54
ISSN 0125 - 0506 EDISI 3 TAHUN 2018 B U L E T I N MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKAN BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA www.btkp-diy.or.id Website : www.btkp-diy.or.id Email : [email protected], [email protected] Jalan Kenari No.2, Telp. 0274 - 517 327 Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta 29

29 - 202.152.135.5202.152.135.5/btkp/upload_btkp/file_download/131355_Warta Guru... · Bentuk Orbital dan Konfigurasi elektron berdasarkan Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan ... contoh

Embed Size (px)

Citation preview

ISSN 0125 - 0506 EDISI 3 TAHUN 2018

B U L E T I N

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKAN

BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

www.btkp-diy.or.id

Website : www.btkp-diy.or.id Email : [email protected], [email protected]

Jalan Kenari No.2, Telp. 0274 - 517 327

Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta

29

http://www.btkp-diy.or.id/http://www.btkp-diy.or.id/mailto:[email protected]:[email protected]

Salam DAFTAR ISI Lensa BTKP redaksi SALAM INDONESIA , SALAM PENDIDIKAN

Milenial sebuah istilah yang

marak di perbincangkan, baik

dalam tataran sosial maupun

politik. Mari kita sebagai

pendidik untuk menangkap

kelompok usia milenial

itu sebagai usia EMAS

yang harus kita didik dan

dipersiapkan untuk menjadi

kelompok milenial yang

berkarakter Indonesia.

SALAM INDONESIA

Penasehat :

Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji

Penanggung jawab :

Dra. Isti Triasih

Pemimpin Dewan Redaksi :

Gunarsih, SH

Penyunting/Editor :

Drs. Yoko Rimy, M.Pd.

Estu Miyarso, M.Pd.

Penata/Layout :

Loko Kuswantoro, S.Pd

Sekretariat :

Wahyu Widodo

Dwi Budi Astutiek

Teknologi Pendidikan

Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning........................... 1

Pendidikan Karakter

Pembelajaran Berbasis Pramuka .......... 7

Opini

Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah ................................................... 11

Berita Utama

Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi PPDB Untuk Menyongsong SNMPTN ................... 14

Psikologi Pendidikan

Urgensi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penguatan Karakter Siswa Dalam Perspektif Agama Islam .. 18

Teknologi Pendidikan

Melompat Memperjelas Kelipatan ............... 21

Lensa BTKP ............................................... 25

Opini

Membangun Gaya Belajar Generasi Z .. 29

Berita Utama

Upaya Mengoptimalkan Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah .................. 35

Teknologi Pendidikan

Belajar Dengan Bermain Congklak Pada Anak Usia SD ..................................... 40

Seni Budaya

Serat Tripama Karya Mangkunagara IV Sebagai Sarana Pendidikan Karakter ... 46

Ketentuan Penulisan Artikel ..................... 52

Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui Pembelajaran

Inquiry Based Learning Oleh : Eny Triastuti *

PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 menuntut peserta didik aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengkomunikasikan hasil belajarnya baik secara tulisan maupun lisan. Namun kenyataan yang ada, peserta didik sulit untuk aktif karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi sehingga pada umumnya guru yang aktif dalam pembelajaran.

Permasalahan umum yang ada pada pembelajaran Kimia di SMA adalah : 1) Belum nampak kreatifitas dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dan ide kreatif untuk pengembangan ilmu pengetahuan. 2) Belum ada ide kreatif guru dalam penerapan metoda pembelajaran yang dapat melatih ketrampilan berfikir dan praktik IPA sebagai metoda belajar yang efektif dan efisien. 3) Guru masih kesulitan memulai pembelajaran dengan mengembangkan interaksi siswa terhadap fenomena baru, tindakan baru, kejadian baru atau menerapkan keterampilan berpikir tinggi sebagai dasar untuk merumuskan masalahnya sendiri. 4) Guru lebih banyak memposisikan diri sebagai sumber belajar dari pada menjadi fasilitator untuk mendorong siswa menemukan masalah baru dan memecahkan masalah dengan ide-ide baru. 5) Pembelajaran lebih mementingkan penguasaan pengetahuan dari pada meningkatkan keterampilan berpikir kritis. 6) Belum tampak kemandirian siswa menghimpun data, fakta, informasi, teori, prinsip dan hukum untuk memecahkan masalah secara kolaboratif. 7) Kegiatan penarikan kesimpulan dan refleksi pada umumnya dilakukan oleh guru dan siswa hanya sebagai pendukung proses.

Kurikulum Nasional menekankan penggunaan pendekatan saintifik dan pembelajaran berbasis inkuiri untuk mata pelajaran IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi serta pengembangan keterampilan peserta didik dalam abad 21, yaitu berpikir kritis, kreativitas, berkomunikasi, dan berkolaborasi harus diimplementasikan oleh guru untuk mencapai hasil terbaik, hal ini harus diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajarannya.

Pertanyaan terkait hal itu adalah bagaimana implementasi pembelajaran berbasis inkuiri untuk memecahkan permasalahn di atas. Apakah Inquiry Based Learning( IBL) dapat meningkatkan ketrampilan intelektual dan praktik sains dan meningkatkan hasil belajar serta membangun karakter siswa ? Tulisan ini dapat memberi rujukan bagi rekan sesama guru, bahwa pembelajaran kimia secara ampuh dapat dilakukan melalui metode Inquiry Based Learning (IBL) dengan 6 (enam) tahapan belajar ( Leraning Sequence) untuk melatih ketrampilan intelektual dan praktik sain peserta didik.

TeknologiPendidikan

1Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning

PEMBAHASAN

Data empirik hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi pembelajaran materi konfigurasi elektron dengan 6 tahapan belajar (Learning Sequence) telah mampu meningkatkan minat belajar dan hasil belajar peserta didik bila dibandingkan dengan metode yang lain yang dilakukan sebelumnya, yaitu memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan serta dapat menumbuhkembangkan pendidikan karakter dalam melatih ketrampilan intelektual dan praktik sains.

Dalam rangka menguatkan implementasi Kurikulum Nasional yang menekankan pada penggunaan pendekatan saintifik dan pembelajaran berbasis inkuiri untuk mata pelajaran IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi serta pengembangan keterampilan peserta didik dalam abad 21 yaitu berpikir kritis, kreativitas, berkomunikasi, dan berkolaborasi maka PPPPTK IPA tahun 2017 telah mengembangkan program peningkatan kompetensi bagi guru IPA dengan fokus pada pengembangan inovasi pembelajaran IPA berbasis inkuiri. Pembelajaran inkuiri yang dikembangkan merujuk pada referensi pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Dr. Carl Wenning dari IllInois State University, Amerika Serikat dengan karakteristik tahapan belajar (Learning Sequence) yang terdiri atas 6 level, yaitu 1) Discovery learning, 2)Interactive demonstrations, 3) Inquiry lessons, 4)Inquiry labs, 5) Real-world applications, dan 6) Hypothetical inquiry.

Materi Konfigurasi Elektron

Materi ajar kimia kelas X yang membutuhkan kemampuan siswa untuk berfikir abstrak antara lain struktur atom dan konfigurasi elektron. Implementas Inquiry Based Learning (IBL) mengacu pada unit pembelajaran konfigurasi elektron yang telah disusun tim P2KM berisi pedoman untuk guru dalam menyajikan pembelajaran topik Konfigurasi Elektron, model pembelajaran yang didesain berbasis inkuiri dengan enam level tahapan belajar. Materi ajar yang dibahas dalam unit pembelajaran ini meliputi konfigurasi elektron berdasarkan Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund baik untuk atom netral dan ion, atom dari unsur golongan utama maupun golongan transisi, penentuan letak unsur pada Tabel Periodik unsur berdasarkan konfigurasi elektron, dan sifat unsur berdasarkan konfigurasi elektronnya.

Hal yang sangat penting diperhatikan sebelum melaksanakan pembelajaran adalah mempelajari kembali lesson plan yang ada pada Unit untuk menjadi pedoman bagi guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri pada topik Konfigurasi elektron.

Learning Sequence

Deskripsi level inkuiri pelaksanaan pembelajaran materi konfigurasi elektron yang dilakukan untuk masing-masing tahapan pembelajaran (Leraning Sequence) adalah sebagai berikut.

1. Discovery Learning Siswa mempelajari Tabel Periodik Modern untuk memahami posisi suatu unsur

pada Tabel Periodik, Golongan unsur, periode nomor atom, konfigurasi elektron dan elektron valensi. Siswa menggunakan tabel periodik , google apps (Element Web), dan lembar kerja

2 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

2. Interactive Demonstration Siswa mengamati demonstrasi tentang keberadaan elektron pada saat bergerak

mengelilingi inti atom menggunakan video. Siswa mengajukan pertanyaan terkait elektron yang bergerak dalama atom misalnya. Pada level ini guru dapat menggali pengetahuan awal siswa

3. Inquiry Lesson Siswa mempelajari Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund

melalui pengamatan video, menganalisis data pendistribusian elektron pada kulit, sub kulit dan orbital dengan menggunakan lembar kerja dan diskusi

4. Inquiry Laboratory Siswa menggunakan pengetahuan tentang Prinsip Aufbau, Prinsip larangan Pauli

dan Aturan Hund untuk menuliskan konfigurasi elektron. Siswa menentukan elektron valensi unsur dari konfigurasi elektron. Siswa menghubungkan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel periodik melalui kegiatan praktik

5. Real-world applications Siswa mengidentifikasi karakeristik sifat logam melalui percobaan. Siswa

mengklasifikasi sifat magnetik logam-logam dalam kehidupan sehari-hari menjadi sifat paramagnetik dan diamagnetic melalui percobaan

6. Hypothetical Inquiry Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya, siswa

mendiskusikan beberapa fenomena pada konfigurasi elektron yang tidak sesuai dengan aturan atau prinsip contohnya konfigurasi elektron atom krom tidak mengikuti prinsip dan aturan distribusi elektron.

Untuk kelancaran dalam mengimplementasikan unit konfigurasi elektron maka perlu dikuasai konsep dan keterampilan prasyarat yang harus dimiliki guru dan siswa yaitu : 1) Prasyarat pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki guru adalah Perkembangan Model Atom, Tabel Periodik, (MA Modern-Bilangan Kuantum dan Bentuk Orbital dan Konfigurasi elektron berdasarkan Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund serta Keterampilan Proses Sains dan keterampilan penggunaan IT. 2) Prasyarat pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki siswa ketika guru menggunakan unit pembelajaran ini dalam pembelajaran adalah Perkembangan Model Atom, Tabel Periodik, Bilangan Kuantum dan Bentuk Orbital dan Prasyarat keterampilan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning)Deskripsi masing-masing tahapan pembelajaran berbasis inkuiri untuk topik

konfigurasi elektron adalah sebagai berikut :

1. Discovery learningKegiatan siswa adalah mempelajari Tabel Periodik Modern untuk memahami letak

suatu unsur pada Tabel Periodik, golongan unsur, periode, nomor atom, dan konfigurasi elektron menggunakan poster tabel periodik, google apps dan lembar kerja. Antusias siswa pada pembelajaran ini karena bisa memanfaatkan HP yang dimilikinya sebagai

3Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains Melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning

media belajar untuk memperoleh informasi pengetahuan. Agar kompetensi tercapai maka guru membimbing siswa dengan pertanyaan arahan yaitu bagaimana cara menentukan nomor atom, elektron valensi, letak unsur (golongan dan periode), konfigurasi elektron pada tabel periodik? Indikator Pencapaian Kompetensi pada level ini yaitu a) menentukan golongan dan periode unsur pada tabel periodik. b) mendeskripsikan hubungan antara jumlah atom dan jumlah elektron dalam Atom dengan mudah dapat dipahami siswa.

2. Interactive demonstrationsAgar tidak abstrak siswa

mengamati demonstrasi tentang keberadaan elektron pada saat bergerak mengelilingi inti atom menggunakan tayangan video How does electron move around nucleus. Siswa mengamati video bersama dengan teman di kelompoknya dan mengajukan pertanyaan terkait elektron yang bergerak dalam atom misalnya bagaimana susunan elektron dalam atom yang terdiri atas kulit-kulit elektron ? Pada level ini guru dapat menggali pengetahuan

awal siswa tentang keberadaan elektron. Siswa mengamati video gerakan elektron pada saat mengelilingi inti atom hydrogen dan mencatat hasil pengamatannya yaitu dimana dan bagimana elektron bergerak? Pengamatan video dilanjutkan untuk nomor atom yang lebih besar sehingga secara bertahap sehingga mudah memahami dan bisa memprediksi bahwa sub kulit atau tempat keberadaan elektron akan bertambah.

3. Inquiry lessonsSiswa mempelajari cara pengisian elektron berdasarkan Prinsip Aufbau, Prinsip

Larangan Pauli dan Aturan Hund melalui pengamatan tayangan video, menganalisis data contoh pengisian elektron pada kulit, sub kulit, dan orbital. Siswa mengamati gambar konfigurasi elektron Na dan K sebagai contoh, kemudian mencoba menggambarkan konfigurasi elektron untuk atom dengan jumlah elektron >20.

Siswa mengamati tayangan video yang lucu tentang analogi Prinsip Aufbau dalam pengisian elektron dan membuat kesimpulan. Siswa di dalam kelompok mempelajari prinsip Aufbau sesuai Lembar Kerja yakni dengan bantuan gambar atau model tingkat energi pada subkulit elektron dari 1 sampai 7 dan cara distribusi elektron pada subkulit. Siswa diberi latihan menuliskan konfigurasi elektron dengan menggunakan prinsip Aufbau.

Informasi tentang konsep bilangan kuantum dan dengan sedikit arahan guru siswa mendiskusikan dalam kelompok untuk mempelajari Prinsip larangan Pauli bahwa tidak ada dua elektron dalam atom yang memiliki empat bilangan kuantum yang sama. Siswa mendiskusikan dan menganalisis contoh pengisian elektron pada orbital berdasarkan aturan Hund dan menyimpulkan aturan Hund dan dengan mudah menuliskan konfigurasi elektron berbagai unsur.

5

unsur pada tabel periodik. b) mendeskripsikan hubungan antara jumlah atom dan

jumlah elektron dalam Atom dengan mudah dapat dipahami siswa.

2. Interactive demonstrations

Agar tidak abstrak siswa mengamati demonstrasi tentang keberadaan elektron

pada saat bergerak mengelilingi inti atom menggunakan tayangan video How does

electron move around nucleus. Siswa mengamati video bersama dengan teman di

kelompoknya dan mengajukan pertanyaan terkait elektron yang bergerak dalam

atom misalnya bagaimana susunan elektron dalam atom yang terdiri atas kulit-kulit

elektron ? Pada level ini guru dapat menggali pengetahuan awal siswa tentang

keberadaan elektron. Siswa mengamati video gerakan elektron pada saat

mengelilingi inti atom hydrogen dan mencatat hasil pengamatannya yaitu dimana

dan bagimana elektron bergerak? Pengamatan video dilanjutkan untuk nomor atom

yang lebih besar sehingga secara bertahap sehingga mudah memahami dan bisa

memprediksi bahwa sub kulit atau tempat keberadaan elektron akan bertambah.

3. Inquiry lessons

Siswa mempelajari cara pengisian elektron berdasarkan Prinsip Aufbau,

Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund melalui pengamatan tayangan video,

menganalisis data contoh pengisian elektron pada kulit, sub kulit, dan orbital. Siswa

mengamati gambar konfigurasi elektron Na dan K sebagai contoh, kemudian

mencoba menggambarkan konfigurasi elektron untuk atom dengan jumlah elektron

>20. Siswa mengamati tayangan video yang lucu tentang analogi Prinsip Aufbau

dalam pengisian elektron dan membuat kesimpulan. Siswa di dalam kelompok

4 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

4. Inquiry labsPada pembelajaran ini siswa

mempraktikan kembali penulisan konfigurasi elektron baik pada atom maupun ion sesuai Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli dan Aturan Hund, mendiskusikan penentuan elektron valensi suatu unsur berdasarkan konfigurasi elektronnya, dan mendiskusikan bagaimana hubungan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel periodik melalui kegiatan.

Lembar kegiatan bisa membantu siswa menemukan

bagaimana hubungan antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel periodik. Hubungan konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam Tabel Periodik dengan kegiatan membagikan kartu unsur kepada siswa dengan metode kartu berbeda untuk tiap kelompok. Pada proses ini terjadi diskusi kelompok untuk memecahkan masalah yaitu menuliskan konfigurasi elektron, menentukan elektron valensi dan menentukan hubungan letak unsur dalam tabel periodik dengan konfigurasi elektronnya. Konfigurasi elektron ion dan unsur transisi, bentuk orbital dan bentuk singkat dapat dilakukan sambil bermain dengan kartu unsur sehingga siswa akan termotivai dan antusias melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, siswa telah berproses mendeskripsikan hubungan antara konfigurasi elektron, elektron valensi dan letak unsur dalam tabel periodik.

5. Real-world applicationsPada kegiatan pembelajaran

ini siswa mengidentifikasi sifat magnetik unsur dan mengelompokkannya ke dalam paramagnetik dan diamagnetik melalui percobaan. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk merancang, melakukan, mengamati, dan mencacat data hasil percobaan sifat magnetic kemudian mengelompokkan, menganalisis konfigurasi elektron logam yang diamati kemudian menghubungkannya dengan sifat paramagnetic dan diamagnetic

unsur. Selanjutnya berdasar hubungan sifat magnetik unsur dengan konfigurasi elektron bisa memprediksi logam yang memiliki sifat magnetic unsur logam lain dengan menggunakan tabel periodik. Merangkum secara logis membenarkan sebuah kesimpulan berdasarkan bukti empiris

6

mempelajari prinsip Aufbau sesuai Lembar Kerja yakni dengan bantuan gambar

atau model tingkat energi pada subkulit elektron dari 1 sampai 7 dan cara distribusi

elektron pada subkulit. Siswa diberi latihan menuliskan konfigurasi elektron dengan

menggunakan prinsip Aufbau.

Informasi tentang konsep bilangan kuantum dan dengan sedikit arahan guru siswa

mendiskusikan dalam kelompok untuk mempelajari Prinsip larangan Pauli bahwa tidak

ada dua elektron dalam atom yang memiliki empat bilangan kuantum yang sama.

Siswa mendiskusikan dan menganalisis contoh pengisian elektron pada orbital

berdasarkan aturan Hund dan menyimpulkan aturan Hund dan dengan mudah

menuliskan konfigurasi elektron berbagai unsur.

4. Inquiry labs

Pada pembelajaran ini siswa mempraktikan kembali penulisan konfigurasi elektron

baik pada atom maupun ion sesuai Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli dan Aturan

Hund, mendiskusikan penentuan elektron valensi suatu unsur berdasarkan konfigurasi

elektronnya, dan mendiskusikan bagaimana hubungan konfigurasi elektron dengan

letak unsur dalam tabel periodik melalui kegiatan.

Lembar kegiatan bisa membantu siswa menemukan bagaimana hubungan

antara konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam tabel periodik. Hubungan

konfigurasi elektron dengan letak unsur dalam Tabel Periodik dengan kegiatan

membagikan kartu unsur kepada siswa dengan metode kartu berbeda untuk tiap

kelompok. Pada proses ini terjadi diskusi kelompok untuk memecahkan masalah

yaitu menuliskan konfigurasi elektron, menentukan elektron valensi dan

7

menentukan hubungan letak unsur dalam tabel periodik dengan konfigurasi

elektronnya. Konfigurasi elektron ion dan unsur transisi, bentuk orbital dan bentuk

singkat dapat dilakukan sambil bermain dengan kartu unsur sehingga siswa akan

termotivai dan antusias melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, siswa

telah berproses mendeskripsikan hubungan antara konfigurasi elektron, elektron

valensi dan letak unsur dalam tabel periodik.

5. Real-world applications

Pada kegiatan pembelajaran ini siswa mengidentifikasi sifat magnetik unsur

dan mengelompokkannya ke dalam paramagnetik dan diamagnetik melalui

percobaan. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk merancang, melakukan,

mengamati, dan mencacat data hasil percobaan sifat magnetic kemudian

mengelompokkan, menganalisis konfigurasi elektron logam yang diamati kemudian

menghubungkannya dengan sifat paramagnetic dan diamagnetic unsur.

Selanjutnya berdasar hubungan sifat magnetik unsur dengan konfigurasi elektron

bisa memprediksi logam yang memiliki sifat magnetic unsur logam lain dengan

menggunakan tabel periodik. Merangkum secara logis membenarkan sebuah

kesimpulan berdasarkan bukti empiris

6. Hypothetical inquiry.

Pada kegiatan pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan dan

pengalaman sebelumnya yaitu penulisan konfigurasi elektron sesuai aturan untuk

mendiskusikan beberapa fenomena terkait atom dan konfigurasi elektron yang

tidak sesuai dengan aturan atau prinsip pengisian elektron. Guru menunjukkan

konfigurasi elektron unsur transisi periode ke-4 dalam sisitem orbital dan siswa

mengamati serta menemukan adanya penyimpangan pada unsur Cr dan Cu. Saya 5Melatih Ketrampilan Intelektual dan Praktik Sains

Melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning

6. Hypothetical inquiry.Pada kegiatan

pembelajaran ini siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yaitu penulisan konfigurasi elektron sesuai aturan untuk mendiskusikan beberapa fenomena terkait atom dan konfigurasi elektron yang tidak sesuai dengan aturan atau prinsip pengisian elektron. Guru menunjukkan konfigurasi elektron unsur transisi periode ke-4 dalam sisitem orbital dan siswa mengamati serta menemukan adanya penyimpangan pada

unsur Cr dan Cu. Saya meminta agar siswa secara kelompok mendiskusikan fenomena ini mengapa terjadi dan siswa dengan cekatan menjawab karena dengan konfigurasi itu atom dalam keadaan stabil. Siswa dibimbing untuk memprediksi dan menemukan unsur lain yang memiliki sifat seperti unsur Cr dan Cu kemudian mempresentasikan dalam diskusi kelas.

PENUTUP

Dari pembahasan implementasi Inquiry Based Learning (IBL) dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :1. Pembelajaran berbasis inkuiri dapat dilakukan melaui penerapan tahapan belajar

(Learning Sequence).2. Inquiry Based Learning (IBL) dapat meningkatkan ketrampilan intelektual dan

praktik sains peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil belajar dan membangun karakternya.

Kepada para guru IPA, kimia, fisika, dan biologi agar melakukan diskusi secara rutin di forum MGMP untuk mengevaluasi kualitas dan outcomes dari hasil pembelajarannya sehingga mutu pendidikan meningkat seperti yang diharapkan oleh Negara dan bangsa sesuai Undang-undang

* Guru Kimia SMA N 1 Yogyakarta

8

meminta agar siswa secara kelompok mendiskusikan fenomena ini mengapa

terjadi dan siswa dengan cekatan menjawab karena dengan konfigurasi itu atom

dalam keadaan stabil. Siswa dibimbing untuk memprediksi dan menemukan unsur

lain yang memiliki sifat seperti unsur Cr dan Cu kemudian mempresentasikan

dalam diskusi kelas.

PENUTUP

Dari pembahasan implementasi Inquiry Based Learning (IBL) dapat diperoleh

simpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran berbasis inkuiri dapat dilakukan melaui penerapan tahapan belajar

(Learning Sequence).

2. Inquiry Based Learning (IBL) dapat meningkatkan ketrampilan intelektual dan

praktik sains peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi hasil belajar dan

membangun karakternya.

Kepada para guru IPA, kimia, fisika, dan biologi agar melakukan diskusi secara

rutin di forum MGMP untuk mengevaluasi kualitas dan outcomes dari hasil

pembelajarannya sehingga mutu pendidikan meningkat seperti yang diharapkan oleh

Negara dan bangsa sesuai Undang-undang

* Guru Kimia SMA N 1 Yogyakarta

6 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Pembelajaran Berbasis PramukaOleh: Ifut Riati*)

PENDAHULUAN

Dalam sebuah proses pendidikan, pembelajaran merupakan inti kegiatan. Tidak mengherankan jika banyak orang yang menaruh harapan adanya pembelajaran yang memberdayakan siswa dan berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Wacana tersebut muncul ketika kita melihat praksis pendidikan kita yang berjalan selama ini jauh dari memberdayakan

siswa, atau malah justru memperdayakan siswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya guru kita yang masih setia dengan metode ceramah sebagai andalannya. Padahal dalam metode ceramah, jelas gurulah yang paling banyak mendominasi sebagai aktor pembelajaran di kelas. Disisi lain siswa harus duduk manis, diam, tangan di atas meja, mata melihat guru, dan mendengarkan penjelasan sang guru yang ada di depan kelas. Memang kita tahu, tidak selamanya metode ceramah itu mempunyai persepsi yang kurang baik. Kita tidak bisa lepas begitu saja, apalagi menghilangkannya sama sekali tidak. Namun yang perlu kita lakukan saat ini adalah meminimalkan penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran kita sehari-hari. Hal ini bertujuan memberi kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk menjadi bintang dikelasnya sendiri.

Berkaitan dengan permasalahan di atas sekarang ini dalam kurikulum 2013 pembelajaran sudah mulai memperdayakan siswa. Pembelajaran yang memberdayakan siswa sudah mulai dikembangkan di dunia pendidikan kita. Dalam pembelajaran pengetahuan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran merupakan hasil bentukan siswa itu sendiri. Dengan cara ini siswa dapat menjalani proses mengontruksi pengetahuan, baik berupa konsep, ide maupun pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dengan demikian aktivitas siswalah yang menjadi vokus utama pembelajaran, sementara sang guru hanyalah sebagai fasilitator mediator saja. Namun untuk mewujudkan pembelajaran seperti di atas tidaklah semudah kita membalikkan telapak tangan, diperlukan pergeseran pembelajaran. Salah satu cara yang dapat menggeser pembelajaran itu adalah pembelajaran berbasis pramuka.

PendidikanKarakter

7Pembelajaran Berbasis Pramuka

Hari pramuka yang jatuh pada tanggal 14 Agustus yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bukan sekedar kegiatan rutinitas saja, namun untuk merefleksi diri sebagai upaya sadar dalam membina generasi muda bangsa sejak dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Gerakan pramuka yang memiliki massa dari berbagai tingkat dan satuan pendidikan nasional merupakan tantangan dari para pembina untuk memaksimalkan pembinaan generasi muda utamanya dalam menyampaikan pesan-pesan yang edukatif.

Permasalahan ini penting lantaran berbagai permasalahan anak-anak di sekolah dasar, sekarang ini sudah mengalami pergeseran nilai-nilai dan sikap hidup yang cukup drastis. Dulu keberadaan seorang anak sangat menjunjung nilai-nilai kepatuhan, kesopanan, kedisiplinan, menghormati orang tua maupun guru, anak-anak tertunduk malu bila melakukan kesalahan, anak akan menurut apa kata orang dan guru. Seiring dengan perkembangan zaman nilai-nilai itu sudah mulai pudar bergeser kearah yang negatif seperti perkelahian, kompas mengompas, sering tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan PR, membolos, yang kesemuanya itu mengarah ke kriminalitas. Apakah permasalahan ini bisa diatasi dengan gerakan pramuka? Kiranya peringatan hari pramuka yang ke 57 ini merupakan momentum yang tepat bagi para anggota pramuka untuk merefleksikan kembali menggodok generasi muda, menyiapkan tunas-tunas bangsa agar menjadi generasi emas penerus bangsa.

Kegiatan kepramukaan dapat dijadikan sebagai wahana pembinaan dan pengembangan yang digunakan untuk menyalurkan minat dan bakat siswa di bidang kepramukaan. Pendidikan karakter dalam kegiatan pramuka tercemin dalam janji dan ketentuan moral pramuka ( satya dan darma pramuka ) yang pada tingkatan siaga dikenal dengan nama dwisatya dan dwidarma sebagai berikut: (1) siaga itu menurut ayah bundanya; (2) siaga itu berani dan tidak putus asa, pada pramuka penggalang satya dan darma ini dikenal dengan tritsatya dan dasadarma yang meliputi janji pramuka ( TRI SATYA ) Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh: - Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negera Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila. - Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat. Menepati Dasa Darma. Dasa Darma meliputi : (1) takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, (3) patriot yang sopan dan ksatria, (4) patuh dan suka bermusyawarah, (5) rela menolong dan tabah, (6) rajin, terampil, dan gembira, (7) hemat, cermat, dan bersahaja, (8) disiplin, berani, dan setia, (9) bertanggung jawab dan dapat dipercaya, (10) suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Kegiatan kepramukaan diharapkan dapat membentuk karakter manusia yang berkepribadian sesuai dengan janji dan ketentuan moral pramuka ( satya dan darma pramuka ) sehingga nilai-nilai bangsa dapat diterapkan dalam kegiatan kepramukaan.

TRISATYA DAN DASADARMA

Masa remaja memang masa yang paling unik karena merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa. Usia remaja dimulai dengan masa pubertas. Meskipun diakui bahwa anak remaja masih belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya, tetapi ia butuh akan pengakuan dan penghargaan. Remaja membutuhkan penghargaan bahwa ia telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Oleh karenanya kepercayaan atas diri anak remaja diperlukan agar mereka merasa dihargai.

Mengingat masa remaja masa yang penuh tantangan yang banyak bercorak

8 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

negatif, maka banyak remaja yang kemudian tergelincir pada pergaulan yang tidak benar. Pramuka sebagai wadah kegiatan para generasi muda hendaknya mampu menampung para remaja dengan segala permasalahannya. Dengan demikian pergaulan-pergaulan bebas dikalangan remaja yang disebabkan arus globalisasi yang dahsyat dapat dikendalikan dengan pendidikan yang edukatif.

Gerakan pramuka merupakan wadah yang tepat untuk para generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman. Satya dan darma pramuka merupakan filter yang ampuh membentuk nilai-nilai dan sikap bagi anggota gerakan pramuka. Dua alat tersebut dapat dijadikan senjata bagi anggota pramuka dalam menghadapi tantangan hidup khususnya menghadapi zaman saat ini.

Nilai-nilai yang ada dalam satya dan darma pramuka sebagai janji pramuka selalu relefan dengan perkembangan zaman. Isi satya dan darma pramuka telah mengatur sikap dan perilaku anggota gerakan pramuka secara vertikal ( hubungannya dengan Tuhan ) harizontal ( hubungan dengan sesama ) dan dengan alam semesta. Harapannya akan ada keselarasan kehidupan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.

MUATAN EDUKATIF PENDIDIKAN

Artinya nilai-nilai yang ada pada satya dan darma pramuka bisa untuk mengembangkan potensi diri pada peserta didik dan mewujudkan proses pembelajaran yang lebih baik. Edukatif ini bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, kecerdasan dan mendidik peserta untuk memiliki akhlak mulia, mampu mengendalikan diri dan memiliki ketrampilan. Pada peringatan hari pramuka ini mulai saat yang tepat para pembina pramuka di sekolah mulai berpikir sungguh-sungguh kearah pembinaan kualitas para anggotanya. Artinya para pembina pramuka melalui berbagai aktifitasnya menunjang keberhasilan belajar siswa di sekolah. Permasalahan ini bisa terealisasi jika pramuka dapat mengajak para anggotanya menjadi insan yang mandiri. Sifat yang mandiri pada gilirannya akan berpengaruh positif pada proses belajar para anggota

9Pembelajaran Berbasis Pramuka

pramuka secara akademik. Keberhasilan sifat menanamkan mandiri pada siswa tentu akan memiliki dampak positif bagi siswa yang menjadi anggota gerakan pramuka untuk meraih prestasi belajar yang maksimal.

MENYIAPKAN GENERASI EMAS

Setiap anak memiliki kemampuan bakat yang berbeda, yang mungkin tidak dimiliki oleh anak yang lain, bakat ini akan menjadi baik dan terwujud kalau disentuh dengan pikiran dan tindakan yang baik pula, salah satu sentuhan emas adalah meningkatkan percaya diri anak bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mempelajari dan mendalami muatan pelajaran pada kegiatan pramuka. Beragam jenis permainan yang ngetren menjadi idola anak-anak untuk membangkitkan jiwa pandu anak untuk melakukan tugas lebih baik. Kurikulum 2013 sudah memberikan pembelajaran berbasis pramuka yang dalam pelaksanaannya pengetahuan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran merupakan hasil bentukan siswa itu sendiri, siswa dapat menjalani proses mengontruksi pengetahuan, baik berupa konsep, ide maupun pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya, guru di kelas sebagai komunikator, fasilitator dan konselor. Dalam hal ini sudah waktunya guru bisa mendesain proses pembelajaran berbasis pramuka, pembelajaran berbasis pramuka menjadi bermakna jika guru mampu mengkaitkannya dengan muatan pelajaran.

PENUTUP

Agar kegiatan pramuka benar-benar dipercaya untuk membentuk watak generasi muda maka perlu adanya pendidikan berbasis pramuka. Pendidkan ini mungkin tidak jauh berbeda dengan model pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif, efektif dan Menyenangkan ). Siswa belajar dengan suasana gembira, senang, tidak tertekan dan bermakna. Namun yang menjadi ciri utama pembelajaran berbasis pramuka adalah pesan moral yang disampaikan diakhir pembelajaran dikaitkan dengan nilai-nilai satya dan darma pramuka. Pembelajaran dapat diramu dengan berbagai kegiatan yang bervariasi. Gerakan pramuka memang memiliki banyak kegiatan di luar kelas atau sekolah. Aktivitas ini perlu diberi muatan edukatif yang jelas dan dipersiapkan secara sistimatis agar ada keseimbangan dengan muatan pelajaran yang lain di sekolah. Ini dimaksudkan agar terjadi keakraban antara pembina guru dan anggota pramuka sehingga antara pembina guru dan anak didik terjadi interaksi yang terbuka dan jujur. Dalam kondisi seperti ini muatan edukasi dapat disampaikan kepada anak didik. Dirgahayu pramuka Indonesia semoga tetap Jaya.

*) Kepala Sekolah SD Negeri Pete Seyegan

Kegiatan pramuka wadah remaja mengajarkan nilai sikap yang berkwalitas

10 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah

Oleh: Jumadi, S.Pd*

PENDAHULUAN

Peradaban sebuah bangsa akan mengalami kemunduran apabila terjadi demoralisasi di tengah kehidupan masyarakatnya. Banyak orang bijak mengatakan bahwa moral (akhlak) adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang maju, beradab dan sejahtera.

Dalam hal ini Rees-Mog mengatakan bahwa sebuah masyarakat yang kokoh mempunyai pondasi moral yang kokoh pula. Semua studi tentang sejarah pembangunan ekonomi menunjukkan adanya hubungan yang erat antara faktor moral dan faktor ekonomi. Negara-negara dan kelompok-kelompok yang sukses meraih pembangunan ekonomi bisa menjadi demikian disebabkan karena mereka mempunyai etika yang mendorong timbulnya semangat kemandirian, kerja keras, tanggungjawab, perilaku hemat dan kejujuran (Megawangi, 2004:7).

Pondasi moral yang kuat salah satunya dibangun melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.

Lebih jauh, penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016.

Hal tersebut juga sejalan dengan semangat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sayangnya, implementasi pendidikan di tingkat sekolah masih mengalami banyak kendala. Banyak kalangan pendidik masih kebingungan terkait bagaimana strategi penerapan pendidikan karakter yang tepat dalam kehidupan sekolah. Menjawab permasalahan tersebut, penulis dalam makalah ini akan mengemukakan bagaimana strategi pendidikan karakter di sekolah yang efektif.

Opini

11Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah

STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER Keberhasilan pendidikan karakter tidak terlepas dari bagaimana pihak sekolah

menerapkan strategi yang tepat untuk mengimplementasikannya. Kesalahan dalam memilih strategi dapat menyebabkan pendidikan karakter kurang berhasil atau justru malah gagal sama sekali. Oleh sebab itu, sebelum menerapkan pendidikan karakter, pihak sekolah semestinya memilih dan menyusun strategi yang tepat.

Adapun, untuk mengimplementasikan pendidikan karakter agar tercapai tujuan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat, mengutip pendapat Ratna Megawangi (2004:108-147) setidaknya ada tujuh hal yang dapat diterapkan sebagai strategi dalam menerapkan pendidikan karakter, yaitu:

1. Mengacu pada nilai-nilai moralDalam menjalankan pendidikan karakter, sekolah tidak boleh menggunakan

metode moral dilemma. Sebab, metode ini tidak memiliki standar moral absolut, dimana nilai-nilai yang ada bersifat relatif. Metode moral dilemma tidak memberikan nilai benar atau salah, sejauh ada alasan logis yang mendasari argumentasinya. Kriteria satu-satunya yang dianggap benar menurut moral dilemmaadalah sejauh apa yang saya anggap benar (what feels right to me).

Sebaliknya, pendidikan karakter harus berangkat dari kepercayaan pada adanya nilai-nilai universal (golden rules). Dengan demikian, pendidikan karakter adalah metode pendidikan moral yang secara eksplisit memakai standar baik dan buruk yang sifatnya universal.

2. Melibatkan moral knowing, moral feeling dan moral actionSeperti telah dijelaskan pada uraian di atas, pendidikan karaktermenekankan

pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebajikan.

3. Menerapkan kurikulum pendidikan secara eksplisitPendidikan karakter di sekolah yang paling efektif adalah dengan

menggunakan kurikulum pendidikan karakter formal, atau kurikulum yang secara eksplisit mempunyai tujuan pembentukan karakter peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang diajarkan melalui suasana lingkungan sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai moral, yang diistilahkan dengan bentuk hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) dianggap belum cukup efektif.

4. Memperlakukan peserta didik sebagi individu yang utuhPendidikan karakter yang efektif dapat dimuali dengan cara memperlakukan

anak sebagai individu yang utuh (the whole child) yang melibatkan empat komponen, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan (feelings). Karena pikiran, emosi, imajinasi, dan sifat alamiah anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial, dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan.

5. Menerapkan model pembelajaran yang menyenangkanKegiatan inti (core business) sekolah adalah menyelenggarakan kegiatan

belajar dan mengajar. Seiring dengan pengembangan filsafat konstruktivisme, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran menuju yang berkualitas,

12 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

humanis, organis, dinamis dan konstruktif. Sehingga, salah satu tugas utama sekolah adalah menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan yang memungkinkan bagi tumbuhkembangnya potensi dan bakat peserta didik secara optimal.

Model pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukanlah sebuah derita yang menderanya, melainkan berkah yang harus disyukurinya. Model pembelajaran yang menyenangkan akan dapat menumbuhkan motivasi belajar, sikap kreatif, rasa ingin tahu, disiplin dan sikap pantang menyerah. Salah satu ciri utama model pembelajaran yang menyenangkan adalah melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan belajar. Dengan aktif melibatkan peserta didik dan mencelupkan mereka dalam pengalaman belajar yang bermakna, materi pembelajaran yang diajarkan dapat dimengerti oleh peserta didik.

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan selain dapat meningkatkan daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran juga dapat menumbuhkan sikap-sikap positif peserta didik sejalan dengan tujuan pendidikan karakter.

6. Menyesuaikan dengan tahapan perkembangan moral peserta didikSeperti halnya aspek kognitif, afektif dan motorik yang mengalami

perkembangan secara bertahap sesuai dengan perkembangan usia anak, pendidikan karakter juga harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan moral anak. Misalnya, anak usia prasekolah tidak dapat diajarkan sistem sosial dengan cara abstrak. Proses pengajaran sistem sosial pada tahap ini paling tepat dilakukan dengan contoh-contoh pengalaman yang konkrit.

7. Bekerjasama dengan orang tua peserta didik (co-parenting)Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, mengenalkan konsep tri

pusat pendidikan. Konsep ini menekankan bahwa pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pihak keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari konsep tersebut peran keluarga, dalam hal ini orang tua, dalam pendidikan karakter tidak bisa diabaikan. Sekolah yang menjalankan pendidikan karakter harus mempunyai rencana yang jelas tentang kegiatan yang dapat dlakukan bersama orang tua agar pembentukan karakter anak dapat terwujud.

Dengan menerapakan tujuh strategi pendidikan karakter tersebut, di harapkan sekolah dapat mengimplementasikan pendidikan karakter secara efektif. Strategi yang tepat dan penerapan pendidikan karakter yang berjalan efektif memberikan peluang yang besar untuk tercapainya tujuan pendidikan karakter

KESIMPULANTerjadinya demoralisasi di tengah kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara merupakan tantangan dunia pendidikan dewasa ini. Dalam hal ini, pendidikan digadang-gadang dapat memberikan jalan keluar atas penurunan kualitas moral tersebut. Salah satu solusi yang dapat diambil untuk menanggulangi demoraisasi tersebut adalah dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan sarana untk mewujudkan masyarakat yang bermoral, dan berakhlak mulia. Nilai-nilai moral dan akhlak mulia, menurut para ahli, merupakan pondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan bermartabat serta modal penting mencapai kemajuan bangsa.*) Guru SMK Negeri 1 Dlingo Bantul

13Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah

Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi PPDB

Untuk Menyongsong SNMPTNOleh : Drs.Timbul Mulyono, M.Pd. *)

Para Penyelenggara dan Pengelola pendidikan menengah seharusnya tertantang dan termotivasi dengan kolom opini di harian Kedaulatan Rakyat Rabu 23 Mei 2018 yang bejudul ZONASI PPDB KONTRA SNMPTN Walaupun masih dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun ajaran atau lima semester atau tepatnya tahun ajaran 2020/2021 bagi peserta didik yang masuk sebagai hasil zonasi PPDB .Maka kita mengharapkan sejak dini disiapkan agar sekolah yang sudah maju dapat mempertahankan dan sekolah yang berkembang dapat mengelola lebih baik dan maju sehingga mendukung program zonasi PPDB dan SNMPTN sebagai program nasional dalam bidang pendidikan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kontra dapat berarti keadaan tidak setuju atau keadaan menentang atau keadaan berlawanan ,bertentangan, berkebalikan . Yang pokok atau penting kita tetap melaksanakan kegiatan tersebut dengan berdasarkan landasan hukum yang telah disusun oleh pemerintah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DENGAN SISTEM ZONASI.

Tujuan PPDB seperti yang tertera dalam Permendikbud Republik Indonesia Nomor ; 14 tahun 2018 ;1. PPDB bertujuan untuk menjamin penerimaan peserta didik baru berjalan secara

objektif, transparan, akuntabel , nondiskriminatif dan berkeadilan dalam rangka mendorong peningkatan akses layanan pendidikan .

2. Nondiskriminatif artinya dikecualikan bagi sekolah yang secara khusus melayani peserta didik dari kelompok gender atau agama tertentu.

Jadi semua calon peserta didik mempunyai kesempatan dan peluang mengikuti pendidikan pada sekolah yang sesuai dengan pilihannya.

Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik baru yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit 90 % ( sembilan puluh persen ) dari total jumlah keseluruhan peserta yang diterima. Radius zona terdekat ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di daerah tersebut berdasarkan jumlah ketersediaan daya tampung berdasarkan ketentuan rombongan belajar masing masing sekolah dengan ketersediaan anak usia sekolah didaerah tersebut.

BeritaUtama

14 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Pengaturan PPDB bertujuan untuk;1. Memberikan pedoman bagi sekolah dalam melakukan penerimaan peserta didik

baru ,2. Memberi kesempatan bagi warga negara usia sekolah agar memperoleh layanan

pendidikan yang objektif, akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi.( Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor; 7 tahun 2018 ).Khusus pendidikan menengah di DIY tujuan dan ,penerimaan peserta didik baru

di sekolah jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus bertujuan memberi kesempatan yang seluas luasnya bagi bagi warga Negara Indonesia usia sekolah agar memperoleh layanan pendidikan menengah atau pendidikan khusussehingga dapat meningkatkan akses pendidikan.

Penerimaan Peserta Didik Baru di sekolah pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan khusus berazaskan;1. Obyektifitas artinya bahwa penerimaan peserta didik , baik peserta didik baru maupun

pindahan harus memenuhi ketentuan umum yang diatur dalam peraturan ini.2. Transparasi artinya pelaksanaan penerimaan peserta didik baru bersifat terbuka

dan dapat diketahui oleh masyarakat termasuk orang tua peserta didik , untuk menghindarkan penyimpangan .

3. Akuntabilitas artinya penerimaan peserta didik baru dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, baik prosedur maupun hasilnya .

4. Tidak diskriminatif artinya setiap warga negara yang berusia sekolah yang memenuhi syarat dapat mengikuti pendidikan tanpa membedakan suku, daerah asal, agama ,golongandan status sosial.

Jalur penerimaan peserta didik baru pendidikan menengah ( SMAN dan SMKN ) yang menggunakan online dikelompokkan dalam 3 ( tiga ) jalur;a. Jalur zonasi, dengan kuota 90 % dari total jumlah peserta didik yang diterima,b. Jalur prestasi, dengan kuota 5 % dari total jumlah peserta didik yang diterima,c. Jalur alasan khusus dengan kuota 5% dari total jumlah peserta didik yang diterima.

Lebih terperinci lagi jalur zonasi untuk SMAN diatur berdasarkan zonasi yang terbagi dalam zona 1,zona 2 dan zona 3 berdasarkan pemetaan dengan mempertimbangkan jarak, sedangkan untuk SMKN diatur berdasarkan zonasi yang terbagi dalam zona 1 ( DIY ) dan zona 2 luar (DIY), penetapan calon peserta didik dalam zona berdasarkan domisili orang tua dibuktikan dengan Nomor Induk Kependudukan ( NIK ) /KTP orang tua .

Urutan calon peserta didik dalam jalur zonasi sebagai berikut ;1. Siswa pemegang Surat Keterangan Tidak Mampu ( SKTM ) dari zona 1 ( satu )

diurutkan dari Nilai Akhir tertinggi sesuai dengan kuota ,2. Calon peserta didik dari zona 1 ( satu ) diurutkan Nilai Akhir tertinggi .

Setelah tahap-tahap dalam PPDB dan tahap terakhir adalah daftar ulang bagi calon peserta didik yang dinyatakan lolos seleksi maka sudah terdaftar sebagai peserta baru didik di sekolah pilihannya.

SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI ( SNMPTN )

Menjadi cita- cita bagi peserta didik untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi tanpa tes tetapi dapat berhasil berdasar prestasi sejak awal masuk pada sekolah pendidikan menengah maka peran orangtua juga sejak awal harus dapat mendampingi anaknya agar dapat menggapai yang dicita-citakan puteri puterinya.

15Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi PPDB Untuk Menyongsong SNMPTN

Tujuan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri adalah ;1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik Sekolah Menengah Atas ( SMA ),

Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) , Madrasah Aliyah ( MA ) atau yang sederajat di dalam dan luar negeri ( Sekolah Republik Indonesia /S R I ) yang memiliki prestasi unggul untuk menempuh pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Negeri ( PTN ) ;

2. Memberikan peluang kepada Perguruan Tinggi Negeri untuk mendapatkan calon mahasiswa baru yang mempunyai prestasi tinggi .

Bagi pendidikan menengah diberikan kesempatan atau peluang untuk peserta didik berlomba mencapainya dan bagi perguruan tinggi yang mendapat masukan calon mahasiswa yang diharapkan dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu dan menjadi alumnus yang unggul juga.

Ketentuan umum dan persyaratan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Ketentuan Umum ;1. SNMPTN dilakukan berdasarkan hasil penelusuran prestasi akademik dengan

menggunakan rapor semester 1 ( satu ) sampai dengan semester 5 ( lima ) bagi SMA/SMK/MA atau sederajat dengan masa belajar 3 ( tiga ) tahun atau semester 1 ( satu ) sampai semester 7 ( tujuh ) bagi SMK dengan masa belajar 4 ( empat ) tahun, serta portofolio,

2. Sekolah yang siswanya mengikuti SNMPTN harus memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional ( NPSN ) dan mengisikan data prestasi di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa ( PDSS ) .

3. Siswa yang berhak mengikuti seleksi adalah siswa yang memiliki Nomor Induk Siswa Nasional ( NISN ) ,memiliki prestasi unggul , dan rekam jejak prestasi akadmik di PDSS.

4. Siswa yang akan mendaftar SNMPTN wajib membaca informasi pada laman PTN yang dipilih tentang ketentuan yang terkait dengan penerimaan mahasiswa baru di PTN tersebut.

Ketentuan khusus ;1. Sekolah yang siswanya berhak mengikuti SNMPTN adalah SMA/SMK/MA atau

sederajat termasuk SRI yang mempunyai NPSN dan telah mengisi PDSS dengan lengkap dan benar,

2. Siswa pendaftar memenuhi persyaratan;a. Terdaftar pada kelas terakhir pada tahun ajaran yang berjalan ,b. Memiliki prestasi unggul yaitu calon peserta masuk peringkat terbaik di sekolah

dengan ketentuan ( akreditasi A ,50 % terbaik di sekolahnya,akreditasi B, 30 % terbaik di sekolahnya, akreditasi C, 10 % terbaik di sekolahnya dan belum terakreditasi , 5% terbaik disekolahnya )

c. Memiliki NISN dan terdaftar pada PDSS, ,d. Memilki nilai rapor semester 1 sampai dengan semester 5 bagi siswa SMA/

SMK/MA yang masa belajarnya 3 tahun dan semester 1 sampai semester 7 bagi SMK yang masa belajarnya 4 tahun, telah diisikan pada PDSS.

e. Memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh masig-masing PTN yang bersangkutan

16 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

3. Peserta yang diterima di PTN jika ;a. Lulus dari pendidikan SMA/SMK/MA atau sederajat,b. Lulun SNMPTN tahun yang bersangkutan,c. Lolos verifikasi dan dan memenuhi persyaratan lain yang ditentukan oleh masing-

masing PTN penerima.

KESIMPULAN,

Satuan Pendidikan Menengah yang telah melaksanakan zonasi dalam penerimaan peserta didik baru maka tantangan yang segera dihadapi adalah membenahi proses pengelolaannya1. Program Seleksi Nasional Masuk Pertguruan Tinggi Negeri ( SNMPTN ) merupakan

salah satu usaha menciptakan kerangka integrasi antara pendidikan tinggi dan pendidikan menengah , satuan pendidikan menengah diberi peran dalam proses SNMPTN dengan asumsi satuan pendidikan menengah dan pendidik ,tenaga kependidikannya selalu menjunjung tinggi kehormatan dan kejujuran sebagai bagian dari prinsip pendidikan karakter dalam bidang pendidikan.

2. Satuan pendidikan menengah diharuskan mempunyai Pangkalan Data Sekolah dan Siswa yang lengkap misalnya;a. Nomor Pokok Sekolah Nasional ( NPSN ) sehingga hasil akreditasi sekolah

sangat mendukung dalam pengisian PDSS,b. Nomor Induk Siswa Nasional ( NISN ) yang sudah dimiliki oleh setiap peserta

didik juga sangat diperlukan dalam PDSS,c. Pelaksanaan dan hasil akreditasi sekolah memberi kesempatan pada peserta

didik dimana semakin tinggi hasil akreditasi sekolah semakin tinggi kesempatan untuk mengikuti SNMPTN,

d. Warga sekolah Kepala Sekolah, pendidik ,tenaga kependidikan, orang tua peserta didik serta peserta didik sendiri sejak awal harus termotovasi dan tertantang untuk dapat mengikuti SNMPTN ,

e. Jangka waktu 3 ( tiga ) tahun atau 4 ( empat ) tahun lebih khusus 5 ( lima ) atau 7 ( tujuh ) semester adalah waktu yang tidak lama dalam proses menuju sukses mengikuti SNMPTN .

*) Anggota Dewan Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta

17Tantangan Bagi Pendidikan Menengah Dalam Melaksanakan Zonasi PPDB Untuk Menyongsong SNMPTN

Urgensi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penguatan Karakter Siswa Dalam Perspektif

Agama Islam Oleh: Dra. Wakingah, M.S.I. *)

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Dari pengertian tersebut dapat kita tangkap bahwa guru sebagai seorang pendidik tidak hanya bertugas mengajar dan menilai siswa semata, namun lebih dari itu tugas sebenar-benarnya seorang guru adalah bagaimana ia bisa mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa tersebut sehingga ia mampu menjadikan siswanya berkarakter dan berkepribadian unggul. Hal tersebut tidak bisa lepas dari adanya peran seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam sebuah lembaga pendidikan. Meskipun tanggungjawab untuk membentuk karakter tidak secara khusus hanya dibebankan kepada guru PAI, namun disini peran guru PAI harus satu langkah lebih maju dibandingkan guru-guru mata pelajaran lain dalam mengontrol karakter siswa. Sebagaimana diketahui bahwa PAI hadir untuk membekali siswa ilmu agama yang nantinya akan menjadi pengontrolsikap dan perilaku anak-anak.

Wacana tentang pendidikan karakter dalam dunia pendidikan sudah cukup lama merebak sejak tahun 2011. Namun waktu itu kebijakan pendidikan karakter masih bersifat tersirat belum diperjelas dengan peraturan dan kebijakan kurikulum yang memadai. Penginternalisasian pendidikan karakter terlihat nyata di Kurikulum 2013 karena di dalamnya, baik tujuan, langkah,serta aktivitas pembelajarannya tertuju kepada penanaman nilai-nilai karakter dalam diri anak. Kebijakan pendidikan karakter semakin hari semakin menjadi manakala terjadi revitalisasi kebijakan pendidikan karakter di sekolah. Wujud revitalisasi tersebut dapat dilihat dari kebijakan pemerintahan yang baru-baru ini Presiden Jokowi mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Kebijakan tersebut dilakukan guna melakukan pembenahan terhadap pendidikan nasional kita.

Berdasarkan isu dan kebijakan yang mewarnai pendidikan karakter tersebut, kita bisa melihat bahwa kasus atau isu karakter begitu sangat luar biasanya di Indonesia. Bertahun-tahun kebijakan pendidikan karakter berjalan namun belum juga bisa diinternalisasikan secara efektif dan efisien. Kebijakan pemerintah sudah nyata bergulir dan diinternalisasikan dalam kurikulum akan tetapi realita di lapangan menunjukkan kenyataan lain. Jika kurikulum saja sudah berbicara banyak tentang penginternalisasian

PsikologiPendidikan

18 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

karakter di sekolah namun mengapa output yang dihasilkan justru semakin parah. Kenakalan remaja usia sekolah semakin hari semakin menjadi-jadi. Data dan fakta yang ada sudah bisa menggabarkan seperti apa kualitas pendidikan kita. Terjadinya tawuran antar pelajar, tindakan kekerasan peserta didik senior terhadap junior, narkoba, pergaulan bebas, dsb. Bahkan baru-baru ini merebak isu adanya klitih yang tampil dengan identitas geng sekolahan yang melakukan tindak kejahatan dan kriminal di jalan pada dini hari. Sangat ironis, lembaga pendidikan ternyata bukan menghasilkan anak yang terdidik tapi anak yang glidhik yang bersikap seperti manusia tidak berpendidikan.

Semua kasus tersebut telah mengindikasikan tergusurnya nilai-nilai luhur keagamaan dari bangsa ini, dan jika dibiarkan hal ini akan mengantarkan bangsa ini menuju kehancuran. Itulah yang menjadikan agama di Indoneisa kini telah kehilangan etikanya dan dalam konteks pendidikan, pendidikan telah kehilangan karakternya. Tentu realita tersebut keluar dari makna pendidikan yang sebenarnya. Pendidikan yang seharusnya mampu menuntun anak didik menjadi anak yang berkarakter namun output yang ada justru menunjukkan realita bahwa manusia-manusianya tak berkarakter. Oleh karena itulah kehadiran guru PAI disini sangat dibutuhkan sebagai motor penggerak spiritualitas anak didik agar menjadi manusia-manusia yang berkarakter.

Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak Islam adalah kepribadian. Kepribadian itu komponennya ada tiga yaitu tahu (pengetahuan), sikap, dan perilaku. Di dalam Islam terdapat istilah kepribadian utuh dan kepribadian pecah. Kepribadian utuh ialah bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama dengan perilaku. Sedangkan kepribadian pecah ialah bila pengetahuan sama dengan sikap, tidak sama dengan perilaku. Dia jujur itu baik, dia siap menjadi orang jujur tetapi perilakunya sering tidak jujur, ini contoh kepribadian pecah (split personality). Dalam Islam akhlak menempati kedudukan penting dan dianggap memiliki fungsi yang vital dalam eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya. Oleh karena itulah pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pendidikan karakter adalah lewat Pendidikan Agama Islam.

Pada dasarnya akhlak tidak dapat diajarkan secara kognitif namun ia lebih kepada afektif dan psikomotoriknya. Untuk membuat akhlak yang baik tidak cukup hanya dengan sebatas tahu ilmu/dasarnya saja tetapi juga harus ditujukkan dalam sikap dan dicerminkan dalam perbuatan. Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan Matematika, Biologi, dan sejenisnya yang berbau eksak. Disinilah kekeliruan pendidikan akhlak selama ini, pendidikan akhlak itu bukan ilmu, akhlak itu kepribadian. Sehingga terjadi ketidaktepatan dalam pola pendidikan yang ada lebih mengacu kepada kognitifnya saja. Maka, pendekatan yang dapat digunakan ialah lewat Pendidikan Agama Islam di sekolah karena di dalamnya dikemas materi yang tidak hanya menuntut siswa memahami teori semata namun justru lebih dituntut kepada pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika guru mengajarkan shalat, maka ia tidak sebatas hanya mengejarkan bacaan shalatnya saja namun secara otomatis juga memerlukan praktik secara langsung yang melibatkan ketiga aspek pembelajaran tersebut.

Dalam perspektif psikologis guru adalah role model yang perilakunya akan diimitasi oleh siswanya. Pada ranah yang lebih tinggi, anak-anak akan mengidentifikasikan diri dengan gurunya, menginternalisasikan sistem nilai, perilaku, dan pola kebiasaan sang guru. Dengan demikian sesungguhnya karakter anak didik akan sangat tergantung dari karakter pendidiknya. Pendidikan yang ditangani oleh guru yang berkarakter akan melahirkan generasi yang berkarakter, guru sebagai sentral pengamatan dan teladan bagi anak didiknya.

19Urgensi Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Penguatan Karakter Siswa Dalam Perspektif Agama Islam

Peran guru bukan sekedar mentransfer pelajaran kepada peserta didik, akan tetapi lebih dari itu guru bertanggungjawab membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi generasi yang cerdas, saleh dan terampil dalam menjalani kehidupannya. Peran guru Pendidikan Agama Islam terkait dengan penguatan karakter bisa dilihat dari beberapa aspek. Pertama, guru PAI sebagai informator yang senantiasa memberikan informasi serta pengetahuannya terkait dengan amalan-amalan yang diajarkan di dalam Agama Islam. Dengan demikian, maka anak didik akan mengetahui konsepnya terlebih dahulu. Kedua, peran guru PAI sebagai inspiratordimana guru bisa memberikan teladan yang baik bagi anak didik dan menjadi role model yang baik pula. Sehingga anak didik akan merasa terinspirasi dari keteladanan yang diberikan oleh sang guru hingga mereka bisa mengamalkan konsep-konsep yang telah guru ajarkan sebelumnya. Ketiga, peran guru PAI sebagai korektor, guru harus dapat menanamkan dalam diri siswa mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Guru harus senantiasa menegur jika siswa tersebut melakukan kesalahan lewat sistem reward and punishment. Keempat, guru PAI sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik, serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Kelima, guru PAI sebagai motivator, yang senantiasa mendorong anak didik agar bergairah dan bersemangat melaksanakan kewajiban serta menghindari segala larangan agama. Dari kelima peran tersebut kita dapat melihat betapa pentingnya kedudukan seorang guru Pendidikan Agama Islam dalam mengawal karakter anak didik kita.

Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa dikemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa dikemudian hari. Proses pembinaan dan pendidikan karakter harus menjadi usaha sadar dan terencana karena karakter tidak dapat dibentuk dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Pendekatan yang bisa digunakan adalah lewat pendekatan keagamaan internalisasi religiusitas anak didik yang harus dibangun karena lewat pendekatan itu karakter anak akan terbentuk. Sebagaimana diketahui bahwa Agama Islam mengajarkan keteladanan-keteladanan yang ada pada diri Rasulullah supaya umat Islam mempunyai petunjuk sehingga yang ada hanyalah manusia-manusia yang berakhlak. Tentu penguatan terhadap pendidikan karakter tersebut bukanlah hanya tugas seorang guru namun merupakan kewajiban kita bersama mulai dari taraf keluarga, sekolah serta masyarakat secara umum dalam mengawal kualitas pendidikan kita agar menghasilkan generasi-generasi yangberkarakter dan berakhlak mulia.

*) Pengawas PAI Kemeg kota Yogya

20 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Melompat Memperjelas Kelipatan

Oleh: Paimun*)

PENDAHULUAN

Ketuntasan mempelajari materi pelajaran kelipatan pada Matematika merupakan tujuan pembelajaran. Pembelajaran tuntas (mastery learning) merupakan pendekatan dalam sebuah pemelajaran dimana siswa harus menguasi secara tuntas standar kompetensi mata pelajaran tertentu (Abdul majid, 2013 :152).Indikatornya semua peserta didik mendapatkan nilai sama atau lebih dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Contohnya KKM yang ditetapkan 75 maka dinyatakan tuntas apabila nilai yang diperoleh 75 atau lebih. Bentuknya soal ujian pilihan ganda 40 nomor soal, minimal harus benar menjawab 30 soal.

Di kelas sebagian anak tingkat kecerdasannya rendah sehingga untuk memenuhi nilai KKM mengalamai kesulitan. Menurut Jenning dan Dunne (Fauzi, 2009 : 1) Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan real. Jawaban salah lebih dari 10. Meskipun telah dijelaskan berulang-ulang tetap saja hasilnya di bawah KKM. Disuruh bertanya memilih diam. Diberikan soal latihan, tidak dikerjakan. Guru harus ekstra sabar mendidik dan mengajar kelompok anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata.

Guru perlu menggunakan model. Menurut Joyce (Trianto, 2011:22), Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pelajaran dalam teritorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model yang dipilih melompat bersama. Melompat dilakukan oleh peserta didik. Contohnya mencari kelipatan 2. Dua anak melompat bersama, disusul oleh 2 anak lagi, dan seterusnya. Terus sampai menemukan 5 angka hasil kelipatan/ lompatan. Kemudian menghitung jumlah anak yang telah melompat. Ternyata, hasilnya 2, 4, 6, 8, 10, dan seterusnya. Angka 2, 4, 6, dan seterusnya adalah kelipatan 2.

Apabila anak tidak tuntas dan dibiarkan bakal mengalami kesulitan mengikuti materi berikutnya. Pada hal ketuntasan tidak berkaitan dengan bakat anak. Caroll (Oemar Hamalik, , 2009: 84) menyatakan bahwa sesungguhnya bakat merupakan ukuran mengenai waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas pada jenjang tertentu dalam kondisi pengajaran yang diharapkan. Misalnya kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan penerapan dalam kehidupan. Ketiganya merupakan pengembangan dari kelipatan. Oleh karena itu harus ditanamkan dengan kuat konsep tersebut. Tujuannya anak mudah mengikuti materi pelajaran berikutnya dengan kesulitan soal yang lebih tinggi dan beragam.

Kelipatan bilangan merupakan materi abstrak..Perlu menggunakan benda riil untuk memvisualisasikan. Benda itu anak-anak sendiri dengan melakukan lompatan. Tentu saja melompat dengan aturan yang ditentukan. Misalnya untuk menemukan kelipatan

TeknologiPendidikan

21Melompat Memperjelas Kelipatan

2. Jumlah anak yang melompat dua orang untuk sekali lompatan. Lompatan pertama sebagai kelipatan pertama. Lompatan kedua sebagai kelipatan kedua, dan seterusnya.

Sebelum kegiatan pembelajaran guru mengajak anak-anak di halaman. Kemudian membentuk barisan dan petugas, yakni pemimpin barisan, pasukan, penghitung, dan pencatat. Pemimpin barisan menyiapkan pasukan dan memberi aba. Pasukan adalah semua anak kelas 4A. Penghitung bertugas menghitung anak yang telah melompat. Pencatat tugasnya mencatat angka terakhir hasil hitungan setelah lompatan .

Setelah lompatan jumlah anak dihitung. Jumlah anak yang melompat merupakan hasil kelipatan bilangan. Contohnya untuk menemukan kelipatan bilangan 2. Setiap kali melompat 2 anak. Lompatan pertama jumlahnya ada 2 anak. Lompatan kedua ada 4 anak. Lompatan ketiga ada 6 anak, dan seterusnya. Jadi, kelipatan bilangan 2 adalah 2, 4, 6, 8, dan seterusnya. Jumlah anak yang melompat sesuai angka kelipatan yang dicari.

Pada kelipatan 4 maka setiap periode melompat bersama dilakukan oleh 4 anak. Pemberi aba memberikan perintah, 4 anak dari barisan paling kiri melompat, jalan. Begitu seterusnya sampai anak dalam barisan melompat sesuai perintah dan menemukan hasil kelipatan bilangan yang diinginkan. Kelipatan bilangan yang dicari 4 maka setiap lompatan dilakukan oleh 4 anak pula. Jika yang dicari kelipatan 5 maka setiap lompatan terdiri dari 5 orang, dan seterusnya.

KELIPATAN PERSEKUTUANSetelah peserta didik memahami materi kelipatan guru melanjutkan materi

pelajaran berikutnya, yakni kelipatan persekutuan. Anak dibagi dalam dua kelompok barisan. Pemimpin barisan ditambah satu orang sehingga terdapat 2 barisan dengan 2 pemimpin. Pemimpin barisan pertama untuk menemukan hasil dari kelipatan 2. Pemimpin barisan kedua bertugas menemukan hasil dari kelipatan 3.

Setelah barisan rapi pemimpin pertama memberikan aba-aba, Dua anak paling kiri, melompat satu kali, jalan, perintahnya. Dilanjutkan pemimpin pasukan memberi perintah, Tiga anak paling kiri, melompat satu kali, jalan, komando sang pemimpin. Demikian kedua pemimpin memberikan perintah secara konsisten dan bergantian. Jangan lupa penghitung dan penulis melaksanakan tugas untuk menghitung dan mencatat.

Hitungan dan catatan menemukan hasil kelipatan bilangan 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14. Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15. Semua peserta didik saat menemukan jumlah anak sama serentak diminta mengatakan, Sekutu. Kata sekutu diucapkan tepat pada angka 6 dan12. 6 dan 12 adalah kelipatan persekutuan dari 2 dan 3. Terlihat nyata dan dibuktikan dengan barisan sehingga mengurangi verbalisme.

Kelipatan bilangan lainnya mudah ditemukan sendiri oleh anak setelah konsep kelipatan dan kelipatan persekutuan tuntas dikuasai. Guru melanjutkan membuat soal 5 lebih dahulu. Setelah dengan lima soal anak tuntas dilanjutkan dengan 10 soal dan seterusnya. Pengamatan terus dilakukan supaya anak benar-benar memahami dan menguasai konsep dan pengembangan materi pelajaran dengan benar.

KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

Tuntas menguasai kelipatan dan kelipatan persekutuan dilanjutkan mencari dan menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK). Misalnya mencari KPK dari 3 dan 4. Dimulai dari mencari kelipatan 3, yakni 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, dan seterusnya. Selanjutnya mencari kelipatan 4, yaitu 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, dan seterusnya.

22 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Sampai dengan ditemukan bilangan tiga puluhan, yakni 30 dan 32 terdapat bilangan persekutuan yang sama, yaitu 12 dan 24.

Bilangan persekutuan 12 dan 24 nilainya lebih kecil 12 sehingga merupakan KPK dari 3 dan 4. Guna menjajagi kemampuan anak perlu dibuatkan 3 contoh. Setelah 3 contoh mampu dituntaskan diberikan soal untuk latihan sebanyak 5 soal. 5 soal terselesaikan dengan benar ditambah menjadi sepuluh, lima belas, dua puluh dan sebagainya. Guru sangat tahu kemampuan anak dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Apabila sebagian anak belum tuntas perlu dilakukan program bimbingan anak sebaya. Guru mengamati dan memantau supaya pelaksanaan berjalan lancar dan sukses. Jika ada ada pertanyaan dan tambahan penjelasan siap memberikan layanan. Demikian pula kalau ada anak yang kurang sabar mengelola bimbingan, seperti sudah dijelaskan tetapi peserta tetap belum jelas. Intervensi segera dilakukan oleh guru supaya kegiatan dan suasana kelas tetap kondusif untuk pembelajaran.

PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN

Ilmu itu nyata kebermanfaatannya jika mampu diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) sebagai konsep ilmu dapat diterapkan untuk menghitung dan memprediksi terjadinya kebersamaan. Misalnya bersama berenang, senam, kursus, lampu menyala, dan sebagainya. Contohnya Adi berenang setiap 4 hari sekali dan Budi setiap 5 hari sekali. Waktu berenang bersama bisa dihitung dan diprediksi menggunakan konsep KPK.

Untuk menemukan jawaban benar dari jadwal berenang Adi dan Budi dihitung menggunakan konsep KPK. Langkah pertama menemukan kelipatan jadwal berenang, yakni 4 dan 5. Kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, dan 44, dan seterusnya. Kelipatan 5, adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, dan seterusnya. Hasil kelipatan keduanya ditemukan kelipatan persekutuan, yaitu 20 dan 40. Jadi, Adi dan Budi berenang bersama pertama pada hari ke dua puluh. Bersama lagi pada hari ke empat puluh.

Demikian pula untuk mengembangkan materi soal dibuat untuk kegiatan faktual lain dan jadwal yang berbeda, misalnya senam. Cindra senam setiap 6 hari, Dinda setiap 5 hari. Kapan mereka berenang bersama yang ketiga kalinya? Jawabannya tetap mengacu pada konsep mencari kelipatan kedua bilangan, menemukan kelipatan persekutuan. Menemukan KPK, mengalikan KPK dengan 1, 2, dan 3. Jadi Cindra dan Dinda berenang bersama untuk yang ketiga pada hari ke-90. Diperoleh dari KPK 5 dan 6 adalah 30. 30 dikalikan 3 sama dengan 90.

Pengembangan dan variasi soal perlu dikembangkan oleh guru. Jika konsep keilmuannya sudah mantab guru lebih baik menyusun soal yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skills (HOTS). Menurut Newman dan Wehlage (Widodo, 2013:162) dengan high order thinking peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. Soal bukan sekedar mengingat konsep semata tetapi memerlukan tahapan-tahapan berpikir sampai menemukan jawaban. Guru dan Indonesia belum terbiasa menyusun soal HOT. Akhirnya anak juga belum mendapatkan soal tersebut untuk dikerjakan.

23Melompat Memperjelas Kelipatan

Dampak berikutnya peserta didik Indonesia prestasinya sangat rendah dalam (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi (Widana, 2016; 2). Oleh karena itu guru perlu mendapatkan Diklat penyusunan soal HOTS sejak dari jenjang SD sampai SLTA. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dan juga meningkatkan kemampuan bernalar anak sehingga meningkatkan mutu pendidikan. Masyarakat telah sadar mutu sehingga memilih sekolah juga yang bermutu. Sekolah kurang bermutu sepi peminat.

SIMPULAN DAN SARAN

Marilah kita sebagai guru dan pendidik melakukan inovasi pembelajaran. Tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar, khususnya tentang Kelipatan, kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan penerapannya dalan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan diberikan kesimpulan sebagai berikut:1. Pelajaran matematika, termasuk kelipatan merupakan kelipatan, kelipatan

persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk hal abstrak

2. Materi pelajaran abstrak menyulitkan peserta didik untuk segera menuntaskan pelajaran yang dilakukan.

3. Guru perlu menjembatani materi pelajaran abstrak yang dajarkan menjadi riil (nyata) menggunakan model, yakni melompat bersama

4. Konsep yang telah dikuasai dengan baik dilanjutkan memberikan soal yang tingkat kesulitannya menuntut berpikir tingkat tinggi (HOTS)

Berkaitan dengan pembelajaran menggunakan model melompat diberikan beberpa saran sebagai berikut:1. Guru perlu menyiapkan anak dengan baik dan tertib sehingga anak fokus dan

menyenangi materi yang dipelajari2. Guru kelas empat sebaiknya menggunakan model melompat karena terbukti

meningkatkan pengetahuan kelipatan, kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Konsep kelipatan, kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK) perlu ditekankan dan diberikan penguatan setiap mengakhiri pembelajaran.

4. Pemberian soal HOTS setelah konsep kelipatan, kelipatan persekutuan, kelipatan persekutuan terkecil (KPK) tuntas dikuasai peserta didik.

*) Guru SDN Wonosari 1

24 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Lewat O2SNMendikbud Ingin Siswa Tingkatkan Prestasi

Yogyakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Muhadjir Effendy membuka secara langsung pelaksanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang diikuti 1938 siswa se Indonesia yang terdiri dari siswa siswi tingkat SD, SMP, SMA, SLB baik negeri maupun swasta termasuk dari madrasah. Pembukaan diselenggarakan di Sportorium UMY Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Ngebel, Bantul, Darah Istimewa Yogyakarta, Senin (17/9/2018).

Mendikbud RI Prof. Muhadjir Effendy dalam sambutannya mengatakan bahwa O2SN tahun ini cukup istimewa karena dilaksanakan tepat setelah Indonesia baru saja dipercaya dan sukses menjadi tuan rumah penyelenggara Asian Games 2018 .kita telah menunjukkan keberhasilan dalam 2 bidang selain sebagai tuan rumah juga sekaligus menjadi salah satu peserta asian games yang telah berhasil meraih 32 emas dan berada pada peringkat ke 4 seasia ungkapnya

Ditambahkannya dimana salah satu peserta yang meraih medali emas merupakan alumni dari O2SN ini.saya pesan kepada para peserta dari seluruh kontingen untuk memberikan prestasi yang terbaik dalam O2SN ini tambahnya.

Saat ini pemerintah pusat sedang mempersiapkan untuk penyambutan olimpiade internasional yang akan diselenggarakan di Tokyo Jepang, diharapkan alumni O2SN akan ikut ambil bagian dalam even internasional ini. Ia menegaskan dibutuhkan kerja keras, jujur, sportif, usaha keras, dan percaya diri agar menjadi yang terbaik atau pemenang.

Selamat datang di olimpiade kejuaraan nasional tahun 2018 selamat bertanding dan saya menunggu prestasi kalianpungkas . Pembukaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional 2018 ditandai dengan memanah gaya jemparingan oleh Bapak Mendikbud. Pelaksanaan O2SN ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan bakat minat serta prestasi siswa dalam bidang olahraga serta membentuk karakter siswa, menumbuhkan sifat saling mengargai antar peserta didik dari seluruh indonesia sesuai dengan tema tahun ini yakni aktualisasi potensi bakat dan prestasi siswa .

Peserta dari berbagai kontingen ini akan berlaga dalam lomba dari 134 cabang olahraga yang mana akan memperebutkan 448 medali yakni 138 emas 138 perak dan 172 perunggu.

25

Lensa BTKP

DIY Raih Juara UmumOlimpiade Olahraga Siswa Nasional 2018 Jenjang SD

Pada hari Kamis malam (20/09/2018) di Ballroom Hotel Sahid Jaya Yogyakarta diadakan Upacara Penutupan O2SN sekaligus pengumuman juara umum serta penghargaan team fairplay. O2SN tingkat sekolah dasar dilaksanakan 4 hari di Hotel Sahid Jaya Yogyakarta, Stadion Atletik AAU DIY, Universitas Negeri Yogyakarta dan GOR Pangukan Tridadi Sleman. Drs. Setiawan Witaradya, MA., Kasi Bakat dan Prestasi Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar dalam sambutannya menyebutkan bahwa O2SN Jenjang SD tahun ini berjalan lancar.

Selama gelaran O2SN 2018 terdapat 34 Kontingen yang mengirimkan atlit-atlit Sekolah Dasar (SD) terbaik dari masing-masing provinsi untuk merebutkan 126 medali yang terdiri dari 38 emas, 38 perak dan 50 perunggu di 6 cabang olahraga yang berbeda, yaitu kids athletics, renang, bulutangkis, senam, pencak silat dan karate.

Sejumlah 616 peserta (387 atlit, 195 pelatih dan 34 ketua tim) bersaing dalam O2SN dengan semangat tinggi. Selain memperebutkan medali di setiap cabang olahraga, peserta juga memperebutkan gelar juara Team Fairplay di setiap cabang olahraga dan juara umum O2SN 2018. Pemilihan juara fair play didasarkan pada aspek kejujuran, persahabatan, rasa hormat dan tanggung jawab dalam pertandingan dan aspek perilaku pelatih, official dan supporter.

Atlit yang berhasil memenangkan perlombaan, selain medali juga akan diberikan piagam dan uang pembinaan, sementara bagi seluruh siswa lolos seleksi keabsahan atau dengan kata lain bagi seluruh peserta O2SN jenjang SD akan diberikan beasiswa bakat dan prestasi.

Drs. Setiawan Witaradya, MA, menyampaikan harapannya untuk atlit-atlit muda yang mengikuti O2SN tingkat SD Tetaplah berlatih, berjuang dan terus kembangkan kemampuan. Karena kami yakin di masa depan alumni O2SN akan menjadi atlit yang sukses , yang membanggakan dan mengharumkan nama bangsa ujarnya.

Di akhir acara diumumkan juara umum dan juara team fairplay di setiap cabang olahraga. Penghargaan team failrplay diberikan kepada Kalimantan Barat (kids athletics), Jawa Tengah (bulutangkis), Jawa Timur (renang), D.I Yogyakarta (senam), Nusa Tenggara Barat (karate) , dan Jawa Barat (silat).

Selain sukses sebagai tuan rumah O2SN 2018, DIY juga berhasil meraih prestasi tertingginya di O2SN jenjang SD, yaitu merebut gelar Juara Umum. Di depan mata kita telah lahir bibit-bibit belia atlit olahraga DIY. Semoga ke depannya prestasi mereka akan semakin tinggi, untuk DIY dan untuk Indonesia.

26 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Lensa BTKP

Setelah sebelumnya Kegiatan Anugerah Kihajar tingkat Daerah telah dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus hingga 31 Agustus 2018. Pada kegiatan tersebut ada beberapa serangkaian kegiatan diantaranya adalah, Lomba Kuis Kihajar untuk siswa SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA se-DIY, Lomba Menggambar untuk siswa SLB se-DIY, Lomba Apps Mobile bagi Guru, Lomba Implementasi Inovasi Media dengan iPad, Lomba Penyiar Radio bagi Siswa SMP/SMA/SMK Se-DIY , Lomba Video Edukasi Siswa dan Guru se-DIY, Lomba Fotografi untuk Siswa , dan juga Seminar Lokakarya Pendidikan, serta Pameran Pendidikan.

Dari beberapa lomba tersebut Lomba Kuis Kihajar adalah lomba yang berjenjang hingga taraf nasional. Untuk mempersiapkan para peserta yang akan ikut bertanding pada jenjang nasional Balai Tekkomdik DIY akan membekali para peserta terlebih dahulu dengan Training Center. Training Center Peserta Lomba Kuis Kihajar 2018 dibuka langsung oleh

Kepala Balai Tekkomdik DIY, Dra. Isti Triasih pada hari Senin (12/09/2018).

Pada Training Center ini dipilih 18 siswa terbaik dari masing-masing jenjang, yakni dari jenjang SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA untuk mengikuti Training Center di Hotel LPP Garden, Depok, Sleman. Selanjutnya, akan dipilih tiga peserta terbaik untuk mewakili Yogyakarta di Anugerah Kuis Kihajar 2018 tingkat Nasional.

Pada Training Center ini siswa dan siswi diberikan pembekalan dalam teknik presentasi mulai dari publik speaking dan juga membuat media presentasi yang baik dan benar. Dan pada penghujung Training Center terpilihlah tiga siswa terbaik di tiap jenjang, antara lain perwakilan SD, Kayla dari SD Percobaan 3, Perwakilan dari SMP Erlangga dari SMP 4 Pakem, dan terakhir perwakilan SMA Bimo dari SMA Kesatuan Bangsa.

TRAINING CENTER KIHAJAR 2018

27

Lensa BTKP

GEBYAR ANUGERAH KIHAJARTahun 2018

Balai Tekkomdik Dinas DIKPORA DIY melaksanakan salah satu event besarnya, event ini yang berlangsung satu tahun sekali yaitu Lomba Gebyar Anugerah Kihajar. Kegiatan Lomba Gebyar Anugerah Kihajar Tahun 2018 kali ini berlangsung mulai dari Rabu, 29 Agustus 2018 sampai dengan Hari Jumat, 31 Agustus 2018. Kegiatan ini dibuka meriah dengan tari- tarian yang memvisualisasikan layanan portal utama milik Balai Tekkomdik Dinas DIKPORA DIY yaitu Layanan JOGJABELAJAR (JB). Kegiatan ini juga dibuka secara simbolis dengan memukul gong sebanyak 3 kali oleh Kepala Balai Tekkomdik Dinas DIKPORA DIY, Dra. Isti Triasih.

Gebyar Anugerah Kihajar 2018 merupakan wadah untuk menampung dan mengapresiasi pemanfaatan TIK untuk Pendidikan dalam bentuk perlombaan. Tahun ini Balai Tekkomdik Dinas

DIKPORA DIY mengadakan 10 macam lomba mulai dari kategori SD,SMP,SMA/SMK dan untuk tenaga pendidik dari berbagai jenjang. Adapun 10 macam lomba yang berlangsung dalam Lomba Anugerah Kihajar Tahun 2018 yaitu Kuis Kihajar Jenjang Sdkuis Kihajar Jenjang Smp, Kuis Kihajar Jenjang Sma, Lomba Menggambar Jenjang Slb, Lomba Band Ipad, Lomba Penyiar Radio, Lomba Video Edukasi Siswa & Guru, Lomba Fotografi Pendidikan, Lomba Aplikasi Mobile. Selain lomba diatas juga diadakan LOKAKARYA Pendidikan yang diikuti oleh 100 peserta dari tenaga pendidik atau guru se-DIY yang diadakan di Edotel SMK N 6 Yogyakarta.

Balai TEKKOMDIK Dinas DIKPORA DIY mengharapkan Kegiatan Gebyar Anugerah Kihajar menjadi arena bagi guru dan siswa untuk mengaktualisasikan diri melalui berbagai macam kegiatan yang diikuti.

28 WARTA GURUB u l e t i n

MEDIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI PENDIDIKANEDISI 3 TAHUN 2018

Lensa BTKP

Membangun Gaya Belajar Generasi Z

Oleh : Widiatmoko Herbimo *)

PENDAHULUAN

Perjalanan pendidikan senantiasa hidup dalam suatu dunia yang terus berubah seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan perubahan demografi. Jika dunia pendidikan tidak menyelaraskan diri dengan perkembangan jaman tersebut, pendidikan akan menjadi usang dan tidak selaras dengan kemajuan di milenium kedua ini. Generasi muda saat ini, yang disebut juga Generasi Z atau Net Generation, mempunyai karakteristik yang membuat mereka berbeda dengan generasi terdahulu. Jika dunia pendidikan tidak membuat upaya untuk memetakan profil khas pembelajar ini dan merancang pola pembelajaran yang sesuai, akan terbentuk kesenjangan antara keduanya. Pendidik di zaman informasi ini harus mempunyai kecenderungan gaya belajar aktif, sequential, sensing, dan visual.

Pendidik aktif harus mudah belajar dengan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari. Oleh karena itu, mata pelajaran yang terlalu banyak bersifat ceramah dan komunikasi satu arah serta terpusat kepada pendidik (teacher-centered) tidak akan cocok dengan mereka yang disebut Generasi Z. Sebaliknya, pembelajaran yang membuat mereka menerapkan teori dan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari akan dengan mudah menarik minat dan pada gilirannya kemampuan belajar mereka, karena mereka menyukai gaya belajar sequential, yaitu gaya belajar mencari data sendiri dengan materi yang disuguhkan secara runtut, berurutan secara logis, dan dengan jelas terkait antara satu dengan lainnya. Keunikan generasi Z, cenderung melakukan gaya multitasking, yaitu melakukan beberapa pekerjaan bersamaan. Mereka senang dengan persoalan-persoalan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat, dikarenakan andalan mereka adalah internet yang merupakan sumber melimpah dalam pendukung pengambilan keputusan. Membelajarkan anak generasi Z akan menjadi hal sulit jika pendidik masih menerapkan gaya masa lalu, seperti menggunakan metode Duduk Dengar Catat Hapal (DDCH). Kini bukan zamannya lagi peserta didik untuk duduk menghabiskan waktu dengan mendengarkan, merangkum dan menuliskan PR di buku tulis. Seiring perkembangan zaman, pendidik harus meninggalkan cara lama agar sukses membimbing generasi Z menghadapi masa depan. Sangat diperlukan inovasi dalam mengajar anak generasi Z, karena mereka mempunyai konsep berpikir yang berbeda. Lingkungan generasi Z bukan hanya alam nyata, tetapi juga alam maya. Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan manusia semakin berkembang dan bertambah. Penemuan teknologi-teknologi baru menjadi salah satu faktor penunjang bertambahnya kebutuhan baru dalam segala bidang, termasuk pada bidang pendidikan. Inovasi-inovasi baru lahir seiring dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan pendidik dan terutama peserta didik.

Opini

29Membangun Gaya Belajar Generasi Z

GENERASI Z

Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Maka Tak Kenal., Peribahasa usang yang memiliki makna yang dalam dan hampir semua orang sudah pasti memahami maknanya secara mendalam . Pengetahuan pendidik tentang karakteristik serta sikap-sikap yang akan terjadi pada diri peserta didik setidaknya dapat membantu pendidik mencintai anak, karena pada hakikatnya dasar pendidikan itu adalah mengasuh dan mencintai anak, sebab itu sudah sewajarnya pendidik untuk mengetahui karakteristik anak didiknya.

Generation Theory awalnya berkembang di Amerika Serikat. Para pengamat yang mencetuskan teori ini beranggapan bahwa orang-orang yang lahir di masa tertentu memiliki kemiripan karakteristik satu sama lain. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing kelompok generasi mendapatkan informasi perkembangan teknologi, tren, dan gaya hidup yang hampir sama. Dengan demikian, kemiripan itu dapat terwujud meski setiap individu dibatasi oleh perbedaan tempat tinggal, latar belakang kehidupan, pendidikan, dan budaya. Para ilmuan Generation Theory membagi generasi ini menjadi beberapa kelompok generasi diantaranya : Generasi Baby Boomer adalah manusia yang lahir di tahun 1946-1964, Generasi X adalah manusia yang lahir di tahun 1965-1980, Generasi Y adalah manusia yang lahir di tahun 1981-1994, dan terakhir Generasi Z. Namun mungkin masih banyak orang yang tidak paham dengan istilah generasi Z. Padahal istilah yang satu ini terbilang populer di bidang psikologi umum dan character building.

Membahas tentang generasi Z memang seru dan seakan tidak ada habisnya, sebab masing-masing generasi memiliki karakteristi