13
Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan 1 SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI JALAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SEBAGAI PENDUKUNG KORIDOR EKONOMI INDONESIA Environmental Road Network as Economic Indonesia Corridor Support Agus Bari Sailendra Greece Maria Lawalata Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Kementrian Pekerjaan Umum Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Jl. AH Nasution 264, Bandung [email protected] [email protected] ABSTRAK Pertumbuhan jumlah perjalanan (demand) yang tinggi pada dasarnya harus diimbangi oleh penyediaan infrastruktur transportasi jalan (supply) yang seimbang. Terutama berkaitan dalam proses penyiapan infrastruktur pada Koridor Ekonomi Indonesia (KEK). KEK ini harus didahului oleh penyiapan infrastruktur jalan. Transportasi jalan memiliki kontribusi terhadap perubahan iklim global yang cukup berarti. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan langkah strategis melalui perwujudan jaringan transportasi jalan yang berwawasan lingkungan dengan tetap memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Makalah ini merupakan hasil kajian literatur dan kumpulan teknologi ramah lingkungan dalam proses/tahapan perencanaan, perancangan dan pemanfaatan jalan yang mengedepankan berwawasan lingkungan dengan memaparkan hasil uji coba di satu segmen jalan Ciumbuleuit Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, mewujudkan lingkungan yang harmonis diperlukan: prinsip perencanaan harus berbasis tata ruang, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, ekonomi dan masyarakat; Prinsip perancangan adalah menggunakan teknologi ramah lingkungan; Manajemen pemanfaatan jalan yang berwawasan lingkungan diperlukan dalam pengorganisasasian pemanfaatan berbagai fasilitas sesuai fungsi utama dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan, lingkungan dan efisiensi transportasi, seperti fasilitas pejalan kaki, sepeda, lansekap, noise barrier, dsb.Sebagai rekomendasi, langkah strategis adalah diperlukan penerapan sistem transportasi jalan yang berwawasan lingkungan pada koridor ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhatikan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dapat menghilangkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri, yang selanjutnya akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Kata kunci: jalan berwawasan lingkungan, perencanaan, perancangan, manajemen ABSTRACT High travel demand should be balanced by road transportation infrastructure supply, especially in process of completting Indonesia Economic Corridor (IEC). Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan langkah strategis melalui perwujudan jaringan transportasi jalan yang berwawasan lingkungan dengan tetap memperhatikan pertumbuhan ekonomi.The IEC should be intiated by road infrastructure preparation. Road transportation significantly contributes to global climate change. To anticipate those, it will need strategic way through realization of Environment road tansportation Networks by considering the Economic growth aspect. This paper presentrs the result of literature study and environmental friendly Technology in planning, designing, and environmentally road utilization with describing the result of road trials in Cimbuleuit, Bandung . The results showed that, creating a harmonious environment needs based - spatial planning, taking into account environmental aspects,and social economic aspects . Designing principle is using environmental friendly Technology. Management of environmentally road utilization is needed in the utilization of various facilities in accordance with their main function by considering safety aspect, environment , trasportation efficiency such as pedestrian and bicycle facilities, landscape, noise barrier,etc. As a recomendation, a strategic way is needed in applying environmental road system at economic road corridor. Key words: Environmental road, planning, designing, Management.

3. Sistem Jaringan Transportasi Jalan Yang Berwawasan Lingkungan Sebagai Pendukung Koridor Ekonom.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    1

    SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI JALAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

    SEBAGAI PENDUKUNG KORIDOR EKONOMI INDONESIA Environmental Road Network as Economic Indonesia Corridor Support

    Agus Bari Sailendra Greece Maria Lawalata

    Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Kementrian Pekerjaan Umum Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan

    Jl. AH Nasution 264, Bandung [email protected] [email protected]

    ABSTRAK Pertumbuhan jumlah perjalanan (demand) yang tinggi pada dasarnya harus diimbangi oleh penyediaan infrastruktur transportasi jalan (supply) yang seimbang. Terutama berkaitan dalam proses penyiapan infrastruktur pada Koridor Ekonomi Indonesia (KEK). KEK ini harus didahului oleh penyiapan infrastruktur jalan. Transportasi jalan memiliki kontribusi terhadap perubahan iklim global yang cukup berarti. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan langkah strategis melalui perwujudan jaringan transportasi jalan yang berwawasan lingkungan dengan tetap memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Makalah ini merupakan hasil kajian literatur dan kumpulan teknologi ramah lingkungan dalam proses/tahapan perencanaan, perancangan dan pemanfaatan jalan yang mengedepankan berwawasan lingkungan dengan memaparkan hasil uji coba di satu segmen jalan Ciumbuleuit Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, mewujudkan lingkungan yang harmonis diperlukan: prinsip perencanaan harus berbasis tata ruang, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, ekonomi dan masyarakat; Prinsip perancangan adalah menggunakan teknologi ramah lingkungan; Manajemen pemanfaatan jalan yang berwawasan lingkungan diperlukan dalam pengorganisasasian pemanfaatan berbagai fasilitas sesuai fungsi utama dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan, lingkungan dan efisiensi transportasi, seperti fasilitas pejalan kaki, sepeda, lansekap, noise barrier, dsb.Sebagai rekomendasi, langkah strategis adalah diperlukan penerapan sistem transportasi jalan yang berwawasan lingkungan pada koridor ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhatikan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dapat menghilangkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri, yang selanjutnya akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Kata kunci: jalan berwawasan lingkungan, perencanaan, perancangan, manajemen ABSTRACT High travel demand should be balanced by road transportation infrastructure supply, especially in process of completting Indonesia Economic Corridor (IEC). Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan langkah strategis melalui perwujudan jaringan transportasi jalan yang berwawasan lingkungan dengan tetap memperhatikan pertumbuhan ekonomi.The IEC should be intiated by road infrastructure preparation. Road transportation significantly contributes to global climate change. To anticipate those, it will need strategic way through realization of Environment road tansportation Networks by considering the Economic growth aspect. This paper presentrs the result of literature study and environmental friendly Technology in planning, designing, and environmentally road utilization with describing the result of road trials in Cimbuleuit, Bandung . The results showed that, creating a harmonious environment needs based - spatial planning, taking into account environmental aspects,and social economic aspects . Designing principle is using environmental friendly Technology. Management of environmentally road utilization is needed in the utilization of various facilities in accordance with their main function by considering safety aspect, environment , trasportation efficiency such as pedestrian and bicycle facilities, landscape, noise barrier,etc. As a recomendation, a strategic way is needed in applying environmental road system at economic road corridor. Key words: Environmental road, planning, designing, Management.

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    2

    PENDAHULUAN

    Dewasa ini, kesempatan memperoleh informasi yang makin luas dan mudah, meningkatnya kebebasan untuk berekspresi atau menyatakan pendapat baik secara lokal, nasional bahkan internasional (globalisasi), telah mendorong percepatan peningkatan pemahaman tingkat kepedulian masyarakat terhadap masalah lingkungan. Sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa ada permasalahan dalam kualitas lingkungan hidup di Indonesia sekarang ini, sejalan dengan perjalanan gerak pembangunan ekonomi. Tergradasinya kualitas lingkungan hidup pada gilirannya akan mengakibatkan terhambatnya aktivitas masyarakat dan kegiatan ekonomi, sehingga upaya mendorong mempercepat laju pertumbuhan ekonomi secara signifikan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat menjadi jauh lebih berat dan makin rumit. Perkembangan saat ini mengindikasikan bahwa, pendekatan pembangunan yang mempertimbangkan aspek lingkungan telah dan harus menjadi bagian dari isu penting dan strategis, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga, pendekatan pemecahan transportasi jalan di perkotaan sebaiknya harus dengan pendekatan ekonomi (kebutuhan dan penyediaan) dan sekaligus pendekatan yang mempertimbangkan aspek lingkungan yang mengacu kepada tata ruang wilayah Nasional, Provinsi Kabupaten/Kota.

    Di Indonesia, telah berkembang tuntutan, dengan diterapkannya demokratisasi dalam pelaksanaan pembangunan di daerah (UU 22/1999 dan UU 25/1999 tentang otonomi daerah dan perimbangan keuangan), kemudian tuntutan dunia internasional tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan (Agenda 21), serta tantangan globalisasi (daya saing) yang harus dihadapi Indonesia. Keadaan itu, menuntut perlunya suatu kebijakan dan strategi dalam pembangunan perkotaan yang mengedepankan berwawasan lingkungan sekaligus mampu menjawab permasalahan yang ada dan mempunyai daya saing yang tinggi, dan diharapkan mampu mendorong timbulnya peran dan tanggung jawab masyarakat yang lebih proporsional dan bertanggung jawab.

    Terwujudnya suatu kota sebagai suatu tempat yang layak huni, dapat berkembang sesuai dengan potensinya dan mempunyai daya saing yang menarik (efisien) serta mampu mendorong pengembangan wilayah yang bersinerji secara harmonis, dengan melibatkan peran masyarakat, adalah merupakan suatu harapan dan cita-cita masyarakat. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka salah satu strategi yang dilakukan yaitu dengan melalui pendekatan konsep integrasi penataan ruang dan sistem jaringan transportasi jalan yang mengacu pada konsep berwawasan Lingkungan atau pembangunan transportasi jalan berkelanjutan (sustainable transportation development)

    Perhatian dan komitmen dari berbagai pihak pemangku kepentingan seperti pembina jalan (Kementerian Pekerjaan Umum), pembina lalu lintas (Kementerian Perhubungan), dan penegakan hukum (Kepolisian RI), Pemerintah daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota), serta instansi pembina lainnya, dituntut untuk berkoordinasi dan bersinerji dalam mewujudkan sistem jaringan transportasi jalan, melalui upaya perencanaan dan pemanfaatan jalan yang taat azas dan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan pengguna jalan (lalu lintas). Melakukan pemeliharaan (teknologi preservasi) jalan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dan pemanfaatan fungsi jalan melalui manajemen dan rekayasa lalu lintas yang optimal, serta penegakan hukum lalu lintas yang konsisten dan tegas untuk menegakan disiplin berlalu lintas.

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    3

    Pembangunan, merupakan proses perubahan terus menerus dari kondisi kurang baik menjadi lebih baik, sehingga diharapkan akan terjadi keseimbangan lingkungan baru. Dengan demikian pembangunan insfrastruktur pekerjaan umum perlu selalu dikaitkan terhadap daya dukung lingkungan baru tersebut, agar lingkungan sebagai ruang hidup manusia tidak terdegradasi sebagai akibat daya dukung lingkungan yang terlampaui yang dapat menyebabkan bencana antara lain banjir, longsor, penurunan kualitas air dan udara, maupun pengurangan sumber daya air.

    Penggunaan teknologi (transportasi) jalan (pembangunan atau pemeliharaan) yang ramah lingkungan (green construction), rekayasa dan manajemen lalu lintas yang juga berbasis untuk mengurangi polusi dan kebisingan lalu lintas, pendekatan manajemen keselamatan lalu lintas jalan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup (quality of live improvement) warga kota, diharapkan bisa mewujudkan masyarakat yang sehat, sejahtera dan maju melalui penerapan atau perwujudan menuju sistem jaringan transportasi jalan yang menedepankan aspek berwawasan lingkungan.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Transportasi jalan Indonesia memberlakukan konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta komitmen Indonesia untuk melestarikan lingkungan hidup semakin kuat dengan disyahkannya Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) No 23 Tahun 2009, yang dalam pelaksanaannya dikeluarkan beberapa peraturan pemerintah , dan peraturan serta kebijakan di tingkat Menteri Lingkungan Hidup.

    Dengan diterapkannya perundang-undangan tentang lingkungan hidup maka seluruh pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia haruslah menerapkan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Kementerian Pekerjaan Umum dalam realisasinya telah memberikan masukan ke Menteri Lingkungan Hidup dan menetapkan kebijakan kelayakan dari aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum, seperti yang tertuang dalam Peraturan menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Serta Nomor 17 tahun 2001 tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL/UPL. Serta kebijakan Menteri Kimpraswil Nomor 17 tahun 2001 yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 tahun 2007 tentang jenis usaha dan atau kegiatan pembangunan infrastruktur PU yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL.

    Masyarakat dunia kini menyadari terjadinya perubahan iklim akibat pemanasan global. Hal ini mendorong para pemimpin dunia untuk menjadikan pelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu pertimbangan utama dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan pembangunan. Ada 191 negara tergabung dalam Forum United Nation Framework Convention in Climate Change pada 1992, mencari solusi untuk mengurangi pemanasan global yang kemudian disusun dan disepakati bersama.

    Protocol Kyoto menetapkan target pengurangan emisi yang dituding sebagai biang keladi efek rumah kaca. Lebih dari 130 negara setuju agar protocol Kyoto mengikat negara pesertanya secara hukum. Indonesia adalah salah-satu negara yang meratifikasi perjanjian ini. Sebagai bagian dari komunitas global, Indonesia berperan serta menghadapi tantangan perubahan iklim. Pembangunan berwawasan lingkungan

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    4

    telah diterapkan dalam elemen pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum. Termasuk melakukan evaluasi dan seleksi rencana alternative pembangunan infrastruktur PU dari aspek lingkungan, pengembangan, serta pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Dalam hal transportasi yang berkelanjutan (sustainable transportation), menurut center for sustainable development (1977) mengartikan bahwa sistem transportasi yang berkelanjutan merupakan suatu sistem yang menyediakan kemudahan pergerakan bagi pemenuhan kebutuhan dasar orang atau kelompok orang (warga/masyarakat) dengan aman dan memenuhi kesehatan manusia dan ekosistem secara konsisten serta sangat arif terhadap kebutuhahan sekarang dan masa mendatang. Kemudahaan diartikan terjangkau secara finansial, menyediakan alternatip pilihan moda dan beroperasi secara efisien, guna mendukung laju pertumbuhan ekonomi. Meminimalkan penggunaan sumber energi dan sumber tak terbarukan, menggunakan komponen yang terdaur ulang, membatasi emisi dan buangan sesuai dengan kemampuan absorbsi alam dan meminimumkan penggunaan lahan serta memproduksi polusi suara sekecil mungkin.

    Koridor ekonomi Sampai saat ini telah direalisasi investasi pembangunan koridor ekonomi Sumatera mencapai Rp.324,085 triliun atau 45,38% dari target Rp 714 triliun koridor ekonomi Sumatera dalam MP3EI. Enam lokus prioritas meliputi kawasan Sei Mangke, kawasan industri Dumani, Tanjung Api-api, Tanjung barat, Muara enim, kawasan Selat Sunda, dan Cilegon. Kegiatan utama di kawasan tersebut antara lain, kelapa sabit, batubara, dan besi baja. Bisa dibayangkan kondisi lalu lintas kendaraan di masa depan pada saat target 714 triliun tercapai. Semakin banyak volume kendaraan, semakin cepat kendaraan bergerak, semakin banyak pula masalah polusi suara, polusi udara, dan polusi lainnya (Kominfo-Newsroom, 2011).

    METODE Metode penulisan dimulai dengan kajian pustaka transportasi jalan, manajemen jalan berwawasan lingkungan, penyediaan tanaman, yang mengedepankan wawasan lingkungan dengan memaparkan hasil uji coba di satu segmen jalan Ciumbuleuit Bandung.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Konstribusi transportasi jalan Transportasi jalan merupakan komponen yang penting karena dapat meningkatkan keuntungan bagi masyarakat, namun transportasi jalan dapat pula menurunkan kualitas lingkungan di area jalan tersebut. Seperti adanya kendaraan bermotor menyebabkan volume asap kendaraan meningkat. Suara kendaraan pun menimbulkan kebisingan dan mengganggu konsentrasi masyarakat di lingkungan jalan tersebut. Posisi perlengkapan jalan dan fasilitas pendukung jalan lainnya pun sangat mempengaruhi lingkungan jalan. Seperti posisi tiang yang menghambat kelancaran pergerakan pejalan kaki dan kendaraan (Lawalata, 2011). Oleh karena itu, agar mendapat keuntungan dari transportasi jalan tanpa mengurangi kualitas lingkungan, dibutuhkan perencanaan transportasi jalan yang memperhatikan lingkungan.

    Memperhatikan Undang-undang yang telah diberlakukan tentang pengelolaan lingkungan hidup, Kementerian Pekerjaan Umum mendorong agar pengelola maupun pelaksana melaksanakan peraturan lingkungan hidup, menggunakan material dan konstruksi yang ramah lingkungan, dan memanfaatkan bahan lokal. Selain itu,

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    5

    menerapkan pula prinsip reduce-reuse-recycle-reproduce (4R) dari material yang selama ini bisa digunakan. Diharapkan, adaptasi pembangunan, dilakukan dengan perencanaan yang memenuhi standar agar hemat energi dan berwawasan lingkungan. Selain itu, didorong pula program dan kegiatan pembangunan: 1). Pentaatan terhadap peraturan lingkungan melalui penerapan prinsip-prinsip Good

    Enviromental Governance, yang berlaku pada setiap tahap kegiatan pelaksaan pembangunan infrastruktur PU yaitu pada tahap perencanaan, pra-konstruksi, konstruksi dan tahap pasca-konstruksi yang meliputi operasional dan pemeliharaan. Kementerian Pekerjaan Umum dalam realisasinya telah memberikan masukan ke Menteri Lingkungan Hidup dan menetapkan kebijakan kelayakan dari aspek lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum, seperti yang tertuang dalam Peraturan menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Serta Nomor 17 tahun 2001 tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL/UPL. Serta kebijakan Menteri Kimpraswil Nomor 17 tahun 2001 yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10 tahun 2007 tentang jenis usaha dan atau kegiatan pembangunan infrastruktur PU yang wajib dilengkapi dokumen UKL/UPL.

    2) Pengembangan dan pemanfaatan Teknologi dan Kontruksi Infrastruktur PU yang Ramah Lingkungan, sebagai upaya adaptasi terhadap terjadinya perubahan iklim yang ekstrem, sehingga akan memberikan manfaat bagi peningkatan kekuatan struktur maupun ketahanan terhadap perubahan lingkungan.

    Manajemen lalu lintas jalan berwawasan lingkungan Manajemen lalu lintas yang memprioritaskan pergerakan kendaraan tidak bermotor seperti jalur pejalan kaki dan sepeda dapat menunjang terwujudnya jalan berwawasan lingkungan. Manajemen lainnya adalah menerapkan larangan masuk bagi kendaraan bermotor pada waktu tertentu.

    Dari sisi desain penyediaan jalur pejalan kaki dan sepeda pun harus diperhatikan agar aman, nyaman, dan menarik. Hal ini mendorong orang tertarik menggunakannya. Berikut disajikan gambar yang menunjukan desain yang kurang baik serta kondisi ideal yang disarankan.

    Permasalahan yang sering terjadi adalah jalur hijau yang tersedia tidak menyiapkan jalur pejalan kaki. Hal ini menyebabkan pejalan kaki berjalan di badan jalan.

    Disarankan agar jalur pejalan kaki diutamakan tersedia terlebih dahulu tersedia sehingga pejalan kaki dapat berjalan tanpa membahayakan keselamatannya.

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    6

    Gambar 1. Permasalahan dan saran penyediaan jalur pejalan kaki (Sailendra dan Lawalata, 2011)

    Penyediaan tanaman Saat ini, sejalan dengan meningkatnya perhatian terhadap masalah lingkungan global dan isue mengenai kota yang berwawasan lingkungan maka perencanaan kota yang ramah lingkungan (eco-friendly) merupakan suatu kebutuhan. Ini sangat erat kaitannya dengan lalu lintas kendaraan bermotor di kota besar yang merupakan donatur terbesar polusi udara. Sekitar 80 % polutan berasal dari asap kendaraan bermotor dan ini bukan masalah yang kecil sehingga perlu adanya antisipasi guna mereduksi dampak yang ditimbulkan oleh polusi kendaraan bermotor.

    Karena alasan tersebut, jalur hijau merupakan salah satu usaha untuk menekan polusi lingkungan jalan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Selain membantu mereduksi dampak yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor, penanaman tanaman dapat menciptakan iklim mikro, antara lain mengontrol radiasi matahari menahan angin (gerakan udara), mengatur kelembaban, mengontrol erosi, peredam kebisingan, menyerap polutan udara.

    Pengurangan konsentrasi pencemar udara dengan tanaman dilakukan oleh permukaan daun. Permukaan daun dapat menyerap pencemar gas dan menyerap partikel pencemar udara. Tanaman yang ada di dekat daerah yang berdekatan dengan sumber pencemaran udara dapat mengencerkan konsentrasi pencemar dengan bantuan tiupan angin. Angin yang bertiup dapat memindahkan pencemar ke tempat yang lebih tinggi karena tertahan oleh kanopi tanaman, sehingga pencemar akan terencer pada lapisan atmosfer (Sulistijorini, 2009).

    Aplikasi perencanaan jalan berwawasan lingkungan Dalam uji coba perencanaan jalan berwawasan lingkungan, area

    persimpangan Jalan Ciumbuleuit Jl. Siliwangi Jl. Cihampelas - Jl. Setiabudi. Kawasan ini memiliki tata guna lahan yang bervariasi yaitu: pemukiman, komersial (toko/hotel), sekolah, dan beberapa kantor. Dengan tata guna lahan demikian maka perlu adanya prioritas pengadaan jalur pejalan kaki beserta fasilitas pelengkapnya yang meningkatkan kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki maupun pengguna jalan lainnya. Gambar layout ruas dan beberapa kondisi di persimpangan ini dan ruas jalan ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    7

    Gambar 2. Layout ruas Jalan Ciumbuleuit Jl. Siliwangi Jl. Cihampelas - Jl.

    Setiabudi-Jl. Lamping (Pusat Litbang Jalan, 2011) Konsep umum ruas jalan ini adalah Eco Pedestrian Friendly. Eco yang

    dimaksud adalah menitikberatkan pada aspek ekologi (tanah, air, udara, vegetasi, habitat alami). Dengan kondisi ekologi/lingkungan yang baik diharapkan kualitas kehidupan masyarakat dalam beraktifitas di perkotaan, secara keseluruhan, akan menjadi lebih baik.

    Pedestrian friendly yang dimaksud adalah mengutamakan kenyamanan untuk pedestrian/ pejalan kaki. Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar dalam budaya berjalan. Hal ini terlihat dari banyaknya tempat pariwisata seperti wisata belanja, wisata kuliner, event-event atau pagelaran seni budaya. Dengan demikian fasilitas pejalan kaki pada lokasi-lokasi studi ini diharapkan dapat menjadi model jalan perkotaan yang berkualitas dan berwawasan lingkungan. Berikut ini ditunjukkan situasi pada segmen jalan dan gambaran penyelesaian jalan yang berwawasan lingkungan.

    Jl. Setiabudi

    Jl. Ciumbuleuit

    Jl. Cihampelas

    Jl. Lamping

    Jl. Siliwangi

    Situasi menunjukkan bahwa kondisi trotoar yang ada telah banyak yang rusak dan tidak menyediakan ramp untuk pejalan kaki. Pelengkap trotoar seperti tempat duduk dan tempat sampah tidak ditemukan di area tersebut.

    Perlengkapan jalan seperti marka jalan dan marka zebracross sudah ada yang aus. Median jalan dan sebagian perkerasan jalan ada yang rusak. Tanaman teh-tehan menjadi pembatas agar penyeberang jalan tidak menyeberang di area tersebut.

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    8

    Gambar 3. Kondisi salah satu kaki persimpangan Jl. Ciumbuleuit- Jl. Siliwangi (Pusat Litbang Jalan, 2011)

    Rencana Kondisi eksisting

    Kondisi eksisting

    Situasi di bagian lain menunjukkan bahwa tidak terdapat jalur hijau di segmen kiri jalan. Pohon peneduh pun tidak tersedia. Sehingga pejalan kaki akan merasa panas pada saat bergerak di area tersebut. Penataan vegetasi dilakukan pula dengan memberikan rangkaian kawat pada pohon besar sebagai media tanaman merambat.

    Dilakukan penataan jalur pejalan kaki yaitu dengan memberikan penataan paving blok yang menarik, ubin pengarah untuk pejalan kaki yang memiliki cacat penglihatan, ramp.

    Kondisi eksisting

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    9

    Gambar 4. Kondisi salah satu kaki persimpangan Jl. Ciumbuleuit (Pusat Litbang Jalan, 2011)

    Kondisi sesudah

    Situasi menunjukkan bahwa taman pulau jalan ini kurang terpelihara. Di tengah taman terdapat monumen dan tanaman merambat yang kebanyakan sudah mati dan tidak terurus. Pulau ini merupakan identitas pertemuan jalan Ciumbuleuit-Jl. Setiabudi-Jl. Cihampelas. Di area ini terdapat 2 Sekolah dasar, perkantoran, dan area komersial.

    Solusi: melakukan penataan vegetasi pada taman agar dapat menyerap polusi maupun menyediakan oksigen dan memiliki nilai estetika yang baik. Selain penataan vegetasi, penataan ornamen lainnya diperlukan untuk menciptakan karakter

    Kondisi eksisting

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    10

    Gambar 5. Kondisi salah satu taman di simpang Jl. Setiabudi Jl. Ciumbuleuit Jl. Cihampelas (Pusat Litbang Jalan, 2011)

    Gambar 6. Lokasi pembangunan bangunan peredam bising (Pusat Litbang Jalan, 2011)

    ANALISA Kita rasakan bahwa kejadian kemacetan lalu lintas mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi pemakai jalan, terutama dalam hal pemborosan energi (BBM), pemborosan waktu (tundaan), meningkatnya polusi udara dan kebisingan yang menyebabkan ketidak nyamanan dan penurunan tingkat kesehatan. Karena itu,

    Kondisi yang ada adalah sebuah SD berada di pinggir jalan dan dipisahkan hanya dengan pagar besi. Pada lokasi ini, efek kebisingan disebabkan kendaraan dapat mengganggu konsentrasi para murid pada saat belajar. Solusi: dibangun bangunan peredam bising pengganti pagar besi. Bahan yang direncanakan untuk digunakan adalah dari bahan acrylic.

    Kondisi eksisting

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    11

    permasalahan transportasi jalan yang terjadi di Indonesia dan umumnya di perkotaan harus dicari pemecahannya secara mendasar dan dipandang cukup praktis, yang mengedepankan aspek ekonomi dan lingkungan.

    Menuju sistem jaringan transportasi jalan (SJTJ) perkotaan yang berwawasan lingkungan. Prinsip-prinsip sebagai acuan: 1. SJTJ Berbasis tata ruang yang berwawasan lingkungan (integrasi struktur, hub

    dinamis, peran RTRW, hirarkhi sistem, landasan pembangunan sektor) 2. SJTJ Berbasis keterpaduan antar moda dan berkeadilan (pola, besaran, pilihan

    moda, sistem terminal, keselamatan dan efisiensi-mendorong Angk Umum & non motorise).

    3. SJTJ Berbasis lingkungan (tekno ramah lingk, meminimum dampak, manajemen operasional-pemanfaatan jalan-lansekap, sistem drainase, non-motorise, peran masyarakat).

    Dalam mendukung koridor ekonomi Indonesia, maka perlu menciptakan SJTJ yang berbasis tata ruang yang berwawasan lingkungan. Untuk itu, dalam kurun waktu yang singkat ini (upaya pencapaian koridor ekonomi telah dimulai), maka penataan tata ruang wilayah agar struktur pelayanan dapat terintegrasi dengan baik demikian pula dengan transportasi yang melayaninya. Karena setiap pembangunan dapat mendorong adanya pertumbuhan wilayah yang kecenderungan yang sering terjadi adalah terdapat ketidakmerataan pembangunan (Gambar 7 dan 8 di bawah ini).

    Dalam mendukung koridor ekonomi, maka setiap wilayah harus telah berbenah dengan melakukan perencanaan, perancangan, dan operasionalisasi-pemanfaatan. Masing-masing diuraikan berikut ini.

    1. Dalam perencanaan (planning), perlu memperhatikan hal-hal: RTRW Vs Sistem Jaringan Trans (Jalan) & Terminal (RIJTJ), RIJTJ jadi acuan pembangunan sektor & pengendalian, fasilitasi SAUM, non-motorise, kenyamanan (lansekap), dll; kebijakan (turunan) yg mendorong SAUM, non-motorise, dll

    2. Dalam perancangan (design) yang meliputi: desain kapasitas Jalan Vs lingkungan; desain (terminal) integrasi antar moda, berwawasan lingkungan; desain fasilitas non-motorise, lansekap, dll; desain konstruksi yang ramah lingkungan.

    3. Operasionalisasi-pemanfaatan (Managemen) yang di dalamnya meliputi: manajemen lalu lintas (efisiensi & kelancaran); manajemen keselamatan jalan (prevention & reduction), manajemen pemeliharaan (teknologi ramah lingkungan, keterlibatan masyarakat) dan Traffic Demand Managment (TDM)

    Moda transportasi jalan yang melayani aktivitas pada koridor harus diarahkan ke moda transportasi yang membatasi, meminimumkan, mengurangi, emisi dan limbah. Moda ini antara lain moda pejalan kaki, sepeda, dan angkutan umum. Untuk itu perlu disediakan perlengkapan jalan yang dapat menunjang pergerakan pejalan kaki, sepeda, dan angkutan umum.

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    12

    Gambar 7. Integrasi RTRW (Struktur) Vs SJTJ (Sailendra, 2011)

    Gambar 8. Hirarki Perencanaan Tata Ruang (Sailendra, 2011)

    KESIMPULAN 1. Penataan transportasi dalam rangka menghadapi koridor ekonomi Indonesia

    harus dibarengi dengan penataan tata guna lahan. 2. Penataan transportasi harus mempertimbangkan tahap perencanaan,

    perancangan, dan pemanfaatan.

  • Kolokium Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

    13

    3. Penataan moda transportasi yang berwawasan lingkungan (ramah lingkungan) dengan mengarahkan penggunaan moda yang meminimumkan emisi, mengurangi dampak terhadap lingkungan.

    SARAN Langkah strategis adalah diperlukan penerapan sistem transportasi jalan yang berwawasan lingkungan pada koridor ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhatikan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dapat menghilangkan pertumbuhan ekonomi itu sendiri, yang selanjutnya akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat.

    UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Pusat Litbang jalan dan Jembatan sebagai pemberi dana penelitian perencanaan lansekap jalan perkotaan. Terimakasih pula pada Ir. Pantja Oetojo, M.Eng. yang membantu dalam penyusunan penelitian perencanaan lansekap jalan perkotaan.

    DAFTAR PUSTAKA Kominfo-Newsroom, 2011, Pengembangan koridor ekonomi, Kementrian Ekonomi. Lawalata, Greece Maria, 2011, Naskah Ilmiah Perencanaan Teknis Lansekap jalan,

    Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung. Tim Sintesa Kebijakan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya

    Lahan Pertanian, P13en8gembangan Inovasi Pertanian 1(2), 2008, http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/ip012086.pdf

    Sailendra, Agus Bari, 2011, Menuju Sistem Jaringan Transportasi Jalan Perkotaan Yang Berwawasan Lingkungan, Prinsip-Prinsip Perencanaan, perancangan, dan manajemen Pemanfaatan Jalan, Pusat Litbang jalan dan Jembatan, Bandung.

    Sailendra, Agus Bari dan Lawalata, Greece Maria, 2011, Menuju Jalan Berwawasan Lingkungan, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung.

    Sulistijorini, 2009, Keefektifan dan toleransi jenis tanaman hijau dalam mereduksi pencemar NO2 akibat aktivitas transportasi, Thesis, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Tidak dipublikasikan, Bogor.

    Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, 2011, Jasa Konsultan Penyusunan Kriteria desain Teknologi Jalan Perkotaan Yang Berwawasan Lingkungan, Laporan Akhir, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung.