32
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika dapat dibagi menjadi beberapa pengertian dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. II. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi akuntansi ? 1

6. Etika Profesi Akuntansi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Etika Profesi Akuntansi,IFAC kode of ethics

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia

sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika dapat dibagi menjadi beberapa

pengertian dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika

profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang

memerlukan. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan

pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan.

Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan

landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk

berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu

pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses

sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.

II. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi akuntansi ?

2. Apa saja jenis-jenis kode etik yang ada di dalam etika profesi akuntansi ?

III. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai etika profesi akuntansi.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis kode etik yang ada di dalam etika profesi akuntansi.

1

BAB II

PEMBAHASAN

Etika profesi akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan

buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang

membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.

Dalam perkembangan Profesi Akuntan dibagi menjadi empat fase:

a. Akuntan Publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada

akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk

memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit

khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa

kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.

b. Akuntan Pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah seperti

di departemen, BPKP dan BPK, Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain.

c. Akuntan Pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi yaitu

mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan penelitian di

bidang akuntansi.

d. Akuntan Manajemen adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau

organisasi. Tugas yang dikerjakan adalah penyusunan sistem akuntansi, penyusunan

laporan akuntansi kepada pihak intern maupun ekstern perusahaan, penyusunan

anggaran, menangani masalah perpajakan dan melakukan pemeriksaan intern.

Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut:

1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam

melaksanakan  keprofesiannya.

2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam

profesi itu.

3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat atau pemerintah.

4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.

5. Bekerja bukan dengan motif  komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai

kepercayaan masyarakat.

2

KODE ETIK IFAC

IFAC (International Federation of Accountans) adalah organisasi global untuk profesi

akuntansi. IFAC berkomitmen untuk melindungi kepentingan umum dengan mengembangkan

standar internasional menjadi berkualitas tinggi, mempromosikan nilai-nilai etika secara

intensive, mendorong kualitas prakteknya dan mendukung pembangunan di segala bidang

profesi di seluruh dunia.

Misi dari International Federation of Accountants (IFAC) sesuai dengan konstitusinya

adalah membangun dan meningkatan profesi akuntansi di segala bidang selaras dengan standard,

mampu menyediakan pelayanan berkualitas tinggi secara konsisten bagi kepentingan publik.

Dalam pencapaian misi tersebut, IFAC membentuk sebuah komite etika IFAC, untuk

menciptakan dan menerbitkan dengan kewenangannya standar-standar etika berkualitas tinggi

dan pernyatan- pernyataan lainnya bagi profesi akuntan untuk digunakan diseluruh dunia. Kode

etik ini menetapkan persyaratan etika bagi profesi akuntan. 

Kode Etik ini meliputi dalam tiga bagian. Bagian A adalah bagian yang menetapkan

prinsip-prinsip dasar etika untuk akuntan dan menyediakan kerangka kerja konseptual untuk

menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Kerangka kerja konseptual menyediakan petunjuk dasar

tentang etika. Akuntan diminta untuk menerapkan kerangka kerja konseptual guna

mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan prinsip-prinsip dasar etika, untuk mengevaluasi

pengaruh signifikan dari ancaman-ancaman itu dan menerapkan perlindungan untuk mengurangi

ancaman-ancaman itu hingga ke tingkat yang dapat diterima. Bagian B dan C menggambarkan

bagaimana kerangka kerja konseptual diterapkan dalam situasi khusus. Kerangka kerja

konseptual mengandung contoh penjagaan keamanan yang mungkin cocok guna mengarahkan

ancaman-ancaman untuk patuh terhadap prinsip-prinsip dasar, dan juga mengandung contoh

situasi dimana penjagaan keamanan tidak tersedia, sehingga tercipta ancaman-ancaman yang

seharusnya bisa dihindari.

Bagian B diterapkan profesi akuntan dalam praktek untuk kepentingan publik. Bagian C

diterapkan profesi akuntan dalam praktek untuk dunia bisnis. Dalam praktek profesi akuntan

untuk kepentingan publik mungkin juga ditemukan tuntunan kode etik bagian C yang relevan

dengan kondisi mereka sebenarnya.

3

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC ada 5 bagian yaitu :

1. Integritas.

Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan

bisnis dan profesionalnya.

2. Objektivitas.

Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias, konflik

kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga mengesampingkan

pertimbangan bisnis dan profesional.

3. Kompetensi profesional dan kehati-hatian.

Seorang akuntan professional mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan

keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang dipelukan untuk

menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten yang

didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini. Seorang akuntan

profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar profesional harus

bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar professional dan teknik yang berlaku

dalam memberikan jasa profesional.

4. Kerahasiaan.

Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan informasi yang

diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh

mengungkapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan

spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk

mengungkapkannya.

5. Perilaku profesional.

Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang

relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

KODE ETIK IAI

Kode etik yang ditetapkan oleh Institusi Akuntan lokal seharusnya relevan dengan kode

etik profesi akuntan yang ditetapkan oleh IFAC. Landasan dasar kode etik yang ditetapkan IAI

(Ikatan Akuntan Indonesia) menekankan pada pentingnya prinsip etika bagi akuntan, artinya;

4

1. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi

anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan

melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan.

2. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan

profesi akan tanggung-jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip

ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan

landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen

untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.

Kode etik IAI memuat delapan prinsip etika sebagai berikut:

1. Tanggungjawab profesi

2. Kepentingan publik

3. Integritas

4. Objektifitas

5. Kompetensi dan kehati-hatian professional

6. Kerahasiaan

7. perilaku professional

8. Standar teknis.

Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa IAI dalam menetapkan kode etik

akuntan di Indonesia berpedoman atau mengadopsi sebagian dari kode etik yang ditetapkan

IFAC, sehingga Kode etik IAI sudah relevan dengan Kode etik IFAC. Secara keseluruhan

komposisi Kode etik IAI terdiri dari;

1.        Prinsip Etika

2.        Aturan Etika

3.        Interpretasi Aturan Etika

KODE ETIK IAPI

Insitut Akuntan Publik Indonesia adalah organisasi profesi akuntan publik di Indonesia.

IAPI berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan

standar professional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan

berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia. Salah satu hal yang membedakan profesi

akuntan publik dengan profesi lainnya adalah tanggung jawab profesi akuntan publik dalam

5

melindungi kepentingan publik. Oleh karena itu, tanggung jawab profesi akuntan publik tidak

hanya terbatas pada kepentingan klien atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan

publik, para pelaku profesi akuntan publik harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip

dasar dan aturan etika profesi yang diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Kode etik ini

terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan bagian B.

Bagian A

Bagian A memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka konseptual

untuk penerapan prinsip. Prinsip Dasar yang disajikan dalam Bagian A terdiri dari 5 prinsip,

yaitu Integritas, Objektivitas, Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, Kerahasiaan, dan

Perilaku Profesional.

1. Prinsip Integritas

a. Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan

profesional dan hubungan bisnisnya.

b. Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikasi, atau informasi lainnya yang

diyakininya terdapat kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan,

pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati, dam penghilangan atau

penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang seharusnya diungkapkan.

2. Prinsip Objektivitas

a. Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas,

benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi

pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.

b. Praktisi mungkin dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya.

Karena beragamnya situasi tersebut, tidak mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi

tersebut. Setiap praktisi harus menghindari setiap hubungan yang bersifat subjektif atau

yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan

profesionalnya.

3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional

a. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan

setiap praktisi untuk memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan

untuk menjamin pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi

kerja, dan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan

6

standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa

profesionalnya.

b. Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat

dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional.

c. Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan pemahaman yang

berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang

relevan. Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan

untuk meningkatkan dan memelihara kemampuan praktisi agar dapat melaksanakan

pekerjaannya secara kompeten dalam lingkungan profesional.

d. Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk

bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu, sesuai dengan

persyaratan penugasan.

e. Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi

mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.

f. Bila dipandang perlu, praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang

diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk

menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa

profesional yang diberikan.

4. Prinsip Kerahasiaan

Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan

sebagai berikut:

a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional

dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa

adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkannya sesuai

dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku; dan

b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan

hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.

5. Prinsip Perilaku Profesional

Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap

ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat

mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan

7

terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki

pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi

profesi.

Bagian B

Bagian B memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai penerapan

kerangka konseptual pada situasi tertentu.

1. Ancaman dan Pencegahan

Ancaman

Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi.

Ancaman-ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Ancaman kepentingan pribadi, seperti kepentingan keuangan pada klien,

ketergantungan yang signifikan atas jumlah imbalan jasa professional yang

diperoleh dari suatu klien, kekhawatiran atas kemungkinan kehilangan klien,

b. Ancaman telaah pribadi, seperti penemuan kesalahan yang signifikan ketika

dilakukan pengevaluasian kembali hasil pekerjaan praktisi,

c. Ancaman advokasi, seperti mempromosikan saham suatu entitas yang efeknya

tercatat di bursa (emiten) yang merupakan klien audit laporan keuangan,

d. Ancaman kedekatan seperti anggota tim perikatan merupakan anggota keluarga

langsung atau anggota keluarga dekat dari direktur atau pejabat klien, dan

e. Ancaman intimidasi, seperti ancaman atas pemutusan perikatan atau penggantian

tim perikatan.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke

tingkat yang dapat diterima dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan

b. Pencegahan dalam lingkungan kerja, mencakup pencegahan pada tingkat institusi

dan pada tingkat perikatan.

Pencegahan pada tingkat institusi contohnya:

Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang menekankan pentingnya kepatuhan pada

prinsip dasar etika profesi.

8

Kepemimpinan KAP atau Jaringan KAP yang memastikan terjaganya tindakan untuk

melindungi kepentingan publik oleh anggota tim assurance.

Kebijakan dan prosedur untuk menerapkan dan memantau pengendalian mutu

Perikatan

Kebijakan dan prosedur internal yang terdokumentasi yang memastikan terjaganya

kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.

Penunjukan seorang anggota manajemen senior untuk bertanggung jawab atas

pengawasan kecukupan fungsi sistem pengendalian mutu KAP atau Jaringan KAP.

Kebijakan dan prosedur yang mendorong dan memotivasi staf untuk berkomunikasi

dengan pejabat senior KAP atau Jaringan KAP mengenai setiap isu yang terkait dengan

kepatuhan pada prisip dasar etika profesi yang menjadi perhatiannya.

Pencegahan pada tingkat perikatan contohnya:

Melibatkan praktisi lainnya untuk menelaah hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau untuk

memberikan saran yang diperlukan.

Melakukan konsultasi dengan pihak ketiga yang independen, seperti komisaris independen,

organisasi profesi, atau praktisi lainnya.

Mendiskusikan isu-isu etika profesi dengan pejabat klien yang bertanggung jawab atas tata

kelola perusahaan.

2.      Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP

Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan potensi

terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan oleh

diterimanya klien tersebut. Ancaman potensial terhadap integritas atau perilaku profesional

antara lain dapat terjadi dari isu-isu yang dapat dipertanyakan yang terkait dengan klien (pemilik,

manajemen, atau aktivitasnya). Setiap praktisi hanya boleh memberikan jasa profesionalnya jika

memiliki kompetensi untuk melaksanakan perikatan tersebut. Sebelum menerima perikatan,

setiap praktisi harus mempertimbangkan setiap ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar

etika profesi yang dapat terjadi dari diterimanya perikatan tersebut.

9

3.      Benturan Kepentingan

Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk

mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, karena situasi

tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.

Ancaman terhadap objektivitas atau kerahasiaan dapat terjadi ketika praktisi memberikan jasa

profesional untuk klien-klien yang kepentingannya saling berbenturan atau kepada klien-klien

yang sedang saling berselisih dalam suatu masalah atau transaksi.

4.      Pendapat kedua

Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi

diminta untuk memberikan pendapat kedua (second opinions) mengenai penerapan akuntansi,

auditing, pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau

untuk kepentingan, pihak-pihak selain klien. Signifikansi ancaman akan tergantung dari kondisi

yang melingkupi permintaan pendapat kedua, serta seluruh fakta dan asumsi lain yang tersedia

yang terkait dengan pendapat profesional yang diberikan.

5.      Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya

Dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan, praktisi dapat

mengusulkan jumlah imbalan jasa profesional yang dipandang sesuai. Fakta terjadinya jumlah

imbalan jasa profesional yang diusulkan oleh praktisi yang satu lebih rendah dari praktisi yang

lain bukan merupakan pelanggaran terhadap kode etik profesi. Akan tetapi, ancaman terhadap

kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat saja terjadi dari besaran imbalan jasa

profesional yang diusulkan.

6.      Pemasaran Jasa Profesional

Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terjadi ketika praktisi

mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi tidak

boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya. Mereka juga harus

bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan seperti pembuat pernyataan yang

berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau

10

pengalaman yang telah diperoleh atau membuat pernyataaan yang merendahkan atau melakukan

perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.

7.      Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya

Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya mungkin saja

ditawari suatu hadiah atau bentuk keramahtamahan lainnya (hospitality) oleh klien. Penerimaan

pemberian tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika

profesi terutama dalam hal objektifitas praktisi.

8.      Penyimpanan Aset Milik Klien

Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau aset

lainnya milik klien, kecuali jika diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku dan jika

demikian, praktisi wajib menyimpan aset tersebut sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

9.      Objektivitas Semua Jasa Profesional

Setiap praktisi harus mempertimbangkan ada tidaknya ancaman terhadap kepatuhan pada

prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan

dengan, klien maupun direktur, pejabat, atau karyawannya. Sebagai contoh, ancaman kedekatan

terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas dapat terjadi dari hubungan keluarga,

hubungan kedekatan pribadi, atau hubungan bisnis.

10.  Independensi dalam Perikatan Assurance

Dalam melaksanakan perikatan assurance, Kode Etik ini mewajibkan anggota tim

assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap independen terhadap klien

assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik.

KODE ETIK IAMI

IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang

menguraikan tentang standar perilakuk etis akuntan manajemen. Standar tersebut adalah sebagai

berikut:

11

1.      Kompetensi

Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk

a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus menerus

mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.

b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar

teknis yang berlaku

c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jelas setelah melakukan analisis

yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat dipercaya

2.      Kerahasiaan

Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:

a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan dengan

tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum

b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan dengan

tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut

c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-tugasnya

untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga.

3.      Integritas

Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:

a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan semua

pihak terhadap potensi konflik

b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan

terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis

c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi

mereka dalam bertugas.

d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi organisasi dan

tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif

e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala lainnya

yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab atau kinerja sukses

dari suatu aktivitas

f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini

professional Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi.

12

4.      Objektivitas

Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:

a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif.

b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan mempengaruhi pemahaman

pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang dikeluarkan.

5.      Resolusi konfik etika

Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan manajemen harus mengiuti

kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi konflik. Jika kebijakan ini tidak

menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen harus mempertimbangkan tindakan berikut

ini:

a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu

melibatkan atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan secepatnya

kepada jenjang yang lebih tinggi berikutnya.

b. Jika resolusi akhir yang memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah

diungkapkan, sampaikan masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih tinggi.

c. Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau setingkat

wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti komite

audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik. Berhubungan

dengan jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan

atasan.

d. Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan seorang

penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan yang mungkin

dilakukan

e. Jika konflik ektika masih ada setelah dilakukan tinjauan terhadapa semua jenjang,

akuntan manajemen mungkin tidak mempunyai jalan lain kecuali mengundurkan diri

dari organisasi dan memberikan memo yang informatif kepada perwakilan organisasi

yang ditunjuk.. Kecuali jika diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah

tersebut kepada berbagai otoritas atau individu yang tidak ada hubungan dengan

organisasi bukanlah pertimbangan yang tepat.

13

KODE ETIK IAI KASP

Untuk akuntansi sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh

prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku

etis tersebut.

1)      Prinsip Dasar Perilaku Etis Auditor

1. Integritas

Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung

tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat

dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya.

2. Objektivitas

Auditor yang objektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi

profesinya dapat dipertahankan atau dengan kata lain, auditor mengambil keputusan

berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau berdasarkan

pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang lain.

3.  Kompetensi dan Kehati-hatian

Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat melakukan suatu

audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan tenaga ahli

yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan. Untuk itu auditor

harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang

diperlukan untuk memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima

manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan, dan teknik

yang terbaru.

4. Kerahasiaan

Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam

melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara

terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu auditor

harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya, kecuali adanya

kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus

dijaga sampai kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.

14

5. Ketepatan Bertindak

Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan reputasi profesi

serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap tindakan yang dapat

mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor profesional.

6.  Standar Teknis dan Profesional

Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang

meliputi standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi audit publik, terdapat

juga standar audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi para auditornya, termasuk aturan

perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja.

2)      Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP

1. Good Governance

Auditor diharapkan mendukung penerapan good governance pada organisasi atau

instansi tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut: tidak mementingkan diri

sendiri, integritas, objektivitas, akuntabilitas, keterbukaan, kejujuran, kepemimpinan.

2.   Pertentangan Kepentingan

Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan adanya

pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik, seperti:

a. Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja,

b. Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi,

c. Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar,

d. Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang bertentangan dengan

kepatuhan atas standar profesi,

e. Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan instansinya,

f. Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban instansi tempat ia

bekerja atau auditee.

3)      Fasilitas dan Hadiah

Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki atau akan

memiliki hubungan kontraktual dengannya dengan mengacu dan memperhatikan seluruh

15

peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi, dengan melakukan tindakan-

tindakan berikut:

a. Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang normal dan masuk akal,

artinya auditor juga akan menerima hal yang sama pada instansi tempat ia bekerja apabila ia

melakukan hal yang sama.

b. Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi masyarakat bahwa

auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.

c. Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang diterima maupun yang

ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.

d. Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.

4) Pemberlakuan Aturan Etika Bagi Auditor yang Bekerja di Luar Negeri

Pada dasarnya auditor harus menerapkan aturan yang paling keras apabila auditor

dihadapkan pada dua aturan berbeda yang berlaku ketika ia bekerja di luar negeri, yaitu

aturan etika profesinya di Indonesia dan aturan etika yang berlaku di luar negeri.

Sarbanes Oxley Act

Sarbanes - Oxley Act, biasa disebut SOX, SOA atau Sarbox, bertujuan untuk

mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-

perusahaan besar di Amerika. Undang-undang Sarbox berlaku sejak 2002 pada perusahaan

publik yang terdaftar di SEC. Di dalam Sarbox terdapat etika profesi yang mengatur akuntan

untuk bekerja, diantaranya:

1. SOX mendasari dibentuknya PCAOB (Public Company Accounting Oversights Board).

PCAOB bertugas menetapkan standar audit bagi auditor eksternal perusahaan publik

yang terdaftar di SEC. Standar audit tersebut meliputi standar etika dan independensi,

supervisi, rekrutmen dan pengembangan audit staff, dan penerimaan klien baru atau

berkelanjutan (client acceptance and continuation). PCAOB juga melakukan fungsi

pengawasan apakah akuntan publik sudah mematuhi standar audit. Fungsi pengawasan itu

termasuk melakukan investigasi, menjatuhkan sanksi pencabutan izin akuntan publik, dll.

Jadi dengan adanya Sarbox ini maka kode etik akuntan terjamin kualitasnya, karena sudah

memenuhi standar yang berlaku.

16

2.   Tanggung jawab perusahaan

Sarbox mewajibkan perusahaan untuk mempunyai komite audit independen yang

bertugas melakukan seleksi, menentukan kompensasi, dan mengawasi auditor eksternal (SOX

Section 301).

SOX mengatur mengenai perlindungan whistle blower dengan mengenakan sanksi kriminal

atas perusahaan yang menghukum whistle blower dengan cara apapun. Definisi atau

pengertian whistle blower adalah orang yang melaporkan terjadinya fraud, korupsi, mis-

manajemen, dan lain lain dalam perusahaan.

Apabila ada seseorang yang dengan sengaja menghancurkan, mengubah, atau

menyembunyikan dokumen apapun untuk mencegahnya digunakan dalam pengadilan, dapat

dikenakan sanksi kriminal (SOX Section 1102).

3. Tanggung jawab auditor eksternal

Auditor eksternal harus memberikan informasi pada komite audit mengenai kebijakan

akuntansi yang diterapkan oleh manajemen perusahaan (SOX Section 204). Partner auditor

eksternal yang memimpin pelaksanaan audit dan melakukan review audit harus berganti

setiap 5 tahun sekali (SOX Section 203).

SOX melarang auditor eksternal memberikan jasa non-audit tertentu untuk klien

auditnya, misalnya jasa akuntansi, desain/implementasi sistem informasi keuangan,

penilaian (appraisal), internal audit outsourcing, investment banking, broker, dan

sebagainya (SOX Section 201).

Dalam SOX, auditor diharuskan memeriksa sistem internal control perusahaan dan

mengevaluasi apakah sistem tersebut dapat mendukung informasi laporan keuangan yang

reliable. Auditor kemudian mengeluarkan opini mengenai sistem internal control tersebut

(SOX Section 404).

Eksternal auditor harus independen dari manajemen perusahaan yang diaudit, baik secara

kelihatannya (in appearance) ataupun pada kenyataannya (in fact). Karena itu, dalam SOX

diatur bahwa CEO, CFO, dan Chief Accounting Officer suatu perusahaan tidak boleh pernah

bekerja sebagai auditor eksternal perusahaan itu sampai sudah lewat satu tahun sebelumnya.

SOX juga melarang perusahaan untuk merekrut karyawan dari eksternal auditornya (SOX

Section 206).

17

PMK No. 17/2008

Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, apabila masa pembekuan

tersebut telah berakhir dan akan memberikan jasanya kembali, wajib mengajukan permohonan

persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat

untuk memberikan jasa dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Mengikuti PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 huruf a

b. Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk

(KTP) atau bukti lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

c.  Tidak pernah mengundurkan diri dari keanggotaan IAPI

d.  Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Persetujuan untuk Memberikan Jasa

Kembali bagi Akuntan Publik yang Dikenakan Sanksi Pembekuan Izin, membuat surat

pernyataan tidak merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat

pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah

benar dengan menggunakan Lampiran IV sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri

Keuangan ini.

Akuntan Publik yang dikenakan sanksi pembekuan izin, dilarang memberikan jasa

sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 sebelum mendapatkan persetujuan untuk memberikan jasa

kembali oleh Menteri.

Akuntan Publik wajib menandatangani Laporan Auditor Independen dan/atau laporan hasil

pemberian jasa lainnya dengan mencantumkan Nomor Izin Akuntan Publik (NIAP) dan Nomor

Izin Usaha KAP yang bersangkutan.

Akuntan Publik yang menjalani masa penghentian pemberian jasa Akuntan Publik untuk

sementara waktu atas permintaan sendiri dilarang menjadi Pemimpin Rekan atau Pemimpin

Cabang KAP. Akuntan Publik yang sedang menjalani masa penghentian pemberian jasa untuk

sementara waktu atas permintaan sendiri, tetap wajib mengikuti Pendidikan Profesional

Berkelanjutan (PPL) sebanyak 30 (tiga puluh) Satuan Kredit PPL (SKP) dengan paling sedikit 15

(lima belas) SKP diantaranya di bidang auditing dan akuntansi untuk periode 1 (satu) tahun

sebelum berakhirnya masa penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu.

Akuntan Publik bertanggung jawab atas Laporan Auditor Independen dan Kertas Kerja

dari Akuntan Publik yang bersangkutan selama 10 (sepuluh) tahun. Akuntan Publik dan/atau

KAP wajib memelihara Laporan Auditor Independen, Kertas Kerja dari Akuntan Publik yang

18

bersangkutan, dan dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan pemberian jasa selama 10

(sepuluh) tahun.

Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mencantumkan namanya pada dokumen atau

komunikasi tertulis yang memuat laporan keuangan atau bagian-bagian dari suatu laporan

keuangan, kecuali Akuntan Publik dan/atau KAP yang bersangkutan telah melakukan audit atau

kompilasi atau review atas laporan keuangan atau bagian-bagian dari laporan keuangan

dimaksud.

19

BAB III

KESIMPULAN

Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus

dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa

sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan

yang tidak profesional. Dan perbedaan dari setiap kode etik suatu profesi setiap etika profesi

mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur etika

profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik

tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik akan diperiksa oleh majelis

kode etik dari setiap profesi tersebut.

Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, setiap profesi menerapkan standar

mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota

profesinya. Sama halnya dengan profesional lainnya, akuntan publik juga mempunyai kode etik

profesi. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan

yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia.

Akuntan professional harus mengembangkan penilaian, nilai-nilai dan karakter yang

dapat merangkul ekspektasi publik, yang tidak dapat dipisahkan dalam akuntabilitas yang

berorientasi pada pemangku kepentingan dan kerangka tata kelola.  Kode etik diperbaharui agar

menjadi pedoman yang lebih baik bagi akuntan professional dan memastikan bahwa kepentingan

pribadi yang tak tertahankan, bias, dan/atau kesalah pahaman tidak mengaburkan cara berfikir

independen akuntan professional atau memunculkan kecenderungan berkurangnya independensi

dari akuntan professional

20

Daftar Pustaka

http://denyil.wordpress.com/2013/11/13/tugas-5-kode-etika-profesi-akuntansi-2/

http://fernando-sitohang.blogspot.com/2012/10/kode-etik-profesi-akuntansi.html

http://kartikaside.blogspot.com/2011/08/sarbanes-oxley-act-sox-apa-itu.html

21