Upload
vuongdat
View
268
Download
13
Embed Size (px)
Citation preview
GENERASI KAMPUSVOLUME 4, NOMOR 2, SEPTEMBER 2011
DITERBITKAN OLEH :PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2011
ISSN 1978-869X
MAJALAH / JURNAL
MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)
VOLUME 4, NOMOR 2, SEPTEMBER 2011 APRIL 2011Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus .
Pelindung : Rektor Unimed (Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd.)
Pengarah : *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Slamat Triono, M.Sc, Ph.D.). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)
Penanggung jawab : Pembantu Rektor III Unimed (Dr. Biner ambarita, M.Pd.)
Ketua Penyunting : Hariadi, S.Pd., M.Kes.
Sekretaris Penyunting : Tappil Rambe, S.Pd, M.Si
Penyunting Pelaksana : *Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Pardomuan N.J.M. Sinambela, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T. *Lamhot Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Miswaruddin Daulay, S.Pd.*Drs. Paningkat Siburian, M.Pd *Drs. Swardi Rajaguguk. *Drs. Indra Meipita, M.Sc. *Ir. Haikal Rahman, M.Sc. *Syamsul Gutom S.Mas, M.Kes. * PD 3 FIP (Drs. Nasrun M.S), *PD 3 FBS (Dr. Daulat Saragi, M. Hum), *PD 3 FT (Drs. Manintin Banjarnahor, M.Pd), *PD 3 FPMIPA (Drs. Asrin Lubis, M.Pd), *PD 3 FIS (Drs. Liber Siagian, M.Si) *PD 3 FIK (Prof. Dr. Agung Sunarno M.Pd), dan *PD 3 FE (Drs. Bangun Napitupulu, M.Si)
Penyunting Ahli :Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan)Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang)Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta)Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor)Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh)Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya)Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung)Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman)
Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH. *Dra. Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus. *Dra.Nismawarni Harahap. *
Pelaksana Tata Usaha : Bani Ismail; Dewita Rita
Alamat Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.
e-mail : [email protected]
ISSN 1978-869X
Penyunting menerima
sumbangan tulisan
yang belum pernalh
diterbitkan dalam
media cetak lain.
Naskah diketik dengan
spasi 1,5 pada kertas
A4 dengan jumlah
halaman 10-15. (lebih
jelas baca petunjuk
bagi penulis pada
sampul dalam
belakang). Naskah
yang masuk di evaluasi
oleh penyunting ahli.
Penyunting dapat
melakukan perubahan
pada tulisan yang
SURAT DARI REDAKSI
Berbagai fenomena dan masalah yang terkait dengan dunia pendidikan menuntut
perenungan yang mendalam tentang pengelolaan dunia pendidikan, baik dari tingkat kelas
pembelajaran hingga tingkat nasional. Pengelolaan yang baik diharapkan mendukung
tercapainya pendidikan yang efektif dan efisien.
Edisi kali ini membahas aplikasi sederhana dari sifat-sifat jumlahan modulo 7
dalam menentukan hari, hakikat karakter, peran internet dalam komunikasi pemasaran,
pengambilan keputusan dalam manajemen berbasis sekolah, penerapan metode
pembelajaran seni dan budaya berbasis multimedia, strategi pengembangan modal
intelektual dalam meningkatkan kepemimpinan, hasil penelitian penalaran dan kreativitas
terhadap prestasi belajar fisika siswa, hasil penelitian penerapan metode berstruktur untuk
meningkatkan kemapuan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika,
konvergensi dan stabilitas solusi persamaan laplace pada batas dirichlet, dan terakhir
analisis perilaku individu dalam organisasi efektif. Berbagai ide, konsep dari sudut
pandang yang berbeda mewarnai suguhan edisi ini.
Semoga ulasan pada edisi kali ini dapat menggugah hati para pembaca yang
budiman dan memberi sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
kita. Salam…!
Medan, September 2011
PenanggungjawabPembantu Rektor III UNIMED,
Dr. Biner Ambarita, M.Pd.NIP. 19570515 198403 1 004
MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS(CAMPUS GENERATION)V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008
IL 2008
VOLUME 4, NOMOR 2, SEPTEMBER 2011
Daftar Isi
Pardomuan N.J.M. Sinambela Aplikasi Sifat-Sifat Grup Jumlahan Modulo 7 dalam Menentukan Hari
1-7
Wanapri Pangaribuan Hakikat Karakter dalam Perspektif Pendidikan Karakter 8-15
Sarah Rouli Tambunan Peran Internet dalam Komunikasi Pemasaran 16-29Paningkat Siburian Pengambilan Keputusan dalam Manajemen
Berbasis Sekolah pada Era Globalisasi30-38
Lamhot Basani Sihombing penerapan metode pembelajaran seni dan budaya berbasis multimedia untuk meningkatkan hasil belajar siswa
39-54
Sukarman Purba Strategi Pengembangan Modal Intelektual Dalam Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan 55-65
Jonny H. Panggabean Kontribusi Penalaran dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Statik Kelas XI Semester 1 MAN 2 Medan
66-75
Yasifati Hia Winni Andika Sari Gultom
Penerapan Metode Latihan Berstruktur Dengan Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa di Kelas X SMASwasta Dharma Pancasila Medan Tahun Ajaran 2010/2011
76-97
Lasker P. Sinaga Konvergensi dan Stabilitas Solusi Persamaan Laplace pada Batas Dirichlet
98-107
Benyamin Situmorang Analisis Perilaku Individu dalam Organisasi Efektif
108-124
ISSN 1978-869X
1
Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
APLIKASI SIFAT-SIFAT GRUP JUMLAHAN MODULO 7 DALAM MENENTUKAN HARI
Pardomuan N. J. M. Sinambela
Abstrak
Untuk suatu keperluan tertentu, seseorang mungkin ingin mengetahui hari dari suatu tanggal tertentu. Keingintahuan ini dapat saja terjawab jika ia memiliki kalender untuk tanggal itu. Akan tetapi, jika ia tidak memiliki kalender tersebut, dan tanggal yang ingin diketahui harinya itu mempunyai rentang waktu yang sangat jauh dari tanggal sekarang, tentu tidak mudah untuk diketahui. Misalnya, seseorang mungkin tidak mengetahui hari apa tepatnya ia lahir, karena kelalaian orangtua yang hanya mencatat tanggal kelahirannya saja. Dalam tulisan ini, akan dipaparkan bagaimana menyelesaikan permasalahan menentukan hari dengan memanfaatkan sifat-sifat grup jumlahan modulo 7.Kata Kunci : Grup jumlahan modulo 7
PENDAHULUAN
Himpunan residu modulo 7, yaitu
Z7 = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}, terhadap operasi
jumlahan, +, membentuk grup komutatif.
Grup ini dinamakan grup jumlahan
modulo 7. Terpenuhinya sifat-sifat grup
komutatif: ketertutupan, mempunyai
elemen identitas yang unik, setiap
elemennya mempunyai invers, dan sifat
komutatif, dapat diperlihatkan dengan
tebel Cayley berikut.
+ 0 1 2 3 4 5 60 0 1 2 3 4 5 61 1 2 3 4 5 6 02 2 3 4 5 6 0 13 3 4 5 6 0 1 24 4 5 6 0 1 2 35 5 6 0 1 2 3 46 6 0 1 2 3 4 5
Sifat asosiatif, yang tidak dapat
ditunjukkan dengan tabel Cayley di atas,
dapat diturunkan dari sifat asosiatif
bilangan bulat. Lebih jauh, grup ini
merupakan grup siklik yang dibangkitkan
oleh 1 Z7. Dengan menggunakan sifat
jumlahan modulo 7 akan dibahas
mengenai permasalahan menentukan
hari.
2
Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
PEMBAHASANMenentukan Hari
Berikut akan ditunjukkan
beberapa contoh penggunaan sifat-sifat
grup jumlahan modulo 7 untuk
menentukan hari. Untuk keperluan itu,
kita tentukan 0 mewakili hari Minggu, 1
mewakili hari Senin, 2 mewakili hari
Selasa, …, 5 mewakili hari Jumat, dan 6
mewakili hari Sabtu.
Contoh 1. Jika sekarang hari
Senin, hari apa 100 hari kemudian?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita
awali dengan menunjukkan bahwa 100
kongruen dengan salah satu anggota Z7.
100 1100 198 + 12 (17)14 + 2 014 +
2 0 + 2 2 Z7.
Jadi, 100 hari setelah hari Senin sama
dengan 2 hari setelah hari Senin.
Diketahui, Senin diwakili oleh 1,
sehingga 100 hari setelah hari Senin
dapat dinyatakan sebagai
1 + 2 3, padahal 3 mewakili Rabu.
Dengan demikian, 100 hari setelah hari
Senin adalah hari Rabu.
Contoh 2. Jika sekarang Rabu, 9
Juni 2004, hari apakah tanggal 2 Mei
2004 yang lalu? Jawab: Bulan Mei
mempunyai bilangan tanggal 1 sampai
dengan 31, sehingga dari 2 Mei sampai 9
Juni 2004, terdapat selisih 31 – 2 + 9 =
38 hari. Dengan demikian, penyelesaian
masalah di atas ekuivalen dengan
penyelesaian masalah menentukan hari
apa 38 hari sebelum Rabu (3). Kata
‘sebelum’ mengindikasikan penggunaan
invers, yaitu 38-1 (138)-1 (135 + 13)-1
([17]5 + 3)-1 (05 + 3)-1 3-1 4. Jadi, 2
Mei 2004 adalah hari Minggu (0 3 +
4).
Menentukan Hari dari Tanggal Tertentu
Pemanfaatan sifat-sifat grup
jumlahan modulo 7 untuk menentukan
hari seperti yang diperlihatkan pada
Contoh 1 dan 2, dapat menjadi sulit
diterapkan jika kita ingin mengetahui
hari dari suatu tanggal tertentu. Kesulitan
akan ditemui jika kita tidak punya acuan
tanggal tertentu lain yang diketahui
harinya, atau jika tanggal yang ingin
diketahui harinya itu mempunyai selisih-
hari yang sulit untuk diketahui. Sebagai
contoh, meskipun kita mengetahui bahwa
9 Juni 2004 adalah hari Rabu, tetapi akan
sulit bagi kita untuk mengetahui hari apa
tanggal 12 Mei 1998. Untuk mengatasi
kesulitan ini, berikut diberikan sebuah
3
Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
formula yang memanfaatkan sifat-sifat
grup jumlahan modulo 7 yang disajikan
dalam bentuk kekongruenan modulo 7.
Misalkan N menyatakan bilangan
tanggal dalam suatu bulan; M
menyatakan bilangan bulan yang dimulai
dari Maret, yaitu 1 = Maret, 2 = April,
…, 10 = Desember, 11 = Januari, dan 12
= Pebruari (Pemilihan Maret sebagai
awal perhitungan tahun menjadi penting,
sebab pada tahun kabisat, bulan Pebruari
ditambah satu hari, sehingga
penambahan hari ini seolah-olah terjadi
pada akhir tahun); Y menyatakan
bilangan dua angka terakhir pada tahun;
C menyatakan bilangan yang ‘dibentuk’
dari semua angka sebelum angka
puluhan (misal, untuk 1945, maka C = 19
dan Y = 45); dan d menyatakan bilangan
hari: 0 untuk Minggu, 1 untuk Senin, …,
6 untuk Sabtu; maka
)7mod(11
)1(244
]2,06,2[
MLC
CYYMNd (*)
dengan [x] = n untuk n ≤ x < n + 1, n
Z; L = 1 untuk tahun kabisat dan L = 0
untuk tahun yang bukan kabisat.
Formula (1) hanya berlaku untuk
tanggal setelah tahun 1582. Hal ini
dikarenakan sistem kalender yang kita
pakai sekarang, yaitu sistem kalender
Gregorian, mulai digunakan pada tahun
itu.
Tahun kabisat adalah tahun
yang bilangan tahunnya terbagi (habis
dibagi) oleh 4, tetapi yang bilangan
tahunnya terbagi 100, bukan tahun
kabisat, kecuali terbagi oleh 400.
Sebagai contoh, 1984, 2000, 2004, dan
2400 adalah tahun kabisat, tetapi 1900,
1901, 2100, dan 2101 bukan tahun
kabisat. Perlu ditegaskan bahwa,
perhitungan tahun yang digunakan
berdasarkan Kalender Masehi.
Sebelum kita melihat penggunaan
formula (1), berikut kita paparkan bukti
kebenaran formula tersebut.
Bukti: Kita asumsikan bahwa
tahun 0 ada, yaitu tahun yang diawali
pada 1 tahun sebelum tahun Masehi
dimulai. Misalkan pada tanggal N bulan
M tahun 0, bilangan hari, d, memenuhi
kekongruenan modulo 7
d N + SM (mod 7)
dengan SM suatu konstanta yang
bergantung pada bilangan bulan, M. Jika
kita mengamati kalender dari tahun ke
tahun (bukan tahun kabisat),maka kita
akan mengetahui bahwa setiap tahun,
pada tanggal dan bulan yang sama, ada
4
Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
pergeseran satu hari (365 1(mod 7)).
Jadi, pada tahun T, terdapat pergeseran
sebanyak T hari, sehingga untuk tahun T,
ruas kanan formula (1) harus ditambah T.
Akan tetapi, setiap 4 tahun kita menemui
tahun kabisat, yang berarti ada
penambahan pergeseran 1 hari lagi setiap
4 tahun (366 2(mod 7)), sehingga ruas
kanan formula (1) harus ditambah lagi
sebanyak tahun kabisat yang kurang dari
atau sama dengan T, yaitu [T/4]. Ingat
bahwa, meskipun bilangan tahunnya
habis dibagi 4, tetapi jika bilangan
tahunnya habis dibagi 100, maka tahun
tersebut bukan tahun kabisat, keculai jika
habis dibagi 400. Jadi, ruas kanan
formula (1) harus dikurangi dengan
[T/100] (ditambahkan dengan invers
[T/100]) dan ditambahkan dengan
[T/400]. Dengan demikian, untuk tanggal
N, bulan M, tahun T, formula (1) menjadi
4001004
TTTTSNd M (mod 7). (2)
Memperhatikan kesepakatan kita tentang
variabel C dan Y, maka T dapat
dinyatakan sebagai T = 100C + Y, dengan
C = 0, 1, 2, …, dan Y = 0, 1, 2, …, 99,
sehingga formula (2) menjadi
400
100
100
100
4
100100
YCYCYCYCSNd M (mod 7)
4004100425100
YCYC
YCYCSNd M (mod 7).
Diketahui bahwa C Z, sehingga
4004100425100
YCYC
YCYCSNd M (mod 7).
Perhatikan bahwa
100
Y= 0, untuk setiap Y. Bagian pecahan
4
Cpaling besar 0,75,
sedangkan 400
Ypaling besar 0,2475, sehingga
44004
CYC. Dengan demikian
diperoleh
44124
CYYCSNd M (mod 7)
Ingat bahwa, 124 1124 1119 + 15 (17)17 + 5 5 2-1 -2, sehingga
5
Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
442
CYYCSNd M (mod 7). (3)
Untuk menentukan nilai SM, kita
memerlukan suatu tanggal yang kita
ketahui harinya. Misalkan kita ambil
Senin, 1 Maret 2004. Jadi, d = 1, N = 1,
M = 1, C = 20, Y = 4. Jika kita
substitusikan nilai-nilai ini ke formula
(3), maka diperoleh
4
20
4
44)20(211 1S (mod 7)
5144011 1 S (mod 7)
291 1 S (mod 7)
11 1 S (mod 7),
akibatnya diperoleh S1 2 (mod 7).
Jika kita memperhatikan
kalender, pada tanggal (N) dan tahun (C
dan Y) yang sama, dari bulan Maret (1)
ke bulan April (2), hari bergeser tiga hari
(Maret: 31 hari; 31 3(mod 7)),
sehingga S2 = 2 + 3 = 5. Selanjutnya, dari
April (2) ke Mei (3), bergeser 2 hari
(April: 30 hari; 30 2(mod 7)), sehingga
S3 = 5 + 2 = 7. Dengan cara yang sama,
S4, S5, S6, dan seterusnya, kecuali untuk
S11, dapat diperoleh seperti pada tabel.
Untuk S11, yang dimaksud dengan
pergeseran hari dari Desember ke
Januari, harus pada tahun yang sama. Hal
ini dikarenakan kita telah menetapkan
Maret sebagai bulan pertama. Misalnya,
dari Desember 2004 ke Januari 2004,
bukan Januari 2005. Diketahui, dari 1
Januari sampai dengan 1 Desember pada
tahun yang bukan kabisat adalah 334
hari, sehingga diperoleh 334 5(mod 7).
Dengan demikian, dari Desember ke
Januari pada tanggal dan tahun yang
sama, pergeseran terjadi sebanyak 5-1 = 2
hari, sehingga S11 = S10 + 2 = 25 + 2 =
27. Pada tahun kabisat, dari 1 Januari ke
1 Desember mempunyai rentang 335
hari, sehingga diperoleh 335 6(mod 7).
Dengan demikian, dari Desember ke
Januari pada tanggal dan tahun yang
sama (tahun kabisat), pergeseran terjadi
sebanyak 6-1 = 1 hari, sehingga S11 = S10
+ 1 = 25 + 1 = 26. Hasil ini selengkapnya
diperlihatkan pada tabel berikut.
6
Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
M(+)
(L = 0)(+)
(L = 1)SM
(L = 0)SM
(L = 1)[2,6M – 0,2] A B
1 - - 2 2 2 0 = [1/11] 0 = 2[1/11]2 +3 +3 5 5 5 0 = [2/11] 0 = 2[2/11]3 +2 +2 7 7 7 0 = [3/11] 0 = 2[3/11]4 +3 +3 10 10 10 0 = [4/11] 0 = 2[4/11]5 +2 +2 12 12 12 0 = [5/11] 0 = 2[5/11]6 +3 +3 15 15 15 0 = [6/11] 0 = 2[6/11]7 +3 +3 18 18 18 0 = [7/11] 0 = 2[7/11]8 +2 +2 20 20 20 0 = [8/11] 0 = 2[8/11]9 +3 +3 23 23 23 0 = [9/11] 0 = 2[9/11]10 +2 +2 25 25 25 0 =
[10/11]0 = 2[10/11]
11 +2 +1 27 26 28 1 = [11/11]
2 = 2[11/11]
12 +3 +3 30 29 31 1 = [12/11]
2 = 2[12/11]
Tabel ini memperlihatkan bahwa, untuk L = 0 (bukan tahun kabisat), SM [2,6M – 0,2] +
a-1 [2,6M – 0,2] – [M/11] [2,6M – 0,2] – (1 + L)[M/11]. Untuk L = 1 (tahun kabisat),
SM [2,6M – 0,2] + b-1 [2,6M – 0,2] – 2[M/11] [2,6M – 0,2] – (1 + L)[M/11]. Dengan
demikian, SM [2,6M – 0,2] – (1 + L)[M/11]. Jika kita substitusikan hasil ini ke formula
(3) diperoleh hasil seperti formula (*). ■
Contoh 3. ADA APA DENGAN
SWEET SEVENTEEN. Tanggal 21
April 1999, Kartini ‘genap’ berumur 17
tahun. Hari apa Kartini lahir? Jawab:
Dari permasalahan ini diketahui bahwa
Kartini lahir pada 21 April 1982,
sehingga N = 21, M = 2, C = 19, Y = 82,
dan L = 0 (1982 bukan tahun kabisat).
Dengan demikian,
)7mod(11
)1(244
]2,06,2[
MLC
CYYMNd
)7mod(11
2)10()19(2
4
19
4
8282]2,0)2(6,2[21
d
)7mod(0)10()19(242082521 d
)7mod(0)10()5(246550 d
d 10 (mod 7)
d 3 (mod 7)
7
Pardomuan N.J.M. Sinambela adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Jadi, Kartini lahir pada hari Rabu, 21 April 1982. □
Dapat diperiksa bahwa, 21 April 1999
juga hari Rabu. Hasil ini menarik, sebab
ternyata setiap 17 tahun dalam abad yang
sama (bukan tahun kabisat), tanggal dan
bulan yang sama akan jatuh pada hari
yang sama. Hal inilah yang mungkin
menyebabkan ulang tahun ke 17
diistimewakan (Sweet Seventeen). Hal
serupa juga terjadi setiap 28 tahun.
PENUTUP
Dengan memanfaatkan sifat-sifat grup
jumlahan modulo 7 dapat diselesaikan
permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan menentukan hari. Setiap 17 tahun
pada abad yang sama ditemukan bahwa
ternyata tanggal dan bulan yang dama
akan jatuh pada hari yang sama, hal ini
tidak berlaku untuk tahun kabisat.
DAFTAR PUSTAKA
Herstein, I. N. (2000). Topics in Algebra, 2nd Edition. Singapore: John Wiley & Sons (Asia) Pte. Ltd.
Niven, I dan H. S. Zuckerman, (1980). An Introduction to the Theory of Numbers, 4th Edition. New York: John Wiley & Sons.
8
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
HAKIKAT KARAKTERDALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER
Wanapri Pangaribuan
AbstrakBetapa pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter pada masa saat ini, karena pendidikan dan pembangunan tanpa karakter sesungguhnya tidaklah banyak berarti . Karakter dianggap sangat urgen bahkan segala sesuatunya harus berbasiskan karakter yang baik sesuai dengan hakikat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha sempurna dan Maha Mulia. Karakter dalam perpektif pendidikan adalah bahwa inti proses pendidikan merupakan proses pembangunan karakter, sehingga harus terintegrasi dalam seluruh proses pendidikan itu.Kata Kunci: Pembangunan Karakter, Perpektif Pendidikan
PENDAHULUAN
Defenisi Karakter
Menurut Lukman, dkk (1995),
karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
tabiat, watak, ahlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan
yang lain. Tabiat adalah kebiasaan-
kebiasaan sikap dan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari seseorang ataupun
kelompok.
Hornby (1974) mengatakan
bahwa Character is moral qualities that
make one person different from others.
Dengan demikian karakter adalah
kualitas moral seseorang atau kelompok
yang membedakannya dengan orang
atau kelompok lain. Moral atau budi
pekerti adalah tindakan atau perilaku
yang dikaitkan dengan norma dan aturan
yang berlaku pada masyarakat. Lukman
(1995) mengatakan bahwa moral adalah
baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban.
Dalam masyarakat berlaku kewajiban
untuk mengikuti adat istiadat, etika yang
berlaku dimasyarakat. Dengan demikian
karakter adalah pemikiran secara kritis
untuk memilih dan melakukan hal yang
baik dalam masyarakat sesuai dengan
norma, hukum, dan nilai-nilai yang
sesuai pada masyarakat. Pemikiran kritis
menurut Sprod (2001) adalah berpikir
dengan, (1) menggunakan pertimbangan
untuk memutuskan, (2) bersandar pada
kriteria, (3) mengadakan koreksi diri,
dan (4) peka terhadap konteks.
9
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
PEMBAHASAN
Hakikat Karakter
Menurut Hill (2002), “Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation”. Kupperman (1991) menyatakan bahwa“X's character is X's normal pattern of thought and action, especially in relation to matters affecting the happiness of others and of X, most especially in relation to moral choice”.
Berdasarkan kedua pendapat di
atas maka, karakter adalah pola
pemikiran, sikap, dan tindakan pribadi
yang mempengaruhi kesenangan hati
untuk melakukan yang baik sebagai
pilihan moral. Karakter yang baik adalah
motivasi intrinsik sesuai dengan
standard kehidupan yang tinggi, yang
baik dalam segala situasi. Karakter yang
baik akan tetap memunculkan
pemikiran, sikap dan tindakan yang baik
dalam situasi yang baik maupun situasi
yang buruk sekali pun. Situasi atau
keadaan tidak begitu berpengaruh dalam
mengubah pola pikir, sikap dan tindakan
bagi orang yang memiliki karakter yang
baik. Dalam kata lain, lingkungan
eksternal diri seseorang bukanlah hal
yuang harus dituruti dan dipanuti untuk
bertindak. Pemikiran positip, sikap yang
bersahabat dan bersahaja adalah milik
seseorang yang berkarakter baik di mana
pun berada.
Karakter yang dipandang sebagai
pola berpikir, bersikap, dan bertindak
bagi pemiliknya dapat dilihat dan
dikenali berdasarkan atribut-atributnya.
Atribut tersebut merupakan indikator
yang dapat lebih dirinci sehingga dapat
diukur.
Susan Brown dalam McElmeel
(2002) menyatakan bahwa karakter
menyangkut atribut: keriangan
(cheerfulness), kewarganegaraan
(Cintizenship), kebersihan (cleanliness),
Kasih sayang (compassion), kerjasama
(cooperation), keberanian (courage),
kesopanan, (courtesy), kreativitas
(Creativity), ketergantungan
(dependability), ketekunan (diligence),
keadilan (fairness), kemurahan hati
(generosity), menolong (helpfulness),
sukacita (joyfulness), kebaikan
(kindness), kesetiaan (loyalty),
kesabaran (patience), ketekunan
(perseverance), ketepatan waktu
(punctuality), rasa hormat (respect),
penghargaan terhadap lingkungan hidup
10
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
(respect for the environment), tanggung
jawab ( responsibility), kebanggaan
sekolah (school pride), kendali diri (self
control), sportivitas (sportsmanship),
toleransi (tolerance), kejujuran (
honesty).
Mc Elmeel (2002) mengatakan
bahwa karakter menyangkut atribut,
“caring, confidence, courage, curiosity,
flexibility, friendship, goal setting,
humility, humor, initiative, integrity,
patience, perseverance, positive attitude,
problem solving, self discipline, team
work”. Seorang yang berkarakter
haruslah bersahabat, memiliki rasa
humor, memiliki sikap positip, memiliki
kemampuan memecahkan masalah,
percaya diri, dan berorientasi pada
pengaturan tujuan. Lebih lanjut M C
Elmeel (2002) memberikan defenisi
atribut-atribut yang karakter yang
diutarakannya sebagai berikut:
“Caring: The act of being concerned about or interested in another person or situation. To appreciate, like, or be fond of. Feeling or acting with compassion, concern, empathy. Confidence: A faith or belief in oneself and one’s own abilities to succeed; to be certain that one will act in a right, proper, or effective manner. Positive self-esteem, self-assurance. Courage: A firmness of mind and will in the face of danger or
extreme difficulty; the ability to stand up to challenges and to support unpopular causes. Resolve, tenacity, bravery, strength. Curiosity: A desire to learn, investigate, or know; an interest leading to exploration or inquiry. Inquisitiveness. Flexibility: The capacity to adapt or adjust to new, different, or changing situations and their requirements. Adaptability. Friendship: A state of being attached to another by affection, loyalty, respect, or esteem; holding in high regard, being fond of. Amicability, companionship.Goalsetting: The ability to determine what is wanted or needed and work toward it; identifying desired outcomes or objectives and designing a strategy or plan of action to achieve them. Humility: Respect for others and their position or condition; not exerting one’s authority in an inappropriate or insensitive manner. Modesty, unpretentiousness. Humor: The quality that allows one to appreciate the comic or amusing aspects of a situation or event. Cheerfulness, wit. Initiative: The ability to take action independently, without outside influence or control; a willing-ness to make the first move or take the first step; doing something without beingprompted by anyone else; a sense of enterprise. Ambition, gumption, drive. Integrity: Adherence to a set of principles or a code of values, especially moral; being just, impartial, fair, and honest; straightforwardness of conduct; a refusal to act immorally—that is, to lie, cheat, steal, or deceive in any way. Honesty, loyalty, morality. Patience: The capacity to endure and to wait for one’s goals to be achieved; to conduct oneself without undue haste or impulse. Calmness, tolerance. Perseverance: The ability to keep
11
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
working toward a goal, enterprise, orundertaking in spite of difficulty, opposition, or discouragement; the capacity to carry on, especially under adverse circumstances. Persistence, endurance.Positive Attitude: A state of mind or way of thinking that views the most desirable aspects of a situation and anticipates the best possible outcomes. Optimism, hopefulness. Problem Solving: The process of identifying critical elements of a situation, identifying sources of difficulty, using creative ideas to formulate new answers, and plan steps to achieve the best possible outcome. Ingenuity, creativity. Self-Discipline: The ability to control, manage, or correct oneself for the sake of improvement; the ability to forfeit lesser objectives or short-term gratification for more worthwhile causes or long-term goals. Self-control, self-restraint. Teamwork: The ability to
work with others to reach a common goal; acting together to achieve a shared vision. Cooperation, collaboration”.
Dimerman (2009) mengatakan
bahwa karakter terdiri dari sepuluh
atribut yaitu:
hormat (respect), kemauan untuk mendengarkan ( responsibility) , kejujuran (honesty), merasakan perasaan orang lain (empathy), keadilan (fairness), berinisiatif ( initiative), keberanian (courage), ketekunan (perseverance), optimism (optimism), dan integritas ( integrity), sifat mementingkan kepentingan orang lain (altruism), kerendahan hati (humility), kemurahan hati (generosity), iba (compassion), toleransi ( tolerance), bijaksana (prudence), and fleksibilitas (flexibility).
Terbentuknya Karakter
Bernard Show mengatakan
dalam The Harvest of Education,”Show
a though reap an action, show an action
reap a habit, show a habit reap a
character, show a character reap a
dignity”. Dengan demikian, karakter
seseorang akan terbentuk dari kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukannya. Kebiasaan
yang dilakukan mengakar pada
pemikiran. Hal tersebut sejalan dengan
pernyataan Kuppermen (1991) bahwa
karakter meliputi kebiasaan-kebiasaan
dan tendensi pemikiran dan tindakan
original seseorang. Lebih lanjut Zuchdi
(2011) mengatakan bahwa karakter
adalah sebuah cara berpikir, bersikap
dan bertindak yang menjadi cirri khas
seseorang yang menjadi kebiasaan yang
ditampilkan di masyarakat. Lebih lanjut
Kupperman (1991) mengatakan bahwa
karakter dapat terlihat dalam komunikasi
sehari-hari seseorang dengan orang lain,
dan orang lain berkomunikasi dengan
dirinya. Dengan kata lain, karakter
terlihat dalam pergaulannya dengan
orang lain, dengan siapa dia bergaul.
12
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
Sering sekali pernyataan dalam
seni dan budaya terkait dengan karakter
tokoh atau aktor sesuai dengan perannya
dalam skenario. Misalnya, “aktor
tersebut sangatlah berkarakter dalam
perannya sebagai pahlawan”. Hal ini
berarti, bahwa cirri-ciri, sifat, dan
tindakan yang dilakonkan aktor dalam
skenario menyatu dalam dirinya
sehingga tidak ada kejanggalan-
kejanggalan berlakon. Dalam hal ini
karakter melekat pada diri seseorang,
dan kenjadi bagian dari diri itu sendiri.
Karakter sering juga dikaitkan
dengan kepribadian (personality), dalam
mana keduanya tercipta dari perjalanan
panjang dari kebiasaan pikiran dan
tindakan. Karakter itu sendiri mengakar
pada kepribadian. Dengan kata lain,
bahwa kepribadian adalah wadah dan
media bagi karakter untuk bertumbuh
dan berkembang. Agar karakter
bertumbuh dan berkembang dengan
baik, maka kepribadian itu sendiri harus
lah baik memiliki unsur-unsur
pembangun karakter. Ibarat kompos atau
media tempat akar sebuah tanaman yang
bertumbuh, haruslah kompos tersebut
memiliki unsur hara untuk tanaman
sehingga bertambah besar, berbunga dan
berbuah. Tumbuhan itu sendiri
diidentikkan dengan karakter, kompos
itu sendiri diidentikkan dengan
kepribadian.
Karakter juga disebabkan oleh
persepsi dan sikap yang dimiliki
seseorang. Sikap dan kebiasaan
seseorang dalam merespon stimulus
yang diterima dari orang lain ataupun
benda lain. Munculnya sikap seseorang
adalah berdasarkan pengetahuan dan
penilaiannya terhadap sesuatu, sehingga
diperlihatkan secara positip atau negatip.
Dengan demikian, sikap dihasilkan dari
olahan pikiran secara deduktif ataupun
induktif ataupun juga secara korelasional
atas berbagai informasi dan data.
Munculnya sikap adalah berdasarkan
analisis dan sintesa serta evaluasi
terhadap informasi dan data yang
dihasilkan dari komunikasi dengan
orang lain ataupun terhadap objek lain.
Pemikiran secara analitis, sintesis, dan
evaluatif terhadap objek lain disebut
juga persepsi.
Fish (2010) mengatakan bahwa
persepsi terhadap sesuatu secara unik
didasarkan pada tiga prinsip, yaitu:
prinsip faktor umum (the common factor
principle), prinsip phenomena (the
13
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
phenomenal principle), dan prinsip
representative (the representational
principle). Berdasarkan prinsip faktor
umum dapat terjadi tiga hal yaitu,
sebuah objek dilihat sesuai dengan objek
sesungguhnya (hal ini adalah persepsi
yang benar), sebuah objek dilihat tetapi
kelihatannya adalah tidak benar (ilusi),
sebuah objek dilihat akan tetapi
sesungguhnya objek itu tidak ada
(halusinasi). Prinsip phenomena adalah
kondisional yang menggunakan
pernyataan “jika…maka). Prinsip
representatif adalah pengalaman visual
yang artinya perhatian yang intensif
terhadap keberadaan (masa depan)
sesuatu di dalam dunia.
Dengan demikian persepsi
seseorang terhadap objek tergantung
pada prinsip yang dipergunakannya
untuk melihat dan berkomunikasi
dengan objek tersebut. Persepsi adalah
bagian dari karakter dalam arti
pemikiran-pemikiran yang mendasari
karakter. Jika prinsip yang mendasari
persepsi seseorang cenderung secara
intensif dipergunakan, maka akan
tercipta kebiasaan persepsi yang
mendasari karakter.
Enam Pilar Pendidikan Karakter
Josephson Institute mengajukan
enam pilar karakter (The Six Pillars of
Character) yaitu hal yang dapat
dipercaya (trustworthy), penuh hormat
(respectful), warga mau
responsible), keadilan (fairness), perduli
atau acuh (caring). Negara (citizen),
Lebih lanjut Josephson Institute
menampilkan indikator dari enam
pilar karakter tersebut, sebagai
berikut:
1. Orang yang dapat dipercaya adalah
orang yang jujur, tidak mencuri,
tidak menipu, dapat diandalkan,
memiliki keberanian untuk
melakukan yang benar, membangun
reputasi yang baik, loyal kepada
keluarga, teman, dan Negara.
2. Orang yang hormat harus
memperlakukan orang lain dengan
hormat, mengikuti Golden Rule,
toleran dan menerima perbedaan,
menerapkan sopan santun,
menggunakan bahasa yang baik
dalam berkomunikasi,
memperhatikan perasaan orang lain,
tidak melakukan ancaman, memukul
atau menyakiti orang lain,
14
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
melakukan kemufakatan damai
terhadap orang lain yang melakukan
kemarahan, penghinaan, dan yang
sering menentang kemufakatan.
3. Orang yang mau mendengarkan
adalah melakukan rencana ke depan,
tekun dan selalu mencoba, selalu
melakukan yang terbaik, mengontrol
diri, berdisiplin, berpikir sebelum
bertindak dan mempertimbangkan
konsekuensi, bertanggung jawab atas
kata-kata, tindakan dan sikap, dan
menetapkan contoh yang baik bagi
orang lain.
4. Orang yang adil adalah bermain
sesuai dengan aturan, berbagi dan
bergiliran, berpikiran terbuka,
mendengarkan orang lain, tidak
mengambil keuntungan dari orang
lain, tidak menyalahkan orang lain,
tidak sembarangan, memperlakukan
semua orang secara adil.
5. Orang yang perduli adalah penuh
kasih dan memperlihatkan
kepedulian, mengungkap rasa
syukur, memaafkan orang lain,
membantu orang yang
membutuhkan.
6. Orang yang menyadari dirinya
sebagai warga Negara adalah mau
bekerja sama, bertempat tinggal jelas
dan formal, terlibat dalam urusan
yang membuat masyarakat agar lebih
baik, menjadi tetangga yang baik,
mentaati hukum dan aturan,
menghormati pemerintah (otoritas),
melindungi lingkungan,
PENUTUP
Karakter dalam perpektif pendidikan
pada dasarnya meliputi ranah
pengetahuan, ranah sikap dan ranah
psikomotorik. Karakter dalam ranah
pengetahuan sering juga disebut sebagai
intellectual character, dalam mana
menurut Blythe (1998) mengatakan,
“ If one’s intellectual character is shaped by the thinking dispositions one possesses, which dispositions are most important to cultivate and nurture? If
the goal is intelligent behavior in the world, which dispositions can best motivate thinking that is reasonably flexible, reflective, and productive in achieving its ends or goals with regard tomaking decisions, solving problems, or developing understanding “.
Intellectual character harus
terintegrasi dalam setiap mata pelajaran,
sehingga dalam perumusan rencana
proses pembelajaran harus selalu
15
Wanapri Pangaribuan adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan; Staf Ahli Pembantu Rektor III Universitas Negeri Medan
mempertimbangkannya. Demikian juga
karakter dalam ranah sikap dan
psikomotorik atau yang sering disebut
sebagai character in action, harus
terintegrasi dalam perilaku guru,
pegawai, subjek didik, dan proses
manajemen persekolahan yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Lukman, dkk. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud.
Dimerman Sara. (2009). Chracter is The Key. How to Unlock the best In Our Children and Our Selves. Camada: John Wiley & Sons Canada, Ltd
Fish William. (2010). Philosophy of Perception. A Contemporary Introduction. New York: Routledge
Hill, T.A., (2005). Character First! Kimray Inc., http://www.charactercities.org/ downloads/ publications/Whatischaracter.pdf. diunduh tanggal 11 Agustus 2011.
Hornby A S. (1974). Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford: OxfordUniversity Press.
Josephson Institute. Thes Six Pillars of Character. http://charactercounts.org/sixpillars.html. diunduh tanggal 11 Agustus 2011
Kupperman Joel J. (1991). Character. Newyork, Oxford: Oxford University Press.
McElmeel Sharron L. (2002). Character Education. A book Guide for Theacher, Librarians, and
Parents. Colorado: Libraries Unlimited, Theacher Ideas Press.
Sprod, Tim. (2001). Philosophical Discussion in Moral Education. London: Roudledge
Zuchdi Darmiyati. (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktek. Yogyakarta: UNY Press.
16
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
PERAN INTERNET DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN
Sarah Rouli Tambunan
AbstrakPenggunaan internet dalam aktivitas komunikasi pemasaran cukup meningkat khususnya di Indonesia. Pemasar mengggunakan internet untuk memperomosikan produk mereka. Aktivitas pemasaran tidak lagi terbatas pada promosi tetapi lebih kepada dialog. Dialog penting untuk membangun komunikasi antara pemasar dan konsumen. Dialog juga penting untuk mengkontrol aliran informasi yang bergerak cepat di dunia maya. Berbagai macam media sosial dapat memfasilitasi proses dialog antara pemasar dan konsumen. Facebook dan twitter menjadi pilihan utama pemasar Indonesia untuk membangun komunikasi dengan konsumen. Padahal media sosial lain di luar facebook dan twitter juga memiliki efek yang besar dalam pemasaran apabila para pemasar kreatif dalam menggabungkan penggunan berbagai media social dalam aktivitas komunikasi pemasaran.Key Words : Komunikasi pemasaran, internet, media social.
PENDAHULUAN
Dalam bukunya Ten Deadly
Marketing Sins (Sepuluh Dosa
Pemasaran), Kotler (2005) menyatakan
salah satu cara untuk tetap eksis di dunia
pemasaran, perusahaan harus berfokus
pada konsumen, dan segala usaha
produksi digerakkan oleh konsumen.
Artinya, menempatkan konsumen
sebagai yang pertama, karena jika
konsumen tidak puas, perusahaan bisa
saja mengalami pailit. Untuk menjaga
kepuasan para konsumen, para pemasar
pun harus lebih mendekatkan diri kepada
konsumen, memasang “telinga” yang
lebar untuk mendengar segala kebutuhan
dan keluhan pelanggan. Pemasar harus
menciptakan saluran-saluran yang dapat
mempermudah para konsumen untuk
berkomunikasi dengan perusahaan
misalnya melalui kotak saran,surat,
layanan telepon bebas pulsa, faks atau
juga email.
Kehadiran teknologi internet bagi
masyarakat Indonesia, tentunya bukan
“barang” baru. Indonesia merupakan
negara yang pertumbuhan pengguna
internetnya terus meningkat dari tahun ke
tahun. Pengguna internet di Indonesia
tumbuh lebih 1.000 persen dalam 10
tahun terakhir. Jika tahun 2008 total
pengguna internet mencapai 25 juta
orang, tahun 2010 diperkirakan sudah
mencapai 45 juta orang (kompas.com).
Internet membawa perubahan
pola perilaku konsumen dalam hal
pengambilan keputusan pembelian. Peran
reference group cukup besar
mempengaruhi konsumen. Sebelum
17
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
memutuskan pembelian konsumen
mencari informasi mengenai produk
melalui search engine, atau juga
berdiskusi dengan teman-teman di dunia
maya mengenai kualitas dari produk
yang dicari. Jika ditelaah, siapakah
pengguna terbesar internet di Indonesia
saat ini?. Hasil penelitian Yahoo dan
Taylor Nelson Sofres (TNS) Indonesia
menunjukkan pengakses terbesar di
Indonesia adalah mereka yang berusia
antara 15-19 tahun, sedangkan urutan
kedua berusia 20-24 tahun (kompas.com)
. Rentang umur ini adalah mereka yang
masuk kategori remaja, duduk di bangku
SMP hingga kuliah dan umumnya
mereka menyenangi hal-hal baru apalagi
yang berbau teknologi terbaru seperti
internet. Pertanyaan lebih lanjut, situs
atau web apa sajakah yang sering diakses
oleh kelompok umur di atas? .
Tabel 1.
Situs internet yang sering dikunjungi mahasiswa
Facebook 56,6%
Google 43,4%
Yahoo 12,4%
Twitter 9,8%
Youtube 8,6%
Kaskus 7,3%
Detik.com 4,7%
Indowebster 2,7%
Sumber: Majalah Marketing bulan September 2010.
Berdasarkan data di atas,
diketahui bahwa situs-situs media sosial
merupakan situs yang paling banyak
diakses seperti facebook, twitter, dan
juga kaskus. Media sosial
memungkinkan para penggunanya untuk
saling berinteraksi dan bertukar
informasi di dalam satu jejaring. Apa
yang sedang dirasakan,atu dilakukan
akan di share oleh pengguna jejaring
sosial dan nantinya akan dikomentari
oleh teman-teman yang tergabung dalam
jejaring yang sama. Secara sederhana
mungkin bisa digambarkan bahwa para
pengguna internet adalah orang-orang
yang senang ngobrol dan saling berbagi
informasi. Internet juga dipandang
sebagai “Yang Maha Tahu” karena
18
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
adanya situs google yang memudahkan
para penggunanya dalam mencari
informasi maupun data-data yang
diperlukan.
Fenomena di atas tentunya
mempengaruhi dunia pemasaran saat ini.
Menilik jumlah pengguna internet yang
semakin lama semakin bertambah,
tentunya para pemasar harus mulai
memikirkan untuk melebarkan sayap
komunikasi pemasarannya. Jika dahulu
kegiatan komunikasi pemasaran
cenderung dengan beriklan di media
cetak seperti koran dan majalah atau
media elektronik seperti televisi dan
radio. Saat ini, internet bisa menjadi
alternatif baru tidak hanya sebagai media
untuk beriklan tetapi juga sebagai media
untuk membangun komunikasi yang
lebih intens dengan konsumennya
dengan memaksimalkan penggunaan
berbagai media sosial yang ada.
PEMBAHASAN
Pengunaan Internet dalam Komunikasi Pemasaran
Komunikasi dan pemasaran
adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Berbagai kegiatan pemasaran
seperti kegiatan promosi dapat berjalan
dengan menerapkan tehnik-tehnik
komunikasi. Keterhubungan antara
komunikasi dan pemasaran ini
melahirkan kajian baru yang disebut
dengan komunikasi pemasaran. Yeshin
dalam Kitchen & Pelsmacker
mendefenisikan komunikasi pemasaran
sebagai berikut (2004 : 20) :
“Marketing communications as the process by wich the marketer develops and presents an appropriate set of communications stimuli to a defined target audience with the intention of eliciting a desired set of responses”.
Defenisi tersebut menjelaskan
bahwa komunikasi dalam pemasaran
digunakan sebagai stimuli untuk
mendorong respon audience. Tehnik –
tehnik komunikasi digunakan untuk
mempersuasif konsumen agar bersikap
positif akan kegiatan pemasaran yang
diterapkan dalam penggunaan bauran
promosi (promotional mix). Bauran
promosi terdiri atas iklan , sales
promotion, public relations dan personal
selling. Ditengah perkembangan
teknologi internet, maka internet sebagai
media interaktif juga dimasukkan sebagai
“senjata” untuk berkomunikasi dengan
konsumen.
19
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Gambar 1.Promotional Mix
Sumber : Belch&Belch (2009 : 18)
Walaupun internet dimasukkan
sebagai salah satu “senjata” untuk
melancarkan komunikasi pemasaran.
Sesungguhnya internet juga mampu
mendukung aktivitas komunikasi
pemasaran lainnya seperti penggunaan
internet untuk iklan, sales promotion,
personal selling, public relations dan
juga direct marketing.
Pemasangan iklan di internet
menjadi alternatif baru bagi para pemasar
selain memasang iklan di media cetak,
dan elektronik seperti televisi dan radio.
Adapun iklan yang cukup sering muncul
di web adalah iklan banner yang bisa
muncul dalam bentuk flash (bergerak)
atau juga berupa gambar biasa. Biasanya
gambar flash lebih mudah untuk menarik
perhatian dari pengunjung website.
Selain iklan banner, iklan pop-ups juga
merupakan bentuk iklan yang dapat
dilihat ketika seserorang mengakses
internet. Pop-ups merupakan iklan yang
tiba-tiba muncul ketika seseorang
membuka website-website tertentu.
Walaupun mampu mengundang
perhatian dari pengguna internet, namun
terkadang iklan ini dianggap menggangu.
Internet juga menjadi salah satu
medium untuk menyebarkan sales
promotion. Belch & Belch (2009 : 59)
mendefenisikan sales promotion sebagai
berikut :
“a direct inducement that offers an extra value or incentive for the product to the sales force, distributors, or the ultimate customer with the primary objective of creating an immediate sale”
Lebih lanjut, Sales promotions
bisa hadir dalam beberapa bentuk seperti
pemberian sampel, kupon, premiums,
pengadaan kontes, refunds/rebate, bonus
packs, potongan harga, program (loyalty
programs) dan juga event marketing.
Publicity/Public
Relation
Interactive/ Internet
Marketing
Direct Marketing
Advertising Sales Promotion
Personal Selling
20
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Gambar 2 Sales promotion dalam bentuk potongan harga (price off) dari Centro
Sumber : www.centro.co.id
Peran internet sebagai sumber
informasi menuntut perusahaan atau
organisasi untuk merancang website
perusahaan atau organisasi, kebanyakan
perusahaan merancang websitenya
dengan memberikan proporsi yang besar
untuk mengkomunikasikan berbagai
kegiatan public relations yang dilakukan
oleh perusahaan seperti sejarah
perusahaan, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan perusahaan apakah itu dalam
bentuk CSR atau juga pencapaian,
prestasi yang diraih perusahaan serta
tidak ketinggalan laporan-laporan
tahunan (annual report). Hal tersebut
dilakukan untuk lebih meningkatkan
image atau citra dari perusahaan.
Kehadiran internet juga semakin
mempermudah kegiatan direct
marketing. Direct marketing merupakan
kegiatan mengirimkan direct mail atau
surat dengan pesan yang khusus
ditujukan pada target konsumen tertentu.
Dahulu, direct mail dikirimkan melalui
surat, kini email berperan besar dalam
pengiriman direct mail ini sehingga
pesan bisa sampai lebih cepat dan murah.
Perubahan Perilaku Konsumen
Disadari atau tidak, kehadiran
teknologi internet telah mengubah
perilaku konsumen. Kartajaya dalam
bukunya New Wave Marketing
menyatakan bahwa kehadiran internet
membuat pasar menjadi datar. Artinya,
tidak ada perbedaan status antara
marketer dan customer. Marketer dan
customer sama rata. Marketer sudah
berbaur dengan customer-nya . Dengan
berbaur, maka pemasar dan konsumen
semakin dekat, tidak ada jarak, dan
komunikasi pun harus terbangun dengan
harmonis. Oleh sebab itu, kegiatan
pemasaran tidak lagi terbatas hanya pada
kegiatan promosi tetapi conversation
(percakapan). Conversation
memungkinkan terjadinya komunikasi
21
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
timbal balik, segala informasi yang
disebarkan oleh pemasar dapat
diklarifikasi,dikomentari oleh konsumen
apabila ada hal-hal yang diragukan
kebenarannya(2008:3, 240).
Senada dengan pendapat
Kartajaya, Prahalad dan Ramasway
dalam Harvard Business Review on
Customer Relationship Management
(2001 : 3,9 ) menyatakan bahwa
konsumen di era 2000-an adalah
konsumen yang aktif, untuk itu kegiatan
komunikasi pemasaran yang dilancarkan
haruslah berupa dialog untuk mengetahui
ekspektasi dari konsumen. Dialog yang
dibangun harus equal, tidak ada
monopoli dan keuntungan sepihak dalam
mengakses informasi. Hal ini
menggambarkan bahwa konsumen
sekarang bukan konsumen yang pasif
lagi, tetapi konsumen yang siap
mengkritisi segala aktivitas pemasaran
yang dilakukan oleh pemasar.
Bagaimana perbedaan perilaku
konsumen sebelum dan sesudah
memasuki tahun 2000-an bisa dilihat
pada tabel dibawah ini :
Internet juga seakan menyediakan
“arena” bagi para konsumen untuk saling
berdialog satu sama lain. Melalui
penggunaan media sosial, siapapun bisa
memproduksi informasi, dan berdiskusi
mengenai pengalaman, pendapat dan ide
bahkan juga menggalang dukungan
seperti yang terjadi pada kasus Prita dan
RS.Omni International. Pengalaman
buruk yang dirasakan oleh seorang
konsumen ketika menggunakan produk
atau jasa akan menjadi informasi baru
bagi konsumen lainnya ketika di share di
berbagai media sosial. Informasi ini akan
membentuk sebuah persepsi akan produk
maupun perusahaan.
Pentingnya mendapatkan
informasi yang up to date, mendorong
para pengguna internet untuk hidup
dalam komunitas (community) baik
komunitas yang khusus dibentuk oleh
pemasar maupun komunitas yang
terbentuk karena adanya kesamaan
diantara anggotanya. Ambil contoh,pria
yang tertarik dengan dunia otomotif dan
ingin mencari tahu segala informasi
terbaru yang berhubungan dengan dunia
otomotif maka orang tersebut bisa
bergabung didalam forum otomotif.
Wanita yang tertarik dengan dunia
kecantikan bisa bergabung dan
berdiskusi dengan wanita lainnya di
forum kecantikan. Tidak mengherankan,
jika keputusan membeli dewasa ini,
banyak dipengaruhi oleh pendapat atau
opini dari pengguna internet lainnya
22
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
yang tergabung dalam suatu komunitas
yang bertindak sebagai reference group.
Yang penting digarisbawahi,
bahwa terkadang keinginan untuk saling
berbagi informasi dilakukan secara
sukarela. Banyak solusi gratis yang bisa
didapat hanya dengan meng-klik google,
membaca blog atau ikut berdiskusi di
dalam sebuah forum. Semua aktivitas
tersebut sebagian besar dilandasi akan
rasa sukarela tanpa menuntut imbalan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa tidak
seperti argumen para ekonom Neoklasik
yang menyatakan bahwa aktivitas
ekonomi seseorang dimotivasi oleh hal
yang bersifat rasional, yang lebih
bertujuan memberi keuntungan bagi diri
sendiri semata (Widodo,2011 : 25)
Media Sosial Sebagai Saluran Membangun Komunikasi
Internet membawa keuntungan
bagi para pemasar dan juga konsumen.
Dari sisi pemasar, internet mampu
menjaga loyalitas konsumen,
mengantisipasi kebutuhan konsumen
mendatang, menanggapi kepedulian
konsumen dan memperbaiki pelayanan
konsumen. Sedangkan dari sudut
konsumen, perusahaan secara konsisten
dapat memberikan yang terbaik , dengan
menjaga kebutuhan masing-masing
konsumen, menyediakan informasi dan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
komunikasi (Yenny, 2000 : 35).
Keuntungan di atas bisa didapat
asalkan pemasar bisa mengidentifikasi
saluran-saluran mana yang sering
digunakan oleh konsumennya untuk
saling berbagi informasi. Internet
mendorong lahirnya media sosial dan
komunitas online yang dapat dijadikan
saluran untuk berkomunikasi .
Berdasarkan hasil survey sebuah majalah
marketing terhadap perusahaan di
Indonesia, 92,9 % sudah menggunakan
media sosial untuk mendukung aktivitas
pemasaran. Social media adalah sebuah
media online dimana para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi,
berbagi, dan menciptakan isi meliputi
blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan
dunia virtual.
Saat ini, terdapat tujuh dasar jenis
media sosial. Pembagian media sosial
berdasarkan fungsi tersebut akan
dijelaskan di bawah ini, antara lain
meliputi (Mayfield, 2008 : 6) :
Social networks
Jejaring social memudahkan orang-
orang dalam membangun halaman
web pribadi dan dapat
berkomunikasi dengan teman lama
23
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
maupun menemukan teman baru.
Berbagi ilmu, pengetahuan dan
menjalin komunikasi. Jejaring sosial
terbesar adalah MySpace, Facebook
dan Bebo.
Blogs
Blog merupakan jurnal online,
dengan cara posting cerita atau
informasi tertulis yang muncul
dengan diterima terlebih dahulu.
Wikis
Wiki memungkinkan para
penggunanya untuk menambah atau
meng-edit informasi. Wiki bisa
menjadi database. Wiki yang paling
terkenal adalah Wikipedia, sebuah
ensiklopedia online yang memiliki
lebih dari dua juta artikel berbahasa
Inggris.
Podcasts
File berbentuk audio dan video yang
bisa dinikmati dengan mendaftar
terlebih dahulu misalnya Apple.
Forums
Sebuah arena diskusi secara online
yang membahas mengenai topik-
topik tertentu dan menarik. Forum
hadir sebelum muncul istilah “media
sosial” dan menjadi elemen yang
popular dan berkuasa dalam
komunitas online.
Content communities
Komunitas yang mengorganisir dan
berbagi mengenai konten tertentu
seperti foto (Flickr) , Video (
YouTube).
Microblogging
Microblogging adalah alat
kombinasi dari blog dengan pesan
singkat dan jejaring sosial. Twitter
adalah pemimpin dalam hal ini
dengan jumlah lebih dari 1 juta
pengguna.
Berikut beberapa peranan media
social dalam pemasaran menurut Laura
Lake dalam Understanding the Role of
Social Media in Marketing, (1)
Menggunakan media sosial untuk
memberikan identitas pada produk atau
layanan yang ditawarkan ; (2) Menjalin
hubungan antara konsumen dan produk
melalui media sosial (yang mungkin
tidak tahu tentang produk atau layanan
yang dikomunikaskan); (3)Media Sosial
membuat produk "nyata" untuk
konsumen. Jika kita ingin orang-orang
mengikuti kita, kita tidak hanya berbicara
mengenai produk terbaru, tetapi juga
berbagi kepribadian dengan mereka; (4)
Media sosial dapat digunakan untuk
berkomunikasi dan memberikan interaksi
yang selama ini dicari target audience.
24
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Melihat peranan media sosial
dalam menjalin komunikasi dengan
konsumen, para pemasar di Indonesia
pun mulai berpindah melakukan
kampanye secara online. Media sosial
yang paling banyak digunakan para
pemasar saat ini adalah jejaring sosial
seperti Facebook dan juga Twitter. Wajar
saja, karena jumlah pengguna facebook
dan twitter di Indonesia menempati
peringkat ke- 2 di dunia, yang mencapai
jumlah 3,2 juta orang sehingga ini
menjadi lahan yang potensial untuk
melancarkan aktivitas pemasaran.
Berdasarkan hasil survey sebuah
majalah marketing, 92,3 % pemasar
menggunakan facebook sebagai media
pemasaran melalui media sosial,
sedangkan twitter berada di urutan kedua
sebesar 64,1% (Sudarmadi, 2010 : 28).
Tabel 2. Jenis Media yang digunakan Pemasar
Jaringan social (facebook, MySpace, Bebo,Hi5, Orkut) 92,3%
Twitter 64,1%
Video(You Tube) 48,7%
Blog (Blogspot, Wordpress) 41,0%
Slide presentasi (Slideshare) 30,8%
Instant Messaging (Yahoo!Messenger) 25,6%
Forum (PHPbb,vBulletin,Phorum,Kaskus) 20,5%
Portal Citizen, Journalism (Digg, Newsvine) 15,4%
Link (del.icio.us, Ma.gnolia) 7,7%
Wiki (Wikipedia, Wikia) 7,7%
Gambar (Flickr) 5,1%
Jaringan social spesifik (Linkedln,Boompa) 5,1%
Lainnya 17,9%
Sumber : SwaSembada ( Desember,2010 : 30)
Media sosial terdiri atas banyak
jenis, namun jika melihat data jenis-jenis
media yang digunakan pemasar di atas
terdapat ketidakseimbangan proporsi
dalam penggunaan media sosial untuk
aktivitas pemasaran di Indonesia. Selain
facebook dan twitter, rata-rata pemasar
yang menggunakan media sosial lainnya
seperti video, blog, forum dan lainnya
tidak mencapai 50%. Memang
25
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
penggunaan media sosial harus
disesuaikan dengan karakteristik dari
konsumen itu sendiri, tetapi kemampuan
pemasar dalam memanfaatkan media
sosial diluar facebook dan twitter
tentunya bisa membawa keuntungan
tersendiri bagi perusahaan.
Scoot, penulis buku The New
Rules of Marketing and PR percaya
bahwa komunikasi berbasis web bisa
menjangkau calon pembeli secara
langsung. Penggabungan penggunaan
media online antara lain blog,
podast/video, forum, dan situs yang kaya
konten akan menjadi kekuatan bagi para
pemasar untuk menjangkau para
konsumen dan berkomunikasi dengan
mereka.
Blog
Banyak orang senang mengungkapkan ide pikiran
dan pengalaman melalui blog.
Blog terkadang dianggap seperti online
diary. Rettberg (2008 : 19)
mendefenisikan Blog sebagai berikut : “
Blog is frequently updated web site
consisting of dated entries arranged in
reverse chronological order so the most
recent post appears first”. Pengguna
blog di Indonesia memang tidak
sesignifikan pengguna facebook dan
twitter, jadi wajar jika pemasar jarang
yang memanfaatkan media ini sebagai
salah satu media untuk mendukung
kegiatan pemasarannya. Walaupun
demikian, blog tetap mempunyai peluang
sebagai salah satu media komunikasi
pemasaran di Indonesia, karena
Indonesia masuk dalam peringkat
delapan besar sebagai negara pengakses
Wordpress.com, salah satu blog yang
aktif sejak tahun 2003. Tidak hanya itu,
Indonesia juga tercatat sebagai negara
yang memiliki traffic tertinggi di antara
negara-negara pengakses
Wordpress.com. (Kompas.com).
Scott (2009 : 72) mempunyai tiga
alasan mengapa para pemasar harus
terjun dan berpartispasi di dunia para
blogger ini yaitu (1) untuk dengan
mudah memonitor apa yang dikatakan
jutaan orang tentang Anda (perusahaan
atau organisasi), pasar yang dimasuki
dan produk-produknya ; (2) untuk
berpartisipasi dalam percakapan-
percakapan tersebut dengan memberikan
komentar pada blog orang lain; (3) untuk
memulai dan membentuk percakapan-
percakapan tersebut dengan menciptakan
dan menulis blog perusahaan (organisasi)
sendiri.
26
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Sebagaimana saat ini konsumen
senang untuk bergabung dalam suatu
komunitas, menulis untuk menceritakan
berbagai pengalaman baik yang
menyenangkan maupun yang buruk. Bisa
jadi, pengalaman yang diceritakan
mengenai kepuasan orang tersebut akan
penggunaan produk tertentu, pelayanan
yang luar biasa yang diterima atau juga
kekecewaan setelah menggunakan
produk dan pelayanan yang tidak
memuaskan. Begitu satu konsumen
bercerita maka cerita tersebut akan
menyebar dengan cepat layaknya virus.
Jika berita tersebut positif, mungkin tidak
akan masalah. Apabila yang tersebar
berita negatif apalagi bisa menjatuhkan
citra produk bahkan perusahaan tentunya
akan menjadi malapetaka bagi
perusahaan tersebut. Biasanya berita
buruk akan lebih cepat tersebar. Bad
news is a good news !.
Mengantisipasi hal tersebut, maka
Scott menyarankan para pemasar untuk
aktif terjun dalam blog, membuat blog
perusahaan untuk mengkontrol
pemberitaan-pemberitaan yang
merugikan perusahaan. Bahkan, Scott
juga menyarankan agar perusahaan
mengizinkan para karyawannya untuk
membuat blog tersendiri dan ikut aktif
memberikan komentar di blog. Pendapat
Scott tersebut seakan menguatkan
pendapat Kotler yang menyatakan
bahwa urusan yang berkenaan dengan
konsumen bukan hanya tugas dari bagian
pemasaran semata, namun tugas dari
seluruh karyawan di setiap divisi untuk
menjaga komunikasi dengan konsumen.
Video (YouTube)
Siapa yang bisa melupakan aksi
lipsync Shinta dan Jojo dengan lagu
Keong Racunnya ? atau aksi goyang
India ala Briptu Norman ?. Hanya
dengan modal rekaman video melalui
laptop bahkan handphone dan di upload
di dunia maya, mendadak mereka
menjadi selebritis baru Indonesia.
Selama berbulan-bulan, media massa
cetak maupun elektronik tidak berhenti
mengulas berita tentang mereka. Dalam
masyarakat, mereka pun menjadi bahan
pembicaraan yang menarik mulai dari
kalangan atas sampai bawah, bahkan
kedatangan mereka di beberapa daerag di
Indonesia disambut layaknya selebritis
terkenal.
Jika Shinta & Jojo, Briptu
Norman diibaratkan sebuah produk,
maka mereka sukses memasarkan dirinya
27
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
dengan cara yang unik. Tidak perlu
bersusah-susah payah seperti artis lain
mengikuti casting, audisi, atau
perlombaan bergengsi, nama mereka
dengan cepat melejit dan tawaran untuk
tampil di berbagai acara pun mengalir.
Menurut Mack dalam Scott (2008
: 327), video adalah perpanjangan dari
budaya blogging. Jika tidak mempunyai
kisah menarik untuk diceritakan, maka
pemasar bisa membuat cerita melalui
video, apabila dilakukan dengan baik,
video bisa menjadi sangat meyakinkan.
Di Indonesia, beberapa pemasar mulai
memanfaatkan video dengan membuat
video dan menciptakan tokoh fiktif.
Hasilnya cukup memuaskan.
Biro iklan Publicis pernah
membuat karakter Ririn Dumin yang
kemudian disingakat Rindu untuk obat
sakit kepala merek Dumin yang
diproduksi oleh PT Actavis. Rindu
menciptakan blog yang menceritakan
pengalaman hidupnya dan juga
impiannya untuk menjadi artis. Ririn
mulai terkenal di kalangan blogger
setelah meng-upload kurang lebih tujuh
video yang berisi actingnya dan
perjuangannya untuk menjadi artis dalam
waktu 20 hari. Tidak hanya
memanfaatkan blog,video, Rindu juga
menggunakan facebook dan twitter.
Banyak orang di dunia maya yang
penasaran dengan perjuangan Rindu,
apakah dia berhasil menjadi bintang
sesuai dengan harapannya tersebut? Pada
tanggal 7 Maret 2010, sebuah iklan obat
dengan merek Dumin muncul di televisi,
dan Rindu ikut berperan dalam iklan
tersebut. Mungkin saja ini akal-akalan
dari pihak pemasar yang ingin
menciptakan buzz (rasa penasaran yang
nantinya akan menjadi bahan
perbincangan orang banyak). Fenomena
ini menggambarkan bagaimana
penggabungan beberapa media sosial
bisa mendatangkan efek yang besar
dalam pemasaran.
Forum
Forum merupakan sebuah arena
yang khusus diciptakan untuk berdiskusi
mengenai topik-topik tertentu. Forum
jelas mampu membentuk online
community. Anggota forum berkumpul
didasari akan ketertarikan yang sama
akan suatu hal. Sekarang ini, banyak
perusahaan yang membuat forum sendiri
bagi para konsumennya. Dengan
demikian, para pemasar akan lebih
gampang untuk mengontrol pendapat dan
kebutuhan dari konsumen yang memang
28
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
langsung menjadi sasarannya. Selain itu,
online community ini juga mempermudah
pemasar untuk melakukan consumer
insight dan sebagai responden untuk
melakukan survey atau polling. Namun,
ada juga forum yang memang dibuat oleh
sekelompok orang yang memiliki
ketertarikan yang sama, misalnya saja
forum kaskus.
Scott menyatakan bahwa banyak
para pemasar yang membubarkan forum
online karena merasa hanya membuang-
buang waktu. Tentunya mengabaikan
suara dalam forum akan berdampak
buruk pada perusahaan. Layaknya blog,
forum juga mempunyai peran besar
dalam menyebarkan informasi dengan
cepat. Untuk itu, Scott menyatakan
pentingya pemasar untuk terlibat dalam
berbagai forum untuk mengkontrol
informasi yang mengalir yang mungkin
berkaitan dengan produk atau perusahaan
khususnya dalam forum-forum yang
bukan diciptakan oleh perusahaan
sendiri.
KESIMPULAN
Kehadiran internet membuat
pasar menjadi datar. Pemasar dan
konsumen berbaur menjadi satu,
sehingga aktivitas pemasaran tidak lagi
sebatas pada promosi melainkan
conversation atau dialog. Melalui dialog
yang intens dengan konsumennya maka
pemasar dapat menciptakan produk yang
dapat memenuhi kebutuhan dan
preferensi dari konsumennya.
Beragamnya media sosial yang
ada di internet membuat dunia
pemasaran semakin interaktif. Para
pemasar dituntut untuk piawai
menggunakan berbagai media sosial ini
untuk bisa berinteraksi dengan
konsumennya demi menyukseskan
program komunikasi yang diharapkan
dapat mendongkrak penjualan. Untuk itu,
seorang pemasar saat ini harus
mempunyai skill dan pengetahuan dalam
teknologi khususnya penggunaan media
sosial.
Facebook dan twitter merupakan
media sosial yang penggunanya sangat
banyak di Indonesia, sehingga tidak
heran jika jumlah pemasar yang
menggunakan media sosial ini untuk
melancarkan aktivitas pemasaran pun
cukup besar. Namun, hanya terjun ke
dalam dunia facebook dan twitter saja
tidak cukup, pemasar saat ini harus
mampu memadukan berbagai media
sosial dalam mendukung aktivitas
29
Sarah Rouli Tambunan, S.Sos, M.Si adalah dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta
pemasarannya. Ini penting untuk tetap
menjaga komunikasi dengan konsumen,
mengetahui berbagai pendapat konsumen
mengenai produk atau perusahaan, dan
mengkontrol berbagai informasi yang
mungkin bisa merugikan citra produk
atau perusahaan. Ketepatan dalam
memilih media social, dan keahlian
dalam menggabungkan media social
dalam strategi komunikasi pemasaran
tentunya akan berdampak besar dalam
kegiatan pemasaran saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Belch, G.E. and Michael A. Belch. (2001). Harvard Business Review on Customer Relationship Management. USA : Harvard Business School Press
--------- (2009). Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communication Perspective, (8th ed). New York : McGraw.Hill
Kartajaya, Hermawan. (2008). New WaveMarketing: The World s Still Round The Market is Already Flat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kitchen, Philip J & Pelsmacker, Patrick D. (2004). Integrated Marketing Communications : A Primer. USA : Routledge.
Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. (2006). Marketing Management, (12th ed). New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Kotler, Philip. (2002). Ten Deadly Marketing Sins : Sepuluh Dosa Pemasaran Mematikan, Sinyal dan Solusi (Emil Salim, S.E., penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Marketing, Judul, Edisi 09/X/September 2010.
Mayfield, Antony. (2008). What is Social Media ?. e-book :icrossing
Peter, Paul J & Olson, Jerry C. (2005). Consumer Behavior and Marketing Strategy (7thed). Boston : McGraw-Hill.
Rettberg, Jill Walker. (2008). Blogging. USA : Polity Press
Scott, David Meerman. (2009). The New Rules of Marketing & PR: Jurus Jitu Menggunakan Blog, Podcasting, Pemasaran Online untuk Menjangkau Pembeli Secara Langsung (Anastia Putri Ridiasa, penerjemah). Jakarta : Publishing One.
Sudarmadi, Problematika Menghadang Pemasar Muda, Swa Sembada No.27/XXVI/20 Desember 2010-5 Januari 2011.
Widodo, Eko, Masyarakat Surplus Informasi, Swa Sembada No.08/XXVII/14-27April 2011.
Yuliana, Oviliani Yenty. (2000), Mei. Penggunaan Teknologi Internet dalam Bisnis. Jurnal Akuntansi & Keuangan Universitas Kristen Petra. Surabaya. Vol 2,36-52
http://tekno.kompas.com/read/2010/09/20/15412739/Pengguna.Internet.di.Indonesia.Capai.45.Juta-12).
http://edukasi.kompas.com/read/2009/03/20/2028042/Pengguna.Internet.Indonesia.Didominasi.Remaja
http://nasional.kompas.com/read/2009/01/17/1418056/indonesia.peringkat.ke-8.pengakses.wordpress
Lake, Laura. (2003). Understanding the Role of Social Media in Marketing.(http://marketing.about.com/od/strategytutorials/a/socialmediamktg.htm)
30
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAHPADA ERA GLOBALISASI
Paningkat Siburian
Abstrak
Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu model pengelolaan sekolah yang memberdayakan semua pihak pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen Berbasis Sekolah memberikanwewenang pengambilan keputusan bagi sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi progam pendidikannya dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah guna memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, di mana kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, dan tokoh masyarakat didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dibutuhkan bagi pencapaian tujuan sekolah. Pengambilan keputusan partisipatif adalah model pengambilan keputusan yang harus dilakukan dalam Manajemen Berbasis Sekolah, karena merupakan inti dan faktor penentu bagi keberhasilan program pendidikan, dan dilakukan dengan melibatkan stakeholders yang terwadahi dalam Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.Kata kunci: Manajemen, keputusan, dan partisipatif.
PENDAHULUAN
Sejalan dengan pelaksanaan
otonomi daerah dilakukan reorientasi
penyelenggaraan pendidikan melalui
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
(School Based Management) pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Adapun tujuan otonomi daerah di bidang
pendidikan `adalah: (1) meningkatkan
pelayanan pendidikan yang lebih dekat,
cepat, mudah , dan murah sesuai
kebutuhan masyarakat; (2) pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik
sepanjang hayat; (3) memberikan
keteladanan, membangun kemauan; (4)
mengembangkan kreativitas peserta
didik; (5) mengembangkan budaya
membaca, menulis, berhitung, dan
memberdayakan seluruh komponen
masyarakat; (6) pemerataan dan
keadilan; (7) meningkatkan kesejahteraan
pendidik dan tenaga kependidikan; (8)
akuntabilitas publik; (9) transparansi;
(10) memperkuat integritas; dan (11)
31
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
meningkatkan daya saing di era
globalisasi (Husaini Usman, 2008:
572).
Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) merupakan bagian dari
pelaksanaan otonomi daerah di bidang
pendidikan yang diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Hal
tersebut dilakukan sesuai dengan UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menetapkan
manajemen berbasis sekolah (School
Based Management) sebagai prinsip
utama yang harus dipegang teguh dalam
pengelolaan semua satuan pendidikan.
Faktor manajemen menjadi
penentu dalam usaha pendidikan, karena
menurut Juran bahwa 85 % masalah
mutu disebabkan oleh manajemennya.
Sehubungan dengan itu, dalam PP
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan ditetapkan standar
pengelolaan pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten
/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
Pengelolaan satuan pendidikan
menerapkan Manajemen Berbasis
Sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, keterbukaan, kemitraan,
partispasi, dan akuntabilitas dalam
perencanaan, program, penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kegiatan pembelajaran, pendayagunaan
tenaga kependidikan, penilaian kemajuan
belajar, pengelolaan sarana dan
prasarana, dan pengawasan. Manajemen
Berbasis Sekolah pada dasarnya
merupakan sistem manajemen di mana
sekolah merupakan unit pengambilan
keputusan penting tentang
penyelenggaraan pendidikan secara
mandiri, sehingga diharapkan setiap
keputusannya tepat dalam rangka
meningkatkan mutu lulusan.
Akan tetapi dapat diketahui
bahwa penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah pada beberapa lembaga
pendidikan belum memberikan hasil
yang maksimal, yang mana salah satu
faktor penyebabnya adalah kebingungan
dan keraguan pemangku kepentingan
dalam pengambilan keputusan (M. Ihsan
Dachofany dan Evi Yuzana, 2009: 6).
Oleh karena itu, dalam rangka
meningkatkan mutu perlu dilakukan
kajian tentang pengambilan keputusan
dalam Manajemen Berbasis Sekolah
pada era globalisasi.
32
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
PEMBAHASAN
Hakikat Manajemen Berbasis Sekolah
Pada hakikatnya, manajemen
pendidikan adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian sumber daya pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Manajemen Berbasis
Sekolah adalah suatu model pengelolaan
sekolah yang memberdayakan semua
pihak pemangku kepentingan dalam
proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian sumber
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
terjemahan dari School Based
Management adalah suatu pendekatan
yang bertujuan untuk merancang kembali
pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan
meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam upaya peningkatan kinerja sekolah
(Nanang Fatah dan H.Mohammad Ali,
2007: 1.5). Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan suatu model pengelolaan
sekolah yang ditandai dengan adanya
otonomi luas di tingkat sekolah, dan
partisipasi yang tinggi dari masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan
untuk memberdayakan sumber daya
sekolah, terutama sumber daya manusia
(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,
orang tua siswa, dan masyarakat
sekitarnya) melalui pemberian
kewenangan, dan fleksibilitas untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi
oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan. Karakteristik dasar
Manajemen Berbasis Sekolah adalah
pemberian otonomi yang luas kepada
sekolah, partispasi masyarakat dan
orangtua peserta didik yang tinggi,
kepemimpinan sekolah yang profesional,
dan tim kerja yang profesional (E.
Mulyasa, 2009: 36). Selanjutnya,
Manajemen Berbasis Sekolah dinyatakan
memiliki karakteristik yang sama dengan
sekolah yang efektif, yaitu: (1)
manajemen organisasi dan
kepemimpinan sekolah yang kuat dalam
arti profesi; (2) proses belajar mengajar
yang bermutu; (3) sumber daya manusia
yang berkualitas baik; dan (4)
administrasi sekolah yang didukung oleh
anggaran yang mengacu pada pencapaian
visi dan misi (Syaifui Sagala, 2006: 136).
33
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Dalam pelaksanaan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah
merupakan orang kunci yang
bertanggung jawab untuk megelola dan
memberdayakan sumber daya manusia
dan sumber daya instrumental untuk
keberhasilan pencapaian visi, misi, dan
tujuan sekolah. Sehubungan dengan itu,
ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: (1)
komitmen yang kuat dari semua
pelanggan sekolah untuk ber-MBS; (2)
kesiapan warga sekolah secara fisik dan
mental untuk ber-MBS; (3) kelembagaan
bagi pendidikan yang efektif; (4)
keterlibatan semua pihak dalam
mendidik anak; (5) keputusan sekolah
yang dibuat oleh pihak yang benar-benar
mengerti tentang pendidikan; (6)
kemandirian dalam pengambilan
keputusan pengalokasian dana; (7)
kesadaran guru untuk membantu dalam
pembuatan keputusan program
pendidikan dan kurikulum; dan (8)
ketahanan (Husaini Usman, 2008: 574).
Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah pada suatu lembaga pendidikan
ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas dalam perencanaan
program, penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kegiatan
pembelajaran yang efektif, pengelolaan
sarana dan prasarana, pendayagunaan
tenaga kependidikan, penilaian kemajuan
hasil belajar, dan pengawasan.
Berdasarkan uraian di atas dapat
diketahui bahwa Manajemen Berbasis
Sekolah adalah sistem pengelolaan
sekolah yang memberdayakan semua
pihak pemangku kepentingan dalam
proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian sumber
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Hakikat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah
penentuan sebuah pilihan dari beberapa
pilihan yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah atau mencapai
suatu tujuan. Sehubungan dengan itu
dijelaskan bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu kegiatan menentukan
pilihan diantara dua alternatif atau lebih
(Stephen P.Robbins, 2002: 89-90).
Pengambilam keputusan didefinisikan
secara universal sebagai pemilihan
alternatif (Fred Luthans, 2006: 406).
Selain itu, pengambilan keputusan
didefinisiksn sebagai rangkaian kegiatan
34
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
yang berhubungan dengan pemecahan
masalah (Kreitner dan Knicki, 1989:
487). Definisi di atas menjelaskan bahwa
pengambilan keputusan merupakan
serangkaian kegiatan yang dipilih
sebagai penyelesaian suatu masalah.
Secara rinci dikemukakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan
penentuan serangkaian kegiatan untuk
mencapai hasil yang diinginkan (T. Hani
Handoko, 2003: 130).
Ada tiga model pengambilan
keputusan, yaitu: (1) model pengambilan
keputusan rasional; (2) model
pengambilan keputusan optimasi, dan (3)
model pengambilan keputusan
pemuasan. Model pengambilan
keputusan rasional membuat pilihan yang
konsisten dan memaksimalkan proses
dan hasil. Langkah-langkah model
pengambilan keputusan rasional adalah
sebagai berikut: (1) mendefinisikan
masalah; (2) mengidentifikasi kriteria
keputusan; (3) menimbang kriteria; (4)
menghasilkan alternatif; (5)
mengevaluasi alternatif-alternatif; dan (6)
memilih alternatif terbaik (Robbins dan
Judge, 2009: 182). Herbert A. Simon
dalam Fred Luthans mengemukakan tiga
tahap utama dalam proses pengambilan
keputusan, yaitu: (1) aktivitas inteligensi
untuk penelusuran kondisi lingkungan
yang memerlukan pengambilan
keputusan; (2) aktivitas desain untuk
penemuan, pengembangan, dan analisis
masalah; dan (3) aktivitas memilih untuk
menentukan pilihan terbaik dari pilihan
yang tersedia (Fred Luthans, 2006: 406).
Ada beberapa asumsi model
pengambilan keputusan rasional, yaitu:
(1) kejelasan masalah; (2) pilihan
diketahui; (3) preferensi yang jelas; (4)
preferensi yang konstan; (5) tidak ada
kendala waktu dan biaya; dan (6) hasil
maksimal (Stephen P. Robbins, 2002:
91-92). Hal tersebut berarti bahwa model
pengambilan keputusan rasional
sebaiknya digunakan jika pengambil
keputusan memiliki informasi yang
lengkap berkenaan dengan situasi
keputusan, dapat mengidentifikasi semua
kriteria yang relevan , dapat meranking
kriteria dan alternatif berdasarkan tingkat
pentingnya, kriteria suatu keputusan
tertentu adalah konstan dan bobot yang
diberikaan padanya stabil sepanjang
waktu, tidak ada kendala waktu dan
biaya, dan dapat memilih alternatif yang
memberikan hasil yang terbaik. Jadi,
model pengambilan keputusan yang akan
digunakan tergantung pada sifat masalah,
tersedianya waktu dan biaya,
pengetahuan, dan keterampilan dari
pengambil keputusan. Sesuai dengan
35
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
hakikat Manajemen Berbasis Sekolah
sebagai sistem pengelolaan sekolah yang
ditandai dengan adanya otonomi luas di
tingkat sekolah, partisipasi masyarakat
yang tinggi dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional, sehingga
pengambilan keputusanya dituntut
melibatkan semua pihak pemangku
kepentingan.
Berdasarkan uraian di atas dapat
diketahui bahwa pengambilan keputusan
adalah suatu kegiatan menentukan
sebuah pilihan dari beberapa pilihan
yang dapat digunakam untuk
menyelesaikan masalah atau mencapai
suatu tujuan.
Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Manajemen Berbasis Sekolah
Pengambilan keputusan adalah
salah satu faktor penentu dalam
implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah
memberikan wewenang pengambilan
keputusan bagi sekolah dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
progam pendidikannya dengan
melibatkan semua pihak yang
berkepentingan dengan sekolah guna
memenuhi kebutuhan sesuai dengan
kondisi dan tuntutan lingkungan
masyarakatnya. Dalam pelaksanaan
Manajemen Berbasis Sekolah,
pengambilan keputusan dilakukan
dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan secara partisipatif untuk
bermusyawarah, sehingga keputusan
yang diambil akan diterima oleh semua
pihak (Moherman dan Wohistetter, 1994:
279). Pengambilan keputusan partisipatif
adalah suatu cara untuk mengambil
keputusan melalui penciptaan lingkungan
yang terbuka dan demokratik, di mana
kepala sekolah, guru, siswa, karyawan,
orang tua siswa, dan tokoh masyarakat
didorong untuk terlibat secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan
yang dibutuhkan bagi pencapaian tujuan
sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan
bahwa jika seseorang dilibatkan (turut
bepartisipasi) dalam pengambilan
keputusan, maka yang bersangkutan akan
merasa ikut memiliki keputusan
tersebut, sehingga yang bersangkutan
akan bertanggungjawab dan berdedikasi
sepenuhnya dalam pelaksanaan
keputusan guna mencapai tujuan sekolah.
Meskipun demikian, pelibatan warga
sekolah dalam pengambilan keputusan
harus mempertimbangkan keahlian,
yurisdiksi, dan relevansinya dengan
36
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
tujuan pengambilan keputusan sekolah.
Sehubungan dengan itu dijelaskan bahwa
pengambilan keputusan partisipatif
dilakukan kepala sekolah sebagai strategi
untuk meningkatkan efektivitas kendali
(Chapman, 1990: 254). Kepala sekolah
adalah orang kunci dalam pengambilan
keputusan yang akan memberhasilkan
implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah.
Dalam menerapkan pengambilan
keputusan partisipatif, ada tiga
pertanyaan yang harus dijawab oleh
kepala sekolah sebelumnya, yaitu: (1)
apakah cocok dan produktif jika
pengambilan keputusan melibatkan
kelompok-kelompok kepentingan? (2)
bagian yang mana dari proses
pengambilan keputusan yang perlu
melibatkan kelompok-kelompok
kepentingan? dan (3) cara yang mana
yang paling efektif untuk melibatkan
kelompok kepentingan dalam proses
pengambilan keputusan ? Melalui
implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah diharapkan hal berikut : (1)
fleksibilitas pengambilan keputusan
sekolah akan tumbuh dan berkembang
dengan subur, sehingga dapat dibuat
keputusan yang tepat dalam memenuhi
kebutuhan sekolah; (2)
akuntabilitas/pertanggunggugatan
terhadap semua pihak pemangku
kepentingan sekolah dapat meningkat;
dan (3) kinerja sekolah meningkat.
Sehubungan dengan pengambilan
keputusan partisipatif, ada empat faktor
yang perlu diperhatikan dalam
melibatkan pihak kelompok kepentingan,
yaitu: relevansi, kompetensi, yurisdiksi,
dan kompatibilitas tujuan. Secara khusus
dapat dikemukakan bahwa pengambilan
keputusan bidang akademik dapat
dilakukan melalui rapat Dewan pendidik
yang dipimpin oleh kepala sekolah,
sedangkan pengambilan keputusan
bidang non akademik dilakukan melalui
rapat komite sekolah yang dihadiri oleh
kepala sekolah. Pengambilan keputusan
dalam rapat dewan pendidik dan komite
sekolah dilaksanakan atas dasar prinsip
musyawarah dan mufakat yang
berorientasi pada peningkatan mutu
satuan pendidikan. Jadi, pada intinya
pengambilan keputusan dalam
Manajemen Berbasis Sekolah harus
dilakukan dengan melibatkan pihak-
pihak pemangku kepentingan
(stakeholders) yang terwadahi dalam
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan dalam Manajemen Berbasis
Sekolah merupakan faktor penentu bagi
37
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
keberhasilan program pendidikan, dan
dilakukan dengan melibatkan pihak-
pihak pemangku kepentingan
(stakeholders) yang terwadahi dalam
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
PENUTUP
Manajemen Berbasis Sekolah
adalah suatu model pengelolaan sekolah
yang memberdayakan semua pihak
pemangku kepentingan dalam proses
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian sumber
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
wujud dari reformasi pendidikan
bertujuan untuk mengadakan perubahan
dari kondisi yang kurang baik menuju
kondisi yang lebih baik dengan
memberikan wewenang kepada sekolah
untuk memberdayakan dirinya, sehingga
mampu secara mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas,
memanfaatkan, mengendalikan, dan
mempertanggungjawabkan setiap
kegiatannya kepada pihak yang
berkepentingan. Manajemen Berbasis
Sekolah memberikan otonomi yang luas
bagi sekolah dalam mengambil
keputusan untuk melakukan perbaikan
dan peningkatan kualitas secara
berkelanjutan.
Pengambilan keputusan di bidang
pendidikan merupakan suatu kegiatan
menentukan sebuah pilihan dari
beberapa pilihan yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah
pendidikan atau mencapai tujuan
pendidikan. Sesuai dengan hakikat
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
sistem pengelolaan sekolah yang ditandai
dengan adanya otonomi luas di tingkat
sekolah, partisipasi masyarakat yang
tinggi dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional, maka pengambilan
keputusanya dituntut melibatkan semua
pihak pemangku kepentingan.
Pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah dilakukan dengan melibatkan
semua pemangku kepentingan secara
partisipatif untuk bermusyawarah,
sehingga keputusan yang diambil akan
diterima oleh semua pihak.
Jadi, pengambilan keputusan
partisipatif harus dilakukan dalam
Manajemen Berbasis Sekolah, karena
merupakan inti dan faktor penentu bagi
keberhasilan program pendidikan, dan
38
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
dilakukan dengan melibatkan pihak-
pihak pemangku kepentingan
(stakeholders) yang terwadahi dalam
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Judith. (1990). School Decision Making and Management. London: The Farrmer Press.
Husaini Usman. (2008). Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kreitner, Robert dan Angelo Knicki.(1989). Organizational Behavior. Boston: Richard D. Irwin, Inc.
Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: ANDI.
Moherman, Susan Albers dan Wohistetter. (1994). School Based Management Organizing for High Performance. San Fransisco: Jossey-Bass.
Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
M. Ihsan Dachofany dan Evi Yuzana. (2009). Manajemen Berbasis
Sekolah.Makalah, (Online), (http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/05/15/manajemen-berbasis-sekolah-mbs/, diakses 12 September 2011).
Nanang Fattah dan H. Mohammad Ali. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas Terbuka.
Robbins, Stephen P. (2002). Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Robbins , Stephen P dan Timothy A. Judge. (2009). Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education.
Sagala. Syaiful. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat.Strategi Memenangkan Persaingan Mutu.Jakarta: Nimas Multima.
T. Hani Handoko. (2003). Manajemen.Yogyakarta: BPFE.
39
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN SENI DAN BUDAYA BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Lamhot Basani Sihombing
Abstrak
Dalam penggunaan multimedia pembelajaran, guru dapat memberi berbagai informasi mengenai materi pelajaran, didalam pembelajaran seni budaya hal ini sangat membantu dalam penyampaian contoh berbagai bentuk kesenian seperti lagu dan karya seni lainnya. Dan tak dapat dipungkiri bahwa hampir semua siswa akan selalu suka dengan musik, dan ini menjadi sebuah keuntungan dalam proses belajar dan mengajar, karena didalam multimedia guru dapat menggunakan lagu sebagai contoh dalam pelajaran. Seperti hasil penelitian Mayanti dalam skripsi (2009;52) mengatakan, ”penggunaan media lagu terbukti memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran.” Karena multimedia dapat menghadirkan berbagai macam contoh yang dapat memberi motivasi belajar siswa, seperti belajar sekaligus mendengarkan lagu yang mereka sukai maupun yang mungkin juga tidak mereka sukai. Namun menggunakan lagu dalam multimedia pembelajaran dapat memberi motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik.Kata Kunci : multimedia
PENDAHULUAN
Pembelajaran pada dasarnya
merupakan upaya untuk mengarahkan
anak didik ke dalam proses belajar
sehingga mereka dapat memperoleh
tujuan belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pembelajaran hendaknya
memperhatikan kondisi individu anak
karena merekalah yang akan belajar.
Anak didik merupakan individu yang
berbeda satu sama lain serta memiliki
keunikan masing-masing yang tidak
sama dengan orang lain. Oleh karena itu,
pembelajaran hendaknya memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual anak
tersebut. Sehingga pembelajaran benar-
benar dapat mengubah kondisi anak dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang
tidak paham menjadi paham, serta dari
yang berperilaku kurang baik menjadi
baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama
ini kurang mendapat perhatian di
kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari
perhatian sebagian guru/pendidik yang
cenderung memperhatikan kelas secara
keseluruhan, tidak perorangan atau
kelompok anak sehingga perbedaan
individual kurang mendapat perhatian.
Gejala lain terlihat pada kenyataan
banyaknya guru yang menggunakan
metode pengajaran yang cenderung sama
40
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
setiap kali pertemuan di kelas
berlangsung.
Pembelajaran yang kurang
memperhatikan perbedaan individual
anak dan didasarkan pada keinginan guru
akan sulit untuk dapat mengantarkan
anak didik ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti inilah
yang pada umumnya terjadi pada
pembelajaran konvensional. Konsekuensi
dari pendekatan pembelajaran seperti ini
adalah terjadinya kesenjangan yang nyata
antara anak yang cerdas dan anak yang
kurang cerdas dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Kondisi seperti ini
mengakibatkan tidak diperolehnya
ketuntasan dalam belajar sehingga sistem
belajar tuntas terabaikan. Hal ini
membuktikan terjadinya kegagalan
dalam proses pembelajaran di sekolah.
Mengenal dan mengapresiasi
kultur budaya bangsa melalui produk
budayanya merupakan metode yang
efektif untuk mempertahankan
karakteristik dan jati diri bangsa serta
merupakan bentuk pemeliharaan filosofi
kehidupan bangsa. Selain itu,
pemeliharaan seni budaya bangsa
bermanfaat sebagai penelusuran sejarah
melalui fakta empiris yang membentuk
bangsa ini dapat bertahan hidup dan
mengembangkan kehidupan.
Pengembangan kurikulum seni budaya
bangsa hendaknya diawali dengan
penjelasan filosofi budaya dan diikuti
dengan pembelajaran apresiatif terhadap
produk seni budaya daerah. Satuan
pembelajaran yang tidak menjelaskan
filosofi akhirnya hanya menjadi materi
pelajaran hafalan yang sangat rentan
dengan kealpaan. Pembelajaran filosofi
budaya ini diperlukan karena seni budaya
daerah sering kali dikemas dalam
simbol-simbol, tetapi tidak menunjukkan
bentuk asli dari seni dan budaya tersebut
sehingga apresiasi siswa terhadap seni
budaya bangsa kurang dipahami oleh
siswa.
Pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan sosial-budaya merupakan
faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran siswa dan kesempatan
belajar siswa semakin terbuka dari
berbagai sumber dan media seperti surat
kabar, radio, televisi, film, dan
sebagainya. Pemanfaatan teknologi yang
terus berkembang dalam proses belajar-
mengajar akan memungkinkan guru
untuk menyajikan materi ajar yang
menarik dan disukai oleh semua siswa
sehingga sistem belajar tuntas dan siswa
dapat mengerti dan memahami materi
ajar yang diberikan oleh guru dengan
41
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
harapan hasil belajar yang baik dapat
tercapai. Guru hendaknya mampu
membantu setiap anak secara efektif dan
dapat mempergunakan berbagai
kesempatan belajar dan berbagai sumber
dan media pembelajaran.
Proses pembelajaran pada
dasarnya berjalan dengan baik sesuai
dengan rencana pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Namun dalam
proses pembelajaran yang terjadi masih
banyak siswa yang kurang memahami
dan mengetahui tentang materi yang
diajarkan, bukan karena proses belajar
yang kurang baik namun keterbatasan
media pembelajaran menjadi salah satu
faktornya. Guru tidak dapat
menghadirkan contoh langsung dari
suatu materi menyebabkan hasil belajar
siswa menjadi kurang memuaskan.
Ketidakmampuan sekolah
memberikan fasilitas media pembelajaran
seni dan budaya seperti alat musik
tradisional menjadikan proses belajar dan
mengajar menjadi membosankan dan
monoton. Pemahaman siswa akan materi
belajar seni dan budaya yang diberikan
guru tidak memuaskan sehingga
ketuntasan belajar yang harus dicapai
pada akhirnya tidak tercapai.
PEMBAHASAN
Pengertian Metode Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan
perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu, proses yang diarahkan
pada suatu tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang
dipelajari.
Untuk mempermudah proses
belajar dibutuhkan metode yang tepat
sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kokom
(2010:3), “metode adalah cara atau jalan
yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.” Sehubungan dengan
upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode
memiliki arti sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Pengetahuan tentang
metode-metode mengajar sangat di
perlukan oleh para pendidik sebab
berhasil atau tidaknya siswa belajar
sangat bergantung pada tepat atau
42
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
tidaknya metode mengajar yang
digunakan oleh guru sehingga terjadi
sebuah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru haruslah ditata
secara sistematis sehingga terjadi
interaksi yang efektif dikelas sejalan
dengan pendapat Kokom (2010 : 3)
Instruction atau pembelajaran adalah
suatu sistem atau proses membelajarkan
siswa yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara
sistematis agar siswa dapat mencapai
tujuan-tujan pembelajaran secara efektif
dan efisien. Proses belajar berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang
dan disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal sehingga setiap siswa
mendapat penyesuaian yang baik dalam
situasi belajar sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya dan mendapat
perkembangan yang optimal. Hal ini
sejalan dengan pendapat Cronbach
(Sardiman, 2005:20) yang memberikan
definisi tentang belajar “Learning is
shown by a change in behavior as a
result of experience”. “Belajar adalah
memperlihatkan perubahan dalam
perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
Sedangkan dalam UU No.
20/2003, Bab I Pasal Ayat 20
menyatakan Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Undang-undang
dalam hal ini menekankan dalam proses
belajar yang baik haruslah terjadi
interaksi yang baik pula antara pendidik
(guru) dengan siswa sehingga
menciptakan suasana belajar dua arah
yang interaktif, dan benar-benar memberi
pengalaman belajar yang baik bagi siswa
yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Selain meningkatkan ilmu
pengetahuan siswa, pola belajar yang
interaktif juga memupuk mentalitas
siswa dalam mengungkapkan
pengetahuan dan pendapatnya tentang
suatu wacana yang sedang dibahas dalam
proses belajar dan mengajar dikelas.
43
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
Seperti pendapat Harold (Sardiman,
2005:20) memberikan batasan,
“Learning is to observe, to read, to
initiate, to try something themselves, to
listen, to follow direction”. Belajar
adalah mengamati, membaca, berinisiasi,
mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,
mengikuti petunjuk/arahan.
Dalam pemilihan metode
pembelajaran ada beberapa hal yang
harus diperhatikan sejalan dengan
pendapat Hamalik (2008:57),
“pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan
pembelajaran”. Manusia terlibat dalam
sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru
dan tenaga lainnya. Material meliputi
buku-buku, papan tulis, dan kapur.
Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari
ruang kelas, perlengkapan audio visual,
komputer. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktek,
belajar ujian. Pengajaran mempunyai arti
cara mengajar atau mengajarkan, dengan
demikian pengajaran diartikan sama
dengan perbuatan belajar (oleh siswa)
dan mengajar (oleh guru). Kegiatan
belajar mengajar adalah satu kesatuan
dari dua kegiatan yang searah dalam
proses pelaksanaannya dimana guru
sebagai pengajar memberi pelajaran
kepada siswa sebagai orang yang belajar
dan sebaliknya bila ada hal-hal baru yang
siswa dapat dalam proses belajarnya
yang belum diketahui oleh guru. Dalam
hal ini Geoch (Sardiman 2005:20)
mengatakan, “Learning is a change in
performance as a result of practice.”
Belajar adalah perubahan dalam
penampilan sebagai hasil praktek.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode pembelajaran adalah usaha sadar
dari guru untuk membuat siswa belajar,
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa yang belajar, bahwa
perubahan dengan pemerolehan
kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama dan karena
adanya usaha. Metode pembelajaran
dapat juga diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
44
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
Pengertian Seni dan Budaya
Kata "seni" adalah sebuah kata
yang semua orang di pastikan
mengenalnya, walaupun dengan kadar
pemahaman yang berbeda. Kata seni
berarti keterampilan yang diperoleh
melalui pengalaman, pengamatan atau
proses belajar. Setiap orang dapat saja
berbicara seni menurut sudut pandangnya
masing tanpa dapat dipersalahkan
ataupun diganti dengan sudut pandang
lain, tetapi sepertinya sudah ada
kesepakatan tanpa rundingan dimana
kata seni sering sekali dikaitkan dengan
kata indah sehingga seperti sudah
menjadi kebiasaan bahwa seni itu indah.
Memahami kesenian itu berarti
menemukan sesuatu gagasan yang
berlaku untuk menentukan unsur nilai
dalam budaya manusia.
Manusia dalam perkembangan
seni selalu menghubungkan
kehidupannya degnan seni, kesenian
inimemberi rasa keindahan yang dapat
dinikmati oleh manusia itu sendiri.
Menurut Read (Dharsono, 2007;7)
menyatakan, ”seni merupakan usaha
manusia untuk menciptakan bentuk-
bentuk yang menyenangkan.” Bentuk
yang menyenangkan dalam arti bentuk
yang dapat membingkai perasaan
keindahan dan perasaan keindahan itu
dapat terpuaskan apabila dapat
menangkap harmoni atau suatu kesatuan
dari bentuk yang disajikan. Seni identik
dengan penggunaan keterampilan dan
imajinasi secara kreatif dalam
menghasilkan benda-benda estetis.
Segala bentuk karya seni merupakan
hasil dari kreatifitas yang dituangkan
dalam sebuah benda yang terlihat indah.
Suatu kesatuan secara struktural dari
elemen-elemen estetis, kualitas-kualitas
teknis dan ekpresi simbolis, yang
mempunyai arti tersendiri dan tidak
membutuhkan lagi pengesahan oleh
unsur-unsur luar untuk pernyataan
dirinya. Dalam hal ini seni itu adalah
dirinya sendiri tanpa harus
memperdulikan apakah orang lain
menganggap itu indah atau tidak karena
pada dasarnya setiap benda bisa jadi
indah dan bisa juga tidak, dan seni itu
sendiri tidak harus indah.
Seni seringkali dijadikan sebagai
simbol dari berbagai hal, misalnya
simbol keagamaan, keselarasan budaya
dan bahkan untuk dunia pendidikan seni
dapat dijadikan simbol. Seperti pendapat
Langer (Dharsono, 2007;7) yang
menyatakan, ”seni merupakan simbol
45
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
dari perasaan.” Seni merupakan kreasi
bentuk simbolis perasaan manusia yang
tertuang dalam sebuah benda ataupun
kata-kata yang miliki nilai keindahan.
Bentuk-bentuk simbolis yang mengalami
transformasi yang merupakan
universalisasi dari pengalaman, dan
bukan merupakan terjemahan dari
pengalaman-pengalaman tertentu dalam
karya seninya melainkan formasi
pengalaman emosionalnya yang bukan
dari pikirannya semata.
Kehidupan berkesenian dalam
kehidupan masyarakat membawa
masyarakat pada kedalam pencipta
sebuah budaya masyarakat yang menjaga
nilai etik dan budi pekerti masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Setiady
(2010:27), ”budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia.” Budaya
merupakan sebuah aturan kehidupan
tradisional yang telah diwariskan secara
turun-temurun oleh nenek moyang
manusia. Setiap suku bangsa memiliki
budayanya sendiri. Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-
orang yang berbeda budaya dan
menyesuiakan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari. Budaya membentuk suatu pola
hidup menyeluruh bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif,
unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar
dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Budaya yang ada dalam
masyarakat merupakan warisan nenek
moyang yang di wariskan sacara turun-
temurun, budaya ini dijadikan sebagai
aturan bermasyarat. Budaya sebagai
pengatur tata kehidupan masyarakat
mengambil peran penting dalam
sosialisasi kehidupan dan untuk
menciptakan sebuah budaya, nenek
moyang melihat kondisi kehidupan
masyarakat melalui perasaannya sesuai
dengan pendapat Herimanto (2010;29)
46
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
yang menyatakan bahwa ”budaya adalah
hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.”
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat, bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri..
Memandang kebudayaan sebagai sesuatu
yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain. Kebudayaan
merupakan identitas dari persekutuan
hidup manusia, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri
khas suatu masyarakat.
Sementara pendapat Taylor
(Rusmin Tumanggor, 2010:19),
menyatakan bahwa ”kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.” Kehidupan manusia yang
sedang dijalani saat ini merupakan hasil
dari sebuah kebudayaan yang terus
berkembang sejalan dengan
meningkatnya kecerdasan manusia, ini
menunjukkan bahwa sebuah budaya akan
selalu ada dalam sisi hidup manusia.
Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan
itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Pengertian Multimedia
Multimedia diambil dari kata
multi dan media. Multi berarti banyak
dan media berarti media atau perantara.
Multimedia adalah gabungan dari
beberapa unsur yaitu teks, grafik, suara,
video dan animasi yang menghasilkan
presentasi yang menakjubkan.
Multimedia juga mempunyai komunikasi
47
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
interaktif yang tinggi. Bagi pengguna
komputer multimedia dapat diartikan
sebagai informasi komputer yang dapat
disajikan melalui audio atau video, teks,
grafik dan animasi.
Secara umum multimedia
mengandung bebragai elemen yang
menggabungkan berbagai sumber
teknologi yang dijadikan satu, seperti
pendapat Rosch (1996) menyatakan,
“Multimedia adalah kombinasi dari
komputer dan video atau Multimedia
secara umum merupakan kombinasi tiga
elemen, yaitu suara, gambar dan teks.”
Multimedia adalah kombinasi dari paling
sedikit dua media input atau output dari
data, media dapat audio (suara, musik),
animasi, video, teks, grafik dan gambar,
multimedia merupakan alat yang dapat
menciptakan presentasi yang dinamis dan
interaktif yang mengkombinasikan teks,
grafik, animasi, audio dan gambar video.
Multimedia sebagai sebuah alat
pembelajar merupakan bagian dari
sebuah kemajuan teknologi yang
menggabungkan berbagai macam
teknologi, seperti gambar, video, suara,
dan berbagai macam hal lainnya sesuai
dengan pendapat Arsyad (2010: 171)
yang menyatakan, “multimedia adalah
berbagai macam kombinasi grafik, teks,
suara, video dan animasi yang
merupakan satu kesatuan secara
bersama-sama menampilkan informasi,
pesan atau isi pelajaran.” pemanfaatan
komputer untuk membuat dan
menggabungkan teks, grafik, audio,
gambar bergerak (video dan animasi)
dengan menggabungkan link yang
memungkinkan pemakai melakukan
navigasi, berinteraksi, berkreasi dan
berkomunikasi. Dalam definisi ini
terkandung empat komponen penting
multimedia. Pertama, harus ada
komputer yang mengkoordinasikan apa
yang dilihat dan didengar. Kedua, harus
ada link yang menghubungkan pemakai
dengan informasi. Ketiga, harus ada alat
navigasi yang membantu pemakai
menjelajah jaringan informasi yang
saling terhubung. Keempat, multimedia
menyediakan tempat kepada pemakai
untuk mengumpulkan, memproses, dan
mengkomunikasikan informasi dengan
ide. Jika salah satu komponen tidak ada,
bukan multimedia dalam arti luas
namanya. Misalnya, jika tidak ada
komputer untuk berinteraksi, maka itu
namanya media campuran, bukan
multimedia. Kalau tidak ada alat navigasi
yang memungkinkan untuk memilih
jalannya suatu tindakan maka itu
namanya film, bukan multimedia.
Demikian juga kita tidak mempunyai
48
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
ruang untuk berkreasi dan
menyumbangkan ide sendiri, maka nama
televisi, bukan multimedia.
Jenis-jenis Multimedia Pembelajaran
Berdasarkan kegunaannya
multimedia pembelajaran ada 2 macam,
yaitu:
a) Multimedia presentasi Pembelajaran
Multimedia presentasi pembelajaran
adalah alat bantu guru dalam proses
pembelajaran dikelas dan tidak
menggantikan guru secara
keseluruhan. Contohnya: Microsoft
Power Point.
b) Multimedia pembelajaran mandiri,
adalah sofware pembelajaran yang
dapat dimanfaatkan oleh siswa secara
mandiri tanpa bantuan guru.
Multimedia pembelajaran mandiri
harus dapat memadukan explicit
knowledge dan tacit knowledge ,
mengandung fitur assemen untuk
latihan,ujian dan simulasi termasuk
tahapan pemecahan masalah.
Contohnya: Macromedia Authorware
atau Adobe Flash.
Manfaat Multimedia Pembelajaran
Secara umum manfaat yang dapat
diperoleh adalah proses pembelajaran
lebih menarik, lebih interaktif, jumlah
waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas
belajar siswa dapat ditingkatkan dan
prises belajar mengajar dapat dilakukan
di mana dan kapan saja, serta sikap
belajar siswa dapat ditingkatkan.
Manfaat di atas akan diperoleh
mengingat terdapat keunggulan dari
sebuah multimedia pembelajaran, seperti
yang disampaikan Sadiman (2009:17)
sebagai berikut :
1) Memperbesar benda yang sangat
kecil dan tidak tampak oleh mata,
seperti kuman, bakteri, elektron.
2) Memperkecil benda yang sangat
besar yang tidak mungkin dihadirkan
ke sekolah, seperti gajah, rumah
Tradisional, gunung.
3) Menyajikan benda atau peristiwa
yang kompleks, rumit dan
berlangsung cepat atau lambat,
seperti sistem tubuh manusia,
bekerjanya suatu mesin, beredarnya
planet Mars, berkembangnya bunga,
dan pesta adat.
49
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
4) Menyajikan benda atau peristiwa
yang jauh, seperti bulan, bintang,
salju.
5) Menyajikan benda atau peristiwa
yang berbahaya, seperti letusan
gunung berapi, harimau, racun.
6) Meningkatkan daya tarik dan
perhatian siswa.
Dalam proses pembelajaran,
keberadaan multimedia sangat membantu
guru dalam penyampaian materi ajar
kepada siswa karena dalam materi ajar
banyak contoh pelajaran yang tak dapat
dihadirkan langsung oleh guru, dan
membantu siswa dalam memahami dan
mengetahui tentang materi yang
diajarkan oleh guru dengan adanya
multimedia pembelajaran diharapkan
ketuntasan belajar dan pemahaman siswa
terus berkembang dan bertambah.
Karakteristik Media dalam Multimedia Pembelajaran
Sebagai salah satu komponen
sistem pembelajaran, pemilihan dan
penggunaan multimedia pembelajaran
harusmemperhatikan karakteristik
komponen lain, seperti: tujuan, materi,
strategi dan juga evaluasi pembelajaran.
Karakteristik multimedia pembelajaran
adalah:
a) Memiliki lebih dari satu media yang
konvergen, misalnya
menggabungkan unsur audio dan
visual.
b) Bersifat interaktif, dalam pengertian
memiliki kemampuan untuk
mengakomodasi respon pengguna.
c) Bersifat mandiri, dalam pengertian
memberi kemudahan dan
kelengkapan isi sedemikian rupa
sehingga penggunabisa menggunakan
tanpa bimbingan orang lain.
Selain memenuhi ketiga
karakteristik tersebut, multimedia
pembelajaran sebaiknya memenuhi
fungsi sebagai berikut:
a) Mampu memperkuat respon
pengguna secepatnya dan sesering
mungkin.
b) Memperhatikan bahwa siswa
mengikuti suatu urutan yang koheren
dan terkendalikan.
c) Mampu memberikan kesempatan
adanya partisipasi dari pengguna
dalam bentuk respon, baik berupa
jawaban, pemilihan, keputusan,
percobaan dan lain-lain.
Pengertian Hasil Belajar
50
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
Hasil belajar adalah perubahan
yang dimilki oleh seseoarang setelah
mengalami proses belajar, baik berupa
perubahan pada ilmu pengetahuan, cara
berpikir, sikap maupun moral. Melalui
proses belajar yang dialami, seseorang
akan mengalami perubahan-perubahan
dalam kehidupan sehari-harinya baik
dilingkungan masyarakat maupun
keluarga.
Setiap orang memiliki kemapuan
dari berabgai pengalaman hidup, hal ini
juga berlaku dalam belajar karena belajar
merupakan proses dalam mencari sebuah
pengalaman. Seperti pendapat Sudjana
(1990:22) yang menyatakan, “hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.” Pengalaman
belajar yang diterima akan memberi
dampak pada perubahan yang terjadi
terhadap seseorang. Perubahan yang
terjadi haruslah yang bersifat terus-
menerus dan akan dilaksanakan
sepanjang kehidupan seorang yang telah
belajar bukan perubahan sifatnya
sementara yaitu perubahan yang hanya
terjadi ketika proses belajar itu terjadi.
Oleh karena itu seorang guru harus
membuat sebuah metode pembelajaran
yang dapat memberi hasil belajar yang
baik bagi siswa, sehingga siswa dapat
memahami pelajaran dengan efektif dan
efisien. Hintzman (Muhibbin Syah 2008:
90-91) dalam bukunya The Psychology
of Learning and Memory berpendapat,
“Learning is change in organism due to
experience which can affect the
organism’s behavior.” Artinya, belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organism (manusia dan
hewan) disebabkan oleh pengalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organism tersebut. Jadi, dalam
pandangan Hitzman, perubahan yang
ditimbulkan oleh pengalaman tersebut
baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.
Setiap siswa yang belajar pada
akhirnya akan memperoleh hasil belajar
yang baik dan hal itu akan meningkatkan
penguasaan siswa terhadap pelajaran
tersebut, hal ini sesuai dengan pandangan
Sahertian (2004:1) yang mengatakan,
‘setiap hasil belajar merupakan
gambaran tingkat penguasaan siswa
terhadap sasaran belajar pada topik
bahasan yang dieksperimenkan, yang
diukur dengan berdasarkan jumlah skor
jawaban benar pada soal yang disusun
sesuai dengan sasaran belajar.” Untuk
mengetahui hasil belajar yang terjadi
pada siswa pada setiap proses belajar
yang terjadi akan dilaksanakan tes,
51
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
sehingga diketahui perubahan yang
terjadi setelah proses belajar
dilaksanakan disinilah dapat diketahui
hasil belajar siswa tersebut. Melalui
pelaksanaan tindakan kelas, peneliti dan
guru akan melihat dan mengevaluasi
setiap perubahan yang terjadi terhadapa
siswa setelah menerima pembelajaran
dari guru, dengan demikian dapat
diketahui metode pembeljaran yang tepat
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Wittig (Muhibbin Syah 2008: 90-91)
dalam bukunya, Psychology of Learning
mendefinisikan belajar sebagai “any
relatively permanent change in an
organisme’s behavioral repertoire that
occurs as a result of experience.” Belajar
ialah perubahan yang relatif menetap
terjadi dalam segala macam/keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai
hasil pengalaman.
Dalam peningkatan mutu
pendidikan nasional, pemerintah selalu
memantau kualitas pendidikan dari
kurikulum yang selalu dikeluarkan oleh
pemerintah, dalam hal ini menurut
Sudjana, (1990:22) dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional
menggunakan klasifikasi hasil belajar
dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya dalam tiga ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotoris.
Ranah Kognitif
Ranah kognitif yang berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi. Untuk mengetahui perkembangan
kognitif siswa maka akan diadakan tes,
dari hasil tes ini akan dilihat apakah
kognitif siswa mengalami
perkembangan. Jika dalam tes ini siswa
dapat menjawab setidaknya 75% dari
pertanyaan yang ada maka dapat
diketahui bahwa siswa dapat memahami
materi pembelajaran yang telah
disampaikan oleh guru.
Ranah Afektif
52
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
Ranah afektif berkenaan dengan
sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Dalam hal ini peneliti dan guru secara
terus menerus melihat perkembangan
lingkungan belajar siswa di kelas melalui
sikap belajar siswa saat melaksanakan
proses belajar dan mengajar. Tugas
utama guru dalam meningkatkan ranah
afektif siswa adalah meciptakan suasana
kelas yang aktif dimana seluruh siswa
dapat mengikuti pelajaran secara aktif,
guru harus membangun mental siswa
yang mampu berbicara dan
mengemukakan pendapat tentang materi
pembelajaran.
Dalam proses belajar dan
mengajar guru harus dapat meningkatkan
rasa percaya diri siswa tentang
kemampuannya untuk memberi
pertanyaan dan menjawab pertanyaan
seputar materi pelajaran yang sedang
diajarkan, selain itu guru juga harus
mengajarkan tentang sikap saling
menghargai antara sesama siswa maupun
antara siswa dan guru sehingga suasana
belajar yang terbangun menjadi nyaman
dan kondusif. Dengan demikian proses
belajar dan mengajar dikelas menjadi
aktif dan menyenangkan.
Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek
ranah psikomotoris, yakni :
1) Gerakan refleks (ketrampilan pada
gerakan yang tidak sadar).
2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan
dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di
dalamnya mebedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan
lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik,
misalnya kekuatn, keharmonisan,
dan ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari
ketrampilan sederhana sampai pada
ketrampilan kompleks
6) Kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresifdan interpretatif.
Dalam pelaksanaan proses belajar
dan mengajar guru tak hanya bekerja
untuk memberi pelajaran dan ilmu,
namun guru juga berperan dalam
mengarahkan bakat yang dimiliki siswa.
53
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
Setiap siswa tentunya memiliki bakat
yang sudah ada sejak dia lahir, hal ini
yang harus diperhatikan oleh guru
sehingga guru dapat mengarahkan siswa
dalam mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini juga
dapat menolong guru menentukan
metode pembelajaran yang tepat
sehingga siswa dapat memahami
pembelajaran dengan cepat.
KESIMPULAN
Dari uraian yang terdapat pada
kerangka teoritis dapat diketahui
pengertian metode pembelajaran adalah
usaha sadar dari guru untuk membuat
siswa belajar. Dengan menggunakan
berbagai metode pembelajaran dan media
yang pembelajaran yang terus
berkembang guru memberikan
pengalaman belajar yang menarik bagi
siswa. Guru secara sadar memberi
instruksi kepada siswa untuk
meningkatkan pengetahuannya baik
secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sehingga terjadi perubahan sikap dalam
menerima pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Melalui berbagai metode yang
dapat membantu, guru memberi
pelajaran kepada siswa demi
peningkatan hasil belajar siswa kearah
yang lebih baik.
Multimedia pembelajaran adalah
pangggabungan dari media audio dan
visual yang dapat menampung aspirasi
dan inspirasi seseorang dalam proses
belajar sehingga menimbulkan efek pada
pemahaman yang lebih baik pada suatu
pelajaran. Multimedia pembelajaran yang
dipakai guru dalam proses belajar akan
membantu guru dan mempermudah guru
untuk menjelaskan tentang materi ajar
kepada siswa. Dengan adanya
multimedia setiap siswa dapat
memahami tentang sebuah karya seni
dan budaya masyarakat yang tak
mungkin dapat dihadirkan dalam proses
belajar mengajar, multimedia juga
membantu guru dalam memberi
pemahaman dan pengalaman belajar
kepada siswa tentang pelajaran seni dan
budaya yang sebenarnya ada disekitar
kehidupan namun tak munghkin
dihadirkan dalam kelas belajar.
Metode pembelajaran juga
menjadi hal yang harus diperhatikan,
dengan menggunakan multimedia juga
harus menggunakan metode
pembelajaran yang tepat, agar hasil
belajar yang ingin dicapai berhasil. Guru
dapat menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang telah ada, sehingga
54
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
proses belajar dapat dikondisikan oleh
guru secara sistematis. Proses belajar
juga menjadi lancer apabila guru
menggunakan metode-metode
pembelajaran, sehingga guru dapat
mengarahkan pelajaran kepada hal-hal
yang lebih baik. Guru juga harus
memperhatikan faktor psikologi siswa
sehingga dapat melihat metode yang
tepat untuk memberi pelajaran kepada
siswa.
Hasil belajar adalah perubahan
yang terjadi terhadap siswa sebagai
akibat dari poses belajar seperti
terjadinya perubahan sikap, moral,
pengetahuan, wawasan yang dapat dilihat
dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
Meningkatkan hasil belajar siswa tentu
memerlukan berbagai macam usaha,
seperti kemampuan guru mengolah kelas
dan pelajaran, selain itu metode
pembelajaran yagn tepat juga membawa
perubahan yang baik terhadap hasil
belajar siswa. Media belajar juga menjadi
hal yang sangat mendukung dalam
proses penyampaian pelajaran kepada
siswa sehingga siswa semakin mudah
memahami pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Dengan demikian maka
harapan untuk meningkatkan hasil
belajar akan mingkin dapat dicapai dan
berhasil, dan siswa sebagai pembelajar
memiliki kemampuan untuk memahami
pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu; Supryono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo. 2010
Bahruddin, H; N. Wahyuni, Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Ar-Ruzz Media Group
Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon.
Handayani, Pri. 2009. Keberadaan Musik Elektronik di Robertmoog Computer Musik Studio Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Hopkins, David. 1993. A teacher guide to classroom research. Philadelpia: open University Press
HR, Widada. 2010. Multimedia Interaktif Untuk Guru dan Profesional. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and learning. What it is and Why it’s here to Stay. California: Corwin Press.
Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.
Lewin, Kurt. 1990. Action Research And Minority Problems. Victoria :
55
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Program Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
Deakin University.Pusat Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Pusat Pembinaan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Rajagukguk, Mayanti. 2009. Pengaruh Penggunaan Media Lagu Terhadap Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Talawi. Medan: Universitas NegeriMedan
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada.
Sanjaya, Wina. 2011 Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada.
S. Kartika, Dharsono.2007. Kritik Seni. Bandung : Rekayasa Sains
Sianturi, Erwin. 2010. Penerapan Multimedia Untuk Meningkatkan Apresiasi Musik Anak di Taman Kanak-Kanak Joy Kids Binjai. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Siahaan, Edwin J. 2010. Penggunaan Instrumen Gitar Dalam Proses Pembelajaran Seni Budaya di SMK Yayasan Perguruan Indonesia Membangun TARUNA BELAWAN T.A 2010/2011. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Situmeang, Juita R. 2008. Hubungan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMK Sw. Nur Azizi Tanjung Morawa. Medan: Fakultas Ekonomi UNIMED
Sadiman, Arif S; Rahardjo, R; Anung dan Rahadjitno. 2009. Media Pendidikan.Jakarta : Rajawali Pers
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tumanggor, Rusmin ;dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana Prenada.
56
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
STRATEGI PENGEMBANGAN MODAL INTELEKTUALDALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEPEMIMPINAN
Sukarman Purba
Abstrak
Untuk meningkatkan produktivitas suatu organisasi, tidak terlepas dari kualitas Sumber Daya manusia yang dimiliki. Untuk mendapatkan SDM yang profesioanal memiliki ilmu pengetahuan diperlukan pengembangan modal intelektual SDM tersebut. Pengembangan modal intelektual tersebut sangat diperlukan agar dalam memimpin suatu organisasi dia mampu menghasilkan produk/jasa yang dapat memenuhi tuntutan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan. Peningkatan modal intelektual merupakan kapabilitas organisasi untuk menciptakan, melakukan transfer, dan mengimplementasikan pengetahuan. Modal intelektual merupakan produk dari interaksi antara kompetensi dengan komitmen. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan lanjut. Upaya untuk meningkatkan komitmen dengan cara pengukuhan komitmen atas fungsinya agar dapat dengan penuh semangat melaksanakan pekerjaannya dengan penuh tanggungjawab sehingga ia menyadari bahwa organisasi tempatnya bekerja merupakan tempat mencari nafkah dan sekaligus wahana menentukan masa depan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Selain itu, dengan cara menyediakan fasilitas yang memadai bagi pemimpin untuk tetap mengutamakan pekerjaannya. Fasilitas dapat bersifat material seperti tunjangan tambahan, insentif dan yang bersifat immaterial berupa penghargaan, pujian terhadap prestasi yang dicapai, dan membina hubungan komunikasi yang interpersonal secara terbuka serta mendapatkan informasi-informasi yang dianggap penting dan disampaikan tepat waktu. Hasil akhirnya meningkatkan kualitas kepemimpinan seseorang untuk dapat menghasilkan suatu produk yang inovatif dan tercapainya kesejahteraan. Kata Kunci : Modal Intelektuan, Kompetensi, Komitmen, Kepemimpinan
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang paling
penting dalam membangun suatu
oragnisasi adalah faktor Sumber Daya
Manusia (SDM). Para pengelola
organisasi harus menyadari bahwa SDM
(individu) atau orang memiliki keunikan,
kelebihan dan kekurangan. Sayang
faktor ini sering dikesampingkan karena
pegiat organisasi masih terbelenggu oleh
rezim manajemen dan akuntansi yang
telah mengabaikan, menghindar, atau
menunjukkan sikap remeh terhadap nilai
dalam diri manusia. Sistem-sistem
akuntansi yang sudah beroperasi lebih
dari 500 tahun lebih ’memberi muka’
kepada investasi pada aset-aset berwujud
atau fisik, seperti pabrik dan
peralatannya. Jika manusia
diperhitungkan, maka ia hanya dinilai
tenaganya. Stoltz (1997) membedakan
57
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
tiga tipe manusia, quitter, camper dan
climber. Tipe quitter, adalah orang yang
bila berhadapan dengan masalah memilih
untuk melarikan diri dari masalah dan
tidak mau menghadapi tantangan guna
menaklukkan masalah. Orang seperti ini
akan sangat tidak efektif dalam
menghadapi tugas kehidupan yang berisi
tantangan. Demikian pula dia tidak
efektif sebagai pekerja sebuah organisasi
bila dia tidak kuat. Tipe camper adalah
tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh
hati. Bila dia menghadapi sesuatu
tantangan dia berusaha untuk
mengatasinya, tapi dia tidak berusaha
mengatasi persoalan dengan segala
kemapuan yang dimilikinya. Dia bukan
tipe orang yang akan mengerahkan
segala potensi yang dimilikinya untuk
menjawab tantangan yang dihadapinya.
Bila tantangan persoalan cukup berat dan
dia sudah berusaha mengatasinya tapi
tidak berhasil, maka dia akan melupakan
keinginannya dan beralih ke tempat lain
yang tidak memiliki tantangan seberat
itu. Sedangkan Tipe climber adalah
orang yang memiliki stamina yang luar
biasa di dalam menyelesaikan masalah .
Dia tipe orang yang pantang menyerah
sesulit apapun situasi yang dihadapinya.
Dia adalah pekerja yang produktif bagi
organisasi tempat dia bekerja. Orang tipe
ini memiliki visi dan cita-cita yang jelas
dalam kehidupannya. Kehidupan
dijalaninya dengan sebuah tata nilai yang
mulia, bahwa berjalan harus sampai
ketujuan. Orang yang tipe ini ingin selalu
menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas
(sense of closure) dengan berpegang
teguh pada sebuah prinsip etika. Dia
bukan tipe manusia yang ingin berhasil
tanpa usaha. Bagi dia hal yang utama
bukanlah tercapainya puncak gunung,
tetapi adalah keberhasilan menjalani
proses pendakian yang sulit dan
menegangkan hingga mencapai puncak.
Dalam suatu organisasi pastilah
ditemukan ketiga tipe manusia tersebut,
sehingga organisasi perlu melakukan
pengembangan SDM yang dimili agar
diperoleh SDM yang professional yang
memiliki ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan merupakan modal yang
tidak kasat mata yang terkait dengan
pengalaman manusia serta teknologi
yang digunakan.
Perkembangan era globalisasi
yang semakin meluas dan serta pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengubah kompleksitas
serta dinamika lingkungan yang
mendorong semakin meningkatnya
intensitas persaingan antar organisasi
seiring dengan tumbuhnya kesadaran
58
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
baru dikalangan manajemen tentang
pentingnya sumber daya pengetahuan
(modal intelektual) sebagai sumber
kekayaan suatu organisasi. Dalam
Manajemen Pengetahuan
memperlakukan modal intelektual
sebagai aset yang harus dikelola
(Honeycutt, 2000: 3). Manajemen
pengetahuan mengubah pengalaman dan
informasi menjadi hasil. Oleh karena itu,
sorang manajer atau pimpinan harus
dapat mengatur bagaimana memberikan
informasi yang tepat kepada orang yang
tepat pada saat yang tepat, menyediakan
alat-alat yang menganalisis informasi itu
dan memberikan daya tanggap terhadap
informasi tersebut.
Modal intelektual akan lahir
apabila organisasi mampu menciptakan,
melakukan transfer, dan
mengimplementasikan pengetahuan yang
mereka miliki. Pada setiap organisasi
akan terjadi proses interaksi dan saling
mempengaruhi yang terus menerus
antara struktur formal dan struktur
informal. Kebijakan dan prosedur formal
disaring oleh jaringan-jaringan informal,
sehingga memungkinkan anggotanya
kreatif menghadapi perubahan dan hal-
hal yang baru. Idealnya, organisasi
formal mengakui dan mendukung
jaringan-jaringan informal dan
mengakomodasikan inovasi anggotanya
ke dalam struktur formal. Modal
intelektual sangat mendukung terhadap
kepemimpinan, karena bila seseorang
memiliki modal intektual yang baik,
maka dia merupakan sumber daya
manusia yang terlatih, terampil, dan
mampu mengikuti perkembangan zaman
sehingga diharapkan mampu memimpin
suatu organisasi. Dalam memimpin suatu
organisasi diharapkan dia akan mampu
menghasilkan produk/jasa yang dapat
memenuhi tuntutan ke depan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan.
Hasil akhirnya adalah merupakan produk
yang inovatif dan kesejahteraan.
Kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk menggunakan berbagai
bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi
perilaku pengikut melalui sejumlah cara.
Sesungguhnya para pemimpin telah
mempengaruhi karyawan untuk
melakukan pengorbanan pribadi demi
perusahaan sehingga para pemimpin
mempunyai kewajiban khusus untuk
mempertimbangkan etika dari keputusan
mereka. Thoha (2004:1) menyatakan suatu
organisasi akan berhasil atau bahkan gagal
sebagian besar ditentukan oleh
kepemimpinan. Pernyataan ini
mendudukkan bahwa posisi pemimpin
dalam suatu organisasi pada posisi yang
59
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
terpenting, karena pemimpinlah yang
bertanggungjawab atas kegagalan dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan. Untuk itu,
dilakukan upaya peningkatan modal
intelektual (kemampuan, pengetahuan dan
komitmen) agar kualitas kepemimpinan
semakin meningkat.
Hakikat Modal Intellektual
Konsep modal intelektual kini
mulai muncul sebagai konsep penting
kehidupan dan pengembangan
organisasi-organisasi dan kehidupan
ekonomi yang lebih luas. Modal
Intelektual kini digunakan di tengah,
menandingi, atau melengkapi konsep-
konsep lainnya tentang modal. Konsep-
konsep tentang modal yang sudah
dikenal, di antaranya modal (financial),
modal fisik, dan juga modal manusia.
Sebagai sebuah konsep, modal
intelektual merujuk pada modal-modal
non fisik atau yang tidak berwujud
(intangible assets) atau tidak kasat mata
(invisible). Modal Intelektual terkait
dengan pengetahuan dan pengalaman
manusia serta teknologi yang digunakan.
Modal intelektual memiliki potensi
dalam memajukan organisasi dan
masyarakat. Secara ringkas Smedlund
dan Poyhonen (2005:15) mewacanakan
modal intelektual sebagai kapabilitas
organisasi untuk menciptakan,
melakukan transfer, dan
mengimplementasikan pengetahuan.
Sedangkan, Nahapiet dan Ghoshal
(1998:242-246) merujuknya sebagai
knowledge dan knowing capability yang
dimiliki oleh sebuah kolektivitas sosial
(misalnya organisasi, komunitas
intelektual, komunitas profesi).
Stewart (1997:x) menyatakan
modal intelektual (intellectual capital),
yaitu ”Intellectual capital is intellectual
material-knowledge, information,
intellectual property, experience that can
be put to use to create wealt”.
Pernyataan ini menunjukkan modal
intelektual adalah materi intelektual
tentang pengetahuan, informasi, properti
intelektual dan pengalaman yang dapat
digunakan untuk menciptakan kekayaan.
Sedangkan Sydanmaanlakka (2000:158)
menyatakan “Intellectual capital is the
sum of structural and human capital.
Structural capital is deided into custumer
capital and organizational capital.
Human capital is devided into
components: the number of employees,
the quality of employees, and the activity
of the work community”. Pernyataan ini
menunjukkan Intellectual capital
merupakan materi intelektual yang telah
60
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
diformalisasi dan dimanfaatkan untuk
memproduksi aset yang nilainya lebih
tinggi. Setiap organisasi menempatkan
materi intelektual dalam bentuk aset dan
sumber daya, perspektif dan kemampuan
eksplisit dan tersembunyi, data,
informasi, pengetahuan dan kebijakan.
Ini menunjukkan bahwa modal
intelektual adalah jumlah semua hal yang
diketahui dan diberikan semua orang
dalam suatu organisasi yang memberikan
keunggulan untuk bersaing. Fitz-enz
(2002:10) menyatakan : Intellectual
capital is the intangible asset that stays
behind when the employee leave, human
capital is the intellectual assets that goes
home every nighat with the employees.
Modal intelektual merupakan aset yang
tidak nyata yang terdiri dari modal
organisasi, intelektual properti dan
hubungan yang kompleks dari proses dan
budaya ditambah modal rasional dan
modal manusia. Tjakraatmadja (2002:10)
menyatakan modal Intelektual
merupakan modal maya dalam organisasi
yang bersumber dari pengetahuan
pekerja yang dapat digunakan untuk
menciptakan keunggulan bersaing dalam
menjalankan usaha maupun untuk
memilih, menggunakan serta
mengembangkan teknologi suatu
organisasi yang cenderung terus
berkembang dan makin canggih di masa
depan. Brooking and Motta (1996:16)
menyatakan modal intelektual
merupakan aset yang tidak terlihat yang
merupakan gabungan dari faktor
manusia, proses dan pelanggan yang
memberikan keunggulan kompetitif.
Sedangkan, Ulrich, et al (1998:16)
menyatakan modal intelektual
merupakan produk dari interaksi antara
kompetensi dengan komitmen.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
dinyatakan modal intelektual merupakan
potensi di masa depan yang merupakan
kombinasi dari modal manusia
(kecerdasan, keahlian, pengetahuan) dan
potensi dari orang-orang dalam
organisasi. Dengan demikian, modal
intelektual merupakan aset yang tidak
terlihat dari suatu organisasi yang dapat
digunakan untuk menciptakan nilai bagi
organisasi. Modal intelektual tersusun
atas tiga komponen, yakni (1) modal
manusia (seperti intelektual,
keterampilan, kreativitas, cara kerja); (2)
modal organisasi (kekayaan intelektual,
data-data proses-proses, budaya); dan (3)
modal hubungan (seluruh hubungan
dengan dunia luar sepertu konsumen,
mitra, jaringan, kebijakan, dan lain-lain).
Dalam gerakan sosial, modal intelektual
dipahami sebagai nilai-nilai tersembunyi
61
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
dari individu-individu, institusi-institusi,
dan masyarakat serta wilayah yang
merupakan sumber nyata maupun
potensial bagi penciptaan nilai atau
kesejahteraan.
Modal intelektual adalah
merupakan perangkat yang diperlukan
untuk menemukaan peluang dan
mengelola ancaman dalam kehidupan.
Ini menunjukkan modal intelektual
sangat besar peranannya di dalam
menambah nilai suatu kegiatan. Suatu
organisasi yang baik akan berupaya
secara terus menerus mengembangkan
SDMnya. Manusia harus memiliki sifat
proaktif dan inovatif untuk mengelola
perubahan lingkungan kehidupan
(ekonomi, sosial, politik, teknologi,
hukum, dan lain-lain) yang senantiasa
mengalami perubahan yang sangat
cepat. Bila suatu organisasi tidak
beradaptasi pada perubahan yang super
cepat ini akan dilanda kesulitan. Ibarat
sebuah perjalanan perahu, pada saat ini
sebuah organisasi tidak lagi berlayar di
sungai yang tenang yang segala
sesuatunya bisa diprediksi dengan tepat.
Kini sungai yang dilayari adalah sebuah
arung jeram yang ketidakpastian jalannya
perahu semakin tidak bisa diprediksi
karena begitu banyaknya rintangan yang
tidak terduga. Dalam kondisi yang
ditandai oleh perubahan yang super
cepat, SDM harus memperluas dan
mempertajam pengetahuannya dan
mengembangkan kretifitasnya untuk
berinovasi. Modal intelektual terletak
pada kemauan untuk berfikir dan
kemampuan untuk memikirkan sesuatu
yang baru, maka modal intelektual tidak
selalu ditentukan oleh tingkat pendidikan
formal yang tinggi. Banyak orang yang
tidak memiliki pendidikan formal yang
tinggi tetapi dia seorang pemikir yang
menghasilkan gagasan yang berkualitas.
Hakikat Kepemimpinan
Stoner dan Freeman (1992:87)
menyebutkan bahwa kepemimpinan
adalah seni untuk mengkoordinasi dan
memberikan dorongan terhadap individu
atau kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu yang diinginkan (Leadership is
the art of coordinating and motivating
individuals and group to achieve the
desired end). Lebih lanjut disebutkan
bahwa kepemimpinan sebagai proses di
mana pimpinan digambarkan akan
memberikan perintah, pengarahan,
bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan
orang lain dalam memilih dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Leadership
is the process by which an executive
62
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
imaginatively direct, guides, or
influences the work of others, in
choosing and attaining particular end).
Kepemimpinan diartikan sebagai proses
pengaruh-mempengaruhi antar pribadi
atau antar orang dalam situasi tertentu
melalui proses komunikasi yang terarah
untuk mencapai tujuan tertentu.
Kepemimpinan adalah
keterampilan. Hal ini sangat penting,
untuk setiap sektor dan bidang
kehidupan. Menurut teori Bass tentang
“kepemimpinan”, ada tiga cara para
pemimpin diciptakan, yaitu (1) mereka
mungkin dilahirkan dengan sifat yang
secara alamiah membawa mereka ke
dalam peran kepemimpinan (Teori Sifat),
(2) mereka mungkin didorong ke posisi
kepemimpinan, karena krisis atau
peristiwa penting yang memunculkan
kualitas kepemimpinan mereka yang luar
biasa, dan (3) Pemimpin memilih untuk
menjadi pemimpin dengan mempelajari
keterampilan kepemimpinan (Teori
Kepemimpinan Transformasional).
Pernyataan ini menunjukkan bahwa
untuk menjadi pemimpin yang baik dapat
ditempa dengan menjalani beberapa
pelatihan dan pengalaman yang
sebenarnya. Seseorang pasti akan
berubah menjadi seorang pemimpin yang
sangat efektif, bila ia memiliki modal
intelektual yang baik. Jika seseorang
lahir dengan otak yang kompetitif, maka
ia akan memiliki potensi untuk menjadi
pemimpin. Seorang pemimpin yang baik,
akan berupaya mempelajari keterampilan
mereka melalui ujian waktu dan
mengembangkan modal intelektual yang
dimilikinya. Hersey dan Blanchard
(1988:25) menyatakan kepemimpinan
dan manajerial itu tidak sama. Seseorang
dapat saja menjadi manajer yang efektif
tetapi bukan pemimpin yang baik, yaitu
seorang perencana yang baik dan seorang
administrator yang jujur dan
terorganisasi, tetapi kurang memiliki
keterampilan motivasional seorang
pemimpin, sebaliknya ada pemimpin
yang efektif, tetapi bukan manajer yang
baik, yaitu seorang yang ahli dalam
menginspirasi kegairahan dan semangat
berkorban, memimpin jalannya
reformasi, tetapi kurang memiliki
keahlian manajerial sehingga terjadi
kebocoran di mana-mana, dan tidak
mampu membuat perencanaan yang
matang sehingga jalannya reformasi
menjadi berubah karena tidak sesuai
dengan tujuan semula. Dengan adanya
tantangan yang dihadirkan oleh
perubahan lingkungan dewasa ini,
banyak organisasi berani membayar
mahal para manajer yang juga ahli dalam
63
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
kepemimpinan. Akibatnya, siapapun
yang bercita-cita menjadi manajer yang
efektif harus berusaha mempraktekkan
dan mengembangkan keahliannya dalam
bidang kepemimpinan.
Dilihat dari ruang lingkup
tugasnya dapat dikatakan bahwa
pemimpin menjalankan kegiatan
manajemen, yaitu kegiatan yang
membutuhkan kecakapan dan
kemampuan sebagai pengelola untuk
memperoleh hasil (output) sebagai
tujuan, melalui kerja dan usaha-usaha
orang lain. Menurut Mulyadi (1998:86)
bahwa di dalam memimpin suatu
organisasi, pada dasarnya pemimpin
(leader) dituntut menghasilkan kinerja
untuk menjadikan organisasinya sebagai
mission-focused, vision-directed,
philosophy-driven, dan value-based
institution. Untuk itu, seorang pemimpin
haruslah memiliki kompetensi dan
komitmen yang dapat mendukung dalam
pelaksanaan tugasnya. Kompetensi
adalah kemapuan seseorang pegawai
untuk mencapai kinerja tertentu dari
suatu pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya, dimana terpenuhi
unsur efektif dan efisien. Hal ini sesuai
dinyatakan Gilmore dan Carson
(1996:39-57) bahwa kompetensi adalah
kemampuan untuk menggunakan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan secara
efektif dalam mencapai kinerja.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
kompetensi merupakan keterampilan dari
pribadi seseorang untuk mampu
memanfaatkan atau menggunakan
keterampilan serta ilmu pengetahuan
yang dimilikinya dalam melaksanakan
pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Modal Intelektual dalam meningatkan Kepemimpinan
Seorang pemimpin yang
memimpin suatu organisasi dituntut
meningkatkan kemampuan, komitmen
dan kompetensi Sumber Daya Manusia
(SDM) yang dimiliki dengan
menginvestasikan biaya yang besar
dengan memberikan pelatihan guna
pengembangan modal intelektual
SDMnya untuk peningkatan potensi,
pengetahuan dan komitmen dalam
meningkatkan produktivitas organisasi.
Bila SDMnya memiliki modal intelektual
yang baik, maka akan diperoleh SDN
yang dapat mempengaruhi orang lain,
memimpin orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi, sesuai dengan yang
diharapkan. Organisasi seperti ini
melihat potensi SDM yang dimiliki, dan
melihat pengembangan kepemimpinan
sebagai suatu investasi, yang kelak
64
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
bermanfaat dalam pencapaian tujuan
organisasi. Pengembangan modal
intelektual bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kualitas kepemimpinan individu,
keterampilan, inovasi dan bakat. Orang
yang mengalami pengembangan
kepemimpinan, akan dapat
melakukannya dengan baik ketika
mereka mendengar umpan balik atas
kinerjanya (apakah baik, buruk atau
peningkatan kebutuhan). Kompetensi
professional seorang pemimpin akan
berpengaruh terhadaop kualitas
kepemimpinannya. Oleh karena itu, bila
hal ini terjadi maka perlu diupayakan
usaha perbaikan kualitas kepemimpinan
dengan cara meningkatkan modal
intelektualnya. Menurut Robbins
(2002:56) bahwa seorang pemimpin
haruslah memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya tujuan (leadership is the
ability to influence a group toward the
achievement of goals). Dari pernyataan
tersebut, seorang pemimpin dituntut
untuk menghasilkan perubahan sehingga
ia harus memiliki kompetensi untuk
mengelola dan mengetahui serta
menguasai bidang pekerjaannya agar
mampu melakukan pekerjaannya
sebagaimana diharapkan. Harsey dan
Blancard (1988:7) bahwa kecakapan
pokok seorang pemimpin dapat
dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu:
teknis, kemanusiaan dan konsepsional.
Kecakapan teknis merupakan
kemampuan menggunakan metode,
proses, prosedur dan teknis yang
biasanya berhubungan dengan alat.
Kecakapan kemanusiaan adalah
kemampuan untuk bekerja di dalam
kelompok atau mengkoordinasikan
kelompok. Kecakapan konsepsional
adalah kemampuan mengetahui
kebijakan organisasi secara keseluruhan.
Sedangkan komitmen merupakan suatu
keadaan di mana individu telah mengikat
tindakannya terhadap keyakinan yang
mendukung kegiatan dan keterlibatannya
sendiri (Salancik, 1988:14). Dengan
demikian, komitmen merupakan
perwujudan dari kerelaan seseorang
dalam bentuk pengikatan dengan diri
sendiri (individu) atau dengan organisasi
yang digambarkan oleh besarnya usaha
(tenaga, waktu dan pikiran) untuk
mencapai tujuan pribadi dan visi
bersama.
65
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Strategi untuk meningkatkan Modal Intelektual.
Pengembangan Modal intelektual
dapat dilakukan dengan meningkatkan
kompetensi dan komitmen. Peningkatan
kompetensi dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan yang berkaitan
dengan tugas-tugasnya sebagai
pemimpin untuk memperoleh kecakapan
khusus yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas, seperti manajemen
organisasi yang mencakup pengelolaan
organisasi dalam hal merencanakan suatu
program, pelaksanaan, evaluasi,
wawasan kepemimpinan. Selain itu,
dapat juga dilakukan melalui jenjang
pendidikan lanjutan, baik formal maupun
informal. Hal ini sangat diperlukan
untuk menangkal masalah-masalah
internal yang ada dalam organisasi,
meminimalkan kemangkiran sehingga
memungkinkan pemimpin berjuang keras
untuk menghadapi tantangan dan tekanan
yang timbul dalam bekerja pada
organisasi. Upaya untuk meningkatkan
komitmen dapat dilakukan melalui upaya
internal maupun eksternal. Upaya
internal dilakukan dengan cara
pengukuhan komitmen atas fungsinya
sebagai pemimpin agar dapat dengan
penuh semangat melaksanakan
pekerjaannya dengan penuh
tanggungjawab sehingga ia menyadari
bahwa organisasi tempatnya bekerja
merupakan tempat mencari nafkah dan
sekaligus wahana menentukan masa
depan keluarga, masyarakat, bangsa dan
Negara. Sedangkan, upaya eksternal
dapat dilakukan dengan cara
menyediakan fasilitas yang memadai
bagi pemimpin untuk tetap
mengutamakan pekerjaannya. Fasilitas
dapat bersifat material seperti tunjangan
tambahan, insentif dan yang bersifat
immaterial berupa penghargaan, pujian
terhadap prestasi yang dicapai, dan
membina hubungan komunikasi yang
interpersonal secara terbuka serta
menyampaikan informasi-informasi yang
dianggap penting dan disampaikan tepat
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Brooking, Annie and Motta. Make Knowledge An Asset for The Whole Company, Computerworld. December, 1996.
Fitz-enz, Jac. ROI of Human Capital: Measuring The Economic Value
of Employee Performance. American Management Association. 2002.
Gilmore, Audrey dan David Carson. “Management Competence for Service Marketing”, The Journal of Service Marketing, Vo. 10, No.
66
Sukarman Purba adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
3, 1996,, pp. 39-57.Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard,
Management of Organizational Behaviour: Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1988.
Mayo, Andrew. The Human Value of The Enterprise : Valuing People as Assets Monitoring, Measuring, Managing. London: Nicholas Brealey Publishing, 2001.
Mulyadi. Total Quality Management. Yogyakarta: Aditya Media, 1998.
Mulyasa. E. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi.Bandung : Rosdakarya, 2003.
Nahapiet, S. dan S. Ghosbal. “Social Capital, Intellectual Capital, and The Organizational Advantage“, Academy of Management Review, Vol. 23, 1998, pp. 242-266.
Robbins, Stephen P.. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 2. Jakarta : PT. Prenhallindo., 2002.
Salancik, G. R. Commitment and Control of Organizational Behavior and Belief : New Directions in Organizational Behavior.
Chicago: ST. Clair Press, 1988. Spencer, Lyle M and Signe M. Spencer,
Competence Work : Model fo Superior Perpormance. New York, USA : John Willey & Sons, Inc., 1993.
Stoner, James A.F., and R. Edward Freeman, Management. New Jersey : A Division of Simon & Schuster, Inc., 1992.
Syafaruddin Alwi. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi Keunggulan Kompetitif.Yogyakarta : BPFE, 2001.
Thoha, Miftah. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada., 2004.
Tjakraatmadja, Jann Hidajat. Karakteristik Modal Kredibilitas Industri Jasa di Indonesia. Manajemen Usahawan IndonesiaNo. 10/Th.XXXI Oktober. Akreditasi No. 134/Dikti/Kep 2001. ISSN : 0302-9859, 2002, p. 10.
Ulrich, Dave,.et al. “Intellectual Capital = Competence x Commitment”. Sloan Management Review. Vol. 39. p.15-26., 1998.
67
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
KONTRIBUSI PENALARAN DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK STATIK
KELAS XI SEMESTER 1 MAN 2 MEDAN
Jonny H. Panggabean
Abstract
This research aims to know major reasoning contribution to the achievement learn physics, to know the contribution of creativity to the achievement learn physics, and to know major reasoning contribution and creativity students to the achievement learn physics. Population in this research is all students class XI semester I in MAN 2 Medan Academic Year 2004/2005 which amounted to 2 classes. Samples were taken from all population (2 classes) with the number of 90 student. Reasoning and creativity of student data captured through the questionnaire, studied physics student achievement data obtained from test results subject of static electricity. To know how big contribution to achievement of reasoning and creativity of students studying physics views of the value of the correlation coefficient between these variables. To see the relationship between reasoning and creativity and the learning achievement of physics used linear regression equation. Results were obtained: positive and significant influence on the academic achievement of students reasoning physics correlation coefficient of 0.825. Contribute to the achievement of reasoning physics found 68.1%. Relationship with academic achievement physics reasoning can be expressed with simple , there is a positivelinear regression equation Y = 0.47 + 0.85 X influence on student creativity and meaningful learning achievement physics with correlation coefficient of o, 790. Creative contribution to the academic achievement of students is 62.4%. Relation creativity with academic achievement of physics can be expressed with simple linear regression equation Y = 0.17 + 0.25 X2, and there was a positive influence and means of reasoning and creativity of students toward academic achievement physics with correlation coefficient of 0.869. Effect of reasoning and creativity of students toward academic achievement of physics found 75.5%. Relations reasoning and creativity premises physics learning achievement can be expressed by the Y = -4.35 + 0.25X1 + 0.25X2
Key words: contribution, reasoning, creativity, achievement, learning
PENDAHULUAN
Ilmu fisika merupakan salah satu
bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
yang memegang peranan penting, serta
mempunyai andil terhadap
perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan
yang lain. Faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa,
salah satunya adalah faktor internal
(faktor dari dalam diri siswa) yang harus
dimiliki agar dapat menciptakan suasana
agar siswa terangsang untuk lebih
mengetahui materi, senang menanyakan
dan berani dalam mengajukan pendapat,
serta melakukan percobaan yang
68
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
menuntut pengalaman baru. Untuk
meningkatkan penalaran siswa terhadap
materi pelajaran fisika yang sudah
diajarkan maka siswa tersebut sering
diberikan soal-soal dalam bentuk
sederhana yang sebelumnya telah
dibahas dari soal yang lain. Latihan
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
siswa memahami materi yang diajarkan.
Untuk menjawab latihan sederhana
tersebut digunakan penalaran atau proses
berfikir atau menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan dan kegiatan
berfikir logis. Selanjutnya jika siswa
tersebut diberikan latihan yang lebih
kompleks sering sebagian siswa merasa
soal tersebut tidak mampu untuk dijawab
dan sebaliknya. Hal ini diduga terjadi
karena siswa memiliki daya penalaran
yang berbeda-beda. Penalaran bagi setiap
siswa berbeda-beda (Marhiyanto, 1978 :
28) bila dilihat dari prestasi belajar yang
ia peroleh dalam mempelajari materi
fisika. Maka dalam usaha meningkatkan
penalaran siswa tersebut sangat
diperlukan suatu kreativitas dimana
siswa terlihat aktif dan ingin mendalami
bahan yang dipelajari. Siswa yang aktif
akan memiliki daya nalar dan daya
kreativitas yang baik terhadap materi
yang diberkan serta mampu untuk
mengingat rumus-rumus fisika dan
mampu mengingat materi pada pokok
bahasan yang telah lalu. Sedangkan
siswa yang pasif akan memiliki daya
nalar dan daya kreativitas yang rendah,
karena siswa tersebut menganggap
pelajaran fisika itu sulit dan hanya
menunggu jawaban yang diberikan oleh
gurunya. Getzels, Jackson dan
Yamamoto (Munandar, 1999:18)
berdasarkan hasil penelitiannya
menyatakan “ dapat disimpulkan bahwa
kelompok siswa yang kreativitasnya
tinggi memiliki prestasi belajar yang
lebih baik daripada kelompok siswa yang
kreativitasnya rendah”. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis berkeinginan
untuk mengetahui “Kontribusi Penalaran
dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Fisika Pada Pokok Bahasan
Listrik Statik Kelas XI Semester 1 Man 2
Medan Tahun Ajaran 2004/2005. Untuk
menghindari penafsiran yang berbeda-
beda dan mencegah jangan terlalu luas
masalah sekaligus mempermudah
penelitian maka penulis membatasi
masalah dalam penelitian ini yaitu
pengaruh penalaran dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar fisika pada
pokok bahasan listrik statik Kelas XI
semester I MAN II Medan tahun
pelajaran 2004/2005. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
69
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
besarnya kontribusi penalaran dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
fisika pada pokok bahasan listrik statik.
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk dapat mencari
alternatif pendekatan atau cara-cara
pengembangan kreativitas siswa. Serta
sebagai bahan masukan dalam usaha
peningkatan penalaran dan kreativitas
siswa terhadap pencapaian prestasi
belajar fisika.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
MAN II semester I Tahun Pelajaran
2004/2005. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI MAN II
Medan pada semester I tahun Pelajaran
2004/2005. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 90 orang yang terdiri dari kelas
XI IPA I dan XI IPA II. Variabel bebas
(X) pada penelitian ini yaitu penalaran
(X1) dan kreativitas (X2), sedangkan
yang menjadi variabel terikat (Y) yaitu
prestasi belajar fisika. Dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara : (1) tes
kemampuan untuk mengukur pengaruh
penalaran terhadap prestasi belajar fisika;
(2) angket untuk mengukur pengaruh
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
fisika; (3) tes prestasi belajar/nilai tes
hasil belajar untuk mengukur prestasi
belajar fisika. Kemampuan penalaran
tercermin melalui tiga indikator yaitu
kemapuan menarik kesimpulan,
kemampuan melihat hubungan dan
kemampuan berfikir logis. Dijabarkan
dalam 20 butir soal. Skala penilaian
angket penalaran memakai skala Likert
dimana setiap butir pertanyaan didalam
instrumen disediakan 4 alternatif
jawaban yang dianggap benar. Apabila
jawaban benar mendapat skor satu dan
apabila jawaban salah mendapat skor nol,
skor total dari jawaban yang benar adalah
merupakan nilai kemampuan penalaran.
Kemampuan kreativitas tercermin dalam
5 indikator yaitu keterbukaan terhadap
pengalaman baru (kelancaran), fleksibel
dalam berfikir dan mrnghargai fantasi,
kebebasan dalam berekspresi, pernyataan
dan penilaian, minat terhadap aktivitas
kreatif dan percaya terhadap gagasan
sendiri. Skala penilaian angket krativitas
memakai skala Likert dimana setiap butir
pertanyaan disediakan 4 option (pilihan)
jawaban yang merupakan jawaban dari
responden, sedangkan skor option adalah
berbeda yaitu mulai skor paling tinggi
sampai terendah.
70
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba angket penalaran dan kreativitas serta tes hasil belajar
Sebelum dilakukan pengambilan
data maka insturmen penelitian terlebih
dahulu diuji cobakan bertujuan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas
angket dan tes hasil belajar. Validitas
angket :
Untuk menentukan koefisien validitas
digunakan teknik korelasi produk
moment (Arikunto, 1999 : 72) dengan
rumus :
}2222 )(}{)({
))((
YYNXXN
YXXYNrxy
Dimana :
rxу = Koefisien korelasi
x = Skor untuk setiap item angket/tes
y = Skor total seluruh item angket/tes
N = Jumlah responden
- Jika rxy > rtabel, maka angket/tes
tersebut valid, sedangkan
- Jika rxy < rtabel, maka angket/tes
tersebut tidak valid
Untuk mengartikan angka validitas,
digunakan acuan dari (Arikunto, 2003 :
73) sbb :
- 0,00 – 0,20 = Validitas sangat
rendah
- 0,21 – 0,40 = Validitas rendah
- 0,41 – 0,60 = Validitas sedang
- 0,61 – 0,80 = Validitas tinggi
- 0,81 – 1,00 = Validitas sangat
tinggi
Reliabilitas angket :
Untuk menentukan koefisien reabilitas
digunakan rumus Spearman-Brown
(Arikunto, 1999 : 95) yaitu :
Dimana :
r11 = Reliabilitas angket/tes
r1/21/2= Indeks korelasi antara dua
belahan angket/tes
- Terima angket reliabilitas jika
rhitung > rtabel
- Tolak angket reliabilitas, jika
syarat diatas tidak dapat dipenuhi
kemudian rhitung dikonsultasikan
pada tebel harga product moment
dengan taraf signifikan α = 0,05
jika rhitung > rtabel, maka item dapat
dikatakan reliebel.
71
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Untuk mengartikan angka reliabilitas
digunakan acuan dari (Sitompul S.E. dan
Manurung S.R., 1995 : 29) :
- 0,00 – 0,40 = Reliabilitas rendah
- 0,41 – 0,70 = Reliabilitas sedang
- 0,71 – 0,90 = Reliabilitas tinggi
- 0,91 – 1,00 = Reliabilitas sangat
tinggi
Untuk tes hasil belajar diuji juga daya
beda dan tingkat kesukaran tes. Untuk
menentukan tingkat kesukaran masing-
masing item tes digunkan rumus
(Arikunto, 1999 : 208) yaitu :
Dengan : P = Koefisisen tingkat
kesukaran tes
B = Jumlah responden yang
menjawab benar
JS = Jumlah responden
Untuk menentukan daya beda
masing=masing item tes dengan rumus
(Arikunto, 1999 : 213) yaitu :
Dengan : D = Daya pembeda
BA = Jumlah benar pada kelompok atas
BB = Jumlah benar pada kelompok bawah
JA = Jumlah siswa pada kelompok atas
JB = Jumlah siswa pada kelompok bawah
Teknik Analisis Data
Deskripsi data penilaian
Menggunakan tabel distribusi frekuensi
dan grafik histogram sehingga terlihat
jelas tingkat penalaran (X1), kreativitas
(X2), dan prestasi belajar siswa (Y)
Uji persyaratan analisis data
Meliputi uji normalitas data
menggunakan uji Lilliefors.
S
XXiZi
N
ZniyangbanyaknyaZZiS
)(
Mencari tingkat kecenderungan variabel
penelitian
Untuk mengkategorikan variabel
penalaran, kreativitas, dan prestasi
belajar fisika digunakan rerata skor ideal
(M) dan Standar Deviasi (Sdi) dengan
rumus :
1
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Dimana : Mi = Rerata ideal
Sdi = Standar deviasi ideal
Nt = Nilai tertinggi ideal
Nr = Nilai terendah ideal
Pengujian hipotesis
Untuk mengetahui apakah ada hubungan
variabel bebas (penalaran dan kreativitas)
terhadap varianel terikat (prestasi belajar)
diukur dari korelasi antara variabel-
varianel tersebut dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
- Pengaruh penalaran (X1) terhadap prestasi belajar fisika (Y)
Dengan : = Koefisien korelasi
X1 = Skor penalaran
Y = Skor prestasi belajar
n = Jumlah responden
- Pengaruh kreativitas (X2) terhadap prestasi belajar fisika (Y)
Dengan : = Koefisien korelasi
X2 = Skor kretivitas
Y = Skor prestasi belajar
n = Jumlah responden
untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel-variabel tersebut digunakan uji t
(Sudjana, 1992:380) yaitu :
Hipotesis :
73
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan berarti penalaran terhadap prestasi belajar
fisika
H1 : Terdapat hubungan yang positif dan berarti penalaran terhadap prestasi belajar fisika.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan diuraikan
hasil penelitian secara terperinci yaitu
mengenai deskripsi data penelitian
kontribusi penalaran dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar fisika
pada pokok bahasan listrik statik kelas
XI semester 1 MAN 2 Medan tahun
ajaran 2004/2005. Dari hasil pemberian
angket penalaran diperoleh : skor
terendah 4, skor tertinggi 17, skor rata-
rata 10,52 dengan simpanhan baku 3,55.
Tingkat penalaran siswa tergolong
kategori cukup. Hasil dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 1. Distribusi Data Skor Penilaian SiswaNo Skor Penalaran fi Persentase 1 4 – 6 14 16.5 %2 7 – 9 22 24,4 %3 10 – 12 25 27,8 %4 13 – 15 21 23,3 %5 16 - 18 8 8,9 %
Jumlah 90 100 %
Data Kreativitas Siswa
Dari hasil pemberian angket
kreativitas diperoleh : skor terendah 24,
skor tertinggi 64, skor rata-rata 45,02
dengan simpangan baku 11,60. Tingkat
kreativitas siswa tergolong kategori
cukup. Hasil dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2. Distribusi Data Skor Kreativitas SiswaNo Skor Kreativitas Fi Persentase1 24 – 30 12 14,2 %2 31 -37 12 14,2 %3 38 – 44 14 15,6 %4 45 – 51 17 17,8 %5 52 – 58 25 27,8 %6 59 – 65 10 11,1 %
Jumlah 90 100 %
Data Prestasi Belajar Fisika
74
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Dari hasil pemberian tes pokok
bahasan listrik statik diperoleh : skor
terendah 3, skor tertinggi 16, skor rata-
rata 9,41 dengan simpangan baku 3,66,
tingkat prestasi belajar fisika siswa
tergolong kategori cukup. Hasil dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Distribusi Data Skor Prestasi Belajar Fisika SiswaNo Skor Prestasi Belajar fi Persentase1 3 – 5 16 17,8 %2 6 – 8 21 23,3 %3 9 – 11 25 27,8 %4 12 – 14 19 21,1 %5 15 - 17 9 10,0 %
Jumlah 90 100 %
Uji Persyaratan Analisis Data
Agar dapat dilakukan pengujian
hipotesis maka data penelitian harus
memenuhi persyaratan yaitu berdistribusi
normal. Uji normalitas data
menggunakan uji Lillefors. Hasil
pengujian tertera pada tabel berikut :
Tabel 4. Ringkasan Perhitungan Uji Normalitas Data PenelitianNo Data L hitung L tabel (α 0,05) Kesimpulan1 Penalaran Siswa 0,0722 0,0934 Normal2 Kreativitas Siswa 0,0931 0,0934 Normal3 Prestasi Belajar Fisika 0,0682 0,0934 Normal
Pengujian Hipotesis
Untuk melihat adanya pengaruh
penalaran dan kreativitas terhadap
prestasi belajar fisika, baik secara parsial
maupun secara simultan digunakan uji
korelasi yaitu menghitung korelasi antara
masing-masing variabel. Ringkasan
perhitungan uji hipotesis dengan korelasi
product moment tertera sebagai berikut :
Tabel 5. Ringkasan Perhitungan Uji Korelasi Antara Variabel PenelitianNo Pengaruh Antara
VariabelKoefisisen korelasi
Nilai hitung
Nilai tabel Kesimpulan
1 Penalaran terhadap prestasi belajar fisika
r = 0,825 T = 13,69
T = 1,00 Ada pengaruh yang positif dan berarti.
2 Kreativitas terhadap prestasi belajar fisika
R = 0,790 T = 12,09
T = 1,99 Ada pengaruh yang positif dan berarti
3 Penalaran dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika
R = 0,869 F = 134,17
F = 3,097 Ada pengaruh yang positif dan berarti
PEMBAHASAN
1
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan berarti antara penalaran dan
kreativitas terhadap hasil belajar fisika
siswa. Ini berarti kemampuan siswa
dalam bernalar turut mempengaruhi
prestasi belajar fisikanya. Hasil ini dapat
diterima sebab kemampuan bernalar
merupakan kemampuan berfikir yang
abstrak untuk menganalisis suatu
masalah, mencari solusi atas
pemecahannya. Kemampuan bernalar ini
sangat diperlukan dalam mempelajari
fisika yang lebih membutuhkan
kemampuan memahami daripada
kemampuan menghafal.
Terdapat hubungan yang erat
antara kreativitas siswa dan hasil belajar
fisika siswa sebab kreativitas mendorong
siswa untuk melahirkan sesuatu yang
baru, baik berupa gagasan maupun karya.
Sesuai hasil penelitian ini maka semua
hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Meskipun demikian hasil ini bukanlah
mencerminkan kesimpulan yang
sempurna, karena peneliti menyadari
sepenuhnya kelemahan-kelemahan dalam
penelitian ini diantaranya adalah :
(1)angket kreativitas yang dijadikan
instrumen pengumpul data kreativitas
siswa yang sesungguhnya. Sebab besar
kemungkinan siswa mengisi angket
dengan nilai yang baik-baik saja, dengan
demikian hasil angket belum sepenuhnya
mendeskripsikan kreativitas siswa,
sehingga angket yang diisi siswa dapat
dikontrol kebenarannya; (2) adanya
responden yang kurang serius dalam
mengisi angket, mengerjakan tes hasil
belajar merupakan kelemahan yang
mungkin terjadi sewaktu pengambilan
data berlangsung. Untuk itu bagi peneliti
selanjutnya sebaiknya melibatkan para
guru sewaktu berlangsung pengambilan
data. Hal ini untuk menjaga agar siswa
benar-benar serius dalam mengisi angket
maupun mengerjakan tes yang diberikan.
Bila kelemahan-kelemahan ini dapat
diatasi, maka diharapkan akan diperoleh
informasi yang lebih akurat tentang
pengaruh penalaran dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar yang diperoleh
siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
76
Jonny H. Panggabean adalah Dosen Jurusan Fisika,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Kesimpulan dari hasil penelitian
ini adalah: (1) terdapat pengaruh yang
positif dan berarti penalaran siswa
terhadap prestasi belajar fisika dengan
koefisien korelasi sebesar 0,825. Jadi
besarnya sumbangan atau kontribusi
penalaran terhadap prestasi belajar fisika
adalah 68,1%; (2) terdapat pengaruh
yang positif dan berarti kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar fisika dengan
koefisien korelasi sebesar 0,790. Jadi
besarnya sumbangan atau kontribusi
kreativitas terhadap prestasi belajar fisika
adalah 62,4%; (3) terdapat pengaruh
yang positif dan berarti kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar fisika dengan
koefisien korelasi sebesar 0, 869. Jadi
besarnya sumbangan atau kontribusi
penalaran dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar fisika adalah 75,5 %.
Berdasarkan temuan penelitian
ini dapat disarankan bagi peneliti lanjut
yang ingin meneliti topik yang sama
sebaiknya selain menggunakan angket
juga melakukan observasi secara
langsung memperhatikan kreativitas
siswa agar diperoleh data kreativitas
siswa yang lebih akurat. Kemudian
sewaktu pengambilan data berlangsung
sebaiknya dilibatkan para guru untuk
mengawasi siswa dalam mengisi angket
dan mengerjakan tes yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R. (2001). Kreativitas. Jakarta : Grasindo
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
--------------- (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Djamarah, S.B. (1994). Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional
Iskandar, Y. (1991). Tes Kemampuan Umum. Jakarta : Yayasan Dharma Graha
Jujun, S.S. (1991). Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Marhiyanto, B. (1987). Cara Berfikir Yang Baik. Surabaya : CV. Bintang Pelajar
Munandar, U. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta
Purwanto, M.N. (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya
Salam, B. (1996). Logika Materil. Jakarta : Rineka Cipta
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Bumi Aksara
Sudjana. (1984). Metode Statistik. Bandung : Tarsito
77
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
PENERAPAN METODE LATIHAN BERSTRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
DI KELAS X SMA SWASTA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN AJARAN 2010/2011
Yasifati Hia and Winni Andika Sari Gultom
Abstract
The problems that often arise in the process of learning mathematics in school is inactivity students in following the teaching and learning activities, whereas the activity of students in teaching and learning activities is one factor supporting the success to be able to achieve predetermined learning objectives. As a result, students are less interested in taking a math lesson, students think learning math is not a requirement, but only as the demands of the curriculum, so that was not getting the meaning of the math lessons learned as a result have an impact on the results obtained by students. From this fact we need a business that can help resolve the problems mentioned above. This research was conducted on 39 students of class X-2 SMA Private School Dharma Pancasila Medan in Year 2010/2011 by applying a structured training methods and use LKS on the subject of quadratic equations. Initial condition before treatment is given the average student activity is 32.82%. After a given treatment in the first cycle, applying the method of structured exercises using worksheets obtained average student activity at the first meeting at 44.49% and 54.62% for second meeting. In the second cycle after fixing the weaknesses of the first cycle obtained by the average student activity at the first meeting at 71.41% and the second meeting at 80.77%. And then there is increased activity of student learning. Key words: learning, structured exercises, Quadratic Equations.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan sarana
berfikir yang jelas dan logis, sarana
untuk memecahkan masalah sehari-hari,
sarana mengenal pola hubungan dan
generalisasi pengalaman, sarana untuk
mengembangkan kreativitas, serta sarana
untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya. Beberapa
pendapat mengatakan matematika dapat
digunakan untuk membantu
kemakmuran suatu negeri. Di Indonesia,
pada kenyataannya matematika tidak
serta merta mudah dipahami dan ikuti
para pengguna matematika tersebut. Hal
ini senada dengan hasil penelitian Trends
in International Mathematics and Science
Study (TIMMS) yang dilakukan oleh
Frederick K. S. Leung, menunjukkan
peringkat Indonesia berada di deretan 34
dari 38 negara. Peringkat Indonesia
78
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
berada di bawah Malaysia dan
Singapura. Pada hal, jumlah jam
pengajaran matematika di Indonesia jauh
lebih banyak dibandingkan Malaysia dan
Singapura. Indonesia rata–rata mendapat
169 jam pelajaran matematika dalam satu
tahun, sementara di Malaysia hanya
mendapat 120 jam dan Singapura 112
jam. Hasil penelitian ini dipublikasikan
di Jakarta pada 21 Desember 2006.
Prestasi matematika siswa Indonesia
hanya menembus skor rata-rata 411.
Sementara itu, Malaysia mencapai 508
dan Singapura 605 (400 = rendah, 475 =
menengah, 550 = tinggi, dan 625 =
tindak lanjut)”.
Fakta di atas memperjelas bahwa
pendidikan matematika di Indonesia
masih mengecewakan. Untuk itu,
diperlukan peningkatan prestasi belajar
matematika siswa di sekolah. Tentu saja
untuk meningkatkan prestasi tersebut
harus didukung oleh proses belajar
mengajar matematika siswa di sekolah.
Ada beberapa alasan tentang perlunya
belajar dan menguasai matematika
seperti yang dikemukakan oleh Cokrof
(Abdurrahman, 2003:253) bahwa
matematika perlu diajarkan kepada siswa
karena :
1) Selalu digunakan dalam segi
kehidupan.
2) Semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang
sesuai.
3) Merupakan sarana komunikasi yang
kuat, jelas dan singkat.
4) Dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara.
5) Meningkatkan kemampuan berfikir
logis, ketelitian, dan kesadaran
keruangan.
6) Memberikan kepuasan terhadap
usaha memecahkan masalah yang
menantang.
Dalam serangkaian proses belajar
mengajar di sekolah merupakan kegiatan
yang penting. Hal itu berarti berhasil atau
tidaknya tujuan pencapaian pengajaran di
sekolah banyak tergantung pada situasi
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Diharapkan dengan proses belajar
mengajar matematika siswa yang baik
dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa tersebut.Namun,
permasalahan yang sering muncul
sampai saat ini adalah ketidakaktifan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar matematika di sekolah. Siswa
sekedar mengikuti pelajaran matematika
79
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu
dengan hanya mendengarkan penjelasan
materi dan mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru tanpa adanya respon,
kritik dan pertanyaan dari siswa kepada
guru sebagai umpan balik dalam kegiatan
belajar mengajar. Keinginan dan
aktivitas siswa mengikuti kegiatan
belajar mengajar cenderung menurun dan
kurang diperhatikan.
Kondisi seperti ini membuat
siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran
matematika, padahal beberapa faktor
yang mempengaruhi siswa tertarik pada
matematika adalah minat, hasrat dan
cita–cita siswa itu sendiri, kemudian
disusul faktor–faktor berikutnya yaitu
faktor guru di dalam mengajar,
kelengkapan buku–buku yang dimiliki
siswa, kondisi siswa, kondisi kelas, serta
dorongan orang tua. Kondisi siswa
merupakan salah satu faktor pendukung
keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar untuk dapat mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini kondisi siswa yang
dimaksud adalah aktivitas siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ahmad (2004:6) yang
menyatakan bahwa belajar yang berhasil
mesti melalui berbagai macam aktivitas,
baik aktivitas fisik maupun psikis.
Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-
aktif dengan anggota badan, membuat
sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat
atau hanya pasif. Peserta didik yang
memiliki aktivitas psikis ( kejiwaan )
adalah, jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak
berfungsi dalam rangka pengajaran.
Dalam tulisan ini, dikaji tentang
aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dengan materi persamaan
kuadrat pada kelas X-2 SMA Swasta
Dharma Pancasila Medan. Berdasarkan
hasil observasi awal yang dilakukan oleh
peneliti di kelas X-2 SMA Swasta
Dharma Pancasila Medan pada tanggal
23 April 2010 menunjukkan bahwa :
“Aktivitas siswa dalam belajar
matematika di dalam kelas masih rendah.
Pembelajaran matematika masih banyak
bertumpu pada aktivitas guru artinya
kebanyakan dari siswa hanya sekedar
mengikuti pelajaran di dalam kelas, yaitu
dengan hanya mendengarkan penjelasan
materi dan mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru tanpa adanya respon,
kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada
80
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
guru sebagai umpan balik dalam kegiatan
belajar mengajar”. Jika permasalahan
tersebut masih terus berlangsung, maka
akan mengakibatkan aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar menjadi
terhambat. Siswa akan beranggapan
bahwa belajar matematika bukanlah
kebutuhan, melainkan hanya sebagai
tuntutan kurikulum saja, karena siswa
merasa tidak mendapatkan makna dari
pelajaran matematika yang dipelajari
sehingga akan berdampak pada hasil
belajar yang diperoleh siswa. Hal itu
sesuai dengan hasil wawancara pada
observasi awal yang dilakukan peneliti
dengan salah satu siswa kelas kelas X-2
di SMA Dharma Pancasila Medan, yang
mengemukakan bahwa : “Matematika itu
sulit, dan saya belajar hanya karena
materi itu diajarkan di sekolah”.
Seiring dengan hal tersebut, hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan Ibu Ainal, guru matematika di
kelas X SMA Swasta Dharma Pancasila
mengemukakan bahwa aktivitas siswa
belajar matematika di kelas masih
kurang, kebanyakan siswa hanya
memperhatikan saja tanpa mau bertanya.
Kemampuan memecahkan masalah siswa
kelas X masih kurang, sehingga hasil
belajar yang diperoleh siswa kelas X juga
masih rendah, bahkan masih banyak
siswa kelas X yang memperoleh nilai di
bawah rata–rata. Hal ini sejalan dengan
hasil tes diagnostik yang diberikan
kepada siswa kelas X-2 SMA Swasta
Dharma Pancasila untuk melihat
kesulitan dan kemampuan awal siswa
dalam memecahkan masalah matematika.
Beberapa contoh soal pemecahan
masalah yang diberikan kepada siswa
adalah:
1. Budi ingin membuat sebuah kotak
dari karton dengan volume kotak
tersebut adalah 225 cm3. Alas kotak
tersebut berukuran 15 cm dan x cm,
sedangkan tingginya (x – 2) cm.
Berapakah lebar dan tinggi kotak
yang harus dibuat oleh Budi ?
2. Pak Badu mempunyai sebidang tanah
yang berbentuk persegi panjang
dengan ukuran panjangnya lebih 7
meter dari lebarnya, sedangkan
luasnya 60 m2. Hitunglah ukuran
panjang dan lebar tanah milik Pak
Badu tersebut !
Berdasarkan hasil tes, terdapat 27
(67,5%) siswa yang memiliki
kemampuan memecahkan masalah
dengan kategori kurang baik (skor 0 –
81
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
54), 8 (20%) siswa yang memiliki
kemampuan memecahkan masalah
dengan kategori cukup (skor 55 – 69)
dan 5 (12,5%) siswa yang memiliki
kemampuan memecahkan masalah
dengan kategori baik (skor 70 – 84).
Secara keseluruhan, terdapat 67,5%
siswa kelas X-2 SMA Swasta Dharma
Pancasila Medan memiliki kemampuan
pemecahan masalah yang masih kurang.
Hal ini berarti kemampuan memecahkan
masalah matematika kelas X-2 SMA
Swasta Dharma Pancasila Medan masih
kurang baik. Kondisi ini secara langsung
atau tidak akan melahirkan anggapan
bahwa belajar matematika tidak lebih
dari sekedar mengingat kemudian
melupakan fakta dan konsep. Namun
adapun tujuan pembelajaran matematika
adalah agar siswa mampu memecahkan
masalah yang dihadapi. Polya (dalam
Osa : 2009) mengatakan bahwa :
“Pemecahan masalah adalah usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
guna mencapai suatu tujuan yang tidak
segera dapat dicapai”. Oleh karena itu
pemecahan masalah merupakan suatu
tingkat aktivitas intelektual yang tinggi
dan membutuhkan suatu proses psikologi
yang tidak hanya melibatkan aplikasi
dalil-dalil atau teorema-teorema yang
dipelajari.
Rendahnya kemampuan
memecahkan masalah matematika juga
dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Hasil
observasi awal yang dilakukan oleh
peneliti di SMA Swasta Dharma
Pancasila menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika di sekolah
tersebut masih menggunakan model
pembelajaran ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas, artinya model
pembelajaran yang digunakan masih
banyak didominasi oleh guru, sementara
siswa duduk secara pasif menerima
informasi pengetahuan dan keterampilan.
Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa
metode yang digunakan masih kurang
bervariasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti mencoba mengupayakan metode
yang sesuai dengan tingkat
perkembangan mental siswa dan dapat
membuat siswa menjadi lebih aktif.
Salah satunya adalah dengan menerapkan
metode pembelajaran latihan berstruktur
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
metode ini diharapkan dapat
membangkitkan kreativitas siswa dan
82
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
siswa dapat belajar lebih aktif sebab
mereka lebih banyak berperan dalam
pembelajaran. Metode ini akan
membimbing siswa agar lebih mudah
memahami pelajaran matematika karena
pembelajarannya terstruktur mulai dari
hal-hal yang sederhana sampai pada hal-
hal yang lebih kompleks, sehingga
pemahaman siswa juga lebih mendalam.
Seperti yang dikemukakan oleh
Rusmansyah (www.depdiknas.go.id)
bahwa latihan berstruktur merupakan
suatu cara mengajar dengan memberikan
latihan–latihan berstruktur terhadap apa
yang telah dipelajari siswa sehingga
memperoleh keterampilan tertentu.
Pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan berstruktur
dapat digunakan pada mata pelajaran
matematika, antara lain pada pokok
bahasan Persamaan Kuadrat. Persamaan
kuadrat adalah salah satu pokok bahasan
yang sulit dikuasai oleh siswa, seperti
yang dikemukakan oleh guru matematika
yang mengajar di kelas X SMA Swasta
Dharma Pancasila Medan melalui
wawancara dengan peneliti, menyatakan
bahwa materi persamaan kuadrat kurang
dipahami oleh siswa, mereka kesulitan
dalam mencari akar–akar persamaan
kuadrat, apalagi menyelesaikan soal
cerita yang berhubungan dengan
persamaan kuadrat. Dalam hal ini,
kemampuan siswa perlu ditingkatkan
untuk mengembangkan teknik dan
strategi pemecahan masalah serta
kemampuan untuk mensintesis masalah.
Oleh karena itu, salah satu langkah yang
bisa dilakukan oleh guru sebagai
pembimbing peserta didik adalah
memilih metode pembelajaran yang
tepat, yang mampu mengembangkan
aktivitas dan kemampuan memecahkan
masalah matematika siswa. Pembelajaran
matematika yang kurang melibatkan
siswa secara aktif akan menyebabkan
siswa tidak dapat menggunakan
kemampuan matematikanya dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Untuk itu pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan berstruktur
memberikan suatu cara kepada siswa
untuk menyelesaikan soal perhitungan
persamaan kuadrat secara berstruktur.
Dengan menggunakan metode latihan
berstruktur ini siswa akan memiliki
keterampilan dalam memecahkan setiap
permasalahan yang dihadapi melalui
latihan yang dibuat secara terstruktur
sehingga siswa terlatih untuk berpikir
83
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
secara sistematis, logis, teliti, dan teratur.
Dalam penelitian ini, akan dicoba
menerapkan metode latihan berstruktur
dengan menggunakan LKS (Lembar
Kerja Siswa).
Berdasarkan paparan latar
belakang di atas, maka masalah yang
akan dikaji dalam tulisan ini adalah:
1. Akan dikaji peningkatan aktivitas
belajar siswa kelas X SMA Swasta
Dharma Pancasila Medan Tahun
Ajaran 2010/2011 setelah menerapkan
metode latihan berstruktur dengan
menggunakan LKS .
2. Selanjutnya akan dikaji peningkatan
kemampuan memecahkan masalah
matematika siswa kelas X SMA
Swasta Dharma Pancasila Medan
Tahun Ajaran 2010/2011 setelah
menerapkan metode latihan
berstruktur dengan menggunakan LKS
.
3. Akan diteliti variasi jawaban siswa
saat mencari akar-akar persamaan
kuadrat yang dominan digunakan
siswa dan kesalahan-kesalahan siswa
dalam mengerjakan soal persamaan
kuadrat .
PEMBAHASAN
Definisi Belajar dan Pembelajaran Matematika
Secara umum, belajar diartikan
sebagai perubahan pada diri seseorang
karena pengalaman dan serangkaian
kegiatan. Misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru,
mengingat dan lain sebagainya.
Djamarah (2006 : 10-11) mengemukakan
bahwa belajar adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya, tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, bahkan meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi. Menurut
Bruner dalam Nasution (2008 : 9) bahwa
Dalam proses belajar dapat dibedakan
tiga fase atau episode, yakni : informasi,
transformasi, dan evaluasi”. Kegiatan
belajar mengajar seperti mengorganisasi
pengalaman belajar, mengolah kegiatan
belajar mengajar, menilai proses dan
hasil belajar, kesemuanya termasuk
dalam cakupan tanggung jawab guru.
Jadi, hakikat dari belajar adalah
perubahan.
84
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Matematika sebagai bahan
pelajaran mempunyai objek kajian
abstrak yang berupa fakta, konsep,
operasi atau relasi prinsip. Mengetahui
hakikat matematika berarti meninjau apa
sebenarnya belajar matematika itu, baik
dari arti katanya maupun peranan dan
kedudukannya diantara cabang ilmu.
Konsep–konsep yang ada dalam
matematika saling berkaitan satu sama
lainnya membentuk struktur yang
tersusun secara hierarkis, artinya jika
seorang siswa mengalami kesulitan
dalam memahami sebuah konsep dan
konsep itu mendasari konsep berikutnya
maka kemungkinan besar siswa juga
gagal dalam memahami konsep baru
tersebut. Dalam hal ini, setiap siswa tentu
mempunyai persepsi, ide–ide yang
berbeda dalam memandang objek yang
abstrak, tergantung pada konsep atau
pengalaman belajar yang telah dimiliki
sebelumnya. Hal yang paling utama
dalam pembelajaran matematika adalah
pemahaman pengetahuan tentang konsep,
dilanjutkan dengan pengetahuan tentang
prosedur dan pengetahuan tentang cara
mengaitkan konsep dan prosedur dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Pemahaman siswa akan bahan pelajaran
yang rendah akan menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa.
Aktivitas Belajar Siswa
Proses belajar mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemeran utama. Siswa merupakan obyek
yang melakukan belajar, oleh karena itu
siswa harus aktif dan tidak boleh pasif.
Dengan bantuan guru siswa harus
mampu mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya dalam kegiatan belajar
mengajar. Menurut Edi Suardi dalam
Djamarah (2006:39-40) mengemukakan
bahwa Kegiatan belajar mengajar tidak
terlepas dari ciri-ciri tertentu, diantaranya
ditandai dengan aktivitas anak didik.
Mengajar pada hakikatnya adalah
membimbing aktivitas siswa. Aktivitas
siswa sangat diperlukan dalam belajar,
agar belajar menjadi lebih efektif dan
mencapai hasil yang optimal. J. Piaget
dalam Ahmad ( 2004: 7) berpendapat
bahwa seorang anak berpikir sepanjang
ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak
berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktif)
ia harus diberi kesempatan untuk berbuat
sendiri. Seorang guru hanya dapat
85
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
menyajikan dan menyediakan bahan
pelajaran, peserta didiklah yang
mengolah dan mencernanya sendiri
sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan
latar belakangnya. Jika ada siswa yang
ingin memecahkan suatu masalah siswa
tersebut harus berfikir sesuai dengan
langkah–langkah tertentu, dengan
demikian belajar yang berhasil mesti
melalui berbagai macam aktivitas baik
aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas
fisik adalah siswa aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bekerja, ia
tidak hanya duduk dan mendengarkan,
melihat atau hanya pasif. Sedangkan
aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika
daya jiwanya bekerja sebanyak-
banyaknya atau banyak berfungsi dalam
rangka pengajaran. Seluruh peranan dan
kemauan diarahkan supaya daya itu tetap
aktif untuk mendapatkan hasil
pengajaran yang optimal sekaligus
mengikuti proses pengajaran (proses
perolehan hasil pelajaran) secara aktif
siswa mendengarkan, mengamati,
menyelidiki, mengingat, menguraikan,
mengasosiasikan ketentuan satu dengan
yang lainnya, dan sebagainya.
Ketika proses belajar mengajar
berlangsung, guru dapat melihat
keaktifan siswa dalam hal sebagai
berikut :
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan masalah.
3. Bertanya kepada siswa lain atau guru
bila tidak memahami persoalan yang
dihadapi.
4. Berusaha mencari berbagai informasi
untuk memecahkan masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok
sesuai petunjuk guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil
– hasil yang diperoleh.
7. Melatih diri dalam memecahkan
masalah yang sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau
menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan
masalah atau tugas yang dihadapinya.
Paul B. Diedrich dalam Ahmad
(2004: 9) setelah mengadakan
penyelidikan, menyimpulkan : “Terdapat
177 macam kegiatan peserta didik yang
meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas
jiwa, antara lain sebagai berikut :
1. Visual activities, membaca,
memperhatikan: gambar,
demonstrasi, percobaan, pekerjaan
orang lain dan sebagainya.
86
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
2. Oral activities, menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakaninterview, diskusi,
interupsi, dan sebagainya.
3. Listening activities, mendengarkan:
uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato, dan sebagainya.
4. Writing activities, menulis: cerita,
karangan, laporan, tes angket,
menyalin, dan sebagainya.
5. Drawing activities, menggambar,
membuat grafik, peta, diagram,pola,
dan sebagainya.
6. Motor activities, melakukan
percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain,
berkebun, memelihara binatang, dan
sebagainya.
7. Mental activities, menanggapi,
mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis,mengambil keputusan,
dan sebagainya.
8. Emotional activities, menaruh minat,
merasa bosan, gembira, berani,
tenang, gugup, dan sebagainya”.
Dalam hal ini, peneliti hanya
mengobservasi aktivitas mental (Mental
activities) karena untuk membatasi
permasalahan dan dianggap lebih
berhubungan dengan materi pelajaran
yang akan diajarkan. Aktivitas belajar
siswa yang berupa aktivitas mental
(Mental activities ) yang dapat dilakukan
siswa di sekolah dalam kegiatan belajar
mengajar antara lain berikut :
1. Menanggapi
2. Mengingat
3. Memecahkan masalah atau soal
4. Menganalisa pertanyaan atau soal
5. Mengambil keputusan
Aktivitas–aktivitas tersebut tidak
terpisah satu sama lain. Dalam setiap
aktivitas motoris terkandung aktivitas
mental disertai oleh perasaan tertentu,
dan seterusnya. Pada setiap pelajaran
terdapat berbagai aktivitas yang dapat
diupayakan.
Kemampuan Memecahkan Masalah
Pemecahan masalah adalah
proses yang ditempuh oleh seseorang
untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya sampai masalah itu tidak
lagi menjadi masalah baginya. Oleh
karena itu, seorang guru haruslah mampu
membimbing siswa untuk memecahkan
masalah dengan menggunakan metode
87
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
pemecahan masalah. Menurut Robert
(dalam
http://robertmath4edu.wordpress.com)
menyatakan bahwa pemecahan masalah
adalah proses menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya ke
dalam situasi baru yang belum dikenal.
Hal ini disebabkan bahwa setiap siswa
memiliki cara yang berbeda dalam hal
menyusun segala sesuatu yang diamati,
dilihat, diingat ataupun dipikirannya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan
pembelajaran matematika adalah untuk
melihat kemampuan siswa dibidang
matematika dapat dipergunakan dalam
memecahkan masalah.
Salah satu upaya untuk
mengembangkan kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah adalah
melalui penyediaan pengalaman
pemecahan masalah yang memerlukan
strategi yang berbeda-beda dari suatu
masalah kemasalah lainnya.
Pembelajaran pemecahan masalah tidak
sama dengan pembelajaran soal-soal
yang telah diselesaikan (solved
problems). Suatu pertanyaan atau soal
matematika dikatakan suatu masalah jika
dalam penyelesaiannya memerlukan
suatu kreatifitas, pengertian dan
pemikiran dari setiap orang yang
menghadapi masalah tersebut. Masalah
matematika tersebut biasanya berbentuk
soal cerita, membuktikan, menciptakan
atau mencari suatu pola matematika. Soal
cerita dalam matematika dipandang
sebagai suatu masalah apabila dalam
penyelesaiaannya membutuhkan
kreativitas, pengertian, dan imajinasi.
Imajinasi disini berfungsi untuk
membayangkan bagaimana langkah-
langkah penggunaan metode dalam
pikiran sebelum menuliskannya pada
kertas. Jadi, dalam penelitian ini
kemampuan pemecahan masalah yang
diharapkan pada siswa adalah
kemampuan menyelesaikan soal-soal
persamaan kuadrat, terutama soal-soal
persamaan kuadrat yang tidak rutin.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa ( LKS )
merupakan salah satu sumber atau media
belajar yang berbentuk lembaran yang
berisikan materi secara singkat, tujuan
pembelajaran, petunjuk mengerjakan
pertanyaan–pertanyaan dan sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa. LKS digunakan sebagai salah satu
88
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
media pembelajaran yang dapat dijadikan
suatu pilihan untuk mengajak siswa
mengkonstruksi konsep. Alat bantu LKS
ini mempunyai beberapa tujuan
diantaranya dapat mengaktifkan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar dan
membantu siswa memperoleh dan
mengembangkan konsep atau prinsip.
Penggunaan LKS dalam hal ini
adalah sebagai alat bantu pengajaran,
yang tujuannya untuk memperjelas
penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan memudahkan
proses belajar. Setiap siswa akan
menggunakan LKS untuk menuntaskan
materi pelajaran dan menuntun
penyelesaian soal–soal materi. Dengan
adanya LKS, siswa tidak hanya
menerima saja penjelasan yang diberikan
guru, melainkan siswa lebih aktif
melakukan kegiatan belajar.
Dalam penelitian ini, LKS
merupakan media yang dapat digunakan
dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan berstruktur.
Karena dengan adanya LKS, guru lebih
mudah dalam menginstruksikan siswa
untuk memahami materi dan soal–soal
yang diberikan. Demikian sebaliknya,
LKS dapat dimanfaatkan siswa sebagai
sumber belajar. Dalam hal ini, peran guru
bukan digantikan oleh LKS, melainkan
guru sebagai pengawas, pembimbing dan
motivator.
Metode Latihan Berstruktur
Menurut Rusmansyah
(www.depdiknas.go.id) metode latihan
berstruktur merupakan suatu cara
mengajar dengan memberikan latihan-
latihan berstruktur terhadap apa yang
telah dipelajari siswa sehingga
memperoleh keterampilan tertentu.
Pemberian latihan dilakukan setelah
siswa memperoleh konsep yang
dilatihkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Zulfarisna (2005 : 2) yang
mengemukakan bahwa metode latihan
berstruktur merupakan cara mengajar
yang diberikan oleh guru dengan jalan
melatih ketangkasan atau keterampilan
para siswa terhadap bahan pelajaran yang
telah diberikan. Dalam menerapkan
metode latihan berstruktur ini, guru
terlebih dahulu memberikan konsep
kemudian dilanjutkan dengan
memberikan contoh latihan soal yang
dimulai dari soal-soal yang mudah
kemudian dilanjutkan dengan soal–soal
yang sulit. Setelah memberikan konsep
89
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
dan contoh soal maka guru menugaskan
siswa untuk mengerjakan soal–soal yang
sejenis. Dalam hai ini guru harus aktif
memonitor pekerjaan siswa sehingga
dapat diketahui dimana kelemahan yang
mungkin ada pada siswa. Jika tidak ada
masalah maka dilanjutkan dengan
memberikan konsep dan contoh soal
selanjutnya diakhiri dengan memberikan
latihan–latihan soal kepada siswa,
demikian seterusnya sampai siswa
benar–benar mengerti akan konsep yang
diajarkan tersebut.
Dalam kaitannya dengan metode
mengajar, Rusmansyah
(www.depdiknas.go.id) mengungkapkan
bahwa metode latihan berstruktur adalah
kombinasi dari metode latihan dan
pemecahan masalah. Hal ini
dimaksudkan agar siswa memiliki
kecakapan mental dalam memecahkan
setiap permasalahan yang dihadapi
melalui latihan yang dibuat secara
berstruktur sehingga mereka terlatih
untuk berfikir secara sistematis, logis,
teliti, dan teratur.
Metode Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan
bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses
pembelajaran maupun penyelesaian soal,
siswa dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan
serta keterampilan yang sudah dimiliki
untuk diterapkan pada pemecahan
masalah yang bersifat rutin. Metode
pemecahan masalah (problem solving)
bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode
berfikir, sebab dalam problem solving
dapat menggunakan metode–metode
lainnya yang dimulai dengan mencari
data sampai kepada menarik kesimpulan
( Djamarah, 2006 : 91).
Jadi, dalam pelaksanaan
pemecahan masalah di kelas perlu
dikembangkan keterampilan
pemecahannya. Tahap pemecahan
masalah dapat dibandingkan oleh guru
dengan memanfaatkan penguasaan
materi terhadap materi yang diajarkan
kemudian disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik yang
berhubungan dengan perkembangan
kognitif. Pada pemecahan masalah, siswa
harus memahami maksud dari soal yang
diberikan guru dan memahami cara
penyelesaiannya.
1
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Teori Persamaan Kuadrat
Bentuk umum persamaan kuadrat
ditulis sebagai berikut :
; .
Himpunan penyelesaian dari
suatu persamaan kuadrat adalah nilai–
nilai dari variabel yang memenuhi
persamaan kuadrat sehingga persamaan
tersebut bernilai benar. Untuk
menyelesaikan suatu persamaan kuadrat
, yaitu dengan
menentukan nilai perubah yang
memenuhi persamaan tersebut. Sampai
sekarang ini, terdapat tiga cara untuk
menyelesaikan suatu persamaan kuadrat,
yaitu:
1. Memfaktorkan.
2. Melengkapkan Kuadrat Sempurna.
3. Rumus abc.
Dalam kehidupan sehari-hari,
cukup sering kita menemui masalah yang
dapat digolongkan sebagai masalah
persamaan kuadrat. Misalnya, suatu
taman bungan berbentuk segitiga siku-
siku. Sisi miring taman tersebut 34 cm
dan panjang salah satu kakinya lebih
panjang 14 cm dari panjang kaki lainnya.
Biasanya persoalan seperti ini, akan
diminta menentukan panjang kedua kaki
taman tersebut. Adapun panjang kedua
sisi taman tersebut adalah 16 cm dan 30
cm.
METODE PENELITIAN
Metode latihan berstruktur
merupakan salah satu metode
pembelajaran yang melibatkan peran
siswa secara aktif. Metode latihan
berstruktur ini dilakukan agar siswa
dapat lebih aktif dan lebih mampu
meningkatkan hasil belajarnya. Hal
tersebut dikarenakan metode ini mampu
membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan dan penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif atau
pengenalan siswa. Siswa akan ingat
lebih lama terhadap materi yang
diajarkan dan akan lebih menguasai,
sehingga penguasaan konsep dan
keterampilan dalam mengerjakan soal
dapat lebih ditingkatkan untuk mencapai
hasil yang lebih baik sehingga
kemampuan pemecahan masalah siswa
juga menjadi lebih baik.
Berdasarkan kajian teoritis di atas
maka yang menjadi hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah :
91
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
1. Jika pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan
berstruktur dengan menggunakan
LKS dilakukan maka dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada
pokok bahasan persamaan kuadrat.
2. Jika pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan
berstruktur dengan menggunakan
LKS dilakukan maka dapat
meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah siswa pada
pokok bahasan persamaan kuadrat.
Sebagai lokasi penelitian ini
adalah SMA Swasta Dharma Pancasila
Medan yang beralamatkan di jalan Dr.
Mansyur No 71 C Medan. Penelitian ini
dilaksanakan di semester ganjil di kelas
X Tahun Ajaran 2010/2011. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X-2 SMA Swasta Dharma Pancasila
Medan yang berjumlah 39 orang. Objek
dari penelitian ini adalah aktivitas dan
kemampuan memecahkan masalah
matematika siswa dengan menerapkan
metode latihan berstruktur dengan
menggunakan LKS, khususnya pada
pokok bahasan Persamaan Kuadrat.
Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (classroom
action research) dengan menerapkan
metode latihan berstruktur dengan
menggunakan LKS yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelas. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap kendala
dan kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan permasalahan persamaan
kuadrat dan menjelaskan upaya-upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika
pada materi persamaan kuadrat.
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif berguna untuk
menemukan data yang berbentuk kata-
kata seperti hasil observasi. Sedangkan
pendekatan kuantitatif berguna untuk
menemukan data hasil belajar siswa yang
berbentuk angka yaitu dari tes hasil
belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini
direncanakan hanya sampai dua siklus
saja. Setiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Siklus I membahas konsep
mencari akar-akar persamaan kuadrat.
Siklus I ini meliputi kegiatan mengetahui
permasalahan proses belajar mengajar
selama ini, merencanakan tindakan,
melakukan observasi dan wawancara,
92
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
menganalisa data dan refleksi terhadap
semua langkah pada siklus I. Setelah
dilaksanakan siklus I dan hasil perbaikan
yang diharapkan belum tercapai terhadap
tingkat penguasaan yang telah di
tetapkan peneliti maka tindakan masih
perlu dilanjutkan pada siklus II. Pada
siklus II diadakan perencanaan kembali
dengan mengacu pada hasil refleksi pada
siklus I. Pada siklus II ini peneliti
merencanakan tindakan pembelajaran
dengan menggunakan metode latihan
berstruktur dengan membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang memiliki
kemampuan bervariasi. Hal ini bertujuan
agar dapat meningkatkan aktivitas dan
kemampuan memecahkan masalah
matematika siswa. Pada bagian terakhir,
dapat diambil kesimpulan untuk kajian di
atas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan observasi dan
tes awal yang berupa tes diagnostik
kepada siswa kelas X-2 SMA Swasta
Dharma Pancasila Medan diperoleh data
bahwa aktivitas siswa masih sangat
kurang, yaitu mencapai 32, 82 %. Hal ini
terlihat dari hasil pengamatan peneliti,
siswa cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran, karena penggunaan
metode pembelajaran yang masih
berpusat kepada guru. Dari hasil tes
diagnostik diperoleh 5 (12,82 %) siswa
dengan kemampuan memecahkan
masalah yang berkategori baik, hal ini
berarti kemampuan awal siswa secara
keseluruhan dalam memecahkan masalah
masih sangat kurang . Salah satu
penyebab kurangnya kemampuan
memecahkan masalah siswa adalah
kurangnya kemampuan guru dalam
merancang program pengajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah. Dari tes diagnostik
yang diberikan diperoleh beberapa
kesalahan siswa dalam menjawab tes
yang diberikan.
Berdasarkan kesalahan-kesalahan
yang dilakukan siswa pada penyelesaian
soal-soal di atas, dapat diperoleh letak
kesalahan siswa dalam mengerjakan
soal-soal materi prasyarat persamaan
kuadrat, yaitu:
1. 15 siswa yang kurang memahami
bentuk dari pemfaktoran
2. 17 siswa yang sulit dalam melakukan
operasi hitung bentuk aljabar
93
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
3. 12 siswa yang tidak mengetahui
koefisien dari suatu bentuk aljabar
4. 19 siswa yang kurang teliti dalam
melakukan operasi perhitungan
5. 25 siswa yang kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita
Dilihat dari tes diagnostik yang
diberikan, sebagian besar siswa masih
kesulitan dalam memahami soal yang
diberikan dengan baik. Tes diagnostik
inilah yang digunakan peneliti sebagai
acuan dalam pemberian tindakan
menyusun skenario pembelajaran dengan
menerapkan metode latihan berstruktur
dengan bantuan LKS yang akan
melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa
dalam menyelesaikan masalah yang
disajikan.
Dari hasil observasi aktivitas
siswa dengan menerapkan metode latihan
berstruktur di kelas X-2 SMA Swasta
Dharma Pancasila Medan pada
pertemuan I diperoleh bahwa aktivitas
siswa masih dalam kategori kurang baik
(tidak tuntas), yaitu dengan rata-rata
44,49 % (lampiran 34). Sementara itu
hasil observasi aktivitas siswa pada
pertemuan II diperoleh persentase rata-
rata aktivitas siswa sebesar 54,62 %
(lampiran 34). Hal ini menunjukkan
terdapat peningkatan aktivitas siswa
sebesar 10,13 % dari pertemuan pertama.
Walaupun sudah terjadi peningkatan,
namun aktivitas siswa ini belum
mencapai target penelitian, yaitu rata-rata
aktivitas siswa mencapai 75 %. Kurang
aktifnya siswa dalam kegiatan
pembelajaran juga disebabkan karena
siswa masih dalam tahap penyesuaian
dengan metode pembelajaran yang baru.
Dari hasil observasi pada pertemuan
pertama dan kedua, telah tampak
terjadinya peningkatan aktivitas siswa
dari aktivitas awal yang hanya mencapai
32,82 %.
Hasil tes kemampuan pemecahan
masalah siswa setelah diberikan tindakan
I di kelas X-2 SMA Swasta Dharma
Pancasila Medan terdapat 14 siswa yang
memiliki nilai < 55 yang berarti tingkat
kemampuan pemecahan masalah masih
kurang dan 25 siswa mencapai nilai ≥ 55
yang berarti tingkat kemampuan
pemecahan masalah cukup baik dan baik.
Dari kedua data di atas, maka secara
keseluruhan dapat diketahui bahwa
kemampuan pemecahan masalah
persamaan kuadrat siswa kelas X-2 SMA
Swasta Dharma Pancasila Medan sudah
cukup baik, yaitu dengan persentase
94
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
sebesar 64,10 %. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan kemampuan
memecahkan masalah siswa sebesar
33,33 % dari kemampuan awal siswa
memecahkan masalah yaitu sebesar
30,77 %. Namun hal ini belum mencapai
target penelitian yaitu persentase
kemampuan pemecahan masalah siswa
secara keseluruhan minimal 70 %.
Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, masih ada beberapa
indikator aktivitas belajar siswa yang
masih tergolong minim dilakukan oleh
siswa seperti memberikan pendapat
untuk memecahkan masalah,
memberikan tanggapan terhadap materi
yang diajarkan guru dan terhadap
pendapat orang lain serta aktivitas siswa
dalam mempresentasikan hasil
pekerjaannya yang masih perlu
diperbaiki sehingga lebih baik lagi.
Beberapa hal yang perlu diperbaiki
adalah siswa yang aktif masih
didominasi oleh siswa yang pandai,
hanya beberapa siswa yang aktif
menyampaikan pendapatnya di depan
kelas dan masih ada siswa yang kurang
aktif dalam mengerjakan lembar aktivitas
siswa yang dibagikan guru. Dengan
memahami masalah yang ditemukan
pada siklus I, dirancang metode untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Hasil
observasi aktivitas siswa dengan
menerapkan metode latihan berstruktur
dengan menggunakan LKS di kelas X-2
SMA Swasta Dharma Pancasila Medan
pada pertemuan III diperoleh data bahwa
rata-rata aktivitas siswa sebesar 71,41 %
dengan kategori tidak tuntas dan pada
pertemuan IV diperoleh rata-rata
aktivitas siswa sebesar 80,77 % dengan
kategori tuntas (lampiran 34). Hal ini
berarti rata-rata aktivitas siswa sudah
memenuhi target penelitian yaitu rat-rata
aktivitas siswa minimal 75 %.
Hasil tes kemampuan pemecahan
masalah siswa setelah diberikan tindakan
II adalah tidak terdapat siswa dengan
kemampuan pemecahan masalah yang
kurang baik, terdapat 8 siswa (20,51 %)
dengan kemampuan pemecahan masalah
cukup baik, serta 26 siswa (66,67 %)
dengan kemampuan baik. Secara
keseluruhan, kemampuan pemecahan
masalah persamaan kuadrat siswa adalah
87,18% dengan kategori baik. Dalam hal
ini terlihat bahwa terjadi peningkatan
rata-rata kemampuan pemecahan
masalah antara siklus I dan siklus II.
Pada siklus I persentase rata-rata
95
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
kemampuan pemecahan masalah
persamaan kuadrat siswa adalah 56,67 %
dengan kategori cukup sedangkan pada
siklus II persentase rata-rata kemampuan
pemecahan masalah persamaan kuadrat
siswa adalah 73,13 % dengan kategori
baik dan banyaknya siswa dengan
kemampuan memecahkan masalah cukup
baik adalah 34 siswa (87,18 %). Hal ini
berarti telah mencapai target penelitian
yaitu minimal 70%.
Upaya-upaya yang telah
dilakukan pada siklus II telah berhasil
meningkatkan aktivitas dan kemampuan
memecahkan masalah siswa.
Pembelajaran yang berfokus pada siswa
membuat siswa menjadi lebih berani
beraktivitas dan mengemukakan
pendapat. Aktivitas siswa pada siklus I
terus mengalami peningkatan ke siklus
II, pada siklus I rata-iswarata skor
aktivitas siswa adalah 44,49 % pada
pertemuan I dan 54,62 % pada
pertemuan II sementara pada siklus II,
skor aktivitas siswa adalah 71,41 % pada
pertemuan III dan 80,77 % pada
pertemuan IV. Peningkatan aktivitas
siswa pada siklus II telah mencapai target
penelitian yaitu sebesar 75 %.
Sementara itu, hasil kemampuan
pemecahan masalah persamaan kuadrat
siswa pada siklus II juga mengalami
peningkatan yang cukup baik dari siklus
I. Banyak siswa dengan kemampuan
memecahkan masalah cukup baik pada
siklus I adalah 25 siswa dengan
persentase 64,10 % dan pada siklus II
banyaknya siswa dengan kemampuan
memecahkan masalah cukup baik
mencapai 34 siswa dengan persentase
87,18 %. Peningkatan kemampuan
memecahkan masalah siswa sudah
mencapai target penelitian yaitu minimal
70 %.
Jadi, penerapan metode latihan
berstruktur dengan menggunakan LKS
dapat meningkatkan aktivitas dan
kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah matematika. Dari hasil analisis
data aktivitas siswa pada siklus I dan
siklus II serta berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan diperoleh kesimpulan
bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran meningkat sebesar 26,53 %
dari siklus I hingga ke sikulus II. Hal ini
dimungkinkan karena penerapan metode
latihan berstruktur merupakan salah satu
metode pembelajaran yang melibatkan
peran siswa secara aktif.
96
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Berdasarkan hasil analisis data
penelitian dapat dikatakan bahwa
penerapan metode latihan berstruktur
dengan menggunakan LKS dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika.
Setelah diterapkan metode latihan
berstruktur dengan menggunakan LKS
diperoleh hasil tes kemampuan
memecahkan masalah II di kelas X-2
yaitu dari 39 siswa, 34 siswa mencapai
syarat ketuntasan kemampuan
memecahkan masalah dan 5 siswa belum
mencapai syarat ketuntasan kemampuan
memecahkan masalah. Dari 34 siswa
yang mencapai syarat ketuntasan
memecahkan masalah tersebut terdiri
dari 26 siswa yang kategori kemampuan
memecahkan masalahnya baik dan 8
siswa yang kategori kemampuan
memecahkan masalahnya cukup, dengan
tingkat ketuntasan kemampuan
memecahkan masalah secara klasikal
sebesar 87,18 % dan nilai rata-rata siswa
sebesar 73,13. Dari hasil analisis siklus I
dan siklus II terjadi peningkatan
kemampuan siswa memecahkan masalah
sebesar 23,08 %. Hal ini dimungkinkan
karena penerapan metode latihan
berstruktur dengan menggunakan LKS.
Disamping dapat mengaktifkan siswa,
LKS juga dapat mempermudah siswa
dalam memahami materi khususnya
materi persamaan kuadrat sehingga
membantu siswa untuk berlatih
memecahkan masalah matematika.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas siswa mengalami
peningkatan selama melakukan
pembelajaran dengan metode latihan
berstruktur. Hal ini dapat dilihat dari
analisis data. Dari hasil observasi
awal diperoleh data awal dengan
persentase aktivitas awal siswa
adalah 32,82 %. Setelah pemberian
tindakan dengan penerapan metode
latihan berstruktur dengan
menggunakan LKS, aktivitas siswa
mengalami peningkatan dengan
persentase 44,49 % hingga 54,62%
pada siklus I, peningkatan aktivitas
siswa mencapai 11,67 % hingga
21,80 %. Kemudian setelah diberikan
tindakan II pada siklus II, dengan
membagi siswa menjadi 10 kelompok
belajar, persentase aktivitas siswa
97
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
mencapai 71,41 % hingga 80,77 %,
ini berarti persentase aktivitas siswa
mengalami peningkatan sebesar
16,79 % hingga 26,15 % dari siklus I.
2. Kemampuan memecahkan masalah
persamaan kuadrat juga mengalami
peningkatan dengan penerapan
metode latihan berstruktur dengan
menggunakan LKS. Pada siklus I,
persentase siswa yang kemampuan
memecahkan masalahnya baik
sebesar 64,10 % sedangkan pada
siklus II sebesar 87,18 %.
3. Variasi jawaban siswa dalam mencari
akar-akar persamaan kuadrat yang
dominan digunakan oleh siswa
adalah memfaktorkan dan rumus abc.
Kesalahan yang dilakukan siswa
ketika memfaktorkan adalah siswa
salah dalam operasi hitung sehingga
hasil pemfaktoran salah, kemudian
kesalahan yang dilakukan siswa
ketika menggunakan rumus abc
dalam mencari akar-akar persamaan
adalah siswa salah dalam
mensubsitusi nilai koefisien dan
konstanta, sehingga hasil perhitungan
salah.
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian peneliti menyarakan agar guru
selalu membuat Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) yang bertujuan lebih melatih
siswa dalam memecahkan masalah.
Selain itu, perlu kiranya dilakukan
penelitian lebih lanjut dalam
menanggulangi kendala-kendala yang
dihadapi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Amustofa., (2009), Strategi Pemecahan Maslah Dalam Matematika, http://amustofa70.wordpress.com(diakses 30 Juli 2010).
---------------- (1988), Penilaian Program Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, S, (2007), Manajemen Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, dkk, (2009), Penelitian
Tindakan Kelas, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Asosiasi Guru Matematika Indonesia, Rendahnya Prestasi Matematika Indonesia, (http://www.pikiran-rakyat.com), Diakses 10 April 2010.
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S dan Aswan, Z., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hamalik, Oemar, (2008), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
98
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.Winni Andika Sari Gultom adalah Alumni Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Pendekatan Sistem, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Laksmi, Tips yang Dapat Diterapkan Guru untuk Mempelajari Matematika, http://www.ganeca.blogspirit.com, Diakses 22 April 2010.
Johanes,dkk, (2006), Matematika untuk SMA Kelas X, Penerbit Yudhistira, Jakarta.
Mulyasa, E., (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mulyati, dkk, (2006), Matematika untuk SMA dan MA Kelas X, Penerbit Piranti Darma Kalokatama, Jakarta.
Nasution, S., (2008), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Ossa, Sefvika.,(2009), Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas V Melalui Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah yang Berkonteks Cerita Rakyat Sumut di SDN 060825, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Rambe, P., (2010), Penerapan Teknik Think Pair Square dengan Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMP
Negeri 2 Rantau Selatan Tahun Ajaran 2009/2010, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Rohani, Ahmad, (2004), Pengelolaan Pengajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Rusmansyah, (2001), http://www.depdiknas.go.id//jurnal/35/penerapan-metode-latihan-berstruktur.html, Diakses 16 Maret 2010.
Sagala, S., (2006), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, Dr., (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sukardi, H.M., (2009), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Wena, Made, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Yohanna, (2008), Penerapan Metode Latihan Berstruktur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di Kelas X SMA Swasta Bina Guna Pematang Tanah Jawa Tahun Ajaran 2008/2009, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
99
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
KONVERGENSI DAN STABILITAS SOLUSI PERSAMAAN LAPLACE PADA BATAS DIRICHLET
Lasker P. Sinaga
Abstract
Persamaan laplace adalah salah satu bentuk persamaan differensial tipe eliptik yang dapat diselesaikan dengan metode pemisahan variabel. Metode pemisahan variabel membuat persamaan laplace menjadi dua persamaan differensial linear homogen orde dua yang memenuhi batas dirichlet pada persegi (rectangular). Solusi persamaan laplace adalah sebuah barisan yang konvergen dan stabil asimtot terhadap bidang keseimbangannya. Kata kunci : Laplace, Dirichlet, Konvergensi, Stabilitas
PENDAHULUAN
Kestabilan (stability) dan
keseimbangan (equilibrium)
diperkenalkan oleh matematikawan
Rusia, A. M. Lyapunov. Jika solusi-
solusi dari sebuah persamaan berada
dekat dan selalu dekat terhadap solusi
lainnya maka kondisi tersebut dikatakan
stabil, sebaliknya disebut dengan tidak
stabil.
Andaikan persamaan
),( ytfdt
dy dengan kondisi awal
0)0( yy mempunyai solusi ),( 0ytyy
dimana y adalah fungsi kontinu pada
interval tertutup T,0 maka untuk 0
terdapat 0y yang sangat kecil sehingga
kurva ),( 00 yytyy dimuat dalam
sebuah bidang dengan lebar 2 disekitar
solusi tersebut.
Permasalahan yang cukup
menarik adalah bagaimana cara
mengekspresikan penganalisisan
konvergensi dan kestabilan dari solusi
persamaan laplace pada batas dirichlet
dengan bentuk:
0),(),(
),( 2
2
2
22
y
yxu
x
yxuyxu .
),(),( yxfyxu pada ax 0 , 0y
0),( yxu pada sisi lainnya
100
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur dengan berbagai dukungan
definisi dan teorema.
PEMBAHASAN DAN HASIL
Solusi Persamaan Laplace
Persamaan laplace diselesaikan
dengan menggunakan metode pemisahan
variabel. Andaikan ),( yxu sebagai
solusi dari persamaan laplace dan
memisahnya atas perkalian dua fungsi
dengan variabel bebas berbeda
)()(),( yYxXyxu sehingga:
)()("),(
2
2
yYxXx
yxu
dan )(")(),(
2
2
yYxXy
yxu
Persamaan laplace akan menjadi:
0),(),(
2
2
2
2
y
yxu
x
yxu 0)(")()()(" yYxXyYxX
0)(
)("
)(
)("
yY
yY
xX
xX
Misalkan )(
)("
)(
)("
yY
yY
xX
xX, sedemikian diperoleh dua persamaan differensial
homogen orde dua, 0)()(" xXxX dan 0)()(" yYyY .
Kedua persamaan differensial
biasa tersebut akan diselesaikan dengan
memperhatikan problema nilai eigen
agar diperoleh solusi nontrivial serta
memenuhi kondisi batas yang ditentukan.
Yang dapat dilakukan adalah
menunjukkan semua kemungkinan nilai
.
Kasus 1. 0)()(" xXxX dengan
0)()0( aXX
1. Pada 0 diperoleh solusi trivial
sehingga 0 bukan nilai eigen dari
masalah diatas.
2. Pada 0 diperoleh solusi trivial
sehingga 0 bukan nilai eigen dari
masalah diatas.
101
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
3. Pada 0 dengan 2p , 0p
maka 0)()(" 2 xXpxX sehingga
diperoleh solusi
pxpxxX sincos)( 11 dengan
0)0( 1 X
dan 0sin)( 1 apaX . Untuk
01 maka nap ataua
np
sehingga2
222
a
np
untuk Nn .
Dengan demikian, diperoleh barisan
solusi xa
nxX n 2
22
1 sin)( untuk
Nn .
Kasus 2. 0)()(" yYyY dengan
0)()0( bYY
Karena pada kasus 1 telah diperoleh nilai
eigen 2
222
a
np
, Nn maka
kasus 2 dapat diselesaikan menjadi
ya
ny
a
nyYn
sinhcosh)( 22
dengan
0sinhcosh)( 22 ba
nb
a
nbYn
sehingga
b
a
n
ba
n
sinh
cosh
22
dengan demikian
)(sinhsinh
)( 2 yba
n
ba
nyYn
.
Solusi persamaan menjadi
ba
n
yba
n
xa
nkyYxXyxu nn
sinh
)(sinhsin)()(),(
dengan 12k .. Jadi, diperoleh solusi
yang sangat banyak tetapi belum
memenuhi kondisi batas. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan prinsip
superposisi.
ba
n
yba
n
xa
nkyxu
sinh
)(sinhsin),(
Dengan problema dirichlet, maka:
b
a
n
ba
n
xa
nkxu
sinh
sinhsin)0,( =
xa
nk
sin = )(xf
Misalkan xa
nkxfn
sin)( maka
xdxa
nxf
ak
a
n
sin)(
2
0 . Dengan
demikian
102
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
ba
n
yba
n
xa
nkyxun
sinh
)(sinhsin),( =
nb
ybnnxk
sinh
)(sinhsin
=
nb
ybnny
e
eenxk
2
)(2
1
1sin
Konvergensi dan Stabilitas Solusi Persamaan Laplace
Dengan memisalkan
bn
yn
ne
ekv
21
, 0k dan
1sin1 xn maka
nn vyxuv ),( atau
nn vyxu ),(0.
Analisis berikutnya
adalah menunjukkan kekonvergenan
barisan tersebut dengan menunjukkan
kekonvergenan ),( yxvn terlebih dahulu.
Misalkan nynn keP 1}{ dan
nbnn eQ 2
1 1}{ sehingga
n
nn Q
Pv .
Kekonvergenan ),( yxvn akan
ditunjukkan dengan menunjukkan
kekonvergenan dari 1}{ nnP dan
1}{ nnQ
berdasarkan definisi berikut.
Definisi 3.1 Sebuah barisan 1}{ nnx konvergen ke limit x jika untuk setiap 0 terdapat
bilangan bulat N, Nn sehingga xxn .
Contoh 3.2 Jika 0limlim
ny
nn
nkeP
maka 1}{ nnP konvergen ke 0.
Bukti:
Pilih untuk setiap 0 terdapat Nn 0
sedemikian nyny keke 0
Karena Nn , 0nn sehingga
nyke =nye
k< .
Dan
keny
k
ny ln atau
k
yn ln
1
Pilih K sedemikian 0n . Ambil
1n sehingga ke
ky
Dengan demikian nynn KeP 1}{
konvergen ke 0.
103
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Contoh 3.3 Jika
1)1(limlim 2
nb
nn
neQ maka
1}{ nnQ konvergen ke 1.
Bukti:
Pilih untuk setiap 0 terdapat Nn 0
sedemikian
nbnbnb eee 222 1)1(
Karena Nn , 0nn sehingga
nb
nb
ee
2
2 1.
Dan
12 nbe
1ln2 nb atau
1
ln2
1
bn
Pilih 1 sedemikian 0n . Ambil
1n sehingga 11
2
2
b
b
ee
Dengan demikian nbnn eQ 2
1 1}{
konvergen ke 1.
Teorema 3.4 Jika 1}{ nnP konvergen ke P dan
1}{ nnQ konvergen ke Q, dengan 0Q dan
0nQ untuk setiap n, maka
1nn
n
Q
Pkonvergen ke
Q
P.
Bukti:
Pilih 0 , terdapat sebuah bilangan
positif bilangan Riel M dan sebuah
bilangan bulat positif 1N , sedemikian
MQn untuk setiap 1Nn . Kemudian
0
1
'
Q
P
M
Terdapat sebuah bilangan positif 2N
sehingga, untuk 2Nn , 'PPn dan
sebuah bilangan bulat positif 3Nn ,
sehingga 'QQn . Misalkan
},,max{ 321 NNNN . Untuk Nn ,
'QQn , 'PPn dan MQn .
Jadi QQ
PQQP
Q
P
Q
P
n
nn
n
n =
PQPQPQQP
n
nn
QQP
Q
PP
n
n
n
n
<
P
Q nn
1'
Q
P
M1
1' =
104
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Dengan demikian n
nn Q
Pv konvergen ke 0.
Teorema 3.5 (The Ratio Test) Misalkan bahwa 0nv untuk kn maka
a. nv jika 1lim 1
n
n
n v
v
b. nv jika 1lim 1
n
n
n v
v
Bukti:
a. Jika 1lim 1
n
n
n v
v, terdapat bilangan r sehingga 10 r dan r
v
v
n
n 1 untuk n yang
semakin besar. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai n
n
n
n
r
r
v
v 11
.
Karena nr maka nv
b. Jika 1lim 1
n
n
n v
vterdapat bilangan r sehingga 1r dan r
v
v
n
n 1 untuk n yang
semakin besar. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai n
n
n
n
r
r
v
v 11
.
Karena nr maka nv
Berdasarkan tes rasio diatas, kekonvergenan dari
bn
yn
ne
ekv
21
ditunjukkan dengan n
n
n v
v 1lim
= )
1)(
1(lim
2
)1(2
)1(
yn
bn
bn
yn
n ke
e
e
ke
=
bn
bny
n e
ee
)1(2
2
1
1lim
= ye
Untuk 0 dan y > 0 maka 10 ye sehingga nv adalah konvergen.
105
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Teorema 3.6 (The Comparison Test) Misalkan bahwa untuk setiap Nn , nn vu 0
dan jika nv konvergen maka nu juga konvergen.
Bukti:
Misalkan nn uuus ...21 dan nn vvvt ...21 , kemudian karena nv konvergen,
)( nt adalah terbatas. Misalkan ttn , untuk setiap Nn ,
ttvvvuuus nnnn ...... 2121 sehingga ns juga terbatas. Karena ( ns )
adalah barisan yang naik (increasing, 0nu ), ( ns ) menuju titik limit pada n , dan
nu konvergen.
Karena ),(),(0 yxvyxu nn dan comparison test maka nu adalah
konvergen.
Teorema 3.7 Misalkan nu adalah sebuah barisan bilangan riel. Jika nu konvergen
maka nu juga konvergen.
Bukti:
Misalkan
00
0
n
nnn ujika
ujikaua dan
0
00
nn
nn ujikau
ujikab
Kemudian untuk setiap Nn , 0na ,
0nb dan nnn bau . Dengan
demikian nn ua 0 dan nn ub 0 .
Jadi, jika nu adalah konvergen maka
berdasarkan comparison test
membuktikan bahwa na dan nb
adalah konvergen, sehingga )( nn ba juga konvergen.
Solusi ),(),( yxuyxu n
dengan ),(),(0 yxvyxu nn telah
terbukti konvergen dan 0),(~0 yxu
adalah bidang keseimbangan. Yang
menjadi pertanyaan adalah apakah solusi
nol 0),(~0 yxu adalah stabil?
106
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Definisi 3.8 Jika untuk setiap 0 terdapat )( sehingga )(0 x ,
),(~),( 000 yxuyxxu untuk setiap 0y maka ),(~0 yxu disebut stabil.
Misalkan )(0 x dan berdasarkan teorema 3.4 diatas maka
nb
ybnny
e
eke
2
)(2
1
1sehingga:
),(~),( 000 yxuyxxu =
nb
ybnny
e
eexxnk
2
)(2
001
1)(sin
<
nb
ybnny
e
eke
2
)(2
1
1
Definisi 3.9 Penyelesaian ),(~0 yxu disebut stabil asimtot, jika stabil dan terdapat bilangan
00 sehingga 00 x dan 0)),(~),((lim 000
yxuyxxuy
Dengan definisi tersebut, 001
1sinlim
2
)(2
nb
ybnny
y e
eenxk .
Dengan demikian, solusi
persamaan laplace yang diperoleh adalah
barisan solusi yang konvergen dan stabil
asimtotik terhadap bidang keseimbangan
seperti ilustrasi pada gambar berikut.
107
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
Gambar 3.10 Kurva solusi
nb
ybnny
e
eexxnkyxu
2
)(2
001
1)(sin),(
Gambar 3.11 Sudut pandang dimensi dua kestabilan solusi persamaan laplace
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa solusi
persamaan laplace pada batas dirichlet
dapat diperoleh dengan metode
pemisahan variabel dengan nilai eigen
positif. Solusi yang diperoleh adalah
barisan solusi yang konvergen dan solusi
nol adalah bidang keseimbangannya.
Solusi tersebut stabil asimtotik terhadap
bidang keseimbangan.
Persamaan laplace adalah salah
satu bentuk persamaan differensial
elliptik. Penelitian ini dapat dilanjutkan
ke bentuk persamaan-persamaan elliptik
lainnya atau ke tipe persamaan parabolik
ataupun hiperbolik.
DAFTAR PUSTAKA
Bartle R. G., 1976, The Element of Real Analysis, Jhon Wiley & Sons Inc. Canada.
Brown A. L. dan Page A., 1970, Element of Functional Analysis, Van Nostrand Reinhold Company, London.
Farlow S. J., 1982, Partial Differential Equations for Scientist and Engineers, Jhon Wiley & Sons
Inc, Canada.Gaughan D. E., 1987, Introduction to
Analysis, Wadsworth Inc, Belmont, California, USA.
Gustafson K. E., 1987, Partial Differential Equations and Hilbert Space Methods, Jhon Wiley & Sons Inc. Canada.
John F., 1978, Partial Differential Equations, Springer-Verlag New
y
u(x,y)
u(x,y) = 0
108
Lasker P. Sinaga adalah Dosen Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penngetahuan Alam, Universitas Negeri Medan
York Inc, New York, USA.Seydel R., 1994, Practical Bifurcation
and Stability Analysis, -Verlag New York Inc, New York, USA.
Tikhonov N., Vasil’eva A. B., dan Sveshnikov A. B., 1985, Differential Equations, -Verlag New York Inc, New York, USA.
109
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
ANALISIS PERILAKU INDIVIDU DALAM ORGANISASI EFEKTIF
Benyamin Situmorang
Abstrak
Perilaku individu dalam organisasi efektif memperlihatkan morivasi kerja yang tinggi, kompetensi kerja yang baik, kepribadian yang baik, nilai-nilai yag dimiliki, kepuasan kerja, dan komitmen kerja. Perilaku individu berpengaruh terhadap perjalanan dan perkembangan organisasi dalam mencapai visi dan misinya.Kata Kunci: Perilaku, individu, organisasi, efektif
PENDAHULUAN
Dalam mengamati perbedaan
individual, perlu memperhatikan studi
ilmiah tentang perilaku manusia.
Kepribadian merupakan konsep yang
paling mendasar yang digunakan untuk
menjelaskan serangkaian perilaku. Pada
tingkat yang paling sederhana, dapat
dikatakan bahwa kepribadian adalah cara
khas atau cara dimana individu berpikir
dan bertindak ketika ia sedang
menyesuaikan diri dalam lingkungan.
Kepribadian terdiri dari berbagai perilaku
yang khas yang berbeda yang dapat
disusun dalam beberapa bentuk hierarki.
Jadi, perilaku manusia adalah sebagai
suatu fungsi dari interaksi antara
individu dengan lingkungannya.
Misalnya, seorang tukang parkir yang
melayani pemarkir mobil, seorang
tukang pos yang menyampaikan surat-
surat ke alamat, dan sebagainya. Mereka
semuanya akan berperilaku berbeda satu
sama lain, dan perilakunya adalah
ditentukan oleh masing-masing
lingkungannya yang memang berbeda.
Individu membawa ke dalam tatanan
organisasi, seperti kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan
kebutuhan, dan pengalaman masa
lalunya. Ini semuanya adalah
karakteristik yang dipunyai individu, dan
karakteristik ini akan dibawa olehnya
manakala ia akan memasuki suatu
lingkungan baru, yakni organisasi atau
lainnya.
Organisasi yang juga merupakan
suatu lingkungan bagi individu
mempunyai karakteristik pula. Adapun
karakteristik yang dipunyai organisasi
antaranya keteraturan yang diwujudkan
dalam susunan hierarki, pekerjaan-
pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan
tanggung jawab, sistem penggajian,
sistem pengendalian dan lain sebagainya.
110
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Jikalau karakteristik individu berinteraksi
dengan karakteristik organisasi maka
akan terwujudlah perilaku individu
dalam organisasi (Nadler et al.,1979).
Ini berarti bahwa seseorang individu
dengan lingkungannya menentukan
perilaku keduanya secara langsung.
Keduanya mempunyai sifat-sifat khusus
atau karakteristik tersendiri dan jika
kedua karakteristik ini berinteraksi maka
akan menimbulkan perilaku individu
dalam organisasi.
PEMBAHASAN
Individu dalam Organsisasi menurut Robbins/Judge
Topik bahasan Robbins pada individu
dalam organisasi ini meliputi:
a) Dasar-dasar perilaku individu; b)
Sikap dan kepuasan kerja; c)
Kepribadian dan nilai; d) Persepsi dan
pengambilan keputusan individu; e)
Konsep-konsep motivasi; f) Emotions
and Moods (emosi dan suasana hati).
Dasar-dasar perilaku individu
Robbins berpendapat ada tiga variabel
individu, yakni kemampuan,
karakteristik biografis dan pembelajaran.
Kemampuan merujuk ke kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai
tugas dalam pekerjaan tertentu, jadi
secara langsung mempengaruhi tingkat
kinerja dan kepuasan karyawan melalui
kesesuaian kemampuan-pekerjaan.
Kemampuan ini dibagi atas kemampuan
intelektual (IQ) adalah kapasitas untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan mental,
dan kemampuan fisik adalah
kemampuan menjalankan tugas yang
menuntut stamina, keterampilan,
kekuatan, dan karakteristik-karakteristik
serupa. Karakteristik-
karakteristik biografis seperti usia, jenis
kelamin, status kawin, banyaknya
tanggungan, dan masa kerja dalam
organisasi; kesemuanya ini secara
objektif dan mudah didapatkan dari
catatan personalia. Pembelajaran adalah
setiap perubahan perilaku yang relatif
permanen yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman.
Teori-teori pembelajaran yang
dapat menjelaskan pola-pola perilaku
adalah: (1) teori pengkondisian klasik
adalah tipe pengkondisian yang di
dalamnya individu menanggapi sejumlah
perangsang yang tidak secara biasa
menghasilkan tanggapan semacam itu,
(2) teori pengkondisian operant adalah
tipe pengkondisian yang di dalamnya
perilaku suka rela yang diharapkan
111
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
membuahkan hadiah atau mencegah
hukuman, dan (3) teori pembelajaran
sosial yang menyatakan bahwa manusia
dapat belajar melalui pengamatan dan
pengalaman langsung, jadi manusia
belajar dengan mengamati apa yang
terjadi pada orang lain dan dengan
sekedar diberitahu mengenai sesuatu,
maupun dengan mengalami secara
langsung.
Sikap dan kepuasan kerja
Pada topik ini akan dibahas
tentang sikap dan menunjukkan
hubungan antara sikap dan perilaku, serta
dampak kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan..
Sikap adalah pernyataan-pernyataan
evaluatif, baik yang diinginkan maupun
yang tidak diinginkan mengenai objek,
orang atau peristiwa. Sikap
mencerminkan bagaimana seseorang
merasakan sesuatu. Ada tiga komponen
sikap: (1) kognitif yaitu segmen
pendapat atau keyakinan dari sikap, (2)
afektif yaitu segmen emosional atau
perasaan dari sikap, dan (3) perilaku
yaitu merujuk ke maksud untuk
berperilaku dengan cara tertentu terhadap
seseorang atau sesuatu. Seseorang dapat
mempunyai ribuan sikap, namun OB
memfokuskan perhatian pada sejumlah
kecil sikap yang berkaitan dengan
pekerjaan. Sikap yang berkaitan dengan
pekerjaan ini membuka jalan evaluasi
positif atau negatif yang dipegang para
karyawan mengenai aspek-aspek
lingkungan kerja mereka.
Penelitian-penelitian awal
menunjukkan bahwa sikap secara kausal
terkait dengan perilaku, artinya sikap
seseorang menentukan apa yang mereka
lakukan Namun pada akhir dasawarsa
1960-an, penelitian yang dilakukan
Wicker (1969) menyimpulkan bahwa
sikap tidak terkait dengan perilaku,
ataupun hanya sedikit berhubungan.
Penelitian yang lebih baru
memperlihatkan bahwa hubungan A-B
dapat diperbaiki dengan memperhatikan
variabel-variabel pelunak seperti: arti
penting sikap, spesifisitas sikap,
aksesibilitas sikap, apakah terdapat
tekanan sosial, dan apakah seseorang
mempunyai pengalaman langsung
mengenai sikap (Kraus, 1995).
Kepuasan Kerja adalah sikap
umum individu terhadap pekerjaannya.
Kepuasan kerja lebih mencerminkan
sikap dari pada perilaku. Ketertarikan
para manajer terhadap kepuasan kerja
112
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
cenderung berpusat pada dampaknya
terhadap kinerja karyawan. Para peneliti
telah menangkap ketertarikan tersebut,
sehingga banyak penelitian yang
dirancang untuk menilai dampak
kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan seperti: (1) produktivitas,(2)
keabsenan, dan (3) pengunduran diri (4)
Dampak kepuasan kerja terhadap
produktivitas karyawan. Para pekerja
yang bahagia tidak selalu menjadi
pekerja yang produktif. Pada level
individu, bukti tersebut menunjukkan
bahwa pernyataan kebalikannya lebih
akurat, yaitu produktivitas
berkemungkinan membuahkan kepuasan.
Pada level organisasi, maka organisasi
yang mempunyai lebih banyak karyawan
yang merasa puas cenderung lebih efektif
dari pada organisasi yang mempunyai
lebih sedikit karyawan yang puas.
Mungkin benar bahwa kepuasan tidak
mempengaruhi produktivitas, karena
penelitian lebih difokuskan pada level
individu bukannya pada organisasi dan
bahwa ukuran level individu atas
produktivitas tidak mempertimbangkan
semua interaksi dan kerumitan proses
kerja.(2) Dampak kepuasan kerja
terhadap keabsenan. Adalah wajar bila
karyawan yang tidak puas
berkemungkinan lebih besar absen dari
pekerjaannya, namun ada faktor lain
yang mempunyai dampak terhadap
hubungan tersebut. (3) Dampak
kepuasan kerja terhadap pengunduran
diri. Kepuasan kerja berkorelasi negatif
dengan pengunduran diri, namun
hubungan tersebut lebih kuat dari apa
yang ditemukan untuk keabsenan.
Namun faktor-faktor lain seperti: kondisi
bursa kerja, pada organisasi tertentu
merupakan rintangan penting bagi
keputusan aktual untuk pengunduran diri
dari pekerjaan.
Kepribadian dan Nilai
Pada topik ini akan dibahas
tentang kepribadian serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya dan juga tentang
nilai serta mengenali nilai-nilai antar
kebudayaan. Kepribadian adalah jumlah
total cara-cara yang ditempuh individu
untuk bereaksi terhadap dan berinteraksi
dengan yang lain. Kepribadian yang
paling sering digambarkan berdasar cirri-
ciri yang dapat diukur yang diperlihatkan
seseorang. Pada umumnya yang faktor-
faktor yang mempengaruhi kepribadian
adalah faktor keturunan, faktor
lingkungan yang diperlemah oleh kondisi
113
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
situasi. Adapun ciri-ciri kepribadian
antara lain rasa malu, keagresifan,
kepatuhan, kemalasan, ambisi, kesetiaan,
dan ketakutan. Semakin konsisten ciri-
ciri tersebut dan semakin sering terjadi
dalam berbagai situasi, maka semakin
penting ciri-ciri tersebut dalam
menggambarkan individu.
Nilai adalah keyakinan-
keyakinan dasar bahwa bentuk khusus
perilaku atau bentuk akhir keberadaan
secara pribadi atau sosial lebih dipilih
dibandingkan dengan bentuk perilaku
atau bentuk akhir keberadaan perlawanan
atau kebalikan. Nilai mengandung unsur
pertimbangan yang mengemban gagasan-
gagasan seorang individu mengenai apa
yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai
mempunyai atribut isi dan intensitas.
Atribut isi mengatakan bahwa bentuk
perilaku atau bentuk akhir keberadaan
adalah penting. Atribut intensitas
menjelaskan seberapa penting hal itu.
Penelitian Hofstede menyimpulkan
bahwa para manajer dan karyawan
berbeda-beda berdasarkan lima dimensi
nilai budaya, seperti: (1) jarak
kekuasaan, (2) individualisme versus
kolektivisme, (3) kuantitas kehidupan
versus kualitas kehidupan, (4)
penghindaran ketidak pastian, dan (5)
orientasi jangka panjang versus jangka
pendek.
Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu
Pada topik ini akan
menggambarkan bagaimana keputusan-
keputusan dalam organisasi dibuat,
namun terlebih dahulu dibahas mengenai
proses persepsi dan memperlihatkan
bagaimana proses-proses tersebut terkait
pada pengambilan keputusan individual.
Persepsi adalah proses yang
digunakan individu mengelola dan
menafsirkan kesan indera mereka dalam
rangka memberikan makna kepada
lingkungan mereka. Meski demikian apa
yang dipersepsikan seseorang dapat
berbeda dari kenyataan objektif. Tidak
harus selalu berbeda, namun sering
terdapat ketidaksepakatan. Mengapa
persepsi itu penting dalam studi OB?
Semata-mata karena perilaku manusia
didasarkan pada persepsi mereka
mengenai apa realitas yang ada, bukan
mengenai realitas itu sendiri. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi itu adalah: (1) dari pihak pelaku
persepsi, antara lain sikap, kepribadian,
motif, kepentingan atau minat,
pengalaman masa lalu dan harapan; (2)
114
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
dalam objek atau target yang
dipersepsikan, antara lain hal baru,
gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,
dan kedekatan; dan (3) dalam konteks
situasi dimana persepsi itu dibuat, antara
lain waktu, tempat kerja, dan keadaan
sosial.
Proses Pengambilan Keputusan
Rasional. Pengambil keputusan yang
optimal bersifat rasional, artinya secara
konsisten membuat pilihan yang
memaksimalkan nilai dalam batas-batas
tertentu. Adapun langkah-langkah dalam
model pengambilan keputusan
mengalokasikan bobot terhadap kriteria,
(4) mengembangkan alternatif, (5)
mengevaluasi alternatif, dan (6) memilih
alternatif terbaik.
Bagaimana hubungan antara
persepsi dan pengambilan keputusan
individu? Individu-individu dalam
organisasi membuat keputusan, artinya
mereka membuat pilihan dari dua
alternatif atau lebih. Pembuatan
keputusan terjadi sebagai reaksi terhadap
masalah. Setiap keputusan menuntut
penafsiran atau evaluasi terhadap
informasi. Data lazimnya diterima dari
berbagai sumber dan data itu perlu
disaring, diproses, dan ditafsirkan. Data
manakah yang relevan dengan keputusan
dan mana yang tidak? Persepsi dari
pembuat keputusan akan menjawab
pertanyaan ini.
Konsep-konsep Motivasi Dasar.
Motivasi adalah proses yang ikut
menentukan intensitas, arah, dan
ketekunan individu dalam usaha
mencapai sasaran. Tiga unsur kunci
definisi mitivasi yaitu intensitas, arah,
dan berlangsung lama. Intensitas terkait
dengan seberapa keras seseorang
berusaha. Intensitas yang tinggi
kemungkinan tidak akan menghasilkan
kinerja yang diinginkan jika upaya itu
tidak disalurkan ke arah yang
menguntungkan organisasi, karena itu
harus dipertimbangkan kualitas upaya itu
maupun intensitasnya. Dan motivasi
memiliki dimensi berlangsung lama,
artinya seberapa lama seseorang dapat
mempertahankan usahanya. Teori awal
tentang motivasi adalah teori hierarki
kebutuhan, teori X dan Y, dan teori dua
faktor. Sedangkan teori-teori
kontemporer tentang motivasi adalah
teori ERG (Existence, Relatedness, and
Growth), teori kebutuhan McClelland,
teori evaluasi kognitif, teori penetapan
115
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
sasaran, teori penguatan, teori flow dan
motivasi intrinsic, teori kesetaraan, dan
teori pengharapan.
Emotions and Moods (Emosi dan Suasana Hati)
Emosi adalah perasaan kuat yang
diarahkan kepada seseorang atau sesuatu.
Emosi adalah reaksi terhadap objek,
bukan sifat kepribadian, tetapi bersifat
spesifik-objek. Anda menunjukkan emosi
anda, bila anda senang terhadap sesuatu,
marah terhadap seseorang, takut terhadap
sesuatu. Suasana hati adalah perasaan
yang cenderung menjadi kurang kuat
dibandingkan dengan emosi, dan yang
tidak mempunyai stimulus kontekstual,
jadi tidak di arahkan kepada objek.
Emosi dapat berubah menjadi suasana
hati ketika anda kehilangan fokus pada
objek konstekstual. Misalnya, bila
seseorang rekan kerja mengkritik anda
karena cara anda berbicara kepada
seorang klien, anda mungkin menjadi
marah terhadapnya. Artinya, anda
menunjukkan emosi terhadap objek
(rekan anda). Tetapi pada hari itu juga,
mungkin mendapati diri anda tidak
bersemangat. Anda tidak dapat
menganggap perasaan ini disebabkan
oleh perasaan tertentu, anda hanya
merasa tidak normal. Keadaan ini
menggambarkan suasana hati. Sekarang
yang menjadi pertanyaan adalah: 1).
Dapatkah manajer mengendalikan emosi
rekan kerja dan karyawan mereka?
Tidak. Emosi adalah bagian alamiah dari
sifat individu. Para manajer keliru jika
mereka mengabaikan unsur emosional
dalam perilaku organisasi dan menilai
perilaku individu seolah-olah
sepenuhnya rasional. Anda tidak dapat
memisahkan emosi dari tempat kerja,
karena anda tidak dapat memisahkan
emosi dari orang. Para manajer yang
memahami peran emosi akan secara
signifikan meningkatkan kemampuan
mereka untuk menjelaskan dan
memperkirakan perilaku individu. 2).
Apakah emosi mempengaruhi kinerja
pekerjaan? Ya. Emosi dapat menghambat
kinerja khususnya emosi-emosi negatif.
Namun, emosi dapat juga meningkatkan
kinerja, mengapa? Pertama, emosi dapat
meningkatkan tingkat kemunculan,
dengan demikian bertindak sebagai
motivator peningkatan kerja. Kedua,
tenaga kerja emosional mengakui bahwa
perasaan dapat menjadi bagian dari
perilaku yang dituntut oleh pekerjaan
tertentu. Misalnya, kemampuan untuk
mengelola emosi secara efektif dalam
116
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
kepemimpinan dan posisi penjualan bisa
menjadi penting bagi keberhasilan dalam
posisi tersebut.
Individu dalam Organisasi menurut Slocum/Hellriegel
Memahami individu dalam
organsisasi merupakan hal yang krusial
dalam meningkatkan kepribadian, tim,
kepemimpinan, dan efektivitas organisasi
(Slocum dan Hellriegel, 2009: 6). Pada
topik individu dalam organisasi ini,
Slocum/Hellriegel memfokuskan pada
faktor internal individu, yang meliputi:
kemampuan, motivasi, persepsi, sikap,
kepribadian dan nilai, dengan penekanan
pada kompetensi. Menurut
Slocum/Hellriegel ada tujuh kompetensi
kunci yang mencakup faktor-faktor
internal tersebut, seperti: kompetensi diri,
kompetensi komunikasi, kompetensi
diversitas, kompetensi etika, kompetensi
lintas budaya, kompetensi tim, dan
kompetensi perubahan.
Kompetensi diri mencakup
pengetahuan, keahlian dan kemampuan
untuk mengukur kekuatan dan
kelemahan sendiri, menyusun dan
mencapai tujuan profesional dan
personal, menyeimbangkan pekerjaan
dan kehidupan pribadi, serta terlibat
dalam pembelajaran baru – termasuk
keahlian, perilaku, dan sikap yang baru
atau hasil modifikasi. Kompetensi diri ini
tidak terlepas dari kepribadian, karena
kepribadian menyajikan keseluruhan
profil atau kombinasi atribut psikologi
yang stabil, yang menangkap sifat dasar
yang unik dari seseorang. Kepribadian
menggabungkan sekumpulan
karakteristik mental dan fisik yang
mencerminkan bagaimana cara pandang,
pemikiran, tindakan, dan perasaan
seseorang. Memahami kepribadian orang
berarti mencari tahu tentang hal-hal
dirinya, apakah dirinya sama dengan
orang lain dan apa yang
membedakannya. Pemahaman tentang
kepribadian ini akan membantu seorang
pemimpin untuk menghadapi orang lain,
sehingga ia dapat menentukan sikap atau
respon yang tepat sesuai dengan kondisi
tertentu.
Kompetensi komunikasi
mencakup pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan untuk menggunakan segala
cara memindahkan, pemahaman, dan
penerimaan ide-ide, pemikiran, dan
perasaan seperti verbal, mendengarkan,
nonverbal, tertulis, elektronik, dan
sejenisnya yaitu untuk memindahkan dan
pertukaran informasi dan perasaan secara
117
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
akurat. Dalam proses komunikasi, pesan
yang disampaikan dapat berupa ide,
pemikiran atau perasaan yang
kesemuanya bersifat abstrak. Kompetensi
komunikasi ini mencakup pengetahuan,
keahlian, dan kemampuan kunci untuk
dapat melakukan hal-hal berikut secara
efektif: a). Menyampaikan informasi,
ide, dan perasaan kepada orang lain
dengan cara tertentu sehingga mereka
menerimanya seperti yang diharapkan.
Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh
keahlian dalam menerangkan yaitu
mengidentifikasi contoh yang spesifik
dan konkrit dari perilaku beserta efeknya;
b). Memberikan umpan balik yang
membangun yaitu dengan cara
membagikan pemikiran dan perasaan
mereka tentang orang lain. Umpan balik
mungkin saja mencakup perasaan atau
tanggapan pribadi terhadap idea atau
usulan orang lain. Respon seseorang
menerima umpan balik juga akan
bervariasi sesuai dengan bagaimana isi
dari umpan balik itu dan cara
menyampaikannya; c). Mendengarkan
secara aktif, yaitu proses memadukan
informasi dan perasaan dalam pencarian
makna dan pemahaman yang dibagikan.
Kemampuan ini membutuhkan keahlian
dalam bertanya, yaitu keahlian
menanyakan informasi dan opini dengan
cara tertentu sehingga memperoleh
tanggapan yang relevan, jujur, dan tepat;
d). Menggunakan dan
menginterpretasikan komunikasi
nonverbal, berupa ekspresi wajah, bahasa
tubuh, dan kontak fisik yang sering
digunakan untuk mengirimkan pesan.
Hal ini didukung oleh keahlian
berempati, yaitu merasakan dan
memahami nilai-nilai, alasan, dan emosi
orang lain; e). Menggunakan komunikasi
verbal dengan efektif, yaitu kemampuan
menyajikan ide, informasi, dan emosi
kepada yang lain baik perorangan
maupun kelompok; f). Menggunakan
komunikasi tertulis dengan efektif,
kemampuan mengirimkan data,
informasi, ide, dan perasaan melalui
laporan, surat, memo, catatan, dan pesan
e-mail; g). Menggunakan berbagai
sumber daya berbasis computer/media
elektronik seperti e-mail dan internet.
Kompetensi diversitas mencakup
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
untuk memberi nilai atas keunikan
karakteristik individu dan kelompok
sebagai sumber potensial bagi kekuatan
organisasi, serta menghargai keunikan
setiap individu. Kompetensi diversitas ini
mencakup pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan kunci untuk dapat
melakukan hal-hal berikut secara efektif:
118
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
a). Membantu pengembangan lingkungan
yang memasukkan orang-orang yang
menunjukkan karakter yang berbeda
dengan dirinya sendiri; b). Belajar dari
orang-orang dengan karakter,
pengalaman, perspektif, dan latar
belakang yang berbeda; c). Merangkul
dan mengembangkan kecenderungan
personal, seperti ketelitian dan sikap
yang menunjukkan rasa hormat terhadap
orang dari budaya dan ras yang berbeda,
yang mendukung keragaman dalam
lingkungan kerja dan tempat lain; d).
Mengkomunikasikan dan melaksanakan
secara personal komitmen untuk bekerja
dengan tiap individu dan anggota tim
karena talenta dan kontribusi mereka,
tanpa memperhatikan atribut pribadi
mereka; e). Menetapkan langkah
kepemimpinan, mengadakan diskusi,
untuk mengatasi
prasangka/kecenderungan yang nyata,
mempromosikan pemasukan, dan
mencari solusi “win-win” dari konflik
yang berdasar pada isu keragaman; f).
Menerapkan hukum dan perundang-
undangan bersamaan dengan kebijakan
dan peraturan organisasi terkait dengan
keragaman yang berhubungan dengan
posisi seseorang.
Kompetensi etika mencakup
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
memadukan nilai dan prinsip yang
membedakan benar dan salah dalam
rangka membuat keputusan dan memilih
perilaku. Kompetensi etika ini mencakup
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
kunci untuk dapat melakukan hal-hal
berikut secara efektif: a).
Mengidentifikasikan dan menguraikan
prinsip-prinsip pengambilan keputusan
dan pemilihan perilaku yang etis; b).
Menilai perlunya isu etis dalam
mempertimbangkan langkah tindakan
alternative; c). Menerapkan undang-
undang dan peraturan pemerintah
bersamaan dengan aturan tingkah laku
karyawan, dalam pembuatan keputusan;
d). Menunjukkan martabat dan
penghargaan terhadap orang lain dalam
hubungan kerja, seperti mengambil
tindakan menentang praktek diskriminasi
yang mungkin dikerjakan secara
individual dan terkait dengan posisi
pribadi.
Kompetensi lintas budaya
mencakup pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan untuk mengenal dan
merangkul persamaan dan perbedaan di
antara berbagai bangsa dan budaya dan
kemudian pendekatan kunci issu strategis
dan organisasi dengan suatu keterbukaan
rasa ingin tahu. Kompetensi lintas
budaya ini mencakup pengetahuan,
119
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
keahlian, dan kemampuan kunci untuk
dapat melakukan hal-hal berikut secara
efektif: a). Memahami, mengapresiasi,
dan menggunakan karakteristik yang
membuat suatu kekhususan keunikan
budaya, seperti mempengaruhi perilaku
seseorang; b). Mengidentifikasikan dan
memahami bagaimana pekerjaan
dihubungkan dengan nilai, seperti
individualisme dan kolektivisme,
mempengaruhi pilihan individu-individu
dan grup dalam pembuatan keputusan;
c). Memahami dan memotivasi karyawan
dengan sikap dan nilai yang berbeda; d).
Berkomunikasi dengan bahasa negara
dimana individu memiliki hubungan
kerja. Kemampuan ini adalah krusial
bagi karyawan yang memiliki
komunikasi lancar dengan orang dimana
bahasa pribumi berbeda dari yang
mereka miliki; e). Menjalin tugas dengan
negara lain atau secara efektif bekerja
dengan negara lain tersebut.
Kompetensi tim mencakup
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
mengembangkan, mendukung,
memfasilitasi, dan memimpin kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi.
Kompetensi tim ini mencakup
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan
kunci untuk dapat melakukan hal-hal
berikut secara efektif: a). Penentuan
keadaan dimana pendekatan tim cocok
dan jika pengguanaan tim tepat, dan tipe
tim digunakan; b). Ikut serta di dalam
atau memimpin proses pencapaian tujuan
perbuatan yang jelas bagi tim; c).
Berpartisipasi di dalam atau memberikan
kepemimpinan dalam penentuan
tanggung jawab dan tugas-tugas tim
secara keseluruhan, dan juga tanggung
jawab dan tugas individual anggota tim;
d). Mendemonstrasikan suatu pengertian
tentang tanggung jawab bersama dan
tanggung jawab pribadi demi pencapaian
tujuan tim; e). Penerapan metode dan
teknologi pengambilan keputusan yang
sesuai dengan tujuan, isu-isu, dan tugas-
tugas yang dihadapi tim; f). Penyelesaian
konflik pribadi dan tugas terkecil di atara
anggota tim sebelum mereka kacau
sekali; g). Penilaian performans diri
seseorang dan tim yang berhubungan
dengan tujuan, termasuk kemampuan
mengambil tindakan perbaikan
sebagaimana dibutuhkan.
Kompetensi perubahan
mencakup pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan untuk mengenal dan
melaksanakan adaptasi yang dibutuhkan
atau transformasi yang baru pada
masyarakat, tugas-tugas, strategis,
struktur, atau teknologi dalam tanggung
jawab seseorang. Kompetensi perubahan
120
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
ini mencakup pengetahuan, keahlian, dan
kemampuan kunci untuk dapat
melakukan hal-hal berikut secara efektif:
a). Gunakan ke enam kompetensi
sebelumnya dalam mendiagnosa,
pengembangan, dan implementasi
perubahan yang dibutuhkan; b).
Tetapkan model kepemimpinan dalam
proses perubahan yang direncanakan; c).
Model kepemimpinan dan pendekatan
yang mungkin digunakan dalam kondisi
krisis yang bervariasi serta
penggunaannya pada perubahan yang
lebih besar; d). Mendiagnosa tekanan
yang tahan perubahan pada situasi
khusus; e). Gunakan model sistem
perubahan dan proses lain untuk
mengenal dan mencapai perubahan
organisasi; f). Cari, peroleh, gabungkan,
dan gunakan pengetahuan baru dalam
pencapaian perkembangan yang konstan,
kreativitas, dan pendekatan baru ataupun
tujuan-tujuan.
Individu dalam Organisasi menurut Colquitt
Sehubungan dengan individu
dalam organisasi, Colquitt berpendapat
bahwa faktor-faktor individual
mechanisms yang berpengaruh langsung
terhadap individual outcomes seperti job
performance dan organizational
commitment. Adapun faktor-faktor
individual mechanisms adalah: a). Job
Satisfaction, b). Stress, c). Motivation,
d). Trust, Justice, &Ethics, dan e).
Learning & Decision Making. Job
satisfaction adalah kondisi emosi yang
menyenangkan yang diperoleh seseorang
dari penilaian terhadap pekerja atau
pengalaman pekerjaannya, dengan kata
lain hal ini menunjukkan bagaimana
seseorang merasa dan berfikir tentang
pekerjaannya. Bagaimana pay
satisfaction selayaknya diterima
karyawan secara tepat dan terjamin,
ditunjukkan dalam gambar berikut ini.
121
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Gambar . The Value-Percept Theory of Job Satisfaction b). Stress adalah respon psikologis
terhadap satu tuntutan yg melebihi
kapasitas seseorang.Tuntutan berlebihan
yang menyebabkan seseorang
mengalami stres disebut stressor.
Sedangkan strain adalah konsekuensi
negatif yg terjadi apabila tuntutan yang
ada telah melebihi kapasitas seseorang
untuk menerimanya, yang terdiri atas:
physiological strains, psychological
strains, dan behavioral strains.
Physiological Strains adalah hasil
stressor yang menimbulkan gangguan
sedikitnya empat sistem tubuh manusia.
Pertama, stressor dapat mereduksi
efektivitas sistem immune tubuh
sehingga sulit menangkis penyakit dan
infeksi. Kedua, stressor dapat merusak
sistem kardiovaskuler, menyebabkan hati
mempercepat, meningkatkan tekanan
darah, dan mengakibatkan penyakit
jantung koroner. Ketiga, stressor dapat
menyebabkan problem dalam sistem
musculoskeletal tubuh. Keempat, stressor
dapat menyebabkan problem sistem
gastro.
122
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Psychological Strains adalah hasil
stressor, seperti depresi, gelisah, marah,
rasa bermusuhan, kurang percaya, mudah
marah, tidak mampu berpikir cerdas,
pelupa, kurang kreatif, memori hilang,
dan rasa humor hilang.
Behavioral Strains adalah yang paling
sedikit berhubungan dengan GAS
(General Adaptation Syndrome),
kenyataannya perilakunya tidak sehat,
seperti kertak gigi malam hari, perasaan
sebagai tuan, merokok berlebihan, suka
mengunyah, candu alkohol, dan terpaksa
makan.
c). Motivasi adalah dorongan energi yg
berasal dari dalam dan luar berhubungan
dengan usaha orang untuk melakukan
suatu pekerjaan dan menentukan arah,
intensitas dan persistensi /daya tahan
seseorang. Motivasi merupakan suatu
konsiderasi kritik karena keterampilan
kerja merupakan suatu fungsi dari dua
faktor: motivasi dan kemampuan. Bagian
pertama menggambarkan bahwa
motivasi bukanlah sesuatu hal tetapi
melebihi suatu tekanan yang jelas.
Sebahagian penekanan merupakan
bagian internal karyawan, seperti tujuan
yang diberikan seorang karyawan.
Bagian berikutnya menggambarkan
bahwa motivasi menentukan sejumlah
inti usaha kerja karyawan. Motivasi
menentukan apa yang dikerjakan
karyawan saat momen yang diberikan,
seperti arah kemana usaha mereka
disalurkan. Ada sejumlah teori dan
konsep yang menjelaskan mengapa
sebahagian karyawan lebih termotivasi,
namun Colquitt hanya memfokuskan
pada: expectancy theory, goal setting
theory, dan equity theory.
d).Trust, Justice and Ethic: Trust adalah
keinginan untuk mempercayai dan
memiliki harapan positif berkaitan
dengan niat dan perilaku otoritas. Trust
berakar dari berbagai jenis faktor.
Kadang-kadang trust didasarkan dari
disposisi, dimana sifat kepribadian
cenderung mempercayai yang lain.
Kadang-kadang juga didasarkan pada
kesadaran, dimana hal ini berakar dari
suatu taksiran rasional dari yang layak
dipercayai. Namun kadang-kadang trust
didasarkan pada suatu pengaruh, dimana
hal ini tergantung pada perasaan yang
berlebihan terhadap taksiran rasional.
Justice adalah persepsi keadilan terhadap
pengambilan keputusan yang dilakukan
vigur otoritas. Ada empat dimensi
justice:
- Distributive justice: menggambarkan
rasa kewajaran hasil pembuatan
keputusan. Karyawan menaksir
distribusi keadilan dengan
123
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
menanyakan dimana hasil keputusan
seperti upah, hadiah, evaluasi,
promosi, dan taksiran kerja,
dialokasikan menggunakan norma
yang layak.
- Procedural justice: menggambarkan
rasa kewajaran proses pembuatan
keputusan. Salah satunya adalah
suara, dengan memberi kesempatan
pada karyawan mengutarakan
pandangan dan opininya selama
sejalan dengan pembuatan keputusan.
- Interpersonal justice:
menggambarkan rasa kewajaran
perlakuan yang diterima karyawan.
Hal ini terjadi ketika karyawan bicara
sembarangan, misalnya mencela,
mencaci, memaki, memalukan, atau
menghina mereka di depan umum;
atau menunjuk mereka sebagai rasial
atau “sexist labels”.
- Informational justice:
menggambarkan rasa kewajaran
komunikasi yang disediakan bagi
karyawan. Aturan justifikasi
menunjukkan bahwa otoritas
menjelaskan hasil dan prosedur
pembuatan keputusan dengan cara
yang layak dan komprehensif, serta
komunikasi yang jujur dan
transfaran.
Ethic menggambarkan tingkat
dimana perilaku otoritas sesuai dengan
norma moral yang berlaku umum. Ketika
karyawan merasakan memiliki etika yang
baik, mereka percaya bahwa sesuatu
yang akan dikerjakan, pasti dapat
dikerjakan. Ada empat komponen model
pembuatan keputusan etika, yaitu dengan
menganjurkan bahwa perilaku etika
merupakan sesuatu yang bertingkat dan
berurutan yang dimulai dari awareness,
dilanjutkan pada moral judgment, dan
kemudian moral intent dan ethical
behavior.
e). Learning and Decision Making:
Learning adalah perubahan perilaku yang
relatif permanen pada pengetahuan dan
keterampilan seseorang melalui
pengalaman. Menurut Colquitt, belajar
itu penting karena mempunyai pengaruh
signifikan dalam pembuatan keputusan,
yang berkenaan dengan proses
membangkitkan dan memilih beberapa
alternatif dalam menyelesaikan masalah.
Semakin banyak pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki karyawan,
maka semakin akurat dan tepat
keputusan yang diambilnya. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka metode belajar
yang paling sesuai adalah:
124
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Decision making adalah proses
menghasilkan dan memilih alternatif
untuk mengatasi suatu masalah. Apakah
problem pembuatan keputusan yang
dapat menghambat karyawan untuk
menuangkan yang dipelajarinya menjadi
keputusan yang akurat?
Limited Information: Kebanyakan
karyawan merasa diri mereka sebagai
pembuat keputusan rasional, namun
sebenarnya mereka tergolong pada
rasional terbatas. Rasional terbatas
maksudnya bahwa secara sederhana
pembuat keputusan tidak memiliki
kemampuan atau sumber-sumber
informasi untuk membuat suatu
keputusan yang optimal.
Faulty Perceptions: Sebagai pembuat
keputusan, karyawan dipaksa untuk
mempercayai persepsi mereka untuk
membuat keputusan. Persepsi adalah
proses memilih, mengorganisir,
menyimpan, mendapatkan kembali
informasi tentang lingkungan. Persepsi
memang dapat berguna, karena
menolong kita untuk merasakan
lingkungan sekitar kita, namun sering
juga menjadi versi realitas yang berubah
bentuk. Persepsi dapat berbahaya dalam
pembuatan keputusan, karena
kecenderungan kita membuat asumsi
atau evaluasi pada dasarnya.
Faulty Attributions: Penelitian tentang
atribusi menunjukkan bahwa ketika
orang menyaksikan suatu perilaku,
mereka membuat suatu pendapat, apakah
itu disebabkan faktor internal atau faktor
eksternal. Misalnya, ketika stafmu
terlambat masuk kerja serta lupa bahwa
ia adalah anggota kelompok presentasi,
maka engkau akan membuat suatu
pendapat mengapa hal itu terjadi,
akhirnya engkau menyimpulkan bahwa
hal itu adalah faktor internal stafmu,
seperti malas, atau memiliki etika kerja
yang buruk.
Semua faktor Individual Mechanisms di
atas secara langsung mempengaruhi
Individual Outcomes (seperti Job
performance dan Organizational
Commitment). Namun faktor Individual
Characteristics (seperti Personality &
Cultural Values) secara tidak langsung
mempengaruhi Individual outcomes,
tetapi dengan perantaraan faktor
Individual Mechanisms.
Personality (Kepribadian) adalah
struktur dan kecenderungan yang ada
dalam diri seseorang yang dapat
menjelaskan pola karakteristik yang
dimilikinya seperti pemikiran, emosi, dan
perilaku. Kepribadian memunculkan
reputasi sosial seseorang yakni
bagaimana ia dipandang oleh temannya,
125
Benyamin Situmorang adalah dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
keluarga, dan supervisor. Dalam hal ini
kepribadian berbicara mengenai
bagaimana seseorang tersebut, hal ini
kebalikan dari kemampuan, kemampuan
berbicara apa yang dapat dilakukan
seseorang. Kepribadian
juga merupakan kumpulan dari sifat2
khusus. Sifat itu adalah kecenderungan
yang mengarahkan seseorang merespon
terhadap lingkungannya.
Cultur Values (Nilai budaya) sebagai
suatu kepercayaan bersama mengenai
apa yang dilakukan dalam satu budaya
yang mempengaruhi ekspresi seseorang.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
mengenai Individu Dalam Organisasi
menurut pendapat: 1). Robbins, 2).
Slocum, dan 3). Colquitt di atas dapatlah
disimpulkan bahwa pada prinsipnya
hampir sama, walaupun ada
perbedaannya hanya dalam
penekanannya, seperti:
1). Pendapat Robbins dan pendapat
Colquitt hampir sama, namun Robbins
lebih dominan pada motivasi, sedangkan
Colquitt lebih terperinci, dimana dengan
mengelompokkan beberapa faktor yang
tergabung dalam Individual Mechanisms
yang secara langsung berpengaruh
terhadap Job Performance dan
Organizational Commitment.
2). Pendapat Slocum juga dalam
membahas individu dalam organisasi ini
hampir sama dengan kedua pendapat di
atas, namun Slocum berfokus pada
kompetensi, dimana dalam semua
pembahasan faktor-faktor internal
tersebut selalu berkaitan dengan
kompetensi, sehingga terdapat tujuh
kompetensi kunci.
DAFTAR PUSTAKAColquitt, Jason A; Lepine, Jeffery A; dan
Wesson, Michael J. (2009).Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Comp., Inc.
Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A, (2009). Organizational Behavior, 13th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Slocum, John W., Jr. dan Hellriegel,
Don, (2009). Principles of Organizational Behavior, 12th
Edition. Cina: South-Western Cengage Learning.
Tyson, Shaum dan Tony Jackson. (2000). Perilaku Organisasi.Yogyakarta: ANDI and Pearson Education Asia Pte. Ltd.
PETUNJUK BAGI PENULIS
1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan.
2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus.
3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal)
4. Artikel hasil penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil
penelitian : 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan
masalah, dan rangkuman kajian teoritik)f. Metode penelitiang. Hasil penelitian h. Pembahasan i. Kesimpulan dan saranj. Daftar pustaka
5. Artikel Non Penelitian memuat :a. Judul b. Nama Penulisc. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata)d. Kata-kata kunci)e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan
tentang hal-hal pokok yang akan dibahas).f. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan)i. Penutup ( atau kesimpulan dan saran)j. Daftar pustaka
6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh beikut :
Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for
Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc
ISSN 1978-869X