Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 KUALITAS INFORMASI
Informasi adalah data yang telah diatur dan diproses sehingga dapat
memiliki arti. Informasi dapat berupa dokumen, laporan, atau jawaban suatu
pertanyaan. Menurut Arazy & Kopak (2011), kualitas informasi bergantung pada
beberapa atribut yaitu ketepatan dalam menjawab permasalahan yang terjadi,
kelengkapan informasi tanpa ada yang dikurangi, penyajian informasi, dan
objektivitas informasi yang tidak memihak ataupun berat sebelah.
Dunia bisnis bersifat dinamis dan penuh perubahan. Semua harus
bergerak dengan cepat agar mampu berkompetisi dengan kompetitor lain.
Perusahaan dituntut untuk dapat menentukan strategi dengan tepat di waktu yang
tepat. Proses penentuan strategi ini didukung ketersediaan data dan informasi
yang dimiliki oleh perusahaan dan kemampuan manusia dalam menganalisisnya.
Penyediaan data dan informasi perusahaan melibatkan sistem informasi
agar mampu mendukung dinamika bisnis yang serba cepat. Pekerja bergantung
pada sistem informasi untuk berkomunikasi satu sama lain menggunakan berbagai
macam hardware, software, jaringan dan sumber data yang ada sehingga
membantu proses bisnis dalam mengumpulkan, menyediakan akses, dan
mengolah data dan informasi tentang kondisi perusahaan. Dalam hal ini artinya
perusahaan menginvestasikan teknologi untuk mendapatkan informasi yang
bermutu. Hal ini merujuk pada kualitas informasi yang didapatkan melalui sebuah
sistem informasi.
5
2.2 BUSINESS INTELLIGENCE (BI)
Business Intelligence (BI) merupakan istilah yang digunakan sebagai
payung dari kombinasi arsitektur, tools, database, analytical tools, aplikasi, dan
metodologi (Turban, Sharda, & Delen, 2011). BI dibangun untuk keperluan area
manajemen bisnis dan pendukung keputusan strategis perusahaan dalam
menyelesaikan masalah bisnis. Kemampuan kognitif manusia dengan teknologi
intelegensia semu menjadi komponen utama dalam BI. Dalam area bisnis, fokus
utama penerapan BI adalah meningkatkan pendapatan, dan/atau mengurangi biaya
(Williams & Williams, 2007). Gambar 2.1 menjelaskan dengan mudah
implementasi BI dalam area bisnis.
Gambar 2.1 Implementasi Business Intelligence dalam Area Bisnis (Williams &
Williams, 2007)
Menurut Turban, Sharda, & Delen (2011) manfaat yang akan didapatkan
dengan mengimplementasikan BI dapat dirasakan melalui kemampuan BI dalam
menyediakan informasi akurat ketika dibutuhkan, termasuk ketika menentukan
6
berbagai jenis keputusan untuk perencanaan strategis bagi perusahaan atau bahkan
untuk mempertahankan posisi perusahaan sekalipun. Contohnya melihat performa
perusahaan secara real-time.
Dengan kesiapan informasi akurat secara real-time dan dengan mudah
dapat diakses, perusahaan mendapatkan laporan yang cepat dan akurat sehingga
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, pelayanan terhadap pelanggan
juga menjadi lebih cepat sehingga akhirnya meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan.
BI sebenarnya merupakan konsep EIS yang ditambah dengan teknologi
intelegensia semu (artificial intelligence – AI) agar mampu menyajikan
kemampuan analitikal yang kuat. Hal ini merujuk pada business analytics sebagai
salah satu komponen penting BI (Turban, Sharda, Delen, & King, 2011).
Business analytics adalah kemampuan untuk mengolah dan menganalisis
data-data yang telah disimpan dalam data warehouse lewat Online Transaction
Processing (OLTP) dan Online Analytical Processing (OLAP), dimana Online
Transaction Processing (OLTP) digunakan hanya untuk mencatat transaksi bisnis
harian dan mendukung penggunaan operasional harian perusahaan contohnya
seperti transaksi penjualan harian secara keseluruhan, sementara Online Analytical
Processing (OLAP) mengambil dan menganalisis data untuk mengetahui trend
bisnis yang terjadi dan mendukung proses pengambilan keputusan.
Untuk memahami alur kerja sistem BI, Gambar 2.2 di bawah ini
menggambarkan secara singkat alur kerja sebuah sistem BI.
7
Gambar 2.2 Alur Kerja BI (Ranjan, 2005)
Data-data mentah yang berasal dari beragam sumber seperti database atau file
eksternal lainnya diolah dengan teknik Extract, Transform, Load (ETL) yang
kemudian hasilnya akan disimpan dalam sebuah data warehouse agar nantinya
dapat diolah dan dianalisis oleh BI tools. Tools yang umumnya digunakan oleh
pengguna akhir (Turban, Sharda, Delen, & King, 2011) adalah laporan dan
queries (termasuk static dan dynamic reporting, semua jenis query, penemuan
informasi, multidimensional view, drill down to details, dan lainnya), data, teks,
web mining dan tools statistik dan matematika (proses pencarian hubungan atau
informasi yang tidak dikenali dalam database yang besar atau data warehouse,
menggunakan tools intelegensi seperti neural computing, teknik predictive
analytics, atau metode statistik kompleks). Dashboard yang merupakan tools
visualisasi juga dapat digunakan untuk menampilkan grafik yang menunjukkan
8
performa aktual yang dibandingkan dengan ukuran yang diinginkan. Dashboard
mampu menampilkan sekilas mengenai kesehatan perusahaan.
2.3 EXECUTIVE INFORMATION SYSTEM (EIS)
Eksekutif memegang peranan penting dalam proses penentuan strategi
dan pengambilan keputusan bagi masa depan perusahaan. Agar dapat menentukan
strategi dan mengambil keputusan yang tepat, Eksekutif memerlukan sebuah alat
bantu, seperti EIS yang mampu menyajikan informasi perusahaan dari beragam
sumber dengan tampilan yang interaktif.
EIS digunakan sebagai alat bantu dalam perencanaan strategis
perusahaan yang mampu menggabungkan informasi dari beragam sumber dan
disajikan secara interaktif untuk Eksekutif level atas. EIS tergolong custom built
yang dibangun sesuai dengan keperluan individu Eksekutif di sebuah perusahaan.
EIS menawarkan kemampuan (Turban, Sharda, Delen, & King, 2011) dynamic
multidimensional (ad hoc atau on-demand) reporting, peramalan dan prediksi,
analisis trend, drill down to details, status access, dan Critical Success Factor
(CSF).
Menurut Lungu & Bâra (2005), ada beberapa langkah yang dilakukan
untuk memodelkan karakteristik EIS yakni:
1. EIS diorientasikan untuk kesempatan bisnis daripada kebutuhan transaksional
karena EIS dirancang untuk membantu Eksekutif dalam menentukan pilihan
dan strategi bertindak dalam mengatasi permasalahan bisnis.
2. EIS harus mengimplementasikan keputusan strategis, tidak hanya keputusan
departemen atau operasional karena EIS dapat membantu Eksekutif untuk
menganalisis permasalahan perusahaan dengan menyediakan informasi-
9
informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber sehingga Eksekutif dapat
memilih strategi mana yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan.
3. Analisis EIS difokuskan pada kebutuhan bisnis. Hal ini menjadi bagian paling
penting di dalam proses.
Kemampuan yang ditawarkan lewat EIS (Turban, Aronson, Liang &
Sharda, 2005) adalah:
1. Drill Down
Salah satu karakteristik dari EIS yang sangat berguna adalah menyediakan
rincian dari setiap rangkuman informasi. Sebagai contoh seorang Eksekutif
melihat adanya penurunan penjualan dari sebuah laporan harian. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya penurunan tersebut, Eksekutif tersebut ingin
melihat rincian dari penjualan seperti penjualan per wilayah. Jika wilayah
yang menjadi penyebab terjadinya penurunan penjualan teridentifikasi,
Eksekutif lebih lanjut ingin melihat lebih rinci lagi penjualan di wilayah
tersebut seperti penjualan per produk atau penjualan per salesman, dan
seterusnya sampai penyebab terjadinya penurunan penjualan bisa ditemukan.
2. Critical Success Factor (CSF)
CSF bisa ditemukan hampir di semua level organisasi dalam sebuah
perusahaan baik di level departemen maupun di level individu. CSF
digunakan untuk mengintepretasikan tujuan, taktik, dan aktifitas operasional
dalam suatu organisasi, termasuk kebutuhan informasi, serta kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weakness) sistem yang sedang berjalan dalam
perusahaan. Dalam hal ini, bila hasil implementasi dari area-area tersebut
10
memuaskan, maka dapat dipastikan bahwa keunggulan kompetitif dapat
dicapai.
3. Access Status
Data terbaru atau laporan yang dihasilkan dalam EIS dapat diakses kapanpun
dalam jaringan.
4. Analisis
Kemampuan analitik disediakan pada EIS, selain mengakses data, Eksekutif
dapat menggunakan EIS untuk menganalisis dengan cara mereka sendiri.
5. Exception Reporting
Exception Reporting ditujukan untuk menarik perhatian Eksekutif karena
menunjukkan sebuah kasus dengan performa yang buruk.
6. Penggunaan warna dan audio visual
Untuk hal-hal yang sifatnya kritis tidak hanya dilaporkan dalam bentuk angka
saja tapi juga bisa dilaporkan dalam bentuk warna yang berbeda seperti warna
hijau untuk status OK, warna kuning untuk status peringatan, ataupun warna
merah untuk status bahaya. Warna bisa memperingatkan pengguna sistem
terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi sehingga tindakan bisa
segera dilakukan. Beberapa EIS diperlengkapi dengan audio visual untuk
memperingatkan pengguna sistem terhadap informasi yang datang.
7. Navigasi Informasi
Banyaknya jumlah data harus dapat dieksplorasi dengan mudah dan cepat.
8. Komunikasi
EIS harus dilengkapi dengan perangkat komunikasi seperti e-mail.
11
2.3.1 MODEL EXECUTIVE INFORMATION SYSTEM (EIS)
EIS sebuah perusahaan biasanya terdiri dari executive workstation yang
terhubung ke komputer pusat (McLeod, Jr. & Schell, 2007). Executive
workstation terdiri atas sebuah PC dengan media penyimpanan kedua yang berisi
database Eksekutif. Database ini berisi data dan informasi telah diproses terlebih
dahulu dalam database komputer pusat perusahaan. Data dan informasi yang ada
pada database komputer pusat berasal dari sumber eksternal, informasi terkini,
dan keterangan atau penjelasan yang diinput oleh staf perusahaan lewat
workstation masing-masing. Email Eksekutif dan software library juga dapat
ditampilkan lewat EIS.
Ketika Eksekutif membutuhkan informasi, Eksekutif dapat
mengaksesnya lewat executive workstation yang dimiliki. Nantinya informasi
tersebut akan ditampilkan pada sebuah laporan yang terformat dimana laporan ini
bertindak sebagai dashboard yang dapat digunakan untuk memonitor CSF
perusahaan. Pada penelitian ini, EIS akan dirancang dengan mengacu pada model
EIS ini. Gambar 2.3 berikut mengambarkan model EIS.
12
Gambar 2.3 Model EIS (McLeod, Jr. & Schell, 2007)
2.3.2 EXECUTIVE INFORMATION SYSTEM (EIS)
LIFECYCLE Penelitian ini akan menggunakan metode EIS lifecycle dalam
pembangunan aplikasinya. Gambar 2.4 menunjukkan siklus hidup pengembangan
EIS yang terdiri atas 6 stages (Lungu & Bâra, 2005; Moss & Atre, 2003), yakni:
13
Gambar 2.4 EIS Development Lifecycle (Lungu & Bâra, 2005)
1. Stage 1: Justification
Pada tahap ini dilakukan business case assessment yang mengidentifikasi
kebutuhan dan peluang-peluang yang ada pada perusahaan. Setelah mengetahui
kebutuhan dan peluang-peluang pada perusahaan, tim proyek dapat
mengusulkan solusi awal yang dinilai dengan cost and benefit analysis
sehingga memberikan pertimbangan bagi perusahaan untuk menjatuhkan
pilihan apakah setuju dengan solusi tersebut atau harus mencari alternatif lain.
Semua itu harus tertuang pada sebuah laporan business case assessment yang
diajukan pada perusahaan terkait.
2. Stage 2: Planning
Perkiraan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan proyek EIS ini
harus dinilai karena proyek EIS termasuk proyek yang dinamis. Untuk
mengetahui kemampuan perusahaan maka kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah enterprise infrastructure evaluation karena segala perubahan yang
14
terjadi pada perusahaan akan berpengaruh pada kesuksesan proyek EIS. Oleh
karena itu perencanaan proyek pada tahap ini harus dibuat mendetil dan
progresif. Setelah mengetahui kemampuan perusahaan dapat dilakukan
perencanaan untuk tahapan proyek EIS yang dicanangkan.
3. Stage 3: Business Analysis
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan kebutuhan
bisnis dan kebutuhan proyek. Kebutuhan bisnis perusahaan dapat diidentifikasi
lewat wawancara, rapat, atau diskusi langsung dengan Eksekutif. Analisis
kebutuhan proyek dapat dilakukan setelah mengetahui kebutuhan bisnis
perusahaan. Kebutuhan proyek dipetakan dalam sebuah use case.
Analisis data juga dilakukan pada tahap ini. Analisis data dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi sistem yang berjalan termasuk database yang
digunakan, sumber data atau data-data yang digunakan dan format pelaporan
yang dipakai. Entity Relationship Diagram (ERD – relasi antar tabel) dapat
digunakan untuk menggambarkan sistem yang sedang berjalan. Setelah analisis
data selesai dilanjutkan analisis metadata yaitu memetakan sumber data ke
dalam sebuah struktur metadata.
4. Stage 4: Design
Pada tahap ini proyek EIS mulai dirancang dan kegiatan yang dilakukan
meliputi desain EIS, desain data, desain Extract, Transform, Load (ETL), dan
desain meta data repository. Desain EIS akan mengacu pada model EIS
Gambar 2.3. Desain EIS akan menjelaskan juga desain arsitektur, rencana
platform EIS, dan user interface. Desain data akan menggambarkan detil
15
model data logical dan physical yang nantinya akan digunakan pada proses dan
penyimpanan data dalam proyek EIS.
Setelah itu dilanjutkan dengan desain ETL. Desain ETL merupakan
kegiatan yang paling sulit dalam EIS Lifecycle. Desain ETL sangat bergantung
pada kualitas sumber data. Sangat direkomendasikan proses ETL ini dilakukan
dalam lingkungan yang mengintegrasikan semua modul perusahaan dan tidak
terpisah untuk setiap departemen. Intinya adalah berbagi satu proses ETL yang
terkoordinasi. Setelah desain ETL selesai, lanjutkan dengan desain metadata
repository yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
5. Stage 5: Construction
Realisasi rancangan proyek EIS yang telah dibuat pada tahap design,
mulai dibangun pada tahap ini. Desain EIS mengacu pada model EIS Gambar
2.3 dimana EIS akan terinstal di personal computer Eksekutif yang terhubung
dengan database Eksekutif yang berisi data dan informasi yang telah diproses
sebelumnya di dalam database perusahaan terpusat. Data dalam database
perusahaan terpusat berasal dari sumber eksternal, informasi terkini dan
keterangan atau penjelasan yang telah diinput oleh staf perusahaan lewat
personal computer masing-masing. Kemudian informasi ditampilkan dalam
bentuk dashboard.
Untuk mewujudkan database perusahaan terpusat yang berasal dari
beragam sumber tersebut, perlu direalisasikan pembangunan ETL yang sudah
didesain pada stage sebelumnya. Pembangunan ETL menggunakan filtering
tools, operator, dan prosedur. Filter data dan transformasi data bergantung pada
kualitas sumber data. Sumber data bisa berasal dari sebuah file, database,
16
email, internet, atau sumber-sumber non konvensional. Kemudian, meta data
repository dan metadata dictionary serta data access interfaces juga
direalisasikan pada stage ini.
6. Stage 6: Deployment
Setelah selesai dibangun, EIS harus diimplementasi dapat digunakan oleh
Eksekutif. Pada tahap ini tim development mengatur jadwal untuk
implementasi dan pelatihan bagi Eksekutif untuk menggunakan aplikasi EIS.
Dokumentasi akhir dan dukungan teknis disiapkan, sementara proses data
loading dan application setup telah selesai.
7. Release Evaluation
Stage 6 telah dilakukan dengan baik bukan berarti proyek telah berakhir,
namun perlu diadakan evaluasi. Seperti yang telah di katakan oleh Lungu &
Bâra (2005), proses pembangunan bersifat cyclical, yang artinya difokuskan
pada evaluasi dan perbaikan versi berturut-turut sama seperti Gambar 2.4 yang
digambarkan dengan tanda panah melingkar untuk keseluruhan stage. Pada
tahap ini tim development menuliskan laporan evaluasi menyimpulkan sebuah
kesimpulan awal, realisisasi biaya, deskripsi kinerja sistem, dan beberap bagian
yang harus ditingkatkan atau dibangun ulang.
2.4 DATA WAREHOUSE
Turban, Sharda, Delen, & King (2011) mengatakan sebenarnya data
warehouse hanya berisi data historis yang diorganisir dan diringkas sehingga
pengguna dapat dengan mudah melihat atau melakukan manipulasi data dan
17
informasi, namun sekarang beberapa data terkini tersimpan di data warehouse
sehingga dapat menyediakan dukungan keputusan yang real time.
Data warehouse memiliki karakteristik (Turban, Sharda, & Delen, 2011)
sebagai berikut.
a. Berorientasi subjek
Data diatur berdasarkan detil subjeknya, contohnya seperti penjualan, produk,
atau pelanggan dan hanya berisi informasi yang relevan untuk mendukung
pengambilan keputusan.
b. Terintegrasi
Data warehouse harus meletakan data dalam standarisasi format yang
konsisten sehingga perlu dilakukan penamaan dan menggunakan tipe dan
ukuran yang sesuai agar tidak terjadi konflik dan ketidakcocokan dengan isi
data.
c. Time variant (time series)
Sebuah data warehouse menangani data historis, tidak selalu menangani
kebutuhan terkini, kecuali sistem real time. Data historis digunakan untuk
menganalisis tren, deviasi, peramalan dan perbandingan yang semuanya
mengarah kepada pengambilan keputusan.
d. Nonvolatile
Setelah data disimpan dalam sebuah data warehouse, pengguna tidak dapat
mengganti atau mengubah data. Segala perubahan data akan tercatat sebagai
data baru dan data yang sudah tidak terpakai akan dihapus.
18
Karakteristik tambahan bagi sebuah data warehouse adalah:
a. Web based
Data warehouse secara khusus didesain untuk mendukung aplikasi berbasis
web agar dapat menciptakan lingkungan komputasi yang efisien.
b. Relational / multidimensional
Sebuah data warehouse menggunakan struktur relasional atau
multidimensional.
c. Client / server
Sebuah data warehouse menggunakan arsitektur client / server untuk
menyediakan akses yang mudah bagi pengguna.
d. Real time
Data warehouse yang paling baru akan menyediakan real time, atau aktif,
akses data dan kemampuan analisis.
e. Include metadata
Sebuah data warehouse terdiri atas metadata (data tentang data) bagaimana
data diorganisir dan bagaimana menggunakannya dengan efektif.
Ada tiga jenis tipe data warehouse yaitu data mart, operational data
stores (ODS), dan enterprise data warehouse (EDW). Data mart biasanya
digunakan untuk keperluan fungsional, berukuran lebih kecil dan ditujukan untuk
sebuah departemen dalam sebuah organisasi. Berbeda dengan data mart, ODS
biasanya digunakan untuk keperluan bisnis yang sifatnya jangka pendek dan
hanya menyimpan informasi terkini saja. Lain lagi dengan EDW. EDW berukuran
besar dan digunakan lintas perusahaan untuk pengambilan keputusan perusahaan
19
secara keseluruhan. Pada penelitian ini, data warehouse yang sesuai dengan
kebutuhan bisnis SAC adalah data mart.
2.4.1 DATA MART
Menurut Turban, Sharda, & Delen (2011), data warehouse dibangun dari
sekumpulan data mart. Berarti data mart merupakan potongan kecil dari
keseluruhan data warehouse. Data mart dibangun untuk keperluan proses bisnis
tunggal yakni kepada suatu subjek tertentu atau departemen tertentu dalam suatu
organisasi. Contohnya data mart untuk marketing, data mart untuk kegiatan
operasional, dan lainnya.
Data mart bisa dibangun secara dependen atau independen. Data mart
yang dependen dibangun langsung dari data warehouse dengan catatan data
warehouse harus dibangun terlebih dahulu. Keuntungannya adalah terletak pada
penggunaan model data yang konsisten dan kualitas data. Data mart dependen
memastikan pengguna dapat melihat versi data yang sama dengan versi data yang
diakses oleh semua pengguna data warehouse yang lain.
Data mart independen merupakan alternatif lain yang dapat diambil jika
ingin mengeluarkan biaya yang lebih rendah dan skala kecil dari sebuah data
warehouse. Data mart independen adalah gudang data kecil yang didesain untuk
keperluan bisnis strategis atau sebuah departemen. Data mart independen akan
dibangun pada SAC sebagai basis data karena SAC sendiri adalah sebuah
departemen yang ada pada BiNus University.
20
2.4.2 EXTRACT, TRANSFORM, LOAD (ETL)
Gambar 2.5 menunjukkan gambaran proses ETL sederhana yang
mengambil sumber data yang beragam dengan tujuan akhir database BI. Jenis
platform yang ada dari sumber data beragam seperti ini harus dipikirkan pada saat
mendesain ETL. Sangat disarankan desain ETL dilakukan dalam 1 lingkungan
yang sama agar dapat terintegrasi dengan semua model yang ada.
Gambar 2.5 Sumber Data ETL yang Beragam (Moss & Atre, 2003)
Gambar 2.6 berikut menggambarkan proses ETL. Ada tiga langkah yang
dilakukan yakni:
Gambar 2.6 Extract, Transform, dan Load (Kimball & Ross, 2002)
21
a. Extract
Proses ekstrak (extract) sumber data dengan membaca satu atau lebih
database yang ada. Sumber data bisa berasal dari OLTP atau sistem ERP.
b. Transform
Transformasi (transform) data setelah dibaca dilakukan dengan:
• Cleansing atau membersihkan data mentah dari nilai yang tidak
diperlukann, contohnya spasi.
• Combining atau menggabungkan data mentah dari berbagai sumber
kemudian dibandingkan berdasarkan fungsi masing-masing data.
• Standarisasi data mentah agar tidak terdapat data redundan.
• Agregasi data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sesuai dengan
kebutuhan untuk ditampilkan pada dashboard atau laporan.
c. Load
Data yang telah ditransformasi menjadi sederhana dan konsisten disimpan
(load) ke dalam data warehouse atau data mart.
Proses ETL sangat bergantung pada kualitas sumber data. Semakin buruk
kualitas sumber data, maka proses ETL akan semakin lama. Lewat ETL
kompleksitas sumber data dapat disederhanakan.
2.4.3 METADATA
Metadata adalah data tentang data yang menjelaskan struktur data dan
pengertian data dari sebuah data warehouse dan penggunaannya apakah efektif
atau tidak efektif (Turban, Sharda, & Delen, 2011). Metadata bertujuan untuk
22
menyediakan konteks data yang dilaporkan sehingga memperkaya informasi yang
diberikan dan menjadi sebuah pengetahuan.
2.4.4 STAR SCHEMA
Data warehouse didesain dengan konsep model dimensional. Model
dimensional adalah sistem berbasis pencitraan yang mendukung akses query
tingkat tinggi (Turban, Sharda, & Delen, 2011). Model dimensional sendiri
menggunakan konsep model Entity Relationship (ER).
Menurut Connolly & Begg (2009), setiap model dimensional dibangun
dari satu tabel dengan composite primary key, yang disebut tabel fakta, dan
kumpulan tabel kecil lainnya yang disebut tabel dimensi. Setiap dimensi memiliki
satu non-composite primary key yang hanya cocok terhadap satu komponen dari
composite key di tabel fakta. Dengan kata lain, primary key dari tabel fakta
dibangun dari dua atau lebih foreign key. Karakteristik ini disebut sebagai star
schema. Gambar 2.7 menunjukkan contoh sebuah star schema.
23
Gambar 2.7 Star Schema (Connolly & Begg, 2009)
2.5 CRITICAL SUCCESS FACTOR (CSF)
Critical Success Factor (CSF) adalah faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan oleh sebuah perusahaan dalam mencapai visi dan misinya.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa strategis, manajerial, atau operasional yang
semuanya berasal dari tiga sumber yaitu organisasi, industri, dan lingkungan.
Menurut Ward & Peppard (2007), CSF memberikan manfaat sebagai
berikut.
CSF merupakan metode yang paling efektif dalam melibatkan manajemen
senior dalam membangun strategi sistem informasi karena semuanya berakar
dari isu bisnis dan komitmen mereka untuk mengajukan tindakan yang
berkontribusi pada pencapaian di area yang paling penting.
24
CFS menghubungkan proyek sistem informasi dengan objektifnya,
mensejajarkan strategi bisnis dan menyediakan dasar penjualan untuk
mencapai persetujuan tim manajemen tingkat atas.
CSF merupakan katalisator dalam menggali kebutuhan informasi per orang.
Dengan menghubungkan antara objektif dengan kebutuhan informasi, CSF
memainkan peran penting dalam memprioritaskan investasi yang potensial.
CSF penting dalam perencanaan sistem informasi ketika strategi bisnis tidak
ada kemajuan, yaitu dengan menfokuskan perhatian pada aspek paling
penting dari bisnis yang membutuhkan tindakan untuk meningkatkan
performanya.
CSF sangat kuat ketika digunakan bersamaan dengan analisis value chain
dalam mengidentifikasi proses yang paling penting, dan memungkinkan
untuk menujuk secara akurat orang beserta tindakan yang dilakukannya.
Gambar 2.8 Critical Success Factor (Ward & Peppard, 2007)
25
Gambar 2.8 menunjukkan alur sebuah dihasilkan. Pertama dimulai dari
pendifinisian visi perusahaan atau organisasi. Visi ini kemudian diturunkan ke
dalam misi-misi perusahaan atau organisasi. Misi-misi yang telah didefinisikan
dituangkan dalam proses bisnis yang dilakukan dalam perusahaan atau organisasi
sehari-harinya. Dari proses bisnis itulah dapat ditentukan apa yang menjadi faktor
penting penentu keberhasilan pencapaian dari masing-masing proses bisnis
sehingga dapat dikerucutkan lagi menjadi key performance indicator (KPI) yang
dapat menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi yang telah
didefinisikan di awal.
2.6 KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI)
Key Performance Indicator (KPI) adalah sebuah pengukuran yang
berfokus pada aspek-aspek kritis yang mencerminkan performa organisasi demi
kesuksesan organisasi di masa kini dan masa yang akan datang (Parmenter, 2010).
Gambar 2.9 Empat Tipe Pengukuran Performa (Parmenter, 2010)
Gambar 2.9 menunjukkan empat tipe pengkuran performa (Parmenter,
2010):
26
1. Key Result Indicator (KRI): menunjukkan apa yang telah dilakukan pada
CSF. KRI bisa dilihat lewat kepuasan pelanggan, keuntungan bersih sebelum
pajak, keuntungan pelanggan, kepuasan karyawan, return on capital
employed. KRI akan menuntun pada PI.
2. Result Indicator (RI): menunjukkan apa yang telah dilakukan.
3. Performance Indicator (PI): menunjukkan apa yang harus dilakukan. PI
selanjutnya akan menuntun pada KPI.
4. KPI: menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan performa
secara dramatis.
Gambar 2.10 Critical Success Factor (Parmenter, 2010)
CSF dan KPI sangat berkaitan erat bahkan vital. Gambar 2.10
menunjukkan keterkaitan antara CSF dengan KPI, dimana visi / misi / nilai
organisasi diturunkan menjadi strategi per bidang hingga di tiap bidang memiliki
CSF masing-masing yang diturunkan lagi hingga menjadi KPI. Jika CSF tepat
maka akan sangat mudah untuk menemukan KPI kesuksesan organisasi.
27
2.7 ANALISIS STRENGTHS, WEAKNESS,
OPPORTUNITIES, THREATS (SWOT)
Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats)
menurut Rangkuti (2004) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini memaksimalkan kekuatan
(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT disebut sebagai
Analisis Situasi, yang membandingkan faktor eksternal peluang (opportunities)
dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weakness).
Menurut Thompson, Strickland, & Gamble (2005), hal-hal yang dapat
dikategorikan sebagai strengths, weakness, opportunities, dan threats tertuang
pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Bentuk Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats
dalam Perusahaan (Thompson, Strickland, & Gamble, 2005)
Strengths Weakness
Keahlian perusahaan Aset-aset penting milik perusahaan/organisasi baik fisik maupun yang tidak terlihat Sumber daya manusia Kemampuan kompetitif perusahaan Posisi perusahaan yang menguntungkan dalam pasar Kerjasama antar perusahaan dll.
Kurang mampu atau kurang ahli dalam berkompetisi Kurang memiliki aset-aset penting untuk berkompetisi Lemah pada area-area kunci kompetisi dll.
28
Opportunities Threats
Meningkatkan sisi kompetitif perusahaan lewat berbagai strategi agar dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada, dll.
Munculnya teknologi baru Munculnya UU atau peraturan baru Munculnya kompetitor yang kuat Kenaikan suku bunga dll.
2.7.1 INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
DAN EXTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
Instrumen yang digunakan untuk mengukur faktor internal dan faktor
eksternal perusahaan adalah dengan menggunakan pembobotan terhadap
perbandingan antar faktor internal dan perbandingan antar faktor eksternal.
Adapun angka yang digunakan untuk pembobotan:
Angka 3: pengaruhnya sangat besar
Angka 2: pengaruhnya sedang
Angka 1: pengaruhnya sangat kecil
Kemudian untuk masing-masing faktor internal dan eksternal diberikan
rating untuk mengetahui faktor mana yang menjadi faktor utama dan faktor yang
terkecil. Pada faktor internal, angka yang digunakan adalah:
Angka 4: kekuatan utama
Angka 3: kekuatan kecil
Angka 2: kelemahan kecil
Angka 1: kelemahan utama
Sementara untuk faktor eksternal, angka yang digunakan adalah:
Angka 4: peluang utama
29
Angka 3: peluang kecil
Angka 2: ancaman kecil
Angka 1: ancaman utama
Setelah faktor-faktor internal dan eksternal diidentifikasi, langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah memetakan semua faktor-faktor tersebut ke
dalam tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan External Factor
Analysis Summary (EFAS). Faktor-faktor internal dipetakan ke dalam tabel IFAS
sementara faktor-faktor eksternal dipetakan ke dalam EFAS.
Langkah-langkah untuk memetakan faktor-faktor internal ke dalam tabel
IFAS sebagai berikut.
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan
pada kolom pertama.
b. Berikan bobot pada masing-masing faktor dengan menggunakan teknik
perbandingan berpasangan. Tekniknya adalah dengan membandingan dua
alternatif dari faktor internal yang telah ditetapkan sebelumnya dan memilih
salah satunya yang kemudian diberikan bobot dengan angka 1, 2, atau 3
sesuai dengan pengaruhnya. Untuk pemberian bobot dapat dijelaskan sebagai
berikut. Jika alternatif pertama dibandingkan dengan alternatif kedua dan
yang paling berpengaruh adalah alternatif pertama, maka berikan bobot
kepada alternatif pertama sebesar pengaruhnya. Misalnya alternatif pertama
sangat berpengaruh besar, maka alternatif pertama memiliki bobot sebesar
angka 3. Sementara alternatif kedua memiliki bobot satu per bobot alternatif
pertama, yaitu 1/3. Bobot angka 1 hanya diberikan jika alternatif tersebut
dibandingkan dengan dirinya sendiri. Setelah itu jumlahkan bobot
30
berdasarkan kolomnya. Kemudian nilai pada masing-masing kolom dibagi
dengan hasil penjumlahan kolom tersebut. Bobot yang di dapat dari
perhitungan di atas dimasukkan dalam kolom kedua.
c. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan angka 4
(kekuatan utama), 3 (kekuatan kecil), 2 (kelemahan kecil), atau 1 (kelemahan
utama) berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan. Kemudian
masukkan rating tersebut pada kolom ketiga.
d. Kalikan bobot pada kolom kedua dengan rating pada kolom ketiga untuk
memperoleh faktor pembobotan pada kolom keempat.
e. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom keempat untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
internalnya.
Langkah-langkah untuk memetakan faktor-faktor eksternal ke dalam
tabel EFAS sebagai berikut.
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan pada
kolom pertama.
b. Berikan bobot pada masing-masing faktor dengan menggunakan teknik
perbandingan berpasangan. Tekniknya adalah dengan membandingan dua
alternatif dari faktor eksternal yang telah ditetapkan sebelumnya dan memilih
salah satunya yang kemudian diberikan bobot dengan angka 1, 2, atau 3
sesuai dengan pengaruhnya. Untuk pemberian bobot dapat dijelaskan sebagai
berikut. Jika alternatif pertama dibandingkan dengan alternatif kedua dan
yang paling berpengaruh adalah alternatif pertama, maka berikan bobot
31
kepada alternatif pertama sebesar pengaruhnya. Misalnya alternatif pertama
sangat berpengaruh besar, maka alternatif pertama memiliki bobot sebesar
angka 3. Sementara alternatif kedua memiliki bobot satu per bobot alternatif
pertama, yaitu 1/3. Bobot angka 1 hanya diberikan jika alternatif tersebut
dibandingkan dengan dirinya sendiri. Setelah itu jumlahkan bobot
berdasarkan kolomnya. Kemudian nilai pada masing-masing kolom dibagi
dengan hasil penjumlahan kolom tersebut. Bobot yang di dapat dari
perhitungan di atas dimasukkan dalam kolom kedua.
c. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan angka 4
(peluang utama), 3 (peluang kecil), 2 (ancaman kecil), atau 1 (ancaman
utama) berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan. Kemudian
masukkan rating tersebut pada kolom ketiga.
d. Kalikan bobot pada kolom kedua dengan rating pada kolom ketiga untuk
memperoleh faktor pembobotan pada kolom keempat.
e. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom keempat untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya.
2.7.2 STRENGTHS, WEAKNESS, OPPORTUNITIES,
THREATS (SWOT) MATRIX
Angka yang didapatkan dari perhitungan IFAS dan EFAS akan
dimasukan ke dalam diagram analisis SWOT berikut.
32
Gambar 2.11 Diagram Analisis SWOT (Rangkuti, 2004)
Gambar 2.11 adalah diagram analisis SWOT yang terbagi menjadi empat
kuadran, dimana empat kuadran tersebut memiliki pengertian sebagai berikut:
Kuadran 1 : situasi yang menguntungkan perusahaan karena memiliki
peluang (opportunities) dan kekuatan (strength) yang dapat
dimanfaatkan. Strategi yang mendukung kebijakan
pertumbuhan agresif (growth oriented strategy) diterapkan
pada kuadran ini.
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman (threats), perusahaan
masih memiliki kekuatan (strengths) dari segi internal. Strategi
yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan
(strengths) untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi di lain pihak juga menghadapi beberapa
kendala/kelemahan (weakness) internal. Fokus strategi
perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal
33
perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih
baik.
Kuadran 4 : merupakan situasi yang tidak menguntungkan perusahaan
karena menghadapi berbagai ancaman (threats) dan kelemahan
(weakness) internal.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil IFAS dan EFAS dengan
menggunakan matriks SWOT (Gambar 2.12). Matriks SWOT digunakan untuk
menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini menggambarkan
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat
menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis.
Gambar 2.12 Matriks SWOT
(https://isc.sans.edu/diary/SWOT+matrix+for+describing+security+posture/493
9)
34
Dari diagram tersebut dapat dilakukan kombinasi antara faktor internal
dan faktor eksternal untuk saling melengkapi dan memperkecil kelemahan satu
sama lain. berikut adalah kombinasi strategi untuk analisis SWOT.
a. Strategi SO
Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (strength) dan faktor
eksternal (opportunity). Strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (strength) dan faktor
eksternal (threat). Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi segala ancaman yang datang dari luar
perusahaan.
c. Strategi WO
Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (weakness) dan faktor
eksternal (opportunity). Strategi ini memanfaatkan peluang yang ada untuk
mengurangi kelemahan perusahaan.
d. Strategi WT
Strategi ini merupakan gabungan dari faktor internal (wekaness) dan faktor
eksternal (threat). Strategi ini bersifat defensive dan berusaha untuk
menghindari kemungkinan adanya ancaman dari luar untuk mengurangi
kelemahan yang dimiliki perusahaan.
35
2.7.3 INTERNAL EXTERNAL (IE) MATRIX
Matriks IE (Gambar 2.13) didasari pada rata-rata faktor internal pada
sumbu x dan rata-rata faktor eksternal pada sumbu y.
Gambar 2.13 Internal External Matrix (David, 2011)
Pada sumbu x dan y, rata-rata faktor diberikan range sebagai berikut.
1,0 – 1,99: rendah
2,0 – 2,99: sedang
3,0 – 4,00: tinggi
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang memiliki dampak
yang berbeda.
Sel I, II, IV: disebut tumbuh dan berkembang. Strategi intensif (penetrasi
pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif
(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan pengembangan produk) adalah
strategi yang sesuai untuk perusahaan. Organisasi yang sukses dapat
mencapai portfolio bisnis yang diposisikan dalam atau di sekitar sel I dalam
matriks.
36
Sel III, V, VII: adalah terbaik dapat dikelola dengan strategi jaga dan
pertahankan. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan strategi
yang paling banyak digunakan untuk tipe-tipe perusahaan ini.
Sel VI, VIII, IX: adalah tuai atau divestasi.
2.8 TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) adalah sebuah model yang
menjelaskan dan memprediksi bagaimana seorang pengguna menerima dan
menggunakan sebuah teknologi. Ada dua faktor yang diyakini mempengaruhi
pengguna untuk menggunakan atau tidak menggunakan suatu teknologi yaitu
perceived usefulness dan perceived ease of use, dimana perceived ease of use
memiliki pengaruh langsung terhadap perceived userfulness.
Gambar 2.14 menunjukkan TAM. External Variables adalah faktor
eksternal yang mempengaruhi Perceived Usefulness (U) dan Perceived Ease of
Use (E), contohnya training penggunaan sistem, proses implementasi sistem,
keterlibatan pengguna dalam pengembangan sistem, dokumentasi, support dari
konsultan dan lain sebagainya. Perceived Usefulness (U) adalah tingkat
kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan sistem khusus akan
meningkatkan perfoma kerjanya sehingga secara otomatis orang tersebut pasti
akan menggunakan sistem untuk seterusnya. Hal ini menunjukkan Perceived
Usefulness (U) berpengaruh langsung pada Behavioral Intention to Use (BI).
37
Gambar 2.14 Technology Acceptance Model (TAM) (Chuttur, 2009)
Perceived Ease of Use (E) adalah tingkat dimana seseorang percaya bahwa
dengan menggunakan sistem khusus dapat mengurangi usaha yang diperlukan,
baik secara fisik maupun psikis, dalam menyelesaikan pekerjaannya. Perceived
Usefulness (U) dan Perceived Ease of Use (E) mempengaruhi Attitude Toward
Using (A), yakni tingkat dimana seseorang merasa suatu sistem dapat
memberikan dampak positif dalam pekerjaan karena dengan menggunakan suatu
sistem dapat meningkatkan kinerjanya (Perceived Usefulness (U)) dan
mengurangi usaha dalam menyelesaikan pekerjaan (Perceived Ease of Use (E)).
Hal ini selanjutnya mempengaruhi faktor Behavioral Intention to Use (BI)
sehingga akan timbul keinginan untuk terus menggunakan sistem.
Behavioral Intention to Use (BI) adalah tingkatan seseorang mempunyai
keinginan untuk terus menggunakan suatu sistem. Bila seseorang mempunyai
keinginan untuk terus menggunakan suatu sistem maka sistem tersebut akan terus
dipakai dalam pekerjaannya. Kemudian Actual System Use adalah aktual
penggunaan sistem oleh pengguna.
38
2.9 UNIFIED MODELING LANGUANGE (UML) 2.9.1 USE CASE
Use case menjelaskan perspektif pengguna terhadap fungsionalitas
sebuah sistem (Bennett, McRobb, & Farmer, 2006). Use case direpresentasikan
secara grafis dalam use case diagram. Gambar 2.15 menunjukkan notasi yang
digunakan dalam use case diagram dan Gambar 2.16 menunjukkan sebuah contoh
sederhana use case diagram.
Gambar 2.15 Notasi Use Case
39
Gambar 2.16 Contoh Use Case Diagram (Bennett, McRobb, & Farmer, 2006)
2.9.2 CLASS DIAGRAM
Class diagram adalah sebuah diagram struktur UML yang
menggambarkan hubungan antar objek dalam sebuah sistem. Objek ini
digambarkan dengan sebuah kelas dengan atribut-atribut dan operasi-operasinya.
Gambar 2.17 menunjukkan notasi yang digunakan dalam class diagram dan
Gambar 2.18 menunjukkan contoh sederhana dari sebuah class diagram.
Gambar 2.17 Notasi Class Diagram
40
Gambar 2.18 Contoh Class Diagram (Bennett, McRobb, & Farmer, 2006)
2.9.3 SEQUENCE DIAGRAM
Menurut Bennett, McRobb, & Farmer (2006), sequence diagram atau
disebut juga interaction sequence diagram menunjukkan sebuah interkasi antar
objek yang diatur dalam sebuah rangkaian waktu. Sequence diagram dapat
digambarkan dalam level detil yang berbeda dan tujuan yang berbeda pada
beberapa tahap pembangunan yang bersifat lifecycle. Gambar 2.19 menunjukkan
notasi yang biasa diguanakan dalam sequence diagram dan Gambar 2.20
menunjukkan contoh sederhana sebuah sequence diagram.
41
Gambar 2.19 Notasi Sequence Diagram
Gambar 2.20 Contoh Sequence Diagram (Bennett, McRobb, & Farmer, 2006)
2.10 NAVIGATION DIAGRAM
Navigation diagram merupakan jenis diagram yang berfokus pada
tampilan tatap muka pengguna secara keseluruhan. Navigation diagram
menunjukkan window apa saja yang ada pada sebuah aplikasi dan menunjukkan
transisi perpindahan antar window. Gambar 2.21 berikut menunjukkan notasi yang
digunakan dalam navigation diagram.
42
Gambar 2.21 Notasi Navigation Diagram (Mathiassen, Munk-Madsen, Nielsen, &
Stage, 2000)
Gambar 2.22 Contoh Navigation Diagram (Mathiassen, Munk-Madsen,
Nielsen, & Stage, 2000)
Gambar 2.22 menunjukkan contoh navigation diagram. Window
direpresentasikan sebagai sebuah kondisi yang memiliki nama dan terdiri atas
sebuah icon yang merupakan screen shot dari aplikasi yang diperkecil. Transisi
window menunjukkan tindakan pengguna jika ingin mengaktifkan window yang
lain. (Mathiassen, Munk-Madsen, Nielsen, & Stage, 2000)
43
2.11 STORYBOARD
Desain diperlukan untuk merealisasikan ide dan konsep awal sebuah
proyek. Desain penting sebagai titik awal pembangunan proyek agar dapat
diwujudkan menjadi nyata. Storyboard dapat digunakan untuk membuat sebuah
desain sebuah proyek. Storyboard atau disebut juga sebagai outline grafis yang
mampu menjelaskan proyek secara detil menggunakan kata-kata dan sketsa untuk
setiap gambar, suara, dan pilihan navigasi yang ada pada tampilan layar hingga
penentuan warna dan bayangan secara spesifik, isi teks, atribut dan font, bentuk
tombol, gaya, respon, dan perubahan suara (Vaughan, 2011).
Saat pertama membuat desain, biasanya pengguna atau klien yang akan
melakukan pendekatan terlebih dahulu guna untuk mengontrol proses produksi
dan biaya pengerjaan. Kemudian selanjutnya akan terus dilakukan review dan
pemberian umpan balik agar sesuai dengan kebutuhan pengguna / klien. Di sini
akan terjadi banyak proses revisi dan iterasi agar didapatkan hasil yang
memuaskan sehingga nantinya akan mempermudah proses pembangunan proyek
hingga akhir. Semakin jelas desainnya maka akan semakin baik dan semakin
mudah proses pengerjaan proyek hingga menjadi sebuah produk siap pakai.