91272911 Epilepsi Pada Anak

  • Upload
    mumu07

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    1/22

    BAB. I

    PENDAHULUAN

    LATAR BELAKANG

    Epilepsi dikenal sebagai salah satu penyakit tertua di dunia dan

    menempati urutan kedua dari penyakit saraf setelah gangguan

    peredaran darah otak. Dengan tatalaksana yang baik sebagian

    besar penderita dapat terbebaskan dari penyakitnya, namun untuk

    ini ditemukan banyak kendala, di Indonesia di antaranya kurangnya

    dokter spesialis saraf, kurangnya keterampilan dokter umum danparamedis dalam menanggulangi penyakit ini. salah satu penyebab

    dari kendala tadi adalah kurikulum yang minimal untuk penyakit ini.

    1

    Walaupun penyakit ini telah dikenal lama dalam masyarakat,

    terbukti dengan adanya istilah-istilah bahasa dikenal untuk penyakit

    ini seperti sawan, tapi pengertian akan penyakit ini masih kurang

    bahkan salah sehingga penderita digolongkan dalam penyakit gila,

    kutukan dan turunan sehingga penderita tidak diobati atau bahkan

    disembunyikan. Akibatnya banyak penderita epilepsi yang tak

    terdiagnosis dan mendapat pengobatan yang tepat sehingga

    menimbulkan dampak klinik dan psikososial yang merugikan baik

    bagi penderita maupun keluarganya. 1

    Di Indonesia belum ada data epidemiologis yang pasti tetapidiperkirakan ada 900.000-1.800.000 penderita, sedangkan

    penanggulangan penyakit ini belum merupakan prioritas dalam

    Sistem Kesehatan Nasional. Karena cukup banyaknya penderita

    epilepsi dan luasnya aspek medik dan psikososial, maka epilepsi

    tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat sehingga

    keterampilan para dokter dan paramedis lainnya dalam

    penatalaksanaan penyakit ini perlu ditingkatkan. 1

    1

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    2/22

    Case repot ini hanya membahas definisi, epidemiologi,

    etiologi, , patogenesis, klasifikasi, diagnosis, penatalaksanaan dan

    prognosis mengenai epilepsi.

    TUJUAN PENULISAN

    Penulisan case report ini bertujuan untuk:

    Untuk mengingat kembali mengenai definisi, etiologi, pathogenesis,

    klasifikasi dan penatalaksanaan dari epilepsi

    BAB. II

    KASUS

    Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun datang ke UGD RSU CIKINI

    dengan keluhan utama kejang. Keluhan tambahan tidak ada.

    Dari anamnesis didapatkan : Kurang lebih 3 jam SMRS pasienmengalami kejang yang dirasakan selama 5 menit. Kejang yang

    dialami pasien bersifat tonik. Sebelum kejang pasien terlihat

    bengong, pandangan kosong, kejang tanpa didahului demam,

    aktivitas sebelum kejang pasien sedang bermain gitar di

    Gereja.Sebelumnya pasien pernah mengalami kejang sebanyak 4

    kali dan tanpa disertai dengan demam. Pasien sudah berobat ke

    dokter dan diberikan obat tapi pasien tidak teratur meminum obat.Demam -, batuk-, pilek-, mual dan muntah-, makan dan minum

    biasa. Pasien memiliki riwayat kejang dalam keluarga. Riwayat

    kehamilan dan perkembangan pada pasien tampak normal. Riwayat

    imnunisasi pasien lengkap.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis ,tanda-

    tanda vital,status lokalis dalam batas normal. Begitu juga pada

    2

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    3/22

    pemeriksaan neurologi tidak ditemukan adanya kelainan pada

    pemeriksaan neurologi.

    Pada hasil Laboratorium tidak ditemukan adanya kelainan dan

    dalam batas normal.

    Pemeriksaan yang dianjurkan untuk pasien adalah pemeriksaan

    EEG.

    Pentalaksanaan yang diberikan pada waktu masuk rumah sakit

    adalah :

    IVFD : Kaen 3B 20 tetes/menit (makro)

    IV/IM : Cibital 75 mg

    MM/ : Luminal 2 x 100 mg (untuk 2 hari)

    Enervonce 1x1 caps

    Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

    neurologi dan dari hasil pemeriksaan laboratorium dapat

    disimpulkan untuk diagnosa pasien sementara adalah Obeservasi

    Kejang

    Pada perawatan hari pertama

    Didapatkan bahwa pasien sudah tidak merasakan keluhan kejang

    lagi tapi pasien merasa sedikit pusing. Pada pemeriksaan fisik

    didapatkan status generalis, tanda-tanda vital, status lokalis dalam

    batas normal. Pada pemeriksaan neurologi juga tidak ditemukan

    adalanya kelainan. Pasien juga sudah melakukan pemeriksaan EEG

    dan di dapatkan hasilnya normal. Walaupun pasien sudah tidak

    menunjukkan tanda-tanda kejang dan pada pemeriksaan fisik,

    3

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    4/22

    pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan neurologi di dapatkan

    hasil normal, begitu juga dengan hasil pemeriksaan EEG normal

    pasien masih tetap diobeservasi dan tetap dirawat di rumah sakit

    dan tetap diberikan obat yang sama.

    Pada pemeriksaan hari ke-2.

    Pasien sudah tidak mengeluh kejang. Pada pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan neurologi dalam batas normal. Karena setelah 2 hari

    diobservasi pasien tidak menunjukkan gejala-gejala seperti kejang,

    maka pasien sudah diperbolehkan untuk pulang. Saat pulang pasien

    diberikan obat : Luminal 2x100 mg dan Enervonce 1x1

    ANALISA KASUS

    Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dengan berat badan 30 kg,

    tinggi badan 150 cm dirawat di RS dengan keluhan utama adalah kejang,

    lalu diagnosis kerja. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil anamnesis serta

    pemeriksaan fisik.

    BAB III

    KEPUSTAKAAN

    DEFINISI

    4

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    5/22

    Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri-ciri timbulnya gejala-

    gejala yang datang dalam serangan, berulang-ulang yang disebabkan

    lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf. 2

    Epilepsi merupakan suatu gangguan kronik yang tidak hanyaditandai oleh berulanya kejang, tetapi juga berbagai implikasi medis dan

    psikososial. 3

    ETIOLOGI

    Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan listrik

    berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor

    fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap

    penyakit atau kelainan yang dapat menganggu fungsi otak, dapat

    menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. 4

    Bila ditinjau dari faktor etiologis, maka epilepsi dibagi menjadi 2 kelompok

    : 4

    1. Epilepsi idiopatik

    Sebagian besar pasien, penyebab epilepsi tidak diketahui dan biasanya

    pasien tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan tidak bodoh.

    Sebagian dari jenis idiopatik disebabkan oleh interaksi beberapa faktor

    genetik. Kata idiopatik diperuntukkan bagi pasien epilepsi yang

    menunjukkan bangkitan kejang umum sejak dari permulaan serangan.

    Dengan bertambah majunya pengetahuan serta kemampuan

    diagnostik, maka golongan idiopatik makin berkurang. Umumnya

    faktor genetik lebih berperan pada epilepsi idiopatik .

    2. Epilepsi simtomatik

    Hal ini dapat terjadi bila fungsi otak terganggu oleh berbagai kelainan

    intrakranial dan ekstrakranial. Penyebab intrakranial, misalnya anomali

    kongenital, trauma otak, neoplasma otak, lesi iskemia, ensefalopati,

    abses otak, jaringan parut. Penyebab yang bermula ekstrakranial dan

    kemudian menganggu fungsi otak, misalnya: gagal jantung, gangguan

    pernafasan, gangguan metabolisme (hipoglikemia, hiperglikemia,

    uremia), gangguan keseimbangan elektrolit, intoksikasi obat,

    5

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    6/22

    gangguan hidrasi (dehidrasi, hidrasi lebih). Kelainan struktural tidak

    cukup untuk menimbulkan bangkitan epilepsi, harus dilacak faktor-

    faktor yang ikut berperan dalam mencetuskan bangkitan epilepsi,

    contohnya, yang mungkin berbeda pada tiap pasien adalah stress,demam, lapar, hipoglikemia, kurang tidur, alkalosis oleh hiperventilasi,

    gangguan emosional.

    PATOGENESIS

    Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan satu abad yang lalu oleh

    John Hughlings Jackson, bapak epilepsi modern. Pada fokus epilepsi di

    korteks serebri terjadi letupan yang timbul kadang-kadang, secara tiba-

    tiba, berlebihan dan cepat; letupan ini menjadi bangkitan umum bila

    neuron normal disekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut. Konsep

    ini masih tetap dianut dengan beberapa perubahan kecil. Adanya

    letupan depolarisasi abnormal yang menjadi dasar diagnosis diferensial

    epilepsi memang dapat dibuktikan. Terjadinya epilepsi sampai saat ini

    belum terungkap secara rinci.

    Beberapa faktor yang ikut berperan telah terungkap, misalnya : 4

    Gangguan pada membran sel neuron

    Potensial sel membran neuron bergantung pada permeabilitas sel

    tersebut terhadap ion natrium dan kalium. Membran neuron

    permeabel sekali terhadap ion kalium dan kurang permeabel

    terhadap ion natrium, sehingga didapatkan konsentrasi ion kalium

    yang tinggi dan konsentrasi ion natrium yang rendah di dalam sel

    pada keadaan normal. Bila keseimbangan terganggu, sifat

    semipermeabel berubah, sehingga ion natrium dan kalium dapat

    berdifusi melalui membran dan mengakibatkan perubahan kadar ion

    dan perubahan kadar potensial yang menyertainya. Semua

    konvulsi, apapun pencetus atau penyebabnya, disertai

    berkurangnya ion kalium dan meningkatnya konsentrasi ion natrium

    di dalam sel.

    6

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    7/22

    Gangguan pada mekanisme inhibisi presinap dan pascasinap

    Transmiter eksitasi (asetilkolin, asam glutamat) mengakibatkan

    depolarisasi, zat transmiter inhibisi (GABA, glisin) menyebabkan

    hiperpolarisasi neuron penerimanya. Pada keadaan normal

    didapatkan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi. Gangguan

    keseimbangan ini dapat mengakibatkan terjadinya bangkitan

    kejang. Gangguan sintesis GABA menyebabkan eksitasi lebih unggul

    dan dapat menimbulkan bangkitan epilepsi

    Sel Glia

    Sel glia diduga berfungsi untuk mengatur ion kalium ekstrasel

    disekitar neuron dan terminal presinap. Pada keadaan cedera,

    fungsi glia yang mengatur konsentrasi ion kalium ekstrasel dapat

    terganggu dan mengakibatkan meningkatnya eksitabilitas sel

    neuron disekitarnya. Rasio yang tinggi antara kadar ion kalium

    ekstrasel dibanding intrasel dapat mendepolarisasi membran

    neuron. Astroglia berfungsi membuang ion kalium yang berlebihan

    sewaktu aktifnya sel neuron.

    Bila sekelompok sel neuron tercetus maka didapatkan 3 kemungkinan : 4

    1. Aktivitas ini tidak menjalar ke sekitarnya

    melainkan terlokalisasi pada kelompok neuron tersebut, kemudian

    berhenti

    2. Aktivitas menjalar sampai jarak tertentu, tetapi tidak

    melibatkan seluruh otak kemudian menjumpai tahanan dan berhenti

    3. Aktivitas menjalar ke seluruh otak kemudian berhenti

    Pada keadaan 1 dan 2 didapatkan bangkitan epilepsi parsial,

    sedangkan pada keadaan 3 didapatkan kejang umum. Jenis bangkitan

    7

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    8/22

    epilepsi bergantung kepada letak serta fungsi sel neuron yang berlepas

    muatan listrik berlebih serta penjalarannya. Kontraksi otot somatik terjadi

    bila lepas muatan melibatkan daerah motor di lobus frontalis. Gangguan

    sensori akan terjadi bila struktur di lobus parietalis dan oksipitalis terlibat.Kesadaran menghilang bila lepas muatan melibatkan batang otak dan

    talapus. Sel neuron di serebelum, di bagian bawah batang otak dan di

    medula spinalis tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. 4

    Saat terjadi bangkitan kejang, aktivitas pemompaan natrium

    bertambah, dengan demikian kebutuhan akan senyawa ATP bertambah,

    dengan kata lain kebutuhan oksigen dan glukosa meningkat, maka

    peningkatan kebutuhan ini masih dapat dipenuhi. Namun bila kejang

    berlangsung lama, ada kemungkinan kebutuhan akan oksigen dan

    glukosa tidak terpenuhi, sehingga sel neuron dapat rusak atau mati. 4

    MENEGAKKAN DIAGNOSA

    a.ANAMNESIS

    Pada anamnesis, yang pertama dilakukan adalah mengajukan

    pertanyaan-pertanyaan dengan maksud mendapat gambaran yang

    setepat-tepatnya tentang sawan yang yang terjasi. Usaha untuk

    mendapatkan gambaran bangkitan kejang yang diuraikan berikut ini

    berdasarkan klasifikasi jenis bangkitan epilepsi Internasional 1981. 8

    KLASIFIKASI BANGKITAN ATAU SERANGAN KEJANG 6, 8, 10

    (International League Againts Epilepsi, 1981)

    1. Kejang Parsial

    Kejang parsial merupakan kejang dengan onset lokal pada

    satu bagian tubuh dan biasanya disertai dengan aura.

    Kejang parsial timbul akibat abnormalitas aktivitas elektrik

    otak yang terjadi pada salah satu hemisfer otak atau salah

    satu bagian dari hemisfer otak.

    Kejang parsial sederhana tidak disertai penurunan

    kesadaran

    8

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    9/22

    Kejang parsial kompleks disertai dengan penurunan

    kesadaran

    2. Kejang Umum

    Kejang umum timbul akibat abnormalitas aktivitas elektrik

    neuron yang terjadi pada seluruh hemisfer otak secara

    simultan

    Absens

    Ciri khas serangan absens adalah durasi singkat, onset

    dan terminasi mendadak, frekuensi sangat sering,

    terkadang disertai gerakan klonik pada mata, dagu dan

    bibir.

    Mioklonik

    Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak, sebentar

    yang dapat umum atau terbatas pada wajah, batang

    tubuh, satau atau lebih ekstremitas, atau satu grup otot.

    Dapat berulang atau tunggal.

    Klonik

    Pada kejang tipe ini tidak ada komponen tonik, hanya

    terjadi kejang kelojot. dijumpai terutama sekali pada

    anak.

    Tonik

    Merupakan kontraksi otot yang kaku, menyebabkan

    ekstremitas menetap dalam satu posisi. Biasanya

    terdapat deviasi bola mata dan kepala ke satu sisi,

    dapat disertai rotasi seluruh batang tubuh. Wajah

    9

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    10/22

    menjadi pucat kemudian merah dan kebiruan karena

    tidak dapat bernafas. Mata terbuka atau tertutup,

    konjungtiva tidak sensitif, pupil dilatasi.

    Tonik Klonik

    Merupakan suatu kejang yang diawali dengan tonik,

    sesaat kemudian diikuti oleh gerakan klonik.

    Atonik

    Berupa kehilangan tonus. Dapat terjadi secara

    fragmentasi hanya kepala jatuh ke depan atau lenganjatuh tergantung atau menyeluruh sehingga pasien

    terjatuh.

    3. Kejang Tidak Dapat Diklasifikasi

    Sebagian besar serangan yang terjadi pada bayi baru

    lahir termasuk golongan ini.

    b.PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan umum dan neurologis dilakukan seperti biasanya. 8

    c. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Perlu diperiksa kadar glukosa, kalsium,magnesium, natrium,

    bilirubin, ureum dalam darah. Yang memudahkan timbulnya kejang

    adalah keadaaan hipoglikemia, hipomagnesemia, hipo atau

    hipernatremia, hiperbilirubinemia, uremia. Penting pula diperiksa pH

    darah karena alkalosis mungkin pula disertai kejang. 8

    d.PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

    10

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    11/22

    Pada foto rontgen kepala sapat dilihat adanya kelainan-kelainan

    pada tengkorak. Kalsifikasi abnormal dapat dijumpai pada

    toksoplasmosis, meningioma. Sken tomografik olahan komputer

    dapat lebih jelas menunjukkan kelainan-kelainan pada tengkorakdan dalam rongga intrakranium. 8

    e. PEMERIKSAAN PENUNJANG 5

    Pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjang diagnosis epilepsi

    adalah: 8

    1. Cairan serebrospinalis

    Cairan serebrobrospinalis pada penderita epilepsi umumnya

    normal. Pungsi lumbal dilakukan pada penderita yang

    dicurigai meningitis.

    2. Elektroensefalografi (EEG)

    Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua penderitaepilepsi. EEG dapat mengkonfirmasi aktivitas epilepsi bahkan

    dapat menunjang diagnosis klinis dengan baik, tetapi tidak

    dapat menegakkan diagnosis secara pasti. Adanya kelainan

    fokal pada EEG menunjukan kemungkinan adanya lesi

    struktural di otak, sedangkan adanya kelainan umum pada

    EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetika

    atau metabolik.

    Perlu diingat bahwa tidak selalu gangguan fungsi otak

    dapat tercermin dalam rekaman EEG. EEG normal dapat

    dijumpai pada anak yang nyata-nyata menderita kelainan

    otak. Kira-kira 10% pasien epilepsi mempunyai EEG yang

    normal.

    Rekaman EEG dikatakan abnormal apabila :

    11

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    12/22

    Asimetris irama dan voltage gelombang pada daerah

    yang sama dikedua hemisfer otak

    Irama gelombang tidak teratur

    Irama gelombang lebih lambat dibandingkan

    seharusnya

    Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada

    anak yang normal, seperti gelombang tajam paku

    (spike), paku-ombak, paku majemuk.

    Pemeriksaan EEG berfungsi dalam mengklisifikasikantipe kejang dan menentukan terapi yang tepat. EEG harus

    diulangi apabila kejang sering dan berat walaupun sedang

    dalam pengobatan, apabila terjadi perubahan pola kejang

    yang berarti atau apabila timbul defisit neurologi yang

    progresif.

    3. Pencitraan

    Pemeriksaan pencitraan yang dilakukan antara lain foto polos

    kepala, angiografi serebral, CT-scan, MRI. Pada foto polos

    kepala dilihat adanya tanda-tanda peninggian tekanan

    intrakranial, asimetris tengkorak, perkapuran abnormal tetapi

    pemeriksaan ini sudah banyak ditinggalkan. Angiogarafi

    dilakukan pada pasien yang akan dioperasi karena adanya

    fokus epilepsi berupa tumor.

    CT-scan dan MRI digunakan untuk mendeteksi adanya

    malformasi otak kongenital. Indikasi CT-scan dan MRI antara

    lain kesulitan dalam mengontrol kejang, ditemukannya

    kelainan neurologis yang progresif dalam pemeriksaan fisik,

    perburukan dalam hasil EEG, curiga terhadap peningkatan

    tekanan intrakranial dan pada kasus-kasus dimana

    dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan.

    12

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    13/22

    DIAGNOSIS BANDING

    1. Sinkope

    sinkope ialah keadaan kehilangan kesadaran sepintas akibat

    kekurangan aliran darah ke dalam otak dan anoksia. Sebabnya ialah

    tensi darah yang menurun mendadak, biasanya ketika penderita

    sedang berdiri. Pada 75% kasus-kasus terjadi akibat gangguan

    emosi. Pada fase permulaan, penderita menjadi gelisah, tampak

    pucat, berkeringat, merasa pusing, pandangan mengelam.

    Kesadaran menurun secara berangsur, nadi melemah, tekanan dara

    rendah. Dengan diaringkan horizontal penderita segera membaik. 7,

    8

    2. Hipoglikemia

    Hipoglikemia didahului rasa lapar, berkeringat, palpitasi, tremor,mulut kering. Kesadaran dapat menurun perlahan-lahan. 8

    3. Histeria

    Kejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada wanita

    terutama antara 7-15 tahun. Serangan biasanya terjadi di hadapan

    orang-orang yang hadir karena ingin menarik perhatian. Jarang

    terjadi luka-luka akibat jatuh, mengompol atau perubahan pasca

    serangan seperti terdapat pada epilepsi. Gerakan-gerakan yang

    terjadi tidak menyerupai kejang tonik-klonik, tetapi bisa menyerupai

    sindroma hiperventilasi. Timbulnya serangan sering berhubungaqn

    dengan stress. 8

    PENGOBATAN EPILEPSI

    13

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    14/22

    Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi kejang dengan dosis optimal

    terendah. Yang terpenting adalah kadar obat antiepilepsi bebas yang

    dapat menembus sawar darah otak dan mencapai reseptor susunan saraf

    pusat.

    9

    Serangan epilepsi dapat dihentikan oleh obat dan dapat pula dicegah

    agar tidak kambuh. Obat tersebut disebut sebagai obat antikonvulsi atau

    obat antiepilepsi. 9

    Prinsip pengobatan epilepsi : 9

    1. Mendiagnosis secara pasti, menentukan etiologi, jenis serangan dan

    sindrom epilepsi

    2. Memulai pengobatan dengan satu jenis obat antiepilepsi

    3. Penggantian obat antiepilepsi secara bertahap apabila obat

    antiepilepsi yang pertama gagal

    4. Pemberian obat antiepilepsi sampai 1-2 tahun bebas kejang

    OAE pilihan pertama dan kedua : 9, 10

    1. Serangan parsial (sederhana, kompleks dan umum sekunder)

    OAE I : Karbamazepin, fenobarbital, primidon, fenitoin

    OAE II : Benzodiazepin, asam valproat

    2. Serangn tonik klonik

    OAE I :Karbamazepin, fenobarbital, primidon, fenitoin, asam valproat

    OAE II : Benzodiazepin, asam valproat

    3. Serangan absens

    OAE I : Etosuksimid, asam valproat

    OAE II : Benzodiazepin

    4. Serangan mioklonik

    OAE I : Benzodiazepin, asam valproat

    OAE II : Etosuksimid

    5. Serangan tonik, klonik, atonik

    Semua OAE kecuali etosuksinid

    PENGHENTIAN OBAT ANTI EPILEPSI

    14

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    15/22

    Penghentian pemberian obat pada penderita epilepsi, dilakukan pada

    keadaan keadaan sebagai berrikut: 9

    Pada epilepsi yang sulit diatasi lakukan pemantauan yang intensif

    untuk mencari diagnosis yang sebenarnya dan pengobatan yangsesuai. Selain itu dipergunakan pemantauan EEG yang cermat dan

    lebih lama dari 20 menit.

    Epilepsi dicegah dengan perawatan pada masa prenatal dan perinatal.

    Tindakan selanjutnya adalah diagnosis dan pengobatn dini semasa bayi

    dengan OAE yang tepat. Bila pengobatan tidak memberikan efek sama

    sekali, dapat dipertimbangkan untuk pembedahan. Bila pada

    pemeriksaan PET scan pada anak dengan berbagai jenis epilepsi yangberat ditemukan adanya hipometabolisme unilateral yang difus, maka

    dapat dilakukan reseksi lokal sampai hemisferektomi.

    Pertimbangan penghentian pengobatan didasarkan atas pertimbangan

    keseimbangan antara resiko penggunaan OAE yang terus menerus

    (intoksikasi kronis, efek teratogenik) dan resiko kemungkinan kambuh

    serangan (cedera, pekerjaan). Penghentian pengobatan dilakukan

    setelah bebas serangan selama 2 tahun atau lebih, perlahan-lahan

    dalam waktu beberapa bulan (4-6 bulan atau 25% setiap 2-4 minggu),

    diskusikan kemungkinan kekambuhan. Risiko kambuh setelah

    penghentian obat dalam 1 tahun pertama 25% dan menjadi 29% dalam

    2 tahun. Kekambuhan terjadi 80% dalam tahun pertama.

    Faktor yang mempengaruhi risiko kekambuhan : masa bebas serangan

    sebelum penghentian obat singkat, banyak macam tipe serangan,

    kejang tonik-klonik, perlu waktu lama untuk mencapai bebas serangan,

    poloterapi, EEG abnormal, pemeriksaan neurologis abnormal, timbul

    serangan pada saat penghentian obat.

    PROGNOSIS

    Penderita epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas serangan paling

    sedikit 2 tahun. Bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir, obat

    dihentikan dan penderita tidak mengalami kejang lagi, dapat dikatakan

    15

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    16/22

    bahwa penderita telah mengalami remisi. 30% penderita tidak akan

    mengalami remisi walau sudah minum obat teratur. 1

    Faktor yang mempengaruhi remisi adalah lamanya kejang, etiologi,

    tipe kejang, umur awal terjadi kejang, kejang tonik-klonik, kejang parsialkompleks akan mengalami remisi pada hampir lebih dari 50% penderita.

    Makin muda usia awal terjadinya kejang, remisi lebih sering terjadi. 1

    Umur onset yang relatif lambat sesudah usia 2 atau 3 tahun, juga

    merupakan faktor yang menguntungkan. Resiko kekambuhan setelah

    penghentian pengobatan tergantung pada faktor yang sama dengan

    remisi kejang. 3

    BAB. IV

    ANALISA KASUS

    Seorang anak laki laki usia 13 tahun dengan berat badan 50 kg, tinggi

    badan 150 cm dirawat di RSU PGI CIKINI dengan keluhan utama kejang.

    Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, neurologis, pemeriksaan

    16

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    17/22

    laboratorium dan EEG maka ditegakkan diagnosis kerja pasien adalah

    EPILEPSI.

    Pada anamnesis didapatkan :

    Riwayat kejang berulang tanpa demam, pada kasus

    dibuktikan sebelum masuk rumah sakit pasien pernah

    mengalami kejang sebanyak 4 kali tanpa disertai dengan

    demam.

    Tidak terlihat adanya pasien terlihat gelisah, melakukan

    gerakan atau sikap tidak biasa.

    Berdasarkan teori yang dijelaskan bahwa pada epilepsi sering

    diawali dengan Aura. Pada pasien ini terlihat adanya aura,

    yaitu pasien terlihat bengong dan pandangannya kosong

    sebelum terjadi kejang.

    Manifestasi kejang yaitu tangan kiri pasien terlihat mengepal,

    kaku, gemetar dan pasien masih bersuara pada saat kejang.

    Pada saat kejang didapatkan mata tidak mendelik ke atas,

    sehingga dapat diklasifikasikan pada tipe kejang parsial

    sederhana gambaran tonik.

    pada pasien ini, faktor etiologi adalah faktor idiopatik, yaitu

    pada riwayat epilepsi pada keluarga. Karena menurut teori,

    etiologi epilepsi dibagi menjadi idiopatik dan simptomatik.

    Dan epilepsi yang disebabkan oleh faktor genetik masik dalam

    klasifikasi epilepsi idiopatik.

    Gangguan perkembangan psikomotor tidak dijumpai pada

    pasien ini.

    Kesimpulan : anamnesis bahwa didapatkan kesesuaian anamnesis pada

    kasus dengan anamnesis pada teori yang dijelaskan

    17

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    18/22

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan

    Pada keadaan umum, tanda-tanda vital dan status generalis

    secara sistematis adalah dalam batas normal

    Pada pemeriksaan neurologi juga tidak terdpat adanya

    kelainan.

    Kesimpulan: bahwa didapatkan kesesuaian pemeriksaan fisik pada kasus

    dengan pemeriksaan fisik pada teori yang dijelaskan.

    Pada pemeriksaan laboratorium

    Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil dalam batasnormal. Pada teori dijelaskan bahwa pada kasus epilepsi

    dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor

    etiologi. Perlu diperiksa kadar glukosa, kalsiu, magnesium,

    natrium, bilirubinm ureum dalam darah. Yang memudahkan

    timbulnya kejang adalah keadaan hi[pohlikemia, hipokalemia,

    hipomagnesemia, hipo atau hipernatremia, hiperbilirubinemia

    dan uremia. Pada pasien ini tidak ditemukan peningkatanatau penurunan kadar diatas, maka dapat disingkirkan

    gangguan elektrolit dan hipoglikemia sebagai etiologi dari

    epiepsi pada pasien ini.

    Pada pemeriksaan EEG

    Pada hasil pemeriksaan EEG didapatkan dalam batas normal.

    EEG dapat mengkonfirmasi aktivitas epilepsi bahkan dapatmenunjang diagnosis klinis tepapi tidak dapat menegagkkan

    diagnosis secara pasti. EEG normal dijumpai pada anak yang

    menderita kelainan otak. Berdasarkan teori yang dijelaskan

    pemeriksaan EEG dapat memberikan hasil normal, karena

    sensitivitas interiktal EEG pada beberapa jenis kejang adalah

    bervariasi. Beratnya EEG tidak selalu berhubungan dengan

    gejala klinis.

    18

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    19/22

    Pada penatalaksanaan diberikan

    Rawat inap untuk mengobservasi kejang, mengingat

    serangan kejang yang berulang

    IVFD Kaen 3B 20 tetes/menit : untuk memenuhi kebutuhan

    cairan dan glukosa yang menurun akibat kejang.

    Obat-obatan:

    Pada pasien diberikan Luminal 2x100mg (oral) untuk

    antikonvulsan yang long acting sehingga untuk

    mencegah kejang yang berulang dalam jangka waktuyang lama, dengan cara memblokir pelepasan muatan

    listrik di otak

    Selama perawatan

    Selama dirawat, pasien tidak pernah kejang, sehingga pasien

    hanya dirawat 2 hari lalu kembali disarankan untuk berobat

    jalan. Obat-obat yang dibawa saat pulang:

    Luminal 2x100 mg

    Enervonce 1x1 cap

    Prognosis untuk pasien

    Prognosis bagi pasien ini dubia ad malam mengingat onset

    kejang yang dimulai saat pasien berusia 4 tahun disertai

    kejang yang berlangsung saat pasien berumur 13 tahun yang

    terjadi sebanyak 4 kali, dengan penyebab idiopatik. Ditambah

    pasien pernah mendapatkan terapi obat sebelumnya tapi

    pasien tidak minum obat secara teratur

    19

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    20/22

    BAB V

    KESIMPULAN

    Seorang anak laki laki usia 13 tahun dengan berat badan 50 kg, tinggi

    badan 150 cm dirawat di RSU PGI CIKINI dengan keluhan utama kejang.

    Setelah dilakukan observasi, dari anamnesis didapatkan riwayat kejang

    berulang tanpa demam, pada kasus dibuktikan sebelum masuk rumah

    sakit pasien pernah mengalami kejang sebanyak 4 kali tanpa disertai

    dengan demam. Pada pasien ini terlihat adanya aura, yaitu pasien terlihat

    bengong dan pandangannya kosong sebelum terjadi kejang.

    Manifestasi kejang yaitu tangan kiri pasien terlihat mengepal, kaku,

    gemetar dan pasien masih bersuara pada saat kejang. Pada saat kejang

    didapatkan mata tidak mendelik ke atas, sehingga dapat diklasifikasikan

    pada tipe kejang parsial sederhana gambaran tonik. Faktor etiologi

    pada pasien ini adalah faktor idiopatik, yaitu pada riwayat epilepsi pada

    keluarga.

    Pada pemeriksaan fisik, neurologis, dan pemeriksaan laboratorium

    tidak ditemukan adanya kelainan. Pada hasil pemeriksaan EEG didapatkan

    20

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    21/22

    hasil yang dalam batas normal. Dari semua hasil yang didapatkan, maka

    ditegakkan diagnosis kerja pasien adalah EPILEPSI.

    Dan diberikan penatalaksanaan Rawat inap untuk mengobservasi

    kejang, mengingat serangan kejang yang berulang, IVFD Kaen 3B 20tetes/menit : untuk memenuhi kebutuhan cairan dan glukosa yang

    menurun akibat kejang. Dan diberikan obat Luminal 2x100mg (oral) dan

    disarankan untuk berobat jalan dengan memberikan Luminal 2x100 mg

    dan Enervonce 1x1 cap untuk dibawa pulang.

    Prognosis bagi pasien ini dubia ad malam mengingat onset kejang

    yang dimulai saat pasien berusia 4 tahun disertai kejang yang

    berlangsung saat pasien berumur 13 tahun yang terjadi sebanyak 4 kali,

    dengan penyebab idiopatik. Ditambah pasien pernah mendapatkan terapi

    obat sebelumnya tapi pasien tidak minum obat secara teratur

    BAB VI

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Tjahjadi Petrus, Dikot Yustiani, Gunawan Dede. Gambaran Umum

    Mengenai Epilepsi. Dalam: Harsono, penyunting. Kapita Selekta

    Neurologi. Edisi-2. Yogyakarta: Gajahmada University Press; 2007:

    h.119-133.

    2. Syeban Zakiah, Markam S, Harahap Tagor. Epilepsi. Dalam: Markam

    Soemarmo, penyunting. Penuntun Neurologi. Edisi-1. Tangerang:

    Binarupa Akasara; 2009: h. 100-102.

    3. Passat Jimmy. Epidemiologi Epilepsi. Dalam: Soetomenggolo Taslim,

    Ismael Sofyan, Penyunting. Neurologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit

    IDAI; 1999: h.190-197.

    21

  • 7/31/2019 91272911 Epilepsi Pada Anak

    22/22

    4. Lumbantobing SM. Etiologi Dan Faal Sakitan Epilepsi. Dalam:

    Soetomenggolo Taslim, Ismael Sofyan, Penyunting. Neurologi Anak.

    Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 1999: h.197-203.

    5. Soetomenggolo Taslim. Pemeriksaan Penunjang Pada Epilepsi.

    Dalam: Soetomenggolo Taslim, Ismael Sofyan, Penyunting.

    Neurologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 1999: h.223-226.

    6. Ismael Sofyan. Klasifikasi Bangkitan Atau Serangan Kejang Pada

    Epilepsi. Dalam: Soetomenggolo Taslim, Ismael Sofyan, Penyunting.

    Neurologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 1999: h.204-209.

    7. Soetomenggolo Taslim. Kelainan Menyerupai Epilepsi. Dalam:

    Soetomenggolo Taslim, Ismael Sofyan, Penyunting. Neurologi Anak.

    Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 1999: h.209-214

    8. Markam S, Gunawan S, Indrayana, Lazuardi S. Diagnostik Epilepsi.

    Dalam: Markam Soemarmo, penyunting. Penuntun Neurologi. Edisi-

    1. Tangerang: Binarupa Akasara; 2009: h. 103-113.

    9. Lazuardi Samuel. Pengobatan Epilepsi. Dalam: SoetomenggoloTaslim, Ismael Sofyan, Penyunting. Neurologi Anak. Jakarta: Badan

    Penerbit IDAI; 1999: h.226-241.

    10. Haslam Robert. Sistem Saraf; Bab 543 Kejang-Kejang Pada Masa

    Anak. Dalam: Nelson Waldo E, penyunting. Nelson Ilmu Kesehatan

    Anak. Edisi-15. Volume-3, diterjemahkan oleh Wahab Samik. Jakarta:

    EGC; 2000: h.2056-2060.

    22