22
JAWABAN UAS PENGUKURAN DALAM PENDIDIKAN Dosen Pengampu : Herwindo, Ph. D Mata Kuliah : Pengukuran dalam Pendidikan Oleh : Jayanto No. Reg. 7816130663 PROGRAM PASCASARJANA PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2013

7816130663 - Jayanto - Jawaban UAS contoh karakteristik pengukuran ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

  • Upload
    jayanto

  • View
    138

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

7816130663 - Jayanto - Jawaban UAS contoh karakteristik pengukuran ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

Citation preview

  • J A WA B A N U A S

    P ENG U KU R A N D A L A M P END I D I KA N

    Dosen Pengampu :

    Herwindo, Ph. D

    Mata Kuliah :

    Pengukuran dalam Pendidikan

    Oleh :

    J aya n to

    No. Reg. 7816130663

    P R O G R A M P A SC A SA R J A NA

    P ENEL I T I A N D A N EV A L U A SI P E ND I D I KA N

    U NI V ER S I T A S N EG ER I J A KA R T A

    2 0 1 3

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 1 of 22

    1. Jelaskan dengan memberikan contoh karakteristik pengukuran ranah kognitif, afektif, dan

    psikomotorik !

    Jawab :

    a. Pengukuran ranah Kognitif

    Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,

    segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah

    kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan

    menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan

    mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai

    dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek

    yang dimaksud adalah :

    Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

    adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali

    kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan

    kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses

    berfikir yang paling rendah.

    Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat

    menghafal surat al-Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar,

    sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan

    Agama Islam di sekolah.

    Pemahaman (comprehension)

    adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu

    diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu

    dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami

    sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci

    tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang

    kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

    Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini

    misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan

    tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashar secara lancar dan jelas.

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 2 of 22

    Penerapan (application)

    adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata

    cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,

    dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir

    setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

    Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik

    mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam

    kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

    Analisis (analysis)

    adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan

    menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara

    bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis

    adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

    Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang

    wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di sekolah, dan dalam kehidupan

    sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.

    Sintesis (syntesis)

    adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis

    merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,

    sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.

    Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.

    Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat

    menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

    Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

    Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi

    Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat

    pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan

    pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai

    dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

    Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik

    mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang

    berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 3 of 22

    menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai

    pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji

    dilaksanakan dalam sehari-hari.

    b. Pengukuran Ranah Afektif

    Hingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit untuk

    digarap secara operasional. David Krathwohl beserta para koleganya yang adalah para pakar

    dengan reputasi akademik memadai pun mengeluh betapa sulit mengembangkan kawasan

    afektif terutama jika dibandingkan dengan kawasan kognitif. Kawasan afektif seringkali

    tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Teoretik kita bisa membedakannya,

    praktiknya tidak demikian.

    Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap,

    motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Kita hanya dapat memotretnya melalui

    perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan. Kemunculan perilaku ini bisa menunjukkan 3

    kecenderungan atau arah (Anderson, 1981): positif, netral, atau negatif. Selain memiliki arah,

    afek juga memiliki intensitas, artinya perilaku yang dinyatakan dalam tujuan atau kompetensi

    afektif haruslah yang mempunyai kemungkinan tinggi (high probability behavior). Pengukuran

    afek harus pula menyediakan pernyataan kondisi dalam kompetensi atau tujuannya, yang

    menunjukkan terjadinya perilaku yaitu berupa sejumlah preferensi atau pilihan yang disediakan

    bagi siswa. Siswa bebas memilih. Juga mengandung pernyataan kriteria, apakah kriteria yang

    terkait dengan jumlah subjek atau jumlah kegiatan/perilaku.

    Struktur ranah afektif sebagaimana dikembangkan Krathwohl et al (1964) cukup rumit.

    Artinya struktur afektif ini unsur-unsurnya cukup kompleks. Tidak semua karakteristik afektif

    harus dievaluasi di sekolah. Beberapa karakteristik afektif yang perlu diperhatikan (diukur dan

    dinilai) terkait dengan mata pelajaran PAI di sekolah adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai

    (Dikdasmen, 2003). Sikap berhubungan dengan intensitas perasaan positif atau negatif

    terhadap suatu objek psikologik (misal kegiatan pembelajaran, atau mata pelajaran). Minat

    berhubungan dengan keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek psikologik, atau

    pilihan terhadap suatu kegiatan. Konsep diri berhubungan dengan pernyataan sendiri tentang

    keadaan diri sendiri, tentang kemampuan diri terkait objek psikologiknya. Nilai berhubungan

    dengan keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Teknik pengukuran

    afektif dapat dilakukan dengan berbagai ragam misal :

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 4 of 22

    1. Skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil

    pertimbangan).

    2. Angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa).

    3. Swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri terhadap

    sesuatu).

    4. Wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi terkait dengan

    afek tertentu).

    5. Inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis. Dilihat dari banyaknya jajaran kalimat

    yang isinya hanya perlu di dijawab dengan tanda check, inventori dapat disebut checklist

    (menandai), daftar atau inventarisasi pribadi, dan lain-lain alat atau teknik nontes.

    Secara rinci, dalam buku Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus

    dan Penilaian Mata Pelajaran PAI (2003) dijelaskan, terdapat 8 langkah dalam membuat

    instrumen sikap dan minat:

    1. Memilih ranah (karakteristik) afektif yang akan dinilai, misal minat siswa terhadap mata

    pelajaran PAI.

    2. Menentukan indikator, misal indikator minat siswa terhadap mapel PAI meliputi kehadiran

    di kelas, banyak bertanya, mengumpulkan tugas tepat waktu.

    3. Memilih tipe skala yang digunakan (metode dan tingkat skala pengukuran).

    4. Menelaah instrumen dengan teman sejawat (validasi, judgment).

    5. Memperbaiki instrumen.

    6. Menyiapkan inventori laporan diri.

    7. Menentukan skor inventori.

    8. Membuat hasil analisis inventori.

    c. Pengukuran Ranah Psikomotorik

    Istilah psychomotor, psikomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor, atau

    perceptual-motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi

    penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling sederhana seperti

    gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks seperti

    gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Ada beda makna antara skills

    (keterampilan) dan abilities (kemampuan). Keterampilan lebih terkait dengan psikomotor,

    sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif.

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 5 of 22

    Pengukuran karakteristik (gerak) dalam ranah psikomotor dilakukan terhadap proses

    maupun hasil belajar yang berupa tampilan perilaku atau kinerja. Dalam hal ini kita bisa

    menggunakan kriteria atau prinsip-prinsip : kecermatan, inderawi, kreatif, efektif. Menurut

    Antony J. Nitko (1994) untuk mengukur gerak motorik ada dua pendekatan:

    1. Pengamatan dan pengukuran pada saat proses berlangsung;

    2. Pengamatan dan pengukuran pada hasil dari gerakan motorik. Pendekatan pengukuran

    proses memerlukan kecermatan dan konsentrasi serta waktu yang relatif lama. Sementara

    pengukuran dengan pendekatan hasil relatif lebih mudah mengamatinya. Pengukuran

    karakteristik psikomotor yang baik adalah menggunakan dua pendekatan tersebut.

    Pengukuran karakteristik psikomotor dapat menggunakan beraneka model instrumen,

    misal:

    Checklist (menandai).

    Identification Test (tes identifikasi)

    Ranking (urutan).

    Numerical Scales (skala angka).

    2. Jelaskan langkah - langkah atau prosedur validasi suatu alat ukur pendidikan !

    Jawab :

    A. Menghitung Validitas Butir (r butir)

    Setiap soal di analisis validitas butirnya dengan jalan sebagai berikut:

    Tabel skor di urutkan dari total skor terbesar ke terendah

    Setiap butir soal dihitung r nya dangan rumus:

    Harga r dikonfirmasikan dengan tabel kritik product moment pada taraf singnifikansi 4%

    dan dk n-1.

    Keterangan :

    0,8 r 1 sangat tinggi

    0,6 r 0,79 tinggi

    0,4 r 0,59 cukup

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 6 of 22

    0,2 r 0,39 rendah

    0,0 r 0,19 rendah sekali (Suharsimi, 2003).

    Apabila hasil perhitungan validitas butir untuk soal tertentu diperoleh r butir (r hitung)

    lebih besar bila dibandingkan dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk n-1 berarti

    soal tersebut valid.

    Perhitungan serupa dilakukan untuk semua soal yang ada.

    Dari sejumlah soal yang ada maka kemungkinan terdapat beberapa soal yang tidak valid.

    B. Menghitung Indeks Kesukaran /Tingkat Kesulitan

    1. Hasil tes setelah diperiksa diberi skor untuk jawaban benar 1 dan untuk jawaban salah 0.

    2. Skor yang diperoleh di urut dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah serta di

    bagi 2 menjadi kelompok atas dan kelompok bawah.

    3. Untuk menentukan jumlah kelompok atas dan kelompok bawah dipakai rumus 27% x N.

    4. Bila ada butir soal yang hampir tidak ada peserta tes yang menjawab benar maka butir soal

    tersebut dikatakan butir yang sukar, dan sebaliknya bila hampir semua peserta tes

    menjawab benar maka butir tersebut dikatakan mudah.

    5. Batas sulit dan mudah dibuat klasifikasi sbb:

    Butir dengan indeks kesukaran:

    0,00 - 0,30 tergolong sukar

    0,31 - 0,70 sedang

    0,71 - 1,00 mudah

    6. Rumus untuk menghitung indeks kesukaran (tingkat kesulitan):

    A+B

    N

    Dimana:

    A = jumlah kelompok atas yang menjawab benar

    B = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar

    N = jumlah peserta tes

    C. Menghitung Daya Beda

    Suatu butir soal harus dapat membedakan kelompok yang pandai dengan kelompok yang

    lemah dalam hal ini kelompok atas dan kelompok bawah.

    Klasifikasi daya beda adalah sebagai berikut:

    (1) D 0,19 jelek

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 7 of 22

    (2) 0,20 - 0,29 cukup

    (3) 0,30 - 0,39 baik

    (4) D 0,40 baik sekali

    D. Menghitung Reliabilitas

    Nunnally (1981) menyatakan bahwa reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh

    orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau

    dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya.

    Sementara itu Allen & Yen (1979) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan

    mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor sebenarnya.

    Tabel . Interpretasi Reliabilitas Instrumen

    Besarnya Nilai r Interpretasi

    0,80 -1,00 Tinggi

    0,60 -0,80 Cukup

    0,40 -0,60 Agak rendah

    0,20 -0,40 Rendah

    0,00 0,20 Sangat rendah

    E. Distribusi Jawaban

    1. Apabila dilihat strukturnya tes bentuk pilihan ganda berisi permasalahan yang akan

    ditanyakan dan sejumlah kemungkinan jawaban atau option.

    2. Kemungkinan jawaban itu dibagi dua yaitu kunci jawaban dan pengecoh atau distractor

    (Surapranata, 2004).

    3. Menurut Azwar (1987) efektivitas distraktor dapat dilihat dari dua kriteria, yaitu (1)

    distraktor dipilih oleh peserta tes dari kelompok rendah, dan (2) pemilih distraktor tersebar

    relatif proporsional pada masing-masing distraktor yang ada.

    4. Lebih lanjut Surapranata (2004) suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik jika paling

    sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.

    5. Apabila pengecoh dipilih secara merata, maka termasuk pengecoh yang sangat baik.

    6. Apabila pengecoh lebih banyak dipilih oleh peserta tes dari kelompok atas dibandingkan

    dengan kelompok bawah, maka termasuk pengecoh yang menyesatkan.

    7. Masrun (1975) mengemukakan distribusi jawaban dapat diketahui:

    o banyaknya peserta tes yang menjawab betul,

    o pengecoh yang bagi peserta tes terlalu mencolok kesalahannya sehingga tidak ada

    yang memilih sebagai jawaban betul,

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 8 of 22

    o pengecoh yang menyesatkan, dan

    o pengecoh yang mempunyai daya tarik bagi peserta tes yang kurang pandai.

    Reliabilitas

    Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan ketetapan alat evaluasi mengukur sesuatu

    yang diukur. Macam-macam cara untuk menentukan reliabilitas suatu test, seperti test-

    retest, bentuk-bentuk ekuivalen (equivalent forms), metode-metode membagi dua (splithalf

    methods).

    Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka selanjutnya reliabilitas alat ukur tsb diuji.

    Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam

    mengukur gejala yang sama.

    Untuk mengukur reliabilitas suatu test buatan peneliti perlu menggunakan cara yang lebih

    singkat sebagai berikut. Andaikan kita mengadakan test 80 anak dalam materi pelajaran

    matematika.

    Jika rata-rata hitungnya adalah 50, dan standar deviasinya adalah 7. Kemudian hitunglah

    reliabilitas itu dengan rumus.

    Dimana :

    r = reliabilitas test

    n = banyak soal dalam test itu

    = standar deviasi dari nilai-nilai (angka-angka) dari test

    M = rata-rata hitung dari nilai-nilai (angka-angka) dari test

    Maka, r = 0,62

    Jadi test itu reliabilitasnya adalah 0,62 yang berarti tidak begitu tinggi.

    Kita perlu juga meneliti dan mengganti (bila diperlukan) suatu alat evaluasi yang terlalu

    sukar atau terlalu mudah. Biasanya guru yang berpengalaman secara intuitif dapat melihat

    mana soal yang terlalu sukar dan mana soal yang terlalu mudah bagi tingkat tertentu. Soal-

    soal yang terlalu sukar, rata-rata hitung nilai-nilainya rendah, sebarannya (rangenya)

    berkisar di sekitar nilai yang rendah.

    Sedangkan soal-soal yang terlalu mudah rata-rata hitung nilainya tinggi dan sebarannya

    berkisar di sekitar nilai-nilai yang tinggi (besar). Tetapi agar kita lebih yakin dapat melihat

    mana soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah dapat digunakan rumus indeks kesukaran:

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 9 of 22

    Dimana :

    I.K. = indeks kesukaran

    Nb = banyaknya anak pada kelompok baik yang menjawab benar

    Nj = banyaknya anak pada kelompok jelek yang menjawab benar

    N = banyaknya anak dari kelompok baik atau jelek (25%)

    Misalkan kita lihat soal nomor 10, dimana dari kelompok pandai yang menjawab soal itu

    benar sebanyak 16 dan dari kelompok jelek sebanyak 4 orang , sehingga:

    Validitas

    Instrumen, baik tes maupun non tes harus:

    memiliki bukti kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas);

    hasilnya dapat dibandingkan, dan

    ekonomis.

    Tes yang baik, harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah digunakan.

    Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan

    tujuan penggunaan tes.

    Validitas merupakan fundamen paling dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi

    suatu tes.

    Validitas adalah penafsiran skor tes seperti yang tercantum pada tujuan penggunaan tes,

    bukan tes itu sendiri.

    Apabila skor tes digunakan ditafsirkan lebih dari satu makna, setiap penafsiran/pemaknaan

    harus divalidasi.

    Kesahihan isi dilihat dari kisi-kisi, yaitu matrik yang menunjukkan bahan tes serta tingkat

    berpikir yang terlibat.

    Kesahihan ditelaah sebelum tes digunakan

    Kesahihan konstrak dari hasil analisis faktor

    Kesahihan konstrak hasil penggunaan tes, yaitu data empirik

    Kesahihan prediktif data empirik untuk dapat menghitung.

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 10 of 22

    Contoh:

    1. Mengetahui berat cincin emas mengg. timbangan emas agar hasilnya valid.

    2. Menghitung waktu tempuh (kota ke kota) cukup mengg. jam tangan, tetapi untuk

    mengukur waktu seorang atlit pelari 100 meter?

    3. Jika ingin mengukur kemampuan bahasa seseorang, maka harus ada definisi tentang

    bahasa Tes TOEFL

    4. Valid untuk mengukur apa, valid bagi siapa

    5. Di dalam bidang ilmu sosial dan psikologi kata validitas atau kesahihan digunakan

    sekurang-kurangnya dalam tiga konteks, yaitu:

    (A) validitas penelitian (research validity),

    (B) validitas soal (item validity), dan

    (C) validitas alat ukur atau tes (test validity).

    Validitas penelitian mengandung dua sisi, yaitu:

    validitas internal, dan

    validitas eksternal.

    Validitas internal penelitian mempersoalkan kesesuaian antara data hasil penelitian dengan

    keadaan yang sebenarnya

    Mengembangkan instrumen pengambil data yang memenuhi persyaratan ilmiah.

    Validitas Internal digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah penelitian sudah

    menggunakan konsep yang seharusnya (actually).

    1. Content Validity

    2. Criterion-related validity

    3. Construct validity

    Validitas internal biasanya membantu mengatasi kelemahan validitas eksternal.

    Bila data yang dicapai dapat digeneralisasi kesemua objek, situasi dan waktu yang berbeda.

    1. Pemilihan sampel yang tidak bias

    2. Jumlah sampel besar

    3. Melibatkan banyak situasi

    4. Periode waktu yang relatif panjang

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 11 of 22

    Validitas soal (item validity)

    Validitas soal adalah derajat kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal

    lain.

    Ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor pada soal itu dengan skor pada

    perangkat soal (item-total correlation) dihitung dg. korelasi biserial. Isi validitas soal

    adalah daya pembeda soal (item discreminating power).

    Informasi yang dimiliki hanyalah kumpulan atau perangkat soal itu bersama-sama

    mengukur sesuatu.

    Validitas alat ukur/tes

    Validitas alat ukur adalah "sejauhmana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk

    diukur.

    Validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes, atau

    derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes.

    Validitas isi

    Tipe Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes

    dengan analisis rasional (profesional judgment), "sejauhmana item-item dalam tes

    mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur" atau "sejauhmana isi tes

    mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur".

    Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan" isi tidak saja menunjukkan bahwa tes

    tersebut harus memuat isi yang komprehensif dan relevan pada batasan tujuan ukur.

    Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya

    analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai

    sejauhmana validitas isi suatu tes telah tercapai.

    Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical

    validity (validitas logik).

    o Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena

    hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes.

    Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu

    mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka

    telah terpenuhi.

    o Validitas logik disebut sebagai validitas sampling (sampling validity).

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 12 of 22

    Validitas ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut

    yang hendak diukur.

    Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi suatu tes harus dirancang, hanya berisi item

    yang relevan.

    Suatu objek ukur yang hendak diungkap haruslah dibatasi kawasan perilaku secara

    seksama dan konkret tidak relevan terikut dan tertinggalnya bagian penting dari objek

    ukur.

    Validitas Konstruk

    Merupakan tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau

    konstruk teoretik yang hendak diukur.

    Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan

    perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.

    Walaupun pengujian validitas konstrak biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang

    lebih kompleks, namun hasil estimasi validitas konstruk tidak dinyatakan dalam bentuk

    koefisien validitas.

    Validitas Berdasarkan Kriteria

    Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria

    eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes.

    Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa

    suatu ukuran lain yang relevan.

    Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara

    skor tes dengan skor kriteria.

    Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana

    X melambangkan skor tes dan Y melambangkan skor kriteria.

    Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu:

    o validitas prediktif (predictive validity) dan

    o validitas konkuren (concurrent validity).

    Validitas prediktif sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai

    prediktor bagi performansi di waktu yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki

    adanya prediksi performansi ini antara lain dalam seleksi mahasiswa baru.

    Tes yang digunakan untuk seleksi masuk perguruan tinggi, untuk menguji validitas

    prediktif tes seleksi tersebut diperlukan kriteria performansi yang akan datang, yang

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 13 of 22

    dalam hal ini adalah indeks prestasi (IP) setelah calon mahasiswa diterima menjadi

    mahasiswa dan menempuh pelajaran beberapa semester atau beberapa tahun kemudian.

    Tes seleksi masuk perguruan tinggi tersebut memiliki validitas yang tinggi apabila tes

    tersebut bila dikorelasikan dengan IP memiliki koefisien korelasi yang tinggi.

    Koefisien korelasi antara skor tes dan skor kriteria merupakan indikator mengenai saling

    hubungan antara skor tes dengan skor kriteria sebagai koefisien validitas prediktif.

    Prosedur validasi prediktif pada umumnya memerlukan waktu yang lama dan mungkin

    pula biaya yang tidak sedikit karena prosedur ini pada dasarnya bukan pekerjaan yang

    dianggap selesai karena lebih merupakan kontinyuitas dalam proses pengembangan tes.

    Validitas konkuren adalah apabila skor tes dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam

    waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor.

    Misalnya dalam penyusunan suatu skala inteligensi. Maka dapat menguji validitas skala

    inteligensi yang sedang disusun dengan cara menghitung korelasi antara skor skala

    tersebut dengan skor pada tes inteligensi lain yang telah valid, misalnya Skala Wechsler.

    Di samping itu, estimasi validitas skala inteligensi tersebut dapat pula diperoleh lewat

    perhitungan koefisien korelasinya dengan skor pada variabel lain yang relevan, yaitu yang

    dapat dianggap sebagai indikator tingkat inteligensi.

    Langkah dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas internal adalah sebagai berikut:

    (1) Cobalah item di lapangan kepada paling sedikit 30 orang responden (batas sampel

    besar dalam statistik)

    (2) Tabulasi data yang telah masuk

    (3) Ujilah validitas dan reliabilitasnya

    o Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total.

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 14 of 22

    o Korelasi Rank Spearman jika data yang diperoleh adalah data ordinal,

    o sedangkan jika data yang diperoleh data interval kita bisa menggunakan korelasi

    Product Moment.

    o Sedangkan uji reliabilitas yang paling sering digunakan adalah uji, Cronbach Alpha,

    Hoyt dan Spearman Brown

    3. Apakah persamaan dan perbedaan antara asesmen, pengukuran, penilaian, dan evaluasi ?

    Berikan contohnya !

    Jawab :

    Konsep Asesmen

    Ada beberapa pengertian tentang Asesmen menurut para ahli :

    Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh stiggins (1994) sebagai penilaian proses,

    kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano

    (2001) sebagai The process of collengting data which shows the development of learning.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk

    penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakn hal penting

    yang dinilai dalam asesmen, factor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.

    Gabel (1993:388-390) mengkategorikan asesmen kedalam dua kelompok besar,

    asesmen tradisional dan asesmen alternative. Asesmen yang tergolong tradisional adalah

    tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu

    yang tergolong kedalam asesmen alternative (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian

    praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman

    sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), pertofolio, observasi, diskusi dan interviu

    (wawancara).

    Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara

    kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995)

    menyatakn bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan

    merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya

    asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal

    tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap konsep yang telah

    dicapai , akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 15 of 22

    diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa,

    akan tetapi juga kemajuan belajarnya.

    Menurut Robert M Smith (2002) Asesmen merupakan Suatu penilaian yang

    komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan

    yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan

    anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.

    Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis Asesmen merupakan Proses

    sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat

    kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk

    menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru

    akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan

    kenyataan objektif.

    Menurut Lidz (2003) Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil

    psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami

    kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari

    Pengertian diatas adalah sebagai berikut :

    Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka

    menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan

    pembelajaran secara tepat.

    Berdasarkan hasil kajian dari teori-teori diatas dapat menyimpulkan bahwa :

    Asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan

    asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak

    sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan

    layanan / intervensi secara tepat.

    Ruang Lingkup

    Motorik

    Kognitif

    Emosi

    Perilaku adaptif

    Bahasa

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 16 of 22

    Konsep pengukuran

    Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian

    angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau

    obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pendapat ini sejalan dengan

    pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan

    satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif

    juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan Measurement is

    limited to quantitative descriptions of pupil behavior

    Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap

    suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas

    fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa

    dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

    Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha

    memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah

    mencapai karakteristik tertentu.

    Konsep penilaian

    Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam

    alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik

    atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab

    pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil

    penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai

    kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau

    penentuan nilai kuantitatif tersebut.

    Pengertian penilaian ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek dikemukakan

    oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu

    obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek.

    Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) The assignment of

    one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established

    rules

    Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian

    untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 17 of 22

    ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab

    pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil

    penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai

    kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau

    penentuan nilai kuantitatif tersebut.

    Penilaian pada hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana

    pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus

    mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau

    sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.

    Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang

    telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

    Konsep Evaluasi

    Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah

    direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat

    tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value

    judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa :

    educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful,

    information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat

    bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan

    keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru,

    suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.

    Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation

    yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut

    Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai The process of delineating,

    obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives. Artinya

    evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang

    berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

    Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif,

    sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984)

    menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode

    pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 18 of 22

    salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan

    tes adalah tujuan pembelajaran.

    Perbedaan :

    Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan

    informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes

    maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang

    ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur

    dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan

    tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.

    Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi

    dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara

    menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi

    program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan,

    pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope

    yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan

    oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program

    pembelajaran.

    Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan evaluasi dalam hal

    metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi. Asesmen

    dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut.

    Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa, sementara itu subyek evaluasi lebih luas

    dan beragam seperti siswa, guru, materi organisasi, dll.

    Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian

    masing-masing:

    Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,

    kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.

    Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai

    informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil

    dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui

    program kegiatan belajar.

    Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk

    menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 19 of 22

    kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia

    pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21)

    adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.

    Hasil Pembelajaran merupakan apa yang boleh ditunjukkan oleh pelajar tentang

    pengetahuan dan kebolehan membuat sesuatu selepas sesuatu perkara diajar.

    Asesmen merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang terus menerus

    berlangsung untuk mengukur performansi murid dan proses pembelajaran.

    Kesimpulan :

    Pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen merupakan istilah-istilah yang sangat

    akrab dengan hal evaluasi, khususnya evaluasi hasil belajar. Pengukuran adalah penentuan

    besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran,

    sedangkan penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan

    ukuran atau kriteria tertentu. Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh,

    dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan

    pada dasarnya evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Dan Assessment biasanya

    dihubungkan dengan kemampuan seseorang, seperti kecerdasannya, keterampilannya,

    kecepatanya, ketepatannya, misalnya buku rapor.

    Oleh karena itu untuk melakukan suatu evaluasi maka kita harus mengetahui apa

    saja tujuan dari evaluasi, baik tujuan secara umum ataupun khusus. Kita juga harus

    mengetahui fungsi, manfaat serta prinsip evaluasi, serta persamaan dan perbedaannya agar

    evaluasi hasil belajar yang akan kita laksanakan bisa berjalan dengan baik dan benar.

    Semuanya itu sebagai satu kesatuan yang akan menentukan kualitas pembelajaran. Dalam

    proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik masing-masing berupaya mensukseskan

    tugas utama mereka masing-masing.

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 20 of 22

    4. Apakah tujuan utama penilaian kelas dan penilaian untuk menentukan kelulusan ? Jelaskan

    dengan contohnya !

    Jawab :

    Dalam PP No. 19 Tahun 2005, pasal 64, yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar

    peserta didik oleh pendidik diarahkan untuk memantau proses, kamajuan dan perbaikan hasil

    pembelajaran, maka dalam berbagai literature dikemukakan bahwa penilaian yang dilakukan

    pendidik dalam kegiatan pembelajaran disebut dengan asesmen kelas atau classroom

    assessment yang tujuan utamanya bersifat formatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran;

    Dengan demikian, jelas bahwa tujuan utama penilaian kelas adalah untuk meningkatkan mutu

    pembelajaran.

    Contoh : dalam satu kelas ada siswa yang medapatkan nilai tertinggi Fisika yaitu 80.

    Nilai 80 tersebut mungkin saja di kelas lain merupakan nilai sedang, bukan nilai tertinggi. hal ini

    dikarenakan kondisi siswa dalam kelas tersebut berbeda beda kemampuannya.

    Dalam Ayat 1 Pasal 66 PP No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar

    oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada

    mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang

    dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional.

    Dengan demikian, jelas bahwa tujuan utama penilaian untuk menentukan kelulusan

    adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran

    tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan

    dalam bentuk Ujian Nasional.

    Contoh : Nilai 80 Bahasa Inggris yang didapat oleh siswa di Propinsi Jawa Barat

    memiliki bobot yang sama dengan nilai Bahasa Inggris 80 di propinsi Jawa Tengah.

  • Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan

    Jayanto 7816130663 Page 21 of 22

    5. Apa peran pengukuran dalam suatu penelitian pendidikan ? Jelaskan secara teoritis maupun

    praktek !

    Jawab :

    Di dalam pengertian suatu pengukuran mengandung dua peran, yaitu peran teoritis dan juga

    peran praktis.

    Peran teoritis

    Pengukuran ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori tertentu atau yang disebut

    dengan pengukuran verifikatif. Adanya keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang

    terlibat tidak dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah dihadapi.

    Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui penelitian secara empiris serta

    hasilnya dapat menolak ataupun mengukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan.

    Peran praktis

    Di lain sisi, pengukuran juga berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua

    lembaga yang bisa kita jumpai di masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun

    lembaga swasta, sadar akan manfaat tersebut dengan menempatkan suatu pengukuran dan

    juga pengembangan sebagai bagian dari integral organisasi merek.