39
97

98 - kc.umn.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 98 - kc.umn.ac.id

97

Page 2: 98 - kc.umn.ac.id

98

TRANSKRIP WAWANCARA - AGUS ISMUNARNO

A = Peneliti B = Informan

A :Baik ini hari Rabu tanggal 2 Juni tahun 2021. Narasumber untuk penelitianterkait sikap pembaca Kompas.com terkait pemberitaan tentang COVID-19. Saatini saya sedang bersama Pak Agus Ismuwarno. Selamat Siang Pak Agus.

B : Selamat siang, Devon

A : Sebelumnya Pak Agus mungkin bisa memperkenalkan diri terlebih dahulumisalnya nama, usia, latar belakang pekerjaan, dan latar belakang pendidikan.Dan mungkin bisa cerita-cerita sedikit terkait pekerjaannya.

B :Nama saya Agus Ismunarno. Pembaca Kompas sejak tahun 1968. Termasukmajalah Intisari. Jadi sangat akrab dengan Kompas dan karena bacaan-bacaanitulah akhirnya saya menjadi seorang jurnalis dan kemudian tidak hanya sebagaijurnalis tetapi juga seorang redaktur, editor, pernah jadi redaktur pelaksana, dansekarang menjadi pemimpin redaksi sekaligus pemimpin umum dan kemudianmembuat media sendiri. 2 media. Media Laskar Pelangi dan media Aquila

A : Pak Agus dulu sebelumnya pernah punya latar pendidikan di bidangjurnalistik tidak?

B : Latar pendidikan saya adalah sastra dan filsafat Universitas Sanata Dharma.

A : Pak Agus juga tadi disebutkan pernah menjadi pemimpin redaksi di BangkaPos berarti ya?

B : Saya mulai memimpin itu di suara Timur Timur kemudian di BanjarmasinPost, kemudian Serambi Indonesia, kemudian di Bangka Post selama 14 tahun,kemudian di Tribun PekanBaru, kemudian di Koran Babel, kemudian di MediaLaskar Pelangi dan media Aquila Group.

A : Tadi sudah Pak Agus ceritakan sedikit latar belakangnya di bidangjurnalistik dan tentunya sebagai pembaca Kompas juga sekarang mengikutiKompas perpindahan ke platform di Kompas.com juga tetap mengikuti gituberita-berita di KOmpas.com. Untuk Pak Agus sendiri selain membaca mediacetak atau media online, ada media lain nggak untuk mengakses berita-berita dan

Page 3: 98 - kc.umn.ac.id

99

informasi. Misalnya apakah dari radio juga, atau dari TV, atau platform lainnyagitu.

B : Karena memang orang media, maka seluruh news, baik itu multichannel,multiplatform, maupun multimedia, itu saya ikuti semua. Bahkan termasuk mediasosial. Jadi seluruh media saya ikuti. Demikian juga di Kompas group. Itu seluruhmedia konvergensinya itu saya ikuti.

A : Dari banyaknya platform yang Pak Agus ikuti, bisa diceritakan gak mediamana yang paling sering diakses oleh Pak Agus, serta alasannya.

B : Tentu saja Kompas.com. Kompas.com itu karena dia masihmempertahankan konten jurnalisme makna. Itu masih kental sekali. In Depthreportingnya itu masih oke, kemudian detik.com untuk mengejar aktualitas.Kemudian CNN Indonesia, CNBC.

A : untuk jenis berita atau konten yang dikonsumsi, apakah terkait politik sajaatau ada jenis konten tertentu yang paling sering Pak Agus nikmati atau konsumsidan alasannya kenapa?

B : Tentu karena saya orang media, maka general. Itu kita ikuti. Kemudiankonten yang berhubungan dengan wilayah kerja saya, yaitu di Kepulauan BangkaBelitung. Otomatis berita-berita soal pertambangan, berita-berita soal perkebunan,berita-berita yang berhubungan dengan maritim. Itu menjadi perhatian lebihkarena berita-berita dari narasumber-narasumber nasional, atau dari media-mediamainstream nasional itu memberikan inspirasi untuk kita breakdown diassignment atau agenda setting di Bangka Belitung. Jadi itu sangat memberikaninspirasi, media-media yang saya sebutkan tadi.

A : Dari beberapa pertanyaan yang sudah saya tanyakan kepada Pak Agus sayasudah dapat gambaran besar bagaimana perilaku konsumsi berita dan latarbelakangnya juga dari Pak Agus kurang lebihnya. Karena penelitian sayaberhubungan secara spesifik terhadap COVID-19 dan khalayak yang saya jadikansampel penelitian adalah Pangkalpinang, saya juga ingin bertanya pandangan danpendapat Pak Agus. menurut bapak apa yang bisa bapak jelaskan dan bapakketahui tentang COVID-19 secara umum dan keseluruhan? Bisa bapak jelaskansesuai pemahaman bapak.

B : Covid-19 merupakan virus yang kemudian menginfeksi manusia danternyata dia dalam waktu singkat menjangkiti negara bahkan kemudian berbagai

Page 4: 98 - kc.umn.ac.id

100

negara, berbagai bangsa, menjangkiti dunia, dan kemudian menjadi globalpandemic. Itu secara keseluruhan, dan Indonesia itu juga terpapar. Demikian jugadaerah di mana saya tinggal, di Pangkalpinang, itu juga daerahnya kepulauan, tapiternyata virus ini juga masuk, bahkan Kepulauan Bangka Belitung hari-hari ini itumasuk dalam 10 besar masyarakat yang terpapar COVID-19.

A : Untuk Pak Agus sendiri pertama kali mengetahui tentang pandemi ini kapandan dari mana gitu, bisa tolong ceritakan awal-awal tahu pandemi ini.

B : Sejak muncul di Wuhan itu saya sudah mengikuti. Kemudian sampai diIndonesia mulai masuk, awal itu juga saya sudah ikuti, itu awal tahun 2020. Sayaikuti sampai di Bangka Belitung pertama kali itu saya ikuti sampai sekarang.

A : Dari pernyataan Pak Agus tentunya sangat memahami ya tentang COVIDini karena sudah mengikuti dari awal fase pandeminya dateng ke Indonesiasampai ke Kepulauan Bangka Belitung juga. Dari Pak Agus sendiri punya ceritaatau pengalaman tersendiri nggak terkait pandemi yang terjadi di sekeliling kitaini. Apakah misalnya ada perubahan dari pada pekerjaan atau kegiatan sehari-hariyang harus berubah gitu karena efek pandemi?

B : Pada awal COVID-19 masuk ke Bangka Belitung, itu saya mengalamibagaimana berita hoaks itu begitu meresahkan masyarakat. Misalnya orang yangpertama kali atau orang yang merupakan cluster pertama yang terkena COVID, ituberada di ujung Pulau Bangka yaitu Bangka Selatan misalnya.

Nah ada berita hoaks yang mengatakan bahwa orang tersebut sudah positif, tetapimalam ini menuju ke Pangkalpinang. Kemudian di media sosial itu menjadi heboh.Jadi orang Pangkalpinang pun melalui pesan berantai, melalui media sosial, ituawal-awalnya itu kayaknya begitu menakutkan dan luar biasa seperti perang dankemudian orang tersebut dicari dan jangan sampai Pangkalpinang juga kena.Waktu itu Pangkalpinang masih steril. Kemudian sempat diberitakan yangbersangkutan mulai ikut ibadah di sini, di sini, dan sebagainya. Sehinggamasyarakat sekitar juga resah. Kemudian malam itu saya mencoba menenangkandengan panggilan profesi saya sebagai jurnalis, itu check and recheck, check again.Kemudian saya menghubungi kapolres Bangka Selatan. ‘Ada informasi seperti iniberedar di Pangkalpinang dan meresahkan. Sesungguhnya terjadi seperti apa?Duduk perkara seperti apa?’. Kemudian Kapolres itu mengirimkan sebuah videoyang kontennya adalah Kapolres mengecek sendiri di rumah orang yangterkonfirmasi positif itu, kemudian meyakinkan bahwa orangnya sedang bicaradengan Kapolres. Kemudian video itu beredar di Pangkalpinang, kemudian hoaks

Page 5: 98 - kc.umn.ac.id

101

itu akhirnya hilang. Ini peristiwa profesi jurnalis, berita hoaks, dan bagaimana kitamencoba mencari kebenaran, dan kebenaran anti-hoaks itu kita sebarkan kemasyarakat sehingga waktu itu menjadi tenang.

Lalu bagaimana dampaknya terhadap profesi kita, ya sangat berdampak. Karenakemudian kita harus membuat adaptasi baru untuk profesi kita baik di protokolkesehatannya, maupun bagaimana kita melayani narasumber. Jadi narasumbersejauh bisa wawancara dengan Zoom, ya dengan Zoom saja. Tidak perlu dengankonferensi pers, ramai-ramai kita diundang. Itu kita mengedukasi narasumber,lama-lama itu harus ditiadakan. Itu terutama pada saat awal-awal COVID.

Makin ke sini kita menerapkan dua, satu secara meeting Zoom, istilahnya hybrid,tapi juga di situ ada peristiwanya langsung, entah itu pelantikan atau apa. Ituakhirnya kita media dengan penyelenggara pemerintah, entah itu walikota, bupati,maupun gubernur, akhirnya membuat semacam protokol baru untuk mengemasperistiwa-peristiwa. Artinya peristiwanya tetap ada, aktual, kemudian datanyalebih terjamin, tapi newsnya tetap tersebar ke masyarakat.

A : Jadi kalau bisa saya simpulkan Pak Agus juga punya pengalaman sendiriterkait bekerja sebagai jurnalis, kemudian adanya perubahan atau adaptasikebiasaan baru di bidang pekerjaannya, dengan hybrid tadi ya mencampurkanyang tatap muka dan fungsi medianya tetap berjalan gitu ya. Bagaimana denganorang di lingkungan sekitar Pak Agus menanggapi isu COVID-19 ini? Apakahjadi semakin panik, atau semakin takut, atau semakin waspada? Apakah ada reaksitersendiri untuk menanggapi COVID-19 di sekitar Pak Agus?

B : Ada orang yang hyper, artinya sangat takut. Tapi ada yang akhirnyawaspada, kemudian ada yang kelompok ketiga, itu dia waspada tapi terus bergerakdengan protokol kesehatan. Artinya kalau sangat ketakutan itu adalah generasiperiode awal-awal dulu. Sangat work from home, sangat activity from home.Tetapi itu menjadi berlebihan sehingga ada orang yang pada saat WFH dia masihsangat bisa mengkombinasi itu, tetap beraktivitas karena dia tetap harus mencarimata pencaharian, tapi tetap menggunakan protokol kesehatan yang firm, yangsangat rigid. Kemudian yang lebih wisdom ya dia memang sudah tahu karaktervirusnya seperti apa, penyebaran virusnya seperti apa, penularannya seperti apa,ya dia dengan sangat hari-hari tetap jalan. Tetap jalan tapi ya menghindari celahyang berisiko tinggi, yang rawan terhadap virus. Tapi ada juga yang menganggapseolah-olah virus ini mengganggu periuk nasi dia, sehingga dia tidak percaya.Bahkan ketika kita belanja di pasar, itu pedangan dengan tanpa masker itu diateriak-teriak ‘mana COVIDnya? Bikin dagangan kita tidak laku aja’ jadi ini reaksi

Page 6: 98 - kc.umn.ac.id

102

yang menurut saya agak fatal karena toh di beberapa tempat cluster pasar akhirnyaterjadi. Jadi reaksi-reaksi seperti itulah.

Tapi menurut saya reaksi secara keseluruhan termasuk di Bangka Belitung ini yamemang COVID-19 ini mengkondisikan kita untuk membuat semacam tatanandunia baru. Ya memang kita harus bisa hidup berdampingan dengan COVID-19ini sampai dia titik zero virus, tetapi karena sudah menyebar seperti ini, saya kiraini waktunya tidak singkat untuk dia hilang.

Jadi memang segala arah harus dilaksanakan kehidupan baru jalan denganprotokol kesehatannya, kemudian vaksin juga terus, kemudian edukasi hidup sehatyang bener-bener sehat juga harus terus. Tetapi jangan lupa pemulihan ekonomirumah tangga, ekonomi daerah, ekonomi nasional, ekonomi dunia, ini juga harussegera pulih karena tanpa yang terakhir ini ya yang di sini nya tidak terbayar.Vaksinnya nanti tidak terbayar, daya imunitas masyarakat juga tidak terbayar,kemudian kalau sakit, pengobatannya juga tidak terbayar.

A : Berarti kalau dari lingkungan Pak Agus ada yang berlebihan ada yang hypergitu ya reaksinya dari COVID-19 ini. Kalau reaksi yang seperti itu sempetmemengaruhi Pak Agus ga perspektifnya? Apakah sempat merasa takut juga padasuatu fase gitu?

B : Kalau saya pribadi tentu tidak takut ya. Karena dari awal sikap kita adalahwaspada terhadap makhluk baru ini. Kita tidak mau masuk di dalam wilayah teorikonspirasi, ini apakah konspirasi atau memang saatnya makhluk ini muncul untukmemberikan awareness ke umat manusia. Saya tidak mau masuk ke situ, tapikenyataannya ini ada, ini tidak bisa ditolak karena faktanya ada. Orang matikarena itu ada. Maka kepada orang yang fatalistik tadi, sampai ke dalam bahasaBangka itu yang namanya Tugil, jadi Tugil itu bandel, bebal, gak peduli.Akhirnya kita bikin poster gitu ‘Tugil or Too Be Killed’ artinya kitamenggunakan suara ‘Il’ untuk mengingatkan gitu, ‘to killed’ itukan mengatakankamu bisa terbunuh gitu kalo tugil. Itu kampanye kita sebagai media untukmemperingatkan mereka yang tidak peduli. Itukan berartikan mereka tidak pedulikepada sesama. Itulah yang kita peringkatkan.

A : Berarti orang-orang seperti itu juga ada yang berdasarkan perspektifkepercayaannya gitu ya, yang berdasarkan kepercayaannya mungkin ya. Sepertimisalnya dia punya teori sendiri kalau misalnya ini adalah kiriman dari apalahgitu si virus ini, gitu kan?

Page 7: 98 - kc.umn.ac.id

103

B : Mungkin mereka punya latar belakang itu. Kalau kita lihat video-video yangberedar ya, kalau seperti di India itukan kadang perilaku yang illogical itu terjadi.Tetapi secara natural ya virus itu bekerja menginfeksi seperti itu. Tidak bisadisembuhkan dengan kencing sapi, dengan ritual-ritual. Ya bahwa kemudian adasatu dua tersugesti dan sebagainya, tetapi tolong secara ilmiah juga mestidibuktikan. Tugas kita ya selalu mengembalikan kepada mekanisme naturalnya.

A : Berarti dari perspektif kepercayaan Pak Agus tidak terpengaruh ya dariperspektif kepercayaan. Lebih melihat COVID-19 ini perspektifnya ilmiah gitu yaatau punya pengaruh juga nih kepercayaan Pak Agus dalam memandangCOVID-19 yang terjadi ini?

B : Kalau kepercayaan dalam berarti apa yang saya imani itu jelas kita jugamenganggapnya itu sebagai peristiwa duniawi yang memang harus kita sikapi gitu.Bahwa penguatan imunitas kita dengan berdoa, dengan kekuatan yang di atas itupasti. Karena dengan cara itulah kita membangun imunitas kita. Tetapi bahwa itusebagai sebuah penyakit, sebagaimana penyakit yang lain, ya tugas kita adalahmenghindari penyakit itu dan jika terkena ya segera disembuhkan. Kalau memangkita bisa bertahan dengan kekuatan tubuh kita, ya tubuh kita ya gitu aja. Tapi tentusaja, kalau kita memahami mekanisme penularannya seperti itu dan sebagainya,ya cara beribadah pun juga memang akhirnya harus berbeda. Harus menyesuaikanartinya melalui internet.

A : Kembali lagi mungkin ke Kompas.com. Tadi sudah diceritakan juga samaPak Agus bahwa membaca berita dan informasinya salah satunya di Kompas.com.Kalau untuk Kompas.com sendiri berapa sering Pak Agus membaca berita darisana? Media onlinenya ya secara spesifik.

B : Setidaknya day by day, ya per jam kali ya. Perjam, scanning, kalau memangada yang menarik untuk segera di follow up ya kita baca lebih detail

A : Tadi juga sempat sebelum kita ngobrol-ngobrol, ada beberapa link beritajuga nih yang sudah saya berikan ke Pak Agus berhubungan dengan wilayah kitajuga Pangkalpinang dan Bangka Belitung dan daerah sekitarnya. Dari berita-beritayang tadi sudah Pak Agus baca dan sebelum-sebelumnya pernah baca juga,komentar Pak Agus sendiri terkait berita-berita COVID-19 di Pangkalpinang inibagaimana komentarnya secara general?

B : Bacaan saya terhadap Kompas.com dan Kompas keseluruhan termasukKompas TVnya, tapi Kompas.com termasuk di daerah itu saya kira sangat

Page 8: 98 - kc.umn.ac.id

104

menavigasi. Memberikan panduan kepada bangsa Indonesia, khususnya jugakepada kepulauan Bangka Belitung. Jadi secara garis besar Kompas.commenyajikan peristiwanya secara makro, dunia. COVID itu apa, bahayanya apa,bagaimana COVID itu memporak porandakan seluruh sektor kehidupan,kemudian bagaimana pencegahannya. Itu secara makro digambarkan. KemudianKompas.com itu kadang menggunakan komparasi-komparasi. Komparasinya itudulu ada Itali, Eropa secara keseluruhan, Amerika juga, terakhir India. Jadidigambarkan bagaimana dampak tsunami COVID itu bisa membuat sebuahbangsa akhirnya menjadi terburuk di dunia penanganannya. Dari makro ituKompas.com sudah mengajari bangsa Indonesia dengan pemerintahannya, denganmasyarakatnya, dengan warganya, seperti ini lho. Itu yang menarik.

Kemudian secara nasional juga digambarkan tiap hari secara detail jugadigambarkan bagaimana persentase yang terpapar dan sebagainya. Bahkanranking provinsi itu disampaikan. Jadi pada akhirnya setiap elemen bangsa itubergerak berdasarkan data yang disampaikan Kompas.com. Jadi kalau bicaranyadata, lalu kan menjadi lebih rasional, warningnya menjadi lebih serius. BahwaKepulauan Bangaka Belitung selalu masuk 10 besar seperti itu warning tiap harikepada masyarakat Bangka Belitung untuk berhati-hati. Secara tersirat jugamengatakan bahwa Bbnagka Bbelitung itu kepulauan, di sana ada Taiwan yangnegara yang bisa menjadi green. Kita itukan sebenarnya bisa mengisolasiKepulauan Bbangka Belitung gitu kan bisa ditutup. Nah ini sebenarnyaperingatan-peringatan itu sudah disampaikan oleh Kompas.com melalui agendasetting berita-beritanya itu. Ya seperti bercerminlah.

Bahkan Kompas.com itu yang saya amati adalah setiap beritanya itu bermakna.Tidak hanya secara intelektual, informatif, tetapi secara sosial ekonomi,poleksosbud itu benefitnya, Kompas.com memberikan benefit itu. Makna itudiberikan semua oleh Kompas.com. Bahkan sampai practical benefit. Practicalbenefit itu memang ya tips, bagaimana menggunakan masker yang benar,maskernya seperti apa dan sebagainya. Ini seperti guru bangsa yang detail,Kompas.com itu seperti guru bangsa yang detail. Ya tentu melaluinarasumber-narasumbernya, Kompas.com itu guru bangsa yang detail dalamsituasi pandemi saat ini. Sehingga bener-benar membimbing masyarakat.

A : Dari berita-berita mengenai COVID-19 itu bagaimana Kompas.commengajari masyarakat? Bagian mana yang paling Pak Agus ingat dari berita-beritaKompas.com itu dan alasannya kenapa.

Page 9: 98 - kc.umn.ac.id

105

B : Yang pertama peristiwa Wuhan. Peristiwa Wuhan itu diceritakan dengandeskripsi lengkap bagaimana COVID itu mulai merebak di sana, tapi sekaligusdigambarkan bagaimana Tiongkok pemerintahannya bisa dengan cepat menanganidengan sebuah keseriusan. Dengan pembangunan rumah sakit yang demikiansingkat dan sebagainya. Ini pandemi COVID memang, tetapi digambarkan olehKompas.com manusia yang diberi akal budi oleh Tuhan itu sebenarnya bisamenahan itu. Dengan sikap-sikap kedisiplinan, kemudian care, kemudian detaildalam menangani perkara. Semuanya sukarela bekerja, orang-orang medisnyadiposisikan pada posisi yang pahlawan. Kaya gitu menarik. Ini yangpuncak-puncak pemberitaan saat itu. Juga digambarkan bagaimana India sekarang,itu juga menarik.

A : Berarti secara keseluruhan Pak Agus cukup setuju ya dengan apa yangditulis Kompas.com terkait COVID-19. Secara keseluruhan cukup setuju gitu ya?

B : Cukup setuju. Saya tidak tahu ada jurnalisme harapan apa tidak. Tapi sayatermasuk orang yang kagum dengan Pak Yakub Oetama. Pertama jurnalismemakna, kemudian kalau dalam teologi itu ada teologi harapan. Tetapi ini mungkinbisa dikembangkan. Itu jurnalisme harapan. Situasi pandemi ini, dari liputanKompas itu jurnalisme harapan ini dikemukakan melalui liputan-liputannya. Jadiketika manusia kehilangan harapan, Kompas itu memberikan secercah harapan,optimisme. Tetapi optimisme ini harus diusahakan, tidak datang begitu saja, tetapidiperjuangkan. Nah bagaimana diperjuangkannya? Digambarkanlah tadi sepertiahli-ahlinya. Sehingga secara keseluruhan Kompas.com tidak membuat kitapesimis. Karena kalau dilihat dampaknya orang-orang pasti pesimis tetapi bahwadibangun optimisme, itulah yang kemudian kekebalan bangsa ini tercipta. Kalaubangsa kebal, ya akhirnya kita pulih secara kesehatan maupun pulih secaraekonomi bisa terjadi.

A : Pertanyaan terakhir untuk Pak Agus. Menurut Pak Agus mengapaKompas.com seperti yang Pak Agus tadi ungkapkan, mau membangun optimismemasyarakat lewat pemberitaan terkait COVID ini? Mengapa Kompas.com punyaagenda pembangunan optimisme tersebut?

B : Kompas.com menurut saya dia media besar. Walaupun terjadi disrupsiteknologi informasi yang luar biasa seperti sekarang, dan saya kira Kompasterkena dampaknya, tapi jauh-jauh hari Pak Yakub Oetama sudah mempersiapkanitu dengan Kompas.com, dengan Kompas TVnya, kemudiankonvergensi-konvergensi yang lain seperti radio dan sebagainya. Jadi Kompas itutidak seperti dinosaurus yang punah, tetapi dia menyesuaikan dengan zaman. Dia

Page 10: 98 - kc.umn.ac.id

106

seperti semut. Semut itu dulu kan dia ada bersama dinosaurus. Dinosaurus sudahtidak ada, semut masih ada. Kemampuan adaptasi Kompas inilah yang harus terusterjadi. Yang masih kita harapkan terus adalah kontennya. Konten Kompas itutetap konsisten karena bermunculannya media sosial kemudian media digital dansebagainya itu boleh saja. Tapi mereka adalah sarana, alat. Tetapi konten danorang-orang yang di belakang konten in yang harus konsisten dengan panggilanhidup sebagai jurnalis yang memperjuangkan jurnalisme makna. Nah itu kalauKompas.com setia pada panggilannya itu, ya saya kira mau muncul mediateknologi apapun tetap diperlukan kontennya. Seperti Kompas.com. Artinya apa?Mempunyai agenda besar kemanusiaan, memiliki agenda bagaimana dunia inidiselamatkan. Bagaimana dunia ini ditebus gitu, diselamatkan. Kemanusiaan,keadilan, mengangkat yang papah, memperingatkan yang mapan. Ini terusperjuangan abadi gitu. Ya cetak ada, media sekarang multiplatform, multichannel,multimedia. Tinggal platform nya aja.

A : Jadi saya rangkum dengan kata lain mereka masih fokus membangunoptimisme masyarakatnya ini merupakan misi humanity, misi kemanusiaan gituya. Tentang idealisme jurnalistiknya gitu ya.

B : kemanusiaan tidak hanya kemanusiaan yang biasa gitu ya. Kemanusiaanyang transendental. Kemanusiaan yang itu tidak hanya kemanusiaan sebagaimanakomunisme, tetapi kemanusiaan yang ada spiritualnya. Jadi ada vertikal, adahorizontalnya. Kemanusiaan horizontal itu oleh Kompas dibawa ke keTuhanan.Jadi konsep kebangsaan itu dibawa dengan baik oleh Kompas.com.

A: Baik saya tutup, terima kasih banyak Pak Agus. Selesai sudah perbincanganPak Agus Ismuwarno. Hari ini tanggal 2 Juni 2021. Nama saya Devon dariUniversitas Multimedia Nusantara. Sekian yang sudah saya sampaikan, terimakasih.

Page 11: 98 - kc.umn.ac.id

107

TRANSKRIP WAWANCARA - SUHARGO

A = Peneliti B = Informan

A : Hari ini tanggal 3 Juni 2021 narasumber keempat terkait penelitian DevonUniversitas Multimedia Nusantara. Saat ini sedang bersama saya salah satunarasumber, mungkin bisa langsung diperkenalkan dirinya juga, termasuk usia,pekerjaan, pendidikan, dan latar belakang lainnya yang bisa diceritakan.

B : Kalau nama bisa diperkenalkan nama saya Suhargo. Usia 23 tahun, kalaupekerjaan berusaha mikro.

A : Kalau latar belakang pendidikan Pak Suhargo sendiri?

B : Latar belakang pendidikan S1 hukum di Universitas Bangka Belitung.

A : Kita langsung ke pertanyaan pertama terkait wawancara hari ini. Untuk KakSuhargo tentunya berita dan informasi dikonsumsi cukup sering ya daripembicaraan yang tadi sebelumnya kita lakukan. Untuk platformnya sendiri yangpaling sering diakses itu apa ya? Misalnya lebih ke TV, radio, atau online. Danalasannya apa ya memilih platform tersebut?

B : Sebenarnya sih pada saat ini ya terutama digitalisasi yang lebih kuat, itu kitalebih sering ke media online sih yang dalam bentuk website kemudian diaoutputnya itu artikel, dan itu notif lah sepertinya di handphone dan kalau untukmedia-media sendiri sih biasanya si media yang trend seperti salah satunyaKompas, gitu.

A : Yang paling sering diakses memang salah satunya Kompas gitu ya? Adamedia lain yang mungkin sering diakses?

B : Yang lain mungkin Tribun. Karena memang biasanya itu menjadi notiftersendiri gitu ya di handphone. Jadi notif setiap pagi atau siang seperti itu.

A : Alasannya berarti lebih sering buka itu karena memang sudah dipasanginotif gitu, ya. Kalau untuk jenis kontennya sendiri yang paling sering dikonsumsiitu tipe kontennya bagaimana tuh kak?

B : Kalau konten lebih ke konten perihal kebijakan publik, mungkin seperti itu.Kemudian saat inilah ya salah satunya COVID-19. Karena ini kan lagi trend juga.

Page 12: 98 - kc.umn.ac.id

108

A : Menyinggung tentang COVID-19, menurut Kak Suhargo sendiriberdasarkan pemahaman Kak Suhargo, bisa menjelaskan ga? Apa sih COVID-19itu? Dari pemahaman Kak Suhargo.

B : Ya COVID-19 ini bagi kami yang membaca berita kemudian mendapatkaninformasi dari media-media besar yang mungkin sampai saat ini dipercayai olehjutaan masyarakat Indonesia, bagi kami ya COVID-19 itu penyakit yang sampaisaat ini tetap melekat dan menggerogoti sendi-sendi perekonomian bangsa.

A : Kalau untuk ini sendiri pertama kali Kak Suhargo mengetahuinya itu darimana dan ceritakan awal mulanya bagaimana.

B :Dari awal saya update COVID. dari pertama kali ada menteri yang kena itu?Itu sekitar satu tahun yang lalu. Sudah satu tahun terjadi COVID ini.

A : Terkait COVID juga, apakah Kak Suhargo ini mempunyai pengalaman ataucerita tersendiri? Misalnya yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatansehari-hari gitu. Misalnya ada sesuatu yang berubah, ada sesuatu yang baru gitu.

B : Kalau perubahan pasti, ya. Karena dengan adanya pembatasan baik itu skalabesar, baik itu skala kecil maupun dia hanya stay at home kemudian ada WFH itudia tetap ada perubahan. Baik secara sosial, ekonomi. Karena secara sosial, sosialakan memengaruhi ekonomi seperti itu. Pandangan saya tetap ada yang berubah.

A : Tadi Kak Suhargo sempat mengatakan juga bahwa punya usaha gitu, ya.Usahanya bentuknya apa?

B : Usahanya warung kopi

A : Warung kopi ya untuk warung kopinya sendiri terdampaknya bagaimana tuhbentuk dampaknya?

B : Sebenarnya dampak yang kami dapat itu Bentuknya adalah seperti intervensilangsung dari pihak pemerintah itu melalui alat negaranya yang mungkin kitakenal dengan kepolisian itu bagi saya sudah intervensi langsung, karenasebenarnya dari segi kesehatan itu privasi kalau masuk ke ranah hukum itu ranahprivat. Kemudian dengan berbagai alasan kepolisian melakukan tes seperti rapid,kemudian swab itu di lapangan. Nah itu mungkin yang menjadi ketakutan orang

Page 13: 98 - kc.umn.ac.id

109

buat untuk datang ke tempat umum. Karena kalau datang ke tempat umum takutada razia kemudian diswab.

A : Jadi dari Kak Suhargo sendiri secara bisnis berdampak secara negatif dankurang setuju yang dengan hal-hal yang terjadi gitu, ya. Tindakannya. Bagaimanadengan orang di di lingkungan sekitar Kak Suhargo? Apakah mereka punyatanggapan tertentu terkait COVID-19 ini apakah lebih ke skeptical, tidak percaya,atau apatis, atau punya pandangan sendiri orang-orang sekitar?

B : Sebenarnya saya ada dua pandangan dari orang di sekitar. Ada orang yangmikir ketika ada pemberitaan yang dianggap mungkin terlalu tajam sehinggamenakuti masyarakat seperti itu, menakuti orang-orang di sekitar saya, sebabnyaketika pemberitaan itu terlalu tajam terlalu berlebihan seperti menakut-nakuti, inibohong, kami sudah tidak percaya lagi. Jadi ada dua perspektif yang saya dapat.Sehingga pada akhirnya saya berusaha berdiri di tengah tengah itu dengan situasidan kondisi.

A : Kalau dari perspektif kepercayaan, apa pun itu kepercayaannya, apakah adapengaruh bagaimana kelompok maupun pemuka agama dari yang Kak Suhargoanut dalam memandang COVID-19? Apakah mereka punya pandangan sendiri?Seperti misalnya saya kasih contoh India kemarin mereka punya budaya dankepercayaan sendiri dalam melihat COVID-19 sehingga merekamenanggulanginya itu non ilmiah. Atau apakah dari Kak Suhargo sendirikepercayaannya berpengaruh terhadap respon Kak Suhargo?

B : Ini kita anggap larinya ke agama gitu ya. Jadi contoh misalnya kaum inikarena agamanya ini, dia lebih cenderung ke sini. Sedangkan kalau agamanya inidia lebih cenderung seperti ini. Saya rasa iya. Karena jika melihat situasi dankondisi saat ini saya mengambil contoh kecil dari Imlek dengan hari raya IdulFitri. Kemudian ramadhan yang orang kenal itu non Muslim dengan Muslim,kemudian orang yang kenal dengan umat Tionghoa, umat Muslim, nah iniperbedaannya jauh. Dari segi perayaan, pembatasan. Ini jauh. Kalau saya melihat,Ada sebagian muslim yang takut tapi cenderung mereka tidak takut. KalauTionghoa di Bangka Belitung di Pangkalpinang, itu cenderung takut. Sehinggapada saat Imlek itu tidak ramai kondisinya, party nya itu kurang.

A : Kalau dari latar belakangnya Suargo lingkungan sekitarnya itu bagaimanamenanggapi dari perspektif agama gitu ya. Saya kan ga enak untuk bertanyalangsung agamanya, mungkin bisa diceritakan kalau bersedia gitu ya.

Page 14: 98 - kc.umn.ac.id

110

B : Kalau agama saya, saya sebenarnya Muslim. Karena saya Muslim sayamerasakan euforia Bagaimana seorang muslim merayakan hari rayanya kemudianmelihat sebaliknya. Karena saya keturunan memiliki sebagian dari keturunanTionghoa, saya masih punya darah Tionghoa cuma kurang lebih Mualaf gitu, jadisaya juga melihat kondisi keluarga yang masih ras Tionghoa itu saya melihatseperti ini dua perbedaannya. Sehingga saya melihat dari dua perspektif sehinggasaya berusaha kembali berdiri di tengah-tengah.

A : Jadi kalau misalnya dari hari raya umat Muslim, juga tetap merayakanbersama umat Muslim gitu ya.

B : Cuma kalau seperti Imlek, kami menggembirakan. Saya umat Muslimmenggembirakan. Tapi kalau misalnya Idul Fitri, Ramadhan, kami merayakan,begitu.

A : Dengan pernyataan dari Kak Suhargo bahwa misalnya umat Muslim dilingkunganya Kak SUhargo itu lebih berani ya merayakan hari raya di tengahpandemi itu. Pendapatnya Kak Suhargo bagaimana? Setuju tidak dengan euforiayang dilakukan?

B : Sebenarnya ini saya larikan nggak jauh sedikit dari pandangan. Kalau kitabicara soal agama, itu sudah banyak perspektif. Contoh kecil apa status MUI dinegara Indonesia ini? Bahkan apakah MUI itu lembaga negara. Itu yangpertamanya harus kita pertanyakan. MUI itu hanya organisasi Islam yang bisamengeluarkan fatwa untuk orang Muslim. Namun yang ingin saya pertanyakanadalah mengapa fatwanya itu seperti peraturan undang-uang yang absah. Sehinggaterlalu banyak campur tangan Indonesia itu sudah seperti tercover dengan semuakaum. Sedangkan harusnya Indonesia berjalan dengan seimbang, karena Pancasila.Di sisi lain saya melihat itu Muslim lebih berani. Kenapa? Karena sudah banyaktokoh-tokoh Muslim yang berbicara kemudian timbul perspektif dari masyarakatyang merasa ini terlalu berlebihan. Tokoh A, tokoh B, saya contohkan KenapaBanyak umat muslim yang seandainya sudah merasa muak akhirnyamemberanikan diri untuk keluar dan berbelanja meramaikan ITC meramaikanRamayana. Untuk NU dan Muhammadiyah di Islam itu sudah punya statementnyamasing-masing tentang COVID. Sehingga tentu kaum Muhammadiyah dan kaumNU sendiri itu sudah memiliki perspektif pandangan yang berbeda, keberanianyang berbeda masing-masing. Belum lagi kemudian ditambah dengan fatwa MUI,boleh Sholat Ied, boleh tidak Sholat Ied. seperti itu kan membuat masyarakatmemilih jalannya sendiri. Sudah saya muak gitu.

Page 15: 98 - kc.umn.ac.id

111

A : Kalau dari perspektif Kak Suhargo sendiri, ini menarik, ya. Berarti secaralatar belakang kalau ada lembaga yang seperti Kak Suhargo sebutkan tadi, adakebingungan mungkin ya, pilihannya ke arah mana. Karena ini hal yang baru yasoal pandemi ini. Kalau yang menjadi pilihan Kak Suhargo sendiri, yangdilaksanakan selama pandemi berjalan. Tindakan dan respon maupun aktivitassehari-harinya Kak Suhargo itu lebih ke arah mana? Tanpa ada judgement darisaya, ini pure curiosity.

B : ini saya bicara prinsip ya. Kalau prinsipnya adalah saya lebih percayamasalah pribadi, saya percaya kepada hal yang saya tangkap secara pribadi. Jadisaya sedikit kutip kata-katanya Bung Karno, seandainya pemuda itu berperanpenting untuk bangsa. Jadi kalau misalnya pemuda, karena saya masih 23, ya.Saya masih dianggap muda, pemuda itu berperan penting. Apalagi saat pandemisaat ini. Saya contohkan case kecil, andaikan ada 10 orang pemuda dengan 10akun fakenya yang menyebarkan hoaks tentang pandemi COVID, itu akanmengguncang Indonesia dan mengguncang negara sekitarnya. Mungkin kata-kataBung Karno yang mengatakan 10 pemuda mampu mengguncangkan dunia itusudah bisa terungkit pada saat ini. Lantas bagaimana pemuda yang saat ini tidakberpikir sehat, kemudian mudah terbawa arus, kemudian berpikirnya tidakobjektif, berpikirnya subjektif, berpikir mungkin karena ‘saya NU’, ‘sayaMuhammadiyah’, saya non-Muslim, nah tidak berpikir objektif. Tentu hal inimenjadi ketakutan bagi kita karena pemuda mau tidak mau selain ideologi bangsaIndonesia, pemuda adalah sendi-sendi bangsa ini.

A : Kalau secara keseharian Kak Suhargo itu masih yang strict banget gamengikuti protokol kesehatan? Atau ada fasenya waktu awal-awal lebih strict,lebih ngikutin, atau sudah mulai lebih santai, atau situasi tertentu, situasionalbegitu.

B : Sampai saat ini, ya. Ya kalau prokes it’s okay. Karena bagaimanapun ituadalah hal yang paling aman, kemudian tidak ada ruginya menggunakan masker,kemudian banyak ruginya kalau tidak menggunakan. Jadi pada akhirnya okay,prokes saja. Malahan yang dari awal ni saya nggak percaya. Karena isu dariChinalah dari Wuhanlah, itu masih membingungkan. Bangsa ini, pemerintahan initidak menentukan prinsipnya pada saat pandemi di awal. Nah sehingga kitamenentukan sistem penyelesaiannya berulang-ulang, ada PSBBlah, ada itulah, adainilah, WFH lah. Nah ini membentuk ketidakkonsistenan pemerintah kita dan itutelat penanganannya bagi saya pribadi. Kemudian ada hal yang saya takuti.Sampai saat itu masalah swab, antigen. Karena bagi saya itu sudah terlalu vital.

Page 16: 98 - kc.umn.ac.id

112

Kemudian baru-baru ini ada masalah antigen bekas. Masalah jual surat, gitu kan.Itu vital bagi saya.

A : Jadi tindakan dari pemerintah yang selama ini Pak Suhargo anggap kurangcekatan, konsisten, dan sebagainya itu, membuat adanya keraguan gitu yaterhadap kebijakan-kebijakan yang diambil gitu ya. Sehingga ada rasa skeptisuntuk mengikuti apa yang dianjurkan mereka. Jadi mungkin pada yang titiksekarang sudah oke mengikuti prokes, tapi at certain point di masa lalu karena adaketidakjelasan itu menurut Kak Suhargo jadi kurang mengikuti gitu ya. Karenabagi Kak Suhargo mereka jadi kurang jelas gitu ya.

Berlanjut soal berita nih. Konsumsi berita tadi sudah disinggung juga mungkinsoal media-media, salah satunya Kompas.com. Seberapa sering kalau dari KakSuhargo sendiri mengonsumsi berita dari media online termasuk Kompas.com.Soalnya tadi mungkin belum disinggung di awal ya bahwa Kak Suhargo ini jugapenulis gitu ya. Ada latar belakang penulis dulunya. Seberapa seringmengonsumsi berita online termasuk di Kompas.com?

B : Sering si. Termasuk dengan update kasus, kemudian setiapkebijakan-kebijakan pemerintah terkait COVID-19, kemudian bantuan-bantuanlahyang sistemnya membantu masyarakat di kala pandemi, seperti itu.

A : Berarti cukup update juga tadi dengan berita COVID dan berita COVID-19di Pangkalpinang juga ya tadi yang sudah saya suguhkan sebelum kita wawancara.Komentar Kak Suhargo sendiri terkait berita COVID-19 yang sudah dibacaselama ini di Kompas.com. Pendapatnya bagaimana? Untuk berita-berita yangmereka muat di situ.

B : Kalau saya pribadi ya berpikirnya adalah kita harus cerdas berpikir,kemudian cerdas dalam mencari informasi yang baik. Sementara ini sayameyakini Kompas.com itu sebuah media yang cukup kredibel. Cukup kredibel,namun ada sedikit hal-hal yang menjadi clickbait bagi masyarakat, mungkindalam judul segala macamnya. Saya rasa itu masyarakat harus cerdas dalamberpikir, kemudian tidak hanya baca judul. Kebanyakan masyarakat di BangkaBelitung itu hanya membaca judul bukan isi.

A : Baik itu dari pengamatan Kak Suhargo ya. Berarti kalau misalnya sayarangkum ni dari Kak Suhargo Kompas.com cukup Kredibel namun beberapajudulnya mungkin masih ada yang clickbait gitu buat masyarakat ya.

Page 17: 98 - kc.umn.ac.id

113

B : Iya, cuma itu bagi saya biasa dalam dunia jurnalistik.

A : Karena Kak Suhargo juga pengamat gitu ya. Lalu dari sepanjangpemberitaan COVID-19 gitu ya, dari fase awal, dari fase early stage sampaisekarang post-crisis gitu ya karena sudah ada vaksinnya sekarang. Bagian mananih dari seluruh jalannya pademi ini yang paling berkesan dan bikin ingat soalCOVID-19, oh beritanya ini nih. Soal satu moment, di mana gitu.

B : Razia. Razia masalah tes di tempat umum. Maksudnya andaipun saya lagi ditempat orang, seandainya saya lagi nongkrong di tempat cafe, kemudian cafe itulagi dirazia, setiap pengunjung itu diswab. Sebenarnya ketika kita kilas balik,itukan ketika mereka melakukan swab di lokasi, di tempat umum, itukan banyakhal-hal yang dikangkangi ya. Saya agak kasar sedikit, dikangkangi maksud sayaitu ataupun yang seperti perlindungan konsumen, itukan sebenarnya sudahdilanggar. Kemudian kesehatan itu privat. Apa gunanya sekretariatnya satgasCOVID, ketika tes COVID itu dilakukan di lapangan. Itukan tidak higienis segalamacam. Ya mungkin mereka bisa berdalih itu sudah menggunakan hal yang cukupbersih, tapi selama ini saya mempertanyakan, dari segi fasilitas sekretariat satgasCOVID, kemudian bantuan-bantuan kesehatan lainnya, ini buat apa? Mengapadilakukan di lapangan?

A : Jauh dari kata ideal begitu ya?

B : Nah bagi saya tidak ideal melakukan tes di lokasi itu tidak ideal.

A : Itu pernah terjadi di tempat usahanya Kak Suhargo?

B : Tidak pernah terjadi, hanya saja ketakutan orang untuk datang berkunjungitu banyak. Karena merasa ya takut diswab.

A : Di cafe-cafe sebelah pernah terjadi gitu ya?

B : Nah itu sering. Parah si, bahkan ada yang diantigen, itu tiba-tiba dia positif,nangis-nangis di situ tidak mau dibawa pergi oleh satgas.

A : Jadi itu cukup jadi concern pribadi ya dari Kak Suhargo sebagai pemilikbisnis gitu ya dan sebagai pengamat kebijakan juga mungkin ya, karena sukamembaca berita, kemudian punya latar belakang penulis juga. Lalu terkait beritayang ditulis oleh Kompas.com sendiri nih. Dari berita terkait COVID-19 yangdibuat oleh Kompas.com, mungkin Kak Suhargo mengetahui soal framing karena

Page 18: 98 - kc.umn.ac.id

114

ada latar belakang penulisnya, gitu ya. Apakah secara pribadi setuju dengan caraKompas menulis berita-berita COVIDnya.

B : Kalau pandangan saya pribadi si fine-fine saja. Untuk orang yang, maafsebelumnya, untuk orang yang kadar pendidikan cukup untuk membacaberita-berita yang dilahirkan ataupun yang sudah diupload kemudian dipublikasioleh Kompas. Bagi saya fine-fine saja karena mudah dicerna. Tapi kalauseandainya bagi orang-orang yang mungkin kurang pendidikan ataupendidikannya minim, kemudian intelektualitasnya minim mungkin itu akan salahkaprah. Ditambah lagi masyarakat di Bangka Belitung itu punya budaya hanya itucuma baca judul bukan baca isi.

A : Yang menjadi concern berarti bukan ke isinya, tapi ke judulnya berarti yakalau dari pengamatan Kak Suhargo. Masih ada bentuk clickbait gitu lah ya, yangkalau memang dengan tingkat pendidikan yang kurang, literasi media yang rendah,dengan kurangnya membaca, mungkin bisa menjadi kurang tepat sebenarnyamaksud dari beritanya. Jadi kurang pas gitu, ya. Pertanyaan terakhir menutupobrolan dengan Kak Suhargo, menurut Kak Suhargo sendiri apakah Kompas.comdengan berita yang tadi udah kita diskusikan bisa membangun optimismemasyarakat dalam pemberitaan tentang COVID. Dan kalau misalnya bisa ataumenurut Kak Suhargo tidak bisa membangun optimisme, kenapa merekamelakukan yang seperti itu?

B : Ini saya jawab lebih spesifik, ya. Saya jawabnya dengan hal yang lebihteknis. Jadi contohnya seperti ini. Kalau misalnya memang masyarakat ini mautidak mau harus mencari optimismenya sendiri. Karena media itu bukantempatnya untuk memberikan optimisme bagi saya. Nah tapi media menyediakanwadah optimisme untuk masyarakat seperti ya sudah baca kanalnya, perkanal.Kalau misalnya masyarakat itu bacanya nasional, kemudian yang bentuknya gosip,ya akan seperti itu. Stigmanya akan negatif, akan ketakutan. Tetapi apakahKompas.com tidak menyediakan hal yang positif seperti tips untuk mencegahCOVID, tips menjalankan prokes dengan baik, tips berolahraga di masa pandemi,menjaga pola makan agar tetap sehat di masa pandemi, saya rasa karena saya aktifjuga membaca Kompas, jadi saya tahu tentu saja tidak mungkin Kompas mediabesar tidak menyediakan hal-hal yang dalam bentuk tips. Ya sepertiganya kanalgaya hidup itu saya yakin itu kanal kesehatan. Jadi kalau masyarakat berpikirKompas terlalu membuat seperti itu, ya saya rasa sebuah artikel itu dipublish itudimarketing. Judul untuk menarik perhatian. Jadi kalau seandainya orang bacajudul, kemudian mereka menganggap itu clickbait dan berlebihan, tapi mereka gabaca isinya itu salah mereka. Karena mereka tidak cerdas.

Page 19: 98 - kc.umn.ac.id

115

A : Kalau dari yang tadi disampaikan, kalau saya rangkum optimis atauenggaknya, berhasil atau enggaknya si Kompas membangun optimisme itu berartitergantung dari tiap-tiap masyarakatnya menurut Kak Suhargo gitu, ya. Kalau dariKak Suhargo apakah Kompas itu punya pengaruh untuk membangun optimismedari COVID?

B : Kalau bagi saya (iya). Tapi bagi orang lain saya nggak tau karena gini ya,sebuah hoaks itu bisa sampai ketika landingnya bagus. Media itu menyampaikansebuah harapan ke masyarakat tapi kalau landingnya tidak bagus, percuma.

A : Baik, kalau secara pribadi cukup berhasil gitu ya. Tapi punya pendapat jugabahwa belum tentu ke orang lain bisa berhasil atau tidak membangun optimisme.Menurut Kak Suhargo kenapa si mereka punya agenda untuk membangunoptimisme di masyarakat? Apa sih tujuan mereka?

B : Karena bagi saya masyarakat ga akan baca lagi artikel, ga akan baca lagiberita kalau masyarakat sudah kehilangan optimisme. Pandangan saya seperti itu.Ini lebih ke masalah psikis mungkin ya.

A : Jadi apakah tujuan mereka membangun berita baik itu tujuan bisnis?

B : Sebenernya berita baik itu kalau bicara ke teknis saya memahami, mungkinberita baik ini lebih ke masalah emosional si penulis, si perusahan media dan sipembaca. Dengan adanya kesan baik, kesan positif, itukan akan membuat sebuahkepercayaan. Akan menjalin kepercayaan jangka panjang.

A : Berarti menurut Kak Suhargo punya agenda membangun kepercayaan padasi Kompasnya sendiri gitu, ya?

B : Ya memang Kompas media yang besar, kemudian kami harus dipercayaagar kami terus bisa berkarya. Seperti itukan? Agar kami bisa tetap kredibel. Disisi lain juga masyarakat juga butuh masalah positif negatif. Kalau kita kasihpositif terus, kadang-kadang masyarakat tidak bisa berkaca pada hal-hal yangnegatif. Bahkan mungkin ketika sebuah media massa tidak bicara hal yang negatif,masyarakat akan berstigma negatif untuk Kompas karena akan berpikir Kompasmenutupi hal-hal yang bentuknya urgensi dalam COVID mungkin. Hal-hal yangurgent seperti bansos yang berhubungan dengan COVID. Mungkin masyarakatberstigma negatif bahwa Kompas menutup-nutupi.

Page 20: 98 - kc.umn.ac.id

116

A : Jadi mereka harus melakukan sebuah agenda untuk membangun optimismeini selain karena memang misi humanity mungkin ada urusan bisnisnya juga gitu,agar dipercaya secara bisnisnya gitu.

B : Kalau urusan bisnis sekali lagi saya katakan itu emosional. Jadi tidak adapebisnis yang tidak menyampaikan pesan emosional untuk si pembeli. Karenasaya kategorikan si pembaca ini adalah pembeli. Tidak ada pebisnis yang tidakmeninggalkan kesan ke si pembeli. Baik itu Transmart, Alfamart, tidak adapebisnis tidak meninggalkan kesan ke si pembeli. Karena harus ada kesan positif.Kalau tanpa kesan positif, trustnya nggak ada. Sedikit saya tambahkan, kalaukurang lebih saya tarik garisnya, masyarakat harus lebih cerdas dalam membacamedia. Karena bagi jangan sampai jadi penonton di negeri sendirilah. Ketikapenonton melihat dengan kecanggihan teknologi pada saat ini, kecepataninformasi saat ini, ternyata orang masih tidak memahami dan memanfaatkannyadengan baik. Media terbuka dianggap terlalu mengancam, tidak terbuka dikatakantertutup. Terlalu melindungi dan berpihak pada pemerintah. Jadi sekarangpertanyaannya adalah masyarakat yang harus sehat. Masyarakat yang harusmampu berpikir positif. Masyarakat tidak subjektif tetapi harus objektif dalammenilai suatu informasi. Nah permasalahannya adalah, masyarakat kita pada saatini tidak objektif dalam menilai suatu informasi.

A : Itu menutup perbincangan hari ini. Terima kasih untuk Kak Suhargo karenasudah bersedia menjadi narasumber terkait penelitian saya. Hari ini tanggal 3 Junitahun 2021, saya tutup rekaman bersama narasumber. Nama saya Devon,Universitas Multimedia Nusantara.

Page 21: 98 - kc.umn.ac.id

117

TRANSKRIP WAWANCARA - Glendy Delisman Sihotang

A = Peneliti B = Informan

A : Dimulai rekaman dengan narasumber Glendy tanggal 2 Juni 2021. Untuk penelitianterkait sikap pembaca Kompas.com. Selamat malam Glendy. Saudara Glendy mungkinbisa memperkenalkan diri dulu terkait nama, usia, dan pekerjaan, atau latar belakangpendidikannya juga. Bisa diceritakan sedikit terkait latar belakangnya gitu.

B : Saya Glendy Delisman Sihotang, ssaya sekarang 21 tahun dan saya masihmahasiswa semester akhir di Universitas Bangka Belitung.

A : Itu jurusannya apa?

B : Jurusan hukum.

A : Oke, latar belakangnya berarti mahasiswa jurusan hukum ya. Saya masuk kepertanyaan selanjutnya Saudara Glendy pasti sering baca berita atau menerima informasitertentu dari platform-platform yang berbeda karena kita anak muda. Dari platform yangbanyak jenisnya ini, platform apa yang paling sering diakses beserta alasannya. ApakahTV, radio, atau media apa yang paling sering diakses?

B : Biasanya sih line today sih. Kalau di line today kan biasanya ada berita muncul gitukan. Nah biasanya tuh baca.

A : Berarti dari line today kan biasanya campuran dari berbagai media, jadi acak ajagitu ya. Tapi updatenya di line today. Terus dari yang ada di line today itu, media yangpaling sering diakses itu media apa biasanya? Beserta alasannya kenapa lebih sering liatdari yang itu.

B : Kalau dari medianya sih Kompas.com ya.

A : Kalau media lainnya ada nggak?

B : CNN sama saya lupa. Karena saya membacanya dari line today.

A : Kalau dari line today itu kan banyak jenis kontennya tuh. Jenis konten seperti apayang biasanya sering dikonsumsi? Misalnya apakah tentang hiburan, lifestyle, politik,atau gimana? Yang paling sering dikonsumsi?

B : Kan sekarang ini lagi pandemi, ya. Biasanya sih lebih cari berita tentang pandemisih. Dan juga kadang tentang politik juga karena saya mahasiswa hukum harus tahutentang politik juga beberapa.

Page 22: 98 - kc.umn.ac.id

118

A : Jadi sebenarnya kalau berita yang muncul di trend aja gitu ya. Untuk tadi udahdisinggung juga karena lagi pandemi banyak berita terkait pandemi. Kalau menurutsaudara Glendy sendiri, COVID-19 tuh apa sih? Gimana sih? Coba menurut pemahamandari saudara Glendy terkait COVID-19, bisa diberikan pandangannya gimana?Pemahamannya gitu.

B : Kalau COVID-19 sendiri ya namanya juga penyakitkan. Kita ga bisa nentuin darimana datangnya.

A : Apa lagi yang saudara Glendy ketahui tentang COVID-19 gitu. Apakah ini virusyang bagaimana? Efeknya bagaimana?

B : Menurut saya COVID ini berbahaya sekali ya. Karena belum tentu penyebabnya,kadang ada yang penyebabnya langsung ke badan kita, langsung ke paru-paru. Ada yangga ada penyebab, ada yang batuk pilek aja, ada yang kita gatau itu penyakit muncul darimana tiba-tiba. Karena COVID ini ga kelihatan.

A : Jadi kalau saya rangkum, jadi menurut pemahaman dari Saudara Glendy, ini sebuahpenyakit, virus yang ga kelihatan dari mana, tapi bisa berpotensi berbahaya bagiorang-orang kalangan tertentu, ya. Terutama orang-orang yang rentan. Ga tahu kapanmenyerangnya karena memang virus ga kelihatan mata. Kalau untuk saudara Glendymengetahui tentang COVID-19 ini kapan? Dan bagaimana? Bisa diceritakan gaawal-awal mengetahuinya kapan dan bagaimana?

B : Awalnya itukan kalau ga salah tahun 2019 itu di China dulu pertamanya, di Wuhankalau gak salah. Itu awalnya kurang percaya, awalnya saya kira ini buatan. Di videoorang-orang ada yang langsung jatuh, ada yang langsung sakit. Tapi semenjak lamakelamaan gitu kan muncul di Indonesia.

A : Jadi pertamanya tahu melihat berita soal Wuhan gitu ya. Nah untuk saudara Glendysendiri punya pengalaman atau cerita nggak terkait COVID-19 yang terjadi di sekitar kita.Misalnya ada perubahan pada kegiatan sehari-hari, atau pekerjaannya jadi berbeda, ataukegiatannya jadi melakukan kegiatan tertentu. Pengalaman pribadi sendiri punya ceritanggak? Karena COVID-19 jadi begini gitu misalnya.

B : Paling karena COVID-19 ini jadi susah ketemu orang ya. Karena kita ga tahu jugabisa untuk ketemu orang secara langsung gitu, kan. Sekarang kuliah juga masih onlinegitu. Kita gak bisa langsung datang ke kampus. Kita ga bisa langsung berinteraksi gitusama dosen sama teman-teman. Kalau misalnya ada pelajaran gitu kita ga mengerti gitukalau tidak langsung ke kampus. Paling dari situ aja yang susahnya.

A : Lebih ke urusan perkuliahan berarti ya kesulitannya. Kalau orang-orang di sekitarsaudara Glendy kaya lingkungan-lingkungan terdekatnya, bagaimana sih mereka

Page 23: 98 - kc.umn.ac.id

119

menanggapi COVID-19 ini? Apakah lebih ke takut atau justru ga peduli? Itu bagaimana?Kalau dari hubungan terdekatnya.

B : Kalau dibilang takut dan ga peduli sih enggak, ya. Tapi kami lebih ke jaga-jaga gitu.Kalau misalnya keluarga saya itu kan papa saya bekerja sebagai polisi gitu. Pasti bekerjasama orang lain jadi kami lebih memakai masker sih. Lebih sering memakai masker diluar atau di rumah. Karena kita nggak tahu papa saya ada ketemu sama banyak orang kan,namanya polisi pasti berinteraksi teruskan entah itu temennya, entah itu sama sesamapolisi, sama koleganya.

A : Jadi lebih ke interaksinya lebih dijaga protokol kesehatan dan lain-lain gitu ya.Karena dari orang tua saudara Glendy cukup aktif di kepolisian. Mungkin supaya gamenular ke keluarga gitu ya. Lalu dari perspektif kepercayaan atau dari agama, darikelompok atau komunitas agama, atau mungkin pemuka agama di kepercayaannya KakGlendy punya pandangan tertentu nggak terhadap COVID-19. Lalu misalnya kalau punyapandangan tertentu, responnya dari saudara Glendy itu gimana? Apakah merekamenganggap kalau COVID-19 ini cobaan dari Tuhan, atau bisa disembuhkan dengan doa,atau punya pandangan tertentu nggak?

B : Kalau dari kepercayaan sih nggak ada ya. Karena saya juga orangnya ga terlalurohaniawan banget, atau agama banget gitu.

A : Jadi lebih melihatnya ke sisi ilmiahnya saja gitu ya. Jadi kalau ada pendapat darikomunitas atau pemuka gamaan gitu justru dari saudara Glendy sendiri nggak nggakterlalu peduli gitu ya melihatnya. Lebih melihatnya ke yang penting secara ilmiah ya?

B : Iya soalnya ini kan soal penyakit gitu ya.

A : Kalau tadi sudah disinggung ya dari berita kan bacanya line today, salah satumedianya kan Kompas.com dan CNN. Kalau yang lain kan nggak terlalu ngeh gitu, ya.Seberapa sering sih baca berita dari media online termasuk Kompas.com?

B : Kalau dibilang sering sih nggak, lebih jarang-jarang aja kalau misalnya ada munculnotif gitu kan. Buka, baca sebentar, udah.

A : Mungkin agak ekstra karena pandemi gini kali ya?

B : Iya paling begitu saja.

A : Punya komentar ga, tadi kan sempet saya sajikan juga sebelum wawancaraberita-berita tentang pandemi yang berhubungan sama kita di Pangkalpinang di BangkaBelitung. Komentar Kak Glendy terkait berita COVID-19 yang sudah dibaca tadi gimana?Apakah jadi lebih resah, atau biasa aja, atau justru lebih optimis kalau pemberitaannyayang saya kasih tadi contoh-contohnya.

Page 24: 98 - kc.umn.ac.id

120

B : Kalau pemberitaannya tadi kan awalnya kan Bangka Belitung gitu udah amanawalnya, zona hijau gitu kan. Cuma karena terlalu percaya diri orang Pangkalpinangmulai melepas protokol-protokol sekarang makin tinggi, malah jadi zona merah. Kalausekarang sih jadinya waswas ya. Karena di mana Bangka Belitung yang awalnyabiasa-biasa aja sekarang malah makin parah gitu. Lebih parah dari yang lain. Dan nomordua katanya se-nasional.

A : Jadi dari berita yang sebelumnya terkait COVID-19 yang dibaca oleh saudaraGlendy bahwa dari Pangkalpinang cukup aman awal-awalnya, sekarang malah makinparah. Bagian mana dari berita yang selama ini saudara Glendy baca termasuk dari yangtadi, ya. Tapi termasuk dari yang sebelum-sebelum ini, terkait COVID-19 tuh berita manasih, yang dari awal juga boleh, dari pertengahan, terkait COVID-19. Berita apa yangpaling bikin inget?

B : Paling bikin inget sih berita Wuhan itu sih. Yang awal pertama kali itu.

A : Soal pertama kali itu ya berarti. Saudara Glendy juga sudah membaca tadi beritayang ditulis oleh Kompas.com dan sebelum-sebelumnya sudah pernah membaca tentunya,apakah saudara Glendy setuju dengan apa yang ditulis oleh Kompas.com terkaitCOVID-19? Lebih ke mendukung cara mereka menyampaikan beritanya, apakah lebih gacocok, apakah berlebihan, atau kurang detail. Bagaimana menurut saudara Glendy terkaithal itu? Berikan alasannya setuju atau enggak.

B : Kalau menurut saya ya dari berita yang sebelumnya Anda berikan itu, menurut sayasih bagus beritanya. Karena diberitakan itu di media itu nggak menakut-nakuti. Jadi lebihke dia cuma memberi tahu saja. Ga kaya media yang lain itu menakut-nakuti.

A : Berarti menurut Saudara Glendy juga itu walaupun faktanya cukup buruk, cukupnegatif, tapi tidak terlalu menakutkan gitu ya?

B : Iya, masih bisa diterimalah.

A : Dibandingkan dengan media lain gitu ya maksudnya?

B : Iya benar.

A : Menurut saudara Glendy karena tadi disinggung soal Kompasnya juga ga terlalumenakutkan, apakah menurut saudara Glendy Kompas.com ini membangun semacamoptimisme gitu di masyarakat dalam memberitakan COVID ini? Kalau mereka bisamembangun itu, menurut saudara Glendy mengapa mereka melakukannya?

B : Ya biar masyarakat ga panik. Kalau misalnya masyarakat panikkan malah jadikacau. Kaya misalnya kemarin sempat pas awal-awal COVID rebutan masker, rebutan

Page 25: 98 - kc.umn.ac.id

121

tisu untuk disimpan di rumah, sampai dijual segala macem. Nah kalau misalnyaKompas.com kan nggak akan gitu. Ga terlalu menakut-nakuti. Tapi memberi tahu, tapitidak menakut-nakuti.

A : Saudara Glendy pernah melihat media lain cara menulisnya lebih menakut-nakuti,ya? Berlebihan gitu?

B : Pernah, ya. Kadang dia nulisnya di berita ini dilebih-lebihkan gitu. Tapi lihat beritalain ternyata nggak selebih-lebih itu. Dari judulnya juga.

A : Okay mungkin itu saja yang mau saya tanyakan. Terima kasih banyak ataswaktunya dan saya akhiri untuk interview ini. Tanggal 2 Juni 2021, nama saya Devondari Universitas Multimedia Nusantara. Terima kasih.

Page 26: 98 - kc.umn.ac.id

122

TRANSKRIP WAWANCARA - KEVIN

A = Peneliti B = Informan

A : Ini tanggal 3 Juni 2021. Narasumber kelima, atas nama Kak Kevin. Selamat soreKak Kevin. Terima kasih waktunya sudah disediakan untuk saya untuk bisa sedikittanya-tanya untuk keperluan penelitian saya. Mungkin Kak Kevin bisa perkenalkan diridulu seperti nama, usia, latar belakang pendidikan, pekerjaan, mungkin bisa dijelaskansedikit.

B : Halo nama saya Kevin umur 22 tahun. Lulusan S1 ekonomi manajemen. Sekarangkerjanya ternak-ternak ikan cupang gitu sih. Hobi yang dijadikan bisnis.

A : Saya langsung masuk aja ke pertanyaan pertama, saya mau tahu nih Kak Kevin dariKak Kevin pasti mengonsumsi berita dan informasi, ya. Saya tidak tahu frekuensinyaseberapa sering, tapi platform apa sih yang paling sering diakses misalnya TV, radio, ataumedia apa gitu.

B : Kalau saya sih melihat berita di media sosial. Lebih ke Line misalnya line today.Medianya biasa CNN, Kompas juga karena dia kumpulan.

A : Iya karena dia kumpulan ya, kumpulan dari banyak media di Indonesia akhirnyadikumpul di line today jadi acak aja sebenarnya, ya. Tapi kalau yang paling seringmuncul di line today dan paling sering dibaca inget ga?

B : Yang muncul paling atas biasanya yang lagi viral-viral gitu.

A : Jenis kontennya juga ada spesifik ga? Atau memang yang lagi ngetrend aja yangdibaca?

B : Yang lagi ngetrend aja biasanya.

A : Kalau misalnya searching-searching di Google gitu pernah ga? Fokus nyari beritatertentu gitu?

B : Pernah sih untuk mastiin hoaks benar atau enggak. Saya searching-searching dulu.

A : Okay berarti untuk memastikan beritanya bener atau engga searching dulu ya. Nahuntuk mastiinnya itu berita hoaks atau enggak itu media-media apa?

B : Media-media terpercaya sih yang udah standar di Indonesia. Kompas bisa termasuk,CNN juga. Banyak sih.

Page 27: 98 - kc.umn.ac.id

123

A : Media-media terkenal gitu, ya. Media-media mainstream. Saya langsung lanjut kepertanyaan selanjutnya, lebih spesifik tentang COVID-19. Menurut pemahaman dari KakKevin sendiri apa sih? Coba dijelaskan dari pemahaman Kak Kevin.

B : Itu virus yang meresahkan banget. Yang bikin pandemi kaya gini. Orang-orangsulit kerja, cari uang. Banyak yang meninggal ga wajar gitu gara-gara COVID.

A : Kalau bisa saya rangkum menurut Kak Kevin, virus yang meresahkan danmemakan banyak korban gitu ya. Menurut pemahaman Kak Kevin. Pertama kali KakKevin mengetahui tentang COVID-19 ini kapan dan mungkin bisa diceritakan tahunyadari mana?

B : Kurang lebih bulan Maret awal ya, yang di berita orang Depok yang dari luarnegeri. Dari itu sih pertama.

A : Berarti awal ketika ada COVID pertama di Indonesia, ya. Ke pertanyaanselanjutnya, Kak Kevin punya pengalaman atau cerita tersendiri ga terkait COVID-19?Ada sesuatu yang baru gitu dari kesehariannya?

B : Kalau sekarang sih udah mulai merambat ke deket-deket ya. Teman saya ada yangkena, lumayan ada beberapa teman saya yang kena. Gejalanya biasanya sih udah gakecium, ga bisa ngerasain. Gitu, sih.

A : Jadi punya pengalaman dan cerita bahwa di lingkungan pertemanan gitu ada yangterkena COVID-19.

B : Tapi menurut saya, saya juga pernah kontak langsung dengan yang terkena, banyakteman saya yang kontak langsung, tapi ga tahu gimana teman-teman yang lain padanggak kena atau imunnya yang kuat, daya tahan tubuhnya kuat. Atau tanpa gejala gitu .

A : Jadi kalau dari kejadian itu Kak Kevin melihatnya, menyimpulkannya bagaimana?Tidak berbahayakah?

B : Menurut saya kalau yang daya tahan tubuhnya kuat, anak muda, yang sering-seringolahraga, yang lebih banyak melakukan aktivitas ga diam di rumah, lebih banyak keluarkeringat, itu lebih tidak gampang terkena.

A : Selain pengalaman tadi soal temannya yang pernah terkena COVID-19 dan pernahkontak gitu, ya. Dan di circlenya pernah ketemu langsung dengan yang terkenaCOVID-19, ada ga sih selain cerita tadi, cerita terkait pekerjaan atau kegiatan sehari-hariyang jadi berubah atau ada hal baru gitu dari pekerjaan?

B : Dulu sih saya kan seorang mahasiswa di suatu universitas di Jakarta, tapi sayasambil kerja part-time sih dulu. Biasa kuliah sambil kerja part-time, balik kos, kemudian

Page 28: 98 - kc.umn.ac.id

124

tugas, belajar, gitu. Standarlah. Aktivitas mahasiswa biasa. Semenjak pandemikandaripada di sana, di Jakarta merantau sendiri, baliklah ke Pangkalpinang, BangkaBelitung. Kebetulan pas itu ikan cupang lagi meledak-meledaknya. Sayakan penghobi nihikan cupang dari kecil udah piara ikan cupang. Ini peluang sih bagi saya, saya ternaklahikan cupang. Syukurlah sampai sekarang lumayanlah, untuk bisnis ikan cupang untuksekarang.

A : Berarti kalau untuk bisnis dan pekerjaan Kak Kevin sendiri sebagai peternak,pebisnis ikan hias, ikan cupang gitu ya, selama pandemi ini membaik kah? Ataubagaimana?

B : Membaik sih menurut saya, ya.

A : Justru membuat peluang baru gitu, ya salama pandemi. Itu aja sih terkaitpekerjaan dari Kak Kevin yang ingin saya tanyakan.

A : Terus bagaimana dengan orang lingkungan sekitar? Selain lingkungan pertemanan,lingkungan keluarga mungkin. Menanggapi isu COVID ini gimana? Apakah lebih takut,atau santai-santai saja?

B : Kalau keluarga saya santai-santai saja, sih. Yang penting mematuhi protokol, kalaukeluar pakai masker, cuci tangan, hand sanitizer, kalau pulang langsung mandi, gantibaju.

A : Dari lingkungan keluarga cukup menanggapinya dengan santai tapi tetap ikutarahan protokol. Kalau dari lingkungan pertemanan berarti karena tadi pernah kontaknyadengan itu apakah memang lebih santai?

B : Kalau sama teman lebih barbar sih, lebih banyak pakai masker, ya. Kalau sayasendiri si sering pakai masker. Saya juga takut nularin ke orang-orang lain kalau saya gaada gejala gitu.

A : Berarti takut lebih ke orang tua juga?

B : Iya takut tularin ke orang tua yang lebih rentan.

A : Berarti walaupun lingkungan sekitarnya mungkin katanya Kak Kevin deskripsikansebagai barbar, lebih tidak peduli, mungkin Kak Kevin tetap melaksanakan ya protokol dilingkungan pertemanan. Lanjut lagi ke perspektif agama atau kepercayaan Kak Kevin nih.Menurut Kak Kevin ini apakah dari latar belakang punya pandangan khusus? Misalnyasaya contohkan ada beberapa agama dan kepercayaan di agama tertentu, yang merekamemahami COVID-19 ini sebagai hal yang mistis. Misalnya mereka ada pengobatanalternatif segala macam, apakah dari agama dan kepercayaan Kak Kevin ini punya respondan pandangan khusus terkait COVID-19?

Page 29: 98 - kc.umn.ac.id

125

B : Kalau menurut saya sih jujur saya kurang tahu ya kalau menurut agama danreligious gitu. Harusnya agama tuh menyiarkan yang baik-baik sih. Misalnya ga kaya gitu.Kalau menurut saya ya.

A : Jadi kalau dari agama dan kepercayaan Kak Kevin apakah ada sesuatu gitu yangberbeda pendapatnya?

B : Kayanya normal-normal aja sih. Menurut berita dari pemerintah aja, menurutarahan dari pemerintah.

A : Kalau pengaruh dari kepercayaan agama terkait dengan COVID-19 ini nggakterlalu ada gitu, ya. Tadi Kak Kevin sempat ada mention Kompas.com. Seberapa seringsih Kak Kevin tuh membaca berita dari media online termasuk Kompas.com. Selain dariline today tadi kalau sengaja mencari dari media online itu seberapa sering sih?

B : Jarang ya kalau sengaja mencari. Paling kalau dari yang muncul-muncul gitu.Sering juga sih kalau Kompas muncul di line today.

A : Kalau line today gitu Kak Kevin mengonsumsinya daily kah?

B : Setiap hari, sih biasanya.

A : Setiap hari, ya. Berarti kalau misalnya pengguna aplikasi messagenya line juga yauntuk chattingan.

B : Iya, untuk chattingan.

A : Tadi saya sempat menyajikan juga sebelum kita ngobrol-ngobrol, beberapa beritaterkait COVID-19 dari Kompas.com khusus untuk regional Pangkalpinang, ya. Yangberhubungan sama kita di Babel Pangkalpinang. Mungkin Kak Kevin juga seringmembaca dari line today Kompas.com tadi berita-berita terkait COVID sejak awalpandemi ya berarti mengikutinya. Komentar Kak Kevin terkait berita COVID-19 yangsudah dibaca bagaimana?

B : Untuk sekarang sudah normal sih ga seperti dulu yang bikin panik masyarakat gituberitanya. Sekarang lebih agak santai. Menyediakan berita-berita yang sewajarnya saja,yang tidak bikin panik.

A : Berarti pada satu titik fase-fase awal pandemi, menurut Kak Kevin masih adaberita-beritanya yang potensi membuat kepanikan gitu ya di masyarakat. Contohnya yangKak Kevin ingat misalnya gimana? Berita apa tuh yang membuat panik? Ada gambaranga kurang lebih?

Page 30: 98 - kc.umn.ac.id

126

B : Lupa sih saya. Soalnya pas itu jarang sih. Dari keluarga tuh gitu, kalau baca beritajadi panik. Baca sedikit gini panik.

A : Jadi melihat reaksi dari sekitar, dari keluarga yang kalau membaca berita jadipanik?

B : Iya. harusnya dibaca yang bener-bener gitu, dibawa santai.

A : Berarti itu dari media-media yang ada termasuk Kompas gitu ya, yang membuatpanik. Bagian mana sih dari sepanjang COVID-19 masa awal hingga sekarang, bagianmana yang paling kakak ingat? Ada satu momenkah dalam pemberitaan, dari fase awalpandemi hingga saat ini?

B : Indonesia termasuk beberapa negara utama ya peringkat terbesar terkena COVIDgitu. Saya rasa sempat masuk nomor 2, ya.

A : Karena berarti berhubungan sama peningkatan yang terjangkit gitu ya. Semakinbanyak di Indonesia termasuk di Pangkalpinang, Bangka Belitung, ya. Dari apa yangditulis oleh Kompas.com terkait COVID-19, apakah Kak Kevin secara garis besar setujudengan bagaimana Komapa.com menulis terkait COVID-19. Alasannya kenapa setujudan kenapa tidak setuju?

B : Sekarang setuju-setuju aja sih. Pemberitaannya jelas, terdata, menurut saya. Cumawaktu fase-fase awal ada berita yang terlalu berlebihan menurut saya. Awal-awal jugakaya kurang edukasi ke masyarakat gitu.

A : Berarti cuma seperti sepenggal informasi, gitu ya. Kurang memberikan solusi dantips buat masyarakat gitu ya.

B : Masyarakatnya menerka-nerka sendiri.

A : Sekaligus menutup obrolan kita hari ini, menurut Kak Kevin apakah Kompas.comini membangun optimisme masyarakat dalam melewati masa pandemi COVID-19 ini.Bisa membangun suatu kesan optimis melewati pandemi ini.

B : menurut saya kurang, sih. Karena masyarakat kan butuh pembuktian gitu, daripemerintah langsung. Bukan hanya berita-berita, tapi beritanya menginformasikan sihuntuk sekarang.

A : Berarti menurut Kak Kevin masih membangun optimisme,cuma kalau untukinformasi sudah cukup bagus dan berguna gitu, ya. Cuma secara spesifik menurut KakKevin memangun optimisme masih kurang, ya. Apa contoh misalnya yang bisamembangun optimisme menurut Kak Kevin?

Page 31: 98 - kc.umn.ac.id

127

B : Vaksinnya jauhi dari hoaks-hoaks. Kalau bisa pemberitaan itu harus dijauhi darihoaks-hoaks.

A : Berarti lebih ke memastikan suatu informasi yang ibaratnya punya dampak positifgitu ya.

B : Vaksin itu contohnya banyak hoaks-hoaks yang bilang vaksin ga ada, vaksin inilah,jadi masyarakat takut vaksin.

A : Jadi mengklarifikasi hoaks yang beredar begitu ya?

B : Iya, lebih perlu.

A : Itu aja sih mungkin yang ingin saya tanyakan. Terima kasih banyak untukwaktunya Kak Kevin saya sudahi obrolan hari ini. Nama saya Devon dari UniversitasMultimedia Nusantara

Page 32: 98 - kc.umn.ac.id

128

TRANSKRIP WAWANCARA - GABRIEL CAESARIO

A = Peneliti B = Informan

A : Ini rekaman untuk narasumber ketiga tanggal 2 Juni 2021. Bersama dengan saudaraGabriel, Kak Gabriel. Apa kabarnya Kak Gabriel?

B : Baik Kak Devon.

A : Sama-sama manggil kak nih.

B : Manggil apa nih? Manggil bro aja kali.

A : Boleh-boleh. Oke Kak Gabriel mungkin bisa memperkenalkan dirinya dulu darinama lengkapnya, usianya, pekerjaan, latar belakang pendidikan, yang berhubungan samapribadi Kak Gabriel gitu.

B : Perkenalkan nama saya Gabriel Caesario, usia 21. Sekarang masih kuliah.Kuliahnya di UNTAR, Universitas Tarumanagara.

A : Oh berarti sekarang lagi di Pangkalpinang, sudah berapa bulan di Pangkalpinang?

B : Dari bulan Juni tahun lalu. Jadi sudah satu tahun.

A : Berarti sekarang sedang berkuliah secara online ya di Pangkalpinang. Jurusannya?

B : Management, sudah semester akhir.

A : Saya langsung mulai ke pertanyaan pertama saja, kalau Kak Gabriel pastinyakonsumsi berita dan informasi sehari-hari gitu ya? Atau mingguan, atau sesekali. Jadiyang pengen saya tanya dulu itu platform yang sering diakses Kak Gabriel itu apa si?Apakah TV, radio, atau bagaimana?

B : Media online, sih.

A : Dan media mana aja itu yang playing sering diakses?

B : Banyak si, misalnya kaya line today, atau nggak searching searching di online lah,kaya Kompas.com, gitu-gitu.

A : Ada media online lagi ga yang dipakai untuk nyari berita?

B : biasanya Detik.com, Tribun.

Page 33: 98 - kc.umn.ac.id

129

A : Biasanya kalau nyari berita di line today, atau searching searching di Google itufokusnya nyari berita yang kaya gimana? Konten-konten yang kaya gimana?

B : Ikuti yang lagi viral si. Kan kalau di line today bisa ngeluarin yang di atas itu.

A : Ikutin yang lagi viral ya.

B : Iya, yang lagi trendlah.

A : Berarti tentang COVID juga berarti ya?

B : Iya jelas.

A : Menurut Kak Gabriel sendiri gimana sih pemahamannya terhadap COVID-19 ini?Dari perspektifnya Kak Gabriel?

B : COVID-19 ya virus sih, penyakit.

A : Bisa dijabarkan lagi pemahaman yang lain yang Kak Gabriel tahu terkait COVID?

B : Yang pasti bahaya dan gampang menjangkit. Itu si masalah pertamanya.

A : Saya rangkum berarti menurut Kak Gabriel itu penyakit, virus yang mudahmenjangkiti banyak orang gitu, ya dan sangat berbahaya gitu ya.

B : Iya betul.

A : Pertama kali mengetahui tentang COVID-19 ini dari mana?

B : Dari berita online yang pasti. Soalnya ini dari luar, ya.

A : Berarti termasuk ngikutin yang berita viral itu ya?

B : Iya ikutin. Apa lagi video-video yang orang-orang jatuh di mall itu. Yang diChina.

A : Siap. Kalau dari Kak Gabriel sendiri punya pengalaman atau cerita sendiri ga yangberhubungan sama COVID-19? Misalnya berhubungan sama pekerjaan, atau kegiatansehari-hari jadi berubah gitu misalnya.

B : Pasti berubah. Kalau kelas saja kan sekarang jadi online. Itu pun sudah berubah sipertama-tama pasti susahlah untuk online. Di mana tugasnya banyak. Ya kaya gitulah.

A : Kalau pengalaman yang lain ada? Terkait COVID-19?

Page 34: 98 - kc.umn.ac.id

130

B : Paling temen deket sih yang kena kemarin.

A : Terus gimana reaksinya pas tahu temen deket sendiri terkena gitu?

B : Wah kaget. Sedikit takut. Takutnya yang gejala berat itu aja si, takut kena kitanya.

A : Jadi setelah teman dekat Kak Gabriel ini kena COVID, Kak Gabriel jadi takutan ga?Apakah misalnya sebelumnya sering keluar-keluar, terus jadi takut? Atau bagaimana?

B : Kalau keluar-keluar sih masih. Tapi lebih menjaga jaraklah mungkin. Pas temenkena sih karantina dulu lah. Karantina mandiri.

A : Oh sempet kontak sama temen yang positif?

B : Sempet. Sempet nongkrong.

A : Lalu setelah itu jadi sedikit merubah gitu ya? Jadi sedikit tapi tidak banyak gituya? Masih sering keluar gitu ya?

B : Keluar terus, sih. Keseharian masih keluar nongkrong, ngopi.

A : Cuma agak dijaga sedikit gitu ya.

B : Iya. kalau keluar masker pasti harus dipakailah.

A : Karena efek dari temen yang positif tadi, ya. Temen terdekat. Masih berhubunganjuga sama lingkungan sekitar gitu ya. Orang terdekat. Kalau orang-orang di sekitarnyaKak Gabriel ini sendiri menghadapi COVID-19 gimana? Apakah lebih takut apa lebihsantai? Dari keluarga, temen, apakah berbeda-beda?

B : Pertama-tama dari keluarga pasti saya wanti si, soalnya orang tua saya kan udah tua.Nah itu kan apalagi COVID kan lebih menyerangnya ke orang tua, yang gejala beratnya.Tapi kalau ke temen-temen sih pada nyantai sih. Tapi tetep protokol kalau keluar.

A : Tapi tetap aktivitas tapi ada perubahan sedikit. Tapi kalau keluarga dari KakGabrielnya agak suruh jaga, ya. Karena orang tuanya sudah berumur juga. Kalau dariperspektif agama kepercayaan gitu ya, dari kelompok komunitas ataupun pemuka agamadari kepercayaannya Kak Gabriel ini memandang COVID-19 ini tuh bagaimana sih?Apakah punya sudut pandang yang berbeda dari apa yang menjadi frame dari media,yang disampaikan media? Apakah memandangnya berbeda dari kebanyakan orang begitu?Dan respon Kak Gabriel bagaimana?

Page 35: 98 - kc.umn.ac.id

131

B : Waduh kalau dari sisi agama, saya kurang beragama sih. Paling kalau kaya gitu sihngeliatnya dari WA keluarga. Kalau kaya gitu kan biasa keluarga ngeshare, dari romomana ngomong tentang COVID. Gitu-gitu sih.

A : Jadi ga terlalu dihiraukan gitu ya?

B : Ga terlalu si. Tapi kalau berita-beritanya sih yang positif-positiflah.

A : Jadi lebih fokus cari apa yang di berita. Berarti ga terlalu mengikuti lah kalautentang pendapat dari kepercayaan atau agama gitu, ya?

B : Engga.

A : Soalnya kan kalau di India gitukan sempat chaos juga karena percaya dengan yangmistis-mistis gitulah ya. Lalu terkait media online, nih. Kak Gabriel juga sempatmenyinggung soal Kompas.com. Seberapa sering, sih baca medianya kalau dari mediaonline di awal-awal?

B : Setiap hari, sih. Awal-awal ngikutin berita COVID di Indonesia. Tapi kalau makinke sini sih kalau ada berita ya dibaca. Kalau keliatan aja sih.

A : Jadi kalau ada sesuatu yang lagi rame aja ya baru ikutin setiap hari?

B : Betul.

A : Lalu kalau untuk berita-berita COVID yang sering dibaca, nih. TermasukKompas.com dan yang tadi saya sajikan dulu sebelum wawancara, berita-berita soalPangkalpinang, ya. Komentar Kak Gabriel gimana terkait berita COVID-19 yang sudahdibaca itu?

B : Kalau menurut saya, sih berita-berita Kompas.com itu paslah komposisinya tuh.Tidak dilebih-lebihkan, tidak dikurang-kurangkan. Jadi Kompas.com itu kaya menyajikanbahwa COVID ini bahaya tapi ga perlu kaya ini bahaya banget, gitu. Kalau dariKompas.com si pas.

A : Kalau dari media lain ada yang begitu?

B : Wah kacau. Media lain mah gimana gitu, bisa ditakut-takutin lebih gitu. Jadiditakut-takutin gitu.

A : Kalau dari Detik.com gimana? Masih lumayan gitu? Bagus? Masih termasukbagus?

Page 36: 98 - kc.umn.ac.id

132

B : Waduh kalau dari Detik.com juga sering nyimpang si menurut saya. Beritanyakadang-kadang ada yang di takedown sendiri gitu, kan.

A : Kalau dari media lain? Ada cerita juga tentang berita COVIDnya?

B : Ya paling yang di WAWA keluargakan banyak hoaks soal itu.

A : Jadi dari keluarga gitu ya? Dan check dan rechecknya cari sendiri?

B : Betul. Mending cari sendirilah di Google.

A : Dan cari sendirinya itu dari line today atau kalau ketemu Kompas.com di Google?

B : Jadi kalau misalnya cari, nih. Misalnya di WA grup ngirimin apa tentang ini. Lalusaya searching kan di Google, ya yang paling sering saya cari sih Kompas.com lah yangbisa dipercaya.

A : Dari banyaknya berita tentang COVID, berita mana yang paling Kak Gabriel ingatgitu? Yang playing berkesan gitu. Dari sepanjang awal perjalanan COVID, gitu. Darisejak masa-masa awal hingga sekarang sudah ketemu vaksin gitu. Berita mana yangpaling bikin inget.

B : Oh berita ini, sih, berita yang bilang Indonesia bebas COVID. Padahal kan kitabelum tes aja sih. Awal-awal lah sebelum marak, pas Februari kali. Terus pas banyak, pasdiusut punya usut, ada tuh.

A : Itu beritanya dari Kompas juga atau dari mana?

B : Enggak. Dari media lain itu.

A : Berita bahwa percaya diri Indonesia bebas gitu, ya. Oke itu yang paling diingat, ya.Ternyata ada juga kasusnya.

B : Ada juga. Kalau saya mah udah pasti ini masuk Indonesia, ga mungkin enggaklah.Terus udah ga lama dari itu, Kompas.com ada positif satu dari Semarang, ya.

A : Ini saya ada pertanyaan, Kak Gabriel ini setuju ga dengan cara Kompas.commenyajikan berita tentang COVID? Tadi juga sempat disinggung bahwa lumayan setujugitu ya?

B : Iya, setuju. Pas.

A : Alasannya karena pas gitu ya. Ga terlalu ditakut-takuti tapi ada informasi pentinggitu, ya. Terakhir menurut Kak Gabriel apakah Kompas.com ini membangun semacam

Page 37: 98 - kc.umn.ac.id

133

optimisme gitu di masyarakat dalam memberitakan si pandemi COVID kita ini? Danmenurut Kak Gabriel kenapa sih mereka menulisnya seperti itu? Ga kaya media lain yangKak Gabriel tahu gitu, ya?

B : Menurut saya sih Kompas.com tuh kaya ngomong sumbernya pasti jelas, satu. Danmereka itu menyajikannya tuh yaudah apa yang di lapangan itu yang disajiin. Terus gabakal ditambah-tambahin apa-apa lagi. Terus kalau berita itu pasti membangun positif dimasyarakat. Agar ya tetap beraktivitas tapi tetap berprotokol.

A : Termasuk memberikan harapan gitu, ya?

B : Memberikan harapan, pasti.

A : Dari Kak Gabriel lumayan suka ya dengan media Kompas.com ini ya berarti?

B : Lumayan.

A : Itu aja sih yang ingin saya tanyakan ke Kak Gabriel. Terima kasih banyak ataswaktunya. Dan saya sudahi dulu rekamannya. Ini tanggal 2 Juni 2021. Nama saya Devondari Universitas Multimedia Nusantara. Terima kasih.

Page 38: 98 - kc.umn.ac.id

134

UJI TURNITIN

Page 39: 98 - kc.umn.ac.id

135

CV DEVON