68
8 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia menurut Dessler (2011, p4) adalah kebijakan dan praktek di dalam menggerakan sumber daya manusia atau aspek-aspek terkait posisi manajemen di dalam sumber daya manusia yang mencakup kegiatan perekrutaan, penyaringan, pelatihan, pemberian penghargaan dan penilaian. Pengertian sumber daya manusia menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2008, p4) adalah kebijakan, praktek, dan sistem-sistem yang mempengaruhi perilaku, sikap dan kinerja karyawan. Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Mondy (2010, p4-5) adalah utilisasi dari individu-individu untuk mencapai tujuan organisasi. Maka dari itu, manajer-manajer di setiap tingkat harus memperhatikan manajemen sumber daya manusia. Pada dasarnya, semua manager menyelesaikan segala sesuatunya dengan mendelegasikan tugas

3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

  • Upload
    trandan

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

8  

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

 

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia menurut Dessler (2011, p4)

adalah kebijakan dan praktek di dalam menggerakan sumber daya manusia

atau aspek-aspek terkait posisi manajemen di dalam sumber daya manusia

yang mencakup kegiatan perekrutaan, penyaringan, pelatihan, pemberian

penghargaan dan penilaian.

Pengertian sumber daya manusia menurut Noe, Hollenbeck,

Gerhart, Wright (2008, p4) adalah kebijakan, praktek, dan sistem-sistem

yang mempengaruhi perilaku, sikap dan kinerja karyawan.

Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Mondy

(2010, p4-5) adalah utilisasi dari individu-individu untuk mencapai tujuan

organisasi. Maka dari itu, manajer-manajer di setiap tingkat harus

memperhatikan manajemen sumber daya manusia. Pada dasarnya, semua

manager menyelesaikan segala sesuatunya dengan mendelegasikan tugas

Page 2: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

9  

kepada karyawannya; hal ini memerlukan manajemen sumber daya

manusia yang efektif.

Manajemen sumber daya manusia secara keseluruhan mencakup

kebijakan, praktek, sistem dan utilisasi yang terkait di dalam menggerakan

dan mengelola sumber daya manusia seperti merekrut, menyaring,

melatih, memberi penghargaan dan menilai untuk mencapai tujuan

perusahaan.

2.1.1.2 Peran Manajemen Sumber Daya Manusia bagi Para Manajer

Manajemen sumber daya manusia mempunyai peran penting bagi

para manajer perusahaan untuk menghindari kesalahan-kesalahan di dalam

mengelola perusahaan yang tidak diinginkan perusahaan menurut Dessler

(2011, p5) seperti:

1. Merekrut karyawan yang kriterianya tidak sesuai dengan kebutuhan

perusahaan.

2. Turnover yang tinggi.

3. Karyawan yang tidak bekerja dengan kemampuan terbaik mereka.

4. Menghabiskan waktu dengan melakukan proses interview.

5. Perusahaan yang dituntut ke dalam pengadilan karena aksi

diskriminasi.

6. Perusahaan yang terdaftar di dalam pelanggaran praktek kerja federal

yang membahayakan.

Page 3: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

10  

7. Karyawan yang merasa tidak puas dengan gajinya karena dianggap

tidak sesuai dengan standar di perusahaan lain.

8. Kurangnya program pelatihan yang menyebabkan menurunnya

efektivitas kerja.

9. Melakukan ketidakadilan di dalam praktek kerja.

2.1.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Ada 5 area fungsional menurut Mondy (2010, p5-8) yang

terasosiasi dengan keefektivan sumber daya manusia yakni:

1. Staffing

Staffing adalah proses di dalam sebuah organisasi yang

memastikan organisasi tersebut memiliki ketepatan jumlah karyawan

dengan keahlian yang tepat, untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Human Resource Development (HRD)

Human resource development adalah fungsi manajemen sumber

daya manusia yang utama mencakup tidak hanya pelatihan dan

pengembangan tetapi perencanaan karir dan kegiatan pengembangan,

pengembangan organisasi, dan manajemen kinerja dan penilaian.

3. Compensation

Kompensasi mengacu pada total dari semua penghargaan yang

diberikan kepada karyawan atas jasa pelayanannya. Penghargaan yang

diberikan berupa salah satu atau kombinasi dari:

• Direct Financial Compensation

Page 4: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

11  

Kompensasi yang diberikan kepada karyawan perusahaan dalam

bentuk upah, gaji, komisi dan bonus.

• Indirect Financial Compensation

Kompensasi yang diberikan kepada karyawan perusahaan dalam

bentuk tunjangan rekreasi, sakit, tunjangan hari libur, jaminan

kesehatan.

4. Safety and Healthy

Safety mencakup kegiatan yang melindungi karyawan dari

kecelakaan kerja. Healthy mencakup kegiatan yang melindungi karyawan

dari penyakit fisik dan emosional. Aspek ini penting karena karyawan

yang bekerja di dalam lingkungan yang aman dan menikmati hidup yang

sehat dapat menjadi lebih produktif dan memberikan keuntungan jangka

panjang bagi perusahaan.

5. Employee and Labor Relations

Hubungan antara karyawan dan pekerja-pekerja lain ini dahulu

dianggap sebagai jalan hidup banyak karyawan. Kebanyakan perusahaan

akan lebih menginginkan sebuah lingkungan yang mempunyai hubungan

kuat.

2.1.1.4 Tanggung Jawab dan Peran Departemen Sumber Daya

Manusia

Tanggung jawab dan peran departemen sumber daya manusia

menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2008, p6-7) yakni :

Page 5: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

12  

1. Employment and Recruiting

Employment and recruiting meliputi kegiatan interview,

perekrutan, pengujian, pengkoordinasian karyawan sementara.

2. Training and Development

Training and development meliputi kegiatan orientasi, pelatihan

kinerja keahlian manajemen, peningkatan produktivitas.

3. Compensation

Compensation meliputi kegiatan administrasi upah dan gaji,

deskripsi pekerjaan, kompensasi eksekutif, pembayaran insentif, evaluasi

pekerjaan.

4. Benefits

Benefits meliputi kegiatan asuransi, administrasi wisata,

perencanaan pensiun, pembagian profit, perencanaan saham.

5. Employee Service

Employee Services meliputi kegiatan program-program bantuan

karyawan, pelayanan relokasi, pelayanan penggantian.

6. Employee and Community Relations

Employee and community relations meliputi kegiatan survei

perilaku, relasi karyawan, publikasi, pemenuhan undang-undang

karyawan, disiplin kerja.

7. Personnel Records Health and Safety

Page 6: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

13  

Personnel records health and safety meliputi kegiatan sistem

informasi, riwayat inspeksi keamanan, pengujian obat-obatan,

pemeriksaan kesehatan.

8. Strategic Planning

Strategic planning meliputi kegiatan sumber daya manusia

internasional, peramalan, perencanaan, penggabungan dan akuisisi.

Page 7: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

14  

2.1.2 Praktek-praktek Manajemen Sumber Daya Manusia (HR

Practices)

Manajemen sumber daya manusia memiliki cakupan praktek yang

sangat luas. Penulis mengambil 4 praktek yang digunakan oleh (Asad,

Hussein, Nayyab, Ashraf, dan Adnan (2011, p409-p416) dalam

penelitiannya yakni :

2.1.2.1 Training and Development

Pengertian Training

Pada umumnya, training berkenaan dengan suatu upaya yang

direncanakan oleh suatu perusahaan untuk memfasilitasi pembelajaran

bagi karyawan dan kompetensi-kompetensi yang berhubungan dengan

pekerjaan. Kompetensi-kompetensi ini termasuk pengetahuan, keahlian,

atau perilaku yang penting bagi keberhasilan kinerja karyawan. Tujuan

dari training adalah agar para karyawan mampu menguasai pengetahuan,

keahlian dan perilaku yang ditekankan pada program training dan untuk

mengaplikasikannya ke dalam aktivitas pekerjaan sehari-hari mereka.

Training harus melibatkan lebih dari sekedar pengembangan keahlian

untuk dapat menawarkan competitive advantage. Training sedang

bergerak dari fokus utamanya untuk mengajarkan keahlian khusus bagi

karyawan, kepada fokus yang lebih luas, yaitu untuk menghasilkan dan

membagikan pengetahuan. Oleh karena itu, untuk menggunakan training

Page 8: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

15  

untuk memperoleh competitive advantage, suatu perusahaan perlu

memandang training secara luas sebagai suatu cara untuk menghasilkan

modal intelektual. Modal intelektual termasuk basic skills (keahlian-

keahlian yang yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan seseorang),

advanced skills (seperti bagaimana untuk menggunakan teknologi untuk

berbagi informasi dengan karyawan-karyawan lain), pengertian terhadap

pelanggan atau sistem manufaktur, dan kreativitas yang dimotivasi oleh

diri sendiri (Noe, Hollenback, Gerhart dan Wright 2008, p267).

Menurut Dessler, training mengacu pada metode-metode yang

digunakan untuk memberikan karyawan baru dan tetap keahlian-keahlian

yang mereka perlukan untuk melakukan pekerjaan pekerjaan. Training

adalah indikator dari manajemen yang baik. Memiliki karyawan-karyawan

yang berpotensi tinggi tidak menjamin bahwa mereka akan sukses. Malah,

mereka harus mengetahui apa yang anda ingin mereka lakukan dan

bagaimana anda ingin mereka melakukannya. Jika mereka tidak

mengetahuinya, mereka akan melaksanakan perkerjaan dengan cara

mereka sendiri, bukan dengan cara yang perusahaan inginkan. Atau

mereka akan berimprovisasi, dan bahkan lebih buruk, tidak melakukan

suatu hal pun yang produktif. Training yang baik adalah vital bagi

perusahaan (Dessler 2011, p270).

Sedangkan menurut Mondy, training adalah aktivitas-aktivitas

yang dirancang untuk menyediakan para pembelajarnya dengan

pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk perkerjaan-pekerjaan

Page 9: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

16  

mereka kini. Training seringkali dihubungkan dengan kata “development”.

Development adalah pembelajaran yang mencakup lebih dari pekerjaan-

perkerjaan yang kini dihadapi dan memiliki lebih banyak fokus jangka

panjang. Aktivitas training dan development memiliki potensi untuk

menyelaraskan karyawan-karyawan dengan strategi korporat perusahaan.

Beberapa manfaat strategis dari training dan development adalah kepuasan

karyawan, peningkatan moral, retensi yang lebih tinggi, turnover yang

lebih rendah, meningkatkan perekrutan, dan fakta bahwa karyawan yang

merasa puas akan pekerjaannya akan menghasilkan kepuasan pelanggan

(Mondy 2010, p198).

Pelatihan kerja menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008, p133)

merupakan penciptaan suatu lingkungan di mana para karyawan dapat

memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan

dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut

Veithzal dan Sagala (2009, p212) pelatihan adalah proses yang secara

sistematis mengubah perilaku karyawan untuk mencapai tujuan organisasi.

Pelatihan kerja (training) secara keseluruhan merupakan upaya,

metode, aktivitas yg direncanakan oleh pihak perusahaan untuk

memfasilitasi karyawan keahlian-keahlian dasar (basic skills) dan

keahlian-keahlian lanjutan (advance skills) yang mereka butuhkan berupa

peningkatan kompetensi (pengetahuan, sikap, perilaku, kemampuan, dan

keahlian yang spesifik) untuk melakukan pekerjaannya.

Page 10: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

17  

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Training

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi maupun dipengaruhi

oleh pelatihan dan pengembangan menurut Mondy:

• Dukungan Manajemen Tingkat Atas

Cara paling efektif untuk mencapai keberhasilan adalah dengan

adanya tindakan ambil bagian dari pihak eksekutif dalam pelatihan dan

tindakan penyediaan sumber daya yang diperlukan.

• Kemajuan Teknologi

Perubahan sedang terjadi dengan kecepatan yang luar biasa dengan

pengetahuan yang berlipat ganda setiap tahun. Komputer, internet,

BlackBerry, telepon selular, pesan teks dan e-mail telah mempengaruhi

pengelolaan fungsi-fungsi dari semua bisnis secara keseluruhan secara

dramatis. Teknologi telah memainkan peranan yang besar dalam

mengubah cara pengetahuan disampaikan kepada karyawan dan perubahan

ini sedang diperluas secara konstan.

• Kompleksitas Dunia

Dunia secara sederhana, menjadi semakin rumit, dan hal ini telah

berpengaruh pada bagaimana sebuah organisasi beroperasi. Seluruh dunia

menyediakan kesempatan dan ancaman yang harus dihadapi. Organisasi

harus memikirkan seluruh tenaga kerjanya dan bagaimana hal itu akan

dikelola dan dilatih dalam lingkungan global ini.

Page 11: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

18  

• Gaya Pembelajaran

Waktu terbaik untuk belajar adalah ketika belajar dapat berguna.

Salah satu hal pengaruh hal ini pada pelatihan dan pengembangan adalah

terhadap kebutuhan untuk pelatihan yang berbasis waktu. Just-in-time

training (on-demand training) adalah training yang tersedia kapan saja,

dimana saja di dunia ketika hal itu dibutuhkan.

• Fungsi-fungsi Lain Sumber Daya Manusia

Pencapaian yang sukses dari fungsi-fungsi sumber daya manusia

yang lain juga dapat memiliki dampak yang krusial pada pelatihan dan

pengembangan. Sebagai contoh, jika upaya perekrutan dan seleksi menarik

hanya pekerja-pekerja yang berkualifikasi secara marginal, maka

perusahaan itu akan memerlukan program pelatihan dan pengembangan

secara ekstensif. Paket kompensasi dari suatu perusahaan mungkin dapat

mempengaruhi upaya pelatihan dan pengembangan. Organisasi dengan

sistem pembayaran yang kompetitif dan program kesehatan serta

keamanan yang progresif akan lebih mudah untuk menarik pekerja-pekerja

yang baik dan mempertahankan karyawan mengakibatkan pelatihan yang

lebih sedikit (Mondy 2010, p199-201).

Jenis-jenis Training

Pelatihan dapat dirancang untuk memenuhi sejumlah tujuan

berbeda dan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai cara. Beberapa

Page 12: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

19  

pengelompokan yang umum menurut Mathis dan Jackson (2006, p318)

meliputi :

1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin: Dilakukan untuk memenuhi

berbagai syarat hukum yang diharuskan dan berlaku sebagai pelatihan

untuk semua karyawan (orientasi karyawan baru).

2. Pelatihan pekerjaan/teknis: Memungkinkan para karyawan untuk

melakukan pekerjaan, tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik

(misalnya: pengetahuan tentang produk, proses dan produk teknis, dan

hubungan pelanggan).

3. Pelatihan antarpribadi dan pemecahan masalah: Dimaksudkan untuk

mengatasi masalah operasional dan antarpribadi serta meningkatkan

hubungan dalam pekerjaan organisasional (misalnya: komunikasi

antarpribadi, keterampilan manajerial/kepengawasan, dan pemecahan

konflik).

4. Pelatihan perkembangan dan inovatif: Menyediakan fokus jangka

panjang untuk meningkatkan kapabilitas individual dan organisasi

untuk masa depan (misalnya: praktik-praktik bisnis, perkembangan

eksekutif, dan perubahan organisasional).

Proses Training

Penyesuaian yang besar di dalam lingkungan eksternal dan internal

memerlukan perubahan korporat. Proses pelatihan dan pengembangan

Page 13: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

20  

yang mengantisipasi atau merespon perubahan menurut Mondy (2010,

p201) adalah :

1. Menentukan kebutuhan spesifik pelatihan dan pengembangan kerja.

2. Membuat tujuan spesifik pelatihan dan pengembangan kerja.

3. Memilih metode-metode dan sistem-sistem penyampaian pelatihan dan

pengembangan kerja.

4. Mengimplementasikan program pelatihan dan pengembangan kerja.

5. Mengevaluasi program dan pelatihan pengembangan kerja.

Model Proses Training

Model proses pelatihan kerja menurut Blanchard dan Thacker

(2010, p7-9) terdiri dari:

1. Analysis Phase

Fase analisis dimulai dari mengidentifikasikan organizational

performance gap seperti menurunnya profitabilitas, rendahnya tingkat

kepuasan pelanggan, atau banyaknya pertentangan. Ketika perusahaan

telah mengidentifikasikan performance gap, penyebab performance gap

tersebut haruslah dianalisa. Setelah penyebabnya telah diketahui,

pengeliminasian dipercaya merupakan sesuatu yang penting,

pengeliminasian inilah yang akan menjadi kebutuhan perusahaan. Fase

analisis seringkali disebut sebagai Training Need Analysis (TNA).

Penyebab performance gap dapat dikarenakan oleh kurangnya

Page 14: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

21  

pengetahuan, keahlian, perilaku baik. Jika demikian, pelatihan adalah

solusi untuk hal tersebut. Pada fase analisa juga mengutamakan kebutuhan

akan pelatihan (training needs) yang telah teridentifikasi.

2. Design Phase

Kebutuhan akan pelatihan yang telah teridentifikasi di dalam fase

analisa merupakan input ke dalam fase desain. Satu hal yang penting di

dalam proses fase desain yakni pembuatan tujuan pelatihan kerja. Hal ini

akan memberikan arahan yang spesifik tentang apa yang akan di latih dan

bagaimana cara melatih. Bagian lain di dalam proses desain adalah

mengidentifikasikan faktor-faktor yang dibutuhkan di dalam program

pelatihan kerja untuk memfasilitasi pembelajaran dan pengaplikasian di

pekerjaan.

3. Development Phase

Development Phase adalah proses yang memformulasikan sebuah

instruksi yang akan dibutuhkan untuk mengimplementasikan program

pelatihan kerja. Strategi instruksional terdiri dari urutan, waktu, dan

kombinasi dari metode-metode dan elemen-elemen yang digunakan di

dalam program pelatihan kerja. Output dari fase pengembangan ini adalah

hal-hal yang dibutuhkan di dalam pengimplementasian program pelatihan

kerja. Hal ini termasuk daftar spesifik pelatihan kerja, metode pengarahan

yang digunakan untuk menyalurkan isi, materi yang akan digunakan,

peralatan dan media, manual, dan lain-lainnya.

4. Implementation Phase

Page 15: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

22  

Semua aspek program pelatihan kerja berkumpul di dalam fase

implementasi.

5. Evaluation Phase

Meskipun fase evaluasi di diskusikan di dalam urutan terakhir, fase

evaluasi merupakan permulaan dari fase pengembangan. Tujuan dari

evaluasi adalah output dari fase desain. Output-output ini akan menjadi

input di dalam fase evaluasi. Waktu, uang, dan staf akan mempengaruhi

bagaimana pelatihan kerja dievaluasi. Ada dua tipe evaluasi yang

bermanfaat :

• Process Evaluation

Evaluasi proses menjelaskan seberapa baik sebuah proses dapat

mencapai tujuannya. Dengan kata lain apakah apakah trainer

mengikuti langkah-langkah persis proses pelatihan seperti yang

disarankan?

• Outcome Evaluation

Evaluasi yang dijalankan pada akhir pelatihan kerja yakni untuk

menentukan efek dari pelatihan kerja terhadap trainee, pekerjaan,

dan perusahaan. Tipe evaluasi digunakan sebagai suatu standar.

Hasil dari evaluasi ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan

proses-proses pelatihan kerja.

Page 16: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

23  

Metode Pelatihan Kerja

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p327-329) terdapat beberapa

metode dalam pelatihan kerja:

1. Pelatihan Kooperatif

Sebuah bentuk dari pelatihan kooperatif yang disebut internship

(magang kerja) biasanya mengkombinasikan pelatihan pekerjaan

dengan instruksi di ruang kelas sekolah, perguruan tinggi dan

universitas. Bentuk lainnya dari pelatihan kooperatif yang digunakan

oleh para pemberi kerja, serikat perdagangan, dan agen pemerintah

adalah pelatihan magang (apprentice training).

2. Pelatihan dalam Kelas dengan Bimbingan Instruktur dan Penelitian

Konferensi

Pelatihan dengan bimbingan instruktur masih merupakan metode

pelatihan yang paling umum. Kursus, kuliah, dan pertemuan pendek

yang diadakan oleh pemberi kerja, biasanya terdiri atas pelatihan

dalam kelas dimana banyak kursus pengembangan karyawan

ditawarkan oleh organisasi-organisasi profesional, asosiasi-asosiasi

perdagangan, dan institusi-institusi pendidikan adalah contoh pelatihan

konferensi.

3. Pelatihan Jarak Jauh

Perguruan tinggi dan universitas dalam jumlah yang semakin

bertambah telah menggunakan beberapa bentuk dukungan kursus

berbasis internet. Media tersebut memungkinkan seorang pengajar di

Page 17: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

24  

satu tempat untuk melihat dan merespon sebuah “kelas” yang terdapat

di sejumlah lokasi lain.

4. Pelatihan dan Teknologi

Ledakan pertumbuhan teknologi informasi dalam beberapa tahun

terakhir telah merevolusi cara bekerja semua individu, termasuk

bagaimana mereka dilatih. Saat ini, pelatihan-pelatihan berbasis

komputer melibatkan teknologi multimedia dalam cakupan luas -

termasuk suara, gerakan (video dan animasi), video streaming dan

grafik.

Indikator di dalam Pelatihan

Menurut Veithzal dan Sagala (2009, p214) terdapat 4 indikator dari

pelatihan yakni :

- Karyawan memiliki keterampilan.

- Karyawan dapat menentukan sikap.

- Karyawan memiliki kemampuan berpikir yang cepat.

- Karyawan memiliki pengetahuan.

Pengertian Pengembangan

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p350-352) pengembangan

(development) mewakili usaha-usaha meningkatkan kemampuan para

karyawan untuk menangani berbagai macam tugas dan untuk

Page 18: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

25  

meningkatkan kapabilitas yang dibutuhkan oleh pekerjaan saat ini.

Pengembangan menguntungkan organisasi dan individu. Para karyawan

dan manajer yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang sesuai

dapat meningkatkan daya saing organisasional dan kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah. Dalam proses

pengembangan, karir para individu juga mungkin berkembang dan

mendapatkan fokus yang baru atau berbeda.

Proses Perencanaan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p352), pengembangan dimulai

dari rencana-rencana sumber daya manusia organisasi karena rencana ini

menganalisis, meramalkan, dan menyebutkan kebutuhan organisasional

untuk sumber daya manusia pada saat ini dan masa yang akan datang.

Selain itu, perencanaan sumber daya manusia mengantisipasi gerakan

orang-orang dalam organisasi yang disebabkan oleh pensiun, promosi, dan

pemindahan. Selain itu, perencanaan sumber daya manusia membantu

menyebutkan kapabilitas yang dibutuhkan oleh organisasi tersebut di masa

yang akan datang dan perkembangan yang dibutuhkan agar orang-orang

dapat tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Page 19: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

26  

Pendekatan Pengembangan : Metode Pada Pekerjaan

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p360-363) ada beberapa

metode pengembangan karyawan di kantor. Berikut adalah beberapa alat

yang dapat digunakan:

1. Coaching

Teknik pengembangan yang paling kuno adalah coaching, dimana

pelatihan dan umpan balik yang diberikan kepada karyawan-karyawan

oleh para supervisor langsung. Coaching meliputi sebuah proses

pembelajaran melalui praktik (learning by doing) yang berlangsung

terus-menerus. Untuk coaching yang efektif, harus ada suatu hubungan

yang sehat dan terbuka antara karyawan dan supervisor atau manajer

mereka.

2. Tugas/Pertemuan Komite

Mengangkat karyawan yang menunjukan potensi besar menjadi

komite-komite penting dapat memperluas pengalaman mereka dan

dapat membantu mereka untuk memahami kepribadian, persoalan, dan

proses memimpin organisasi.

3. Rotasi Pekerjaan

Proses pemindahan seorang karyawan dari satu pekerjaan ke pekerjaan

yang lain disebut rotasi pekerjaan (job rotation).

4. Posisi “Asisten”

Beberapa perusahaan menciptakan posisi-posisi “asisten” yang

merupakan posisi-posisi staf yang berada tepat di bawah seorang

Page 20: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

27  

manajer. Melalui pekerjaan-pekerjaan seperti itu, para peserta

pelatihan dapat bekerja dengan manajer terkemuka yang mungkin

belum pernah mereka temui.

5. Pengembangan Secara Online

Pengembangan secara online dapat mengambil beberapa bentuk,

seperti konferensi video, obrolan langsung, pembagian dokumen,

video, dan audio-streamlining, kursus berbasis web dan lain-lain.

Pengembangan secara online memungkinkan partisipasi dalam kursus-

kursus yang sebelumnya berada di luar jangkauan karena pertimbangan

geografis, perjalanan, atau biaya.

6. Pusat-Pusat Korporasi/Pengembangan Karir

Organisasi besar mungkin menggunakan “universitas korporasi”

sebagai cara untuk mengembangkan manajer dan karyawan lain. Pusat-

pusat pengembangan karir seringkali dibentuk untuk

mengkoordinasikan program-program dalam organisasi dan program-

program yang diberikan oleh para kontraktor dari luar. Program-

program tersebut dapat meliputi data penilaian untuk individu-

individu, tujuan dan strategi karir, pelatihan, seminar, dan pendekatan-

pendekatan secara online.

7. “Organisasi Pembelajaran”

Organisasi-organisasi yang berbasis pengetahuan yang menangani ide-

ide dan informasi harus memiliki karyawan-karyawan yang ahli dalam

Page 21: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

28  

satu atau lebih tugas konseptual. Karyawan-karyawan ini terus

mempelajari dan menyelesaikan masalah dalam bidang keahliannya.

Pendekatan Pengembangan : Metode di Luar Kantor

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p364-366) teknik-teknik

pengembangan di luar kantor memberi peluang-peluang kepada individu

dari pekerjaan dan konsentrasi penuh pada apa yang harus dipelajari.

Berikut adalah beberapa metode pengembangan di luar kantor :

1. Kursus dan Perkuliahan

Sebagian besar program pengembangan di luar kantor meliputi

beberapa pelajaran kelas. Perusahaan-perusahaan sering mengirim

karyawan ke seminar atau kursus profesional yang disponsori oleh

pihak luar. Banyak organisasi juga mendorong pendidikan lanjutan

dengan memberikan penggantian biaya kuliah kepada karyawan.

Program-program seperti ini memberikan insentif kepada karyawan

untuk belajar dan mendapatkan gelar yang lebih tinggi, seperti MBA,

melalui kelas malam dan kelas minggu, di luar hari kerja tetap mereka.

2. Pelatihan Hubungan Manusia

Jenis pelatihan ini berupaya untuk mempersiapkan supervisor untuk

menangani permasalahan dengan orang lain dan dibawa oleh para

karyawannya. Pelatihan ini berfokus pada pengembangan keterampilan

hubungan manusia yang dibutuhkan seseorang untuk bekerja sama

dengan orang dengan baik. Sebagian besar program hubungan manusia

Page 22: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

29  

biasanya ditujukan kepada para supervisor baru atau supervisor lini

pertama yang relatif tidak berpengalaman dan manajer tingkat

menengah. Bidang-bidang yang dicakup meliputi motivasi,

kepemimpinan, komunikasi karyawan dan topik-topik perilaku yang

lain.

3. Simulasi (Permainan Bisnis)

Pendekatan pengembangan yang lain menggunakan permainan bisnis,

atau simulasi yang tersedia secara komersial. Simulasi (simulation)

adalah teknik pengembangan yang mengharuskan para partisipan

untuk menganalisis sebuah situasi dan memutuskan tindakan terbaik

berdasarkan pada data yang ada. Beberapa simulasi adalah permainan-

permainan interaktif komputer dimana individu atau tim

mempersiapkan rencana pemasaran untuk organisasi guna menentukan

faktor-faktor seperti jumlah sumber daya yang harus dialokasikan

untuk iklan, rancangan produk, penjualan dan usaha penjualan. Para

partisipan membuat bermacam-macam keputusan, dan kemudian

komputer memberitahu seberapa baik mereka bertindak sehubungan

dengan individu atau tim yang bersaing. Akan tetapi, kurangnya

realisme dapat mengurangi pengalaman pembelajaran.

4. Cuti Panjang dan Cuti Ketidakhadiran

Cuti Panjang (sabbatical leave) adalah waktu libur kerja yang

diberikan agar karyawan dapat mengembangkan dan menyegarkan

kembali dirinya. Perusahaan yang memberikan cuti panjang mengakui

Page 23: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

30  

hasilnya. Mereka mengatakan bahwa cuti panjang membantu

mencegah keletihan karyawan, memberikan keunggulan dalam

perekrutan dan retensi, serta menaikan semangat juang karyawan

individual. Salah satu kerugian nyata adalah biaya. Agar efektif,

pendekatan pengembangan harus selaras dengan strategi-strategi

sumber daya manusia untuk memenuhi tujuan-tujuan organisasional.

2.1.2.2 Performance Reward

Pengertian Performance Reward

Penghargaan kinerja adalah penghargaan yang diberikan kepada

karyawan/staf oleh perusahaan dalam hal pencapaian kerja. (Byars & Rue,

2006, p244).

Menurut Mathis dan Jackson (2010, p166) penghargaan kinerja

adalah penghargaan yang diterima orang-orang atas pekerjaannya yang

berupa upah, insentif dan benefit.

Secara keseluruhan pengertian penghargaan kinerja merupakan

penghargaan yang diberikan kepada karyawan atas pekerjaannya yang

berupa upah, insentif dan benefit oleh perusahaan.

Pemilihan Performance Reward

Penghargaan kinerja meliputi penghargaan intrinsik dan ekstrinsik;

yang merupakan hasil dari pekerjaan karyawan di dalam suatu organisasi.

Penghargaan intrinsik adalah penghargaan internal kepada individu dan

Page 24: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

31  

didapat dari keterlibatan di dalam aktivitas-aktivitas atau tugas-tugas

tertentu. Contoh tipe-tipe penghargaan intrinsik adalah achievement,

feeling of accomplishment, informal recognition, job satisfaction, personal

growth, status. Sedangkan penghargaan ekstrinsik adalah penghargaan

yang dikontrol dan didistribusikan secara langsung oleh organisasi dan

bersifat nyata. Contoh tipe-tipe penghargaan ekstrinsik adalah formal

recognition, fringe benefits, incentive payments, pay, promotion, social

relationships, work environment. (Byars & Rue, 2006, p244)

Pengertian Kompensasi

Menurut Byars dan Rue (2006, p249), kompensasi adalah semua

penghargaan ekstrinsik yang diterima karyawan sebagai imbalan dari

usaha atau pekerjaan mereka.

Page 25: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

32  

Tujuan Program Kompensasi

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p418) sistem kompensasi

dalam organisasi harus dihubungkan dengan tujuan dan strategi organisasi.

Tetapi seperti yang diilustrasikan dalam diskusi pembuka, kompensasi

juga mengharuskan adanya penyeimbang kepentingan dan biaya pemberi

kerja yang memiliki harapan atas para karyawan. Program kompensasi

yang efektif dalam sebuah organisasi memiliki empat tujuan:

• Kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku.

• Efektivitas biaya bagi organisasi.

• Keadilan internal, eksternal, dan individual bagi para karyawan.

• Peningkatan kinerja bagi organisasi.

Sifat Kompensasi

Kompensasi merupakan faktor penting yang mempengaruhi

bagaimana dan mengapa orang-orang memilih untuk bekerja di sebuah

organisasi daripada organisasi yang lain. Para pemberi kerja harus agak

kompetitif dengan beberapa jenis kompensasi untuk menarik dan

mempertahankan karyawan yang kompeten. Menurut Mathis dan Jackson

(2006, p419) ada 2 sifat komponen program kompensasi yakni:

1. Kompensasi Langsung

• Gaji Pokok : Upah, Gaji

Page 26: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

33  

• Penghasilan Tidak Tetap : Bonus, Insentif dan Opsi Saham

2. Kompensasi Tidak Langsung

• Tunjangan : Asuransi kesehatan/jiwa, Cuti berbayar, Dana pensiun,

dan Kompensasi Pekerja

Jenis-Jenis Kompensasi

Penghargaan dapat berupa penghargaan intrinsik dan ekstrinsik.

Penghargaan intrinsik sering meliputi pujian atas penyelesaian sebuah

proyek atau pemenuhan tujuan kinerja. Pengaruh psikologis dan sosial

yang lain mencerminkan jenis penghargaan intrinsik. Penghargaan

ekstrinsik adalah penghargaan yang nyata dan berupa penghargaan

moneter dan nonmoneter. Ada dua jenis umum komponen nyata dari

sebuah program kompensasi. Dengan kompensasi langsung, pemberi kerja

menukar penghargaan moneter dengan kerja yang diselesaikan. Para

pemberi kerja memberikan kompensasi tidak langsung-seperti asuransi

kesehatan-untuk setiap orang hanya berdasarkan pada keanggotaan dalam

organisasi tersebut. Gaji pokok dan penghasilan tidak tetap merupakan

bentuk paling umum dari kompensasi langsung. Kompensasi tidak

langsung biasanya terdiri dari tunjangan karyawan.

Gaji Pokok kompensasi dasar yang diterima oleh seorang

karyawan, biasanya berupa upah atau gaji, disebut gaji pokok (base pay).

Banyak organisasi menggunakan dua kategori gaji pokok, per jam dan gaji

Page 27: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

34  

tetap, yang diidentifikasikan berdasarkan cara imbalan kerja tersebut

didistribusikan dan sifat dari pekerjaan. Imbalan kerja per jam merupakan

cara pembayaran yang paling umum yang berdasarkan pada waktu, dan

karyawan dibayar berdasarkan jam kerja menerima upah (wage), yang

merupakan imbalan kerja yang dihitung secara langsung berdasarkan

jumlah waktu kerja. Sebaliknya, orang-orang yang menerima gaji (salary)

mendapatkan imbalan kerja yang besarnya tetap untuk setiap periode tanpa

menghiraukan jumlah jam kerja.

Penghasilan Tidak Tetap Jenis lain dari imbalan kerja langsung

adalah penghasilan tidak tetap (variable pay), yang merupakan

kompensasi yang dihubungkan secara langsung dengan kinerja individual,

tim, atau organisasional. Jenis penghasilan tidak tetap yang paling umum

untuk sebagian besar karyawan berupa pembayaran bonus dan program

insentif. Eksekutif sering menerima penghargaan jangka panjang seperti

opsi saham.

Tunjangan Banyak organisasi memberikan banyak penghargaan

ekstrinsik dalam cara yang tidak langsung. Dengan kompensasi tidak

langsung, karyawan menerima nilai nyata dari penghargaan tersebut tanpa

menerima uang tunai yang sebenarnya. Tunjangan (benefit) adalah sebuah

penghargaan tidak langsung-asuransi kesehatan, cuti berbayar, atau dana

pensiun-yang diberikan untuk karyawan atau sekelompok karyawan

sebagai bagian dari keanggotaan organisasional, tanpa menghiraukan

kinerja. (Mathis dan Jackson, 2006, p372-373)

Page 28: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

35  

Keputusan Mengenai Tingkat Kompensasi

Beberapa organisasi menentukan kebijakan yang spesifik tentang

di mana mereka ingin diposisikan dalam pasar tenaga kerja. Kebijaksanaan

ini menggunakan strategi kuartil menurut Mathis dan Jackson (2006,

p378-379), yakni:

1. Strategi di Bawah Pasar : Pemberi kerja memosisikan skala imbalan

kerja sehingga 75% perusahaan membayar di atas skala dan 25%

membayar di bawah skala.

2. Strategi Pasar Menengah : Pemberi kerja memosisikan skala imbalan

kerja sehingga 50% perusahaan membayar di atas skala dan 50%

membayar di bawah skala.

3. Strategi di Atas Pasar : Strategi Pasar Menengah : Pemberi kerja

memosisikan skala imbalan kerja sehingga 25% perusahaan membayar

di atas skala dan 75% membayar di bawah skala.

2.1.2.3 Performance Appraisal

Pengertian Performance Appraisal

Menurut Snell dan Bohlander (2010, p362), Performance

Appraisal dapat didefinisikan sebagai suatu proses penilaian yang

dirancang untuk membantu karyawan mengerti peran, tujuan, ekspektasi,

dan kesuksesan kinerja yang diadakan secara berkala.

Page 29: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

36  

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p382), penilaian kinerja adalah

proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan

mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian

mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian

kinerja juga disebut pemeringkatan karyawan, evaluasi karyawan, tinjauan

kinerja, evaluasi kinerja dan penilaian hasil.

Secara keseluruhan performance appraisal dapat disimpulkan

sebagai sebuah proses penilaian, pengevaluasian, pengembangan mengenai

bagaimana karyawan melakukan pekerjaannya untuk membantu karyawan

untuk mengerti peran, tujuan, ekspektasi, dan kesuksesan kinerja.

Penilaian kinerja karyawan dapat menggunakan berbagai

pendekatan dan metode. Salah satu pendekatan penilaian perilaku

(behavioral rating approaches) yang lebih berusaha untuk menilai

perilaku karyawan dibandingkan karakteristik yang lainnya mencakup

metode BARS (behaviorally anchored rating scales) dimana metode

tersebut membandingkan apa yang dilakukan karyawan terhadap

kemungkinan perilaku yang ditunjukan pada suatu pekerjaan (Mathis dan

Jackson, 2006, p399-400).

Tujuan Performance Appraisal

Menurut Snell dan Bohlander (2010, p363) terdapat dua klasifikasi

dari penggunaan performance appraisal yang paling umum yakni:

Page 30: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

37  

• Penggunaan Administratif

Dari sisi administrasi, program penilaian kinerja menyediakan input yang

dapat digunakan untuk semua jangkauan aktivitas sumber daya manusia.

Penilaian kinerja juga secara langsung berhubungan dengan beberapa

fungsi sumber daya manusia yang utama. Seperti promosi, transfer, dan

layoff decision.

• Penggunaan Pengembangan

Dari sisi pengembangan pribadi, penilaian kinerja menyediakan umpan

balik yang esensial untuk dapat mendiskusikan kekuatan dan kelemahan

seorang karyawan sebagaimana meningkatkan kinerja karyawan tersebut.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Kegagalan Performance Appraisal

Snell dan Bohlander (2010, p365) mengungkapkan bahwa terdapat

banyak penyebab mengapa sistem penilaian kinerja menjadi tidak efektif.

Beberapa dari masalah-masalah utamanya mencakup hal-hal di bawah ini :

• Persiapan yang tidak memadai dari manajer.

• Karyawan tidak diberikan tujuan yang jelas pada awal masuk kerja.

• Manajer tidak mampu untuk mengobservasi kinerja atau tidak

memiliki semua informasi yang diperlukan.

• Standar kinerja tidak jelas.

• Tidak konsisten di dalam penilaian di antara supervisor dan penilai

lainnya.

Page 31: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

38  

• Manajer cenderung menilai kepribadian daripada kinerja.

• Efek halo, efek kontras dan bias persepsi yang lain.

• Jeda waktu yang tidak tepat (terlalu singkat atau terlalu panjang).

• Penilaian yang dinaikan karena manajer tidak mau menghadapi berita

buruk.

• Bahasa yang tidak jelas dalam penilaian yang tertulis.

• Politik organisasional atau hubungan pribadi yang mempengaruhi

penilaian.

• Tidak ada diskusi yang menyeluruh atas penyebab dari masalah

kinerja.

• Manajer mungkin tidak terlatih dalam evaluasi atau memberikan

umpan balik.

• Tidak ada follow-up dan pelatihan setelah evaluasi.

Subyek yang Melakukan Performance Appraisal

Terdapat beberapa pihak yang dijelaskan oleh Snell dan Bohlander

(2010, p370-374) yang dapat melakukan penilaian kinerja. Pihak-pihak

tersebut adalah:

1. Penilaian oleh Manajer atau Supervisor.

2. Penilaian diri.

3. Penilaian bawahan.

4. Penilaian rekan.

Page 32: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

39  

5. Penilaian tim.

6. Penilaian pelanggan.

Kesalahan Penilai

Menurut Snell dan Bohlander (2010, p377-378) terdapat beberapa

jenis kesalahan penilai yang mempengaruhi penilaian pada berbagai

macam karyawan. Kesalahan-kesalahan tersebut berupa:

1. Kesalahan tendensi sentral (Error of Central Tendency).

Kesalahan penilaian kinerja dimana semua karyawan dinilai rata-rata.

2. Kesalahan kelunakan (Leniency Error).

Kesalahan penilaian kinerja dimana penilai cenderung untuk

memberikan penilaian yang tinggi bagi karyawan secara tidak

sewajarnya.

3. Kesalahan kekakuan (Strictness Error).

Kesalahan penilaian kinerja dimana penilai cenderung untuk

memberikan penilaian yang rendah bagi karyawan secara tidak

sewajarnya.

4. Kesalahan ke-terakhir-an (Recency Error).

Kesalahan penilaian kinerja dimana penilai mendasarkan penilaiannya

kepada perilaku karyawan akhir-akhir ini daripada perilaku karyawan

selama periode penilaian kinerja.

5. Kesalahan kontras (Contrast Error).

Page 33: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

40  

Kesalahan penilaian kinerja dimana evaluasi seorang karyawan

menjadi bias karena perbandingan dengan karyawan lain yang baru

saja dievaluasi.

6. Kesalahan serupa-dengan-saya (Similar-to-me Error).

Kesalahan penilaian kinerja dimana penilai meningkatkan penilaian

evaluasi dari karyawan karena koneksi pribadi yang menguntungkan.

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p403) terdapat kesalahan-

kesalahan penilaian yang lain yaitu:

7. Kesalahan ke-pertama-an (Primary Error).

Kesalahan penilaian kinerja dimana informasi yang diterima pertama

mendapat bobot paling besar.

8. Efek Halo (Halo Effect).

Halo effect terjadi ketika seorang manajer menilai tinggi seorang

karyawan pada semua kriteria pekerjaan karena kinerja dalam satu

area.

9. Bias Penilai (Rater Bias).

Rater bias terjadi ketika nilai atau prasangka seorang penilai

menimbulkan distorsi penilaian. Bias seperti ini bisa dilakukan secara

tidak sadar atau secara disengaja.

10. Kesalahan berbeda-dengan-saya (Different-to-me Error).

Page 34: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

41  

Sekali lagi kesalahan disebabkan karena pengukuran seseorang

terhadap orang lain dan bukan pada seberapa baik individu tersebut

memenuhi harapan dalam pekerjaan.

11. Kesalahan penarikan contoh (Sampling Error).

Jika penilai hanya melihat sebagian kecil contoh dari pekerjaan

seseorang, maka penilaiannya mungkin mempunyai kesalahan

penarikan contoh.

Indikator Performance Appraisal

Menurut Mathis dan Jackson (2006, p410-411) agar dapat efektif,

sistem manajemen penilaian kinerja haruslah:

• Konsisten dengan misi strategis sebuah organisasi.

• Bermanfaat sebagai alat pengembangan.

• Berguna sebagai alat administratif.

• Sesuai dengan hukum dan berkaitan dengan pekerjaan.

• Dipandang adil secara umum oleh para karyawan.

• Efektif di dalam mendokumentasikan kinerja karyawan.

2.1.2.4 Coordination

Pengertian Coordination

Menurut Griffin (2012, p165), koordinasi adalah proses

menghubungkan aktivitas-aktivitas berbagai departemen di dalam sebuah

Page 35: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

42  

organisasi. Koordinasi merupakan salah satu elemen utama dari fungsi

manajemen Organizing.

Menurut Daft (2012, p281) koordinasi merupakan kualitas dari

kolaborasi di antara departemen-departemen. Tanpa koordinasi tangan

kanan perusahaan tidak akan berjalan seiring dengan tangan kiri

perusahaan, yang dapat menyebabkan timbulnya masalah dan konflik.

Koordinasi diperlukan walaupun organisasi memiliki struktur fungsional,

divisional maupun tim.

Menurut Naidu dan Rao (2008, p99) koordinasi adalah proses yang

memastikan yang memastikan fungsi-fungsi manajemen berjalan lancar.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa koordinasi

merupakan proses yang menghubungkan setiap aktivitas-aktivitas di dalam

perusahaan dan memastikan fungsi manajemen berjalan dan berkolaborasi

dengan baik.

Kebutuhan akan Coordination

Griffin (2012, p165-166) menyatakan bahwa alasan utama

koordinasi diperlukan di dalam suatu perusahaan adalah karena

departemen-departemen dan grup kerja bersifat independen sehingga

mereka bergantung pada informasi dan sumber daya antara satu sama lain

Page 36: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

43  

untuk dapat menjalankan aktivitas mereka. Terdapat 3 bentuk utama dari

saling ketergantungan antar departemen yakni :

1. Pooled Interdependence

Merupakan tingkatan terendah dari interdependence. Pooled

Interdependence ditandai dengan adanya sedikit interaksi antar

departemen di dalam suatu perusahaan. Tiap-tiap departemen memiliki

sumber dayanya tersendiri seperti staff, budget, dan lainnya untuk

mencapai output seperti profits atau losses. Output dari interaksi unit

tersebut akan disampaikan pada tingkatan organisasional.

2. Sequential Interdependence

Merupakan tingkatan menengah (moderate) dari interdependence.

Sequential Interdependence ditandai dengan output dari suatu unit dan

menjadi input bagi unit lainnya sebagai akibatnya.

3. Reciprocal Interdependence

Merupakan tingkatan tertinggi dari interdependence. Reciprocal

Interdependence ditandai dengan aktivitas berjalan secara bersama-sama

diantara unit-unit. Output dari unit-unit tersebut dapat saling memberikan

timbal balik.

Karakteristik Coordination

Menurut Naidu dan Rao (2008, p100) ada 7 karakteristik utama

dari koordinasi yakni:

Page 37: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

44  

1. Tidak memisahkan fungsi-fungsi manajemen. Koordinasi diperlukan

di dalam semua fungsi manajemen dan bukan merupakan bagian yang

terpisah.

2. Tanggung jawab manajerial. Setiap kepala departemen bertanggung

jawab untuk mengkoordinasikan upaya dari bawahannya dan juga

mengkoordinasikan bagiannya dengan departemen lainnya.

3. Kesatuan tindakan. Kesatuan tindakan merupakan hal yang esensial

untuk mencapai tujuan. Koordinasi menjadikan tindakan-tindakan

tersebut bersatu.

4. Koordinasi merupakan bagian dari semua tingkat di dalam organisasi.

Koordinasi harus dibangun di dalam setiap aktivitas tingkatan

organisasi.

5. Koordinasi relevan bagi upaya grup. Koordinasi lebih menekankan

pada upaya grup daripada upaya individual. Koordinasi menuntun

upaya individu kepada upaya grup untuk mencapai tujuan.

6. Proses yang berkelanjutan dan dinamis. Koordinasi merupakan proses

yang berkelanjutan dan dinamis. Manajer harus terus-menerus

memonitor dan mengkoordinasi antara orang dan aktivitas-aktivitas.

7. Konsep sistem. Setiap organisasi dimulai dari sistem koperasi. Setiap

fungsi departemen berbeda pada dasarnya dan saling bergantung di

dalam sebuah sistem organisasi. Organisasi dapat berjalan lebih lancar

dengan adanya bantuan koordinasi. Bagaimanapun juga koordinasi

adalah sebuah konsep sistem.

Page 38: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

45  

Pentingnya Coordination

Menurut Naidu dan Rao (2008, p100-101) pentingnya koordinasi

disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1. Unity in Diversity.

Terdapat karyawan dalam jumlah besar dengan ide-ide yang berbeda,

pandangan, opini dan interest. Hal ini akan menghasilkan aktivitas

yang berbeda di dalam organisasi. Sangatlah penting untuk membawa

mereka bersama-sama untuk menyelesaikan tujuan umum perusahaan.

2. Spesialization.

Di dalam industri modern organisasi, terdapat banyak tingkatan dari

spesialisasi. Walaupun para spesialis sangat sadar akan pekerjaan

mereka dan menjalankan pekerjaan mereka dengan sangat efektif,

mereka memiliki pengetahuan yang kurang akan pekerjaan orang lain

dan seberapa penting hal itu. Hal ini akan mengarah pada

kesalahpahaman dan perselisihan diantara para spesialis itu.

Koordinasi memainkan peranan penting di dalam menyatukan mereka

dan menjelaskan pentingnya aktivitas satu sama lain.

3. Teamwork.

Koordinasi membantu mengubah upaya yang berbeda-beda dari

berbagai macam grup untuk mencapai tujuan perusahaan. Hal ini

mempromosikan teamwork dan menghindari duplikasi pekerjaan.

Page 39: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

46  

4. Large Number of Employees.

Organisasi yang besar mempekerjakan karyawan yang banyak.

Karyawan tersebut memiliki kebiasaan, perilaku dan pendekatan yang

berbeda-beda di dalam situasi tertentu. Seringkali ditemukan bahwa

para karyawan tidak bekerja dengan harmonis. Koordinasi diperlukan

untuk membawa harmoni bagi mereka.

5. Empire Building

Empire building mengacu pada top level organization. Line officers

membutuhkan kerja sama dari staff officers, tetapi line officers sendiri

tidak siap untuk mengembangkan kerja sama mereka terhadap staff

officers. Hal ini menyebabkan konflik antara line officers dan staff

officers. Maka dari itu koordinasi sangatlah penting untuk

menghindari konflik antara line dan staff officers.

6. Functional Differences. Fungsi-fungsi organisasi dibagi menjadi

beberapa bagian. Setiap bagian mengerjakan pekerjaan yang berbeda.

Setiap departemen mencoba untuk mengerjakan fungsinya sendiri-

sendiri. Koordinasi sangatlah penting untuk mengintegrasikan fungsi

dari departemen tersebut.

7. Recognition of Goals. Terdapat tujuan umum di dalam sebuah

organisasi. Sebagai tambahan, setiap departemen mempunyai

tujuannya masing-masing dan karyawan secara individu mempunyai

tujuannya sendiri. Individu karyawan akan memberikan lebih untuk

mencapai tujuannya sendiri daripada tujuan organisasi. Bahkan,

Page 40: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

47  

kepala departemen lebih memprioritaskan tujuan departemen

dibandingkan tujuan organisasi. Koordinasi memainkan peranan

penting dalam merekonsiliasi tujuan karyawan dan tujuan departemen

dengan tujuan organisasi.

8. Communication. Koordinasi memastikan kelancaran informasi dari

suatu arah ke arah yang lain.

9. Interdepencency. Kebutuhan akan koordinasi di dalam suatu

organisasi meningkat dari adanya saling ketergantungan antar

berbagai unit. Semakin besar saling ketergantungan tiap unit, semakin

besar kebutuhan akan koordinasi.

Teknik Coordination Struktural

Griffin (2011, p354-355) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

teknik yang dapat digunakan untuk menjaga koordinasi unit-unit seperti :

1. The Managerial Hierarchy.

Organisasi yang menggunakan hirarki untuk mencapai koordinasi

antar unit menempatkan seorang manajer untuk bertanggung jawab

atas interdependence dari departemen-departemen di dalam

perusahaan.

2. Rules and Procedures.

Rules and Procedures biasanya digunakan dalam aktivitas koordinasi

yang rutin, hal-hal ini tidak efektif jika koordinasinya bersifat

kompleks dan tidak wajar.

Page 41: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

48  

3. Liaison Roles.

Dalam liaison roles perusahaan menempatkan seorang manajer

sebagai perantara untuk mengkoordinasikan unit-unit dan bertindak

sebagaimana yang ada di dalam kontraknya. Manajer tersebut

mungkin tidak memiliki otoritas formal apapun atas unit-unit tersebut

tetapi ia dapat memfasilitasi arus informasi antara unit-unit tersebut.

4. Task Force.

Task Force dapat dibuat ketika kebutuhan akan koordinasi sangat

diperlukan. Ketika interdepence di antara unit-unit bersifat kompleks,

suatu perantara tunggal mungkin tidaklah cukup. Oleh karena itu task

force mungkin dibentuk dengan mengambil satu orang perwakilan

dari tiap grup. Kemudian fungsi koordinasi dibagi pada beberapa

orang tersebut dimana tiap-tiap perwakilan tersebut memiliki

informasi yang spesifik atas grupnya. Ketika proyeknya selesai,

anggota task force kembali ke posisinya semula.

5. Integrating Department.

Integrating Department mirip dengan task force namun lebih

permanen. Sebuah Integrating Department umumnya memiliki

beberapa anggota permanen dan anggota yang ditugaskan secara

sementara dari unit-unit yang diperlukan di dalam koordinasi. Sebuah

Integrating Department juga biasanya memiliki otoritas yang lebih

dibandingkan dengan task force dan bahkan dapat diberikan kontrol

atas beberapa penganggaran.

Page 42: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

49  

Beberapa teknik lain menurut Naidu dan Rao (2008, p102-103)

adalah:

6. Clearly Defined Objectives.

Setiap organisasi mempunyai tujuannya masing-masing. Tujuan

tersebut harus didefinisikan secara jelas sehingga setiap karyawan di

dalam organisasi mengerti dengan baik. Kesatuan tujuan adalah

merupakan hal yang esensial untuk mencapai koordinasi.

7. Effective Communication.

Komunikasi yang efektif mendukung adanya saling pengertian yang

menguntungkan (mutual understanding) dan kerja sama diantara

orang-orang di dalam organisasi. Komunikasi secara langsung dan

cepat memfasilitasi antara pengertian dan koordinasi.

8. Sound Organizational Structure.

Sound organizational structure mengintegrasikan aktivitas unit yang

berbeda di dalam organisasi, hal ini akan menghasilkan koordinasi

yang lebih baik.

9. Coordination through Commitees.

Komite atau grup yang berpartisipasi dalam pembuatan keputusan

merupakan alat pengkoordinasian yang umum. Hal ini membantu

mengurangi kekakuan dari struktur hirarki.

10. Incentives.

Istilah insentif mencakup hanya monitory incentive. Insentif-insentif

tersebut berupa peningkatan gaji, bonus, pembagian laba dan

Page 43: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

50  

sebagainya. Hal ini meningkatkan semangat dan kerja sama antara

karyawan dan pekerja, antara pekerja dan supervisor.

Prinsip-Prinsip Coordination yang Efektif

Menurut Naidu dan Rao (2008, p103-104) untuk memastikan

koordinasi yang efektif haruslah didasari pada prinsip-prinsip di bawah ini:

1. Early Start.

Koordinasi harus dimulai dari tahapan awal pembuatan rencana dan

kebijakan. Rencana harus dipersiapkan di dalam konsultasi yang

saling menguntungkan. Oleh karena hal ini, pekerjaan yang

diimplementasikan dan perubahan atau penyesuaian apapun atas

rencana tersebut dapat dengan mudah dijalankan.

2. Direct Contact.

Kontak, ide, ideologi, tujuan dan pandangan langsung seseorang dapat

didiskusikan dan disalahpahamkan. Jika terdapat kesalahpahaman, hal

itu dapat dengan cepat diklarifikasikan dengan jauh lebih efisien.

Suatu kesepakatan metode dan tindakan dapat tercapai melalui kontak

seseorang dalam mencapai tujuan.

3. Continuity.

Koordinasi merupakan proses yang berkelanjutan dan hal itu harus

diterapkan dalam setiap tingkatan manajemen. Dimulai dari

perencanaan dan diakhiri dengan pengawasan.

4. Dynamism.

Page 44: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

51  

Koordinasi tidak boleh bersifat kaku. Perubahan lingkungan internal

dan eksternal menuntut perubahan tipe koordinasi. Koordinasi harus

berubah seiring dengan keadaan.

5. Simplified Organization.

Organisasi yang disederhanakan memfasilitasi koordinasi yang

efektif. Departemen-departemen yang ada dapat disusun kembali

sehingga koordinasi yang lebih baik dapat diterapkan. Sangatlah

dianjurkan bahwa setiap departemen memiliki satu pemimpin yang

memastikan keefektivitasan komunikasi.

6. Self Coordination.

Koordinasi diri dengan masing-masing departemen akan membawa

koordinasi atas seluruh organisasi. Oleh karena itu, sangatlah penting

untuk memiliki koordinasi diri.

7. Clear-cut Objective.

Tim manajemen perusahaan harus mengambil langkah-langkah yang

diperlukan untuk menjelaskan tujuan kepada kepala departemen.

Tujuan yang jelas dan penjelasan yang jelas akan menghasilkan

kesatuan tindakan.

8. Clear Definition of Autority & Responsibility.

Manajemen harus mendefinikan otoritas dan tanggung jawab dari

setiap individu dan departemen dengan jelas. Hal ini akan

memfasilitasi koordinasi yang efektif. Hal ini juga mengurangi konflik

diantara individu dan departemen-departemen. Manajer departemen

Page 45: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

52  

mempunyai otoritas yang jelas untuk memberi hukuman kepada

bawahan yang melanggar aturan.

9. Effective Communication.

Melalui perubahan informasi yang terus-menerus, perbedaan individu

dan departemen dapat diselesaikan dengan mudah. Perubahan

kebijakan, penyesuaian apapun di dalam program dan sebagainya,

dapat didiskusikan.

10. Effective Supervision and Leadership

Top executives harus mengawasi pekerjaan dari bawahan untuk

memastikan kesuksesan kinerja agar berjalan sesuai dengan rencana.

Ketika top execitives menemukan penyimpangan, mereka akan

mengambil langkah untuk mengkoreksinya dengan segera lewat

bantuan supervisor. Oleh karena itu, koordinasi diperlukan antara

supervisor dan top management. Supervisor memegang peranan

penting dalam koordinasi.

Tipe-Tipe Coordination

Menurut Naidu dan Rao (2008, p104) koordinasi diklasifikasikan

menjadi koordinasi internal dan eksternal.

1. Koordinasi Internal

Koordinasi diantara para karyawan di dalam suatu departemen yang

sama, diantara pekerja dan manajer pada level yang berbeda, diantara

Page 46: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

53  

kantor-kantor cabang, pabrik, dan departemen disebut dengan

koordinasi internal. Koordinasi internal dibagi lagi menjadi dua tipe:

• Koordinasi vertikal. Koordinasi vertikal mengacu pada koordinasi

pekerjaan kepala departemen dengan bawahannya atau sebaliknya.

• Koordinasi horisontal. Koordinasi antara orang-orang yang memiliki

status dan jabatan yang sama. Koordinasi ini terjadi diantara para

kepala departemen, supervisors dan para pekerja.

2. Koordinasi Eksternal

Koordinasi eksternal merupakan koordinasi antara pelanggan,

pemasok dan pemerintah serta pihak-pihak luar lain yang memiliki

koneksi bisnis dengan organisasi.

Page 47: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

54  

2.1.3 Leadership

2.1.3.1 Pengertian Leadership

Ada beberapa pengertian leadership yang tercantum dalam

penulisan buku oleh Gary Yukl (2010, p21), yaitu :

• Leadership adalah perilaku individual yang mengarahkan aktivitas dari

sebuah grup menuju tujuan bersama (Hemphill & Coons, 1957, p7).

• Leadership adalah proses dari mempengaruhi aktivitas dari suatu grup

yang terorganisasi menuju pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984,

p46).

• Leadership adalah proses memberikan tujuan (arah yang bermanfaat)

untuk usaha bersama dan menyebabkan keinginan untuk berusaha yang

lebih luas untuk mencapai tujuan (Jacobs & Jaques, 1990, p281).

Menurut Coulter dan Robbins (2009, p386), leadership adalah apa

yang dilakukan oleh pemimpin yang merupakan kemampuan memimpin

sebuah grup dan mempengaruhi grup tersebut untuk mencapai sasarannya.

Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain dan

seseorang yang mempunyai otoritas manajerial.

Secara keseluruhan leadership merupakan perilaku individual

seorang pemimpin yang mempunyai pengaruh dan otoritas manajerial atas

aktivitas dari sebuah grup yang terorganisasi yang mempunyai tujuan

untuk mencapai sasaran organisasi.

Page 48: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

55  

2.1.3.2 Pandangan Kontemporer dari Leadership

Transformational-Transactional Leadership. Banyak teori

leadership pada mulanya dilihat pemimpin sebagai pemimpin

transaksional – yakni pemimpin yang memimpin secara mendasar dengan

mengunakan pertukaran secara sosial (transaksi). Pemimpin transaksional

mengarahkan dan memotivasi bawahan untuk bekerja menuju pencapaian

sasaran dengan balasan penghargaan atas produktivitas. Tetapi ada tipe

lain dari pemimpin – pemimpin tranformasional – yang menstimulasi dan

menginspirasi (mentranformasikan bawahan untuk mencapai hasil yang

luar biasa) (Coulter dan Robbins, 2009, p396).

Charismatic-Visionary Leadership. Pemimpin karismatik adalah

pemimpin yang memiliki antusiasme, kepercayaan diri yang memiliki

kepribadian dan tindakan yang mempengaruhi orang lain untuk

berperilaku dalam cara tertentu.. (Coulter dan Robbins, 2009, p397)

2.1.3.3 Kerangka Leadership

Menurut Ancona, Kochan, Scully, Van Maanen, dan Westney

(2009, p9-14, M14) kerangka leadership dimulai dengan empat kunci

kemampuan dari leadership yakni :

1. Sense-Making.

Sense-Making merupakan bagaimana membuat suatu konsep masuk

akal. Sense-making juga merupakan proses untuk mengerti sebuah konsep

yang saat ini sedang dijalankan.

Page 49: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

56  

2. Relating.

Relating mengacu kepada pengembangan akan kunci hubungan di

dalam sebuah organisasi. Leadership yang merupakan kemampuan untuk

menjembatani dan membangun hubungan yang dapat dipercaya adalah

kunci dari kompetensi. Konteks leadership dipenuhi dengan hubungan

interpersonal yang penting. Pemimpin seharusnya berusaha untuk

menciptakan kepercayaan, optimisme, dan harmonisasi, tetapi mereka

seringkali menjadi marah, sinisme dan konflik. Kemampuan inti yang

berkaitan dengan kemampuan pemimpin yakni penyelidikan, advokasi,

dan menghubungkan.

3. Visioning.

Visioning merupakan tindakan membuat gambaran yang menarik

tentang masa depan. Ketika sense-making membuat peta pada saat ini,

visioning membuat peta tentang masa yang akan datang. Visioning

sangatlah penting karena dengan adanya visi akan memotivasi orang-orang

untuk membuang pandangan dan cara mereka bekerja saat ini untuk

melakukan perubahan.

4. Inventing.

Inventing mengacu pada membuat cara baru orang-orang di dalam

bekerjasama. Ketika kita sudah mempunyai visi, kita perlu menciptakan

struktur-struktur dan proses-proses yang memungkinkan kita untuk

mencapai visi tersebut. Kita perlu secara konstan menciptakan suatu jalan

keluar dari permasalahan-permasalahan yang kita hadapi untuk melakukan

Page 50: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

57  

perubahan dan menemukan jalan untuk membangun organisasi yang lebih

baik. Inventing dapat berskala sangat kecil atau berskala sangat luas.

Inventing juga dapat dilihat sebagai tindakan yang ditujukan untuk

menghadapi tantangan untuk berubah atau cara baru untuk menjalankan

sebuah tugas.

2.1.3.4 Isu-isu di dalam Leadership di dalam Abad ke-21

Pemimpin pada abad ke-21 menghadapi isu-isu penting di dalam

leadership. Isu-isu tersebut menurut Robbins & Coulter (2009, p399-405)

adalah:

1. Pengelolaan Wewenang.

Ada 5 sumber kewenangan seorang pemimpin yang diidentifikasikan

yakni:

• Legitimate Power. Legitimate power dan otoritas merupakan hal yang

sama. Legitimate power mewakili wewenang seorang pemimpin atas

jabatan yang dimilikinya di dalam sebuah organisasi. Walaupun

seseorang di dalam posisi atas juga memiliki reward power dan

coercive power, legitimate power lebih luas dari kekuatan koersif dan

reward.

• Coercive Power. Coercive Power merupakan wewenang seorang

pemimpin untuk menghukum dan mengontrol. Bawahan akan bereaksi

terhadap hal ini dengan rasa takut dan akan menghasilkan kenegativan

apabila mereka tidak dapat menerimanya. Manajer yang memiliki tipe

Page 51: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

58  

wewenang yang koersif, akan cenderung menskors dan memecat

karyawan yang mereka temukan tidak sesuai.

• Reward Power. Reward Power merupakan kewenangan yang

memberikan reward yang positif. Hal ini dapat berbentuk apa saja

yang dianggap berharga yakni uang, penghargaan atas kinerja,

promosi, pekerjaan yang menarik, rekan kerja yang ramah, shift kerja

yang disukai, atau area penjualan.

• Expert Power. Expert Power merupakan wewenang yang berdasarkan

keahlian, keterampilan khusus, atau pengetahuan. Apabila seorang

karyawan memiliki keterampilan, pengetahuan atau keahlian yang

dibutuhkan oleh di dalam sebuah tim kerja, kewenangan orang tersebut

akan meningkat.

• Referent Power. Referent Power merupakan suatu wewenang yang

muncul karena memiliki sumber daya yang diinginkan seseorang atau

bersifat pribadi. Apabila saya menyukai anda dan berhubungan dengan

anda, anda dapat menguasai saya karena saya ingin menyenangkan

anda.

2. Mengembangkan kepercayaan.

Di dalam lingkungan masa kini yang penuh dengan ketidakpastian,

sebuah pertimbangan penting bagi seorang pemimpin haruslah

membangun kepercayaan dan kredibilitas. Kepercayaan dapat bersifat

sangat rapuh. Komponen utama dari kredibilitas adalah kejujuran.

Page 52: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

59  

Selain menjadi jujur, seorang pemimpin yang dapat dipercaya juga

harus berkompeten dan menginspirasi.

3. Memberdayakan karyawan.

Memberdayakan karyawan mencakup peningkatan kebijakan

pengambilan keputusan atas pekerja. Jutaan karyawan dan tim

karyawan membuat keputusan kunci di dalam operasi yang

mempengaruhi pekerjaan mereka secara langsung. Mereka

mengembangkan anggaran, penjadwalan beban kerja, pengontrolan

inventori, menyelesaikan masalah kualitas dan melibatkan diri dalam

aktivitas-aktivitas serupa yang sampai kini dilihat secara eksklusif

sebagai bagian dari pekerjaan manajer.

4. Memimpin dalam lintas budaya.

Salah satu kesimpulan umum yang muncul dari penelitian

kepemimpinan adalah bahwa pemimpin yang efektif tidak

menggunakan suatu gaya tunggal. Mereka menyesuaikan gaya mereka

kepada situasi yang ada. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit,

budaya nasional dipastikan adalah salah satu variabel situasional yang

penting dalam menentukan gaya kepemimpinan mana yang paling

efektif. Sebagai contoh, salah satu pembelajaran dari gaya

kepemimpinan Asia mengungkapkan bahwa manajer-manajer di Asia

lebih menyukai pemimpin-pemimpin yang merupakan pengambil

keputusan yang kompeten, komunikator yang efektif dan yang suportif

terhadap karyawan. Budaya nasional mempengaruhi gaya

Page 53: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

60  

kepemimpinan karena hal itu mempengaruhi bagaimana bawahan akan

bereaksi. Pemimpin tidak dapat (dan tidak seharusnya) memilih gaya

mereka secara random. Mereka dibatasi oleh kondisi budaya yang

diharapkan oleh karyawan mereka.

5. Pemahaman akan perbedaan gender di dalam kepemimpinan.

Pria dan wanita menggunakan gaya yang berbeda. Lebih spesifik,

wanita cenderung untuk mengadopsi gaya kepemimpinan yang lebih

demokratif dan partisipatif. Wanita cenderung untuk mendorong

partisipasi, membagi kekuasaan dan informasi dan berusaha untuk

meningkatkan harga diri bawahan. Mereka cenderung memimpin

dengan cara merangkul semua pihak dan bergantung pada kharisma,

keahlian, kontrak dan keterampilan interpersonal mereka untuk

mempengaruhi oranglain. Wanita cenderung untuk menggunakan gaya

kepemimpinan transformasional, memotivasi orang lain dengan

mengubah kepentingan orang lain menjadi tujuan organisasi. Pria

cenderung untuk menggunakan gaya yang mengarahkan, memberi

perintah dan mengontrol. Mereka memberikan pengaruh yang

bergantung posisi otoritas formal. Pria menggunakan kepemimpinan

transaksional, memberikan imbalan untuk pekerjaan yang baik dan

penghukuman untuk pekerjaan yang buruk. Walaupun demikian, tidak

ada gaya kepemimpinan pria maupun wanita yang lebih baik.

6. Menjadi pemimpin yang efektif.

Page 54: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

61  

Terdapat dua isu yang perlu didiskusikan terkait dengan

kepemimpinan yang efektif. Pertama, pelatihan kepemimpinan

(leader’s training). Organisasi membutuhkan orang-orang yang

memiliki introspeksi diri yang tinggi (high self-monitor) dan yang

memiliki fleksibilitas untuk mengubah perilaku mereka pada situasi

yang berbeda. Kedua, substitusi bagi kepemimpinan. Di samping

kepercayaan bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat selalu efektif

pada situasi apapun, kepemimpinan tidak selalu penting. Sebagai

contoh, karakteristik bawahan seperti pengalaman kerja, pelatihan

kerja, orientasi kerja profesional dan kebutuhan untuk menjadi

independen dapat menetralisir efek dari kepemimpinan dan dapat

menurunkan permintaan dari kepemimpinan.

2.1.3.5 Indikator dalam Leadership

Sikap dari bawahan dan persepsi dari pemimpin adalah salah satu

contoh dari indikator umum dari keefektivitasan pemimpin. Seberapa baik

pemimpin memuaskan kebutuhan dan ekspetaksi mereka? Apakah

bawahan menyukai, menghormati dan mengagumi pemimpin mereka?

Apakah bawahan mempercayai pimpinan dan merasa bahwa pemimpin

tersebut berintegritas tinggi? Apakah bawahan sangat berkomitmen untuk

menyelesaikan tugas dari pemimpin, atau mereka menentang atau

mengabaikannya? Apakah pemimpin meningkatkan kualitas kehidupan

kerja, membangun kepercayaan diri bawahan, meningkatkan kemampuan

Page 55: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

62  

mereka dan berkontribusi kepada pertumbuhan dan perkembangan

psikologis mereka? Sikap bawahan, persepsi dan kepercayaan biasanya

diukur dengan menggunakan kuesioner dan interview. Aspek dari perilaku

bawahan juga menyediakan indikator secara tidak langsung dari

ketidakpuasan dan perselisihan terhadap pemimpin. Contoh-contoh dari

indikator mencakup kehadiran, voluntary vacancies, keluhan-keluhan

terhadap manajemen atas, permintaan pemindahan kerja, perlambatan

pekerjaan, dan perusakan peralatan atau fasilitas dengan sengaja.

Keefektivitasan kepemimpinan seringkali diukur di dalam kondisi

dimana pemimpin berkontribusi kepada kualitas proses sebuah grup,

sebagaimana yang dirasakan oleh bawahan atau pengamat dari luar.

Apakah pemimpin meningkatkan keterpaduan dari grup, kerja sama,

komitmen, kepercayaan diri anggota yang membuat grup mencapai

sasaran? Apakah pemimpin meningkatkan kemampuan menyelesaikan

masalah dan pengambilan keputusan dari sebuah grup untuk menghadapi

perubahan dan krisis?

Tipe terakhir dari kriteria keefektivitasan kepemimpinan mengarah

kepada orang yang mempunyai karir yang sukses sebagai pemimpin.

Apakah orang tersebut seringkali dipromosikan ke posisi yang mempunyai

tingkatan yang lebih tinggi? Apakah ia dipaksa untuk mengundurkan diri

dari perusahaan? Dan di dalam pemilihan pemimpin di dalam sebuah

perusahaan, apakah ia berhasil terpilih kembali? (Gary Yukl, 2010, p28)

Page 56: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

63  

2.1.4 Employee Engagement

2.1.4.1 Pengertian Employee Engagement

Komitmen terhadap kesuksesan pekerjaan sering disebut sebagai

employee engagement. Hal ini telah didefinisikan oleh salah satu

organisasi riset terkemuka sebagai hubungan emosional yang tinggi yang

seorang karyawan rasakan terhadap organisasinya yang mempengaruhinya

untuk mengerahkan usaha yang bebas dan lebih besar untuk pekerjaannya.

(Risher, 2010, p74).

Pengertian employee engagement menurut Robbins dan Judge

(2007, p76) adalah sebuah keterlibatan individual karyawan, kepuasan,

dan antusiasme untuk melakukan pekerjaannya.

Sedangkan menurut Fraunheim (2009, p20), employee engagement

mengacu pada seberapa berkomitmen para pekerja kepada organisasi

mereka dan seberapa besar usaha lebih yang mereka rela untuk berikan

dalam pekerjaan mereka.

Banyak orang yang percaya bahwa employee engagement

merupakan versi yang telah dikembangkan dari kepuasan kerja. Namun,

penulis memilih untuk membedakannya. Penulis pikir employee

engagement dapat terjadi tanpa adanya kepuasan kerja (Sengupta,

Business Line : The Myth of Engagement, 2011). Employee engagement

adalah salah satu dari dua prioritas utama dari para pemimpin sumber daya

manusia pada tahun 2010, menurut sebuah survei pada bulan Oktober oleh

perusahaan peneliti firm Corporale Executive Board (Mack, Garufi, 2011).

Page 57: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

64  

Employee engagement menurut Thomas (2007) merupakan suatu

keadaan psikologis yang stabil dan adalah hasil interaksi antara seorang

individu dengan lingkungan tempat individu bekerja.

Employee engagement secara keseluruhan merupakan suatu

komitmen karyawan kepada perusahaannya yang didasari oleh sifat

emosional seperti antusiasme, mengerahkan usaha yang bebas dan rela

memberikan usaha lebih besar untuk pekerjaannya.

2.1.4.2 Langkah-langkah Pembuatan dan Pelaksanaan Promosi

Employee Engagement

Langkah-langkah dalam membuat dan melaksanakan promosi

engagement adalah (nn, Science Letter, 2009, p4152) :

1. Diagnosa dan Survei Engagement.

• Aktivitas diagnosa sebelum survei.

• Melakukan pemerikasaan latar belakang dan memperoleh “bahasa

komunikasi”.

• Melibatkan kepemimpinan untuk mendefinisikan engagement

strategis dan budaya pendukung.

• Merancang proses penyampaian pesan engagement.

2. Rencana Kerja dan Intervention.

• Interpretasi hasil survei.

Page 58: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

65  

• Benchmarking.

• Umpan balik hasil survei.

• Umpan balik pada level eksekutif.

2.1.4.3 Penggerak dari Employee Engagement

Banyak peneliti telah berusaha untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mengarah pada employee engagement dan mengembangkan

model-model untuk mengambarkan implikasinya bagi para manager.

Diagnosa mereka bertujuan untuk menentukan pengerak-pengerak yang

akan dapat meningkatkan employee engagement itu.

Menurut laporan penelitian Penna (2007) dalam Markos,

Solomon; Sridevi, M Sandhya, 2010, p89-96, makna di dalam pekerjaan

memiliki potensi untuk menjadi cara yang berharga bagi para pengusaha

dan karyawan untuk lebih dekat bersama-sama untuk keuntungan kedua

belah pihak dalam mengalami perasaan berkomunitas, perasaan

mendapatkan ruang untuk menjadi diri mereka sendiri dan kesempatan

untuk memberikan kontribusi, dengan menemukan makna.

Peneliti-peneliti tersebut juga menghasilkan suatu model baru yang

disebut dengan “hirarki keterlibatan” yang menyerupai “hirarki kebutuhan

Maslow”.

Page 59: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

66  

Gambar 2.1 Hierarchy of Engagement

Sumber : Employee Engagement: The Key to Improving Performance. International Journal of

Business and Management. Vol. 5, Iss. 12; pg. 89, 8 pgs. (ONLINE). http://proquest.umi.com/.

May 2011. Markos, Sridevi (2010).

Gambar 2.2 Hierarchy of Needs

Sumber : Employee Engagement: The Key to Improving Performance. International

Journal of Business and Management. Vol. 5, Iss. 12; pg. 89, 8 pgs. (ONLINE).

http://proquest.umi.com/. May 2011. Markos, Sridevi (2010).

Page 60: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

67  

Pada baris bawah hierarchy of engagement, terdapat kebutuhan

dasar gaji dan tunjangan. Setelah karyawan merasa puas akan kebutuhan

ini, maka karyawan mencari kesempatan untuk berkembang, kemungkinan

untuk promosi dan gaya kepemimpinan promosi akan diperkenalkan

dalam model. Akhirnya, ketika semua kutipan aspirasi tingkat yang lebih

rendah di atas telah dipenuhi, karyawan akan mencari penyesuaian dari

nilai-makna, yang ditampilkan dengan arti sebenarnya dari koneksi, tujuan

umum dan perasaan makna di tempat kerja.

Studi The Blessing White (2006) dalam Markos, Solomon; Sridevi,

M Sandhya, 2010, p89-96, telah menemukan bahwa hampir dua per tiga

(60%) dari karyawan yang disurvei ingin memiliki lebih banyak

kesempatan untuk berkembang untuk tetap merasa puas dalam pekerjaan

mereka. Hubungan manajer-karyawan yang kuat merupakan unsur krusial

dalam employee engagement dan formula retensi. (Markos, Sridevi, 2010,

89).

2.1.4.4 Perilaku Umum dari Employee Engagement

Karyawan yang memiliki employee engagement akan

mendemonstrasikan tiga perilaku umum secara konstan yang

meningkatkan kinerja organisasi :

1. Berbicara (Say).

Page 61: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

68  

Karyawan menganjurkan rekan kerja mereka kepada organisasi dan

mengacu kepada para karyawan dan para pelanggan yang potensial

2. Bertahan (Stay).

Karyawan memiliki keinginan yang besar untuk menjadi anggota

dari organisasi walaupun memiliki kesempatan untuk bekerja di tempat

lain.

3. Bekerja Keras (Strive).

Karyawan bekerja keras dalam waktu yang lebih lama, berusaha

dan berinisiatif untuk berkontribusi pada kesuksesan dari bisnis. (Baumruk

and Gorman, 2006).

2.1.4.5 Strategi Employee Engagement

Untuk menghasilkan karyawan yang memiliki employee

engagement, manajer perlu untuk melihat sepuluh poin berikut ini :

1. Memulainya pada hari pertama.

2. Memulainya dari atas.

3. Meningkatkan employee engagement melalui komunikasi dua arah.

4. Memberikan kesempatan untuk berkembang dan kemajuan yang

memuaskan.

5. Memastikan bahwa karyawan memiliki semua yang mereka butuhkan

untuk melakukan pekerjaan mereka.

6. Memberikan karyawan pelatihan yang tepat.

Page 62: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

69  

7. Memiliki sistem umpan balik yang kuat.

8. Memberikan insentif.

9. Membangun budaya korporat yang istimewa.

10. Berfokus pada karyawan berkinerja tinggi (Markos, Sridevi, 2010).

2.1.4.6 Dimensi dan Indikator dari Employee Engagement

Menurut Thomas (2007) dan Gibbons (2006) dimensi dan indikator

di dalam Employee Engagement:

Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Employee Engagement

Dimensi Indikator

Kesiapan • Siap mendedikasikan diri pada pekerjaan

• Memikirkan cara baru untuk bekerja lebih efektif

• Semangat dalam melaksanakan pekerjaan

Kerelaan • Kesediaan memotivasi diri untuk mencapai keberhasilan

• Kesediaan untuk bekerja keras atau bekerja ekstra keras

Kebanggaan • Pekerjaan sebagai sumber kebanggan diri

• Pekerjaan dikerjakan secara lengkap dan menyeluruh

• Kesiapan mencurahkan jiwa bagi pekerjaan

Sumber : Thomas (2007) dan Gibbons (2006)

Page 63: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

70  

2.1.4.7 Employee Engagement Index

Menurut Bucknall, Wei dan Mercer (2006, p80) Employee

Engagement Index adalah indeks yang didasarkan pada survei periodik

yang diselenggarakan untuk mengukur seberapa karyawan merasa

engaged dengan perusahaan.

Employee Engagement Index merupakan suatu alat ukur yang

penting yang memungkin pihak manajemen untuk mengetahui dan

mengikuti perkembangan isu di dalam suatu perusahaan mengenai

keinginan karyawan untuk bertindak melebihi tuntutan kerja dengan

sukarela. Sebagai tambahan, hal ini memungkinkan perusahaan untuk

berfokus terhadap isu tersebut yang akan membuat perbedaan yang

signifikan terhadap efisiensi di dalam suatu organisasi, dan membantu

pihak manajemen untuk menggunakan keahlian karyawannya secara

efektif.

2.1.4.8 Employee Engagement Index Formula

Terdapat rumus untuk menghitung tingkat engagement karyawan

di dalam suatu perusahaan menurut Bucknall, Wei dan Mercer (2006,

p80), yakni :

.

. 100% 

Page 64: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

71  

2.1.5 Kajian Penelitian Terdahulu

Terdapat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti akan

hubungan serta pengaruh antara variabel HR Practices, Leadership dan

Employee Engagement. Berikut adalah beberapa dari gambaran penelitian

tersebut:

1. Galanaki, E & Papalexandris, N. (2009). Leadership’s Impact on

Employee Engagement : Differences among Entrepreneurs and

Professional CEOs. Leadership & Organization Development Journal,

30. 4, 365-385.

Penelitian ini mengidentifikasi bagaimana dampak antara praktek

kepemimpinan terhadap kepuasan, komitmen, motivasi dan

engagement bawahan. Untuk memperoleh datanya, dilakukan

Multiple respondent survey yang ditujukan untuk para CEO dan

bawahan mereka. Pearson Correlation digunakan dalam

penelitian ini untuk mengukur hubungan antara praktek

kepemimpinan dengan employee engagement. Penelitian ini

menggarisbawahi pentingnya pengembangan visi yang jelas dan

artikulasi visi dalam suatu perusahaan, sebagaimana hal ini terlihat

dalam orang-orang yang bekerja dalam perusahaan mengharapkan

arahan dari pemimpin mereka.

Page 65: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

72  

2. Adnan, S; Asad, A; Ashraf, M; Hussain, R. I & Nayyab, H. (2011).

Impact of HR Practices on Employee Engagement in Banking Sector of

Pakistan. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in

Business, 3. 1, 409-416.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti dampak dari HR

Practices pada employee engagement dalam sektor perbankan di

Pakistan.Data dari peneltian ini diambil dari 250 karyawan dari

berbagai bank komersil di Pakistan. Pendekatan kuantitatif

dengan kuesinoner five point Likert-scal e juga digunakan dalam

peneltian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara employee engagement

dan HR practices. Hasil observasi dari penelitian ini juga

mengungkapkan bahwa karyawan yang bekerja dalam berbagai

bank secara luas memiliki pendekatan yang positif terhadap

employee engagement.

Page 66: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

73  

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penulis atas penelitian ini adalah bagaimana tiap-tiap

variabel bebas (Leadership dan HR Practices) berhubungan dengan variabel

terikat (employee engagement), serta pengaruh kedua variabel bebas secara

simultan terhadap variabel terikat.

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran

Sumber : Penulis

Leadership (Kepemimpinan) 

HR Practices (Praktek‐Praktek Sumber Daya Manusia) 

Karyawan Perusahaan 

PT. EDSIN LESTARI EXPRESS 

Employee Engagement 

Kemajuan dan Kerberhasilan PT. EDSIN LESTARI EXPRESS

Page 67: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

74  

2.3 Hipotesis

Hipotesis atas hubungan variabel HR Practices dengan Employee Engagement.

H0 : HR Practices tidak berpengaruh terhadap Employee Engagement.

Ha : HR Practices berpengaruh terhadap Employee Engagement.

Hipotesis atas hubungan variabel Leadership dengan Employee Engagement.

H0 : Leadership tidak berpengaruh terhadap Employee Engagement.

Ha : Leadership berpengaruh terhadap Employee Engagement.

Hipotesis atas hubungan variabel HR Practices dan Leadership secara simultan

dengan Employee Engagement.

H0 : HR Practices dan Leadership tidak berpengaruh secara simultan terhadap

Employee Engagement.

Ha : HR Practices dan Leadership berpengaruh secara simultan terhadap

Employee Engagement.

Page 68: 3. BAB 2 - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00420-MN BAB 2.pdf · Human Resource Development ... Sebagai contoh, ... instruksi yang akan dibutuhkan

   

75  

Jawaban sementara atas masalah penelitian ini yang diturunkan dari

kerangka pemikiran diatas adalah :

• Terdapat pengaruh Leadership terhadap Employee Engagement di PT.

EDSIN LESTARI EXPRESS.

• Terdapat pengaruh HR Practices terhadap Employee Engagement di PT.

EDSIN LESTARI EXPRESS.

• Terdapat pengaruh HR Practices dan Leadership secara simultan terhadap

Employee Engagement di PT. EDSIN LESTARI EXPRESS.