14
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN Listin Fitrianah 1 http://listinfitrianah.blogspot.com/ I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan kebutuhan dunia terhadap biji kakao cenderung meningkat. Berdasarkan dari data data International Cocoa Organization (2003), Negara yang menjadi konsumen besar adalah Belanda, Amerika Serikat, Pantai Gading, Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, Jepang Brazil yang masing masing mengkonsumsi 456 ribu ton, 285 ribu ton, 227 ribu ton dan 195 ribu ton pada tahun 2000/01. Keberhasilan Budidaya suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung kepada kultivar tanaman yang ditanam, agroekologis/lingkungan tempat tumbuh tempat melakukan budidaya tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh petani/pengusaha tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh (agroekologis), walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh suatu tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai kondisi agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif sesuai. Hambatan dalam pengembangan areal tanaman kakao di Indonesia adalah belum adanya informasi sumberdaya lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman 1 Mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

39514365-EVALUASI-KESESUAIAN-LAHAN-TANAMAN-KAKAO.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAODI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

    Listin Fitrianah1http://listinfitrianah.blogspot.com/

    I. PENDAHULUAN

    1. Latar BelakangTanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan komoditi yang

    mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Hal

    ini dikarenakan kebutuhan dunia terhadap biji kakao cenderung meningkat.

    Berdasarkan dari data data International Cocoa Organization (2003), Negara

    yang menjadi konsumen besar adalah Belanda, Amerika Serikat, Pantai Gading,

    Jerman, Prancis, Inggris, Rusia, Jepang Brazil yang masing masing mengkonsumsi

    456 ribu ton, 285 ribu ton, 227 ribu ton dan 195 ribu ton pada tahun 2000/01.

    Keberhasilan Budidaya suatu jenis komoditas tanaman sangat tergantung

    kepada kultivar tanaman yang ditanam, agroekologis/lingkungan tempat tumbuh

    tempat melakukan budidaya tanaman dan pengelolaan yang dilakukan oleh

    petani/pengusaha tani. Khusus mengenai lingkungan tempat tumbuh

    (agroekologis), walaupun pada dasarnya untuk memenuhi persyaratan tumbuh

    suatu tanaman dapat direkayasa oleh manusia, namun memerlukan biaya yang

    tidak sedikit. Dalam rangka pengembangan suatu komoditas tanaman, pertama

    kali yang harus dilakukan mengetahui persyaratan tumbuh dari komoditas yang

    akan dikembangkan kemudian mencari wilayah yang mempunyai kondisi

    agroekologis/faktor tempat tumbuh yang relatif sesuai.

    Hambatan dalam pengembangan areal tanaman kakao di Indonesia adalah

    belum adanya informasi sumberdaya lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman

    1 Mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

  • tembakau. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diperlukan adanya

    evaluasi lahan untuk tanaman kakao. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan suatu

    kajian terhadap suatu wilayah, dalam hal ini daya dukung terhadap komoditi

    tanaman kakao.

    Kecamatan Babat meruapakan salah satu kecamatan dari Kabupaten

    Lamongan dengan kelembaban 20 300 C dan rata-rata curah hujan 1.500 1.900

    mm/tahun. Dengan kondisi iklim tersebut nantinya dapat dilihat apakah kawasan

    kecamatan babat sesuai atau cocok untuk pengembangan tanaman kakao.

    2. TujuanTujuan dari tugas mata kuliah ini adalah untuk mengetahui tingkat

    kesesuaian lahan berdasarkan kondisi iklim untuk tanaman kakao di kecamatan

    Babat Kabupaten Lamongan.

  • II. GAMBARAN UMUM KECAMATAN BABAT

    Kecamatan Babat merupakan satu diantara duapuluh tujuh Kecamatan

    yang ada di Kabupaten Lamongan yang terletak disepanjang jalan jurusan Jakarta,

    Surabaya, dan mempunyai letak yang strategis karena letaknya dipersimpangan

    menuju dan dari kota :

    S e l a t a n : Jombang

    B a r a t : Bojonegoro

    T i m u r : Lamongan /

    Surabaya

    U t a r a : T u b a n

    Dengan luas wilayah + 6.375,475 Ha. dengan penduduk + 75.717 Jiwa yang

    terdiri dari 37.234 Laki-laki dan 38.483 Perempuan, yang terbagi menjadi 21 Desa,

    2 Kelurahan, 47 Dusun dan 7 Lingkungan dengan posisi melintang yang dilalui

    jalan arteri Surabaya-Jakarta. Kondisi alam wilayah Kecamatan Babat disebelah

    utara jalan raya Surabaya - Jakarta merupakan dataran rendah ( rawa-rawa) yang

    dilalui oleh aliran Bengawan Solo, sedang diselatan jalan raya sebagian besar

    merupakan dataran tinggi ( batu kapur ). Dengan demikian potensi pertanian

    disebelah utara jalan digunakan sebagai lahan pertambakan dan Pertanian sedang

    di selatan jalan digunakan sebagai lahan pertanian, tegalan yang merupakan Lahan

    tadah hujan.

    1. Tinjauan Karakter Fisik Dasar

    Karakteristik fisik dasar yang ada di Kabupaten Bangkalan meliputi

    topografi, kemampuan tanah, hidrologi dan klimatologi.

  • A. Topografi

    Ketinggian

    Berdasarkan letak ketinggian dari permukaan laut (yang dihitung dari titik 0

    meter permukaan air laut/pasang terendah), Kecamatan Babat terletak antara 3

    5 meter dari permukaan laut. Menurut kriteria ketinggian tempat.

    Kelerengan

    Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang

    horizontal yang dinyatakan dalam persen (%). Kelerengan wilayah Kecamatan

    Babat berkisar antara 0 5 % .

    B. Kemampuan Tanah

    Tekstur Tanah

    Tekstur tanah adalah keadaan kasar dan halusnya bahan padat organik

    tanah yang ditentukan berdasarkan perbandingan fraksi-fraksi pasir, lempung,

    debu, dan air. Tekstur tanah di Kecamatan Babat bertekstur tanah halus

    Jenis Tanah

    Jenis tanah yang ada di Kecamatan Babat secara umum terdiri dari

    kelompok tanah tanah Zonal. Tanah Zonal adalah tanah-tanah yang sudah

    mengalami perkembangan yang lebih sempurna, yaitu tanah Grumosol, Mediteran.

    C. Klimatologi

    Iklim suatu daerah sangat besar peranannya terhadap kegiatan usaha,

    khususnya curah hujan yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia di

    bidang pertanian. Intensitas dan besar kecilnya curah hujan sangat

    menentukan/mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung

    terhadap jenis dan pola penggunaan lahan.

    Iklim di Kecamatan Babat terbagi menjadi 2 (dua) musim yang sangat jelas

    yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

  • Data curah hujan dan hari hujan tahunan selama 5 (lima) tahun terakhir

    sebagaimana data yang diperoleh dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Lamongan

    bahwa curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.500 1.900 mm/tahun

    .2. Persyaratan Tumbuh Komoditi Kakao (Theobroma cacao L.)

    Secara umum persyaratan tumbuh tanaman Kakao yaitu pada zona dataran

    rendah beriklim basah. Tanaman kakao toleran terhadap pH rendah (keasaman

    tinggi) memerlukan curah hujan tahunan memerlukan curah hujan tahunan rendah

    (memerlukan iklim yang relatif lebih kering). Zona dataran rendah beriklim basah

    yang cocok untuk pengembangan tanaman kakao di Indonesia mencapai luasan

    44,12 juta hektar menyebar di Sumatera, Kalimantan, Papua, Maluku, Jawa, dan

    Sulawesi. Lahannya bervariasi mulai dari dataran pantai, gambut, volkan, dan karst.

    Topografinya mulai dari datar, berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah

    terbentuk dari bahan alluvium, batuan sedimen masam, batuan volkan, dan batu

    gamping, sehingga tanahnya bervariasi. Di Sumatera zona dataran rendah

    beriklim basah mencapai luasan 15,65 juta ha menyebar dari Provinsi NAD (Aceh

    Timur, Aceh Barat dan Sebulussalam), Sumatera Utara (Labuhan batu, Asahan,

    Gunung Sitoli, Natal, Simalungun dan Langkat), Riau (Dumai, Bengkalis, Indragiri

    Hilir, Kampar dan Riau Kepulauan), Jambi (Muara Bulian, Bangko, Muarabungo,

    Bungotebo), Sumatera Barat (Lunang, Tiku, Pasaman, Sawahlunto Sijunjung dan

    Kepulauan Mentawai), Bengkulu (memanjang dari Bengkulu Utara sampai

    Bengkulu Selatan), Sumatera Selatan (OKI, Muba, Muara Enim, Lahat, dan Muara

    Dua) dan Lampung ( Sukadana, Kotabumi, dan Talang Padang) Zona dataran

    rendah beriklim basah di pulau Kalimantan seluas 14,34 juta ha meliputi

    Kalimantan Barat (Pontianak, Singkawang, Sanggau, Sambas, Mepawah dan

    Ketapang), Kalimantan Tengah (Sebanggou, Kahayan, Kotawaringin Barat, Kota

    Waringin Timur, Barito Utara dan Kapuas), Kalimantan Selatan (Kutai Barat, Kutai

    Timur, Pasir, Kutai Kartanegara, Bulungan, dan Berau).

  • 3. Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditi Kakao

    Potensi lahan untuk pengembangan komoditi kakao pada dasarnya

    ditentukan oleh sifat-sifat fisik dan lingkungan yang mencakup: tanah,

    topografi/bentuk wilayah, hidrdogi dan iklim. Kecocokan antara sifat-sifat fisik

    dengan persyaratan penggunaan suatu komoditas yang dievaluasi akan

    memberikan gambaran atau informasi bahwa tahan tersebut potensial untuk

    pengembangan komoditas tersebut. Hal tersebut juga memiliki pengertian bahwa

    jika lahan digunakan untuk penggunaan tertentu dengan memberikan masukan

    (Input) yang diperlukan maka akan memberikan hasil (ouput) sesuai dengan yang

    diharapkan.

    4. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

    Menurut Widiatmaka (2002), penilaian klasifikasi kesesuaian lahan

    dibedakan menurut tingkatannya, yaitu sebagai berikut:

    Ordo : Pada tingkat ini kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergotong

    sesuai (S) dan tidak sesuai (N).

    Kelas : Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan antara sangat

    sesuai (S1). cukup sesuai (S2) dan marginal sesuai (S3).

    Lahan kelas sangat sesuai (S1) adalah lahan yang relatif tidak memiliki faktor

    pem batas yang berarti/nyata terhadap penggunaannya secara

    berkelanjutan.

    Lahan kelas cukup sesuai (S2) adalah tahan mempunyai faktor pembatas yang

    berpengaruh terhadap produktifitasnya, sehingga memerlukan tambahan

    (input) untuk meningkatkan produktifitas pada tingkat yang optimum.

    Lahan kelas sesuai marginal (S3) adalah lahan mempunyal faktor pembatas

    yang berat sehingga berpengaruh terhadap produktifitasnya dan memerlukan

    input lebih besar dari pada lahan kelas S2.

  • Lahan kelas tidak sesuai (N) adalah lahan yang tidak sesuai karena memiliki

    faktor pembatas yang berat. Lahan ketas ini dibedakan menjadi lahan kelas

    tidak sesuai sementara (N1), dan lahan kelas tidak sesuai permanen (N2).

    Lahan kelas N1 mempunyai faktor pembatas yang sangat berat tapi sifatnya

    tidak permanen, sehingga dengan input pada tingkat tertentu masih dapat

    ditingkatkan produktifitasnya. Sedangkan tahan kelas N2 mempunyai faktor

    pembatas sangat berat dan sifatnya permanen sehingga tidak mungkin

    diperbaiki.

    5. Kriteria Kesesuaian Lahan

    Kriteria kesesuian lahan yang dimaksud adalah pedoman yang digunakan

    dalam menentukan/mengevaluasi lahan yang disurvai bagi keperluan

    pengembangan perkebunan kelapa sawit. Dalam kegiatan ini digunakan

    pedoman/kriteria kesesuaian lahan menurut Pusat Penelitian Tanah, 1993.

    Berikut ini adalah uraian dari setiap faktor yang dapat mempengaruhi

    penilaian kesesuaian lahan di lokasi:

    Iklim, unsur Iklim terpenting adalah curah hujan. - Hidrologi, unsur yang

    penting adatah ketersediaan air pengairan dan dampak keberadaan air tanah

    terhadap kondisi drainase, serta bahaya banjir. Masalah hidrologi di sebagian

    lokasi lebih berupa teknis pengaturan tata air/drainase yang berdampak

    langsung terhadap proses pertumbuhan tanaman, khususnya di lahan-lahan

    yang saat ini sering atau selalu tergenang.

    Kemiringan Lereng. Kemiringan lereng merupakan salah satu masalah serius di

    sebagian lokasi. terutama pada areal dengan kemiringan lereng lebih dari 40%.

    Faktor kemiringan lereng lebih sebagai kendala dalam teknis pengelolaan

    kebun, seperti pengangkutan hasil atau panen, Tanah dengan kemiringan

    lereng lebih dari 40% juga beresiko besar mengalami erosi permukaan cukup

    berat. Penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) sebaiknya tidak

  • terlambat dilaksanakan pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng di atas

    15%.

    Tanah. Retensi hara pada sebagian besar jenis tanah yang ada memberikan

    indikasi bahwa pemupukan dengan dosis yang tepat merupakan kunci

    keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Beberapa jenis tanah juga

    memiliki karakteristik sangat buruk, seperti tanah Regosol dan Podsol yang

    memiliki tekstur sangat kasar di seluruh lapisan.

  • Tabel kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kakao (Theobroma cacao L.)

    KRITERIAPENILAIAN

    S1 S2 S3 NElevasi (m dpl)1. Kakao Mulia2. Kakao Landak

    0-6000-300

    600-700300-450

    700-800450-600

    >800>600

    Curah Hujan1. Bulan kering (< 60

    mm/bln)2. Rata-rata tahunan

    0-1

    1500-2500

    1-31500-12502500-3000

    3-51250-11003000-4000

    >54000

    Kondisi Tanah1. Drainase tanah

    2. Tekstur tanah

    3. Kedalaman perakaran

    4. Lereng (%)

    Baik

    Lempung berpasir, lempung liat berpasir, lempung berdebu, debu lempung berliat, lempung liat berdebu

    >150

    0-8

    Agak terhambat, agak baikPasir berlempung, liat berpasir

    150-100

    8-15

    Agak cepat

    Liat berdebu, liat

    100-600

    15-45

    Sangat terhambatKerikil pasir, liat massif

    45Sifat Kimia1. KTK (me/100 gr

    tanah)2. pH3. C organik (%)

    >15

    6.0-7.02-5

    10-15

    5.0-6.07.5-7.0

    5-10

    7.5-8.04.0-5.0

    8.0

  • III. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan dari data yang diperoreh maka diperoleh tingkat kesesuaian

    lahan tanaman kakao sebagai berikut :

    1. Elevasi

    Elevasi di Kecamatan babat menunjukkan 3 5 meter dari permukaan laut. Dari

    data tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan dengan

    membandingkan data elevasi untuk tanaman kakao, sehingga dapat ditentukan

    bahwa tingkat kesesuain lahan untuk komoditi di wilayah Babat adalah S1

    (sangat sesuai) 0-600 meter dari permukaan laut adalah sangat sesuai.

    2. Curah Hujan

    Rata-rata curah hujan di wilayah Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan antara

    1.500 1.900 mm/tahun. Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis

    kesesuaian lahan dengan membandingkan data curah hujan dengan tabel

    kriteria kesesuaian untuk tanaman kakao / matching. Sehingga dapat

    ditentukan bahwa tingkat kesesuaian lahan untuk komoditi kakao di wilayah

    kecamatan Babat adalah S1 (sangat sesuai). Karena dari tabel kriteria yang ada,

    menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan 1.500 1.900 mm/tahun adalah

    sangat sesuai.

    3. Kondisi Tanah

    Drainase tanah

    Drainase tanah di Kecamatan Babat adalah agak baik dan agak terhambat.

    Dari analisis kesesuaian lahan untuk komoditi kakao di wilayah kecamatan

    Babat adalah S2 (sesuai).

  • Tekstur tanah

    Tekstur tanah di Kecamatan Babat bertekstur halus dan berliat. Dari data

    tersebut kemudian dilakukan analisis kesesuaian lahan dengan

    membandingkan data tekstur tanah dengan tabel kriteria kesesuaian untuk

    tanaman kakao. Sehingga dapat ditentukan bahwa tingkat kesesuaian lahan

    untuk komoditi kakao di wilayah kecamatan Babat adalah S3 (sesuai

    marginal). Karena dari tabel kriteria yang ada, menunjukkan bahwa tekstur

    tanah liat berdebu, liat adalah sesuai marginal.

    Kedalaman perakaran

    Jenis tanah yang ada di Kecamatan Babat adalah jenis tanah grumusol

    dengan kedalaman efektif 100cm. dari data tersebut kemudian dapat

    ditentukan tingkat kesesuaian lahannya adalah S2 (Sesuai).

    Lereng

    Lereng di Kecamatan Babat adalah 0 5 %, dari data tersebut kemudian

    dapat ditentukan tingkat kesesuaian lahannya adalah S1 (Sangat sesuai).

    Karena pada tabel kriteria kesesuaian lahan lereng 0 8 % berada pada

    tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai).

    4. Sifat Kimia

    PH

    Berdasarkan jenis tanah yang ada di Kecamatan Babat maka dapat diketahui

    bahwa pH tanah grumosol 7,2. Kemudian setelah dibandingkan dengan

    tabel kriteria kesesuaian lahan adalah S3 (sesuai marginal).

    KTK

    C organic

    Pada tanah grumosol kandungan C organic dalam tanah berada antara 0

    5 %. Kemudian ketika dibandingkan dengan criteria kelas kesesuaian lahan

    kakao diperoleh kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai)

  • 5. Ketersediaan Unsur Hara

    N total

    Pada tanah grumosol kandungan N total dalam tanah termasuk kategori

    sedang, sehingga tingkat kesesuaian lahannya dapat ditentukan adalah S1

    (sangat sesuai).

    P2O5

    Pada tanah grumosol kandungan P2O5 total dalam tanah termasuk kategori

    sedang, sehingga tingkat kesesuaian lahannya dapat ditentukan adalah S1

    (sangat sesuai).

    K2O

    Pada tanah grumosol kandungan K2O total dalam tanah termasuk kategori

    rendah, sehingga tingkat kesesuaian lahannya dapat ditentukan adalah S1

    (sangat sesuai).

    6. Toksisitas

    Salinitas

    Salinitas di Kecamatan Babat termasuk kelas kesesuaian lahan S1 (sangat

    sesuai)

    Kejenuhan Al

    Kejenuhan Al di Kecamatan Babat termasuk kelas kesesuaian lahan S1

    (sangat sesuai)

    Setelah semua parameter parameter dalam tabel kelas kesesuaian lahan

    untuk tanaman kakao, kemudian dapat ditentukan hasil penilaian kesesuaian lahan

    yang ada di Kecamatan Babat. Dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan

    kelas kesesuain lahan aktual di desa Kecamatan Babat, berupa kelas S3 : sesuai

    marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas yang besar untuk

    mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan

  • mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang

    diberikan.

    Pembatas yang diidentifikasi berupa kondisi tanah (khususnya komponen

    tekstur tanah) dan pH. Kelas kesesuain tersebut masih dapat diperbaiki melalui

    sejumlah perbaikan sehingga kelas kesesuain naik satu tingkat. (kesesuaian

    potensial). Perbaikan yang bisa dilakukan terdapat pada komponen tekstur tanah,

    upaya perbaikan kondisi lahan melalui pengolahan lahan (pembajakan), sehingga

    pembajakan nantinya mampu memperbaiki tekstur tanah.

    Sedangkan untuk komponen pH, upaya pengelolaan yang dapat diberikan

    adalah pengapuran. Pengapuran yang dilakukan akan mampu memperbaiki sifat

    kimia tanah dan menambah ketersedian unsur hara dalam tanah dalam

    mendukung pertumbuhan tanaman.

    Kondisi paling mendukung bagi pertumbuhan kakao terdapat di

    Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Hasil evaluasi kesesuaian menunjukkan

    wilayah tersebut memiliki tingkat kesesuaian sedang (moderately suitable/S2).

  • IV. KESIMPULAN

    1. Kesimpulan

    Berdasarkan dari hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman

    kakao yang dilakukan di Kecamatan Babat, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

    kesesuaian lahan untuk tanaman kakao adalah kesesuaian sedang (moderately

    suitable/S2).

    2. Saran

    Hasil analisis yang dilakukan dalam makalah ini belum bisa dijadikan acuan

    dalam pengembangan tanaman kakao di wilayah kecamatan Babat. Hal ini

    dikarenakan data yang digunakan dalam analisis ini hanya data sekunder. Oleh

    karena perlu dilakukan analisis lanjutan.