16
Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif (Studi Deskriptif di Yayasan Rumah Rachel, Jakarta) Sylvia feby Saskia & Fitriyah Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16426, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas pelaksanaan supervisi yang diberikan koordinatoor perawat kepada perawat pelaksana di Yayasan Rumah Rachel beserta hambatannya. Dalam hal ini, perawat bertindak sebagai front-line worker dalam pemberian perawatan paliatif untuk anak. Pemberian perawatan paliatif bertujuan untuk menjaga kualitas hidup anak yang menderita penyakit mengancam jiwa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan pelaksanaan supervisi yang dilihat dari fungsi administratif, edukatif dan supportif termasuk di dalamnya model supervisi yang digunakan. Selain itu, ditemukan hasil bahwa pengetahuan menjadi hambatan bagi koordinator perawat dalam memberikan supervisi. Hal ini mengakibatkan perawatan paliatif yang diberikan menjadi kurang holistik. Kata kunci: Penyakit mengancam jiwa, perawatan paliatif, supervisi Nurse Supervision in Palliative care (Descriptive study in Yayasan Rumah Rachel, Jakarta) Abstract This research describes the supervision implemented by nurse in Yayasan Rumah Rachel along with the difficulty faced in the process. Overall, the nurses act as front-line worker in children’s palliative care. Palliative care is aimed to sustain the quality of life for children with life-threatening illness. The research uses qualitative approach with descriptive method. The result describes that supervision is implemented according to administrative, educative, and supportive function and it practices its supervision model. It also found that knowledge is the main problem faced by supervisor in giving supervision. This eventually leads to the palliative care being implemented less holistically. Key words: Life-threatening illness, palliative care, supervision 1. Pendahuluan Kesejahteraan sosial merupakan sebuah kondisi kehidupan manusia dimana terkelolanya permasalahan sosial, terpenuhinya kebutuhan manusia, dan termaksimalisasinya kesempatan sosial masyarakat (Midgley, 1995). Untuk menciptakan kondisi ideal tersebut dibutuhkan adanya usaha yang disebut dengan usaha kesejahteraan sosial. Menurut Adi (2005) usaha kesejahteraan Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif (Studi Deskriptif di Yayasan Rumah Rachel, Jakarta)

Sylvia feby Saskia & Fitriyah

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16426, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas pelaksanaan supervisi yang diberikan koordinatoor perawat kepada perawat pelaksana di Yayasan Rumah Rachel beserta hambatannya. Dalam hal ini, perawat bertindak sebagai front-line worker dalam pemberian perawatan paliatif untuk anak. Pemberian perawatan paliatif bertujuan untuk menjaga kualitas hidup anak yang menderita penyakit mengancam jiwa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan pelaksanaan supervisi yang dilihat dari fungsi administratif, edukatif dan supportif termasuk di dalamnya model supervisi yang digunakan. Selain itu, ditemukan hasil bahwa pengetahuan menjadi hambatan bagi koordinator perawat dalam memberikan supervisi. Hal ini mengakibatkan perawatan paliatif yang diberikan menjadi kurang holistik.

Kata kunci: Penyakit mengancam jiwa, perawatan paliatif, supervisi

Nurse Supervision in Palliative care (Descriptive study in Yayasan Rumah Rachel, Jakarta)

Abstract

This research describes the supervision implemented by nurse in Yayasan Rumah Rachel along with the difficulty faced in the process. Overall, the nurses act as front-line worker in children’s palliative care. Palliative care is aimed to sustain the quality of life for children with life-threatening illness. The research uses qualitative approach with descriptive method. The result describes that supervision is implemented according to administrative, educative, and supportive function and it practices its supervision model. It also found that knowledge is the main problem faced by supervisor in giving supervision. This eventually leads to the palliative care being implemented less holistically.

Key words: Life-threatening illness, palliative care, supervision

1. Pendahuluan

Kesejahteraan sosial merupakan sebuah kondisi kehidupan manusia dimana terkelolanya

permasalahan sosial, terpenuhinya kebutuhan manusia, dan termaksimalisasinya kesempatan

sosial masyarakat (Midgley, 1995). Untuk menciptakan kondisi ideal tersebut dibutuhkan adanya

usaha yang disebut dengan usaha kesejahteraan sosial. Menurut Adi (2005) usaha kesejahteraan

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 2: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

sosial pada dasarnya merupakan suatu program ataupun kegiatan yang didesain secara kongkret

untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Salah satu bidang yang menjadi kajian dalam usaha kesejahteraan sosial yaitu kesehatan anak.

Kesehatan anak menjadi salah satu fokus usaha kesejahteraan sosial karena menjadi indikator

keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Hal ini dicantumkan dalam Millenium Development

Goals (MDGs) capaian kesehatan yang yang ingin diraih ialah mengurangi kematian anak,

meningkatkan kesehatan ibu, dan memerangi HIV/AIDS (BAPPENAS, 2010). Hingga kini,

kasus kematian anak banyak disebabkan oleh penyakit terminal seperti pneumonia, gizi buruk,

diare, malaria, kanker, HIV/AIDS, tuberkolosis, campak, tetanus, meningitis, difteri, kanker, dan

penyakit yang timbul akibat kecelakan fatal.

Saat ini jumlah anak yang mengalami penyakit terminal masih tergolong tinggi. Untuk kasus HIV

hingga September 2014, anak dengan kelompok usia ≤ 4 tahun tercatat ada 553 anak, usia 5-14

tercatat 234 anak, dan usia 15-19 tercatat 813 anak (Kemenkes, 2014). Sedangkan untuk kasus

kanker, Menteri Kesehatan menyebutkan berdasarkan data Global Burden Cancer tahun 2012,

jumlah kasus kanker baru pada anak-anak dan dewasa mencapai 14,1 juta kasus dengan 8,2 juta

kematian. Data ini menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan data tahun 2008,

dengan 12,7 kasus baru dengan 7,6 juta kematian (Kemenkes, 2014). World Health

Organization juga memperkirakan bahwa ada 175.300 kasus baru kanker anak dan ada sekitar

96.400 anak yang meninggal karena kanker di seluruh dunia. Di Indonesia, data registrasi kanker

di DKI Jakarta menunjukkan jumlah kasus kanker pada anak adalah sebesar 4,7 % (601 kasus)

dari seluruh kasus kanker (12.792 kasus) (Kemenkes, 2014).

Perjalanan penyakit terminal yang dialami anak-anak tidak hanya mempengaruhi fisik tetapi juga

dapat mempengaruhi kondisi psikososial dan spiritual anak (Doyle, Hanks & Macdonald, 2003).

Dengan kondisi seperti ini, anak dan keluarganya membutuhkan suatu perawatan holistik yang

mencakup perawatan fisik, psikososial, dan spiritual. Perawatan ini disebut dengan perawatan

paliatif. Menurut Fochtman (2002) perawatan paliatif adalah perawatan total untuk pasien yang

tidak lagi merespon pengobatan kuratif dengan tujuan untuk mencapai kualitas hidup terbaik

pasien.

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 3: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

Pemberian perawatan paliatif ini melibatkan tim yang terdiri dari dokter, perawat, psikolog,

pekerja sosial hingga pembimbing spiritual. Tim multidisiplin ini dapat menyediakan layanan

yang efektif untuk anak-anak dan keluarga mereka (Baggott & Kelly, 2002). Dalam

pelaksanaannya, pemberian perawatan paliatif ini tidak jarang menemukan hambatan, misalnya,

ketika keluarga diberi tahu kenyataan kondisi anak, reaksi dari mereka dapat berupa rasa amarah,

kaget, bahkan penolakan terhadap kondisi pasien. Menurut Amery (2009) tantangan dalam

pemberian perawatan paliatif antara lain beban kerja yang berlebihan dan tidak adanya kejelasan

peran. Sebagai contoh, pelaksanaan perawatan paliatif yang hanya dijalankan oleh satu disiplin

ilmu dapat menimbulkan kelebihan beban kerja dan ambiguitas peran sehingga mereka tidak

mencapai kepuasan kerja dan tujuan layanan tidak tercapai. Menanggapi hal tersebut, organisasi

yang bergerak di bidang perawatan paliatif memiliki tanggung jawab untuk memberikan

dukungan dan supervisi kepada pekerjanya (Amery, 2009).

Dalam Johnson & Johnson (2000), Katz & Kahn (1978) supervisi dalam setting medis diperlukan

mengingat pekerja harus mengetahui secara rinci mengenai penyakit yang diderita dan apa

implikasi terhadap kehidupan pasien dan keluarga. Di samping itu, intensitas pertemuan pekerja

dengan pasien yang relatif tinggi cenderung dapat menimbulkan stres. Terlebih lagi untuk pekerja

yang menangani pasien dengan penyakit terminal, sikap atau reaksi keluarga terhadap kondisi

pasien seringkali membuat staf merasa frustasi. Dalam hal ini, supervisor harus membantu

pekerja menyiapkan kemungkinan reaksi dari keluarga pasien. Munson (2002) melaporkan

bahwa pekerja mengalami hal yang membuat depresi ketika berhadapan dengan kondisi pasien

yang menuju pada arah kematian. Pekerja membutuhkan supervisor untuk mengekspresikan

perasaan dan meminta solusi terhadap masalah yang ada. Dengan supervisi rutin, pekerja

memiliki kesempatan untuk membahas masalah yang sedang dihadapi, berbagi cerita tentang

keadaan lapangan, mencari solusi bersama, dan merencanakan kegiatan berikutnya.

Yayasan Rumah Rachel merupakan satu-satunya lembaga nonprofit di Indonesia yang bergerak

di bidang perawatan paliatif anak. Yayasan Rumah Rachel didirikan pada tahun 2006 dengan visi

yaitu tidak ada lagi anak yang meninggal seorang diri tanpa kasih sayang. Dalam memberikan

layanan, Yayasan Rumah Rachel memberikan perawatan paliatif berbasis homevisit kepada anak

dengan kanker dan HIV/AIDS tetapi hanya mengandalkan perawat sebagai front-line worker

sehingga perawatan yang diberikan menekankan pada perawatan medis. Meskipun hanya

menekankan pada aspek medis, perawat juga memperhatikan aspek non medis. Dalam hal ini,

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 4: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

diharapkan perawat juga tetap menjalankan peran-peran dari disiplin ilmu lainnya seperti mencari

calon pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, melakukan assessment yang berisi

pengkajian medis, nutrisi, serta psikososial pasien dan keluarga, menentukan tindakan

selanjutnya, menjadi jembatan antara anggota keluarga, keluarga dengan tetangga, dan

menemukan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan pasien.

Untuk menjalankan berbagai macam peran dalam perawatan paliatif, dibutuhkan pengetahuan

dan keterampilan mengenai paliatif baik dari aspek medis dan non medis. Namun demikian,

perawat Yayasan Rumah Rachel merasa belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

cukup mengenai aspek non medis dalam perawatan paliatif. Keterbatasan ini memunculkan

adanya kebutuhan supervisi dari koordinator perawat selaku supervisor mereka agar kebutuhan

pengetahuan dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu dapat terpenuhi.

Supervisi ini perlu dilakukan untuk mencapai keberhasilan perawat sebagai front-line worker

dalam pemberian perawatan paliatif karena keberhasilan perawat merupakan kunci utama

keberhasilan lembaga memberikan layanan kepada masyarakat. Dalam supervisi, diharapkan

terdapat transfer ilmu dari supervisor terhadap supervisee karena supervisor memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak dibanding supervisee. Namun, supervisi yang

dijalankan oleh perawat Yayasan Rumah Rachel belum sepenuhnya dapat menjadi suatu proses

transfer ilmu paliatif dari koordinator perawat untuk perawat pelaksana terlebih dalam aspek non

medis. Supervisi yang dijalankan perawat Yayasan Rumah Rachel hanya menekankan pada aspek

medis saja.

Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini mengkaji mengenai :

1. Pelaksanaan supervisi perawat paliatif di Yayasan Rumah Rachel

2. Hambatan yang dialami perawat dan koordinator perawat ketika melaksanakan supervisi

2. Tinjauan Teoritis

A. Pelaksanaan Supervisi

Menurut Kadushin & Harkness (2002) supervisi adalah interaksi antara supervisor dengan

supervisee yang di dalamnya terdapat fungsi administratif, edukatif, dan supportif dengan tujuan

meningkatkan layanan yang diberikan organisasi untuk klien. Dalam setting perawatan paliatif,

supervisi difokuskan pada tanggung jawab supervisor untuk membantu pekerja sosial mengatasi

stres yang timbul akibat bekerja terus-menerus dengan kematian dan kedukaan (Reith & Payne,

2009). Pada perawatan ini supervisor juga bertanggung jawab untuk memberikan dukungan atau

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 5: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

memfasilitasi dukungan teman sebaya dalam tim. Pengertian tersebut tidak hanya terbatas untuk

satu profesi saja, tetapi juga untuk profesi lain yang pekerjaannya memberikan pelayanan melalui

intervensi individu, kelompok, atau pun keluarga.

Menurut Kadushin & Harkness (2002) supervisi memiliki tiga fungsi, antara lain:

1. Fungsi administratif

Stein dalam Kadushin & Harkness (2002) menjelaskan supervisi sebagai proses

mendefinisikan dan mencapai tujuan organisasi melalui sistem upaya yang terkoordinasi dan

kooperatif. Berdasarkan hal tersebut, pencapaian tujuan organisasi dapat dimulai dengan

pembagian struktur yang tepat. Dalam fungsi ini, Kadushin & Harkness menyebutkan bahwa

supervisor memiliki tugas antara lain:

a) Staf rekrutmen dan seleksi

Rekrutmen dan seleksi calon pekerja baru perlu dilakukan oleh supervisor karena

supervisor mengetahui secara rinci deskripsi dan kualifikasi pekerjaan yang membutuhkan

pekerja baru sehingga dapat menentukan kriteria penerimaan calon pekerja baru.

Supervisor dapat berpartisipasi menentukan kriteria dan mengimplementasikannya melalui

wawancara. Oleh karena itu, keputusan supervisor mengenai penerimaan pekerja baru juga

patut dipertimbangkan oleh pihak manajemen lembaga.

b) Orientasi dan penempatan kerja

Setelah merekrut pekerja, supervisor bertugas untuk memberi orientasi dan menempatkan

posisi pekerja baru. Supervisor perlu menjelaskan kepada pekerja baru apa posisi mereka

dan kepada siapa mereka memberikan laporan atau sebaliknya. Di samping itu, supervisor

juga harus memberi informasi seputar gaji, jam kerja, asuransi kesehatan, dana pensiun,

liburan, lembur, cuti, izin sakit, keikutsertaan dalam seminar dan pelatihan. Hal lain yang

perlu diperhatikan ketika ada pekerja baru ialah menjelaskan proses dan fungsi supervisi

yang dijalankan. Pekerja baru mungkin belum mengetahui fungsi dan perannya sebagai

supervisee sehingga ia perlu mendapatkan informasi terkait peran dan partisipasinya dalam

proses supervisi.

c) Perencanaan kerja

Ketika pekerja baru sudah ditempatkan dalam posisi tertentu, supervisor memiliki

tanggung jawab membuat rencana kerja sesuai dengan kebutuhan lembaga. Bagian

administrasi membuat kebijakan dan tujuan lembaga secara umum, selanjutnya supervisor

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 6: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

harus menurunkannya menjadi tugas yang spesifik termasuk periode pengerjaannya.

Dalam membuat perencanaan kerja, supervisor harus melihat kekuatan yang dimiliki

pekerja dan mengalokasikan tugas yang sudah dirancang ke pekerja.

d) Pembagian tugas

Setelah merencanakan pekerjaan untuk keseluruhan bagian, supervisor memilih tugas per

individu yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam membuat tugas untuk pekerja,

supervisor perlu mempertimbangkan beberapa factor seperti melihat kekuatan dan

kelemahan pekerja, pemilihan tugas yang berdasar pada beban kerja, keberragaman tugas,

variasi pekerjaan, dan kecocokan pekerja dengan klien

e) Pendelegasian tugas

Pendelegasian tugas merujuk pada bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Dalam budaya

kerja yang demokratis, pekerja akan diberi kebebasan untuk menentukan sendiri cara

menyelesaikan pekerjaannya. Namun, sebaliknya, jika kewenangan delegasi tugas berada

pada supervisor atau manajer, cara penyelesaian tugas akan ditentukan atau telah diketahui

dan disetujui supervisor. Terdapat beberapa prosedur dalam pendelegasian tugas yaitu

mendelegasikan secara langsung dan spesifik, secara umum, dan pemberian saran melalui

diskusi. Penentuan prosedur pendelegasian tugas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti kompleksitas tugas, tingkat keterampilan pekerja, beban kasus, kerentanan dan

resiko terhadap klien, kesiapan supervisor dan pekerja menerima risiko, dan sanksi

administrasi atas kegagalan supervisi.

f) Pemantauan, peninjauan, dan evaluasi

Dalam pemantauan, supervisor melihat laporan pekerja baik lisan dan tulisan. Tujuan

pemantauan ialah untuk berbagi umpan balik dari pekerja mengenai pekerjaan yang mereka

lakukan. Supervisor memantau pekerja dan pekerjaan yang sedang dilakukannya. Selain

itu, supervisor juga perlu meninjau kembali pekerjaan yang telah diberikan. Dengan

peninjauan, supervisor dapat melihat apakah pekerja mampu menyelesaikan beban kerja

yang diberikan. Setelah pekerjaan selesai dilakukan, selanjutnya supervisor bertanggung

jawab untuk mengevaluasi pekerjaan yang telah selesai tersebut. Supervisor menilai dengan

objektif hasil pekerjaan tersebut, apakah salah atau benar dan melihat apakah ada yang

perlu perubahan. Hasil evaluasi ini akan menjadi pertimbangan untuk pengangkatan,

promosi, atau pun perubahan tugas bagi pekerja.

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 7: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

g) Supervisor sebagai administrative buffer

Supervisor berfungsi sebagai penyangga (buffer) dalam hubungan dengan klien yang

berkaitan dengan layanan lembaga. Dalam hal ini, supervisor menjalankan fungsinya untuk

mendengarkan keluhan dari klien yang merasa tidak puas dengan layanan yang diberikan

pekerja. Di sisi lain, supervisor harus melindungi pekerja dari tindakan negatif klien.

Supervisor membantu mencari jalan keluar atas permasalahan antara pekerja dengan klien.

Selain menjadi penyangga antara pekerja dengan klien, supervisor juga berfungsi menjadi

penyangga antara pekerja dengan lembaga. Supervisor harus melindungi pekerja dari

kelebihan atau ketidakjelasan beban kerja yang diberikan administrator.

h) Supervisor sebagai advokat

Dalam kaitannya dengan fungsi advokasi, supervisor memiliki tanggung jawab untuk

mengadvokasi kebutuhan pekerja. Advokasi dalam suatu lembaga meliputi advokasi

vertikal dan horizontal. Advokasi vertikal yaitu antara pekerja dengan pihak administrator

atau atasan. Sedangkan advokasi horizontal yaitu antara pekerja dengan unit lembaga lain

dan komunitas lembaga. Keberhasilan supervisor dalam memberikan advokasi ke pihak

atasan bergantung pada kemampuan supervisor menyampaikan kepentingan pekerja.

2. Fungsi edukatif

Fungsi edukatif menekankan pengajaran dalam proses supervisi. Kegiatan ini meliputi

pengawasan, pembimbingan, pemberian informasi, saran, serta membantu memecahkan

masalah dan memberikan solusi. Dalam fungsi edukatif, supervisor memberikan pengetahuan

dan keterampilan yang dibutuhkan pekerja dalam menjalankan tugasnya. Austin dalam

Lauffer (1987) mengkategorikan empat tugas yang harus dilakukan supervisor dalam

menjalankan fungsi pendidikan, antara lain:

a) Pengkajian

Pengkajian tidak hanya dilakukan untuk penilaian kinerja yang sudah dilakukan

sebelumnya. Pengkajian juga merupakan proses antisipasi. Melalui pengkajian, supervisor

dapat membuat asumsi kemungkinan masalah dan tantangan yang dihadapi pekerja pada

tugas berikutnya. Pengkajian tidak hanya dilakukan oleh supervisor saja, tetapi juga dapat

dilakukan oleh anggota kelompok. Mereka dapat saling melakukan pengkajian kapasitas

yang mereka miliki.

b) Orientasi

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 8: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

Orientasi berfokus pada siapa, apa, dan bagaimana pekerjaan atau praktik dari sebuah

lembaga. Supervisor memiliki tanggung jawab untuk mengenalkan pekerja baru kepada

lembaga dan menyampaikan perubahan lembaga kepada pekerja lama. Di beberapa

lembaga, orientasi formal dilakukan oleh divisi pelatihan, selanjutnya supervisor dapat

memberikan orientasi di bagiannya mengenai program dan layanan.

c) Pembaharuan

Supervisor juga memiliki tanggung jawab untuk memperbaharui informasi terbaru di

lembaga. Pembaharuan merujuk pada pengenalan pekerja terhadap fakta terbaru, kriteria

performa baru, perubahan pada populasi klien, masalah yang dapat mempengaruhi

lembaga, teknologi baru, dan lain sebagainya. Namun, tidak semua supervisor mengetahui

secara cepat isu-isu terbaru. Hal ini memunculkan adanya kebutuhan untuk melakukan

pengayaan kepada pekerja sesuai dengan potensi yang dimiliki pekerja

d) Pengayaan

Pengayaan bertujuan untuk membantu pekerja mengoptimalisasi potensi yang dimiliki,

membebaskan pekerja untuk berkembang dan kreatif, membebaskan mereka untuk

menggunakan dan mengembangkan kapasitas yang mereka miliki. Dalam hal ini, tugas

supervisor ialah meyediakan kesempatan dan atmosfer untuk lebih berkembang.

3. Fungsi supportif

Fungsi supportif menyediakan dukungan psikologis dan interpersonal yang memungkinkan

pekerja untuk memobilisasi energi emosional (Kadushin & Harkness, 2002). Hal ini

diperlukan untuk mencapai kinerja yang efektif dan kepuasan dalam melakukan pekerjaan.

Melalui supervisi, pekerja dapat meningkatkan produktivitas dengan mereduksi stres yang

menganggu mereka dalam bekerja. Fungsi supportif berkaitan dengan peningkatan motivasi,

komitmen kerja, dan kepuasan kerja.

Dalam menjalankan fungsi supportif, supervisor harus mengkaji masalah yang membuat

pekerja merasa stres. Sebelum menangani stres pekerja, supervisor harus mengenali beberapa

sumber yang dapat memicu terjadinya stres pada pekerja. Dengan mengenali sumber stres

tersebut, diharapkan supervisor dapat mencegah dan mengatasi stres yang melanda pekerja.

Selanjutnya, bentuk dukungan yang dapat diberikan supervisor ialah kesediaan waktu dan

kontak yang berkala dengan supervisee. Menurut Shulman dalam Kadushin & Harkness

(2002) hal ini dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi supervisee karena mereka merasa

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 9: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

diperhatikan oleh atasan mereka. Terdapat efek negatif jika supervisor kurang mempedulikan

pekerja yang membutuhkan dukungan yaitu pekerja akan merasakan frustasi terhadap

pekerjaan.

Bentuk dukungan lain yang dapat diberikan supervisor ialah menenangkan pekerja yang

memiliki masalah dengan klien. Dalam hal ini, supervisor dapat membantu pekerja dengan

mengajaknya berdiskusi. Supervisor perlu menenangkan pekerja dari kecemasan yang dialami

ketika menghadapi klien dan mendorong pekerja untuk mengeluarkan ekspresinya. Pekerja

yang mampu mengeluarkan ekspresi kecemasan lebih dapat mengurangi dampak stres yang

timbul. Kemudian, supervisor juga memiliki tanggung jawab untuk membantu pekerja

menyelesaikan masalah mereka dengan klien.

Dalam pelaksanaan supervisi, Kadushin dalam Kadushin & Harkness (2002) menyebutkan ada

tiga fase supervisi, antara lain:

- Beginning the conference yaitu membuat jadwal supervisi dan mempersiapkan bahan

yang menjadi materi supervisi.

- Middle phase yaitu proses pengajaran dan pembelajaran antara supervisor dengan

supervisee.

- Ending the conference yaitu tahap akhir supervisi dimana supervisor harus memastikan

bahwa proses supervisi sudah berjalan sesuai dengan harapan.

B. Hambatan dalam pelaksanaan supervisi.

Dalam melaksanakan proses supervisi, supervisor menghadapi hambatan. Salah satunya yaitu

berkaitan dengan fungsi pendidikan. Supervisor dituntut untuk selalu memiliki informasi terbaru,

pengetahuan dan keterampilan yang bagus untuk diajarkan kepada pekerja. Scott dalam Kadushin

& Harkness (2002) menyebutkan bahwa pekerja membutuhkan supervisor yang mengetahui

dasar-dasar teori dalam praktik layanan, mengetahui solusi dari setiap permasalahan, dan mau

mengajarkan pengetahuan baru kepada pekerja. Selain itu, karena pekerja dianggap sebagai

perpanjangan supervisor, seringkali supervisor merasa cemas terhadap praktik yang dilakukan

pekerja. Kesuksesan pekerja akan dianggap sebagai kesuksesan supervisor dan begitu pula

dengan kegagalan pekerja akan dianggap sebagai kegagalan supervisor. Dengan demikian,

supervisor merasa harus mengarahkan dan mengontrol pekerja sehingga supervisor membatasi

pekerja untuk mencari pengetahuan sendiri. Lebih jauh lagi, supervisor dapat bertindak protektif

terhadap praktik yang dijalankan pekerja untuk menghindari kesalahan dan kegagalan.

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 10: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

3.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. adapun

pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang lebih

dikhususkan kepada koordinator perawat, perawat pelaksana, dan klien Yayasan Rumah Rachel.

4.Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi antara lain

A. Pelaksanaan Supervisi

Dalam menjalankan perawatan paliatif yang berbasis homevisit, Yayasan Rumah Rachel

menjalankan supervisi yang dilaksanakan oleh koordinator perawat kepada perawat pelaksana.

Adapun yang dilakukan supervisor ketika melaksanakan supervisi adalah:

1. Supervisor terlibat dalam rekrutmen dan seleksi perawat baru. Supervisor mengambil

peran untuk mewawancarai pelamar terkait masalah klinis. Selain proses rekrutmen dan

seleksi, supervisor juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan orientasi kepada

perawat baik secara teori maupun praktik.

2. Supervisor memiliki tanggung jawab untuk membuat perencanaan kerja kepada setiap

perawat, membagikan secara adil, dan mendelegasikan tugas. Dalam mendelegasikan

tugas, supervsior cenderung memberi fleksibilitas kepada perawat pelaksana dalam

menjalankan tugasnya tanpa melepas tanggung jawab sebagai seorang supervisor.

3. Supervisor memiliki tugas untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja.

Pemantauan dilakukan dengan melihat laporan tertulis dan mendengarkan laporan lisan

dari perawat. Laporan ini nantinya juga akan menjadi bahan evaluasi yang diadakan setiap

tahun.

4. Supervisor memiliki peran sebagai penengah antara perawat dengan klien dan perawat

dengan rekan kerja lain serta atasan. Supervisor bertanggung jawab menyampaikan

kebutuhan perawat kepada pihak manajemen.

5. Untuk memberikan layanan paliatif, dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang

sesuai. Dengan kondisi seperti ini, supervisor bertanggung jawab memberikan

pengetahuan dan ketermapilan mengenai perawatan paliatif. Pemberian pengetahuan ini

diberikan melalui diskusi antara koordinator perawat dengan perawat pelaksana. Selain

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 11: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

itu, koordinator perawat juga mendatangkan tenaga ahli paliatif dari luar negeri untuk

memberikan pengetahuan kepada perawat Yayasan Rumah Rachel.

6. Melihat tingginya tingkat stres yang terjadi pada perawat paliatif, koordinator perawat

selaku supervisor berupaya membantu mengatasi stres yang muncul yaitu dengan

mendengarkan keluhan yang dialami perawat pelaksana selama memberikan layanan.

Selain itu, koordinator perawat juga berupaya menyediakan bantuan untuk perawat ketika

menghadapi kesulitan.

B. Hambatan dalam Pelaksanaan Supervisi

Dalam melaksanakan supervisi, koordinator perawat seringkali menemukan hambatan terkait

dengan pengetahuan psikologis dan spiritual anak, sehingga sulit untuk mengembangkan

pengatahuan dan keterampilan perawat. Sedangkan perawat pelaksana merasakan hambatan

yang dialami ketika supervisi ialah kurangnya waktu yang disediakan oleh koordinator

perawat.

5.Pembahasan:

A. Pelaksanaan Supervisi

Supervisi yang diberikan koordiantor perawat untuk perawat pelaksana mencakup tiga fungsi

yaitu administratif, edukatif, dan supportif (Kadushin & Harkness, 2002). Fungsi-fungsi

tersebut antara lain:

1. Fungsi administratif

- Supervisor terlibat dalam proses rekrutmen dan seleksi karena supervisor dianggap

pihak yang paling mengetahui deskripsi dan spesifikasi pekerjaan pada posisi tertentu

sehingga supervisor harus terlibat dalam penerimaan calon pekerja baru. Di Yayasan

Rumah Rachel, koordinator perawat terlibat dalam proses ini sejak seleksi berkas awal

hingga pengambilan keputusan penerimaan.

- Supervisor memiliki tugas untuk memberikan orientasi kepada perawat baru yang

bertujuan untuk mengenalkan lingkungan kerja kepada pekerja baru. Di Yayasan

Rumah Rachel, orientasi diberikan dengan menjelaskan lembaga dan mengajak

perawat baru turun lapangan.

- Supervisor memiliki tanggung membuat perencanaan kerja dan pembagian kerja untuk

perawat pelaksana dengan cara membuat perencanaan kerja dengan memberi instruksi

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 12: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

kepada perawat baru untuk mulai bekerja. Hal ini bertujuan agar agar pekerja baru

tidak bingung terhadap tugas-tugas yang diberikan.

- Supervisor mendelegasikan pekerjaan kepada perawat pelaksana dengan cara

memberikan keleluasaan pada perawat dalam pengerjaan tugas dengan persetujuan

koordinator perawat. Koordinator perawat mengajak perawat untuk berdiskusi

mengenai tindakan apa yang akan ia lakukan. Dengan demikian, koordinator perawat

tetap mengetahui tindakan perawat. Cara ini merupakan tipe budaya kerja yang

demokratis dan dapat mengurangi resiko kegagalan supervisi.

- Supervisor memantau kinerja sehari-hari perawat dengan cara mengajak perawat

berdiskusi tentang pekerjaan yang telah dilakukan. Pemantauan bertujuan untuk

melihat ketepatan tindakan perawat terhadap pasien. Melalui diskusi, supervisor dapat

mengetahui tindakan perawat dari laporan tertulis dan lisan. Kemudian, hasil

pemantauan sehari-hari juga menjadi salah satu penilaian kinerja yang dilakukan

berkala setahun sekali.

- Supervisor berperan menjadi penengah antara perawat pelaksana dengan klien dan

rekan kerja. Sebagai penengah antara perawat dengan pasien, koordinator perawat

selalu siap mendengarkan keluhan dari kedua pihak, baik klien maupun perawat dan

berusaha membantu menyelesaikan masalah selama masih dalam lingkup pekerjaan

dan berupaya untuk menyampaikan kebutuhan perawat kepada pihak manajemen.

2. Fungsi edukatif

Kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan mengenai perawatan paliatif mendorong

supervisor untuk memberikan orientasi awal ketika perawat baru masuk seperti yang telah

dijelaskan pada poin supervisi administratif. Selanjutnya, pemberian pengetahuan paliatif

untuk perawat diberikan melalui supervisi. Dalam supervisi yang dijalankan tim perawat

Yayasan Rumah Rachel, terdapat proses edukasi yang diberikan dari koordinator perawat

untuk perawat pelaksana yang meliputi pengarahan dan pemberian masukan untuk

perawat. Selain melalui supervisi, supervisor juga memiliki tanggung jawab untuk

memperbaharui pengetahuan dan keterampilan pekerja. Pekerja membutuhkan

peningkatan kapasitas agar kinerjanya terus meningkat. Hal ini dirasakan perawat

Yayasan Rumah Rachel yang membutuhkan tambahan ilmu paliatif khususnya mengenai

psikologis dan kedukaan. Di tambah lagi, dalam memberikan perawatan paliatif, perawat

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 13: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

banyak menemukan kasus baru. Hal ini mendorong koordinator perawat mendatangkan

ahli guna mengajar perawat seperti perawat, psikolog, dokter, perawat paliatif dari luar

negeri, dan pekerja sosial.

3. Fungsi supportif

Melihat kompleksitas pekerjaan yang dijalani oleh perawat Yayasan Rumah

Rachel, supervisor memiliki tanggung jawab untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja

pada perawat. Kadushin & Harkness menekankan bahwa dukungan psikologis dari

supervisor dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Dalam memberikan

dukungan, supervisor harus mengetahui terlebih dahulu sumber stres yang dialami

pekerja. Koordinator perawat memberikan dukungan kepada perawat pelaksana dengan

membantu menyelesaikan masalah dalam layanan.

Bentuk dukungan lain yang diberikan koordinator perawat ialah kesediaan dirinya

menyediakan waktu untuk mendengarkan keluh kesah perawat. Koordinator perawat

menyediakan waktu untuk mengajak perawat berbicara mengenai kesulitan dalam

bekerja. Namun, koordinator perawat hanya bersedia mendengarkan masalah yang

berkaitan dengan layanan. Menurut pengakuan salah satu perawat, koordinator perawat

masih kurang dalam membantu menyelesaikan masalah dengan anggota lembaga lain. Hal

ini menjadi kecemasan sendiri bagi perawat bersangkutan karena merasa kurangnya

empati dari koordinator perawat terhadap masalah yang dihadapinya.

B. Hambatan pelaksanaan supervisi: Hambatan yang dirasakan koordinator perawat yaitu

kaitannya dengan fungsi edukatif. Melalui supervisi, diharapkan terjadi proses transfer

pengetahuan dari supervisor kepada pekerja untuk meningkatkan kualitas layanan. Namun,

koordinator perawat memiliki keterbatasan pengetahuan. Keterbatasan ini terjadi karena

koordinator perawat kurang memiliki waktu untuk meningkatkan kapasitas dirinya sendiri

karena pekerjaan yang banyak. Di samping itu, kesibukan koordinator perawat juga

mengakibatkan kurangnya waktu yang disediakan untuk berdiskusi dan konsultasi di luar

waktu supervisi. Hal ini membuat perawat harus mencari informasi sendiri.

Selain dari koordinator perawat, hambatan lain yang muncul ialah minimnya sumber

pengetahuan mengenai paliatif di Indonesia. Yayasan Rumah Rachel ialah satu-satunya

lembaga sosial yang berkecimpung di bidang paliatif anak di Indonesia sehingga tim perawat

Yayasan Rumah Rachel harus mengikuti seminar atau pelatihan ke luar negeri. Sedangkan,

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 14: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

untuk mengikuti seminar ke luar negeri, tim perawat Yayasan Rumah Rachel menemukan

kendala tersendiri yaitu kesulitan menyediakan waktu karena harus meninggalkan pasien

dengan kondisi yang fluktuatif, serta kendala bahasa.

6.Kesimpulan

Dalam memberikan perawatan, Yayasan Rumah Rachel hanya berujung tombak pada

perawat sebagai front-line worker. Meskipun bukan hal yang mudah, yayasan ini berusaha

memberikan perawatan paliatif berbasis homevisit dan berfokus pada perawatan medis.

Berangkat dari masalah tersebut, salah satu cara untuk membantu perawat menjalankan

tugasnya ialah melalui supervisi. Supervisi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas perawat

sebagai front-line worker sehingga tujuan lembaga dapat tercapai. Berdasarkan analisa maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan oleh koordinator perawat kepada perawat pelaksana. Dalam

melaksanakan supervisi, koordinator perawat menjalankan fungsi administratif,

edukatif, dan supportif.

2. Koordinator perawat menjalankan fungsi administratif dengan terlibat proses

rekrutmen dan seleksi, memberikan orientasi kepada perawat baru, membagi tugas,

mendelegasikan tugas, memantau pekerjaan perawat, menilai kinerja perawat,

menjadi penengah antara perawat dengan klien dan administrator. Namun,

koordinator perawat kurang mampu menengahi masalah perawat dengan anggota

lembaga lain. Hal ini disebabkan oleh keengganan koordinator perawat mengurusi

masalah yang bersifat personal. Padahal, masalah personal yang dihadapi perawat

membawa dampak buruk pada kinerja perawat seperti menurunnya semangat perawat

dalam memberikan layanan.

3. Untuk fungsi edukatif, koordinator perawat memberikan arahan dan bimbingan ketika

melaksanakan supervisi. Arahan ini diberikan jika tindakan perawat dirasa belum

atau tidak tepat. Di samping itu, koordinator perawat juga mengajukan

pengembangan pengetahuan dan keterampilan dengan cara mendatangkan pengajar

ahli daru luar negeri.

4. Untuk fungsi supportif, koordinator perawat memberikan dukungan kepada perawat

berupa bantuan penyelesaian masalah pekerjaan yang dihadapi perawat yaitu masalah

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 15: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

dengan klien yang tidak kooperatif. Koordinator perawat membantu menangani

masalah ini dengan turun langsung menghadapi klien.

5. Hambatan yang dirasakan koordinator perawat dalam memberikan supervisi ialah

kurangnya pengetahuan dan keterbatasan waktu untuk mengembangkan kapasitas

perawat dan berdiskusi di luar waktu supervisi.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi yang diberikan oleh

koordinator perawat kepada perawat pelaksana belum sepenuhnya dapat membantu perawat

menjalankan perawatan paliatif.

Daftar Referensi

Buku

Adi, I. R. (2005). Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Depok: Fisip UI Press.

Amery, J. (2009). Children's Palliative Care in Africa. New York: Oxford University Press Inc.

Baggott, C.R.., Kelly, K.P. (2002). Interdisciplinary Collaboration. In C. R. Dianne Fochtman, Nursing Care of Children and Adolescents with Cancer. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

BAPPENAS. (2010). Report on the Achievement of the Millenium Development Goals Indonesia 2010. BAPPENAS.

Doyle, D., Hanks, G(Kelly, 2002)erek Geoffrey W.C. & Macdonald, Neil. (2003). Oxford Textbook of palliative medicine third edition. New york: oxford university press Inc.

Fochtman, D. (2002). Palliative Care. In C. R. Dianne Fochtman, Nursing Care of Children and Adolescents with Cancer. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Johnson, D. W., & Johnson, F. P. (2000). Joining together: Group theory and group skill (7th. Ed). New Jersey: Prentise Hall.

Kadushin & Harkness. (2002). Supervision in Social Work. New York: Columbia University Press.

Katz, D., & Kahn, R. L. (1978). The social psychology of organization (2nd. ed.). New York: John Willey and Sons.

Lauffer, Armand. (1987). Working in Social Work: Growing and Thriving in Human Service Management. London: SAGE Publications Ltd.

Lewis, J.A, Lewis, M.D & Souflee, F. (1991). Management of Human Services Programs (2nd. ed.). California: Brooks/Cole Publishing Company.

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015

Page 16: Pelaksanaan Supervisi Perawat dalam Perawatan Paliatif

Lynch, L., Hancox, K., Happel B., & Parker J. (2008). Clinical supervision for nurses. Willey-Blackwell. UK

Midgley, J. (1995). Social Development The Developmental Perspective in Social Welfare. London: SAGE Publications Ltd.

Munson, C.E. (2002). Handook of Clinical Social Work Supervision. New York: The Haworth Press, Inc.

Neuman, W. Lawrence (2006). Methods of Social Research. New York: Free Press

Reith, M. & Payne, M. (2009). Social Work in End-of-Life and Palliative Care. UK: The Policy Press.

Jurnal

Fitria, C. N. (2010). Palliative Care pada Penderita Penyakit Terminal. Gangster Vol. 7 No. 1, 529.

Johnston, et al. (2008). Availability and use of palliative and end of life service for pediatric oncology patients. Journal of Clinical Oncology, vol 26, p28

Pangkalan Data

Kementrian Kesehatan. (2014, Mei 26). Menkes Luncurkan Program Pengobatan Gratis Kanker pada Anak oleh Tahir Foundation. Retrieved Januari 20, 2015, from Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: http://www.depkes.go.id/article/print/201405300005/menkes-luncurkan-program-pengobatan-gratis-kanker-pada-anak-oleh-tahir-foundation.html

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Rekapitulasi SDM Kesehatan yang Didayagunakan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Retrieved Juni 27, 2014, from Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan: http://www.bppsdmk.depkes.go.id/sdmk/

Members of the Palliative Care Team and their Roles. (2014, June 5). Retrieved 12 20, 2014, from Roles of Palliative Care: http://www.palliative.org/newpc/patients/roles.html

National Institute of Nursing Research. (2013). Palliative Care: The Relief You Need when You are Experiencing The Symptoms of Serious Illness. Retrieved Januari 14, 2015, from Building the Scientific Foundation for Clinical Practice: https://www.ninr.nih.gov/sites/www.ninr.nih.gov/files/palliative-care-brochure.pdf.

Rachel House. (2011, Februari). Sylvia's Story. Retrieved Desember 26, 2014, from http://www.rachel-house.org/id/our-stories/sylvia.php

UNICEF. (2013). Sekitar 35 juta Balita Masih Beresiko jika Target Angka Kematian Anak Tidak Tercapai. Retrieved Januari 26, 2015, from UNICEF Indonesia: http://www.unicef.org/indonesia/id/media_21393.html

Pelaksanaan supervisi ..., Sylvia Feby Saskia, FISIP UI, 2015