70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    1/48

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-

    2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena

    kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO,juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya

    adalah remaja atau dewasa muda.

    Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan

    kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang akanmengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas.

    Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar

    fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan tentara dapat pulaterjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang

    berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakit

    Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang normal

    hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.

    1

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    2/48

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 FRAKTUR

    2.1.1 Definisi

    Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa

    komplet atau inkomplet

    Diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur jaringan tulang atau tulang rawan yang

    umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung. Akibat darisuatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan dan arahnya

    trauma ( Apley & Solomon, 1993; Rasjad, 1998; Armis, 2002).

    Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya

    tertembus maka disebut fraktur terbuka.

    Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dankerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang akanmengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas.

    Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar

    fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan tentara dapat pulaterjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang

    berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakit

    Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang normalhal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.

    2.1.1 Klasifikasi

    A. Menurut Penyebab terjadinya

    Faktur Traumatik : direct atau indirect

    Fraktur Fatik atau Stress : kerusakan tulang karena kelemahan yang terjadi sudah

    berulang-ulang ada tekanan berlebihan yang tidak lazim.

    Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd olahragawan

    2

    http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    3/48

    Fraktur patologis : karena adanya penyakit local pada tulang, maka kekerasa

    yang ringan saja pada bagian tersebut sudah dapat menyebabkan fraktur. Contoh :

    osteoporosis dll.

    B. Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya

    Fraktur Tertutup/ Closed/ Fraktur Simplex : Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen

    tulang dengan dunia luar, atau patahan tulang tidak mempunyai hubungan dengan udara

    terbuka.

    Fraktur Terbuka/ Open : Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar

    karena adanya perlukaan di kulit. Kulit robek dapat berasal dari dalam karena fragmen

    tulang yang menembus kulit atau karena kekerasan yang berlangsung dari luar.

    Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh darah, saraf, organ visera dan persendian

    juga ikut terkena. Fraktur seperti ini dapat berbentuk fraktur tertutup atau fraktur

    terbuka. Contoh : fraktur pelvis tertutup+rupture vesica urinaria, fraktur costa+luka pada

    paru-paru, fraktur corpus humerus+paralisis nervus radialis

    C. Menurut bentuk

    Fraktur Komplet :Garis fraktur membagi tulang menjadi 2

    fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa transversal, oblique, spiral.

    Fraktur Inkomplet

    Fraktur Kominutif

    Fraktur Kompresi / Crush fracture

    Kelainan ini menentukan arah trauma, fraktur stabil atau tidak

    2.1.3 Etiologi.

    Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut

    kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur

    Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan

    kekuatan trauma.

    Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, dan

    densitas tulang.

    2.1.4 Diagnosis

    Faktor trauma kecepatan rendah atau trauma kecepatan tinggi sangat penting dalammenentukan klasifikasi fraktur karena akan berdampak pada kerusakan jaringan itu sendiri.

    Riwayat trauma kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat ketinggian, luka tembak dengan

    kecepatan tinggi atau pukulan langsung oleh benda berat akan mengakibatkan prognosis jelekdibanding trauma sederhana atau trauma olah raga. Penting adanya deskripsi yang jelas

    mengenai keluhan penderita, biomekanisme trauma, lokasi dan derajat nyeri. Umur dan kondisi

    penderita sebelum kejadian seperti penyakit hipertensi, diabetes melitus, dan sebagainya

    merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan juga (Apley & Solomon, 1993; Brinker, 2001).

    3

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    4/48

    2.1.5 Pemeriksaan fisik

    Dimulai dengan inspeksi (look, deformitas), palpasi (feel, nyeri tekan (tenderness),

    Krepitasi) dan pemeriksaan gerakan ( movement). Pemeriksaan yang harus di lakukan adalahidentifikasi luka secara jelas dan gangguan neurovaskular bagian distal dari lesi tersebut. Pulsasi

    arteri bagian distal penderita hipotensi akan melemah dan dapat menghilangkan sehingga dapatterjadi kesalahan penilaian vaskular tersebut. Bila disertai trauma kepala atau tulang belakang

    maka akan terjadi kelainan sensasi nervus perifer di distal lesi tersebut. Pemeriksaan kulit sepertikontaminasi dan tanda-tanda lain perlu dicatat.

    2.1.6 Pemeriksaan radiologis

    Pemeriksaan radiologis bertujuan untuk menentukan keparahan kerusakan tulang dan

    jaringan lunak yang berhubungan dengan derajat energi dari trauma itu sendiri. Bayangan udaradi jaringan lunak merupakan petunjuk dalam melakukan pembersihan luka atau irigasi dalam

    melakukan debridemen. Bila bayangan udara tersebut tidak berhubungan dengan daerah fraktur

    maka dapat ditentukan bahwa fraktur tersebut adalah fraktur tertutup. Radiografi dapat terlihatbayangan benda asing disekitar lesi sehingga dapat diketahui derajat keparahan kontaminasi

    disamping melihat kondisi fraktur atau tipe fraktur itu sendiri Diagnosis fraktur dengan tanda-

    tanda klasik dapat ditegakkan secara klinis, namun pemeriksaan radiologis tetap diperlukan

    untuk konfirmasi dalam melengkapi deskripsi fraktur, kritik medikolegal, rencana terapi dandasar untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan gejala

    klasik dalam menentukan diagnosis harus dibantu pemeriksaan radiologis sebagai gold standard.

    Untuk menghindari kesalahan maka dikenal formulasi hukum dua, yaitu:

    Two views : (proyeksi AP/Anteroposterior dan Lateral, karena proyeksi yang salah akan

    dapat memberikan informasi yang salah maka pemeriksaan radiologis harus benar-benarAP dan lateral),

    Two joints : (terlihat dua sendi, pada bagian proksimal dan distal fraktur)

    Two limbs : ( dua anggota gerak sisi kanan dan kiri)

    Two injuries : ( biasanya pada multipel trauma yang bisa melibatkan trauma di tempat

    lain dalam tubuh).

    Pada fraktur tulang dapat terjadi pergeseran fragmen-fragmen tulang. Pergeseran fragmen

    bisa diakibatkan adanya keparahan cedera yang terjadi, gaya berat maupun tarikan otot yangmelekat padanya. Pergeseran fragmen fraktur akibat suatu trauma dapat berupa :

    Aposisi (pergeseran kesamping / sideways, tumpang tindih dan berhimpitan /overlapping, bertubrukan sehingga saling tancap/ impacted);

    Angulasi (penyilangan antara kedua aksis fragmen fraktur);

    Panjang / length (pemanjangan atau pemendekan akibat distraction atau overlappingantar fragmen fraktur) atau terjadi

    Rotasi (pemuntiran fragmen fraktur terhadap sumbu panjang).

    4

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    5/48

    Tabel 1. Hubungan garis fraktur dengan energi trauma

    Garis Fraktur Mekanisme

    trauma

    Energi

    Transversal, oblik, spiral, (sedikit bergeser / masih ada kontak) Angulasi / memutar Ringan

    Butterfly, transversal (bergeser), sedikit kominutif Kombinasi Sedang

    Segmental kominutif (sangat bergeser) Variasi Berat

    2.1.7 Komplikasi Fraktur

    Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penangananfraktur yang disebut komplikasi iatrogenic.

    1. Komplikasi umum

    Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan

    fungsi pernafasan.

    Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pascatrauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa

    peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena

    dalam (DVT), tetanus atau gas gangren

    2. Komplikasi Lokal

    a. Komplikasi dini

    Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma, sedangkan

    apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut.

    Pada Tulang

    1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

    2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

    tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union

    Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada

    fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago

    sendi dan berakhir dengan degenerasi

    Pada Jaringan lunak

    5

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    6/48

    1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema.

    Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik

    2. Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena ituperlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol

    Pada Otot

    Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal

    ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dantulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkan

    sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993).

    Pada pembuluh darah

    Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada

    robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti

    spontan.

    Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau

    manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh

    darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepasdan terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi

    sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti

    bagian distal lesi (Apley & Solomon, 1993).

    Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atasmaupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini

    disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehinggadapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.

    Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkankematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara periahan-

    lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala klinisnya adalah 5 P

    yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor (pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan Paralisis

    Pada saraf

    Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan

    akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley &Solomon,1993).

    b. Komplikasi lanjut

    Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada pemeriksaan

    terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan.

    6

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    7/48

    Delayed union

    Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada

    pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur,

    Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi

    Lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu)

    Non union

    Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan.

    Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara

    fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan

    melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting.

    Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial

    sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak akan dicapai

    walaupun dilakukan imobilisasi lama.

    Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas,hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai,

    implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur

    patologis)

    Mal union

    Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakanrefraktur atau osteotomi koreksi .

    Osteomielitis

    Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur

    tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non union).

    Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulangberupa osteoporosis dan atropi otot

    Kekakuan sendi

    Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama,

    sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler, perlengketan antara ototdan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan

    aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada

    penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993).

    7

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    8/48

    2.1.8 PENATALAKSANAAN FRAKTUR

    Mengikuti prinsip 4 R yaitu Recognition(diagnosis dan penilaian fraktur), Reduction,

    Retaining ( retention of reduction ) dan Rehabilitation (Chairudin Rasjad). Pada kasus frakturterbuka diperlukan ketepatan dan kecepatan diagnosis pada penanganan agar terhindar dari

    kematian atau kecacatan. Penatalaksanaan fraktur meliputi tindakan life saving dan life limbdengan resusitasi sesuai indikasi, pembersihan luka dengan irigasi, eksisi jaringan mati dan

    tersangka mati dengan debridemen, pemberian antibiotik pada sebelum, selama dan sesudahoperasi, pemberian antitetanus, penutupan luka, stabilisasi fraktur dan fisioterapi. Tindakan

    definitif dihindari pada hari ketiga atau keempat karena jaringan masih inflamasi / infeksi dan

    sebaiknya ditunda sampai 7-10 hari, kecuali dapat dikerjakan sebelum 6-8 jam pasca trauma

    1. Penatalaksanaan secara umum

    Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan

    pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi

    (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, barulakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting

    ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 1-6 jam. Bila

    lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis

    secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidaidilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada

    jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto rontgen.

    2. Penatalaksanaan kedaruratan

    Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya

    fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur,penting untuk mengimobilisasi bagain tubuh segara sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien

    yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian,ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi

    maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan

    lunak dan perdarahan lebih lanjut.

    Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindarigerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting

    untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.

    Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalanyang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitasbawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang

    sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan

    dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran didistal cedera harus dikaji untuk menntukan kecukupan perfusi jaringan perifer.1

    8

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    9/48

    Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah

    kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan

    bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkandiatas.

    Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan denganlembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin

    harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untukmencegah kerusakan lebih lanjut.

    3. Penatalaksanaan bedah ortopedi

    Banyak pasien yang mengalami disfungsi muskuloskeletal harus menjalani pembedahan

    untuk mengoreksi masalahnya. Masalah yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi fraktur,deformitas, penyakit sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran darah (mis;

    sindrom komparteman), adanya tumor. Prpsedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi

    Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortoped dan indikasinya yang lazim dilakukan :

    Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah

    setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.

    Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat,

    paku dan pin logam.

    Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk

    memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yangberpenyakit.

    Amputasi : penghilangan bagian tubuh.

    Artroplasti : memperbaiki masalah sendi dengan artroskop (suatu alat yang

    memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)

    atau melalui pembedahan sendi terbuka.

    Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

    Penggantian sendi : penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau

    sintetis.

    Penggantian sendi total : penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan logam atau sintetis.

    Transfer tendo : pemindahan insersi tendo untuk memperbaiki fungsi.

    Fasiotomi : pemotongan fasia otot untuk menghilangkan konstriksi otot atau

    mengurangi kontraktur fasia.

    9

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    10/48

    4. Prinsip Penanganan Fraktur

    Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan

    pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi :

    a. Reduksi

    Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada

    kesejajarannya dan rotasi anatomis.

    Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi

    anatomic normalnya.

    Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.

    Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang

    mendasarinya tetap sama.

    Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan

    lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakankasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mengalami penyembuhan.

    Metode reduksi :

    1. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan

    mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling

    berhubungan) dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi danimobilisasi, pasien harus dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai

    ketentuan dan bila diperlukan diberi anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam

    posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter.Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk

    penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen

    tulang telah dalam kesejajaran yang benar.12. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.

    Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.1

    3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Denganpendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk

    pin, kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untukmempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulangyang solid terjadi.1

    b. Imobilisasi

    10

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    11/48

    Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan

    dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.1

    Sasarannya adalah mempertahankan reduksi di tempatnya sampai terjadi

    penyembuhan.1

    Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal

    bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-

    alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).

    c. Rehabilitasi

    Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang

    sakit.

    Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi

    dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantaustatus neurovaskuler (misalnya; pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan,

    gerakan), mengontrol ansietas dan nyeri (mis; meyakinkan, perubahan posisi,

    strategi peredaran nyeri, termasuk analgetika), latihan isometrik dan pengaturanotot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali

    secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.

    Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan

    terapeutik.

    Imobilisasi Gips ( Plaster of Paris)

    Penggunaan gips sebagai fiksasi agar fragmen-fragmen fraktur tidak bergeser setelah

    dilakukan manipulasi / reposisi atau sebagai pertolongan yang bersifat sementara agar tercapai

    imobilisasi dan mencegah fragmen fraktur tidak merusak jaringan lunak disekitarnya.Keuntungan lain dari penggunaan gips adalah murah dan mudah digunakan oleh setiap dokter,

    non toksik, mudah digunakan, dapat dicetak sesuai bentuk anggota gerak, bersifat radiolusen dan

    menjadi terapi konservatif pilihan Pada fraktur terbuka derajat III dimana terjadi kerusakanjaringan lunak yang hebat dan luka terkontaminasi penggunaan gips untuk stabilisasi fraktur

    cukup beralasan untuk mempermudah perawatan luka. Setelah luka baik dan bebas infeksi

    penggunaan gips untuk fiksasi fraktur dapat dilanjutkan untuk menunjang secundary bone

    healing dengan pembentukan kalus.

    ORIF ( Open Reduction and Internal Fixations )

    A. Reduksi tertutup diindikasikan untuk keadaan sebagai berikut:

    1). Fraktur dengan tak ada pergeseran,

    11

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    12/48

    2). Fraktur yang stabil setelah reposisi/ reduksi,

    3). Fraktur pada anak-anak,

    4). Cedera dengan luka minimal

    5). Trauma berenergi rendah.

    B. Reduksi terbuka diindikasikan untuk keadaan sebagai berikut:

    1). kagagalan dalam penanganan secara reduksi tertutup,

    2). fraktur yang tidak stabil,

    3). fraktur intraartikuler yang mengalami pergeseran dan

    4). fraktur yang mengalami pemendekan.

    Pemasangan Fiksasi dalam sering menjadi pilihan terapi yang paling diperlukan dalam

    stabilisasi fraktur pada umumnya termasuk fraktur kruris. Pilihan metode yang dipergunakanuntuk fiksasi dalam ada beberapa macam yaitu:

    1. Pemasangan plate and screws

    Pemasangan fiksasi dalam pada fraktur terbuka mempunyai resiko tinggi terjadi

    komplikasi infeksi, non-union dan refraktur. Pada penelitian awalnya pemasangan plat padafraktur terbuka diketahui telah memperbaiki fraktur dengan penyambungan kortek langsung

    tanpa pembentukan kalus. Osteosit langsung menyeberangi gap antar fragmen fraktur. Tapi pada

    kenyataannya terjadi osteogenesis meduler dan sedikit pembenrukan kalus periosteum. Padapenelitian selanjutnya diketahui bahwa pada pemasangan plat itu sendiri telah mengganggu

    vaskularisasi ke kortek tulang oleh plat yang berakibat gangguan aliran darah yang menyebabkan

    nonunion. Mengatasi permasalahan ini para pakar AO/ASIF dari Swiss telah menciptakan antara

    lain LCDCP (limited contact dynamic compression plate) dan ada yang membuat inovasi barudengan merekonstruksi plat yang non-rigid dengan tidak memasang sekrup yang banyak

    sehingga terjadi pembentukan kalus (Matter, 1997 cit. Trafton, 2000 ). Pemasangan plat perlu

    hati-hati dalam melakukan irisan jaringan lunak agar tidak terjadi kerusakan periosteum, fascia

    dan otot karena dapat mengakibatkan nonunion. Penutupan kulit diatas plat sering mengalamikesulitan dan dapat terjadi nekrosis kulit atau infeksi superfisial. Untuk pencegahan kerusakan

    jaringan lunak dilakukan dengan pemasangan plat dibawah kulit dan sekrup langsung dipasangke tulang dengan bantuan alat fluoroskopi

    2. Pemasangan screws or wires

    12

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    13/48

    Untuk melakukan fiksasi fraktur diafisis jarang menghasilkan fraktur yang stabil.

    Pemasangan skru banyak digunakan dalam fiksasi fraktur intraartikuler dan periartikuler baik

    digunakan secara tunggal atau kombinasi bersamaan dengan pemasangan plat atau externalfixation device. (Behrens, 1996).

    3. Pemasangan external fixation devices

    Akhir-akhir ini para pakar lebih tertarik pemasangan fiksasi luar dari pada pemasangan

    plat. Menurut Van der Linden dan Larson (1979) pada penelitian pemasangan plat dibandingkonservatif ternyata angka infeksi lebih tinggi pada pemasangan plat seperti infeksi superfisial,

    nekross kulit dan osteomielitis. Kejadian infeksi pada pemasangan plat akan memerlukan operasi

    berulangkali. Sedangkan Clifford et al.( 1988) menyarankan pemasangan plat dilaksanakanuntuk stabilisasi fraktur terbuka derajat I dan derajat II dan fraktur avulsi. Menurut Bach dan

    Hansen (1989) yang membandingkan pemasangan plat dengan fiksasi luar pada fraktur kruris

    terbuka menyimpulkan bahwa pemasangan plat kurang ideal pada fraktur terbuka derajat II dan

    III. ( cit. Court-Brown et al., 1996).

    Penggunaan fiksasi luar yang pernah sangat populer di Eropa dan Amerika mempunyai

    resiko terjadinya komplikasi pada tempat masuknya pin (pin tract infection) sebesar 20-42%, dan

    resiko terjadi malunion sebagai akibat reduksi yang kurang memadai dan akibat pelepasan fiksasi

    yang terlalu awal setelah lama pemasangan. Pada fraktur diafisis tibia pemasangan fiksasi luardengan unilateral frame external fixator merupakan indikasi tetapi pada fraktur yang tibia

    proksimal atau lebih distal penggunaan multiplanar external fixator yang lebih tepat. (Court-

    Brown et al., 1996).

    2.1.9 TAHAP-TAHAP PENYEMBUHAN FRAKTUR

    Secara ringkas tahap penyembuhan tulang adalah sebagai berikut :

    1. Stadium Pembentukan Hematom :

    Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh

    darah yang robek

    Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)

    Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam

    2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :

    Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur

    Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast

    Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang

    Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang

    13

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    14/48

    Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi

    3. Stadium Pembentukan Kallus :

    Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)

    Kallus memberikan rigiditas pada fraktur

    Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu

    Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi

    4. Stadium Konsolidasi :

    Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu

    Secara bertahap menjadi tulang mature

    Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan

    5. Stadium Remodeling :

    Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur

    Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast

    Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda

    penebalan tulang

    14

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    15/48

    2.1.10 Proses Penyembuhan Tulang

    Fase inflamasi

    Berakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi reaksiinflamasi. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi

    dari sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasukosteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif.

    Secara radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik disingkirkan.

    Fase reparatif

    Umumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan differensiasi dari sel

    mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akanmenjadi tempat matrik kalus. Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari jaringan fibrosa

    dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian yang mengakibatkanmineralisasi kalus lunak berubah menjadi kalus keras dan meningkatkan stabilitas fraktur. Secara

    radiologis garis fraktur mulai tak tampak.

    Fase remodeling

    Membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang

    meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jaringan immatur

    menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur(McCormack,2000).

    2.2 Fraktur Terbuka

    2.2.1 Definisi Fraktur Terbuka

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur jaringan tulang atau tulang rawan yang

    umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung. Akibat dari suatutrauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan dan arahnya trauma ( Apley

    & Solomon, 1993; Rasjad, 1998; Armis, 2002).

    15

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    16/48

    Fraktur terbuka adalah fraktur yang terjadi hubungan dengan dunia luar atau rongga

    tubuh yang tidak steril, sehingga mudah terjadi kontaminasi bakteri dan dapat menyebabkan

    komplikasi infeksi.

    Semua faktur terbuka harus dianggap terkontaminasi sehingga mempunyai potensi untuk

    terjadi infeksi. Penting untuk diketahui bahwa diagnosis, klasifikasi dan pengelolaannya dapatberbeda dari fraktur tertutup. Penanganan fraktur terbuka dapat mengikuti pengelolaan trauma

    lain jika merupakan suatu trauma multiple

    2.2.2 Klasifikasi Fraktur Terbuka

    Dikenal beberapa klasifikasi fraktur terbuka seperti menurut Byrd et al.(1981) yang

    menekankan pentingnya vaskularisasi tulang, kemudian menurut Oestern dan Tscherne (1984)

    yang menekankan pentingnya tingkat kerusakan jaringan lunak dan luas kontusio otot, sertamenurut AO group oleh Muller et al. (1990) yang menekankan berat ringannya cedera kulit,

    cedera otot dan tendon serta cedera neurovaskuler. (cit. Court-Brown et al, 1996).

    Klasifikasi fraktur terbuka paling sering digunakan menurut Gustillo dan Anderson

    (1976), yang menilai fraktur terbuka berdasarkan mekanisme cedera, derajat kerusakan jaringanlunak, konfigurasi fraktur dan derajat kontaminasi. Klasifikasi Gustillo ini membagi fraktur

    terbuka menjadi tipe I,II dan III

    Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson ( 1976 )

    Tipe

    Batasan

    I Luka bersih dengan panjang luka < 1 cm

    II Panjang luka > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang berat

    III Kerusakan jaringan lunak yang berat dan luas, fraktur segmental terbuka, traumaamputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi, fraktur terbuka di pertanian, fraktur yang

    perlu repair vaskuler dan fraktur yang lebih dari 8 jam setelah kejadian.

    Tipe I berupa luka kecil kurang dari 1 cm akibat tusukan fragmen fraktur dan bersih.

    Kerusakan jaringan lunak sedikit dan fraktur tidak kominutif. Biasanya luka tersebut

    akibat tusukan fragmen fraktur atau inout.

    Tipe II terjadi jika luka lebih dari 1 cm tapi tidak banyak kerusakan jaringan lunak dan

    fraktur tidak kominutif.

    Pada tipe III dijumpai kerusakan hebat maupun kehilangan cukup luas pada kulit,

    jaringan lunak dan putus atau hancurnya struktur neurovaskuler dengan kontaminasi, jugatermasuk fraktur segmental terbuka atau amputasi traumatik.

    Klasifikasi ini juga termasuk trauma luka tembak dengan kecepatan tinggi atau high

    velocity, trauma didaerah pertanian, fraktur terbuka yang memerlukan repair vaskular, fraktur

    terbuka lebih 8 jam setelah kecelakaan

    16

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    17/48

    Kemudian Gustillo et al. (1984) membagi tipe III dari klasifikasi Gustillo dan Anderson

    (1976) menjadi tiga subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB dan IIIC (tabel 3).

    IIIA terjadi apabila fragmen fraktur masih dibungkus oleh jaringan lunak, walaupunadanya kerusakan jaringan lunak yang luas dan berat.

    IIIB fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringan lunak sehingga tulang terlihat jelas

    atau bone expose, terdapat pelepasan periosteum, fraktur kominutif. Biasanya disertai

    kontaminasi masif dan merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.IIIC terdapat trauma pada arteri yang membutuhkan repair agar kehidupan bagian distal dapat

    dipertahankan tanpa memandang derajat kerusakan jaringan lunak.

    Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 1976) oleh Gustillo,

    Mendoza dan Williams (1984):

    Tipe Batasan

    IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yangluas

    IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat,periosteal stripingatau terjadi

    bone expose

    IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repairtanpa melihat tingkat kerusakan jaringanlunak.

    Armis (2001) membuat klasifikasi fraktur terbuka dengan sistim skoring yang dinamakanSistem Skoring Sardjito (SSS) yang dilakukan dengan memberikan skoring pada setiap variabel

    yang meliputi kerusakan kulit, kerusakan otot, kondisi tulang, kondisi neurovaskuler dan derajat

    kontaminasi kemudian skor dijumlahkan

    Klasifikasi fraktur terbuka sesuai Sistem Skoring Sardjito (Khairuddin & Armis, 2002).

    17

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    18/48

    Note: * Add one for public watering accident or from farm accident or treated after gol denperiod (deep particle score =15+1=16)

    Skor untuk fraktur terbuka grade I atau ringan: 10, grade II atau sedang 11-20, grade III

    atau berat : 21-31. Grade IIIA bila fragmen fraktur masih tertutup jaringan lunak, grade IIIB bilaterdapat ekspose fragmen fraktur, dan grade III C bila terdapat kerusakan pembuluh darah vital

    sehingga untuk mempertahankan kehidupan bagian distal fraktur membutuhkan tindakan repair.

    (Khairuddin & Armis, 2002; Supriyanto & Armis, 2004 ).

    18

    Batasan Skor

    I. Skin DamageA.Wound:

    1. < 5 cm long ( in-out)

    2. 5-10 cm

    3. 10 cm long

    B. Condition of Skin:

    No devitalized edge of wound without contussion

    Contused edge of wound/ subcutan or with small area of degloving

    Large area of degloving or skin loss or skin avulsion

    1

    2

    3

    1

    2

    3

    II. Muscle Damage

    No muscle contusion or sircumscribed muscle contusion or partial

    rupture

    Total rupture of one compartement muscle

    Muscle defect with extensive muscle crush

    1

    2

    3

    III. Bone Damage

    Simple Fracture: Transverse, Oblique, Spiral, butterfly or with

    little comminution.

    Simple Fracture with gross displacement, segmental fracture (little

    displaced) or moderate comunition

    Gross comminution, boneloss / defect

    1

    2

    3

    IV. Neurovascular Damage No Neurovascular trauma

    Isolated or localized neurovascular trauma

    Extensive neurovascular trauma

    1

    2

    3

    V. Contamination

    No particle

    Only syperficial particle

    Deep particle

    5

    10

    15*)

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    19/48

    2.3 Fraktur Skapula

    Akibat trauma langsung..Frakturkorpus dan kollum scapula umumnya terjadi pergeseran akibattarikan otot-otot yang melekat disitu.

    Mayo Classification Scapula Fracture

    19

    http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    20/48

    Trauma sendi akromioklavikularis

    Sendi ini kurang stabil dan mudah terjadi Subluksasi. Dislokasi komplet terjadi akibat ruptur

    total ligamentum akromioklavikularisdan korakoklavikularis.

    2.3.1Klasifikasi :

    I. Sratin, Ligamen intak

    Subluksasi : Robekan ligamen (+) klavikula tidak terangkat karena ligamn Korako-klavikuler

    utuh

    Dislokasi : Robekan kedua ligamen dan klavikula terangkat

    Dislokasi sendi sternoklavikularis

    Terbagi menjadi anterior dan posterior. Dislokasi posterior akan menekan organ-organ dalam

    sehingga perlu tindakan emergency

    Trauma Otot-otot Rotator / Rotator Cuff

    Otot Rotator terdiri dari :

    Supraspinatus ( atas )

    Infraspinatus ( belakang )

    teres minor

    Subskapula ( depan )

    20

    http://www.bedahugm.net/tag/akromioklavikularis/http://www.bedahugm.net/tag/akromioklavikularis/http://www.bedahugm.net/tag/akromioklavikularis/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    21/48

    Otot ini berfungsi sebagai stabilisator, sehingga robekan kecil pada otot supraspinatus

    menimbulkan Tendinitis supraspinatus dan bila robekan luas penderita tidak bisa abduksi

    2.4 Fraktur Clavicula

    Penyebab biasanya trauma langsung /direct atau tidak langsung / indirect , misal jatuh dengan

    tangan / siku menumpu.

    2.4.1 Diagnosis

    1. Riwayat : waktu jatuh posisi tangan menumpu

    2. Deformitas : menonjol, udem,fraktur1/3

    lateral tanpa ruptur ligamentum korakoklavikulare deformitas tidak jelas3. Nyeri tekan (tenderness)

    4. Krepitasi5. Pemeriksaan penunjang : radiologi dan laboratorium

    2.4.2 Penatalaksanaan

    Konservatif: Pasang ransel verban (Figure of eight) sampai rasa sakit hilang

    Operatif

    Indikasi dilakukan tindakan operatif:

    1. Fraktur terbuka2. Ruptur ligamentum korakoklavikulare

    3. Gangguan neurovaskuler4. Delayed / non Union

    5. Kosmetik

    2.5 Fraktur Humerus

    2.5.1 Klasifikasi NEER

    1. Pergeseran < 1 cm dengan angulasi < 45

    2. Fraktur collum anatomikum, pergeseran > 1 cm3. Fraktur collum chirrugikum dengan pergeseran dan angulasi

    4. Fraktur tuberkulum majus dengan 2 atau 3 fragmen

    5. Fraktur tuberkulum majus dengan lebi 2 fragmen6. Fraktur dislokasi

    21

    http://www.bedahugm.net/tag/trauma/http://www.bedahugm.net/tag/direct/http://www.bedahugm.net/tag/indirect/http://www.bedahugm.net/tag/indirect/http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/trauma/http://www.bedahugm.net/tag/direct/http://www.bedahugm.net/tag/indirect/http://www.bedahugm.net/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    22/48

    2.5.2 Macam-macam fraktur humerus :

    1. Fraktur Kollum Chirrugikum humeri

    2. Fraktur Shaft humerus

    Setiap fraktur humerus tengah dapat mengenai saraf radial, karena saraf ini melewati sulkusnervi radialis yang terletak dibagian tengah dan belakang humerus.

    3. Fraktur Suprakondilaris humeri

    Berdasarkan pergeseran fragmen distal ada 3 type :

    1. Fragmen tanpa pergeseran

    2. Fragmen dengan pergeseran tetapi masih ada kontak

    3. Fragmen distal dan proksimal tidak ada kontak

    2.5.3 Anatomi humerus

    Sendi siku terjadi antara trochlea dan capitulum humerus dengan incisura trochlearis

    ulnae dan caput radii. Sendi siku dillalui oleh beberapa bangunan, di sebelah anterior terdapat

    muskulus brachialis, tendo muskulus biceps, nervus medianus dan arteri brachialis. Di sebelahposterior terdapat muskulus biceps dan bursa minor. Nervus ulnaris terdapat di sebelah medial

    dan tendo muskulus ekstensor communis dan muskulus supinator terletak di lateral.

    Suprakondilar humerus terletak di bagian distal dari humerus, tulang tersebut kurang kuat

    dibanding tempat lain karena adanya fossa koronoid, fossa olekranon dan fossa radii. Kolummedial suprakondilar lebih tipis dan substansi tulang kurang bila dibanding dengan kolum lateral

    suprakondilar. Sendi siku mampu untuk melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, dimana gerakanfleksi dilakukan oleh muskulus brachialis, muskulus biceps, muskulus brachioradialis danmuskulus pronator teres. Sedangkan gerakan ekstensi dilakukan oleh muskulus triceps dan

    muskulus anconeus.

    Dari proyeksi anteroposterior (AP), perlu dinilai sudut yang di bentuk oleh garis

    longitudinal humerus dan garis yang melalui koronal kapitulum humeri, sudut ini disebut sudutbowman. Normal didapatkan sudut bowman sebesar 80 89, bila didapatkan sudut ini kurang

    dari 50, dikatakan bahwa posisi tulang tersebut tidak aceptable. Sudut yang lain yaitu sudut

    antara diaphisis dan metaphisis sebesar 90 derajat.

    22

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    23/48

    Proyeksi lateral, normal didapatkan garis antero humeral akan melewati pusat osifikasi

    pada kondilus humeri dan bagian distal dari kondilus akan membentuk sudut ke anterior sebesar40 derajat.

    2.5.4 Mekanisme dan Patofisiologi

    1. TIPE EKSTENSI

    Akibat trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku, lengan bawahdalam posisi supinasi dengan siku hiperekstensi dengan tangan yang terfiksasi, olekranon

    terdorong ke depan sehingga terjadi fraktur. Garis fraktur selalu melewati fossa olekranon danpada kolum medial dan lateral metaphise. Fragmen distal dari fraktur akan terdorong ke arah

    posterior dan proksimal, hal ini karena gaya fraktur yang diteruskan ke atas melalui tulang

    lengan bawah dan disebabkan tarikan muskulus biceps, sehingga fragmen ini akan miring kelateral atau medial dan berotasi ke medial. Dari proyeksi anterior, ujung distal dari fragmen

    proksimal akan menembus periosteum dan mengenai muskulus brachialis dan muskulus biceps

    brachii. Akibatnya akan terjadi perdarahan local dan pembengkakan. Nervus dan pembuluhdarah akan mengalami laserasi karena fragmen tulang.

    2. TIPE FLEKSI

    Anak jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi

    dan siku dalam posisi sedikit fleksi. Kortek anterior akan mengalami pergeseran sehingga pada

    fragmen distal akan ke anterior pada bidang sagital, dan pada bidang coronal, fragmen distalakan bergeser ke lateral. Sehingga fragmen distal pada fraktur tipe ini akan bergeser ke arah

    anterior dan proksimal. jarang terjadi komplikasi neurovaskular, yaitu cedera nervus ulna

    biasanya karena terkena ujung dari fragmen proksimal.

    23

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    24/48

    2.5.5 Klasifikasi fraktur humerus

    Pada prinsipnya, klasifikasi fraktur suprakondilar tipe ekstensi dibagi berdasarkan derajat

    pergeseran fragmen distal terhadap fragmen proksimal.

    Gartland ( 1959 ), membagi 3 Type :

    I. Undisplaced or minimally displaced

    IA : non displaced

    IB : medial impaction

    Pada tipe I, fraktur tanpa adanya pergeseran dari kedua fragmen, kadangkala garis fraktur sukar

    dilihat pada gambaran radiologis.

    II Displaced with angulasi and rotation

    IIA : posterior angulasi

    IIB : malrotation with or without posterior angulation.

    III Displaced complete

    IIIA : fragmen distal ke arah posteriormedial

    IIIB : fragmen distal ke arah posteriorlateral

    2.5.6 Diagnosis

    Dari anamnesa didapatkan adanya riwayat jatuh dengan lengan sebagai tumpuan. Bilatraumanya baru saja terjadi atau frakturnya tidak mengalami pergeseran atau sedikit bergeser,

    anak akan mengeluhkan nyeri dan bengkak yang minimal, dan temuan yang paling khas adalah

    perlunakan pada ujung humerus bagian distal.

    Pada trauma ringan kedudukan fragmen distal tidak akan bergeser atau undisplaced. Sikuakan terlihat sedikit bengkak dibanding siku yang sehat, dan kadang kadang terlihat akan

    terlihat normal bila jumlah perdarahan sedikit.

    Pada trauma yang lebih berat dapat menimbulkan angulasi ke posterior, bahkan sampai

    mengalami pergeseran fragmen distal ke posterior, namun hubungan kedua fragmen sebagianmasih terlihat, atau pada trauma yang lebih hebat lagi maka fragmen distal akan terlepas dari

    fragmen proksimal dan berada di posterior dan migrasi ke proksimal.

    Sewaktu jatuh pada umumnya lengan dalam keadaan pronasi, ini akan menyebabkan

    fragmen distal mengalami rotasi ke dalam. Akibatnya kortek sebelah medial dari fragmen distal

    24

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    25/48

    relatif akan berada di arah posterior dari fragmen proksimal, sementara sisi lateral masih dalam

    kedudukan semula. Dengan demikian kedudukan fragmen distal akan mengalami adduksi, rotasi

    ke dalam sehingga fragmen distal akan mengalami pergeseran ke arah posteromedial akibatnyaujung dari fragmen proksimal akan mencederai nervus radialis. Dan bila pergeseran fragmen ke

    arah posterolateral aakan mencederai arteri radialis dan nervus medianus.

    Ujung fragmen proksimal akan berada di anterior dan dapat mencederai muskulus

    brakhialis, arteri brakhialis, nervus radialis nervus medianus atau nervus ulnaris. Dengan adanyatrauma yang keras dan terjadi pergeseran dari fragmen, maka pembengkakan dan deformitas

    pada siku akan menjadi lebih jelas. Besarnya pembengkakan tergantung pada keparahan dari

    fraktur dan lama terjadinya trauma.

    Pada pemeriksaan fisik yang penting adalah menilai fungsi dari neuromuskuler pada

    sebelah distalnya. Tanda tanda gangguan vaskulus meliputi nyeri, pucat, sianotik, tidak ada

    pulsasi atau paralysis, ini merupakan tanda terjadinya volkmans ischemi.

    Pemeriksaan radiologis penting untuk konfirmasi diagnosis. Sebelumnya lengan harusdiimobilissasi dengan posisi ekstensi, kedudukan fleksi yang berlebihan harus dihindari karena

    ada kemungkinan gangguan dari neurovaskulernya. Pada anteroposterior, dinilai garis fraktur

    apakah transversal atau oblik, fragmen distal angulasi ke lateral atau medial. Posisi lateral akan

    menunjukkan fragmen distal akan bergeser ke anterior atau posterior.

    2.5.7 Penatalaksanaan

    Pada prinsipnya mengembalikan fragmen ke posisi anatomis dan mempertahankan

    kedudukan tersebut dan mencegah terjadinya komplikasi.

    Sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis, perlu dilakukan immobilisasi dengan bidai.Pada fraktur tipe ekstensi, posisi fleksi pada siku harus dihindari karena menyebabkan kerusakanlabih lanjut dari system neurovaskular. Anggota gerak dibuat immobilisasi degan bidai pada

    posisi yang mengalami deformitas, dengan posisi siku ekstensi dan lengan bawah pronasi.

    Sirkulasi harus selalu dicek sebelum dan selama melakukan tindakan reposisi. Penangananfraktur suprakondilar tergantung tipe dari fraktur tersebut.

    Pada fraktur suprakondilar tipe ekstensi :

    Tipe I

    Tanpa pergeseran, immobilisasi dengan posisi siku fleksi tidak lebih dari 90. Bilaterdapat pergeseran penanganannya dengan menggunakan back slap long arm dengan posisi siku

    fleksi.

    Fleksi dilakukan sampai 120 sehingga lebih stabil dan juga pada posisi ini dapat

    mengurangi resiko terjadinya trauma neurovaskular karena tindakan. Untuk reposisi tertutupperlu relaksasi yang sempurna dan hanya bisa dicapai dengan anestesi umum, operator menarik

    lengan bawah sedikit fleksi 30 dan supinasi.

    25

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    26/48

    Fleksi 30 tersebut untuk melindungi kerusakan pembuluh darah dan saraf akibat

    tegangan karena tarikan. Operator melakukan koreksi posisi pada fragmen distal. Bila berada di

    medial dilakukan dorongan ke lateral agar berada satu garis dengan fragmen proksimal,demikian juga sebaliknya. Setelah itu kedua ibu jari operator berada pada posisi posterior

    fragmen distal mendorong ke anterior disertai tekanan jari jari lain yang berada di humerus

    proksimal ke dorsal, kemudian dilakukan fleksi maksimum.

    Posisi dipertahankan selama 3 sampai 4 minggu, dengan pemeriksaan radiologis pada satu

    minggu pertama dan minggu terakhir.

    Tipe II :

    Bila fraktur disertai angulasi dengan aligment yang masih bagus, lebih adekuat untuk

    dilakukan tindakan minimal reposisi. Reposisi dilakukan dengan siku dalam keadaan pronasi dan

    fleksi tidak lebih dari 120,

    Bila disertai rotasi dipilih percutaneus pinning. Percutaneus pinning yang digunakan

    yaitu fiksasi dengan k-wire, dilakukan setelah kedudukan anatomis kedua fragmen tercapaimenghasilkan immobilisasi yang cukup bagus. Pemasangan pinning yang paling stabil dapat

    dilakukan dengan cara pin yang mennyilang dari kondilus lateral dan kondilus medial. Kontra

    indikasi pemasangan percutaneus pinning antara lain oedem hebat, reposisi tertutup yang tidak

    tercapai, fraktur kominutuif dan fraktur terbuka.

    Tipe III :

    1. reposisi

    2. percutaneus pinning dengan fiksasi k-wire

    3. reposisi terbuka

    26

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    27/48

    Reposisi terbuka atau operasi pada fraktur suprakondilar tipe ekstensi dilakukan pada reposisi

    tertutup yang gagal, fraktur terbuka atau gangguan neurovaskuler.

    Pada pembengkakan yang hebat akan terjadi hematom yang banyak di daerah tersebut,maka perlu dikeluarkan sehingga penekanan terhadap neurovaskuler akan berkurang. Kejelekan

    dilakukannya open reduksi antara lain terjadinya kekakuan sendi, terjadinya myositis osifikan,iskhemik dan kerusakan pada tempat pertumbuhan tulang dan adanya resiko infeksi.

    Reposisi dikatakan berhasil bila baik secara klinis atau radiologis.

    Secara klinis dikatakan baik bila :

    1. sendi siku dapat fleksi maksimal, bila tidak bisa fleksi maskimal kemungkinan sudutantara sumbu longitudinal humeri dengan kondilus belum tercapai atau adanya interposisi

    jaringan lunak antara kedua fragmen.

    2. setelah hiperfleksi secara hati hati, dilakukan ekstensi dan dibandingkan dengan sisiyang sehat.

    Pemeriksaan radiologis dilakukan setelah reposisi, dengan foto posisi AP dan lateral.

    Untuk posisi lateral dinilai sudut longitudinal humeri dan distal kondilar. Dinilai apakah ada

    crescent sign, yang berarti terjadi kubitus varus. Pada posisi AP, dinilai sudut bowman, sudutdiaphisis metaphisis. Bila fragmen distal terjadi rotasi tampak gambaran fish tail.

    2.5.8 Komplikasi

    Pada fraktur suprakondilar tipe ekstensi komplikasi yang paling sering terjadi cedera pembuluh

    darah dan saraf.

    1. Cedera pada arteri brakhialis, dimana hal ini akan menyebabkan terjadinya volkmansiskemik. Kelainan ini akan menyebabkan nekrosis dari otot dan saraf tanpa disertai

    ganggren perifer. Gejala dari volkmans iskemi adanya pain, pallor, hilangnya pulsus,

    parestesi dan paralysis.2. Cedera saraf yang paling sering terjadi adalah cedera pada nervus radialis, nervus median

    dan nervus ulna.

    3. Myositis osifikans, jarang terjadi dan biasanya terjadi karena manipulasi yang berlebihan

    atau terjadi pada reposisi terbuka yang terlambat dilakukan.4. Malunion dapat merupakan komplikasi dari fraktur ini, biasanya terjadi kubitus varus,

    disebabkan reposisi yang tidak adekuat.

    Sedangkan pada fraktur suprakondilar tipe fleksi1. Cedera nervus ulna merupakan komplikasi yang sering terjadi.2. Malunion dapat juga terjadi pada fraktur ini yaitu terjadi kubitus varus.

    Iskhemik Volkman : klinis 5P

    1. Pulseless (denyut nadi lemah hilang )

    2. Pallor (warna biru / pucat )

    27

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    28/48

    3. Pain

    4. Paresthesia (rasa tebal )

    5. Parese atau Paralise (kekuatan otot lemah sp lumpuh)

    Kontraktur Volkman

    Akibat musculus Fleksor digitorum profundus mati diganti jaringan fibrous. Jari-jari posisi

    fleksi : CLAW HAND

    2.6 Fraktur Antebrachii

    2.6.1 ANATOMI

    Tulang radius dan ulna tidak saja sebagai penghubung lengan atas dan maupun tangan

    tapi mempunyai fungsi pronasi dan supinasi dengan gerakan radius dan ulna. Kedua tulang

    lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulna yang diperkuat oleh ligamentum anulare yangmelingkar kapitupulum radius dan di distal oleh sendi radioulna yang diperkuat oleh ligamentum

    radiuulna yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membran interosea memperkuat

    hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai

    satu tulang saja hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulna yang dekat dengan patah

    tersebut.

    Selain itu, radius dan ulnadihubungkan oleh otot antar tulang yaitu musculus supinator,musculus pronator teres, musculus pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi dan

    supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi dengan radius dan ulna

    menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi terutama radius.

    Antebrachii terdiri atas dua buah tulang parallel yang berbeda panjang bentuknya ; osradius dan os ulna. Disebelah proksimal membentuk tiga persendian sedangkan sebelah distal

    dua persendian. Tulang radius, lebih pendek daripada ulna, bentuk lebih melengkung dan

    bersendi dengan os ulna pada bagian proksimal dan distal radio-ulnar joint yang bersifatrotator. Antara kedua tulang ini juga dihubungkan oleh membran interroseus, suatu jaringan

    fibrous yang berjalan abliq dari ulna ke radius. Membran ini berfungsi merotasikan tulangradius

    terhadap os ulna, yang menghasilkan gerakan pada lengan bawah

    Muskuli antebrachii dapat dikelompokan, muskuli kompartemen antrior dan posterior.

    Kompartemen anterior di isi oleh muskuli fleksor sedangkan kompartemen posterior di isi olehmuskuli ekstensor. Beberapa muskuli ada yang berperan dominan dalam mempertahankan posisi

    dan gerakan sendi lengan bawah dan tangan (elbow and wrist joint). Muskulus tersebut adalah :

    NO FUNSI MUSKULUS

    1 Fleksor elbow m. brachialis, m. Biceps, m. Brachioradialis

    28

    http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    29/48

    2 Ekstensor elbow m. triceps, m. Anconeus

    3 Supinator elbow m. supinator, m. Biceps

    4 Pronator elbow m. pronator teres, m. Pronator guadratus

    5 Fleksor pergelangan tangan m. fleksor carpi radialis, m. Fleksor carpi ulnaris

    6 Ekstensor pergelangan tangan m. ekstensor carpi radialis longus dan brevis,

    m. Ekstensor carpi ulnari

    Aliran darah regio antebrachii merupakan lanjutan dari a brachialis, yang bercabangmenjadi a radialis dan a ulnaris setinggi caput os radii. Sedangkan persyarafan antebrachii

    berasal dari tiga nervus, n radialis, n ulnaris, n medianus.

    2.6.2 Terapi manipulasi Fraktur antebrachii

    Bila garis fraktur di proksimal dilakukan gips posisi supinasi

    Bila garis fraktur di tengah Gips posisi netral

    Bila garis fraktur di distal Gips posisi pronasi

    2.6.3 Fraktur MONTEGGIA

    Fraktur ULNA 1/3 proksimal / tengah dengan dislokasi kaput radii antrior / posterior

    Pemeriksaan penting pada saraf radialis dan olekranon

    2.6.4 Fraktur GALEAZZI

    Fraktur RADIUS 1/3 distal / tengah disertai subluksasio sendi radiuulnaris.

    Jenis fraktur ini biasanya tidak stabil artinya penangananya dilakukan operasi. Untukmenjaga panjang antomi tulang radius.

    2.6.5 Fraktur antebrachii distal

    2.6.6 Anatomi, Fisiologi dan Mekanisme :

    Lengan bawah mempunyai dua tulang, yang radius danulna yang ke distal berakhir dan

    membentuk persendian radioulnaris distal dan persendian dengan tulang carpalia. Stabilitaspersediaan ini dipertahankan oleh 5 struktur :

    29

    http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    30/48

    1. ligamentum radio ulnaris volaris

    2. ligamentum radio ulnaris dorsalis

    3. tendon m. extensor carpi ulnaris dalam fibro osseus tunnelnya4. fibro cartilage disc.

    5. ligamentum collateralis ulnaris.

    Tulang radius ke arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian

    dengan tulang carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone pada bagian distalmerupakan bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi fraktur. Penting sekali diketahuii

    kedudukan anatomis yang normal dari pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal

    radius.

    Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama :

    1. Radial height :

    Yaitu jarak proccesus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak antara garis

    horizontal yang ditarik melalui ujung procesus styloideus radii dan melalui ujung distal ulna.

    Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.

    2. Derajat ulna tilt atau ulnadeviation dari permukaan sendi ujung distal radius pada

    posisi anterior posterior.

    Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke ulnar. Derajat miringnya

    diukur dari besarnya sudut antara garis horizontall yang tegak lurus pada sumbu radius dan garis

    yang sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 15 30 derajat, rata-rata 23 derajat.

    3. Derajat volar tilt (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada posisi lateral.

    Normal : permukaan sendi ini miring menghadap kebawah dan kedepan. Besarnya diukur

    dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu radius dan garis yang sesuai denganpermukaan sendi. Normal : 1 23 derajat, rata-rata 11 derajat.

    30

    http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    31/48

    Alat-alat gerak yang meliputi ini ialah :

    1. Posterior :

    Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon/otot extensor yang mempunyai fungsiekstensi.

    2. Anterior :

    Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon/otot fleksor yang mempunyai fungsi fleksi

    lengan bawah dan tangan. Dan pada bagian dalam ada: m. pronator quadratus yang berjalanmenyilang dan berfungsi terutama untuk pronasi.

    3. Lateral :

    31

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    32/48

    Tampak m. supinator longus yang mempunyai insersi pada procesus. styloideus radii yang

    mempunyai fungsi utama sebagai supinasi.

    2.6.7 Fisiologi dan mekanisme terjadinya fraktur :

    Biasanya disebabkan karena trauma langsung, atau sebagai akibat jatuh dimana sisi

    dorsal lengan bawah menyangga berat badan. Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut :Trauma langsung dimana lengan

    bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan waktu jatuh memutar

    pronasi pada bagian proximal dengan tangan relatif terfixir pada tanah. Putaran tersebutmerupakan kombinasi tekanan yang kuat dan berat, akan memberikan mekanisme yang

    ideal dari penyebab fraktur Smith.

    Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum manus,

    dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada penderita yangmengendarai sepeda yang mengalamii trauma langsung pada dorsum manus.

    2.7 Fraktur Smith

    2.7.1 Definisi

    Fraktur Smith adalah fraktur dari radius bagian distal yang lokasinya 1 inch dari

    ujung distal radius dengan pergeseran fragmen distal ke depan (volar) dan ke atas disertai

    pergeseran ulna bagian distallke belakang (dorsal).

    Robert William Smith di Dublin (1847) mengatakan bahwa fraktur jenis ini jarang

    terjadii dan merupakan lawan dari fraktur Colles. John Rhea Barton di Philadelpia (1838),mengemukakan bahwa faktur Barton adalah: fraktur anterior dan posterior dengan dislokasi

    pergelangan tangan. Fraktur Colles adalah fraktur posterior dengan dislokasi pergelangan

    tangan. Dan fraktur anterior dengan dislokasi pergelangan tangan inii disebut sebagai salah satutipe dari fraktur Smith.

    Thomas (1957), mencoba membagi fraktur Smith ini menjadi 3 tipe dan fraktur barton

    jenis anterior dengan dislokasi pergelangan tangan salah satu tipe dari fraktur Smith.

    2.7.2 Pembagian fraktur Smith secara klinis dan radiologi :

    I fraktur Smith yang comminutive dan oblique

    II fraktur Barton, yang disebut anterior fraktur tipe fleksi marginal i dengan dislokasi

    pergelangan tangan.

    III fraktur transversal yang disebut juga fraktur radius bagian distall yang tidak dengan tipe

    fleksi kominutif.

    32

    http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/faktur-barton/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/faktur-barton/http://www.bedahugm.net/tag/radius/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    33/48

    2.7.3 Penatalaksanaan

    Konservatif :

    1. Mills (1957), telah menganjurkan cara manipulasi dari fraktur Smith dengan mengembalikan

    arah persendian seperti semula. Mills dan Thomas menyarankan cara mengunci fragmen padatempatnya dengan posisii supinasi penuh. Imobilisasi dengan sirkuler gips diatas siku selama 5

    6 minggu.

    2. Plewer (1962), menganjurkan untuk mobilisasi setelah gips dibuka supaya cepat, sebab

    kalau kurang aktif akan mengakibatkan pergerakan pronasi yang terbatas dan terjadi kekakuansendi tangan dan siku.

    3. De Palma menganjurkan sebagai berikut

    Type I :

    Fraktur Smith dengan comminutive yang oblique dilakukan reduksii dengan traksi, manipulasi

    dan transfiksasi dengan pin.

    Type II :

    Fraktur Barton atau disebut pula fraktur marginal anterior tipe fleksi.

    Disini dilakukan reduksi dengan traksi dan menipulasi dengan anestesi umum.

    Penderita tidur telentang dan posisi siku tegak lurus, lengan bawah pada posisi

    pertengahan (mid position).

    Dilakukan traksi dengan alat Weinberg pada jari-jari diatas siku yang diikatkan ke

    bawah meja. Selama traksi, dengan dua tangan diletakkan pada pergelangan tangan, lalu pergelangan

    tangan diletakkan dalam posisi dorsoflexi ringan dan lengan bawah dalam mid position,kemudian dipasang circuler gips dari bawah siku sampai tangan setinggi persendian

    metacarpo phalangeal. Sesudah itu alat traksi dilepas. Kontrol foto AP dan Lateral

    untuk melihat kedudukan tulang tersebut.

    Type III :

    Fraktur Smith yang non comminutive, tipe fleksi :

    Disini juga dilakukan reduksi dengan traksi dan manipulasi dengan anestesi umum danlengan bawah posisi supinasi.

    Penderita tidur terlentang dan posisi siku tegak lurus lalu dilakukan traksi dengan alat

    Weinberg pada jari-jari diatas siku yang diikatkan di bawah meja.

    Dengan dua tangan dimana jari-jari II V diletakkan pada fragmen proximal sebelah

    dorsal dan dua ibu jari menekan ke atas dan ke belakang pada fragmen yang distal sampai

    pergelangan tangan dalam posisi dorsofleksi dan deviasi kearah ulnar.

    33

    http://www.bedahugm.net/tag/fraktur-smith/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur-smith/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur-smith/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur-smith/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    34/48

    Lalu dipasang sirkuler gip dari bawah siku ke distal sampai setinggii persendian

    metacarpo phalangeal dan kemudian alat traksi dilepas. Sesudah reposisi, dilakukan :

    Kontrol foto, bila kedudukan jelek, reposisi lagi.

    Operatif :

    Cauchoix, Dupare dan Potel (1960), Menganjurkan pengobatan fraktur Smith dengan fiksasi

    dalam (internal fixation) dengan memakai plat kecil berbentuk T (Ellis plate) dimana dua sekrup

    dipasang pada fragmen proximal sedangkan fragmen distall ditahan dengan kuat tanpa memakai

    sekrup.

    Tehnik operasi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

    1. Incisi vertikal melalui sisi radial arah volar dari lengan bawah bagian distal dan incisi

    diperdalam sampai m. pronator quadratus antara m. flexor carpi radialis pada sisi lateral

    dan m. palmaris longus dan medianus pada sisi medial.2. M. flexor pollicis longus ditarik ke lateral dan tendon m. flexor digitorum sublimis ke

    medial, dan m. pronator quadratus tampak pada sisi inferior dari tulang radius bagianbawah.

    3. Fraktur diperbaiki dengan plat kecil, menyudut untuk menyesuaikan dengan permukaandari tulang, lalu dipasang sekrup pada fragmen proximal 2 buah dan pada fragmen yang

    distal plat tanpa sekrup berguna untuk menyangga yang kuat dari fragmen yang telah

    dilakukan reposisi.4. Akhir-akhir ini plat berbentuk T yang kecil telah tersedia, dimana pada fragmen tulang

    yang proximal dengan 2 sekrup pada bagian vertikal.

    5. Lalu luka operasi ditutup lapis demi lapis sampai kulit dan dipasang bebat tekan.

    Mobilisasi jari-jari dimulai sejak hari pertama dan pergerakan pergelangan tangan, lengan bawah

    dimulai segera setelah bebab tekan dilepas.

    Keuntungan :

    Hasilnya cukup memuaskan.

    Sesudah operasi pergerakan dapat dilakukan dengan segera tanpa terjadi redisplacement

    dari fragmen yang mengalami fraktur.

    Diantara ke 3 tipe dari fraktur Smith, tipe Barton adalah yang paling memuaskan pada

    pengobatan dengan cara operasi ini, juga pada tipe yang lain cukup memuaskan.

    2.7.4 Komplikasi :

    1. Kerusakan jaringan lunak :Yang penting disini adalah kerusakan n. medianus karenatekanan dari fragmen radiusyang fraktur.

    1. Malunion : Karena reposisi dan immbolisasi yang kurang baik.

    2. Non union

    3. Osteoarthritis4. Gangguan pronasi dan supinasi

    34

    http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    35/48

    Fraktur radius sepertiga distal

    Frakturradius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan sering terjadi pada

    bagian proksimal radius. Fragmen fraktur akan terdislokasi. Dan fraktur ini sulit direposisi secara

    tertutup atau akan mengalami redislokasi bila reposisi berhasil, oleh karena itu dianjurkanreposisi terbuka dan biasanya dipasang fiksasi interna dengan jenis plat jenis kompresi

    Fraktur ulna sepertiga distal

    Fraktur ulna biasanya disebabkan oleh trauma langsung misalnya menangkis pukulan

    dengan lengan bawah relatif sering terjadi fraktur yang tidak berubah posisinya. Pengobatanbiasanya dengan pemasangan gips, kadang juga terjadi fraktur yang terdislokasi dalam hal ini

    harus diteliti. Apakah ada juga fraktur tulang radius atau dislokasi sendi radioulnar. Pada fraktur

    yang kominutif dapat terjadi pergeseran lambat atau pseudoartrosis ini memerlukan tindakanoperatif.

    Fraktur radius distalis pada anak

    Frakturradius distalis pada anak sering juga disebut juvenile colles fracture Pembagian

    fraktur daerah ini sesuai dengan klasifikasi Salter-Harris

    35

    http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/ulna/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/http://www.bedahugm.net/tag/radius/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    36/48

    Type 1. Garis Fraktur melewati epifisial plate seperti Slippe femoral epiphysis

    Type 2. Garis fraktur melewati epifisial plate kemudian sebagian berlanjut ke metafisis

    Type 3. Garis Fraktur dari permukaan sendi ke proximal kemudian berlanjut ke epifisial

    plate (intra artikuler)

    Type 4. Garis Fraktur dari permukaan sendi ke proximal yang berakhir di metafisis (intra

    artikuler)

    Type 5. kerusakan dari sebagian epifisial plate akibat gaya trauma kompresi

    2.7.5 Diagnosis.

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologis anteriorposterior dan lateral.

    Penilaian Keberhasilan Penanganan Fraktur Colles

    Dalam melakukan penilaian terhadap keberhasilan penanganan fraktur Colles banyak ahli

    menggunakan sistem Demerit untuk mengevaluasi hasil akhir penyembuhan fraktur Colles yang

    dikemukakan oleh Gartland dan Werley (1951).

    2.8 Fraktur Colles

    FrakturColles paling sering ditemukan pada orang dewasa usia lanjut, dengan insidensi

    yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause,oleh sebab itu pasien

    biasanya wanita dengan riwayat jatuh dengan tangan terentang. Burkhaeta (1985) mengatakanpada saat memikirkan fraktur pada ekstremitas atas pada usia lanjut maka segera terpikirkan

    pertama kali adalah fraktur Colles.

    36

    http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    37/48

    Patah tulangantebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan oleh

    gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat

    diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan denganposisi siku agak menekuk seperti gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.

    FrakturColles adalah fraktur pada tulang radius berjarak kurang atau sama dengan 2,5cm dari pergelangan tangan (Mc Rae, 1992), Apley dan Solomon, 1987.

    Sheikh dan Murthy (2000), memberi batasan sebagai fraktur metafisis distal radius,biasanya terjadi pada 3 4 cm dari facies artikularis dengan angulasi volar dari apex fraktur

    (deformitas garpu perak), pergeseran ke dorsal dari fragmen distal dengan diikuti pemendekan

    (shortening) radial. Keadaan ini dapat atau tidak disertai fraktur styloideus ulnae. Variasiintraartikular dapat melibatkan facies artikularis distal radius serta artikulatio radiocarpea dan

    radioulnaris.

    FrakturColles diuraikan pertama kali oleh Abraham Colles tahun 1814 sebagai fraktur

    dislokasi ujung distal radius berjarak satu setengah inci dari sendi, yang ternyata terbuktikebenarannya dengan perkembangan radiolografi (Pool, 1973).

    2.8.1 Anatomi, Fisiologi dan Mekanisme Trauma

    Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare

    ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi

    radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligamentum dankapsulal yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis yang melekat pada

    semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamentum koleteral ulnar.

    Ligamentum kolateral ulnar bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis

    bersama ligamentum radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius danulna, disebut Triangular fibro cartilage complex (TFCC) (Sjamsuhidajat, 1997), berguna untuk

    menstabilkan artikulatio radioulnaris distal (Zabinski dan Weiland, 1999). Gerakan pergelangantangan sangatlah luas (mobile) dan kemampuannya mencapai 160 untuk fleksi dan ekstensi dan

    180 untuk rotasi lengan bawah. Kurang dari 80% dari transmisi beban melaluii pergelangan

    tangan lewat artikulatio radiocarpal sementara 20% sisanya melalui artikulatio ulnocarpal lewat

    Triangular fibro cartilage complex. (Zabinski dan Weiland, 1999).

    Fraktur Colles terjadi pada penderita dengan riwayat jatuh dengan tangan terentang

    (Apley dan Solomon, 1987). Trauma yang terjadii merupakan trauma langsung yaitu jatuh pada

    permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah

    dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari sampingmenyerupai garpu terbalik.

    2.8.2 Diagnosis Fraktur Colles :

    Diagnosis fraktur Colles ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Kita dapat

    mengenal fraktur ini dengan adanya deformitas dinner fork seperti telah disebutkan diatas,dengan penonjolan pada punggung pergelangan tangan (ke arah dorsal) dan depresi di depan.

    37

    http://www.bedahugm.net/tag/patah-tulang/http://www.bedahugm.net/tag/antebrachii/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/patah-tulang/http://www.bedahugm.net/tag/antebrachii/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    38/48

    Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila

    pergelangan tangan digerakkan

    Dari pemeriksaan radiologis posisi anteroposterior dan lateral dapat dijumpai suatufraktur transversal pada tulang radius kurang dari 2,5 cm dari pergelangan tangan, dan sering

    disertai patahnya processus stiloideus ulnae.

    Fragmen distal (1) bergeser dan miring ke dorsal (2) bergeser dan miring ke radial, dan

    (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami kerusakan dan kominutif yang hebat.

    2.8.3 Klasifikasi :

    Gertland dan Werley cit Zabinski dan Weiland (1999), mula-mula membagi trauma distal

    radius ke dalam fraktur ekstra artikular dan intraartikular. Kebanyakan klasifikasi fraktur dibuat

    berdasarkan anatomii fraktur. Klasifikasi Frykman didasarkan pada keterlibatan artikulatio

    radiokarpal dan atau radioulnar serta ada tidaknya fraktur styloideus ulnae.

    Klasifikasi Fraktur Colles menurut Frykman

    Tipe Uraian

    I Frakturradius ekstra artikuler

    II Frakturradius ekstra artikuler dengan fraktur ulna

    III Frakturradius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal

    IV Frakturradius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal disertai fraktur ulna distal.

    V Frakturradius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal

    VI Frakturradius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal disertai Frakturulnadistal

    VII Frakturradius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal dan radio ulnaris distal.

    VIII Fraktursendi radiokarpal dan radioulnaris distal disertai fragmen ulnaris

    Klasifikasi anatomi yang paling komprehensif dan lengkap adalah sistem AO (Zabinski

    dan Weiland, 1999). Sistem ini membagi trauma menjadi tipe A (ekstra artikuler), tipe B

    (artikular simpel) dan tipe C (artikuler komplek).

    Lidstrom cit Roysam (1993), berdasarkan gambaran radiologis membagi fraktur Colles

    kedalam empat tingkatan derajat keparahan pergeseran fragmen fraktur (derajat anatomis) dankualitas reduksi yaitu derajat I, II, III dan IV sesuai beratnya deformitas meliputi angulasi ke

    dorsal dan pemendekan (shortening) tulang radius )

    Derajat Keparahan Fraktur Colles Menurut Lidstrom.

    Derajat Deformitas

    38

    http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    39/48

    I. Tidak ada atau tidak bermakna. Angulasi dorsal < 0 atau shortening < 3 mm

    II. Ringan, Angulasi dorsal 1 10 dan / atau shortening 3 6 mm

    III. Sedang, Angulasi dorsal 11 14 dan / atau shortening 7 11 mm

    IV. Berat, Angulasi dorsal > 15 atau shortening > 11 mm.

    2.8.4 Penanganan Fraktur Colles :

    Penanganan fraktur Colles umumnya dilakukan rawat jalan yaitu setelah terdiagnosisdiberikan tindakan reposisi tertutup. Bila tidak ada pergeseran, cukup di imobilisasi dengan gip

    bawah siku. Bila terjadii pergeseran atau sedikit pergeseran perlu tindakan reposisi dengan

    anestesi lokal, regional atau umum, kemudian dilakukan gip bawah siku dengan posisi fragmendistal fleksi dan pronasi. Pada hari berikutnya anggota gerak atas elevasi. Adapun jari-jari

    sesegera mungkin melakukan latihan. Seminggu kemudian dilakukan pemotretan dengan sinar X

    kontrol untuk menilai apakah terjadi pergeseran kembali (redisplacement). (Armis, 1994).

    Imobilisasi dengan gip bertujuan mencegah pergeseran kembali fragmen fraktur paskareposisi. Sebagai tulang kanselus, maka penyembuhan tulang radius distal diperkirakan tuntas

    kurang lebih 6 minggu dari saat terjadinya trauma. Oleh sebab itu pada fraktur Colles gip dapat

    dilepas umumnya 5 6 minggu (Mc Rae, 1992; Apley dan Solomon, 1987; Gartland danWerley, 1951).

    Mengenai imobilisasi gip bawah siku atau atas siku masih terdapat perbedaan

    pandangan. Apley dan Solomon (1987), serta Mc. Rae (1992), menyatakan penanganan fraktur

    Colles cukup dengan gip bawah siku sedangkan ahli lain menyatakan harus dengan gip atas siku

    (Way, 1994). Sheikh dan Murthy (2000) menganjurkan imobilisasi kombinasi yaitu gip atas sikupada minggu-minggu awal dilanjutkan gip bawah siku kecuali pada penderita di atas 60 tahun

    harus dipasang gip bawah siku untuk mencegah kekakuan sendi siku.

    2.9 Fraktur Astabulum

    39

    http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    40/48

    2.9.1 Klasifikasi Apley dan Solomon 1993 :

    1. Pilar anterior2. Posterior3. Transversal4. Komposit

    I II III IV

    Dislokasi posterior sendi kokse ( dasboard Injury / Putri malu : terdiri dari Fleksi, adduksi, internalrotasi dan Shortening.

    Klasifikasi radiologis, Epstein 1973 Dislokasi Coxae :

    I : tanpa fraktur dilakukan skin traksi, hemispika (3 minggu)

    II : dengan fraktur segmen

    III : dengan fraktur comminutif bibir asetabulum

    IV : fraktur dasar asetabulum

    V : dislokasi posterior dengan fraktur head femur

    2.9.2 Komplikasi ;

    1. Trauma saraf skiatika2. Osteoarthritis3. Nekrosis avaskuler kaput femoris

    2.9.3 Anatomy of the lower Extremity

    40

    http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/fraktur/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    41/48

    2.10 Fraktur Pelvis

    Cincin pelvis dibentuk oleh :

    1. Os Ileumkanan kiri2. Os Sacrum (belakang)

    3. Os Pubis kanankiri

    Frakturpelvis ditimbulkan oleh trauma yang hebat kecuali pada wanita tua dengan

    osteoporosis. Bila terjadi trauma daerah pelvis jangan lupa evaluasi vesika urinaria, urethra,rektum , anus, pembuluh darah besar dan gangguan neurologis (pleksus lumbalis,

    pleksus sacralis).

    2.10.1 Klasifikasi

    Klasifikasi TILE dan PENNAL (1980)

    A : Stabil

    41

    http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/osteoporosis/http://www.bedahugm.net/fraktur/http://www.bedahugm.net/tag/osteoporosis/
  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    42/48

    A1 : Fraktur isolated tanpa fraktur cincin pelvis

    A2 : Fraktur cincin pelvis tanpa pergeseran

    A1: Avulsion

    fracture

    A2: Non-displaced

    pelvic ring fracture

    A3: Transverse sacral or

    coccyx fractures

    B : Rotasi (tidak stabil) dan Vertikal (stabil)

    B1 : Open book

    Stage 1 Symphisiolisis < 2,5 cm terapi dengan bed rest

    Stage 2 Symphisiolisis > 2,5 cm terapi dengan OREF

    Stage 3 Bilateral Lessio terapi dengan OREF

    B2 : Kompresi lateral / ipsilateral

    B3 : Kompresi lateral / kontralateral (bucker handle terapi dengan OREF)

    B1: Stage 1 B1: Stage 2 B1: Stage 3

    Symphysis pubisdisruption less than

    2.5 cm

    Symphysis pubisdisruption more than 2.5

    cm

    Symphysis pubis disruptionmore than 2.5 cm with

    bilateral posterior ring

    injury

    42

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    43/48

    B2: lateral compression injury

    (ipsilateral)

    B3: lateral compression

    (contralateral / Buckle Handle)

    C : Rotasi dan vertikal (tidak stabil)

    C1 : Unilateral

    C2: : Bilateral

    C3 : dengan fraktur asetabulum

    C1: Ipsilateralanteriorand posterior pelvic

    injuries

    C2: Bilateralhemipelvic disruption

    C3 :Any pelvic fracture withanassociated acetabularfracture

    2.10.2 Management :

    1. Evaluasi A, B, C

    Syok akibat perdarahan , infus dan transfusi 4-6 U (24-36jam pertama), bila perdarahan

    menetap transfusi 10-12U(24-36jam pertama) , perdarahan hebat lakukan laparotomi dan

    repair dan pikirkan untuk dilakukan artrografi.

    2. Konservatif

    Istirahat sampai nyeri hilang untuk tipe A

    Pelvik sling untuk tipe B stage 2

    43

  • 7/29/2019 70372631-FRAKTUR-DISLOKASI

    44/48

    3. Operatif

    Hentikan perdarahan, Stabilkan fraktur untuk tipe C, Cytostomi

    Repair arteri

    2.11 DISLOKASI

    2.11.1 Pengertian

    Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk

    sendi tidak lagi dalam posisi anatomis. Secara kasar adalah tulang terlepas dari persendian.

    Subluksasi adalah dislokasi parsial permukaan persendian. Kadang luksasi disertai denganfraktur luksasi / dislokasi, misalnya fraktur panggul dengan fraktur pinggir acetabulum.

    Dislokasi disertai dengan kerusakan simpai sendi atau ligament sendi. Bila kerusakan tersebuttidak sembuh dengan baik, luksasi muda terulang kembali seperti sendi bahu. Pada sendi panggul

    perdarahan dicaput femur mungkin terganggu karena kerusakan pada trauma luksasi s