7
Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008 10 MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Ciptaゥ2009 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Karakteristik Penderita Sindroma Terowongan Karpal (STK) di Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik RS Dr. Kariadi Semarang 2006 Lusan Maria T. Tamba*, Handojo Pudjowidyanto* ABSTRACT The characteristics of carpal tunnel syndrome of patients in the medical rehabilitation (PMR) outpatient clinic Dr. Kariadi Hospital Semarang 2006 Background: Carpal tunnel syndrome (CTS) is a common clinical disorder in daily practice, especially in the PMR outpatient clinic Dr. Kariadi Hospital Semarang. However it seems there is no pattern of patient characteristic and medical rehabilitation programs applied for the CTS patients. The objective of this study was to explore patient characteristics and the medical rehabilitation programs. Methods: The study was an observational descriptive study. Data were collected from medical records of new patients diagnosed with CTS in PMR Department Dr. Kariadi Hospital Semarang in 2006. Results: There were 34 patients (4% of 838 new patients) diagnosed with CTS, 32 (94,1%) were female and 2 (5,9%) were male, 18 (53%) with unilateral CTS and 16 (47%) with bilateral CTS. Most of them were 41-50 (38,2%) and 51-60 years old (35,3%) and dominantly were house wife (61,8%). The most frequent clinical manifestations were numbness (97%), with positive Tinel’s sign (88,2%). Electrodiagnostic examination was done in 17 subjects (50%). The most frequent medical rehabilitation program is ultrasound therapy (76,5%), six times a week. Conclusion: CTS patients are predominantly women with positive Tinel sign, and therapy given is mostly ultrasound and ortotic prosthetic with splint. Key Words: carpal tunnel syndrome, clinical manifestation, medical rehabilitation program ABSTRAK Latar belakang: Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan gangguan yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari, khususnya di Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM) RS Dr. Kariadi Semarang. Namun hingga saat ini belum diketahui karakteristik penderita dan program rehabilitasi yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penderita STK dan program rehabilitasi medik yang diberikan. Metode: Penelitian bersifat observasional deskriptif. Data diperoleh dari rekam medis pasien dengan diagnosis STK yang berobat pertama kali ke Poliklinik IRM RS Dr. Kariadi Semarang tahun 2006, meliputi karakteristik penderita dan program rehabilitasi medik. Hasil: Selama 1 tahun (2006) didapatkan 34 penderita STK baru, yaitu 4% dari seluruh pasien baru (838 orang). Sebanyak 32 orang (94,1%) adalah perempuan dan 2 orang (5,9%) laki-laki, 18 (53%) unilateral dan 16 (47%) bilateral. Kelompok usia terbanyak adalah 41-50 tahun (38,2%) dan 51-60 tahun (35,3%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga (61,8%). Keluhan/gejala terbanyak adalah parestesi (97%) dengan Tanda Tinel positif didapatkan pada 88,2% penderita. Pemeriksaan elektrodiagnostik dilakukan pada 17 orang (50%). Program rehabilitasi terbanyak diberikan adalah terapi ultrasound pada 26 orang (76,5%) dengan frekuensi setiap hari selama satu minggu. Simpulan: Penderita STK predominan perempuan dengan Tanda Tinel positif dan terapi yang diberikan adalah ultrasound dan splint ortotik prostetik. Instalasi Rehabilitasi Medik, Rumah Sakit Dr. Kariadi, Jl. Dr. Sutomo No. 16, Semarang Artikel Asli M Med Indones

3795-8157-1-SM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 3795-8157-1-SM

Media Medika Indonesiana

Volume 43, Nomor 1, Tahun 200810

MEDIA MEDIKAINDONESIANA

Hak Cipta©2009 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah

Karakteristik Penderita Sindroma Terowongan Karpal (STK) di PoliklinikInstalasi Rehabilitasi Medik RS Dr. Kariadi Semarang 2006

Lusan Maria T. Tamba*, Handojo Pudjowidyanto*

ABSTRACT

The characteristics of carpal tunnel syndrome of patients in the medical rehabilitation (PMR) outpatient clinic Dr. Kariadi HospitalSemarang 2006Background: Carpal tunnel syndrome (CTS) is a common clinical disorder in daily practice, especially in the PMR outpatient clinicDr. Kariadi Hospital Semarang. However it seems there is no pattern of patient characteristic and medical rehabilitation programsapplied for the CTS patients. The objective of this study was to explore patient characteristics and the medical rehabilitationprograms.Methods: The study was an observational descriptive study. Data were collected from medical records of new patients diagnosedwith CTS in PMR Department Dr. Kariadi Hospital Semarang in 2006.Results: There were 34 patients (4% of 838 new patients) diagnosed with CTS, 32 (94,1%) were female and 2 (5,9%) were male, 18(53%) with unilateral CTS and 16 (47%) with bilateral CTS. Most of them were 41-50 (38,2%) and 51-60 years old (35,3%) anddominantly were house wife (61,8%). The most frequent clinical manifestations were numbness (97%), with positive Tinel’s sign(88,2%). Electrodiagnostic examination was done in 17 subjects (50%). The most frequent medical rehabilitation program isultrasound therapy (76,5%), six times a week.Conclusion: CTS patients are predominantly women with positive Tinel sign, and therapy given is mostly ultrasound and ortoticprosthetic with splint.Key Words: carpal tunnel syndrome, clinical manifestation, medical rehabilitation program

ABSTRAK

Latar belakang: Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan gangguan yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari,khususnya di Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM) RS Dr. Kariadi Semarang. Namun hingga saat ini belum diketahuikarakteristik penderita dan program rehabilitasi yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penderita STK danprogram rehabilitasi medik yang diberikan.Metode: Penelitian bersifat observasional deskriptif. Data diperoleh dari rekam medis pasien dengan diagnosis STK yang berobatpertama kali ke Poliklinik IRM RS Dr. Kariadi Semarang tahun 2006, meliputi karakteristik penderita dan program rehabilitasimedik.Hasil: Selama 1 tahun (2006) didapatkan 34 penderita STK baru, yaitu 4% dari seluruh pasien baru (838 orang). Sebanyak 32orang (94,1%) adalah perempuan dan 2 orang (5,9%) laki-laki, 18 (53%) unilateral dan 16 (47%) bilateral. Kelompok usiaterbanyak adalah 41-50 tahun (38,2%) dan 51-60 tahun (35,3%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga (61,8%).Keluhan/gejala terbanyak adalah parestesi (97%) dengan Tanda Tinel positif didapatkan pada 88,2% penderita. Pemeriksaanelektrodiagnostik dilakukan pada 17 orang (50%). Program rehabilitasi terbanyak diberikan adalah terapi ultrasound pada 26orang (76,5%) dengan frekuensi setiap hari selama satu minggu.Simpulan: Penderita STK predominan perempuan dengan Tanda Tinel positif dan terapi yang diberikan adalah ultrasound dansplint ortotik prostetik.

Instalasi Rehabilitasi Medik, Rumah Sakit Dr. Kariadi, Jl. Dr. Sutomo No. 16, Semarang

Artikel Asli M Med Indones

Page 2: 3795-8157-1-SM

Artikel Asli Gambaran klinis dan program rehabilitasi medik pada STK

Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008 11

PENDAHULUAN

Sindroma Terowongan Karpal (STK) adalah neuropatiakibat jebakan saraf medianus yang disebabkan olehpenekanan saraf medianus saat melalui terowongankarpal dengan gejala berupa parestesia, rasa tebal sertanyeri pada daerah yang dipersarafi saraf medianus danpada tahap lanjut akan mengakibatkan kelemahan ototthenar.1 Prevalens STK pada populasi umum adalahsekitar 1%. Predominan pada wanita, dengan rasio priaberbanding wanita sebesar 1:3-5. Rentang usia tertinggiantara 40-60 tahun, puncak prevalens pada usia 55tahun, jarang terjadi sebelum usia 20 tahun dan di atasusia 80 tahun. Sekitar 50% biasanya bilateral, bilaunilateral maka yang sering terkena adalah sisi yangdominan.1,2

STK merupakan salah satu penyakit yangdikategorikan sebagai repetitive stress injuries,cumulative trauma disorder, overuse syndromes, ataurepetitive motion disorders. Penelitian mendapatkanbahwa gangguan yang timbul pada STK disebabkanoleh penggunaan tangan berlebihan, dengan tekananberulang, gerakan memutar dari pergelangan tangan,dan penggunaan alat-alat yang bergetar.3-5 Pekerjaanyang sering dihubungkan dengan tingginya insidensSTK adalah proses memasak makanan, pekerjaanpabrik, pemuatan barang dan pekerja bangunan.Kondisi yang sering berhubungan dengan STK adalahkehamilan, artritis inflamasi, fraktur Colles,amyloidosis, hipotiroid, dan diabetes melitus.6

Kriteria diagnosis untuk STK menurut The NationalInstitute of Occupational Safety and Health (NIOSH),yaitu (1) Gejala sugestif: parestesia, hipoestesia, nyeriatau rasa tebal yang mengenai paling tidak sebagiandari distribusi saraf medianus pada tangan; (2)Ditemukan satu/lebih hasil pemeriksaan tanda Tinel,tanda Phalen atau penurunan/hilangnya sensasiterhadap pin prick pada distribusi saraf medianus ditangan, atau pada hasil elektrodiagnostik didapatkandisfungsi saraf medianus saat melalui terowongankarpal; dan (3) Adanya bukti hubungan akibat kerja.Elektrodiagnostik berguna untuk konfirmasi diagnosispada penderita yang dicurigai menderita STK danuntuk menyingkirkan neuropati lainnya.6

Penatalaksanaan STK dapat dikelompokkan menjadidua yaitu terapi operatif dan non-operatif. Terapioperatif biasanya diberikan pada penderita STK beratdengan gejala yang terus menerus, gangguan sensorikberat, dan/atau kelemahan motorik thenar. Terapi non-operatif diberikan pada penderita STK ringan sampaisedang dengan gejala yang intermiten. Terapi non-operatif dapat berupa penggunaan splint, terapi latihan(exercises), terapi ultrasound, modifikasi aktivitas,obat-obatan oral dan vitamin.1,2 Penelitian dilakukanuntuk mengetahui karakteristik penderita, manifestasiklinis dan program rehabilitasi medik yang diberikanpada kasus STK baru di Poliklinik InstalasiRehabilitasi Medik RS Dr. Kariadi Semarang.

METODE

Sebagai sumber data pasien dipakai catatan medispenderita STK yang berobat pertama kali (baru) diPoliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik RS Dr. KariadiSemarang pada kurun waktu 1 Januari–31 Desember2006. Secara deskriptif retrospektif dievaluasi berbagaidata klinis pasien yang terkait dengan STK.Karakteristik penderita yang dievaluasi mencakupumur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lamanya keluhan.Dicatat semua manifestasi klinis baik gejala dan tanda,penyakit penyerta, pemeriksaan penunjang dan polaprogram rehabilitasi medik.

HASIL

Karakteristik subyek penelitianSelama tahun 2006 di Poliklinik Instalasi RehabilitasiMedik RS Dr. Kariadi Semarang ditemukan 34 kasusSTK baru, yaitu 4% dari seluruh pasien baru (838orang). Sebagian besar (76,5%) merupakan rujukandari Poliklinik Saraf RS Dr. Kariadi Semarang, 17,6%dari Poliklinik Penyakit Dalam RS Dr. KariadiSemarang dan hanya 2,9% yang datang tanpa rujukan.Didapatkan 32 perempuan dan 2 lelaki. Usia termuda32 tahun (1 orang) dan tertua 75 tahun (1 orang).Sebaran umur dan jenis kelamin dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1. Sebaran umur dan jenis kelamin

Umur (tahun) Perempuan (%) Lelaki (%) Jumlah (%)

31 – 4041 – 5051 – 6061 – 70>70

3 (8,9)12 (35,3)12 (35,3)

4 (11,8)1 (2,9)

1 (2,9)1 (2,9)0 (0,0)0 (0,0)0 (0,0)

4 (11,8)13 (38,2)12 (35,3)

4 (11,8)1 (2,9)

Jumlah 32 (94,2) 2 (5,8) 34 (100,0)

Page 3: 3795-8157-1-SM

Media Medika Indonesiana

Volume 43, Nomor 1, Tahun 200812

Sebagian besar penderita adalah ibu rumah tangga(61,8%) dengan deskripsi kegiatan mencuci, memasakdan mengulek. Pada penderita dengan dua jenispekerjaan, misalnya seorang petugas administrasi yang

juga ibu rumah tangga, dimasukkan dalam kelompokpekerjaan yang dominan menimbulkan keluhan.Karakteristik pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik pekerjaan pada penderita STK berdasarkan jenis kelamin

Pekerjaan Deskripsi kegiatan Perempuan(%)

Lelaki(%)

Jumlah (%)

IRTAdm/guruPetani/kuli bangunan

Mencuci, memasak, mengulek MengetikAngkat berat, menekan

21 (61,8)8 (23,5)3 (8,9)

0 (0,0)1 (2,9)1 (2,9)

21 (61,8)9 (26,4)4 (11,8)

Jumlah 32 (94,2) 2 (5,8) 34 (100)IRT = Ibu Rumah Tangga, Adm = Administrasi

Manifestasi klinisKeluhan klinis yang terbanyak ditemukan adalahparestesi yaitu rasa kesemutan/gringgingan di tangan

pada 33 orang (97%). Hanya 1 orang (2,9%) yangmenderita nyeri pergelangan tangan yang meningkatpada malam hari. (Tabel 3)

Tabel 3. Jenis keluhan/gejalaKeluhan / gejala * n %Parestesi pada tanganNyeri pada pergelangan tanganNyeri menjalar ke lengan dan bahuRasa tebal pada tanganBarang mudah jatuh saat dipegangNyeri meningkat malam hari pada tangan

3319

3211

97,055,9

8,85,82,92,9

* Satu subyek dapat memiliki lebih dari satu jenis keluhan

Pemeriksaan Tanda Tinel (88,2%) dan Flick sign(85,3%) merupakan tanda positif yang terbanyakditemukan dan yang tersedikit adalah atrofi thenar

(20,6%) dan kelemahan otot abduksi jari I (14,7%).(Tabel 4)

Tabel 4. Manifestasi klinisManifestasi klinis * n %Tanda TinelFlick SignTes PhalenTes PrayerGangguan sensibilitas tanganAtrofi thenarKelemahan otot (abduksi jari I)

3029222215

75

88,285,364,764,744,120,614,7

* Satu subyek dapat memiliki lebih dari satu jenis manifestasi klinis

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan elektrodiagnostik dilakukan pada 17orang penderita (50%) dengan semuanya mendapathasil sesuai/mendukung STK Pemeriksaan labora-

torium gula darah, kholesterol dan rontgent servikaldilakukan pada penderita yang telah memiliki riwayatpenyakit lain/penyerta sebelumnya. (Tabel 5)

Tabel 5. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang * n %Elektrodiagnostik (sesuai STK)GD I dan II (Hiperglikemia)Kholesterol (Hiperlipidemia)Rontgent Servikal (spondilosis servikalis)

17332

50,08,88,85,8

* Satu subyek dapat menjalani lebih dari satu jenis pemeriksaan penunjang

Penyakit PenyertaPenyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi, diabetesmelitus dan hiperlipidemia. Tidak semua penyakit

penyerta berdiri sendiri. Sebagian penderita hipertensijuga menderita diabetes melitus (2 orang),

Page 4: 3795-8157-1-SM

Artikel Asli Gambaran klinis dan program rehabilitasi medik pada STK

Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008 13

hiperlipidemia (3 orang) dan sindroma servikal (2 orang). (Tabel 6)

Tabel 6. Penyakit penyertaPenyakit penyerta * n %HipertensiDiabetes MelitusHiperlipidemiaSindroma ServikalOA GenuArtritis manusFrozen shoulderIschialgiaFascitis plantaris

1055331111

29,414,714,7

8,88,82,92,92,92,9

* Satu subyek dapat menjalani lebih dari satu jenis penyakit penyerta

Diagnosis dan program rehabilitasi medikDari 34 penderita didapatkan 18 orang (53%)menderita STK unilateral dan sisanya 16 orang (47%)bilateral, dengan rasio unilateral:bilateral 1:1. Padapenderita STK unilateral didapatkan 17 orangmenderita STK kanan (sisi dominan). Program

rehabilitasi medik yang diberikan meliputi fisioterapi,okupasi terapi dan ortotik prostetik. Program fisioterapidiberikan pada semua penderita (100%), okupasi terapipada 10 orang (29,4%), dan ortotik prostetik 21 orang(61,8%). Pola program rehabilitasi medik yangdiberikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Program Rehabilitasi Medik

Program rehabilitasi medik * Frekuensi Jumlahn (%)6x/mg (%) 3x/mg (%) 2x/mg (%) 1x/mg (%)

Fisioterapi (34 orang ; 100%) *- Terapi Ultrasound (US)- Parafin bath- Strengthening Exercise- Micro Wave Diathermi (MWD)

Ortotik Prostetik (21 orang ; 61,8%)- Resting Splint

Okupasi Terapi (10 orang ; 29,4%) *- Latihan peningkatan sensibilitas- Proper Body Mechanic (PBM) untuk

pergelangan tangan- Latihan penguatan jari-jari dengan

aktifitas- Latihan peningkatan kemampuan AKS

tangan- Latihan pemeliharaan LGS jari-jari

21(61,8)8 (23,5)4 (11,8)1 (2,9)

-

3 (8,8)

-

2 (5,8)

1 (2,9)

1 (2,9)

4 (11,8)1 (2,9)

-1 (2,9)

-

-

-

-

-

-

1 (2,9)---

-

1 (2,9)

-

-

-

-

----

21 (61,8)

-

4 (11,8)

-

-

-

26 (76,5)9 (26,5)4 (11,8)2 (5,8)

21 (61,8)

4 (11,8)

4 (11,8)

2 (5,8)

1 (2,9)

1 (2,9)

* Satu subyek dapat menjalani lebih dari satu jenis programAKS, Aktivitas Kegiatan Sehari-hariLGS, Lingkup Gerak Sendi

PEMBAHASAN

Penelitian retrospektif dengan mencatat data darirekam medis yang ada didapatkan kelemahan yaitutidak lengkapnya data yang dapat dinilai padapenderita. Data lain yang mendukung kelengkapananamnesis, penyakit penyerta maupun pemeriksaanpenunjang mungkin ada yang tidak muncul karena

tidak ditanyakan secara khusus pada pasien maupunkarena ketidaklengkapan pencatatan data pada rekammedis.

Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar penderitaadalah wanita (94,1%). Kepustakaan menyatakanbahwa wanita memiliki resiko lebih tinggi untukmenderita STK dibandingkan laki-laki. Diduga

Page 5: 3795-8157-1-SM

Media Medika Indonesiana

Volume 43, Nomor 1, Tahun 200814

kemungkinan karena adanya perubahan hormonalantara lain pemakaian obat keluarga berencana danmenopause.4 Beberapa penelitian mendapatkanmeningkatnya insidens STK pada usia perimenopausedan berkurangnya gejala STK setelah pemberianhormone replacement therapy.7 Rentang usia tertinggidalam penelitian didapatkan antara 41-50 tahun(38,2%) dan 51-60 tahun (35,3%). Efek dari usia inisukar untuk dipastikan penyebabnya. Didugaberhubungan dengan efek biologis proses penuaan ataulamanya pajanan. Dengan meningkatnya usia, terjadipenebalan sinovial akibat regangan dan tarikan karenagerakan pergelangan tangan berulang yang dapatmeningkatkan tekanan dalam terowongan karpal.1,4,7,8

Karakteristik pekerjaan yang didapatkan dari 34 orangpenderita STK terdiri dari 3 golongan, yaitu pekerjaberat (petani dan kuli bangunan), Ibu Rumah Tangga(IRT) dan petugas administrasi (termasuk guru dandosen). Deskripsi kegiatan petani maupun kulibangunan adalah banyak mengangkat beban (gerakanmenekukkan pergelangan tangan berulang) dan posisitangan menekan dengan kuat. IRT banyak melakukangerakan memutar dan menekukkan pergelangan tanganberulang saat mencuci, memasak dan mengulek.Petugas administrasi, guru maupun dosen banyakmelakukan gerakan menekukkan pergelangan tanganberulang saat mengetik dan menulis di papan tulis.Gerakan menekukkan atau memutar pergelangantangan berulang kali dan penggunaan alat-alat yangbergetar merupakan faktor resiko terjadinya STK.4 Halini didukung oleh beberapa penelitian lain yangmendapatkan hubungan yang signifikan antara gerakanberulang pergelangan tangan dan gerakanmenggenggam dengan tenaga yang kuat denganprevalensi STK. Prevalensi tertinggi penderita STKadalah pekerjaan menggiling (grinders), memotong(butchers), buruh pabrik makanan, dan pekerjaandengan gerakan berulang dengan tekanan yang kuat.3,5

Berdasarkan kepustakaan gejala klasik STK adalahnyeri, kesemutan, rasa menggelanyar pada jari-jari I, II,III dan IV, sesuai dengan distribusi saraf medianus.Rasa nyeri biasanya memburuk pada malam hari.Pasien merasakan kesemutan semakin nyata setelahmelakukan gerakan pergelangan tangan yang berulangatau setelah menggenggam sesuatu cukup lama.Kekuatan menggenggam juga dapat berkurang,kemampuan melakukan gerakan terampil dengantangan menurun, dan penderita mengeluh otot telapaktangannya mengecil (atrofi thenar).1,9,10 Dalampenelitian ini didapatkan keluhan terbanyak adalah rasakesemutan/parestesi (97%) dan nyeri pada pergelangantangan (55,9%). Keluhan seperti barang mudah jatuhsaat dipegang (kekuatan genggam menurun) didapathanya pada satu orang dan otot tangan (thenar)mengecil tidak dikeluhkan. Hal ini mungkin karenakebanyakan penderita yang berobat datang pada tahap

awal. Pada tahap awal, gerakan fleksi-ekstensiberulang dan terus menerus pada pergelangan tangandan jari-jari akan meningkatkan tekanan pada tendonyang mengakibatkan terjadinya tenosinovitis danselanjutnya menyebabkan kompresi pada sarafmedianus. Kompresi ringan pada saraf tepi akanmenurunkan aliran darah epineural. Transport aksonalakan terganggu, akibat kompresi aksonal tekanandalam endoneural akan meningkat dan menyebabkanparestesia. Kompresi kapiler lanjut menyebabkananoksia dan berakibat kerusakan endotel kapiler.Protein masuk ke dalam jaringan dan menyebabkanterjadi edema lebih lanjut. Protein tidak dapat keluarmelalui perineurium sehingga terjadi akumulasi cairandalam endoneurial yang akan menghambatmetabolisme dan nutrisi aksonal. Proliferasi fibroblasterjadi akibat iskemia ini, dan terbentuk jaringan parutyang akan menyebabkan konstriksi jaringan lunaksekitarnya. Pada stadium akhir ini, lesi saraf dapatmenjadi ireversibel dan menyebabkan gangguansensorik dan motorik permanen dengan gejalakelemahan dan atrofi otot thenar. Pasien jarangmemperhatikan adanya atrofi, hanya kadang-kadangmerasakan bahwa barang yang mereka genggammudah jatuh. Dan mereka terkejut saat pemeriksamenunjukkan bahwa telah terjadi atrofi pada otot ditangan mereka.7,9,10

Menurut Phalen (1966), pasien dinyatakan menderitaSTK bila memiliki satu atau lebih dari 3 pemeriksaanfisik yaitu: gangguan sensibilitas (parestesi, hipestesi)sesuai distribusi saraf medianus, tanda Tinel positif dantes Phalen positif.11 Gejala lainnya seperti atrofi thenardan kelemahan muncul sebagai keluhan terakhir dalamperjalanan penyakit STK.6,12 Pada penelitian inididapatkan manifestasi klinis tertinggi adalah TandaTinel (88,2%), tes Phalen (64,7%), tes Prayer (64,7%)dan selanjutnya gangguan sensibilitas (hipestesi)44,1%. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalamkepustakaan. Namun dalam kepustakaan tidak dibahasmengenai kemaknaan tes Prayer dan tidak termasukdalam kriteria diagnostik STK. Tes Prayer seringdisebut sebagai tes kebalikan dari Phalen. Tes Phalendilakukan dengan melakukan fleksi penuh pergelangantangan, sedangkan tes Prayer dialakukan denganekstensi penuh pergelangan tangan. Diduga efek yangditimbulkan oleh tes Prayer sama dengan tes Phalenyaitu meningkatkan tekanan dalam terowongan karpal.7

Manifestasi lainnya yaitu atrofi thenar didapati pada 7orang dan kelemahan otot abduksi jari I didapati pada 5orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pen-derita datang berobat pada tahap awal dan belum men-derita atrofi thenar dan kelemahan otot abduksi jari I.

Konsensus dari American Association ofElektrodiagnostic Medicine, American Academy ofNeurology dan American Academy of PhysicalMedicine and Rehabilitation yang beranggotakan para

Page 6: 3795-8157-1-SM

Artikel Asli Gambaran klinis dan program rehabilitasi medik pada STK

Volume 43, Nomor 1, Tahun 2008 15

profesional menyatakan bahwa elektrodiagnostikmerupakan pilihan test diagnostik yang paling akuratuntuk STK. Diagnosis yang akurat adalah kombinasiantara gejala, manifestasi klinis dan elektrodiagnostik(electromyography dan nerve conductionstudies).2,6,11,13 Pemeriksaan penunjang terbanyak yangditemukan dalam penelitian ini adalahelektrodiagnostik (50%) dengan hasil keseluruhanmendukung STK. Hal ini sesuai dengan kepustakaan,yaitu elektrodiagnostik sebagai alat untuk diagnostikpasti STK. Tidak diketahui alasan mengapa 50%penderita lainnya tidak dilakukan pemeriksaanelektrodiagnostik. Mungkin penolakan penderitakarena pemeriksaan elektrodiagnostik yang nyeri ataukeputusan dari pemeriksa untuk tidak melakukanelektrodiagnostik. Biaya mungkin bukan menjadimasalah karena semua penderita yang diteliti mendapatpembiayaan dari asuransi (Askes dan Jamsostek).

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan adalahrontgent servikal (5,8%) dan pemeriksaan laboratoriumgula darah, kholesterol (8,8%). Pemeriksaan inibertujuan untuk mengetahui penyakit lain dimanaterjadinya STK adalah sekunder karena penyakit yangsudah ada sebelumnya. Pada kepustakaan dikatakanbeberapa kondisi yang dihubungkan dengan kejadianSTK adalah kehamilan, artritis, fraktur Colles,amyloidosis, hipotiroid, diabetes melitus danpenggunaan kortikosteroid serta estrogen. Sekitarsepertiga dari penderita STK menderita kondisi-kondisitersebut dan sekitar 6% dari penderita STK menderitadiabetes.6 Pada penelitian didapat 29,4% penderitamemiliki hipertensi. Tidak diketahui hubunganhipertensi dengan STK. Sebagian penderita hipertensijuga menderita diabetes melitus. Didapatkan 14,7%penderita memiliki penyakit diabetes melitus dan 2,9%menderita artritis. Diabetes melitus merupakan faktorresiko untuk terjadinya STK. Penyebab hal ini belumdiketahui dengan pasti, diduga karena meningkatnyaiskemia pada saraf yang sudah mengalami gangguansebelumnya karena neuropati akibat diabetesmelitusnya. Artritis juga dapat menjadi penyebabterjadinya STK. Adanya proses artritis, tenosinovitis,deformitas dan nodul dapat menyebabkan penyempitanterowongan karpal dan meningkatkan tekanan padasaraf medianus.7 Penyakit penyerta lainnya yangditemukan dalam penelitian adalah frozen shoulder,OA genu, ischialgia dan fascitis plantaris, denganjumlah kecil (2,9%-8,8%). Keberadaan penyakitpenyerta ini mungkin tidak ada hubungan dengan STKnamun berpengaruh dalam pilihan pemberian programrehabilitasi medik.

Program rehabilitasi medik termasuk dalam terapi non-operatif, mencakup fisioterapi, okupasi terapi danortotik prostetik. Terapi diawali denganmemperhatikan aktivitas tangan yang dapatmeningkatkan kompresi saraf medianus. Gerakanpergelangan tangan dikurangi atau dimodifikasi untuk

melindungi terowongan karpal. Modifikasi aktivitasbertujuan menjaga pergelangan dalam posisi netraluntuk memberikan ruang yang maksimum dalamterowongan karpal. Hal ini harus dilakukan sedinimungkin sejak gejala STK dimulai. Pasien harusmenghindari aktivitas berulang dari pergelangan tanganyang dapat memperburuk gejala, baik di pekerjaannyamaupun saat aktivitas di rumah.1,3 Dalam programrehabilitasi medik, modifikasi aktivitas termasuk salahsatu program okupasi terapi yaitu proper bodymechanic (PBM) untuk pergelangan tangan. Dalampenelitian didapatkan program okupasi terapi hanyadiberikan pada 10 orang (29,4%) dan hanya 4 orangdiantaranya yang mendapatkan PBM pergelangan.Program okupasi terapi lainnya seperti latihanpenguatan jari-jari diberikan pada 2 orang (5,8%) danlatihan peningkatan kemampuan melakukan aktivitaskegiatan sehari-hari serta latihan pemeliharaan lingkupgerak sendi masing-masing pada 1 orang (2,9%). Halini sesuai dengan karakteristik penderita dimanasebagian besar penderita datang pada tahap awal danbelum terdapat kelemahan otot sehingga tidakdiberikan program-program tersebut.

Pilihan program selanjutnya adalah pemberian splint.Splint merupakan terapi yang sederhana dan efektif.Sesuai kepustakaan lebih dari 80% penderita STKmelaporkan pemakaian splint akan mengurangigejala.1,6 Splint digunakan saat aktivitas dan saat tidurpada malam hari untuk membatasi gerakanpergelangan tangan. Suatu penelitian randomizedcontrol trial melaporkan penggunaan splint padamalam hari akan mengurangi keluhan nyeripergelangan tangan.1,14 Dalam program rehabilitasimedik pemberian splint termasuk dalam programortotik prostetik. Pada penelitian didapatkan pemberianresting splint pada 21 orang (61,8%). Tidak diketahuialasan mengapa penderita lainnya tidak diberikansplint. Mungkin tidak semua penderita mau memakaisplint karena penggunaan splint sangat membatasigerakan tangan saat melakukan aktivitas.Kemungkinan juga karena pertimbangan biaya dimanasplint tidak termasuk dalam pembiayaan asuransi.

Program fisioterapi untuk STK dapat berupa pemberianmodalitas terapi dan terapi latihan. Menurutkepustakaan pilihan modalitas terapi untuk penderitaSTK adalah ultrasound (US).1 Terapi ultrasoundadalah modalitas terapi fisik yang umumnya digunakanuntuk meningkatkan temperatur jaringan dalam. Efekultrasound pada jaringan adalah perubahan pada alirandarah, metabolisme jaringan, fungsi saraf, danekstensibilitas jaringan ikat. Peningkatan temperaturoleh ultrasound akan meningkatkan ambang nyeri padamanusia. Peningkatan temperatur juga mempengaruhitingkat regenerasi saraf.15 Seluruh penderita STKdalam penelitian mendapatkan program fisioterapi(100%). Program fisioterapi yang terbanyak diberikanadalah terapi ultrasound (US) pada 26 orang (76,5%),

Page 7: 3795-8157-1-SM

Media Medika Indonesiana

Volume 43, Nomor 1, Tahun 200816

dimana 21 orang diantaranya diberikan denganfrekuensi awal 6 kali dalam seminggu. Suatu penelitianclinical controlled trial mengevaluasi penggunaan USpada pasien dengan CTS bilateral ringan hingga sedangdengan frekuensi 10 kali dalam 2 minggu terapi.Didapatkan terapi US memberikan efek jangka pendekuntuk pengurangan nyeri pada pasien dengan STKringan hingga sedang.2,15 Namun penelitian lainmendapatkan hasil yang berbeda yaitu terapi US tidakmemberikan perbaikan nyeri.2,16 Terapi latihan padapenderita STK diberikan bila terdapat kelemahan otot-otot tangan yaitu dengan latihan penguatan(strengthening exercises) jari-jari. Pada penelitiandidapatkan 4 orang (11,8%) mendapatkan latihanpenguatan, sesuai dengan karakteristik penderita yaitu5 orang (14,7%) yang menderita kelemahan abduksijari I. Salah seorang penderita mendapatkan terapilatihan dengan aktivitas di bagian okupasi terapi.Fisioterapi lainnya seperti parafin bath (26,5%) danMicrowave Diathermy (MWD) (5,8%) bukanmeruapakan terapi pilihan untuk STK. Kedua terapi inidiberikan karena pertimbangan adanya penyakitpenyerta atau sebagai kombinasi terapi dengan US.Sebagai contoh, penderita STK dengan artritis manusdiberikan terapi US dengan kombinasi parafin bath.Parafin bath bertujuan untuk meningkatkanekstensibilitas jaringan pada jari-jari tangan yangmenderita artritis. Contoh lainnya, penderita STKdengan penyakit penyerta fascitis plantaris atau OAgenu, terapi US telah diberikan untuk fascitis plantarisatau OA sehingga untuk STK-nya diberikan modalitasterapi lain yaitu parafin bath dan strengtheningexercise.

SIMPULAN

Karakteristik penderita STK adalah dominan wanitadengan rentang usia tertinggi antara 40-60 tahun, danpekerjaan ibu rumah tangga dengan karakteristikpekerjaan mencuci, memasak dan mengulek.Keluhan/gejala terbanyak adalah parestesi dengantanda Tinel positif. Sebagian besar penderita datangpada tahap awal dan belum mengalami kelemahan ototabduksi jari I dan atrofi thenar. Pemeriksaanelektrodiagnostik mendukung diagnosis pasti STK danpemeriksaan laboratorium umumnya dilakukan untukmengetahui penyakit penyerta atau penyakit laindimana STK merupakan sekunder dari penyakit yangsudah ada sebelumnya. Program rehabilitasi medikterbanyak yang diberikan adalah program fisioterapidengan modalitas terapi ultrasound dan ortotikprostetik dengan pemberian splint.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosenbaum R, Ochoa JL. Carpal tunnel syndrome andother disorders of the median nerve. Boston:Butterworth – Heinemann, 1993; 35-56, 127-61, 251-62,233-50.

2. O’Connor D, Marshall S, Massy WN. Non surgicaltreatment (other than steroid injection) for carpal tunnelsyndrome (Review). The Cochrane Collaboration.Wiley, 2007;1-85.

3. Kao SY. Carpal tunnel syndrome as an occupationaldisease. The Journal of The American Board of FamilyPractice. 2003;16:533-42.

4. Tanaka S, Wild DK, Cameron LL, Freund E.Association of occupational and non-occupational riskfactors with the prevalence of self-reported carpal tunnelsyndrome in a national survey of the workingpopulation. Am J Ind Med. 1997;32(5):550-6.

5. Hagberg M, Morgenstern H, Keish M. Impact ofoccupations and job tasks on the prevalence of carpaltunnel syndrome. Scand J Work Environ Health.1992;18(6):337-45.

6. Katz JN, Barry P, Simmons. Carpal tunnel syndrome. NEngl J Med. 2002;346(23):1807-12.

7. Stevens JC. Median neuropathy. In: Dyck PJ, editor.Peripheral neuropathy, 4th ed. Philadelphia: ElsevierSaunders, 2005;1435-61.

8. Atroshi I, Gummesson C. Prevalence of carpal tunnelsyndrome in a general population. JAMA.1999;281(2):153-8.

9. Cailliet R. Wrist and hand pain. In: Cailliet R, ed. Softtissue pain and disability, 3rd ed. USA: FA DavisCompany, 1996;310-61.

10. Cailliet R. Nerve control of the hand. In: Cailliet R, ed.Hand pain and impairment, 4th ed , USA: FA DavisCompany, 1994; 69-131.

11. Christopher A, McGee, Steven. Does this patient havecarpal tunnel syndrome, the rational clinicalexamination. JAMA. 2000;283:3110-17.

12. Urbono FL. Tinel’s sign and Phalen’s maneuver:Physical signs of carpal tunnel syndrome. HospitalPhysician. 2000;39-44.

13. Rempel D, et al. Consensus criteria for the classificationof carpal tunnel syndrome in epidemiologic studies.American Journal of Public Health. 1998; 88(10):1447-51.

14. Ebenbichler GR, Resch KL, Nicolakis P, Wiesinger GF.Ultrasound treatment for treating the carpal tunnelsyndrome: randomized “sham” controlled trial. BMJ.1998;396:731-5.

15. Oztaz O, Turan B, Bora I, Karakaya MK. Ultrasoundtherapy effect in carpal tunnel syndrome. Arch PhysMed Rehabil. 1998;79:1540-4.

16. Werner RA, Franzblau A, Gell N. Randomizedcontrolled trial of nocturnal splinting for active workerswith symptoms of carpal tunnel syndrome. Arch PhysMed Rehabil. 2005;86:1-7.