Upload
muhammad-rizqan-afifi
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aaeasdsadawerwwed
Citation preview
MODUL 2AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH
SISTEM DAN OPERASIONAL BANK
SYARIAH
Dosen
S A F I R A, SE. Ak. M.Si
PROGRAM KELAS KARYAWAN
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2012
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘120
SISTEM DAN OPERASIONAL BANK SYARIAH
1. Definisi, Asas dan Tujuan Bank Syariah
Dalam Pasal 1 Undang – undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, disebutkan Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank terdiri
atas dua jenis , yaitu :
1. Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional
dan Bank Perkreditan Rakyat.
2. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS)
dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan
dalam penetapan fatwa di bidang syariah
BUS adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. BPRS adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang
selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Terkait dengan asas operasional bank syariah, berdasarkan Pasal 2 UU No.
21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa perbankan syariah
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘121
dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, demokrasi
ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Terkait dengan tujuan bank syariah, pada Pasal 3 UU No. 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa perbankan syariah bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
2. Fungsi Bank Syariah
Berdasarkan Pasal 4 UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah,
disebutkan bahwa fungsi bank syariah adalah : (1) Bank Syariah dan UUS wajib
menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. (2) Bank
Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi social dalam bentuk lembaga baitul
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana
social lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. (3) Bank
Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak
pemberi wakaf (wakif).
Dalam beberapa literature perbankan syariah, dijelaskan bahwa bank syariah
memiliki 4 (empat) fungsi, yaitu sebagai berikut : (Yaya, Rizal, dkk, 2009)
a. Manajer Investasi
Yang mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad
mudharabah atau dengan bertindak sebagai agen investasi.
b. Investor
Yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang
dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai
dengan prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang
disepakati antara pihak bank dan pemilik dan pemilik dana.
c. Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi ini, bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank
non-syariah yaitu sebagai penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran,
misalnya memberikan jasa kliring, transfer dan lain-lain, sepanjang tidak
bertentangn dengan prinsip syariah.
d. Fungsi Sosial
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘122
Yaitu pengembangan fungsi sosial berupa pengelolaan dana ZIS (zakat, infaq,
shadaqah) serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3. Karakteristik Bank Syariah
Bank syariah beroperasi atas dasar prinsip bagi hasil (profit sharing), hal ini
merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam
secara keseluruhan.
Bank syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan,
keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan
berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari
prinsip ekonomi Islam dengan karakteristik antara lain sebagai berikut :
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya,
b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money),
c. Konsep uang sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas,
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif,
e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang,
f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.
4. Transaksi Muamalah
Transaksi adalah kejadian ekonomi atau keuangan yang melibatkan paling
tidak dua pihak yang saling melakukan pertukaran, melibatkan diri dalam
perserikatan usaha, pinjam meminjam, dan lain – lain atas dasar suka sama suka
ataupun dasar suatu ketetapn hukum atau syariat yang berlaku.
a. Penghimpunan dana
Sebagaimana pada bank konvensional, penghimpunan dana di bank umum
syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito sedangkan BPRS
hanya melayani tabungan dan deposito namun demikian mekanisme
operasional penghimpunan dana ini harus disesuaikan dengan prinsip
syariah. Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan secara luas dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘123
Prinsip Wadi’ah
Al-wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lainnya baik
individu maupun bdan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan
saja si penitip menghendaki.
Pada pelaksanaannya, wadi’ah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu wadi’ah
yad al-amanah dan wadi’ah yad adh-dhamana.
- Wadi’ah yad al-amanah
Pihak yang pertama menerima titipan tidak boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak yang
memberikan titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan.
- Wadi’ah yad adh-dhamanah
Pihak yang pertama menerima titipan boleh menggunakan dan
memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tanpa izin pemilik
barang atau uang dan harus bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang
diperoleh dalam penggunaan barang atau uang tersebut menjadi hak
penerima titpan, dalam hal ini bank sebagai penerima titipan dapat
memberikan insenstif berupa bonus kepada si penitip.
Prinsip Mudharabah
Tujuan dari mudharabah adalah kerja sama antara pemilik dana (shahibul
maal) dan pengelola dana (mudharib) dalam hal ini bank. Jika terjadi
kerugian maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi.
Secara garis besar mudharabah dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai
berikut :
- Mudharabah Muthalaqah
Penerapan mudharabah muhlaqah dapat berupa tabungan dan
deposito sehingga terdapt dua jenis penghimpunan dana yaitu :
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan
prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan
dana yang dihimpun.
- Mudahrabah Muqayyadah
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘124
Jenis ini merupakan simpanan khusus yang terikat, di mana pemilik
dana (shahibul maal) memberikan batasan atas dana yang
diinvestasikannya. Mudharib hanya bisa mengelola dana tersebut
sesuai dengan batasan dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh shahibul maal.
b. Penyaluran dana
Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman kepada prinsip
kehati-hatian. Sehubungan dengan hal ini bank diwajibkan untuk meneliti
secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan azas
pembiayaan yang sehat.
Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip ini meliputi Murabahah, Salam, dan Istishna’
- Bai’ Al-Murabahah
Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang
diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.
Prinsip ini umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan
barang investasi.
- Bai’ As-Salam
Adalah pembelian barang untuk penghantaran yang ditangguhkan
dengan pembayaran di muka. Bank sebagai pembeli, dan nasabah
sebagai penjual. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang kualitas,
harga dan waktu peyerahan. Prinsip ini biasanya diterapkan pada
pembiayaan berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau industri
sejenis lainnya.
- Bai’ Istishna’
Prinsip ini menyerupai salam, namun pada prinsip ini pembayran
dapat di muka, dicicil atau di belakang. Istishna’ umumnya diterapkan
dalam pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah dan
kontruksi.
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘125
Prinsip Sewa (Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Prinsip ini dilandasi dengan adanya pemindahan manfaat,
pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah
jasa. Dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease. Pada akhir masa
sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya kepda nasabah.
Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah wa iqtina / ijarah
muntahiyyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan).
Harga sewa dan jual disepakati pada awal perjanjian. Objek sewa harus
bermanfaat dan dibenarkan oleh syariah dan nilai dari manfaat dapat
diperhitungkan atau diukur.
Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip bagi hasil atau syirkah meliputi musyarakah, mudharabah muthlaqah,
dan mudharabah muqayyadah.
- Musyarakah
Adalah kerjasama dalam suatu uasaha oleh dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan
dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Dalam perbankan musyarakah biasanya diaplikasikan untuk
pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama
menyediakan dana untuk mebiayai proyek tersebut. Modal disetor
dapat berupa barang perdagangan, uang, property, dan barang-
barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Semua modal
dicampur untuk dijadikan modal proyek dan dikelola bersama-sama.
Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘126
- Mudharabah Muthlaqah
Kerjasama di mana shahibul maal memberikan dana 100% kepada
mudharib yang memiliki keahlian. Jumlah modal yang diserahkan
kapada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai,
dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam
uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas
tahapannya dan disepakati bersama.
- mudharabah muqayyadah
Pada dasarnya sama dengan mudharabah muthlaqah perbedaanya
terletak pada adanya pembatasan modal sesuai dengan permintaan
pemilik modal.
c. Produk Jasa
Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa, akad ini
dioperasionalkan denga pola sebagai berikut :
- Al-Hiwalah (alih hutang piutang)
Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya.
- Ar-Rahn (gadai)
Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya, barang yang ditahan tersebut memiliki
nilai ekonomis.
- Al-Qardh (pinjaman kebaikan)
Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.
- Al-Wakalah (penyerahan)
Pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepda yang lain dalam hal-
hal yang diwakilkan.
- Al-Kafalah (jaminan)
Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dalam
pengertian lain mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘127
dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai
peminjam.
4. Transaksi Ijtimai
Transaksi ijtimai atau kesejahteraan sosial merupakan salah satu fungsi yang
tidak terpisahkan dalam perbankan syariah. Dalam melakukan fungsi sosial tersebut
bank syariah/ Unit Usaha Syariah wajib membentuk satuan kerja yang mengelola
dana kebajikan. Setidaknya ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syariah
dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak, shadaqah, dan
Wakaf (ZISWAF) dan instrumen dana kebajikan (qardhul hasan) (Yaya, Rizal, dkk,
2009).
Instrumen ZISWAF berfungsi untuk menghimpun ZISWAF dari masyarakat,
pegawai bank syariah serta bank syariah itu sendiri sebagai lembaga milik para
investor. Dana yang dihimpun melalui instrumen ZISWAF penyalurannya ditujukan
kepada orang yang berhak (mustahiq), yang terdiri dari 8 golongan, yaitu (1) Fakir,
(2) Miskin, (3) ’Amil (pengelola zakat), (4) Mualaf (orang yang baru masuk Islam), (5)
Hamba Sahaya, (6) Gharimin (orang yang banyak hutangnya), (7) Sabilillah, dan (8)
Ibnu Sabil (Yaya, Rizal, dkk, 2009).
Instrumen dana kebajikan (qardhul hasan) berfungsi menghimpun dana dari
penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sedekah yang
tidak ditentukan peruntukannya secara spesifik oleh pemberi. Dana kebajikan
disalurkan antara lain dalam bentuk santunan (grant) ataupun pinjaman kebajikan
(Qardhul Hasan) dan lain – lain yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi sosial
bank syariah (Yaya, Rizal, dkk, 2009).
Ringkasan Produk Bank Syariah (Siamat, Dahlan, 2004) :
a. Penghimpunan Dana
No. PRODUK/JASA PRINSIP SYARIAH
1. Giro wadi’ah yad adh-dhamana
2. Tabungan wadi’ah yad adh-dhamana dan Mudharabah
3. Deposito Mudharabah
4. Simpanan Khusus Mudharabah Muqayyadah
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘128
b. Penyaluran Dana dan Jasa Perbankan
No. PRODUK/JASA PRINSIP SYARIAH
1. Dana Talangan Qardh
2. Penyertaan Musyarakah
3. Sewa Beli Ijarah Muntahiyah Bittamlik (Ijarah Wa Iqtina)
4. Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah, Musyarakah, atau Murabahah
5. Pembiayaan Proyek Mudharabah atau Musyarakah
6. Pembiayaan Sektor
pertanian
Bai As Salam
7. Pembiayaan untuk akuisisi aset
Ijarah Muntahiyah Bittamlik
8. Pembiayaan Ekspor Mudharabah, Musyarakah, atau Murabahah
9. Anjak Piutang Hiwalah
10. Letter of Credit L/C Wakalah
11. Garansi Bank Kafalah
12. Inkaso, Transfer Wakalah dan Hawalah
13. Pinjaman Sosial Qardhul Hasan
14. Surat Berharga Mudharabah, Qardh, Bai’ Al Dayn
15. Safe Deposit Box Wadi’ah Amanah
16. Jual Beli Valas Sharf
17. Gadai Rahn
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘129
Referensi :
Wiyono, Slamet, 2005, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah
Berdasar PSAK dan PAPSI , Grasindo, Jakarta.
Antonio, Muhammad Syafi’i , 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema
Insani, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, dkk, 2006, Akuntansi Perbankan Syariah, LPFE –
Usakti, Jakarta.
Yusuf, Muhammad dan Muhammad Syafi’i Antonio, 2006, Pengantar Ilmu
Ekonomi dan Perbankan Syariah, Ganeca Press, Jakarta.
Siamat, Dahlan, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan , Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Yaya, Rizal, dkk, 2009, Akuntansi perbankan syariah Teori dan Praktik
Kontemporer, 2009, Salemba Empat, Jakarta.
http://www.bi.go.id
Akuntansi Perbankan SyariahSafira SE,Ak,M.Si
Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana
‘1210