10
Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330 96 PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdriffa Linn) UNTUK PENINGKATAN KUALITAS YOGURT ADDING OF ROSELLA (Hibiscus Sabdriffa Linn) FLOWER EXTRACT FOR IMPROVEMENT QUALITY OF YOGURT Muhammad Hasir Adam 1 dan Andy 2 1 Program Pasca Sarjana Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Hasanuddin 2 Staf Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan ekstrak bunga rosella dalam proses pembuatan yogurt dan level penambahan yang optimal untuk memperoleh produk yogurt yang berkualitas.. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Nutrisi Ternak Dasar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi yang digunakan adalah susu segar, ekstrak bunga rosella, starter plain yogurt (Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus), NaOH 1%, etanol 96%, bahan pembungkus, aluminium foil, kertas label, aquades, dan alkohol 75%. Peralatan yang digunakan adalah oven, pengaduk, saringan, kompor, panci, baskom, thermometer, toples, buret, plastik pembungkus, neraca analitik, perangkat titrasi, pipet volume, pipet tetes, pipet man, gelas ukur, gelas piala, erlenmeyer, pH meter. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola Faktorial 2 x 4 dengan 5 kali ulangan. Faktor A Lama inkubasi (A 1 = 12 jam pada 30 o C) dan (A 2 = 16 jam pada 30 o C). Faktor B Pemberian Ekstrak Bunga Rosella (B 1 =0% Ekstrak bunga rosella, B 2 = 0,5% Ekstrak bunga rosella, B 3 = 1% Ekstrak bunga rosella, dan B 4 = 1,5% Ekstrak bunga rosella). Parameter yang diamati yakni pH, asam laktat, dan kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi level ekstrak bunga rosella maka semakin tinggi keasaman yogurt dengan pH rata-rata 3,5. Hingga penyimpanan 16 jam menunjukkan tidak adanya penurunan kualitas pada yogurt. Kata kunci: Susu segar, ekstrak bunga rosella, starter bakteri, yogurt ABSTRACT The study aims to determine the extent of effect of adding of rosella flower extract in the process of making yoghurt and optimal level of adding to obtain a quality yogurt products. The research was conducted in August-September 2011 in the Laboratory of Livestock Product Technology and Basic Animal Nutrition Faculty of Animal Husbandry Hasanuddin University, Makassar. The material used were freshmilk, rosella flower extract, plain starter yoghurt (Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus), NaOH 1%, ethanol 96%, wrapping, aluminium foil, paper labels, aquadest, and alcohol 75%. The equipment used were oven, mixer, filters, stoves, pots, basins, thermometer, jars, burette, plastic wrapping, analytical balance, the titration, the volume pipettes, pipette drops, pipette man, measuring cup, glass cup, erlenmeyer, pH meters. Experimental design used in this research was Completely Randomized Design(CRD) in factorial 2 x 4 with five replications. Factor A was incubation time (A1 = 12 hours at 30 o C) and (A2 = 16

5. Penambahan Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdriffa Linn) Untuk Peningkatan Kualitas Yogurt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penambahan ekstrak rosella

Citation preview

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    96

    PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdriffa Linn)

    UNTUK PENINGKATAN KUALITAS YOGURT

    ADDING OF ROSELLA (Hibiscus Sabdriffa Linn) FLOWER EXTRACT FOR

    IMPROVEMENT QUALITY OF YOGURT

    Muhammad Hasir Adam1 dan Andy

    2

    1Program Pasca Sarjana Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Hasanuddin

    2 Staf Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

    ABSTRAK

    Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan ekstrak bunga

    rosella dalam proses pembuatan yogurt dan level penambahan yang optimal untuk

    memperoleh produk yogurt yang berkualitas.. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

    Agustus - September 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Nutrisi Ternak

    Dasar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi yang digunakan

    adalah susu segar, ekstrak bunga rosella, starter plain yogurt (Lactobacillus bulgaricus dan

    Streptococcus thermophilus), NaOH 1%, etanol 96%, bahan pembungkus, aluminium foil,

    kertas label, aquades, dan alkohol 75%. Peralatan yang digunakan adalah oven, pengaduk,

    saringan, kompor, panci, baskom, thermometer, toples, buret, plastik pembungkus, neraca

    analitik, perangkat titrasi, pipet volume, pipet tetes, pipet man, gelas ukur, gelas piala,

    erlenmeyer, pH meter. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola Faktorial 2 x 4 dengan 5 kali ulangan.

    Faktor A Lama inkubasi (A1 = 12 jam pada 30oC) dan (A2 = 16 jam pada 30

    oC). Faktor B

    Pemberian Ekstrak Bunga Rosella (B1 =0% Ekstrak bunga rosella, B2 = 0,5% Ekstrak

    bunga rosella, B3 = 1% Ekstrak bunga rosella, dan B4 = 1,5% Ekstrak bunga rosella).

    Parameter yang diamati yakni pH, asam laktat, dan kadar protein. Hasil penelitian

    menunjukkan semakin tinggi level ekstrak bunga rosella maka semakin tinggi keasaman

    yogurt dengan pH rata-rata 3,5. Hingga penyimpanan 16 jam menunjukkan tidak adanya

    penurunan kualitas pada yogurt.

    Kata kunci: Susu segar, ekstrak bunga rosella, starter bakteri, yogurt

    ABSTRACT

    The study aims to determine the extent of effect of adding of rosella flower extract in the

    process of making yoghurt and optimal level of adding to obtain a quality yogurt products.

    The research was conducted in August-September 2011 in the Laboratory of Livestock

    Product Technology and Basic Animal Nutrition Faculty of Animal Husbandry

    Hasanuddin University, Makassar. The material used were freshmilk, rosella flower

    extract, plain starter yoghurt (Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus),

    NaOH 1%, ethanol 96%, wrapping, aluminium foil, paper labels, aquadest, and alcohol

    75%. The equipment used were oven, mixer, filters, stoves, pots, basins, thermometer, jars,

    burette, plastic wrapping, analytical balance, the titration, the volume pipettes, pipette

    drops, pipette man, measuring cup, glass cup, erlenmeyer, pH meters. Experimental design

    used in this research was Completely Randomized Design(CRD) in factorial 2 x 4 with

    five replications. Factor A was incubation time (A1 = 12 hours at 30oC) and (A2 = 16

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    97

    hours at 30oC). Factor B was rosella flower extract (B1 =0% rosella flowers extract, B2=

    0.5% rosella flower extract, B3= 1% rosella flower extract, and B4= 1.5% rosella flower

    extract) adding to the yoghurt. The observed parameters was pH, lactic acid, and protein

    levels. The results showed higher levels of rosella flower extract was increase the acidity

    of the yoghurt with an average pH of 3.5. Storage of up to16 hours showed no decrease

    inquality of yogurt.

    Keywords: Freshmilk, rosella flower extract, starter bacteria, yoghurt

    PENDAHULUAN

    Yogurt merupakan salah satu bentuk pro-

    duk minuman hasil pengolahan susu yang

    memanfaatkan mikroba dalam proses fer-

    mentasi susu segar menjadi suatu bentuk

    produk emulsi semi solid dengan rasa

    yang lebih asam. Produk ini dapat mem-

    beri nilai tambah pada susu terutama

    untuk meningkatkan daya cerna susu dan

    membentuk ekologi dalam sistem digesti

    untuk menunjang stabilitas sistem pen-

    cernaan. Hidrolisis gula susu (laktosa)

    menjadi asam laktat oleh aktivitas mik-

    roba meningkatkan keasaman susu (pH

    menurun) yang mengakibatkan koagulasi

    protein susu dan membentuk curd yang

    kompak. Terbentuknya asam laktat me-

    nyebabkan yogurt memiliki rasa asam.

    Rasa asam, aroma yang lebih kecut dan

    tajam, dan warna yang lebih gelap dari

    susu segar menyebabkan produk ini me-

    merlukan perlakuan tambahan dalam pro-

    ses pembuatannya. Produk yogurt di pa-

    saran umumnya telah mengalami penam-

    bahan ekstrak buah-buahan dan zat pe-

    warna, untuk mencegah rasa asam yang

    berlebihan dan untuk meningkatkan daya

    tarik produk.

    Sejalan dengan kemajuan media informasi

    dan dinamika pengetahuan yang kian ber-

    kembang di masyarakat, persepsi tentang

    manfaat dan nilai tambah yang diperoleh

    saat mengkonsumsi suatu produk hasil

    olahan susu menjadi determinan dalam

    peningkatan daya tarik produk. Introduksi

    bahan-bahan alami lain yang mempunyai

    nilai manfaat yang berbeda dan spesifik

    namun tidak mengganggu dalam proses

    pengolahan, kemudian menjadi tantangan

    dalam pengembangan proses produksi

    yogurt.

    Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) meru-

    pakan salah satu dari tanaman berkhasiat.

    Meskipun rosella belum banyak diman-

    faatkan di Indonesia, tetapi tanaman ini

    telah dimanfaatkan sejak dahulu di negara

    lain. Di India, Afrika, dan Meksiko, se-

    luruh bagian tanaman rosella berfungsi

    sebagai obat tradisional. Bunga rosella,

    selain mempunyai rasa yang enak dan

    berkhasiat sebagai antioksidan, juga digu-

    nakan untuk penurun tekanan darah tinggi,

    anti kejang, obat cacingan, perangsang

    peristaltik usus, dan antiseptik usus.

    Manfaat yogurt yang dikenal selama ini

    adalah pengaruh positifnya terhadap pro-

    ses pencernaan. Namun, tidak sedikit pula

    masyarakat yang menyenangi yogurt, ka-

    rena bentuk penyajian dalam rasa dan

    warna buah-buahan seringkali menimbul-

    kan keraguan pada sisi keamanan produk.

    Disamping itu, pola pikir konsumen yang

    cenderung pada pengaruh manfaat produk

    secara komprehensif mengakibatkan di-

    perlukannya suatu bentuk introduksi ba-

    han alami yang dapat mengatasi masalah

    tersebut. Diketahui bahwa proses produksi

    yogurt sangat bergantung pada proses

    fermentasi susu yang berlangsung, kera-

    gaman antioksidan yang terkandung da-

    lam ekstrak bunga rosella kemungkinan

    dapat mempengaruhi kinerja mikroba pe-

    ngurai selama dalam proses pembuatan

    yogurt.

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    98

    Berdasarkan hal tersebut, maka dianggap

    perlu dilakukan penelitian untuk melihat

    sejauhmana pengaruh penambahan eks-

    trak bunga rosella dalam proses pem-

    buatan yogurt.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

    yaitu pada bulan Agustus sampai Sep-

    tember 2011, di Laboratorium Teknologi

    Hasil Ternak Unit Pengolahan Susu dan

    Laboratorium Nutrisi Ternak Dasar Fakul-

    tas Peternakan Universitas Hasanuddin

    Makassar.

    Bahan yang digunakan adalah susu segar,

    ekstrak rosella, starter plain yogurt (Lac-

    tobacillus bulgaricus dan Streptococcus

    thermophilus), NaOH 1%, etanol 96%,

    bahan pembungkus, aluminium foil, kertas

    label, aquades, dan alkohol 75%. Sedang-

    kan Alat-alat yang digunakan adalah oven,

    pengaduk, saringan, kompor, panci, bas-

    kom, thermometer, toples, buret, plastik

    pembungkus, neraca analitik, perangkat

    titrasi, pipet volume, pipet tetes, pipet

    man, gelas ukur, gelas piala, erlenmeyer,

    pH meter, serta peralatan analisis lainnya.

    Rancangan Penelitian

    Rancangan yang digunakan dalam pene-

    litian ini adalah rancangan acak lengkap

    (RAL) dengan pola Faktorial 2 x 4 dengan

    5 kali ulangan.

    Faktor A waktu inkubasi antara lain:

    A1 = 12 jam pada 300C

    A2 = 16 jam pada 30 0C

    Faktor B ekstrak bunga rosella :

    B1 = 0% Ekstrak bunga rosella

    B2 = 0,5% Ekstrak bunga rosella

    B3 = 1% Ekstrak bunga rosella

    B4 = 1,5% Ekstrak bunga rosella

    Parameter yang diukur: pH, Asam laktat

    dan Kadar protein.

    Analisis Sampel dan Pengambilan Data

    Pengukuran pH

    Sampel yogurt dilihat nilai pH-nya dengan

    menancapkan ujung elektroda pada sam-

    pel dan mencatat nilainya yang tertera

    pada layar pH meter. Sebelum pengukur-

    an, alat pH meter terlebih dahulu dikalib-

    rasi dengan larutan buffer pH 7 dan 10.

    Asam Laktat

    Susu segar rata-rata mengandung asam

    laktat antara 0,140,19 asam laktat (Chaplin dan Lyster, 1999). Ketika susu

    disimpan dalam suhu ruang, keasaman

    menjadi meningkat, dan mulai terasa asam

    laktat meningkat menjadi 0,25%, yaitu

    ketika pH mencapai 6,0. Jika keasaman

    terus meningkat, maka akan terjadi pre-

    sipitasi kasein saat keasaman mencapai

    0,50,65% saat pH mencapai 4,64 sampai 4,78 (Parry, 1997).

    Persentase asam laktat dikalkulasi berda-

    sarkan rumus sebagai berikut (Marshall

    dan Peeler, 1992) :

    SampelBerat

    9 x NaOH) N x NaOH (ml (%)laktat Asam

    tetapi yang paling akurat bila faktor

    larutan NaOH (F) diketahui melalui titrasi,

    sehingga rumus dapat diturunkan sebagai

    berikut (Malaka, 1997):

    (g) SampelBerat

    9 x F x NaOH) N x NaOH ml (%)Laktat Asam

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    99

    Dalam hal ini satu milliliter (1 mL) so-

    dium hidroksida (NaOH) setara dengan

    0,009 g asam laktat.

    Kadar Protein

    Kadar protein dihitung dengan mengguna-

    kan persamaan menurut Sudarmadji et al.,

    (1994).

    sampel mg

    100 x 14.007 x normalitas x blanko) ml-HCL (ml N %

    % Protein = % N x faktor konversi (6,38)

    Analisis Data

    Penelitian dilaksanakan secara eksperi-

    mental berdasarkan rancangan acak leng-

    kap (RAL). Perlakuan adalah volume (mL

    ekstrak liter-1

    susu) penambahan ekstrak

    bunga rosella: 0%; 0,5%; 1%; dan 1,5%,

    dengan 5 kali ulangan. Adapun persamaan

    model matematis dari desain penelitian

    yang digunakan adalah sebagai berikut

    (Gasperzs, 1991):

    Yijk= + i + j + ()ij + ijk

    i = 1, 2, 3,4

    j = 1, 2

    k = 1, 2, 3, 4, 5

    Keterangan:

    Yij = Nilai pengamatan pada yogurt ke-k

    yang memperoleh kombinasi

    perlakuan ke-i dan ke-j

    = Nilai rata-rata perlakuan

    i = Pengaruh aditif faktor ke-i j = Pengaruh aditif faktor ke-j ()ij = Pengaruh interaksi faktor dan

    pada kombinasi perlakuan ke-ij

    ijk = Nilai pengaruh galat yogurt ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i

    Apabila hasil Analisis Keragaman (ANO-

    VA) menunjukkan adanya pengaruh per-

    lakuan terhadap respon sampel, maka

    akan dilakukan analisis nilai beda tengah

    menggunakan Uji beda nyata terkecil

    (BNT).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengaruh Penambahan Ekstrak Bunga

    Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)

    terhadap Keasaman pada Yogurt (pH)

    pH merupakan logaritma negatif dari

    aktivitas ion hidrogen dan merupakan fak-

    tor penting terhadap pertumbuhan mikro-

    organisme dalam produk pangan. Energi

    metabolisme mikrobial sangat ditentukan

    olah perpindahan air pada membran, dan

    aktivitas enzim mikrobial dan stabilitas

    makromolekul seluler (Zeuthen dan Bogh-

    Sorensen, 2003). Rata-rata nilai pH yogurt

    yang diperoleh pada pengujian dengan

    penambahan ekstrak bunga rosella (Hibis-

    cus sabdariffa Linn) pada lama penyim-

    panan 12 dan 16 jam dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bah-

    wa lama penyimpanan pada 12 jam mau-

    pun 16 jam tidak berpengaruh nyata (P

    >0,05) terhadap nilai pH yogurt yang di-

    hasilkan, perbedaan nilai yogurt pada

    sampel secara nyata (P

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    100

    Tabel 1. Nilai pH yogurt yang diberi ekstrak rosella pada level yang berbeda-beda dan

    diinkubasi selama 12 dan 16 jam.

    Ekstrak Rosella Lama Penyimpanan

    Total 12 jam 16 jam

    A1 (0%)

    A2 (0,5 %)

    A3 (1 %)

    A4 (1,5%)

    4,090,04

    3,89 0,05

    3,65 0,04

    3,51 0,01

    4,04 0,06

    3,73 0,45

    3,62 0,02

    3,45 0,03

    4,06 0,05a

    3,82 0,29b

    3,63 0,03c

    3,48 0,04c

    Total 3,78 0,23a 3,72 0,3a 3,75 0,26

    Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama

    menunjukkan perbedaan yang nyata (P0,05) dengan nilai yang diperoleh pada

    sampel 1%, namun secara nyata (P0,05) dari per-

    lakuan lama penyimpanan yogurt pada 12

    dan 16 jam mengindikasikan bahwa ke-

    adaan yogurt yang dibiarkan selama 12

    hingga 16 jam masih layak untuk dikon-

    sumsi, oleh karena keasaman produk ma-

    sih pada kisaran angka yang normal. Hasil

    ini juga mengindikasikan bahwa ekstrak

    bunga rosella mampu bekerja dalam mem-

    pertahankan pH yogurt selama periode

    penyimpanan. pH yang rendah dalam

    produk berperan dalam menekan pertum-

    buhan mikroorganisme lain yang tidak

    diinginkan, Mattila-Sandholm dan Saarela.

    (2000) mengemukakan, bahwa pH rendah

    susu fermentasi, asam laktat dan senyawa

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    101

    flavor menghambat pertumbuhan sebagian

    besar bakteri yang ada dalam susu sehing-

    ga menghasilkan produk yang aman dan

    sehat. Oleh kandungan LAB dalam yogurt

    ini sehingga produk yogurt mempunyai

    berbagai manfaat sebagai pangan, dalam

    usus besar LAB berperan dalam mengen-

    dalikan mikroorganisme intestinal dan

    menurunkan formasi produk beracun da-

    lam saluran pencernaan.

    Secara garis besar proses kimiawi dalam

    pembentukan yogurt dibagi menjadi dua

    tahap, yaitu tahapan perombakan laktosa

    menjadi asam laktat, dan reaksi asam lak-

    tat dengan kalsium yang terkandung da-

    lam kasein (Tamine dan Robinson, 2000).

    Nilai pH yang diperoleh mengalami pe-

    nurunan sejalan dengan kenaikan level

    ektrak rosella yang diberikan pada sampel,

    dengan demikian maka kehadiran anti-

    oksidan yang terkandung dalam ekstrak

    rosella tidak menghalangi proses fer-

    mentasi yang terjadi hingga pada derajat

    tertentu, dan nilai pH yang masih dalam

    kisaran normal setelah proses penyim-

    panan mengindikasikan kinerja antioksi-

    dan yang mampu menjaga konsistensi

    larutan dari pengaruh oksidasi.

    Indikasi adanya pengaruh antioksidan da-

    lam proses fermentasi pembuatan yogurt

    kemungkinan disebabkan oleh proses fer-

    mentasi yang berlangsung merupakan re-

    aksi reduksi antara asam laktat dan

    kalsium yang terikat dalam protein kasein

    (Mattila-Sandholm dan Saarela, 2000).

    Pada perlakuan kontrol, nilai pH yang

    lebih tinggi menunjukkan tingkat ke-

    asaman yang lebih rendah dibandingkan

    pada sampel yang diberi ekstrak rosella,

    hal ini kemungkinan terjadi akibat ter-

    hentinya aktifitas bakteri asam laktat

    Lactobacillus bulgaricus dan Strepto-

    coccus thermophilus akibat keasaman

    lingkungan yang tidak memungkinkan

    lagi untuk peroses metabolismenya. Se-

    mentara pada sampel yang diberi per-

    lakuan ekstrak rosella proses fermentasi

    masih terus berlangsung oleh pengaruh

    interaksi mikroorganisme dengan substan-

    si antioksidan yang terkandung dalam eks-

    trak rosella.

    pH yang rendah menghambat pertumbuh-

    an bakteri akibat terjadinya kerusakan

    sistem transport membran yang terjadi pa-

    da mikroorganisme (bakteri), Zeuthen dan

    Bogh-Sorensen (2003) menjelaskan, bah-

    wa pH mempengaruhi metabolisme energi

    mikroba dengan menghambat transport

    atau lalulintas air pada membran sel, dan

    stabilitas makromolekuler seluler mikro-

    ba. Beberapa mikroorganisme mempunyai

    kemampuan alami untuk bertahan pada

    toleransi pH yang luas karena memiliki

    homeostasis pH pasif (passive pH homeo-

    stasis) pada membrannya, dimana mikro-

    organisme tersebut mencegah proton eks-

    ternal untuk masuk ke dalam sel dengan

    meningkatkan kapasitas penyangga (buf-

    fer) sitoplasmiknya atau melalui sitesis

    glutamat dan atau citrat dalam sito-

    plasmanya. Mikroorganisme dengan pas-

    sive pH homeostasis ini memiliki per-

    meabilitas membran yang rendah terhadap

    proton dan ion-ion.

    Lactobacillus bulgaricus dan Strepto-

    coccus thermophilus merupakan contoh

    mikroorganisme dengan membran active pH homeostatis (Gatje, et al., 1991). Lebih lanjut Zeuthen dan Bogh-Sorensen

    (2003) mengemukakan bahwa bakteri de-

    ngan active pH homeostatis adalah bakteri

    yang pH sitolasmiknya dibentuk dalam

    aktivitas metabolismenya dengan trans-

    port aktif proton dan ion. pH sitoplasmik

    bakteri ini akan mengalami kenaikan dan

    perubahan sesuai dengan keadaan ling-

    kungan sehingga pada perubahan pH ter-

    tentu aktivitas metabolismenya akan ter-

    hambat. Substansi antioksidan secara ti-

    dak langsung mencegah masuknya proton

    secara aktif ke dalam/menembus membran

    sel sehingga stabilitas pH dalam sito-

    plasma bakteri secara relatif dapat di-

    pertahankan. Hal ini sehingga penambah-

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    102

    an antioksidan pada produk fermentasi

    (seperti yogurt) dilakukan setelah proses

    fermentasi selesai (Zeuthen dan Bogh-

    Sorensen, 2003; Tamine dan Robinson,

    2000).

    Pengaruh Penambahan Ekstrak Bunga

    Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)

    terhadap Asam Laktat Yogurt

    Bakteri asam laktat (BAL) memiliki pe-

    ranan penting dalam kehidupan manusia,

    baik melalui keterlibatannya pada fermen-

    tasi makanan maupun kemampuannya

    tumbuh pada jalur intestin. Pada fermen-

    tasi makanan selain memberikan rasa

    khas, bakteri ini juga memperpanjang da-

    ya simpan karena kemampuannya meng-

    hasilkan produk metabolit yang dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri pem-

    busuk dan bakteri patogen (Ray, 1996).

    Rata-rata nilai asam laktat yogurt yang

    diperoleh pada pengujian dengan penam-

    bahan ekstrak bunga rosella (Hibiscus

    sabdariffa Linn) pada lama penyimpanan

    12 dan 16 jam dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Nilai asam laktat yang diberi ekstrak rosella pada level yang berbeda-beda dan

    inkubasi selama 12 dan 16 jam.

    Ekstrak Rosella Lama Penyimpanan

    Total 12 jam 16 jam

    A1 (0%)

    A2 (0,5 %)

    A3 (1 %)

    A4 (1,5%)

    1 0,03

    1,02 0,04

    1,15 0,07

    1,35 0,02

    1,06 0,08

    1,04 0,02

    1,17 0,02

    1,36 0,02

    1,03 0,07a

    1,03 0,03a

    1,16 0,05b

    1,35 0,02c

    Total 3,78 0,23a 1,16 0,13a 1,14 0,14

    Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan beda

    nyata (P0,05)

    perlakuan lama inkubasi 12 dan 16 jam,

    sementara itu level pemberian asam laktat

    menunjukkan pengaruh yang nyata (P

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    103

    bandingkan dengan lama inkubasi. Ber-

    dasarkan hasil yang diperoleh tersebut

    maka asumsi ekstrak rosella dalam men-

    jaga kualitas yogurt hingga masa inkubasi

    16 jam terpenuhi. Asam laktat bekerja

    dalam mengganggu stabilitas kasein de-

    ngan misel dengan mengkonversi koloid

    kalsium/fospat kompleks dalam misel ke

    dalam bentuk fraksi yang bersifat larut,

    sehingga pelepasan kalsium secara gra-

    dual dari misel (pada pH 4,64,7) diikuti dengan pembentukan gel yogurt.

    Pada penelitian ini digunakan dua macam

    bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus

    bulgaricus dan Streptococcus thermophi-

    lus, metode fermentasi yogurt dengan

    menggunakan dua macam bakteri ini di-

    kenal juga dengan metode heterolactic

    fermentation. Tamine dan Robinson

    (2000) mengemukakan bahwa -Galac-tosidase yang dihasilkan dari organisme

    dalam proses pembuatan yogurt ini me-

    rupakan enzim penting dalam proses fer-

    mentasi susu dan bagian utama yang ter-

    libat dalam katabolisme laktosa. Aktivitas

    -Galactosidase dari Streptococcus ther-mophilus (streptococcal -gal) diketahui dapat bekerja dengan baik walau pada pH

    netral dan pada rentang suhu yang men-

    capai 55oC, namun dalam proses fer-

    mentasi, hidrolisis laktosa dalam susu

    dapat terjadi tidak sejalan dengan pro-

    duksi asam laktat, akibat immobilitas

    streptococcal -gal pada DEAE-sel lak-tosa, terutama pada susu dengan kadar

    laktosa yang rendah. Sementara itu -gal dari Lactobacillus bulgaricus menunjuk-

    kan resistensi yang lebih baik terhadap

    keasaman. Namun aktivitas kedua -gal tersebut akan menurun pada saat pH men-

    capai angka 4 atau lebih kecil akibat pro-

    ses denaturasi. Peningkatan level penam-

    bahan eksrak rosella yang secara linier

    mempengaruhi kenaikan kadar asam laktat

    kemungkinan berkaitan dengan kerja -gal yang menjadi lebih efektif dengan se-

    nyawa aktif seperti beberapa turunan fla-

    vonoid, kalsium, besi, dan riboflafin yang

    cukup tinggi adalam ekstrak rosella.

    Pengaruh Penambahan Ekstrak Bunga

    Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)

    terhadap Kadar Protein Yogurt

    Protein merupakan substansi penting da-

    lam susu, dalam produk olahan seperti

    yogurt protein susu mengalami peristiwa

    koagulasi yang diakibatkan oleh penurun-

    an pH. Hasil pengujian terhadap kadar

    protein pada yogurt dengan penambahan

    ekstrak rosella.

    Tabel 3. Nilai kadar protein yang diberi ekstrak rosella pada level yang berbeda-beda dan

    inkubasi selama 12 dan 16 jam.

    Ekstrak Rosella Lama Penyimpanan

    Total 12 jam 16 jam

    A1 (0%)

    A2 (0,5 %)

    A3 (1 %)

    A4 (1,5%)

    2,19 0,08

    2,47 0,32

    2,2 0,19

    2,39 0,05

    2,22 0,09

    2,18 0,09

    2,29 0,19

    2,32 0,09

    2,21 0,09a

    2,34 0,28a

    2,24 0,18a

    2,36 0,08a

    Total 2,31 0,22 2,25 0,12 2,28 0,18

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    104

    Tabel 3 menunjukkan kadar protein yo-

    gurt yang dihasilkan secara umum sebesar

    2,28%, kadar protein sampel yang diin-

    kubasi pada 12 jam lebih tinggi diban-

    dingkan dengan sampel yang disimpan

    setelah 16 jam, dan rata-rata kadar protein

    tertinggi terlihat pada sampel yang diberi

    ekstrak rosella 1,5%. Namun demikian,

    hasil analisis ragam menunjukkan tidak

    adanya pengaruh yang nyata (P >0,05)

    dari pengaruh penambahan ekstrak rosella

    dan lama penyimpanan yogurt. Pada ke-

    adaan normal (sebelum fermentasi) susu

    sapi segar mengandung sekitar 3,23,5% protein yang akan mengalami perubahan

    struktur dan komposisi sebagai akibat

    proses fermentasi.

    Nilai kadar protein yang diperoleh di atas

    berada jauh di bawah nilai kandungan pro-

    tein susu normal atau standar kadar pro-

    tein menurut SNI 01-2981-1992, 2004

    yang menyatakan nilai kadar protein pada

    produk yogurt 3,4%.

    Rendahnya kadar protein yang terbentuk

    tersebut kemungkinan disebabkan oleh

    yang rendahnya nilai pH pada produk yo-

    gurt yang dihasilkan (Tabel 1), sebagai-

    mana yang diketahui bahwa nilai pH ter-

    sebut juga berada di bawah nilai standar

    untuk produk yogurt. Tamine dan

    Robinson (2000) mengemukakan bahwa

    tidak banyak perubahan kadar protein da-

    lam yogurt oleh pengaruh fermentasi na-

    mun yang banyak adalah perubahan kom-

    posisi protein dan terutama dipengaruhi

    oleh proses pemasakan.

    Prinsip perubahan komposisi susu dalam

    yogurt adalah denaturasi protein akibat

    asam atau pH yang rendah selama proses

    fermentasi. Protein yang paling dominan

    dalam susu adalah protein kasein (alpha,

    beta dan k) (Miller et al., 2000) atau

    sekitar 28% dari total protein susu yang

    mempunyai titik isolistrik pada pH 4,3

    hingga 4,6 (Mattila-Sandholm dan Saarela,

    2000). Pada keadaan asam protein ini

    akan bermuatan positif sedangkan pada

    keadaan alkalis akan bermuatan negatif,

    dan pada pH isolistrik tersebut molekul

    protein akan membentuk ion positif dan

    negatif dengan jumlah yang sama. Pada

    keadaan sesuai hasil penelitian yang di-

    peroleh, diketahui bahwa pH yang diper-

    oleh berada di bawah titik pH isolistrik

    kasein, sehingga pada keadaan ini, dena-

    turasi protein yang terjadi bersifat irre-

    versible (tidak dapat balik). Lebih lanjut

    Miller et. al. (2000) mengemukakan bah-

    wa denaturasi protein yang terjadi selama

    proses fermentasi diharapkan dapat meng-

    alami presipitasi dalam saluran pencer-

    naan agar produk yang dikonsumsi dapat

    dicerna lebih sempurna dalam tubuh. Hal

    ini relevan dengan standarisasi pH yogurt

    yang dikemukakan oleh Mattila-Sandholm

    dan Saarela (2000) yang berkisar antara

    4,34,5.

    KESIMPULAN

    1. Semakin tinggi level ekstrak bunga

    rosella, maka semakin tinggi pula

    kadar keasaman yogurt.

    2. Kualitas yogurt tidak mengalami pe-

    rubahan yang signifikan setelah proses

    penyimpanan hingga 16 jam.

    DAFTAR PUSTAKA

    Chaplin, L. C. and R.L.J. Lyster, 1999.

    Effect of themperature on the pH of

    skim milk. J. Of Dairy Res. 55: 277280.

    Gaspersz, V., 1991. Metode Peran-

    cangan Percobaan untuk Ilmu-

    ilmu Pertanian, Ilmu-ilmu Teknik,

    dan Biologi. Armico, Bandung.

    Gatje, G., V. Muller, and G. Gotthshalk,

    1991. Lactic acid excretion via

    carrier-mediated facililated diffusion

    in Lactobacillus Sp. Appl. Microbial

    Biostech, 34 (6): 778782.

  • Jurnal Agrisistem, Desember 2011, Vol. 7 No. 2 ISSN 1858-4330

    105

    Malaka, R., 2007. Ilmu dan Teknologi

    Pengolahan Susu. Fakultas Peter-

    nakan Universitas Hasanuddin,

    Makassar.

    Mardiah., H. Sawarni, R. W. Ashadi., A.

    Rahayu. 2009. Budi Daya dan

    Pengolahan Rosella si Merah

    Segudang Manfaat. Cetakan I.

    Jakarta, Agromedia Pustaka.

    Marshall, V.M.E and J.T. Peeler, 1992.

    Standart Methods for the

    Examination of Dairy Product.

    Port City Press. Baltimore.

    Mattila-Sandholm, T. and M, Saarela.

    2000. Functional Dairy Product.

    Woodhead Publishing Limited and

    CRC Press LLC. Fulda, Germany.

    Miller, G. D., J. K. Jarvis and L.D.

    McBean, 2000. Handbook of Dairy

    Foods and Nutrition, 2nd Edition.

    Woodhead Publishing Limited and

    CRC Press LLC. Fulda, Germany.

    Parry, R. M. 1997. Milk coagulation and

    protein denaturation. Page 603-655

    in fundamental of dairy chemistry.

    The avi publishing company,

    connecticut.

    Ray, B. 1996. Fundamental Food Micro-

    biology.CRC. Press. Inc Londo

    Sudaramadji, S., B, Haryono dan Suhardi.

    1994. Prosedur Analisa untuk

    Bahan Makanan dan Pertanian.

    Angkasa, Bandung.

    Tamine, A. Y. and Robinson, R. K., 2000.

    Yoghurt: science and technology,

    2nd Edition. Woodhead Publishing

    Limited and CRC Press LLC. Fulda,

    Germany.

    Tamine, A.Y. and V.M. E. Marshall.

    1997. Microbiology and technology

    of fermented milks. In: Micro-

    biology and Biochemistry of Cheese

    and Fermented Milk. (Eds. B. A.

    Law). Blackie. Acad. Prof., London.

    Zeuthen, P and Bogh-Sorensen, L., 2003.

    Food Preservation. Woodhead

    publishing limited and CRC Press

    LLC. Fulda, Germany.