Upload
skolastikaelizabeth
View
7
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Perilaku KeorganisasianHasil Observasi Unit Aktivitas Kerohanian Katolik
Universitas Brawijaya
Oleh :
Elizabeth Tri Utami (135020300111054/CB)
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Malang
2014
UAKKat (Unit Aktivitas Kerohanian Katolik) merupakan salah satu unit
kegiatan mahasiswa di Universitas Brawijaya yang secara khusus bergerak dalam
bidang kerohanian bersama dengan Unit Aktivitas Kerohanian lain seperti UAKB,
Unikahida, dan UAKK. UAKKat beranggotakan seluruh mahasiswa katolik yang ada
di Universitas Brawijaya, yang tersebar ke dalam 15 KMK dari 15 Fakultas yang ada
di Universitas Brawijaya. Setiap Fakultas memiliki KMK (Keluarga Mahasiswa
Katolik) sendiri. Setiap KMK ini dipimpin oleh seorang Koordinator Fakultas
(Kofak) yang bertugas mengkoordinir mahasiswa katolik di Fakultas yang
bersangkutan, dan menjadi jembatan antara anggota KMK dengan UAKKat.
Sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang kerohanian, UAKKat
bekerja dalam kultur kekeluargaan. Sehingga meski berbentuk organisasi, namun
segala hal di dalamnya lebih di dasarkan pada kekeluargaan. Untuk selanjutnya akan
dibahas berbagai hal mengenai UAKKat berkaitan dengan perilaku keorganisasian.
1. Perilaku Individu
Setiap individu tentu berbeda. Perbedaan ini menghasilkan
keberagaman, mulai dari fisik, kebiasaan, harapan, sifat, hingga cara berpikir
dan memandang suatu hal. Dalam organisasi, setiap perbedaaan ini akan
membawa warnanya tersendiri. Perbedaan-perbedaan individual ini tentunya
akan mempengaruhi kinerja mereka dalam suatu organisasi, dan berujung
pada tingkat kepuasan kerja. Seorang individu mungkin memiliki kemampuan
diatas rekan-rekannya, namun sangat mungkin pula ada individu yang
kemampuannya berada jauh dibawah rekan-rekannya. Hanya karena tidak
setiap manusia memiliki kemampuan yang sama, tidak berarti bahwa
beberapa individu dianggap lebih rendah dari yang lain.
Dalam UAKKat, organisasi berkultur kekeluargaan berarti bahwa
setiap individu dalam organisasi memiliki kedudukan yang sama, terlepas dari
jabatan mereka sebagai ketua, pengurus, atau anggota biasa. Namun UAKKat
tetap membutuhkan orang-orang dengan kemampuan yang berbeda-beda
untuk setiap pekerjaan berbeda yang harus mereka kerjakan. Disinilah
UAKKat harus menyusun dengan baik, siapa yang bertanggung jawab atas
suatu pekerjaan. Bila individu tersebut memang kurang mampu menangani
suatu pekerjaan, tidak cocok dengan kepribadian, atau cara berpikirnya,
kemungkinan untuk gagal akan semakin besar.
Individu dalam organisasi UAKKat ini juga melewati sebuah
pembelajaran. Pembelajaran dalam organisasi ini akan lebih cocok bila
mengarah pada teori pembelajaran sosial. Teori pembelajaran ini memandang
bahwa orang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung.
Pengamatan ini dilakukan dengan mengamati apa yang terjadi pada individu
lain, banyak dari apa yang dipelajarai didasarkan atas pengamatan terhadap
model berupa orang tua, rekan sebaya, senior, alumni, atau ketua organisasi
itu sendiri. Pembelajaran dari pengalaman langsung, dimana individu dalam
organisasi belajar dari peristiwa masa lampau yang telah terjadi, yang
mengajarinya hal-hal baru sehingga ia menjadi pribadi yang lebih siap
berorganisasi dan menjalankan tugas-tugasnya.
Sebagai sebuah organisasi, UAKKat juga menjalankan tahap-tahap
pembentukan perilaku (shaping behavior). Memandang bahwa pembelajaran
terjadi pada saat sebelum, dan selama bekerja dalam organisasi, seorang
pemimpin yang dalam UAKKat disebut sebagai Ketua Umum bertugas untuk
memastikan bagaimana UAKKat dapat mengajarkan timnya untuk berperilaku
melalui cara-cara yang paling menguntungkan bagi organisasi. UAKKat
mencoba membentuk individu dengan membimbing selama pembelajaran
yang dilakukan secara bertahap. Dalam pembentukan perilaku ini UAKKat
tidak memiliki metode khusus, namun secara umum pembentukan perilaku
dalam UAKKat dapat dikategorikan sebagai pembentukan perilaku melalui
penugasan positif. Hal ini dikarenakan UAKKat menindaklanjuti respons
dengan sesuatu yang bersifat positif seperti pujian, dan tambahan
kepercayaan.
2. Persepsi
Untuk pengurus sendiri sudah sejak awal diberikan satu gambaran dan
pandangan yang sama tentang UAKKat, bahwa UAKKat merupakan suatu
organisasi yang berkulturkan kekeluargaan. UAKKat beranggotakan semua
mahasiswa katolik di Universitas Brawijaya yang terdiri dari 15 KMK.
Sebelum masuk lebih jauh ke persepsi individu, dari 15 KMK ini saja tentu
sudah memiliki warna yang berbeda-beda. Di dalam masing-masing KMK ini
pun pastinya terdapat individu-individu yang tentunya memiliki warna yang
lebih beragam lagi. Jadi, sebisa mungkin pandangan ini sejak awal
ditanamkan dengan baik pada setiap individu dalam organisasi, agar
pandangan ini sungguh dapat menjadi sebuah dasar persepsi dari tiap-tiap
individu. Kemudian dari konsep keluarga ini, setiap individu diarahkan untuk
dapat saling menghargai, saling memahami, harus saling menurunkan ego,
dan mau bernegosiasi dengan sifat-sifat dari individu lain dalam organisasi.
Dengan demikian, individu dalam organisasi diharapkan dapat menuju
suatu arah yang sama tanpa menyalahi pengertian dan tujuan dasar UAKKat,
meski dengan sifat dan cara pandangan yang pastinya sangat beragam. Satu
arah dan pandangan yang dituju ini yaitu UAKKat sebagai keluarga seiman
sejauh ini dipandangan cukup kuat menjadi dasar UAKKat untuk terus bersatu
dan berkarya. Ketika seorang individu berpikiran negative tentang orang lain
dalam UAKKat atau malah tentang UAKKat itu sendiri, pandangan keluarga
seiman ini kembali muncul dan mengalahkan persepsi buruk individu
tersebut.
Namun tentunya membangun sebuah persepsi dalam suatu organisasi
bukanlah hal yang mudah. Setiap individu memiliki ego dan cara pandang
tersendiri. Apalagi UAKKat beranggotakan seluruh mahasiswa Katolik di
Universitas Brawijaya yang tentunya jumlahnya tidaklah sedikit. Tantangan
yang harus dihadapai UAKKat berkenaan dengan sifat-sifat anggotanya
seperti ada yang mau mendengarkan orang lain, tidak sedikit pula yang tidak
mau mendengarkan orang lain, ada juga yang sangat teguh pada prinsip yang
dibangunnya sendiri, memandang bahwa hal yang benar hanya apa yang
memang dia yakini sebagai hal yang benar dan selebihnya salah, tidak mau
menerima masukan dari orang lain, juga menolak membuka diri untuk
mencoba melihat suatu hal dari sudut pandang yang lain.
3. Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan, UAKKat memiliki suatu alur yang
terkonsep dengan cukup baik serta sesuai dengan kondisi dan keadaan
organisasnya. UAKKat terdiri dari dua badan, yaitu Pengurus dan Dewan
Pertimbangan. Pengurus bertugas melaksanakan segala aktivitas organisasi.
Pengurus ini dapat dikatakan sebagai eksekutor dalam UAKKat. Pengurus
menjalankan program kerja yang telah dibuat seperti Jambore Rohani, Dies
Natalis, Misa Kampus, Pendalaman Iman, Doa Rosario dan sebagainya sesuai
program kerja yang telah dibuat.
Dewan Pertimbangan tersebut terpisah dari Pengurus, terdiri dari 15
koordinator dari 15 Fakultas yang ada di Universitas Brawijaya, atau bisa
disebut Ketua KMK atau Koordinator Fakultas. 15 Koordinator Fakultas ini,
dikoordinatori oleh 2 orang yang disebut sebagai Dewan Pertimbangan
Terpilih. Dewan Pertimbangan Terpilih ini bertugas mengawasi kinerja dari
para Pengurus, serta keputusan-keputusan yang diambil oleh Pengurus. Selain
itu, Dewan Pertimbangan Terpilih ini juga bekerja sebagai jembatan antara
Pengurus dengan para Koordinator Fakultas. Dewan Pertimbangan ini
mengadakan rapat minimal sekali dalam sebulan, dengan pokok bahasan
mengevaluasi kinerja Pengurus selama sebulan terakhir dan sharing tentang
kondisi masing-masing KMK. Selanjutnya Dewan Pertimbangan Terpilih
bertugas menyampaikan hasil rapat Dewan Pertimbangan kepada Pengurus,
atau secara khusus dapat langsung melaporkan kepada ketua UAKKat.
Berdasarkan hasil rapat Dewan Pertimbangan tersebut, diambillah
sebuah keputusan. Sehingga keputusan dalam organisasi ini diambil dari
pertimbangan-pertimbangan Dewan Pertimbangan yang berasal dari 15
Fakultas, apa yang diharapkan masing-masing KMK, serta visi misi UAKKat
yang mendasari organisasi ini. 3 unsur ini menjadi arahan utama UAKKat
dalam mengambil sebuah keputusan. Meski secara teori alur pengambilan
keputusan ini sudah rapih, namun pada praktiknya masih mengalami banyak
kendala.
4. Motivasi
Dalam hal memotivasi, seorang pemimpin harus peka terhadap
perbedaan-perbedaan individual yang ada. Setiap individu memiliki
kebutuhan yang berbeda, sehingga pemimpin harus mengetahui apa yang
penting bagi tiap-tiap anggota timnya. Hal ini memungkinkan seoarng
pemimpin menyesuaikan tujuan, tingkat keterlibatan, dan penghargaan serta
tuntutan agar sejalan dengan kebutuhan masing-masing individu. Seorang
pemimpin harus merancang pekerjaan agar sejalan dengan kebutuhan
individual sehingga potensi motivasi dalam pekerjaan dapat dimaksimalkan.
Hal yang sangat penting dalam motivasi adalah adanya suatu tujuan.
Tujuan utama dari UAKKat sendiri adalah menyatukan dan menjadi rumah
bagi seluruh mahasiswa katolik yang ada di Universitas Brawijaya. Segala
bentuk kegiatan yang diadakan UAKKat mengacu pada tujuan tersebut.
Dengan adanya tujuan, organisasi dapat bekerja dengan lebih rapih dan
terarah dengan motivasi mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan juga, setiap
individu dalam organisasi dapat bekerja dan berpastisipasi dengan lebih pasti
dan yakin apa yang ingin mereka tuju.
Motivasi UAKKat sampai saat ini cenderung justru lebih mengarah
pada motivasi negatif, seperti pembicaraan pihak luar tentang Pengurus,
kritik-kritik yang menjatuhkan, dan sebagainya. Namun hal tersebut justru
menjadi motivasi terbesar Pengurus untuk tetap berdiri, demi tercapainya visi
misi organisasi untuk menyatukan seluruh mahasiswa Katolik di Universitas
Brawijaya meski banyak rintangan.
Di sisi lain, UAKKat juga memunculkan motivasi dari hal-hal positif
seperti dukungan dari teman-teman UKM, dukungan alumni, dukungan
Pengurus sebelumnya, serta yang tidak kalah penting, dukungan Rohani dari
Romo Eko selaku pembimbing UAKKat. Selain itu, organisasi ini
menanamkan suatu nilai kerohanian pada Pengurus dan anggotanya “Kita ini
dipilih Tuhan, jadi Tuhan juga yang akan menguatkan”.
Ketua UAKKat juga memiliki cara sendiri untuk memotivasi Pengurus
yang membantunya selama masa kepemimpinannya, “Ketika kita diberi
cobaan, berarti kita dipercaya untuk dapat menyelesaikan cobaan ini. Dengan
banyak cobaan, kita akan dinaikkan satu level, dan hanya orang-orang terpilih
yang mendapat kesempatan ini, jadi kita patut bangga”. Sebagai ketua, ia
meyakinkan timnya bahwa menjadi Pengurus bukanlah berarti menjadi
tumbal dan berbagai masalah yang muncul bukanlah kutukan, ini semua
adalah sebuah kesempatan untuk menjadi Pengurus sekaligus pribadi yang
lebih baik lagi. Seluruh tim harus yakin bahwa hal-hal negative yang terjadi
harus dapat mereka ubah sendiri justru menjadi hal yang positif.
5. Kelompok kerja dan Tim kerja
UAKKat sendiri lebih cenderung menempatkan diri sebagai tim kerja.
UAKKat untuk periode kepengurusan 2013-2014 ini memiliki 3 bidang yang
masing-masing memiliki program kerja, dimana ada tim tersendiri yang
bertugas mengkaji lebih dalam lagi mengenai program kerja tersebut dan
melaksanakan program kerja tersebut. Contohnya misa kampus yang
merupakan salah satu program kerja UAKKat periode kepengurusan 2013-
2014, menjadi tanggung jawab bidang 1 sebagai bidang liturgi, terlepas dari
pelaksanaanya yang pada akhirnya ikut melibatkan semua bidang yang ada di
UAKKat. Bidang 1 sebagai bidang liturgi ini bertanggung jawab mengurusi
berbagai hal berkenaan dengan kegiatan liturgi di lingkungan Universitas
Brawijaya seperti Pendalaman Iman, Doa Rosario, dan Misa Kampus.
Bidang-bidang ini bergerak sebagai tim kerja dalam UAKKat untuk
menyelesaikan berbagai program kerja yang menjadi tanggung jawab dari
bidang tersebut.
Sejauh ini, kinerja organisasi yang bekerja lebih ke dalam bentuk tim
ini dinilai telah cukup efektif. Tim kerja ini menunjukan peningkatan kinerja
dari awal kepengurusan hingga saat ini hampir berada diakhir masa
kepengurusannya, tim kerja ini dapat bekerja dengan lebih baik, makin kreatif,
makin mandiri, serta semakin inisiatif. Sehingga tim kerja ini yang dulunya
masih sangat bergantung pada peran ketua umum ini sekarang sudah dapat
mandiri mengerjakan tanggung jawabnya, namun tetap melaporkan hasil kerja
nya pada ketua dan mengkonsultasikan kesulitan-kesulitan yang mereka
hadapi. Hal ini sudah sesuai dengan prosedur yang seharusnya, sehingga tim
kerja ini semakin efektif dan semakin sesuai dengan fungsinya
6. Komunikasi
Membangun komunikasi antar anggota UAKKat yang merupakan
seluruh mahasiswa katolik di Universitas Brawijaya yang tersebar dalam 15
KMK, bukanlah hal yang mudah. Sebab sangat sulit dan bahkan hampir tidak
mungkin UAKKat dapat berkomunikasi dengan tiap individu yang menjadi
anggotanya. Jadi komunikasi dalam UAKKat dilakukan melaui Rapat Dewan
Pertimbangan seperti yang sudah dibahas sebelumnya, 15 Koordinator
Fakultas mewakili masing-masing Fakultas mereka berbagi informasi
mengenai keadaan tiap-tiap KMK di Universitas Brawijaya. Dari Rapat
Dewan Pertimbangan inilah pengurus bisa mengetahui keadaan masing-
masing KMK, yang mana dapat mencerminkan keadaan tiap individu dalam
KMK tersebut secara umum. Dengan demikian, Pengurus tau apa saja yang
menjadi masalah dan dapat menyusun suatu penyelesaian yang sesuai.
Komunikasi selanjutnya dilakukan dalam bentuk Visitasi. Visitasi
sendiri terbagi menjadi 2 kegiatan. Yang pertama Visitasi Undangan, visitasi
ini dilakukan berdasarkan undangan dari KMK yang melaksanakan suatu
kegiatan seperti Penyambutan Mahasiswa Baru, acara Paskah bersama, bakti
sosial, perayaan Natal. Dan yang kedua Visitasi yang bersifat silahturahmi,
dimana para pengurus mengunjungi KMK dengan tujuan menjalin hubungan
dan komunikasi. Visitasi silaturahmi ini telah dibicarakan dulu sebelumnya
dengan Koordinator Fakultas. Kegiatan ini sangat sederhana, hanya berupa
kumpul bersama untuk ngobrol-ngobrol dan makan rujak misalnya. Konsumsi
dalam kegiatan ini menjadi tanggung jawab UAKKat juga KMK yang
dikunjungi oleh Pengurus. Kegiatan ini dimulai dengan perkenalan,
selanjutnya mereka dikumpulkan dalam kelompok-kelompok kecil. Dari
kelompok kecil ini, setiap individu saling berbagi pandangan mereka tentang
apa itu UAKKat, apa itu KMK, seperti apa KMK selama ini bekerja, dari
pandangan-pandangan ini Pengurus menampung aspirasi-aspirasi yang ada
dan menarik kesimpulan tentang bagaimana kondisi KMK mereka.
Selanjutnya jika terdapat pandangan yang kurang sesuai, atau menyimpang,
Pengurus berkewajiban meluruskan seperti apa sebenarnya UAKKat, serta
peran UAKKat dan KMK.
Kegiatan ini bertujuan agar Pengurus dapat langsung berkomunikasi
dengan anggotanya. Namun kesulitannya adalah, tidak semua mahasiswa
Katolik ikut aktif di dalam KMK. Menanggapi hal ini, UAKKat mengadakan
open recruitment beberapa kegiatan UAKKat, agar mahasiswa Katolik yang
tidak aktif dalam KMK tetap dapat ikut serta ambil bagian dalam kegiatan
UAKKat.
Melihat dasar organisasi UAKKat adalah kekeluargaan, komunikasi
verbal sederhana yang tidak kalah penting adalah senyum, sapa, salam.
Dengan hal sederhana seperti ini, contohnnya ketika kita memberi senyum
saat bertemu dengan anggota UAKKat meskipun orang tersebut bukan
merupakan anggota yang aktif, orang tersebut tentu akan merasa “dianggap”
dengan demikian lama kelamaan pasti orang tersebut mulai tergerak untuk
ikut aktif di UAKKat.
Di UAKKat, baik komunikasi ke atas, ke bawah, maupun sesama
anggota sangat diupayakan berjalan beriringan. Jangan sampai komunikasi
terlalu condong ke atas, terlalu condong ke bawah, atau justru seluruh
komunikasi hanya berjalan searah. Karena komunikasi sekuat apapun dari atas
ke bawah akan percuma jika tidak ada feedback dari bawah ke atas. Alur
komunikasi secara umum UAKKat dimulai dari Koordinator Fakultas, ke
Pengurus inti, dan komunikasi terakhir berupa komunikasi langsung seperti
yang telah di bahas sebelumnya.
Model jaringan komunikasi dalam UAKKat sendiri cenderung
menunjukan suatu jaringan semua saluran (all channel network), dimana
terjadi komunikasi tingkat tinggi antar anggota organisasi. Dalam UAKKat,
semua individu dalam organisasi dapat melakukan interaksi timbal balik tanpa
melihat siapa yang menjadi sentralnya. Semua komunikasi tidak dibatasi dan
setiap staf/bawahan bebas melakukan interaksi dengan berbagai
pihak/pimpinan atau sebaliknya.
7. Kepemimpinan
Sebagai seorang pemimpin, Ketua Umum UAKKat periode ini lebih
condong pada hal-hal yang bersifat musyawarah. Belum lagi UAKKat sendiri
berkultur kekeluargaan yang sangat erat, sehingga keputusan akan lebih baik
jika dipikirkan bersama. Tentu pada praktiknya hal ini sangat sulit, mengingat
setiap individu tentu memiliki pendapat yang berbeda. Namun setiap pendapat
ini harus tetap didasari pada pengertian dasar mengenai UAKKat sebagai
keluarga seiman. Pemimpinlah yang tetap menentukan apakah keputusan itu
sudah sesuai dengan jati diri UAKKat atau tidak. Pemimpin tentu memiliki
ego, otoriternya sendiri untuk membawa organisasi sesuai dengan rencana dan
pemahamannya, sehingga tim harus mengikuti rancangan pemimpin tersebut
agar organisasi dapat berjalan ke satu arah yang sama. Ketua memiliki
wewenang lebih untuk menyetujui atau menolak hasil musyawarah, sepanjang
memiliki alasan yang logis dan relevan, bukan berdasarkan ego pribadinya.
Ketua Umum memilih untuk melihat hasil musyawarah, kalau memang tidak
sesuai dengan arah UAKKat, meskipun hasil musyawarah telah sepakat,
namun tetap harus ditolak, demi organisasi agar tetap berjalan ke arah yang
benar, sehingga hasil musyawarah tidak dapat langsung mutlak diterima.
Namun, untuk keputusan tertentu yang mendesak, Ketua Umum UAKKat
tetap memiliki kewenangan tertinggi untuk memutuskan setiap keputusan.
8. Menyelesaikan Konflik
Konflik dalam organisasi ini secara sederhana akan dibagi kedalam 3
jenis konflik. Yang pertama bagaimana menyelesaikan masalah yang bersifat
personal atau individual dalam organisasi. Yang kedua bagaimana
menyelesaikan masalah yang timbul akibat kekurangan dana. Dan yang
terakhir, bagaimana UAKKat menghadapi kondisi ketika banyak anggotanya
yang hilang, pergi meninggalkan organisasi tersebut, mengingat UAKKat
bukanlah organisasi yang diwajibkan bagi mahasiswa Katolik.
Yang pertama, bagaimana UAKKat menghadapi masalah personal
atau individual yang muncul. Untuk menghadapi masalah semacam ini,
UAKKat menerapkan cara yang lebih menekankan pada landasan mereka
sebagai keluarga. Diawali dengan mengajak individu yang bermasalah
tersebut untuk berbicara secara personal, 4 mata, dengan kepala dingin. Bila
langkah awal ini belum berhasil, pembicaraan personal ini kemudian akan
didampingi oleh seseorang yang berwenang, seperti alumni misalnya. Bila
cara kedua ini juga belum membuahkan hasil, permasalahan tersebut akan
dibawa ke dalam forum, sehingga forum lah yang akan mendiskusikan solusi
yang terbaik. Forum ini diadakan dengan niat baik, menyelesaikan masalah
dengan pikiran dingin, tanpa maksud memojokkan individu yang bermasalah
tersebut. Namun, bila cara terakhir ini masih juga belum berhasil, akan
diambil suatu keputusan, individu tersebut akan ditindak secara tegas.
Yang kedua, bagaimana UAKKat menyelesaikan masalah organisasi
yang timbul akibat kekurangan dana. Melihat kembali konsep dasar UAKKat
sebagai organisasi kerohanian, UAKKat memandang bahwa masalah yang
Tuhan berikan pasti sudah ada jalannya, kita hanya perlu tetap berusaha dan
berdoa, pasti Tuhan yang akan memberi jalan. UAKKat percaya bahwa
program kerja mereka adalah misi Tuhan yang diserahkan pada UAKKat
sebagai agen-Nya untuk melaksanakan rencana Tuhan. Meski banyak yang
memandang bahwa kata-kata itu hanyalah sekedar teori, namun berdasarkan
pengalaman yang ada, pasti ada jalan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Usaha-usaha juga perlu dilakukan dengan menyusun plan A, plan B, bahkan
kalau perlu sampai plan C, dan menyusun dana kurang. Kalau dana memang
tidak tercukupi, disusun dana sekurang-kurangnya. Dana yang ada
diprioritaskan untuk hal yang paling penting, sementara kepentingan lain
untuk sementara harus ditunda dengan berbagai pertimbangan.
Yang ketiga, bagaimana UAKKat menghadapi masalah berkenaan
dengan banyaknya anggota yang hilang. Anggota yang hilang ini
kemungkinan besar disebabkan oleh 2 hal. Yang pertama ketidaknyamanan,
dan yang kedua adalah mereka memiliki kesibukan dan kegiatan-kegiatan lain
diluar KMK dan UAKKat. Bukanlah hal sederhana untuk mengajak mereka
kembali berkumpul bersama, untuk itu perlu dilakukan pendekatan secara
personal dengan perlahan. Misalnya, diawali dengan menyapa, bukan
langsung memaksa mereka untuk ikut bergabung lagi. Berkultur keluarga,
UAKKat diibaratkan sebagai rumah. Rumah bagi setiap anggotanya, rumah
bagi seluruh mahasiswa katolik yang ada di Universitas Brawijaya. Di rumah
ini, setiap anggota keluarga tentu punya passion masing-masing. Ketika ada
yang hilang, pergi, mungkin mereka pergi bukan untuk meninggalkan rumah
selamanya, namun ada hal yang harus mereka kerjakan diluar. Ketika bertemu
anggota keluarga diluar, jangan lupa untuk mengajak mereka pulang. Karena
setiap individu pasti berbeda, diibaratkan ada orang yang suka mengurus
rumah, berkegiatan di rumah, namun tidak sedikit pula yang memiliki banyak
kegiatan di luar rumah sehingga “jarang pulang”. Namun ketika pekerjaan
mereka diluar rumah telah selesai, UAKKat percaya mereka akan kembali ke
rumah, dan disaat itu pintu UAKKat akan selalu terbuka, keluarga mereka
akan setia menunggu mereka dan menyambut kepulangan mereka.
9. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi
Unit Aktivitas Kerohanian Katolik
Periode Kepengurusan 2013-2014
Lampiran
Ketua UmumLuciana Engelia Sari SitorusBidang 1 LiturgiRomanus EldiS. M. AproditeSesilia D. H.A. FrediantoBidang 2Minat Bakat & Pengembangan PolaVincensius GerardM. Barep H.C. JulioGrace O.Bidang 3Humas, Rumah Tangga & InventarisasiRocky TarsisiusF. BintaraGabriela L.Stephanie C.Wakil Ketua UmumAndreas Robertus Andie AryabimaDewan Pertimbangan
Foto bersama Ketua Umum UAKKat Foto kegiatan Pendalaman Iman untuk
( Luciana Engelina Sari Sitorus) Mahasiswa Baru
didepan Sekretariat UAKKat
setelah wawancara
(Foto saat kegiatan Jambore Rohani 2013 di Tumpang)