49
DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR KEPABEANAN DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI 2011 Disusun Oleh: Sunarno, S.H. (Widyaiswara Utama)

2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR

KEPABEANAN DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

2011

Disusun Oleh:

Sunarno, S.H. (Widyaiswara Utama)

Page 2: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF DASAR

KEPABEANAN DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSDIKLAT BEA DAN CUKAI

2011

Disusun Oleh:

Sunarno, S.H. (Widyaiswara Utama)

Page 3: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Penetapan dan Standar Kinerja

DTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan Cukai

i

Page 4: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Penetapan dan Standar Kinerja

DTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan Cukai

ii

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL …………………………………………... iv

PETA KONSEP MODUL …………………………………………………………. v

MODUL PENGANTAR NILAI PABEAN

A. Pendahuluan ………………………………………………………………… 1

1. Deskripsi Singkat …………………........................................................... 1

2. Prasyarat Kompetensi ……………........................................................ 2

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ....................................... 2

4. Relevansi Modul ................................................................................... 2

B. KEGIATAN BELAJAR …........................................................................... 3

Latar Belakang dan Dasar-Dasar Metode

Penetapan Nilai Pabean

Indikator …………………………………………………………………….. 3

1.1. Uraian dan contoh ......................................................................... 3

A. Latar Belakang …………………………………………………..

1) Tarif spesifik, tarif advalorum dan pengertian nilai

pabean ………………………………………………………

2) Sejarah sistem nilai pabean di Indonesia .......................

3) Kewenangan pabean ……………………………………..

4) Ketentuan nilai pabean didalam Undang-undang

Kepabeanan ……………………………………………….

B. Dasar-Dasar Metode Penetapan Nilai Pabean …...................

1) Metode I : Nilai Transaksi Barang Impor Yang

Bersangkutan ..................................................................

2) Metode II , Nilai Transaksi Barang Identik ....................

3) Metode III , Nilai Transaksi Barang Serupa ....................

4) Metode IV : Metode Deduksi ……………………………..

5) Metode V , Metode Komputasi …………………………..

6) Metode VI, Metode I sampai dengan Metode V Yang

3

3

5

8

9

11

11

16

18

20

21

Page 5: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Penetapan dan Standar Kinerja

DTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan Cukai

iii

Diterapkan Secara Fleksibel ............................................ 23

1.2. Latihan .... ………………………………………………………........ 26

1.3. Rangkuman ………………………………………………………...... 27

1.4. Tes Formatif .....…………………………………………………….... 29

1.5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………...................... 33

PENUTUP ……………………………………………………………………………. 34

TES SUMATIF …………………………................................................................ 35

KUNCI JAWABAN ( TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ) …………………… 40

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 42

Page 6: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Penetapan dan Standar Kinerja

DTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan Cukai

iv

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Untuk dapat memahami modul ini secara benar, maka peserta diklat

diharapkan mempelajari modul ini secara urut mulai dari point A sampai selesai.

Cara mempelajari setiap point adalah mengikuti tahap-tahap berikut ini:

1. Lihat apa yang menjadi target indikator dari kegiatan belajar tersebut;

2. Pelajari materi yang menjadi isi dari setiap kegiatan belajar (dengan cara

membaca materi minimal 3 kali membaca isi materi kegiatan belajar

tersebut);

3. Lakukan review materi secara umum, dengan cara membaca kembali

ringkasan materi untuk mendapatkan hal-hal penting yang menjadi fokus

perhatian pada kegiatan belajar ini;

4. Kerjakanlah Tes Formatif pada kegiatan belajar yang sedang dipelajari;

5. Lihat kunci jawaban Tes Formatif dari kegiatan belajar tersebut yang terletak

pada bagian akhir modul ini.

6. Cocokkan hasil tes formatif dengan kunci jawaban tersebut, apabila ternyata

hasil Tes Formatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah yang

benar x 100/15), maka kegiatan belajar dapat dilanjutkan pada kegiatan

belajar berikutnya, namun apabila diperoleh angka di bawah 67, maka

peserta diklat diharuskan mempelajari kembali kegiatan belajar tersebut agar

selanjutnya dapat diperoleh angka minimal 67.

7. Kerjakan Tes Sumatif apabila semua Tes Formatif dari seluruh kegiatan

belajar telah dilakukan.

8. Lihat kunci jawaban Tes Sumatif yang terletak pada bagian akhir modul ini

9. Cocokkan hasil tes sumatif dengan kunci jawaban tes sumatif, apabila

ternyata hasil tes sumatif peserta diklat memperoleh nilai minimal 67 (jumlah

yang benar x 100/25), maka peserta diklat dapat dinyatakan lulus dari

kegiatan belajar

Page 7: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Penetapan dan Standar Kinerja

DTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan CukaiDTSD Kepabeanan dan Cukai

v

PETA KONSEP Dalam mempelajari modul ini, agar lebih mudah dipahami maka disarankan

kepada peserta diklat untuk mempelajari peta konsep modul. Dengan demikian

pola pikir yang sistematik dalam mempelajari modul dapat terjaga secara

berkesinambungan selama mempelajari modul.

Kegiatan Belajar 1

Penetapan Kinerja dan Standa Di Bidang Kepegawaian Kepabeanan dan Cukai

Materi : Key Performance Indicator (Indikator Kinerja Utama);

Janji Pelayanan Unggulan; Standar Kode Etik Pegawai;

Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK);

Blue Print KPU

Kegiatan Belajar 2

Standar Operating Procedures (SOP)

Materi : Pengertian Standar Operating Prosedur; Tujuan dan

Manfaat SOP; Orientasi Penyusunan SOP di Lingkungan

DJBC; Komponen-Komponen Yang Membentuk SOP; SOP

Layanan Unggulan di Lingkungan KPU; SOP Pada Bidang

Pengawasan Kepabeanan dan Cukai; SOP Pada Bidang

Administrasi Kepabeanan dan Cukai; SOP Sistem Aplikasi

Komputer Kepabeanan dan Cukai: SOP Layanan Unggulan di

Lingkungan KPU dan KPPBC Madya

Page 8: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 1

PENDAHULUAN

MODUL PENGANTAR NILAI PABEAN

1. Deskripsi Singkat

Didalam sistim self assesment , importir diminta memberitahukan jumlah

jenis dan kualitas barangnya. Importir juga diminta untuk memberitahukan tarif,

pembebanan dan nilai pabean atas barang yang diimpornya . Pasal 16 Undang-

undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2006 (selanjutnya disebut Undang-

undang Kepabeanan) menyebutkan bahwa Pejabat Bea dan Cukai berwenang

menetapkan tarif dan nilai pabean untuk penghitungan bea masuk sebelum

diajukan pemberitahuan pabean atau dalam jangka waktu tiga puluh hari sejak

tanggal pemberitahuan pabean. Penelitian kebenaran pemberitahuan tarif dan

nilai pabean adalah bagian dari tugas Pejabat Bea dan Cukai didalam melakukan

penelitian dokumen . Penelitian kebenaran pemberitahuan tentang nilai pabean

menggunakan metode-metode penetapan nilai pabean sebagaimana diatur

dalam pasal 15 Undang-undang Kepabeanan.

Modul dengan pokok bahasan Pengantar Kepabeanan ini diperuntukkan

bagi peserta Diklat Tehnis Substantif Dasar (DTSD) Kepabeanan dan Cukai,

yang dialokasikan waktu , jika dilakukan dengan sistim klasikal, hanya 3 (tiga)

tatap muka a. 90 menit.

A

Page 9: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 2

Dalam Modul ini akan dibahas tentang latar belakang , tarif spesifik dan

tarif advalorum , perkembangan sistem nilai pabean , dan dasar-dasar metode –

metode penetapan nilai pabean untuk penghitungan bea masuk.

2. Prasyarat Kompetensi

Sebelum mempelajari modul ini peserta diklat harus telah memiliki

kompetensi awal dan persyaratan, sebagai berikut :

1) Pangkat minimal Pengatur Muda Tk.I (Gol. II/b).

2) Lulusan Program Diploma I atau Diploma III STAN Jurusan Kepabeanan dan

Cukai

3) Usia maksimal 45 tahun

4) Memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti Diklat

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

3.1. Standar Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini peserta diklat memahami latar belakang

dan dasar-dasar metode-metode penetapan nilai pabean untuk

penghitungan bea masuk.

3.2. Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari modul ini peserta diklat dapat menjelaskan latar

belakang dan dasar-dasar penetapan nilai pabean.

4. Relevansi Modul

Relevansi modul terhadap tugas pekerjaan yang akan dijalankan peserta

diklat adalah sebagai berikut :

a) Materi modul ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada peserta

diklat tentang berbagai sistem penetapan nilai pabean .

b) Materi modul juga diharapkan memberikan pemahaman dan wawasan

yang cukup tentang dasar dasar penetapan nilai pabean .

Page 10: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 3

KEGIATAN BELAJAR

LATAR BELAKANG & DASAR-DASAR METODE PENETAPAN NILAI PABEAN

1. Uraian dan Contoh

A. LATAR BELAKANG

1) Tarif spesifik, tarif advalorum dan pengertian n ilai pabean.

Ketentuan cara penghitungan bea masuk diatur didalam pasal 12 ayat

(1) Undang-undang Kepabeanan , yang menyatakan bahwa, barang impor

dipungut bea masuk berdasarkan tarif setinggi-tingginya empat puluh persen

Indikator Keberhasilan . Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan dapat : a. membedakan tarif spesifik dengan tarif advalorum . b. mendefinisikan pengertian nilai pabean. c. menjelaskan perkembangan sistem nilai pabean. d. menjelaskan dasar-dasar metode penetapan nilai pabean. e. menjelaskan dasar-dasar penetapan nilai pabean

B

Page 11: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 4

dari nilai pabean untuk perhitungan bea masuk. Kemudian didalam pasal

14 disebutkan bahwa , untuk penetapan tarif bea masuk dan bea keluar,

barang dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang. Berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan RI No. 110/PMK.010/2006 tanggal 15

Nopember 2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Impor, maka

sistem klasifikasi barang impor yang berlaku sekarang ini adalah sistem

klasifikasi barang berdasarkan Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI)

versi 2007.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa rumus sebagai berikut

BM = ≤ 40 % BTBMI X NILAI PABEAN

Sebenarnya cara penghitungan bea masuk didasarkan pada 2 (dua)

cara yaitu dengan mendasarkan pada tarif spesifik atau tarif advolorum .

Didalam sistem tarif spesifik , penghitungan bea masuk didasarkan pada

tarif yang dinyatakan dalam nilai rupiah tertentu untuk setiap satuan atau

takaran tertentu dari suatu barang impor. Dewasa ini hanya 2 (dua) jenis

barang impor yang dikenakan tarif spesifik yaitu , beras dan gula.

Perhatikan contoh berikut :

Importir I mengimpor gula sebanyak 10.000 ton . 1701.11.00.00 Gula tersebut

termasuk didalam pos tariff BTBMI 1701.11.00.00. Besarnya tarif bea masuk

adalah Rp. 550,-/kg . Dengan demikian Bea Masuk wajib dibayar I adalah :

10.000 x 1.000 x Rp. 550,- = Rp. 5.500.000.000,- .

Sebagian besar barang impor dikenakan bea masuk berdasarkan tarif

advalorum , yaitu bea masuk yang dihitung dari prosentase tertentu dari

harga barang. Prosentase tertentu didasarkan pada besaran tarif yang

tertera didalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) . Sistem tarif

advolorum ini sesuai dengan ketentuan pasal 12 dan 13 Undang-undang

Kepabeanan.

Page 12: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 5

Perhatikan contoh berikut :

Importir I mengimpor barang dengan data-data sebagai berikut :

Jenis barang : Calcium Chloride , 95 %

Negara asal : Singapura

Jumlah : 110.000 kg

Harga CIF : USD 22,000.-

Pos tarif BTBMI : 2516.12.2000 (Tarif Bea Masuk : 5 % )

NDPBM : USD 1.- = Rp. 9.250,-

Jika harga CIF tersebut diterima oleh Pejabat Bea dan Cukai sebagai nilai

pabean , maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

Nilai pabean : 22.000 x Rp. 9.250,- = Rp. 203.500.000,-

Bea Masuk : 5 % x Rp. 203.500.000,- = Rp. 10.175.000,-

Dari contoh diatas Anda dapat mengetahui bahwa , jika digunakan

tarif advalorum , besarnya bea masuk yang harus dibayar importir

tergantung pada harga barang yang bersangkutan . Dengan demikian Anda

dapat mengetahui bahwa pengertian ’nilai pabean’ adalah nilai yang

menjadi dasar untuk menghitung bea masuk .

2) Sejarah sistem nilai pabean di Indonesia .

Sebelum tahun 1985 , Indonesia menganut sistem harga patokan

(dahulu terminologinya juga disebut ‘priscourant’ ) dimana nilai pabean

dipatok secara tetap dan tertentu untuk selama periode tertentu. Importir

yang memberitahukan nilai pabean lebih rendah dari harga patokan akan

terkena tambah bayar bea masuk serta terkena sanksi administrasi berupa

denda . Harga Patokan ditetapkan berdasarkan keputusan bersama

Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian. Dalam

prakteknya ketiga menteri tersebut sangat jarang melakukan peninjauan

kembali atas harga patokan yang telah ditettapkannya, sehingga keputusan

harga cenderung ketinggalan jaman, tidak aktual dan cenderung tidak

mengikuti perkembangan jenis-jenis barang yang kemudian muncul. Untuk

mengatasi hal ini muncul terminologi ’Catatan Harga’ yang berasal dari

Page 13: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 6

Direktur Jenderal Bea dan Cukai , Kantor Wilayah Bea dan Cukai atau

Kantor Inspeksi Bea dan Cukai. ’Catatan Harga’ ini kemudian dijadikan

dasar penetapan nilai pabean oleh Pejabat Bea dan Cukai. Namun tidak

semua barang impor mempunyai catatan harga , sehinggga sangat mudah

bagi Pejabat Bea dan Cukai melakukan pengaturan-pengaturan lebih lanjut

yang dapat bermuara pada kepentingan-kepentingan pribadi.

Maka muncullah argumen bahwa institusi kepabeanan pada waktu itu

dipandang sebagai institusi yang sangat tidak efisien , penuh biaya tinggi

dan menghambat arus barang impor dan ekspor . Akhirnya dengan Instruksi

Presiden No. 4 Tahun 1985 Pemerintah memberlakukan sistem

pemeriksaan pra-pengapalan (pre-shipment inspection) , dimana diatur

sebagai berikut :

a. impor barang dengan nilai FOB USD 5,000.- atau lebih dilakukan

pemeriksaan oleh Surveyor yang ditunjuk (yaitu PT Surveyor Indonesia /

SGS) untuk melakukan pemeriksaan di Negara pengekspor (pre-shipment

inspection) .

b. ekspor barang tidak dilakukan pemeriksaan fisik oleh Pejabat Pabean .

Dibidang impor pemeriksaan nilai pabean dilakukan oleh Surveyor di

negara pengekspor yang didasarkan pada harga pasar (prevailing on the

market price in the country of exportation). Laporan Pemeriksaan Surveyor

(LPS) yang dikeluarkan Surveyor, disamping meliputi jumlah, jenis dan

kualitas barang, juga meliputi harga barang. Jika suatu importasi sudah

dilindungi dengan dokumen LPS maka Pejabat Pabean tidak lagi

diperkenankan melakukan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan atas tarif

dan nilai pabean .

Untuk importasi barang dengan harga kurang dari FOB USD 5,000,-.

Pejabat Pabean masih mempenyuai kewenangan melakukan pemeriksaan

fisik , tarif dan nilai pabean. Dasar penetapan nilai pabean adalah harga

sebenarnya yang umumnya tercermin pada harga yang tercantum dalam

invoice atas barang yang dijual ke Indonesia . Dalam hal harga invoice

diragukan maka digunakan sebagai data pembanding data barang identik

atau barang serupa yang terdapat pada Profil Harga I atau Profil Harga II.

Page 14: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 7

Putaran Uruguay perundingan perdagangan multilateral GATT

Putaran Uruguay di Maroko, tanggal 15 April 1994 telah menyetujui

terbentuknya Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization).

Salah satu agreement yang terlampir didalam persetujuan tersebut adalah

Persetujuan tentang pelaksanan Article VII GATT (Agreement on

Implementation of Article VII of GATT 1994). Persetujuan ini sering disebut

sebagai WTO Valuation Agreement . Persetujuan ini menggariskan bahwa

untuk menetapkan harga pabean harus menggunakan salah satu cara dari 6

cara atau metode penetapan harga yang tersedia sebagai berikut :

a. Metode I : Metode nilai transaksi (article 1 dan 8) ;

b. Metode II : Metode nilai transaksi barang identik (article 2);

c. Metode III : Metode nilai transaksi barang serupa (article 3);

d. Metode IV : Metode deduksi (article 5);

e. Metode V : Metode komputasi (article 6); dan

f. Metode VI : Metode fall-back (article 7).

Indonesia sebagai negara berkembang telah meratifikasi persetujuan

pendirian WTO dengan undang-undang No. 7 Tahun 1994 . Dengan

demikian persetujuan ini mengikat bagi Indonesia , termasuk segala

agreement yang terlampir didalam persetujuan tersebut , diantaranya adalah

Agreement on Implementation of Article VII of GATT 1994 . Konsekuensinya

adalah Indonesia harus menyesuaikan segala ketentuan yang berkaitan

dengan nilai pabean sesuai dengan ketentuan agreement dimaksud. Bagi

Indonesia tidak usah menunggu sampai dengan batas waktu ketentuan

WTO (1 Januari 2000), karena ketentuan penetapan nilai pabean

berdasarkan WTO Valuation Agreement telah dimasukkan didalam pasal

15 Undang-undang No. 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan yang telah

diubah atau ditambah dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2007.

GATT / WTO Valuation Agreement disusun untuk membangun sebuah

sistem internasional untuk menetapkan nilai pabean barang impor. Tujuan

utama dari WTO Valuation Agreement adalah untuk menciptakan system

system penetapan nilai pabean yang netral, adil dan seragam yang tidak

memberikan ruang bagi penggunaan nilai pabean yang sembarangan atau

fiktif. WTO Valuation Agreement juga menghendaki agar dasar bagi

penetapan nilai pabean sedapat mungkin berdasarkan nilai transaksi barang

Page 15: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 8

impor yang bersangkutan yang sedang ditetapkan nilai pabeannya tersebut.

Dengan demikian penerapan WTO Valuation Agreement memerlukan

adanya perubahan pola pikir dunia usaha dan bea dan cukai.

WTO Valuation Agreement mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

1995 bagi anggota WTO termasuk tujuh negara anggota ASEAN yang

merupakan anggota WTO. Sebagaimana telah dinyatakan dalam Asean

Customs Policy Implementation and Work Programe (PIWP), semua

adminstrasi bea dan cukai di ASEAN telah setuju untuk memasukkan WTO

Valuation Agreement ke dalam peraturan perundang-undangan kepabeanan

mereka masing-masing. Sebagai tindak lanjut pada dalam KTT Asean ke-9

pada tahun 2003 di Bali telah disepakati pedoman implementasi yang

seragam antar negara ASEAN dalam bentuk Asean Customs Valuation

Guide .

3) Kewenangan pabean.

Sistem kepabeanan di Indonesia menganut azas self assessment,

dimana importir diminta untuk memberitahukan didalam pemberitahuan

impor jumlah, jenis dan harga barang. Dengan demikian semakin besar

nilai pabean diberitahukan importir semakin besar pula bea masuk yang

harus dibayar importir . Sebaliknya semakin kecil nilai pabean diberitahukan

importir semakin kecil pula bea masuk yang dibayar importir. Karena besar

kecilnya pungutan negara sangat tergantung pula besarnya nilai pabean

yang diberitahukan importir , maka pemberitahuan nilai pabean ini harus

diteliti oleh Pejabat Bea dan Cukai. Tujuannya adalah untuk menghindari

pemberitahuan nilai pabean yang lebih rendah dari yang seharusnya ,

sehingga mengakibatkan kerugian penerimaan negara dari sektor bea

masuk , cukai dan pajak dalam rangka impor . Umum sering menyebut

sebagai under invoice , yaitu invoice yang mencantumkan harga barang

lebih rendah dari yang seharusnya . Invoice ini dalam banyak hal dibuat

sendiri oleh importir yang nakal sekedar sebagai persyaratan dokumen

pelengkap pabean Dikalangan Pejabat Bea dan Cukai , invoice macam ini

sering disebut sebagai ‘invoice pasar pagi’.

Page 16: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 9

Sesuai pasal 16 ayat (2) Undang-undang Kepabeanan , Pejabat Bea

dan Cukai berwenang menetapkan nilai pabean untuk penghitungan Bea

Masuk sebelum atau 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan pabean

diserahkan oleh importir. Pejabat Bea dan Cukai yang dimaksud adalah

Pejabat Fungsional Pemeriksaan Dokumen atau Kepala Seksi Pabean.

Berdasarkan pasal 16 ayat (4) Undang-undang Kepabeanan, Importir yang

salah memberitahukan nilai pabean untuk penghitungan bea masuk

sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran bea masuk dikenai

sanksi administrasi berupa denda sebesar 100 % sampai dengan 1000 %

dari bea masuk yang kurang dibayar .

Keputusan Pejabat Pabean tersebut juga masih dapat ditetapkan

kembali oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam jangka waktu 2 (dua)

tahun sejak pemberitahuan pabean (lihat pasal 17 UU Kepabeanan) .

Penetapan kembali Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat berakibat

kekurangan atau kelebihan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka

impor. Dalam hal penetapan kembali nilai pabean mengakibatkan

kekurangan pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka impor , maka

importir akan ditagih sesuai kekurangannya. Sebaliknya dalam hal

penetapan kembali nilai pabean mengakibatkan kelebihan pembayaran bea

masuk , maka akan dikembalikan sesuai kelebihannya. Importir yang salah

memberitahukan nilai transaksinya akan dikenai sanksi adminstrasi berupa

denda sebesar 100 % sampai dengan 1.000 % dari kekurangan bea masuk.

(pasal 17 A Undang-undang Kepabeanan).

4) Ketentuan nilai pabean didalam Undang-undang Kep abeanan .

Sesuai dengan prinsip utama WTO Valuatian Agreement , dasar

utama penetapan nilai pabean adalah nilai transaksi dari barang impor yang

bersangkutan . Untuk selanjutnya dalam hal nilai transaksi barang impor

yang bersangkutan tidak dapat ditentukan, maka dipakai metode-metode

lainnya didalam pelaksanaan penetapan nilai pabean. Pasal 15 UU No. 10

Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah atau ditambah

dengan Undang-undang N0. 17 Tahun 2006 , telah mengadopsi prinsip-

prinsip WTO Valuation Agreement sebagai berikut :

Page 17: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 10

a) Metode I , nilai transaksi barang impor yang bersangkutan ( ayat 1) ;

b) Metode II, nilai transaksi barang identik (ayat 2) ;

c) Metode III, nilai transaksi barang serupa (ayat 3) ;

d) Metode IV, metode deduksi (ayat 4) ;

e) Metode V , metode komputasi (ayat 5) ;

f) Metode VI, metode penetapan nilai pabean berdasarkan tatacara yang

wajar dan konsisten dengan dengan prinsip-prinsip metode I s/d

metode V berdasarkan data yang tersedia di Daerah Pabean (ayat 6).

Metode I sampai dengan Metode VI harus diterapkan secara hierarkhi

penggunaannya. Artinya Pejabat Bea dan Cukai tidak diperkenankan

menerapkan Metode II , tanpa terlebih dahulu ia mencoba menerapkan

Metode I . Demikian pula ia tidak boleh menerapkan metode III tanpa ia

mencoba terlebih dahulu menerapkan metode II atau metode I . Namun

didalam pasal 15 ayat (3A) Undang-undang Kepabeaanan , atas permintaan

importir , Pejabat Bea dan Cukai dapat menerpakan terlebih dahulu metode

V mendahului penerapan metode IV.

Page 18: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 11

B. DASAR-DASAR METODE PENETAPAN NILAI PABEAN

1) Metode I : Nilai Transaksi Barang Impor Yang Bersangkutan

a. Pengertian metode I

Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Kepabeanan menyebutkan bahwa nilai

pabean untuk penghitungan bea masuk adalah nilai transaksi dari barang

impor yang bersangkutan . Jika pejabat Bea dan Cukai menetapkan nilai

pabean berdasarkan pasal ini maka ia menerapkan Metode I .

Metode I mengatur bahwa nilai pabean untuk penghitungan bea masuk

adalah nilai transaksi dari barang impor yang bersangkutan. Yang

dimaksud dengan nilai transaksi adalah harga yang sebenarnya atau yang

seharusnya dibayar dari barang yang dijual untuk diekspor ke Daerah

Pabean ditambah dengan biaya – biaya tertentu, sepanjang biaya-biaya

tertentu tersebut belum termasuk dalam harga yang sebenarnya atau yang

seharusnya dibayar.

Harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar merupakan

total pembayaran yang dilakukan atau akan dilakukan oleh pembeli kepada

atau untuk kepentingan penjual berkenaan dengan barang yang diimpor.

Pembayaran tersebut tidak harus dilakukan dalam bentuk transfer uang ,

melainkan dengan menggunakan salah satu cara didalam system

pembayaran ekspor impor , misalnya melului letter of credit (L/C) , wesel

internasional , advance payment dan lain-lain .

Yang dimaksud dengan harga yang sebenarnya dibayar (terjemahan dari

‘price actually paid) adalah harga barang yang pada waktu barang tersebut

diimpor (diserahkan PIB-nya kepada Kantor Pabean) telah dibayar lunas

oleh pembeli barang . Sedangkan yang dimaksud dengan harga yang

seharusnya dibayar ( terjemahan dari ‘payable) adalah bahwa barang

tersebut pada waktu diimpor (diserahkan PIB-nya ke Kantor Pabean) belum

dibayar/dilunasi oleh pembeli yang bersangkutan.

Page 19: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 12

Didalam penggunaan Metode I , disyaratkan importasi adalah merupakan

transaksi jual beli yaitu kegiatan komersial yang mensyaratkan adanya

“pembeli”, yaitu pihak yang setuju untuk memperoleh barang dalam jumlah

tertentu dan setuju untuk membayar/mengirimkan kompensasi, dan

“penjual”, yaitu pihak yang setuju untuk menyerahkan hak kepemilikan

barang. Apabila ke dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli yang terlibat

dalam transaksi tersebut memberikan persetujuan dalam kaitannya dengan

barang dan harga, maka terjadilah suatu penjualan (transaksi jual-beli).

Apabila barang impor bukan merupakan subyek dari suatu penjualan,

berarti tidak terdapat nilai transaksi sehingga barang impor yang

bersangkutan tidak dapat ditetapkan nilai pabeannya berdasarkan Metode

I.

Contoh barang impor yang bukan merupakan suatu subyek penjualan,

yaitu:

a) Barang yang dikirim secara konsinyasi yang dijual setelah

pengimporan atas perintah dan/atau untuk kepentingan pemasok;

b) Barang yang dikirim dengan Cuma-Cuma, misalnya barang hadiah,

barang promosi, barang contoh (free of charge);

c) Barang yang diimpor oleh intermediary yang tidak membeli barang,

barang tersebut dijual setelah pengimporan;

d) Barang yang diimpor oleh anak cabang perusahaan dengan kondisi

anak cabang tersebut bukan merupakan badan hukum yang berdiri

sendiri;

e) Barang yang disewa (leasing contract);

f) Barang bantuan dari luar negeri yang kepemilikannya ditangan

pengirim barang;

b. Biaya-biaya yang tidak termasuk harga sebenarnya atau

seharusnya dibayar.

Harga yang Sebenarnya Dibayar atau yang Seharusnya Dibayar, tidak

meliputi :

Page 20: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 13

1. Biaya yang terjadi dari kegiatan yang dilakukan oleh pembeli untuk

kepentingannya sendiri, yaitu antara lain biaya untuk : uji coba;

pembuatan ruang pamer; penyelidikan pasar; dan biaya pembukaan

L/C.

2. Biaya yang terjadi setelah pengimporan barang adalah :

- biaya konstruksi, pembangunan, perakitan, pemeliharaan atau

bantuan teknik yang dilakukan setelah pengimporan;

- biaya pengangkutan, asuransi dan atau biaya lainnya setelah

pengimporan;

- bea masuk, cukai, dan pungutan dalam rangka impor

3. Bunga (Interest Charges) dan deviden .

4. Diskon (Potongan)

Diskon merupakan komponen untuk mengurangi harga barang impor

sepanjang diskon tersebut berlaku umum dalam perdagangan. Di

dalam perdagangan dikenal tiga jenis diskon, yaitu :

- cash discount adalah diskon yang diberikan karena pembayaran

kontan, diskon ini diberikan kepada pembeli atas pembayaran

yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang telah disetujui

oleh penjual ;

- quantity discount adalah diskon yang diberikan karena perbedaan

jumlah pembelian;

- trade discount adalah diskon yang diberikan karena adanya

perbedaan tingkat perdagangan : wholeseller, retailer dan end-

user);

c. Biaya yang Ditambahkan pada Harga yang Sebenarny a Dibayar atau

yang Seharusnya Dibayar

Untuk memperoleh nilai transaksi, harga yang sebenarnya dibayar atau

yang seharusnya dibayar ditambah dengan biaya-biaya tertentu, yaitu :

1. biaya yang dibayar oleh pembeli yang belum terma suk dalam

harga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar,

berupa :

Page 21: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 14

- Komisi dan jasa perantara, kecuali komisi pembelian;

- Biaya pengemasan yang untuk kepentingan pabean pengemasan

tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan barang

yang bersangkutan.

- biaya pengepakan, baik untuk upah tenaga kerja maupun material

pengepakan.

2. nilai bantuan (assist) .

Assist adalah nilai dari barang dan jasa yang dipasok secara

langsung atau tidak langsung oleh pembeli dengan Cuma-Cuma atau

dengan harga yang diturunkan, untuk kepentingan produksi dan

penjualan untuk ekspor barang impor yang bersangkutan, sepanjang

nilai tersebut belum termasuk dalam harga yang sebenarnya dibayar

atau seharusnya dibayar.

3. Royalti dan biaya lisensi .

Royalti dan lisensi adalah pembayaran yang berkaitan antara lain

dengan paten, merek dagang dan hak cipta. Royalti dan lisensi

ditambahkan sepanjang belum termasuk dalam harga sebenarnya

dibayar atau seharusnya dibayar serta memenuhi pesrsyaratan

sebagai berikut :

- dibayar oleh pembeli secara langsung atau tidak langsung.

Pembeli berkewajiban membayar royalti atau biaya lisensi atas

pembelian barang impor yang bersangkutan.

- merupakan persyaratan jual beli barang impor .

- berkaitan dengan barang impor , artinya , pada barang impor yang

bersangkutan terdapat Hak Atas Kekayaaan Intelektual .

4. proceeds .

Yang dimaksud dengan proceeds adalah nilai dari bagian pendapatan

yang diperoleh pembeli atas penjualan kembali, pemanfaatan atau

pemakaian barang impor yang kemudian diserahkan secara langsung

atau tidak langsung kepada penjual. Pada umumnya proceeds

diberlakukan oleh penjual apabila barang tersebut mempunyai posisi

tawar yang sangat tinggi.

5. biaya transportasi barang impor yang dijual untu k di ekspor ke

tempat impor di Daerah Pabean.

Page 22: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 15

Yang dimaksud dengan biaya transportasi (freight) adalah biaya

transportasi barang impor ke tempat impor di Daerah Pabean, yaitu

biaya transportasi yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya

dibayar yang pada umumnya tercantum pada dokumen pengangkutan,

seperti B/L atau AWB dari barang impor yang bersangkutan.

Apabila biaya transportasi tidak tercantum di dalam B/L atau AWB,

maka biaya transportasi adalah biaya yang sebenarnya dibayar atau

yang seharusnya dibayar sepanjang pembeli dapat menunjukkan bukti

yang obyektif dan terukur atas biaya transportasi tersebut

6. biaya pemuatan, pembongkaran dan penanganan yang berkaitan

dengan pengangkutan barang impor ke tempat impor di Daerah

Pabean.

Yang dimaksud dengan biaya pemuatan, pembongkaran dan

penanganan (handling charges) yang belum termasuk biaya

transportasi adalah segala biaya yang berkaitan dengan pengangkutan

barang ke tempat impor di Daerah Pabean yang belum termasuk

dalam biaya transportasi (freight). Biaya tersebut antara lain berupa

biaya pemuatan, pembongkaran, penyimpanan / pergudangan, transit

dan penanganan barang impor (handling charges) yang timbul sejak

barang diangkut ke tempat impor (pelabuhan tujuan ) di Daerah

Pabean .

7. biaya asuransi.

Yang dimaksud dengan biaya asuransi adalah biaya penjaminan

pengankutan barang dari tempat ekspor di luar negeri ke tempat impor

di Daerah Pabean .

Page 23: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 16

2) Metode II, Nilai Transaksi Barang Identik

a. Pengertian nilai transaksi barang identik .

Metode II yaitu nilai transaksi barang identik akan digunakan jika Metode I

tidak dapat digunakan , misalnya karena tidak adanya transaksi jual beli.

Jika Pejabat Bea dan Cukai menggunakan metode II sebagai dasar

penetapan nilai pabean , maka ia menggunakan data barang identik yang

ada di Kantor Pabean. Artinya data barang impor yang diberitahukan

didalam dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dibandingkan

dengan data barang identik yang ada di Kantor Pabean. Pemberitahuan

harga barang impor akan ditetapkan sebagai nilai pabean oleh Pejabat Bea

dan Cukai jika data harga yang diberitahukan sesuai dengan data barang

identik yang terdapat di Kantor Pabean . Sebaliknya jika data harga barang

identik lebih besar dari data harga yang diberitahukan dalam

pemberitahuan pabean , maka importir dikenakan tambah bayar bea

masuk ditambah dengan sanksi adminatrasi berupa denda .

Dua barang dianggap identik jika :

Kedua barang tersebut sama dalam segala hal , meliputi karakter fisik,

mutu dan reputasi , serta dibuat di negara yang sama oleh produsen yang

sama atau yang berbeda. Perbedaan-perbedaan kecil diantara dua barang

tersebut , misalnya karena perbedaan warna atau aksesori , tidak

mempengaruhi penilaian suatu barang dianggap sebagai barang identik.

Perhatikan contoh barang identik sebagai berikut :

Data PIB :

Jenis barang : Pesawat penerima siaran televisi , berwarna

( Colour TV Receiver)

Page 24: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 17

Ukuran : 29 ’’

Tipe : KV29S

Merek : Sony

Negara asal : Japan

Data di Kantor Pabean :

Jenis barang : Pesawat penerima siaran televisi , berwarna

( Colour TV Receiver)

Ukuran : 29 ’’

Kualitas : Berwarna

Tipe : KV29S

Merek : Sony

Negara asal : Japan

b. Persyaratan penggunaan Metode II

Data barang identik di Kantor Pabean dapat digunakan sebagai dasar

penetapan nilai pabean menggunakan Metode II sepanjang memenuhi

persyaratan :

� berasal dari Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang nilai pabeannya

telah ditetapkan berdasarkan nilai transaksi oleh Kantor Pelayanan

Bea dan Cukai;

� tanggal Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB)-nya sama atau

dalam waktu tiga puluh hari sebelum atau sesudah tanggal B/L atau

AWB barang impor yang sedang ditetapkan nilai pabeannya;

� tingkat perdagangan dan jumlah barangnya sama dengan tingkat

perdagangan dan jumlah barang, barang impor yang sedang

ditetapkan nilai pabeannya.

Apabila terdapat lebih dari satu nilai transaksi barang identik, maka untuk

menetapkan nilai pabean digunakan nilai transaksi barang identik yang

paling rendah.

Page 25: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 18

3) Metode III , Nilai Transaksi Barang Serupa .

a. Pengertian nilai transaksi barang serupa .

Metode III yaitu nilai transaksi barang serupa , akan digunakan jika Metode

II dan Metode I tidak dapat digunakan , misalnya karena persyaratan untuk

penggunaan metode-metode tersebut tidak terpenuhi . Misalnya, metode

II tidak dapat digunakan jika tidak terdapat data barang identik yang

memenuhi syarat di Kantor Pabeaan . Jika Pejabat Bea dan Cukai

menggunakan metode III sebagai dasar penetapan nilai pabean , maka ia

menggunakan data barang serupa yang ada di Kantor Pabean. Artinya

data barang impor yang diberitahukan didalam dokumen Pemberitahuan

Impor Barang (PIB) dibandingkan dengan data barang serupa yang ada di

Kantor Pabean. Pemberitahuan harga barang impor akan ditetapkan

sebagai nilai pabean oleh Pejabat Bea dan Cukai jika data harga yang

diberitahukan sesuai dengan data barang serupa yang terdapat di Kantor

Pabean . Sebaliknya jika data harga barang serupa lebih besar dari data

harga yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean , maka importir

dikenakan tambah bayar bea masuk ditambah dengan sanksi adminatrasi

berupa denda .

Dua barang dianggap serupa jika :

Kedua barang tersebut meskipun tidak sama dalam segala hal , tetapi

mempunyai karakter fisik sama, komponen material sama, berfungsi sama

dan secara komersial saling dapat dipertukarkan , serta dibuat di negara

yang sama oleh produsen yang sama atau yang berbeda. Perbedaan-

perbedaan kecil diantara dua barang tersebut , misalnya karena perbedaan

warna atau aksesori , tidak mempengaruhi penilaian suatu barang

dianggap sebagai barang identik.

Perhatikan contoh barang serupa sebagai berikut :

Page 26: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 19

Data PIB :

Jenis barang : USB Flash Drive

Ukuran : 2 GB

Merek : Kingston

Negara asal : China

Data di Kantor Pabean :

Jenis barang : USB Flah Drive

Ukuran : 2 GB

Merek : Sandisk

Negara asal : China

b. Persyaratan penggunaan Metode III

Data barang identik di Kantor Pabean dapat digunakan sebagai dasar

penetapan nilai pabean menggunakan Metode III sepanjang memenuhi

persyaratan :

� berasal dari Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang nilai pabeannya

telah ditetapkan berdasarkan nilai transaksi oleh Kantor Pelayanan Bea

dan Cukai;

� tanggal Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB)-nya sama atau dalam

waktu tiga puluh hari sebelum atau sesudah tanggal B/L atau AWB

barang impor yang sedang ditetapkan nilai pabeannya;

� tingkat perdagangan dan jumlah barangnya sama dengan tingkat

perdagangan dan jumlah barang, barang impor yang sedang ditetapkan

nilai pabeannya.

Apabila terdapat lebih dari satu nilai transaksi barang identik, maka untuk

menetapkan nilai pabean digunakan nilai transaksi barang identik yang

paling rendah.

Page 27: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 20

4) METODE IV : METODE DEDUKSI

a. Pengertian Metode Deduksi .

Metode deduksi adalah metode penetapan nilai pabean berdasarkan harga

satuan di pasar daerah pabean dari barang impor yang bersangkutan ,

barang identik atau barang serupa , dalam penjualan terbesar dan dalam

kondisi sama dengan saat diimpor, dikurangi dengan sejumlah faktor

pengurangan.

Metode deduksi baru dapat digunakan apabila metode III, Metode II atau

Metode I , tidak dapat digunakan. Sebagai contoh , metode III tidak dapat

digunakan dalam hal tidak terdapat data barang serupa pada kantor

pabean atau persyaratan penggunaan metode III tidak terpenuhi.

b. Faktor pengurangan .

Faktor pengurangan adalah biaya-biaya setelah pengimporan yang

dilaporkan oleh importir kepada pihak pabean , berupa :

i. Komisi atau keuntungan dan pengeluaran umum atas penjualan

barang impor yang bersangkutan, barang identik atau barang serupa

di pasaran dalam Daerah Pabean;

ii. Biaya transportasi, asuransi dan biaya lainnya yang ditanggung oleh

pembeli setelah barang impor yang bersangkutan, barang identik,

atau barang serupa tiba di tempat impor di Daerah Pabean;

iii. Bea masuk, cukai, dan pajak dalam rangka impor.

Harga satuan dalam daerah pabean setelah dikurangi dengan biaya-biaya

sebagaimana butir i, ii dan iii tersebut diatas menjadi nilai pabean barang

impor yang bersangkutan. Data besarnya biaya – biaya pengurangan

diperoleh dari importir (pembeli barang ) , kecuali data tersebut tidak

sesuai dengan kelaziman yang berlaku di Daerah Pabean.

Page 28: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 21

c. Persyaratan Harga Satuan

Harga satuan yang digunakan sebagai dasar perhitungan Metode Deduksi

harus memenuhi persyaratan, yaitu :

i. harga satuan diperoleh dari penjualan di pasaran dalam Daerah Pabean

yang antara penjual dan pembeli tidak saling berhubungan;

ii. merupakan harga satuan dari barang impor yang bersangkutan, barang

identik atau barang serupa yang laku terjual dalam jumlah terbanyak

(greatest aggregate quantity);

iii. penjualan tersebut adalah penjualan tangan pertama setelah

pengimporan (harga jual importir) ;

iv. penjualan tersebut terjadi pada tanggal yang sama dengan atau terjadi

dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum atau sesudah tanggal

pendaftaran PIB barang impor yang sedang ditetapkan nilai pabeannya;

Apabila tidak terdapat harga satuan yang memenuhi syarat, maka Metode

Deduksi tidak dapat digunakan untuk menetapkan nilai pabean barang

impor yang bersangkutan.

5) Metode V , Metode Komputasi

a. Pengertian metode komputasi .

Metode komputasi adalah metode penetapan nilai pabean dengan cara

menjumlahkan sejumlah unsur biaya sehingga didapat harga CIF di Daerah

Pabean.

Metode Komputasi baru dapat digunakan apabila nilai pabean tidak dapat

ditetapkan berdasarkan nilai transaksi barang impor yang bersangkutan,

nilai transaksi barang identik, nilai transaksi barang serupa atau metode

deduksi. Contoh , nilai pabean tidak dapat digunakan dengan

menggunakan metode IV , jika tidak terdapat data barang identik atau

serupa yang dijual oleh importir yang bersangkutan.

Page 29: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 22

b. Unsur –unsur pembentuk nilai pabean dalam meto de komputasi .

Unsur-unsur biaya yang dijumlahkan didalam metode komputasi adalah

sebagai berikut:

i. biaya atau harga bahan baku dan proses pembuatan atau proses

lainnya yang dilakukan dalam memproduksi barang impor yang

bersangkutan;

ii. keuntungan dan pengeluaran umum yang besarnya sama atau

mendekati keuntungan dan pengeluaran umum penjualan barang

sejenis yang dibuat oleh produsen di negara pengekspor untuk dikirim

ke Daerah Pabean;

iii. biaya transportasi dari pelabuhan muat ke tempat impor di Daerah

Pabean, termasuk biaya pemuatan, pembongkaran dan penanganan;

dan

iv. biaya asuransi.

Unsur pembentuk nilai pabean sebagaimana dimaksud diatas termasuk

juga :

i. biaya yang ditanggung oleh pembeli berupa :

a. komisi dan jasa perantara, kecuali komisi pembelian;

b. biaya pengemas yang untuk kepentingan pabean pengemas

tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan barang

yang bersangkutan; dan / atau

c. biaya pengapakan meliputi upah tenaga kerja dan material

pengepakan,

ii. assist

Metode Komputasi hanya digunakan dalam hal antara penjual dan pembeli

saling berhubungan, dan produsen atau kuasanya bersedia memberikan

informasi kepada pihak pabean mengenai unsur-unsur pembentuk nilai

pabean dan bersedia memberikan fasilitas untuk pemeriksaan lebih lanjut

apabila diperlukan

Page 30: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 23

c. Persyaratan penggunaan metode komputasi

Data-data unsur –unsur biaya dari barang impor yang sedang ditetapkan

nilai pabeannya harus berasal dari produsen barang yang bersangkutan.

Produsen adalah penduduk warga negara asing. Tidak ada kewajiban bagi

penduduk warga negara asing untuk taat pada ketentuan undang-undang

Indonesia. Dapat saja pihak pabean Indonesia memaksa produsen yang

warga negara asing tersebut untuk menyerahkan data , dengan cara

menghambat importasi barang tersebut . Namun hal tersebut tidak

diperkenankan . Salah satu ketentuan dari GATT Valuation Agreement

bahkan menyatakan bahwa negara anggota tidak boleh memaksa

penduduk warga negara lain untuk menyerahkan data berdasarkan metode

ini.

Data – data unsur biaya jika diserahkan oleh pihak produsen harus

didasarkan pembukuan produsen barang yang sedang ditetapkan nilai

pabeannya, yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku di negara pengekspor.

6) Metode VI, Metode I sampai dengan Metode V Yang Diterapkan Secara

Fleksibel

a. Pengertian metode VI.

Metode VI adalah metode penetapan nilai pabean dengan cara mengulangi

ketentuan Metode I sampai dengan V dengan pelaksanaan yang fleksibel,

serta memperhatikan prinsip dan ketentuan Pasal VII GATT 1994, dan

berdasarkan data yang tersedia di daerah pabean.

Metode VI baru dapat digunakan apabila metode I, metode II, metode III,

metode IV dan metode V tidak dapat digunakan. Penetapan nilai pabean

berdasarkan Metode VI dilaksanakan dengan cara mengulangi kembali

Page 31: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 24

prinsip dan ketentuan Metode I sampai dengan V yang diterapkan secara

fleksibel berdasarkan data yang tersedia di Daerah Pabean.

Dalam menggunakan Metode VI harus mengikuti hirarki metode penetapan

nilai pabean. Penggunaan Metode I yang diterapkan secara fleksibel lebih

diutamakan dari pada penggunaan Metode II yang diterapkan secara

fleksibel, dan seterusnya.

Azas fleksibelitas ini diterapkan dengan pertimbangan jangan sampai

terdapat pemberitahuan pabean yang tidak dapat ditetapkan nilai pabean.

b. Cara penetapan nilai pabean berdasarkan metode V I.

i. Penetapan nilai pabean berdasarkan metode VI dengan menggunakan

metode I yang diterapkan secara fleksibel.

Didalam penggunaan metode I , metode nilai transaksi barang impor ,

disyaratkan adanya kondisi jual beli didalam perjanjian antara importir

dan eksportir. Namun didalam penggunaan metode I dengan

menggunakan metode VI yang diterapkan secara fleksibel, Pejabat Bea

dan Cukai dapat menetapkan nilai pabean berdasarkan nilai sewa yang

dihitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu.

ii. Penetapan nilai pabean berdasarkan metode VI dengan menggunakan

metode II atau metode III yang diterapkan secara fleksibel dilakukan

dengan cara sebagai berikut :

• Didalam penggunaan metode II atau metode III , barang identik atau

barang serupa harus berasal dari negara yang sama dengan

barang impor yang sedang ditetapkan nilai pabeannya. Didalam

penggunaan metode VI dengan menggunakan metode II atau

metode III yang diterapkan secara fleksibel , pejabat Bea dan Cukai

dapat menetapkan nilai pabean dengan menggunakan data barang

identik atau barang serupa yang negara pembuatannya berbeda

dengan data barang yang diberitahukan.

• Didalam penggunaan metode II atau metode III , tanggal B/L atau

AWB barang identik atau serupa harus sama atau dalam jangka

Page 32: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 25

waktu 30 hari sebelum atau sesudah tanggal B/L atau AWB dari

pemberitahuan pabean yang sedang ditetapkan nilai pabeannya.

Didalam penggunaan metode VI , jangka waktu ini dilonggarkan

menjadi 60 hari sesudah atau sebelum tanggal B/L atau AWB dari

pemberitahuan pabean yang sedang ditetapkan nilai pabeannya.

iii. Penetapan nilai pabean berdasarkan metode VI dengan menggunakan

metode IV yang diterapkan secara fleksibel dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

• Cara penetapan nilai pabean berdasarkan metode IV adalah harga

satuan dipasar dalam Daerah Pabean dikurangi dengan sejumlah

faktor pengurangan. Yang dimaksud dengan harga pasar adalah

harga jual tangan pertama setelah pengimporan (harga jual

importir). Didalam penetapan nilai pabean berdasarkan metode VI

dengan menggunakan IV yang diterapkan secara fleksibel Pejabat

Bea dan Cukai dapat menggunakan harga satuan ditingkat

wholesaler atau retailer .

• Didalam penerapan metode IV , besarnya faktor penggurangan

harus didasarkan pada informasi importir barang impor yang

bersangkutan. Didalam penetapan nilai pabean berdasarkan

metode VI dengan menggunakan IV yang diterapkan secara

fleksibel, besarnya faktor pengurangan ditetapkan oleh Pejabat Bea

dan Cukai dengan melakukan penghitungan dengan menggunakan

faktor multiplikator.

c. Ketentuan larangan dalam penggunaan metode VI .

Didalam penggunan metode VI Pejabat Bea dan Cukai tidak

diperkenankan, menetapkan dengan cara mendasarkan pada :

i. harga jual di Daerah Pabean dari barang yang diproduksi di daerah

pabean;

ii. sistem yang menetapkan nilai pabean lebih tinggi apabila terdapat

alternatif nilai;

Page 33: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 26

iii. harga pasar dalam negeri negara pengekspor;

iv. biaya produksi selain yang dihitung dengan menggunakan Metode

Komputasi yang telah ditentukan untuk barang identik atau barang

serupa;

v. harga barang yang diekspor ke suatu negara selain ke dalam Daerah

Pabean;

vi. nilai pabean minimal;

vii. nilai pabean yang ditetapkan dengan sewenang-wenang atau fiktif.

2. Latihan

Kerjakan pada kertas yang tersedia !

1. Jelaskan perbedaan antara penghitungan bea masuk dengan

menggunakan tarif spesifik dengan yang menggunakan tarif advalorum !

2. Jelaskan pengertian nilai pabean !

3. Jelaskan beberapa sistem nilai pabean yang pernah berlaku di

Indonesia !

4. Mengapa Indonesia menganut pada sistem nilai pabean sebagaimana

diatur didalam WTO Valuation Agreement ? Jelaskan !

5. Jelaskan metode-metode penetapan nilai pabean yang berlaku

berdasarkan Undang-undang Kepabeanan ?

6. Jelaskan pengertian nilai transaksi !

7. Jelaskan persyaratan penggunaan Metode I !

8. Jelaskan pengertian barang identik !

9. Jelaskan pengertian barang serupa !

10. Jelaskan persyaratan penggunaan metode II dan metode III !

11. Jelaskan pengertian metode deduksi !

12. Jelaskan persyaratan penggunaan metode IV !

13. Jelaskan pengertian metode komputasi !

14. Jelaskan unsur-unsur biaya yang dijumlahkan dalam metode komputasi!

15. Jelaskan cara penerapan metode VI !

Page 34: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 27

16. Jelaskan contoh – contoh fleksibelitas didalam penggunaan Metode VI

3. Rangkuman

1. Nilai Pabean (customs valuation) adalah nilai yang digunakan sebagai

dasar untuk menghitung bea masuk .

2. Sebelum tahun 1985 , Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

memberlakukan sistem harga patokan ((priscourant) . Harga patokan ini

adalah merupakan nilai pabean minimal yang harus diberitahukan oleh

importir. Jika importir memberitahukan harga barang impor dibawah

harga patokan , maka ia dapat dikenai tambah bayar bea masuk dan

denda.

3. Pada tahun 1997 , setelah lahirnya Undang-undang No. 10 Tahun 1995

tentang Kepabeanan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menganut

sistem penetapan nilai pabean berdasarkan metode-metode yang diatur

didalam WTO Valuation Agreement yang terlampir didalam persetujuan

pendirian badan dunia WTO tahun 1994.

4. Terdapat 6 (enam) metode penetapan nilai pabean yang diatur didalam

pasal 15 Undang-undang Kepabeanan yang harus diterapkan secara

hierarkhi, sedangkan kewenangan Pejabat Bea dan Cukai diatur

didalam pasal 16 Undang-undang Kepabeanan.

5. Metode I adalah nilai transaksi dari barang impor yang bersangkutan ,

yaitu harga sebenarnya atau seharusnya dibayar atas barang yang

dijual untuk diekspor ke dalam daerah pabean Indonesia..

6. Jika Pejabat Bea dan Cukai menggunakan Metode II sebagai dasar

penetapan nilai pabean , maka ia menggunakan data barang identik

yang terdapat di Kantor Pabean sebagai dasar penetapan nilai pabean.

7. Barang identik adalah barang yang sama dalam segala hal dengan data

barang impor yang diberitahukan importir yang meliputi karakter fisik ,

mutu dan reputasi serta dibuat dinegara yang sama oleh produsen yang

sama atau yang berbeda.

8. Jika Pejabat Bea dan Cukai menggunakan Metode III sebagai dasar

penetapan nilai pabean , maka ia menggunakan data barang serupa

yang terdapat di Kantor Pabean sebagai dasar penetapan nilai pabean.

Page 35: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 28

9. Barang serupa adalah barang yang meskipun tidak sama dalam segala

hal dengan data barang impor yang diberitahukan importir, namun

karakter fisik sama, komponen material sama , berfungsi sama, secara

komersial dapat saling dipertukarkan serta dibuat dinegara yang sama

oleh produsen yang sama atau yang berbeda.

10. Metode deduksi adalah metode penetapan nilai pabean berdasarkan

harga satuan di pasar daerah pabean dari barang impor yang

bersangkutan , barang identik atau barang serupa , dalam penjualan

terbesar dan dalam kondisi sama dengan saat diimpor, dikurangi

dengan sejumlah faktor pengurangan.

11. Metode komputasi adalah metode penetapan nilai pabean dengan cara

menjumlahkan sejumlah unsur biaya sehingga didapat harga CIF di

Daerah Pabean

12. Metode VI adalah metode penetapan nilai pabean dengan cara

mengulangi ketentuan Metode I sampai dengan V dengan pelaksanaan

yang fleksibel, serta memperhatikan prinsip dan ketentuan Pasal VII

GATT 1994, dan berdasarkan data yang tersedia di daerah pabean.

13. Untuk mencegah adanya kesewenangan karena fleksibelitas didalam

penggunaan metode VI , maka kewenangan pejabat Bea dan Cukai

harus dibatasi . Diantaranya pejabat Bea dan Cukai tidak diperkenankan

memilih alternatif yang paling tinggi atau menetapkan nilai pabean

dengan harga pabean minimal (harga patokan).

Page 36: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 29

4. Tes Formatif

A. Benar – salah (bobot 40 %)

Coretlah dengan tanda (X) pada huruf B , jika pernyataan Anda anggap

benar atau pada huruf S , jika pernyataan Anda anggap salah ! Tidak

diperkenankan meralat jawaban !

1. B – S Biaya pengemasan suatu barang, meskipun harganya jauh

lebih tinggi dari barangnya , tetap harus ditambahkan pada

nilai transaksi.

2 B – S Barang identik adalah barang yang sama dalam segala hal ,

meliputi karakter fisik, mutu dan reputasi serta dibuat dinegara

yang sama atau berbeda oleh produsen yang sama.

3. B – S Barang serupa adalah barang yang meskipun tidak sama

dalam segala hal tetapi mempunyai karakter fisik dan

komponen material serupa, berfungsi sama, secara komersial

dapat saling dipertukarkan, serta dibuat dinegara yang sama

oleh produsen yang sama atau berbeda.

4. B – S Metode deduksi adalah metode penetapan nilai pabean yang

didasarkan pada harga jual di pasar negara pengekspor

dikurangi dengan biaya-biaya setelah pengimporan.

5. B – S Barang impor yang dikirim secara cuma-cuma, nilai

pabeannya ditetapkan berdasarkan metode II sampai dengan

metode VI yang diterapkan secara hierarkhi.

6. B – S Besaran Bea Masuk tidak tergantung pada besaran tarif atau

nilai pabean .

Page 37: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 30

7. B – S Biaya-biaya setelah pengimporan harus ditambahkan pada

nilai transaksi.

8. B – S Metode komputasi adalah metode penetapan nilai pabean

berdasarkan penjumlahan atas biaya/harga bahan baku,

proses produksi, keuntungan, pengeluaran umum, biaya

pemuatan, pembongkaran dan cargo handling s/d pelabuhan

tujuan di Indonesia dan biaya asuransi.

9. B – S Didalam penggunaan metode III , negara asal barang yang

sedang ditetapkan nilai pabeannya dengan data barang

serupa yang ada di kantor pabean harus sama .

10. B – S Nilai Pabean adalah nilai yang digunakan sebagai dasar untuk

menghitung Bea Masuk .

B. Pilihan Ganda (bobot 60 %)

Coretlah dengan tanda (X) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang

Anda anggap benar !

1. I ( importir di Indonesia) membeli dari E ( pemasok di luar negeri) 1

(satu) unit mesin X dengan harga USD 100,000-. Namun E

menghendaki I masih harus memasok secara cuma-cuma sebagian

komponen untuk pembuatan mesin tersebut dengan nilai USD 10,000.-

Nilai yang dipasok oleh I kepada E tersebut adalah merupakan ..

a. royalty

b. lisensi

c. assist.

d. Proceed

2. Biaya-biaya setelah pengimporan …

a. termasuk unsur nilai pabean jika diputuskan oleh pejabat Bea

dan Cukai

Page 38: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 31

b. tidak termasuk unsur nilai pabean

c. dapat ditambahkan pada nilai transaksi jika belum ditambahkan

d. merupakan pembayaran tidak langung yang harus ditambahkan

3. Obyek penetapan Metode I adalah …

a. barang yang dijual untuk diekspor ke Daerah Pabean Indonesia

atau ke Negara lain .

b. barang yang dijual untuk diekspor ke Luar Negeri.

c. barang yang dijual untuk diekspor ke Negara Lain .

d. barang yang dijual untuk diekspor ke dalam Daerah Pabean

Indonesia.

4. Biaya promosi dan pembukaan L/C yang dibayar pembeli...

a. harus ditambahkan pada nilai transaksi .

b. dapat ditambahkan pada nilai transaksi.

c. tidak termasuk nilai transaksi.

d. dapat dimasukkan didalam nilai pabean apabila diputuskan

Pejabat Bea dan Cukai

5. Biaya cargo handling dan biaya pengangkutan dinegara pengekspor

di negara pengekspor ...

a. harus ditambahan pada nilai transaksi

b. tidak termasuk nilai transaksi

c. termasuk dalam nilai transaksi apabila ditetapkan oleh Pejabat

Bea dan Cukai

d. termasuk nilai transaksi apabila diberitahukan didalam PIB.

6. Bagian dari hasil penjualan atau pemanfaatan barang yang dipasok

oleh Importir kepada Eksportir , disebut ...

a. proceed.

b. assist.

c. royalty.

d. discount .

7. Barang yang diimpor sementara , ditetapkan nilai pabeannya

berdasarkan ...

a. metode I.

b. metode I, II, III, IV, V atau VI tergantung pilihan Pejabat Bea

dan Cukai.

Page 39: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 32

c. metode I, II, III, IV, V atau VI tergantung pilihan Importir.

d. metode II, III, IV, V atau VI yang diterapkan secara hierarkhi.

8. Proceeds adalah …

a. sebagian hasil pendapatan atas penjualan atau pemanfaatan

barang impor yang dipasok pembeli kepada penjual.

b. sebagian hasil pendapatan atas penjualan atau pemanfaatan

barang impor yang dipasok eksportir kepada importir.

c. pembayaran untuk penggunaan barang impor yang

mengandung HAKI.

d. pembayaran kelebihan harga barang karena sebab tertentu.

9. Terminologi ‘harga seharusnya dibayar’ adalah ...

a. harga sebenarnya dibayar .

b. harga yang disepakati namun belum dibayar lunas oleh

pembeli pada saat barang diimpor ke Indonesia.

c. harga yang telah dibayar lunas pada saat barang diimpor ke

Indonesia.

d. sisa pembayaran yang wajib dilunasi pembeli .

10. Didalam penetapan nilai pabean berdasarkan metode deduksi, bea

masuk dan pajak dalam rangka impor , adalah ...

a. merupakan unsur nilai transaksi.

b. merupakan biaya yang harus ditambahkan pada nilai transaksi

apabila belum ditambahkan.

c. merupakan faktor pengurangan.

d. merupakan penyesuaian yang harus diperhatikan.

Page 40: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 33

5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Anda dapat memberikan nilai atas hasil kerja anda dengan cara memberikan nilai

4 % untuk setiap nomor jawaban yang benar untuk soal-soal tipe A (benar

salah) dan nilai 6 % untuk setiap nomor jawaban yang benar untuk soal-soal

tipe B ( pilihan ganda ) .

Tabel tingkat –tingkat pengusaan Anda adalah sebagai berikut :

• Jika Anda mendapatkan score 90 % s/d 100 % dari keseluruhan soal ,

mendapat predikat ”Baik Sekali” .

• Jika Anda mendapatkan score 75 % s/d 85 % dari keseluruhan soal ,

mendapat predikat ”Baik” .

• Jika Anda mendapatkan score 60 % s/d 70 % dari keseluruhan soal ,

mendapat predikat ”Cukup” .

• Jika Anda menaapatkan score 0 s/d 55 % dari keseluruhan soal ,

mendapat predikat ”kurang” .

Apabila jawaban Anda telah mendapatkan score 75 % atau lebih , maka berarti

Anda telah mempelajari Modul ini dengan baik . Namun sebaliknya jika Anda

mendapat score kurang dari 75 % maka disarankan kepada Anda untuk

mempelajari kembali semua materi dari Modul ini. Silakan nilai kemampuan

Anda sendiri secara jujur .

Page 41: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 34

PENUTUP

Penelitian dan penetapan nilai pabean adalah bagian dari tugas penelitian

dokumen impor yang harus dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai . Meskipun

lulusan DTSD I nantinya belum ditugasi untuk melaksanakan tugas tersebut ,

namun pengetahuan tentang dasar-dasar penetapan nilai pabean sangat

diperlukan . Misalnya , penulisan hasil pemeriksaan fisik atas barang impor

dengan menyebutkan jumlah, jenis spesifikasi tehnis atau kualitas barang

dengan jelas dan terang akan sangat memudahkan pejabat Bea dan Cukai untuk

melakukan penelitian dan penetapan nilai pabean ,

Akhirnya semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Teknis

Substanstif Dasar (DTSD) I dan umumnya bagi pegawai Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai yang mempelajari modul ini. Apabila masih dibutuhkan

penjelasan lebih lanjut terhadap materi dalam modul ini, dapat dimintakan

kepada fasilitator atau widyaiswara yang ditugasi

Page 42: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 35

TES SUMATIF

Sebagai tolak ukur pemahaman anda terhadap modul Te knik Perdagangan

Internasional ini, silahkan anda kerjakan soal-soal latihan berikut. Tingkat

Pemahaman (TP) dapat anda hitung sendiri menggunaka n rumus yang

telah kami sampaikan pada bagian sebelumnya.

A. Benar – salah (bobot 40 %)

Coretlah dengan tanda (X) pada huruf B , jika pernyataan Anda

anggap benar atau pada huruf S , jika pernyataan Anda anggap

salah ! Tidak diperkenankan meralat jawaban !

1. B – S , Salah satu syarat penggunaan Metode I adalah , importasi

harus merupakan peristiwa jual – beli.

2. B – S , Didalam penggunaan metode VI , Pejabat Bea dan Cukai

dapat mengunakan harga pabean minimal (harga plafond)

sebagai dasar penetapan nilai pabean.

3. B – S , Terdapat 6 (enam) metode penetapan nilai pabean

berdasarkan UU No. 10 Tahun 1995 yo. UU No. 17 Tahun

2006 tentang Kepabeanan.

4. B – S , Jika pada saat barang diimpor, Importir belum melunasi

pembayaran kepada Eksportir maka nilai pabean adalah

’harga yang seharusnya dibayar’ .

5. B – S , Potongan harga , meskipun tidak berlaku umum, adalah

merupakan pengurangan nilai transaksi.

Page 43: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 36

6. B – S , Jika Pejabat Bea dan Cukai menetapkan nilai pabean

berdasarkan Metode II yang diterapkan secara fleksibel ,

maka ia menggunakan Metode VI .

7. B – S , Bunga atas pembiayaan yang akan digunakanan Importir

untuk membeli barang impor dapat ditambahkan pada nilai

transaksi.

8. B – S , Nilai barang yang dipasok oleh Importir kepada Eksportir

dengan cuma-cuma , meskipun berasal dari Daerah

Pabean, harus ditambahkan pada nilai transaksi .

9. B – S , Proceed adalah nilai dari barang dan/atau jasa yang

dipasok pembeli kepada penjual dengan cuma-cuma atau

harga yang diturunkan untuk pembuatan barang yang akan

diekspor ke Daerah Pabean.

10. B – S , Biaya royalti , meskipun tidak berkaitan dengan barang

yang diimpor, tetap harus ditambahkan pada nilai

transaksi.

B. Pilihan Ganda (bobot 60 %)

Coretlah dengan tanda (X) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban

yang Anda anggap benar !

1. Jika Pejabat Bea dan Cukai menggunakan nila sewa debagai dasar

penetapan nilai pabeaan, maka ia menggunakan metode ...

a. I .

b. II.

c. IV.

d. VI.

Page 44: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 37

2. Penetapan Nilai Pabean oleh Pejabat Bea dan Cukai harus

dilakukan berdasarkan ...

a. Metode I .

b. Metode I s/d Metode VI yang diterapkan secara hierarkhi.

c. Metode II s/d Metode VI yang diterapkan secara hierarkhi.

d. Metode I s/d VI sesuai pilihan Pejabat Bea dan Cukai .

3. Jika pada saat barang diimpor ke Indonesia, Importir sudah

melunasi harga barang , maka kondisi tersebut disebut ...

a. harga seharusnya dibayar.

b. harga sebenarnya dibayar

c. harga disepakati dibayar.

d. harga normal .

4. Negara asal pembuatan antara barang identik dengan barang

yang sedang ditetapkan nilai pabeannya didalam penggunaan

Metode II …

a. harus sama

b. dapat berbeda

c. tergantung keputusan Pejabat Bea dan Cukai

d. harus berbeda

5. Dalam menetapkan nilai pabean berdasarkan metode VI, Pejabat

BC dapat menetapkan nilai pabean berdasarkan …

a. harga pasar barang identik di negara pengekspor.

b. nilai pabean minimal (harga patokan).

c. penggunaan alternatif yang paling menguntungkan

penerimaan negara.

d. menggunakan barang identik yang negara pembuatannya

berbeda.

6. Metode komputasi adalah metode penetapan nilai pabean dengan

cara menjumlahkan sejumlah unsur biaya, sebagai berikut ...

a. Harga FOB, biaya/harga bahan baku, proses produksi,

keuntungan, pengeluaran umum, freight dari pelabuhan muat

Page 45: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 38

di luar negeri s/d pelabuhan tujuan di Indonesia, biaya

pemuatan, pembongkaran dan cargo handling s/d pelabuhan

tujuan dan biaya asuransi.

b. Harga FOB, biaya/harga bahan baku, proses produksi,

keuntungan, pengeluaran umum, freight dari pelabuhan muat

di luar negeri s/d pelabuhan tujuan di In donesia, biaya

pemuatan, pembongkaran dan cargo handling s/d gudang

importir dan biaya asuransi.

c. biaya/harga bahan baku, proses produksi, keuntungan,

pengeluaran umum, freight dari pelabuhan muat di luar negeri

s/d pelabuhan tujuan di Indonesia, biaya pemuatan,

pembongkaran dan cargo handling s/d gudang importir dan

biaya asuransi.

d. biaya/harga bahan baku, proses produksi, keuntungan,

pengeluaran umum, freight dari pelabuhan muat di luar negeri

s/d pelabuhan tujuan di Indonesia, biaya pemuatan,

pembongkaran dan cargo handling s/d pelabuhan tujuan dan

biaya asuransi.

7. Pengaruh nilai pabean terhadap besarnya pungutan Bea Masuk

hanya terjadi jika digunakan ...

a. tarif spesifik

b. tarif advalorum

c. tarif rata-rata

d. tarif progresif

8. Suatu barang dinilai identik dengan barang lain dengan syarat …

a. memiliki karakteristik dan komponen material yang sama

sehingga dapat melakukan fungsi yang sama dan secara

komersial dapat saling dipertukarkan serta berasal dari negara

yang sama atau negara yang berbeda dengan produsen yang

sama atau yang berbeda.

b. memiliki karakteristik dan komponen material yang sama

sehingga dapat melakukan fungsi yang sama dan secara

Page 46: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 39

komersial dapat saling dipertukarkan serta berasal dari negara

yang sama dengan produsen yang sama atau yang berbeda.

c. sama dalam segala hal baik karakter fisik , mutu dan reputasi

serta berasal dari negara yang sama dengan produsen yang

sama atau yang berbeda.

d. sama dalam segala hal baik karakter fisik, mutu dan reputasi

serta berasal dari egara yang sama atau berbeda dengan

produsen yang sama atau yang berbeda.

9. Metode deduksi adalah metode untuk menetapkan nilai pabean

barang impor dengan cara mengurangkan dengan sejumlah faktor

pengurangan terhadap …

a. barang yang diimpor, barang identik, atau barang serupa yang

dijual dipasar negara pengekspor.

b. barang identik atau barang serupa yang dijual dipasar negara

pengimpor.

c. barang identik yang dijual dinegara pengimpor.

d. barang yang diimpor, barang identik, atau barang serupa yang

dijual dipasar negara pengimpor.

10. Kondisi transaksi yang dapat digunakan sebagai dasar

penggunaan Metode I adalah ...

a. pinjam meminjam .

b. sewa-menyewa .

c. hibah.

d. jual beli.

Page 47: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 40

KUNCI JAWABAN

1. Tes Formatif

Benar – salah Pilihan Ganda

1. B 1. c

2. S 2. b

3. B 3. d

4. S 4. c

5. B 5. a

6. S 6. a

7. S 7. d

8. B 8. a

9. B 9. b

10. B 10. c

Page 48: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 41

2. Tes Sumatif

A. Benar – salah B. Pilihan Ganda

1. B 1. d

2. S 2. b

3. B 3. b

4. B 4. a

5. S 5. d

6. B 6. b

7. S 7. b

8. B 8. c

9. S 9. d

10. S 10. D

Page 49: 2011 DTSD Pengantar Nilai Pabean

Pengantar Nilai Pabean

DTSD Kepabeanan dan Cukai 42

DAFTAR PUSTAKA

Agreement on Implementation of Article VII of GATT 1994

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Satu Sistem Penetapan Nilai Pabean Yang

Berlaku Internasional , 1994

Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah

diubah atau ditambah dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2006.

Keputusan Menteri Keuangan No. 690/KMK.05/1996 tentang Nilai Pabean Untuk

Penghitungan Bea Masuk .

Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai No. Kep-81/BC/1999 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea

Masuk, sebagaimana telah diubah dengan P-01/BC/2007.