1
Meluncur Sebaik Burung IKAN terbang tidaklah terbang, melainkan meluncur. Perenang berekor garpu ini, yang ditemukan di samudra tropis dan subtropis, masih mengungguli beberapa penerbang veteran. Saat peneliti menempatkan penangkap ikan di daerah liar, mereka menemukan sirip ikan terbang mudah mengangkat dan kurang menarik jika dibandingkan dengan sayap serangga. Sirip ikan terbang berfungsi sebaik beberapa jenis burung, seperti elang dan bebek hutan. Hal ini mungkin dapat menjelaskan bagaimana ikan dapat meluncur di atas air sejauh 200 meter. Formaldehida pada Baju FORMALDEHIDA digunakan sejak 1920- an untuk mengurangi kerut di baju. Zat kimia ini diketahui menyebabkan reaksi alergis pada beberapa orang. Hasil penelitian yang diterbitkan US Government Accountability Ofce dengan melakukan tes terhadap 180 artikel baju secara acak menemukan kurang dari 2% dari item tersebut mengandung lebih dari 100 ppm zat kimia tersebut. Sebesar 300 ppm saja sudah dianggap cukup untuk menginduksi reaksi alergi. Kebanyakan dari item tersebut tercatat mengandung formaldehida kurang dari 20 ppm. Hasil ini menunjukkan pengurangan signikan sejak 1984, saat penelitian sebelumnya menunjukkan lebih dari 67% pakaian yang diuji memiliki kandungan di atas 100 ppm. T OKEK hutan Afrika Barat tersebar luas di hutan-hutan Ghana hingga Kongo. Sebenarnya ada empat spesies terpisah yang berevolusi selama 100 ribu tahun akibat fragmentasi dari sabuk hutan hujan tropis, begitu hasil laporan dari jurnal Proceedings of the Royal Society B. Penemuan Adam D Leache dan Matthew K Fujita mendemonstrasikan kekayaan keanekaragaman hayati yang masih bertahan di hutan hujan tropis di Afrika Barat, dan kemampuan teknik baru analisis DNA untuk memisahkan spesies berbeda, meskipun mereka terlihat mirip. “Kami berniat untuk menemukan tokek ini, Hemidactylus fasciatus, dengan melakukan perjalanan di seluruh Afrika Barat,” kata Leache, seorang ahli herpetologi yang bekerja di Museum Zoologi Vertebrata UC Berkeley. “Meskipun fakta mengenal sebagai satu spesies, menggunakan metode baru kita dapat mengembangkan probabilitas tertinggi setidaknya terdiri dari empat spesies.” Leache menjelaskan hutan hujan tersebut digolongkan sebagai salah satu hotspot biodiversitas di Planet Bumi, tetapi mereka adalah salah satu area paling terancam bahaya. Dia juga mengingatkan deforestasi oleh manusia mempercepat proses kehancuran habitat termasuk tokek. Leache yang sekarang ini sedang menyelesaikan post-doctoral di UC Davis dan asisten profesor biologi di University of Washington telah melakukan lima ekspedisi sejak 2003 di hutan hujan tropis Afrika Barat untuk menyurvei populasi reptil dan ambi. Seluruh petak hutan di sana masih terisolasi. “Rencana kami adalah pergi ke daerah terpencil tempat manusia belum pernah melakukan eksplorasi untuk mencoba mendokumentasikan keanekaragaman hayati di Afrika,” katanya. Leaché dan Fujita menemukan cukup perbedaan genetik di antara 50 tokek yang dikumpulkan dari 10 petak hutan berbeda. Sampel itu menunjukkan perbedaan spesies yang disebabkan isolasi dari populasi tokek di setiap hutan hujan. Tidak seluruh spesies dipisahkan oleh hutan. Sungai Sanaga yang lebar di Kamerun adalah garis pembatas antara dua spesies, yang diberi nama Hemidactylus coalescens dan Hemidactylus eniangii oleh para peneliti. “Metode ini memberikan probabilitas, yang dapat dikaitkan dengan jumlah spesies yang teridentikasi. Sesuatu yang belum dapat kita lakukan dalam penelitian spesikasi sampai sekarang,” kata Leaché. (Sciencedaily/*/Ghp/M-1) DO YOU KNOW NATURE Spesies Baru Tokek Teridentifikasi BBC sedikit jumlah anggota yang mati atau menderita kerugian di reproduktivitas seksual daripada nyamuk dalam kelompok yang tidak terinfeksi sebelumnya. Nyamuk tersebut memiliki sebuah senjata, yaitu granulosit. Tim peneliti menemukan sel kekebalan yang tiga kali lebih banyak pada kelompok nyamuk yang telah terinfeksi sebelumnya daripada kelompok yang tidak terinfeksi. Ketika granulosit menemukan zat asing pada darah nyamuk, mereka dapat membunuhnya, atau bahkan memberikan kode kepada sel lain untuk membunuhnya. Tetapi granulosit tidak dapat muncul begitu saja tanpa bantuan, kata Rodrigues. Timnya mencurigai keterlibatan bakteri pada respons antiplasmodium karena parasit melemahkan dinding usus nyamuk, dan bakteri usus tersebar di bagian tubuh lain. Hal ini memicu lebih banyak ‘imun sel baru’ yang membentuk granulosit, dan membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan plasmodium. (Sciencemag/*/Ghp/M-1) P ENELITI akhirnya menemukan dan dapat menjelaskan bagaimana sistem imun nyamuk dapat mengalahkan parasit. Pengetahuan ini nantinya dapat digunakan untuk melawan penyebaran penyakit malaria pada manusia. Untuk mengetahui proses penyebaran penyakit malaria, ahli biologi Vector Janneth Rodrigues dan rekan kerjanya di National Institute of Allergy and Infectious Diseases di Bethesda, Maryland, AS, memberi makan darah tikus yang mengandung plasmodium kepada dua kelompok nyamuk. Salah satu kelompok terinfeksi, tetapi kelompok lainnya, yang ditempatkan pada ruangan bersuhu sangat panas sehingga plasmodium tidak dapat tumbuh, tidak terinfeksi. Tujuh hari kemudian, peneliti memberikan makanan lagi pada kedua kelompok nyamuk berupa darah tikus yang terinfeksi plasmodium. Ternyata diketahui, kelompok yang terinfeksi 10 kali lebih baik membunuh plasmodium. Sebagai hasilnya, jauh lebih Nyamuk Melawan Malaria S EBUAH bintang yang mungkin telah menelan tetangganya ditemukan melalui Observatorium Sinar X Chandra milik NASA. Tetangganya itu bisa berupa bintang atau planet raksasa. Temuan ini dapat menjelaskan interaksi yang kompleks antara planet dan bintang. Dalam Astrophysical Journal Letters, peneliti mengatakan amat mungkin bintang tersebut berusia sangat muda, tapi mungkin saja umurnya lebih tua. Bintang raksasa berwarna merah yang usianya miliaran tahun itu memakan temannya sendiri, dan sisa serpihannya dapat terlihat hingga saat ini. Bintang tersebut, yaitu BP Psc, mirip dengan Matahari, terletak sekitar 1.000 tahun cahaya. Para peneliti pertama kali mulai mempelajari bintang ini sejak 15 tahun lalu. Bintang ini memiliki sebuah piringan edar yang berdebu. Dengan piringan tersebut, planet-planet dapat muncul di sekeliling bintang-bintang muda. Kebanyakan bintang-bintang muda berada dalam kluster-kluster, begitu juga dengan Bintang BP Psc, kata kepala peneliti Joel Kastner dari The Rochester Institute of Technology, New York. “Sejauh ini, orang belum bisa menemukan sebuah bintang muda pun di sekitar BP Psc,” kata Profesor Kastner. “Ini menjadi salah satu alasan Ben (Zuckerman) dan saya untuk menduga usia bintang tersebut mungkin masih sangat muda.” Selain piringan edar, ada ledakan jet yang keluar dari BP Psc dalam arah yang berlawanan, mirip dengan bintang muda yang jatuh di atas permukaan bintang. Pada atmosfer BP Psc terdapat sedikit unsur litium, biasanya unsur ini ditemukan pada bintang yang berusia lebih tua. Gravitasi permukaannya pun agak lemah. Namun, data terbaru dari Observatorium Sinar X Chandra menunjukkan bintang tersebut tidak semuda yang selama ini diketahui. (bbc/*/Ghp/M-1) EKSPEDISI BIOTEK Bintang Kanibal Pemakan Tetangga 22 | Eksplorasi MINGGU, 19 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA SCIENCEDAILY SCIENCEMAG SCIENCEMAG SCIENCEMAG SCIENCEMAG SCIENCEMAG Bakteri Emas PEMBURU harta karun mungkin mempunyai sekutu yang tidak terduga pada golongan bakteri. Rahasianya terletak pada lapisan tipis dari mikroba, yang dikenal sebagai biolm. Peneliti menemukan lapisan itu membungkus butiran emas di tambang Queensland. Biolm larut saat bersentuhan dengan emas, membentuk ion racun emas yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Tetapi, bakteri melawan balik dengan mentransformasikan ion tersebut menjadi nanopartikel emas metalik yang kemudian menyatu menjadi kristal mirip renda di sepanjang permukaan dinding sel bakteri. Bentuk emas ini lebih murni daripada butir emas aslinya, yang juga mengandung perak dan merkuri, sehingga lebih menarik minat penambang. Jamur Dapat Berpikir HANYA karena organisme tidak mempunyai otak, tidak berarti mereka tidak dapat berpikir. Peneliti memberikan jamur bersel tunggal sebuah ‘tes makanan’ pada ujian yang mudah. Organisme seperti jamur ini harus memutuskan antara memakan konsentrasi 2%, 6%, atau 10% dari havermut agar tidak dapat dimakan. Dalam tes yang lebih sulit, mereka harus memilih antara konsentrasi havermut 6%, 8%, dan 10%, perbedaan yang lebih halus. Jamur yang memilih lebih cepat lima kali lebih mungkin memilih pilihan terburuk, tetapi mereka tidak merespons seperti manusia merespons. Saat kondisi nyaman, organisme tersebut membuat pilihan cepat jika pilihannya mudah. (Sciencemag/*/Ghp/M-1)

22 Eksplorasi - ftp.unpad.ac.id fileeksplorasi untuk mencoba mendokumentasikan keanekaragaman hayati di Afrika,” katanya. Leaché dan Fujita menemukan cukup perbedaan genetik di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 22 Eksplorasi - ftp.unpad.ac.id fileeksplorasi untuk mencoba mendokumentasikan keanekaragaman hayati di Afrika,” katanya. Leaché dan Fujita menemukan cukup perbedaan genetik di

Meluncur Sebaik BurungIKAN terbang tidaklah terbang, melainkan meluncur. Perenang berekor garpu ini, yang ditemukan di samudra

tropis dan subtropis, masih mengungguli beberapa penerbang veteran. Saat peneliti menempatkan penangkap ikan di daerah liar, mereka menemukan sirip ikan terbang mudah mengangkat dan kurang menarik jika dibandingkan dengan sayap serangga. Sirip ikan terbang berfungsi sebaik beberapa jenis burung, seperti elang dan bebek hutan. Hal ini mungkin dapat menjelaskan bagaimana ikan dapat meluncur di atas air sejauh 200 meter.

Formaldehida pada BajuFORMALDEHIDA digunakan sejak 1920-an untuk mengurangi kerut di baju. Zat kimia ini diketahui menyebabkan reaksi alergis pada beberapa orang.

Hasil penelitian yang diterbitkan US Government Accountability Offi ce dengan melakukan tes terhadap 180 artikel baju secara acak menemukan kurang dari 2% dari item tersebut mengandung lebih dari 100 ppm zat kimia tersebut. Sebesar 300 ppm saja sudah dianggap cukup untuk menginduksi reaksi alergi. Kebanyakan dari item tersebut tercatat mengandung formaldehida kurang dari 20 ppm. Hasil ini menunjukkan pengurangan signifi kan sejak 1984, saat penelitian sebelumnya menunjukkan lebih dari 67% pakaian yang diuji memiliki kandungan di atas 100 ppm.

TOKEK hutan Afrika Barat tersebar luas di hutan-hutan Ghana hingga Kongo. Sebenarnya ada empat spesies terpisah

yang berevolusi selama 100 ribu tahun akibat fragmentasi dari sabuk hutan hujan tropis, begitu hasil laporan dari jurnal Proceedings of the Royal Society B.

Penemuan Adam D Leache dan Matthew K Fujita mendemonstrasikan kekayaan keanekaragaman hayati yang masih bertahan di hutan hujan tropis di Afrika Barat, dan kemampuan teknik baru analisis DNA untuk memisahkan spesies berbeda, meskipun mereka terlihat mirip.

“Kami berniat untuk menemukan tokek ini, Hemidactylus fasciatus, dengan melakukan perjalanan di seluruh Afrika Barat,” kata Leache, seorang ahli herpetologi yang bekerja di Museum Zoologi Vertebrata UC Berkeley. “Meskipun fakta mengenal sebagai satu spesies, menggunakan metode baru kita dapat mengembangkan probabilitas tertinggi setidaknya terdiri dari empat spesies.”

Leache menjelaskan hutan hujan tersebut digolongkan sebagai salah satu hotspot

biodiversitas di Planet Bumi, tetapi mereka adalah salah satu area paling terancam bahaya. Dia juga

mengingatkan deforestasi oleh manusia mempercepat proses kehancuran habitat termasuk tokek.

Leache yang sekarang ini sedang menyelesaikan post-doctoral di UC Davis dan asisten profesor biologi di University of Washington telah melakukan lima ekspedisi sejak 2003 di hutan hujan tropis Afrika Barat untuk menyurvei populasi reptil dan amfi bi.

Seluruh petak hutan di sana masih terisolasi. “Rencana kami adalah pergi ke daerah terpencil tempat manusia belum pernah melakukan eksplorasi untuk mencoba mendokumentasikan keanekaragaman hayati di Afrika,” katanya.

Leaché dan Fujita menemukan cukup perbedaan genetik di antara 50 tokek yang dikumpulkan dari 10 petak hutan berbeda. Sampel itu menunjukkan perbedaan spesies yang disebabkan isolasi dari populasi tokek di setiap hutan hujan.

Tidak seluruh spesies dipisahkan oleh hutan. Sungai Sanaga yang lebar di Kamerun adalah garis pembatas antara dua spesies, yang diberi nama Hemidactylus coalescens dan Hemidactylus eniangii oleh para peneliti.

“Metode ini memberikan probabilitas, yang dapat dikaitkan dengan jumlah spesies yang teridentifi kasi. Sesuatu yang belum dapat kita lakukan dalam penelitian spesifi kasi sampai sekarang,” kata Leaché. (Sciencedaily/*/Ghp/M-1)

DO YOU KNOW

NATURE

Spesies Baru Tokek Teridentifikasi

BBC

sedikit jumlah anggota yang mati atau menderita kerugian di reproduktivitas seksual daripada nyamuk dalam kelompok yang tidak terinfeksi sebelumnya.

Nyamuk tersebut memiliki sebuah senjata, yaitu granulosit. Tim peneliti menemukan sel kekebalan

yang tiga kali lebih banyak pada kelompok nyamuk yang telah terinfeksi sebelumnya daripada kelompok yang tidak terinfeksi. Ketika granulosit menemukan zat asing pada darah nyamuk, mereka dapat membunuhnya, atau bahkan memberikan kode kepada sel lain untuk membunuhnya.

Tetapi granulosit tidak dapat muncul begitu saja tanpa bantuan, kata Rodrigues. Timnya

mencurigai keterlibatan bakteri pada respons antiplasmodium karena parasit melemahkan dinding usus nyamuk, dan bakteri usus tersebar di bagian tubuh lain. Hal ini memicu lebih banyak ‘imun sel baru’ yang membentuk granulosit, dan membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan plasmodium. (Sciencemag/*/Ghp/M-1)

PENELITI akhirnya menemukan dan dapat menjelaskan bagaimana sistem imun nyamuk dapat mengalahkan parasit. Pengetahuan

ini nantinya dapat digunakan untuk melawan penyebaran penyakit malaria pada manusia.

Untuk mengetahui proses penyebaran penyakit malaria, ahli biologi Vector Janneth Rodrigues dan rekan kerjanya di National Institute of Allergy and Infectious Diseases di Bethesda, Maryland, AS, memberi makan darah tikus yang mengandung plasmodium kepada dua kelompok nyamuk.

Salah satu kelompok terinfeksi, tetapi kelompok lainnya, yang ditempatkan pada ruangan bersuhu sangat panas sehingga plasmodium tidak dapat tumbuh, tidak terinfeksi.

Tujuh hari kemudian, peneliti memberikan makanan lagi pada kedua kelompok nyamuk berupa darah tikus yang terinfeksi plasmodium. Ternyata diketahui, kelompok yang terinfeksi 10 kali lebih baik membunuh plasmodium. Sebagai hasilnya, jauh lebih

Nyamuk Melawan Malaria

SEBUAH bintang yang mungkin telah menelan tetangganya ditemukan melalui Observatorium Sinar X Chandra milik NASA. Tetangganya itu

bisa berupa bintang atau planet raksasa.Temuan ini dapat menjelaskan interaksi yang

kompleks antara planet dan bintang. Dalam Astrophysical Journal Letters, peneliti mengatakan amat mungkin bintang tersebut berusia sangat muda, tapi mungkin saja umurnya lebih tua.

Bintang raksasa berwarna merah yang usianya miliaran tahun itu memakan temannya sendiri, dan sisa serpihannya dapat terlihat hingga saat ini.

Bintang tersebut, yaitu BP Psc, mirip dengan Matahari, terletak sekitar 1.000 tahun cahaya. Para peneliti pertama kali mulai mempelajari bintang ini sejak 15 tahun lalu.

Bintang ini memiliki sebuah piringan edar yang berdebu. Dengan piringan tersebut, planet-planet dapat muncul di sekeliling bintang-bintang muda.

Kebanyakan bintang-bintang muda berada dalam kluster-kluster, begitu juga dengan Bintang BP Psc, kata kepala peneliti Joel Kastner dari The Rochester Institute of Technology, New York.

“Sejauh ini, orang belum bisa menemukan sebuah bintang muda pun di sekitar BP Psc,” kata Profesor

Kastner. “Ini menjadi salah satu alasan Ben (Zuckerman) dan saya untuk menduga usia bintang tersebut mungkin masih sangat muda.”

Selain piringan edar, ada ledakan jet yang keluar dari BP Psc dalam arah yang berlawanan, mirip dengan bintang muda yang jatuh di atas permukaan bintang.

Pada atmosfer BP Psc terdapat sedikit unsur litium, biasanya unsur ini ditemukan pada bintang yang berusia lebih tua. Gravitasi permukaannya pun agak lemah.

Namun, data terbaru dari Observatorium Sinar X Chandra menunjukkan bintang tersebut tidak semuda yang selama ini diketahui. (bbc/*/Ghp/M-1)

EKSPEDISI BIOTEK

Bintang Kanibal Pemakan Tetangga

22 | Eksplorasi MINGGU, 19 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

SCIENCEDAILY

SCIENCEMAG

SCIENCEMAG

SCIENCEMAG

SCIENCEMAG

SCIENCEMAG

Bakteri EmasPEMBURU harta karun mungkin mempunyai sekutu yang tidak terduga pada golongan bakteri. Rahasianya terletak pada lapisan tipis dari mikroba, yang dikenal sebagai biofi lm. Peneliti

menemukan lapisan itu membungkus butiran emas di tambang Queensland. Biofi lm larut saat bersentuhan dengan emas, membentuk ion racun emas yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri. Tetapi, bakteri melawan balik dengan mentransformasikan ion tersebut menjadi nanopartikel emas metalik yang kemudian menyatu menjadi kristal mirip renda di sepanjang permukaan dinding sel bakteri. Bentuk emas ini lebih murni daripada butir emas aslinya, yang juga mengandung perak dan merkuri, sehingga lebih menarik minat penambang.

Jamur Dapat BerpikirHANYA karena organisme tidak mempunyai otak, tidak berarti mereka tidak dapat berpikir. Peneliti memberikan jamur bersel tunggal sebuah

‘tes makanan’ pada ujian yang mudah. Organisme seperti jamur ini harus memutuskan antara memakan konsentrasi 2%, 6%, atau 10% dari havermut agar tidak dapat dimakan. Dalam tes yang lebih sulit, mereka harus memilih antara konsentrasi havermut 6%, 8%, dan 10%, perbedaan yang lebih halus. Jamur yang memilih lebih cepat lima kali lebih mungkin memilih pilihan terburuk, tetapi mereka tidak merespons seperti manusia merespons. Saat kondisi nyaman, organisme tersebut membuat pilihan cepat jika pilihannya mudah.(Sciencemag/*/Ghp/M-1)