82
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seseorang pasien laki-laki yang datang ke instalasi gawat darurat Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar dengan surat rujukan dari RS Wlingi. Pasien mengeluh nyeri dan luka pada lutut setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien laki-laki berusia 19 tahun. KLL dialami pasien saat mengemudi sepeda motor dan menabrak mobil box dari arah berlawanan ±12 jam yang lalu, pasien menggunakn helm saat kejadian dan sempat tidak sadarkan diri. Pasien mengalami luka robek pada lutut. Hasil x-ray menunjukkan adanya diskontinuitas os patella. Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu keadaan yang tidak di inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak. Angka kejadian kecelakaan lalu lintas di kota Malang sepanjang tahun 2013 mencapai 217 kasus, dengan korban meninggal 28 orang, luka berat 40 orang dan luka ringan sejumlah 480 orang. 1 Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. 2 Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi

(530235028) Fraktur Patella - Sari

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tentang fraktur pada patella

Citation preview

Page 1: (530235028) Fraktur Patella - Sari

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seseorang pasien

laki-laki yang datang ke instalasi gawat darurat Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar

dengan surat rujukan dari RS Wlingi. Pasien mengeluh nyeri dan luka pada lutut

setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien laki-laki berusia 19 tahun. KLL

dialami pasien saat mengemudi sepeda motor dan menabrak mobil box dari arah

berlawanan ±12 jam yang lalu, pasien menggunakn helm saat kejadian dan sempat

tidak sadarkan diri. Pasien mengalami luka robek pada lutut. Hasil x-ray

menunjukkan adanya diskontinuitas os patella.

Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu keadaan yang tidak di inginkan

yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak. Angka kejadian kecelakaan

lalu lintas di kota Malang sepanjang tahun 2013 mencapai 217 kasus, dengan

korban meninggal 28 orang, luka berat 40 orang dan luka ringan sejumlah 480

orang. 1

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik.2 Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor

patologik,dan yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah

dengan adanya komplikasi yang berlanjut diantaranya syok, sindrom emboli

lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis.

Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union,

non union atau bahkan perdarahan.2 Berbagai tindakan bisa dilakukan di

antaranya rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi. Meskipun demikian

masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai itu saja dan akan berlanjut

sampai tindakan setelah atau post operasi.

Fraktur patella cukup jarang terjadi, angka kejadiannya mencapai 1 % dari

semuafraktur yang ada. Kejadian tertinggi terutama ditemukan pada usia 20

sampai 50 tahun dimana laki-laki 2 kali lebih sering mengalami fraktur patella

daripada perempuan. Lokasi os patella yang berada pada daerah subkutan

membuat rentan terhadap cedera. Fraktur dapat terjadi akibat dari gaya tekan

seperti pukulan langsung, kekuatan dari tarikan mendadak seperti yang terjadi

dengan

Page 2: (530235028) Fraktur Patella - Sari

2

hyperflexi lutut, atau karena keduanya. Berbagai pola fraktur yang terjadi,

tergantung pada mekanisme cederanya. Berdasarkan pola frakturnya,

frakturpatella dibagi atas fraktur transversal, apex, basal, comminuted, vertikal,

dan osteochondral. Sedangkan berdarakan pola penyimpangan tulangnya dibagi

atas displaced dan non-displaced.3

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penegakan diagnosis kasus Sdr. S?

2. Apa terapi yang diberikan pada Sdr. S dan bagaimana kerja obat tersebut?

1.3 Tujuan

Laporan kasus ini disusun untuk membantu penulis mengetahui dan

memahami tentang:

1. Penegakan diagnosis fraktur et causa trauma

2. Terapi fraktur

1.4 Manfaat

Laporan kasus ini bermanfaat sebagai resume dari beberapa referensi

tentang anatomi dan fisiologi tulang serta fraktur mulai dari definisi, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaannya.

Page 3: (530235028) Fraktur Patella - Sari

3

BAB II STATUS PENDERITA

2.1 Identitas Penderita

Nama : Ali Mansur

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Slorok, Blitar

Status perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Bangsa : Indonesia

Tanggal pemeriksaan : 26 Mei 2015

DMK : 564822

No. Reg : 5537

2.2 Anamnesis

Keluhan utama : Nyeri paha kanan bekas operasi tulang

Riwayat penyakit sekarang : pasien pasien mengalami KLL pada

tanggal 13 Februari 2014 dan langsung dioperasi untuk menangani patah

tulang di paha dan tungkai bawah. Menurut pasien, tidak ada kendala

selama habis operasi dan merawat luka setelah operasi. Pada bulan Maret

2015, pasien dilakukan pelepasan pen di tungkai bawahnya. Setelah luka

bekas operasi terakhir membaik, pasien mulai diberi perintah untuk

berjalan tanpa Krug yang selama ini digunakan. Pasien kemudian mulai

merasakan nyeri di pahanya. Nyeri seperti dalam dan ngilu. Riwayat

demam (-), Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-).

Riwayat penyakit dahulu

- Riwayat penyakit serupa : disangkal

- Riwayat MRS : pada saat melakukan pengobatan post kll.

Riwayat penyakit keluarga

- Riwayat penyakit serupa : disangkal

- Riwayat hipertensi : + ayah

- Riwayat jantung : disangkal

Page 4: (530235028) Fraktur Patella - Sari

4

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat penyakit metabolik: disangkal

- Riwayat typhoid : disangkal

- Riwayat batuk lama : disangkal

Riwayat pengobatan : disangkal

Riwayat kebiasaan

- Riwayat merokok : disangkal

- Riwayat minum kopi : disangkal

- Riwayat olahraga : jarang

- Riwayat BAK : ±4X sehari, warna jenih

- Riwayat BAB : teratur, 1 atau 2 hari sekali

- Riwayat tidur : 6-7 jam sehari

Riwayat gizi : sayur, tempe, tahu, ikan dan telur.

2.3 Anamnesis Sistem

1. Kulit: kulit warna cokelat, kulit kering (-), gatal (-), bentol merah (-),

luka (-)

2. Kepala: sakit kepala (-), pusing (-), rambut putih (-), rambut mudah

rontok (-), luka pada kepala (-), benjolan pada kepala (-).

3. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),

mata cowong (-)

4. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut: sariawan (-), mulut kering (-)

7. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-)

9. Kardiovaskuler: berdebar – debar (-), nyeri dada (-)

Page 5: (530235028) Fraktur Patella - Sari

5

10. Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), diare (-),

konstipasi (-)

11. Perkemihan: nyeri (-), warna urin kuning jernih (+), darah (-)

12. Neurologis: kejang (-), lumpuh (-), kesemutan pada kedua kaki dan

tangan (-)

13. Psikiatri: emosi stabil, mudah marah (-)

14. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot

(-), lemas (-)

15. Ekstremitas

- Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

- Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

- Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

- Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

2.4 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Tampak kesakitan, kesadaran composmentis, GCS 456.

2. Vital sign

BB : 53 Kg

TB : 159 cm

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 95 kali/menit, regular

RR : 22 kali/menit

T : 36.5 ºC

3. Kulit

Warna coklat, sianosis (-), temperatur hangat, turgor menurun (-), lesi:

makula (-), papula (-), pustula (-), tumor (-), eritema (-), vulnus

ekskoriasi (-)

4. Kepala

Rambut: mudah dicabut (-) tumor (-), lesi (-), depresi kranium (-)

5. Mata

Konjungtiva merah muda, sklera putih, pupil isokor (+ / +), reflek ca-

Page 6: (530235028) Fraktur Patella - Sari

- -

- -- -

- -

6

haya (+ / +), katarak (- / -), arkus senilis (- / -), eksoftalmus (- / -), mata

cekung (-)

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (- / -), epistaksis (- / -), deformitas

hidung (-)

7. Mulut

Sianosis (-), kering (-)

8. Telinga

Sekret (-)

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-)

10. Leher

Trakea ditengah (+), pembesaran KGB (-), pembesaran kelajar tiroid (-

), lesi (-) JVP tidak meningkat, trauma servikal (-), jejas leher (-)

11. Thoraks

Simetris (+), bentuk normochest, retraksi intercostal (-), retraksi

supraklavicular ( - ), gerakan difragma simetris,

Jantung : S1 S2 tunggal, reguler, gallop (-), mur mur (-)

Paru : simetris, vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi (-),

12. Abdomen

Dinding perut distended (-), venektasi (-), BU (+) normal, timpani

seluruh lapang perut (+), supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak

teraba, trouble space (-)

13. Sistem collumna vertebralis

deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-), nyeri tekan (-),

nyeri ketok collumna vertebralis (-/-).

14. Ekstremitas

palmar eritema (-/-), capillary refill time (1 detik)

akral dingin edema vulnus

- -

- -

Page 7: (530235028) Fraktur Patella - Sari

7

15. Psikiatri

Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : Tidak berubah (kualitatif), composmentis

(kuantitatif)

Afek : Appropriate

Psikomotor : Normoaktif

Proses pikir : Bentuk : Realistik

Isi : Waham (-) , halusinasi (-) , ilusi (-)

Arus : Koheren

Insight : Baik

16. Patella sinistra

Look : bengkak (+), vulnus appertum (+) kotor dan tidak

beraturan, diameter ± 2 cm, darah(+)

Feel : hiperemi, krepitasi (+), nyeri (+)

Movement : ROM menurun

Gambar 2.1 Patella sinistra Sdr. S saat di IGD RS Mardi Waluyo

2.5 Diagnosis Banding

- Open fraktur patella sinistra grade II-III

- Vulnus appertum

Page 8: (530235028) Fraktur Patella - Sari

9

PPT 10.4 (Normal)INR 0,91APTT 30,8 (Normal)GDA 121 (Normal)HIV (pack test) non reaktif (Normal)Anti HCV non reaktif (Normal)Faa l Gin j a l

Creatinin 0,8 (Normal)Ureum 13 (Normal)

Faa l h e p a r Bilirubin total 2.17(Meningkat)Bilirubin direk 0.14 (Normal)Alkali fosfatase 122 (Normal)SGOT 32 (Normal)SGPT 8 (Normal)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Darah lengkap tanggal 21/12/2014, 15.25 WIB

J umlah sel darah

Hb 12.4 g/dl (Normal)HCT 42.4 % (Normal)WBC 9.1 ribu/ul (Normal)Trombosit 308 ribu/ul (Normal)RBC 6250 ribu/ul (Normal)

I n d e x MCV 67.8 fl (Menurun)MCH 19.9 pg (Menurun)MCHC 29.3 % (Menurun)

LED 1/2

Page 9: (530235028) Fraktur Patella - Sari

10

2.7 Resume

Pasien Tn. S datang ke Instalasi gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Mardi

Waluyo Blitar pukul 04.00 WIB dengan diantar keluarga pasien. Pasien

mengalami kecelakaan lalu lintas ketika mengendarai sepeda motor dan menabrak

mobil box dari arah berlawanan. Sempat tidak sadarkan diri. Terdapat luka pada

daerah lutut kiri. Nyeri dirasakan terus menerus pada kaki kiri. Pasien tidak

mengeluh pusing, mual maupun muntah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan Tn. S

kesakitan, kesadaran composmentis, GCS 456, kesan gizi cukup, BB 57 Kg, TB

162 cm, TD 120/90 mmHg, Nadi 95 kali/menit, regular, RR 22 kali/menit, T

36.5ºC. R/ Patella sinistra: bengkak (+), vulnus appertum (+), diameter ± 2 cm,

darah(+), hiperemi, krepitasi (+), nyeri (+), gerakan pasif (+). Hasil pemeriksaan

laboratorium dalam batas normal kecuali peningkatan WBC, LED, bilirubin total

dan SGOT. Foto x-ray didapatkan fracture patella sinistra kominutif.

2.8 Diagnosis

Neglected open fracture kominutif patella sinistra grade IIIA

2.9 Penatalaksanaan

A. Non Medikamentosa

Debridement

Pasang spalk

Operasi

Luka diperluas (extended) hingga tampak patella sinistra

kominutif dengan kerusakan jaringan retinaculum.

Dilakukan open reduction dan cerclage wire (bridpig),

augmentasi dengan figure of 8 wire.

Page 10: (530235028) Fraktur Patella - Sari

11

Gambar 2.3 X-ray genue sinistra post op

Page 11: (530235028) Fraktur Patella - Sari

12

B. Medikamentosa

- Inj Cefoperazone 2X1 gr

- Inj Torasic 3X30 gr

- Inj Remopain

- Onj ATS 1500 IU

- Infus RL 20 tpm

- Inj ketorolac 3X30 mg

- Inj ranitidine 2X50 mg

- Inj Gentamisin 2X8 gr

- Inj Asam tranexamat 2X20 gr

T a b e l 1: F ol l ow up

Haritanggal

S O A P

Minggu,21-12-14

Sakit padaluka lutut kiri (+) akibat KLL± 12 jam yll

Tampakkesakitan, composmentis, TD 120/90 mmHgNadi 95 kali/menit, regular,RR 22 kali/menitT 36.5 ºC.R/ Patella sinistra: bengkak (+), vulnus appertum (+), diameter ± 2 cm, darah(+), hiperemi, krepitasi (+), nyeri (+), gerakan pasif (+).Foto x-ray genue sinistra didapatkan fracture patella sinistra

Open fracturepatella sinistra kominutif neglected

1) Debridement NS 2L

2) Inj Cefoperaz one 1X2 g

3) IVFD RL20 tpm

4) InjRemopain

5) Inj ATS1500 IU

Pro ORIF

Page 12: (530235028) Fraktur Patella - Sari

kominutif.Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal kecuali peningkatan WBC, LED, bilirubin total dan SGOT.

Senin,22-12-14

Sakit padaluka lutut kiri (+)

Tampak sakitringan, composmentis, TD 110/80 mmHgNadi 88 kali/menit, regular,RR 20 kali/menitT 36.6 ºC.R/ cruris sinistra terpasang backslap, rembesan darah (-)

Open fracturepatella sinistra kominutif neglected

PRO ORIF

Selasa,23-12-14

Sakit padaluka lutut kiri (+)

Tampak sakitringan, composmentis, TD 110/80 mmHgNadi 88 kali/menit, regular,RR 22 kali/menitT 36.2ºC. R/ cruris sinistra terpasang backslap, rembesan darah (-)

Open fracturepatella sinistra kominutif neglected

Post ORIF1) Cefoperaz

one 2X1g2) Gentamisi

n 2X8g3) Ketorolac

3X30gr4) Ranitidin

2X1 amp

Rabu,24-12-14

Sakit padaluka lutut kiri (+) berkurang

Tampak sakitringan, composmentis, TD 120/80 mmHg

Open fracturepatella sinistra kominutif neglected

1) Cefoperazone 2X1g

2) Gentamisi n 2X8g

3) Ranitidin

11

Page 13: (530235028) Fraktur Patella - Sari

Nadi 78kali/menit, regular,RR 18 kali/menitT 37ºC. R/ cruris sinistra terpasang backslap, rembesan darah (-)

2X1 amp4) Asam

tranexama t 2X20g

Kamis,25-12-14

Sakit padaluka lutut kiri (+) berkurang

composmentis,TD 130/80 mmHgNadi 88 kali/menit, regular,RR 20 kali/menitT 36,8ºC. R/ cruris sinistra terpasang backslap, rembesan darah (-)

Open fracturepatella sinistra kominutif neglected

5) Cefoperazone 2X1g

6) Gentamisi n 2X8g

7) Ranitidin2X1 amp

8) Asam tranexama t 2X20g

Keterangan: S = subjektif, O = objektif, A = assessment, P = planning

12

Page 14: (530235028) Fraktur Patella - Sari

13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Patella

Patella yang merupakan jenis tulang sesamoid terletak pada segmen

inferior dari tendon m. quadriceps femoris pada permukaan ateroinferior. Pinggir

atas, lateral dan medial merupakan tempat perlekatan berbagai bagian

m.quadriceps femoris. Patella dicegah bergeser ke lateral selama kontraksi m.

quadriceps femoris oleh serabut-serabut horizontal bawah m. vastul medialis dan

oleh besarnya ukuran condylus lateralis femoris. Ukuran kira-kira 5 cm, berbentuk

segitiga, berada didalam tendo (bertumbuh di dalam tendo) m.quadriceps femoris.

Dalam keadaan otot relaksasi, maka patella dapat digerakkan ke samping, sedikit

ke cranial dan ke caudal. Mempunyai facies anterior dari facies articularis; facies

articularis lateralis bentuknyalebih besar daripada facies articularis medialis.

Margo superior atau basis patellae berada di bagian proximal dan apex patellae

beradadi bagian distal. Margo medialis dan margo lateralis bertemu membentuk

apex patellae. 4

Gambar 3.1 Anatomi genue sinistra 5

Page 15: (530235028) Fraktur Patella - Sari

14

Gambar 3.2 Anatomi Patella 4,5

3.2 Fraktur

3.2.1 Definisi

Ada beberapa pengertian fraktur menurut para ahli adalah:

1) Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga

fisik.2

2) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis

dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari

yang dapat diabsorbsinya.6

3) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat

dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti

osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang patologis.7

4) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa

nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan dan

krepitasi.8

1.2.2 Etiologi

Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat

menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma (kekerasan) dan

peristiwa patologis. 9

1. Peristiwa Trauma (Kekerasan)

a) K e k e r a s a n la n g su n g

Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik

terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil,

Page 16: (530235028) Fraktur Patella - Sari

15

maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang

demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau

miring.

b) K e k e r a s a n t i d a k la n g s ung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat

yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah

bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh

patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh

dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain

tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula

patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan

telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada

pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.

c) K e k e r a s a n a kibat t a rik a n otot

Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah

tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi.

Contohnya patah tulang akibat tarikan otot adalah patah tulang patella

dan olekranom, karena otot triseps dan biseps mendadak berkontraksi.

2. Peristiwa Patologis

a) K e le l a h a n a t a u str e s f r a ktur

Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas

berulang – ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat

aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami

perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama,

atau peningkatan beban secara tiba – tiba pada suatu daerah tulang maka

akan terjadi retak tulang.

b) K e lem a h a n t ula n g

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya

suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang

misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada

daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.

Page 17: (530235028) Fraktur Patella - Sari

16

3.2.3 Patofisiologi

Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat

patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga

biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat

setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan

peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan

terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin

direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk

tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang

berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan

asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila

tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan

jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya

serabut syaraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom

kompartemen.8

Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak

seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup.

Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot,

ligament dan pembuluh darah.6 Pasien yang harus imobilisasi setelah patah

tulang akan menderita komplikasi antara lain: nyeri, iritasi kulit karena

penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila

sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan

prawatan diri.8 Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen-fragmen

tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri

merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak

mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama

tindakan operasi.2

3.2.4 Klasifikasi

Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan

jaringan disekitar, bentuk patahan tulang, dan lokasi pada tulang fisis.

Page 18: (530235028) Fraktur Patella - Sari

17

1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar

- F r a ktur t e rtutup ( c lose d )

Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar, disebut dengan fraktur bersih

(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada

klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak

sekitar trauma, yaitu:

1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera

jaringan lunak sekitarnya.

2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit

dan jaringan subkutan.

3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan

lunak bagian dalam dan pembengkakan.

4) Tingkat 3: Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak

yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.

- F r a ktur t e rbuka ( op e n/c o mpound )

Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas

tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:

1) D e r a jat I

- Luka <1 cm

- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka

remuk

- Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif

ringan

- Kontaminasi minimal

2) D e r a jat II

- Laserasi >1 cm

- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi

- Fraktur kominutif sedang

- Kontaminasi sedang

Page 19: (530235028) Fraktur Patella - Sari

18

3) D e r a jat I I I

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi

struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi

derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:

- Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur

segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh

trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran

luka.

- Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang

terpapar atau kontaminasi masif.

- Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus

diperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

2. Berdasarkan bentuk patahan tulang

a) T ra ns v e rs a l

Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini

biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips.

b) S pir a l

Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat

torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya

menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.

Gambar 3.3 Bentuk patahan tulang 10

Page 20: (530235028) Fraktur Patella - Sari

19

c) Oblik

Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis

patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

d) S e g m e ntal

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang

yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen

sentral dari suplai darah.

e) Kominu t a

Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya

keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

f) G r ee nst i c k

Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap

dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum.

Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak.

g) F r a ktur I mpaksi

Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga

yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra

lainnya.

h) F r a ktur F is s u r a

Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti,

fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.

3. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis

Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng

pertumbuhan, bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat

berakibat pemisahan fisis pada anak – anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat

jatuh atau cedera traksi. Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena

kecelakaan lalu lintas atau pada saat aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling

banyak digunakan untuk cedera atau fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur

menurut Salter – Harris:

1) Tipe I: fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng

pertumbuhan, prognosis sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.

Page 21: (530235028) Fraktur Patella - Sari

20

2) Tipe II: fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui

tulang metafisis , prognosis juga sangat baik denga reduksi tertutup.

3) Tipe III: fraktur longitudinal melalui permukaan artikularis dan epifisis

dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari lempeng

pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi

anatomi.

4) Tipe IV: fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan

dan terjadi melalui tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting

dan mempunyai resiko gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.

5) Tipe V: cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari

gangguan pertumbuhan lanjut adalah tinggi.

3.2.5 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstrimitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan warna.

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di

imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai

alamiah yang di rancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen

tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung

bergerak tidak alamiah bukan seperti normalnya, pergeseran fraktur

menyebabkan deformitas, ekstrimitas yang bias di ketahui dengan

membandingkan dengan ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada

integritas tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena

kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.

4. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

yang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan yang lainya.

5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai

akibat dari trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini

biasanya baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.3

Page 22: (530235028) Fraktur Patella - Sari

21

3.2.6 Penatalaksanan

Konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani

fraktur yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.11

1. R e ko g nisi

Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk

menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat

fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk

yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka.

2. R e duksi ( manipulasi/ re posisi)

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen

fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak

asalnya. Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan

reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan

sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan

elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada

kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah

mulai mengalami penyembuhan.4

3. R e tensi ( I m m obi l isasi)

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga

kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen

tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran

yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan

fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,

gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna.

Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan

sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna

adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen

tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus

menembus tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan

pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan eksternal

bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada

Page 23: (530235028) Fraktur Patella - Sari

22

tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan

pelvis.4

4. R e h a bi l i t a si

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk

menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus

segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan

anggota tubuh dan mobilisasi.4

3.2.7 Stadium Penyembuhan Fraktur 12

Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu:

- P e mbentuk a n h e matom

Fraktur merobek pembuluh darah dalam medula, korteks dan

periosteum sehingga timbul hematom.

- O r g a nisasi

Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam

hematom disertai dengan infiltrasi sel – sel peradangan. Dengan

demikian, daerah bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi

fibroblastik vaskular.

- K a lus s e ment a r a

Pada sekitar hari ketujuh, timbul pulau – pulau kartilago dan jaringan

osteoid dalam jaringan granulasi ini. Kartilago mungkin timbul dari

metaplasia fibroblas dan jaringan osteoid ditentukan oleh osteoblas

yang tumbuh ke dalam dari ujung tulang. Jaringan osteoid, dalam

bentuk spikula ireguler dan trabekula, mengalami mineralisasi

membentuk kalus sementara. Tulang baru yang tidak teratur ini

terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar lengkap

pada sekitar hari kedua puluh lima.

- K a lus de f in i t i f

Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh

tulang yang teratur dengan susunan havers – kalus definitif.

- R e modeling

Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses

remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun resorpsi

Page 24: (530235028) Fraktur Patella - Sari

23

osteoklastik. Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode

waktu yang berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan

dipindahkan, dan gambaran serta struktur semula dari tulang

tersusun kembali.

Gambar 3.4 Stadium penyembuhan fraktur 13

3.2.8 Kelainan Penyembuhan Fraktur 14

Tulang memperlihatkan kemudahan penyembuhan yang besar tetapi

dapat terjadi sejumlah penyulit atau terdapat kelainan dalam proses

penyembuhan.

1) Malunion

Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk

menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.

2) P e n y a t u a n te r tunda

Keadaan ini umum terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor, pada

umumnya banyak diantaranya mempunyai gambaran hiperemia dan

dekalsifikasi yang terus menerus. Faktor yang menyebabkan penyatuan

tulang tertunda antara lain karena infeksi, terdapat benda asing, fragmen

tulang mati, imobilisasi yang tidak adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur

patologik, gangguan gizi dan metabolik.

Page 25: (530235028) Fraktur Patella - Sari

24

3) Non union ( tak m e n y a tu)

Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa.

Kadang – kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor –

faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya

imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen

contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.

3.2.9 Komplikasi Fraktur

a. S indrom Embo l i L e m a k

Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan

kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak

terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak.

Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan

oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan

sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,

perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),

tachycardia, demam, ruam kulit ptechie. 15

b. S indrom Kompa r tem e n

Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam

ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan

sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya

menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa

sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan

dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan

perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi

ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta

(radius atau ulna).

c. N e k r osis Av a skul a r ( N e k rosis As e pt i k)

Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang

kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur

(yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi

dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup

proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin

Page 26: (530235028) Fraktur Patella - Sari

25

tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh

karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat

harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten

atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban.

d. Ost e o m y e l i t i s

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan

korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)

atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen

dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama

operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang

terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur

dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko

osteomyelitis yang lebih besar.

e. G a n g r e n G a s

Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium

saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii

atau clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada

luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma

otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung

– gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin

tersebut dapat berakibat fatal.

3.2.10 Pencegahan Fraktur 16

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada

umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik

ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan

trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus

kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

- P e n c e g a h a n P rimer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari

terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam

melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan

Page 27: (530235028) Fraktur Patella - Sari

26

dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan

memakai alat pelindung diri.

- P e n c e g a h a n S e kund e r

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat

yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan

pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita

dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang

terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan

klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah.

Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui

bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang

dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi

internal maupun eksternal.

- P e n c e g a h a n T e rsi e r

Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk

mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan

tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi

kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan

beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi

medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali

melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah

mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan

fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang

patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki

fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain

meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol

ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas

hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.

3.3 Fraktur Patella

Fraktur patella adalah gangguan integritas tulang yang ditandai dengan

rusak atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang

Page 28: (530235028) Fraktur Patella - Sari

27

berlebihan pada lutut.

3.3.1 Etiologi3.4 Fraktur patella 17

Fraktur patella terjadi karena otot kuadriseps berkonteraksi dengan hebat,

misalnya pada saat menekuk dengan keras. Penyebab lainnya adalah klien jatuh

dan mengenai langsung tulang patella.18

3.3.2 Patofisiologi

Trauma langsung

Disebabkan karena penderita jatuh dengan posisi lutut pleksi dimana patella

terbentur dengan lantai. Karena diatas patella terdapat subkutis dan kutis,

sehingga dengan benturan tersebut tulang patela mudah patah. Biasanya

jenis patahnya stelata, dan biasanya jenis patah ini medial dan lateral

quardlisep expansion tidak ikut robek, hal ini meyebabkan masih dapat

melakukan ekstensi lutut melawan grafitasi

Trauma tak langsung

Karena tarikan yang sangat kuat dan otot kuat risep yang membentuk

musculotendineous melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang

Page 29: (530235028) Fraktur Patella - Sari

28

jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot kuat

risep konteraksi secara keras untuk mempertahankan kesetabilan lutut.

Biasanya garis patahnya transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan

patella

3.3.3 Tanda dan gejala

1) Pembengkakan pada patella

2) Nyeri

3) Hilangnya fungsi

4) Deformitas

5) Krepitasi

6) Perubahan warna lokal pada kulit

7) Jika diraba ada ruang pada fragmen patella

8) Didapatkan adanya cekungan dan klien

ekstensi anggota gerak bawah

tidak dapat melakukan

3.3.4 Pemeriksaan Penunjang

1) Foto rontgen

- Untuk mengetahui lokasi dan garis fraktur

- Mengetahui tempat dan type fraktur

2) Skor tulang tomograbhy, skor C1, MR1 untuk mengidentifikasi

jaringan lunak

3) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler

3.3.5 Penatalaksanaan

Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi

interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah dengan benang

kawat melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan.

Pengobatan fraktur patela comminutiva yang terdapat haemorthrosis, dilakukan

aspirasi haemorthrosis, diikuti pemakaian

Page 30: (530235028) Fraktur Patella - Sari

29

Non operati f

- Untuk fraktur patela yang undisplaced

- Bila terjadi haemorthrosis dilakukan punksi terlebih dahulu

- Kemudian dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips dan

pangkal paha sampai pergelangan kaki. Posisi lutut dalam fleksi

sedikit (5-10) dipertahankan 6 minggu.

Operati f

- Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi

dengan teknik tension band wiring

- Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekronstruksi

fragmennya dengan K wire, baru dilakukan tension band

wiring

- Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk

dilakukan rekronstruksi, dilakukan patellectomi (hal ini

menimbulkan kelemahan quadrisep expansion)

3.5 Teknik operasi fraktur patella kominutif

3.3.6 Follow-Up

Pemeriksaan X ray ulang dilakukan satu atau dua minggu kemudian

untuk menilai ada tidaknya loss of reduction. Plaster dipertahankan sampai

Page 31: (530235028) Fraktur Patella - Sari

30

terjadinya union 34 minggu pada anak-anak usia 10 tahun dan 1-2 minggu pada

anak usia 4 tahun.

3.6 Latihan pemulihan fraktur patella 19

Page 32: (530235028) Fraktur Patella - Sari

3.7 Latihan pemulihan fraktur patella

31

Page 33: (530235028) Fraktur Patella - Sari

32

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Penegakan Diagnosis Fraktur 9,18,19

1) Anamnesis

Keluhan utama berupa:

- Trauma: waktu terjadinya trauma, cara terjadinya trauma, lokasi

trauma

- Nyeri: lokasi nyeri, sifat nyeri, intensitas nyeri, reffered pain

- Kekakuan sendi

- Pembengkakan

- Deformitas

- Ketidakstabilan sendi

- Kelemahan otot

- Gagguan sensibilitas

- Hilangnya fungsi

- Jalan pincang

2) Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi (look)

- Kulit, meliputi warna kulit, tanda peradangan dan tekstur kulit

- Jaringan lunak, pembuluh darah, saraf, otot, tendon, ligament,

jaringan lemak, fasia dan kelenjar limfe

- Tulang dan sendi

- Sinus dan jaringan parut

b. Palpasi (feel)

- Suhu kulit, denyutan arteri

- Jaringan lunak: spasme otot, atrofi otot

- Nyeri tekan

- Tulang: bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang

- Penilaian deformitas

Page 34: (530235028) Fraktur Patella - Sari

33

3) Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan rontgen, apabila fraktur pada tulang panjang

dilakukan posisi AP dan lateral.

4.2 Diagnosis Fraktur patella

Anamnesa

- Ditemukan adanya riwayat trauma

- Penderita tak dapat melakukan extensi lutut, biasanya terjadi pada

trauma indirect dimana patahnya transversal dan quadrisep

mekanisme robek

- Pada trauma direct dimana patahnya comminutiva medial dan

lateral, quadrisep expansion masih utuh sehingga penderita masih

dapat melakukan extensi lutut

Pemeriksaan Klinik

- Pada lutut ditemukan pembengkakan disebabkan hemarthrosis

- Pada perabaan ditemukan patela mengambang (floating patella)

Pemeriksaan Radiologis

- Dengan proyeksi AP dan lateral sudah cukup untuk melihat adanya

fraktur patella

- Proyeksi sky-line view kadang-kadang untuk memeriksa adanya

fraktur patela incomplete

4.3 Penatalaksanaan

F a r m a k olog i s 21

1. I n fus R L 20 tpm

Komposisi: Na laktat 3.1 gram, NaCl 6 gram, KCl 0.33 gram, CaCl2

0.2 gram, air 1000 ml.

Indikasi: mengembalikan keseimbangan cairan pada kasus dehidrasi

Kontraindikasi: hipernatremi, kelainan hati/ginjal dan laktat asidosis

Efek samping: panas, infeksi pada tempat injeksi, thrombosis vena

dan ekstravasasi.

Dosis: sesuai kondisi penderita

Page 35: (530235028) Fraktur Patella - Sari

34

Kemasan: Larutan infus 500 ml.

Alasan pemberian cairan infus ringer laktat untuk memenuhi

kebutuhan cairan dalam tubuh selama an. D tidak makan/minum.

Selain itu juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan elektrolit yaitu

natrium, kalium dan klorida.

2. K e torol a c 30 m g

Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-

narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang

menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi.

Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan

dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak

mempunyai efek terhadap reseptor opiat.

Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap

setelah pemberian intramuskular dengan konsentrasi puncak rata-rata

dalam plasma sebesar 2,2 mcg/ml setelah 50 menit pemberian dosis

tunggal 30 mg. Waktu paruh terminal plasma 5,3 jam pada dewasa

muda dan 7 jam pada orang lanjut usia (usia rata-rata 72 tahun).

Lebih dari 99% Ketorolac terikat pada konsentrasi yang beragam.

Farmakokinetik Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara

intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear. Kadar steady

state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari.

Pada dosis jangka panjang tidak dijumpai perubahan bersihan.

Setelah pemberian dosis tunggal intravena, volume distribusinya rata-

rata 0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat dan metabolit

para-hidroksi) ditemukan dalam urin (rata-rata 91,4%) dan sisanya

(rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses. Pemberian Ketorolac secara

parenteral tidak mengubah hemodinamik pasien.

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek

terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah.

Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac

secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus

diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi

Page 36: (530235028) Fraktur Patella - Sari

35

Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk

digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia

obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal

ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis

prostaglandin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.

Kontraindikasi:

- Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat

ini, karena ada kemungkinan sensitivitas silang.

- Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat

pemberian Asetosal atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain.

- Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.

- Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah

pasti.

- Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.

- Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau

bronkospasme.

- Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.

- Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.

- Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum

>160 mmol/L).

- Riwayat asma.

- Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan

atau hemostasis inkomplit, pasien dengan antikoagulan

termasuk Heparin dosis rendah (2.500–5.000 unit setiap 12

jam).

- Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau

garam lithium.

- Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.

- Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau

ruam vesikulobulosa.

- Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).

Page 37: (530235028) Fraktur Patella - Sari

36

- Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif

jika hemostasis benar-benar dibutuhkan karena tingginya risiko

perdarahan.

Dosis: Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi

intramuskular atau bolus intravena. Dosis untuk bolus intravena

harus diberikan selama minimal 15 detik. Ketorolac ampul tidak

boleh diberikan secara epidural atau spinal. Mulai timbulnya efek

analgesia setelah pemberian IV maupun IM serupa, kira-kira 30

menit, dengan maksimum analgesia tercapai dalam 1 hingga 2 jam.

Durasi median analgesia umumnya 4 sampai 6 jam. Dosis sebaiknya

disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. Lamanya

terapi : Pemberian dosis harian multipel yang terus-menerus secara

intramuskular dan intravena tidak boleh lebih dari 2 hari karena efek

samping dapat meningkat pada penggunaan jangka panjang.

Selain mempunyai efek yang menguntungkan, ketorolac

tromethamine juga mempunyai efek samping, diantaranya:

- Efek pada gastrointestinal

Ketorolac tromethamine dapat menyebabkan ulcerasi peptic,

perdarahan dan perlubangan lambung. Sehingga Ketorolac

tromethamine dilarang untuk pasien yang sedang atau

mempunyai riwayat perdarahan lambung dan ulcerasi peptic.

- Efek pada ginjal

Ketorolac tromethamine menyebabkan gangguan atau

kegagalan depresi volume pada ginjal, sehingga dilarang

diberikan pada pasien dengan riwayat gagal ginjal.

- Resiko perdarahan

Ketorolac tromethamine menghambat fungsi trombosit,

sehingga terjadi gangguan hemostasis yang mengakibatkan

risiko perdarahan dan gangguan hemostasis.

- Reaksi hipersensitivitas

Dalam pemberian Ketorolac tromethamine bias terjadi reaksi

hypersensitivitas dari hanya sekedar spasme bronkus hingga

Page 38: (530235028) Fraktur Patella - Sari

37

shock anafilaktik, sehigga dalam pemberian Ketorolac

tromethamine harus diberikan dosis awal yang rendah.

3. R a ni t id i n 2X50 mg

Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang

menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan

mengurangi sekresi asam lambung.

Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk

menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36–94

mg/mL. Kadar tersebut bertahan selama 6–8 jam.

Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi

puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg.

Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan antasida.

Waktu paruh 2 ½–3 jam pada pemberian oral, Ranitidine diekskresi

melalui urin

Indikasi:

- Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak

lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.

- Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari,

tukak lambung.

- Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma

Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik).

- Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di

rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus

12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif

jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa

diberi Ranitidine oral.

Efek samping:

- Sakit kepala

- Susunan saraf pusat, jarang terjadi: malaise, pusing,

mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.

Page 39: (530235028) Fraktur Patella - Sari

38

- Kardiovaskular, jarang dilaporkan: aritmia seperti

takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature

ventricular beats.

- Gastrointestinal: konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri

perut. Jarang dilaporkan: pankreatitis.

- Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia.

- Hematologik: leukopenia, granulositopenia, pansitopenia,

trombositopenia (pada beberapa penderita). Kasus jarang

terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia

aplastik pernah dilaporkan.

- Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh:

bronkospasme, demam, eosinofilia), anafilaksis, edema

angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin

serum.

4. To ra sic 3 X 30 m g

Komposisi: Ketorolac tromethamine

Bentuk Sediaan:

- Tablet salut selaput 10 mg

- Ampul 10 mg dan 30 mg

Farmakologi:

Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-

narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang

menunjukkan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti-inflamasi.

Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan

dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak

mempunyai efek terhadap reseptor opiat. Farmakokinetik (oral)

ketorolac tromethamine diabsorpsi dengan cepat dan lengkap setelah

pemberian oral dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma

sebesar 0,87 mcg/mL setelah 50 menit pemberian dosis tunggal 10

mg. Waktu paruh plasma terminal 5,4 jam pada dewasa muda dan

6,2 jam pada orang lanjut usia. Total bersihan pada orang usia lanjut

sedikit lebih rendah daripada dewasa muda. Ketorolac tromethamine

Page 40: (530235028) Fraktur Patella - Sari

39

diserap dengan cepat dan lengkap setelah pemberian intramuskular

dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma sebesar 2,2

mcg/mL setelah 50 menit pemberian dosis tunggal 30 mg. Waktu

paruh terminal plasma 5,3 jam pada dewasa muda dan 7 jam pada

orang lanjut usia. Lebih dari 99% ketorolac terikat pada konsentrasi

yang beragam. Farmakokinetik Ketorolac pada manusia setelah

pemberian secara intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah

linear. Kadar steady state plasma dicapai setelah diberikan dosis tiap

6 jam dalam sehari.

Indikasi: Untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut

sedang sampai berat setelah prosedur bedah.

Dosis:

Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular

atau bolus intravena, dosis untuk bolus intravena harus diberikan

selama minimal 15 detik. Ketorolac ampul tidak boleh diberikan

secara epidural atau spinal. Mulai timbulnya efek analgesia setelah

pemberian IV maupun IM serupa, sekitar 30 menit, dengan

maksimum analgesia tercapai dalam 1 - 2 jam. Durasi median

analgesia umumnya 4 - 6 jam. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan

keparahan nyeri dan respons pasien. Lamanya terapi, pemberian

dosis harian multipel yang terus-menerus secara intramuskular dan

intravena tidak boleh lebih dari 2 hari karena efek samping

dapat meningkat pada penggunaan jangka panjang.

Kontraindikasi: Pasien hipersensitif dengan obat ini, karena ada

kemungkinan sensitivitas silang.

Efek Samping: diare, dispepsia, nyeri ga strointestinal, nausea, sakit

kepala, pusing, mengantuk, berkeringat (nsiden 1% atau kurang),

depresi, mulut kering, euforia, haus berlebihan, parestesia, stimulasi,

vertigo, konstipasi, rasa penuh, kelainan fungsi hati, melena, ulkus

peptikum, perdarahan rektal, stomatitis, muntah, flatus, asma,

dyspnea, pruritus, urtikaria dan pucat.

5. As a m t r a n e x a mat

Page 41: (530235028) Fraktur Patella - Sari

40

Farmakologi:

Aktivitas antiplasminik: menghambat aktivitas dari aktivator

plasminogen dan plasmin.

Aktivitas hemostatis: mencegah degradasi fibrin, pemecahan

trombosit, peningkatan kerapuhan vaskular dan pemecahan faktor

koagulasi.

Indikasi:

Fibrinolisis lokal seperti: epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks.

Edema angioneurotik herediter.Perdarahan abnormal sesudah

operasi. Perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia.

Dosis:

500-1000 mg (IV) dengan injeksi lambat (1mL/menit) 3 x sehari.

Perdarahan abdominal setelah operasi: 1 gram 3 x sehari pada 3 hari

pertama, kemudian dilanjutkan oral 1 gram 3-4 x sehari. Untuk

mencegah perdarahan ulang dapat diberikan per oral 1 gram 3-4 kali

sehari selama 7 hari. Khusus untuk perdarahan setelah operasi gigi

pada penderita hemofilia: Segera sebelum operasi: 10 mg/kg BB

(IV). Setelah operasi: 25 mg/kg BB (oral) 3-4 x sehari selama 6-8

hari.

Kontraindikasi:

Penderita perdarahan subaraknoid dan penderita dengan riwayat

tromboembolik. Penderita dengan kelainan pada penglihatan warna.

Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.

Efek Samping:

Dengan injeksi intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan

hipotensi. Untuk menghindari hal tersebut maka pemberian dapat

dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 mL/menit.

6. G e ntamisin

Sifat fisikokimia: Serbuk agak keputih-putihan. Larut baik dalam

air, tidak larut dalam alkohol, aseton, kloroform, eter dan benzen.

Farmakologi: Didistribusikan melalui plesenta;Volume distribusi

meningkat pada odem, asites dan menurun pada dehidrasi. ;Neonatus

Page 42: (530235028) Fraktur Patella - Sari

41

: 0,4- 0,6 per kg BB,;Anak 0,3 -0,35 /kg BB.;Dewasa 0,2-0,3 /kg

BB;Protein binding : < 30 %;Waktu paruh eliminasi : ;Infant : umur

< 1 minggu 3-11,5 jam. 1 minggu -6 bulan 3-3,5 jam.;Dewasa ; 1,5-3

jam.;Pasien dengan gangguan ginjal 36-70 jam;Kadar puncak serum

: i.m 30-90 menit; i.v. 30 menit setelah pemberian dengan

infus;Ekskresi : Urin

Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap Gentamisin dan

Aminoglikosida lain

Efek samping: > 10%;- Susunan syaraf pusat : Neurotosisitas

(vertigo, ataxia) ;- Neuromuskuler dan skeletal : Gait instability;-

Otic : Ototoksisitas (auditory), Ototoksisitas (vestibular);- Ginjal :

Nefrotoksik ( meningkatkan klirens kreatinin) ;1%-10%;-

Cardiovaskuler : Edeme;- Kulit : rash, gatal, kemerahan;< 1%;-

Agranulositosis ;- Reaksi alergi;- Dyspnea;- Granulocytopenia;-

Fotosensitif;- Pseudomotor Cerebral;- Trombositopeni

Interaksi makanan: Harus dipertimbangkan terhadap diet makanan

yang mengandung Calcium, magnesium , potassium

Interaksi obat: Penisilin, Sefalosporin, Amfoterisin B, Diuretik

dapat meningkatkan efek nefrotoksik, efek potensiasi dengan

neuromuscular blocking agent

Pengaruh kehamilan: Factor risiko : C

Pengaruh menyusui: Dieksresi melalui ASI dalam jumlah kecil

Parameter monitoring: Analisis urin, jumlah urin yang keluar

BUN, serum kreatinin, pemantauan pendengaran untuk pemakaian >

dari 2 minggu. Beberapa derivat Penisilin dapat mempercepat

degradasi aminoglikosida secara in-vitro

Bentuk sediaan: Krem, Topical Sebagai Sulfat 0,1 % (15 g, 30

g);Infus, Sebagai Sulfat (Premixed in NS) 40 mg (50 ml); 60 mg (50

ml, 100 ml); 70 mg (50 ml); 80 mg (50 ml, 100 ml);90 mg (100 ml);

100 mg (50 ml, 100 ml); 120 mg (100 ml);Larutan Injeksi, Sebagai

Sulfat 10 mg/ml (6 ml, 8 ml,10 ml) Vial;Larutan Injeksi, Sebagai

Sulfat 40 mg/ml (2 ml, 20 ml) (Dapat Mengandung Metabisulfit)

Page 43: (530235028) Fraktur Patella - Sari

42

;Larutan Injeksi, Pediatrik Sebagai Sulfat 10 mg/ml (2 ml) (Dapat

mengandung Metabisulfit) ;Larutan Injeksi, Pediatrik Sebagai Sulfat

(Preservative Free) : 10 mg/ml (2 ml);Saleb Mata Sebagai Sulfat

0,3% (3 mg/g (3,5 g));Saleb Kulit Sebagai Sulfat 0,1% (15 g, 30

g);Tetes Mata Sebagai Sulfat 0,3% (5 ml, 15 ml) Mengandung

Benzalkonium Klorida

Peringatan: Jangan digunakan pada pengobatan yang lama karena

dapat berisiko toksik pemberian yang lama yaitu penurunan fungsi

ginjal, miastenia gravis, hipokalsemia, kondisi dengan depresi

neuromuskuler transmitens; Aminoglikosoda secara parenteral dapat

menimbulkan nefrotoksisitas dan ototoksisitas dapat secara langsung

secara proporsional dengan jumlah obat yang diberikan dan durasi

pengobatan; tinnitus atau vertigo adalah indikasi dari ;vestibular

injuri dan mengancam hilangnya pendengaran.

7. Anti t e tanus s e rum

adalah antisera yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan

terhadap tetanus, serta mengandung fenol sebagai pengawet, berupa

cairan bening kekuningan.

Indikasi: Untuk pencegahan tetanus pada luka yang terkontaminasi

dengan tanah, debu jalan atau bahan lain yang dapat menyebabkan

infeksi Clostridium tetani, pada seseorang yang tidak yakin sudah

diimunisasi atau yang belum diimunisasi lengkap dengan vaksin

tetanus. Serum Anti Tetanus 20.000 IU untuk pengobatan terhadap

tetanus

Cara kerja: Imunisasi pasif, pada penyuntikan dimasukkan serum

anti tetanus yang mampu untuk menetralisir toksin tetanus yang

beredar dalam darah penderita.

Dosis:

- Pencegahan tetanus 1 dosis profilaktik (1.500 IU) atau

lebih, diberikan secara intramuskular.

- Pengobatan tetanus : 10.000 IU atau lebih, secara

intramuskular atau intravena tergan- tung keadaan penderita

Page 44: (530235028) Fraktur Patella - Sari

43

- Lakukan uji kepekaan terlebih dahulu, bila peka lakukan

desensitisasi.

Cara pemberian ada 2 yaitu intramuscular dan iv.

a) Intrramuskular

- Hasil uji kepekaan harus negative

- Penyuntikan harus dilakukan secara perlahan

- Penderita harus diamati paling sedikit selama 30 menit

b) Intravena

- Lakukan penyuntikan secara intra- muskular terlebih dahulu

- Bila tidak ada gejala alergi, lakukan penyuntikan intravena

- Penyuntikan harus dilakukan secara perlahan

- Penderita harus diamati paling sedikit selama 1 (satu) jam

Non F a r m a k olog i s

Tujuan dari penatalaksanaan fraktur terbuka adalah:

1. Jangka pendek : menghilangkan/menurunkan keluhan yang

dialami pasien

2. Jangka panjang : mencegah tejadinya deformitas dan

kecacatan

3. Cara : menurunkan faktor resiko, mengobati

keluhan pasien dengan obat-obatan dan rehabilitasi medis.

4. Kegiatan : istirahat cukup dan latihan gerak secara

bertahap.

Page 45: (530235028) Fraktur Patella - Sari

44

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Diagnosis holistik Sdr.S adalah :

a. Diagnosa biologis : neglected open fracture patella sinistra kominutif

grade IIIA

b. Diagnosis psikologis : Hubungan Sdr.S dengan anggota keluarganya

cukup baik.

c. Diagnosis ekonomi : Status ekonomi menengah ke atas

d. Diagnosis sosial : Hubungan dengan masyarakat sekitar baik.

5.2 Saran

1. Primer Healt Promotion : Memakai APD saat mengendarai sepeda

motor, memiliki SIM (usia>18 tahun)

2. Sekunder Prompt Treatment: rehidrasi, reduksi, retensi, recognisi dan

rehabilitasi

- Early Diagnosis: tanda, gejala, pemeriksaan fisik dan X-ray region

genue sinistra

- Disability Limitation: Operasi dan pasang back slap.

3. Tersier Rehabilitasi: istirahat dan latihan ROM aktif dan pasif.

Page 46: (530235028) Fraktur Patella - Sari

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Intelegen Negara, 2013. Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga. 10 http:/www.go.id/awas/detil/197/4/2103/2013/kecelakaan-lalu-lintas- menjadi-pembunuh-terbesar-ketiga

2. Price., et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed6. Jakarta: EGC

3. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan SistemMuskuloskeletal. Jakarta: EGC

4. Mil l e r , John. 2014. Patella. ht t p: / /p h y s iowo r ks.c o m.au/in j u r ie s - c ondi t ion s - 1/pat e l l a diunduh tanggal 5 januari 2015

5. Remeika, Leah. 2014. Kneecap pain. ht t p: / /ww w . c hirop rac t i c- h e lp.com/ P a tell o -Fe mo r al - P a i n - S y ndrom e .ht m l diunduh tanggal 5 januari2015

6. Ariana, Sinta. 2011. Anatomi sistem muskuloskeletal http://sintadotners.wordpress.com/2011/10/17/anatomi-sistem- moskuleskeletal/ diunduh pada tanggal 29 Desember 2014

7. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Ed.8, Vol. 1, 2, Alih bahasa oleh Agung Waluyo(dkk). Jakarta: EGC

8. Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media. Jakarta: Aesculapius FKUI

9. Yuan. 2013. fractures and dislocations. FK UGM. Yogyakarta

10. Doengoes, Marlyn E, Moorhouse, Mary F dan Geissler, Alice C. 2000.Rencana Keperawatan Untuk Perencanaan dan PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi 3, Alih Bahasa I Made Kriasa, EGC, Jakarta

11. Brunner, L dan Suddarth, D. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H. Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). Ed.8. Vol 1. Jakarta : EGC

12. Whiteing, N.L. (2008). Fractures :Pathophysiology, treatment and nursing care. Nursing Standart, 23 (2), 49 – 57. RCN Publishing Company.

13. Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi10. Alih Bahasa Yasmin Asih, S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Page 47: (530235028) Fraktur Patella - Sari

46

14. Angela, Ika. 2012. Penyembuhan patah tulang. http://icha- vens.blogspot.com/2012/05/tips-penyembuhan-patah-tulang.html diunduh pada tanggal 27 oktober 2014

15. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan SistemMuskuloskeletal. Jakarta: EGC

16. Hanifah, Aisyah. 2010. Fracture Healing. http://aasiyahhaniifah.blogspot.com/2010/07/fraktur-healing.html diunduh pada tanggal 27 Oktober 2014

17. Ferry, Johson., GA, Marieta. 2014. Anatomi and biomechanics.UK

18. Eric EJ. 1999. Fracture of the Patella: clinical study of 707 pattelar fracture.

19. Hoppenfeld, S., & Murthy, V.L. (2011). Terapi dan rehabilitasi fraktur.New York : Lippinscott Williams & Wilkins.

20. Anonim. 2010. ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia). Volume 45.Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Hal. 421-425.