13
4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat Gunungapi Tambora (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Tamboro Nama Kawah : Doro Api Toi (dalam kaldera) dan nama Kaldera : Tambora Nama Kerucut Parasit : Doro Kadindingnae, Doro Peti, Doro Mboha, Doro Canga, Doro Mbete, Doro Tabeh/Kembar, Donggo Tabbetoi, Donggo Tabbenai, Nangamira, Gubu Panda dan Satonda. Lokasi a. Geografis b. Administratif : : 08°15,00’ Lintang Selatan dan 118°00,00 Bujur Timur Kab. Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat Ketinggian : 2851 m dpl Kota Terdekat : Dompu dan Bima Tipe Gunungapi : A (Strato) dengan kaldera Pos Pengamatan : Kp. Doropeti, Desa Pekat, Kec. Kempo, Kab. Dompu NTB Posisi Geografis : 08° 20’ 46” LS dan 117° 49’ 27” BT (57 m dpl) PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Puncak G. Tambora dapat di tempuh melalui 3 jalur pendakian, mulai dari Desa Doropeti ( yg memakan waktu ± 1 jam), dari Kp. Doro Canga (selatan-tenggara G. Tambora). Melalui perkebunan jambu mente, mengikuti jalan rintisan/perkebunan dengan kendaraan sampai pada ketinggian 1150 m dml, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki

4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat

Gunungapi Tambora (sumber PVMBG)

KETERANGAN UMUM

Nama Lain : Tamboro

Nama Kawah : Doro Api Toi (dalam kaldera) dan nama Kaldera : Tambora

Nama

Kerucut

Parasit

: Doro Kadindingnae, Doro Peti, Doro Mboha, Doro Canga, Doro

Mbete, Doro Tabeh/Kembar, Donggo Tabbetoi, Donggo Tabbenai,

Nangamira, Gubu Panda dan Satonda.

Lokasi

a. Geografis

b. Administratif

:

:

08°15,00’ Lintang Selatan dan 118°00,00 Bujur Timur

Kab. Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat

Ketinggian : 2851 m dpl

Kota Terdekat : Dompu dan Bima

Tipe Gunungapi : A (Strato) dengan kaldera

Pos Pengamatan : Kp. Doropeti, Desa Pekat, Kec. Kempo, Kab. Dompu NTB

Posisi Geografis : 08° 20’ 46” LS dan 117° 49’ 27” BT (57 m dpl)

PENDAHULUAN

Pencapaian Puncak

Puncak G. Tambora dapat di tempuh melalui 3 jalur pendakian, mulai dari Desa

Doropeti ( yg memakan waktu ± 1 jam), dari Kp. Doro Canga (selatan-tenggara G.

Tambora). Melalui perkebunan jambu mente, mengikuti jalan rintisan/perkebunan dengan

kendaraan sampai pada ketinggian 1150 m dml, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki

Page 2: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

selama kurang lebih 4 jam perjalanan hingga di lereng atas bagian selatan Kaldera

Tambora pada ketinggian 1950 m dml (posisi ini sangat baik untuk base camp). Dari posisi

ini untuk mencapai dinding kaldera bagian selatan diperlukan waktu sekitar 1 jam

perjalanan.

Jalur lainnya adalah dari Kp. Pancasila (barat-baratlaut G. Tambora) dengan

berjalan kaki hingga di tebing Kaldera Tambora bagian barat-baratlaut diperlukan waktu

sekitar 2 hari perjalanan.

Demografi

Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timur (Desa Sanggar),

baratdaya (Kp. Doro Peti dan Pasanggrahan), barat (Desa Calabai). Sedangkan

pemukiman penduduk di sektor baratlaut, utara, timurlaut, selatan dan tenggara relatif

jarang. Mata pencaharian penduduk umumnya adalah petani, pekebun, dan petani

peladang yang memanfaatkan lahan kering di lereng-lereng gunung atau bukit.

Inventarisasi Sumberdaya Mineral

a. Batuan Beku

Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit-

basaltik dan basalt. Umumnya dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan serta

pengerasan jalan antar desa dan pembuatan jembatan di sekitar G. Tambora.

b. Pumis Hitam (black pumice)

Cadangan pumis hitam (black pumice) di sekitar G. Tambora sangat berlimpah,

terutama tersebar di bagian timurlaut, timur dan tenggara. Merupakan komponen yuvenil

yang terdapat pada endapan aliran piroklastik produk letusan tahun 1815. Biasanya

Page 3: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

dipergunakan untuk bahan bangunan penduduk sekitar dan sebagian dipergunakan untuk

bahan pengerasan jalan lintas antar desa di sekitar G. Tambora.

Wisata Gunungapi

Tujuan wisata gunungapi terdapat di sekitar puncak G. Tambora, yakni di Kaldera

Tambora yang mempunyai diameter 6x7 km. Untuk objek camping yang cukup

representatif, dapat dilakukan di lereng atas bagian selatan atau di dalam kaldera

Tambora. Sayangnya untuk mencapai lokasi dasar kaldera sangat sulit, diperlukan waktu

sekitar 8 jam perjalanan turun melalui alur jalan yang tidak begitu ramah, dalam artian

harus dilakukan dengan cara merintis jalan terlebih dahulu. Sehingga diperlukan peralatan

dan perlengkapan pendakian yang cukup lengkap dan memadai.

Panorama alam yang cukup memukau, terdapat di sektor tenggara Doro Tabeh,

yaitu di sekitar pantai Hoddo dan di sektor baratdaya, selatan-baratdaya, baratlaut serta

timurlaut G. Tambora. Daerah-daerah ini terutama mampu menyajikan keindahan

pantainya. Selain dari sajian keindahan pantainya, khusus di daerah pesisir pantai Doro

MBoha dan Doro Peti sanggup menyajikan informasi geologi yang cukup menarik dan

unik, yakni dengan sajian endapan preatik dengan akresional lapilinya dan aliran

piroklastik yang mempunyai struktur dalam yang sangat indah, mulai dari struktur silang

(cross-structure), pembebanan (load cast structure) hingga paralel (paralel lamination)

yang silih berganti. Sajian akresional lapili dan ragam struktur dalam tersebut terdapat

pada endapan aliran piroklastik produk letusan Tambora 1815 dan produk letusan insitu

Doro Peti.

Tidak kalah menariknya, yakni mengenai tujuan wisata yang terdapat di P. Satonda

yang berposisi di bagian baratlaut G. Tambora. Daerah ini merupakan produk erupsi

preatik di luar tubuh G. Tambora yang dipisahkan oleh selat. Untuk mencapainya dapat

dilakukan dengan menggunakan perahu motor (umumnya dilakukan dengan cara

mencarter) dari Labuan Kananga.

SEJARAH ERUPSI

Kegiatan gunungapi Tambora yang tercatat dalam sejarah, yakni sejak tahun 1812

hingga tahun 1913, perinciannya adalah sebagai berikut:

Page 4: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

Letusan G. Tambora 1815

Letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang

menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan

paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815.

Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom,

terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan

Bengkulu. Gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan ini dapat dirasakan oleh peduduk

yang berada di Surabaya. Di Besuki gelombang pasang sampe mencapai 6 Kaki, asap

sangat tebal hingga seluruh P. Madura gelap selama 3 hari.

Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan

tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya,

sedangkan energi letusan mencapai 1,44 x 1027 Erg atau setara dengan 171.428,60

kekuatan bom atom.

GEOLOGI

Morfologi

Didasarkan atas perbedaan morfografi, morfogenesis dan morfokronologi,

dipisahkan menjadi: Morfologi Vulkanik Tua, terdapat di sekitar G. Labumbum, dicirikan

dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan pembentuk berupa lava dan endapan aliran

piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut; Morfologi Perbukitan Sedimen,

terdapat di sebelah utara G. Tambora, dicirikan dengan pola aliran sungai relatif paralel

Page 5: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan penutup berupa batugamping; Morfologi

Tambora, menempati bagian tengah daerah penelitin, memperlihatkan bentuk kerucut

terpancung. Pada bagian puncaknya terdapat kaldera berdiameter 6x7 km dengan tinggi

kaldera sekitar 900-960 m. Dasar kaldera merupakan daerah datar yang terkadang

digenangi air dan di bagian selatan tenggaranya terdapat kerucut kecil Doro Api Toi.

Morfologi Kerucut Luar (Kerucut Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir di sekeliling

tubuh G. Tambora, umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian puncaknya

dengan tingkat erosi rendah-sedang, batuan pembentuk berupa lava, endapan jatuhan

piroklastik (preatik dan preatomagmatik).

Stratigrafi

Dipisahkan menjadi 4 kelompok produk vulkanik utama, 1 kelompok batuan

sedimen dan 1 kelompok endapan sekunder. Masing-masing kelompok terdiri dari satu

atau lebih satuan peta. Secara umum keenam kelompok produk tersebut dapat dipisahkan

menjadi: Batuan Sedimen Tersier, Produk Vulkanik Tua Labumbum, Produk Kaldera

Kawindana Toi, Produk Tambora Tua, Produksi Tambora Muda dan endapan sekunder.

Batuan Sedimen Tersier berupa batugamping terumbu, dianggap sebagai batuan yang

mendasari (basement rock) tubuh G. Tambora dan sekitar, tersingkap di sekitar pesisir

pantai barat dan baratlaut G. Tambora. Rincian lebih detil mengenai informasi dari

keenam kelompok produk G. Tambora dapat dilihat pada Peta Geologi Tambora dan

Sekitar, Kabupaten Dompu dan Bima, Skala 1:100.000.

Struktur Geologi

Yang berkembang di G. Tambora dan sekitar, yakni berupa struktur sesar,

kelurusan vulkanik, struktur kaldera dan struktur kawah. Struktur sesar berjenis sesar

normal (sesar normal Tambora), ditemukan di sekitar puncak G. Tambora, berarah utara

timurlaut-selatan baratdaya, mempengaruhi kemasifan morfologi punggungan di bagian

selatan-baratdaya G.Tambora; Sesar Bili, berarah barat-timur, mempengaruhi kemasifan

morfologi punggungan tenggara kaldera Kawindana Toi; Kelurusan Vuklanik Kadinding

Nae-Nangamire-Sotonda, termanifestasikan oleh adanya pemunculan tiga buah kerucut

(Kadinding Nae, Nangamire dan Satonda) yang berada pada satu garis lurus berarah

hampir utara-selatan; Kelurusan Gubu Panda, berarah baratlaut-tenggara, diprediksi erat

kaitannya dengan pemunculan kerucut Gubu Panda dan bentuk morfologi lereng Tambora

bagian utara, terutama pada daerah batas dengan morfologi tua Kawindana Toi; Struktur

kaldera (Kaldera Tambora berdiemeter 6x7 km dan Kaldera Kawindana Toi berarah

Page 6: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

bukaan ke timurlaut, berbentuk tapal kuda); Struktur kawah, umumnya terdapat pada

kerurut luar berdimensi kecil yang tersebar hampir di seluruh lereng bawah dan kaki

G.Tambora, di antaranya adalah: Kawah Kadinding Nae, Nangamire, Satonda, Gubu

Panda, Doro Peti, Doro MBoha, Doro Ncanga, Doro MBente dan Doro Tabeh/Doro

Kembar.

Evolusi Gunungapi G. Tambora dan sekitar

Dimulai dengan pembentukkan Vulkanik Tua Labumbum di bagian tenggara, lalu

diikuti dengan pembentukkan G. Kawindana Toi di bagian timurlaut (menghasilkan

Kaldera Kawinda Toi yang terbuka ke arah timurlaut). Setelah aktivitas di bagian timurlaut

berakhir, baru terbentuk G. Tambora di bagian tengah (menghasilkan Kaldera Tambora

berdiameter 6x7 km). Pembentukkan kaldera Tambora terjadi 2 kali merupakan produk

letusan katastropik sebelum tahun 1815 dan produk letusan katastropik tahun 1815.

Pembentukkan endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan lahar dan

kolovial, merupakan endapan yang masih terus berlangsung hingga kini. Pembentukkan

kolovium, terutama terjadi di bagian dasar dinding Kaldera Tambora. Aktivitas terakhir

yang masih terus berlangsung hingga kini, yakni berupa hembusan solfatara dan

fumarola berintensitas sedang di bagian dasar dinding kaldera dan di sekitar Doro Api Toi

yang berada di bagian tengah dasar Kaldera Tambora.

GEOFISIKA

Seismik

Hasilnya didominasi oleh gempa-gempa tektonik yang bersumber dari daerah

pantai utara dan selatan P. Sumbawa. Selama ini kegiatan di dalam Kaldera Tambora

tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok dan hampir tidak ada catatan tentang

kenaikan kegiatan. Kegiatannya hanya terbatas di dasar dinding kaldera berupa tembusan

solfatara dan fumarola dengan intensitas sedang. Untuk sementara ini kegiatan G.

Tambora dinyatakan sebagai gunungapi aktif normal tanpa mengganggu aktivitas

penduduk di sekitar dan penerbangan yang melintasinya.

DEFORMASI

Metode deformasi di gunakan dalam pemantauan gunungapi, untuk mengetahui

perubahan tinggi pada suatu bidang permukaan gunungapi dengan tujuan untuk

mengetahui aktivitas gunungapi tersebut, pengukuran GPS (Global Positioning System)

Page 7: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

merupakan salah satu metode deformasi yang digunakan dalam rangka Pemantauan

aktivitas G. tambora. Pelaksanaan pengukuran GPS dilakukan secara kontinyu pada

sejumlah titik tetap, yang dikonsentrasikan di kaki bagian selatan dan Baratdaya serta

puncak G. Tambora.

Hasil Pemantauan dengan GPS yang dilakukan pada periode 2004 - 2006, sebagai

data pendukung data kegempaan tidak menunjukan perubahan yang mengarah kepada

peningkatan aktifitas G. Tambora.

GEOKIMIA

Petrografi

Aliran lava produk G. Tambora, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni:

aliran lava berkomposisi basaltik (merupakan produk pembentukan perisai G. Tambora)

dan andesit-basaltik (pembentukan kerucut G. Tambora).

Aliran lava basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua kehitaman, bertekstur porfiro-

apanitik dengan fenokris dominan labradorit (An70An30), klinopiroksen dan sedikit

kandungan olivin, mineral opak dan klorit, tertanam pada masadasar berbutir halus.

Aliran lava andesit-basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua, bertekstur porfiritik dengan

fenokris dominan plagioklas (diameter maks. 1 mm) dan piroksen (diameter maks. 3mm) ,

tertanam pada masadasar berbutir sedang.

Geokimia

Lava-lava G. Tambora dan kerucut-kerucut luar di sekitarnya mempunyai kisaran

silika antara (47,88-56,38)%; kisaran K2O antara (1,83-5,81)%. Tidak ditemukan lava-lava

yang kaya akan MgO (kisaran umumnya antara 1,65-4,82%) dan hanya beberapa contoh

saja yang kandungan MgO lebih besar dari 5%, hal ini disebabkan karena proses

pembentukkan mineral olivin relatif kurang. Kandungan TiO2 umumnya kurang dari 1%,

merupakan khas untuk lava yang berada di busur kepulauan (island arc), tergabung dalam

over saturated rocks. Hal ini ditandai dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten,

diopsid dan kuarsa. Besarnya normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang

sebanding dengan kandungan SiO2.

Analisis Air

Hasil analisis kimia air dasar Kaldera Tambora, menunjukkan bahwa kadar SO4

(432,1-762,9 ppm) dan pH nya menunjukkan harga yang tinggi (8,6-9,1). Derajat

keasaman air (pH) dasar kaldera ini tampaknya sudah melebihi nilai ambang batas (NAB)

Page 8: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

yang diperkenankan untuk dikonsumsi serta dipakai untuk keperluan perikanan dan

pertanian dengan kisaran antara 6,50 dan 8,20.

Hasil Analisis Air Dasar Kaldera Tambora

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Sistem Pemantauan

Pemantauan kegiatan G. Tambora, dilakukan dengan sistem pengamatan visual

dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Tambora yang terletak di kampung Doro

Peti, Desa Doro Peti, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.

Visual

Pengamatan visual berupa pengamatan permukaan kawah, berupa tinggi, warna,

tekana serta hembusan asap. Pengamatan langsung di dalam kaldera (solfatara dan

fumarola berikut suhunya) dilakukan secara berkala.

Kegempaan

Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan

tektonik dengan menggunakan alat seismograf seismik model PS-2 Kinemetrics dengan

sistem telemetri.

Lokasi Seismometer berada pada jarak ± 6,5 km, di sebelah barat puncak G.

Tambora pada posisi geografis : 08o 16’ 23” LS dan 117o 53’ 18” BT dengan ketinggian

1015 m dpl, data yang diperoleh selanjutnya dipancarkan ke Pos Pengamatan Gunungapi

Tambora (Telemetry System) yang terletak di kampung Doropeti, Desa Pekat, Perwakilan

Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu.

Page 9: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

Lokasi stasiun seismik dan pos pengamatan (sumber PVMBG)

Kawasan Rawan Bencana Gunungapi

Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah kawasan yang pernah terlanda atau

diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya erupsi gunungapi baik secara langsung

maupun tidak langsung. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk

tingkat kerawanan yang berpotensi menimbulkan bencana di suatu kawasan apabila

terjadi erupsi gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi,

daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos

Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah

kegiatan, dan penyelidikan lapangan.

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tambora dibagi dalam tiga tingkat kerawanan

dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan

Kawasan Rawan Bencana I.

Page 10: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tambora

Page 11: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

11

DAFTAR PUSTAKA Adnawidjaja, M.I., dan Chatib, M., 1951, Laporan Kawah G. Tambora (Jazirah Utara

P. Sumbawa) April-Mei-Juni; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

Alzwar, M., Barberi, F., Bizouard, H., Boriani, A., Cavalin, A., Eva, C., Gelmini, R.,

Georgei, F., Laccarino, S., Innocenti, F., Marinelli, G. and Sudradjat, A., 1981,

A Structural Discontinuity with Associated Potassic Volcanism uin the

Indonesia Island Arc: First Results of the CNRS-VSI Mission to the Island of

Indonesia; Rend. Soc. Geol. t.4 (1981): 275-288.

Chaniago, R., Effendi, W., Suhadi, D., Yuhan, Budianto, A. dan Kusdaryanto, 1995,

Laporan Interpretasi Fotret Udara G. Tambora dan Sekitarnya, Kabupaten

Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi.

Dahlan, S., 2007 Laporan pemantauan kegiatan Gunungapi Tambora, NTB. Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Erfan, R.D., 1990, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus: G. Tambora; Bandung:

Direkt. Vulkanologi.

Erfan, R.D., 1986, Endapan Hasil Letusan Dahsyat G. Tambora 1815; Bandung:

Direkt. Vulkanologi.

Hamidi, S., 1969, Laporan Lapangan Sementara Penelitian dan Pemetaan Daerah

Bahaya G.Tambora; Bandung: Direkt. Vulkanologi.

Hamidi, S., 1969, G. Tambora dan Daerah Bahayanya; Bandung: Direkt.

Vulkanologi.

Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesia Region; Washington: USA Govern.

Print. Off.

Haraldur, S., Steven, C., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits from the 1815

Tambora Eruption: A Preliminary; USA-VSI: Univ. Rhode Island Kingstone.

Haraldur, S. and Steven, C., 1988, The Second Tambora Expedition; Kingston.

Kingston, USA: Volcanol Report. Grad. School of Oceano Univ. of Rhode

Island.

Kartadinata, M.N., 1997, Endapan Aliran Piroklastik Hasil Letusan Gunungapi

Tambora Tahun 1815: Penyebaran dan Karakteristik Endapannya; Bandung:

Direkt. Vulkanologi, tidak dipublikasikan.

Page 12: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

12

Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar

Gunungapi Indonesia; Bandung: Direkt. Vulkanologi.

Matsumoto, A., and Takada, A., 2000, K-Ar Age Determination of Lava Around

Tambora Volcano. Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res.

and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno.

Mulyadi, D., 2006, Laporan Peringatan Dini Bahaya Gunungapi Tambora, Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Neeb, C.A., 1941, De Verspreiding van den Tambora asch op den zee bodem;

Koninkl. Nederl. Aardrijksk, Genoot, Tijdsch. (vol. 58): 1053-1054.

Neumann van Padang, M., Fryer, R.J., and Titulaer, C., 1972, Mount Tambora.

Pannekock van Rheden, J.J., 1918, Geologische noticen uber die halbinsel Sanggar

insel Sumbawa; Vulkanol. Zeitchr (vol. 4): 85-192.

Petroesschevsky, W.A., 1949, A Contribution to the knowledge of the Gunung

Tambora (Sumbawa); Koninkl, Nederl., Aardrijksk, Genoot. Tijschr. (vol. 66):

688-703.

Rohi, W.E., 1983, Laporan Pemeriksaan Puncak G. Tambora Mei 1983; Bandung:

Direkt. Vulkanologi.

Self. S., Hadisantono. R.D., dan Santoso. M.S., 1979, A Volcanological Investigation

of Three Important Recent Eruption in Indonesia, Krakatau 1883, Tambora

1815, And Agung 1963.

Self, S. and Decker, R.W., 1980, A Volcanological Investigation of Three Important

Recent Eruptions in Indonesia: Tambora 1815, Krakatau 1883, And Agung

1963.

Sigurdsson, H., Carey, S., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits from the 1815

Tambora Eruption: Preliminary.

Sudradjat, A., 1975, Peta Geologi Tinjau Nusa Tenggara Barat; Bandung: Direkt.

Vulkanologi.

Takada, A., Yamamoto, T., Kartadinata, M.N., Budianto, A., Munandar, A.,

Matsumoto, A., Suto, S., and Venuti, M.C., 2000, Eruptive History and Magma

Plumbing System of Tambora Volcano, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku,

Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and

Techno.

Page 13: 4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat - ESDM

13

Takada, A., Sinulingga, I.K., Surmayadi, M., and Urai, M., 2000, Comparison

Volcano Complexes with a Caldera and without a Caldera, Est Java

(Preliminary Report); Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and

Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno.

Tulus, Muarif, Sugiarto, Dan Sumintapur, A., 1999, Laporan Pengamatan G.

Tambora Agustus-September 1999; Bandung: Direkt. Vulkanologi.

Urai, M., 2000, Geologic Interpretation of JERS-1 SAR Imagery at Tambora Volcano,

Sumbawa Island, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res.

and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno.

Yamamoto, T., Takada, A., Munandar, A., Kartadinata, M.N., and Budianto, A., 2000,

Stratigraphy of the 1815 Deposits of Tambora Volcano, Indonesia;

Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div.,

Agency of Indust. Sci. and Techno.

Zollinger, H., 1815, Besteigung des Vulkans Tambora auf des Inset Sumbawa und

Schilderung des Eruption desselben in Jahre 1815; Winterthur.

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia (Vol. IA): 201. 502-504.