8
HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA TAHUN 2014 Eti Noviatul Hikmah*), Sugeng Maryanto**), Niken Dyah Ariesti***) *) Alumnus Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi ST IKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami  penurunan sedangkan preeklampsia-eklampsia proporsinya semakin meningkat. Tujuan  penelitian secara umum untuk mengetahui Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi korelasi yang pada hakekatnya menghubungkan dua variabel. Populasi dalam penelitian seluruh ibu hamil yang mengalami  preeklamsia sebesar 162 orang di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dengan teknik  sampling jenuh. Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian  preeklamsia berat sebagian besar mengalami tindakan sectio caesarea sejumlah 98 orang (85,2%), sedangkan ibu yang mengalami preeklamsia ringan lebih banyak tidak mengalami tindakan sectio caesarea se jumlah 27 orang (57,4%). Berdasarkan uji Chi Square, didapatkan nilai  p value 0,000 (α = 0,05) maka ada hubungan kejadian preeklampsia dengan tindakan  sectio caesarea di rumah sakit umum daerah ambarawa tahun 2014. Kata Kunci: Preeklamsia dan Sectio Caesarea 

4460

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 1/8

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIADENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA TAHUN 2014

Eti Noviatul Hikmah*), Sugeng Maryanto**), Niken Dyah Ariesti***)

*) Alumnus Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran**) Staf Pengajar Program Studi Ilmu Gizi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran***) Staf Pengajar Program Studi Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Angka Kematian Ibu (AKI)yang masih tinggi dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Angka kematian ibu(AKI) di Indonesia berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 359 per 100 ribu kelahiran hidup.Penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami

penurunan sedangkan preeklampsia-eklampsia proporsinya semakin meningkat. Tujuan penelitian secara umum untuk mengetahui Hubungan Kejadian Preeklampsia DenganTindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi korelasi yang pada hakekatnyamenghubungkan dua variabel. Populasi dalam penelitian seluruh ibu hamil yang mengalami

preeklamsia sebesar 162 orang di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dengan teknik sampling jenuh .

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian preeklamsia berat sebagian besar mengalami tindakan sectio caesarea sejumlah 98 orang(85,2%), sedangkan ibu yang mengalami preeklamsia ringan lebih banyak tidak mengalamitindakan sectio caesarea sejumlah 27 orang (57,4%).

Berdasarkan uji Chi Square, didapatkan nilai p value 0,000 (α = 0,05) maka adahubungan kejadian preeklampsia dengan tindakan sectio caesarea di rumah sakit umumdaerah ambarawa tahun 2014.

Kata Kunci : Preeklamsia dan Sectio Caesarea

Page 2: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 2/8

2 Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

ABSTRACT

Indonesia is a country with high maternal mortality rate (MMR) that compared toothers countries in Southeast Asia. Based on the Indonesian Demographic and Health Surveyin 2012, this rate reached 359 per 100 thousand of live births. The causes of maternal

mortality have changed, in which the bleeding and infection tended to decreased while the proportion of preeclampsia-eclampsia is increasing. The purpose of this study is to find thecorrelation between the incidence of preeclampsia and sectio caesarea at Ambarawa Public

Hospital in 2014.This study used descriptive-correlative design which essentially correlating the two

variables. The population in the study was all pregnant women with preeclampsia as many as162 women at Ambarawa Public Hospital that sampled by using saturated samplingtechnique.

Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil bahwa ibu yang mengalami kejadian preeklamsia berat sebagian besar mengalami tindakan sectio caesarea sejumlah 98 orang(85,2%), sedangkan ibu yang mengalami preeklamsia ringan lebih banyak tidak mengalamitindakan sectio caesarea sejumlah 27 orang (57,4%).

The results of this study indicate that women who experience severe preeclampsia aremostly experienced sectio caesarea as many as 98 women (85.2%), while women whoexperience mild preeclampsia are mostly do not experience sectio caesarea as many as 27women (57.4%).

Based on the Chi Square test, obtained the p value of 0.000 (α = 0.05), which meansthere is a correlation between the incidence of preeclampsia and sectio caesarea at

Ambarawa Public Hospital in 2014.

Keywords : Preeclampsia, Sectio caesarea

Page 3: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 3/8

Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea 3 Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

PENDAHULUAN

Penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, preeklampsia-eklampsia, infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, preeklampsia-eklampsia, dan infeksi. Proporsi

ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderungmengalami penurunan sedangkan preeklampsia-eklampsia proporsinya semakin meningkat.Lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh preeklampsia-eklampsia (Departemen Kesehatan RI, 2013).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Semarang pada tahun 2013 sebesar 120,22 per 100.000 Kelahiran Hidup dan tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 78,01 per100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan sebesar 42,21%. Kenaikan AKI antara laindisebabkan terjadinya pegeseran penyebab kematian karena Pre-eklamsia Berat (PEB) danEklamsia (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013).

Kematian ibu pada Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yang sangat drastisyang disebabkan oleh Pre-eklamsia dimana dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 terjadi

peningkatan yang sangat signifikan kematian ibu yang disebabkan oleh Pre-eklamsia dimana pada tahun 2012 kematian ibu sebesar 18,18% dan terjadi peningkatan secara drastis padatahun 2013 yaitu sebesar 52,94% kematian ibu disebabkan ole pre-eklamsia. Penyumbangkematian ibu terbanyak pada Kabupaten Semarang pada tahun 2013 yaitu kasus pre-eklamsiadan eklamsia (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013).

Angka kejadian Sectio Caesarea di Indonesia menurut servey nasional tahun 2010adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. DiIndonesia, section caesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagaitindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi (Depkes RI, 2012).

Persalinan dengan bedah Caesarea merupakan fenomena yang saat ini meluas di kota-kota besar di Indonesia. Beragam alasan yang menyebabkan semakin banyaknya ibu yangmemilih persalinan dengan bedah Caesarea berharap keutuhan alat kelaminnya terjagasehingga keharmonisan rumah tangganya makin terjamin (Manuaba, 2009).

Salah satu indikasi dilakukan tindakan Sectio Caesarea adalah pre-eklamsia berat.Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkanlangsung oleh kehamilan itu sendiri, sebab terjadinya masih belum jelas. Syndrome pre-eklamsia dengan hipertensi, oedema dan protein urin sering tidak diperhatikan oleh wanita

bersangkutan sehingga tanpa disadari dalam waktu yang singkat, jika tidak dilakukantindakan yang tepat untuk mencegah hal tersebut akan muncul pre-eklamsia berat bahkanakan menjadi eklamsia (Cunningham, 2005 dalam Prawirohardjo, 2009).

Hasil studi pendahuluan yang diperoleh penulis di RSUD Ambarawa Kabupaten

Semarang pada tanggal 20 April 2015 memperoleh data dari bulan Januari – Desember tahun2013 jumlah persalinan sebanyak 1305 dengan kejadian pre-eklamsia yaitu sebanyak 101dari 593 kasus Sectio Caesarea (17,03%), sedangkan pada bulan Januari – Desember tahun2014 jumlah persalinan sebanyak 876 dengan kejadian pre-eklamsia 162 dari 398 kasus SectioCaesarea (40,70%), dan pada tahun 2015 dari bulan Januari – Februari di dapatkan hasilkejadian pre-eklamsi yaitu sebanyak 10 kejadian kasus pre-eklamsia.

Bagaimana hubungan kejadian Preeklampsia dengan tindakan Sectio Caesarea diRumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014?

Tujuan penelitian ini antara lain: 1) Mengidentifikasi gambaran kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014; 2) Mengidentifikasi gambarantindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014; 3)

Menganalisis hubungan kejadian Preeklampsia dengan tindakan Sectio Caesarea di RumahSakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014.

Page 4: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 4/8

4 Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarangmempertimbangkan dan meningkatkan pelayanan KIA secara menyeluruh sesuai dengan

program pemerintah terutama deteksi dini faktor resiko terjadinya Sectio Caesarea .Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan masukan data untuk dapat ditindak

lanjuti dengan kegiatan promotif pencegahan Sectio Caesarea yang disebabkan oleh Pre-

Eklamsia .

METODEDesain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah korelasi yang pada hakekatnya menghubungkan duavariabel pada situasi atau subjek dengan pendekatan cross-sectional.

Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten

Semarang pada Tahun 2014 dengan pengambilan data rekam medik semua ibu yangmengalami pre-eklamsia pada Tahun 2014.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami pre-eklamsi diRumah Sakit Umum Daerah Ambarawa pada Tahun 2014 yaitu sebesar 162 orang.

SampleTeknik pengambilan sampling yang digunakan dalam populasi ini adalah sampling

jenuh karena semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel pada penelitian ini berjumlah 162 ibu yang mengalami pre-eklamsia di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa pada Tahun 2014.

Pengumpulan DataJenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder dalam rancangan

penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kejadian pre-eklamsia dantindakan sectio caesarea . Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studidokumentasi dengan pengambilan data sekunder.

Analisis Data Analisis UnivariatPada penelitian ini analisis univariat yang digunakan adalah distribusi frekuensi.

Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan adalah Chi Square untuk menentukan hubungan dua

gejala yang semuanya nominal dengan rumus:

Page 5: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 5/8

Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea 5 Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

HASIL PENELITIAN

Karakteristik RespondenUmur Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur

Umur PER % PEB % Frekuensi Persentase (%)< 20 Tahun20-35 Tahun> 35 Tahun

22619

4,432,134,6

75256

1,216,011,7

97875

5,648,146,3

Jumlah 47 71,1 115 28,9 162 100,0

ParitasTabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas

Paritas PER % PEB % Frekuensi Persentase (%)PrimiparaMultiparaGrandemultipara

15239

22,230,917,9

365029

9,314,25,6

517338

31,545,123,5

Jumlah 47 71 115 29 162 100,0

Kejadian PreeklamsiaTabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Preeklamsia

Kejadian Preeklamsia Frekuensi Persentase (%)Preeklamsia BeratPreeklamsia Ringan

11547

71,029,0

Jumlah 162 100,0Tindakan Sectio Caesarea

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Sectio CaesareaTindakan Sectio Caesarea Frekuensi Persentase (%)YaTidak

11844

72,827,2

Jumlah 162 100,0

Hubungan kejadian Preeklampsia dengan tindakan Sectio Caesarea di Rumah SakitUmum Daerah Ambarawa Tahun 2014

Tabel 5.Hubungan Kejadian Preeklampsia dengan Tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit

Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

KejadianPreeklamsia

Tindakan Sectio Caesarea TotalP-value ORYa Tidak

f % f % f %Preeklamsia BeratPreeklamsia Ringan

9820

85,242,6

1727

14,857,4

11547

100100 0,000 7,782

Jumlah 118 72,8 44 27,2 162 100

Berdasarkan uji Chi Square (Continuity Correction) diperoleh p-value 0,000. Olehkarena p-value = 0,000 < α (0,05), dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antarakejadian Preeklampsia berat dengan tindakan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah

Ambarawa Tahun 2014. Hasil uji Odds Rasio diperoleh nilai sebesar 7,782, hal inimenunjukkan bahwa ibu yang mengalami kejadian preeklamsia berat berisiko 7,782 kali lebih

Page 6: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 6/8

6 Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

besar dilakukan tindakan Sectio Caesarea dibandingkan ibu yang mengalami kejadian preeklamsia ringan.

PEMBAHASAN

Analisa Univariat Kejadian Preeklamsia

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa KabupatenSemarang pada tahun 2014 dari 162 responden ibu yang mengalami peeklamsia ringansebanyak 47 orang (29,0%) dan yang mengalami preeklamsia berat sebanyak 115 orang(71,0%).

Sectio CaesareaHasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten

Semarang pada tahun 2014 dari 162 responden ibu yang menderita preeklamsia mendapatkantindakan Sectio Caesarea sebanyak 118 orang (72,8%) dan yang tidak mendapatkan tindakanSectio Caesarea sebanyak 44 orang (27,2%).

Berdasarkan data di atas bahwa ibu yang tidak mendapatkan tindakan Sectio Caesarea lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan tindakan Sectio Caesarea . Hal inidimugkinkan karena ibu yang mendapatkan tindakan Sectio Caesarea itu telah dilakukan

pertolangan pervaginam akan tetapi tidak berhasil sehinga diputuskan untuk dilakukantindakan Sectio Caeserea karena dalam kasus preeklamsia itu sendiri jika tidak ditanganisecara segera akan menimbulkan kematian pada bayi maupun ibunya. Sedangkan pada ibuyang tidak mendapatkan tindakan Sectio Caesarea itu dikarena ibu masih bisa di tolong

persalinan secara pervaginam atau persalinan dengan alat bantu. Menurut Rahmawati (2011),Morbiditas maternal setelah menjalani tindakan Sectio Caesarea masih 4-6 kali lebih tinggidaripada persalinan pervaginam, karena ada peningkatan resiko yang berhubungan dengan

proses persalinan sampai proses perawatan setelah pembedahan. Dari hasil penelitian Bensonsdan Pernolls (2005), angka kematian pada operasi Sectio Caesarea adalah 40 – 80 tiap100.000 kelahiran hidup.Angka ini menunjukkan risiko 25 kali lebih besar dibanding

persalinan normal. Untuk kasus infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervagina.

Analisis BivariatBerdasarkan uji Chi Square (Continuty Correction) diperoleh p-value 0,000. Oleh

karena itu p-value = 0,000 < α (0,05), bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian Preeklamsia dengan tindakan Section Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Tahun 2014.Penanganan pre-eklamsia-berat terdiri atas pengobatan medik dan penangananobstetrik. Obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum

janin mati dalam kandungan akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus janinyang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan dari pada dalam uterus dantindakan yang aman untuk mengakhiri kehamilan pada bayi yang matur adalah dengan cara

sectio caesarea (Winkjosastro 2007) .Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Gondo (2006) yang

menggambarkan tingginya angka kejadian Sectio Caesarea di Rumah Sakit swasta Surabaya,yang diteliti adalah indikasi medis, salah satunya yaitu preeklampsia, didapatkan sebagian

besar (65,18 %) dari 3469 pasien dilakukan tindakan Sectio Caesarea dari 7062 persalinan

yang ada. Berdasarkan penelitian tersebut, preeklampsia merupakan salah satu faktor yangmenyebabkan tingginya angka kejadian Sectio Caesarea .

Page 7: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 7/8

Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea 7 Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

Hasil penelitian ini juga didapatkan dari 44 orang ibu bersalin yang pre eklampsiaringan dan berat hampir sebagian (27,2%) persalinan tidak dilakukan tindakan SectioCaesarea . Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan Wibisono (1997),

berdasarkan penelitiannya, terdapat ibu yang preeklampsi sebagian (50%) persalinan tidakdilakukan tindakan Sectio Caesarea. Hal ini disebabkan karena ibu yang preeklampsi tidak

memiliki indikasi untuk dilakukannya tindakan Sectio Caesarea, sehingga masih dapatditolong dengan persalinan pervaginam atau persalinan buatan. Hal ini sesuai dengan teoriyang dinyatakan oleh Winkjosastro (2007), bila keadaan umum ibu telah diperbaiki,direncanakan untuk mengakhiri kehamilan dengan cara yang aman, hal tersebut tergantungdari banyak faktor. Jika ibu tidak memiliki faktor-faktor yang mengharuskan ibu dilakukantindakan SC, maka pengakhiran kehamilan dapat ditolong dengan persalinan pervaginam atauinduk. Menurut Mochtar R (2012) Operasi Sectio Caesarea dilakukan jika kelahiran

pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan Sectio Caesarea , proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (Dystasia), resiko tersebut antara lain: pada ibu faktor-faktornya, Disproporsi cevalo-pelvik (ketidak seimbangan antar ukuran kepala dan panggul),

Disfungsi uterus , Distosia jaringan lunak, Plasenta previa , His lemah / melemah, Ruptureuteri mengancam, Primi muda atau tua, p artus dengan komplikasi, Preeklampsi dan eklamps i,dan problema plasenta. Sedangkan pada anak, faktor-faktornya, janin besar, gawat janin,

janin dalam posisi sungsang atau melintang, Fetal distress , kelainan letak, dan Hydrocephalus .

Dari beberapa pendapat dan hasil penelitian diatas, sesuai dengan hasil penelitian yangdidapat peneliti yang menunjukkan nilai Odds Ratio (OR) = 7,782, artinya ibu yangmengalami preeklampsia berat berisiko 7,781 kali lebih besar dilakukan tindakan SectioCaesarea dibandingkan ibu yang mengalami kejadian preeklamsia ringan.

KeterbatasanDalam Penelitian ini peneliti menyadari bahwa penelitian ini banyak keterbatasan.

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti baru melihat faktor kejadian preeklamsiadengan tindakan Sectio Caesarea . Masih banyak faktor-faktor lain yang belum terkontrolseperti plasenta previa, panggul sempit, partus takmaju, distosia serviks, partus lama, ruptureuteri mengancam, dan malpresentasi. Dalam penelitian ini terdapat kendala karena penelititidak bertemu secara langsung secara responden untuk mengumpulkan data sehingga tidakdapat didatakan secara langsung dari responden.

SIMPULAN

Sebagian besar responden mengalami preeklamsia berat sebanyak 115 orang (71,0%)dan ibu sebagian kecil responden mengalami preeklamsia ringan sebanyak 47 orang (29,0%).Sebagian besar responden yang mengalami preeklamsi banyak dilakukan tindakan

Sectio Caesarea sebesar 118 orang (72,8%) dan sebagian kecil responden yang mengalami preeklamsia tidak mendapatkan tindakan sectio caesarea sebanyak 44 orang (27,2%).

Ada hubungan yang signifikan antara kejadian preeklamsia dengan tindakan SectioCaesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa tahun 2014.

SARAN

Petugas kesehatan khususnya bidan agar memberikan informasi kepada ibu bahwa

dengan rajin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dalam masa kehamilannya sehingga

Page 8: 4460

8/16/2019 4460

http://slidepdf.com/reader/full/4460 8/8

8 Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014

bila terdapat kelainan pada kehamilannya dapat segera di deteksi sedini mungkin dan dapat ditangani secepatnya.

Pihak Rumah Sakit Ambarawa, diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan padaibu hamil dengan preeklamsia ringan dengan baik sehingga akan mencegah terjadinya

preeklamsia berat serta eklamsia.

Setiap wanita sebaiknya diharapkan untuk memeriksakan kehamilan secara rutinminimal 4 kali selama kehamilannya sehingga bila terdapat kelainan pada kehamilannya dapatsegera di deteksi sedini mungkin dan dapat di tangani secepat muingkin sehingga mengurangiangka kesakitan dan kematian pada ibu maupun pada bayi.

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih luas untuk memiliki rangsanganintelektual atau masukkan dan referensi yang berguna berdasarkan pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki, dan diharapkan untuk peneliti selanjutnya lebih di kembangkanlagi sehingga peneliti selanjutnya lebih baik dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : RinekaCipta .

[2] Cunningham. F. Get. Al. 2005. Obstetri Williams . Jakarta : EGC[3] Depertemen Kesehatan RI. 2013. ProfilKesehatan 2012 . Jakarta: Depertemen kesehatan

RI [4] Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang . [5] Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jateng Tahun 2013 .

http://www.dinkeskabsemarang.go.id [6] Hidayat A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data . Jakarta :

Salemba Medik[7] Manuaba IAC & Manuaba, IBGF, dkk,. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita .

Jakarta : EGC[8] Mochtar R. 2012. Sinopsis Obstetri . Jakarta : Buku Kedokteran EGC[9] Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta[10] Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan .

Jakarta : Salemba Medika[11] Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kandungan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohadjo[12] Pudiastuti R.D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal dan Patologi . Yogyakarta:

Nuha Medika[13] Rahmawati. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan . Surabaya : Victory IntiCipta

[14] Riwidikdo H. 2012. Statistik Kesehatan . Yogyakarta : Nuha Medika[15] Rukiyah Y. 2010 . Asuhan Kebidanan IV (patologi). Jakarta:CV Trans Info Medika

[16] Saifuddin, A. B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

[17] Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, SI, dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika.

[18] Setiawan A.S. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, S2 . Yogyakarta : Nuha Medika

[19] Sugiono, 2010. Statistik Untuk Penelitian . Bandung : Alfabeta[20] Wiknjosastro. H. 2007. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo