25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran adalah larutan. Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen yang mengandung jumlah zat terbanyak disebut pelarut (solven). Sedangkan komponen lainnya yang mengandung jumlah zat sedikit disebut zat terlarut (solut). Larutan memainkan peran tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi akan berlangsung dalam larutan air. Tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larurtan. Pada tumbuhan nutrisi diangkat dalam larutan air ke semua bagian jaringan. Obat-obatan biasanya merupakan larutan air atau alkohol dari senyawa fisiologis aktif. Banyak reaksi-reaksi kimia yang dikenal, baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi larutan. Kelarutan merupaka suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau solute untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlartu yang larut dalam suatu pelartu. Kelarutan juga digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan 59

4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kelarutan suhu

Citation preview

Page 1: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

59

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat, bukannya

antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran adalah larutan.

Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu

komponen yang mengandung jumlah zat terbanyak disebut pelarut (solven).

Sedangkan komponen lainnya yang mengandung jumlah zat sedikit disebut zat

terlarut (solut).

Larutan memainkan peran tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Di alam

kebanyakan reaksi akan berlangsung dalam larutan air. Tubuh menyerap mineral,

vitamin dan makanan dalam bentuk larurtan. Pada tumbuhan nutrisi diangkat

dalam larutan air ke semua bagian jaringan. Obat-obatan biasanya merupakan

larutan air atau alkohol dari senyawa fisiologis aktif. Banyak reaksi-reaksi kimia

yang dikenal, baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi larutan.

Kelarutan merupaka suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau solute untuk

larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah

maksimum zat terlartu yang larut dalam suatu pelartu. Kelarutan juga digunakan

secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dan larutan. Kelarutan bergantung

pada jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga yang hanya

sedikit larut.

Kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh pergeseran kesetimbangan antara

zat yang bereaksi dengan hasilnya. Dimana apabila suhu dinaikkan maka

kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser. Tetapi apabila suhu

diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran

kesetimbangan.

Oleh karena itu, dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada asam

oksalat (H2C2O4) dengan menggunakan suhu pendinginan yang bervariasi dengan

59

Page 2: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

60

tujuan untuk mengetahui bagaimana perbedaan atau pengaruh suhu tersebut dalam

kelarutan.

1.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui konsentrasi asam oksalat (H2C2O4) pada suhu pendinginan 40ºC,

30ºC, 20ºC, dan 10ºC.

Mengetahui digunakannya fungsi suhu yang bervariasi.

Mengetahui volume NaOH yang digunakan pada semua suhu pendinginan.

60

Page 3: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

61

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu

terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang

dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan

jenuh. Kelarutan suatu zat dapat ditentukan dengan menimbang zat yang akan

ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan, misalnya dalam 100 mL pelarut.

Jumlah zat yang ditimbang harus diperkirakan dapat membentuk larutan lewat

jenuh yang ditandai masih terdapatnya zat yang tidak larut di dasar wadah setelah

dilakukan pengocokan dan didiamkan. Setelah terjadi kesetimbangan antara zat

padat yang larut dan yang tidak larut, padatan yang tidak larut lalu disaring dan

ditimbang. Selisih berat awal dan berat padatan yang tidak larut merupakan

kelarutan zat tersebut dalam 100 mL pelarut (Yazid, 2005).

Ingat kembali bahwa kelarutan didefinisikan sebagai jumlah maksimum

zat terlarut yang akan melarut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu.

Untuk kebanyakan zat, suhu mempengaruhi kelarutan. Secara umum, meskipun

tidak semua, kelarutan zat padatan meningkat dengan meningkatnya suhu.

Namun, tidak ada korelasi yang jelas antara tanda dari ∆ H lrtn dengan variansi

kelarutan terhadap suhu. Contohnya, proses pelarutan CaCl2 ialah proses

eksotermik dan pelarutan NH4NO3 endotermik. Namun, kelarutan kedua senyawa

itu meningkat dengan meningkatnya suhu. Secara umum, pengaruh suhu terhadap

kelarutan lebih baik ditentukan lewat percobaan (Chang, 2005).

Dalam sebuah kesetimbangan larutan jenuh hadir antara benda padat dan

ion-ionnya dalam larutan, seperti untuk barium sulfat:

BaSO4 (s) ⇌ Ba2+ + SO42-

Tetapan kesetimbangan untuk proses ini umumnya adalah tetapan hasil kali

kelarutan:

Ksp = [Ba2+] [SO42-]

61

Page 4: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

62

Sebuah larutan jenuh dapat dihasilkan dengan melanjutkan penambahan zat

terlarut sampai tidak ada lagi yang bisa terurai, atau dengan meningkatkan

konsentrasi dari ion-ion sampai pengendapan terjadi. Faktor-faktor penting yang

mempengaruhi kelarutan zat padat adalah temperatur, sifat dari pelarut, dan juga

kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut.

a. Temperatur

Kebanyakan garam anorganik yang kita bahas meningkat kelarutannya

sejalan dengan peningkatan temperatur. Biasanya merupakan suatu keuntungan

untuk melanjutkan proses pengendapan, penyaringan dan pencucian dengan

larutan panas. Partikel-partikel berukuran besar dapat dihasilkan, penyaringan

akan lebih cepat dan kotoran-kotoran terurai lebih jauh.

b. Pemilihan Pelarut

Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam

larutan-larutan organik. Air mempunyai momen dipol besar dan ditarik ke kation

dan anion untuk membentuk ion-ion hidrat.

c.Efek Ion Sekutu

Sebuah endapan secara umum lebih dapat larut dalam air murni

dibandingkan di dalam sebuah larutan yang mengandung satu dari ion-ion

endapan (efek ion sekutu)

(Underwood, 1981).

Titik ekuivalen ialah titik pada saat jumlah mol ion OH- yang ditambahkan

ke larutan sama dengan jumlah ion H+ yang semula ada. Titik akhir titrasi terjadi

bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada

pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat

asam dan basa yang digunakan dalam titrasi. Titik akhir suatu indikator tidak

terjadi pada satu pH spesifik, melainkan ada kisaran pH dimana titik akhir terjadi.

Fenolftalein adalah indikator yang cocok untuk titrasi NaOH dan HCl.

Fenolftalein tidak berwarna dalam larutan asam dan larutan netral, tetapi pink

kemerahan dalam larutan basa. Pengukuran menunjukkan bahwa pada < 8,3

indikator tidak berwarna tetapi mulai berubah pink kemerahan bila pH melampaui

8,3 (Chang, 2005).

62

Page 5: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

63

Satu cara untuk menekan kesetimbangan kelarutan adalah dengan

mengubah jumlah pelarut. Penambahan pelarut menurunkan konsentrasi spesies

terlarut; penambahan zat pada cenderung untuk mengembalikan konsentrasi

spesies terlarut ke kesetimbangannya. Jika pelarut yang ditambahkan terlalu

banyak maka semua zat padat akan larut, kemudian kesetimbangan kelarutan

menurun dan larutan menjadi tidak jenuh (Oxtoby, 2001).

Zat padat dapat dimurnikan dengan memanfaatkan beda kelarutan pada

temperatur yang berlainan. Untuk kebanyakan zat bila larutan jenuh panas

didinginkan, kelebihan zat padat akan mengkristal. Proses ini dapat dipermudah

dengan membibit larutan itu dengan beberapa kristal halus zat padat murni. Proses

keseluruhan melarutkan zat terlarut dan mengkristalkannya kembali dikenal

sebagai pengkristalan ulang atau rekristalisasi (James, 2001).

Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam

jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada

keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang larut dan yang tak larut atau

kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Larutan tak jenuh

adalah suatu larutan yang mengandung jumlah solut lebih sedikit (encer) daripada

larutan jenuhnya. Sedangkan larutan lewat jenuh mengandung solut lebih banyak

(pekat) dari pada yang ada larutan jenuhnya pada suhu yang sama. Pengaruh

kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya.

Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat dalam cairan bertambah dengan

naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan larutannya bersifat

endoterm. Sebagai perkecualian ada beberapa zat yang kelarutannya menurun

dengan naiknya suhu seperti Serium Sulfat dan natrium sulfat karena proses

pelarutannya bersifat eksoterm. Bahkan ada zat yang hampir tidak dipengaruhi

oleh suhu seperti natrium klorida (Yazid, 2005).

Berbeda dengan zat padat, kelarutan suatu gas dalam cairan menurun

dengan naiknya suhu. Hal ini disebabkan pada pembentukan larutannya selalu

bersifat eksoterm. Kenaikan suhu akan memudahkan molekul-molekul gas

memisahkan diri untuk menguap meninggalkan pelarut. Sebagai contoh, gas

karbon dioksidasi berbuih-buih keluar dari minuman berkarbonat jika cairan ini

63

Page 6: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

64

dipanasi. Bilai air ledeng dipanaskan, udara yang terlarut akan segera kelur

sebagai gelembung-gelembugn kecil yang meninggalkan air (Yazid, 2005).

64

Page 7: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

65

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Beaker glass

Buret

Tiang Statif

Klem

Botol Semprot

Corong Kaca

Hot Plate

Gelas Ukur

Pipet Tetes

Labu Erlenmeyer

Termometer

Botol Reagen

3.1.2 Bahan

Larutan NaOH 2 M

Indikator pp

Larutan H2C2O4 0,5 M

Aquades

Es Batu

Tisu

Garam

Karet

65

Page 8: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

66

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pada Suhu Pendinginan 40ºC

Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL

Dipanaskan sampai suhu 60ºC

Diangkat dan dipindahkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu

Diukur suhu sampai 40ºC

Dimasukkan indikator pp 3 tetes

Dihomogenkan

Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna

Dihitung konsentrasi asam oksalat

3.2.2 Pada Suhu Pendinginan 30ºC

Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL

Dipanaskan sampai suhu 60ºC

Didinginkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu

Diukur suhu sampai 30ºC

Dimasukkan indikator pp 3 tetes

Dihomogenkan

Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna

Dihitung konsentrasi asam oksalat

3.2.3 Pada Suhu Pendinginan 20ºC

Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL

Dipanaskan sampai suhu 60ºC

Didinginkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu

Diukur suhu sampai 20ºC

Dimasukkan indikator pp 3 tetes

Dihomogenkan

Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna

Dihitung konsentrasi asam oksalat

3.2.4 Pada Suhu Pendinginan 10ºC

66

Page 9: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

67

Dimasukkan H2C2O4 0,02 M 10 mL

Dipanaskan sampai suhu 60ºC

Didinginkan ke dalam beaker glass yang berisi es batu

Diukur suhu sampai 10ºC

Dimasukkan indikator pp 3 tetes

Dihomogenkan

Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna

Dihitung konsentrasi asam oksalat

3.2.5 Pengenceran H2C2O4 0,5 M menjadi 0,02 M

Dimasukkan H2C2O4 0,5 M

Ditambahkan dengan aquades 250 mL

Dihomogenkan

Didapatkan konsentrasinya menjadi 0,02 M

67

Page 10: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

68

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

No M

NaOH

V

NaOH

M

H2C2O4

V

H2C2O4

T Pendinginan

(ºC)

T Pendinginan

(K)

1 2 M 6,6 mL 2,64 M 10 mL 40 ºC 313 K

2 2 M 8,4 mL 3,36 M 10 mL 30 ºC 303 K

3 2 M 7,5 mL 3 M 10 mL 20 ºC 293 K

4 2 M 7,6 mL 3,04 M 10 mL 10 ºC 283 K

4.2 Reaksi

4.2.1 Asam Oksalat + Indikator pp

4.2.2 Asam Oksalat + Natrium Hidroksida

68

Page 11: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

69

4.2.3 Natrium Hidroksida + Indikator pp

4.3 Perhitungan

4.3.1 Mencari Konsentrasi H2C2O4

V 1 × M 1=V 2× M 2(2)

V H 2C2 O 4× M H 2 C2O 4

=V NaOH × M NaOH (2)

a. Suhu Pendinginan 40ºC + 273 = 313 K

V 1 × M 1=V 2× M 2(2)

10 × M 1=6 , 6× 2× 2

10 × M 1=26,4

M 1=26,410

M 1=2,64 M

b. Suhu Pendinginan 30ºC + 273 = 303 K

V 1 × M 1=V 2× M 2(2)

10 × M 1=8,4 ×2 ×2

10 × M 1=33,6

M 1=33,610

M 1=33,6 M

69

Page 12: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

70

c. Suhu Pendinginan 20ºC + 273 = 293 K

V 1 × M 1=V 2× M 2(2)

10 × M 1=7,5 ×2 ×2

10 × M 1=30

M 1=3010

M 1=3 M

d. Suhu Pendinginan 10ºC + 273 = 283 K

V 1 × M 1=V 2× M 2(2)

10 × M 1=7,6 × 2× 2

10 × M 1=30,4

M 1=30,410

M 1=3,04 M

4.3.2 Suhu Rata-Rata

∆ H=T2−T 1

T 2× T1

× 2,303 × R

Ket: T2 = Suhu Pendinginan (K)

T1 = Suhu Pemanasan (K)

R = 0,082 atm L

mol

a. Suhu Pendinginan 40ºC + 273 = 313 K

Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K

∆ H=T2−T 1

T 2× T1

× 2,303 × R

¿ 313−333313× 333

× 2,303× 0,082

70

Page 13: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

71

¿ −20104229

×0,189

¿−3,63×10−5 kJmol

b. Suhu Pendinginan 30ºC + 273 = 303 K

Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K

∆ H=T2−T 1

T 2× T1

× 2,303 × R

¿ 303−333303× 333

× 2,303× 0,082

¿ −30100899

×0,189

¿−5,62× 10−5 kJmol

c. Suhu Pendinginan 20ºC + 273 = 293 K

Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K

∆ H=T2−T 1

T 2× T1

× 2,303 × R

¿ 293−333293× 333

× 2,303× 0,082

¿ −4097569

× 0,189

¿−7,75× 10−5 kJmol

d. Suhu Pendinginan 10ºC + 273 = 283 K

Suhu Pemanasan 60ºC + 273 = 333 K

∆ H=T2−T 1

T 2× T1

× 2,303 × R

¿ 283−333283× 333

× 2,303× 0,082

71

Page 14: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

72

¿ −5094239

× 0,189

¿−1,003 ×10−4 kJmol

4.3.3 Konsentrasi H2C2O4 Awal

V 1 × M 1=V 2× M 2

10 ×0,5=250 × M 2

5=250× M 2

M 2=5

250

M 2=0,02 M

4.4 Pembahasan

Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu

terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang

dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan

jenuh. Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda-beda antara yang satu

dengan lainnya. Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat dalam cairan

bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan

larutannya bersifat endoterm. Sebagai perkecualian ada bebearapa zat yang

kelarutannya menurun dengan naiknya suhu seperti serium sulfat dan natrium

sulfat karena proses pelarutannya bersifat eksoterm. Bahkan ada zat yang hampir

tidak dipengaruhi oleh suhu seperti natrium klorida.

Prinsip percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu didasarkan pada

kelarutan suatu zat dimana zat terlarut dan pelarutnya ikut berperan pula. Selain

itu, dipengaruhi pula oleh suhu dimana dengan meningkatnya suhu maka

kelarutan semakin meningkat atau semakin besar sehingga dapat membentuk

larutan jenuh. Kemudian penentuan kelarutan ini juga dilakukan untuk

menentukan konsentrasi asam oksalat (H2C2O4) pada suhu pendinginan yang

berbeda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan:

72

Page 15: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

73

Jenis Zat

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur

dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya

kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat

polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa non polar

akan mudah larut dalam pelarut non polar.

Temperatur/ Suhu

Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.

Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih

tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur

yang lebih tinggi.

Tekanan

Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.

Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu.

Pemilihan Pelarut

Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air daripada dalam

larutan-larutan organik

Efek Aktivitas

Dengan banyaknya endapan menunjukkan peningkatan kelarutan dalam

larutan-larutan yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimiawi

dengan ion-ion dari endapan.

Efek Ion Sekutu

Dengan hadirnya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah endapan

bisa jadi lebih besar daripada nilai yang telah diperkirakan melalui tetapan

kelarutan produk.

Efek Hidrolisis

Kelarutan sangat kecil sehingga pH dari air tidak berubah secara nyata akibat

hidrolisis. Kelarutan cukup besar sehingga kontribusi ion hidroksida dari air

dapat diabaikan.

73

Page 16: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

74

Efek pH

Kelarutan dari garam sebuah asam lemah tergantung pada pH larutan tersebut.

Aplikasi kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu:

Kelarutan gula dalam air, dimana gula yang dilarutkan ke dalam air panas dan

satu lagi ke dalam air dingin, maka gula akan lebih cepat larut pada air panas

karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya.

Dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul

pada industri baja.

Dimanfaatkan untuk memurnikan zat dari kotoran-kotoran hasil samping suatu

reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat. Pada cara ini zat yang masih

bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana

pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah

larutan dingin kotoran akan tertinggal dalam larutan dan zat murni akan

memisah sebagai endapan.

Pada percobaan ini dilakukan empat perlakuan suhu pendinginan yaitu

pada suhu 40ºC, 30ºC, 20ºC dan 10ºC. Pertama, dengan suhu pendingan 40ºC

dimasukkan larutan H2C2O4 0,02 M sebanyak 10 mL, larutan H2C2O4 berwarna

bening dan tidak berbau. Kemudian dipanaskan hingga suhunya mencapai 60ºC,

Selama dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-apa. Didinginkan di dalam beaker

glass yang berisi es batu dan diukur suhunya sampai 40ºC. Setelah mencapai suhu

tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan. Tahap akhir

dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan H2C2O4 sebagai titrat, digoncangkan dan

didapatkan warna merah lembayung yang muda ini berarti titik akhir titrasi telah

didapatkan, volume NaOH yang digungakan sebanyak 6,6 mL. Kedua, dengan

suhu pendingan 30ºC dimasukkan larutan H2C2O4 0,02 M sebanyak 10 mL,

larutan H2C2O4 berwarna bening dan tidak berbau. Kemudian dipanaskan hingga

suhunya mencapai 60ºC, Selama dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-apa.

Didinginkan di dalam beaker glass yang berisi es batu dan diukur suhunya sampai

30ºC. Setelah mencapai suhu tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3 tetes dan

dihomogenkan. Tahap akhir dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan H2C2O4

sebagai titrat, digoncangkan dan didapatkan warna merah lembayung yang muda

74

Page 17: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

75

ini berarti titik akhir titrasi telah didapatkan, volume NaOH yang digungakan

sebanyak 8,4 mL. Ketiga, dengan suhu pendingan 20ºC dimasukkan larutan

H2C2O4 0,02 M sebanyak 10 mL, larutan H2C2O4 berwarna bening dan tidak

berbau. Kemudian dipanaskan hingga suhunya mencapai 60ºC, Selama

dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-apa. Didinginkan di dalam beaker glass

yang berisi es batu dan diukur suhunya sampai 20ºC. Setelah mencapai suhu

tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3 tetes dan dihomogenkan. Tahap akhir

dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan H2C2O4 sebagai titrat, digoncangkan

hingga terdapat warna merah lembayung yang muda ini berarti titik akhir titrasi

telah didapatkan, volume NaOH yang digungakan sebanyak 7,5 mL. Keempat,

dengan suhu pendingan 10ºC dimasukkan larutan H2C2O4 0,02 M sebanyak 10

mL, larutan H2C2O4 berwarna bening dan tidak berbau. Kemudian dipanaskan

hingga suhunya mencapai 60ºC, Selama dipanaskan tidak terjadi perubahan apa-

apa. Didinginkan di dalam beaker glass yang berisi es batu dan diukur suhunya

sampai 10ºC. Setelah mencapai suhu tersebut ditambah indikator pp sebanyak 3

tetes dan dihomogenkan. Tahap akhir dititrasi dengan NaOH sebagai titran dan

H2C2O4 sebagai titrat, digoncangkan hingga terdapat warna merah lembayung

yang muda ini berarti titik akhir titrasi telah didapatkan, volume NaOH yang

digungakan sebanyak 7,6 mL.

Faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu:

Kurang atau lebih pada saat mengukur H2C2O4.

Salah melihat skala suhu pada termometer.

Kurang atau lebih saat meneteskan indikator pp.

Tidak sempurnanya pada saat menggoncangkan Erlenmeyer ketika melalukan

titrasi.

Fungsi perlakuan pada percobaan ini yaitu:

Pemanasan berfungsi untuk mempercepat proses kelarutan dengan perubahan

atau peningkatan suhu.

Penambahan indikator pp untuk mengidentifikasi adanya basa/ OH-

Penggoncangan berfungsi untuk mendapatkan warna merah lembayung ketika

dititrasi.

75

Page 18: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

76

Fungsi reagen pada percobaan ini yaitu:

H2C2O4 berfungsi sebagai titrat dan larutan yang akan dicari konsentrasinya.

NaOH berfungsi sebagai titran

Indikator pp berfungsi untuk mengidentifikasi adanya basa atau OH-

Aquades berfungsi untuk membersihkan peralatan yang digunakan.

76

Page 19: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

77

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Konsentrasi H2C2O4 pada suhu 40ºC, 30ºC, 20ºC dan 10ºC berturut-turut

yaitu sebesar 2,64 M, 3,36 M, 3 M, dan 3,04 M.

Tujuan digunakan suhu yang bervariasi adalah untuk mengetahui

bagaimana pengaruh suhu tersebut terhadap penentuan kelarutan dari

larutan H2C2O4 tersebut.

Volume NaOH yang digunakan pada suhu 40ºC, 30ºC, 20ºC dan 10ºC

berturut-turut yaitu 6,6 mL, 8,4 mL, 7,5 mL dan 7,6 mL.

5.2 Saran

Pada percobaan selanjutnya mengenai kelarutan sebagai fungsi suhu dapat

dicoba dengan menggunakan H2C2O4 dengan konsentrasi yang berbeda agar dapat

membedakan pengaruhnya terhadap kelarutan.

77

Page 20: 4.Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu

78

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 2001. Kimia Universitas Asas dan Sturktur Jilid 1. Jakarta:

Erlangga.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Day, R.A & A.L Underwood. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.

Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Jilid 1 Edisi

Keempat. Jakarta: Erlangga.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.

78