidikan dan pelatihan: pendidikan formal yang dimiliki seseorang
(sekolah dasar sampai perguruan tinggi ataupun kursus-kursus).
f. Keadaan fisik: tenaga kerja yang sehat jasmani, dan rohani.
g. Tampang: keseluruhan penampilan dan kerapian seseorang yang
tampak dari luar.
h. Bakat: pembawaan yang mudah dikembangkan, cepat menangkap, dan
mengerti, dan menonjol.
42
Universitas Kristen Petra
i. Temperamen: pembawaan seseorang yang tidak dapat dipengaruhi
oleh pendidikan dan lingkungan dan berhubungan langsung dengan
sifat emosi.
j. Karakter: karakter seseorang dapat diubah melalui pendidikan dan
lingkungan, karakter sangat penting dipertimbangkan untuk
memperoleh calon tenaga kerja yang berkualitas tinggi.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2002), dalam proses dan
tahapan seleksi digunakan teknik-teknik seleksi pegawai dengan
menggunakan beberapa tes, yaitu (dalam Subekhi, Jauhar, 2012, p. 142):
a. Tes pengetahuan akademik bertujuan untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi pengetahuan akademik calon pegawai. Materi tes
yang diberikan harus disesuaikan dengan bidang pendidikan dan
tingkat pendidikan calon pegawai. Disamping itu pula diberikan materi
tes yang berhubungan dengan bidang pekerjaan yang ditawarkan
kepadanya.
b. Tes psikologi bertujuan untuk mengungkap kemampuan potensial dan
kemampuan nyata calon pegawai. Disamping itu pula dapat diungkap
minat, bakat, motivasi, emosi, kepribadian, dan kemampuan khusus
lainnya yang ada pada calon pegawai.
c. Wawancara adalah pertemuan antara dua orang atau lebih secara
berhadapan (face to face) dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Wawancara seleksi merupakan salah satu teknik seleksi pegawai yang
dilakukan dengan cara tanya jawab langsung untuk mengetahui data
pribadi calon pegawai. Wawancara tersebut bertujuan untuk
mengetahui apakah calon pegawai memenuhi persyaratan kualifikasi
yang ditentukan perusahaan.
Menurut M. T. E. Hariandja (2002), teknik-teknik seleksi selain di
atas, sebagai berikut (dalam Subekhi & Jauhar, 2012, p. 150):
a. Performance Test
43
Universitas Kristen Petra
Sering pula disebut attainment test. Tes ini untuk mengetahui skill dan
kemampuan pegawai pada saat ini. Tes ini dapat dilakukan dengan tes
tertulis atau praktik.
b. Aptitude Test
Tes ini dapat mengetahui potensi seseorang, untuk ditempatkan dalam
pekerjaan tertentu atau untuk dikembangkan.
c. Intelligence Test
Tes ini untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang, yang
menunjukkan pada tahapan atau kelompok mana seseorang itu berada,
apakah termasuk ke dalam superior, cerdas, atau hanya rata-rata saja.
Biasanya psikolog memberikan laporan hasil pemeriksaan dan saran
kepada perusahaan mengenai calon pegawai apakah sesuai atau tidak
dengan pekerjaan yang dilamarnya.
d. Medical Test
Tes ini untuk mengetahui kesehatan umum seorang calon, apakah
mendukung atau tidak dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Pendidikan dan latihan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan
meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan,
sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis
pelaksanaan pekerjaan karyawan. Pelatihan dan pendidikan ini
dilaksanakan untuk karyawan baru agar dapat menjalankan tugas-tugas
baru yang dibebankan dan untuk karyawan lama guna meningkatkan mutu
pelaksanaan tugasnya sekarang maupun masa akan datang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengembangan meliputi pendidikan
dan latihan kerja, di mana latihan bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan teknis suatu pekerjaan tertentu yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan jangka pendek, sedangkan pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan teori atau pengetahuan umum yang dapat digunakan
44
Universitas Kristen Petra
untuk memenuhi tuntutan pekerjaan jangka panjang (Ardana, Mujiati, &
Utama, 2012, p. 92).
Menurut Hasibun (2003), pelaksanaan pelatihan dan
pengembangan harus didasarkaan pada metode-metode yang telah
ditetapkan dalam program pengembangan perusahaan. Metode-metode
pengembangan terdiri atas metode latihan atau training dan metode
pendidikan atau education (dalam Subekhi, Jauhar, 2012, p. 85). Tujuan
pengembangan (Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p. 92):
a. Meningkatkan produktivitas kerja
b. Meningkatkan efisien tenaga, waktu, bahan baku, dan mengurangi
pemborosan pada penggunaan mesin, biaya menjadi relatif kecil
sehingga daya saing perusahaan semakin besar
c. Mengurangi kerusakan barang, mesin, dan peralatan
d. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja sehingga biaya pengobatan yang
dikeluarkan juga berkurang
e. Meningkatkan pelayanan yang lebih baik
f. Meningkatkan moral karena keahlian dan keterampilan sesuai dengan
pekerjaannya sehingga para karyawan antusias untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik
g. Meningkatkan kesempatan karir karyawan semakin besar, karena
keahlian, keterampilan, dan prestasi kerja lebih baik
h. Manajer semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang
lebih baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skillnya
telah lebih baik
i. Kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human relation lebih
baik, motivasinya lebih tearah sehingga pembinaan kerjasama vertikal
dan horizontal semakin harmonis.
j. Pengembangan karyawan bermanfaat bagi perusahaan, karyawan, dan
konsumen.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001), beberapa metode
pelatihan dapat digunakan pula untuk metode pengembangan. Hal ini
45
Universitas Kristen Petra
karena beberapa pegawai adalah manajer, dan semua manajer adalah
pegawai. Metode pelatihan yang sering digunakan dalam pengajaran
pengembangan, yaitu simulasi, metode konferensi, studi kasus, dan
bermain peran (dalam Subekhi & Jauhar, 2012, p. 83).
Terdapat beberapa metode pelatihan, yaitu (Subekhi & Jauhar,
2012, p. 87):
a. On the job training
On the job training adalah para peserta latihan bekerja di tempat untuk
belajar atau meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan seorang
pengawas. Metode tersebut dibedakan dalam dua cara. Cara informal
yaitu pelatih menyuruh peserta latihan untuk memperhatikan orang lain
yang sedang melakukan pekerjaan, kemudian ia diperintahkan untuk
mempraktekkannya. Cara formal yaitu supervisor menunjuk seorang
karyawan untuk memperhatikan pekerjaan tersebut, selanjutnya para
peserta latihan melakukan pekerjaan sesuai dengan cara-cara yang
dilakukan karyawan senior.
b. Vestibule
Metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang biasanya
diselenggarakan kepada karyawan baru dan melatih mereka
mengerjakan pekerjaan tersebut.
c. Demonstration and example
Metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan
bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh
atau percobaan yang didemonstrasikan, di mana metode ini sangat
efektif serta melihat sendiri teknik pengerjaannya, bahkan jika perlu
boleh dipraktekkan.
d. Simulation
Merupakan situasi atau pekerjaan ditampilkan semirip mungkin dengan
situasi sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.
46
Universitas Kristen Petra
e. Apprenticeship
Suatu cara mengembangkan untuk mengembangkan keahlian
pertukaran sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat
mempelajari segala aspek dari pekerjaanya.
f. Classroom methods
Metode pertemuan dalam kelas meliputi pengajaran, rapat, programmed
instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi, dan
metode seminar. Metode studi kasus yaitu pelatih memberikan suatu
kasus kepada peserta pengembangan. Role playing yaitu beberapa
peserta ditunjuk untuk memainkan suatu peran dalam sebuah organisasi
tiruan. Metode diskusi yaitu dilakukan dengan melatih peserta untuk
berani berpendapat dan meyakinkan orang lain akan pendapatnya.
Metode seminar yaitu bertujuan melatih peserta mempersepsi,
mengevaluasi, dan memberikan saran-saran serta menerima atau
menolak pendapat atau usul orang lain.
g. Lecture (ceramah atau kuliah)
Metode yang diberikan peserta yang banyak di dalam kelas. Pelatih
mengajarkan teori-teori yang diperlukan, sedangkan yang dilatih
mencatat serta mempresentasikan.
h. Conference (rapat)
Pelatih memberikan suatu makalah tertentu dan peserta ikut
berpartisipasi dengan mengemukakan ide dan sarannya untuk
memecahkan masalah tersebut.
i. Programmed instruction
Peserta dapat belajar sendiri karena langkah-langkah pengerjaan sudah
diprogram. Program ini meliputi pemecahan informasi dalam beberapa
bagian kecil sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk program
pengajaran yang mudah dipahami dan saling berhubungan.
Efisiensi organisasi sangat tergantung dari baik buruknya
pengembangan anggota organisasi sendiri. Tujuan perusahaan dapat
47
Universitas Kristen Petra
dicapai, jika karyawannya terlatih dengan baik dan tepat pada bidangnya
(Subekhi & Jauhar, 2012, p. 72).
5. Penilaian kinerja
Penilaian prestasi kerja adalah suatu proses yang bertujuan untuk
mengetahui atau memahami tingkat kinerja karyawan dibandingkan
dengan tingkat kinerja karyawan lainnya atau dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan.
Tujuan penilaian prestasi kerja adalah memperbaiki dan
meningkatkan prestasi kerja karyawan yang pada akhirnya nanti akan
bermanfaat bagi pelaksanaan fungsi-fungsi operasional SDM yang lain
seperti seleksi, pengembangan, kompensasi, pemeliharaan, dan pemutusan
hubungan kerja (Panggabean, 2002, p. 72)
Menurut Mondy dan Noe (1990), metode-metode penilaian prestasi
kerja yang dapat digunakan terdiri dari (dalam Panggabean, 2002, p. 68):
a. Rating scales (skala rating)
Dengan menggunakan metode ini hasil penilaian kinerja karyawan
dicatat dalam suatu skala. Skala itu dibagi dalam tujuh atau lima
kategori dan karena konsep yang akan dinilai bersifat kualitatif, maka
kategori yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu dari sangat
memuaskan sampai dengan sangat tidak memuaskan. Cara ini banyak
digunakan karena sangat sederhana dan dapat digunakan untuk menilai
lebih banyak orang dalam waktu yang relatif singkat. Metode ini
sangat cocok digunakan untuk keperluan seleksi, promosi, pelatihan,
penggajian berdasarkan hasil prestasi.
Faktor yang dinilai dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu:
a.1. Berkaitan dengan pekerjaan
Terdiri atas kuantitas pekerjaan, apakah standar kuantitas yang
telah ditetapkan dapat dicapai.
a.2. Berkaitan dengan karakteristik pekerja
Terdiri atas kemampuan untuk bertanggung jawab, inisiatif,
kemampuan beradaptasi, dan kerja sama.
48
Universitas Kristen Petra
b. Critical Incidents (insiden-insiden kritis)
Dengan metode ini penilai melakukan penilaian pada saat kritis saja,
yaitu waktu di mana perilaku karyawan dapat membuat bagiannya
sangat berhasil atau bahkan sebaliknya. Pada hakikatnya metode
penilaian ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus digabungkan
dengan metode yang lain.
c. Essay
Dengan metode ini penilai menulis cerita ringkas yang
menggambarkan prestasi kerja karyawan. Metode ini cenderung
menggambarkan prestasi kerja karyawan yang luar biasa ketimbang
kinerjanya setiap hari. Penilaian ini sangat mengandalkan kemampuan
menulis penilai. Setelah kinerja ditinjau ulang, evaluasi yang positif
bisa menjadi negatif apabila penilai tidak dapat menuliskannya dengan
baik.
d. Work Standards (standar kerja)
Metode ini membandingkan kinerja karyawannya dengan standar yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Standar mencerminkan hasil yang
normal dari rata-rata pekerja dalam usaha yang normal.
e. Ranking
Dengan metode ini penilai sekedar menempatkan semua karyawan
yang dinilai ke dalam urut-urutan rangking. Penilai membandingkan
karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya untuk menentukan
siapa yang lebih baik daripada siapa, kemudian menempatkan
karyawan dalam urutan yang terbaik sampai yang terburuk. Kesulitan
dihadapi apabila terdapat dua orang atau lebih yang memiliki prestasi
yang hampir tidak dapat dibedakan.
f. Forced Distribution (distribusi yang dipaksakan)
Dalam metode ini diasumsikan bahwa karyawannya dapat
dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu dari kategori yang paling
baik (10%), kemudian yang baik (20%), yang cukupan (40%), yang
buruk (20%), dan sisanya (10%). Kelemahan dari metode ini adalah
49
Universitas Kristen Petra
apabila hampir semua karyawan dalam bagiannya mempunyai kinerja
yang sangat memuaskan, maka akan sangat sulit untuk membaginya ke
dalam lima kategori, begitu pula jika yang terjadi kebalikannya.
g. Forced-choice and Weighted Checklist Performance Report (pemilihan
yang dipaksakan dan laporan pemeriksaan kinerja tertimbang)
Laporan ini memerlukan penilai untuk memilih karyawan mana yang
dapat mewakili kelompoknya. Faktor yang dinilai adalah perilaku
karyawan. Penilai memberikan nilai positif atau negatif. Namun,
penilai tidak peduli dengan bobot penilaiannya. Sebagaimana dengan
metode forced distribution, dalam metode ini sulit untuk mengetahui
faktor apa yang mengakibatkan mereka masuk dalam kategori sangat
berprestasi. Begitu pula sebaliknya, faktor apa yang mengakibatkan
mereka masuk ke dalam kategori sangat tidak berprestasi.
h. Behaviorally Anchored Scales
Merupakan metode penilaian berdasarkan catatan penilai yang
menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau sangat jelek
dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja.
i. Metode Pendekatan Management By Objective (MBO)
Dalam pendekatan ini, setiap karyawan dan penyelia secara bersama-
sama menentukan sasaran organisasi, tujuan individu, dan saran-saran
untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Metode ini sangat cocok
dilakukan untuk membantu pengembangan karir karyawan.
6. Sistem kompensasi
Kompensasi adalah “segala sesuatu yang diterima karyawan
sebagai balas jasa atas kontribusinya kepada perusahaan atau organisasi”
(Ardana, Mujiati, & Utama, 2012, p. 153).
Kompensasi disebut juga penghargaan dan dapat didefinisikan
sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan
sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi.
Biasanya kompensasi diberikan untuk menarik karyawan cakap masuk ke
dalam organisasi, mendorong mereka berprestasi tinggi, dan
50
Universitas Kristen Petra
mempertahankan karyawan produktif, dan berkualitas agar tetap setia.
(Panggabean, 2002, p. 75).
Dari definisi kompensasi di atas, maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan kompensasi adalah penghargaan yang diterima
karyawan atas prestasi kerja yang mereka berikan kepada perusahaan.
Perbedaan tujuan di atas berkaitan dengan perbedaan jenis
penghargaan yang diberikan. Jenis-jenis kompensasi, yaitu (Panggabean,
2002, p. 77):
a. Kompensasi langsung berupa:
a.1. Gaji: imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan
besarnya tetap dan secara teratur seperti tahunan, caturwulan,
bulanan, atau mingguan.
a.b. Upah: imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada para
pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan
atau banyaknya pelayanan yang diberikan dan besarnya dapat
berubah-ubah.
a.c. Insentif: kompensasi yang mengaitkan gaji dengan produktivitas
dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat
bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.
b. Kompensasi tidak langsung/fringe benefit: Kompensasi tambahan yang
diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan karyawan. Contohnya
asuransi kesehatan, jiwa, dan bantuan perumahan.
Tujuan kompensasi (Panggabean, 2002, p. 75):
a. Menarik karyawan yang cakap masuk ke dalam organisasi
b. Mendorong karyawan untuk berprestasi tinggi
c. Mempertahankan karyawan yang produktif dan berkualitas agar tetap
setia
51
Universitas Kristen Petra
PT Cakra MobilIndo
Matriks SWOT
Analisis Eksternal:
- Persaingan perusahaan
yang ada dalam industri
- Ancaman masuk
pendatang baru
- Menghadapi potensi
pengembangan produk
pengganti
- Kekuatan tawar-menawar
pemasok
- Kekuatan tawar-menawar
pembeli
Analisis Internal:
- Sumber daya manusia
(SDM)
- Sales
- Service
- Sparepart
- Keuangan
Pengembangan Fungsi Sumber Daya Manusia
2.13. Kerangka Berpikir
Gambar 2.3. Pengelolaan dan Pengembangan Fungsi Sumber Daya Manusia pada
PT Cakra MobilIndo di Mataram
Sumber: Lukiastuti & Hamdani (2011); David (2011); Bateman & Snell (2009);
Subekhi & Jauhar (2012); Ardana, Mujiati, & Utama (2012); Panggabean (2012);
diolah oleh peneliti