Upload
dyla-faradhyla
View
145
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nj
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
MULA KERJA, PUNCAK KERJA, LAMA KERJA OBAT ANALGETIK PADA
PEMBERIAN PER ORAL DAN INTRAPERITONEAL
Oleh :
Kelompok IV
1. Aprilia sofiazenty (201010410311113)
2. Raisa Zoraida (201010410311103)
3. Farisa Diwi (201010410311150)
4. Puput sri (201010410311152)
5. Evy mulyana . S (201010410311154)
6. Reza Grazia (201010410311155)
7. Angga isty . A (201010410311156)
8. Tri wahyuni (201010410311158)
9. Angga Wahyu (201010410311159)
10. Sofia Unsiyah (201010410311160)
11. Nehru Marino. A (201010410311162)
12. Zahra (201010410311163)
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
I. Tujuan Praktikum
Membedakan mula kerja (onset of action) , puncak efek (peak effect) , lama kerja obat
(duration of action) analgetic pada pemberian peroral dan intraperitonial.
II. Dasar Teori
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Ada beberapa obat analgesik yang
berfungsi sebagai penurun panas (antipiretik). Obat-obat analgetik mampu meringankan atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi sistem saraf pusat (ssp) atau menurunkan
kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
Rute pemberian obat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses absorbsi dan
distribusi obat dalam tubuh. Pemberian obat per- oral lebih banyak dijumpai dari pada
pemberian secara intraperitoneal.
Penggunaan obat melalui oral merupakan rute yang paling digunakan, dikarenakan
harga obat lebih murah, mudah dan paling aman. Pada rute ini obat diminum melalui mulut,
ditelan dan diabsorbsi di lambung atau usus halus. Namun, kerugian dari rute oral adalah
absorbsi yang lama, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadarkan diri. Sedangkan
penggunaan obat melalui parenteral berarti rute yang tidak melalui usus, melainkan dengan
cara injeksi atau suntikan. Intraperitoneal merupakan salah satu dari pemberian obat rute
parenteral yang disuntikkan langsung kedalam rongga perut. Dengan rute parenteral absorbsi
obat akan lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan dengan rute oral atau topikal.
Keuntungannya yaitu dapat digunakan untuk pasien yang tidak sadar dan mual. Pemberian
obat secara parenteral dapat menyebabkan infeksi apabila tidak memperhatikan teknik aseptik
dan antiseptik pada saat pemberian obat.
Efek farmakologi obat merupakan fungsi dari konsentrasi obat ditempat kerja obat.
Fase hubungan waktu dan efek obat, yaitu :
a. Onset of Action / Mula kerja Obat waktu yanng diperlukan mulai obat diberikan
(memasuki plasma) sampai konsentrasi efektif minum (obat memberikan respon). Hal
ini dipengaruhi oleh absorbsi dan distribusi obat.
b. Peak effect / Puncak efek terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi
dalam darah/ plasma.
c. Duration of Action / Lama kerja obat lamanya obat mempunyai efek farmakologis.
Jangka waktu dari mula kerja / obat memberikan respon hingga efek obat berakhir.
Dalam hal ini dipengaruhi oleh eksresi obat.
Gb.1. Fase hub. Waktu dan efek obat
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
Analgetic meter beban geser
Hotplate
Spuit 1 ml
Sonde
3.2 Bahan
Tikus
Obat analgetik : xylomidon (250 mg/ml metempiron) tiap tikus (200g) 50
mg/0,2 cc
Antalgin tablet (500mg/tab) dipuyer + CMC + air sampai 20cc tiap tikus
disonde 2 ml.
IV. Prosedur Kerja
Rangsangan nyeri dengan tekanan
Persiapkan analgesi meter
↓
Lakukan pengaturan beban yang akan dipakai (beban terkecil)
↓
Posisikan salah satu kaki tikus di alat penekan
↓
Jalankan beban dengan kecepatan stabil ad tikus merespon
↓
Lepaskan beban pada sela jari & catat beban dalam gram
↓
Tikus dibagi 2 untuk per oral dan intraperitoneal
↓
Berikan analgetik
↓
Ukur respon analgetik setiap 5 menit-60 menit
Efek analgetik (+) jika tikus dapat menahan beban 2x beban kontrol
Rangsangan nyeri dengan suhu
Nyalakan hotplate pada suhu 30° C
↓
Masukkan tikus dan naikkan suhu 2° C
↓
Hentikan kenaikan suhu ketika tikus merespon nyeri dengan menjilat kaki
↓
Catat suhu
Rangsangan nyeri dengan bahan kimia
Injeksi tikus dengan asam asetat 3% 0,1 mg/10g BB (peritoneal)
↓
Hitung jumlah geliat tikus tiap 5 menit
V. Tabel Pengamatan
Cara
dan
Kelom
pok
Waktu
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’
Per
oral
Kel I - - - - - - - - + + + +
Kel II - - - - - - - - - - - -
Kel III - - - - - - - - - + + -
Kel IV - - + - - - + - + + + -
Kel V - - - - - + + + + + + +
Kel VI - - - - - - - - - - - -
%
kadar
obat
0% 0% 16,67
%
0% 0% 16,67
%
33,3% 16,67
%
50% 66,67
%
66,67
%
33,3
%
Intrape
ritonea
l
Kel I - - - - - - - + + + + +
Kel II + + + + + + + + - - - -
Kel III + + + + + + + + + + + +
Kel IV + + + + + + + + + + + +
Kel V + + + + + + + + + + + +
Kel VI + + + + + + + + + + - -
%
kadar
obat
83,3
%
83,3
%
83,3% 83,3
%
83,3
%
83,3% 83,3% 100% 83,3
%
83,3
%
66,7
%
66,7
%
Dengan melihat tabel diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata dari setiap kelompok
mula kerja yang cepat terdapat di cara intraperitoneal, durasi obat pada intraperitoneal juga
lebih lama jika dibanding per-oral.
Pada kelompok kami (4), kami mendapat hasil bahwa durasi obat dengan pemberian
per-oral membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 50 menit. Sedangkan pada pemberian
intraperitoneal yaitu 40 menit. Mula kerja obat secara intraperitoneal pada kelompok 4 lebih
cepat karena hanya membutuhkan waktu 5 menit obat sudah bereaksi sementara per-oral
membutuhkan waktu yang agak lama yaitu 15 menit.
VI. Grafik
VII. Pembahasan
Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri atau mengurangi nyeri tanpa
disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainya.. Cara pemberian obat pada
percobaan kali ini terdapat dua cara yaitu secara peroral dan intraperitoneal. Proses absorbsi
merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas farmakologis obat.
Efek farmakologik obat merupakan fungsi dari konsentrasi obat di tempat kerja obat.
Ada 3 fase yang didapatkan dari hubungan waktu dan efek otot, yaitu; mula kerja, puncak
efek, lama kerja obat. Ketiga fase ini ditentukan oleh kecepatan absorbsi, distribusi, metabo-
lisme dan eksresi obat.
Untuk menghasilkan efek farmakologi atau efek terapi. Obat harus mencapai tempat
aksinya dalam konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan respon tercapainya konsentrasi
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
5` 10` 15` 20` 25` 30` 35` 40` 45` 50` 55` 60`
Per Oral
Intraperitoneal
obat tergantung dari jumlah obat yang diberikan, tergantung dari jumlah obat yang diberikan,
tergantung pada keadaan dan kecepatan obat diabsorpsi dari tempat pemberian dan
distribusinya oleh aliran darah ke bagian lain dari badan.
Setiap rute pemberian obat memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri dan memiliki
persamaan, yaitu mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui rute ter-
tentu yang aman dan nyaman. Obat seringkali digunakan secara oral. Kebanyakan obat
ditelan, ditelan dan jarang yang harus larut dalam mulut. Tujuan penggunaan obat melalui
oral terutama untuk memperoleh efek sistemik, yaitu obat masuk ke dalam pembuluh darah
dan beredar ke seluruh tubuh setelah terjadi absorpsi obat dari bermacam-macam permukaan
sepanjang saluran gastro intestinal. Hal ini disebabkan karena pemberian peroral melalui rute
yang sangat panjang, mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus, lalu diabsorbsi di usus
halus, karena mesenterika lalu ke vena porta, masuk kehati lalu setelah itu baru ke sistemik
melalui venahepalika, sehingga pemberian peroral membutuhkan mula kerja yang lama dan
juga karena mengalami first passmetabolism, juga dipengaruhi oleh absorbsi obat.Tetapi ada
obat yang ditelan yang memberikan efek lokal dalam usus atau lambung karena obat tidak
larut atau tidak dapat diabsorpsi dalam rute ini. Dibanding melalui tipe lain penggunaan obat
melalui oral adalah yang paling menyenangkan, murah, dan paling aman. Kerugian melalui
oral adalah memberi respon yang lambat dibanding per injeksi dan kemungkinan terjadi
absorpsi obat yang tidak teratur karena bergantung beberapa faktor, misal:
Jumlah dan jenis makanan yang ada di sel lambung
Kemungkinan obat dirusak oleh reaksi asam di perut
Sedangkan pada pemberian intraperitoneal, obat di injeksi pada rongga perut tanpa mele-
wati GIT dan hepar, sehingga obat tidak mengalami absorpsi dan metabolisme. Obat akan
langsung lewat sirkulasi darah dan sistemik. Efek yang timbul juga lebih cepat dan teratur
dibandingkan peroral, dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar,
vomit, dan sangat berguna pada saat darurat. Kerugiannya adalah menyebabkan rasa nyeri,
sulit dilakukan oleh pasien sendiri, dan kurang ekonomis. Namun dapat menyebabkan onset
of action lebih cepat begitu pula duration of action juga cepat.
VIII. Kesimpulan
Analgesik bekerja untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Bentuk sediaan obat yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat
yang diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi
obat. Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal dan sistemik.
Jika diberikan dosis yang sama. Obat melaui intraperitonial memiliki mula kerja yang
cepat dan durasi lama dibanding per oral.
IX. Daftar Pustaka
1. Neal, Michael J . At a Glance Farmakologi Medis. 2002. Jakarta : Erlangga
2. FK UI. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008.
3. Kirana Rahardja, Tjay Tan Hoan. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT. Gramedia, 2007