27
Universitas Kristen Petra 8 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 Perawatan Paliatif Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Paliatif memiliki arti cara, ikhtiar yang melunakkan, meringankan, mengurangi penderitaan. Sementara menurut kamuskesehatan.com terapi paliatif atau terapi simptomatik adalah pengobatan yang diarahkan hanya untuk menghilangkan gejala pasien, membuat pasien merasa lebih baik tanpa harus mengubah perjalanan alami penyakit. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2002, perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual. (KMK RI no. 812, 2007). Menurut WHO beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam perawatan paliatif adalah: Menguatkan semangat hidup dan menghormati kematian sebagai proses yang normal dan alami. Tidak mempercepat maupun menunda kematian. Menyediakan perawatan anti nyeri dan gejala lain yang mengganggu. Meningkatkan kebutuhan psikis dan spiritual pasien. Menawarkan dukungan untuk membantu pasien seaktif mungkin sampai akhir hayatnya. Menawarkan dukungan bagi keluarga pasien selama pasien menderita penyakit dan kehilangan yang mereka rasakan. (Forman et al., 2003, p. 8) Sementara hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri. (KMK RI no. 812, 2007)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

8  

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Perawatan Paliatif

2.1.1 Perawatan Paliatif

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Paliatif memiliki arti cara,

ikhtiar yang melunakkan, meringankan, mengurangi penderitaan. Sementara menurut

kamuskesehatan.com terapi paliatif atau terapi simptomatik adalah pengobatan yang

diarahkan hanya untuk menghilangkan gejala pasien, membuat pasien merasa lebih

baik tanpa harus mengubah perjalanan alami penyakit.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2002, perawatan paliatif

adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga

yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat

mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan

penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,

psikososial dan spiritual. (KMK RI no. 812, 2007). Menurut WHO beberapa prinsip

yang perlu dipegang dalam perawatan paliatif adalah:

• Menguatkan semangat hidup dan menghormati kematian sebagai proses

yang normal dan alami.

• Tidak mempercepat maupun menunda kematian.

• Menyediakan perawatan anti nyeri dan gejala lain yang mengganggu.

• Meningkatkan kebutuhan psikis dan spiritual pasien.

• Menawarkan dukungan untuk membantu pasien seaktif mungkin sampai

akhir hayatnya.

• Menawarkan dukungan bagi keluarga pasien selama pasien menderita

penyakit dan kehilangan yang mereka rasakan. (Forman et al., 2003, p.

8)

Sementara hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium

terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang

harus dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit,

tetapi dapat memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada,

dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri. (KMK RI no. 812, 2007)

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

9  

Perbedaan perawatan paliatif dan hospis adalah pasien yang ditangani,

perawatan paliatif dapat menampung semua pasien penderita kanker tanpa

memanadang tingkatan stadium yang mereka derita, sementara hospis dikhususkan

untuk pasien dengan stadium lanjut yang kasusnya telah dilepas oleh tim medis.

Namun secara garis besar, fasilitas yang ditawarkan dan perawatan yang diberikan

tidak jauh berbeda.

Satu tujuan utama yang dituju bagi hospis dan perawatan paliatif adalah

meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga pasien di masa akhir hidup pasien.

(Forman et al. xvii)

2.1.2 Pasien Rumah Perawatan Paliatif

Umumnya pasien yang datang ke Rumah Perawatan Paliatif adalah pasien yang

telah divonis tidak dapat sembuh oleh tim medis, atau dianggap tidak dapat menerima

pengobatan secara kuratif lagi, tetapi seiring berjalannya waktu tumbuh konsep baru

pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif

lebih dini agar masalah fisik, psikososial, dan spiritual dapat diatasi dengan baik.

(KMK RI no. 812, 2007)

Pasien penderita kanker dapat menerima perawatan paliatif di empat tempat di

bawah ini:

• Rumah Sakit: umumnya semua pasien penderita kanker akan menerima

perawatan di rumah sakit untuk menerima perawatan kuratif baik berupa

terapi ataupun operasi. Pasien yang dirawat di rumah sakit masih

membutuhkan tindakan khusus, peralatan khusus, dan pengawasan ketat.

• Puskesmas: untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.

• Rumah Singgah / panti (hospis): untuk pasien yang tidak memerlukan

pengawasan ketat, tindakan khusus, atau peralatan khusus, tetapi belum

dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan dari

tenaga kesehatan. Pasien yang datan ke Hospis juga dapat pasien yang

melakukan rawat jalan dan mencari ketenangan melalui kelompok

sharing atau terapi-terapi sampingan.

• Rumah Pasien: untuk pasien yang sudah tidak membutuhkan

pengawasan ketat, bisa karena pasien sudah dapat melakukan rawat jalan

atau bahkan pasien yang dinyatakan tidak dapat sembuh dan kasusnya

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

10  

telah dilepas oleh tim medis yang menanganinya. (KMK RI no 812,

2007)

Perawatan paliatif didesain untuk menyediakan kenyamanan dan dukungan

daripada menyembuhkan penyakit. Umumnya, 80% dari pasien melakukan rawat

jalan dan tidak lebih dari 20% yang melakukan rawat inap. (Forman et al. 47)

2.1.3 Sumber Daya Manusia

Tim yang berkerja di dalam rumah perawatan paliatif umumnya adalah tim-tim

yang memiliki rasa empati yang tinggi. Tidak perlu merasa kasihan atau iba, mereka

perlu menunjukan simpati dan empati pada pasien. Pelaksana perawatan paliatif

adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial, rohaniawan, keluarga, dan relawan. (Forman

et al. 14)

Tim inti yang melayani Rumah Perawatan Paliatif adalah: tim medis, perawat,

relawan, dan tim konsultasi. Sumber daya manusia lain yang dapat membantu dalam

menjalankan Rumah Perawatan Paliatif ini adalah spiritualis, cleaning service,

apoteker, relawaan, terapis, manager dan staff.

2.1.4 Fasilitas yang Diakomodasi

• Ruang Multifungsi (Ruang Sharing)

• Ruang Aktifitas

• Ruang Makan / Cafetaria

• Perpustakaan

• Tempat untuk Hewan

• Ruang Tidur

• Ruang Mandi

• Ruang Perawat (Nurse Station)

• Ruang Terapi

• Ruang Ibadah

• Ruang Konsultasi

• Loby / Lounge

(Verderber 65)

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

11  

2.2 Kanker dan Tumor

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Banyak orang beranggapan bahwa kanker

dan tumor adalah penyakit yang sama. Nyatanya, tidak semua tumor adalah kanker,

tetapi kebanyakan semua kanker adalah tumor.

Tumor adalah segala bentuk benjolan yang tidak normal yang terjadi pada tubuh

kita. Tumor terbagi menjadi tumor ganas dan tumor jinak. Kanker adalah istilah

umum untuk semua jenis tumor ganas.

Kanker dapat menimpa semua manusia tidak peduli bentuk fisik dan umur. Pada

umumnya, kanker menyerang manusia yang berusia 40 tahun ke atas. (Yayasan  

Kanker  Indonesia)

2.2.1 Jenis-jenis Kanker

• Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks)

• Kanker Payudara

• Penyakit Trofoblas Ganas

• Kanker Kulit

• Kanker Paru-paru

• Kanker Hati

• Kanker Kelenjar Getah Bening

• Kanker Usus Besar

• Kanker Darah (Leukimia)

(Yayasan  Kanker  Indonesia)

2.2.2 Faktor yang Meningkatkan Resiko Kanker

• Bahan Kimia (asap rokok, asap industri)

• Penyinaran Berlebihan (sinar matahari berlebihan, sinar radio aktif, sinar X,

sinar radiasi)

• Virus Onkogenik / Virus Kanker

• Hormon

• Makanan (makanan yang lama tersimpan dan berjamur dapat tercemar oleh

afatoxin)

• Genetik (Yayasan  Kanker  Indonesia)

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

12  

2.2.3 Tingkat Stadium Kanker

• Stadium 0

Dalam stadium ini sel kanker masih berada di tempat dimana dia mulai

berkembang. Sel kanker masih belum menyebar ke jaringan lain di sekitarnya.

Pada tahap ini pasien masih sangat mungkin disembuhkan karena masih dalam

tahan tumor jinak yang dapat dihilangkan melalui operasi. Operasi ini

ditujukan untuk mengangkat semua tumor yang ada. Umumnya tahap ini,

pasien masih kurang menyadari adanya perubahan dalam dirinya.

• Stadium 1

Pada stadium ini sel kanker atau tumor masih belum mengakar dalam pada

jaringan dimana dia berada. Sel kanker juga belum menyebar ke daerah getah

bening dan ke bagian tubuh yang lain. Tahap ini sering disebut sebagai tahap

awal kanker.

• Stadium 2 & 3

Tahap ini ditandai dengan jaringan yang mulai berubah menjadi tumor. Pada

tahap ini sel kanker mulai mengakar dalam pada jaringan terdekat. Pada

stadium ini, sel kanker mulai menyebar ke getah bening tetapi belum sampai

menyebar ke bagian tubuh lain.

• Stadium 4

Stadium ini menandakan bahwa kanker telah menyebar ke organ atau bagian

tubuh lain. Umumnya disebut sebagai kanker stadium lanjut atau metastatic

cancer. Kanker stadium ini biasanya paling susah untuk disembuhkan.

(“Stages”  par.  4)

2.2.4 Pemeriksaan dan Pengobatan Kanker

Pemeriksaan awal yang umumnya dilakukan pada pasien yang curiga dirinya

mengidap kanker adalah:

• Pemeriksaan sitologi dan patologi anatomi

• Tes-tes pertanda kanker dalam darah

• Rontgen

• Mamografi (rontgen khusus untuk payudara)

• Ultrasonografi / USG (memotret alat tubuh bagian dalam)

• Endoskopi (peneropongan alat tubuh bagian dalam)

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

13  

• Kolposkopi (peneropongan leher rahim)

• Laparoskopi (peneropongan rongga perut)

• Pemotretan lapisan-lapisan tubuh dengan alat CT Scan, MRI (Magnetic

Resonance Imaging)

Kanker pada stadium tertentu dapat diobati. Beberapa alternatif pengobatan atau

kombinasi pengobatanyang biasanya dilakukan oleh pasien adalah sebagai berikut:

• Pembedahan (operasi)

• Penyinaran (Radio-terapi)

• Pemakaian obat-obat pembunuh sel kanker (sitostatika/kemoterapi)

• Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)

• Pengobatan dengan hormon

• Transplantasi organ.

• Stem Cell

Hasil pengobatan terutama tergantung pada stadium atau tingkatan kanker. (Yayasan  

Kanker  Indonesia)

2.2.5 Karakteristik Pasien

Pasien kanker tidak mengenal ras, budaya, fisik, dan umur. Pasien berasal dari

semua jenis kalangan, latar belakang budaya, dan etnis. Umumnya pasien yang datang

ke Rumah Sakit Khusus Onkologi atau sub bagian Rumah Sakit Umum Onkologi ini

telah menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit kanker karena gejala yang sudah

dialami seperti rambut rontok, lesi, dan disorientasi tubuh. Berikut adalah rangkuman

mengenai karakteristik pasien yang datang ke rumah sakit onkologi:

• Pasien dari semua kalangan: latar belakang budaya dan etnis, maupun anak-

anak.

• Pasien telah menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit kanker karena

gejala yang sudah ada seperti rambut rontok, lesi, cacat.

• Pasien dengan keterbatasan mobilitas karena umur maupun keadaan—baik

secara klinis, gejala sakit, muntah, dan lain-lain.

• Tekanan secara emosional—marah, kesedihan, kehilangan—baik pasien

maupun keluarga.

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

14  

• Gangguan pada kegiatan sehari-hari. Pasien rawat jalan menjalani proses

radiotherapy secara berkala selama 6-8 minggu. Ada pasien yang masih

bekerja maupun datang dari tempat yang jauh.

Dalam menjalani proses penyembuhan, melalui kemoterapi atau radiasi, pasien

kanker akan mengalami beberapa efek samping yang tidak bisa dihindari. Beberapa

efek samping tersebut adalah: (“Side” par. 4)

• Anemia

• Kehilangan Nafsu Makan

• Gangguan pada perhatian,

pemikiran, dan ingatan

• Pendarahan

• Gangguan pencernaan

• Gangguan Pembekuan Darah

• Dehidrasi

• Masalah mulut dan gigi

• Diare

• Susah Menelan

• Mulut Kering

• Rambut Rontok

• Sakit Kepala

• Infeksi

• Menopause

• Osteoporosis

• dl

Gangguan-gangguan yang membayangi pasien ini jelas menjadi momok

tersendiri bagi para pasien. Tekanan mental dan status berat akan disandang pasien

kanker. Faktor ini merupakan faktor utama yang menjadi stressor bagi pasien

penderita kanker.

Menurut beberapa penelitian terkini menyatakan bahwa ribuan pasien kanker

yang mengalami depresi klinis tidak mendapat terapi psikologi karena terlalu

berfokus pada aspek fisik mereka. Sebuah penelitian di Skotlandia yang dilakukan

oleh peneliti dari Universitas Edinburg dan Universitas Oxford menyatakan bahwa

depresi bukanlah bagian alami dari gejala kanker.

Melalui penelitiannya yang melibatkan 21.000 pasien, sebanyak 1.200–2.700

pasien menderita depresi klinis dan sebanyak 75% dari mereka tidak mendapatkan

perawatan psikologi. (Walker et al. 343-349)

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

15  

Tabel 2.1. Edmonton Functional Assesment Tool (EFTA) 0

Functional 1

Minimal Dysfunction

2 Moderate

Dysfunction

3 Maximum

Dysfunction Communication Independent Effective>50%

but <100% of time

Effective <50% of time

Unable to Communicate

Mental Status—six task on memory and orientation

Oriented with intact memory

2-6 tasks impaired but follows simple commands

3-4 tasks impaired or responds inconsistently

5-6 tasks impaired or unresponsive to verbal commands

Pain No impact on function

Inhibits function minimally

Inhibit function moderately

Unable to perform any activity

Dyspnea No SOB (Shortness of Breath)

Urgency with counting of SOB on exertion or intermittent O2 use

One extre breath with counting or O2 at 1-3 liters

>2 breaths with counting or O2 at >4 liters

Balance (sitting or standing)

Independent Requires equipment or 1 person; minimal safety risk

Requires moderate assistance (≥ 1 persons); unsafe on own

Requires maximum assistance or unable to evaluate

Mobility (bed mobility and transfer)

Independent and safe

Requires 1 assistant to move safely

Requires 2 persons to walk or assistance with wheelchair.

Unable to walk; dependent wheelchair management

Locomotion (walking or wheelchair)

Independent Requires walking aid or 1 person to walk or wheelchair supervision

Requires 2 persons to walk or assistance with wheelchair

Unable to walk; dependent wheelchair management

Fatigue Rarely needs to rest

Rests <50% of the time

Rests >50% of the day

Bedridden due to fatigue

Motivation Participates in all activities

Participates >50% of the time

Participates <50% of the time

No desire to participate

ADL (Activities of Daily Living)

Independent Independent using equipment

Requires some assistance

Totally dependent

Performance Status

Independent Independent with minimal assistance

Requires moderate assistance

Requires maximal assistance

Sumber: Forman, et al. (2003, p. 131)

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

16  

2.3 Pendekatan Healing Environment

Healing Environment adalah physical setting dan organizational culture yang

mendukung kebutuhan pasien dan keluarga pasien untuk menghadapi tekanan mental

atau stress yang dialami pasien selama menjalani perawatan medis. Konsep ini

menerapkan bahwa lingkungan di sekitar pasien yang sesuai atau positif dapat

membantu mempercepat proses penyembuhan pasien dari berbagai macam treatment

yang dilakukannya. (Stichler 1-20)

Healing tidak sama dengan curing. Curing adalah memperbaiki masalah,

pemberantasan penyakit, dan mengurangi gejala. People can be healed even if they

are not cured. Semisal, wanita dengan kanker payudara walaupun sudah disembuhkan

bisa saja tetap mengalami kesedihan yang mendalam atas kehilangannya. Healing

environment didesain untuk harmonisasi antara pikiran, jiwa, dan raga. (Zborowsky,

Kreitzer)

Ahli Neurologi menyatakan bahwa di dalam otak kita hormone kecemasan,

endokrin, dan system imun terus berinteraksi satu sama lain. Apa yang kita pikirkan

saat ini dapat mengubah biochemistry dalam badan kita. (Pert par. 25)

2.3.1 Latar Belakang Healing Environment

Proses penyembuhan tidak hanya bergantung pada aktivitas medis yang

diterima oleh pasien, tetapi juga berdasar pada lingkungan yang ditempatinya.

Kehadiran suasana ruang tertentu diharapkan dapat mereduksi dan mengurangi stress

yang mengganggu psikologis pasien. Pasien yang mengalami stress saat proses

penyembuhan berlangsung dapat menggagalkan proses penyembuhan itu sendiri

(Kaplan et al.). Kontribusi lingkungan kepada proses penyembuhan pasien mencapai

40%, sedangkan faktor medis hanya 10%, faktor genetis 20%, dan faktor lainnya

30%. (Kaplan et al.).

Selama 20 tahun belakangan ini, para ahli telah melakukan penelitian mengenai

desain yang dapat berkontribusi pada hubungan sosial dan kesehatan.

“We tend not to think of building design in terms of social and psychosocial

terms. We tend not to think about cohesion, trust and tolerance and sense of

attachment to health. These all seem to be vitally important for health.”

(Marmot 244-248)

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

17  

Sebuah ilustrasi dari Michele Petrone, pelukis dan seorang pasien:

The journey of illness and dying is not just medical, and places of healthcare

are not just for medical provision ... Where does a patient go to cry when he

has been given bad news? All too often, patients are left to sob in corridors or

in waiting rooms while other patients nervously wait for their news. In all the

talk about doctors breaking bad news, we tend to forget that patients have to

break bad news too.

Pasien dalam rumah sakit bukanlah orang-orang yang ‘dikubur’ dalam tempat

tidurnya, walaupun mereka sakit mereka adalah orang-orang yang masih mempunyai

kehidupan yang tetap berjalan di luar rumah sakit. Mengapa tidak menciptakan area

dimana pasien dapat berkontemplasi, menemui keluarganya, atau bahkan bekerja.

(“Clinical” 297)

Penelitian mengemukakan pendapat bahwa pemandangan akan alam—taman—

dapat mengurangi ketergantungan pasien pada obat penahan rasa sakit atau lama

seorang pasien pasa operasi tinggal di dalam rumah sakit. (Critchlow, Allen). Peneliti

lain mengungkapkan bahwa 90% staff percaya bahwa bekerja pada rumah sakit yang

poorly designed dapat meningkatkan tingkat stress. (Commision for Architecture and

the Built Environment).

2.3.2 Pengaruh Lingkungan terhadap Manusia

Manusia dan lingkungannya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Manusia dapat membentuk bangunan dan bangunan dapat membentuk manusia.

Jalinan tersebut disebut jalinan transactional interpendency. Lingkungan interior

dapat memberi sebuah stimulus pada indera manusia untuk menciptakan sebuah

sensasi dan filter bagi proses persepsi sebelum manusia memberi respon. Proses

tersebut disebut Stimulus-Organism-Response. Manusia menyesuaikan respon

terhadap rangsang yang datang dari luar, sedangkan stimulus tersebut dapat diubah

sesuai kebutuhan manusia. (Wohlwill).

Elemen dasar penyebab manusia memberikan resepon terhadap lingkungannya

adalah:

o Stressor: elemen lingkungan (stimuli) seperti kebisingan, suhu, kepadatan,

dan suasana yang merangsang manusia.

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

18  

o Stress: tekanan atau ketegangan jiwa. Hubungan antara stressor dengan

reaksi yang ditimbulkan oleh efek lingkungan dalam diri manusia.

Bagaimana lingkungan dapat mempengaruhi tubuh kita menurut penjelasan

medis? Kebisingan, lingkungan rumah sakit yang membingungkan tidak hanya

membuat pasien merasa cemas, sedih, helpless, tetapi juga meningkatkan tekanan

darah dan detak jantung sekaligus ketegangan otot (Blomkvist et al. 62). Lingkungan

yang tidak nyaman tersebut membuat tubuh manusia beradaptasi sehingga dapat

memproduksi hormone yang bisa menekan system imunitas pasien, yang dapat

menggagalkan proses penyembuhan yang sedang dijalaninya. (Kiecolt-Glaser et al.

346).

Oleh karena itu lingkungan yang ‘healing’ dapat membantu mempercepat

proses penyembuhan pasien dengan meredus stressor-stressor yang ada di sekeliling

pasien. Lingkungan yang mendukung selain mempercepat penyembuhan pasien,

dapat mengurangi perasaan sedih, menciptakan dan menambah kenyamanan serta

mengurangi stress dan depresi.

2.3.3 Prinsip Healing Environment

Beberapa hal yang menjadi perhatian Healing Environment adalah sosial,

ekologi, psikologi, fisik, spiritual, dan kebiasaan. Interior desain yang baik bagi

sebuah rumah sakit adalah interior yang entertaining, transparan, mudah berpindah,

cahaya, colorful, multi-function, happening. (Hartadi).

PARAMETER HEALING ENVIRONMENT:

• Noise Control

o Sound of footsteps in corridor

o Slamming doors, clanking latches.

o Loudspeaker paging system

o Staff conversatuibs from nurse stations for staff lounge

o Other patients’ televisions and radios

o Clanking of dishes on food chart

• Air Quality

o Need for fresh air, solarium, or roof garden

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

19  

o Avoidance of noxious off gassing from synthetic materials, including

certain types of paint.

o Avoidance of odiferous cleaning agents.

o Adequate number of air changes

• Thermal Comfort

o Ability to control room temperature, humidity, & air circulation to suit

personal needs.

• Privacy

o Ability to control view of the outdoors.

o Ability to control social interaction & view of patient in adjacent bed.

o Secure place for personal belongings

o Place to display personal mementos (family photos, get well soon card,

flower)

• Light

o Nonglare lighting in patient room

o Ability to control intensity of light

o Good reading light

o Window should below enough for patient to see outdoors while lying

o Patient room lighting should be full spectrum

• Communication

o Ability to contact staff when needed

o Comfortable places to visit with family

o TV, radio, telephone available as needed

• View of Nature

o View of trees, flowers, mountaints, or ocean from patient rooms &

lounges.

o Indoor landscaping

• Color

o Careful use of color to create mood, lift spirit, & make room cheerful.

o Use in bed linens, bedspreads, gowns, personal hygiene kits,

accessories, and food trays.

• Texture

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

20  

o Introduce textural variety in wall surface, floors, ceilings, furniture,

fabrics, and artwork

• Accomodation for Families

o Provide place for family member to make them feel welcome, rather

than intrusive

o Provide visitor lounges & access to vending machine, telephone &

cafetaria. (Malkin 54)

Secara singkat kata kunci dalam membangung sebuah konsep Healing

Environment adalah:

• Efficiency

• Minimizing Risk

• Improving Well-Being

• The Provision of Access

(Zborowsky, Kreitzer)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Dalam mendesain sebuah

healthcare yang berbasis healing environment beberapa hal yang perlu diperhatikan

adalah

o Evidence Base Design

§ Pemandangan dan akses ke alam.

§ Pencahayaan yang sesuai.

§ IAQ yang baik

§ Lingkungan yang meditative.

§ Sense of Control.

o Patient Safety & Quality Resolution

§ Transparansi.

§ Meningkatkan keamanan pasien: infeksi kontrol, kualitas

udara, hand washing.

§ Meningkatkan desain secara psikologi dan klinis melalui

pencahayaan alami, mengurangi polusi suara, memasukan

keluarga, dan ergonomis.

(Hartadi).

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

21  

2.3.4 Teori yang Dapat Mendukung Healing Environment

Yang diperhatikan adalah elemen dan prinsip desain, selain itu proxemics,

ergonomic, building codes, green guidelines, research-based design / evidence-based

design. Teori-teori yang dapat mendukung pembentukan healing environment adalah

• Environmental Preference: teori ini menyatakan bahwa manusia lebih

menyukai sesuatu yang menarik daripada sesuatu yang terlalu simple dan

membosankan. Desainer yang mengikuti teori ini bertujuan untuk:

o Coherence (making sense)

o Legibility (the promise of making sense)

o Complexity (involvement)

o Mystery (the promise of involvement)

• Gasalt Theory: teori ini memadai tentang manusia yang secara umum

menyukai tampilan visual dan desainer perlu mengikuti beberapa peraturan

sebagai berikut:

o Law of closure: we want things to look finished

o Law of similarity: we tend to group similar things together.

o Law of proximity: the closer things are, the more we want to group

them.

o Law of continuity: we see points that are connected by straight or

curving lines as belonging together in a way that follows the smoothest

path.

o Law of foreground: we can only see the positive or negative aspects of

an item one at a time (i.e. drawings where can see an old woman

outline in black and a young woman in white)

• FengShui: teori Cina kuno ini menerangkan tentang peletakan dan pengaturan

ruang untuk mencapai harmoni. Konsep yang diikuti adalah

o The Five Elements: kayu, api, tanah, metal, dan air. Desain sebaiknya

mengikuti 3 dari 5 elemen tersebut. Baik dengan elemen yang

sesungguhnya maupun representasi dari elemen tersebut. Setiap

elemen juga diwakili oleh warna-warna yang melambangkan kelima

elemen tersebut. Sebuah desain yang baik sebaiknya menyeimbangkan

elemen-elemen tersebut.

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

22  

o Qi adalah energy yang mengalir. Desain sebaiknya ‘be the wind and

disperse’ atau ‘be the water and define.’

o Ying and Yang. Desain sebaiknya menyediakan keseimbangan antar

elemen untuk menciptakan harmoni. Teori ini dikenal dengan

menggambarkan keseimbangan antara dua hal yang bertolak belakang.

(Kreitzer par. 14-17)

2.4 Desain Interior Rumah Perawatan Paliatif

2.4.1 Site

Hospis bisa kita temukan dimana saja, baik di daerah perdesaan maupun daerah

perkotaan. Masing-masing tempat memiliki kelebihan dan kekurangan. Di daerah

perdesaan, kelebihannya hospis memiliki pemandangan yang langsung tertuju pada

alam, memiliki lapangan terbuka yang lebih luas daripada di daerah perkotaan dengan

lahan terbatas. Sementara, di dearah perkotaan memiliki kelebihan hospis akan lebih

mudah dikenal banyak orang dan memiliki koneksi yang lebih banyak dibanding di

daerah perdesaan. (Verderber 60)

Desain hospis yang baik menyesuaikan dengan budaya dan lingkungan di

sekitarnya. Dengan bertoleransi dengan lingkungan di sekitarnya, maka suasana yang

tercipta akan lebih nyaman. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam membangun

sebuah hospis juga sebaiknya diperhatikan dan mengikuti standarisasi ukurang

ruangan di daerah setempat. (Verderber 60)

Hospis adalah tempat yang sunyi. Hal ini ditujukan agar pasien dapat

berkontemplasi dan mendapat ketenangan yang mereka butuhkan. Umumnya hospis

berada di daerah yang agak jauh dari keramaian atau desain bangunan yang dapat

mengurangi kebisingan suara dari luar. (Verderber 61)

2.4.2 Sirkulasi

Sebisa mungkin sirkulasi pasien mulai dari pintu masuk sampai ke area yang

ingin mereka tuju tidak membingungkan, simple, dan tidak bertabrakan dengan

sirkulasi lain seperti sirkulasi darurat. Sirkulasi ini dapat dibantu dengan signage.

Sirkulasi pasien rawat jalan dan rawat inap sebaiknya tidak disamakan karena akan

berdampak pada psikis pasien. Memisahkan pasien dari daerah logistik dan servis

juga diperlukan. (Robertsm 108)

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

23  

Sirkulasi dibedakan menjadi 4, yaitu:

• Sirkulasi Pasien

o Rawat Jalan

o Rawat Inap

• Sirkulasi tim medis (dokter dan perawat)

• Sirkulasi Servis

• Sirkulasi Pengunjung

Berikan batasan-batasan kepada pengguna agar tidak memasuki sirkulasi atau

daerah dimana mereka tidak seharusnya berada di sana agar mencegah hal-hal yang

tidak diinginkan. Sirkulasi juga termasuk peletakan lift untuk servis dan lift untuk

manusia.

2.4.3 Aksesibilitas

Aksesibilitas sebaiknya mengutamakan desain universal karena pengguna yang

diakomodasi adalah pengguna dengan keterbatasan fisik yang beragam. Pemberian

signage di setiap sudut rumah perawatan juga diperlukan agar pasien maupun

pengunjung tidak tersesat dan tidak bingung berada di mana. Akses diatur sedemikian

rupa agar sistem kerja an penanganan pada pasien dapat efisien dan efektif. (Roberts

108)

Sebisa mungkin akses antara pasien dan staff dipisahkan supaya tidak

menghalangi satu sama lain.

Zoning dan grouping juga perlu diperhatikan untuk menciptakan aksesibilitas

yang baik dan tidak terkesan menyeramkan dan pengap. Golongkan dan dekatkan

ruangan yang saling berhubungan satu sama lain.

2.4.4 Pencahayaan

Penggunaan lampu pada ruang-ruang rumah sakit ini disesuaikan dengan

kebutuhan dan penggunaan ruang tersebut. Penerangan utama sebaiknya

menyesuaikan konsep rumah sakit, apakah rumah sakit berkonsep tropis yang

mengutamakan material kayu didukung dengan pencahayaan dengan warna warm

white, ataukah menggunakan pencahayaan putih terang dengan lampu daylight.

(Roberts 115)

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

24  

Gambar 2.1. Pengaruh konsep dalam pencahyaan rumah sakit

Sumber: Google.com

Sistem pencahayaan juga memperhatikan material yang digunakan, apakah

material tersebut reflektif atau menyerap cahaya. Namun sebaiknya dinding tidak

memantulkan cahaya, setidaknya setinggi mata, ketika staff bekerja. Lampu pada

ruangan-ruangan tersebut sebaiknya dapat diatur sesuai keinginan pasien agar

menimbulkan konsep sense of control yang dibutuhkan pasien. (Roberts 115)

Sebisa mungkin perbanyak memasukan cahaya alami ke dalam ruangan untuk

menciptakan suasana terbuka dan pasien tidak merasa terkurung dalam satu ruangan.

Tetapi hal ini relatif pada keinginan pasien, karena pasien yang mendekati masa akhir

hidupnya cenderung untuk menyukai suasana gelap. (Verderber 70)

2.4.5 Penghawaan

Beberapa ruangan perlu dikontrol dengan menggunakan exhaust fan agar

sirkulasi keluar masuk udara terjaga sehingga ruangan tidak pengap dan alat-alat

medis juga terjaga kesterilannya.

Pengaturan penghawaan alami juga diperlukan, sebisa mungkin angin tidak

langsung menerpa pasien.

Untuk meminimalisir penurunan konsentrasi dan menjaga kenyamanan pasien

selama beraktivitas, suhu temperatur yang baik antara 16oC - 25oC. Untuk keamanan

smoke detector diperlukan untuk ruangan-ruangan tertentu dengan jenis yang tidak

sesitif pada radiasi (photoelectric). (Roberts 114)

2.4.6 Akustik

Pada bagian akustik perlu diperhatikan kontrol pada suara-suara yang tidak

diinginkan, seperti suara-suara dari jalan raya yang berisik, suara iklan-iklan di jalan,

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

25  

suara industrial, suara hewan peliharaan, alarm, klakson, dan lain-lain. Pasien yang

datan pada rumah perawatan ini, umumnya telah mengalami stress dalam menghadapi

penyakit yang mereka derita, telah mengalami kesusahan dalam tidur dan relaks,

sehingga suara-suara seperti ini sebisa mungkin diminimalisir agar tidak menganggu

kebutuhan ‘tenang’ yang ingin mereka capai. (Verderber 62)

Beberapa ruang yang memerlukan perhatian dalam desain akustik khusus

adalah ruang konsultasi, ruang staff, dan ruang istirahat pasien. Kedua ruang ini perlu

diperhatikan secara akustik agar tida terganggu maupun mengganggu ruang-ruang di

sekitar mereka. (Roberts 110)

2.4.7 Warna

Ada Sembilan alat indera yang dapat memberikan stimulus pada manusia:

penglihatan, pendengaran, kinestetis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit,

perasa, serta penciuman. Salah satu stimulus terkuat adalah visual. Yang

dikategorikan ke dalam stimulus visual adalah warna, iluminasi, bentuk, dan skala.

Warna sebagai stimulus visual dari jaman Mesir Kuno sering kali dipercaya

dapat menyembuhkan penyakit. Secara psikologis warna mempunyai pengaruh kuat

terhadap suasana hati dan emosi manusia.

Ditinjau dari efek kejiwaan dan sifat khas yang dimilikinya, warna dipilah

menjadi 2 kategori yaitu golongan warna panas (berpuncak pada jingga) dan warna

dingin (berpuncak pada biru kehijauan)

• Warna panas memberi pengaruh psikologis panas, menggembirakan,

menggairahkan, dan merangsang.

• Warna dingin, hijau dan biru, memberi pengaruh psikologis

menenangkan, damai.

• Warna ungu membawa pengaruh menyedihkan.

• Warna putih memberi pengaruh bersih, terbuka, dan terang.

• Warna hitam memberi pengaruh berat, formal, dan tidak menyenangkan.

Tidak ada warna yang secara langsung dihubungkan dengan perawatan paliatif.

Tetapi para peneliti mengusulkan untuk menggunakan warna hangat sebagai palet

dalam desain ruang public pada rumah perawatan dengan tujuan untuk menstimulasi

interaksi sosial satu sama lain. Sementara untuk ruang semi private dan private lebih

diusulkan warna-warna dingin sebagai palet. Warna merah mudah, mauves, dan taupe

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

26  

adalah warna yang efektif untuk mengurangi kecemasan di antara pasien yang berada

di dalam rumah perawatan. Hindari warna kuning dan warna-warna kusam dan merah

karena menurut penelitian akan menganggu pasien termasuk anak-anak. (Verderber

66)

2.4.8 View dan vegetasi

Pemandangan diutamakan bagi ruang-ruang pasien, seperti ruang kamar dan

ruang meditasi. Pemandangan ke alam dapat menjadi terapi tersendiri bagi pasien

untuk memberikan informasi tidak langsung pada cuaca dan keadaan di luar sana.

Menggunakan kaca dengan ukuran penuh dapat membantu memasukan lebih banyak

cahaya dan pemandangan dari luar.

Namun sering kali terjadi kendala pada bangunan rumah perawatan yang berada

di kota yaitu keterbatasan akan view ke alam. Hal ini dapat dimanipulasi dengan

menghadirkan mural pada dinding dan gambaran-gambaran akan alam.

Kehadiran vegetasi yang rindang pada landscape hospis sangat

direkomendasikan pada desain hospis di perkotaan. Namun perlu diperhatikan akan

kesesuaian desain. Misalnya dengan terlalu banyak screening menggunakan vegetasi

dapat menunjukan atau mengesankan bahwa hospis ini tertutup dan tidak untuk

umum. Hal ini perlu dihindari agar hubungan hospis dengan lingkungan di sekitarnya

pun terjaga sebagaimana mestinya. Think-outside-to-inside dan sebaliknya.

(Verderber 76)

2.4.9 Kenyamanan dan Keamanan

2.4.9.1 Keamanan Material

Perhatian akan keamanan material bagi desain rumah perawatan tidak sedetail

pada perhatian material pada rumah sakit. Tetapi tetap saja perlu diperhatikan

beberapa keamanan material yang umumnya pada desain lantai.

Desain lantai untuk rumah perawatan paliatif perlu diperhatikan seperti

kelicinan lantai, durability lantai, dan maintenance lantai. Tekstur yang dihadirkan

pada desain lantai ruang perawatan paliatif dapat beragam, seperti dengan

menghadirkan tekstur rumput, pasir, tanah, batu alam, dan lain-lain. Dapat juga

menghadirkan bentukan imajiner seperti air yang bukan air dan desain-desain

imajiner lainnya.

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

27  

Secara khusus material yang digunakan untuk fasilitas kesehatan juga tidak

boleh sembarangan. Salah satu kualifikasinya adalah tidak boleh berpori atau

homogenus style. Cat yang digunakan juga cat khusus yang dapat mematikan bakteri.

(Roberts 114)

Menghadirkan material-material alam seperti kayu, pohon yang tumbuh alamiah

yang jelas menunjukan lingkaran tahun menunjukan pergantian musim. Menjadikan

material kayu menjadi pilihan utama dalam mendesain rumah perawatan. (Verderber

80)

2.4.9.2 Infection Control

Beberapa pasien memiliki status yang masih tidak diketahui. Beberapa pasien

juga memiliki antibody yang lemah sehingga semua body liquid sebaiknya

diperlakukan sebagai ancaman infeksi. Secara desain yang dapat diakukan adalah:

• Layout yang meminimalisir cross contamination pada ruang kerja.

• Detail dan sirkulasi kerja yang efisien.

• Material dan finishing yang sesuai.

• Menambahkan sebanyak mungking tempat cuci tangan.

• Sistem pembuangan dan pembersihan yang sesuai.

• Ruangan-ruangan isolasi dengan system ventilasi yang terbatas.

(Roberts 109)

2.4.9.3 Sistem Keamanan dan Komunikasi

Sistem keamanan yang digunakan sesuai dengan standard ruangan yang berlaku

seperti keamanan sistem kebakaran: smoke detector, fire alarm, APAR & sprinkle,

sistem keamanan: CCTV, panggilan emergency, kamera untuk mengontrol pasien saat

pasien sendirian, dan lain-lain.

• Voice / data system.

• Telepon dan kapasistas untuk video conferencing

• Panggilan emergency

• CCTV

• Radiotherapy information.

• Server room.

• Alarm system, kulkas untuk obat, and medical gases.

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

28  

• Kamera untuk mengontrol pasien saat pasien sendirian di treatment area.

(Roberts 117)

2.4.9.4 Kebersihan dan Sanitasi

Kebersihan dan Sanitasi pada rumah perawatan palitif tidak terlalu spesial, jadi

perlu disesuaikan. Yang benar sebaiknya dapat dengan mudah dibersihkan dan

menggunakan finishing material yang kuat dan tahan lama. Sistem kebersihan yang

sesuai adalah menggunakan material yang tidak mudah menangkap bakteri dan

mudah untuk dibersihkan.

Keberadaan cleaning service sangatlah krusial yang dapat membantu dalam

menjaga kebersihan rumah perawatan. Penggunaan material khusus pada ruang

tertentu agar tidak menyimpan bakteri dan menyebabkan infeksi. Material yang

antimicrobial juga perlu diperhitungkan. (Pudjirahardjo)

2.4.10 Standarisasi Ruang

2.4.10.1 Resepsionis

Area resepsionis adalah area pertama yang ditemui oleh pasien dan menjadi

kesan pertama yang ditangkap pasien akan rumah perawatan yang akan mereka

tinggali atau mencari pengobatan. Area resepsionis harus memiliki signage yang jelas

dan aura yang hangat dan ‘menyambut’ pasien, bukannya mengancam.

Arahan yang jelas akan alur yang ada di resepsionis, seperti tanda pasien

harus menunggu, tanda giliran pasien tiba, dan lain-lain harus lah jelas agar pasien

merasa diterima dan nyaman selama melakukan proses administrasi. Kesan bahwa

kehadiran tim akan selalu menolongnya kapan pun mereka butuhkan di rasa penting

pada kesan area resepsionis. (Verderber 64)

Area ini disaranakan untuk berdekatan dengan area file dan ruang yang

berhubungan dengan administrasi, agar ruangan ‘kehidupan’ pasien dapat terhindar

dari area administrasi.

2.4.10.2 Kamar Pasien

Kamar pasien harus mudah diakses oleh area perawat sehingga ketika

mereka membutuhkan bantuan pasien dapat dijangkau oleh perawat secepat mungkin.

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

29  

Kamar pasien merupakan bagian paling krusial dalam rumah perawatan paliatif.

Semuanya terpusat pada ruangan ini. Di tempat ini lah pasien menghabiskan sebagian

besar waktunya.

Ruangan ini sebaiknya tidak memiliki tampak seperti ruangan dalam

rumah sakit. Ruangan ini sebaiknya didesain senatural mungkin, mirip dengan

desain kamar tidur pada rumah-rumah pada umumnya.

Pasien mungkin tidak seutuhnya sadar akan keadaan di sekeliling mereka,

tetapi pada pagi hari pasien mungkin menyadari pemandangan dan banyaknya cahaya

yang masuk ke dalam ruangan. Ruangan private ini sebaiknya memiliki ukuran 20-

25% lebih besar dari ruangan pada rumah sakit. Karena ruangan ini tidak hanya

mengakomodasi pasien, tetapi juga kegiatan sosial.

Untuk alat-alat medis seperti medical gasses dan alat bantu oksigen dapat

disembunyikan pada panel-panel kayu di belakang kasur dengan penutup kayu

misalnya. (Verderber 69)

Kamar pasien juga memungkinkan untuk dibagi dua dengan menggunakan

dinding sekat yang dapat ditarik sehingga kamar menjadi lebih kecil.

2.4.10.3 Ruang Sharing / Group Session Rooms

Kebanyakan hospis memiliki ruang untuk berkumpul atau melakukan

kegiatan bersama, seperti sharing. Untuk memastikan privacy dan mengurangi

gangguan dari luar, sebaiknya di desain dengan perhatian akustik dan visual isolation

dengan furnitur khas rumah. Ruangan ini biasanya digunakan untuk ruang serba guna

dimana desain sesuai umur pengguna perlu diperhatikan.

Misalnya dapat menyediakan dinding rendah yang dapat dipindahkan dengan

mudah untuk menyediakan tempat untuk konsultasi kecil atau sharing dengan

kelompok kecil. Yang terpenting adalah menyediakan nuansa rumah yang jauh dari

kesan rumah sakit pada ruang-ruang yang sering digunakan oleh pasien. (Verderver

81)

2.4.10.4 Ruang Konsultasi

Desain ruangan konsultasi biasanya digunakan untuk memperbarui kabar

mengenai kondisi penyakit pasien. Walaupun terdapat kabar baik juga, mengantisipasi

Page 23: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

30  

yang terburuk adalah pilihan terbaik untuk mendesain ruang konsultasi ini. Ruangan

ini dikhususkan untuk menyampaikan kabar yang kurang menyenangkan baik pada

pasien maupun keluarga kerabat pasien.

Sebaiknya disediakan ruangan dengan setting terbuka. Saat berbicara pada

pasien yang memiliki penyakit parah dan keluarganya, penting adanya setting

lingkungan yang tepat dan bagaimana cara menyampaikan hal tersebut.

• Kurangi adanya barang yang menghalangi antara pasien dengan pemberi

kabar, dalam hal ini umunya dokter. Jangan ada meja atau barang apapun

yang menghalangi.

• Duduk sejajar mata ke mata dengan jarak dimana memungkinan tangan

pemberi kabar menjangkau tangan pasien.

• Memberi kabar dengan menyandarkan punggung pada sandaran kursi di

rasa tidak sopan dan menunjukan arogansi. Sebaiknya dihindari. Memberi

kabar dengan membungkukan badan ke depan dengan jarak dekat yang

mampu menenangkan pasien maupun keluarganya dirasa sangat perlu

diaplikasikan. (Forman et al. 73)

2.4.10.5 Ruang Terapi

2.4.10.5.1 Akupuntur

Seperti yang sering kita tau, akupuntur adalah terapi sampingan lainnya

yang menggunakan jarum steril yang ditekankan pada titik-titik khusus pada tubuh.

Efek yang diterima adalah ketenangan pada emosional dan menghilankan stress pada

tubuh untuk memaksimalkan kemampuan tubuh untuk me-recovery dirinya.

Desain ruang akupuntur dikhususkan untuk private sehingga pasien dapat

‘lari’ sejenak dari kehidupan yang mereka jalani. (“Therapy” 14)

2.4.10.5.2 Massage Therapy

Seperti terapi-terapi sebelumnya, pijat juga membantu pasien

menghilangkan stress dan sakit pada tubuhnya. Teknik yang dihadirkan pun

bermacam-macam tetapi tetap memiliki satu tujuan yaitu meningkatkan perilaku,

relaksasi, menghilangkan stress, kekakuan, dan kesakitan.

Page 24: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

31  

Pasien kanker merespon baik pada terapi ini—terutama pada teknik yang

lembut. Beberapa juga mengatakan bahwa terapi pijat dapat menghilangkan sakit

setelah operasi. (“Therapy” 17)

2.4.10.5.3 Aromatherapy

Terapi aroma tidak memerlukan ruangan khusus, bisa diletakan dimana

pun di ruangan aktivitas pasien. Terapi aroma dihadirkan melalui campuran minyak-

minyak wangi sehingga menghasilkan wewangian khusus yang dapat mestimulus otak

untuk menghasilkan hormon endorphin.

Wewangian juga dapat mengurangi kecemasan dan mual dan muntah pada

pasien penderita kanker. Wewangian dapat menimbulkan kebahagiaan dan perasaan

relaksasi yang diinginkan oleh pasien. (“Therapy” 21)

2.4.10.5.4 Reflexology

Berbeda dengan terapi pijat, reflexology adalah teknik menekan titik-titik

tertentu pada bagian kaki dan tangan sehingga melepaskan ketegangan atau kelelahan

pada bagian tubuh yang lain. Dipercaya kaki memiliki segala pembuluh darah di

seluruh tubuh kita sehingga saat bagian tertentu pada tubuh ditekan, maka akan

menghilangkan kelelahan atau sakit pada bagian tbuh yang lain.

Biasanya saat melakukan reflexology tidak seperti pada terapi pijat

dimana pasien tidur, pada terapi reflexology pasien diminta duduk untuk melakukan

terapi. Sehingga hanya dibutuhkan kursi yang nyaman dan penyekat ruangan untuk

menjaga privacy pasien. (“Therapy” 25)

Tabel 2.2 Tabel Efek Terapi Sampingan pada Perubahan Perilaku Pasien

Page 25: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

32  

 Sumber: Briscoe (2013, p.19)

 2.4.10.6 Healing Garden

Alam memberi efek menenangkan bagi manusia. Sama halnya seperti

manusia pergi berlibur untuk sejenak menenangkan diri dari himpitan kewajiban yang

mereka miliki. Sebuah studi oleh peneliti Marcus dan Barnes menemukan bawa 2/3

manusia memilih untuk mencari alam sebagai tempat berdiam sejenak. Di penelitian

lain, 95% dari sample mengatakan menghabiskan waktu di alam dapat meningkatkan

mood mereka. Banyak penelitian mengatakan bahwa alam menghasilkan efek tenang

seperti menurunkan tekanan darah, meningkatkan pernafasan, aktivitas otak, dan

menurunkan hormon stress, dan meningkatkan suasana hati. (Kreitzer 6)

Menurut Eckerling, definisi Healing Garden adalah “a garden in a healing

setting designed to make people feel better.” Sebenarnya semua taman bisa menjadi

Healing Garden, yang membuatnya berbeda adalah apakah pengkondisian taman

tersebut didasarkan psikologis pengguna ataukah hanya ala kadarnya. Tujuan Healing

Garden adalah membuat manusia merasa lebih aman, mengurangi stress, dan

meningkatkan kenyamanan penggunanya. (Molly 3)

Beberapa persyaratan yang digunakan untuk mendesain Healing Garden

bagi fasilitas hospis menurut Furgeson Molly dalam artikelnya yang berjudul Healing

Garden adalah

• Menyediakan ruang transisi antara ruang indoor dan outdoor untuk

penyesuaian pada cahaya matahari.

• Menyediakan bunyi-bunyian alam pada taman.

Page 26: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

33  

• Menyediakan tempat untuk duduk dan berkontemplasi.

• Menyediakan berbagai jenis tanaman dengan beragam texture untuk

memberi pengalaman ruang yang beragam bagi penggunanya.

• Menyediakan pemandangan ke luar dari kamar pasien yang tidak dapat

keluar kamar.

• Menyediakan fasilitas air yang sangat mendukung suasana meditasi saat

berdoa atau efek terapi sendiri bagi penggunanya. (Molly 12)

2.4.10.7 Ruang Meditasi

Pasien, keluarga, dan staff juga memerlukan istirahat, penghiburan, dan

meditasi. Terkadang menyenangkan untuk menyendiri dan menghindar dari segala

aktivitas dan sosialisasi untuk sejenak berdiam diri dan merenung. Biasanya tempat

yang digunakan untuk menyindiri adalah fasilitas keagaaman seperti kapel atau

mushola.

Tidak perlu desain ruangan yang besar. Desain ruangan kecil dengan stained

glass window yang menghadapkan pada pemandangan taman yang tenang dan

nyaman dirasa cukup untuk menghadirkan ketenangan untuk bermeditasi sejenak

menarik diri dari keramaian. (Verderber 76)

2.4.10.8 Kafetaria dan Perpustakaan

Ruangan Lain yang dapat ditambahkan pada rumah perawatan paliatif adalah

cafeteria dan perpustakaan. Ruang kafetaria dapat digunakan untuk berinteraksi dan

bertukar pengalaman baik antar pasien maupun antar keluarga pasien. Sangat penting

untuk menciptakan area kafetaria yang fleksibel dan dapat digunakan untuk sendiri

maupun bersama-sama. Pilihan untuk outdoor dan indoor juga diperlukan untuk

menghadirkan sense of control bagi pasien. Hal terpenting dalam mendesain sebuah

ruang kafetaria yang ideal adalah desain yang mencerminkan suasana rumah.

(Verderber 67)

Ruang kafetaria juga merupakan tempat bagi pasien dan keluarga untuk

makan. Melalui kafetaria yang dikelola secara pribadi oleh badan khusus, makanan

yang disajikan dapat disaring dan ditentukan sesuai dengan kebutuhan. Semisal dalam

rumah perawatan paliatif, makanan yang disajikan tidak sembarang makanan,

Page 27: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Perawatan Paliatif 2.1.1 ... · pada perawatan paliatif yaitu kesadaran akan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial,

 

Universitas Kristen Petra

34  

melainkan makanan yang telah diperhitungkan nutrisi dan komposisinya. Dengan

begitu pasien dapat dikontrol juga melalui makanan yang dimakannya.

Adanya kafetaria mendorong adanya dapur yang diperlukan untuk mengelola

makanan. Dapur yang diterapkan pada ruang kafetaria berkapasitas kecil minimal 9

m2 dengan perhitungan hanya untuk mengelola masakan untuk ±30 orang.

Perpustakaan juga dapat ditambahkan bagi pasien yang gemar membaca dan

dapat menghabiskan waktunya berada di sana. Tentu prsentase luasan perpustakaan

tidak sebesar perpustakaan pada umumnya, tetapi di rasa pas untuk mengakomodasi

buku-buku yang perlu disediakan bagi pasien. (Verderber 68)