46
10 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting 2.1.1 Perilaku Sebagai Satu Pendekatan Pendekatan perilaku memahami perilaku manusia atau masyarakat dalam memanfaatkan ruang. Pendekatan ini melihat bahwa aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport 1977 dalam Setiawan 17) Pendekatan perilaku memperkenalkan cognitive process yakni proses mental tempat orang mendapatkan, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuananya untuk memberi arti dan makna terhadap ruang yang digunakkannya. Hubungan antara lingkungan dengan perilaku manusia merupakan hal kompleks yang tidak bisa dijelaskan melalui environmental determinism (Setiawan 18). Environmental determinism menjelaskan mengenai perilaku manusia yang disebabkan oleh faktor lingkungan tertentu (Kopec 22). Sehingga dibagi tiga tingkatan kajian berikut (Stokols 1977 dalam Setiawan 19). Tabel 2. 1 Substansi dan Unit Analisis Kajian Perilaku dan Lingkungan (hal-hal yang mempengaruhi perilaku) Pengaruh tingkatan Proses Intrapersonal Dimensi Lingkungan Proses Fisiologis Proses Psikologis Lingkungan Fisik Lingkungan Sosial Lingkungan Budaya Mikro Psikologi Lingkungan Intermediate Psikologi Ekologi Makro Ekologi Lingkungan Ekologi Manusia Sumber : Stokols,Daniel 1977 dalam Setiawan, Haryadi B,2014:19 2.1.2 Behavioral Setting Behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas dan tempat dengan kriteria sebagai berikut (Laurens 133).

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

10 Universitas Kristen Petra

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Behavior Setting

2.1.1 Perilaku Sebagai Satu Pendekatan

Pendekatan perilaku memahami perilaku manusia atau masyarakat dalam

memanfaatkan ruang. Pendekatan ini melihat bahwa aspek norma, kultur,

psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang

yang berbeda (Rapoport 1977 dalam Setiawan 17)

Pendekatan perilaku memperkenalkan cognitive process yakni proses

mental tempat orang mendapatkan, mengorganisasikan, dan menggunakan

pengetahuananya untuk memberi arti dan makna terhadap ruang yang

digunakkannya.

Hubungan antara lingkungan dengan perilaku manusia merupakan hal

kompleks yang tidak bisa dijelaskan melalui environmental determinism

(Setiawan 18). Environmental determinism menjelaskan mengenai perilaku

manusia yang disebabkan oleh faktor lingkungan tertentu (Kopec 22). Sehingga

dibagi tiga tingkatan kajian berikut (Stokols 1977 dalam Setiawan 19).

Tabel 2. 1 Substansi dan Unit Analisis Kajian Perilaku dan Lingkungan

(hal-hal yang

mempengaruhi

perilaku)

Pengaruh

tingkatan

Proses Intrapersonal Dimensi Lingkungan

Proses

Fisiologis

Proses

Psikologis

Lingkungan

Fisik

Lingkungan

Sosial

Lingkungan

Budaya

Mikro Psikologi Lingkungan

Intermediate Psikologi Ekologi

Makro Ekologi Lingkungan

Ekologi Manusia

Sumber : Stokols,Daniel 1977 dalam Setiawan, Haryadi B,2014:19

2.1.2 Behavioral Setting

Behavior setting didefinisikan sebagai suatu kombinasi yang stabil antara

aktivitas dan tempat dengan kriteria sebagai berikut (Laurens 133).

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

11 Universitas Kristen Petra

a. Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku

(standing pattern of behavior). Dapat terdiri atas satu atau lebih pola

perilaku ekstra-individual (yaitu fakta operasioal bahwa sebuah setting

tidak tergantung hanya pada seorang manusia atau objek saja)

b. Dengan tata lingkungan tertentu (circumjacent milieu : merujuk pada batas

fisik dan temporal dari sebuah setting. Setiap behavior setting berbeda

dari setting lainnya menurut waktu dan ruang)

c. Membentuk suatu hubungan yang sama antara keduanya (synomorphy)

yang berarti “struktur yang sama” menunjuk adanya hubungan antara

milieu dan perilaku.

Behavior setting dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu interaksi

antara suatu kegiatan dengan tempat yang spesifik (Setiawan, Haryadi B,2014:27)

Behavior setting dapat diartikan sebagai sistem sosial dalam skala kecil

yang terdiri dari manusia dan objek fisik terangkai membentuk aktivitas tertentu

dalam waktu dan tempat tertentu (Kopec, Dak,2010:22)

Istilah behavior setting dijabarkan dalam dua istilah berikut (Setiawan,

Haryadi B,2014:28) yang keterkaitannya membentuk satu behavior setting

tertentu.

a. System of setting

Ruang sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai

hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan

tertentu.

b. System of activity

Sistem kegiatan sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja

dilakukan oleh satu atau beberapa orang.

Behavior setting dapat diasumsikan dengan penjelasan permisalan,

seseorang yang berada dalam sebuah toko yang dibatasi ruang fisik nyata berupa

lantai, dinding dan plafon. Orang tersebut berada dalam suatu sistem setting

dimana ia mempunyai peran dan sebaliknya sistem tersebut mendukung aktivitas

yang terjadi didalam toko. Sebuah program yang meliputi perilaku membeli dan

menjual. Perilaku ini membentuk pola perilaku yang terjadi berulang-ulang.

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

12 Universitas Kristen Petra

Dalam perspektif teori behavior setting, terdapat prinsip synomorphy yang

menyatakan bahwa aspek fisik dan sosial lingkungan harus jalan secara

bersamaan (Kopec, Dak,2010:22).

Untuk mengetahui behavior setting dalam sebuah ruang dapat dilakukan

pengujian. Pengujian derajat ketergantungan ini ditinjau dalam berbagai dimensi

antara lain meliputi (Laurens, Ir. Joyce, 2001:136).

a. Aktivitas yang dilakukan dalam sebuah ruang interior;

b. Penghuni dalam ruang interior tersebut;

c. Kepemimpinan

Dengan mengetahui fungsional penghuni, maka dapat diketahui peran

sosial yang ada dalam komunitas tersebut, siapa berperan sebagai

pemimpin, siapa yang mengarahkan acara atau kegiatan dalam setting ,

atau siapa yang mengendalikan behaviour setting. Di banyak setting,

posisi pemimpin dapat dipisahkan, agar dapat dikenali kekuatan-kekuatan

lain yang ada ikut ambil bagian dalam setting tersebut.

d. Populasi

Sebuah setting dapat mempunyai banyak atau sedikit partisipan.

Komunitas dianggap lebih baik apabila memiliki banyak setting. Dimana

penghuni bisa ikut aktif berpartisipasi.

e. Ruang

Ruang tempat terjadinya setting bisa beragam dari terbuka hingga ruang

tertutup.

f. Waktu

Kelangsungan sebuah setting terjadi secara rutin atau sewaktu-waktu.

Durasi setting yang sama dapat berlangsung sesaat atau terus menerus

sepanjang waktu, misalnya pertokoan.

g. Obyek dan mekanisme perilaku yang dipakai dalam sebuah setting terdiri

dari berapa pola aksi, seperti adanya stimulasi, respons dan adaptasi.

Dalam melakukan pengujian ini akan terlihat adanya tumpang tindih

antara dimensi atau tidak yang akan memperlihatkan jumlah behavior setting

dalam sebuah ruang, namun jika pengujian yang dilakukan sudah menetapkan

diawal mengenai jumlah behavior setting yang akan diuji maka dimensi yang

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

13 Universitas Kristen Petra

digunakkan tidak perlu semuanya, hanya dimensi yang sesuai dengan tujuan

kepentingannya.

Dalam pengamatan behavior setting dapat dilakukan analisis melalui

beberapa cara berikut (Laurens, Ir. Joyce, 2001:140).

a. Penggunaan Time Budget

b. Melakukan sensus dan

c. Studi asal dan tujuan-suatu pendekatan makro tentang studi perilku yang

dapat diterapkan pada skala urban maupun skala bangunan.

Hal yang dapat mewakili data pengamatan behavior setting (Laurens, Ir. Joyce,

2001:141).

a. Manusia (Siapa yang datang, kemana dan mengapa?, siapa yang

mengendalikan setting?)

b. Karakteristik ukuran (Berapa banyak orang per jam ada dalam setting?

Bagaimana ukuran setting secara fisik? Berapa sering dan berapa lama

setting itu ada?)

c. Obyek (Ada berapa banyak obyek dan apa jenis obyek yang dipakai dalam

setting? Kemungkinan apa saja yang ada bagi stimulasi, respons dan

adaptasi?)

d. Pola aksi (Aktivitas apa yang terjadi di sana? Seberapa sering terjadi

pengulangan yang dilakukan orang?)

2.1.3 Peranan Teori Behavioral Setting

Penerapan teori behavioral setting merupakan penting dalam dunia desain

interior, hal ini karena selama ini desainer hanya berfokus pada fungsi sebuah

desain semata sementara masyarakat butuh pengarahan mengenai apa yang

seharusnya dilakukan ketika berada dalam sebuah tatanan desain interior.

Pengarahan akan memudahkan masyarakat untuk melakukan apa yang seharusnya

mereka lakukan dengan kata lain, teori behavioral setting ini memetakan

masyarakat kedalam kategori-kategori tertentu sehingga mudah bagi desainer

untuk melakukan desain, mengenai unsur apa yang harus dimasukan kedalam

sebuah desain interior dan masyarakat pengguna desain untuk melakukan

aktivitasnya (Setiawan, Haryadi B,2014).

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

14 Universitas Kristen Petra

Dengan adanya teori behavioral setting maka akan tercipta keselarasan

antara apa yang menjadi desain dari desainer interior dengan apa yang menjadi

pola aktivitas manusia didalamnya. Seperti misalkan saja pada kasus sebuah rapat

untuk menyusun agenda rapat direksi, akan ada orang yang menjadi pimpinan

didalamnya sehingga orang yang ada didalamnya yang berperan sebagai bukan

pimpinan akan bergerak dan memastikan akan keberadaan suatu behavior setting.

Kasus ini menunjukan bahwa ada serangkaian aktivitas yang disusun, yang

dilakukan bersama dengan orang lain didalamnya, tanpa adanya orang lain maka

suatu behavioral setting tak akan terjadi (Setiawan, Haryadi B,2014).

2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior

Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe dasar

unsur berikut.

a. Unsur tetap (fixed-feature space)

Unsur berbatas tetap dilingkupi oleh pembatas yang relative tetap dan

tidak mudah digeser seperti dinding massif, langit-langit, jendela, pintu

dan lantai.

b. Unsur tidak tetap (non-fixed element)

Unsur berikut berupa unsur yang dapat dengan mudah dipindahkan karena

tidak tertanam seperti tempat tidur, meja dan lemari.

2.1.5 Komponen behavior setting

Behavior settings memiliki tiga komponen berikut (Kopec 22)

a. Physical properties

Merupakan tempat terjadinya sebuah setting, hal tersebut dijelaskan

sebagai berikut.

- Ruang (Rooms)

Ruang sangat penting karena sebagian besar waktu manusia modern

saat ini banyak dihabiskan didalamnya. Hal paling penting dari

pengaruh ruang tersebut terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau

pemakaian ruang tersebut. Fungsi ruang diharapkan mempunyai

bentuk, perabot dan kondisi tertentu.

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

15 Universitas Kristen Petra

Masing-masing perancangan fisik mempunyai variabel independen

yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Variabel tersebut

sebagai berikut.

Warna ruang

Pengaruh warna pada setiap individu tidak sama, hal tersebut

karena adanya perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang

budaya. Namun demikian, adapun pengaruh psikologis yang

hampir selalu memiliki pengaruh yang sama pada setiap orang

(Setiawan 58-59).

Gambar 2.1. 1 Spektrum Warna

Ukuran dan Bentuk

Ukuran dan bentuk merupakan variable yang tetap (fixed) sebagai

pembentuk ruang dengan catatan bahwa ukuran dan bentuk tidak

dapat dirubah, seperti dinding bata.

Pada perancangan ruang, ukuran dan bentuk disesuaikan dengan

fungsi yang akan diwadahi sehingga perilaku pemakai yang terjadi

adalah seperti yang diharapkan (Setiawan, Haryadi B,2014:59).

Perabot dan Penataannya

Perabot merupakan variable yang tidak tetap (non-fixed) sebagai

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

16 Universitas Kristen Petra

pembentuk ruang dengan catatan bahwa perabot dapat

dipindahkan, seperti lemari.

Penataan simetris perabot dapat memberikan kesan kaku, teratur,

disiplin dan resmi, sedangkan penataan asimetris lebih berkesan

dinamis dan kurang resmi (Setiawan 60-61).

Suara, Temperatur dan Pencahayaan

Suara dapat mengganggu privasi seseorang jika terlalu bising

lingkungan sekitarnya, misalnya kamar hotel yang dekat dengan

jalan atau mesin. Temperatur ruang yang panas akan membuat

pemakai kepanasan, berkeringat dan merasa pengap. Sebaliknya

jika temperatur ruang yang dingin akan membuat kegiatan juga

tidak akan berjalan maksimal.

Pencahayaan ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang

akan cahaya dan untuk segi estetika. Sebagai unsur estetika, cahaya

buatan dapat dirancang untuk menonjolkan objek atau memberi

efek khusus pada ruangan.

- Rumah dan Perumahan

Rumah sebagai ruang lindung dalam kajian behavior setting

ditekankan pada arti rumah dari dimensi kultur dan perilaku manusia

sebagai penghuni rumah tersebut. Adapun faktor yang berperan dalam

pengambilan keputusan mengenai bentuk dan pola suatu rumah berikut

(Setiawan 62).

Faktor Kultur

Bentuk rumah dipengaruhi oleh kemungkinan bahan local untuk

membentuk suatu bentuk tertentu. Bentuk rumah tradisional yang

sangat bervariasi dipandang sebagai konsekuensi yang wajar dari

tersedianya material setempat. Rapoport menekankan bahwa

banyak kasus telah membuktikan bahwa pada suatu daerah dengan

iklim serta sumber material yang sama, dijumpai berbagai bentuk

rumah yang sangat berbeda.

Faktor Religi

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

17 Universitas Kristen Petra

Faktor religi merupakan faktor yang dominan dibandingkan faktor

lainnya.

Faktor ini melihat pada unsur rumah yang melangbangkan unsur

dari alam semesta, misalnya yang sakral seperti gereja, semi sakral,

dan profan.

Faktor Perilaku

Pada susunan dalam ruang rumah, didapati ruang privat dan publik.

Namun bagi masyarakat Timur konsepsi ini belum terlalu jelas

sehingga perilaku yang terjadi tidak signifikan pada setiap ruang.

Hal ini terlihat pada penelitian yang dilakukan di kampung

Yogyakarta, keterbatasan fisik dalam hal luasan area serta fasilitas

membuat mereka saling berbagi dan memperkuat ikatan solidaritas

antara penduduk kampung Yogyakarta.

b. Social components

Merupakan lingkungan sekitar tempat setting berada, yang akan dijabarkan

dalam faktor berikut.

- Persepsi tentang Lingkungan (Environmental Perception)

Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting oleh

individu,didasarkan latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman individu

tersebut. Setiap individu, dengan demikian, akan mempunyai persepsi

lingkungan yang berbeda. Akan tetap kecenderungan persepsi lingkungan

yang sama merupakan hal yang mendominasi dalam kajian teori behavior

setting (Setiawan 29-30).

Dalam konteks persepsi tentang lingkungan terdapat dua faktor

yang menggambarkannya, berikut.

Aspek Emic

Menggambarkan suatu lingkungan yang dipersepsikan oleh

kelompok dalam sistem tersebut.

Aspek Etic

Menggambarkan suatu lingkungan yang sama, dipersepsikan oleh

pengamat atau outsider (misalnya desainer interior)

- Lingkungan yang Terpersepsikan (Perceived Environmental)

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

18 Universitas Kristen Petra

Lingkungan yang terpersepsikan adalah produk atau bentuk

persepsi lingkungan seseorang atau sekolompok orang. Persepsi

lingkungan memiliki tiga aspek dasar berikut.

Proses kognisi (cognative)

Meliputi proses penerimaan (perceiving), pemahaman

(understanding),

dan pemikiran (thinking) tentang suatu lingkungan. Hal ini

merupakan proses penyerapan makna visual seseorang terhadap

lingkungan disekitarnya.

Afeksi (affective)

Meliputi perasaan (feeling) dan emosi (emotions), keinginan

(desires), serta nilai-nilai (values) tentang lingkungan. Hal ini

merupakan psikologi manusia terhadap lingkungan yang ada di

sekitarnya.

Kognasi (cognative)

Meliputi munculnya tindakan, perlakuan terhadap lingkungan

sebagai respons dari proses kognisi dan afeksi. Keseluruhan proses

ini menghasilkan apa yang disebut lingkungan yang terpersepsikan

(Setiawan 30).

c. The environmental setting

Merupakan lingkungan tempat sebuah setting terjadi, terjadi, yang akan

dijabarkan dalam faktor berikut.

- Teritori (Territory)

Teritori diartikan sebagai batas tempat organisme hidup menentukan

tuntutannya, menandai, serta mempertahankannya, terutama dari

kemungkinan intervensi pihak lain (Setiawan 39).

Teritori ada untuk memenuhi kebutuhan berikut.

Fisik

Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan akan lingkungan tempat

perilaku tersebut terjadi atau berada.

Emosional

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

19 Universitas Kristen Petra

Kebutuhan emosional memiliki aspek ruang privat (personal

space) dan publik, serta konsep mengenai privasi. Hal ini

digambarkan dengan penelitian yang menunjukkan kaburnya

batasan antara ruang publik dan ruang privat yang membuat warga

kampung Yogyakarta, yang pada kasus penelitian diteliti lebih erat

rasa solidaritasnya.

Kultural

Kebutuhan kultural memiliki aspek area sakral (suci) dan profan

(umum).

Altman (dalam Halim 254) membagi teritori menjadi tiga kategori

berikut.

Teritori utama (primary)

Suatu area yang digunakan secara eksklusif, disadari oleh orang

lain, dikendalikan secara permanen, serta menjadi bagian utama

dalam kehidupan sehari-hari penghuninya.

Teritori sekunder (secondary)

Suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif oleh

seseorang atau sekelompok orang, mempunyai cakupan area yang

luas, dikendalikan secara berkala oleh kelompok yang

menuntutnya.

Teritori publik

Suatu area yang digunakan atau dimasuki oleh siapapun, tetapi

harus mematuhi norma-norma serta aturan yang berlaku di area

tersebut.

Teritori ini berkaitan dengan perasaan terhadap tempat (sense of place),

identitas, dan simbol-simbol ruang.

- Kualitas Lingkungan (Environmental Quality)

Kualitas lingkungan didefinisikan secara umum sebagai suatu

lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau

sekelompok orang. Unsur kualitas lingkungan merupakan hal yang

subjektif, karena setiap orang bisa memiliki standard yang berbeda,

namun terdapat pula unsur-unsur dasar kualitas lingkungan yang

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

20 Universitas Kristen Petra

berkaitan dengan penyediaan prasarana seperti air bersih, sanitasi dan

persampahan (Setiawan 37-38).

Ketiga komponen berikut ini yang mendasari adanya pola perilaku

masyarakat yang terjadi dalam sebuah lingkungan, lebih lanjut ketiga komponen

ini bisa saja bertambah diluar komponen diatas. Pada contohnya sebuah warga

negara yang lebih memilih satu gereja tertentu dibandingkan gereja lainnya, hal

ini bisa diasumsikan secara deduktif bahwa satuan golongan agama tertentu, atau

faktor pertemanan bisa menjadi komponen lain yang mempengaruhi perilaku

seseorang (Bartels, Erica M., 2003:17-18)

2.1.6 Psikologi Behavioral Setting

Penerapan teori behavior setting adalah berdasar pola perilaku pengguna,

sehingga pola perilaku pengguna menjadi fokus utama dalam kajian ini. Pola

perilaku pengguna merupakan hal yang beragam sehingga untuk mempermudah

pembelajaran mengenai pola-pola tersebut dibaut pemetakkan yang jelas untuk

mengklasifikasikan dan mempelajari pola perilaku tersebut. Pola perilaku tersebut

tergolong berdasarkan karakter masing-masing individu, mereka terbagi

berdasarkan pengalaman dan karakter masing-masing yang menyesuaikan dengan

aktivitas yang dilakukan. Berikut adalah beberapa penggolongan tersebut.

Manusia dikategorikan kedalam empat macam kriteria yaitu :

a. Artisan

Merupakan salah satu dari place design principles yang tergolong karakter

ruang non-social dimana dalam sebuah ruang seseorang dapat melakukan

sebuah bentuk kegiatan pribadi yang tergolong aktif.

Contoh artisan : Cindy seorang gadis remaja berusia 23 tahun yang kini

bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu perusahaan di surabaya

seringkali harus memasak untuk makanannya sendiri karena kesibukan

anggota keluarga masing-masing yang menyita banyak waktu sehingga

tidak mungkin melayani cindy seorang yang notabene memiliki selera

makan yang “sulit”

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

21 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.1. 2 Anak Kecil yang Mengerjakan PR

Sumber : https://id.pinterest.com/pin/243475923583305693/

b. Teammate

Ruangan ini di desain agar seseorang dapat berinteraksi satu sama lain.

Beda halnya dengan ruangan intelektual dan ruang artisan yang

digunakan untuk kegiatan-kegiatan pribadi/personal. Contoh : ruang

keluarga, ruang makan, kolam renang, dsb.

Gambar 2.1. 3 Ruang Makan Tempat Keluarga Berkumpul

Sumber : https://www.pinterest.jp/pin/279293614371897698/

c. Intellectual Living

Merupakan ruang untuk kaum intelektual di desain dengan tujuan agar

penggunanya dapat berpikir dengan tenang, tanpa terusik dengan suara-

suara yang menggangu. Dan yang paling dibutuhkan bagi seorang

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

22 Universitas Kristen Petra

intelektual adalah menciptakan suatu stimulasi untuk mencegah terjadinya

kebosanan dalam menciptakan siasat-siasat baru. Yang menjadi perhatian

dari kehidupan ini adalah mental dan pengendalian diri dari kehidupan

kejiwaan agar kehidupan kejiwaan itu berkembang menjadi lebih baik.

Contohnya menggunakan warna-warna yang tidak terang (redup) dapat

membuat seseorang menjadi lebih rileks.

Gambar 2.1. 4 Ruang dengan Pencahayaan Redup

Sumber : https://id.pinterest.com/pin/545920786065610743/

d. Sophisticate Living

Kehidupan orang-orang yang sophisticate merupakan kehidupan yang

cenderung lebih ke arah sosial dan sangat sedikit menggunakan aktifitas

fisik.

Sophisticate living biasanya terjadi pada kamar tamu, ruang tempat

tinggal, ruangan musik, dan ruang konferensi. Lebih spesifiknya, adalah

ruangan yang digunakan untuk melakukan aktifitas brainstorming

(pengungkapan pendapat).

Gambar 2.1. 5 Ruang Rapat Tempat Bertukar pendapat

Sumber : https://hu.pinterest.com/pin/446489750548159659/

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

23 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.1. 6 Perpaduan Psikologi berdasarkan Prinsip Desain Ruang

Sumber : Augustin, Sally (2009,139)

2.2 Cafe

2.2.1 Pengertian Cafe

Cafe dari (bahasa Perancis: cafe) secara harfiah adalah (minuman) kopi,

tetapi kemudian menjadi tempat untuk minum-minum yang bukan hanya kopi,

tetapi juga minuman lainnya termasuk minuman yang beralkhohol rendah.

Di Indonesia, cafe berarti semacam tempat sederhana, tetapi cukup

menarik untuk makan makanan ringan (“Cafe”, Wikipedia)

Cafe menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut:

a. Sejenis restoran dimana pelayananya juga disajikan berupa hiburan music

life show, dan lain-lain. (Endar dan Sulastiningrum 34)

b. Cafe merupakan warung kopi; kedai; tempat minum kopi dsb yang

pengunjungnya dihibur dengan musik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia

614)

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

24 Universitas Kristen Petra

c. Dengan berkembangnya jaman, cafe tidak hanya untuk menikmati

makanan dan minuman tetapi juga sebagai tempat bersosialisasi dan

mencari teman. (Barbati 1991)

d. Tempat makan dan minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan

musik atau tempat yang menyajikan makanan dan minuman ringan.

(Lawson 76)

e. Cafe adalah suatu restoran kecil yang berada diluar hotel. Cafe memiliki

pilihan makanan yang sangat terbatas dan tidak menjual minuman yang

beralkohol tinggi, tetapi tersedia minuman sejenis bir, soft drink, teh, kopi,

rokok, kue, camilan dan lain-lain. (Budiningsih 2009)

f. Restoran kecil yang melayani atau menjual makanan ringan dan minuman,

cafe biasanya digunakan untuk rileks (Dictionary of English Languange

and Culture, Longman).

g. Restoran murah yang menyediakan makanan yang mudah dimasak atau

dihidangkan kembali. (The New Dictionary and Theosaurus).

h. Kedai kopi atau tempat menikmati makanan dan minuman sambil

menikmati hiburan (Capuresto, Chan).

Teori- teori yang berhubungan dengan cafe secara umum, antara lain:

a. Cafe merupakan tempat yang mirip dengan restoran, tetapi memiliki

batasan khusus daripada restoran itu sendiri dilihat dari cara menyajikan

makanan dan minuman.

b. Restoran kecil yang melayani atau menjual makanan ringan dan minuman,

cafe biasanya digunakan untuk rileks.

c. Waktu operasional cafe biasanya dimulai dari pagi hari hingga malam hari

(10.00- 22.00) atau pada sore hari hingga malam hari (18.00- 02.00).

2.2.2 Sejarah Cafe

Kata cafe berasal dari bahasa Perancis yaitu cafe yang berarti coffee dalam

bahasa Indonesia kopi atau coffeehouse dalam bahasa Indonesia kedai kopi. Sejak

abad ke 16, kedai kopi (al-maghah dalam bahasa Arab, qahveh-khaneh dalam

bahasa Persia) telah menjadi tempat untuk bersosialisasi di daerah Timur Tengah

dimana para pria bisa menikmati kopi atau teh, mendengarkan musik, membaca

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

25 Universitas Kristen Petra

buku dan bermain catur. Seiring perkembangan jaman di Mesir, Turki,dan Syria,

kedai kopi menjadi hiburan bagi para pria untuk melihat TV, bermain catur atau

menikmati “shisha”.

Kisah tentang asal kedai kopi milik orang Vienna bermula ketika ada

sekarung biji berwarna hijau misterius yang tertinggal ketika Turki berhasil

dikalahkan pada perang di Vienna tahun 1683. Seluruh karung kopi yang

tertinggal dipersembahkan pada Raja Polish Jan III Sobieski, yang telah

membawa kemengangan, yang kemudian diberikan kepada salah satu ajudannya,

Franciszek Jerzy Kulczycki. Kulczycki menjadi kedai kopi pertama di Vienna.

Ditahun 1457, kedai kopi pertaman di buka di Istanbul. Di abad ke 17,

kedai kopi pertama dibuka di Eropa di luar Ottoman Empire. Kedai kopi mejadi

popular di Eropa sejak pengenalan kopi di abad 17. Kedai kopi Turki pertama di

Inggris didirikan oleh Jacob atau Jacobs, seorang Yahudi asal Turki di tahun

1650. Sedangkan kedai kopi pertama di London didirikan dua tahun kemudian di

St.Michael’s Alley di Cornhill. Pemiliknya adalah Pasqua Rosee, dibantu oleh

pelayan Ragusan bernama Daniel Edwards, yang mengimpor kopi dan menjadi

asisten Rosee semasa pembangunan kedai kopi tersebut. Kedai kopi kemudian

ditemukan pada tahun 1670 di Boston dan 1671 di Paris.

Charles II mencoba untuk menjadikan kedai kopi sebagai tempat dimana

segala berita dan skandal tentang raja dan pemerintahannya tidak berpengaruh

kepada para penikmat kedai tersebut. Mereka yang ada di sana berasal dari level

sosial yang tinggi, terbuka dan tidak melihat status sosial. Biasanya, kedai kopi

berubah menjadi tempat bertemu dimana bisnis bisa dibawa disana dan bertukar

berita. Kedai kopi berubah menjadi tempat berkumpul bagi para pedagang atau

pengacara, penerbit dan pengarang dan wanita tidak diijinkan memasuki kedai

kopi.

Di New York, kedai kopi di kota kecil digunakan sebagai tempat dimana

kita dapat meninggalkan atau mengambil pesan. Tahun 1672 seorang pengusaha

muda asal Armenia, yang dikenal dengan nama Pascal menjualnya secara umum,

pertama-tama di sebuah pameran besar di Saint Germain dan kemudian di sebuah

toko kecil yang berlokasi di Quai de l’Evole, dimana ia menjual kopi dengan

harga dua sol, enam dernier (atau sekitar dua penny Inggris) satu cangkir. Adalah

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

26 Universitas Kristen Petra

Jean de la Rogue yang berperan penting dalam sejarah kopi di Perancis, ia

menulis bahwa ketika tahun 1714 ia berjalan bergegas menuju jalan besar ke arah

Jardin des Plants, dimana hampir tidak ada satu kota pun yang tidak memiliki

kedai kopi atau cafe.

Penyebaran cafe atau coffee house di Eropa ini terjadi melalui jalur

perdagangan, ke wilayah Italia yang dikenal dengan sebutan caffe yang hanya

berbeda penulisan saja. Yang kemudian pada tahun 1839 muncul kata cafetaria

dalam bahasa American English yang berasal dari bahasa Mexican Spanish untuk

menyebutkan sbeuah kedai kopi. Pada awalnya cafe hanya berfungsi sebagai

kedai kopi, tetapi sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak

konsep, diantaranya sebagai tempat menikmati hidangan/dinner, tempat

berkumpul hingga berbisnis (Grafe, Christoph and Franziska Bollerey, ed 2-3).

2.2.3 Perkembangan Cafe

Pada awalnya cafe and bar adalah dua bentukan shop yang berbeda namun

pada perkembangan abad 17 di America dan Europe banyak pengunjung yang

memesan kopi dan berbincang-bincang dengan rekan sembari menikmati kopi

yang mereka beli sehingga banyak pemilik kedai yang akhirnya sadar akan

keinginan masyarakat sehingga cafe dan bar kemudian menjadi satu kesatuan.

Bar diciptakan sedemikian untuk menarik minat seseorang untuk melihat

staff yang sedang membuat minuman (seperti bartender), ketika orang merasa

tertarik maka ia akan berkunjung dan akhirnya membeli. Sedangkan cafe

merupakan tempat semi formal yang didirikan untuk orang yang ingin

berbincang-bincang dari hal santai hingga untuk masalah pekerjaan/bisnis.

Sehingga dengan demikian ketika kedua shop tersebut telah melebur menjadi satu,

tata letak sebuah cafe membuat posisi bar berada di depan untuk menarik

perhatian orang yang melihatnya dan kemudian membeli.

Dengan demikian maka sejak awal pembuatan sebuah cafe dengan konsep

bar pengunjung telah melakukan pelayanan mandiri yang telah di terapkan pada

bar sehingga ketika sebuah cafe didirikan dengan adanya bar di dalamnya

pengunjung akan melakukan pemesanan dan pembayaran di bar seperti yang telah

biasa mereka lakukan ketika membeli pada sebuah bar, hanya perbedaannya saat

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

27 Universitas Kristen Petra

ini bahwa bar tersebut memiliki tempat duduk untuk pengunjung yang ingin

menikmati kopinya sembari berbincang-bincang dengan rekan kerja atau sekadar

santai sore.

Ketika cafe dengan konsep bar ini mengalami perkembangan pada abad 19

ini, yang terjadi adalah orang mengalami kebosanan karena semakin banyak cafe

dengan konsep bar tanpa adanya variasi yang berarti didalam sebuah cafe tersebut.

Hal inilah yang akhirnya mendorong para pebisnis untuk berpikir lebih dan

menghasilkan suatu kreasi baru sehingga pengunjung tak merasa bosan dan

akhirnya pergi. Pada cafe yang memiliki konsep bar mereka meletakkan fasilitas-

fasilitas baru seperti tersedianya Wi-Fi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat

abad 19 ini, kemudian desain interior yang beragam juga mulai ditampilkan mulai

dari berbagai desain unik dengan mengusung konsep minimalist, contemporer,

industrial dan adanya spot-spot foto yang disediakan untuk pengunjung

melakukan foto sehingga orang akan tertarik untuk berkunjung dan menjajaki

makanan dan minuman yang ditawarkan oleh cafe tersebut (Grafe, Christoph and

Franziska Bollerey, ed 4-11).

2.2.4 Posisi Cafe dalam Pasar

Dalam membuat sebuah cafe pemilik perlu melihat perkembangan cafe

yang ada khususnya di Surabaya saat ini. Sehingga bisnis cafe yang akan

dikembangkan memiliki kekuatan yang berbeda dari para pesaingnya dan bisa

bertahan dalam persaingan bisnis. Hal ini dikenal dengan analisa SWOT sebagai

berikut.

Tabel 2. 2 Analisa SWOT

Informasi Deskripsi

SWOT analisa

Strength: kekuatan usaha dibandingkan pesaing bisnis cafe

lainnya.

Weakness: kelemahan usaha dibandingkan pesaing bisnis

cafe lainnya.

Opportunity: peluang produk cafe untuk laku di pasar

dalam hal ini wilayah Surabaya.

Threat: hambatan atau tantangan yang mungkin dapat

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

28 Universitas Kristen Petra

terjadi pada saat menjalankan usaha.

Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan cafe baik dari dalam maupun

dari luar cafe maka bisnis akan bisa menonjolkan kekuatannya dan memasang

strategi tertentu sehingga bisa bertahan dalam persaingan pasar.

Berikutnya yang perlu diperhatikan adalah sasaran pengunjung dari pihak

cafe tersebut yang digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2. 3 Analisa STP

Informasi Deskripsi

Strategi pemasaran

Segmentasi : menjelaskan secara terperinci siapa segmen

yang akan dibidik atau dituju yang dikategorikan dalam

segmen high end, middle up, middle low and low end.

Target : menjelaskan detail ciri-ciri konsumen.

Positioning : menjelaskan secara detil posisi usaha

menyangkut image seperti apa yang ingin dibentuk oleh

usaha yang dimaksud.

2.2.5 Desain Interior Cafe

Dengan adanya perkembangan jaman, cafe menjadi semakin luas, yang

artinya cafe tidak saja menjadi tempat menikmati makanan dan minuman tetapi

juga menjadi tempat bersosialisasi dan mencari teman baru (Wainer Barban

History 1991).

Pada dasarnya desain interior tidak dapat dipisahkan dari manusia. Secara

tidak langsung lingkungan sekitar mempengaruhi aktivitas dan pola perilaku

pengguna. Interaksi yang terjadi antara pengunjung dan elemen interior

disekitarnya mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang ketika berada di

sebuah cafe. Perpaduan yang tepat antara elemen interior di dalam sebuah cafe

sangat menentukan keberhasilan cafe itu sendiri (Baraban dan Durocher 59).

Seperti contohnya, perabot yang nyaman akan membuat orang betah untuk tempat

tinggal berlama-lama disebuah cafe. Tetapi apabila perabot yang digunakan tidak

nyaman, tentu mereka akan merasa tidak betah.

Sebuah cafe juga mempunyai beberapa persyaratan ruang yang dilihat dari

segi keamanan, kenikmatan, dan kesehatan. Suatu hal yang prinsip pada ruang

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

29 Universitas Kristen Petra

cafe yang menyangkut persyaratannya adalah persyaratan tentang kenikmatan

manusia yang dititikberatkan pada kebutuhan ruang gerak atau individu.

Kebutuhan ruang gerak bagi manusia atau individu adalah 1,4-1,7 meter persegi.

Area sirkulasi merupakan area yang perlu diperhatikan dalam perancangan

sebuah cafe. Perlu diperhatikan hendaknya sirkulasi antara pengunjung dan

karyawan diatur agar tidak besilangan. Bersilangan di sini dapat diartikan

bertemunya pelayan dan pengunjung dalam suatu area sirkulasi tanpa adanya

sirkulasi alternatif. Hal ini dapat menyebabkan peristiwa tabrakan antar pengguna

atau saling menunggu. Pelayan hendaknya memiliki sirkulasi terpisah agar dapat

melayani tamu lain sekaligus, selain itu hendaknya sirkulasi area ini dibuat cukup

lebar agar dapat dilalui oleh pengunjung, kereta makanan, ataupun waiters.

2.2.6 Area Pembentuk Interior Cafe

Sebuah cafe diciptakan untuk memberikan pelayanan kepada pengunjung

yang ingin menikmati santai dengan makanan dan minuman ringan yang

disajikan, pelayanan tersebut diharapkan mampu memberikan rasa nyaman dan

santai kepada pengunjung. Dalam memberikan pelayanan tentu saja terdapat

penunjang pelayanan yang diberikan, penunjang tersebut berupa area pembentuk

interior cafe berikut (Pile 531)

a. Waiting area

b. Checking area or hanging space for coats

c. Bar (posibbly combined with a cocktail lounge)

d. Counter seating

e. Serving counter (for cafeteria service only)

f. Dinning room with table seating, possibly with banquettes or booths

g. Private dinning room(s)

h. Rest rooms

i. Chasier’s station

Sembilan area diatas merupakan area yang biasa digunakan dalam

pembuatan sebuah restaurant/cafe dimana area tersebut bisa disesuaikan dengan

kebutuhan penggunaanya, jika perancangan yang dibuat berupa cafe maka waiting

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

30 Universitas Kristen Petra

area, checking area and private dinning room(s) bisa dihilangkan sesuai

kebutuhannya saja.

Untuk area dapur tidak dimasukkan kedalam daftar area pembentuk

interior cafe, hal ini dikarenakan dapur bukan merupakan bagian dalam pelayanan

sebuah cafe. Namun dapur dan area tempat persiapan untuk pelayanan lainnya

menempati 20-50% dari total area yang digunakan dalam sebuah perancangan

cafe, ditempat tertutup yang tidak terjangkau oleh pengunjung.

2.2.7 Kriteria Perancangan Cafe Secara Umum

Sebuah cafe secara umum harus memiliki syarat kondisi sebagai berikut

(Neufert 120):

a. Menarik perhatian dan tidak membuat pengunjung cepat bosan

b. Penghawaan dan sirkulasi yang baik

c. Pencahayaan dalam ruang yang sesuai, tidak terlalu terang dan tidak

terlalu gelap.

Elemen interior sebuah cafe sangat mempengaruhi tingkah atau sikap

seseorang yang berada di dalam cafe tersebut, misalnya bila kursi yang digunakan

oleh pengunjung tersebut sangat nyaman dan interior cafe tersebut sangat

mendukung maka pengujung akan betah tinggal berlama – lama di cafe tersebut.

Tetapi apabila sebaliknya kursi yang di duduki pengunjung tersebut tidak nyaman,

pengunjung harus berganti – ganti posisi berulang – ulang maka pengunjung tidak

akan betah berada di cafe tersebut. Sehingga alasan inilah menjadi pengaruh juga

dalam penentuan keberhasilan bisnis cafe itu sendiri. (Baraban dan Durocher 59).

Kriteria cafe secara umum sebagai berikut (Belammy 1995):

a. Desainer harus mampu menangkap dan menarik minat pengunjung dengan

cara merangsang indera penglihatan dari pengunjung, dimana sama

menariknya dengan makanan yang disajikan.

b. Cafe harus bisa mengangkat ciri khas tersendiri dari tema-tema tertentu.

c. Cara baru untuk menarik minat pengunjung adalah dengan menggunakan

permainan pada cahaya yang menarik.

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

31 Universitas Kristen Petra

d. Pencahayaan dan tata suara yang baik dapat membantu menciptakan

suasana dengan memasukkan kesan dramatis, misteri dan mendukung rasa

ingin tahu pengunjung.

2.2.8 Prinsip Dalam Cafe

Dalam melakukan perancangan sebuah cafe seorang desainer interior perlu

mempertimbangkan adanya prinsip dalam melakukan perancangan cafe, berikut

akan dipaparkan empat prinsip yang mendasari perancangan sebuah cafe (Pile

531) :

a. Prinsip interior

Prinsip ini mengacu pada definisi desain interior yang mengembangkan

sebuah desain berdasarkan kebutuhan pengguna desain sehingga ruang

interior bisa digunakkan secara efektif dan efisien.

b. Prinsip jasa

Prinsip ini mengacu pada kepentingan pihak cafe untuk mendapatkan

profit, sehingga pihak cafe akan berusaha untuk memberikan pelayanan

terbaik kepada konsumen guna membuat konsumen puas dan melakukan

pembelian berulang dan jika perlu merekomendasikan cafe terkait kepada

teman-temannya sehingga cafe terkait semakin dikenal orang dan

mendatangkan lebih banyak profit bagi cafe.

c. Prinsip konsumen

Prinsip ini mengacu pada kepentingan pihak konsumen untuk

mendapatkan fasilitas maupun kenyamanan yang sesuai dengan harga

yang mereka bayarkan, sehingga pihak cafe perlu menciptakan desain dan

sistem yang sesuai dengan perilaku konsumen pada cafe terkait.

d. Prinsip cafe

Prinsip ini mengacu pada definsi cafe yang menyatakan bahwa cafe

diciptakan sedemikian rupa sehingga membuat konsumen perlu untuk

melakukan pelayanan secara mandiri terhadap dirinya sendiri.

Keempat prinsip diatas adalah prinsip yang menjadi pedoman baik bagi

pengelola cafe untuk menjalankan usahanya maupun bagi konsumen yang

melakukan pembelian di cafe.

Page 23: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

32 Universitas Kristen Petra

2.2.9 Perilaku Dalam Interior Cafe

Dalam sebuah ruang interior cafe terdapat elemen pembentuk ruang

berupa lantai, dinding dan plafon. Ketiga elemen pembentuk ruang diciptakan

dengan tema dan konsep tertentu sehingga baik segi material, warna, bentuk,

tekstur dan mungkin bau (jika mempunyai bau) akan disesuaikan dengan cafe.

Konsep high class cafe dengan segmentasi high end tentu akan berbeda dengan

konsep middle low/middle up cafe baik dari segi penataan lokasi, pemilihan

warna, dan suasana yang ditimbulkan didalamnya. Pada entrance ways cafe akan

terlihat jelas dari segi material, warna maupun bentukan yang dibuat untuk

memberikan kesan “mahal” atau tidaknya sebuah cafe sehingga secara tak

langsung menyeleksi orang yang bisa masuk ke dalam cafe tersebut (Ching,

Francis D.K.,1996).

Dalam interior cafe penataan ruang, sirkulasi, pencahayaan, penghawaan,

material, dan elemen dekoratif penunjang lainnya tentu akan juga memperlihatkan

kelas sebuah cafe. Hal ini kemudian memberikan ransangan (stimuli) bagi

pengunjung untuk berlaku dan bersikap didalam cafe tersebut. Cafe dengan

segmentasi high end akan memunculkan desain berkelas dengan pemilihan warna

“minimalist” serta kesan elegan biasanya dengan unsur warna emas atau

pemilihan material meja marmer misalnya. Kemunculan desain berkelas

kemudian memberikan ransangan bagi pengunjung untuk tidak secara

sembarangan memasuki cafe dengan gaya desain seperti yang dideskripsikan

diatas dikarenakan cafe seperti itu tentu akan membanderol harga makanan dan

minuman ringan dengan harga yang lebih tinggi dari cafe pada umumnya

sehingga reaksi orang akan memberikan batas antara cafe tersebut dan dirinya

untuk kemudian menghindari cafe yang tak bisa dijangkaunya cafe (Pile 531).

2.2.10 Aktivitas Dalam Interior Cafe

Aktivitas dalam sebuah cafe terbagi dalam beberapa klasifikasi berikut :

a. Aktivitas menjual dan membeli makanan yang dilakukan oleh pegawai

cafe dengan pengunjung cafe.

b. Aktivitas makan yang dilakukan oleh pengunjung.

Page 24: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

33 Universitas Kristen Petra

c. Aktivitas mengobrol yang dilakukan bersama lawan bicara.

d. Aktivitas bersantai seperti pengunjung yang lelah setelah melakukan

aktivitas kerja dan ingin bersantai dalam suasana yang berbeda dari

tempatnya bekerja.

2.3 Desain Interior

Menurut John F. Pile. (15) desain interior dikembangkan dengan tujuan

untuk memasilitasi kegiatan yang dilakukan oleh manusia di dalam ruangan,

disesuaikan dengan imajinasi dan pemikiran desainer berdasarkan kebutuhan

penggunanya sehingga dalam mendesain selalu berusaha berkompromi tentang

berbagai aspek agar selaras dengan harapan pemakainya.

Sebagai seorang desainer interior professional hal yang perlu diperhatikan

bahwa pekerjaan harus di fokuskan kepada basic planning and fuctional daripada

hal terkait estetika (Pile 19)

2.3.1 Ruang Interior

Dalam sebuah ruang interior terdapat unsur-unsur yang mengisi ruang dan

membatasi ruang. Unsur-unsur tersebut mengisi ruang sesuai kebutuhan ruang

yang ada untuk memberikan fasilitas yang sesuai dan nyaman kepada pengguna

ruang. Unsur-unsur tersebut dibentuk dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti :

a. Sebuah tiang menandakan adanya sebuah titik dalam ruang dan

menjadikan titik tersebut terliat nyata.

b. Dua buah tiang membentuk sebuah membran ruang yang dapat kita lalui.

c. Dengan menyangga sebuah balok, tiang-tiang berubah menjadi garis tepi

sebuah bidang datar transparan.

d. Sebuah dinding, sebuah bidang masif, menandakan adanya sebagian dari

ruang yang tak berbentuk dan memisahkan antara ‘di sini’ dan ‘di sana’.

e. Lantai membentuk dasar ruang dengan batas-batas teritorinya.

f. Atap memberi naungan untuk isi ruang yang ada dibawahnya.

Penanganan permukaan bidang-bidang dinding, lantai, dan langit-langit

dapat menegaskan batas-batas spasial sebuah ruangan. Warna, tekstur, beserta

polanya menyesuaikan dengan kebutuhan ruang yang diperlukan, seperti warna

Page 25: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

34 Universitas Kristen Petra

putih yang dipakai untuk warna dinding diruang perkuliahan dipakai untuk

membuat pengguna fokus terhadap kuliah yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan ruang tersebut dipakai.

Sifat akustik permukaan-permukaan ruang pun dapat mempengaruhi batas-

batas ruang yang sudah jelas. Permukaan bidang yang lembut dan mampu

menyerap suara dapat memperluas batas-batas akustik sebuah ruangan.

Permukaan keras yang memantulkan suara dalam suatu ruang dapat memperkuat

batas-batas fisik ruang tersebut. (Ching 1996)

2.3.2 Konsep Ruang Interior

Dalam ruang interior terdapat berbagai elemen yang mengisi baik sebagai

elemen utama maupun elemen penunjang. Elemen-elemen tersebut merupakan hal

yang dinamakan lingkungan sedang manusia sebagai objek hidupnya; sebut saja

sebagai milieu. Lingkungan dan milieu memiliki hubungan seperti hukum aksi-

reaksi, perilaku tertentu akan menentukan suasana ruang yang tercipta dalam

ruang interior yang merupakan lingkungannya. Ketika perilaku dan aktivitas

milieu menunjukkan pola A maka lingkungan harus mewadahi pola A tersebut

sehingga terjadi keseimbangan dan aktivitas dapat berjalan dengan baik dan

milieu akan merasa nyaman.

We have chosen to discuss this need first because it is probably at the root

of all other needs, in other words, if we lack control, it will be difficult to satisfy

any of the other needs; […], it must be easily differentiated from surrounding

areas. One logical way to define space […] is to create clear, definite boundaries.

Boundaries communicate to others-and to ourselves-where our place is,how big it

is, where it begins, and where it ends. (Miller dan Schlitt 1940)

2.3.3 Warna dalam desain interior

Desain interior tak pernah lepas dari aspek warna. Dalam aplikasi sebuah

desain, warna merupakan aspek penting lain yang perlu diperhatikan disamping

bentuk dan ergonomi.

Warna hangat menarik perhatian seseorang. Warna orange atau merah

misalnya, yang biasanya diletakkan di dinding belakang rak toko yang membuat

Page 26: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

35 Universitas Kristen Petra

konsumen yang berbelanja yang sampai pada area rak belakang akan berputar dan

kembali mengelilingi rak toko dari awal kembali, hal ini tentu akan membuat

konsumen tertarik untuk membeli hal lainnya. Hal ini selanjutnya akan membuat

profit toko bertambah. (Bellizzi, Crowley, and Hasty 1983 dalam Sally 11).

Penelitian mengungkapkan bahwa saturation and brightness memiliki

pengaruh yang besar terhadap bagaimana manusia merespon sebuah warna secara

emosional (Valdez dan Mehrabian 1994 dalam Sally 11). Warna saturation

meningkatkan mood seseorang, sementara brightness sebaliknya. Warna yang

dingin sering digunakan dalam ruang ketika orang membutuhkan ketenangan,

sementara warna hangat digunakan dalam ruang ketika orang membutuhkan

energy tambahan. Warna dingin memberikan perasaan santai dan menyenangkan.

Park and Guerin (2002) have investigated combinations of colors that are

favored by different cultures around the world for interior color palettes. These

preferences are important because the use of preffered colors improves people’s

moods (Sally 127).

Penelitian yang dilakukan mengemukakan secara spesifik bahwa orang

dari eastern cultures lebih menyukai warna “simple and cool in appearance”. Hal

ini karena perbedaan budaya memiliki nilai dan pemaknaan yang berbeda dan

seringkali pada Negara tertentu berhubungan dengan masalah politik, sehingga

penting untuk desainer interior memiliki warna yang sesuai dalam desainnya.

Berdasarkan American Demographcs (Paul 2002 dalam Sally 129)

mengidentifikasikan arti warna sebagai berikut.

a. Red

Competition, emotion, optimism, violence

b. Orange

Extraversion, adventure, celebration

c. Yellow

Creativity, imagination, optimism, newness

d. Green

Nature, balance, fertility

e. Blue

Page 27: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

36 Universitas Kristen Petra

Dependability, protection, purity, peace, trust, loyality, patience, hope,

perseverance

f. Purple/Violet

Spirituality, creativity, wit, sensitivity, vanity, moodiness

g. Pink

Sweetness, delicacy, refinement, sentimentality

h. Brown

Stability, harmony, hearth, neutrality

i. Black

Sophistication, simplicity, power

j. Gray

Neutrality, boredom, coolness, safety, conservatism

k. White

Purity, calm

2.3.4 Psikologi Manusia

a. Psikologi Manusia Secara Umum

Terdapat empat kepribadian manusia secara umum berikut.

- Sanguin

Orang sanguinis adalah orang yang sifatnya paling suka tampil eksis

daripada 3 sifat dasar lainnya. Sanguinis itu biasanya merasa bahagia saat

bisa jadi pusat perhatian, tampak heboh, mudah mencairkan suasana saat

baru mengenal orang lain, dan pandai bergaul.

Sifat sanguinis yang terdeteksi sejak kecil biasanya membuat seseorang

tampak senang bergaya saat difoto, rajin ikut berbagai kegiatan di sekolah

atau lingkungan rumah, serta proaktif kalau dibandingkan dengan teman-

teman lainnya. Tak jarang si sanguinis ini dijadikan sebagai tameng saat

harus membuat yel yel kekompakan atau saat diminta memperagakan

suatu gerakan tarian tertentu untuk disaksikan oleh khalayak ramai.

Sanguinis akan merasa bahagia tak terkira kalau kamu memuji aksinya

dengan tulus dilengkapi senyuman. Pujian tersebut seakan jadi bukti

eksistensi dan kepercayaan diri bagi si sanguinis.

Page 28: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

37 Universitas Kristen Petra

Meskipun sanguinis itu memiliki emosi yang cenderung labil, suka narsis,

tak ingin dikalahkan dan mudah meledak-ledak, tapi dialah yang jadi

penyelamat saat harus bersentuhan dengan sesuatu yang disebut tampil di

depan umum.

- Melankolis

Melankolis pandai menganalisis permasalahan secara mendalam sebelum

memberitahukan hasil dari analisis tersebut. Disamping itu, ia pendengar

yang baik.Melankolis merupakan orang dengan beragam pertimbangan.

Orang yang melankolis biasanya pandai menyembunyikan perasaan,

sehancur apapun hatinya saat harus menerima kenyataan pahit. Tapi akan

selalu ada relung khusus di hatinya yang menyimpan kesedihan atau

dendam akibat kenyataan pahit tersebut. Si melankolis bisa berdiam lama-

lama bahkan jatuh terpuruk sebab sifat alamiahnya mampu menyeret ia ke

dalam pusaran perasaan yang terlalu dalam. Orang-orang melankolis

adalah orang yang selalu menuntut kesempurnaan. Kemampuannya dalam

menganalisis dan merencanakan sesuatu membuat ia jadi serba

perfeksionis dalam menjalani hidup. Saat menemukan orang yang kamar

tidurnya tertata rapi atau isi notebook-nya penuh dengan nama folder yang

spesifik, besar kemungkinan kalau orang tersebut adalah orang melankolis.

- Koleris

Kata pemimpin dan optimis adalah dua kata yang paling tepat untuk

menggambarkan kepribadian orang-orang koleris. Kadang kala tak jarang

orang lain menganggap si koleris terlalu diktator karena sifatnya yang suka

memimpin, suka mengatur, dan punya sikap toleransi yang rendah

terhadap kesalahan. Koleris bisa digambarkan sebagai pribadi yang

berkemauan keras dan punya tekad yang sangat besar untuk mencapai

impiannya. Hampir tak ada istilah bermalas-malasan dalam kamus si

koleris karena setiap hari harus diisi dengan pelajaran dan hal-hal baru

yang bermanfaat.

- Plegmatis

Orang-orang plegmatis patut dijuluki Lempeng.com. Ekspresinya begitu

Page 29: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

38 Universitas Kristen Petra

santai dan halus sehingga tak jarang tampak nyaris tak punya emosi.

Plegmatis menganggap dunia begitu indah dan masalah yang datang

menghadang itu bagai angin lalu saja. Wajahnya sering tersenyum manis

ketika problem sedang hadir di depan mata. Plegmatis yang amat

bersahabat dan berdamai dengan kehidupan. Kesabarannya memang

membuat plegmatis selalu berhasil menjalani hidup dengan tenteram.

Plegmatis tak segan untuk menghindari konflik dan memilih untuk

mengalah walaupun kadang ia mengalah hanya demi hal yang salah.

Berdebat hingga tarik urat sungguh bukanlah gaya seorang plegmatis

karena sejatinya ia cuma ingin hidupnya rukun-rukun saja.

Sikap damai dan bersahabat yang dimiliki oleh sang plegmatis sering

membuat ia malah ditindas dan dimanfaatkan oleh orang lain. Tidak hanya

itu saja, prinsip menjalani hidup seperti air mengalir pun kerap

membuatnya jadi tak punya tujuan hidup yang pasti.

b. Manusia dan Psikologi

Manusia terdiri dari dua entitas yaitu Tubuh dan Jiwa. Psikologi sendiri

merupakan disipilin ilmu yang mempelajari kedua entitas tersebut. Ada tiga posisi

filosofis yang mewarnai perkembangan disiplin psikologi baik dalam posisi

berseberangan maupun kompromi, yaitu :

- Tubuh dan jiwa merupakan entitas yang terpisah namun saling

berhubungan

- Tubuh dan jiwa merupakan entitas yang terpisah dan tidak saling

berhubungan

- Tubuh dan jiwa tidak dapat dipisahkan dan merupakan suatu kesatuan

Ketiga hal tersebut dirumuskan dalam tiga teori berikut. Teori pertama yang

dikemukakan oleh Rene Descartes (1596-1650) adalah teori Interactionism. Teori

kedua dirumuskan oleh Gottfried W. Leibnitz (1646-1716) dengan teori

Parallelism. Teori ketiga dirumuskan oleh Benedict “Baruch” Spinoza (1632-

1677) dengan teori Double Aspectism.

Page 30: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

39 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.3. 1 Teori Interactionism

Sumber : Halim, Deddy (2005,37)

Gambar 2.3. 2 Teori Parallelism

Sumber : Halim, Deddy (2005,37)

Page 31: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

40 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.3. 3 Teori Double Aspectism

Sumber : Halim, Deddy (2005,37)

Teori ketiga kemudian dipakai dalam sebuah teori pendekatan kehendak

bebas atau disebut free will approach yang menunjukkan bahwa kontrol kognisi

yang kuat atas tubuh membuat lingkungan fisik sama sekali tidak mempunyai

pengaruh terhadap perilaku.

Berbagai pendekatan yang dipakai yang menimbulkan pro dan kontra

terhadap penyatuan maupun pemisahan terhadap kedua entitas manusia yakni

tubuh dan jiwa memunculkan aliran psikologi perilaku yang dipelopori oleh Ivan

Pavlov (1849-1936) yang berkembang menjadi Neo Behaviorism yang

menganggap bahwa aspek tubuh merupakan hal yang paling penting dari manusia.

Teori ini kemudian lebih sering dipakai untuk menjelaskan bagaimana mengingat

dan mengenali lingkungan dan diterima dikalangan masyarakat karena berpatokan

pada penilaian yang objektif.

Selanjutnya muncul pengaruh pemikiran Abraham Maslow (1908-1970)

dengan hirarki teori kebutuhan manusia yang mendasari pola perilaku manusia

menjadi lima tingkat kebutuhan yang terdiri dari psysiological needs, safety needs,

belongingness and love needs, esteem needs and self actualization. Lima

tingkatan kebutuhan ini dibagi menjadi dua golongan yaitu deficiency needs and

growth needs. Pada golongan deficiency needs (psysiological needs, safety needs,

belongingness and love needs, and esteem needs) dijelaskan bahwa manusia akan

Page 32: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

41 Universitas Kristen Petra

memiliki motivasi untuk meraih tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi jika

merasa memiliki kekurangan pada tingkatan kebutuhan terendah, pada tahap ini

perumpamaan yang dibuat pada tingkat kebutuhan psysiological needs adalah

ketika orang merasa haus maka ia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya

akan kehausan dan akan fokus pada kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya

ketika kebutuhan akan hausnya terlah terpenuhi. Pada golongan growth needs

(self actualization) dijelaskan bahwa manusia akan berusaha untuk mencari hal

yang berkaitan dengan pengembangan diri, pertumbuhan, tantangan, dan

pengalaman baru (Reisinger 272-276).

Gambar 2.3. 4 Bagan Maslow's Hierarchy of Needs

Sumber : Halim, Deddy (2005,40)

Selanjutnya dengan revisi yang dilakukan pada tahun 1998 bersama

Lowery bagan hirarki Maslow menjadi delapan tingkat kebutuhan yang

mengembangkan golongan gowth needs menjadi dua tingkatan atas dan bawah.

Pada tingkatan bawah terdapat kebutuhan need to know & understand, and

aesthetic needs, pada tingkatan atas terdapat self-actualization and transcendence

(Reisinger 273).

Kedua pemisahan tersebut menjelaskan pada tahap mana manusia tidak

Page 33: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

42 Universitas Kristen Petra

punya kontrol terhadap perilakunya (growth needs) dan pada tahap mana kognisi

manusia justru memiliki kontrol yang menentukan bentuk-bentuk perilaku yang

dihasilkan oleh manusia (deficiency needs).

Dalam aplikasinya terhadap pola perilaku manusia sebenarnya tidak semua

manusia memiliki porsi kebutuhan yang sama, artinya adalah bahwa ada sebagian

manusia yang membutuhkan lebih banyak safety needs misalnya, dan sebagian

lainnya yang membutuhkan lebih banyak need to know & understand.

Dalam aspek psikologi paling mendasar yang ada dikemukakan terdapat

dua tipe manusia yakni introvert and extrovert yang memiliki pola perilaku yang

berbeda. Pada tingkatan kebutuhan sosial orang introvert mungkin akan lebih

membutuhkan belongingness & love needs, sementara orang extrovert akan lebih

membutuhkan esteem needs (Reisinger 276).

Terdapat delapan bagian dalam kebutuhan menusia yang dijelaskan oleh

Maslow, berikut merupakan rincian dari tiap kebutuhan tersebut.

- Psysiological needs

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi air, water, food,

drink, shelter, sleep, warmth, waste elimination, sex, health, fitness.

- Safety needs

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi protection,

security, order, law, stability, being free of fear and deprivation.

- Belongingness & love needs

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi belonging, love,

affection, acceptance, approval relationships, family and things

related to social needs.

- Esteem needs

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi recognition,

reputation, achievement, competition, status, fame and things related

to ego needs.

- Need to know & understand

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi knowledge,

understanding, learning, meaning, awareness and things related to

cognitive needs.

Page 34: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

43 Universitas Kristen Petra

- Aesthetic needs

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi beauty, form,

balance.

- Self actualization

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi personal

growth, development, actualization, challenge, and new experiences.

- Transcendence

Pada bagian ini hal yang dibutuhkan manusia meliputi supreme needs

of helping others to self actualize.

Transcendence needs mengacu pada kebutuhan seluruh manusia di

muka bumi, yang berhubungan dengan hal yang melebihi self-ego.

Dalam pencarian manusia menemukan kebutuhan ini, banyak yang

mengganti pola perilaku mereka dari external expression to an inner

change and spiritual journey.

c. Manusia dan Alam

Alam merupakan tempat manusia berada. Alam diartikan sebagai iklim dan

lingkungan. Iklim adalah elemen zat cair dan gas seperti misalnya jumlah uap air

dalam udara, kelembapan, hujan dan berbagai macam gas dalam udara seperti

oksigen, karbondioksida, karbonmonoksida, bahkan sampai cahaya dalam bentuk

agregat. Sedangkan lingkungan adalah elemen zat padat seperti tumbuhan, pasir

dan batuan.

Dalam penjelasan ini dapat diartikan bahwa manusia tidak bisa lepas dari

alam tempat manusia berada, sehingga yang terjadi berikutnya manusia akan

merespon iklim dan lingkungan yang diartikan sebagai kebudayaan. Perbedaan

iklim dan lingkungan akan menciptakan kebudayaan yang berbeda. Jadi interior

merupakan hasil akhir dari kebudayaan manusia dalam merespon alam.

Lingkungan agraris dengan iklim tropis basah seperti Indonesia

menghasilkan perkampungan dengan atap genteng tanah liat untuk meredam

panas namun masih memungkinkan terjadinya aliran udara pada ruang dibawah

atap. Lingkungan pantai menggunakan atap dak beton yang massif sebagai

antisipasi terhadap suhu panas yang kering. Sedangkan lingkungan pegunungan

Page 35: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

44 Universitas Kristen Petra

bersalju dilengkapi dengan cerobong asap sebagai akibat adanya panas buatan

yang dihasilkan dari dalam rumah untuk mengantisipasi suhu yang dingin.

Selanjutnya manusia mampu menguasai alam dengan baik. Dengan akal

dan logikanya manusia menciptakan lingkungan tempat tinggalnya yang

disesuaikan dengan kondisinya. Misalnya memilih material tertentu untuk

menghasilkan suhu ruang yang dingin ditengah iklim tropis. Arsitektur dan

interior pada awalnya hanya merupakan kebutuhan primer sebagai tempat

bertahan hidup. Kemudian bertambah kebutuhan sekunder untuk mengakomodasi

perilaku hidup sehari-hari dengan menciptakan berbagai ruang yang disesuaikan

dengan pola aktivitas hidupnya. Kebutuhan berikutnya tersier berupa keinginan

untuk memberi nilai lebih kepada ruang dengan menciptakan elemen dekoratif,

lukisan dan pengolahan detil ruang sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan

keindahan.

d. Psikologi dalam Desain

Psikologi manusia menanggapi reaksi desain yang ada disekitarnya tentu

berbeda-beda, hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

- Human reaction to static elements

Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, misalnya saja

pada small space ada beberapa orang yang bisa tegang dan kaku

sepanjang saat jika berada diruangan tersebut, ada pula yang hanya

tegang pada waktu tertentu. Bentuk yang sama bisa memberikan efek

yang berbeda pada masing-masing orang.

Orang secara umum menyukai area/ruangan yang familiar baginya,

namun memiliki desain yang tidak mudah ditebak karena jika sama

saja dengan rumahnya misal, akan membuat ia tak tertarik lagi dan

bosan. Di area publik orang lebih suka desain yang bisa “ditipu” dari

segi penglihatan, bau, suara, dan tekstur.

- Human Comfort

Sebuah ruang didesain dengan tujuan khusus, misalkan ruang makan

maka tujuan utama ruang tersebut adalah menyediakan segala

kebutuhan yang akan menunjang aktivitas makan tersebut. Namun

sebelum mendesain dan meletakkan penunjang aktivitas yang berupa

Page 36: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

45 Universitas Kristen Petra

perabot dan perlengkapannya, hal yang perlu dilakukan adalah

mengamati dan jika dibutuhkan turut serta merasakan ketika berada

diruang makan sehingga bisa mengetahui apa yang dibutuhkan dan

bagaimana aktivitas tersebut bisa dilakukan dengan baik. Hal ini

kemudian akhirnya menuju pada bagaimana ruangan tersebut dapat

terasa nyaman bagi penggunanya selama pengguna berada dan

melakukan aktivitas pada ruangan tersebut, berikut akan dibahas

mengenai garis besar hal-hal yang telah diteliti merupakan hal yang

membuat ruangan menjadi nyaman berdasarkan prikologi manusia

(Sally 11-12).

Berdasarkan warna, ketika ruangan yang dibicarakan adalah

area untuk makan dimana aktivitas yang terjadi didalamnya

bukan hanya makan saja, namun juga bercengkerama dengan

kerabat dan bersantai maka warna hangat akan memberikan

rasa nyaman dan menarik orang untuk tinggal disana lebih

lama

Berdasarkan layout ruangan dimana orang akan lebih menyukai

ruangan yang lebih terbuka, tidak semua bangunan tertutup

oleh lantai, dinding dan plafon. Hal ini adalah karena

pengalaman manusia yang didapat dari pembelajaran dari

leluhur yang telah tiada, dimana ketika jaman dahulu orang

berjuang bertempur mereka menggunakan alat dan bahan

seadanya yang ada dilingkungan alam karena saat itu belum

ada teknologi yang berkembang, salah satunya adalah pohon

yang bisa menjadi tempat perlindungan dari hewan buas,

sekaligus tempat bernaung yang sejuk dan nyaman.

Cahaya buatan yang memerciki ruangan adalah faktor lain yang

memberikan kenyamanan dalam sebuah ruang

Reis 2004 dalam Sally 16-18 mendefinisikan 16 ciri yang mendefinisikan

kebutuhan manusia secara dasar dan umum :

- Power

Page 37: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

46 Universitas Kristen Petra

Ruangan yang diciptakan memiliki kekuaatan seperti halnya gereja

yang didesain dengan plafon tinggi sehingga orang didalamnya merasa

kecil dan berfokus menghormati Tuhan yang Maha Agung dan Besar.

Karena sifat dasar manusia adalah akan hormat dan menghargai apa

yang diatasnya.

- Curiosity

Tempat yang didesain untuk mengasah kemampuan atau sebagai

tempat pembelajaran, dimana ketika orang didalam ruangan tersebut

memiliki keinginan untuk bisa mengeksplor dirinya lebih lagi

misalnya.

- Independence

Tempat yang bisa membuat apa yang diperlukan orang dalam

menjalankan aktivitasnya dapat dikatakan ruang yang independence.

- Status

Sebuah status bukanlah ditentukan oleh lokasi ruangan , namun

bagaimana ruangan itu bisa membuat orang mampu melakukan segala

aktivitasnya dalam satu ruangan itu saja. Hal ini bisa dikatakan

ruangan tersebut telah memenuhi kriteria status.

- Social Contact

Komunikasi merupakan hal penting sekalipun untuk orang yang paling

introvert sehingga dalam sebuah ruang perlu diciptakan desain yang

mampu membuat orang berkomunikasi meskipun tetap harus dibatasi

jumlah komunikasinya berdasarkan kebutuhan ruangnya.

- Vengeance

Tempat untuk meletakkan simbol-simbol seperti penghargaan yang

didapat, yang belum tentu dimiliki oleh orang lain.

- Honor

Dalam artian trasdisional, dimana dalam sebuah ruang ada tempat

khusus untuk meletakkan barang yang memiliki nilai bagi pengguna.

Hal ini bisa menjadi lebih tradisional ketika penempatan barang

tersebut dipahami maknanya bahkan oleh orang yang ‘buta desain’.

- Idealism

Page 38: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

47 Universitas Kristen Petra

Setiap orang memiliki idealismenya masing-masing. Seperti

penempatan patung untuk orang buta, idealis bagi pengguna yang buta

(Sally 18).

- Physical Exercise

Ruang untuk latihan fisik, dimana orang bisa melakukan uji

coba/praktek.

- Romance

Seperti kamar rias untuk wanita, yaitu area yang memiliki kesan

sentuhan kasih.

- Family

Tempat dimana orang berkumpul dan berkomunikasi. Sebuah tempat

yang diciptakan memiliki area private dan public sesuai dengan

kebutuhannya.

- Order

Penataan barang yang membuat apa yang dikerjakan seseorang

menjadi lebih tertata seperti adanya rak dan cabinet.

- Eating

Tempat yang disediakan khusus untuk orang makan.

- Acceptance

Penerimaan terhadap tren desain yang ada.

- Tranquility

Desain tempat nyaman adalah yang bisa membuat relax dan

mengurangi stress yang dialami oleh penggunanya.

- Saving

Ruang yang bisa difungskan untuk penyimpanan barang berharga.

Kemudian reaksi psikologi manusia secara umum pada area publik

digambarkan seperti berikut ini :

- Entryways

Entryways signal transition from one space into another ( Alexander et

al.1977). Pada umumnya untuk menemukan pintu masuk, pria lebih

memilih pintu yang teduh menaungi daripada wanita. Namun secara

umum semua orang akan memiliki kesan pertamanya ketika memasuki

Page 39: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

48 Universitas Kristen Petra

ruang depan/entryways. Disanalah orang akan memutuskan dan

menilai baik desain maupun perkiraan karakteristik pemiliknya.

- Ceilings

Alexander and his colleagues (1977) menemukan bahwa plafon yang

lebih rendah akan membuat orang yang berada didalamnya lebih intim

dan membuat orang didalamnya merasa relax, dan sebaliknya.

Pada area formal disarankan tinggi plafon sekitar 10-12 feet.

Kemudian untuk area semi formal 7-9 feet, serta 6-7 feet untuk area

yang lebih intim. Ukuran ini tergantung pada kondisi cuaca dan iklim

lingkungan sekitar.

Plafon yang tinggi akan membuat suara pantulan terasa lebih jauh dari

yang seharusnya sehingga menciptakan suasana lebih formal.

- Seat Placement

People prefer to sot with their back against something really solid,

such as a wall or a sturdy room divider. Research has shown that seats

like this in coffee shops are always the first ones chosen by customers

(Waxman,2006).

Psikologi dalam desain interior merupakan bagian yang tak terpisahkan.

Oleh sebab itu psikologi manusia merupakan hal yang penting dalam

mempengaruhi desain interior yang akan diciptakan. Berikut merupakan lima hal

yang menjadi isu pokok yang menghubungkan antara psikologi dengan desain

interior :

- Kepribadian

Kepribadian manusia dibagi kedalam dua golongan yaitu introvert and

extrovert. Introvert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh

dunia subjektif, orientasinya tertuju ke dalam. Extorvert adalah

kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya

terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, serta tindakannya lebih

banyak ditentukan oleh lingkungan. (Jung dalam Hall dan Lindzey,

1978: 125, par 1)

Hal ini selanjutnya berpengaruh terhadap desain yang mewakili masing-

masing kepribadian manusia. Misalnya untuk orang yang berkepribadian extrovert

Page 40: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

49 Universitas Kristen Petra

akan cenderung memilih rumah dengan banyak bukaan dengan material kaca yang

mendominasi, dan sebaliknya orang introvert akan memilih rumah yang terdapat

banyak ruang privasi yang menjaganya tetap aman didalam dari lingkungan luar.

Hal in bukan merupakan hal yang pasti, seperti bisa saja orang extrovert

menginginkan rumah seperti orang introvert dengan latar belakang bahwa ia telah

banyak melakukan sosialisasi dengan lingkungan luar dan ingin mendapatkan

privasi terbaik dalam rumahnya sendiri.

Dalam skala budaya Indonesia termasuk dalam golongan masyarakat yang

introvert jika dibandingkan dengan masyarakat western yang extrovert. Sehingga

selain faktor eksternal berupa alam yang terdiri atas iklim dan lingkungan terdapat

pula faktor internal berupa kepribadian kolektif bangsa yang memberikan

kontribusi signifikan terhadap penciptaan sebuah desain interior.

Dalam kaitannya dengan manusia baik introvert maupun extrovert, semua

manusia memiliki motivasi tertentu dalam melakukan sebuah tindakan. Motivasi

tersebut dinamakan nilai. Nilai tumbuh dari harapan dan ketertarikan manusia,

hasil dari interaksi antara individu dan beberapa obyek atau situasi dalam

lingkungannya (Nickel&Dorsey 1968 dalam Halim, Deddy, 2005:72). Kebutuhan

manusia baik fisik, psikologis atau sosial dalam lingkungan merupakan bagian

dari menentukan sebuah nilai. Misalnya ada orang yang menginginkan rumah

yang bisa dilihat dan dikunjungi teman-temannya, namun ada orang yang

menginginkan rumahnya sebagai tempat yang privasi. Hal tersebut terjadi karena

adanya nilai individual yang berbeda, seperti adanya pengalaman masa kecil yang

miskin mendorong seseorang untuk mencuri di masa dewasa atau malah menjadi

seorang dermawan.

Nilai individual seseorang mempengaruhi lingkungan tempat manusia

tersebut berada. Oleh sebab itu seorang desainer interior sangat berperan dalam

pengembangan lingkungan yang lebih baik untuk menciptakan sebuah nilai yang

baik dalam setiap diri manusia. Namun apakah lingkungan yang mempengaruhi

perilaku seseorang atau sebaliknya, hingga saat ini masih dipertanyakan. Hanya

saja yang jelas nilai merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang.

Lingungan juga mempengaruhi nilai individual seseorang. Hal ini

diumpamakan dengan pemasangan karpet di kantor yang membuat para karyawan

Page 41: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

50 Universitas Kristen Petra

merasa lebih dihargai dalam bekerja. Bangunan tidak dilihat hanya sebagai

bangunan saja, melainkan sebuah tempat yang menyenangkan untuk bekerja.

Ketika rasa nyaman orang dapat terpenuhi, mereka dapat merespon secara positif

terhadap desain yang dibuat oleh desainer interior. Dengan demikian perlu diingat

bahwa nilai merupakan kombinasi antara perasaan-perasaan psikologis dan

lingkungan fisik, sehingga tidak dapat dipisahkan (Halim 79).

Gambar 2.3. 5 Hubungan keterkatian nilai dan lingkungan

- Arketipe

Pada psikologi, arketipe diartikan sebagai kesan “primodial” atau

bentuk pemikiran universal yang ada pada setiap orang di semua

zaman. Arketipe psikologis atau ide tentang Tuhan dapat

direpresentasikan pada bidang arsitektur dalam bentuk arketipe gereja,

dengan bentuk atap tinggi menjulang yang memiliki makna adanya

hubungan vertical (heaven and earth). Konsep mengenai Tuhan atau

raja dimengerti secara sama dan universal oleh semua orang di seluruh

dunia pada segala abad dan tempat. Konsep kognitif yang dimiliki

secara sama pada semua orang disebut sebagai arketipe.

- Anatomi fisik

Hubungan arsitektur-psikologi dapat dilihat dari susunan anatomis

obyek studinya yang keduanya terdiri atas tiga bagian utama yaitu :

kaki, badan dan kepala.

Page 42: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

51 Universitas Kristen Petra

- Psikofisik

Studi ini dimulai dari Thomas Young (1773-1829) di Inggris yang

menekankan aspek pengelihatan manusia sebagai alat utama untuk

menikmati sebuah desain mengenai adanya tiga warna dasar yaitu

merah (red), hijau (green), dan biru (blue) atau disingkat RGB.

Kemudian teori warna Ewald Hering (1834-1918) muncul dan

menambahkan warna kuning (yellow) menjadi RGBY.

Aspek psikofisik yang dipelajari semuanya menunjukkan hasil

intervensi manusia terhadap lingkungannya mempunyai relasi yang

erat dengan proses-proses mental psikologis manusia.

- Karakter Gender

Karakter gender dibagi ke dalam dua golongan yaitu maskulin dan

feminin. Maskulin dalam psikologi mengacu pada sifat pria yang

kokoh, tegas dan keras. Feminin dalam psikologi mengacu pada sifat

wanita yang lembut, fleksibel dan ringkih.

Ketebalan garis menghasilkan perbedaan karakter. Lengkungan atau kurva

tipis dapat merepresentasikan karakter yang sangat feminin, sebaliknya garis lurus

yang tebal menonjolkan maskulinitas.

e. Kebutuhan Ruang

Untuk melakukan perancangan desain interior bagi klien, maka penting

untuk mengetahui perilaku manusia terlebih dahulu. Berikut merupakan

kebutuhan ruang manusia (Halim 81-92).

- Ruang fisikal

Merupakan hal yang berhubungan dengan ilmu desain antropometrik

dan ergonomi yang menjelaskan mengenai ukuran dalam membuat

sebuah desain yang akan digunakkan oleh manusia. Dengan adanya

ukuran standar yang dapat digunakan, maka pekerjaan desainer interior

menjadi lebih terarah.

- Ruang psikososial

Perilaku manusia bersifat psikologis dan sosial, sehingga desainer

interior perlu untuk memahami psikologis pengguna ruang sebelum

mendesain ruang interior. Secara fisik, semua orang membutuhkan

Page 43: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

52 Universitas Kristen Petra

besar ruang tertentu di sekitar mereka untuk merasa aman. Jumlah dan

bentuk ruang bervariasi, tergantung pada individu dan aktivitasnya.

Dalam menciptakan sebuah ruang terdapat jarak tertentu, yang membatasi

sebuah aktivitas. Ketika jarak yang diciptakan luas maka aktivitas yang bisa

dilakukan pengguna lebih luas dan sebaliknya. Dalam sebuah ruang tentu terdapat

interaksi antar pengguna pula. Jarak yang lebih dekat mengindikasikan

informalitas, sedangkan jarak yang lebih jauh mengindikasikan formalitas.

- Dimensi kebutuhan ruang

Kebutuhan ruang yang dilihat dari segi ruang psikososial memiliki

empat dimensi psikologis berikut.

- Kepemilikan ruang

Secara psikologis setiap orang tentu memiliki rasa kepemilikan akan

suatu area tertentu yang selalu ia tempati, misalnya tempat duduk di

pojok ruang. Tempat-tempat yang ditempati manusia memiliki

pengaruh kuat bagi diri mereka karena punya kenangan dan nilai

sejarah. Memiliki suatu barang adalah satu aspek kepemilikan dan

memiliki tempat untuk barang tersebut adalah aspek lain yang secara

integral saling berhubungan.

- Personalisasi ruang

Melalui personalisasi, seseorang menciptakan kesadaran bahwa daerah

atau barang miliknya dihargai. Personalisasi juga berarti memberi

“cap” pribadi, artinya menjadikan sesuatu sebagai bagian dirinya.

Tidak semua hal dipersonalisasi oleh setiap orang, hanya tempat yang

dianggap tempatnya saja. Misalnya pada kasus tempat asrama yang

memiliki banyak ruang, seseorang yang tinggal di dalamnya hanya

akan mempersonalisasi kamar yang menjadi tempatnya tinggal dengan

mendekorasi dan menata ruang sesuai keinginannya.

- Tingkat privasi ruang

Privasi merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Ruang privasi

memberikan kesempatan untuk menemukan diri sendiri karena privasi

mengijinkan setiap orang untuk mencari jati dirinya, dan

Page 44: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

53 Universitas Kristen Petra

mengembangkannya. Adanya ruang privasi memberikan sebuah dasar

bagi orang untuk merasa nyaman dan puas dengan hidupnya.

- Kontrol atas ruang

Kontrol atas lingkungan asalah aspek untuk bertahan hidup dan

dibutuhkan untuk membentuk konsep diri dan kedewasaan seseorang.

Ketika orang kehilangan kontrol atas lingkunagn, secara psikologis

kemampuannya untuk berfungsi akan berkurang serta dapat

menurunkan ambisi dan kurang menurunkan rasa percaya diri.

Orang harus bisa mengetahui bahwa dirinya berpengaruh atas sesuatu atau

ruang seperti kontrol untuk merubah, menghias dan mempersonalisasi ruang agar

seseorang memiliki keyakinan diri. Hal ini merupakan bagian dari pengembangan

citra diri yang baik (self-image).

2.3.5 Diferensiasi Sosial Manusia

Diferensiasi ras merupakan pembedaan antara manusia yang dilakukan

secara horizontal sehingga tidak ada pembedaan antara manusia yang satu dengan

lainnya, hanya perbedaan yang terletak pada latar belakangnya.

Menurut Soerjono Soekanto diferensiasi sosial adalah :

Variasi pekerjaan, prestise, serta kekuasaan kelompok di masyarakat yang

dikaitkan dengan interaksi atau akibat umum dari proses interaksi sosial yang lain.

Perwujudan pengelompokkan masyarakat atas dasar perbedaan pada kriteria-

kriteria yang tidak memunculkan tingkatan-tingkatan antara lain dalam hal agama,

ras, jenis kelamin, klan, profesi, dan suku bangsa.

Adapun ciri-ciri diferensiasi sosial sebagai berikut :

a. Ciri-ciri fisik

Ciri ini berkaitan dengan fisik manusia seperti perbedaan rambut, warna

bola mata, tinggi badan dan ciri fisik lainnya.

b. Ciri-ciri budaya

Ciri ini berkaitan dengan adat istiadat dan kebudayaan suatu kelompok

masyarakat. Seperti misalnya kebudayaan sunda, batak, bali dayak, dan

kebudayaan lainnya.

c. Ciri-ciri sosial

Page 45: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

54 Universitas Kristen Petra

Ciri ini berkaitan dengan fungsi masyarakat dalam kehidupan

bermasyarakat. Setiap warga masyarakat memiliki mata pencaharian yang

berbeda yang sesuai dengan bakat dan minat dari masing-masing yang

memberikan tanda sebuah perbedaan antara manusia secara horizontal.

2.3.6 Parameter Biologis

Berdasarkan bentuknya diferensiasi sosial dibagi menjadi dua bentuk yaitu

berdasarkan parameter sosiokultural dan parameter biologis. Dalam pembahasan

ini yang ditekankan adalah pembahasan parameter biologis yang dapat dilihat

dengan cara observasi pengamatan terhadap lapangan tempat penelitian dilakukan.

Parameter biologis terdiri dari :

a. Umur

Kategori umur menurut depkes RI 2009 dibagi menjadi sembilan golongan

sebagai berikut.

- Masa balita : 0-5 tahun

- Masa kanak-kanak : 5-11 tahun

- Masa remaja awal : 12-16 tahun

- Masa remaja akhir : 17-25 tahun

- Masa dewasa awal : 26-35 tahun

- Masa dewasa akhir : 36-45 tahun

- Masa lansia awal : 46-55 tahun

- Masa lansia akhir : 56-65 tahun

- Masa manula : 65-sampai atas

Perbedaan usia ini memungkinkan perbedaan perilaku yang ditimbulkan

sehingga akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan ruang pada masing-masing

individu.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin dibagi menjadi dua,

- Laki-laki

- Perempuan

Perbedaan jenis kelamin ini dapat berpengaruh terhadap perilaku yang

Page 46: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Behavior Setting · 2018. 2. 23. · 2.1.4 Batasan Behavior Setting Dalam Desain Interior Dalam Setiawan, Haryadi B,2014:50, diidentifikasikan dua tipe

55 Universitas Kristen Petra

ditimbulkan. Perempuan memiliki kecenderungan lebih rumit dan berbanding

terbalik dengan laki-laki yang cenderung lebih sederhana; tidak berbelit-belit.

Seperti misalkan ketika perempuan memilih tempat duduk ia akan cenderung

memilih berdasarkan tempat yang nyaman sesuai suasana hatinya dan memilih

tempat yang lebih intim dan memiliki tingkat privasi yang lebih, sedangkan laki-

laki lebih cenderung memilih tempat duduk tanpa syarat tertentu, hal ini

disebabkan oleh perbedaan kecenderungan pemikiran laki-laki yang berpusat pada

logika dan perempuan pada perasaannya.

c. Ras

Ras manusia memiliki keberagaman yang didasarkan oleh ciri fisik dan

sosial. Pada ciri fisik terdapat perbedaan seperti warna rambut, postur tubuh,

warna kulit dan perbedaan fisik lain. Pada ciri sosial terdapat perbedaan perilaku

yang dilakukan oleh perbedaan kelompok masyarakat.