22
Universitas Kristen Petra 27 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah bagaimana mencitrakan Akademi Fesyen Batik tidak hanya sebagai sebuah bangunan pendidikan, tetapi juga mencitrakan nilai semangat mencintai batik yang diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektural yang lebih modern sehingga dapat diterima dengan baik oleh mayarakat. Oleh karena itu, agar batik dapat diterima dengan baik oleh masyarakat tentunya memerlukan suatu proses. Lewat sebuah proses, manusia diajarkan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Kata kunci “proses” inilah yang menjadi landasan konseptual berpikir dalam mendesain bangunan. Di mana, agar proses dapat dirasakan, maka sebuah proses harus berjalan transparan/jelas dan tentunya mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas sehingga masyarakat dapat mengikuti alur berjalannya sebuah “proses” tersebut. 3.1.2 Pendekatan Perancangan Berdasarkan masalah desain yang ada, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan metafora intangible, yakni memetaforkan proses pembuatan batik ke dalam proses edukasi fesyen, diekspresikan pada pola penataan massa dan penempatan kebutuhan ruang-ruangnya baik ruang dalam maupun ruang luarnya sehingga terjadi orientasi ke dalam (diibaratkan seperti menjaga batik) dan keluar (diibaratkan seperti mengembangkan batik) bangunan yang baik sesuai dengan tujuan dari didirikannya bangunan. 3.1.3 Pendalaman Perancangan Pendalaman yang dipilih adalah karakter ruang, diharapkan lewat pengolahan desain karakter ruang yang tepat, siswa benar-benar merasakan batik secara nyata.

3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

27

3. PERANCANGAN BANGUNAN

3.1 Konsep Perancangan

3.1.1 Masalah Desain

Masalah dalam desain adalah bagaimana mencitrakan Akademi Fesyen

Batik tidak hanya sebagai sebuah bangunan pendidikan, tetapi juga mencitrakan

nilai semangat mencintai batik yang diterjemahkan ke dalam bahasa arsitektural

yang lebih modern sehingga dapat diterima dengan baik oleh mayarakat.

Oleh karena itu, agar batik dapat diterima dengan baik oleh masyarakat

tentunya memerlukan suatu proses. Lewat sebuah proses, manusia diajarkan

untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Kata kunci “proses”

inilah yang menjadi landasan konseptual berpikir dalam mendesain bangunan. Di

mana, agar proses dapat dirasakan, maka sebuah proses harus berjalan

transparan/jelas dan tentunya mempunyai sebuah awal dan akhir yang jelas

sehingga masyarakat dapat mengikuti alur berjalannya sebuah “proses” tersebut.

3.1.2 Pendekatan Perancangan

Berdasarkan masalah desain yang ada, pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan metafora intangible, yakni memetaforkan proses pembuatan

batik ke dalam proses edukasi fesyen, diekspresikan pada pola penataan massa

dan penempatan kebutuhan ruang-ruangnya baik ruang dalam maupun ruang

luarnya sehingga terjadi orientasi ke dalam (diibaratkan seperti menjaga batik)

dan keluar (diibaratkan seperti mengembangkan batik) bangunan yang baik sesuai

dengan tujuan dari didirikannya bangunan.

3.1.3 Pendalaman Perancangan

Pendalaman yang dipilih adalah karakter ruang, diharapkan lewat

pengolahan desain karakter ruang yang tepat, siswa benar-benar merasakan batik

secara nyata.

Page 2: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

28

Pada era modern seperti sekarang, perubahan persepsi manusia

tradisional yang disesuaikan dengan kegiatan dalam kehidupan kesehariannya

menyebabkan busana tradisional juga berubah.

Gambar 3.1. Skema konsep pendalaman

Pengambilan konsep cara pemakaian batik yang berbeda pada masa yang

lalu sampai dengan pengembangan masa sekarang inilah yang dipelajari oleh

seorang perancang busana. Karena fesyen adalah original dan inovatif (Ardistia,

2007). Sehingga ketika diterapkan dalam desain, siswa akan menemukan “batik”

di tempat-tempat yang tidak terduga.

§ Pemakaiannya ribet

§ Ketinggalan jaman

§ Kurang sesuai konsep berbusana jaman sekarang yang menitik beratkan kepraktisan

Dulu. Batik sebagai selendang ataupun jarit

Dulu. Batik Cuma dikenal sebagai elemen interior

Batik telah banyak ditinggalkan

Oleh karena itu,

Sekarang. Batik dikembangkan menjadi baju, celana panjang, dll

Sekarang. Batik muncul pada pola lantai, plafon, dinding, bahkan struktur

konsep pengaplikasian

Page 3: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

29

Gambar 3.2. Cara pemakaian batik yang berbeda diharapkan dapat memberikan

napas baru dalam dunia fesyen Indonesia

3.2 Aplikasi Konsep pada Bangunan

3.2.1 Konsep Pola Penataan Massa

Pola penataan massa bangunan berorientasi ke dalam dan ke luar tapak.

Hal ini dikarenakan untuk mencintai batik, kita tidak boleh hanya menjaga batik

(orientasi ke dalam), tetapi juga mengembangkan batik (orientasi ke luar)

sehingga batik dapat dirasakan semua lapisan masyarakat, tidak hanya dari

beberapa kalangan tertentu saja.

Hal ini menghasilkan bentukan bangunan multiple mass dengan 5 massa

utama, yakni massa A sebaga i bangunan pusat informasi, massa B sebagai zona

trainning model atau kelas teori, massa C sebagai zona direct learning atau kelas

praktek, massa D sebagai zona on the job trainning atau kafe butik, dan massa E

sebagai zona finishing atau galeri. 5 massa ini kemudian didesain menjadi satu

kesatuan massa kompleks yang tetap memperhatikan kebutuhan-kebutuhan tiap

ruangnya, berdasarkan analisa tapak yang dilakukan terlebih dahulu, sehingga

meminimalisir ruang negatif pada tapak dan menggantikannya dengan ruang

positif berupa open space.

Page 4: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

30

Gambar 3.3. Siteplan

Konsep pola penataan massa didasarkan pada kebutuhan kenyamanan

penghuni di dalam bangunan dengan mengutamakan pencahayaan dan

penghawaan alami. Sehingga bangunan lebih difokuskan dengan bentukan

memanjang persegi panjang dibandingkan melebar seperti kotak.

Gambar 3.4. Analisa bentuk bangunan terhadap aliran angin

Sehingga di tengah-tengah tapak didesain menjadi ruang makro yang

cukup besar berupa open space untuk menanggapi kebutuhan tersebut.

? U

Terjadi cross ventilation yang baik

Pada bangunan yang ‘gemuk’, angin hilang di tengah-tengah bangunan

Page 5: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

31

Selain berdasarkan konsep, tarikan-tarikan lengkung yang terjadi juga

didasarkan view penangkap dari luar tapak menuju ke dalam tapak, misalnya

adanya space penangkap pada bagian depan bangunan berfungsi menarik minat

pengunjung (massa A).

3.2.2 Konsep Zoning dan Sirkulasi

Terlebih dahulu, ada baiknya kita mengenal sekilas proses pembuatan

batik secara singkat sebagai berikut.

Gambar 3.5. Proses pembuatan batik

Page 6: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

32

Dengan demikian,

Gambar 3.6. Skema linear berjalannya proses pembuatan batik

Kemudian, proses pembuatan batik ini dimetaforkan dengan proses

edukasi fesyen.

Page 7: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

33

Page 8: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

34

Gambar 3.7. Pemetaforaan proses pembuatan batik ke dalam proses edukasi

fesyen berdasarkan kurikulum Kompetensi (KBK)

Sirkulasi. Masing-masing bangunan didesain “langsing”, selain untuk

memenuhi kebutuhan pencahayaan dan penghawaan alami, bangunan memiliki

dua bagian, yakni bagian dalam dan bagian luar yang kemudian membentuk

Page 9: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

35

sirkulasi ditata secara linear sesuai dengan konsep pemetaforaan, yakni dari

entrance in bangunan – massa A – massa B – massa C – massa D - massa E –

entrance out bangunan.

Gambar 3.8. Zoning dan sirkulasi

3.2.3 Konsep Bentukan Massa

Berangkat dari konsep “proses” di atas, yang memetaforkan proses

pembuatan kain batik ke dalam proses edukasi fesyen, demikian pula terjadinya

bentuk massa bangunan.

Page 10: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

36

Gambar 3.9. Konsep bentukan

Di mana, dari sebuah kain polos menjadi sebuah kain batik yang indah,

demikian pula kain polos tersebut diibaratkan seperti siswa yang baru masuk

sehingga setelah melalui prose edukasi fesyen, siswa tersebut akhirnya menjadi

seorang perancang busana yang cinta akan batik. Hal ini kemudian menghasilkan

analogi bentukan sebagai berikut.

Gambar 3.10. Analogi bentukan yang terjadi

Analogi garis lengkung mempunyai arah ke dalam dan ke luar yang tidak

jelas, sama seperti siswa baru yang sebenarnya sudah mempunyai bakat, tetapi

bakat tersebut belum terasah dengan baik, sehingga lewat pengalaman edukasi di

Page 11: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

37

Akademi Fesyen Batik ini, siswa menjadi seorang perancang busana batik dengan

bakat yang sudah terasah dengan baik dianalogikan dengan bentuk lingkaran yang

mempunyai arah ke dalam (menjaga batik) dan ke luar (mengembangkan batik)

yang lebih jelas.

Gambar 3.11. Penerapan konsep bentukan tampak siteplan

Gambar 3.12. Penerapan konsep bentukan tampak perspektif

Kegiatan yang berhubungan

dengan kelulusan siswa

menjadi perancang

busana

Segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa

Page 12: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

38

3.2.4 Konsep Tampak Bangunan

Secara umum, tampak bangunan didesain mencitakan nilai semangat

dalam ‘berbatik-ria’.

Gambar 3.13. Tampak depan (atas) dan perspektif bird eye view dilihat dari jalan

Kertajaya Indah timur (bawah)

Atap menggunakan warna gradasi dari warna putih ke warna merah bata

dengan warna dasar oranye memberikan kesan modern dan ekspresif. Yang

bilamana dipadukan dengan bentukan massa bangunan menimbulkan perasaan

bebas, berjiwa muda, dan dapat membangkitkan semangat dan kepercayaan diri.

Selain itu, dinding berlubang dengan motif yang hampi menyerupai batik

ini memberikan persepsi visual kepada pengunjung bahwa batik tidak lagi

menjadi sesuatu yang old fashioned dan membosankan. Tampil dinamis sebagai

struktur kerangka dinding massa E (galeri) pada depan tampak bangunan, pola

yang menyerupai batik ini menjadi suatu aksen yang unik tetapi tetap fungsional.

Page 13: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

39

Gambar 3.14. Konsep tampak bangunan

Gambar 3.15. Pola konstruksi dinding bermotif

3.2.5 Pendalaman Karakter Ruang

Karakter ruang pada bangunan ini didesain dengan memanfaatkan

permainan sinar matahari dan bayangan. Tidak dapat dipungkiri, cahaya buatan

juga turut berperan dalam menciptakan suasana ruang.

Berikut penjelasannya.

Page 14: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

40

Massa A

Lewat sidelight berwarna hijau segar, pada dinding ruangan muncul

bayangan kecil berbentuk persegi panjang yang menjadi sebuah aksen utama

ketika orang pertama kali memasuki bangunan.

Gambar 3.16. Sidelight pada dinding berwarna hijau segar (kiri) dan perspektif

interior massa A (kanan)

Ruang interior menggunakan lampu halogen berwarna putih yang

meyerupai sinar matahari seakan-akan di dalam ruangan memancarkan kehidupan

yang menyimbolkan massa A berisi segala informasi mengenai seluruh bangunan.

Karena massa menghadap timur, ruangan mendapatkan sinar matahari secara

optimal sampai dengan pk. 09.00 sampai pk. 10.00 saja, hal ini ditanggapi dengan

penggunaan warna-warna terang yang didominasi warna putih dan sedikit hijau

segar dan merah muda.

Ruangan yang memang sengaja didesain tertutup ini, membuat

pengunjung yang datang segera dialihkan perhatiannya untuk memasuki area

galeri, sehingga kegiatan belajar mengajar siswa tetap terjaga privasinya.

Page 15: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

41

Gambar 3.17. Pengunjung (kuning) dialihkan segera menuju galeri dengan

bantuan visual berupa dinding masif (biru)

Massa B

Berjalan di sepanjang selasar dengan sinar matahari menembus lubang-

lubang pada dinding memberikan pemandangan kontras antara cahaya dan

bayangan, menjauhkan kesan monoton dari sebuah lorong.

Dinding setebal 35 cm ini tidak sekedar memenuhi persyaratan estetika

saja, tetapi juga persyaratan sebagai struktur dinding pemikul dan pembayangan

bangunan.

Gambar 3.18. Selasar unik pada bangunan training model

Page 16: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

42

Lebih dari itu, bayangan yang menyerupai motif batik ini memberikan

perasaan menyatu antara siswa dengan bangunan. Sehingga di sini siswa benar-

benar merasakan batik secara nyata (sesuai dengan tujuan didirikannya

bangunan).

Massa C

Bayangan pada massa C ini langsung membayangi ruang-ruang kelas

praktek sehingga bayangan yang ada seperti sedang “membatik” ruangan. Siswa

seperti melihat contoh dan dapat langsung dipraktekkan.

Gambar 3.19. Bayangan menyerupai motif batik pada pola lantai

Lampu yang digunakan adalah lampu halogen berwarna putih sehingga

menerangi ruang semi-outdoor ini secara diffuse lewat pantulan dari plafon

berwarna hijau segar. Sehingga di dalam ruangan tercipta suasana ruang yang

lebih hidup, cerah, menciptakan kesan mengundang, aktif, dan membangkitkan

semangat.

Massa D

Suasana redup dengan plafon yang direndahkan dari ketinggian aslinya

dicat warna hitam dan didesain menyerupai motif batik ini memberikan kesan

santai yang didukung dengan adanya kolam pada bawah lantai. Diletakkan lampu-

lampu downlight di bawah kolam yang menyorot plafon.

Page 17: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

43

Gambar 3.20. Tercipta Suasana interior yang ekletik yang menarik

Bagi pengunjung, bangunan kafe butik ini merupakan titik akhir dari

“brainstroming” pengenalan mereka akan fesyen batik, sehingga mereka

merasakan suasana interior eklektik, yakni gaya modern dan simple berpadu

dengan unsur tradisional yang kuat lewat pola plafon yang menyerupai motif

batik.

3.3 Sistem Struktur

3.3.1 Struktur Utama

Sistem struktur menggunakan sistem rangka dengan kolom dan balok

baja. Meskipun bangunan hanya berlantai 1-2, tetapi memiliki bentang kolom

yang cukup lebar, yakni di antara 8 meter, 10 meter dan 12 meter akibat betukan

lengkung. Hal ini dikarenakan bentang kelas yang mencapai 10 m, sehingga lebih

efektif bila menggunakan baja untuk menghindari tinggi balok yang besar. Bila h

balok beton adalah 1/10-1/12 bentang, maka baja wf dapat mencapai 1/25 bentang.

Hitungan ini memungkinkan karena bangunan hanya 2 lantai. Untuk atap stengah

pelana menggunakan rangka balok baja 20/40.

Di beberapa tempat, dindingnya menjadi struktur pemikul beban dengan

model kerangka diagonal.

Page 18: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

44

Gambar 3.21. Pola konstruksi dinding bermotif

3.3.2 Struktur Penutup

Dinding pengisi sebagian menggunakan material batako, sedangkan pada

dinding stuktur pemikul, konstruksinya menggunakan beton precast yang ditutup

dengan GRC board.

Penutup atap menggunakan colorbond zincalume 5mm. Untuk

menghindari bunyi yang mengganggu pada atap ketika hujan, sesudah balok baja

ada roof mash, aluminium foil, glasswool baru kemudian ditutup dengan

zincalume.

Gambar 3.22. Aksonometri struktur

3.4 Sistem Utilitas

3.4.1 Air Bersih

bangunan 2 lantai hanya terdapat pada bangunan training model, di mana

pada lantai 2 air bersih hanya digunakan untuk ruang WC. Oleh karena itu, secara

Page 19: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

45

keseluruhan, bangunan menggunakan system up feed, dengan tendon bawah yang

terletak pada lantai basement sehingga tidak memerlukan ruang untuk tandon atas.

Untuk kebutuhan khusus pada bangunan direct learning, yakni area

workshop II yang terletak pada lantai 2, penyalurannya dari tandon bawah

dipompa menuju tandon sementara di bawah taman tanaman pewarna alami.

Gambar 3.23. Skema penyaluran air bersih

Gambar 3.24. Aplikasi sistem distribusi air bersih pada tapak

Penghitungan kapasitas tandon bawah berdasarkan rata-rata pemakaian

air yakni sebagai berikut:

PDAM meteran tandon bawah

pompa 1

pompa 2 tandon sementara

distribusi

distribusi

Tandon bawah

Tandon sementara

Pergerakan air

Meteran

Page 20: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

46

- Rata-rata pemakaian air per hari:

Siswa : 40 orang

Guru/karyawan : 41 orang

- Kebutuhan air bersih untuk siswa = 40 x 100 liter = 4.000 liter

- Kebutuhan air bersih untuk guru/karyawan = 41 x 100 liter = 4.100 liter

- Total kebutuhan air bersih per hari = 8.100 liter

- Jadi, kapasitas tandon bawah = 8.100 liter = 8.1 meter kubik = 8 meter kubik

- Ukuran tandon bawah utama = 2 x 2 x 2 m3

3.4.2 Pembuangan

Sistem pembuangan bangunan menggunakan STP dan sumur resapan.

Untuk bangunan kelas teori dimana terdapat area workshop perendaman

dan penjemuran kain pada lantai 2, sebelum air limbah dialirkan ke saluran kota,

air limbah diolah terlebih dahulu. Terdapat ruang mekanikal tepat di bawahnya

pada lantai 1 yang didalamnya terdapat STP khusus sehingga ketika dibuang tidak

mencemari air saluran kota.

Gambar 3.25. Sistem pengolahan air limbah

3

1

2

1

2

3

Area workshop

Ruang mekanikal (STP)

Saluran kota

Page 21: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

47

Gambar 3.26. Aplikasi sistem pembuangan pada area workshop

3.4.3 Listrik

Distribusi listrik pada bangunan dibagi menjadi 2 distribusi utama.

Distribusi listrik pertama, jam pemakaian dari pk. 08.00 – pk. 05.00 pada

bangunan kelas teori (massa B) dan kelas praktek (massa C).

Distribusi listrik yang kedua, jam pemakaian dari pk.07.00 – pk.21.00

pada bangunan pusat informasi (massa A), bangunan kafe butik (massa D), dan

bangunan galeri (massa E).

Ruang panel utama dan ruang genset diletakkan berdekatan pada lantai

basement. Kemudian dari ruang panel utama distribusi langsung ke 2 subpanel di

lantai 1. Satu subpanel berada di ruang toko buku pada bangunan kelas teori dan

satu lagi berada di dapur pada bangunan kafe butik.

Gambar 3.27. Skema distribusi listrik PLN

S

A

L

U

R

A

N

K

O

T

A

PLN Trafo Meteran MDP Subpanel I

Subpanel II

genset

Page 22: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 ... · 27 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1 Konsep Perancangan 3.1.1 Masalah Desain Masalah dalam desain adalah

Universitas Kristen Petra

48

Gambar 3.28. Aplikasi sistem listrik pada tapak

Subpanel 1

Subpanel 2

Trafo