17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat dan Abu Tak Larut Asam E. acoroides Lamun memiliki kandungan nutrisi seperti protein, lemak, mineral dan karbohidrat. Kandungan nutrisi awal lamun Enhalus acoroides dilakukan dengan analisis proksimat. Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk didalamnya kandungan air, lemak, protein, abu, abu tidak larut asam dan karbohidrat. Kadar karbohidrat lamun Enhalus acoroides diketahui dengan perhitungan secara by difference. Perhitungan analisis proksimat lamun Enhalus acoroides dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis komposisi proksimat dan abu tak larut asam dari lamun Enhalus acoroides dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil uji proksimat dan abu tak larut asam lamun Enhalus acoroides Komponen Nilai (%) Kadar air 84,38 ± 0,06 Kadar abu 2,10 ± 0,84 Kadar lemak 0,88 ± 0,97 Kadar protein 1,09 ± 0,23 Karbohidrat (by difference) 11,57 ± 1,77 Kadar abu tidak larut asam 0,10 ± 0,14 Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan dan merupakan karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan yang dapat mempercepat pembusukan (Winarno 2008). Air tipe III atau biasa disebut air bebas merupakan air yang hanya terikat secara fisik dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain sebagainya. Air ini dapat dimanfaatkan unutk pertumbuhan mikorba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi (Winarno 2008). Hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides mengandung kadar air yang cukup

4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komposisi Proksimat dan Abu Tak Larut Asam E. acoroides

Lamun memiliki kandungan nutrisi seperti protein, lemak, mineral dan

karbohidrat. Kandungan nutrisi awal lamun Enhalus acoroides dilakukan dengan

analisis proksimat. Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan

untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk didalamnya

kandungan air, lemak, protein, abu, abu tidak larut asam dan karbohidrat. Kadar

karbohidrat lamun Enhalus acoroides diketahui dengan perhitungan secara

by difference. Perhitungan analisis proksimat lamun Enhalus acoroides dapat

dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis komposisi proksimat dan abu tak larut

asam dari lamun Enhalus acoroides dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil uji proksimat dan abu tak larut asam lamun Enhalus acoroides

Komponen Nilai (%)

Kadar air 84,38 ± 0,06

Kadar abu 2,10 ± 0,84

Kadar lemak 0,88 ± 0,97

Kadar protein 1,09 ± 0,23

Karbohidrat (by difference) 11,57 ± 1,77

Kadar abu tidak larut asam 0,10 ± 0,14

Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan dan

merupakan karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air

dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan

tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang dan

khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan

pangan yang dapat mempercepat pembusukan (Winarno 2008).

Air tipe III atau biasa disebut air bebas merupakan air yang hanya terikat

secara fisik dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain

sebagainya. Air ini dapat dimanfaatkan unutk pertumbuhan mikorba dan media

bagi reaksi-reaksi kimiawi (Winarno 2008). Hasil pengukuran kadar air

menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides mengandung kadar air yang cukup

Page 2: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

besar yaitu sebesar 84,38%. Kadar air yang cukup tinggi ini menyebabkan lamun

Enhalus acoroides mudah sekali mengalami kerusakan (highly perishable) apabila

tidak ditangani secara benar.

Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral

yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu berfungsi untuk

mengetahui kandungan mineral dalam suatu bahan. Bahan pangan terdiri dari 96%

bahan organik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur

juga dikenal sebagi zat organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-

bahan organik akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah

disebut sebagai kadar abu (Winarno 2008).

Hasil pengujian kadar abu lamun Enhalus acoroides mengandung kadar abu

sebesar 2,10% atau sebesar 13,45% apabila dikonversi dalam bobot kering. Nilai

kadar abu ini jauh lebih rendah dibandingkan kadar abu pada Enhalus acoroides

yang diteliti oleh (Setyati et al. 2005) sebesar 68,14% yang dihitung dalam bobot

kering. Perbedaan nilai kadar abu dapat disebabkan oleh perbedaan hábitat dan

lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan

mengabsorbsi mineral dari masing-masing spesies lamun.

Lemak pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-

pelarut organik seperti etil eter, karbon tetraklorida, benzen dan proteleum eter

(Muchtadi 1989). Menurut Poedjiadi (1994), lemak yang berasal dari tumbuhan

berupa zat cair. Fungsi utama lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber energi.

Lemak dapat dikatakan sebagai sumber energi yang lebih efektif dibandingkan

dengan karbohidrat dan protein. Hal ini dikarenakan 1 g lemak dapat

menghasilkan 9 kkal, dimana nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan

energi yang dihasilkan oleh 1 g protein dan karbohidrat, yaitu 4 kkal. Lemak juga

dapat digunakan sebagai sumber asam lemak esensial dan vitamin (A, D, E dan K)

(Winarno 2008).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides

mengandung lemak sebesar 0,88% atau sekitar 5,63% dalam bobot kering. Hasil

análisis proksimat untuk kadar lemak ini tidak berbeda jauh dibandingkan dengan

kadar lemak Enhalus acroides yang diteliti oleh Setyati et al. (2005) yaitu sebesar

6,13% dalam bobot kering. Kandungan lemak Enhalus acoroides ini lebih rendah

Page 3: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

dibandingkan kandungan lemak pada lamun dari spesies Cymodocea serrulata

yaitu sebesar 7,81% dan sedikit lebih tinggi dibandingkan kandungan lemak

lamun dari spesies Syrngodium isoetifolium sebesar 4,71% (Setyati et al. 2005).

Kadar lemak yang cukup rendah ini dapat disebabkan oleh kandungan air lamun

Enhalus acoroides sangat tinggi, yaitu mencapai 84% sehingga persentase

kadar lemak akan turun secara drastis. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

menyatakan bahwa kadar air umumnya berhubungan terbalik dengan kadar lemak

(Yunizal et al. 1998 dalam Apriandi 2010).

Protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh, sebagai zat pengatur dalam

tubuh, mengganti bagian tubuh yang rusak, serta mempertahanakan tubuh dari

serangan mikroba penyebab penyakit. Selain itu, protein juga dapat digunakan

sebagai sumber energi (kalori) bagi tubuh apabila energi yang berasal dari

karbohidrat dan lemak tidak mencukupi (Muchtadi 1989). Protein merupakan

makromolekul yang terbentuk dari asam-asam amino yang berikatan peptida.

Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N

yang tidak dimiliki oleh lemak ataupun karbohidrat. Molekul protein juga

mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno 2008).

Hasil pengujian kadar protein menunjukkan bahwa Enhalus acoroides

memiliki protein sebesar 1,07% (bb) atau sebesar 6,97% (bk). Nilai ini sedikit

lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar protein pada Enhalus acoroides

yang diteliti oleh Setyati et al. (2005) yaitu sebesar 7,65% (bk). Nilai ini juga

lebih rendah apabila dibandingkan dengan kadar protein pada lamun dari spesies

Cymodocea serrulata yaitu sebesar 9,39% (bk) dan lebih tinggi dari lamun spesies

Sryngodium isoetifolium sebesar 5,52% (bk).

Karbohidrat dalam bahan pangan dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu

karbohidrat yang dapat dicerna dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna.

Karbohidrat yang dapat dicerna mempunyai fungsi sebagai sumber energi bagi

tubuh, sedangkan karbohidrat yang tidak dapat dicerna memiliki fungsi mencegah

berbagai penyakit (Muchtadi 1989). Karbohidrat juga mempunyai peran penting

dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna, tekstur dan

lain-lain (Winarno 2008).

Page 4: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Hasil perhitungan kadar karbohidrat dengan metode by difference

menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides mengandung karbohidrat sebesar

11,57% (bb) atau sebesar 74,05% (bk). Hasil perhitungan karbohidrat dengan

metode by difference ini merupakan metode penentuan kadar karbohidrat dalam

bahan pangan secara kasar, dimana serat kasar juga terhitung sebagai karbohidrat

(Winarno 2008).

Abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam,

yang sebagian merupakan garam-garam logam berat dan silika. Kadar abu tidak

larut asam yang tinggi menunjukkan adanya kontaminasi residu mineral atau

logam yang tidak dapat larut asam pada suatu produk. Kadar abu tidak larut asam

juga dapat digunakan sebagai kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam

proses pengolahan suatu produk (Basmal et al. 2003).

Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam menunjukkan bahwa lamun

Enhalus acoroides mengandung residu abu tidak larut asam sebesar 0,10%. Nilai

kadar abu yang diperoleh pada penelitian ini masih di bawah 1%, seperti yang

disyaratkan oleh Food Chemical Codex (1991) dalam Basmal et al. (2003). Kadar

abu tak larut asam diduga berasal dari material-material yang terdapat dari

perairan tempat lamun Enhalus acoroides hidup, seperti pasir, lumpur, silika dan

batu-batuan yang masih menempel pada sampel saat preparasi.

4.2 Kandungan Serat Pangan Lamun Enhalus acoroides

Dietary fibre merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan

terhadap proses hidrolisis dalam lambung dan usus kecil (Van Der Kamp 2004).

Serat-serat tersebut banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-

buahan. Secara kimia dinding sel tersebut terdiri dari beberapa jenis karbohidrat

seperti selulosa, hemiselulosa, pektin dan nonkarbohidrat seperti polimer lignin,

beberapa gumi dan mucilage. Dietary fibre pada umumnya merupakan

karbohidrat atau polisakarida.berbagai jenis makanan pada umumnya

mengandung dietary fibre (Winarno 2008).

Serat pangan yang diuji dalam penelitian ini meliputi serat pangan tak larut

air atau insoluble dietary fibre (IDF), serat pangan larut air atau soluble dietary

fibre (SDF) dan serat pangan total atau total dietary fibre (TDF). Hasil pengujian

serat pangan pada lamun Enhalus acoroides dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 5: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Tabel 2 Kandungan serat pangan pada lamun Enhalus acoroides

Jenis serat Nilai (g/100 g)

Serat pangan tak larut (IDF) 6,73 ± 0,23

Serat pangan larut (SDF) 7,93 ± 0,08

Total serat pangan (TDF) 14,67 ± 0,31

Perhitungan kandungan serat pangan dapat dilihat pada Lampiran 3. Jumlah

serat pangan yang harus dikonsumsi oleh orang dewasa adalah 20-35 g/hari

(Almatsier 2006). Serat pangan merupakan bagian bahan pangan yang tidak dapat

dicerna oleh cairan pencernaan (enzim), sehingga tidak menghasilkan energi/

kalori. Serat pangan tak larut contohnya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin

yang ditemukan pada serealia, kacang-kacangan dan sayuran. Serat pangan larut

contohnya adalah gum, pektin dan musilage (Muchtadi 2001).

Kandungan polisakarida yang tinggi pada suatu bahan menunjukkan

kandungan SDF dan IDF yang tinggi pula (Ortiz et al. 2006). Makanan serat

tinggi cenderung mengandung energi rendah sehingga dapat membantu

menurunkan berat badan. Ortiz et al. (2006) telah meneliti kandungan dietary

fibre pada rumput laut jenis Ulva lactuca dengan nilai SDF, IDF dan TDF

dihitung dengan berat kering masing-masing sebesar 33,3%, 27,2% dan 60,5%.

Nilai ini sedikit lebih rendah apabila dibandingkan dengan kadar dietary fibre

yang terkandung dalam lamun Enhalus acoroides yang memiliki nilai SDF, IDF

dan TDF dalam berat kering masing-masing sebesar 43,09%, 50,77% dan

93,92%. Kandungan serat pangan larut air (SDF) yang tinggi dapat dimanfaatkan

sebagai sumber nutrisi kesehatan bagi orang yang membutuhkan untuk

pengobatan (Ortiz et al. 2006). Kandungan serat pangan pada lamun Enhalus

acoroides ini juga lebih tinggi dibandingkan pada buah-buahan seperti mangga,

anggur, lemon dan jeruk yang memiliki kandungan serat pangan sekitar

28,05-78,20% (Borchani et al. 2011). Perbedaan kadar serat pangan pada suatu

bahan dipengaruhi oleh cuaca, iklim, lokasi geografis dan metode ekstraksi

(Borchani et al. 2011).

4.3 Rendemen Ekstrak Lamun (Enhalus acoroides)

Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen zat aktif suatu bahan

dengan menggunakan pelarut tertentu. Tujuan dari proses ini adalah untuk

Page 6: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen-

komponen aktif (Harbone 1987). Metode ekstraksi yang digunakan adalah

maserasi, karena cara ini merupakan metode yang mudah dilakukan dan

menggunakan alat-alat sederhana dengan merendam sampel dalam pelarut

(Andayani et al. 2008). Ekstraksi lamun dilakukan melaui maserasi tipe pelarut

tunggal. Pelarut tersebut dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu metanol yang

bersifat polar, etil asetat yang bersifat semipolar dan n-heksana yang bersifat

nonpolar. Pemilihan ketiga pelarut tersebut didasarkan pada tujuan untuk

mengetahui rendemen dan identifikasi komponen aktif dari lamun yang masih

belum diketahui kepolarannya.

Semua filtrat yang diperoleh dari hasil ekstraksi diuapkan menggunakan

rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kasar lamun dengan karakteristik

yang berbeda. Ketiga ekstrak tersebut berbentuk pasta dan memiliki warna yang

berbeda. Ekstrak metanol berwarna hijau tua dan pekat, ekstrak etil asetat

berwarna coklat tua dan pekat sedangkan ekstrak n-heksana memiliki warna hijau

muda kekuningan.

Hasil ekstraksi dengan tiga jenis pelarut yang memiliki tingkat kepolaran

yang berbeda akan menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda pula. Rendemen

adalah persentase perbandingan antara berat bagian bahan yang dapat

dimanfaatkan dengan berat total bahan. Nilai rendeman digunakan untuk

mengetahui nilai ekonomis suatu produk atau bahan. Semakin tinggi nilai

rendemennya, maka semakin tinggi pula nilai ekonomisnya sehingga

pemanfaatannya dapat menjadi lebih efektif.

Rendemen dihitung dengan cara membagi berat akhir ekstrak yang

dihasilkan dengan jumlah sampel awal yang diekstrak (25 g) (Lampiran 4).

Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengukur efektivitas jenis pelarut untuk

mengekstrak komponen yang terkandung dalam lamun (Tensiska 2007).

Perhitungan rendemen lamun yang dilarutkan dalam pelarut metanol, etil asetat

dan n-heksana dapat dilihat pada Lampiran 4. Nilai rendemen ekstrak kasar dari

masing-masing pelarut dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 7: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf (a,b) menunjukkan jenis pelarut memberikan

pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap rendemen

Gambar 5 Rendemen ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana

Hasil analisis ragam terhadap rendemen ekstrak lamun berdasarkan jenis

pelarut (Lampiran 4a) menunjukkan bahwa perbedaan jenis pelarut memberikan

pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap rendemen ekstrak Enhalus acoroides

yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan (Lampiran 4b) menunjukkan bahwa pelarut

metanol menghasilkan rendemen ekstrak tertinggi dan berbeda nyata dengan

pelarut lainnya. Berdasarkan hasil ini juga dapat diketahui bahwa semakin polar

suatu ekstrak, maka rendemennya juga semakin banyak.

Metanol memiliki rendemen ekstrak yang paling tinggi yaitu sebesar 6,14%,

kemudian diikuti rendemen ekstrak etil asetat sebesar 0,41%. Rendemen ekstrak

n-heksana paling kecil yaitu sebesar 0,09%. Nilai rendemen yang dihasilkan oleh

ketiga ekstrak lamun ini tidak berbeda jauh dengan rendemen dari ekstrak rumput

laut jenis Caulerpa lentilifera yang juga menghasilkan rendemen tertinggi pada

ekstrak metanol. Besarnya nilai rendemen ekstrak metanol disebabkan karena

pelarut metanol yang bersifat polar sehingga dapat melarutkan hampir semua

senyawa organik yang ada pada sampel, baik senyawa polar maupun nonpolar

(Andayani et al. 2008). Metanol mudah menguap sehingga mudah dibebaskan

dari ekstrak (Andayani et al. 2008).

4.4 Kandungan Total Fenol Ekstrak Enhalus acoroides

Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan

mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus

Page 8: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

hidroksil. Pengukuran total fenol dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteau yang

didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi. Reagen folin terdiri dari asam

fosfomolibdat dan asam fosfotungsat akan tereduksi oleh senyawa polifenol

menjadi malibdenum-tungsen. Reaksi ini membentuk kompleks warna biru.

Semakin tinggi kadar fenol pada sampel, semakin banyak molekul kromagen

(biru) yang terbentuk akibatnya nilai absornasi akan meningkat. Senyawa-

senyawa fenol ditemukan pada berbagai organisme mulai dari mikroorganisme

sampai tumbuhan tingkat tinggi dan hewan (Lenny 2006).

Senyawa-senyawa fenolat dapat menangkap radikal-radikal peroksida dan

dapat mengkelat logam besi yang mengkatalisa peroksida lemak

(Andayani et al. 2008). Berdasarkan hal diatas maka dilakukan penelitian ini

untuk menentukan kandungan fenol total dari lamun. Penentuan kadar fenol total

digunakan metode Folin-Ciocalteu dan sebagai pembanding digunakan asam galat

(Yangthong et al. 2009; Andayani et al. 2008).

Konsentrasi larutan sampel dapat ditentukan dengan menggunakan kurva

kalibrasi dengan cara mengukur absorban sampel kemudian kadar total fenol

dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier. Perhitungan nilai total

fenol dapat dilihat pada (Lampiran 5). Kandungan total fenol dalam ekstrak kasar

metanol, etil asetat dan n-heksana dapat dilihat pada Gambar 6.

Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf (a,b,c) menunjukkan jenis pelarut

memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap kandungan total fenol

Gambar 6 Kandungan total fenol ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana

Page 9: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Hasil analisis ragam terhadap kandungan total fenol pada lamun

Enhalus acoroides berdasarkan pelarut (Lampiran 5a) menunjukkan bahwa

perbedaan jenis pelarut memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap

kandungan total fenol yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan (Lampiran 5b)

menunjukkan hasil bahwa ekstrak metanol (polar) memiliki kandungan total fenol

paling tinggi yaitu sebesar 542,56 mg GAE/1000 g sampel, diikuti oleh ekstrak

etil asetat (semipolar) sebesar 66,95 mg GAE/1000 g sampel dan ekstrak

n-heksana (nonpolar) sebesar 2,90 mg GAE/1000 g sampel. Nilai ini sesuai

dengan penelitian Febrianti (2010) yang menunjukkan bahwa ekstrak buah pedada

paling tinggi adalah ekstrak metanol (polar) sebesar 29,18 mg TAE/g sampel

diikuti oleh ekstrak etil asetat (semipolar) sebesar 14,89 mg TAE/g sampel dan

ekstrak kloroform (nonpolar) sebesar 5,87 mg TAE/g sampel.

Kandungan total fenol yang tinggi pada ekstrak metanol ini menunjukkan

bahwa senyawa fenol cenderung larut dalam pelarut polar. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Harborne (1987) bahwa senyawa fenol cenderung larut dalam pelarut

polar. Kandungan senyawa fenol pada bahan berperan menentukan adanya

kandungan antioksidan pada bahan tersebut (Susanti 2008). Kandungan senyawa

fenol yang terdapat dalam lamun Enhalus acoroides meliputi flavonoid, fenol

hidrokuinon dan tanin. Hasil penelitian Dumay et al. (2004), konsentrasi senyawa

fenol pada lamun jenis Posidonia oseanica akan berkurang seiring dengan umur

daun. Senyawa fenol biasanya terkonsentrasi di bagian pertumbuhan lamun yang

memiliki metabolisme tinggi (Dumay et al. 2004).

4.5 Senyawa Fitokimia Ekstrak Enhalus acoroides

Ekstrak kasar hasil ekstraksi dari lamun Enhalus acoroides menggunakan

pelarut metanol (polar), etil asetat (semipolar) dan n-heksana (nonpolar) kemudian

diuji komponen bioaktifnya dengan menggunakan uji fitokimia. Uji fitokimia

adalah analisis yang mencangkup pada aneka ragam senyawa organik yang

dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu mengenai struktur kimianya,

biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah

dan fungsi biologisnya (Harborne 1987). Fitokimia mempunyai peran penting

dalam penelitian obat yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan (Sirait 2007). Uji

fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji alkaloid, flavonoid,

Page 10: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

fenol hidrokuinon, steroid, triterpenoid, tanin dan saponin. Hasil uji fitokimia

ekstrak lamun dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides

Uji Fitokimia Jenis pelarut

Standar (warna) Metanol Etil asetat n-heksana

Alkaloid

a. Dragendorf - - - Endapan merah atau jingga

b. Meyer - - - Endapan putih kekuningan

c. Wagner - - - Endapan coklat

Flavonoid

+++ ++ ++

Lapisan amil alkohol

berwarna merah/ kuning/

hijau

Fenol

hidrokuinon + ++ +

Warna hijau/ hijau biru

Steroid ++ +++ ++

Perubahan dari merah

menjadi biru/ hijau

Triterpenoid - ++ +

Perubahan warna menjadi

merah

Tanin ++ - -

Perubahan warna menjadi

merah tua

Saponin + - - Terdapat busa

Keterangan : - = tidak ada

+ = lemah

++ = kuat

+++ = sangat kuat

Hasil uji fitokimia pada Tabel 3. menunjukkan bahwa ekstrak metanol

memiliki kandungan senyawa bioaktif yang lebih banyak dibandingkan ekstrak

etil asetat dan ekstrak n-heksana. Komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak

metanol meliputi flavonoid, fenol hidrokuinon, steroid, tanin dan saponin.

Komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana

meliputi flavonoid, fenol hidrokuinon, steroid dan triterpenoid.

Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang

terbentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran. Alkaloid memiliki fungsi

dalam bidang farmakologis antara lain sebagai analgetik (menghilangkan rasa

sakit), mengubah kerja jantung, mempengaruhi peredaran darah dan pernafasan,

Page 11: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

antimalaria, stimulant uterus dan anaestetika lokal (Sirait 2007). Sumber senyawa

alkaloid potensial adalah tumbuhan yang tergolong dalam kelompok

angiospermae dan jarang atau bahkan tidak ditemukan pada tumbuhan yang

tergolong dalam kelompok gimnospermae seperti paku-pakuan, lumut dan

tumbuhan tingkat rendah lain (Harborne 1987). Alkaloid pada ekstrak kasar lamun

Enhalus acoroides tidak terdapat pada ekstrak metanol, etil asetat maupun

n-heksana. Bioaktif jenis alkaloid ini umunya larut pada pelarut organik nonpolar,

akan tetapi ada beberapa kelompok seperti pseudoalkaloid dan protoalkaloid,

kelompok ini larut pada pelarut polar seperti air. Semua alkaloid mengandung

paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa. Alkaloid biasanya

dalam kadar kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang

berasal dari bagian tumbuhan (Lenny 2006).

Flavonoid umumnya terdapat dalam bahan-bahan alami seperti tumbuhan,

buah dan sayuran (Helgmeier dan Zidorn 2010). Flavonoid terdapat pada seluruh

bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari dan akar (Sirait 2007). Flavonoid

merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol, oleh karena itu larutan

ekstrak yang mengandung komponen flavonoid akan berubah warna jika diberi

larutan basa atau ammonia. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling

beragam dan tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah

flavonoid dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam

(Setyawan dan Darusman 2008). Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil bahwa

ketiga ekstrak lamun Enhalus acoroides mengandung komponen bioaktif

flavonoid. Komponen bioaktif flavonoid yang paling banyak terkandung pada

ekstrak metanol. Penelitian Helgmeier dan Zidorn (2010) juga menunjukkan

bahwa pada lamun jenis Posidonia oceanica terdapat kandungan flavonoid pada

bagian daun.

Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan

mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus

hidroksil. Flavonoid merupakan golongan fenol yang terbesar yang ditemukan di

alam (Lenny 2006). Penelitian Bitam et al. (2010) juga menemukan terdapat

kandungan flavonoid pada lamun Halophila stipulacea. Kuinon adalah senyawa

bewarna dan mempunyai kromofor dasar, seperti kromofor pada benzokuinon,

Page 12: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap

karbon-karbon. Kuinon untuk tujuan identifikasi dapat dipilah menjadi empat

kelompok, yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid.

Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil bahwa ketiga ekstrak lamun

Enhalus acoroides mengandung fenol hidrokuinon dengan jumlah terkuat pada

ekstrak etil asetat.

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam

satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi menjadi empat kelompok senyawa, yaitu

triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung (Harborne 1987).

Steroid merupakan golongan triterpena yang tersusun atas sistem cincin

cyclopetana perhydrophenanthrene. Steroid pada mulanya dipertimbangkan

hanya sebagai komponen pada substansi hewan saja (sebagai hormon seks,

hormon adrenal, asam empedu, dan lain sebagainya), akan tetapi akhir-akhir ini

steroid juga ditemukan pada substansi tumbuhan (Harborne 1987).

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa komponen triterpenoid terdeteksi

ekstrak etil asetat (semipolar) dan ekstrak n-heksana (nonpolar), sedangkan pada

ekstrak metanol komponen bioaktif triterpenoid tidak terdeteksi. Hasil

uji fitokimia pada komponen bioaktif steroid terdeteksi pada ketiga ekstrak. Hal

ini diduga karena prekursor dari pembentukan triterpenoid/steroid adalah

kolesterol yang bersifat nonpolar (Harborne 1987), sehingga triterpenoid/steroid

dapat larut pada pelarut organik (nonpolar). Hal ini menunjukkan bahwa wajar

apabila triterpenoid/ steroid terdeteksi pada ekstrak kasar lamun

Enhalus acaroides pelarut nonpolar seperti n-heksana ataupun pada pelarut

semipolar seperti etil asetat.

Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang

terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua

(dikotil). Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat

kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah

(Linggawati et al. 2002). Tanin diharapkan mampu mensubtitusi gugus fenol dan

resin fenol formaldehid untuk mengurangi pemakaian fenol sebagai sumberdaya

alam tak terbarukan. Hasil uji fitokimia komponen bioaktif pada ketiga ekstrak

Page 13: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

lamun menunjukkan hasil bahwa komponen bioaktif tanin hanya terdapat pada

ekstrak kasar metanol. Tanin, polifenol dan flavonoid merupakan senyawa yang

berfungsi sebagai antioksidan karena ketiga senyawa tersebut adalah senyawa-

senyawa fenol, yaitu senyawa dengan gugus –OH yang terikat pada cincin

aromatik. Senyawa-senyawa ini terstabilkan secara resonansi dan tidak reaktif

dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas yang lain (Jati 2008).

Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai

massa molekul besar dan kegunaan yang luas (Bogoriani et al. 2008). Saponin

menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu misalnya pada epitel hidung,

bronkus, ginjal dan sebagainya. Saponin bisa juga sebagai prekursor hormon

steroid (Sirait 2007). Saponin dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan pangan

nabati. Hasil uji fitokimia komponen bioaktif saponin menunjukkan hasil bahwa

saponin hanya terdeteksi pada ekstrak kasar metanol, sedangkan pada ekstrak

etil asetat dan n-heksana saponin tidak terdeteksi.

4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Enhalus acoroides dengan Metode DPPH

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau

reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil tetapi mampu menginaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal.

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi

dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga

kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi 2007). Metode yang digunakan dalam

pengujian aktivitas antioksidan adalah metode serapan radikal DPPH karena

merupakan metode yang sederhana, mudah dan menggunakan sampel dalam

jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat (Hanani et al. 2005).

Ekstrak kasar lamun dari hasil ekstraksi tunggal menggunakan pelarut

metanol (polar), etil asetat (semipolar) dan n-heksana (nonpolar) dilarutkan dalam

etanol dengan konsentrasi yang berbeda. Pelarut metanol dan etil asetat dilarutkan

dalam etanol dengan konsentrasi 31,25; 62,5; 125; 250 dan 500 ppm. Pelarut

n-heksana dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi 600, 700, 750, 800, 850

dan 900 ppm. Antioksidan sintetik BHT digunakan sebagai pembanding dan

kontrol positif. BHT dibuat dengan cara dilarutkan dalam pelarut etanol dengan

konsentrasi 0,24; 0,48; 0,97; 1,95; 3,90; 7,81 dan 15,625 ppm. Larutan DPPH

Page 14: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

yang akan digunakan, dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut

etanol dengan konsentrasi 1 mM (Lampiran 6).

Aktivitas antioksidan dari ekstrak lamun Enhalus acoroides ini dinyatakan

dalam persentase inhibisinya terhadap radikal DPPH. Persentase inhibisi ini

didapatkan dari perbedaan serapan antara absorban DPPH dengan absorban

sampel yang diukur dengan elisa reader. Besarnya aktivitas antioksidan ditandai

dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk

menghambat 50% radikal bebas DPPH (Andayani et al. 2008). Semakin kecil

nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi (Molyneux 2004).

Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme

donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari

ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm

(Salazar-Aranda 2009). Perhitungan persen inhibisi dan IC50 dapat dilihat pada

Lampiran 7.

Hasil pengujian antioksidan menunjukkan bahwa BHT memiliki nilai IC50

sebesar 15,95 ppm. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas antioksidan akan

semakin tinggi. BHT merupakan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik biasa

dicampurkan dalam bahan pangan karena efektif menghambat aktivitas radikal

bebas dan bersifat sinergis dengan antioksidan lainnya. Penggunaan antioksidan

memiliki kadar batas maksimum yaitu 200 ppm, penggunaan yang berlebihan

dapat menyebabkan keracunan (Ketaren 1986). Nilai IC50 BHT ini berbeda

dengan nilai yang diperoleh Hanani et al. (2005) dalam penelitiannya yaitu

sebesar 3,81 ppm, namun tetap menunjukkan bahwa antioksidan BHT merupakan

antioksidan dengan aktivitas yang sangat kuat (<50 ppm) menurut klasifikasi

Molyneux (2004).

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa ekstrak lamun

Enhalus acoroides juga memiliki aktivitas antioksidan seperti BHT walaupun

aktivitasnya lebih rendah. Ketiga ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides ini

memiliki kekuatan penghambatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan

lainnya. Pengujian aktivitas antioksidan dari masing-masing ekstrak kasar yang

digunakan ini akan menghasilkan hubungan antara konsentrasi ekstrak kasar

lamun Enhalus acoroides dengan persen inhibisinya.

Page 15: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata kemampuan persen inhibisi

terendah untuk ekstrak metanol dan etil asetat adalah pada konsentrasi 31,25 ppm

dengan persen inhibisi masing-masing 20,68% dan 23,02%. Rata-rata kemampuan

persen inhibisi terendah untuk ekstrak n-heksana adalah pada konsentrasi

650 ppm dengan persen inhibisi 6,08%. Rata-rata kemampuan penghambatan

radikal bebas tertinggi untuk ekstrak metanol terdapat pada konsentrasi 500 ppm

dengan nilai persen inhibisi sebesar 80,36%. Rata-rata kemampuan penghambatan

radikal bebas untuk ekstrak etil asetat pada konsentrasi 500 ppm dengan nilai

persen inhibisi sebesar 64,29%. Rata-rata kemampuan persen inhibisi tertinggi

untuk ekstrak n-heksana adalah pada konsentrasi 900 ppm yaitu sebesar 51,61%.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani et al. (2008) yang

menyatakan bahwa pengujian aktivitas antioksidan pada berbagai konsentrasi,

ternyata pada konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas antioksidan

lebih tinggi pula.

Salah satu parameter yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil

pengujian dengan DPPH adalah dengan nilai IC50 (inhibition concentration 50

value). Nilai IC50 adalah konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan

berkurangnya 50% aktivitas DPPH (Molyneux 2004). Nilai IC50 yang semakin

rendah akan menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap radikal bebas yang

semakin kuat. Nilai rata-rata IC50 ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides dari

ketiga pelarut dapat dilihat pada Gambar 7.

Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf (a,b) menunjukkan jenis pelarut memberikan

pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap kandungan aktivitas antioksidan

Gambar 7 Nilai rata-rata IC50 ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana

Page 16: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Antioksidan alami banyak dihasilkan dari tumbuhan. Efek antioksidan

terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid. Biasanya

senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang

mempunyai gugus hidroksi yang tersubstitusi pada posisi ortho dan para terhadap

gugus –OH dan –OR (Andayani et al. 2008). Hal ini didukung oleh Trilaksani

(2003) yang menyatakan bahwa antioksidan alami umumnya adalah senyawa

fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam

sinamat, kumarin dan tokoferol.

Hasil analisis ragam terhadap aktivitas antioksidan lamun

Enhalus acoroides berdasarkan jenis pelarut (Lampiran 6a) menunjukkan bahwa

perbedaan jenis pelarut memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap

aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Uji Duncan (Lampiran 6b) menunjukkan

bahwa metanol memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi, dimana 50 % radikal

bebas DPPH berhasil dihambat aktivitasnya pada konsentrasi 115,79 ppm. Hasil

ini juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol (polar) berbeda nyata dengan

ekstrak n-heksana pada konsentrasi 937,61 ppm. Semakin rendah nilai IC50

menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidan yang dimilikinya.

Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50

kurang dari 0,05 mg/ml, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang

apabila nilai IC50 berkisar antara 0,10-0,15 mg/ml, dan lemah apabila nilai IC50

berkisar antara 0,15-0,20 mg/ml (Molyneux 2004). Berdasarkan nilai ini, ekstrak

metanol memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 berkisar antara

0,10-0,15 mg/ml yaitu sebesar 115,79 ppm. Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas

antioksidan lemah yaitu sebesar 153,39 ppm atau berkisar diantara

0,15-0,20 mg/ml. ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antioksidan yang sangat

lemah karena memiliki nilai sebesar 937,61 ppm atau lebih dari 0,20 mg/ml. Nilai

jauh berbeda dibandingkan dengan aktivitas antioksidan BHT yang sangat kuat

karena memiliki nilai IC50 kurang dari 0,50 mg/ml atau kurang dari 50 ppm.

Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan

ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana. Hal ini sesuai dengan penelitian

Maulida (2007) yang menyatakan bahwa aktivitas antioksidan pada ekstrak

metanol pada Caulerpa lentilifera memiliki nilai tertinggi sebesar 5090,39 ppm.

Page 17: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu ... lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan mengabsorbsi

Kadar total fenol dalam ekstrak metanol juga menunjukkan hasil yang lebih besar

dibandingkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana. Hal ini menunjukkan

bahwa aktivitas antioksidan dan kandungan total fenol berkorelasi positif.

Nilai IC50 antioksidan BHT jauh lebih kecil dari nilai IC50 ketiga ekstrak

kasar lamun Enhalus acoroides. Hal ini terjadi diduga karena ekstrak lamun

Enhalus acoroides yang digunakan dalam pengujian ini masih tergolong sebagai

ekstrak kasar (crude), meskipun begitu Enhalus acoroides memiliki potensial

aktivitas antioksidan yang kuat (Kannan 2010). Komponen bioaktif flavonoid

yang terdapat pada ketiga ekstrak menunjukkan bahwa ketiga ekstrak

kemungkinan masih memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak kasar ini masih

mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Senyawa

lain tersebut ikut terekstrak dalam pelarut selama proses ekstraksi. Senyawa-

senyawa ini dapat meningkatkan nilai rendemen ekstrak, tetapi tidak dapat

meningkatkan aktivitas antioksidan ekstrak tersebut. Senyawa murni dari ekstrak

kasar ini diduga memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi.