Upload
vodieu
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
22
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Keuangan
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan
yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan merupakan bentuk akhir dari
proses akuntansi yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan
dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu dan dapat dijadikan bahan
sarana informasi dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan harus dibuat
oleh perusahaan setiap periodenya dan diidentifikasikan dengan nama perusahaan,
jenis laporan, dan tanggal atau periode waktu tertentu.
Laporan keuangan merupakan laporan yang menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan pada tanggal tertentu, kinerja perusahaan, perubahan
ekuitas, dan arus kas yang merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode
akuntansi dari suatu kesatuan.
Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Budi Rahardjo (2001; 45) adalah
sebagai berikut:
“Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan; yaitu pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (bank dan lembaga keuangan), dan pihak lainnya yang berkepentingan.” Sedangkan menurut S. Munawir (2004; 2) laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.”
Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa laporan keuangan dibuat oleh
perusahaan dengan maksud memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara
23
periodik yang dilakukan oleh manajemen yang bersangkutan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut. Manajemen perusahaan
memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan perusahaan.
Tujuan Laporan Keuangan
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002; 4) tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian
besar pemakainya. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan
dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi
non keuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang
dipercayakan kepadanya.
Sedangkan tujuan lain yang terkait dari laporan keuangan menurut Budi
Rahardjo (2001; 46) adalah memberikan informasi yang dapat membantu
memberi gambaran kemampuan perusahaan untuk membiayai operasi atau
kegiatan perusahaan tanpa menderita kerugian, memberi gambaran kemampuan
untuk membayar kewajiban yang jatuh tempo, dan memberi gambaran
kemampuan mendapatkan tambahan dana dari investor maupun kreditor.
Pemakai Laporan Keuangan
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum sehingga
informasi yang tersedia tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan para
24
pemakai. Laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak internal maupun pihak
eksternal perusahaan. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002; 3-4)
pemakai laporan keuangan meliputi :
1. Investor
Para investor (dan penasehatnya) berkepentingan terhadap risiko yang melekat
dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini
membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli, menahan,
atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi
yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan
dalam membayar dividen.
2. Kreditor (pemberi pinjaman)
Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditor.
4. Shareholder’s (para pemegang saham)
Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan
perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan
modal untuk business plan selanjutnya.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasannya
berkepentingan dengan alokasi sumberdaya dan oleh karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga
25
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan
nasional dan statistik lainnya.
7. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan
kerja.
8. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti
pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang
yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Unsur-unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonomi, yang merupakan unsur laporan keuangan. Unsur-unsur
laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002; 8-11) dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Unsur posisi keuangan.
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan
disajikan pada laporan keuangan yang disebut neraca, yang terdiri dari :
aktiva, kewajiban, dan ekuitas.
1) Aktiva adalah sumberdaya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberikan manfaat
ekonomi bagi perusahaan di masa depan.
26
2) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan
mengakibatkan arus keluar dari sumberdaya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi.
3) Ekuitas adalah hak residual (residual interest) atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban (aktiva bersih) .
2. Unsur pengukuran kinerja.
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja perusahaan
disajikan pada laporan keuangan yang disebut laporan laba-rugi, yang terdiri
dari : penghasilan dan beban.
1) Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi (setoran) penanam modal.
2) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki manfaat dalam menggambarkan keadaan yang
terjadi dalam perusahaan akan tetapi ada pula keterbatasannya, dan pemakai
laporan keuangan perlu mengetahui agar tidak terjadi salah tafsir sehingga salah
dalam mengambil keputusan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004; 235-236)
sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai
satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu.
27
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidak dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh material terhadap
kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila
terdapat beberapa kemungkinan simpulan yang tidak pasti mengenai penilaian
suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai
aktiva yang paling kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa
atau transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi
dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka
Julianty (2002; 6-8) karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Para pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi
28
dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kini atau masa depan (predictive), menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu (confirmatory).
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi mempunyai kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan
(trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga harus
dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara
relatif.
Investasi
Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Keputusan
investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh
perusahaan. Keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya
rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan
datang. Investasi yang dilakukan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki perusahaan.
29
Pengertian Investasi
Pengertian investasi menurut Mulyadi (2001; 284) adalah sebagai berikut:
“Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Sekali investasi diputuskan maka perusahaan akan terikat pada jalan panjang di masa yang akan datang yang sudah dipilih, yang tidak mudah untuk disimpangi.” Sedangkan pengertian investasi menurut Kamarudin Ahmad (2004; 3)
adalah sebagai berikut :
“Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan
untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang
atau dana tersebut.”
Investasi pada dasarnya merupakan penundaan konsumsi sekarang yang
digunakan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan adanya investasi
kebutuhan dana di masa datang lebih terjamin sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Seorang investor harus memilih dengan tepat investasi apa yang cocok
dilakukan, karena jika salah memilih maka investasi akan menimbulkan kerugian.
Tujuan Investasi
Dengan adanya investasi perusahaan memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk mempertahankan dan memperbesar usahanya. Ada beberapa alasan
mengapa seseorang melakukan investasi. Menurut Kamarudin Ahmad (2004; 3-
4) tujuan investasi adalah :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.
Dengan investasi diharapkan taraf hidup seseorang akan meningkat atau
setidak-tidaknya dapat mempertahankan tingkat pendapatan yang ada
sekarang.
2. Mengurangi tingkat inflasi. Dengan melakukan investasi dalam memilih
perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar
kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti inflasi.
30
3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak
melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat
yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
Jenis Investasi
Menurut Mulyadi (2001; 284) investasi dapat dibagi menjadi empat
golongan berikut ini:
1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)
Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena
syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk
melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi.
2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment)
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang diharapkan
akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung
secara teliti. Biasanya yang dipakai sebagai pedoman dalam
mempertimbangkan investasi jenis ini adalah persentase tertentu dari hasil
penjualan, persentase tertentu dari laba bersih perusahaan, investasi yang sama
yang dilakukan pesaing, dan jumlah uang kas yang tersedia.
3. Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment)
Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan
ekuipmen yang ada. Penggantian mesin dan ekuipmen biasanya dilakukan atas
dasar pertimbangan adanya penghematan biaya yang akan diperoleh atau
adanya kenaikan produktivitas.
4. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment)
Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas
produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Kriteria yang perlu
dipertimbangkan adalah taksiran laba masa yang akan datang (selisih
pendapatan dan biaya) dan kembalian investasi (return on investment). Selain
itu juga harus dipertimbangkan faktor risiko, pajak penghasilan, dan nilai
waktu uang.
31
Cara Investasi
Investasi yang dilakukan oleh investor dapat melalui berbagai macam cara
yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya. Menurut Itjang D.
Gunawan (2003; 42) ada berbagai macam cara yang dapat ditempuh oleh seorang
investor yaitu:
1. Berdasarkan waktu perputaran dananya
1) Investasi jangka pendek, yaitu investasi yang perputaran dananya kurang
dari atau sama dengan satu tahun. Bentuk investasi ini dapat berupa modal
kerja, tabungan, atau investasi pada sekuritas berjangka pendek (sertifikat
deposito dan commercial paper).
2) Investasi jangka panjang, yaitu investasi yang perputaran dananya lebih
dari satu tahun. Bentuk investasi ini seperti pada aktiva tetap atau surat
berharga jangka panjang (saham dan obligasi).
2. Bedasarkan pihak yang mengadakan
1) Investasi swasta, yaitu investasi yang dilakukan individu maupun institusi
swasta dan biasanya bersifat profit oriented.
2) Investasi pemerintah, yaitu investasi yang dilakukan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat, maupun daerah. Orientasi dari investasi ini lebih bersifat
social oriented.
3. Berdasarkan bentuk asetnya
1) Investasi pada asset riil, yaitu investasi yang dilakukan pada asset-aset
nyata, seperti gedung, kendaraan, mesin, dan bentuk-bentuk asset riil
lainnya.
2) Investasi pada asset sekuritas, yaitu investasi yang dilakukan pada surat-
surat berharga, seperti investasi pada saham, obligasi, sertifikat deposito,
dan sebagainya.
Return On Investment
Return On Investment merupakan salah satu metode yang
direkomendasikan oleh ahli-ahli dalam bidang akuntansi manajemen dan
32
penggunaannya sudah sangat populer, sehingga telah banyak digunakan baik oleh
perusahaan lokal, swasta, dan pemerintah.
Analisa Return On Investment dalam analisa keuangan mempunyai arti
yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif). Analisa Return On Investment ini merupakan teknik
analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Pengertian Return On Investment
Menurut S. Munawir (2004; 89) Return On Investment adalah sebagai
berikut:
“ Return On Investment adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Sebutan lain untuk rasio ini adalah “Net Operating Profit of Return” atau “Operating Earning Power” .”
Return on Investment menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2002;
85) adalah sebagai berikut :
“Return on Investment mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik modal.“
Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2002; 63) adalah :
“ Return On Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan.”
Net Profit After Tax Return On Investment = x 100% Total Assets
33
Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa Return On Investment merupakan
salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur tingkat
kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan sehingga kemampuan
perusahaan secara keseluruhan dapat diketahui dengan menggunakan seluruh
aktiva yang tersedia untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi ratio ini,
semakin baik keadaaan suatu perusahaan.
Kegunaan Return On Investment
Menurut S. Munawir (2004; 91-92) Return On Investment dapat berguna
untuk:
1. Salah satu kegunaannya yang prinsipiil ialah sifatnya yang menyeluruh.
Apabila perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik, maka
manajemen perusahaan dapat menggunakan teknik analisa Return On
Investment untuk mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja,
efisiensi produksi, dan efisiensi bagian penjualan.
Apabila suatu perusahaan pada suatu periode telah mencapai “operating assets
turnover” sesuai standar atau target yang telah ditetapkan, tetapi ternyata
Return On Investment-nya masih di bawah standar target, maka perhatian
manajemen dapat dicurahkan pada usaha peningkatan efisiensi di sektor
produksi dan penjualan.
2. Dengan analisa Return On Investment dapat dibandingkan efisiensi
penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan yang sejenis.
Dengan membandingkan Return On Investment dengan perusahaan sejenis,
maka akan diketahui apakah perusahaan berada di bawah, sama, di atas rata-
ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui di mana kelemahannya dan
kekuatan perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
3. Analisa Return On Investment dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian perusahaan.
Hal ini dilakukan dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam
bagian yang bersangkutan. Dengan dihitung rate of return pada tingkat
34
bagian, akan diketahui efisiensi suatu bagian dengan bagian lain pada
perusahaan tersebut.
4. Analisa Return On Investment juga dapat digunakan untuk mengukur
profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan.
Dengan menggunakan “product cost system” yang baik, modal dan biaya
dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan
yang bersangkutan, sehingga akan dapat dihitung profitabilitas masing-masing
produk.
Keterbatasan Return On Investment
Return On Investment memiliki keterbatasan dalam pengukuran kinerja
perusahaan. Menurut S. Munawir (2004; 92-93) keterbatasan Return On
Investment adalah :
1. Salah satu kelemahan yang prinsipiil ialah kesukarannya dalam
membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis karena kadang-kadang praktik akuntansi yang digunakan oleh masing-
masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda.
2. Adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).
3. Dapat menggunakan analisa rate of return atau Return On Investment saja
tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua
perusahaan atau lebih dengan mendapatkan simpulan yang memuaskan.
Pasar Modal
Salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk perolehan modal didapat
melalui pasar modal. Pasar modal merupakan sarana untuk mempertemukan
kelebihan dana masyarakat dan kebutuhan perusahaan akan dana yang digunakan
untuk pertumbuhan.
Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002;
359) adalah sebagai berikut :
35
“Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar di mana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana jangka panjang yang diperdagangkan tersebut diwujudkan dalam surat-surat berharga, yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun dan ada yang tidak memiliki jatuh tempo. Dana jangka panjang berupa hutang yang diperdagangkan biasanya obligasi (bond), sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri berupa saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).”
Sedangkan menurut Kamaruddin Ahmad (2004; 18) pengertian pasar
modal dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
“1. Dalam arti luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat kertas berharga/klaim, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.
2. Dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-
lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotik, dan tabungan serta deposito berjangka.
3. Dalam arti sempit Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang
memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter.”
Pangertian pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal adalah :
“Pasar modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang
mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan
dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas.”
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pasar modal merupakan
pasar konkrit atau abstrak yang terorganisir dimana dana-dana jangka panjang
baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan.
36
Peranan dan Manfaat Pasar Modal
Pasar modal merupakan tempat bertemu penjual dan pembeli dalam
melakukan transaksi efek. Investasi yang dilakukan di pasar modal tidak memiliki
jaminan untuk mendapatkan capital gain yaitu selisih lebih dari harga beli saham
dan harga jual saham. Pasar modal menurut Martono dan D. Agus Harjito
(2002; 360-362) memiliki peranan dan manfaat, yaitu :
Peranan pasar modal adalah sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi
sumberdaya ekonomi secara optimal, sehingga pendapatan nasional naik,
terciptanya kesempatan kerja, dan semakin meningkatnya pemerataan hasil-hasil
pembangunan.
Manfaat pasar modal yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan penerbit
sekuritas (emiten), pemodal (investor), pemerintah maupun lembaga penunjang
pasar modal adalah sebagai berikut :
1. Manfaat pasar modal bagi emiten, yaitu :
1) Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2) Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
4) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
5) Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal
perusahaan.
6) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.
7) Tidak ada beban financial yang tetap.
8) Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
9) Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
10) Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
2. Manfaat pasar modal bagi investor, yaitu :
1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan
ini tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.
2) Memperoleh dividen bagi yang memiliki saham dan mendapatkan bunga
tetap atau bunga mengambang bagi yang memiliki obligasi.
37
3) Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi
pemegang saham dan mempunyai hak suara dalam Rapat Umum
Pemegang Obligasi (RUPO) bagi pemegang obligasi.
4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari saham
perusahaan A berganti ke saham perusahaan B sehingga dapat
meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko.
5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk
mengurangi risiko.
3. Manfaat pasar modal bagi pemerintah, yaitu :
1) Mendorong laju pembangunan.
2) Mendorong investasi.
3) Penciptaan lapangan kerja.
4) Bagi BUMN mengurangi beban anggaran.
4. Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang, yaitu :
1) Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan bidang tugas masing-masing.
2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel.
3) Semakin bervariasinya lembaga jenis penunjang.
4) Likuiditas efek semakin tinggi.
Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga
(efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Y. Sri Susilo,
dkk (2000; 200-203) instrumen pasar modal antara lain :
1. Saham, dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas
yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan kertas tersebut.
2. Saham preferen, adalah gabungan antara obligasi dan saham biasa. Pemegang
saham preferen memang tidak menanggung risiko sebesar pemegang saham
38
biasa, namun risiko pemegang saham preferen lebih besar jika dibandingkan
risiko pemegang obligasi.
3. Obligasi, adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman. Surat obligasi adalah
selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan
pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi.
4. Warrant, adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang
sudah ditentukan.
5. Right Issue, merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang
dikeluarkan emiten.
Saham
Saham merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal yang paling
umum diperjualbelikan. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan kertas tersebut.
Pengertian Saham
Saham menurut Kusnadi, dkk ( 2002; 92) adalah sebagai berikut :
“Saham merupakan suatu sertifikat atau tanda otentik yang mempunyai kekuatan hukum bagi pemegangnya sebagai keikutsertaan di dalam perusahaan serta mempunyai nilai nominal (mata uang) serta dapat diperjualbelikan.”
Sedangkan menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2002; 1) adalah :
“Saham biasa (common stock) atau sering disebut saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi atas suatu perusahaan. Saham sebagai sekuritas yang bersifat ekuitas, memberikan implikasi : bahwa kepemilikan saham mencerminkan kepemilikan atas suatu perusahaan.” Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa kepemilikan saham merupakan
kepemilikan atas perusahaan yang mempunyai kekuatan hukum serta dapat
diperjualbelikan. Jumlah saham yang dimiliki seorang investor menentukan
39
wewenang untuk mengelola dan mengendalikan perusahaan tersebut. Semakin
besar kepemilikan saham, berarti semakin besar wewenang untuk mengendalikan
perusahaan tersebut.
Jenis-jenis Saham
Dalam dunia keuangan dikenal beberapa jenis saham yang beredar dan
diperdagangkan. Saham banyak sekali macamnya dan setiap macam mempunyai
karakteristik sendiri yang berbeda satu sama lain .
Menurut Martono dan Agus Harjito (2002; 367-368) saham dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Jenis saham menurut cara pengalihannya
Ditinjau menurut cara pengalihannya, saham dibedakan menjadi :
1) Saham atas unjuk (brearer stock)
Di atas sertifikat ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan
saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.
Pemilik saham atas unjuk harus berhati-hati membawa dan
menyimpannya, karena kalau saham tersebut hilang, maka pemilik tidak
dapat meminta gantinya.
2) Saham atas nama (registered stock)
Di atas sertifikat saham ditulis nama pemiliknya. Cara peralihan dengan
dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku
perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Kalau
sertifikat ini hilang, pemilik dapat meminta ganti.
2. Jenis saham menurut manfaatnya
Ditinjau menurut manfaatnya, saham dapat dibagi menjadi :
1) Saham biasa
Saham biasa (common stock atau common share) biasanya selalu ada
dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa antara lain :
40
(1) Saham unggulan (blue chip)
Yaitu jumlah saham yang diterbitkan besar yang telah memperlihatkan
kemampuan dalam memperoleh keuntungan dan pembayaran dividen.
(2) Growth stocks
Yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang laba dan pangsa
pasarnya mengalami perkembangan.
(3) Emerging growth stocks
Yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif lebih kecil
tetapi mempunyai daya tahan yang kuat dalam kondisi ekonomi yang
kurang baik.
(4) Income stocks
Yaitu saham yang membayar dividen melebihi jumlah rata-rata
pendapatan.
(5) Cyclical stocks
Yaitu saham perusahaan yang mempunyai keuntungan berfluktuasi dan
sangat dipengaruhi oleh siklus usaha.
(6) Defensive stocks
Yaitu saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap stabil dari
periode atau kondisi yang tidak menentu.
(7) Speculative stocks
Pada prinsipnya semua saham yang diperdagangkan adalah saham
spekulatif, karena pada waktu membeli tidak ada kepastian keuntungan
yang akan kita dapat.
2) Saham preferen
Saham preferen (preferred stocks) dalam praktik terdapat beberapa jenis,
yaitu:
(1) Cumulative preferred stock
Saham preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas
pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase
atau jumlah tertentu. Sehingga jika pada tahun tertentu dividen yang
41
dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka hal
ini diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
(2) Non cumulative preferred stock
Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian
dividen sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak
kumulatif.
(3) Parcipating preferred stock
Pemilik saham ini selain memperoleh dividen tetapi juga memperoleh
dividen tambahan (extra dividend).
Sedangkan menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2002; 6-8) untuk
membantu investor memilih saham sesuai dengan potensi keuntungan dan
risikonya, saham biasa (common stock) diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan nilai kapitalisasi
Ada tiga kelompok saham berdasarkan nilai kapitalisasi yang beredar di Bursa
Efek Jakarta :
1) Big-Cap
Yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi
di atas Rp. 1 trilyun. Saham-saham yang termasuk big-cap disebut juga
saham blue-chip atau saham papan atas atau lapis pertama. Saham-saham
yang berkapitalisasi besar memberikan kontribusi 75-80% dari seluruh
kapitalisasi pasar di BEJ yang terdiri dari di bawah 40 saham.
2) Mid-Cap
Yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi
Rp. 100 milyar- Rp. 1 trilyun. Saham yang termasuk mid-cap disebut juga
saham baby blue chip atau saham lapis kedua. Saham-saham yang
berkapitalisasi pasar menengah memberikan kontribusi 15-17% dari
seluruh kapitalisasi pasar di BEJ yang terdiri dari 145 saham.
3) Small-cap
Yaitu kelompok saham yang berkapitalisasi besar dengan nilai kapitalisasi
di bawah Rp. 100 milyar. Biasanya saham-saham yang termasuk small-
42
cap atau lapis ketiga, sebagian besar terdiri dari saham “tidur” yang
bersifat labil. Saham-saham yang berkapitalisasi pasar kecil memberikan
kontribusi sekitar 3% dari seluruh kapitalisasi pasar di BEJ yang terdiri
dari 150 saham.
2. Berdasarkan fundamental perusahaan dan kondisi perekonomian
Klasifikasi saham biasa (common stock) berdasarkan fundamental perusahaan
dan kondisi perekonomian makro adalah :
1) Income stocks
Merupakan saham yang mampu memberikan dividen semakin besar dari
rata-rata dividen yang dibayarkan tahun sebelumnya. Emiten income
stocks adalah perusahaan-perusahaan yang telah mencapai tahapan mapan
(mature) dan memiliki pangsa pasar yang tinggi serta stabil.
2) Growth stocks
Merupakan saham yang emitennya sebagai perusahaan pemimpin dalam
industrinya dan cukup prospektif. Sehingga dividen tersebut mampu
memberikan dividen relatif tinggi. Contohnya perusahaan farmasi seperti
Indofarma, Kimia Farma.
3) Speculative stocks
Merupakan saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang pendapatannya
belum pasti, seperti perusahaan yang sedang memulai operasi atau
perusahaan yang sedang melakukan restrukturisasi modalnya sehingga
emitennya tidak konsisten dalam memberikan dividen. Contohnya
perusahaan eksplorasi minyak.
4) Cyclical stocks
Merupakan kelompok saham yang pergerakannya searah dengan
perekonomian makro. Emitennya adalah perusahaan property, otomotif,
industri dasar. Sebaiknya investor membeli saat resesi dan menjualnya saat
booming.
5) Defensive stocks
Merupakan saham yang tidak terpengaruh perekonomian makro maupun
turbulensi sosial-politik. Emitennya adalah perusahaan yang memproduksi
43
consumer goods (Unilever, Tancho, Indofood), supermarket (Matahari,
Alfa, Hero) dan public utilities (Telkom, Indosat, CMPN).
Karakteristik Saham Biasa
Setiap surat berharga yang diperjualbelikan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Menurut Dyah Ratih Sulyastuti (2002; 3) karakteristik /sifat yang
melekat pada saham biasa adalah :
1. Berhak atas pendapatan perusahaan berupa dividen.
Dividen adalah bagian laba bersih setelah bunga dan pajak yang diberikan
kepada pemegang saham. Dividen dapat berbentuk tunai (cash dividen) dan
saham (stock dividen). Pembayaran dividen biasanya setiap tahun, tetapi ada
perusahaan yang membagikan dividen setiap kuartal atau setiap semester.
2. Berhak atas harta perusahaan ketika perusahaan penerbitnya dilikuidasi.
Dengan urutan sebagai berikut : pinjaman kepada supplier (account payable),
gaji karyawan, utang bank, obligasi, utang pajak, saham biasa. Besarnya nilai
buku perlembar saham dapat menunjukkan berapa bagian yang akan diterima
oleh investor saat emiten dilikuidasi.
3. Berhak mengeluarkan suara.
Hak pemegang saham mengeluarkan suara dalam RUPS diatur dalam UUPT
No. 1/1995 pasal 45 dan 46. penjelasan pasal 46 ayat 3 UUPT No. 1/1995
menyebutkan bahwa yang dimaksud saham biasa adalah saham yang
memberikan hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai
segala hal yang berkaitan dengan pengurusan perseroan, hak menerima
pembagian dividen dan sisa kekayaan dalam proses likuidasi.
4. Tanggung jawab terbatas.
Maksudnya tanggung jawab pemegang saham atas perusahaan hanya sebatas
nilai saham yang dimilikinya dan tidak memiliki tanggung jawab secara
pribadi yang menjadikan harta pribadi menjadi jaminan.
5. Hak memesan efek terlebih dahulu.
Hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) berkaitan dengan pengeluaran
saham baru dalam rangka penambahan dana. Pengeluaran saham baru yang
44
dimaksud adalah untuk penambahan dana yang berkaitan dengan right issue,
bukan IPO.
Harga Saham
Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham.
Perubahan harga saham menjadi perhatian penting bagi para investor, selain
kondisi emiten dan keadaan perekonomiannnya. Harga saham yang digunakan
dalam melakukan transaksi di pasar modal adalah harga yang terbentuk dari
mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Jadi harga saham yang
digunakan bukanlah harga nominal dari saham tersebut.
Pengertian Harga Saham
Menurut Agus Sartono (2001; 41) harga saham adalah sebagai berikut :
“Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari
aliran kas yang diharapkan yang akan diterima.”
Sedangkan menurut Ridwan S. Sundjaja (2003; 349)
“Harga saham adalah saham yang nilai per lembarnya telah
tercantum dalam akta pendirian perusahaan.”
Nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep yang memberikan
makna berbeda, menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2002; 1) yaitu :
1. Nilai nominal
Yaitu nilai per lembar saham yang berkaitan dengan kepentingan akuntansi
dan hukum. Nilai nominal digunakan untuk menentukan besarnya modal
disetor penuh pada neraca. Modal disetor penuh adalah nilai nominal saham
dikalikan jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan. Nilai nominal suatu
saham disebut juga stated value, face value, nilai pari, par value.
2. Nilai buku per lembar saham (book value per share)
Yaitu total ekuitas dibagi jumlah yang beredar. Nilai ini menunjukkan nilai
aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki pemegangnya. Nilai buku per
45
lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang diperoleh oleh
pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi.
3. Nilai pasar (market value)
Adalah nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran
saham di bursa saham. Harga pasar saham inilah yang menentukan indeks
harga saham gabungan (IHSG). Fluktuasi harga saham di bursa yang
menentukkan risiko sistematis suatu saham.
4. Nilai fundamental atau sering disebut nilai intrinsik saham
Adalah menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut
mencerminkan nilai yang sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal
(overpriced).
Pengertian Perubahan Harga Saham
Perubahan harga saham di bursa ditentukan oleh pasar yang tergantung
oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Saham yang dimiliki oleh suatu
perusahaan yang kinerjanya baik akan sangat diminati oleh para investor. Makin
banyak investor yang ingin membeli suatu saham, maka harga saham tersebut
cenderung bergerak naik. Sebaliknya makin sedikit orang yang ingin membeli
suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung turun. Dalam jangka waktu
panjang, kinerja perusahaan emiten dan pergerakan harga saham umumnya akan
bergerak searah.
Pengertian perubahan harga saham menurut Jogiyanto (2003; 383) adalah
sebagai berikut :
“ Perubahan harga saham merupakan kenaikan atau penurunan dari harga saham sebagai akibat dari adanya informasi baru yang mempengaruhi harga saham kemudian dibandingkan dengan harga saham tahun sebelumnya.” Harga dari surat berharga mencerminkan penilaian investor terhadap
proyek laba perusahaan di masa mendatang, termasuk di dalamnya penilaian
terhadap kualitas manajemen.
46
Para investor yang membeli saham ingin memperoleh dividen dan capital
gain akan mencari perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik.
Menurut Ridwan S. Sundjaja (2003; 437) dividen dan capital gain adalah
sebagai berikut :
1. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen
diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam
(RUPS).
2. Capital gain merupakan selisih lebih dari harga beli dan harga jual. Saham
memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital
gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan
berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal
mengalami kerugian besar dalam waktu singkat.
Penilaian Harga Saham
Ada dua pendekatan analisis yang sering digunakan dalam penilaian harga
saham, pendekatan tersebut adalah pendekatan analisis fundamental dan
pendekatan analisis teknikal.
1. Analisis Fundamental
Pengertian analisis fundamental menurut Suad Husnan (2001; 315)
adalah sebagai berikut :
“Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.” Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan
perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui
Harga Saham ke n – Harga Saham ke (n-1) Perubahan Harga Saham = X 100%
Harga Saham ke (n-1)
47
bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor.
Apakah sehat atau tidak, apakah cukup menguntungkan atau tidak. Nilai suatu
saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan,
karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari
investasi dan juga risiko yang harus ditanggung (Pandji Anoraga dan Piji
Pikarti, 2001; 108).
Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor
adalah makhluk yang rasional. Keputusan investasi saham dari seorang
pemodal yang rasional didahului oleh analisis terhadap variabel yang secara
fundamental diperkirakan akan menghubungkan harga suatu saham.
Argumentasi pada dasarnya bahwa nilai mewakili nilai perusahaan, tidak
hanya nilai intrinsik pada suatu saat tetapi juga bahkan lebih penting lagi
harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian
hari.
2. Analisis Teknikal
Pengertian analisis teknikal menurut Suad Husnan (2001; 367) adalah
sebagai berikut :
“Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan , (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang.” Analisis teknikal ini cukup sering dipakai oleh calon investor, dan
biasanya data yang digunakan dalam analisis berupa grafik atau program
komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana
kecenderungan pasar ekuitas atau future comodities yang akan dipilih dalam
berinvestasi (Pandji Anoraga dan Piji Pikarti, 2001; 109). Analisis teknikal
pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli
(masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar), dengan
48
memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis
grafis.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham di bursa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
yaitu :
1. Permintaan dan penawaran
Harga pasar saham akan terbentuk melalui jumlah permintaan dan penawaran
terhadap suatu efek. Jumlah permintaan dan penawaran mencerminkan
kekuatan pasar. Jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran,
pada umumnya harga cenderung akan naik. Sebaliknya jika jumlah penawaran
lebih besar dari jumlah permintaan, harga cenderung akan turun.
2. Tingkat efisiensi pasar modal
Efisiensi pasar modal merupakan salah satu indikator untuk menentukan
kualitas suatu pasar modal. Semakin tinggi derajat efisiensinya, maka kualitas
pasar modal tersebut akan semakin baik.
Beberapa kondisi yang harus dipenuhi untuk tercapainya pasar yang efisien,
yaitu :
1) Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan
profit. Investor-investor tersebut secara aktif berpartisipasi di pasar dengan
menganalisis, menilai, dan melakukan perdagangan saham. Di samping
itu, mereka juga merupakan price taker sehingga tindakan dari satu
investor saja tidak akan mampu mempengaruhi harga sekuritas.
2) Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama
dengan cara yang murah dan mudah.
3) Informasi yang terjadi bersifat random.
4) Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi baru, sehingga harga
sekuritas akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sebenarnya akibat
informasi tersebut.
49
3. Tingkat risiko
Risiko dari suatu investasi langsung berkaitan dengan hasil yang diharapkan.
Pada hakekatnya, investor akan berusaha meminimalkan risiko untuk
mendapatkan hasil tertentu. Risiko investasi di pasar modal pada prinsipnya
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility).
Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002; 37) risiko-risiko yang
mungkin dihadapi oleh investor antara lain :
1) Risiko daya beli (purchasing power risk), merupakan risiko yang berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil
pendapatan akan lebih kecil.
2) Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko menurunnya kemampuan
perusahaan memperoleh laba, sehingga pada gilirannya mengurangi pula
kemampuan perusahaan membayar bunga dan dividen.
3) Risiko tingkat bunga, naiknya tingkat bunga biasanya akan menekan harga
surat-surat berharga, sehingga biasanya harga surat berharga akan turun.
4) Risiko pasar (market risk), apabila pasar bergairah (bullish) pada
umumnya harga saham akan mengalami kenaikan, tetapi bila pasar lesu
(bearish) maka harga saham cenderung turun.
5) Risiko likuiditas (liquidity risk), merupakan risiko yang berkaitan dengan
kemampuan suatu surat berharga untuk segera diperjualbelikan tanpa
mengalami kerugian yang berarti.
4. Perilaku investor
Para investor yang masuk ke pasar modal berasal dari berbagai macam
kalangan masyarakat dan memiliki maksud yang berbeda-beda. Apabila
ditinjau dari segi tujuannya, investor dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok, yaitu:
1) Kelompok investor yang bertujuan memperoleh dividen
Kelompok ini mengincar perusahaan yang sudah sangat stabil. Keadaan
perusahaan yang demikian menjamin kepastian adanya keuntungan yang
relatif stabil. Harapan utama dari kelompok ini adalah untuk memperoleh
50
dividen yang cukup dan terjamin setiap tahun. Pembagian dividen lebih
penting daripada keinginan untuk memperoleh capital gain.
2) Kelompok investor yang bertujuan berdagang
Harga saham di bursa tidak tetap, dapat bergerak naik atau turun
tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Perubahan harga itu
menarik bagi investor yang tujuannya berdagang. Kelompok ini membeli
saham terutama bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih
harga jual dan harga beli.
3) Kelompok investor yang berkepentingan dalam kepemilikan perusahaan
Bagi kelompok ini yang penting adalah ikut sertanya mereka sebagai
pemilik perusahaan. Kelompok ini cenderung memilih saham perusahaan
yang sudah mempunyai nama baik. Perubahan-perubahan harga saham
yang kurang berarti tidak membuat mereka gelisah untuk menjualnya.
Investor ini tidak aktif dalam perdagangan di bursa.
4) Kelompok investor yang bertujuan spekulasi
Kelompok ini lebih menyukai saham-saham perusahaan yang belum
berkembang tetapi diyakini akan berkembang dengan baik. Pada umumnya
setiap kegiatan pasar modal, spekulator mempunyai peranan untuk
meningkatkan aktivitas pasar sekaligus meningkatkan likuiditas saham.
Pengaruh Return On Investment terhadap Perubahan Harga Saham
Analisis fundamental dalam penilaian harga saham sangat berhubungan
dengan kondisi keuangan perusahaan. Apakah perusahaan sehat atau tidak,
menguntungkan atau tidak, hal ini penting karena para investor dapat mengetahui
hasil yang akan diperoleh dan risiko yang harus diambil jika memiliki saham dari
perusahaan tersebut. Dari analisis fundamental dalam teori tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian untuk melihat sejauh mana pengaruh yang
ditimbulkan terhadap perubahan harga saham.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio
perputaran investasi. Rasio tingkat perputaran investasi termasuk dalam rasio
51
profitabilitas. Rasio ini dapat menunjukkan hubungan total asset dengan
pendapatan bersih yang dihasilkan perusahaan.
Dalam usaha untuk memprediksi atau meramalkan nilai masa depan
(future value) dari saham, seorang investor dapat menggunakan Return On
Investment dan beberapa rasio margin laba untuk membantu analisis yang
dilakukan. Hal ini disebabkan karena orientasi investor dalam melakukan
investasi pada saham adalah keuntungan yang besar baik melalui dividen yang
nanti akan diperoleh dari laba perusahaan, ataupun keuntungan yang diperoleh
dalam penjualan kembali saham-saham yang dimiliki investor tersebut.
Seorang investor akan percaya kepada perusahaan yang mampu
menunjukkan kinerja yang baik dalam mengelola hutang dan investasinya,
sehingga investor tersebut bersedia menanamkan sejumlah dana dalam perusahaan
tersebut dengan memiliki sahamnya, hal ini mengakibatkan kenaikan harga
saham. Sedangkan apabila investor menilai bahwa suatu perusahaan menunjukkan
kinerja yang kurang baik, sehingga para investor kurang berminat dengan saham
yang dikeluarkan oleh perusahaam maka terjadi penurunan harga saham.