108
1 BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (2) huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268); www.peraturan.go.id

5. Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan ...ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2014/Perda_5_2014.pdf · 1 bupati bangka tengah provinsi kepulauan bangka belitung salinan

Embed Size (px)

Citation preview

1

BUPATI BANGKA TENGAHPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SALINANPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

NOMOR 5 TAHUN 2014

TENTANG

PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (2)huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentangPengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17tahun 2010 tentang Pengelolaan dan PenyelenggaraanPendidikan, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentangPengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentangPembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor217, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4033);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang PembentukanKabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah,Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur diProvinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);

www.peraturan.go.id

2

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4301);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor59, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4844);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentangPengelolaan dan Penyelenggaraan pendidikan (LembaranNegara Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan PenyelenggaraanPendidikan (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 112,Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

dan

BUPATI BANGKA TENGAH

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN DANPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN.

www.peraturan.go.id

3

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Tengah.2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.3. Bupati adalah Bupati Bangka Tengah.4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerahsebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalampenyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang terdiri dariSekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah,Lembaga Teknis Daerah, dan Kecamatan, di KabupatenBangka Tengah.

6. Dinas adalah Dinas yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pendidikan.

7. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaliandiri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsadan negara yang diselenggarakan di Kabupaten BangkaTengah.

8. Pengelolaan pendidikan adalah pengaturan kewenangandalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional olehPemerintah, Pemerintah Provinsi, PemerintahKabupaten/Kota, penyelenggara pendidikan yang didirikanmasyarakat, dan satuan pendidikan agar proses pendidikandapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikannasional.

9. Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaankomponen sistem pendidikan pada satuan atau programpendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan agarproses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuanpendidikan nasional.

10. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didikuntuk mengembangkan potensi diri dalam suatu prosespendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

11. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yangditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan pesertadidik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yangdikembangkan.

www.peraturan.go.id

4

12. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan padakekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

13. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikanyang menyelengggarakan pendidikan pada jalur formal,nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenispendidikan.

14. Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disingkat PAUDadalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anaksejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukanmelalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantupertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agaranak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebihlanjut.

15. Taman kanak-kanak selanjutnya disingkat TK adalah salahsatu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalurpendidikan formal yang menyelenggarakan programpendidikan bagi anak usia 4 (empat) tahun sampai dengan 6(enam) tahun.

16. Raudhatul Athfal selanjutnya disingkat RA adalah salah satubentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalurpendidikan formal yang menyelenggarakan programpendidikan agama Islam bagi anak usia 4 (empat) tahunsampai dengan 6 (enam) tahun.

17. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstrukturdan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar danpendidikan menengah.

18. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalurpendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikanmenengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikanberbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah ataubentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuankelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yangberbentuk Sekolah Menengah Pertama dan MadrasahTsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

19. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salahsatu bentuk satuan pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan umum pada jenjangpendidikan dasar.

20. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MI adalahsalah satu bentuk satuan pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasanagama Islam pada jenjang pendidikan dasar di dalam binaankementerian agama.

21. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMPadalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan umum pada jenjangpendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI atau bentuklain yang sederajat.

www.peraturan.go.id

5

22. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTsadalah adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formalyang menyelenggarakan pendidikan umum dengankekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasarsebagai lanjutan dari SD, MI atau bentuk lain yangsederajat.

23. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan lanjutanpada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutanpendidikan dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yangsederajat.

24. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat SMAadalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan umum pada jenjangpendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, ataubentuk lain yang sederajat.

25. Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalahsalah satu bentuk satuan pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasanagama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagailanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat didalam binaan kementerian agama.

26. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkatSMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formalyang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjangpendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, ataubentuk lain yang sederajat.

27. Madrasah Aliyah Kejuruan yang selanjutnya disingkat MAKadalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yangmenyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasanagama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagailanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat didalam binaan.

28. Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkatSNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

29. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPMadalah kriteria minimal berupa nilai kumulatif pemenuhanStandar Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi olehsetiap satuan pendidikan.

30. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturanmengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yangdigunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

31. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luarpendidikan formal yang dapat dilaksanakan secaraterstruktur dan berjenjang.

www.peraturan.go.id

6

32. Kelompok belajar adalah satuan pendidikan nonformal yangterdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang salingmembelajarkan pengalaman dan kemampuan dalam rangkameningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.

33. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang selanjutnyadisingkat PKBM adalah satuan pendidikan nonformal yangmenyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengankebutuhan masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh, danuntuk masyarakat.

34. Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikanyang diselenggarakan setelah memenuhi Standar NasionalPendidikan dan diperkaya dengan keunggulan kompetitifdan/atau komparatif daerah.

35. Pendidikan unggulan daerah adalah pendidikan yangdiselenggarakan dengan menggunakan standar pendidikannasional yang diperkaya dengan standar pendidikan negaramaju.

36. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik denganpendidik dan/atau sumber belajar pada suatu lingkunganbelajar.

37. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraanpendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya,aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudanpendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

38. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga danlingkungan.

39. Organisasi profesi adalah kumpulan anggota masyarakatyang memiliki keahlian di bidang pendidikan yang berbadanhukum dan bersifat nonkomersial.

40. Dewan Pendidikan adalah lembaga mandiri yangberanggotakan berbagai unsur masyarakat yang pedulipendidikan di Daerah.

41. Komite Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut DewanSekolah/Madrasah adalah lembaga mandiri yangberanggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitassekolah/madrasah, serta tokoh masyarakat yang pedulipendidikan.

42. Warga masyarakat adalah penduduk Daerah, penduduk luarDaerah, dan warga negara asing yang tinggal di Daerah.

43. Masyarakat adalah kelompok warga masyarakatnonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranandalam bidang pendidikan.

44. Budaya belajar adalah kebiasaaan warga masyarakat yangmenggunakan sebagian waktunya sehari-hari secara tepatguna untuk belajar guna meningkatkan pengetahuan.

www.peraturan.go.id

7

45. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankankegiatan usaha yang bersifat tetap, berkelanjutan, didirikan,bekerja dan berkedudukan dalam wilayah RepublikIndonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan ataulaba.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dimaksudkanuntuk mewujudkan masyarakat yang cerdas, berakhlakmulia, dan berkepribadian Indonesia.

(2) Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada masing-masingsatuan pendidikan.

Pasal 3

Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan bertujuan untukmenjamin:a. akses masyarakat atas pelayanan pendidikan yang

mencukupi, merata, dan terjangkau;b. mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan

kebutuhan dan/atau kondisi masyarakat; danc. efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan

pendidikan.

BAB IIIPRINSIP

Pasal 4

Prinsip penyelenggaraan pendidikan:a. pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan

berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjungtinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,kearifan lokal dan kemajemukan bangsa;

b. pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yangsistematik dengan sistem terbuka dan multi makna;

www.peraturan.go.id

8

c. pendidikan diselenggarakan sebagai suatu prosespembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yangberlangsung sepanjang hayat;

d. pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,membangun karakter bangsa, mengembangkan kreativitas,kemandirian dan jiwa wirausaha peserta didik dalam prosespembelajaran;

e. pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budayamembaca, menulis, berhitung dan budaya kreatif bagisegenap warga masyarakat;

f. pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semuakomponen masyarakat melalui peran serta dalampenyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan;

g. pendidikan diselenggarakan berdasarkan prinsip nirlaba; danh. pendidikan diselenggarakan dengan senantiasa

memperhatikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

BAB IVPENGELOLAAN PENDIDIKAN

Bagian KesatuUmum

Pasal 5

Pengelolaan pendidikan di Daerah dilaksanakan oleh:a. Pemerintah Daerah;b. Penyelenggara Satuan Pendidikan yang didirikan Masyarakat;

danc. Satuan Pendidikan.

Bagian KeduaPengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Daerah

Pasal 6

Pemerintah Daerah bertanggung jawab mengelola sistempendidikan nasional di daerah dan merumuskan sertamenetapkan kebijakan daerah pada bidang pendidikan sesuaikewenangannya.

www.peraturan.go.id

9

Pasal 7

(1) Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6merupakan penjabaran dari kebijakan pendidikan nasional,serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kebijakan bidang pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dituangkan dalam:a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD);c. Rencana Stategis Pendidikan Daerah;d. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD);e. Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Daerah;f. Peraturan Daerah pada bidang pendidikan; dang. Peraturan Bupati pada bidang pendidikan.

(3) Kebijakan Daerah bidang pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan pedomanbagi:a. semua jajaran pemerintah daerah;b. penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat;c. satuan atau program pendidikan;d. dewan pendidikan;e. dewan sekolah;f. peserta didik;g. orang tua/wali peserta didik;h. pendidik dan tenaga kependidikan;i. masyarakat; danj. pihak lain yang terkait dengan pendidikan.

Pasal 8

(1) Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya programwajib belajar 12 (dua belas) tahun.

(2) Setiap orang tua/wali peserta didik wajib melaksanakanprogram wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

(3) Pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dengan mengoptimalkanpelaksanaan jenjang pendidikan SMA/SMK/MA/MAK/atauprogram Paket C.

(4) Pelaksanaan program wajib belajar 12 (dua belas) tahunsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diaturdengan Peraturan Bupati.

www.peraturan.go.id

10

Pasal 9

(1) Pemerintah daerah dan DPRD mengalokasikan anggaranpendidikan agar sistem pendidikan nasional di Daerahdapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan akuntabelsesuai dengan kebijakan daerah bidang pendidikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

(2) Anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dialokasikan paling sedikit 20 % (dua puluh persen) darijumlah APBD.

(3) Alokasi anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (2) tidak termasuk gaji pendidik dan biaya pendidikankedinasan.

Pasal 10

(1) Pemerintah daerah mengarahkan, membimbing,menyupervisi, mengawasi, mengoordinasikan, memantau,mengevaluasi, dan mengendalikan penyelenggara satuan,jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sesuai dengan kebijakannasional bidang pendidikan dan kebijakan daerah bidangpendidikan dalam kerangka pengelolaan sistem pendidikannasional.

(2) Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan pihak duniausaha dan dunia industri untuk mengembangkanmekanisme pendidikan yang relevan dan bersinergi, sertameningkatkan kapasitas peserta didik pada jenjang sekolahmenengah.

Pasal 11

(1) Pemerintah Daerah menetapkan target tingkat partisipasipendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan yangharus dicapai.

(2) Target tingkat partisipasi pendidikan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dipenuhi melalui jalur pendidikan formal dannonformal.

(3) Dalam memenuhi target tingkat partisipasi pendidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerahmengutamakan perluasan dan pemerataan aksespendidikan melalui jalur pendidikan formal.

www.peraturan.go.id

11

Pasal 12

(1) Pemerintah Daerah menetapkan target tingkat pemerataanpartisipasi pendidikan pada tingkat Kabupaten berdasarkan:a. kecamatan;b. desa/kelurahan;c. usia; dand. jenis kelamin.

(2) Untuk menjamin pemerataan partisipasi pendidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerahmenetapkan kebijakan bagi peserta didik yang orangtua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan, pesertadidik pendidikan khusus layanan khusus memperoleh aksespelayanan pendidikan.

(3) Penetapan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 13

Pemerintah Daerah melaksanakan dan mengoordinasikanstandar pelayanan minimal bidang pendidikan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 14

(1) Pemerintah daerah melakukan dan/atau memfasilitasipenjaminan mutu pendidikan dengan berpedoman padakebijakan nasional pendidikan, kebijakan provinsi bidangpendidikan, dan Standar Nasional Pendidikan.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksudpada ayat (1), Pemerintah Daerah berkoordinasi dengan UnitPelaksana Teknis Pemerintah Pusat yang melaksanakantugas penjaminan mutu pendidikan.

(3) Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), Pemerintah daerah memfasilitasi:a. akreditasi program pendidikan;b. akreditasi satuan pendidikan;c. sertifikasi kompetensi peserta didik;d. sertifikasi kompetensi pendidik; dan/ataue. sertifikasi kompetensi tenaga kependidikan.

www.peraturan.go.id

12

Pasal 15

(1) Pemerintah daerah mengakui, memfasilitasi, membina danmelindungi program dan/atau satuan pendidikankeunggulan daerah.

(2) Pemerintah daerah melaksanakan dan/atau memfasilitasiperintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudahatau hampir memenuhi Standar Pendidikan Nasional untukdikembangkan menjadi program dan/atau satuanpendidikan keunggulan daerah.

(3) Pemerintah daerah memfasilitasi akreditasi internasionalprogram dan/atau satuan pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Pemerintah daerah memfasilitasi sertifikasi internasionalpada program dan/atau satuan pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 16

(1) Pemerintah daerah melakukan pembinaan berkelanjutankepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasandan/atau bakat istimewa untuk mencapai prestasi puncakpada tingkat satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten,provinsi, nasional, dan internasional.

(2) Untuk menumbuhkan iklim kompetitif yang kondusif bagipencapaian prestasi puncak sebagaimana dimaksud padaayat (1), Pemerintah Daerah menyelenggarakan dan/ataumemfasilitasi secara teratur dan berjenjang kompetisi dibidang:a. ilmu pengetahuan;b. teknologi;c. keagamaan;d. seni budaya; dan/ataue. olahraga.

(3) Pemerintah daerah memberikan penghargaan kepadapeserta didik yang meraih prestasi puncak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

13

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembinaanberkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sertapenyelenggaraan dan fasilitas kompetisi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 17

(1) Dalam menyelenggarakan dan mengelola sistem pendidikannasional di daerah, pemerintah daerah mengembangkan danmelaksanakan sistem informasi pendidikan daerah berbasisteknologi informasi dan komunikasi.

(2) Sistem informasi pendidikan daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) merupakan subsistem dari sistem informasipendidikan Nasional.

(3) Sistem informasi pendidikan daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) memberikan akses informasiadministrasi pendidikan dan akses sumber pembelajarankepada satuan pendidikan pada semua jenjang, jenis, danjalur pendidikan sesuai kewenangan pemerintah daerah.

Bagian KetigaPengelolaan Pendidikan oleh Penyelenggara Satuan Pendidikan

yang Didirikan Masyarakat

Pasal 18

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatbertanggung jawab mengelola sistem pendidikan nasional sertamerumuskan dan menetapkan kebijakan pendidikan padatingkat penyelenggara satuan.

Pasal 19

(1) Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 merupakan penjabaran dari kebijakan pendidikannasional, provinsi, daerah serta sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dituangkan dalam peraturan penyelenggara satuanpendidikan yang didirikan masyarakat.

www.peraturan.go.id

14

(3) Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) merupakan pedoman bagi:a. penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat

yang bersangkutan;b. satuan atau program pendidikan yang terkait;c. lembaga representasi pemangku kepentingan satuan atau

program pendidikan yang terkait;d. peserta didik di satuan atau program pendidikan yang

terkait;e. orang tua/wali peserta didik di satuan atau program

pendidikan yang terkait;f. pendidik dan tenaga kependidikan di satuan atau program

pendidikan yang terkait; dang. pihak lain yang terikat dengan satuan atau program

pendidikan yang terkait.

(4) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmengalokasikan anggaran pendidikan agar sistempendidikan nasional pada tingkat satuan atau programpendidikan yang terkait dapat dilaksanakan secara efektif,efisien, dan akuntabel.

Pasal 20

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmendukung terselenggaranya program wajib belajar 12 (duabelas) tahun.

Pasal 21

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmengarahkan, membimbing, menyupervisi, mengawasi,mengoordinasi, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikansatuan atau program pendidikan yang terkait sesuai dengankebijakan pendidikan yang ditetapkan Pemerintah, PemerintahProvinsi, Pemerintah Daerah dan oleh penyelenggara sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmenetapkan kebijakan untuk menjamin peserta didikmemperoleh akses pelayanan pendidikan dan bagi peserta didikyang orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan,peserta didik pendidikan khusus, atau peserta didik padakeadaan khusus.

www.peraturan.go.id

15

Pasal 23

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmenjamin pelaksanaan standar pelayanan minimal pendidikanpada satuan atau program pendidikan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 24

(1) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmelakukan dan/atau memfasilitasi penjaminan mutupendidikan di satuan atau program pendidikan denganberpedoman pada kebijakan pendidikan yang terkait sesuaidengan kebijakan pendidikan yang ditetapkan olehPemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah danoleh penyelenggara, serta Standar Nasional Pendidikan.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksudpada ayat (1), penyelenggara satuan pendidikan yangdidirikan masyarakat menyelenggarakan satuan dan/atauprogram pendidikan anak usia dini, pendidikan dasardan/atau pendidikan menengah bekerja sama dengan unitpelaksana teknis Pemerintah yang melaksanakan tugaspenjaminan mutu pendidikan.

(3) Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), penyelenggara satuan pendidikanyang didirikan masyarakat memfasilitasi:a. akreditasi program pendidikan;b. akreditasi satuan pendidikan;c. sertifikasi kompetensi peserta didik;d. sertifikasi kompetensi pendidik; dan/ataue. sertifikasi kompetensi tenaga kependidikan.

Pasal 25

(1) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmemfasilitasi, membina, dan melindungi satuan atauprogram pendidikan unggulan daerah dan/atau berbasiskeunggulan lokal sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

www.peraturan.go.id

16

(2) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmelaksanakan dan/atau memfasilitasi satuan atau programpendidikan yang sudah atau hampir memenuhi StandarNasional Pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuanatau program pendidikan unggulan daerah dan/atauberbasis keunggulan lokal.

(3) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmemfasilitasi akreditasi internasional satuan atau programpendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2).

(4) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmemfasilitasi sertifikasi internasional pada satuan atauprogram pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2).

Pasal 26

(1) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmemfasilitasi pembinaan berkelanjutan kepada peserta didikyang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewauntuk mencapai prestasi puncak pada tingkat satuanpendidikan, kecamatan, daerah, provinsi, nasional, daninternasional.

(2) Untuk menumbuhkan iklim kompetitif yang kondusif bagipencapaian prestasi puncak sebagaimana dimaksud padaayat (1), penyelenggara satuan pendidikan yang didirikanmasyarakat menyelenggarakan dan/atau memfasilitasisecara teratur kompetisi di satuan atau program pendidikandalam bidang:a. ilmu pengetahuan;b. teknologi;c. keagamaan;d. seni budaya; dan/ataue. olahraga.

(3) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmemberikan penghargaan kepada peserta didik yang meraihprestasi puncak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

17

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembinaanberkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sertapenyelenggaraan dan fasilitasi kompetisi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturanpenyelenggara satuan pendidikan yang didirikanmasyarakat.

Pasal 27

Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakatmenetapkan kebijakan tata kelola pendidikan untuk menjaminefisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikanyang merupakan pedoman bagi:a. penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat

yang bersangkutan;b. satuan dan/atau program pendidikan;c. lembaga representasi pemangku kepentingan pendidikan

pada satuan dan/atau program pendidikan;d. peserta didik satuan dan/atau program pendidikan;e. orang tua/wali peserta didik di satuan dan/atau program

pendidikan;f. pendidik dan tenaga kependidikan di satuan dan/atau

program pendidikan; dang. pihak lain yang terikat dengan satuan atau program

pendidikan.

Pasal 28

(1) Dalam menyelenggarakan dan mengelola sistem pendidikannasional di satuan atau program pendidikan, penyelenggarasatuan pendidikan yang didirikan masyarakatmengembangkan dan melaksanakan sistem informasipendidikan penyelenggara atau satuan pendidikan yangdidirikan masyarakat berbasis teknologi informasi dankomunikasi.

(2) Sistem informasi pendidikan penyelenggara atau satuanpendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) merupakan subsistem dari sisteminformasi pendidikan nasional.

(3) Sistem informasi pendidikan penyelenggara satuanpendidikan yang didirikan masyarakat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) memberikan aksesinformasi administrasi pendidikan dan akses sumberpembelajaran kepada satuan dan/atau program pendidikan.

www.peraturan.go.id

18

Bagian KeempatPengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan

Pasal 29

Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikandasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkanstandar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasissekolah/madrasah.

Pasal 30

Satuan pendidikan wajib bertanggung jawab mengelola sistempendidikan nasional di satuan atau program pendidikannyaserta merumuskan dan menetapkan kebijakan pendidikansesuai dengan kewenangannya.

Pasal 31

(1) Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal30 merupakan penjabaran dari kebijakan pendidikannasional, provinsi, kabupaten dan penyelenggara satuanpendidikan serta sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)oleh satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikandasar, dan satuan pendidikan menengah dituangkan dalam:a. rencana kerja tahunan satuan pendidikan;b. anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan

pendidikan; danc. peraturan satuan atau program pendidikan.

(3) Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan ayat (2) mengikat bagi:a. satuan pendidikan yang bersangkutan;b. lembaga representasi pemangku kepentingan satuan

pendidikan yang bersangkutan;c. peserta didik di satuan pendidikan yang bersangkutan;d. orang tua/wali peserta didik di satuan pendidikan yang

bersangkutan;e. pendidik dan tenaga kependidikan di satuan pendidikan

yang besangkutan; danf. pihak lain yang terikat dengan satuan pendidikan yang

bersangkutan.

www.peraturan.go.id

19

(4) Kebijakan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (2) merupakan penjabaran dan selaras dengan:a. kebijakan pemerintah;b. kebijakan pemerintah provinsi;c. kebijakan pemerintah daerah; dand. kebijakan penyelenggara pendidikan yang didirikan

masyarakat.

(5) Satuan pendidikan mengalokasikan anggaran pendidikanagar sistem pendidikan nasional di satuan dan/atauprogram pendidikan yang bersangkutan dapat dilaksanakandengan efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Pasal 32

Satuan pendidikan mengelola pendidikan sesuai dengankebijakan pendidikan nasional, provinsi, daerah danpenyelenggara satuan pendidikan serta sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 33

Satuan pendidikan sesuai dengan kewenangannya wajibmenetapkan kebijakan untuk menjamin peserta didikmemperoleh akses pelayanan pendidikan bagi peserta didikyang orang tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan,peserta didik pendidikan khusus layanan khusus.

Pasal 34

Satuan pendidikan wajib menjamin terpenuhinya standarpelayanan minimal bidang pendidikan.

Pasal 35

(1) Satuan pendidikan wajib melakukan penjaminan mutupendidikan dengan berpedoman pada kebijakan pendidikannasional, provinsi, daerah, dan penyelenggara satuanpendidikan serta Standar Nasional Pendidikan.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksudpada ayat (1), satuan pendidikan anak usia dini, pendidikandasar, atau pendidikan menengah bekerja sama dengan unitpelaksana teknis pemerintah yang melaksanakan tugaspenjaminan mutu pendidikan.

www.peraturan.go.id

20

(3) Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), satuan pendidikan, harusmengikuti:a. akreditasi program pendidikan;b. akreditasi satuan pendidikan;c. sertifikasi kompetensi peserta didik;d. sertifikasi kompetensi pendidik; dan/ataue. sertifikasi kompetensi tenaga kependidikan.

Pasal 36

(1) Satuan pendidikan yang telah atau hampir memenuhiStandar Nasional Pendidikan dapat merintis dirinya untukdikembangkan menjadi satuan atau program pendidikanunggulan daerah dan/atau berbasis keunggulan lokal.

(2) Satuan pendidikan yang telah atau hampir memenuhiStandar Nasional Pendidikan dapat mengikuti akreditasidan/atau sertifikasi internasional satuan atau programpendidikan.

Pasal 37

(1) Satuan pendidikan wajib melakukan pembinaanberkelanjutan kepada peserta didik yang memiliki potensikecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mencapaiprestasi puncak pada tingkat satuan pendidikan,kecamatan, daerah, provinsi, nasional, dan internasional.

(2) Untuk menumbuhkan iklim kompetitif yang kondusif bagipencapaian prestasi puncak sebagaimana dimaksud padaayat (1), satuan dan/atau program pendidikan melakukansecara teratur kompetisi di satuan pendidikan dalam bidang:a. ilmu pengetahuan;b. teknologi;c. keagamaand. seni budaya; dan/ataue. olahraga.

(3) Satuan pendidikan memberikan penghargaan kepadapeserta didik yang meraih prestasi puncak sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) diatur dengan peraturan satuan pendidikan.

www.peraturan.go.id

21

Pasal 38

Satuan pendidikan wajib menetapkan kebijakan tata kelolapendidikan untuk menjamin efisiensi, efektivitas, danakuntabilitas pengelolaan pendidikan yang mengikat:a. satuan atau program pendidikan yang bersangkutan;b. lembaga representasi pemangku kepentingan pendidikan

pada satuan pendidikan yang bersangkutan;c. peserta didik di satuan pendidikan yang bersangkutan;d. orang tua/wali peserta didik di satuan pendidikan yang

bersangkutan;e. pendidik dan tenaga kependidikan di satuan atau program

pendidikan yang besangkutan; danf. pihak lain yang terikat dengan satuan atau program

pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 39

(1) Dalam menyelenggarakan dan mengelola pendidikan, satuanpendidikan mengembangkan dan melaksanakan sisteminformasi pendidikan berbasis teknologi informasi dankomunikasi.

(2) Sistem informasi pendidikan satuan pendidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan subsistemdari sistem informasi pendidikan nasional.

(3) Sistem informasi pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) memberikan akses informasiadministrasi pendidikan dan akses sumber pembelajarankepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik.

BAB VPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN FORMAL

Bagian KesatuUmum

Pasal 40

Penyelenggaraan pendidikan formal meliputi:a. pendidikan anak usia dini;b. pendidikan dasar; danc. pendidikan menengah.

www.peraturan.go.id

22

Pasal 41

(1) Kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan formalmengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

(2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahmuatan lokal pada setiap jenjang pendidikan formal.

(3) Kurikulum muatan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduaPendidikan Anak Usia Dini

Paragraf 1Fungsi dan Tujuan

Pasal 42

(1) Pendidikan anak usia dini berfungsi membina,menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anakusia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dankemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannyaagar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikanselanjutnya.

(2) Pendidikan anak usia dini bertujuan:a. membangun landasan bagi berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis,kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan

b. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual,emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masapertumbuhannya dalam lingkungan bermain yangedukatif dan menyenangkan.

Paragraf 2Bentuk dan Jenis Satuan Pendidikan

Pasal 43

(1) Pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal berbentukTK, RA, atau bentuk lain yang sederajat.

www.peraturan.go.id

23

(2) TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) memiliki program pembelajaran 1(satu) tahun atau 2 (dua) tahun.

Paragraf 3Penerimaan Peserta Didik

Pasal 44

Peserta didik TK, RA atau bentuk lain yang sederajat berusia 4(empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.

Pasal 45

(1) Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan anak usiadini dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

(2) Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan anak usiadini dilakukan tanpa diskriminasi kecuali bagi satuanpendidikan yang secara khusus dirancang untuk melayanipeserta didik dari kelompok gender atau agama tertentu.

(3) Keputusan penerimaan calon peserta didik menjadi pesertadidik dilakukan secara mandiri oleh rapat dewan guru yangdipimpin oleh kepala satuan pendidikan.

Pasal 46

(1) Satuan pendidikan anak usia dini dapat menerima pesertadidik pindahan dari satuan pendidikan anak usia dini lain.

(2) Syarat-syarat dan tata cara penerimaan peserta didikpindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur olehsatuan pendidikan yang bersangkutan.

Paragraf 4Program Pembelajaran

Pasal 47

(1) Program pembelajaran TK, RA, dan bentuk lain yangsederajat dikembangkan untuk mempersiapkan pesertadidik memasuki SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.

www.peraturan.go.id

24

(2) Program pembelajaran TK, RA, dan bentuk lain yangsederajat dilaksanakan dalam konteks bermain yang dapatdikelompokkan menjadi:a. bermain dalam rangka pembelajaran agama dan akhlak

mulia;b. bermain dalam rangka pembelajaran sosial dan

kepribadian;c. bermain dalam rangka pembelajaran cinta lingkungan

hidup;d. bermain dalam rangka pembelajaran orientasi dan

pengenalan pengetahuan dan teknologi;e. bermain dalam rangka pembelajaran estetika; danf. bermain dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga,

dan kesehatan.

(3) Semua permainan pembelajaran sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dirancang dan diselenggarakan:a. secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

dan mendorong kreativitas serta kemandirian;b. sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik dan

perkembangan mental anak serta kebutuhan dankepentingan terbaik anak;

c. dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dankemampuan masing-masing anak;

d. dengan mengintegrasikan kebutuhan anak terhadapkesehatan, gizi, dan stimulasi psikososial;dan

e. dengan memperhatikan latar belakang ekonomi, sosial,dan budaya anak.

Bagian KetigaPendidikan Dasar

Paragraf 1Fungsi dan Tujuan

Pasal 48

(1) Pendidikan pada SD/MI dan SDLB atau bentuk lain yangsederajat berfungsi:a. menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan,

akhlak mulia, dan kepribadian luhur;b. menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan,

cinta tanah air dan cinta lingkungan hidup;c. memberikan dasar-dasar kemampuan intelektual dalam

bentuk kemampuan dan kecakapan membaca, menulis,dan berhitung;

www.peraturan.go.id

25

d. memberikan pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi;e. melatih dan merangsang kepekaan dan kemampuan

mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan,kehalusan, dan harmoni;

f. menumbuhkan minat pada olahraga, kesehatan, dankebugaran jasmani; dan

g. mengembangkan kesiapan fisik dan mental untukmelanjutkan pendidikan ke SMP/MTs atau bentuk lainyang sederajat.

(2) Pendidikan pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajatberfungsi:a. mengembangkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-

nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur yangtelah dikenalinya;

b. mengembangkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air yang telahdikenalinya serta cinta lingkungan hidup;

c. mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi;d. melatih dan mengembangkan kepekaan dan kemampuan

mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan,kehalusan, dan harmoni;

e. mengembangkan bakat dan kemampuan di bidangolahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmanimaupun prestasi; dan

f. mengembangkan kesiapan fisik dan mental untukmelanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengahdan/atau untuk hidup mandiri di masyarakat.

(3) Pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagiberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusiayang:a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dand. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

Paragraf 2Bentuk Satuan Pendidikan

Pasal 49

(1) SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas 6 (enam)tingkatan kelas, yaitu:a. kelas 1 (satu);b. kelas 2 (dua);c. kelas 3 (tiga);

www.peraturan.go.id

26

d. kelas 4 (empat);e. kelas 5 (lima); danf. kelas 6 (enam).

(2) SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas 3(tiga) tingkatan kelas, yaitu:a. kelas 7 (tujuh);b. kelas 8 (delapan); danc. kelas 9 (sembilan).

Paragraf 3Penerimaan Peserta Didik

Pasal 50

(1) Peserta didik pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajatpaling rendah berusia 6 (enam) tahun.

(2) Pengecualian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat dilakukan atas dasar rekomendasitertulis dari psikolog profesional.

(3) Dalam hal tidak ada psikolog profesional, rekomendasi dapatdilakukan oleh dewan guru satuan pendidikan yangbersangkutan, sampai dengan batas daya tampungnya.

(4) SD/MI atau bentuk lain yang sederajat wajib menerimawarga negara berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12(dua belas) tahun sebagai peserta didik sampai dengan batasdaya tampungnya.

(5) Penerimaan peserta didik kelas 1 (satu) SD/MI atau bentuklain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil teskemampuan membaca, menulis, dan berhitung, atau bentuktes lain.

(6) SD/MI atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakanakses bagi peserta didik berkelainan.

Pasal 51

(1) Dalam hal jumlah calon peserta didik melebihi dayatampung satuan pendidikan, maka pemilihan peserta didikpada SD/MI berdasarkan pada usia calon peserta didikdengan prioritas dari yang paling tua.

www.peraturan.go.id

27

(2) Jika usia calon peserta didik sebagaimana dimaksud padaayat (1) sama, maka penentuan peserta didik didasarkanpada jarak tempat tinggal calon peserta didik yang palingdekat dengan satuan pendidikan.

(3) Jika usia dan/atau jarak tempat tinggal calon peserta didikdengan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dan ayat (2) sama, maka peserta didik yangmendaftar lebih awal diprioritaskan.

Pasal 52

(1) Peserta didik pada SMP/MTs atau bentuk lain yangsederajat sudah menyelesaikan pendidikannya pada SD, MI,Paket A, atau bentuk lain yang sederajat.

(2) Peserta didik yang beragama Islam pada SMP/MTs ataubentuk lain yang sederajat harus memiliki sertifikat lulusdari Taman Pendidikan Al-qur’an atau memiliki suratketerangan sedang mengikuti Pendidikan Al-qur’an.

(3) Peserta didik yang beragama selain sebagaimana dimaksudpada ayat (2) pada SMP/MTs atau bentuk lain yangsederajat harus memiliki surat keterangan sebagai jemaatdari lembaga keagamaan sesuai agama yang dianutnya.

(4) SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajib menerimawarga negara berusia 13 (tiga belas) tahun sampai dengan15 (lima belas) tahun sebagai peserta didik sampai denganbatas daya tampungnya.

(5) SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajibmenyediakan akses bagi peserta didik berkelainan.

Pasal 53

(1) SD/MI dan SMP/MTs yang memiliki jumlah calon pesertadidik melebihi daya tampung wajib melaporkan kelebihancalon peserta didik tersebut kepada pemerintah daerah.

(2) Pemerintah daerah wajib menyalurkan kelebihan calonpeserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) padasatuan pendidikan dasar lain.

www.peraturan.go.id

28

Pasal 54

(1) Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima diSD, MI, atau bentuk lain yang sederajat tidak pada awalkelas 1 (satu) setelah lulus tes kelayakan dan penempatanyang diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal yangbersangkutan.

(2) Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima diSMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat sejak awal kelas7 (tujuh) setelah lulus ujian kesetaraan Paket A.

(3) Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima diSMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat tidak pada awalkelas 7 (tujuh) setelah memenuhi persyaratan:a. lulus ujian kesetaraan Paket A; danb. lulus tes kelayakan dan penempatan yang

diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal yangbersangkutan.

(4) Peserta didik pendidikan dasar setara SD di negara laindapat pindah ke SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat diIndonesia setelah memenuhi persyaratan lulus teskelayakan dan penempatan yang diselenggarakan olehsatuan pendidikan yang bersangkutan.

(5) Peserta didik pendidikan dasar setara SMP di negara laindapat pindah ke SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajatdi Indonesia setelah memenuhi persyaratan:a. menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang

membuktikan bahwa yang bersangkutan telahmenyelesaikan pendidikan dasar setara SD; dan

b. lulus tes kelayakan dan penempatan yangdiselenggarakan oleh satuan pendidikan yangbersangkutan.

(6) Peserta didik pendidikan dasar setara SD yang mengikutisistem dan/atau standar pendidikan negara lain dapatditerima di SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat padaawal tahun kelas 7 (tujuh) dengan menunjukkan ijazah ataudokumen lain yang membuktikan bahwa yang bersangkutantelah menyelesaikan pendidikan dasar yang memberikankompetensi lulusan setara SD.

www.peraturan.go.id

29

(7) SD, MI, SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajatmemberikan bantuan penyesuaian akademik, sosial,dan/atau mental yang diperlukan oleh peserta didikberkelainan dan peserta didik pindahan dari satuanpendidikan formal lain atau jalur pendidikan lain.

Pasal 55

(1) Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan dasardilakukan secara objektif, transparan dan akuntabel.

(2) Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan dasardilakukan tanpa diskriminasi kecuali bagi satuanpendidikan yang secara khusus dirancang untuk melayanipeserta didik dari kelompok gender atau agama tertentu.

(3) Keputusan penerimaan calon peserta didik menjadi pesertadidik dilakukan secara mandiri oleh rapat dewan guru yangdipimpin oleh kepala satuan pendidikan.

(4) Seleksi penerimaan peserta didik baru di kelas 7 (tujuh)pada satuan pendidikan dasar setingkat SMP didasarkanpada hasil ujian nasional, kecuali bagi peserta didiksebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (6).

(5) Di samping memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksudpada ayat (4), satuan pendidikan dapat melakukan tes bakatskolastik untuk seleksi penerimaan peserta didik baru dikelas 7 (tujuh).

Pasal 56

(1) Satuan pendidikan dasar dapat menerima peserta didikpindahan dari satuan pendidikan dasar lain.

(2) Satuan pendidikan dapat menetapkan tata cara danpersyaratan tambahan penerimaan peserta didik pindahanselain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50dan Pasal 51 dan tidak bertentangan dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

30

Bagian KeempatPendidikan Menengah

Paragraf 1Fungsi dan Tujuan

Pasal 57

(1) Pendidikan menengah umum berfungsi:a. meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur;b. meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

kebangsaan, cinta tanah air dan cinta lingkungan hidup;c. mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi;d. meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi

serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, danharmoni;

e. menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga,baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupunprestasi; dan

f. meningkatkan kesiapan fisik dan mental untukmelanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggidan/atau untuk hidup mandiri di masyarakat.

(2) Pendidikan menengah kejuruan berfungsi:a. meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur;b. meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

kebangsaan dan cinta tanah air;c. membekali peserta didik dengan kemapuan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kecakapankejuruan/vokasi pada profesi sesuai dengan kebutuhanmasyarakat;

d. meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasiserta mengekspresikan keindahan, kehalusan, danharmoni;

e. menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga,baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupunprestasi; dan

f. meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidupmandiri di masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikanke jenjang pendidikan tinggi.

www.peraturan.go.id

31

Pasal 58

Pendidikan menengah bertujuan membentuk peserta didikmenjadi insan yang:a. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dand. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

Paragraf 2Bentuk Satuan Pendidikan

Pasal 59

(1) Pendidikan menengah berbentuk SMA, MA, SMK, dan MAK,atau bentuk lain yang sederajat.

(2) SMA dan MA terdiri dari 3 (tiga) tingkatan kelas, yaitu:a. kelas 10 (sepuluh);b. kelas 11 (sebelas); danc. kelas 12 (dua belas).

(3) SMK dan MAK dapat terdiri atas 3 (tiga) tingkatan kelas,yaitu:a. kelas 10 (sepuluh);b. kelas 11 (sebelas); danc. kelas 12 (dua belas).

(4) SMK dan MAK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuaidengan tuntutan kurikulum dan dunia kerja dapat jugaterdiri atas 4 (empat) tingkatan kelas, yaitu:a. kelas 10 (sepuluh);b. kelas 11 (sebelas); kelas 12 (dua belas); danc. kelas 13 (tiga belas).

Pasal 60

(1) Penjurusan pada SMA, MA atau bentuk lain yang sederajatberbentuk program studi yang memfasilitasi kebutuhanpembelajaran serta kompetensi yang diperlukan pesertadidik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjangpendidikan tinggi.

www.peraturan.go.id

32

(2) Program studi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiriatas:a. program studi ilmu pengetahuan alam;b. program studi ilmu pengetahuan sosial;c. program studi bahasa;d. program studi keagamaan; dane. program studi lain yang diperlukan masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjurusan dan programstudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)mengacu pada peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pasal 61

(1) Penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain yangsederajat berbentuk kompetensi keahlian.

(2) Setiap bidang studi keahlian sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih program studikeahlian.

(3) Setiap program studi keahlian sebagaimana dimaksud padaayat (2) dapat terdiri atas 1 (satu) atau lebih kompetensikeahlian.

(4) Bidang studi keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri atas:a. bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa;b. bidang studi keahlian kesehatan;c. bidang studi keahlian seni, kerajinan, dan pariwisata;d. bidang studi keahlian teknologi informasi dan

komunikasi;e. bidang studi keahlian agribisnis dan agroteknologi;f. bidang studi keahlian bisnis dan manajemen; dang. bidang studi keahlian lain yang diperlukan masyarakat.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjurusan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) mengacupada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

www.peraturan.go.id

33

Paragraf 3Penerimaan Peserta Didik

Pasal 62

(1) Peserta didik pada SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lainyang sederajat harus menyelesaikan pendidikannya padaSMP, MTs, Paket B, atau bentuk lain yang sederajat.

(2) Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima diSMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat sejakawal kelas 10 (sepuluh) setelah lulus ujian kesetaraanPaket B.

(3) Peserta didik yang beragama Islam pada SMA, MA, SMK,MAK atau bentuk lain yang sederajat harus memilikisertifikat lulus dari Taman Pendidikan Al-qur’an ataumemiliki surat keterangan sedang mengikuti PendidikanAl-qur’an.

(4) Peserta didik yang beragama selain sebagaimana dimaksudpada ayat (3) pada SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lainyang sederajat harus memiliki surat keterangan sebagaijemaat dari lembaga keagamaan sesuai agama yangdianutnya.

(5) Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima diSMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajatsesudah awal kelas 10 (sepuluh) setelah:a. lulus ujian kesetaraan Paket B; danb. lulus tes kelayakan dan penempatan yang

diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal yangbersangkutan.

(6) Peserta didik pendidikan dasar setara SMP yang mengikutisistem dan/atau standar pendidikan negara lain dapatditerima di SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yangsederajat pada awal tahun kelas 10 (sepuluh) denganmenunjukkan ijazah atau dokumen lain yang membuktikanbahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikandasar yang memberikan kompetensi lulusan setara SMP.

(7) Peserta didik pendidikan menengah setara SMA atau SMK dinegara lain dapat pindah ke SMA, MA, SMK, MAK, ataubentuk lain yang sederajat di Indonesia dengan syarat:a. menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang

membuktikan bahwa yang bersangkutan telahmenyelesaikan pendidikan dasar setara SMP; dan

www.peraturan.go.id

34

b. lulus tes kelayakan dan penempatan yangdiselenggarakan oleh satuan pendidikan yangbersangkutan.

(8) SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat wajibmenyediakan akses bagi peserta didik berkelainan.

(9) Satuan pendidikan SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lainyang sederajat memberikan bantuan penyesuaian akademik,sosial, dan/atau mental yang diperlukan oleh peserta didikberkelainan dan peserta didik pindahan dari satuanpendidikan formal lain atau jalur pendidikan lain.

Pasal 63

(1) Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikanmenengah dilakukan secara objektif, transparan, danakuntabel.

(2) Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikanmenengah dilakukan tanpa diskriminasi kecuali bagi satuanpendidikan yang secara khusus dirancang untuk melayanipeserta didik dari kelompok gender atau agama tertentu.

(3) Keputusan penerimaan calon peserta didik menjadi pesertadidik dilakukan secara mandiri oleh rapat dewan guru yangdipimpin oleh kepala satuan pendidikan.

(4) Seleksi penerimaan peserta didik baru di kelas 10 (sepuluh)pada satuan pendidikan menengah didasarkan pada hasilUjian Nasional, kecuali bagi peserta didik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 62 ayat (5), dan ayat (6).

(5) Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat (4), satuan pendidikan dapat melakukan tes bakatskolastik untuk seleksi penerimaan peserta didik baru dikelas 10 (sepuluh).

Pasal 64

(1) Peserta didik satuan pendidikan menengah dapat pindah ke:a. jurusan yang sama pada satuan pendidikan lain;b. jurusan yang berbeda pada satuan pendidikan yang sama;

atauc. jurusan yang berbeda pada satuan pendidikan lain.

www.peraturan.go.id

35

(2) Satuan pendidikan dapat menetapkan tata cara danpersyaratan tambahan selain persyaratan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 62 dan Pasal 63 dan tidakbertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Bagian KesatuUmum

Pasal 65

(1) Penyelenggaraan pendidikan nonformal meliputipenyelenggaraan satuan pendidikan dan programpendidikan nonformal.

(2) Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi satuan pendidikan:a. lembaga kursus dan lembaga pelatihan atau bentuk lain

yang sejenis;b. kelompok belajar serta bentuk lain yang sejenis;c. pusat kegiatan belajar masyarakat atau bentuk lain yang

sejenis;d. majelis taklim atau bentuk lain yang sejenis; dane. pendidikan anak usia dini jalur nonformal.

(3) Satuan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud padaayat (2) huruf a, menyelenggarakan pendidikan bagi wargamasyarakat untuk:a. memperoleh keterampilan kecakapan hidup;b. mengembangkan sikap dan kepribadian profesional;c. mempersiapkan diri untuk bekerja;d. meningkatkan kompetensi vokasional;e. mempersiapkan diri untuk berusaha mandiri; dan/atauf. melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

(4) Satuan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksudpada ayat (2) huruf b dan huruf c menyelenggarakanpendidikan bagi warga masyarakat untuk:a. memperoleh keterampilan kecakapan hidup;b. memperoleh pengetahuan dan keterampilan;c. mengembangkan sikap dan kepribadian profesional;d. mempersiapkan diri untuk berusaha mandiri;dan/ataue. melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

www.peraturan.go.id

36

(5) Penyelenggaraan program pendidikan nonformalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pendidikan kecakapan hidup;b. pendidikan anak usia dini;c. pendidikan kepemudaan;d. pendidikan pemberdayaan perempuan;e. pendidikan keaksaraan;f. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dang. pendidikan kesetaraan.

Pasal 66

(1) Kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan nonformalditambah muatan lokal pada setiap jenjang pendidikannonformal yang memuat materi sejarah Daerah dankewirausahaan sesuai dengan visi.

(2) Bobot kurikulum muatan lokal sebagaimana dimaksud padaayat (1) disesuaikan dengan kesiapan setiap jenjang.

Pasal 67

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasilprogram pendidikan formal.

Bagian KeduaFungsi dan Tujuan

Pasal 68

(1) Pendidikan nonformal berfungsi:a. sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap

pendidikan formal atau sebagai alternatif pendidikan; danb. mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan

pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilanfungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadianprofesional dalam rangka mendukung pendidikansepanjang hayat.

(2) Pendidikan nonformal bertujuan membentuk manusia yangmemiliki kecakapan hidup, keterampilan fungsional, sikapdan kepribadian profesional, dan mengembangkan jiwawirausaha yang mandiri, serta kompetensi untuk bekerjadalam bidang tertentu, dan/atau melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dalam rangka mewujudkan tujuanpendidikan nasional.

www.peraturan.go.id

37

(3) Pendidikan nonformal diselenggarakan berdasarkan prinsipdari, oleh, dan untuk masyarakat.

Bagian KetigaSatuan Pendidikan NonFormal

Paragraf 1Lembaga Kursus dan Pelatihan

Pasal 69

(1) Lembaga kursus dan pelatihan menyelenggarakan programpelatihan kerja dan pelatihan lain untuk meningkatkankompetensi kerja bagi pencari kerja dan pekerja.

(2) Lembaga kursus dan pelatihan yang terakreditasi olehBadan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal dan/ataulembaga akreditasi lain dapat menyelenggarakan ujikompetensi kepada peserta didik sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(3) Lembaga kursus dan pelatihan sebagaimana dimaksud padaayat (2) memberikan sertifikat kompetensi kepada pesertadidik yang lulus uji kompetensi.

Paragraf 2Kelompok Belajar

Pasal 70

(1) Peserta didik yang telah menyelesaikan kegiatanpembelajaran di kelompok belajar dapat mengikuti ujiankesetaraan hasil belajar dengan pendidikan formal sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Peserta didik yang telah menyelesaikan kegiatanpembelajaran di kelompok belajar dan/atau lulus dalamujian kesetaraan hasil belajar sebagaimana dimaksud padaayat (1) memperoleh ijazah sesuai dengan program yangdiikutinya.

www.peraturan.go.id

38

Paragraf 3PKBM

Pasal 71

(1) PKBM yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi NasionalPendidikan Nonformal dapat menyelenggarakan ujikompetensi kepada peserta didik sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) PKBM yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi NasionalPendidikan Nonformal memberikan sertifikat kompetensikepada peserta didik yang lulus uji kompetensi sebagaimanadimaksud pada ayat (1).

(3) Peserta didik yang telah menyelesaikan kegiatanpembelajaran di PKBM dapat mengikuti ujian untukmendapatkan pengakuan kesetaraan hasil belajar denganpendidikan formal sesuai dengan Standar NasionalPendidikan.

(4) Peserta didik yang telah memenuhi syarat dan/atau lulusdalam ujian kesetaraan hasil belajar dengan pendidikanformal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memperolehijazah sesuai dengan program yang diikutinya.

Paragraf 4Majelis Taklim

Pasal 72

(1) Majelis taklim atau bentuk lain yang sejenis dapatmeyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat untuk:a. memperoleh pengetahuan dan keterampilan;b. memperoleh keterampilan kecakapan hidup;c. mengembangkan sikap dan kepribadian professional;d. mempersiapkan diri untuk berusaha mandiri; dan/ataue. melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

(2) Majelis taklim atau bentuk lain yang sejenis dapatmenyelenggarakan program:a. pendidikan keagamaan Islam;b. pendidikan anak usia dini;c. pendidikan keaksaraan;d. pendidikan kesetaraan;e. pendidikan kecakapan hidup;f. pendidikan pemberdayaan perempuan;g. pendidikan kepemudaan; dan/atauh. pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat.

www.peraturan.go.id

39

(3) Peserta didik yang telah menyelesaikan kegiatanpembelajaran di majelis taklim atau bentuk lain yang sejenisdapat mengikuti ujian kesetaraan hasil belajar denganpendidikan formal sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(4) Peserta didik yang telah memenuhi syarat dan/atau lulusdalam ujian kesetaraan hasil belajar dengan pendidikanformal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memperolehijazah dengan program yang diikutinya.

Paragraf 5Satuan PAUD

Pasal 73

(1) Satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentukkelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan PAUDyang sejenis.

(2) Kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuanPAUD yang sejenis menyelenggarakan pendidikan dalamkonteks:a. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran agama

dan akhlak mulia;b. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran sosial

dan kepribadian;c. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran

estetika;d. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran

jasmani, olahraga, dan kesehatan;dane. bermain sambil belajar dalam rangka merangsang minat

kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan cintalingkungan hidup.

(3) Peserta didik kelompok bermain, taman penitipan anak, dansatuan PAUD jalur pendidikan nonformal yang sejenis dapatdievaluasi perkembangannya tanpa melalui proses yangbersifat menguji kompetensi.

www.peraturan.go.id

40

Bagian KeempatProgram Pendidikan Nonformal

Paragraf 1Pendidikan Kecakapan Hidup

Pasal 74

(1) Pendidikan kecakapan hidup merupakan programpendidikan yang mempersiapkan peserta didik pendidikannonformal dengan kecakapan personal, kecakapan sosial,kecakapan estetis, kecakapan kinetis, kecakapanintelektual, dan kecakapan vokasional yang diperlukanuntuk bekerja, berusaha, dan/atau hidup mandiri di tengahmasyarakat.

(2) Pendidikan kecakapan hidup bertujuan meningkatkankecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan estetis,kecakapan kinetis, kecakapan intelektual dan kecakapanvokasional untuk menyiapkan peserta didik agar mampubekerja, berusaha, dan/atau hidup mandiri di tengahmasyarakat.

(3) Pendidikan kecakapan hidup dapat dilaksanakan secaraterintegrasi dengan program pendidikan nonformal lain atautersendiri.

(4) Pendidikan kecakapan hidup dapat dilaksanakan olehlembaga pendidikan nonformal bekerja sama denganlembaga pendidikan formal.

(5) Pendidikan kecakapan hidup dapat dilaksanakan secaraterintegrasi dengan program penempatan lulusan di duniakerja, baik di dalam maupun di luar negeri.

Paragraf 2Program PAUD

Pasal 75

(1) Program PAUD jalur pendidikan nonformal merupakanprogram yang diselenggarakan secara fleksibel berdasarkantahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

www.peraturan.go.id

41

(2) Program PAUD jalur pendidikan nonformal sebagaimanadimaksud pada ayat (1), berfungsi menumbuhkembangkandan membina seluruh potensi anak sejak lahir sampaidengan usia anak 6 (enam) tahun sehingga terbentukperilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahapperkembangannya dalam rangka kesiapan anak memasukipendidikan lebih lanjut.

(3) Program PAUD jalur pendidikan nonformal sebagaimanadimaksud pada ayat (2), lebih memprioritaskan pelayananpendidikan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia4(empat) tahun.

(4) Program PAUD jalur pendidikan nonformal bertujuan:a. membangun landasan bagi berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis,kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan

b. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual,emosional, estetis, kinetis, dan sosial peserta didik padamasa pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yangedukatif dan menyenangkan.

(5) Program PAUD jalur pendidikan nonformal dirancang dandiselenggarakan:a. secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

dan mendorong kreativitas kemandirian;b. sesuai dengan tahap pertumbuhan fisik dan

perkembangan mental anak serta kebutuhan dankepentingan terbaik anak;

c. dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dankemampuan tiap-tiap anak; dan

d. dengan mengintegrasikan kebutuhan anak terhadapkesehatan, gizi, dan stimulasi psikososial.

(6) Pengembangan program PAUD jalur pendidikan nonformalsebagaimana dimaksud pada ayat (4) didasarkan pada:a. prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermainb. memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan

masing-masing peserta didik;c. memperhatikan latar belakang sosial, ekonomi, dan

budaya peserta didik; dand. memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat

setempat.

www.peraturan.go.id

42

(7) Pengelompokkan peserta didik untuk program pendidikanpada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformaldisesuaikan dengan kebutuhan, usia, dan perkembangananak.

(8) Penyelenggaraan program PAUD jalur pendidikan nonformaldapat diintegrasikan dengan program lain yang sudahberkembang di masyarakat sebagai upaya untukmemperluas pelayanan PAUD kepada seluruh lapisanmasyarakat.

Paragraf 3Pendidikan Kepemudaan

Pasal 76

(1) Pendidikan kepemudaan merupakan pendidikan yangdiselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpinbangsa.

(2) Program Pendidikan kepemudaan berfungsimengembangkan potensi pemuda dengan penekanan pada:a. penguatan nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia;b. penguatan wawasan kebangsaan, cinta tanah air dan

cinta lingkungan hidup;c. penumbuhkembangan etika, kepribadian, dan estetika;d. peningkatan wawasan dan kemampuan di bidang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga;e. penumbuhan sikap kewirausahaan, kepemimpinan,

keteladanan, dan kepeloporan; danf. peningkatan keterampilan vokasional.

(3) Program pendidikan kepemudaan memberikan pelayananpendidikan kepada warga masyarakat yang berusia antara16 (enam belas) tahun sampai dengan 30 (tiga puluh) tahun.

(4) Pendidikan kepemudaan dapat berbentuk pelatihan danbimbingan atau sejenisnya yang diselenggarakan oleh:a. organisasi keagamaan;b. organisasi pemuda;c. organisasi kepanduan /kepramukaan;d. organisasi palang merah;e. organisasi pecinta alam dan lingkungan hidup;f. organisasi kewirausahaan;g. organisasi masyarakat;h. organisasi seni dan olahraga; dani. organisasi lain yang sejenis.

www.peraturan.go.id

43

Paragraf 4Pendidikan Pemberdayaan Perempuan

Pasal 77

(1) Pendidikan pemberdayaan perempuan merupakanpendidikan untuk meningkatkan harkat dan martabatperempuan.

(2) Program pendidikan pemberdayaan perempuan berfungsiuntuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender dalamkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa danbernegara melalui:a. peningkatan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;b. penguatan wawasan kebangsaan, cinta tanah air dan

cinta lingkungan hidup;c. penumbuhkembangan etika, kepribadian, dan estetika;d. peningkatan wawasan dan kemampuan di bidang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga;e. penumbuhan sikap kewirausahaan, kepemimpinan,

keteladanan, dan kepeloporan; danf. peningkatan keterampilan vokasional.

(3) Pendidikan pemberdayaan perempuan bertujuan:a. meningkatkan kedudukan, harkat, dan martabat

perempuan hingga setara dengan laki-laki;b. meningkatkan akses dan partisipasi perempuan dalam

pendidikan, pekerjaan, usaha, peran sosial, peran politik,dan bentuk amal lain dalam kehidupan; dan

c. mencegah terjadinya pelanggaran terhadap hak asasimanusia yang melekat pada perempuan.

Paragraf 5Pendidikan Keaksaraan

Pasal 78

(1) Pendidikan keaksaraan merupakan pendidikan bagi wargamasyarakat yang buta aksara latin agar mereka dapatmembaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia danberpengatahuan dasar, yang memberikan peluang untukaktualisasi potensi diri.

(2) Pendidikan keaksaraan berfungsi memberikan kemampuandasar membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasidalam bahasa Indonesia, serta pengetahuan dasar kepadapeserta didik yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupansehari-hari.

www.peraturan.go.id

44

(3) Program pendidikan keaksaraan memberikan pelayananpendidikan kepada warga masyarakat usia 15 (lima belas)tahun ke atas yang belum dapat membaca, menulis,berhitung dan/atau berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

(4) Pendidikan keaksaraan meliputi pendidikan keaksaraandasar, pendidikan keaksaraan lanjutan, dan pendidikankeaksaraan mandiri.

(5) Penjaminan mutu akhir pendidikan keaksaraan dilakukanmelalui uji kompetensi keaksaraan.

(6) Peserta didik yang telah lulus uji kompetensi keaksaraansebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberi suratketerangan melek aksara.

(7) Peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (6)diarahkan untuk mengikuti pendidikan kesetaraan.

Paragraf 6Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja

Pasal 79

(1) Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja ditujukan bagipeserta didik pencari kerja atau yang sudah bekerja.

(2) Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk:a. meningkatkan motivasi dan etos kerja;b. mengembangkan kepribadian yang cocok dengan jenis

pekerjaan peserta didik;c. meningkatkan wawasan tentang aspek lingkungan yang

sesuai dengan kebutuhan pekerjaan;d. meningkatkan kemampuan keterampilan fungsional

sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan pekerjaan;e. meningkatkan kemampuan membangun jejaring

pergaulan sesuai dengan tuntutan pekerjaan; danf. meningkatkan kemampuan lain sesuai dengan tuntutan

pekerjaan.

(3) Kemampuan keterampilan fungsional sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi keterampilan vokasional,keterampilan manajerial, keterampilan komunikasi,dan/atau keterampilan sosial.

www.peraturan.go.id

45

(4) Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja dapatdilaksanakan secara terintegrasi dengan:a. program pendidikan kecakapan hidup;b. program pendidikan kesetaraan Paket B dan Paket C;c. program pendidikan pemberdayaan perempuan; dan/ataud. program pendidikan kepemudaan.

Paragraf 7Pendidikan Kesetaraan

Pasal 80

(1) Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikannonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setaraSD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakupi programPaket A, Paket B, dan Paket C serta pendidikan kejuruansetara SMK/MAK yang berbentuk Paket C Kejuruan.

(2) Pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai pelayananpendidikan nonformal pada jenjang pendidikan dasar danmenengah.

(3) Peserta didik program Paket A adalah anggota masyarakatyang memenuhi ketentuan wajib belajar setara SD/MImelalui jalur pendidikan nonformal.

(4) Peserta didik program Paket B adalah anggota masyarakatyang memenuhi ketentuan wajib belajar setara SMP/MTsmelalui jalur pendidikan nonformal.

(5) Program Paket B sebagaimana dimaksud pada ayat (4)membekali peserta didik dengan keterampilan fungsional,sikap dan kepribadian profesional yang memfasilitasi prosesadaptasi dengan lingkungan kerja.

(6) Persyaratan mengikuti program Paket B adalah lulus SD/MI,program Paket A, atau yang sederajat.

(7) Peserta didik program Paket C adalah anggota masyarakatyang menempuh pendidikan menengah umum melalui jalurpendidikan nonformal.

(8) Peserta didik program Paket C Kejuruan adalah anggotamasyarakat yang menempuh pendidikan menengahkejuruan melalui jalur pendidikan nonformal.

www.peraturan.go.id

46

(9) Program Paket C sebagaimana dimaksud pada ayat (7)membekali peserta didik dengan kemampuan akademik danketerampilan fungsional, serta sikap dan kepribadianprofesional.

(10) Program Paket C Kejuruan sebgaimana dimaksud pada ayat(8) membekali peserta didik dengan kemampuan akademik,ketrampilan fungsional, dan kecakapan kejuruan paraprofesi, serta sikap dan kepribadian profesional.

(11) Persyaratan mengikuti program Paket C dan Paket Ckejuruan adalah lulus SMP/MTs, Paket B, atau yangsederajat.

(12) Program pendidikan kesetaraan dapat dilaksanakanterintegrasi dengan:a. program pendidikan kecakapan hidup;b. program pendidikan pemberdayaan perempuan;dan/atauc. program pendidikan kepemudaan.

Paragraf 8Penyetaraan Hasil pendidikan

Pasal 81

(1) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara denganhasil pendidikan formal setelah melalui uji kesetaraan yangmemenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yangditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuaikewenangan masing-masing, dan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

(2) Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untukProgram Paket A, Program Paket B, Program Paket C, danProgram Paket C Kejuruan dilaksanakan oleh BadanStandar Nasional Pendidikan.

(3) Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untukprogram kecakapan hidup dapat dilaksanakan untuk:a. memperoleh pengakuan kesetaraan dengan kompetensi

mata pelajaran vokasi pada jenjang pendidikanmenengah; atau

b. memperoleh pengakuan kesetaraan dengan kompetensimata kuliah (jurusan) keahlian vokasi pada jenjangpendidikan tinggi.

www.peraturan.go.id

47

(4) Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf adapat dilaksanakan oleh SMK atau MAK yang paling rendahberakreditasi B dari Badan Akreditasi NasionalSekolah/Madrasah.

(5) Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf bdapat dilaksanakan oleh suatu perguruan tinggi melaluiprogram studi vokasinya paling rendah berakreditasi B dariBadan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

(6) Peserta didik yang lulus uji kesetaraan sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diberi sertifikatkompetensi.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kesetaraansebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6)mengacu pada peraturan perundang-undangan yangberlaku.

BAB VIIPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INFORMAL

Pasal 82

Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkunganyang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Pasal 83

(1) Hasil pendidikan informal dapat dihargai setara dengan hasilpendidikan nonformal dan formal setelah melalui ujikesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikanoleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atauPemerintah Daerah sesuai kewenangan masing-masing, dansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Uji kesetaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan melalui:a. uji kesetaraan yang berlaku bagi peserta didik pendidikan

nonformal sebagaimana diatur dalam Pasal 81; danb. uji kesetaraan mengacu pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

www.peraturan.go.id

48

BAB VIIIPENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KHUSUS

Bagian KesatuUmum

Pasal 84

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didikyang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti prosespembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Pasal 85

Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi pesertadidik di daerah yang mengalami bencana alam, bencana sosial,dan tidak mampu dari segi ekonomi.

Bagian KeduaPendidikan Inklusi

Paragraf 1Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Pasal 86

(1) Pendidikan khusus bagi peserta didik berkebutuhan khususberfungsi memberikan pelayanan pendidikan bagi pesertadidik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti prosespembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,intelektual, dan/atau sosial.

(2) Pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khususbertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didiksecara optimal sesuai kemampuannya.

(3) Peserta didik berkebutuhan khusus terdiri dari:a. tunanetra;b. tunarungu;c. tunawicara;d. tunagrahita;e. tunadaksa;f. tunalaras;g. berkesulitan belajar;h. lamban belajar;

www.peraturan.go.id

49

i. autis;j. memiliki gangguan motorik;k. menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat

terlarang, dan zat adiktif lain; danl. memiliki kebutuhan khusus lainnya.

(4) Kebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dapat juga berwujud gabungan dari 2 (dua) atau lebih jeniskebutuhan khusus, yang disebut tunaganda.

Pasal 87

(1) Pendidikan khusus bagi peserta didik berkebutuhan khususdapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenispendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

(2) Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukanmelalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikanumum, satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuanpendidikan keagamaan.

Pasal 88

(1) Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya pendidikankhusus pada satuan pendidikan umum dan satuanpendidikan kejuruan sesuai dengan kebutuhan pesertadidik.

(2) Penjaminan terselenggaranya pendidikan khusussebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan denganmenetapkan paling sedikit 1 (satu) satuan pendidikan umumdan 1 (satu) satuan pendidikan kejuruan yang memberikanpendidikan khusus pada tiap kecamatan.

(3) Dalam menjamin terselenggaranya pendidikan khusussebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah daerahmenyediakan sumber daya pendidikan yang berkaitandengan kebutuhan peserta berkebutuhan khusus.

Pasal 89

Pendidikan khusus bagi peserta didik berkebutuhan khususpada jalur formal diselenggarakan melalui satuan PAUD, satuanpendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah.

www.peraturan.go.id

50

Pasal 90

(1) Satuan pendidikan khusus formal bagi peserta didikberkebutuhan khusus untuk PAUD berbentuk tamankanak-kanak luar biasa atau sebutan lain untuk satuanpendidikan yang sejenis dan sederajat.

(2) Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkebutuhankhusus pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas:a. sekolah dasar luar biasa atau sebutan lain untuk satuan

pendidikan yang sejenis dan sederajat; danb. sekolah menengah pertama luar biasa atau sebutan lain

untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.

(3) Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkebutuhankhusus pada jenjang pendidikan menengah adalah sekolahmenengah atas luar biasa, sekolah menengah kejuruan luarbiasa, atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yangsejenis dan sederajat.

(4) Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapatdilaksanakan secara terintegrasi antar jenjang pendidikandan/atau antar jenis kelainan.

(5) Pendidikan khusus bagi peserta didik berkebutuhan khususdapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalurpendidikan nonformal.

Paragraf 2Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik yang Memiliki

Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa

Pasal 91

(1) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensikecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsimengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadiprestasi nyata sesuai dengan karakteristik keistimewaanya.

(2) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensikecerdasan dan/atau bakat istimewa bertujuanmengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpamengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasanspiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestik, dankecerdasan lain.

www.peraturan.go.id

51

Pasal 92

(1) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensikecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakanpada satuan pendidikan formal TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat.

(2) Program pendidikan khusus bagi peserta didik yangmemiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapatberupa:a. program percepatan;b. program pengayaan; dan/atauc. program pengembangan bakat.

(3) Program percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan dengan syarat:a. peserta didik memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa yang diukur dengan tes psikologi;b. peserta didik memiliki potensi akademik tinggi dan/atau

bakat istimewa di bidang seni dan/atau olahraga; danc. satuan pendidikan penyelenggara telah memenuhi

Standar Nasional Pendidikan.

(4) Program percepatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dapat dilakukan dengan menerapkan sistem kredit semestersesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi pesertadidik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakatistimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapatdilakukan dalam bentuk:a. kelas biasa;b. kelas khusus; atauc. satuan pendidikan khusus.

Pasal 93

(1) Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannyamenyelenggarakan pendidikan layanan khusus.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang penyelenggaraan pendidikanlayanan khusus mengacu pada peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

52

BAB IXSATUAN PENDIDIKAN UNGGULAN DAERAH

Pasal 94

Satuan pendidikan unggulan daerah merupakan satuanpendidikan yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikandan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.

Pasal 95

(1) Pemerintah daerah menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu)SD, SMP, SMA dan SMK unggulan daerah dan/ataumemfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SD,SMP, SMA dan SMK unggulan daerah yang diselenggarakanmasyarakat.

(2) Penyelenggaraan pendidikan pada SD, SMP, SMA dan SMKyang dikembangkan menjadi satuan pendidikan unggulandaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdilaksanakan secara parsial menurut rombongan belajaratau mata pelajaran.

(3) Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (2) memenuhi penjaminan mutu SD, SMP, SMA danSMK unggulan daerah mengacu pada peraturan perundang-undangan.

(4) Pengembangan SD, SMP, SMA dan SMK menjadi satuanpendidikan unggulan daerah dilaksanakan paling lama 2(dua) tahun setelah peraturan daerah ini diundangkan.

Pasal 96

(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah yangdikembangkan menjadi unggulan daerah melakukanpenjaminan mutu pendidikan sesuai dengan penjaminanmutu sekolah unggulan daerah yang mengacu padaperaturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah Daerah atau masyarakat dapat mendirikansekolah baru unggulan daerah dengan persyaratan harusmemenuhi:a. Standar Nasional Pendidikan sejak sekolah berdiri;danb. pedoman penjaminan mutu sekolah unggulan daerah

mengacu pada peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

53

Pasal 97

(1) Pemerintah Daerah atau masyarakat dapatmenyelenggarakan satuan pendidikan khusus dan satuanatau program pendidikan nonformal unggulan daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai satuan pendidikan khususdan satuan atau program pendidikan nonformal unggulandaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu padaperaturan perundang-undangan.

Pasal 98

(1) Penyelenggara dan satuan pendidikan dilarangmenggunakan kata unggulan daerah untuk nama satuanpendidikan, program, kelas, dan/atau mata pelajarankecuali mendapatkan penetapan atau izin dari pejabat yangberwenang.

(2) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat(1) ditetapkan oleh Bupati.

BAB XSATUAN PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL

Pasal 99

Satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal merupakansatuan pendidikan yang telah memenuhi Standar NasionalPendidikan dan diperkaya dengan keunggulan kompetitifdan/atau komparatif daerah.

Pasal 100

(1) Pemerintah Daerah mengelola dan menyelenggarakan palingsedikit 1 (satu) satuan pendidikan pada jenjang pendidikandasar dan menengah yang berbasis keunggulan lokal.

(2) Pemerintah Daerah memfasilitasi penyelenggaraan satuanpendidikan berbasis keunggulan lokal pada jenjangpendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakanmasyarakat.

www.peraturan.go.id

54

Pasal 101

(1) Keunggulan lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99dikembangkan berdasarkan keunggulan Daerah di bidangniaga dan jasa berbasis industri kreatif, kewirausahaan danbidang lain sesuai perkembangan daerah.

(2) Satuan pendidikan dasar dan menengah yangdikembangkan menjadi berbasis keunggulan lokal harusdiperkaya dengan muatan pendidikan kejuruan yang terkaitdengan keunggulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 102

(1) Satuan pendidikan dasar dan menengah yangdikembangkan menjadi satuan pendidikan berbasiskeunggulan lokal melakukan penjaminan mutu pendidikansesuai dengan penjaminan mutu sekolah berbasiskeunggulan lokal mengacu pada peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah Daerah atau masyarakat dapat mendirikansekolah baru yang berbasis keunggulan lokal denganpersyaratan memenuhi:a. Standar Nasional Pendidikan sejak sekolah berdiri; danb. pedoman penjaminan mutu sekolah berbasis keunggulan

lokal yang ditetapkan mengacu pada peraturanperundang-undangan yang berlaku sejak sekolah berdiri.

Pasal 103

(1) Pemerintah daerah atau masyarakat dapatmenyelenggarakan satuan atau program pendidikannonformal berbasis keunggulan lokal.

(2) Ketentuan labih lanjut mengenai satuan atau programpendidikan nonformal berbasis keunggulan lokalsebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu padaperaturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

55

BAB XIKERJASAMA LEMBAGA PENDIDIKAN ASING

DENGAN SATUAN PENDIDIKAN

Bagian KesatuKerja Sama Penyelenggara Pendidikan

Pasal 104

(1) Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yangdiakui di negaranya dapat menyelenggarakan pendidikan diDaerah.

(2) Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) wajib dilaksanakan bekerja sama dengan lembagapendidikan di Indonesia pada tingkat program studi atausatuan pendidikan.

(3) Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) harus memenuhi syarat:a. memperoleh izin Menteri;b. mengikuti Standar Nasional Pendidikan;c. mengikuti ujian nasional bagi peserta didik pendidikan

dasar dan menengah warga negara Indonesia;d. mengikuti akreditasi oleh badan akreditasi nasional; dane. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) pada pendidikan anak usia dini, dan jenjangpendidikan dasar dan menengah bekerja sama dengansatuan pendidikan di daerah yang berakreditasi A atau yangsetara dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasahatau dari Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal.

(5) Kepemilikan lembaga asing dalam program atau satuanpendidikan yang diselenggarakan bersama sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Program atau satuan pendidikan yang diselenggarakanbersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2)wajib mengikutsertakan paling sedikit 30% (tiga puluhpersen) pendidik dan 80% (delapan puluh persen) tenagakependidikan warga negara Indonesia.

www.peraturan.go.id

56

Pasal 105

(1) Program atau satuan pendidikan yang diselenggarakanbersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 ayat (2)merupakan program atau satuan pendidikan unggulandaerah atau satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal.

(2) Program atau satuan pendidikan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) wajib menerapkan sistem remunerasi yangberkeadilan bagi semua pendidik dan tenaga kependidikan.

Bagian KeduaKerja Sama Pengelolaan Pendidikan

Pasal 106

(1) Satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikandasar, dan menengah di daerah dapat bekerja sama dalambidang akademik dengan satuan pendidikan asing dalampengelolaan pendidikan.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:a. meningkatkan mutu pendidikan;b. memperluas jaringan kemitraan; dan/atauc. menyelenggarakan satuan pendidikan atau program studi

unggulan daerah atau berbasis keunggulan lokal.

(3) Kerjasama akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berbentuk:a. pertukaran pendidik dan/atau tenaga kependidikan;b. pertukaran peserta didik;c. pemanfaatan sumber daya;d. penyelenggaraan program kembaran;e. penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler; dan/atauf. kerja sama lain yang dianggap perlu.

Pasal 107

(1) Satuan pendidikan non formal dapat menjalin kerja samaakademik dan/atau non akademik dengan lembagapendidikan negara lain.

(2) Kerja sama satuan pendidikan nonformal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkanmutu pendidikan dan/atau memperluas jaringan kemitraanuntuk kepentingan satuan pendidikan nonformal.

www.peraturan.go.id

57

(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadapat dilakukan oleh satuan pendidikan nonformalterakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional PendidikanNonformal yang memilki izin pendirian sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bentuk kerjasama pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mengacu pada peraturan perundang-undangan.

BAB XIIHAK DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK

Bagian KesatuHak Peserta Didik

Pasal 108

(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama

yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yangseagama;

b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,minat, dan kemampuannya;

c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;

d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya;

e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuanpendidikan lain yang setara; dan

f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengankecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpangdari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

(2) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuanpendidikan yang diselenggarakan di Daerah.

(3) Ketentuan mengenai hak peserta didik sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut olehsatuan pendidikan yang bersangkutan.

www.peraturan.go.id

58

Bagian KeduaKewajiban Peserta Didik

Pasal 109

(1) Peserta didik berkewajiban:a. mengikuti proses pembelajaran sesuai peraturan satuan

pendidikan dengan menjunjung tinggi norma dan etikaakademik;

b. mengikuti proses pembelajaran agama dan peningkatankeimanan, ketaqwaan sesuai dengan agama yang dianutpeserta didik;

c. menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnyadan menghormati pelaksanaan ibadah peserta didik yangberagama lain;

d. menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;e. memelihara kerukunan dan kedamaian untuk

mewujudkan harmoni sosial;f. mencintai keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara,

serta menyayangi sesama peserta didik;g. mencintai dan melestarikan lingkungan;h. ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana,

kebersihan, keamanan, dan ketertiban satuan pendidikan;i. ikut menjaga dan memelihara sarana dan prasarana,

kebersihan, keamanan, dan ketertiban umum;j. menanggung biaya pengelolaan dan penyelenggaraan

pendidikan, kecuali yang dibebaskan dari kewajiban;k. menjaga kewibawaan dan nama baik satuan pendidikan

yang bersangkutan; danl. mematuhi semua peraturan yang berlaku.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaksanakan di bawah bimbingan dan keteladanan pendidikdan tenaga kependidikan, serta pembiasaan terhadappeserta didik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban peserta didiksebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh satuanpendidikan yang bersangkutan.

www.peraturan.go.id

59

BAB XIIIPENDIDIKAN AGAMA

Pasal 110

(1) Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesiayang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esaserta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dankerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.

(2) Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnyakemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati,dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikanpenguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi danseni.

Pasal 111

Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenispendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama.

Pasal 112

(1) Pendidikan agama pada pendidikan formal dan programpendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggarakandalam bentuk mata pelajaran agama.

(2) Setiap satuan pendidikan menyediakan tempatmenyelenggarakan pendidikan agama.

(3) Satuan pendidikan yang tidak dapat menyediakan tempatmenyelenggarakan pendidikan agama sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dapat bekerja sama dengan satuanpendidikan yang setingkat atau penyelenggara pendidikanagama di masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikanagama bagi peserta didik.

(4) Setiap satuan pendidikan menyediakan tempat dankesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakanibadah berdasarkan ketentuan agama yang dianut olehpeserta didik.

(5) Tempat melaksanakan ibadah agama sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dapat berupa ruangan di dalam ataudi sekitar lingkungan satuan pendidikan yang dapatdigunakan peserta didik menjalankan ibadahnya.

www.peraturan.go.id

60

Pasal 113

(1) Kurikulum pendidikan agama dilaksanakan sesuai StandarNasional Pendidikan.

(2) Pendidikan agama diajarkan sesuai dengan tahapperkembangan kejiwaan peserta didik.

(3) Pendidikan agama mendorong peserta didik untuk taatmenjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-haridan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moraldalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.

(4) Pendidikan agama mewujudkan keharmonisan, kerukunan,dan rasa hormat di antara sesama pemeluk agama yangdianut dan terhadap pemeluk agama lain.

(5) Pendidikan agama membangun sikap mental peserta didikuntuk bersikap dan berperilaku jujur, amanah, disiplin,bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif,tulus, dan bertanggung jawab.

(6) Pendidikan agama menumbuhkan sikap kritis, inovatif, dandinamis, sehingga menjadi pendorong peserta didik untukmemiliki kompetensi dalam bidang ilmu pengetahuan,teknologi, seni, dan/atau olahraga.

(7) Pendidikan agama diselenggarakan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, mendorongkreativitas dan kemandirian, serta menumbuhkan motivasiuntuk hidup sukses.

(8) Satuan pendidikan dapat menambah muatan pendidikanagama sesuai kebutuhan.

(9) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat berupatambahan materi, jam pelajaran, dan kedalaman materi.

Pasal 114

(1) Pendidik pendidikan agama pada satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah daerah disediakan olehpemerintah daerah sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

61

(2) Pendidik pendidikan agama pada satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh masyarakat disediakan oleh satuanpendidikan yang bersangkutan atau dengan satuanpendidikan lainnya.

BAB XIVPENDIDIKAN KEAGAMAAN

Pasal 115

(1) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan pesertadidik menjadi anggota masyarakat yang memahami danmengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadiahli ilmu agama.

(2) Pendidikan keagamaan bertujuan untuk terbentuknyapeserta didik yang memahami dan mengamalkan nilai-nilaiajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yangberwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman,bertakwa, dan berakhlak mulia.

Pasal 116

Pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jalur pendidikanformal, nonformal, dan informal.

Pasal 117

(1) Pendidikan keagamaan menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran agama.

(2) Penyelenggaraan pendidikan ilmu yang bersumber dariajaran agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memadukan ilmu agama dan ilmu umum/keterampilanterutama bertujuan untuk mempersiapkan peserta didikpindah pada jenjang yang sama atau melanjutkan kependidikan umum atau yang lainnya pada jenjangberikutnya.

www.peraturan.go.id

62

Pasal 118

(1) Peserta didik pada pendidikan keagamaan jenjangpendidikan dasar dan menengah yang terakreditasi berhakpindah ke tingkat yang setara di SD, MI, SMP, MTs, SMA,MA, SMK, atau bentuk lain yang sederajat setelah memenuhipersyaratan.

(2) Hasil pendidikan keagamaan nonformal dan/atau informaldapat dihargai sederajat dengan hasil pendidikan formalkeagamaan/umum/kejuruan setelah lulus ujian yangdiselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasiyang ditunjuk oleh Pemerintah dan/atau pemerintahdaerah.

(3) Peserta didik pendidikan keagamaan formal, nonformal, daninformal yang memperoleh ijazah sederajat pendidikanformal umum/kejuruan dapat melanjutkan ke jenjangberikutnya pada pendidikan keagamaan atau jenispendidikan yang lainnya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan peserta didikbaru dan perpindahan peserta didik pendidikan keagamaanpada pendidikan umum, diatur sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

Pasal 119

Pemerintah daerah dapat memberi bantuan sumber dayapendidikan kepada pendidikan keagamaan.

Pasal 120

(1) Pendidikan keagamaan dapat berbentuk satuan atauprogram pendidikan.

(2) Pendidikan keagamaan dapat didirikan pemerintah daerahdan/atau masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

63

(3) Syarat pendirian satuan pendidikan keagamaansebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:a. isi pendidikan/kurikulum;b. jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan;c. sarana dan prasarana yang memungkinkan

terselenggaranya kegiatan pembelajaran;d. sumber pembiayaan untuk kelangsungan program

pendidikan sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) tahunpendidikan/akademik berikutnya;

e. sistem evaluasi; danf. manajemen dan proses pendidikan.

BAB XVPENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Bagian KesatuUmum

Pasal 121

Pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan dan programpendidikan merupakan pelaksana dan penunjangpenyelenggaraan pendidikan.

Bagian KeduaJenis, Tugas, dan Tangung Jawab

Pasal 122

(1) Pendidik merupakan tenaga kependidikan yangberkualifikasi guru, konselor, pamong belajar, widyaiswara,tutor, instruktur, fasilisator, dan sebutan lain yang sesuaidengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalammenyelenggarakan pendidikan.

(2) Pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyaitugas dan tanggung jawab selaku:a. guru sebagai pendidik profesional mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, danmengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usiadini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, danpendidikan menengah;

b. konselor sebagai pendidik profesional memberikanpelayanan konseling kepada peserta didik di satuanpendidikan pada jenjang pendidikan dasar, pendidikanmenengah, dan pendidikan tinggi;

www.peraturan.go.id

64

c. pamong belajar sebagai pendidik profesional mendidik,membimbing, mengajar, melatih, menilai, danmengevaluasi peserta didik, dan mengembangkan modelprogram pembelajaran, alat pembelajaran, danpengelolaan pembelajaran pada jalur pendidikannonformal;

d. widyaiswara sebagai pendidik profesional mendidik,mangajar, dan melatih peserta didik pada programpendidikan dan pelatihan prajabatan dan/atau dalamjabatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah;

e. tutor sebagai pendidik profesional memberikan bantuanbelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaranjarak jauh dan/atau pembelajaran tatap muka padasatuan pendidikan jalur formal dan nonformal;

f. instruktur sebagai pendidik profesional memberikanpelatihan teknis kepada peserta didik pada kursusdan/atau pelatihan;

g. fasilisator sebagai pendidik profesional melatih danmenilai pada lembaga pendidikan dan pelatihan;

h. pamong pendidikan anak usia dini sebagai pendidikprofesional mengasuh, membimbing, melatih, menilaiperkembangan anak usia dini pada kelompok bermain,penitipan anak dan bentuk lain yang sejenis pada jalurpendidikan nonformal;

i. guru pembimbing khusus sebagai pendidik profesionalmembimbing, mengajar, menilai, dan mengevaluasipeserta didik berkelainan pada satuan pendidikan umum,satuan pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikankeagamaan; dan

j. nara sumber teknis sebagai pendidik profesional melatihketerampilan tertentu bagi peserta didik pada pendidikankesetaraan.

Pasal 123

(1) Guru harus memiliki kualifikasi akademik, sertifikasi dankompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada satuanpendidikan formal harus sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik selain gurumengacu pada paraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

65

(4) Kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik pada jalurpendidikan nonformal diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 124

(1) Tenaga kependidikan selain pendidik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 121 mencakup pengelola satuanpendidikan, penilik, pengawas, peneliti, pengembang, tenagaperpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar,tenaga administrasi, psikolog, pekerja sosial, terapis, tenagakebersihan dan keamanan, serta tenaga dengan sebutan lainyang bekerja pada satuan pendidikan.

(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)mempunyai tugas dan tanggung jawab selaku:a. pengelola satuan pendidikan mengelola satuan

pendidikan pada pendidikan formal atau nonformal;b. penilik melakukan pemantauan, penilaian, dan

pembinaan pada satuan pendidikan nonformal;c. pengawas melakukan pemantauan, penilaian, dan

pembinaan pada satuan pendidikan formal anak usiadini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;

d. peneliti melakukan penelitian di bidang pendidikan padasatuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, sertapendidikan nonformal;

e. pengembang atau perekayasa melakukan pengembanganatau perekayasaan di bidang pendidikan pada satuanpendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah, dan pendidikan tinggi, serta pendidikannonformal;

f. tenaga perpustakaan melaksanakan pengelolaanperpustakaan pada satuan pendidikan;

g. tenaga laboratorium membantu pendidik mengelolakegiatan praktikum di laboratorium satuan pendidikan;

h. teknisi sumber belajar mempersiapkan, merawat,memperbaiki sarana dan prasarana pembelajaran padasatuan pendidikan;

i. tenaga administrasi menyelenggarakan pelayananadministratif pada satuan pendidikan;

j. psikolog memberikan pelayanan bantuan psikolog-pedagogis kepada peserta didik dan pendidik padapendidikan khusus dan pendidikan anak usia dini;

k. pekerja sosial pendidikan memberikan layanan bantuansosiologis-pedagogis kepada peserta didik dan pendidikpada pendidikan khusus atau pendidikan layanankhusus;

www.peraturan.go.id

66

l. terapis memberikan pelayanan bantuan fisiologis-kinesiologis kepada peserta didik pada pendidikankhusus; dan

m. tenaga kebersihan dan keamanan memberikanpelayanan kebersihan lingkungan dan keamanan satuanpendidikan.

Bagian KetigaPengangkatan, Penempatan, Pemindahan,

dan Pemberhentian

Pasal 125

Pemerintah Daerah merencanakan kebutuhan pendidik dantenaga kependidikan yang memenuhi SNP berdasarkanperencanaan kebutuhan yang mengacu pada peraturanperundang-undangan.

Pasal 126

(1) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, danpemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan padasatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh PemerintahDaerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, danpemberhentian pendidik dan tenaga kependidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalamrangka perluasan dan pemerataan akses pendidikan sertapeningkatan mutu, daya saing, dan relevansi pendidikan.

(3) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, danpemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan padasatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakatdilakukan oleh penyelenggara pendidikan yang didirikanmasyarakat berdasarkan perjanjian kerja dan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

67

Bagian KeempatPembinaan Karier, Promosi, dan Penghargaan

Paragraf 1Pembinaan Karier

Pasal 127

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan karierpendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan polapembinaan karier mengacu pada peraturan perundang-undangan.

(2) Penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat wajibmelakukan pembinaan karier pendidik dan tenagakependidikan pada satuan pendidikan yangdiselenggarakannya sesuai dengan pola pembinaan kariersebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Pembinaan karier pendidik dilaksanakan dalam bentukpeningkatan kualifikasi akademik dan/atau kompetensisebagai agen pembelajaran dengan mengacu pada SNP.

(4) Pembinaan karier tenaga kependidikan dilaksanakan dalambentuk peningkatan kualifikasi akademik dan/ataukompetensi manajerial dan/atau teknis sebagai tenagakependidikan dengan mengacu pada SNP.

Paragraf 2Promosi dan Penghargaan

Pasal 128

Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenagakependidikan dilakukan berdasarkan latar belakangpendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalambidang pendidikan.

Pasal 129

(1) Promosi bagi pendidik dan tenaga kependidikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 diberikan dalambentuk kenaikan pangkat/golongan, kenaikan jabatan,dan/atau bentuk promosi lain yang dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

68

(2) Promosi bagi pendidik dan tenaga kependidikan bukanPegawai Negeri Sipil pada satuan pendidikan yangdiselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan sesuaidengan anggaran dasar dan anggaran rumah tanggapenyelenggara pendidikan serta ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 130

(1) Penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikansebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 diberikan oleh:a. Bupati pada tingkat Kabupaten;b. Camat pada tingkat Kecamatan; danc. Kepala satuan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan.

(2) Penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dapatdiberikan oleh masyarakat dan organisasi profesi padatingkat internasional, nasional, provinsi, kabupaten,kecamatan, dan/atau tingkat satuan pendidikan.

(3) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat(2) diberikan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan, dalam bentuk:a. tanda jasa;b. promosi;c. piagam;d. uang; dan/ataue. bentuk penghargaan lainnya.

Pasal 131

Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada:a. pendidik dan/atau tenaga kependidikan berdedikasi yang

bertugas di daerah perbatasan dengan daerah lain, daerahyang mengalami bencana alam, bencana sosial, daerahterpencil, atau daerah yang berada dalam keadaan daruratlain.

b. Pendidik dan/atau tenaga kependidikan yang tewas dalammelaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

www.peraturan.go.id

69

Bagian KelimaLarangan

Pasal 132

Pendidik dan/atau tenaga kependidikan, baik perseoranganmaupun kolektif, dilarang:a. menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan

ajar, pakaian seragam, atau bahan pakain seragam di satuanpendidikan;

b. memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar ataules kepada peserta didik di satuan pendidikan;

c. melakukan segala sesuatu baik secara langsung maupuntidak langsung yang menciderai integritas evaluasi hasilbelajar peserta didik; dan/atau

d. melakukan pungutan kepada peserta didik baik secaralangsung maupun tidak langsung yang bertentangan denganketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVIPENDIRIAN DAN PENGEMBANGAN SATUAN PENDIDIKAN

Bagian KesatuSatuan Pendidikan Formal

Pasal 133

(1) Pendirian dan pengembangan satuan pendidikan padapendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikanmenengah atau yang sederajat, wajib memperoleh izin dariPemerintah Daerah.

(2) Izin pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan setelah memenuhi SPM sampai dengan SNP.

(3) Izin pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)menjadi satuan pendidikan berbasis keunggulan lokaldiberikan setelah memenuhi SNP.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemberian izinpendirian dan pengembangan satuan pendidikan formalsebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3) dan ayat (4)diatur dengan Peraturan Bupati.

www.peraturan.go.id

70

Pasal 134

(1) Syarat pendirian satuan pendidikan meliputi isi pendidikan,jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan,sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan,sistem evaluasi dan sertifikasi, serta manajemen dan prosespendidikan.

(2) Syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedomanpada ketentuan dalam SNP.

(3) Selain syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendiriansatuan pendidikan harus melampirkan:a. hasil studi kelayakan tentang prospek pendirian satuan

pendidikan formal dari segi tata ruang, geografis, danekologis;

b. hasil studi kelayakan tentang prospek pendirian satuanpendidikan formal dari segi prospek pendaftar, keuangan,sosial, dan budaya;

c. data mengenai perimbangan antara jumlah satuanpendidikan formal dengan penduduk usia sekolah diwilayah tersebut;

d. data mengenai jarak satuan pendidikan yang diusulkan diantara gugus satuan pendidikan formal sejenis;

e. data mengenai kapasitas daya tampung dan lingkupjangkauan satuan pendidikan formal sejenis yang ada;dan

f. data mengenai pembiayaan untuk kelangsunganpendidikan paling sedikit untuk 1 (satu) tahun akademikberikutnya.

Bagian KeduaSatuan Pendidikan Nonformal

Pasal 135

(1) Pendirian dan pengembangan satuan pendidikan nonformalwajib memperoleh izin dari Pemerintah Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat pendirian dan tatacara pemberian izin satuan pendidikan dan pengembangansebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur denganPeraturan Bupati.

www.peraturan.go.id

71

BAB XVIIPERAN SERTA MASYARAKAT

Bagian KesatuUmum

Pasal 136

Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraanpendidikan melalui berbagai komponen masyarakat, pendidikanberbasis masyarakat, Dewan Pendidikan, dan Dewan Sekolah.

Pasal 137

(1) Masyarakat berperan serta dalam pelaksanaan wajib belajar12 tahun.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(1), berupa:a. menciptakan situasi yang kondusif bagi pengokohan

budaya belajar khususnya untuk para pelajar;b. mendorong setiap pelajar untuk berada di sekolah pada

jam sekolah.c. mematikan alat hiburan/permainan maupun sarana

komunikasi yang dapat mengganggu efektivitas belajarpada pukul 18.00 hingga 20.00, kecuali pada hari libur;

d. melarang anak berada di luar rumah pada malam hari;dan

e. penyediaan sumber-sumber belajar masyarakat.

Bagian KeduaFungsi

Pasal 138

Peran serta masyarakat dan perusahaan dalam pendidikanberfungsi memperbaiki akses, mutu, daya saing, relevansi, tatakelola, dan akuntabilitas pengelolaan dan penyelenggaraanpendidikan.

www.peraturan.go.id

72

Bagian KetigaKomponen Peran Serta Masyarakat

Pasal 139

(1) Peran serta masyarakat meliputi peran serta perseorangan,kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, danorganisasi kemasyarakatan lainnya dalam penyelenggaraandan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat menjadi sumber, pelaksana, dan pengguna hasilpendidikan dalam bentuk:a. penyediaan sumber daya pendidikan;b. penyelenggaraan satuan pendidikan;c. penggunaan hasil pendidikan;d. pengawasan penyelenggaraan pendidikan;e. pengawasan pengelolaan pendidikan;f. pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan

yang berdampak pada pemangku kepentingan pendidikanpada umumnya; dan/atau

g. pemberian bantuan atau fasilitas kepada satuanpendidikan dan/atau penyelenggara satuan pendidikandalam menjalankan fungsinya.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf ddan huruf e tidak termasuk pemeriksaan yang menjadikewenangan otoritas pengawasan fungsional.

(4) Peran serta masyarakat secara khusus dalam pendidikandapat disalurkan melalui:a. Dewan Pendidikan;b. Dewan Sekolah; dan/atauc. organisasi representasi pemangku kepentingan satuan

pendidikan.

(5) Organisasi profesi dapat berperan serta dalam pendidikanmelalui:a. pengendalian mutu pendidikan profesi;b. pemberian pertimbangan kurikulum program studi

sarjana atau diploma empat yang lulusannya berpotensimelanjutkan pada pendidikan profesi;

c. pemberian pertimbangan kurikulum program studikejuruan atau vokasi yang relevan;

d. uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi yangdilaksanakan oleh satuan pendidikan;

e. akreditasi program studi atau satuan pendidikan;dan/atau

f. peran lain yang relevan dengan keprofesiannya.

www.peraturan.go.id

73

Bagian KeempatPendidikan Berbasis Masyarakat

Pasal 140

(1) Pendidikan berbasis masyarakat dapat dilaksanakan padasatuan pendidikan formal dan/atau nonformal pada semuajenjang dan jenis pendidikan.

(2) Masyarakat dapat menyelenggarakan satuan pendidikanberbasis masyarakat pada pendidikan formal dan/ataunonformal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungansosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

Pasal 141

(1) Kurikulum satuan pendidikan berbasis masyarakatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 memenuhi SNP.

(2) Satuan pendidikan berbasis masyarakat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 140 dapat mengembangkankurikulum sesuai dengan kekhasan agama atau lingkungansosial dan budaya masing-masing.

Pasal 142

(1) Pengelolaan dan penyelenggaraan satuan pendidikanberbasis masyarakat pada pendidikan formal dan nonformaldilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) Penyelenggara satuan pendidikan berbasis masyarakatdapat mengembangkan pola penyelenggaraan satuanpendidikan sesuai dengan kekhasan agama atau sosialbudaya masing-masing.

(3) Penyelenggara satuan pendidikan berbasis masyarakatdapat mengembangkan pola pengelolaan satuan pendidikansesuai dengan kekhasan agama atau sosial budaya masing-masing.

www.peraturan.go.id

74

Bagian KelimaDewan Pendidikan

Pasal 143

(1) Dewan Pendidikan berfungsi dalam peningkatan mutupelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, sertapengawasan pendidikan.

(2) Dewan Pendidikan menjalankan fungsinya secara mandiridan profesional.

(3) Dewan Pendidikan bertugas menghimpun, menganalisis,dan memberikan rekomendasi kepada Bupati terhadapkeluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat dalambidang pendidikan.

(4) Dewan Pendidikan melaporkan pelaksanaan tugassebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada masyarakatmelalui media cetak, elektronik, laman, pertemuan,dan/atau bentuk lain sejenis sebagai pertanggungjawabanpublik.

(5) Dewan Pendidikan beranggotakan tokoh yang berasal dari:a. pakar pendidikan;b. penyelenggara pendidikan;c. pengusaha;d. organisasi profesi;e. pendidikan berbasis kekhasan agama atau sosial-

budaya;f. pendidikan unggulan daerah;g. pendidikan berbasis keunggulan lokal; dan/atauh. organisasi sosial kemasyarakatan.

(6) Dewan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)berpendidikan paling rendah SMA.

(7) Rekrutmen calon anggota Dewan Pendidikan dilaksanakanmelalui pengumuman di media cetak, elektronik, danlaman.

(8) Masa jabatan keanggotaan Dewan Pendidikan adalah 5(lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kalimasa jabatan.

www.peraturan.go.id

75

(9) Anggota Dewan Pendidikan dapat diberhentikan apabila:a. mengundurkan diri;b. meninggal dunia;c. tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan

tetap; ataud. dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana

kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap.

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Pendidikan yangmeninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (9)huruf b diatur dalam Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga Dewan Pendidikan.

(11) Susunan kepengurusan Dewan Pendidikan terdiri atasketua, sekretaris, dan anggota.

(12) Anggota Dewan Pendidikan berjumlah gasal.

(13) Ketua dan sekretaris atau pengurus lainnya sebagaimanadimaksud pada ayat (9) dipilih dari dan oleh para anggotasecara musyawarah mufakat atau melalui pemungutansuara.

(14) Pendanaan Dewan Pendidikan dapat bersumber dari:a. Pemerintah;b. Pemerintah daerah;c. masyarakat;d. bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/ataue. sumber lain yang sah.

Pasal 144

(1) Dewan Pendidikan berkedudukan di ibukota Daerah.

(2) Anggota Dewan Pendidikan berjumlah paling banyak 11(sebelas) orang.

(3) Anggota Dewan Pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (2) ditetapkan oleh Bupati atas dasar usulan daripanitia pemilihan anggota Dewan Pendidikan.

(4) Tata cara dan mekanisme pemilihan anggota DewanPendidikan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

www.peraturan.go.id

76

Bagian KeenamDewan Sekolah

Pasal 145

(1) Dewan Sekolah berfungsi dalam peningkatan mutupelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, sertapengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

(2) Dewan Sekolah menjalankan fungsinya secara mandiri danprofesional.

(3) Dewan Sekolah memperhatikan dan menindaklanjutiterhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakatterhadap satuan pendidikan.

(4) Dewan Sekolah dibentuk untuk 1 (satu) satuan pendidikanatau gabungan satuan pendidikan formal pada jenjangpendidikan dasar dan menengah.

(5) Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik kurang dari200 (dua ratus) orang dapat membentuk Dewan Sekolahgabungan dengan satuan pendidikan lain yang sejenis.

(6) Dewan Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan.

(7) Pendanaan Dewan Sekolah dapat bersumber dari:a. Pemerintah;b. Pemerintah daerah;c. masyarakat;d. bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/ataue. sumber lain yang sah.

Pasal 146

(1) Anggota Dewan Sekolah berjumlah paling banyak 15 (limabelas) orang, terdiri atas unsur:a. orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima

puluh persen);b. tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen);

danc. pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga

puluh persen).

(2) Masa jabatan keanggotaan Dewan Sekolah adalah 3 (tiga)tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masajabatan.

www.peraturan.go.id

77

(3) Anggota Dewan Sekolah dapat diberhentikan apabila:a. mengundurkan diri;b. meninggal dunia;atauc. tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan

tetap;d. dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana

kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telahmemperoleh kekuatan hukum tetap.

(4) Susunan kepengurusan Dewan Sekolah terdiri atas ketua,sekretaris, dan anggota.

(5) Kepengurusan Dewan Sekolah sebagaimana dimaksud padaayat (4) melalui rapat orangtua/wali peserta didik satuanpendidikan.

(6) Ketua dan sekretaris Dewan Sekolah sebagaimana dimaksudpada ayat (4) dipilih dari dan oleh anggota secaramusyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara.

(7) Kepengurusan Dewan Sekolah ditetapkan oleh kepalasatuan pendidikan.

Bagian KetujuhLarangan

Pasal 147

Dewan Pendidikan dan/atau Dewan Sekolah, baik perseoranganmaupun kolektif, dilarang:a. menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan

ajar, pakaian seragam, atau bahan pakaian seragam disatuan pendidikan;

b. memungut biaya bimbingan belajar atau les dari peserta didikatau orang tua/walinya di satuan pendidikan;

c. mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta didiksecara langsung atau tidak langsung;

d. mencederai integritas seleksi penerimaan peserta didik barusecara langsung atau tidak langsung; dan/atau

e. melaksanakan kegiatan lain yang mencederai integritassatuan pendidikan secara langsung atau tidak langsung.

www.peraturan.go.id

78

BAB XVIIIPERAN SERTA PERUSAHAAN

Pasal 148

(1) Setiap Perusahaan berperan serta dalam penyelenggaraanpendidikan.

(2) Peran serta perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) berupa pemberian dana kepedulian perusahaan yangmenjadi kewajibannya.

(3) Besaran dana kepedulian perusahaan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) yang diperuntukkan bagipenyelenggaraan pendidikan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

BAB XIXPENGAWASAN

Pasal 149

(1) Pengawasan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikandilakukan oleh Pemerintah Daerah, Dewan Pendidikan, danDewan Sekolah.

(2) Pengawasan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 150

(1) Pengawasan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikanmencakup pengawasan administratif dan teknis edukatifyang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) Pemerintah Daerah melaksanakan pengawasan terhadappengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini,pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikannonformal.

www.peraturan.go.id

79

Pasal 151

(1) Pemerintah Daerah menindaklanjuti pengaduan masyarakattentang penyimpangan di bidang pendidikan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dalam bentuk klarifikasi, verifikasi, atauinvestigasi apabila:a. pengaduan disertai dengan identitas pengadu yang jelas;

danb. pengadu memberi bukti adanya penyimpangan.

Pasal 152

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 dapatdilakukan dalam bentuk pemeriksaan umum, pemeriksaankinerja, pemeriksaan khusus, pemeriksaan tematik,pemeriksaan investigasi, dan/atau pemeriksaan terpadusesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilaporkan kepada instansi atau lembaga sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanyadilakukan oleh lembaga pengawasan fungsional yangmemiliki kewenangan dan kompetensi pemeriksaan sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 153

Dalam melaksanakan klarifikasi, verifikasi, atau investigasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 152 ayat (1) PemerintahDaerah dapat menunjuk lembaga pemeriksaan independen.

Pasal 154

(1) Dewan Pendidikan melaksanakan pengawasan terhadappengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.

(2) Hasil pengawasan oleh Dewan Pendidikan dilaporkankepada Bupati.

www.peraturan.go.id

80

Pasal 155

(1) Dewan Sekolah melaksanakan pengawasan terhadappengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada tingkatsatuan pendidikan.

(2) Hasil pengawasan oleh Dewan Sekolah dilaporkan kepadarapat orang tua/wali peserta didik yang diselenggarakan dandihadiri kepala satuan pendidikan dan dewan guru.

BAB XXSANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 156

Penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan masyarakatyang melalaikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal19 ayat (3), Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 ayat (1), Pasal25 ayat (1), Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 ayat (1) dikenaisanksi administratif berupa peringatan tertulis pertama, kedua,dan ketiga dan apabila tidak diindahkan dilakukan pembekuanoleh Pemerintah Daerah.

Pasal 157

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapatmemberikan sanksi administratif berupa peringatan,penggabungan, penundaan atau pembatalan pemberian sumberdaya pendidikan kepada satuan pendidikan, pembekuan,penutupan satuan pendidikan dan/atau program pendidikanmelaksanakan pendidikan dan tidak sesuai dengan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32,Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 37, dan Pasal 38.

Pasal 158

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapatmemberikan sanksi administratif berupa peringatan,penggabungan, penundaan atau pembatalan pemberian sumberdaya pendidikan kepada satuan pendidikan, pembekuan,penutupan satuan pendidikan dan/atau program pendidikanyang melaksanakan pendidikan yang tidak sesuai dengansebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), Pasal 52 ayat(2) dan ayat (3), Pasal 53, dan Pasal 62 ayat (8).

www.peraturan.go.id

81

Pasal 159

Perseorangan, kelompok, atau organisasi yangmenyelenggarakan pendidikan nonformal yang melanggarketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 sampaidengan Pasal 81 dapat dikenai sanksi administratif berupateguran tertulis, penggabungan, pembekuan, dan/ataupenutupan oleh pemerintah daerah.

Pasal 160

(1) Satuan pendidikan yang melanggar ketentuan tentangpenyelenggaraan pendidikan unggulan daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 96 ayat (1) dan Pasal 98 dikenaisanksi administratif berupa teguran tertulis pertama, keduadan ketiga, penundaan atau penghentian subsidi hinggapencabutan izin oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan setelah diadakan pembinaan paling lama 3 (tiga)tahun oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 161

(1) Satuan pendidikan yang melanggar ketentuan tentangpenyelenggaraan pendidikan unggulan daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 101 ayat (2) dan Pasal 102 ayat (1)dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulispertama, kedua dan ketiga, penundaan atau penghentiansubsidi hingga pencabutan izin oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan setelah diadakan pembinaan paling lama 3 (tiga)tahun oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 162

(1) Satuan pendidikan negara lain yang menyelenggarakanpendidikan bekerja sama dengan satuan pendidikan diIndonesia yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 104 ayat (2) dikenai sanksiadministratif berupa teguran tertulis, pembekuan dan/ataupenutupan satuan pendidikan oleh Bupati.

www.peraturan.go.id

82

(2) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapatmemberikan sanksi administratif berupa peringatan,penggabungan, penundaan atau pembatalan pemberiansumber daya pendidikan kepada satuan pendidikan,pembekuan, penutupan satuan pendidikan dan/atauprogram pendidikan yang melaksanakan pendidikan yangtidak sesuai dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal105 ayat (2).

(3) Satuan pendidikan yang melaksanakan kerjasamapengelolaan dengan satuan pendidikan negara lain yangtidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 106 ayat (3) dikenai sanksi administratif berupateguran tertulis, pembekuan dan/atau penutupan satuanpendidikan oleh Bupati.

Pasal 163

Peserta didik yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimanadimaksud dalam Pasal 109 ayat (1) dikenai sanksi administratifberupa peringatan, skorsing dan/atau dikeluarkan dari satuanpendidikan oleh satuan pendidikan.

Pasal 164

(1) Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikanagama tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, dan Pasal 113dikenakan sanksi administratif berupa peringatan sampaidengan penutupan setelah diadakanpembinaan/pembimbingan oleh pemerintah daerah.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)untuk:a. satuan pendidikan dasar dan menengah yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah dilakukan olehBupati setelah memperoleh pertimbangan dari KepalaKantor Kementerian Agama Daerah;

b. satuan pendidikan dasar dan menengah yangdiselenggarakan oleh masyarakat dilakukan oleh KepalaDinas setelah memperoleh pertimbangan dari KepalaKantor Kementerian Agama Daerah.

www.peraturan.go.id

83

Pasal 165

(1) Pendidik yang melalaikan tugas dan tanggung jawabsebagaimana dimaksud dalam Pasal 122 ayat (2) tanpaalasan yang dapat dipertanggungjawabkan dikenai sanksiadministratif sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(2) Tenaga kependidikan yang melalaikan tugas dan/ataukewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 ayat(2) tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan dikenaisanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Pendidik atau tenaga kependidikan bukan pegawai negerisipil yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 126 ayat (3) dikenai sanksi sesuai denganperjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama danketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Seseorang yang mengangkat, menempatkan, memindahkan,atau memberhentikan pendidik atau tenaga kependidikanyang bertentangan dengan ketentuan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 126 tanpa alasan yang sah, dikenaisanksi administratif berupa teguran tertulis, penundaankenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat,pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat,dan/atau pemberhentian dengan tidak hormat darijabatannya.

(5) Pendidik atau tenaga kependidikan pegawai negeri sipil yangmelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal132 dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 166

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapatmemberikan sanksi administratif berupa peringatan,penggabungan, penundaan atau pembatalan pemberian sumberdaya pendidikan kepada satuan pendidikan, pembekuan,penutupan satuan pendidikan dan/atau program pendidikanyang melaksanakan pendidikan yang tidak sesuai dengansebagaimana dimaksud dalam Pasal 134.

www.peraturan.go.id

84

Pasal 167

(1) Anggota dewan pendididkan atau Dewan Sekolah yangmenjalankan tugasnya melampaui fungsi dan tugas DewanPendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (1)dan ayat (3) dan Pasal 145 ayat (1) dikenai sanksiadministratif berupa teguran tertulis oleh PemerintahDaerah.

(2) Anggota Dewan Pendidikan atau Dewan Sekolah yangmelanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal147 dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis olehPemerintah Daerah.

BAB XXIKETENTUAN PIDANA

Pasal 168

Tindak pidana di bidang pengelolaan dan penyelenggaraanpendidikan yang dilakukan oleh satuan atau programpendidikan, orang tua/wali peserta didik, Lembaga PendidikanAsing, Tenaga kependidikan, Dewan Pendidikan, diancamdengan hukuman pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.

BAB XXIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 169

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah inisepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, akan diatur lebihlanjut oleh Bupati.

www.peraturan.go.id

85

Pasal 170

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanPengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannyadalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Tengah.

Ditetapkan di Kobapada tanggal 7 Mei 2014

BUPATI BANGKA TENGAH,

Cap/dto

ERZALDI ROSMAN

Diundangkan di Kobapada tanggal 7 Mei 2014

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN BANGKA TENGAH,

Cap/dto

IBNU SALEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2014 NOMOR 189

NOMOR REGISTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PROVINSI

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (4.5/2014)

www.peraturan.go.id

86

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

NOMOR 5 TAHUN 2014

TENTANG

PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

I. UMUM

Bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwaPemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dankemudahan, menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagisetiap warga negara tanpa diskriminasi, serta menjamin tersedianya danaguna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusiatujuh sampai dengan lima belas tahun.

Penyelenggaraan pembangunan bidang pendidikan menjadi sebuahprioritas yang selalu diupayakan perbaikan dari tahun ke tahun, hal tersebutselain sebagai pemenuhan hak asasi setiap warga negara Indonesia, jugadimaksudkan agar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia juga semakinbaik. Tidak hanya sekedar mencerdaskan dari segi penguasaan akademisnamun diimbangi dengan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepadaTuhan Yang Maha Esa serta beraklaq mulia

Dari segi peran serta masyarakat dalam mendukung lancarnya prosesbelajar mengajar juga harus dipertegas mekanismenya, agar pemberiankontribusi bagi pembangunan sektor pendidikan tersebut dapatdipertanggungjawabkan secara transparan.

Memperhatikan kewenangan yang dimiliki maka Pemerintah KabupatenBangka Tengah berkewajiban menyelenggarakan dan mengelola bidangpendidikan sebaik mungkin, agar semuanya dapat berjalan beriringan salingmendukung dalam mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Disinilahletak urgennya pengelolaan dan penyelenggaraan diformalkan dalam bentukPeraturan Daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut dengan berpedoman pada seluruhperaturan perundang-undangan perlu disusun Peraturan Daerah baru demiyang mengatur tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan diKabupaten Bangka Tengah.

www.peraturan.go.id

87

Dalam Peraturan Daerah ini mengatur tentang berbagai hal yangberkaitan dengan pengelolaan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan, kerjasama lembaga pendidikan, kewajiban peserta didik, pendidik dan tenagapendidik, pendirian satuan pendidikan, peran serta masyarakat, DewanPendidikan, pengawasan dan sanksi.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4Huruf a

Maksud dari pendidikan diselenggarakan secara demokratis danberkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hakasasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukanbangsa yaitu melalui penguatan nilai keagamaam dalam rangkarealisasi visi RPJMD Kabupaten Bangka Tengah.

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6Cukup jelas

www.peraturan.go.id

88

Pasal 7Ayat 1

Cukup jelasAyat 2

Bukan bagi orang tua memiliki keterbatasanAyat 3

Cukup jelasAyat 4

Cukup jelas

Pasal 8Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Alokasi anggaran belanja fungsi pendidikan di APBD meliputi belanjamodal, belanja barang, belanja pegawai, belanja bantuan sosial,belanja bantuan keuangan dan belanja hibah.

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10Ayat (1)

Penetapan target tingkat partisipasi pendidikan dilakukanberdasarkan target tingkat partisipasi provinsi dan tingkatpartisipasi nasional.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 11Cukup jelas

Pasal 12Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

www.peraturan.go.id

89

Pasal 15Cukup jelas

Pasal 16Cukup jelas

Pasal 17Cukup jelas

Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Cukup jelas

Pasal 23Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Cukup jelas

Pasal 29Cukup jelas

Pasal 30Cukup jelas

www.peraturan.go.id

90

Pasal 31Cukup jelas

Pasal 32Cukup jelas

Pasal 33Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37Cukup jelas

Pasal38Cukup jelas

Pasal 39Cukup jelas

Pasal 40Cukup jelas

Pasal 41Cukup jelas

Pasal 42Cukup jelas

Pasal 43Cukup jelas

Pasal 44Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “bentuk lain yang sederajad” dalamketentuan ini antara lain Bustanul Athfal (BA), Tarbiyatul Athfal(TA), Taman Kanak-kanak Al Qur’an (TKA), dan Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ).

www.peraturan.go.id

91

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 45Cukup jelas

Pasal 46Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Bentuk diskriminasi antara lain pembedaan atas dasarpertimbangan gender, agama, etnis, status sosial, kemampuanekonomi, dan kondisi fisik atau mental anak.

Ayat (3)

Pasal 47Cukup jelas

Pasal 48Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Huruf a

Program pembelajaran agama dan akhlak mulia pada TK, RAatau bentuk lain yang sederajad dimaksudkan untukpeningkatan potensi spiritual peserta didik melalui contohpengamalan dari pendidik agar menjadi kebiasaan sehari-hari,baik di dalam maupun di luar sekolah sehingga menjadibagaian dari budaya sekolah.

Huruf bProgram pembelajaran sosial dan kepribadian pada TK, RAatau bentuk lain yang sederajad dimaksudkan untukpembentukan kesadaran dan wawasan peserta didik atas hakdan kewajibannya sebagai warga masyarakat dan adalaninteraksi sosial serta pemahaman terhadap diri danpeningkatan kualitas diri sebagai masunia sehingga memilikirasa percaya diri.

Huruf cProgram Pendidikan cinta lingkungan hidup adalah upayamengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh pesertadidik yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,keterampilan, dan kesadaran peserta didik tentang nilai-nilailingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang padaakhirnya dapat menggerakkan keselamatan lingkungan untukkepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.

www.peraturan.go.id

92

Huruf dProgram pembelajaran orientasi dan pengenalan pengetahuandan teknologi pada TK,RA atau bentuk lain yang sederajaddimakukan untuk mempersiapkan peserta didik secaraakademik memasuki SD, MI atau bentuk lain yang sederajaddengan menekankan pada penyiapan kemampuanberkomunikasi dan berlogika melalui berbicara,mendengarkan, para membaca, para menulis dan paraberhitung yang harus dilaksnakan secara hati-hati, tidakmemekasa, dan menyenangkan sehingga anak menyukaibelajar.

Huruf eProgram, pembelajaran estetika pada TK, RA atau bentuk lainyang sederajad dimaksudkan untuk meningkatkan sensivitas,kemampuan mengekspresikan diri dan kemampuanmengapresiasi keindahan dan harmoni yang terwujud dalamtingkah laku keseharian.

Huruf fProgram pembelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan padaTK, RA atau bentuk lain yang sederajad dimaksudkan untukmeningkatkan potensi fisik dan menanamkan sportivitas sertakesadaran hidup sehat dan bersih.

Ayat (3)Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Yang dimaksud dengan “stimulasi psikososial” dalamketentuan ini adalah rangsangan pendidikan yangmenumbuhkan kepekaan memahami dan bersikap terhadaplingkungan sosial sekitarnya. Misalnya memahami danbersikap sopan kepada orang tua, saudara dan teman.

Huruf eCukup jelas

Pasal 49Cukup jelas

Pasal 50Ayat (1)

Bentuk lain yang sederajad dengan SD dan MI antara lain Paket A,pendidikan diniyah dasar, dan sekolah dasar teologi Kristen (SDTK).

www.peraturan.go.id

93

Ayat (2)Bentuk lain yang sederajad dengan SMP dan MTS antara lain PaketB, pendidikan diniyah menegah pertama, dan sekolah menegahpertama teologi Kristen (SMTK).

Pasal 51Cukup jelas

Pasal 52Cukup jelas

Pasal 53Cukup jelas

Pasal 54Cukup jelas

Pasal 55Cukup jelas

Pasal 56Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelasAyat (5)

Yang dimaksud “tes bakat skolastik (scholastic aptitude tes)”merupakan tes kemampuan umum anak.

Pasal 57Cukup jelas

Pasal 58Cukup jelas

Pasal 59Tujuan pendidikan menegah dalam ketentuan ini dimaksudkan dalamrangka mengantarkan peserta didik agar mampu hidup produkstif danberetika dalam masyarakat majemuk, serta menjadi warga negara yangtaat hukum dalam konteks kehidupan global yang senantiasa berubah.

www.peraturan.go.id

94

Pasal 60Ayat (1)

Bentuk lain sederajad dengan SMA dan MA antara lain Paket C,pendidikan diniayah menegah atas, dan sekolah menegah teologiKristen (AMATK).

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 61Cukup jelas

Pasal 62Ayat (1)

Penjurusan pada SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajad akanmenentukan cakupan mata pelajaran pada setiap jenis bidangstudi keahlian. Bentuk bidang studi keahlian merupakan unitakademik terkecil dalam pendidikan kejuruan.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Pasal 63Cukup jelas

Pasal 64Cukup jelas

Pasal 65Cukup jelas

Pasal 66Cukup jelas

Pasal 67Cukup jelas

Pasal 68Cukup jelas

Pasal 69Cukup jelas

www.peraturan.go.id

95

Pasal 70Ayat (1)

Pendidikan nonformal berfungsi sebagai penanti, penambah danpelengkap pendidikan formal bagi peserta didik yang karenaberbagai hal tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran padasatuan pendidikan formal atau peserta didik memilih jalurpendidikan nonformal untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.Jenis-jenis pendidikan nonformal yang mempunyai fungsi penantipendidikan formal adalah Program Paket A setara SD, ProgramPaket B setara SMP dan Program paket C setara SMA serta kursusdan pelatihan. Pendidikan non formal berfungsi sebagai penambahpada pendidikan formal apabila pengetahuan, ketrampilan dansikap yang diperoleh peserta didik pada satuan pendidikan formaldirasa belum memadai. Pendidikan nonformal berfungsi sebagaipelengkap apabila peserta didik pada satuan pendidikan formalmerasa perlu untuk menambah pengetahuan, ketrampilan, dansikap melalui jalur pendidikan non formal.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 71Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)Yang dimaksud dengan “lembaga akreditasi lain” seperti lembagaAkreditasi, Lembaga pelatihan Kerja dan Lembaga SertifikasiProfesi.

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 72Cukup jelas

Pasal 73Cukup jelas

Pasal 74Cukup jelas

www.peraturan.go.id

96

Pasal 75Ayat (1)

Yang dimaksud dengan :kelompok bermain” adalah salah satubentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikannonformal yang menyelenggarakan program pendidikan dalambentuk bermain sambil belajar bagai anak usia 2 (dua) sampai 6(enam) tahun dengan prioritas 2 (dua) sampai 4 (empat) tahun yangmemperhatikan aspek kesejahteraan sosial anak.Yang dimaksud dengan “taman penitipan anak “ adalah salah satubentuk satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikannonformal yang menyelenggarakan program pendidikan dalambentuk bermain sambil belajar bagi anak usia 0 (nol) sampau 6(enam) tahun yang memperhatikan aspek pengasuhan dankesejahteraan sosial anak.

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “satuan pendidikan anak usia dini jalurpendidikan nonformal yang sejenis” adalah salah satu bentuksatuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yangmenyelenggarakan program pendidikan dalam bentuk bermainsambil belajar bagi anak usia 0 (nol) sampai 6 (enam) tahun yangdapat diselenggarakan dalam bentuk program secara mandiri atauterintegrasi dengan berbagai layanan anak usia dini dan di lembagakeagamaan yang ada di masyarakat.

Pasal 76Ayat (1)

Kecakapan personal mencakupi kecakapan dalam melakukanibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, kecakapan dalampengenalan terhadap kondisi dan potensi diri, kecakapan dalammelakukan koreksi diri, kecakapan dalam memilih danmenentukan jalan hidup pribadi, percaya diri, kecakapan dalammenghadapi tantangan dan problema serta kecakapan dalammengatur diri.

Kecakapan sosial mencakupi kecakapan dalam hidup berkeluarga,bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kecakapan bekerjasama dengan sesama, kecakapan dalam menyesuaikan diri denganlingkungan, empati atau tenggang rasa, kepemimpinan dantanggung jawab sosial.

Kecakapan estetis mencakupi kecakapan dalam meningkatkansensitifitas, kemampuan mengekspresikan, dan kemampuanmengapresiasi keindahan dan harmoni.

www.peraturan.go.id

97

Kecakapan kinestetis mencakupi kecakapan dalam meningkatkanpotensi fisik untuk mempertajam kesiapan, gerakan terbimbing,gerakan refleks, gerakan yang kompleks, dan gerakan improvisasiindividu.

Kecakapan intelektual mencakupi kecakapan terhadap penguasaanilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni sesuai dengan bidangyang dipelajari, berpikir kritis dan kreatif, kecakapan melakukanpenelitian dan percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.

Kecakapan vokasional mencakupi kecakapan dalam memilihbidang pekerjaan, mengelola pekerjaan, mengembangprofesionalitas dan produktivitas kerja dan kode etik bersaingdalam melakukan pekerjaan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 77Cukup jelas

Pasal 78Cukup jelas

Pasal 79Cukup jelas

Pasal 80Cukup jelas

Pasal 81Cukup jelas

Pasal 82Ayat (1)

Program Paket C Kejuruan merupakan program pendidikannonformal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan setaraSMK atau MAK

Ayat (2)Cukup jelas

www.peraturan.go.id

98

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Ayat (5)Cukup jelas

Ayat (6)Cukup jelas

Ayat (7)Cukup jelas

Ayat (8)Cukup jelas

Ayat (9)Cukup jelas

Ayat (10)Cukup jelas

Ayat (11)Cukup jelas

Ayat (12)Cukup jelas

Pasal 83Cukup jelas

Pasal 84Cukup jelas

Pasal 85Cukup jelas

Pasal 86Cukup jelas

Pasal 87Cukup jelas

Pasal 88Cukup jelas

Pasal 89Cukup jelas

Pasal 90Cukup jelas

www.peraturan.go.id

99

Pasal 91Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “menjamin” adalah:a. membantu tersedianya sarana dan prasarana serta pendidik

dan tenaga kependidikan yang diperlukan oleh peserta didikberkelainan;atau

b. memberi sanksi administratif kepada satuan pendidikan yangmemiliki sumber daya yang tidak menerima peserta didikberkelainan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 92Cukup jelas

Pasal 93Ayat (1)

Sebutan lain yang sejenis dan sederajat untuk taman kanak-kanakluar biasa, antara lain, taman kanak-kanak khusus, atau tamankanak-kanak istimewa.

Ayat (2)Huruf a

Sebutan lain yang sejenis dan sederajat untuk sekolah dasarluar biasa, antara lain, sekolah dasar khusus atau sekolahdasar istimewa.

Huruf bSebutan lain yang sejenis dan sederajat untuk sekolahmenengah pertama luar biasa, antara lain, sekolah menengahpertama khusus atau sekolah menengah pertama istimewa.

Ayat (3)Sebutan lain yang sejenis dan sederajat untuk sekolah menengahatas luar biasa, antara lain, sekolah menengah atas khusus atausekolah menengah atas istimewa.

Sebutan lain yang sejenis dan sederajat untuk sekolah menengahkejuruan luar biasa, antara lain, sekolah menengah kejuruankhusus atau sekolah menengah kejuruan istimewa.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

www.peraturan.go.id

100

Pasal 94Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan manusia untukmemahami dan melaksanakan ajaran agama.Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan manusia yangterutama digunakan manusia untuk berhubungan dengan mengelolaalam.

Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan manusia yangterutama digunakan untuk mengelola emosi diri sendiri danhubungan dengan orang lain dan masyarakat dengan sikap empati.Kecerdasan sosial merupakan kecerdasan manusia yang terutamadigunakan untuk berhubungan dan bekerja sama dengan orang laindan masyarakat serta hubungan antar manusia.

Kecerdasan estetik merupakan kecerdasan manusia yangberhubungan dengan rasa keindahan, keserasian, dankeharmonisan.

Kecerdasan kinestetik merupakan kecerdasan manusia yangberhubungan dengan koordinasi gerak tubuh seperti yang dilakukanpenari dan atlet.

Pasal 95Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Huruf aProgram percepatan adalah program pembelajaran yangdirancang untuk memberikan kesempatan kepada pesertadidik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusandalam waktu yang lebih singkat dari waktu belajar yangditetapkan. Misalnya, lama belajar 3 (tiga) tahun pada SMAdapat diselesaikan kurang dari 3 (tiga) tahun.

Huruf bProgram pengayaan adalah program pembelajaran yangdirancang untuk memberikan kesempatan kepada pesertadidik guna mencapai kompetensi lebih luas dan/atau lebihdalam dari pada standar isi dan standar kompetensi lulusan.Misalnya, cakupan dan urutan mata pelajaran tertentudiperluas atau diperdalam dengan menambahkan aspek lainseperti moral, etika, aplikasi, dan saling keterkaitan denganmateri lain yang memperluas dan/atau memperdalam bidangilmu yang menaungi mata pelajaran tersebut.

www.peraturan.go.id

101

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 96Cukup jelas.

Pasal 97Yang dimaksud dengan “negara maju “ adalah negara yang mempunyaikeunggulan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tertentu.

Pasal 98Cukup jelas

Pasal 99Cukup jelas

Pasal 100Cukup jelas

Pasal 101Cukup jelas

Pasal 102Cukup jelas

Pasal 103Cukup jelas

Pasal 104Cukup jelas

Pasal 105Cukup jelas

Pasal 106Cukup jelas

Pasal 107Cukup jelas

Pasal 108Cukup jelas

www.peraturan.go.id

102

Pasal 109Cukup jelas

Pasal 110Cukup jelas

Pasal 111Cukup jelas

Pasal 112Cukup jelas

Pasal 113Cukup jelas

Pasal 114Cukup jelas

Pasal 115Cukup jelas

Pasal 116Cukup jelas

Pasal 117Cukup jelas

Pasal 118Cukup jelas

Pasal 119Cukup jelas

Pasal 120Cukup jelas

Pasal 121Cukup jelas

Pasal 122Cukup jelas

Pasal 123Cukup jelas

Pasal 124Cukup jelas

www.peraturan.go.id

103

Pasal 125Cukup jelas

Pasal 126Cukup jelas

Pasal 127Cukup jelas

Pasal 128Cukup jelas

Pasal 129Cukup jelas

Pasal 130Cukup jelas

Pasal 131Ayat (1)

Sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya antara lainpamong pendidikan anak usia dini, guru pembimbing khusus, dannarasumber teknis.

Ayat (2)Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Konselor dalam ketentuan ini termasuk guru bimbingan dankonseling.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Huruf gCukup jelas.

Huruf hCukup jelas.

Huruf iCukup jelas.

Huruf jCukup jelas.

www.peraturan.go.id

104

Pasal 132Cukup jelas

Pasal 133Cukup jelas

Pasal 134Cukup jelas

Pasal 135Cukup jelas

Pasal 136Cukup jelas

Pasal 137Cukup jelas

Pasal 138Cukup jelas

Pasal 139Cukup jelas

Pasal 140Cukup jelas

Pasal 141Huruf a

Cukup jelas.Huruf b

Apabila pendidik merasa bahwa peserta didik memerlukanpembelajaran tambahan, dengan kebutuhan itu dipenuhi melaluiprogram remedial sesuai ketentuan kurikulum yang berlaku.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Pasal 142Cukup jelas

Pasal 143Cukup jelas

Pasal 144Cukup jelas

www.peraturan.go.id

105

Pasal 145Cukup jelas

Pasal 146Cukup jelas

Pasal 147Cukup jelas

Pasal 148Cukup jelas

Pasal 149Cukup jelas

Pasal 150Cukup jelas

Pasal 151Ayat (1)

Masyarakat yang berperan serta, antara lain, orang tua atau walipeserta didik, keluarga peserta didik, komunitas di sekitar satuanpendidikan, organisasi profesi pendidik, organisasi orang tua atauwali peserta didik, organ representasi pemangku kepentingan satuanpendidikan seperti dewan sekolah/komite madrasah dan majelis waliamanah perguruan tinggi, dewan pendidikan, organisasi profesi lain,lembaga usaha, organisasi pemasyarakatan, serta orang, lembaga,atau organisasi lain yang relevan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Pasal 152Cukup jelas.

Pasal 153Ayat (1)

Cukup jelas.

www.peraturan.go.id

106

Ayat (2)Satu satuan pendidikan dapat memiliki kekhasan agama,lingkungan sosial, dan budaya sekaligus.Kekhasan agama satuan pendidikan dapat berupa pendidikanumum yang diselenggarakan oleh kelompok agama tertentu;pendidikan umum yang menyelenggarakan pendidikan umum danilmu agama seperti MI, MTs, dan MA; atau pendidikan keagamaanseperti pendidikan diniyah, pesantren, dan bentuk lain yang sejenis.Pendidikan dengan kekhasan lingkungan sosial dan budayamerupakan muatan pendidikan dan/atau pendekatan pembelajaranyang disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi sosial dan budayasetempat.

Pasal 154Cukup jelas

Pasal 155Cukup jelas

Pasal 156Cukup jelas

Pasal 157Cukup jelas

Pasal 158Ayat (1)

Komposisi keanggotaan dewan sekolah/komite madrasah, misalnya,perwakilan orang tua/wali peserta didik, hanya memenuhi 40%(empat puluh persen), sehingga unsur perwakilan tokoh masyarakatberjumlah 30% (tiga puluh persen) dan pakar pendidikan berjumlah30% (tiga puluh persen).

Apabila perwakilan orang tua/wali peserta didik sudah memenuhi50% (lima puluh persen), unsur perwakilan tokoh masyarakat dapatberjumlah 25% (dua puluh lima persen) dan pakar pendidikanberjumlah 25% (dua puluh lima persen), atau tokoh masyarakatberjumlah 30% (tiga puluh persen) dan pakar pendidikan berjumlah20% (dua puluh persen), atau tokoh masyarakat berjumlah 20% (duapuluh persen) dan pakar pendidikan berjumlah 30% (tiga puluhpersen).

www.peraturan.go.id

107

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Cukup jelas.

Ayat (5)Cukup jelas.

Ayat (6)Cukup jelas.

Ayat (7)Cukup jelas.

Pasal 159Cukup jelas

Pasal 160Cukup jelas

Pasal 161Cukup jelas

Pasal 162Cukup jelas

Pasal 163Cukup jelas

Pasal 164Cukup jelas

Pasal 165Cukup jelas

Pasal 166Cukup jelas

Pasal 167Cukup jelas

Pasal 168Cukup jelas

www.peraturan.go.id

108

Pasal 170Cukup jelas

Pasal 171Cukup jelas

Pasal 172Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH TAHUN 2014 NOMOR 1

www.peraturan.go.id