Upload
voduong
View
256
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PERCOBAAN III
Judul : Kromatografi Kertas Daripada Asam-Asam Amino
Tujuan : Untuk mempelajari pemisahan asam amino dengan cara
kromatografi kertas
Hari/Tanggal : Rabu/23 Maret 2011
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Kromatografi Kertas
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya
menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja
berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase
diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak
(cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen
yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam kromatografi
kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak adalah
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang
ditempuh pelarut; beberapa lainnya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak
tempuh relative pada pelarut adalah konstan untuk senyawa tertentu sepanjang
anda menjaga segala sesuatunya tetap sama, misalnya jenis kertas dan
komposisi pelarut yang tepat.
Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk setiap
senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
Rf = jarak yang ditempuh oleh senyawajarak yang ditempuh oleh pelarut
Posisi pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatogram lalu
dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi
dengan asam amino menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau
ungu.
Kromatografi Kertas pada Asam Amino
Asam-asam amino yang bereaksi dengan ninhidrin membentuk suatu
produk yang disebut ungu Ruhmann. Reaksi ini biasanya digunakan sebagai uji
bercak untuk mendeteksi adanya asam amino pada kertas kromatografi.
Adapun reaksi umum secara keseluruhannya, adalah sebagai berikut :
ninhidrin
+
+ RCHO + CO2 + 3H2O + H+
anion ungu
Alanin
Semua asam amino, kecuali glisin dapat dianggap sebagai derivat
alanin. Alanin diperoleh untuk pertama kalinya oleh Weyl dari hasil hidrolisis
fibroin, yaitu protein yang terdapat pada sutera. Struktur alanin :
Treonin
Treonin adalah homolog yang lebih besar dari erin dan termasuk dalam
golongan asam amino esensial. Mula-mula treonin diisolasi dari hasil hidrolisis
fibrin darah. Berikut struktur treonin :
Glisin
Glisin adalah asam amino yang paling sederhana dan terdapat pada
skleroprotein. Pada tahun 1820 Braconnot menemukan glisin dari hasil
hidrolisis gelatin. Adapun struktur glisin adalah :
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
1) Gelas ukur 10 mL : 1 buah
2) Pipet : 1 buah
3) Gelas kimia 100 mL : 3 buah
4) Batang pengaduk : 1 buah
5) Chamber : 2 buah
6) Corong pisah : 2 buah
7) Statif + klem : 1 buah
8) Kaca arloji : 1 buah
Bahan yang digunakan :
1) Fenol
2) Etanol
3) Aquadest
4) 1-butanol
5) HCl pekat
6) Pipa kapiler
7) Ninhidrin 0,25%
8) Asam cuka glasial
9) Asam amino (glisin, alanin, treonin)
10) Kertas kromatografi 2 lembar ukuran 19 x 8 cm (kertas saring)
11) Kertas kromatografi 2 lembar ukuran 8 x 5 cm (kertas saring)
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Membuat Eluen
1) Eluen 1
Memasukkan pelarut (eluen) n-butanol : asam cuka glasial : aquadest
dengan perbandingan 14 :8: 14 ke dalam gelas kimia. Mendiamkan
hingga lapisan memisah, lapisan atas digunakan sebagai fase gerak dan
lapisan bawah untuk menjenuhkan chamber.
2) Eluen 2
Memasukkan pelarut (eluen) fenol : aquadest dengan perbandingan 3:1
ke dalam gelas kimia. Mendiamkan hingga lapisan memisah, lapisan atas
digunakan sebagai fase gerak dan lapisan bawah untuk menjenuhkan
chamber.
3.2 Membuat Larutan Standar Asam Amino
1) Melarutkan 3 mg alanin dalam 1 mL etanol, kemudian menambahkan 1
tetes HCl pekat.
2) Mengulangi prosedur satu untuk glisin dan treonin.
3.3 Kromatografi Kertas Asam Amino
1) Menyiapkan kertas kromatografi ukuran 19 x 8 cm.
2) Memasukkan dalam chamber, kemudian menjenuhkan dengan uap eluen
1.
3) Menyiapkan kertas kromatografi ukuran 8 x 5 cm.
4) Menotolkan larutan asam amino standar (alanin, glisin dan treonin) pada
kertas kromatografi ukuran 19 x 8 cm dengan jarak 1 ½ cm pada ujung
kertas
5) Mendiamkan beberapa saat hingga kering kemudian memasukkan ke
dalam chamber yang telah berisi kertas kromatografi jenuh dan eluen
(fase gerak).
6) Mengeluarkan kertas kromatografi ketika larutan elusi berjalan cukup
jauh.
7) Mengeringkan kertas kromatografi kemudian menyemprotkan dengan
larutan ninhidrin.
8) Mengeringkan kembali, maka noda-noda asam amino yang berwarna
akan terlihat.
9) Mengulangi percobaan di atas dengan eluen 2.
IV. HASIL PENGAMATAN
No Variabel yang diamatiHasil pengamatan
Eluen 1 Eluen 2
1.
2.
Memasukkan pelarut (eluen)
Mengocok campuran
Mengambil lapisan eluen
Memasukkan kedalam
chamber (menjenuhkan)
Menotolkan ketiga larutan
asam amino pada kertas
kromatografi
Mengelusi
Mengeringkan
Menyemprot dengan
ninhidrin
Mengeringkan
Terbentuk 2 lapisan
Lapisan atas, bening
(+). Eluen 1
Lapisan bawah bening
(++).
Warna ungu
A = 2,2 cm
G = 1,5 cm
T = 2 cm
Bercampur
Eluen 2berwarna
orange muda
bagian atas warna
ungu
bagian bawah
pink
A = 4,5 cm
G = 4,7 cm
T = 5 cm
V. ANALISIS DATA
Pada percobaan ini digunakan metode pemisahan asam amino dengan
cara kromatografi kertas. Kromatografi kertas merupakan pemisahan
berdasarkan sistem partisi, dimana fase diamnya berupa kertas saring dan fase
geraknya berupa cairan pelarut (eluen). Pelarut (eluen) yang digunakan
merupakan campuran beberapa larutan.
Dalam percobaan ini melakukan teknik kromatografi kertas dengan cara
2 dimensi, yaitu menggunakan dua macam larutan eluen yakni eluen pertama
berupa n-butanol : asam cuka glasial : aquadest dengan perbandingan 14 mL :
8 mL : 14 mL, sedangkan eluen kedua adalah campuran dari fenol dan aquadest
dengan perbandingan 3 : 1. Penggunaan cara 2 dimensi ini dikarenakan dalam
percobaan ini menggunakan sampel dengan komponen yang cukup banyak
yaitu 3 macam sampel (alanin, glisin, dan treonin).
Eluen pertama terdiri atas 1-butanol, asam asetat dan air. Ketika larutan
dicampurkan, terbentuk dua lapisan. Hal ini terjadi karena 1-butanol bersifat
non polar sedangkan asam asetat dan air bersifat polar, jadi asam asetat dan air
akan saling bercampur, sedangkan 1-butanol dan dua pelarut lain tidak akan
saling campur. Eluen kemudian dimasukkan ke dalam chamber dan ditutup
selama beberapa waktu, tujuannya yaitu untuk menjenuhkan chamber dengan
uap pelarut sehingga mempercepat pemisahan. Penjenuhan udara dalam
chamber dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan
pergerakan pelarut pada kertas.
. Sedangkan eluen kedua terdiri atas fenol bersifat non polar dan air
bersifat polar. Lapisan atas dari eluen digunakan sebagai fase gerak dalam
kromatografi kertas karena pada lapisan tersebut merupakan pelarut yang
bersifat nonpolar.
Sampel asam amino yang akan digunakan yakni alanin, glisin dan
treonin. Asam-asam amino ini dilarutkan ke dalam etanol dan ditambahkan
setetes HCl pekat. Dalam hal ini terjadi reaksi esterifikasi. Adanya gugus
karboksilat, menyebabkan asam amino dapat terjadi reaksi esterifikasi oleh
adanya alkohol dalam kondisi asam, adapun persamaan reaksinya untuk tiap-
tiap sampel asam amino adalah sebagai berikut :
Alanin
Glisin
Treonin
Tetapi hasil ester yang diperoleh ini tidak stabil karena dapat bereaksi
lebih lanjut sesamanya menghasilkan siklis amida (diketopiperazina). Jadi,
penambahan etanol dan HCl pekat bertujuan untuk melarutkan asam amino
tersebut, sehingga mudah untuk dipisahkan lebih lanjut.
Dalam percobaan ini alasan untuk menutup rapat botol reagent/chamber
adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh
uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya
ditempatkan kertas saring yang mengelilingi sisi chamber yang terbasahi oleh
pelarut.Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan
pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen
yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang
berbeda dan akan tampak sebagai noda-noda asam amino yang berwarna.
Masing-masing sampel larutan asam amino ditotolkan pada kertas
kromatografi (kertas Whatman) dengan menggunakan pipa kapiler,
penggunaan pipa kapiler pada saat penotolan adalah agar tetesan asam amino
yang diteteskan tidaklah terlalu banyak sehingga dalam satu kertas saring
mampu menampung tiga jenis sampel asam amino. Kemudian dimasukkan ke
dalam chamber/botol reagent yang telah dijenuhi oleh uap eluen. Kemudian
chamber ditutup rapat agar terjadi pemisahan yang sempurna. Pemisahan asam
amino dengan cara kromatografi kertas disebabkan adanya perbedaan koefisien
partisi antara air dan pelarut organik. Perbedaan koefisien partisi menunjukkan
perbedaan laju rambatan pada permukaan kertas dari air dan pelarut organik
yang merambat secara perlahan. Fase air akan tertahan dengan kuat di pori-pori
kertas karena adanya interaksi yang kuat antara air dengan gugus hidroksil dari
selulosa kertas saring.
Ketika kertas kromatografi yang telah ditotolkan sampel asam amino,
maka akan terjadi pemisahan, dimana pelarut organik merambat ke atas melalui
kapiler kertas mengangkut campuran asam amino yang ada ditotolkan pada
kertas kromatografi. Asam amino yang paling larut di dalam pelarut organik,
akan diangkut paling cepat dan asam amino yang paling kurang larut akan
tertinggal paling bawah. Pelarut yang digunakan adalah 1-butanol : asam
asetat : air dan fenol : air bersifat nonpolar, maka dari ketiga sampel asam
amino yang digunakan (alanin, treonin, glisin), dapat dilihat sifat kepolarannya.
Molekul-molekul nonpolar dalam campuran akan memiliki sedikit
interaksi dengan molekul-molekul air dan molekul-molekul yang melekat pada
selulosa, dan karena akan menghabisakan banyak waktunya untuk larut dalam
pelarut yang bergerak. Maka sampel yang paling atas merupakan sampel yang
paling larut dalam pelarut yang artinya bersifat paling non polar dibandingkan
sampel asam amino lainnya. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak
sepanjang kertas diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang
relatif tinggi.
Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi yang
tinggi untuk molekul-molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar.
Dan karenanya, cenderung untuk larut dalam lapisan tipis air sekitar serat lebih
besar daripada pelarut yang bergerak. Karena molekul-molekul ini
menghabiskan waktu untuk larut dalam fase diam dan kurang dalam fase gerak,
molekul-molekul tidak akan bergerak sangat cepat pada kertas.
Berdasarkan literatur, dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk
membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan
zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang
baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam
amino.Kromatogram dapat dikeringkan dan ditambahkan dengan larutan
ninhidrin.Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-
senyawa berwarna khas ungu-biru sampai kecoklatan atau kuning.
Asam amino merupakan jenis zat tidak berwarna, sehingga untuk
mengetahui letak noda diperlukan pereaksi lokasi, maka pada kertas
kromatografi disemprotkan larutan ninhidrin. Dalam percobaan ini digunakan
larutan ninhidrin yang disemprotkan pada kertas kromatografi setelah
dikeringkan, sehingga noda-noda pada kertas kromatografi dapat terlihat yakni
noda yang berwarna ungu. Terbentuknya noda berwarna ungu ini disebabkan
karena terjadinya reaksi antara hidrat dari triketon siklik (ninhidrin) dengan
asam amino.
Adapun persamaan reaksi yang terjadi untuk tiap sampel adalah :
Alanin
ninhidrin
+
+ CH3CHO + CO2 + 3H2O + H+
anion ungu
Reaksi alanin dengan ninhidrin secara terperinci ialah :
Glisin
ninhidrin
+
+ HCHO + CO2 + 3H2O + H+
anion ungu
Reaksi glisin dengan ninhidrin secara terperinci ialah :
Treonin
ninhidrin
+
+ CH3CHOHCHO + CO2 + 3H2O + H+
anion ungu
Reaksi treonin dengan ninhidrin secara terperinci ialah :
Noda-noda ini kemudian diukur dengan membandingkan jarak komponen
yang dipisahkan (analit) dengan jarak pergerakan pelarut, disimbolkan dengan
Rf. Rumusnya : Rf = jarak yang ditempuh oleh senyawa
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Sering kali pengukuran diperoleh dari kertas untuk memudahkan
identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada
jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna
masing-masing.
Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa masing-masing asam amino
memiliki harga Rf yang berbeda. Untuk eluen pertama yaitu alanin Rf = 0,44;
glisin Rf = 0,3; dan treonin Rf = 0,4. Sedangkan untuk eluen kedua, ialah harga
Rf alanin = 0,9; Rf glisin = 0,94 dan Rf treonin =1. Perbedaan ini dipengaruhi
oleh keterikatan analit terhadap eluen. Karena eluen yang digunakan bersifat
non polar maka senyawa yang lebih non polar akan terikat lebih kuat pada
eluen sehingga harga Rf akan semakin besar.
Jika dibandingkan dengan harga Rf asam-asam amino standar yakni
untuk alanin (Rf=0,38), glisin (Rf=0,26) dan treonin (Rf=0,35) berbeda dengan
harga Rf hasil percobaan. Hal ini karena harga Rf dipengaruhi oleh eluen,
sedangkan pada harga Rf standar tidak diketahui eluen yang digunakan, bisa
saja eluen yang digunakan berbeda sehingga hasil daripada harga Rf juga
berbeda. Tapi bila dilihat antara harga Rf hasil percobaan dengan harga Rf
standar diperoleh suatu urutan yang sama yakni harga Rf untuk alanin lebih
besar daripada glisin dan treonin kemudian treonin lebih besar daripada glisin.
Pada eluen pertama, harga Rf masing-masing sampel asam amino
menunjukkan alanin lebih larut dalam eluen pertama, yaitu 1-butanol yang
bersifat non polar sehingga dapat dikatakan bahwa alanin bersifat lebih non
polar dibandingkan dengan kedua sampel lainnya. Treonin bersifat lebih
nonpolar daripada glisin. Sedangkan eluen kedua digunakan pelarut fenol yang
bersifat non polar, sehingga senyawa yang lebih larut urutannya adalah alanin
terlebih dahulu lalu treonin dan glisin karena dilihat dari strukturnya alanin
bersifat lebih non polar dibandingkan kedua asam amino lainnya, dan treonin
bersifat lebih non polar dibandingkan dengan asam amino glisin atau dapat
dikatakan bahwa glisin merupakan asam amino yang paling polar dibandingkan
kedua sampel asam amino yang digunakan.
Sifat kepolaran asam amino tersebut dapat dibuktikan dari struktur
masing-masing asam amino, berikut :
Alanin Glisin Treonin
Alanin mempunyai gugus R non polar, glisin dan threonin mempunyai
gugus R polar, tetapi gugus R pada glisin, yaitu suatu atom hidrogen terlalu
kecil untuk mempengaruhi derajat polaritas gugus α-amino dan α-karboksil
yang tinggi sehingga treonin lebih non polar dibandingkan dengan glisin. Hal
ini sesuai dengan hasil Rf yang diperoleh dari kedua eluen untuk masing-
masing asam amino. Sehingga urutan kepolarannya dari yang paling polar
adalah :
Glisin > Threonin > Alanin
VI. KESIMPULAN
1) Kromatografi kertas dapat digunakan untuk
mengidentifikasi/memisahkan asam amino dalam suatu campuran
2) Harga Rf masing-masing analit untuk eluen 1 adalah :
a) Alanin = 0,44
b) Treonin = 0,4
c) Glisin = 0,3
Harga Rf masing-masing analit untuk eluen 2 adalah :
a) Alanin = 0,9
b) Treonin = 1
c) Glisin = 0,94
3) Dengan eluen organik yang bersifat polar maka semakin besar harga
Rf, semakin bersifat polar sampel asam amino tersebut. Jadi, urutan
kepolaran sampel asam amino untuk eluen 1 adalah :
Glisisn > Treonin > Alanin
Sedangkan untuk eluen 2 adalah :
Alanin > Glisin > Treonin
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi
Wahyuningsih. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta:
Depdikbud.
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Kertas (online).
http://www.chem-is-try.org/author/Jim_Clark/. Diakses pada tanggal 27
Maret 2011.
Fessenden dan Fessenden. 1994. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Harborne, J. B. 1996. MetodeFitokimia. Bandung: ITB
Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996.
Kimia Organik II. Jakarta: Depdikbud.
Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: UI-Press.
Syahmani dan Sudarsih. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Banjarmasin:
FKIP UNLAM. (Tidak dipublikasikan).
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN
Pengukuran harga Rf untuk tiap noda pada kromatografi kertas melalui rumus:
Sehinnga,
a. Untuk eluen pertama (campuran 1-butanol : asam cuka glasial : aquadest
dengan perbandingan 18 mL : 4 mL : 18 mL) diperoleh data sebagai
berikut : Jarak alanin 2,2 cm
Jarak glisin 1,5 cm
Jarak treonin 2 cm
Jarak pelarut 5 cm
Maka dapat ditentukan harga Rf masing-masing noda adalah sebagai
berikut :
Rf Alanin = jarak nodajarak eluen
=2,2 cm5 cm = 0,44 cm
Rf Glisin = jarak nodajarak eluen
=1,5 cm5cm
=0,3 cm
Rf Treonin = jarak nodajarak eluen
=2 cm5 cm
=0,4 cm
b. Uuntuk eluen kedua (campuran fenol : aquadest dengan perbandingan 30
mL : 10 mL) diperoleh data sebagai berikut :
Jarak alanin 4,5 cm
Jarak glisin 4,7 cm
Jarak treonin 5 cm
Jarak pelarut 5 cm
Maka dapat ditentukan harga Rf masing-masing noda adalah sebagai
berikut :
Rf Alanin = jarak nodajarak eluen
=4,5 cm5cm
=0,9 cm
Rf Glisin = jarak nodajarak eluen
=4,7 cm5cm
=0,94 cm
Rf Treonin = jarak nodajarak eluen
=5 cm5 cm
=1 cm
Berdasarkan hasil perhitungan harga Rf di atas dapat dibandingkan dengan
harga Rf asam-asam amino standar ternyata menunjukkan bahwa komponen-
komponen asam amino dalam larutan meliputi alanin, glisin, dan treonin.
LAMPIRAN II
LEMBAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Hitung harga Rf tiap-tiap noda dan catat warnanya. Kemudian tetapkan
komponen asam-asam amino dalam larutan yang diselidiki dengan
membandingkan Rf-nya dengan Rf asam-asam amino standar.
Jawaban :
Pengukuran harga Rf untuk tiap noda pada kromatografi kertas melalui
rumus:
Sehinnga,
c. Untuk eluen pertama (campuran 1-butanol : asam cuka glasial : aquadest
dengan perbandingan 18 mL : 4 mL : 18 mL) diperoleh data sebagai
berikut :
Jarak alanin 2,2 cm
Jarak glisin 1,5 cm
Jarak treonin 2 cm
Jarak pelarut 5 cm
Maka dapat ditentukan harga Rf masing-masing noda adalah sebagai
berikut :
Rf Alanin = jarak nodajarak eluen
=2,2 cm5 cm = 0,44 cm
Rf Glisin = jarak nodajarak eluen
=1,5 cm5cm
=0,3 cm
Rf Treonin = jarak nodajarak eluen
=2 cm5 cm
=0,4 cm
d. Uuntuk eluen kedua (campuran fenol : aquadest dengan perbandingan
30 mL : 10 mL) diperoleh data sebagai berikut :
Jarak alanin 4,5 cm
Jarak glisin 4,7 cm
Jarak treonin 5 cm
Jarak pelarut 5 cm
Maka dapat ditentukan harga Rf masing-masing noda adalah sebagai
berikut :
Rf Alanin = jarak nodajarak eluen
=4,5 cm5cm
=0,9 cm
Rf Glisin = jarak nodajarak eluen
=4,7 cm5cm
=0,94 cm
Rf Treonin = jarak nodajarak eluen
=5 cm5 cm
=1 cm
Berdasarkan hasil perhitungan harga Rf di atas dapat dibandingkan dengan
harga Rf asam-asam amino standar ternyata menunjukkan bahwa
komponen-komponen asam amino dalam larutan meliputi alanin, glisin, dan
treonin. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil percobaan yang menghasilkan
noda berwarna ungu ketika disemprot dengan senyawa ninhidrin, dan
tentunya kita ketahui bahwa senyawa asam mino akan mmeberikan uji
positif dengan senyawa ninhidrin yang akan ditandai dengan terbentuknya
warna ungu.
2. Jika suatu asam amino memiliki harga Rf 0,45, sehingga jauh asam amino
itu akan bergerak pada plat kromatografi kertas di mana pelarut bergerak
15,2 cm?
Jawaban :
Jarak atau jauh asam amino itu bergerak pada plat kromatografi kertas dapat
ditentukan dengan perhitungan dibawah ini,
Jarak noda = Harga Ef x Jarak pelarut
= 0,45 x 15,2 cm
= 6,84 cm
Jadi, jauh asam amino tersebut akan bergerak pada plat kromatografi kertas
adalah dengan jarak 6,84 cm.
3. Apa yang terjadi jika Anda tidak menggunakan sarung tangan dan jari Anda
terkena semprotan ninhidrin ?
Jawaban :
Apabila jari tangan kita terkena semprotan ninhidrin akan menyebbakan
kulit kita berwarna biru.
4. Apa keuntungan dan kerugian metode pemisahan dengan kromatografi
kertas ?
Jawaban :
Satu keuntungan utama kromatografi kertas ialah kemudahan dan
kesederhanaannya pada pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran
kertas saring yang berlaku sebagai medium pemisahan dan penyangga.
Untuk kromatografi kertas preparatif diperlukan kertas yang lebih besar dari
pada untuk analisis. Keuntungan yaitu beban langan bilangan Rf yang besar
sehingga pengukuran Rf merupakan parameter yang berharga dalam
memaparkan senyawa tumbuhan baru. Sedangkan kerugian atau kelemahan
dari metode pemisahan dengan kromatografi kertas adalah tidak bisa
melakukan analisis kuantitatif pada komponen-komponen sampel hnaya
terbatas pada analisis kualitatif saja.
5. Apakah metode kromatografi kertas dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif?
Jawaban :
Dengan metode kromatografi kertas ini tidak dapat melakukan analisis yang
bersifat kuantittaif, tetapi hanya dapat digunakan untuk analisis kualitatif
terhadap suatu larutan yang berisi bermacam-macam komponen, misalnya
seperti pada percobaan ini yaitu analisi kualittaif terhadap suatu larutan yang
berisi bermacam-macam asam amino, dan hal ini semua ditandai dengan
adanya warna ungu serta dari harga Rf sampel yang diselidiki lalu
dibandingkan dengan harga Rf standarnya.
6. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai Rf?
Jawaban :
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu:
a. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-
perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat
menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf.
b. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga
kecepatan aliran.
c. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari
atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-
komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi
perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang
kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu
penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
d. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion
dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas
mempengaruhi kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan
partisi.
e. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara
volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir
selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya
hingga terhadap harga Rf mereka.
LAMPIRAN III
GAMBAR
Gambar 3. Penjenuhan gambar 4. pengeringan
Gambar 1. Pemisahan larutan dengan corong pisah (eluen 1)
Gambar 2. Pemisahan larutan dengan corong pisah (eluen 2)
Gambar 7. Chamber Eluen 2
Gambar 5. Penyemprotan dengan ninhidrin
Gambar 6. Kromatografi kertas eluen 1
Gambar 8. Penyemprotan
dengan ninhidrin