Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tergantung apa yang dipelajari oleh peserta didik. Apabila peserta didik mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka yang diperoleh adalah penguasaan konsep
(Rifa’i, 2009:85).
Hasil belajar tampak dari adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa,
berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat diamati dan diukur tingkat
keberhasilannya. Menurut Hamalik (2012:30) perubahan diartikan dengan
terjadinya peningkatan dan pengembangan lebih baik dibandingkan sebelumnya,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti.
Sedangkan Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23–1-25) membedakan hasil
belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
a) Ranah kognitif
Kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan
kemampuan dan keterampilan intelektual. Hasil belajar ranah kognitif terwujud
dalam aneka kemampuan intelektual murid. Ranah ini mencakup: mengingat
(remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying),
menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), mencipta (creating.)
b) Ranah afektif
Afektif adalah ranah yang berkaitan pengembangan perasaan, sikap,
nilai dan emosi. Ranah ini meliputi lima jenjang kemampuan yaitu penerimaan
(receiving), responsi (responding), acuan nilai (valuing), organisasi
(organization) dan karakterisasi suatu nilai (internalizing values).
11
c) Ranah psikomotorik
Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan atau
keterampilan motorik. Ranah ini meliputi persepsi (perception), kesiapan
(set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism),
gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan
kreativitas (originality).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperoleh siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran kurikulum 2013 hasil belajar dapat diukur dengan
tes atau penilaian otentik (autentic assessment) yang mencakup penilaian
sikap, pengetahuan dan keterampilan (unjuk kerja). Menurut Peraturan
Pendidikan Pendidikan Nasional 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan: Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,
ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan
ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.
1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran (output) pembelajaran.
2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan
untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk
penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
12
2.1.1.2 Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
a) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan
jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
b) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman
penskoran.Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.Instrumen penugasan
berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok.
c) Penilaian Kompetensi Keterampilan
Kompetensi keterampilan diukur melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu
dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi
rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Projek
adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan. Penilaian portofolio
adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta
didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:
1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
13
2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan; dan
3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
(Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan)
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu
2.1.2.1 Pengertian
Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan kompetensi dari beberapai mata pelajaran ke dalam berbagai
tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar,
sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti
tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Dalam pembelajaran tematik terpadu, tema yang dipilih berkenaan dengan
alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan
pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke
mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang
Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya.
Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak
untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI
sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan
Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang
diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity
maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan
keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya.
14
Proses pembelajaran tematik terpadu tidak sekadar menghafal konsep-
konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan
konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang
dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian,
agar terjadi pembelajaran bermakna maka guru harus selalu berusaha menciptakan
aktivitas siswa untuk selalu mencari tahu. Dengan kata lain, belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan
mengaktifkan lebih banyak indera dari pada hanya mendengarkan orang/guru
menjelaskan.
(Sumber : Bahan Ajar Pengelolaan Pembelajaran Tematik Terpadu: Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan 2013)
2.1.2.2 Model- Model Pembelajaran Tematik
Konsep model pembelajaran tematik yang dipelajari di Indonesia adalah
konsep pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty (1990). Model
pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty berawal dari konsep
pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (Hesti;2008)
Model pembelajaran tematik yang digunakan pada kurikulum di Indonesia
ada tiga yakni:
a) Model hubungan/terkait (connected model)
Pada model pembelajaran ini ciri utamanya adalah adanya upaya untuk
menghubungkan beberapa materi (bahan kajian) ke dalam satu disiplin ilmu.
Sebuah model penyajian yang menghubungkan, materi satu dengan materi yang
lain. Menghubungkan tugas/keterampilan yang satu dengan tugas/keterampilan
yang lain. Keunggulan model ini, peserta didik memperoleh gambaran yang
menyeluruh tentang sebuah konsep, sehingga transfer pengetahuan lebih mudah
dilakukan karena konsep pokok dikembangkan secara terus menerus.
b) Model jaring laba-laba (webbed model)
Model pembelajaran ini diawali dengan pemilihan tema. Setelah tema
ditentukan dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan
keterkaitannya antar mata pelajaran. Aktivitas belajar siswa direncanakan
15
berdasarkan sub-sub tema yang sudah ditentukan. Keuntukan model pembelajaran
ini bagi peserta didik adalah diperolehnya pandangan secara utuh tentang kegiatan
dari ilmu yang berbeda-beda.
c) Model terpadu (integrated model)
Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran
yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari konsep, sikap, dan keterampilan
yang tumpang tindih dipadukan menjadi satu. Kegiatan guru pertama menyeleksi
konsep, nilai-nilai dan keterampilan yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain
dari berbagai mata pelajaran. Keuntungan medel pembelajaran ini bagi peserta didik
adalah lebih mudah mengaitkan materi pembelajaran dari berbagai mata pelajaran.
Model inilah yang dikembangkan sebagai pembelajaran tematik terpadu di
kurikulum 2013.
Adapun penilaian pembelajaran tematik menggunakan lima domain, yaitu:
1) Konsep, meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
2) Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep pada saat
penyelidikan (eksplorasi)
3) Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam
kehidupan.
4) Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan
tes untuk memvalidasi penjelasan secara personal.
5) Sikap, mengembangkan sikap positif.
2.1.3 Model Pembelajaran Project Based Learning
2.1.3.1 Pengertian
Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah
banyak dikembangkan di negara-negara maju. Seperti diterjemahkan dalam bahasa
indonesia, Project Based Learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis
proyek. Joel L Klein et, al (2009) menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek
adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai
presentasi.
16
Adapun karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah siswa menyelidiki
ide- ide penting dengan bertanya dan menemukan pemahaman dalam proses
menyelidiki sesuai dengan kebutuhan dan minatnya, menghasilkan produk dan
berpikir kreatif, menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia
nyata, otentik dan isu-isu. Sedangkan Oslon (1993) menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran berbasis proyek, siswa merencanakan dan melaksanakan
penyelidikan terhadap beberapa topik atau tema yang menggunakan lintas mata
pelajaran atau lintas materi.
Ciri – ciri pembelajaran berbasis proyek menurut materi pelatihan kurikulum
2013 yng diterbitkan oleh BPSDMPK dan PMP tahun 2013 dan Center For Yout
Development and Education-Boston (Sudarman,2007) adalah:
a) Adanya permasalahan atau tantangan kompleks yang diajukan ke siswa;
b) Siswa mendesain proses penyelesaian permasalahan atau tantangan yang
diajukan dengan menggunakan penyelidikan;
c) Siswa mempelajari dan menerapkan keterampilan serta pengetahuan yang
dimilikinya dalam berbagai konteks ketika mengerjakan proyek;
d) Siswa bekerja dalam tim kooperatif demikian juga pada saat berdiskusi dengan
guru;
e) Siswa mempraktekkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi
individu yang bertanggung jawab, berkepribadian tinggi dengan belajar melalui
pengalaman;
f) Siswa secara berkala melakukan refleksi terhadap aktifitas yang sudah
dijalankan;
g) Produk akhir siswa dalam mengerjakan proyek dievaluasi
2.1.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Project Based Learning
Kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis proyek diantaranya adalah
sebagai berikut.
a) Meningkatkan motivasi siswa
b) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
c) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
17
d) Meningkatkan keaktifan siswa
e) Meningkatkan letrampilan siswa dalam mencariinformasi
f) Mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi
g) Memberikan pengalaman siswa dalam mengorganisasikan proyek
h) Memberikan pengalaman dalammembuat alokasi waktu untuk menyelesaikan
tugas
i) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa sesuai dunia nyata
j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan
2.1.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek
Adapun langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebagai
berikut.
a) Penentuan pertanyaan mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan essensial yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktifitas.
Topik sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa.
b) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project)
c) Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktifitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan essensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
d) Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktifitas dalam
menyelesaikan proyek, yaitu:
a) Membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek
b) Membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek,
c) Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
d) Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dan proyek, dan
18
e) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan tentang pemilihan suatu
cara
e) Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Student and the Progress
of the Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktifitas siswa
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
siswa pada setiap proses.
f) Menguji hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan setiap siswa, memberi
umpan balik, dan membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
g) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktifitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilaksanakan secara
individu dan kelompok.
19
Tabel 2.1 Sintaksis Project Based Learning
Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Tahap 1: Penentuan pertanyaan mendasar (Essential question)
Guru menyampaikan pertanyaan dan tujuan
yang akan dicapai
Siswa mendengarkan penjelasan guru
Tahap 2: Mendesain perencanaan proyek (Designing Project Plan)
Guru merancang dan menyusun pelaksanaan
penyelidikan suatu proyek pembelajaran
Siswa membuat cara yang digunakan untuk
menyelesaikan sesuai arahan guru
Tahap 3: Menyusun jadwal (Creating Schedule)
Guru bersama siswa menyusun jadwal dengan cara menentukan waktu, tempat, dan batas akhir
pelaksanaan proyek
Siswa memperhatikan penjelasan guru dan
membentuk kelompok belajar sesuai arahan guru
Tahap 4: Memonitor siswa (Monitor the progress)
Guru memonitor dan memfasilitasi pelaksanaan
proyek
Siswa memperhatikan bimbingan dan monitoring
dari guru
Tahap 5: Menguji hasil (Assess the outcome)
Guru mengukur dan mengevaluasi peran siswa
Siswa menjawab evaluasi guru dan
mempresentasikan
Tahap 6: Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the experiment
Guru melakukan refleksi dan evaluasi proyek
Siswa melakukan refleksi secara individu maupun
kelompok
Penerapan model pembelajaran berbasis proyek pada sub tema Jenis – Jenis
Pekerjaan untuk siswa kelas 4 adalah untuk mencapai Kompetensi Dasar berbagai
muatan pelajaran sebagai berikut.
20
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Tema Berbagai Jenis Pekerjaan
Sub Tema Jenis-Jenis Pekerjaan
Muatan Pelajaran
Kompetensi Dasar
PPKN 3.2 Memahami hak dan kewajiban sebagai warga dalam dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah, dan masyarakat
4.2 Melaksanakan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah, se-kolah, dan masyarakat
Matematika 3.13 Memahami luas segitiga, persegi panjang, dan persegi 3.14 Menentukan hubungan antara-satuan dan atribut
pengukuran termasuk luas dan keliling persegi panjang 4.9 Mengembangkan, dan membuat berbagai pola numeric dan
geometris
Bahasa Indonesia
3.3 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
4.3 Mengolah dan menyajikan teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
IPS 3.1 Mengenal manusia, aspek ke ruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlan jutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan
3.3 Memahami manusia dalam hubungannya dengan kondisi geografis di sekitarnya.
3.5 Memahami manusia dalam dina-mikainteraksi dengan ling kunganalam, sosial, budaya, dan ekonomi.
4.1 Menceriterakan tentang hasil bacaan mengenai pengertian ruang, konektivitas antar ruang, perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan dalam lingkup masyarakat di sekitarnya
4.3 Menceritakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan geografis tempat tinggalnya
21
Dalam silabus SD kelas 4 untuk menyelesaikan KI,KD diperlukan 2x
pertemuan dengan indikator pencapaian sebagai berikut :
1) Muatan PJOK
a) Menerapkan perilaku hidup sehat di sekolah
b) Memperagakan kombinasi gerak dasar jalan
c) Memperagakan kombinasi gerak dasar lari
2) Muatan PPKN
a) Menyebutkan jenis-jenis pekerjaan orang tua di lingkungan sekitar
b) Membedakan pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa
3) Muatan Bahasa Indonesia
a) Mendiskripsikan kegunaan benda berdasarkan sifatnya: (i) tidak tembus
air, (ii) menyerap air, (iii) tahan api, (iv) lembut dan lentur, (v) kuat dan
keras, (vi) keras dan lentur
b) Membuat contoh suatu karya hasil penerapan konsep sifat benda
c) Memerankan figur sesuai dengan kebiasaan, cara bicara, dan tingkah laku
figur yang diperankan
4) Muatan Matematika
a) Menjelaskan ciri bilangan prima
b) Menentukan barisan bilangan yang merupakan kelipatan sebuah bilangan
tertentu
c) Menentukan berbagai bilangan yang merupakan faktor dari sebuah
bilangan
d) Menulis model/kalimat matematika dari masalah yang berkaitan dengan
konsep kelipatan atau faktor bilangan
e) Menentukan penyelesaian dari masalah yang berkaitan dengan konsep
kelipatan atau faktor bilangan
2.1.3.4 Penilaian Otentik Pada Sub Tema Jenis-Jenis Pekerjaan
Penilaian otentik diartikan sebagai penilaian kinerja yang berhubungan
dengan pengalaman nyata siswa. Dalam proses penilaian ini digunakan alat ukur
yang bermakna signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah kognitif, sikap,
22
dan keterampilan (unjuk kerja). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang
diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat
dilakukan oleh peserta didik.
Penilaian di SD dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua kompetensi
dasar yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan . Penilaian proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Adapun teknik dan instrumen penilaian yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut.
1) Penilaian kompetensi sikap (afektif).
Aspek sikap dapat dinilai dengan cara: .
a) observasi, penilaian diri (Self assessment), penilaian antar peserta didik
(peer assessment) dan jurnal.
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat
pembelajaran maupun diluar pembelajaran.
b) Penilaian Diri
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian diri.
c) Penilaian Antarteman
Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta
didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta
didik.
d) Jurnal
Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta
23
didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan
sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan (kognitif)
Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012) aspek pengetahuan dapat
dinilai dengan teknik penilaian sebagai berikut:
a) Tes tulis
Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan
ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b) Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan- pertanyaan yang diberikan guru secara ucap
(oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap
juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata,
frase, kalimat maupun faragraf yang diucapkan.
c) Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat
berupa pekerjaan rumah dan atau proyek baik secara individu ataupun
kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.
Format penilaian pengetahuan dibuat setiap tema dan setiap muatan
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan;
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:
a) Performance atau Kinerja, adalah suatu penilaian yang meminta siswa
untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop,
menyanyi, bermain peran, menari.
b) Produk, adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam
membuat produk teknologi dan seni (3 demensi). Penilaian produk tidak
hanya diperoleh dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya.
Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan dalam setiap tahap perlu
diadakan penilaian yaitu:
24
(1) Tahap persiapan atau perencanaan meliputi penilaian terhadap
kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali,
mengembangkan gagasan, dan mendesain produk
(2) Tahap pembuatan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan dan alat serta dalam
menentukan teknik yang tepat.
(3) Tahap penilaian (appraisal) meliputi penilaian terhadap kemampuan
siswa membuat produk sesuai dengan kegunaannya
c) Proyek, adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi
dan harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan. Projek juga akan
memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada
pembelajaran tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan
pengetahuan, dan kemampuan siswa untuk mengomunikasikan informasi.
Penilaian proyek sangat dianjurkan karena membantu mengembangkan
keterampilan berpikir tinggi (berpikir kritis, pemecahan masalah, berpikir
kreatif) peserta didik.
d) Portofolio adalah penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang
tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun
waktu tertentu. Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk
memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu.
Pada pembelajaran kurikulum 2013 pada sub tema Jenis-Jenis Pekerjaan
peserta didik dinyatakan tuntas belajar apabila memenuhi kriteria penilaian sebagai
berikut:
Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dinyatakan sudah tuntas belajar untuk
menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari
hasil tes formatif. Sedangkan Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, siswa dapat dikatakan
belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya bila menunjukkan
indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif. Kemudian untuk KD pada KI-1 dan KI-2,
25
ketuntasan siswa dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2
untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap siswa secara umum berada pada
kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Adapun implikasi dari adanya persyaratan ketuntasan belajar tersebut
adalah sebagai berikut:
Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai dengan
kebutuhan kepada peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66; Untuk KD
pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke KD
berikutnya kepada peserta didik yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66;
dan untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan
kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66.
untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang secara umum
profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak oleh
guru matapelajaran, guru BK, dan orang tua).
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian Sri Haryanti, S.Pd.SD 2011. Yang berjudul “Penerapan Model
Project Based Learning Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah Untuk
Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa tentang Peristiwa Rotasi Dan
Revolusi Bumi di Kelas VI SDN Sugihrejo 01 Gabus Pati Semester 2 Tahun Ajaran
2012/2013 ?” mengemukakan bahwa pada Pra siklus ketuntasan belajar siswa
kelas IV SDN Sugihrejo 01 hanya 6 siswa atau 35,3%, sedangkan 11 siswa atau
64,7% siswa lainnya belum tuntas. Setelah diterapkan PPjBL pada siklus 1
ketuntasan belajar menjadi 70,5% siswa tuntas belajar. Sedangkan pada
pelaksanaan siklus 2 ketuntasan belajar mencapai 16 anak atau 94,2%. Dengan
demikian dapat disimpulkan pendekatan PBL dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VI SDN SDN Sugihrejo 01 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Hal ini
terjadi karena peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan guru
menggunakan alat peraga dan media pembelajaran yang menarik, yakni
menggunakan lingkungan sekitar sebagai sarana meningkatkan hasil belajar.
26
Penelitian Sugeng, S.Pd.SD. 2014. Yang berjudul “Upaya Peningkatan
Aktifitas dan Prestasi Belajar IPS Melalu Project Based Learning bagi Siswa Kelas V
SDN Tlogoayu Gabus Pati semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014”. Menunjukkan
bahwa pada kondisi awal ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa atau 72,72%, 6
siswa atau 27,28% siswa lainnya belumtuntas mencapai KKM 70 dengan skor rata-
rata pra siklus sebesar 79,5. Pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa meningkat
menjadi 81,80%, dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,90% dengan skor rata-
rata siklus I dan siklus II masing-masing 81,8 dan 85,4.
Berdasarkana kajian dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pendekatan PjBL terbukti efektif dapat meningkatkan kemampuan sains dan hasil
belajar siswa. Hal ini dikarenakan dalam PPjBL, siswa dilibatkan secara aktif dalam
merencanakan, melaksanakan proyek, menguji hasil dan mempresentasikan hasil
penyelidikan.
2.3 Kerangka Berpikir
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi
pembelajaran yang dilakukan guru. Sehubungan dengan hal tersebut guru dituntut
untuk memahami komponen-komponen dasar dan filosofis dari kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan awal di kelas 4 SD Negeri Sukoharjo 03
Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati menunjukkan bahwa motivasi dan semangat
belajar siswa rendah yang mengakibatkan hasil belajar tidak memuaskan. Dalam
upaya untuk menigkatkan ketrampilan saintifik dan hasil belajar siswa dilakukan
penelitian menggunakan PPjBL.
PPjBL merupakan pendekatan pembelajaran, dimana siswa diberi
kebebasan merencanakan dan melaksanakan proyek secara kolaboratif. Langkah-
langkah, menentukan pertanyaan mendasar, mendesain perencanaan penyelidikan
tentang barang dan jasa, menyusun jadwal, Membentuk kelompok @ 4-6 siswa,
mengumpulkan data, memonitor kegiatan diskusi siswa, menguji hasil penyelidikan,
mempresentasikan dan menanggapi laporan diskusi, evaluasi dan penutup.
Diharapkan setelah melakukan pembelajaran menggunakan PPjBL, kemampuan
27
saintifik dan hasil belajar siswa meningkat. Secara rinci dan jelas kerangka berpikir
terlihat dalam gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Guru meelibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran
Keterampilan saintifik (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mencoba, mengkomunikasikan
tidak nampak maksimal
Hasil belajar pada sub tema jenis-jenis pekerjaan belum
mencapai KKM ≥80%
siswa tuntas belajar
Guru belum melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran
Penerapan Pendekatan PjBL pada
sub tema Barang dan Jasa
Guru menerapkan PjBL dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Penentuan pertanyaan mendasar tentang barang dan jasa 2) Mendesain perencanaan proyek melakukan penyelidikan
tentang barang dan jasa 3) Menyusun jadwal pelaksanaan penyelidikan 4) Membentuk kelompok @ 4-6 siswa 5) Siswa mengumpulkan data terkait jenis pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa 6) Memonitor kegiatan diskusi siswa 7) Menguji hasil penyelidikan 8) Mempresentasikan dan menanggapi laporan diskusi 9) Evaluasi 10) Penutup
Pembelajaran masih bersifat konvensional
Hasil belajar sub tema barang dan jasa mencapai KKM ≥80% siswa tuntas
belajar meningkat
Ketrampilan saintifik
siswa meningkat
28
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas, dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut, penerapan model Project Based Learning pada
tema Berbagai Jenis Pekerjaan diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas 4 SD Negeri Sukoharjo 03 Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati semester 1
tahun pelajaran 2014/2015.