Upload
latira-lestiyani-ii
View
53
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. K.W
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Muara anung No 24 Kapuas
MRS : 3 Maret 2008
II. Anamnesis
Autoanamnesis tanggal 5 Maret 2008.
Keluhan utama:
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sekitar 9 jam sebelum MRS (3/3/08 jam 03.30 WITA) ibu mengeluh keluar air-air, merembes,
jernih, dan berbau amis sebanyak 1x ganti sarung disertai mules-mules di perut dan keluar lendir
darah dari kemaluan. Selama hamil, ibu tidak pernah mengalami hal seperti ini. Kemudian ibu
pergi ke bidan dan oleh bidan, ibu dirujuk ke rumah sakit Kapuas karena bayinya kembar.
Sekitar 3 jam sebelum MRS (5/3/08 jam 09.30), bayi pertama lahir di rumah sakit Kapuas namun
bayi kedua belum lahir karena letaknya melintang. Oleh rumah sakit Kapuas, ibu dirujuk ke
RSUD Ulin.
Ibu mengaku selama 2 minggu terakhir mengalami kaki bengkak dan darah tinggi namun ibu
tidak ada mengalami sakit kepala hebat, pandangan kabur dan nyeri ulu hati. Ibu jarang
memeriksakan diri ke bidan.
Sejak awal kehamilan, ibu merasa kehamilannya lebih besar dibandingkan yang sebelumnya dan
gerakan janin dirasakan lebih sering. Ibu juga menjadi lebih mudah lelah dan napas terasa lebih
sesak. Namun ibu tidak memperdulikan kondisinya. Ibu hanya menganggap kehamilannya yang
sekarang lebih berat karena usia ibu yang lebih tua dari kehamilan sebelumnya sehingga ibu
tidak pernah memeriksakan diri ke bidan ataupun ke puskesmas. Tidak ada keturunan kembar
dalam keluarga ibu maupun suami.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Ibu menyangkal mempunyai riwayat darah tinggi, kencing manis, maupun asma.
Riwayat Haid:
Ibu mengaku pertama kali haid usia 14 tahun dengan siklus haid teratur setiap bulan. Lama haid
4 – 5 hari dan tidak disertai nyeri haid sampai tidak bisa beraktivitas. HPHT: 23 Juli 2007,
Taksiran partus : 30 April 2008
Riwayat Perkawinan:
Ibu mengaku menikah 1 kali dengan suami berumur 39 tahun dan mempunyai 1 orang anak.
Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengaku mulai menggunakan pil KB sejak tahun 2003.
Riwayat Obstetri:
G2P1A0
Anak I: Lahir di rumah, ditolong bidan kampung, tahun 2002, aterm, lahir spontan BK, laki-
laki, 3000 gr, hidup.
Anak II: Lahir di rumah sakit Kapuas, tahun 2008, preterm, lahir spontan BK, perempuan,
2000 g, hidup.
III. Pemeriksaan Fisik
Status Present:
Keadaan umum : tampak baik
Kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
Tanda vital : Tekanan darah: 160/120 mmHg Nadi: 104 x/menit
Respirasi : 28 x/menit Suhu: 37,10C
Kepala/Leher : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, skelera tidak ikterik, diameter
pupil 3mm/3mm, refleks cahaya +/+.
Thoraks : Jantung: I : voussure cardiac (-), iktus tak terlihat
P: thrill tidak teraba
P: tidak ada pembesaran jantung
A: S1 dan S2 tunggal, bising (-)
Paru : I : bentuk dan pergerakan simetris
P: fremitus raba simetris
P: sonor, nyeri (-)
A: suara napas vesikuler, ronki/wheezing (-/-)
Abdomen : I : tampak membuncit
P : hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : pitting edema (+/+) pada tungkai, refleks fisiologis (+),
refleks patologis (-).
Status Obstetri :I : perut tampak membuncit, asimetris.
P : LI : 3 jari bawah proc. Xifoideus,
LII : lintang, kepala kiri
LIII: sde
LIV: sde
TFU = 30 cm; TBJ = sde
His: 3x/10’/50-55’
A : DJJ 156 x/menit
Pemeriksaan dalam: portio (-), pembukaan 10 cm, kulit ketuban (+)
Bagian bawah s.d.e, Hodge I, pada vulva dan vagina terlihat tali pusat bayi
pertama
Pemeriksaan penunjang:
Hb Sahli : 9 g/dl Lab. Rutin: Hb = 9,7 g/dl Lekosit = 16.500/mm3
Deep Stick : + 3 Ht = 31 vol% Trom = 209.000/mm3
PT = 14,7’ APTT = 37,7’
IV. Diagnosis
G2P1A0 hamil 33 – 34 minggu inpartu kala II dengan gemelli anak kedua belum lahir + PEB +
Letak Lintang JTHIU
V. Penatalaksanaan
IVFD RL 20 tetes/menit
Cefotaxim 3 x 1 g IV
Pasang Cateter
Regimen MgSO4 40 % 8 g boka-boki diteruskan MgSO4 40 % 4 g/4 jam
Antihipertensi
Cek Darah Rutin dan Kimia darah
Observasi persalinan
Laporan partus:
13.00 Ibu dipimpin mengedan, tampak bokong berada di depan vulva sesuai dengan his.
Dilakukan episiotomi mediolateralis. Lahir bokong spontan, kemudian bokong dipegang
dengan dua tangan dengan kedua ibu jari pada permukaan belakang pangkal paha dan 4
jari-jari lainnya pada permukaan bokong. Kemudian dilahirkan kaki, bokong kemudian
dipegang dengan kedua ibu jari terletak pada lipat paha dan jari lainnya menggenggam
bokong. Bokong di bawa ke atas ke arah perut ibu sampai kepala lahir.
14.00 diilahirkan bayi secara spontan bokong, tidak segera menangis, perempuan, BB = 1800 g,
PB = 42 cm, AS = 4-5-6. Anus (+), kelainan kongenital (-). Tali pusat diklem di 2 tempat ± 5 cm
dari pangkalnya, dipotong di antara 2 klem tersebut dan diikat. Tali pusat agak pucat.
14.05 disuntikkan oksitosin 10 IU IM, dilakukan peregangan tali pusat terkendali. Plasenta lahir
spontan, lengkap, insersio lateralis, infark/hematom (-/-). Evaluasi perdarahan ± 200 cc.
Lama persalinan:
Kala I : – = 0 menit
Kala II : 13.00 – 14.00 = 60 menit
Kala III : 14.00 – 14.05 = 5 menit
65 menit
14.00 O: TD = 150/100 mmHg N = 86 x/menit
R = 22 x/menit T = 36,5 0C
FU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
Hb postpartum = 9,8 g/dl
A: P3 A0 postpartum spontan bokong (hari 0)
P: Cefadroxyl 3 x 500 mg tab
Asam Mefenamat 3 x 1 tab
Vit C 1 x 1 tab
B comp 1 x 1 tab
Follow Up
Tanggal 6 Maret 2008
S : Perdarahan post partum (+), nyeri post partum (+), makan (+), minum (+), BAB (-), BAK (+)
O: Tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,10C
A: P1A0 post partum spontan bokong hari I
P : Cefadroxyl 3 x 500 mg tab
Asam Mefenamat 3 x 1 tab
Vit C 1 x 1 tab
B comp 1 x 1 tab
Tanggal 7 Maret 2008
S : Perdarahan post partum (+), nyeri post partum (+), makan (+), minum (+), BAB (-), BAK (+)
O: Tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,70C
A: P1A0 post partum spontan bokong kepala hari II
P : Cefadroxyl 3 x 500 mg tab
Asam Mefenamat 3 x 1 tab
Vit C 1 x 1 tab
B comp 1 x 1 tab, Pasien diijinkan pulang dalam kondisi baik.
PEMBAHASAN
Dalam menentukan diagnosis dan penatalaksanaan kasus obstetri yang harus dilakukan
terhadap pasien adalah anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Pada kasus ini, seorang wanita berusia 35 tahun didiagnosis dengan G2P1A0 hamil 33 – 34
minggu inpartu kala II dengan gemelli anak kedua belum lahir + Letak lintang + PEB. Diagnosa
gemelli pada penderita ini didapatkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang menyatakan
bahwa penderita dirujuk ke RS Ulin karena bayi pertama lahir di rumah sakit Kapuas namun
bayi kedua belum lahir karena letaknya melintang serta dari pemeriksaan fisik didapatkan tali
pusat bayi pertama masih berada di vulva dan vagina.
Faktor predisposisi yang mungkin menjadi pemicu terjadinya kehamilan kembar pada kasus ini
adalah usia ibu yang sudah 35 tahun, serta riwayat pemakaian kontrasepsi dalam waktu lama.
Terjadinya persalinan preterm dan preeklamsia berat pada penderita ini merupakan
komplikasi dari kehamilan kembar. Persalinan preterm pada kehamilan kembar terjadi akibat
regangan yang berlebihan pada uterus sehingga menimbulkan dilatasi servik sebelum waktunya
yang akhirnya akan menimbulkan persalinan sebelum waktunya. Persalinan preterm pada
kehamilan kembar dapat dicegah dengan ANC yang lebih cermat sehingga diagnosa kehamilan
kembar dapat tercipta lebih dini. Setelah diagnosa ditegakkan, Ibu harus datang untuk
memeriksakan kehamilannya setiap dua minggu dari saat ditegakkan diagnosis. Kebutuhan akan
kalori, protein, dan asam lemak esensial jauh lebih meningkat pada ibu dengan kehamilan
kembar. Konsumsi energi harus ditingkatkan 300 kkal/hari. Dianjurkan suplementasi besi 60
sampai 100 mg per hari, juga diberikan asam folat 1 mg per hari. Apabila seorang ibu hamil
kembar memasuki persalinan preterm, harus diambil keputusan apakah ia akan melahirkan
kembar tersebut dengan seksio sesarea atau akan dicoba persalinan pervaginam. 1,5,11
Seorang wanita dengan kehamilan multipel mempunyai volume darah yang lebih besar
dan mendapatkan beban ekstra pada sistem kardiovaskuler. Biasanya dokter menganjurkan ibu
dengan kehamilan multipel beristirahat lebih banyak, diharapkan dengan demikian dapat
mengurangi risiko hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan dan persalinan preterm.5
Diagnosa preeklamsia berat pada penderita ini ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, dimana dari anamnesa diperoleh keterangan
berupa sejak 2 minggu terakhir ini tekanan darahnya selalu tinggi. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD = 160/120 mmHg, dan dari pemeriksaan urin didapatkan Proteinuria (+++).
Peningkatan tekanan darah selama kehamilan yang dapat menyebabkan preeklampsia
dikarenakan peningkatan tekanan perifer untuk perbaikan oksigenasi jaringan dan juga
peningkatan cairan ekstraseluler yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan arteri. Selain itu,
dengan adanya regangan uterus yang berlebihan akan menyebabkan iskemia uteri yang akan
menyebabkan arteri spirales cenderung vasokonstriksi sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta.
Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses
hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian
akan mengganggu metabolisme di dalam sel. Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase
lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan
radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan
oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stess oksidatif. Pada PE-E
serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase
lemak. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase
lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan
mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain :
a) adhesi dan agregasi trombosit.
b) gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
plasma.
c) terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya trombosit.
d) produksi prostasiklin terhenti yang merupakan PGE2 dengan sifat vasodilator kuat.
e) terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, dimana prostasiklin menurun
sedangkan tromboksan meningkat sehingga cenderung terjadi vasokonstriksi
f) terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.
Akibat dari semua hal diatas adalah terjadinya vasokonstriksi lumen pembuluh darah yang akan
menimbulkan hipovolemia sehingga aliran darah ke regional menurun. Untuk mengatasi hal
tersebut, jantung akan bekerja lebih keras sehingga terjadilah hipertensi.16
Pada kasus ini dikhawatirkan pasien menjadi eklampsia bila tidak dilakukan penanganan
segera. Untuk mencegah terjadinya kejang diberikan MgSO4 40% sebanyak 8 gram
intramuskular bokong kanan dan kiri sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6
jam sesuai keadaan, dimana obat ini mempunyai efek mengurangi kepekaan saraf pusat pada
hubungan neuromuskular. Obat ini menyebabkan vasodilatasi, meningkatkan diuresis dan
menambah aliran darah ke uterus. Serta untuk menurunkan tekanan darah pasien dapat diberikan
obat antihipertensi karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan
apopleksia serebri menjadi kecil. Sikap yang dilakukan pada awal masuk Rumah Sakit yakni
pemasangan infus dan kateter serta injeksi 8 gram MgSO4 40% bokong kanan dan kiri kemudian
diulang per 6 jam, nifedipin 3 x 5 mg/hr sebagai antihipertensi, pemeriksaan laboratorium
lengkap serta observasi tanda-tanda impending eklamsia. Kemudian konsul dengan dokter
konsulen dengan hasil penatalaksanaan injeksi MgSO4 8 gram 40% bokong kanan dan kiri dan
pemberian antihipertensi nifedipin 3 x 5 mg.
Pada kasus ini, bayi pertama lahir dengan presentasi kepala sedangkan bayi kedua letak
lintang. Kelainan letak dan presentasi janin pada kehamilan kembar dapat disebabkan oleh
karena pada janin kembar umumya bayi tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada
biasa, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dan posisi janin. Selain itu, dengan adanya
lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin
berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan tercipta berbagai
macam letak dan presentasi janin. Demikian letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran
bayi pertama, misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang.11
Pada kasus ini, penderita ini datang dengan rujukan letak lintang, dari pemriksaan fisik di
dapatkan letak lintang dengan kepala kiri, namun setelah setengah jam di rumah sakit, letak bayi
menjadi memanjang dengan presentasi bokong. Tidak ada kejelasan apakah perubahan ini
dikarenakan dilakukannya versi luar ataupun posisi bayi yang berubah. Adakalanya janin yang
pada permulaan persalinan dalam letak lintang, berputar sendiri menjadi letak memanjang
asalkan ketubannya masih utuh yang disebut versio spontanea. Hal ini mungkin terjadi pada
kasus ini dikarenakan ketuban janin kedua masih utuh.
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus kehamilan kembar pada seorang ibu dengan status obstetri
G2P21A0 dengan usia kehamilan 33 – 34 minggu dengan janin kedua belum lahir diseertai PEB
dan Letak lintang. Persalinan berlangsung secara normal dengan tidak didapatkan komplikasi
pada ibu maupun bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Kehamilan multijanin. Dalam: Hartono A, Suyono YJ, Pendit BU (alih bahasa). Obstetri Williams. Volume 1 edisi 21. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2006. h. 852-897
2. Liewellyn-Jones D. Kelainan presentasi janin. Dalam: Hadyanto, editor edisi bahasa Indonesia. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta. 2002: 160-162
3. Zach T. Multiple births. Dalam: emedicine from WebMD, 2006. Available at URL http://www.emedicine.com/med/topic2599.htm
4. Morales AJ et al. Multifetal pregnancy reduction. Dalam: Ethics in Obstetric and Gynecology, 1999. Available at URL http://www.acog.com/from_home/publications/ethics/ethics041.pdf
5. Anonim. Kembar. Dalam : Wikipedia Indonesia, 2006. Available at URL http://id.wikipedia.org/wiki/kembar
6. Suririnah. Proses terjadinya kehamilan kembar atau kehamilan lebih dari satu. 2005. Available at URL http:////ww.infoibu.com/mod.php
7. Chertok I. Multifetal pregnancy reduction and halakha. Dalam: Barnea ER, editor. Early pregnancy: biology and medicine. Volume V number 3. Israel: SIEP, 2001. p.201-210. Available at URL http://www.earlypregnancy.org/EPBM.htm
8. Kliegman RM. Kehamilan multipel. Dalam: Wahab AS, editor bahasa Indonesia. Ilmu kesehatan anak Nelson. Volume 1 edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2000. h. 559-561Thilo EH, Rosenberg AA. Multiple births. Dalam: Hay WW (ed). Current pediatric diagnosis & treatment. 16th edition. Europe: McGraw Hill Education, 2002. h. 56-57
9. Kong CW. Common-twin specific complication. Dalam: Continuing medical education, 2007. Available at URL http://wwwlive.asia.cmp.medica.com/library/files/JPOG_07May_CommonTwin.pdf
10. Anonim. Twin. Dalam : Wikipedia, the free encyclopedia, 2007. Available at URL http://id.wikipedia.org/wiki/twins
11. Winkjosastro H. Kehamilan kembar. Dalam: Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2002: 386-397
12. Anonim. Kembar siam. Dalam : Wikipedia Indonesia, 2007. Available at URL http://id.wikipedia.org/wiki/Kembar_siam
13. Thilo EH, Rosenberg AA. Multiple births. Dalam: Hay WW (ed). Current pediatric diagnosis & treatment. 16th edition. Europe: McGraw Hill Education, 2002. h. 57-58
14. Eisenberg D. Multifetal pregnancy reduction in Jewish law. Dalam: Society today science & medical, 2004. Available at URL http://www.aish.com/societywork/sciencenature/multifetal_pregnancy_reduction_in_jewish_law
15. Anderson-Berry AL. Vanishing twin syndrome. Dalam: emedicine from WebMD, 2005. Available at URL http://www.emedicine.com/med/topic3411.htm
Kasus
Pasien kiriman bidan datang ke RSUD Saras Husada Purworejo dengan keterangan G1P0A0, usia 35 tahun, datang ke rumah sakit, merasa hamil 9 bulan, perut tampak sangat besar, kenceng-kenceng (-) dan air ketuban dirasakan belum keluar, HPM : 20 – 2 – 09, HPL : 27 – 11 – 09. Riwayat kehamilan (-), keguguran (-), alergi (-), hipertensi (-), asma (-), diabetes melitus (-), penggunaan obat-obatan (-). Terdapat riwayat janin kembar pada keluarga.
Dari vital sign ditemukan pasien dengan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 104x/menit, pernafasan 24x/menit dan suhu 37,2oC. Pada pemeriksaan fisik perut tampak memanjang, janin majemuk, letak melintang-melintang, TFU 39 cm, His (-) DJJ I 140x/menit, DJJ II 140x/menit, Px dalam : v/u tenang, dinding vagina licin, porsio tebal, ∅ (-), selaput ketuban (+), preskep, belum masuk panggul, STLD (-), STAK (-).
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal.
DIAGNOSIS
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dibuat diagnosa kerja Gemelli, primi tua letak lintang-letak lintang G1P0A0 hamil aterm belum dalam persalinan.
TERAPI
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dengan sectio caesar trans profunda.
DISKUSI
Kehamilan ganda atau hamil kembar adalah kehamilan dengan dua janin. Morbiditas dan mortalitas meningkat pada kehamilan kembar. Komplikasi kehamilan akan lebih tinggi pada kehamilan ganda seperti abortus, janin tumbuh lambat, malformasi, hipertensi yang diperberat kehamilan dan anemia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: bangsa, umur, dan paritas sering mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur, faktor obat-obat induksi ovulasi: Profertil, Clomid, dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua, faktor keturunan, faktor yang lain belum diketahui.
Pada kasus ini kehamilan kembar terjadi pada G1P0A0, usia 35 tahun, merasa hamil 9 bulan, perut tampak sangat besar, kenceng-kenceng (-) dan air ketuban dirasakan belum keluar, HPM : 20 – 2 – 09, HPL : 27 – 11 – 09. Riwayat kehamilan (-), keguguran (-), alergi (-), hipertensi (-), asma (-), diabetes melitus (-), penggunaan obat-obatan (-). Terdapat riwayat janin kembar pada keluarga.
Indikasi SC pada kehamilan kembar antara lain adanya kemungkinan yang menyebabkan risiko kepada ibu atau bayi, proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystosia), detak jantung janin melambat (fetal distress), adanya kelelahan persalinan, komplikasi pre-eklampsia, sang ibu menderita herpes, putusnya tali pusar, risiko luka parah pada rahim, persalinan kembar (masih dalam kontroversi), bayi dalam posisi sungsang atau menyamping, kegagalan persalinan dengan induksi, kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau ventouse), bayi besar (makrosomia – berat badan lahir lebih dari 4,2 kg), masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental abruption atau placenta accreta), kontraksi pada pinggul, sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi), sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn), angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid, CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat), kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus), ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi).
Pada kasus ini, pasien dilakukan operasi (sectio caesar) atas indikasi kehamilan kembar dengan kedua janin letak melintang. Karena pada janin melintang-melintang tidak dapt dilakukan persalinan normal.
KESIMPULAN
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan janin lebih dari satu. Morbiditas dan mortalitas meningkat pada kehamilan kembar. Pada kasus ini, pasien dilakukan operasi (sectio caesar) atas indikasi kehamilan kembar dengan kedua janin letak melintang. Karena pada janin melintang-melintang tidak dapt dilakukan persalinan normal.